bab ii tinjauan pustaka a. kajian tentang musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/bab...

30
22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara Rencana Pembangunan (MUSRENBANG) Musrenbang merupakan salah satu bagian yang sangat penting bagi perencanaan pembangunan. Tinjauan umum Musrenbang menjadi lebih bermakna karena menjadi media utama konsultasi publik bagi segenap pelaku kepentingan untuk menyelaraskan prioritas pembangunan dan sasaran pembangunan daerah. Mengklarifikasi usulan program dan kegiatan yang telah disampaikan mayarakat pada setiap tahapan Musrenbang, mulai dari Musrenbang Kelurahan/Desa, Musrenbang Kecamatan, Forum RKPD, dan Musrenbang Daerah, serta mnyepakati prioritas pembangunan dan program/kegiatan pada setiap tahapan Musrenbang. Konsep yang digunakan untuk menyepakati program dan kegiatan prioritas tersebut adalah musyawarah untuk mencapai mufakat melalui pendekatan sistem top down menuju pengelolaan bottom up, sesuai dengan kewenangan penyelenggaraan daerah. Musrenbang bertujuan mencapai konsensus dan kesepakatan tentang draft final RKPD. Dokumen berisikan (a) arah kebijakan pembangunan daerah; (b) arah program kegiatan prioritas SKPD berikut perkiraan anggarannya atau Rencana Kerja SKPD; (c) kerangka ekonomi makro dan keuangan; (d) prioritas program dan kegiatan yang akan dibiayai oleh APBD, APBD Provinsi, dan sumber-sumber biaya lainnya; (e) rekomendasi dukungan peraturan dari Pemerintah Provinsi dan Pusat; (f) alokasi anggaran untuk ADD.

Upload: vohanh

Post on 08-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Musyawara Rencana Pembangunan (MUSRENBANG)

Musrenbang merupakan salah satu bagian yang sangat penting bagi

perencanaan pembangunan. Tinjauan umum Musrenbang menjadi lebih

bermakna karena menjadi media utama konsultasi publik bagi segenap pelaku

kepentingan untuk menyelaraskan prioritas pembangunan dan sasaran

pembangunan daerah. Mengklarifikasi usulan program dan kegiatan yang telah

disampaikan mayarakat pada setiap tahapan Musrenbang, mulai dari

Musrenbang Kelurahan/Desa, Musrenbang Kecamatan, Forum RKPD, dan

Musrenbang Daerah, serta mnyepakati prioritas pembangunan dan

program/kegiatan pada setiap tahapan Musrenbang.

Konsep yang digunakan untuk menyepakati program dan kegiatan prioritas

tersebut adalah musyawarah untuk mencapai mufakat melalui pendekatan

sistem top down menuju pengelolaan bottom up, sesuai dengan kewenangan

penyelenggaraan daerah.

Musrenbang bertujuan mencapai konsensus dan kesepakatan tentang draft

final RKPD. Dokumen berisikan (a) arah kebijakan pembangunan daerah; (b)

arah program kegiatan prioritas SKPD berikut perkiraan anggarannya atau

Rencana Kerja SKPD; (c) kerangka ekonomi makro dan keuangan; (d) prioritas

program dan kegiatan yang akan dibiayai oleh APBD, APBD Provinsi, dan

sumber-sumber biaya lainnya; (e) rekomendasi dukungan peraturan dari

Pemerintah Provinsi dan Pusat; (f) alokasi anggaran untuk ADD.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

23

1. Pengertian Musrenbang

Pengertian musrenbang adalah forum dimana masyarakat dapat

menyampaikan aspirasi mereka, dalm proses pembangunan yang akan

dilaksanakan sebagaimana yang seharusnya dilakukan pemerintah serta

sebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang

akan dilaksanakan. Proses Musrenbang memajukan setiap daerah mulai

dari Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi hingga

Pusat.16

Pengertian Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang),

yang terdiri atas sebagai berikut:

a) Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Tingkat

Desa/Kelurahan.

Musrenbang tingkat Desa adalah Masyarakat Desa mulai dari Ketua

RT/RW, Tokoh-Tokoh Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat,

Kelompok Tani, Kelompok Nelayan, Pemuda, Pengrajin, dan berbagai

lapisan masyarakat desa yang memiliki kebutuhan riil dapat

berpartisipasi dalam melakukan kebijakan pembangunan bersama

pemerintah desa.

b) Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Tingkat

Kecamatan.

Musrenbang tingkat kecamatan adalah musyawarah perencanaan

pembangunan yang bertujuan untuk menghimpun dan menyeleksi

16

Maya Rostanti, Nandang Suherman dkk, Mewujudkan Anggaran Pro Rakyat Miskin:

Manual Advokasi Masyarakat Sipil Dalam Siklus Anggaran Daerah. Tahun 2008. Hal:05

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

24

program pembangunan di berbagai desa yang ada di Kecamatan

tersebut. Delegasi dari setiap desa dapat mengajukan program yang

telah disepakati dari musyawarah pembangunan tingkat desa.

Pemerintah Kecamatan bertugas sebagai fasilitator dapat memberikan

arahan yang profesional kepada setiap delegasi dari pemerintah desa

dan perwakilan masyarakat desa. Program yang disepakati harus

berdasarkan atas analisis yang objektif sehingga keputusan diambil

sesuai dengan sasaran.

c) Musyawarah Perencanaan Pemabngunan (Musrenbang) Tingkat

Kabupaten.

Musrenbang tingkat Kabupaten adalah musyawarah pemabngunan

yang dilakukan dengan tujuan untuk menghimpun apa yang menjadi

hasil dari Musrenbang tingkat desa dan tingkat kecamatan. Pemerintah

daerah harus bisa memastikan keterwakilan yang lebih baik dari

seluruh pemangku kepentingan. Dan meningkatkan kualitas

pengembilan keputusan tentang alokasi sumber daya anggaran. Dalam

hal ini pemerintah daerah harus membentuk prosedur Musrenbang

dalam bentuk perda tentang partispasi dan transparansi dalam proses

penyususnan anggaran yang menekankan pada kewajiban

keterwakilan masyarakat dalam Musrenbang. Sehingga diharapkan

substansi dari RKPD, KUA, PPA, dan sehingga menjadi APBD yang

benar-benar mencerminkan aspirasi masyarakat.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

25

2. Dasar Hukum Musrenbang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional menyebutkan bahwa Pemerintah

Daerah wajib menyususn Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang

berfungsi sebagai dokumen perencanaan daerah untuk 1 (satu) tahun.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah merupakan penjabaran dari Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dengan

memperhatikan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi. Untuk menyusun RKPD,

pemerintah daerah wajib menyelenggarakan Forum Musyawarah

Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) secara berjenjang, mulai dari

tingkat desa/kelurahan, kecamatan sampai dengan kabupaten, termasuk

penyelnggaraan Forum SKPD dan/atau gabungan SKPD.

Selanjutnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah merupaka kerangka dasar otonomi daerah yang salah

satunya mengamanatkan dilaksanakannya perencanaan pembangunan dari

bawah secara partisipatif.

Pendekatan partisipatif merupakan proses perencanaan atas bawah

(top-down) dan bawah atas (bottom-up) yang diselaraskan melalui

musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) di tingkat

desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi serta nasional.

Musrenbang merupakan instrument proses perencanaan pemabngunan,

sehingga secara teknis berbagai keputusan dalam pelaksanaan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

26

pembangunan dirumuskan setara bersama dan dilaksanakan sesuai dengan

jenjang pemerintahan.

Menurutu Peraturan Menterri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tata Cara, Penyususunan, Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah pada Pasal 128 ayat (2)

Penyelesaian Rumusan Rancangan Akhir RKPD Kabupaten/Kota

sebagaimana dimaksud dalam pasal 127 ayat (1) paling lambat pada akhir

bulan Mei.

3. Mekanisme Musrenbang

Mekanisme Musrenbang berdasarkan Permendagri Nomor 54 Tahun

2010 adalah sebagai berikut:

a) Ditingkat desa dimulai pada bulan Desember tahun berjalan dengan

menyelenggarakan Murenbang Desa/Kelurahan dengan peserta

perwakilan masyarakat di tingkat RT seluruh ketua RT dan RW serta

tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lain-lain.

b) Ditingkat Kecamatan dengan peserta gabungan delegasi desa dari

kelurahan yang ada di Kecamatan serta mengundang Muspika

(Musyawarah pimpinan kecamatan), hasil-hasil dari keputusan

sebagai kesepatan bersama dari Musrenbang Desa/Kelurahan dibawa

ketingkat Musrenbang Kecamatan demikian pula hasil-hasil

kesepakatan musyawarah di tingkat Kecamatan dibawa ke

Musrenbang tingkat Kabupaten dimana hasil keputusan/kesepakatan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

27

Musrenbang Kabupaten akan menjadi salah satu dasar dan bahan

dalam perencanaan pembangunan daerah.

4. Mekanisme Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan diawali dengan adanya diskusi dan curah

pendapat antar peserta Musrenbang dengan aparatur pemerintah daerah,

dimana pemerintah daerah sebagai fasilitator yang mempertimbangkan

segala usulan yang berasal dari peserta Musrenbang dengan menselaraskan

program pembangunan yang telah tersusun dalam RPJMD, serta usulan

merupakan kebutuhan riil masyarakat dan bukan hanya merupakan

keinginan saja hal ini akan disepekati dalam berita acara hasil-hasil

Musrenbang yang disepakati.

5. Pelibatan Masyarakat/Peserta Dalam Musrenbang

Musrenbang dari awal dibentuk dengan harapan dapat melibatkan

seluruh komponen masyarakat agar pendapat dan usulan masyarakat

terhadap perencanaan program-program pembangunan yang ada di

daerahnya dapat difasilitasi di dukung dan diakomodir oleh pemerintah

daerah beserta masyarakat itu sendiri dan komponen yang lain. Dalam

Musrenbang Desa, Kepala Desa dan unsur-unsur Desa lainnya sebagai

pihak penyelenggaraan Musrenbang memberikan undangan kepada

peserta-peserta Musrenbang yang ada di Desa/Kelurahan tersebut.

Kemudian juga di level kecamatan, camat besrta unsur-unsur aparat

kecamatan sebagai pihak penyelenggara memberikan/menyebarkan

undangan kepada peserta-peserta Musrenbang Kecamatan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

28

6. Peranan dan Kedudukan Musrenbang

Musrenbang merupakan wahana publik yang pentinga untuk

membawa para pemangku kepentingan memahami isu-isu dan

pernasalahan pembangunan daerah mecapai kesepakatan atas prioritas

pembangunnan, dan consesnsus untuk pemcahan berbagai masalah

pembangunan daerah. Musrenbang lazimnya dilaksanakan setelah

selesainya tahap persiapan penyusunan rencana (analisisis situais dan

rancangan rencana) dari keseluruhan proses perencanaan partisipatif.

Musrenbang bertujuan untuk menstrukturkan permasalahan, mencapai

kesepakatan prioritas issu dan permasalahan daerah, serta mekanisme

penanganannya. Musrenbang merupakan wahana untuk mensinkronkan

dan merekonsiliasikan pendekatan “top-down” dengan “bottom-up”,

pendekatan penilaian kebutuhan masyarakat dengan penilaian yang

bersifat teknis serta resolusi konflik atas berbagai kepentingan pemerintah

daerah dan non government stakeholders untuk pembangunan daerah,

antara kebutuhan program pembangunan dengan kemampuan dan kendala

pendanaan, dan wahana untuk mensinergikan berbagai sumber pendanaan

pembangunan. Musrenbang disebut juga Musrenbang Daerah, untuk

Kabupaten/Kota disebut juga Musrenbang Kabupaten/Kota dan tingkat

Provinsi disebut juga Musrenbang Provinsi. Musrenbang Kabupaten/Kota

merupakan puncak kegiatan musyawarah pembangunan yang diawali dari

kegiatan Musrenbang Desa/Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, dan

Forum SKPD, sedangkan Musrenbang Provinsi dilaksanakan setelah

pelaksanaan Musrenbang Kabupaten/Kota diwilayahnya.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

29

B. Tinjauan Tentang Hak Atas Tanah

Tinjauan Pustaka yang dalam hal ini terdapat dalam BAB II akan dibahas

mengenai hasil dari mencari, membaca dan menelaah laporan-laporan

penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori atau dasar hukum yang

relevan dengan penelitian yang akan dilakukan dengan tujuan memberikan

pemantapan dan penegasan tentang penelitian yang akan dilakukan. Bab ini

akan membahas lebih detil tentang Pengertian Hak Atas Tanah, Fungsi Sosial

Hak Atas Tanah, dan lain-lain.

1. Pengertian Hak Atas Tanah

Pengertian hak atas tanah adalah hak-hak atas tanah yang sebagaimana

di tetapkan pada pasal 16 Undang-Undang Pokok Agraria, khususnya Hak

atas Tanah Primer (Originair) yaitu hak atas tanah yang langsung diberikan

oleh Negara kepada Subyek Hak. 17

Hak- hak atas tanah, air, dan ruang angkasa diatur dalam UUPA, maupun

dalam peraturan-peraturan lain, antara lain :

a. Pasal 16 UUPA

Hak-hak atau tanah sebagai yang dimaksud pasal 4 ayat (1) adalah,

hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa,

hak membuka tanah, hak memungut hasil, hak-hak lain yang tidak

termasuk dalam hak-hak tersebut yang telah disebutkan sebelumnya

yang di tetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya

sementara sebagai yang disebut dalam pasal 53. Hak-hak atas air dan

17

H. Ali Achmad Chomzah. 2002, Hukum Pertanahan, Jakarta, hal. 1

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

30

ruang angkasa diatur dalam pasal 4 ayat (3) ialah, hak guna air, hak

pemeliharaan dan penangkapan ikan, hak guna ruang angkasa.18

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1977

Pasal 1 ayat (1) pada intinya berisi tentang Hak Pengelolaan berisi

wewenang untuk :

1. Merencanaka peruntukan dan penggunaan tanah yang bersangkutan

2. Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan

usahanya.

3. Menyerahkan bagian-bagian daripada tanah itu kepada pihak

ketiga menurut persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan

pemegang hak tersebut, yang meliputi segi-segi peruntukan,

penggunaan, jangka waktu dan keuangannya, dengan ketentuan

bahwa pemeberian hak atas tanah kepada pihak ketiga yang

bersangkutan dilakukan oleh pejabat-pejabat yang berwenang

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Hak pengelolaan yang berasal dari pengkonversian hak penguasaan

berdasarkan Peraturan Mentri Agraria no. 9 tahun 1965 tentang

“Pelaksanaan konversi hak penguasaan tanah Negara dan ketentuan

tentang kebijaksanaan selanjutnya yang member wewenang sebagaimana

tersebut dalam ayat (1) di atas dan yang telah didaftarkan di Kantor Sub

Direktorat Agraria setempat sudah ada sertifkatnya.19

18

Soetomo. 1984. Pembebasan Pencabutan Permohonan Hak atas Tanah. Surabaya, hal 14 19

Ibid, hal 15

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

31

Dalam pengadaan tanah pada umumnya tanah yang dibebaskan ialah hak

milik, pengertian dan ketentuan dari hak milik dalam pasal 20 ayat (1) UUPA

adalah “Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat

dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan pasal 6”. Kemudian dalam

ayat (2) berbunyi “ Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.”

Dalam pasal 20 ayat (1) tersebut ditegaskan bahwa hak milik merupakan

hak yang palingkuat yang dapat diperoleh oleh seseorang atas tanah, terkuat,

terpenuh ini berarti paling kuat dan paling penuh jika dibandingkan dengan

hak-hak lain seperti disebut dalam pasal 16 ayat (1) UUPA. Di dalam memori

penjelasan dikatakan bahwa kata-kata “terkuat dan terpenuhi” ini

dimaksudkan untuk meununjukkan perbedaannya dengan hak-hak guna

usaha, hak guna bangunan, hak pakai, dan hak-hak lain. Hak milik pun adalah

hak yang turun temurun, jadi dapat diwarisi sebagaimana ayat (2) berbunyi

“Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.”20

2. Jenis-Jenis Hak Atas Tanah

Adapun jenis-jenis Hak Atas Tanah yang akan dibahas yakni, Hak

Milik, Hak Pakai, Gak Guna Bangunan, dan Hak Guna Usaha. Berikut

adalah pengertian dari beberapa jenis Hak Atas Tanah Tersebut, antara

lain:21

20

Ibid, hal 16 21

Soedharyo Soimin. 2001. Status Hak Dan Pembebasan Tanah, Jakarta. Hal 1-24

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

32

a. Hak Milik

Pengertian hak milik dapat diartikan hak yang dapat diwariskan secara

turun-temurun secara terus menerus dengan tidak harus memohon

haknya kembali apabila terjadi perpindahan hak. Dalam pasal 570

KUHPerdata, hak milik dirumuskan bahwa hak milik adalah hak

untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan

untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu, dengan kedaulatan

sepenuhnya asal tidak bertentangan dengan undang-undang atau

peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak

menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain,

kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan akan

pencabutan hak demi kepentingan umum bedasar kepada ketentuan

undang-undang dan pembayaran ganti rugi. Kemudian dalam UUPA

pengertian hak milik dirumuskan di dalam pasal 20 ayat (1) UUPA,

hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuhi, yang dapat

dipunyai orang atas tanah. Hak milik adalah “hak terkuat dan

terpenuhi”. Pemberian sifat ini tidak berarti bahwa hak tersebut

merupakan hak “mutlak”, tak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat

sebagai hak eigendom.

b. Hak Pakai

Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil

dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang

lain yang memberikan wewenang dan kewajiban yang ditentukan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

33

dalam keputsan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang

memberikannya atau dalam perjanjian sewa menyewa atau perjanjian

pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan

dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan UUPA pasal 41 ayat (1).

Karenanya hak pakai atas tanah itu hanya dapat diberikan:

1) Selama jangka waktu yang tertentu dan selama tanahnya

dipergunakan untuk keperluan tertentu;

2) Dengan cuma-cuma dengan pembayaran atau pemberian jasa

berupa apapun.

c. Hak Guna Bangunan

Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai

bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, yang

jangka waktunya paling lama adalah 30 tahun (pasal 35 UUPA). Dan

suatu pemilikan hak di atas tanah orang lain yang bukan untuk usaha

pertanian. Dalam kaitannya hak guna bangunan ini yang dapat

mempunyai atau siapa yang berhak mempunyai hak guna bangunan

ini adalah sebagai berikut:

1) Warga Negara Indonesia.

2) Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia (Pasal 36 ayat (1) UUPA).

d. Hak Guna Usaha

Menurut pasal 28 UUPA Hak Guna Usaha adalah hak khusus untuk

mengusahakan tanah yang bukan miliknya sendiri atas tanah yang

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

34

dikuasai langsung oleh Negara untuk perusahaan pertanian, perikanan

atau peternakan. Bedanya dengan hak pakai adalah hak guna usaha

dapat diberikan untuk usaha pertanian, perikanan, atau peternakan.

3. Hapusnya Hak Atas Tanah

Ada beberapa factor yang menyebabkan hapusnya Hak Atas Tanah

menurut Undang-Undang Pokok Agraria, yakni:22

a. Karena pencabutan Hak

Menurut ketentuan Pasal 18 UUPA bahwa untuk kepentingan umum

termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama

dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti

kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan undang-

undang. Ketentuan Pasal 18 UUPA ini selanjutnya dilaksanakan

dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan

Hak-hak atas Tanah dan Benda-benda yang Ada di Atasnya.

b. Karena penyerahan dengan sukarela

Hapusnya hak atas tanah karena penyerahan dengan sukarela oleh

pemiliknya ini berhubungan dengan Keputusan Presiden Nomor 55

Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan

untuk Kepentingan Umum (Kepres No. 55/1993), yang dilaksanakan

lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994 tentang Ketentuan

Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang

22

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

35

Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan

Umum (Permen No. 1/1994), penyerahan sukarela ini menurut Kepres

No. 55/1993 sengaja dibuat untuk kepentingan negara, yang dalam hal

ini dilaksanakan oleh pemerintah.

c. Karena ditelantarkan

Pengaturan mengenai tanah yang terlantar diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan

Pendayagunaan Tanah Terlantar (PP No. 36/1998). Pasal 3 dan 4 PP

No. 36/1998 mengatur mengenai kriteria tanah terlantar yaitu; (i) tanah

yang tidak dimanfaatkan dan/atau dipelihara dengan baik. (ii) tanah

yang tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan, sifat atau tujuan dari

pemberian haknya tersebut.

d. Karena ketentuan Pasal 21 ayat (3) dan Pasal 26 ayat (2) UUPA

Pasal 21 ayat (3) UUPA mengatur bahwa orang asing yang memperoleh

hak milik karena pewarisan tanpa wasiat atau pencampuran harta

perkawinan, demikian pula warganegara Indonesia yang mempunyai

hak milik dan setelah berlakunya UUPA ini kehilangan

kewarganegaraannya, wajib melepaskan hak itu dalam jangka waktu 1

(satu) tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau hilangnya

kewarganegaraan itu. Jika sesudah jangka waktu tersebut lampau hak

milik itu tidak dilepaskan, maka hak tersebut hapus karena hukum dan

tanahnya jatuh kepada negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak

lain yang membebaninya tetap berlangsung. Kemudian Pasal 26 ayat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

36

(2) UUPA menyatakan bahwa setiap jual-beli, penukaran, penghibahan,

pemberian dengan wasiat dan perbuatan-perbuatan lain yang

dimaksudkan untuk langsung atau tidak langsung memindahkan hak

milik kepada orang asing, kepada seorang warga negara yang di

samping kewarganegaraan Indonesianya mempunyai kewarganegaraan

asing atau kepada suatu badan hukum, kecuali yang ditetapkan oleh

Pemerintah yaitu badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik

dan syarat-syaratnya, adalah batal karena hukum dan tanahnya jatuh

kepada Negara, dengan ketentuan, bahwa hak-hak pihak lain yang

membebaninya tetap berlangsung serta semua pembayaran yang telah

diterima oleh pemilik tidak dapat dituntut kembali.

e. Tanahnya musnah

Sebagaimana pemberian, peralihan dan pembebanan Hak Milik yang

wajib di daftar dalam buku tanah, pendaftaran hapusnya hak

kepemilikan atas tanah juga wajib untuk dilakukan. Hal ini diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah.

C. Fungsi Sosial Hak Atas Tanah

Pengertian mutlak dan tidak boleh diganggu gugat dalam pasal 20 ayat

(1) UUPA dihilangkan dengan adanya pasal 6 UUPA yang berbunyi “Semua

hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

37

Di Negara kita, dimana segala budang kehidupan didasari oleh nilai-nilai

Pancasila, maka hak kepemilikan tanah pun tidak dapat berlaku mutlak

seperti eigendom pada zaman penjajahan.23

Eigendom ialah hak kepemilikan mutlak atas tanah, pemiliknya dapat

melakukan mendayagunakan tanah atau tidak mendayagunakan tanah sesuai

dengan kehendaknya demi untuk kepuasan si pemilik yang bersangkutan.

Kepentingan individu lebih diutamakan daripada kepentingan masyarakat

banyak. Tidak jarang terjadi perlakuan-perlakuan / perbuatan-perbuatan

pemilik tanah yang menimbulkan kerugian pada tanah-tanah dan kehidupan

masyarakat, seperti misalnya:24

a. Tanah yang ditelantarkan bertahun-tahun, pengaruhnya yang negative

banyak terasa terhadap struktur tanah, tanah milik orang lain di

sekitarnya dan juga terhadap lingkungan;

b. Pemiliknya dapat melakukan penggalian-penggalian dengan bebas, tanpa

menghiraukan kestabilan struktur tanah milik orang lain;

c. Pemiliknya dapat melakukan pemboran air demi untuk kepentingan

dirinya, sehingga persediaan air dalam tanah tersedot sedemikian rupa

yang berakibat sulitnya diperoleh air kepentingan masyarakat

sekelilingnya;

d. Apabila pohon-pohonan milik orang lain condong ke atas tanah miliknya,

bagian yang condong itu seakan-akan miliknya sehingga ia seakan-akan

mempunyai hak untuk memetik hasilnya;

23

G. Kartasapoetra, dkk. 1985. Hukum Tanah Jaminan UUPA Keberhasilan Pendayagunaan

Tanah, Jakarta, hal 52 24

Ibid

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

38

e. Dengan eigendom, pemiliknya bebas untuk melakukan pemeliharaan-

pemeliharaan atas tanahnya atau tidak;

Setelah Indonesia merdeka, terutama dengan berlakunya Undang-Undang

nomor 5 Tahun 1960 (UUPA) hak eigendom tersebut dihapuskan, demikian

pula hak-hak atas tanah lainnya yang diatur dalam KUH Perdata, karena tidak

sesuai dengan kepribadian/sosialisme

Indonesia yang berdsarkan gotong royong

yang dipateri dengan nilai-nilai pancasila.

“Tanah mempunyai funsi sosial” berarti harus ada keseimbangan antara

kepentingan individu (pemilik, penguasa, penyewa) dengan kepentingan

masyarakat dan Negara, dalam pendayagunaan tanah tersebut.

Hak-hak yang diperolehharus diimbangi dengan kewajiban-kewajiban,

dengan dipenuhinya kewajiban-kewajiban tersebut maka Pemerintah dapat

melakukan pembangunan-pembangunan dan rehabilitasi prasarana dan sarana

lainnya untuk lebih meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat, dengan

demikian maka kepentingan individu akan diatur keseimbangannya dengan

kepentingan masyarakat. Ketentuan-ketentuan Pemerintah Republik

Indonesia, ketentuan-ketentuan hukum adat dan agama yang berhubungan

dengan masalah tanah, merupakan ketentuan-ketentuan untuk menegakkan

arti bahwa “Tanah mempunyai fungsi sosial”.

Para petani pemilik tanah di Negara kita umumnya dapat diklasifikasikan

dalam petani ekonomis lemah, yang artinya banyak menderita kekurangan-

kekurangan modal untuk menigkatkan hasil produksi tanamannya, justru

karena itulah pemerintah menyediakan kredit-kredit karena dengan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

39

meningkatnya hasil produksi tanaman pangan dan tanaman perdagangan,

selain kepentingan petani itu dapat terpenuhi, kepentingan masyarakat

banyakpun dalam usaha mencukupi kebutuhan bahan pangan dan tanaman

perdagangan dapat terjamin dengan baik, keseimbangan supply dan demand

dapat terpupuk dengan subur, keadaan hasil bumi dipasaran stabil, kesemua

ini merupakan tunjangan besar bagi kestabilan ekonomi. Dalam uraian diatas

telah tercermin pula “tanah mempunyai fungsi sosial”, karena pemiliknya

berhasrat untuk meningkatkan hasil dan hasilnya dapat dinikmati pula ole

umum/para konsumen. Pada kenyataannya tiada sedikit tanah yang masi

dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya, tiada sedikit pula pekarangan-

pekarangan rumah yang dibiarkan tanpa ditanami, dalam usaha swasembada

pangan keadaan demikian sungguh merugikan. Karena tanah-tanah yang

dibiarkan, hanya ditumbuhi olehtanamanp-tanaman yang kurang bermanfaat,

pekarangan-pekarangan yang polos dari tanaman, kalau ditanami secara aktif,

maka hasilnya akan dapat dipetik, dapat menghemat pengeluaran-pengeluaran

pemiliknya, dapat menambah income dan menunjang usaha-usaha mencukup

kebutuhan masyarakat akan sayur-sayuran, buah-buahan, dan lain sebagainya.

“Tanah mempunyai fungsi sosial” dimaksudkan agar tanah benar-benar

didayagunakan sebagaimana mestinya, bermanfaat bagi pemiliknya dan

bermanfaat pula bagi masyarakat. Pemanfaatan tanah harus sesuia dengan

kepentingan masyarakat banyak, karena tanah mempunyai fungsi sosial.25

25

Ibid hal 55

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

40

Dari uraian diatas nampak jelas bagaimana seharusnya pemerintah

memanfaatkan tanah untuk masyarakat guna penumbuhan ekonomi yang

baik. Apabila seharusnya tanah tersebut akan dipergunakan untuk

kepentingan banyak orang atau dalam hal ini untuk sebuah kepentingan

umum maka asas penghormatan atas tanah yang tertuang dalam undang-

undang harus dilaksanakan dengan baik, mengingat tanah merupakan aset

yang dapat menumbuhkan kesejahteraan suatu orang atau masyarakat.

D. Tinjauan Pelepasan Hak Atas Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum

1. Pengertian Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Beberapa pakar hukum berupaya memberikan definisi yang

mampu menjelaskan konsep kepentingan umum. Menurut Pound

kepentingan umum adalah kepentingan-kepentingan dari negara

sebagai badan hukum dan menjaga kepentingan-kepentingan

masyarakat (Adrian Sutedi, 2008:61). Sedangkan menurut Julius

Stone kepentingan umum adalah suatu keseimbangan antara

kepentingan individu, masyarakat, penguasa serta negara (Bernhard

Limbong, 2011:146). Menurut John Salindeho kepentingan umum

adalah termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan

bersama rakyat, dengan memperhatikan segi-segi sosial, politik,

psikologis dan 40 hankamnas atas dasar asas-asas pembangunan

nasional dengan mengindahkan ketahanan nasional serta wawasan

nusantara (Bernhard Limbong, 2011:147).26

26

http://e-journal.uajy.ac.id/321/3/2MIH01716.pdf hal 39-40 diakses tanggal 12 Oktober

pukul 10.05 WIB

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

41

Istilah kepentingan umum munurut peraturan yang pernah dan

masih berlaku di Indonesia, antara lain:27

a. Sebagaimana diatur dalam UUPA Pasal 18 Kepentingan Umum

adalah kepentingan bersama dari rakyat, Negara dan bangsa.

b. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961, Kepentingan

Umum adalah untuk kepentingan bangsa dan Negara, serta

kepentingan bersama dari rakyat, juga kepentingan pembangunan.

c. Menurut INPRES Nomor 9 Tahun 1973, Kepentingan Umum

adalah kepentingan pembangunan

d. Menurut PERMENDAGRI Nomor 15 Tahun 1975, Kepentingan

Umum adalah kepentingan seluruh lapisan masyarakat.

e. Menurut KEPRES Nomor 5 Tahun 1993, Kepentingan Umum

adalah kegiatan pemerintah untuk kepentingan segenap

masyarakat, tidak untuk mencari keuntungan.

f. Menurut PERPRES Nomor 36 Tahun 2005, Kepentingan Umum

adalah kepentingan sebagian besar masyarakat dan kegiatan yang

dilaksanakan oleh pemerintah, serta tidak untuk mencari

keuntungan.

g. PERPRES Nomor 65 Tahun 2006, Kepentingan Umum adalah

kegiatan pembangunan yang dilakukan pemerintah tidak untuk

mencari keuntungan.

27

Farida Fitriyah.2016, Hukum Pengadaan Tanah Transmigrasi. Setara Press. Malang. Hal

40

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

42

Jadi dapat disimpulkan bahwa Kepentingan Umum menurut

john salindheo “Kepentingan Umum adalah termasuk kepentingan

Bangsa dan Negara serta kepentingan bersama rakyat, dengan

memperhatikan segi-segi sosial, politik, psikologis, dan hankamnas

atas dasar asasasas pembangunan nasional denga menginsahkan

ketahanan nasional serta wawasan nusantara”28

Pengadaan tanah pada dasarnya dilakukan demi melakukan

pelakasanaa pembangunan, namun dalam melaksanakannya

dibutuhkan tanah, sehingga proses dalam penyediaan tanah dalam

rangka pembangunan ini yang disebut proses pengadaan tanah. Dalam

menjalani proses pengadaan tanah, terdapat peraturan-peraturan

sebagai berikut.29

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tantang Undang-

Undang Pokok Agraria (UUPA). Didalam undang-undang ini, pasal

yang terkait dengan pengadaan tanah ada didalam;

a. Pasal 14 ayat (1) dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 2

ayat (2) dan (3), Pasal 9 ayat (2), Pasal 10 ayat (1) dan (2),

Pemerintah membuat rencana umum mengenai persediaan,

peruntukan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa

serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya;

28

Dikson Kristian, dkk, 2014, Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengadaan Tanah

Bagi PelaksanaanPembangunan Untuk Kepentingan Umum, Jurnal IPI, diakses 12 Oktober 2017.

Pukul 10.36 WIB 29

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/40079/Chapter%20II.pdf;jsessionid

=5D0FE51D81BA6FE05524B608012701B7?sequence=3 di akses 12 Oktober 2017 Pukul 11.06

WIB

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

43

1. Untuk keperluan negara;

2. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan-keperluan

suci lainnya sesuai dengan dasar Ketuhanan Yang Maha

Esa;

3. Untuk keperluan pusat-pusat kehidupan masyarakat,

sosial, kebuadayaan dan lain-lain kesejahteraan;

4. Untuk keperluan memperkembangkan produksi pertanian,

perternakan, dan perikanan serta sejalan dengan itu;

5. Untuk keperluan memperkembangakan industri,

transmigrasi dan peertambangan.

b. Pasal 18 menyatakan bahwa untuk kepentingan umum,

termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan

bersama dari selurh rakyat. Hak-Hak Atas Tanah dapat

dicabut dengan memberikan ganti rugi kerugian yang layak

dan menurut cara yang diatur dengan undang-undang,

Didalam pasal 5 Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993

disebutkan ada 14 (empat belas) bidang kegiatan pengadaan hak atas

tanah untuk kepentingan umum, ialah:30

a. Jalan umum (termasuk jalan tol, rel kereta api), saluran

pembuangan air (termasuk saluran air minum/air bersih, dan

sanitasi);

30

Umar Said Sugiharto, Op.cit. hal 70-71

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

44

b. Waduk, bendungan dan bangunan pengairan lainnya teramasuk

irigasi;

c. Rumah sakit umum dan pusat-pusat kesehatan masyarakat;

d. Pelabuhan atau Bandar udara (termasuk stasiun kereta api)

dan/atau terminal;

e. Peribadatan;

f. Pendidikan atau sekolah;

g. Pasar umum atau pasar INPRES;

h. Fasilitas pemakaman umu;

i. Fasilitas keselamatan umum seperti antara lain tanggul

penanggulangan bahaya banjir,lahar dan lain-lain bencana;

j. Pos dan telekomunikasi;

k. Sarana olahraga;

l. Stasius penyiaran radio, televise beserta sarana pendukungnya;

m. Kantor Pemerintah (termasuk Pemerintah Daerah, Perwakilan Negara

Asing, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan/atau lembaga-lembaga

Internasional di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa);

n. Fasilitas angkatan bersenjata Republik Indonesia (termasuk

kepolisian sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya);

Dalam pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005

penambahan 7(tujuh) bidang, sehingga menjadi 21 (dua Puluh satu)

bidang kagiatan, meliputi:31

31

Ibid, hal 71-72

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

45

a. Jalan umum, jalan tol, rel kereta api (di atas tanah, di ruang atas

tanah, ataupun di ruang bawah tanah), saluran air minum/air

bersih, saluran pembuangan air dan irigasi;

b. Waduk, bendungan, bendungan irigasi, dan bangunan pengairan

lainnya

c. Rumah sakit umum dan pusat kesehatan masyarakat;

d. Pelabuhan, Bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal;

e. Peribadatan;

f. Pendidikan atau sekolah;

g. Pasar umum;

h. Fasilitas pemakaman umum;

i. Fasilitas keselamatan umum;

j. Pos dan telekomunikasi;

k. Sarana olahraga;

l. Stasiun penyiaran radio, televise dan sarana pendukungnya;

m. Kantor Pemerintah, Pemerintah Daerah, perwakilan Negara asing,

Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan/atau lembaga-lembaga

Internasional dibawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa;

n. Fasilitas Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara

Republik Indonesia sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya;

o. Lembaga permasyarakatan dan rumah tahanan;

p. Rumah susun sederhana;

q. Tempat pembuangan sampah;

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

46

r. Cagar alam dan cagar budaya;

s. Pertamanan;

t. Panti sosial;

u. Pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listirk;

Dalam pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006

disebutkan hanya 7 (tujuh) bidang kegiatan, meliputi:32

a. Jalan umum dan jalan tol, rel kereta api (diatas tanah, di ruang

atas tanah, ataupun di ruang bawah tanah), saluran air minum/air

bersih, saluran pembuangan air dan sanitasi.

b. Waduk bendungan, bendungan irigasi, dan bangunan pengairan

lainnya;

c. Pelabuhan, Bandar udara, stasiun kereta api dan terminal;

d. Fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan

bahaya banjir, lahar dan lain-lain;

e. Tempat pembuangan sampah;

f. Cagar alam dan cagar budaya;

g. Pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik.

2. Tata Cara atau Mekanisme Pelepasan Hak Atas Tanah

Dalam pengertiannya Pelepasan Hak Atas Tanah terjadi ketika

adanya perbuatan hukum melepaskan hubungan hukum antara subyek

hak atas tanah dengan tanah yang dimilikinya.33

32

Ibid hal 72 33

http://bem.law.ui.ac.id/fhuiguide/uploads/materi/agra-pembebasan-hak.pptdiakses tanggal

8 April 2018 pukul 14.20 WIB

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

47

Pada dasarnya, pelepasan hak atas tanah meliputi banyak aspek.

Seperti, pelepasan hak atas tanah dalam rangka pembaharuan hak atau

perubahan hak, pelepasan hak atas tanah dalam rangka pengadaan

tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum, pelepasan hak

atas tanah untuk kepentingan swasta maupun pelepasan hak atas tanah

bagi perusahaan dalam rangka penanaman modal.Adapun pelepasan

hak atas tanah dalam rangka perolehan tanah bagi orang maupun

badan hukum yang hendak mendapatkan tanah dilakukan dengan

pemberian ganti kerugian atas dasar musyawarah dengan orang yang

melepaskan hak tersebut. Namun, pelepasan hak tersebut tidak secara

otomatis menjadikan kedudukan si pemberi ganti kerugian kemudian

menjadi pemegang hak atas tanah. Tanah yang dilepaskan tersebut

akan menjadi tanah negara, dan kemudian diberikan kepada si

pemberi ganti kerugian tersebut.Dalam praktiknya, masing-masing

aspek pelepasan hak atas tanah sebagaimana diuraikan di atas

memiliki bentuk (form) Surat Pernyataan Pelepasan Hak atas Tanah

(SPPHT) dan ketentuan-ketentuan yang mengaturnya. Misalnya,

apakah harus dibuat di hadapan dan disaksikan oleh Kepala Kantor

Pertanahan, atau dibuat dalam bentuk akta notaris atau juga disaksikan

oleh Camat setempat maupun disaksikan oleh saksi-saksi lain.34

Terkait dengan kasus yang akan dibahas di bab selanjutnya yang

dimana dalam pelepasan hak atas tanah tersebut tidak adanya surat-

34

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4fae976f5aed2/surat-pernyataan-pelepasan-

hak-atas-tanah diakses tanggal 8 April 2018 pukul 14.22 WIB

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

48

surat yang menyatakan bahwa tanah pemilik tersebut dilepaskan

kemudian tanah tersebut dilepaskan melalui Musyawarah Perencanaan

Pembangunan.

Berdasarkan Pasal 131 ayat (3) Peraturan Menteri

Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1997 tentang

Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah (Permenag No. 3/1997), permohonan

pendaftaran hapusnya hak atas tanah tidak akan diterima, apabila tidak

memenuhi syarat sebagai berikut:

(3) “Pendaftaran hapusnya hak atas tanah dan Hak Milik atas Satuan

Rumah Susun yang disebabkan oleh dilepaskannya hak tersebut

oleh pemegangnya dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan

berdasarkan permohonan dari pihak yang berkepentingan dengan

melampirkan:

a. Akta notaris yang menyatakan bahwa pemegang yang

bersangkutan melepaskan hak tersebut, atausurat keterangan

dari pemegang hak bahwa pemegang hak yang bersangkutan

melepaskan hak tersebut yang dibuat di depan dan disaksikan

oleh Camat letak tanah yang bersangkutan, atausurat

keterangan dari pemegang hak bahwa pemegang hak yang

bersangkutan melepaskan hak tersebut yang dibuat di depan

dan disaksikan oleh Kepala Kantor Pertanahan.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

49

b. Persetujuan dari pemegang Hak Tanggungan apabila hak

tersebut dibebani Hak Tanggungan;

c. Sertifikat hak yang bersangkutan;”

3. Asas-Asas Pelepasan Hak Atas Tanah

Peraturan-peraturan pelepasan hak atas tanah terdapat pada

Pasal 27, Pasal 34 dan Pasal 40 UU No. 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan tata cara pelaksanaannya

diatur dalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan

Umum (Perpres 36/2005).

Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, menurut Pasal 1

angka 6 Perpres 36/2005, adalah kegiatan melepaskan hubungan

hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang

dikuasainya dengan memberikan ganti rugi atas dasar musyawarah.

Dimana aturan-aturan tersebut merupakan peraturan-peraturan

yang mengatur juga tentang pengadaan tanah, dengan demikian asas-

asas dari pelepasan hak atas tanah adalah sebagai berikut:35

a. Kemanusiaan

Yang dimaksud dengan Asas Kemanusiaan ini adalah Pengadaan

Tanah harus memberikan pelindungan serta penghormatan terhadap

hak asasi manusia, harkat, dan martabat setiap warga negara dan

penduduk Indonesia secara proporsional.

35

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

50

b. Keadilan

Yang dimaksud dengan Asas Keadilan adalah memberikan jaminan

penggantian yang layak kepada Pihak yang Berhak dalam proses

Pengadaan Tanah sehingga mendapatkan kesempatan untuk dapat

melangsungkan kehidupan yang lebih baik.

c. Kemanfaatan

Yang dimaksud dengan Asas Kemanfaatan adalah hasil Pengadaan

Tanah mampu memberikan manfaat secara luas bagi kepentingan

masyarakat, bangsa, dan negara.

d. Kepastian

Yang dimaksud dengan Asas Kepastian adalah memberikan

kepastian hukum tersedianya tanah dalam proses Pengadaan Tanah

untuk pembangunan dan memberikan jaminan kepada Pihak yang

Berhak untuk mendapatkan Ganti Kerugian yang layak.

e. Keterbukaan

Yang dimaksud dengan Asas Keterbukaan adalah bahwa

Pengadaan Tanah untuk pembangunan dilaksanakan dengan

memberikan akses kepada masyarakat untuk mendapatkan

informasi yang berkaitan dengan Pengadaan Tanah.

f. Kesepakatan

Yang dimaksud dengan Asas Kesepakatan adalah bahwa proses

Pengadaan Tanah dilakukan dengan musyawarah para pihak tanpa

unsur paksaan untuk mendapatkan kesepakatan bersama.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Musyawara ...eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB II.pdfsebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses

51

g. Keikutsertaan

Yang dimaksud dengan Asas Keikutsertaan adalah dukungan

dalam penyelenggaraan Pengadaan Tanah melalui partisipasi

masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak

perencanaan sampai dengan kegiatan pembangunan.

h. Kesejahteraan

Yang dimaksud dengan Asas Kesejahteraan adalah bahwa

Pengadaan Tanah untuk pembangunan dapat memberikan nilai

tambah bagi kelangsungan kehidupan Pihak yang Berhak dan

masyarakat secara luas.

i. Keberlanjutan

Yang dimaksud dengan Asas Keberlanjutan adalah kegiatan

pembangunan dapat berlangsung secara terus-menerus,

berkesinambungan, untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

j. Keselarasan

Yang dimaksud dengan Asas Keselarasan adalah bahwa Pengadaan

Tanah untuk pembangunan dapat seimbang dan sejalan dengan

kepentingan masyarakat dan negara.