bab ii tinjauan pustaka a. dukungan sosialrepository.ump.ac.id/6979/3/bab ii_arum...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dukungan Sosial
1. Pengertian Dukungan Sosial
Dukungan sosial dapat dianggap sebagai sesuatu keadaan yang
bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat
dipercaya. Dari keadaan tersebut individu akan mengetahui bahwa orang
lain memperhatikan, menghargai, dan mencintainya (Saronson, dalam
Dwi, 2009).
Dukungan sosial adalah bantuan atau pertolongan yang diterima oleh
seseorang sebagai bantuan atau pertolongan yang diterima oleh seseorang
dari interaksinya dengan orang lain (Cohen dan Wills, dalam Dwi, 2009).
Dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai
dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan
bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama (Siegel dalam
Juairiani, 2006).
Dukungan sosial pada umumnya menggambarkan mengenai peranan
atau pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh orang lain yang berarti seperti
anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja. Dukungan sosial
adalah pemberian bantuan seperti materi, emosi, dan informasi yang
berpengaruh terhadap kesejahteraan manusia. Dukungan sosial jugs
dimaksudkan sebagai keberadaan dan kesediaan orang-orang yang berarti,
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
11
yang dapat dipercaya untuk membantu, mendorong, menerima, dan
menjaga individu (Johnson and Johnson, dalam Sulistiyani, 2003).
Berdasarkan teori-teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
dukungan sosial adalah bentuk pertolongan yang dapat berupa materi,
emosi, dan informasi yang diberikan oleh orang-orang yang memiliki arti
seperti keluarga, sahabat, teman, saudara, rekan kerja atupun atasan atau
orang yang dicintai oleh individu yang bersangkutan. Bantuan atau
pertolongan ini diberikan dengan tujuan individu yang mengalami masalah
merasa diperhatikan, mendapat dukungan, dihargai dan dicintai.
2. Pentingnya Dukungan Sosial
Dukungan sosial pada umumnya menggambarkan mengenai peran
atau pengaruh serta bantuan yang diberikan oleh orang yang berarti seperti
anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja.
Dukungan sosial memiliki peranan penting untuk mencegah dari
ancaman kesehatan mental. Individu yang memiliki dukungan sosial yang
lebih kecil, lebih memungkinkan mengalami konsekuensi psikis yang
negatif (Saronson dkk; Hajar, 2007).
Keuntungan individu yang memperoleh dukungan sosial yang tinggi
akan menjadi individu lebih optimis dalam menghadapi kehidupan saat ini
maupun masa yang akan datang, lebih terampil dalam memenuhi
kebutuhan psikologi dan memiliki sistem yang lebih tinggi, serta tingkat
kecemasan yang lebih rendah, mempertinggi interpersonal skill
(keterampilan interpersonal), memiliki kemampuan untuk mencapai apa
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
12
yang diinginkan dan lebih dapat membimbing individu untuk beradaptasi
dengan stress.
Dari berbagai penelitian dikemukakan bahwa orang yang memiliki
banyak ikatan sosial cenderung untuk memiliki usia yang lebih panjang.
Selain itu, juga relatif lebih tahan terhadap stress yang berhubungan
dengan penyakit daripada orang yang memiliki sedikit ikatan sosial
(Atkinson dalam Hajar, 2007).
Akan tetapi, selain berpengaruh positif bagi individu, dukungan
sosial dapat juga memberikan pengaruh negatif terhadap kondisi
psikologis. Faktor keintiman yang berlebihan dengan teman dan
penerimaan dukungan sosial yang lebih tinggi akan menyebabkan individu
mudah menerima informasi yang disampaikan oleh orang lain tanpa
menyeleksi informasi-informasi yang bermanfaat dan informasi yang
merugikan. Akibatnya ketika individu mendapatkan informasi yang kabur
(gosip) akan mengalami kecemasan dan stres hal ini sesusai dengan
pendapat Hofboll (Hajar, 2007).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
dukungan sosial dapat mencegah individu dari ancaman kesehatan mental
dan adanya dukungan sosial yang tinggi akan membuat individu lebih
optimis dalam menghadapi kehidupan saat ini dan akan datang selain itu,
individu dengan ikatan sosial lebih banyak cenderung memiliki usia yang
lebih panjang.
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
13
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial
Menurut Reis (Dwi, 2009) ada tiga faktor yang mempengaruhi penerimaan
dukungan sosial pada individu yaitu:
a. Keintiman
Dukungan sosial lebih banyak diperoleh dari keintiman daripada
aspek-aspek lain dalam interaksi sosial, semakin intim seseorang
maka dukungan yang diperoleh akan semakin besar.
b. Harga Diri
Individu dengan harga diri memandang bantuan dari orang lain
merupakan suatu bentuk penurunan harga diri karena dengan
menerima bantuan orang lain diartikan bahwa individu yang
bersangkutan tidak mampu lagi dalam berusaha.
c. Keterampilan Sosial
Individu dengan pergaulan yang luas akan memiliki keterampilan
sosial yang tinggi, sehingga akan memiliki jaringan sosial yang luas
pula. Sedangkan, individu yang memiliki jaringan individu yang
kurang luas memiliki ketrampilan sosial rendah.
4. Aspek-Aspek Dukungan Sosial
House (Sulistiyani, 2003) berpendapat bahwa ada empat aspek dukungan
sosial yaitu:
a. Emosional
Aspek ini melibatkan kekuatan jasmani dan keinginan untuk percaya
pada orang lain sehingga individu yang bersangkutan menjadi yakin
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
14
bahwa orang lain tersebut mampu memberikan cinta dan kasih sayang
kepadanya.
b. Instrumental
Aspek ini meliputi penyediaan sarana untuk mempermudah atau
menolong orang lain sebagai contohnya adalah peralatan,
perlengkapan, dan sarana pendukung lain dan termasuk didalamnya
memberikan peluang waktu.
c. Informatif
Aspek ini berupa pemberian informasi untuk mengatasi masalah
pribadi. Aspek informatif ini terdiri dari pemberian nasehat,
pengarahan, dan keterangan lain yang dibutuhkan oleh individu yang
bersangkutan.
d. Penilaian
Aspek ini terdiri atas dukungan peran sosial yang meliputi umpan
balik, perbandingan sosial, dan afirmasi (persetujuan).
Menurut Barrera (Hajar, 2007) terdapat lima macam dukungan sosial
yaitu:
a. Bantuan Materi: dapat berupa pinjaman uang.
b. Bantuan Fisik: interaksi yang mendalam, mencakup pemberian kasih
sayang dan kesediaan untuk mendengarkan permasalahan.
c. Bimbingan: termasuk pengajarandan pemberian nasehat.
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
15
d. Umpan Balik: pertolongan seseorang yang paham dengan masalahnya
sekaligus memberikan pilihan respon yang tepat untuk menyelesaikan
masalah.
e. Partisipasi Sosial: bersenda gurau dan berkelakar untuk menghibur
seseorang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
dukungan sosial adalah aspek emosional, aspek instrumental, aspek
informatif, dan aspek penilaian. Dukungan sosial dapat diwujudkan
dengan bantuan materi, bantuan fisik, bimbingan, umpan balik, dan
partisipasi sosial.
5. Sumber-Sumber Dukungan Sosial
Hause dan Kahn (Sulistiyani, 2003) mengemukakan bahwa
dukungan sosial dapat dipenuhi dari teman atau persahabatan, keluarga,
dokter, psikolog, psikiater. Hal senada juga diungkapkan oleh Thorst
(Sulistiyani, 2003) bahwa dukungan sosial bersumber dari orang-orang
yang memiliki hubungan berarti bagi individu seperti keluarga, teman
dekat, pasangan hidup, rekan kerja, tetangga, dan saudara. Sedangkan
Nicholson dan Antil (Juairiani, 2006) dukungan sosial adalah dukungan
yang berasal dari keluarga dan teman dekat atau sahabat.
Sumber-sumber dukungan sosial yaitu (Hajar, 2007):
a) Suami
Menurut Wirawan (1991) hubungan perkawinan merupakan
hubungan akrab yang diikuti oleh minat yang sama, kepentingan
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
16
yang sama, saling membagi perasaan, saling mendukung, dan
menyelesaikan permaslahan bersama. Sedangkan, Santi (1985)
mengungkapkan hubungan dalam perkawinan akan menjadikan
suatu keharmonisan keluarga, yaitu kebahagiaan dalam hidup
karena cinta kasih suami istri yang didasari kerelaan dan keserasian
hidup bersama.
b) Keluarga
Menurut Heardman (1990) keluarga merupakan sumber dukungan
sosial karena dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang
saling mempercayai. Individu sebagai anggota keluarga akan
menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat bercerita,
tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan
bilamana individu sedang mengalami permasalahan.
c) Teman atau sahabat
Menurut Kail dan Neilsen teman dekat merupakan sumber
dukungan sosial karena dapat memberikan rasa senang dan
dukungan selama mengalami suatu permasalahan. Sedangkan
menurut Ahmadi (1991) bahwa persahabatan adalah hubungan
yang saling mendukung, saling memelihara, pemberian dalam
persahabatan dapat terwujud barang atau perhatian tanpa unsur
eksploitasi.
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
17
6. Bentuk Dukungan Sosial
Sheridan dan Radmacher (Juairiani, 2006) membagi dukungan sosial ke
dalam beberapa bentuk, yaitu:
a) Instrumental Aid (Bantuan Instrumental)
Bantuan instrumental adalah merupakan tindakan atau materi yang
diberikan oleh orang lain yang memungkinkan pemenuhan tanggung
jawab yang dapat membantu untuk mengatur situasi yang menekan.
b) Social Emotion Aid (Bantuan Sosial Emosional)
Bantuan sosial emosional merupakan pernyataan tentang cinta,
perhatian, penghargaan, dan simpati sehingga individu dapat
mengatasi masalah dengan baik.
c) Information Aid (Bantuan Informasi)
Bantuan informasi adalah komunikasi tentang opini atau kenyataan
yang relevan tentang kesulitan-kesulitan pada saat ini, misalnya
nasehat dan informasi-informasi yang dapat menjadikan individu lebih
mampu untuk mengatasi sesuatu.
d) Keintiman
Dukungan sosial lebih banyak diperoleh dari keintiman daripada
aspek-aspek lain dalam interaksi sosial, adanya keintiman dan
perimaan dukungan sosial yang baik, selama menjalani kehidupan
dapat membuat individu lebih berarti bagi lingkungan.
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
18
e) Self Esteem
Individu yang mempunyai self esteem tinggi memandang orang lain
yang sama sehingga ancaman terhadap tindakan dengan individu yang
self esteem-nya tidak menyenangkan dan tidak sesuai dengan
harapannya.
f) Keterampilan Sosial
Individu yang bergaul akan memiliki keterampilan sosial tinggi
sehingga mereka mempunyai jaringan sosial yang luas, oleh karena itu
individu yang mempunyai kebiasaan yang mudah mendapat dukungan
sosial tinggi daripada individu yang rendah keterampilan sosialnya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dukungan
sosial adalah pemberian stimulus positif berupa dorongan, kepercayaan,
cinta kasih serta pemberian umpan balik untuk mengatasi permasalahan
yang ada. Dukungan sosial dapat diberikan oleh orang-orang terdekat dan
yang bisa dipercaya seperti suami, keluarga dan teman atau sahabat.
Aspek-aspek yang mempengaruhi dukungan sosial antara lain yakni aspek
emosional, aspek instrumental, aspek informatif, dan aspek penilaian.
Dukungan sosial dapat diwujudkan dengan bantuan materi, bantuan fisik,
bimbingan, umpan balik, dan partisipasi sosial.
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
19
B. Kecemasan Masa Depan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan
keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau
persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart
and Sundeens, 1998 dalam Sawitri & Sudaryanto, 2008). Kecemasan
adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang
disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktifitas
sistem syaraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang
sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal
(Kusuma W, 1997 dalam Sawitri & Sudaryanto, 2008).
Sedangkan dalam kamus psikologi kecemasan adalah perasaan
campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa masa
mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut (Chaplin, 1997,
dalam Marsal, 2008). Masa depan itu berkaitan erat dengan harapan,
tujuan, standar, rencana dan strategi pencapaian tujuan di masa mendatang.
Kecemasan menghadapi masa depan merupakan state anxiety. State
anxiety merupakan gejala kecemasan yang timbul bila individu dihadapkan
pada situasi tertentu dengan gejalanya akan mampak selama situasi
tersebut (Lazarus, 1991, dalam Marsal, 2008).
Orientasi masa depan merupakan salah satu perkembangan kognitif
yang terjadi pada masa remaja. Sebagai individu yang sedang mengalami
proses peralihan dari masa anak-anak mencapai kedewasaan, remaja
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
20
memiliki tugas-tugas yang mengarah pada persiapannya memenuhi
tuntutan dan harapan peran sebagai orang dewasa. Oleh sebab itu remaja
mulai memikirkan tentang masa depan mereka secara sungguh-sungguh
(Hurlock, 1981, dalam Desminta, 2009). Orientasi masa depan merupakan
fenomena kognitif motivasional yang kompleks, yakni antisipasi dan
evaluasi tentang diri dimasa depan dalam interaksinya dengan lingkungan
(G. Trosmmsdorff, dalam Desminta, 2009). Menurut Nurmi (Mar’at 2005,
dalam Desminta) orientasi masa depan berkaitan erat dengan harapan,
tujuan standar, rencana, dan strategi pencapaian tujuan dimasa yang akan
datang.
2. Macam-macam Kecemasan
Freud mengemukakan adanya tiga macam kecemasan, yaitu:
a. Kecemasan realistis
Kecemasan atau ketakutan yang relistis atau takut terhadap bahaya-
bahaya dari luar.
b. Kecemasan neurotis
Kecemasan neurotis adalah kecemasan kalau-kalau instink-instink
tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan orang berbuat sesuatu yang
dapat dihukum.
c. Kecemasan moral atau perasaan berdosa
Orang yang das Ueber Ichnya berkembang baik cenderung untuk
merasa berdosa apabila ia telah melakukan atau bahkan berpikir untuk
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma moral.
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
21
3. Gejala Kecemasan
Nevid, dkk (2003, dalam Marsal 2008) membagi gejala kecemasan
tersebut berdasarkan tiga kategori, yaitu:
1. Gejala fisik
a. Kegelisahan, kegugupan
b. Pening atau pingsan
c. Sulit bernafas
d. Jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin
e. Merasa lemas atau mati rasa
f. Leher dan punggung terasa kaku
g. Sensitif atau mudah marah
2. Gejala behavioral
a. Prilaku menghindar
b. Prilaku melekat atau dependen
c. Prilaku terguncang
3. Gejala kognitif
a. Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu
tang terjadi di masa depan
b. Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya
sedikit atau tidak mendapat perhatian
c. Ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
d. Berfikir bahwa semuanya tidak dapat dikendalikan
e. Khawatir tehadap hal-hal yang sepele
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
22
f. Berfikir tentang hal yang mengganggu secara berulang-ulang
g. Pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan
h. Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu
i. Sulit berkonsentrasi atau memfokuskan fikiran.
4. Klasifikasi Tingkat Kecemasan
Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik
(Townsend, 1996 dalam Puspitasari, Zaenal & Sawitri).
1. Kecemasan ringan; Kecemasan ringan berhubungan dengan
ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang
menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan
ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan,
iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk
belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
2. Kecemasan sedang; Memungkinkan seseorang untuk memusatkan
pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan
sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu
kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan
meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume
tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak
optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
23
terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah
tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis.
3. Kecemasan berat; Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan
pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir
tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang
muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea,
tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan
persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada
dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi,
perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
4. Panik; Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror
karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan
gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi
pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak
dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit,
mengalami halusinasi dan delusi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan
masa depan adalah perasaan kegelisahan, ketidak tentuan, atau ketakutan
mengenai masa depan akibat dari penyebab tertentu. Gejala kecemasan
dapat dilihat dari adanya gejala fisik ( Kegelisahan atau kegugupan, pening
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
24
atau pingsan, sulit bernafas, jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin,
merasa lemas atau mati rasa, leher dan punggung terasa kaku, sensitif atau
mudah marah ). Gejala behavioral ( Prilaku menghindar, prilaku melekat
atau dependen, prilaku terguncang ). Gejala kognitif ( Perasaan terganggu
akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu tang terjadi di masa depan,
merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit
atau tidak mendapat perhatian, ketakutan akan ketidakmampuan untuk
mengatasi masalah, berfikir bahwa semuanya tidak dapat dikendalikan,
khawatir tehadap hal-hal yang sepele, berfikir tentang hal yang
mengganggu secara berulang-ulang, pikiran terasa bercampur aduk atau
kebingungan, tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu, sulit
berkonsentrasi atau memfokuskan fikiran).
C. Retardasi Mental
1. Pengertian Retardasi Mental
Retardasi mental adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata.
Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan
inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir
atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang
kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang
terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
25
sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis dalam Hanifah,
2009).
Retardasi mental merupakan kelemahan yang terjadi pada fungsi
intelek. Kemampuan jiwa retardasi mental gagal berkembang secara wajar.
Mental, inteligensi, perasaan, dan kemauannya berada pada tingkat rendah,
sehingga yang bersangkutan mengalami hambatan dalam penyesuaian diri.
2. Karakteristik Retardasi Mental
a. Keterbatasan Inteligensi
Inteligensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan situasi-situasi
kehidupan baru, belajar dari pengalaman, berfikir abstrak, kreatif,
mengatasi kesulitan-kesulitan dan kemampuan merencanakan masa
depan. Anak retardasi mental memiliki kekurangan dalam semua hal
tersebut dan kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau
cenderung belajar dengan membeo.
b. Keterbatsan Sosial
Disamping memiliki keterbatasan inteligensi, anak retardasi mental
juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam
masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan. Anak
retardasi mental cenderung berteman dengan anak yang lebih muda
usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak
mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga
harus selalu dibimbing dan diawasi.
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
26
c. Keterbatasan Fungsi-Fungsi Mental Lainnya
Anak retardasi mental memerlukan waktu yang lebih lama untuk
menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Selain itu
anak retardasi mental memiliki keterbatasan dalam penguasaan
bahasa dan kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu,
membedakan antara yang baik dan buruk, dan membedakanyang
benar dan yang salah.
3. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Retardasi Mental
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1
(W.F. Maramis, dalam Hanifah) faktor-faktor penyebab retardasi mental
adalah sebagai berikut:
a. Infeksi dan atau intoksinasi
Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada
perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga
dengan terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang
pada akhirnya menimbulkan retardasi mental.
Infeksi dapat terjadi karena masuknya rubella, sifilis, toksoplasma,
dll. ke dalam tubuah ibu yang sedang mengandung. Begitu pula
halnya dengan intoksinasi, karena masuknya “racun” atau obat yang
semestinya dibutuhkan.
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
27
b. Terjadinya rudapaksa dan atau sebab fisik lain
Rudapaksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi,
alat kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan
kelainan berupa retardasi mental.
Pada waktu proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat
mengalami tekanan sehingga timbul pendarahan di dalam otak.
Mungkin juga karena terjadi kekurangan oksigen yang kemudian
menyebabkan terjadinya degenerasi sel-sel korteks otak yang kelak
mengakibatkan retardasi mental.
c. Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan
metabolisme (misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan
protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam
kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama
sebelum anak berusia 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan
otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti itu
dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi sebelum
anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun anak tersebut dibanjiri
dengan makanan yang bergizi, inteligensi yang rendah tersebut
sangat sukar untuk ditingkatkan.
d. Penyakit otak yang nyata
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa
reaksi sel-sel otak yang nyata, yang dapat bersifat degeneratif,
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
28
radang, dst. Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat
menyebabkan penderita mengalamai keterbelakangan mental.
e. Penyakit atau pengaruh prenatal
Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan,
tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer
dan defek congenital yang tak diketahui sebabnya.
f. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun
bentuknya. Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan
sindroma down yang dulu sering disebut mongoloid.
g. Prematuritas
Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retardasi mental yang
berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat
badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan
kurang dari 38 minggu.
h. Akibat gangguan jiwa yang berat
Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa
yang berat pada masa kanak-kanak.
i. Deprivasi psikososial
Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak terpenuhinya
kebutuhan psikososial awal-awal perkembangan ternyata juga dapat
menyebabkan terjadinya retardasi mental pada anak.
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
29
4. Klasifikasi Retardasi Mental
Untuk menentukan berat-ringannya retardasi mental, kriteria yang
dipakai adalah:
1. Intelligence Quotient (IQ)
2. Kemampuan anak untuk dididik dan dilatih
3. Kemampuan sosial dan bekerja (vokasional)
Berdasarkan kriteria tersebut kemudian dapat diklasifikasikan berat-
ringannya retardasi mental yang menurut GPPDGJ – 1 (W.F. Maramis,
2005) adalah :
1. Retardasi Mental Taraf Perbatasan (IQ = 68 – 85)
2. Retardasi Mental Ringan (IQ = 52 – 67)
3. Retardasi Mental Sedang (IQ = 36 – 51)
4. Retardasi Mental Berat (IQ = 20 – 35)
5. Retardasi Mental Sangat Berat (IQ = kurang dari 20)
Klasifikasi anak retardasi mental berdasarkan derajat
keterbelakangannya (Blake dalam desmnta, 2009):
Level keterbelakangan IQ
Stanford Binet Skala Weschler
Ringan 68-52 69-55
Sedang 51-36 54-40
Berat 32-90 39-25
Sangat berat > 19 > 24
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
30
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa retardasi mental
adalah anak yang memiliki kecerdasan jauh dibawah rata-rata dan ditandai
dengan keterbatsan inteligensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.
Pada masa awal perkembangannya, hampir tidak ada perbedaan antara
anak-anak retardasi mental dengan anak yang memiliki kecerdasan rata-
rata. Akan tetapi semakin lama perbedaan pola perkembangan antara anak
retardasi mental dengan anak normal semakin terlihat jelas. Retardasi
mental dapat diklasifikasikan berdasarkan taraf inteligencinya, yaitu:
ringan (IQ 52-67), sedang (IQ 36-51), Berat (IQ 20-35) dan sangat berat
(IQ < 20). Penyebab anak RM bermacam-macam diantaranya adalah
penyakit otak, pengaruh prenatal, kelainan kromosom serta prematurisasi.
D. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Masa Depan
Anak Pada Orang Tua Yang Memiliki Anak Retardasi Mental
Retardasi mental adalah kelainan ataua kelemahan jiwa dengan
inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir
atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang
secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang
terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau
sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis dalam hanifah, 2009).
Merawat anak retardasi mental tentunya merupakan tugas yang
cukup berat, karena anak retardasi mental ini memerlukan perawatan yang
berbeda dengan anak pada umumnya. Dan terkadang sebagian dari mereka
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
31
memerlukan pertolongan seumur hidupnya, berdasarkan hal tersebut itulah
para orang tua sering mengkhawatirkan tentang kondisi atau masa depan anak
mereka dikemudian hari.
Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan
keprihatinan mengenai masa masa mendatang tanpa sebab khusus untuk
ketakutan tersebut (Chaplin, 1997, dalam Marsal 2008). Masa depan itu
berkaitan erat dengan harapan, tujuan, standar, rencana dan strategi
pencapaian tujuan di masa mendatang. Kecemasan menghadapi masa depan
merupaka state anxiety. State anxiety merupakan gejala kecemasan yang
timbul bila individu dihadapkan pada situasi tertentu dengan gejalanya akan
nampak selama situasi tersebut (Lazarus, 1991, dalam Marsal, 2008).
Kecemasan pada orang tua anak retardasi mental ini bila tidak di atasi akan
terus bertambah dan akan mengganggu keadaan psikis orang tua dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari termasuk di dalamnya mengasuh si buah
hati. Oleh karena itu untuk mengatasi keadaan tersebut di perlukan bantuan
atau pertolongan dari lingkungan sekitar untuk dapat mengatasi
permasalahan-permasalahan yang sedang di alami oleh orang tua anak
retardasi mental.
Menurut Siegel (dalam Juairiani, 2006) dukungan sosial adalah
informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki
harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi
dan kewajiban bersama.
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
32
Dukungan sosial ini diberikan untuk membantu mengatasi
permasalahan yang ada, dukungan sosial yang diberikan berupa kepercayaan,
perasaan positif, perhatian, informasi, serta nasehat-nasehat yang membantu
orang tua untuk lebih kuat hati dalam menghadapi masalah yang ada. Dengan
adanya dukungan sosial, diharapkan akan mengurangi tingkat kecemasan
pada orang tua yang memiliki anak retardasi mental. Semakin tinggi tingkat
dukungan sosial, diharapkan akan meurunkan tingkat kecemasan.
E. Kerangka Pemikiran
Mendapatkan kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan
cenderung memunculkan kekecewaan tersendiri. Memiliki anak retardasi
mental adalah salah satu kenyataan yang tidak menyenangkan dalam hidup,
namun semua itu harus tetap diterima sebagai anugrah dari tuhan. Retardasi
mental dapat didefinisikan sebagai penurunan IQ secara keseluruhan di
bawah 70 dan dihubungkan dengan adanya defisit fungsional pada perilaku
adaptif seperti perilaku dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan sosial, dan
komunikasi. Sedangkan dukungan sosial adalah pemberian bantuan seperti
materi, emosi, dan informasi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan
manusia. Serta kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan
kekawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal
dari dalam.
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
33
Anak retardasi mental adalah anak yang memilik keterbatasan
intelek serta keterbatasan penyesuaian yang memiliki IQ dibawah rata-rata
dibandingkan dengan IQ normal sesuai dengan usia yang sesungguhnya.
Retardasi mental merupakan kondisi di mana perkembangan kecerdasanya
mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang
optimal.
Perasaan dan tingkah laku orang tua yang memiliki anak retardasi
mental berbeda-beda yaitu: melindungi anak secara berlebihan, perubahan
emosi yang tiba-tiba, penolakan, perasaan bersalah melahirkan anak
berkelainan, depresi, bingung dan malu serta tidak memiliki gambaran
mengenai masa depan anak retardasi mental, khawatir dengan kemandirian
dan kehidupan buah hati di masa mendatang bila si buah hati tidak tinggal
lagi bersama orang tua. Apalagi anak itu sendiri semakin hari akan bertambah
usianya menjadi dewasa dan di tuntut untuk bisa hidup dengan
kemandiriannya.
Perasaan tersebut cenderung mengganggu psikologis para orang tua
bila tidak segera diatasi dengan benar, hal tersebut tentunya juga akan
mengganggu aktivitas para orang tua dalam menjalani kehidupan, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam merawat si buah hati. Pada saat-saat
seperti ini pemberian saran, petunjuk, keyakinan, cinta kasih sangat
membantu orang tua untuk dapat bangkit serta dapat berbesar hati dalam
menerima kondisi dan kenyataan yang ada. Dalam menghadapi keadaan
seperti ini tentunya orang tua memerlukan dukungan dari orang lain yang
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
34
dipercaya dapat membantu memberikan segala yang dibutuhkan dalam
menghadapi masalah yang dihadapi, baik dalam hal psikologis seperti
dorongan atau motivasi hingga bantuan dalam hal materi yang tentunya
sangat membantu bagi para orang tua. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam gambar 1 berikut ini :
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Anak retardasi mental
1. keterbatasan inteligensi 2. keterbatasan sosial 3. keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya.
Dukungan sosial (informasi, pemahaman, keyakinan,
cinta kasih, dorongan moril serta materi).
Kecemasan masa depan
Orang tua anak retardasi mental
1. Penolakan anak dalam masyarakat 2. Merasa dikucilkan 3. Malu dan bingung 4. Khawatir tentang kemandiriran anak
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012
35
F. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan signifikan antara dukungan sosial dengan kecemasan masa depan
anak pada orang tua yang memiliki anak retardasi mental di SLB C Yakut
Purwokerto.
Hubungan Antara Dukungan..., Arum Restiani, Fakultas Psikologi UMP, 2012