bab ii tinjauan pustaka a. deskripsi konseptual 1....

42
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt Behavior) (Notoatmodjo, 2012). Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perihal yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, disingkat AIETA, yang artinya : 1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti pengetahuan stimulus (objek) terlebih dahulu. 2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. 3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya), hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. 5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas.

Upload: others

Post on 24-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Deskripsi Konseptual 1. Pengetahuan

    a. Pengertian Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

    orang melakukan penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia,

    yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

    Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

    Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting

    dalam membentuk tindakan seseorang (Overt Behavior) (Notoatmodjo,

    2012).

    Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia

    harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi

    dirinya atau keluarganya. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa

    perihal yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

    perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)

    mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

    (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang

    berurutan, disingkat AIETA, yang artinya :

    1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

    pengetahuan stimulus (objek) terlebih dahulu.

    2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

    3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

    bagi dirinya), hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

    4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

    5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

    kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

    Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan

    bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas.

  • 10

    Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku memulai proses

    seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dari sikap yang positif,

    maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila

    perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak

    akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2012).

    Pengetahuan individu sangat mempengaruhi pola piker dan

    membentuk cara berfikir individu tersebut dalam berperilaku. Begitu pula

    dalam upaya penerapan pencegahan infeksi, pengetahuan pasien atau

    keluarga pasien (penunggu pasien) sangat erat hubungannya dengan

    pencegahan infeksi. Keluarga atau penunggu pasien sebagai salah satu

    pihak yang melakukan kontak langsung dengan pasien sangat berpengaruh

    terhadap kejadian infeksi maka dari itu keluarga atau penunggu pasien

    perlu pendidikan tentang pencegahan infeksi. Keberhasilan dalam

    pencegahan infeksi oleh keluarga dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga

    tersebut.

    b. Tingkat Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang tercakup dalam domain

    kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

    1. Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

    mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan

    yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,

    tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

    kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

    antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

    menyatakan, dan sebagainya.

    2. Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

    secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

  • 11

    menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

    paham terdapat objek atau materi harus dapat menjelaskan,

    menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

    terhadap objek yang dipelajari.

    3. Aplikasi (Application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

    yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).

    Aplikasi disini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-

    hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau

    situasi yang lain.

    4. Analisis (Analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

    suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu

    struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

    Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

    seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

    memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

    5. Sintesis (Synthesis)

    Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

    yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

    menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

    Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakaan, dapat

    meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu

    teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

    6. Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

    atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

    didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

    mengunakan kriteria-kriteria yang telah adaa (Notoatmodjo, 2012).

  • 12

    c. Pengukuran Pengetahuan

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

    angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

    penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

    ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan

    diatas (Notoatmodjo, 2012).

    Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto, dalam Mahfoedz

    (2010) dalam pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan

    dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

    1. Baik, jika pertanyaan yang dijawab benar 76 – 100%

    2. Cukup, jika pertanyaan yang dijawab benar 56 – 75%

    3. Kurang, jika pertanyaan yang dijawab benar ≤ 56%

    d. Perubahan (adopsi) Perilaku dan Indikatornya

    Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang

    kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori

    perubahan perilaku seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru

    dalam kehidupannya melalui tiga tahap (Notoatmodjo, 2012).

    1. Perubahan pengetahuan

    Sebelum seseorang mengadopsi perilaku ( berperilaku baru), ia harus

    tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi

    dirinya atau keluarganya. Indikator-indikator apa yang dapat

    digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran

    terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi :

    a) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit.

    b) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup

    sehat.

    c) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan.

    Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perihal yang didasaari

    oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

    didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).

  • 13

    2. Sikap

    Menurut Notoatmodjo (2012) mengemukakan indikator untuk sikap

    kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yakni :

    a) Sikap terhadap sakit dan penyakit

    Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap :

    gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara

    penularan penyakit, cara pencegahan penyakit, dan sebagainya.

    b) Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

    Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara

    memelihara dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat.

    c) Sikap terhadap kesehatan lingkungan

    Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan

    pengaruhnya terhadap kesehatan.

    3. Perilaku atau tindakan (practice)

    Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,

    kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang

    diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau

    mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).

    Inilah yang disebut dengan praktik (practice) kesehatan, atau dapat

    juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior). Notoatmodjo

    (2012) indicator praktik kesehatan juga mencakup hal-hal diatas,

    yakni:

    a) Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit

    b) Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

    c) Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan

    Cara mengukur indikator perilaku atau memperoleh data atau

    informasi indikator-indikator perilaku tersebut, untuk pengetahuan,

    sikap, dan praktik agak berbeda. Untuk memperoleh data tentang

    pengetahuan dan sikap cukup dilakukan melalui wawancara, baik

    wawancara terstruktur, maupun wawancara mendalam, dan focus

    group discussion (FGD) khusus untuk penelitian kualitatif. Sedangkan

  • 14

    untuk memperoleh data praktik atau perilaku yang paling akurat

    adalah melalui pengamatan (observasi). Namun dapat juga dilakukan

    wawancara dengan pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku

    yang telah dilakukan responden beberapa waktu dulu (Notoatmodjo,

    2012).

    e. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku

    Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan

    konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap

    perilaku.

    Menurut WHO, perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3, sebagai

    berikut :

    1. Perubahan alamiah (natural change)

    Perilaku manusia selalu berubah, sebagian perubahan itu disebabkan

    karenakejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi

    perubahan lingkungan fisik, social budaya, dan ekonomi, maka

    anggota-anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami

    perubahan.

    2. Perubahan terencana (planned change)

    Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanaakan sendiri

    oleh subjek.

    3. Kesediaan untuk berubah (readiness to change)

    Bila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di

    dalam masyarakat, makaa yang sering terjadi adaalah sebagian orang

    sangat cepat menerima perubahan tersebut (berubah perilakunya), dan

    sebagian lagi sangat lambat untuk menerima perubahan tersebut.

    2. Keluarga a. Definisi Keluarga

    Menurut WHO keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling

    berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Menurut

  • 15

    Salvicion dan Celis ( 1998) didalam keluarga terdapat dua atau lebih dari

    dua pribadi yang tergabung karena hubungan perkawinan, pengangkatan,

    dihidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan

    didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan

    suatu kebudayaan.

    Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

    kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu

    tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Jhonson

    & Leny, 2010).

    Dari uraian diatas menunjukan bahwa keluarga juga merupakan

    suatu system. Sebagai system keluarga mempunyai anggota yaitu; ayah,

    ibu, dan anak atau semua individu yang tinggal didalam rumah tangga

    tersebut. Anggota keluarga saling berinteraksi, interelasi, interdependensi

    untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan suatu system yang

    terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya yaitu

    lingkungannya yaitumasyarakat dan sebaliknya sebagai subsistem dari

    lingkungan (masyarakat) keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (supra

    system). Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga

    dalam membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat

    biopsikososial spiritual. Jadi sangatlah tepat jika keluarga sebagai titik

    sentral pelayanan keperawatan (Jhonson & Leny, 2010).

    b. Peranan Keluarga

    Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar

    pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan

    situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan

    pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan

    yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :

    1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, beperan

    sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,

    sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya

  • 16

    serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota

    masyarakat dari lingkungannya.

    2. Ibu sebagai istri dari ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan

    untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-

    anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan

    sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,

    disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah

    tambahan dalam keluarganya.

    3. Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

    perkembangannya baik fisik, mental, social, dan spiritual (Jhonson &

    Leny, 2010).

    c. Tugas Keluarga

    Menurut Jhonson & Leny (2010) pada dasarnya tugas keluarga ada

    delapan tugas pokok sebagai berikut :

    1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

    2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

    3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

    kedudukannya masing-masing.

    4. Sosialisasi antar anggota keluarga.

    5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

    6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

    7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

    d. Fungsi Keluarga

    Dalam kehidupan sehari-hari fungsi keluarga dapat kita lihat dan

    sekaligua sudah dapat diterapkan oleh masyarakat atau kelompok

    keluarga. Adapun fungsi yang dijalankan keluarga adalah sebagai berikut :

    1. Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan

    menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa

    depan anak.

  • 17

    2. Fungsi sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga

    mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

    3. Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak

    sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa nyaman.

    4. Fungsi perasaan dilihat daribagaimana keluarga secara instuitif

    merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam

    berkomunikasi dan berinteraksi antar sesame anggota keluarga.

    Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan

    keharmonisan dalam keluarga.

    5. Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan

    mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga

    menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan

    lain setelah dunia.

    6. Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari

    penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-

    kebutuhan keluarga.

    7. Fungsi rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang

    menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton tv bersama,

    bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.

    8. Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan

    keturunan sebagai generasi selanjutnya. Memberikan kasih saying,

    perhatian, dan rasa aman diantara keluarga, serta membina

    pendewasaan kepribadian anggota keluarga (Jhonson & Leny, 2010).

    e. Upaya Keluarga Terkait Promosi Kesehatan

    Menurut Jhonson & Leny (2010) terdapat beberapa upaya keluarga terkait

    promosi keluarga, sebagai berikut :

    1. Keluarga memegang peranan yang penting dalam berbagai bentuk

    upaya promosi kesehatan didalam keluarga.

  • 18

    2. Ada banyak bentuk-bentuk peningkatan kesehatan, pencegahahan dan

    pengurangan resiko: sekitar masalah pola hidup, berhenti merokok,

    olahraga, imunisasi, dan lain-lain.

    3. Agar strategi sehat dapat berhasil; menuntut perbaikan pola hidup

    seluruh anggota keluarga.

    4. Anggota keluarga perlu mempelajari status kesehatan mereka dan citra

    tubuh seperti apakah tubuh mereka lemah, sakit-sakitan atau sehat.

    5. Anggota keluarga yang dapat menunjukan perilaku hidup sehat akan

    menjadi contoh yang sangat ampuh bagi anggota keluarga lain.

    f. Karakteristik Keluarga Sehat

    Menurut Jhonson & Leny (2010) terdapat beberapa karakteristik keluarga

    sehat, sebagai berikut :

    1. Ada komunikasi, sharing pengalama

    2. Pendidikan terarah

    3. Saling memperkuat dan mendukung

    4. Mengembangkan sifat saling percaya

    5. Ada rasa bermain dan humor

    6. Ada keseimbangan dalam berinteraksi

    7. Suasana saling tanggung jawab dan saling menbantu

    8. Mengajarkan baik-buruk, benar-salah

    9. Patuh pada tradisi yang baik dan ajaran agama

    10. Respek terhadap privasi

    3. Pencegahan Infeksi a. Infeksi

    Infeksi adalah invasi tubuh oleh pathogen atau mikroorganisme yang

    mampu menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi merupakan

    invasi dan proliferasi mikroorganisme pada jaringan tubuh.

    Mikroorganisme yg menginvasi dan berproliferasi pada jaringan tubuh

    disebut agens infeksi. Apabila mikroorganisme tersebut tidak

  • 19

    menimbulkan tanda klinis penyakit, infeksi yang ditimbulkan disebut

    infeksi asimptomatik atau subklinis (Kozier, 2011).

    b. Jenis Mikroorganisme yang Menyebabkan Infeksi

    Empat kategori utama mikroorganisme penyebab infeksi pada manusia

    adalah, sebagai berikut :

    1. Bakteri, merupakan mikroorganisme yang paling sering menyebabkan

    infeksi. Beberapa ratus spesies dapat menyebabkan penyakit pada

    manusia dan dapat hidup serta ditularkan melalui udara, air, makanan,

    tanah, cairan dan jaringan tubuh, serta benda mati.

    2. Virus, tersusun atas asam nukleat sehingga untuk memperbanyak diri,

    harus masuk kedalam sel hidup. Beberapa family virus yang umum

    ditemukan adalah rinovirus (menyebabkan selesma), hepatitis, herpes,

    dan HIV.

    3. Jamur, meliputi ragi dan kapang. Candida albicans merupakan ragi

    yang dianggap flora normal pada vagina manusia.

    4. Parasit, hidup pada organism hidup yang lain. Parasit meliputi

    protozoa, seperti protozoa penyebab malaria, cacing, dan artropoda

    (tungau, pinjal, sengkenit) (Kozier, 2011).

    c. Rantai Infeksi

    Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang tergantung pada

    enam mata rantai infeksi yaitu sebagai berikut :

    1. Agens penyebab (mikroorganisme)

    Kemampuan mikroorganisme dalam menimbulkan proses infeksi

    tergantung pada jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam tubuh;

    virulensi dan potensi mikroorganisme (patogenisitas), kemampuan

    mikroorganisme untuk masuk kedalam tubuh; kerentanan inang; dan

    kemampuan mikroorganisme untuk hidup dalam tubuh inang (Kozier,

    2011).

  • 20

    2. Reservoir (sumber)

    Reservoir adalah tempat pathogen mampu bertahan hidup tetapi dapat

    atau tidak dapat berkembangbiak. Sumber yang umum adalah individu

    lain, mikroorganisme dalam tubuh klien, tanaman, hewan, atau

    lingkungan umum. Individu paling sering menjadi sumber infeksi bagi

    individu lain dan bagi mereka sendiri. Pembawa (carrier) adalah

    manusia atau hewan yang menjadi reservoir agens infeksi tertentu dan

    biasanya tidak menunjukan tanda klinis penyakit (Kozier, 2011).

    Untuk berkembang dengan cepat, mikroorganisme memerlukan

    lingkungan yang sesuai, termasuk makanan, oksigen, air, suhu yang

    tepat, pH dan cahaya (Potter & Perry, 2005).

    3. Pintu keluar dari reservoir

    Mikroorganisme harus mempunyai cara untuk keluar dari reservoir.

    Penjamu yang terinfeksi harus memindahkan organism pada penjamu

    lain atau pada lingkungan agar terjadi penularan. Organism keluar

    melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, atau saluran

    perkemihan (Brunner & Suddarth, 2002).

    4. Cara penyebaran

    Setelah meninggalkan reservoir, mikroorganisme membutuhkan cara

    penyebaran untuk mencapai individu lain atau inang baru lewat pintu

    masuk reseptif. Terdapat 3 mekanisme penyebaran, yaitu :

    a) Penyebaran langsung

    Pemindahan langsung melibatkan pemindahan mikroorganisme

    secara cepat dan langsung dari satu individu ke individu lain

    melalui sentuhan, gigitan, ciuman, atau hubungan seksual.

    b) Penyebaran tidak langsung

    Penyebaran tidak langsung dapat berupa, sebagai berikut :

    1) Penyebaran lewat perantara

    Perantara adalah semua zat yang berfungsi sebagai media

    dalam menghantarkan dan memasukkan agens infeksi ke inang

    yang rentan melalui pintu masuk yang sesuai. Benda tercemar

  • 21

    (benda mati), seperti sapu tangan, mainan, baju kotor, peralatan

    memasak, atau peralatan makan, dan instrument pembedahan,

    dapat bertindak sebagai perantara. Air, makanan, darah, serum

    dan plasma merupakan perantara lain.

    2) Penyebaran lewat vektor

    Vektor adalah hewan atau serangga terbang atau merayap yang

    bertindak sebagai media transportasi agens infeksi.

    c) Penyebaran lewat udara

    Penyebaran lewat udara meliputi droplet atau debu. Nuclei droplet

    yaitu residu droplet yang menguap yang dilontarkan oleh inang

    yang terinfeksi (misalnya individu yang mengidap tuberculosis)

    dapat tetap berada di udara dalam jangka waktu yang sama.

    Partikel debu berisi agens infeksi (misalnya spora Clostridium

    difficile dari tanah) juga dapat ditularkan lewat udara. Materi

    tersebut terbawa aliran udara kepintu masuk yang tepat, biasanya

    saluran napas individu lain (Kozier, 2011).

    5. Pintu masuk ke inang yang rentan

    Sebelum menginfeksi individu, mikroorganisme harus masuk kedalam

    tubuh individu tersebut. Kulit merupakan barier terhadap agens

    infeksi; namun, adanya kerusakan pada kulit mudah menjadi pintu

    masuk mikroorganisme. Mikroorganisme sering kali masuk tubuh

    inang dengan jalan yang sama yang digunakan mikroorganisme

    tersebut meninggalkan reservoir (Kozier, 2011).

    6. Inang yang rentan

    Inang yang rentan adalah individu yang beresiko mengalami infeksi.

    Inang luluh imun adalah individu beresiko tinggi yaitu individu yang

    lebih mudah terserang infeksi disbanding individu lain karena satu

    atau beberapa alasan. Kerusakan pertahanan tubuh alami dan beberapa

    factor lain dapat memengaruhi kerentanan individu terhadap infeksi,

    misalnya, usia ( individu yang sangat muda dan individu yang sangat

    tua); klien yang menerima pengobatan kanker yang menekan system

  • 22

    imun, klien penyakit kronis, atau setelah transplantasi organ tubuh;

    serta individu yang mengalami masalah penurunan system imun

    (Kozier, 2011).

    d. Tanda dan Gejala Infeksi

    Tanda dan gejala infeksi sangat beragam, bergantung pada area

    tubuh yang terkena. Sebagai contoh bersin, rabas cair atau mukoid dari

    hidung, dan hidung tersumbat biasanya terjadi bersamaan dengan infeksi

    pada hidung atau sinus. Pada umumnya, kulit dan membrane mukosa

    terlibat dalam proses infeksi lokal, yang mengakibatkan :

    1. Pembengkakan lokal.

    2. Kemerahan lokal.

    3. Nyeri atau nyeri tekan saat palpasi atau saat digerakkan.

    4. Teraba panas pada area yang terinfeksi.

    5. Kehilangan fungsi pada bagian tubuh yang terkena, tergantung pada

    area dan perluasan area yang terkena.

    Selain itu luka terbuka dapat menghasilkan eksudat dengan berbagai

    warna. Infeksi sistemik memiliki tanda dan gejala mencakup :

    a) Demam.

    b) Peningkatan frekuensi napas, jika demam tinggi.

    c) Malaise dan kehilangan energi.

    d) Anoreksia, dan pada beberapa situasi mual dan muntah.

    e) Pembesaran dan nyeri tekan kelenjar limfe yang mengalir ke area

    infeksi.

    Data laboratorium yang mengindikasikan adanya infeksi mencakup :

    1) Peningkatan hitung leukosit (normal 4.500 dampai 11.000/ml).

    2) Peningkatan laju endap darah (LED).

    3) Kultur urine, darah, sputum, atau drainase lain yang mengindikasikan

    adanya mikroorganisme pathogen (Kozier,2011).

  • 23

    e. Healthcare Associated Infections (HAIs)

    Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme

    didalam tubuh pejamu yang mampu menyebabkan sakit. Infeksi

    nosokomial atau sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

    Infections (HAIs) adalah infeksi yang didapatkan oleh klien ketika berada

    dalam lingkungan perawatan kesehatan. Healthcare Associated Infections

    (HAIs) diakibatkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas

    perawatan kesehatan (Potter & Perry, 2005). Menurut Paren (2006) pasien

    dikatakan mengalami Healthcare Associated Infections (HAIs) jika pada

    saat masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama 48

    – 72 jam klien menjadi terinfeksi. Healthcare Associated Infections

    (HAIs) merupakan infeksi yang bersumber dari rumah sakit atau infeksi

    yang terdapat di sarana kesehatan ( Sabarguna, 2007).

    Ciri-ciri Healthcare Associated Infections (HAIs) antara lain : saat

    masuk rumah sakit tidak ada tanda dan gejala atau tidak dalam masa

    inkubasi infeksi tersebut, infeksi terjadi minimal 3x24 jam setelah pasien

    di rumah sakit. Dan infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh

    mikroorganisme yang berbeda (Sabarguna, 2007).

    1. Sumber Healthcare Associated Infections (HAIs)

    Menurut Hidayat (2006) terdapat beberapa sumber Healthcare

    Associated Infections (HAIs), yaitu :

    a) Pasien

    Pasien merupakan unsure utama terjadinya Healthcare Associated

    Infections (HAIs) yang dapat menyebarkan infeksi kepada pasien

    lainnya, petugas kesehatan, pengunjung atau benda dan alat

    kesehatan lainnya.

    b) Petugas kesehatan

    Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak

    langsung, yang dapat menularkan berbagai kuman ketempat lain.

    c) Pengunjung dan penunggu pasien

  • 24

    Pengunjung dan penunggu pasien dapat menyebarkan infeksi yang

    didapat dari luar ke dalam lingkungan rumah sakit atau sebaliknya

    yang didapat dari dalam rumah sakit keluar rumah sakit.

    d) Sumber lain

    Sumber lain yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit

    yang meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah

    sakit, atau alat yang ada dirumah sakit yang dibawa oleh

    pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien dan sebaliknya.

    e) Penderita

    Penderita selalu menjadi sasaran bibit penyakit karena biasanya

    keadaan tubuh yang lemah. Langkah pertolongan yang diberikan

    rumah sakit dalam perawatan penderita serba sulit karena

    perawatan yang kurang akan melemahkan daya tahan penderita.

    2. Kewaspadaan Standar dan Berdasarkan Transmisi Healthcare

    Associated Infections (HAIs) menurut (KEMENKES PPI, 2017) :

    a) Kewaspadaan Standar

    Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang

    untuk diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien

    dirumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik yang

    telah didiagnosis, diduga terinfeksi atau kolonisasi. Pada tahun

    2007, CDC dan HICPAC merekomendasikan 11 komponen utama

    yang harus dilaksanakan dan dipatuhi dalam kewaspadaan standar

    yaitu :

    1) Kebersihan tangan

    2) Alat pelindung diri (APD)

    3) Dekontaminasi peralatan perawatan pasien

    4) Kesehatan lingkungan

    5) Pengelolaan limbah

    6) Penatalaksanaan linen

    7) Perlindungan kesehatan petugas

    8) Penempatan pasien

  • 25

    9) Hygiene respirasi/ etika batuk dan bersin

    10) Praktik menyuntik yang aman

    11) Praktik lumbal pungsi yang aman

    b) Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi

    Kewaspadaan berdasarkan transmisi sebagai tambahan

    kewaspadaan standar yang dilaksanakan sebelum pasien

    didiagnosis dan setelah terdiagnosis jenis infeksinya. Jenis

    kewaspadaan berdasarkan transmisi sebagai berikut :

    1) Melalui kontak

    2) Melalui droplet

    3) Melalui udara

    4) Melalui common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan)

    5) Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus)

    f. Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Oleh Pasien dan Keluarga Pasien

    1. Cuci tangan dengan cara yang benar di saat yang tepat

    Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan

    sabun dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan

    tubuh, atau menggunakan alcohol (alcohol-based handrubs) bila

    tangan tidak tampak kotor. Kuku harus selalu bersih dan pendek, tanpa

    kuku palsu, tanpa memakai memakai perhiasan cincin (KEMEMKES

    PPI, 2017). World Health Organization (WHO) Tahun 2009

    melakukan kebersihan tangan sesuai 6 langkah cuci tangan.

    a) Cuci tangan dengan air mengalir : 40 - 60 detik.

    b) Cuci tangan dengan handrub (alcohol 70%) : 20 – 30 detik

    Lima Indikasi kebersihan tangan sesuai World Health Organization

    (WHO) Tahun 2009 yaitu:

    1) Sebelum kontak dengan pasien

    2) Sebelum melakukan tindakan aseptik

    3) Setelah kontak dengan pasien

    4) Setelah terpajan dengan cairan tubuh

  • 26

    5) Setelah kontak dengan lingkungan pasien

    Enam langkah cuci tangan :

    Gambar 2.1

    6 langkah cuci tangan

    2. Menerapkan etika batuk yang benar

    Gambar 2.2

    Etika Batuk

  • 27

    3. Penggunaan masker

    Masker harus dikenakan bila diperkirakan ada percikan atau semprotan

    dari darah atau cairan tubuh ke wajah. Selain itu, masker mencegah

    penularan kuman patogen melalui mulut dan hidung.

    Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian

    bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot). Masker yang dipakai

    dengan tepat terpasang pas nyaman di atas mulut dan hidung sehingga

    kuman patogen dan cairan tubuh tidak dapat memasuki atau keluar

    dari sela-selanya.

    Langkah-langkah penggunaan masker :

    a) Ambil bagian atas masker (biasanya sepanjang tepi tersebut ada

    stip motal yang tipis).

    b) Pegang masker pada 2 tali atau ikatan bagian atas belakang kepala

    dengan tali melewati atas telinga.

    c) Ikatkan dua tali bagian bawah masker sampai ke bawah dagu.

    d) Dengan lembut jepitkan pita motal bagian atas pada batang hidung.

    4. Membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia

    Sampah Rumah Sakit atau disebut juga limbah padat Rumah Sakit

    adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang

    harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan

    oleh manusia, dan umumnya bersifat padat (Azwar, 1990).

    Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang

    berbentuk padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah

    medis padat dan non medis.

    a) Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari

    kegiatan di luar medis seperti botol bekas, plastik bekas, kertas,

    bungkus makan. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik

    hitam.

    b) Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari :

    1) Limbah infeksius dan limbah patologi, penyimpanannya pada

    tempat sampah berplastik kuning.

  • 28

    2) Limbah farmasi (obat kadaluarsa), penyimpanannya pada

    tempat sampah berplastik coklat.

    3) Limbah sitotoksis adalah limbah berasal dari sisa obat

    pelayanan kemoterapi. Penyimpanannya pada tempat sampah

    berplastik ungu.

    4) Limbah medis padat tajam seperti pecahan gelas, jarum suntik,

    pipet dan alat medis lainnya. Penyimpanannya pada safety

    box/container.

    5) Limbah radioaktif adalah limbah berasal dari penggunaan

    medis ataupun riset di laboratorium yang berkaitan dengan zat-

    zat radioaktif. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik

    merah.

    5. Tidak merokok di lingkungan Rumah Sakit

    Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang

    dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan

    memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan

    produk tembakau. Fasilitas pelayanan kesehatan termasuk dalam

    Kawasan Tanpa Rokok.

    6. Berkunjung sesuai waktu yang ditentukan

    Tidak mungkin seseorang yang hanya sakit ringan diharuskan di

    inapkan di RS. Bila seseorang sampai diharuskan di inapkan di RS

    berarti orang tersebut menderita suatu penyakit yang cukup serius. Dan

    seperti anda tahu, hal yang menunjang penyembuhan bukanlah obat

    semata, istrahat yang cukup juga menunjang penyembuhan. Dengan

    berkunjung hanya jam besuk, akan memberikan waktu istrahat yang

    cukup bagi pasien untuk memulihkan kesehatannya. Dan lebih baik

    tidak berkunjung ke Rumah Sakit bila dalam keadaan sakit karena

    sistem imun sedang dalam keadaan tidak baik.

    7. Tidak membawa anak

  • 29

    lain yang ada dirumah sakit tidak sebaik pada mereka para orang tua

    yang memiliki imunitas tubuh lebih baik. Itulah sebabnya anak kecil

    biasanya mudah sakit karena lebih rentan untuk tertular penyakit.

    Membawa anak, selain risiko tertular penyakit, kerugian lain yang

    mungkin didapat adalah timbulnya trauma pada anak sehingga jika

    suatu saat anak sakit akan sulit/takut di bawa ke dokter atau rumah

    sakit. Selain menyebabkan dampak kerugian pada anak, membawa

    anak ke rumah sakit dikhawatirkan akan mengganggu istirahat pasien.

    8. Pengunjung tidak diperbolehkan meludah sembarangan di area

    Pelayanan Kesehatan

    Air liur atau ludah adalah cairan tubuh yang terdapat di mulut.

    Sebenarnya cairan ini sangat bermanfaat bagi metabolisme tubuh

    karena membantu mulut tetap lembap dan membantu pencernaan.

    Selain itu, air liur juga berfungsi untuk membersihkan makanan dari

    lapisan mulut dan membantu menumbuhkan lapisan gigi yang rusak.

    Meski demikian, dalam kondisi tertentu air liur atau ludah juga

    ternyata bisa menularkan penyakit. Ada beberapa bakteri atau virus

    penyakit yang betah hidup di air liur misalnya influenza, batuk,

    tuberculosis (TBC), herpes, hingga hepatitis B. Perlu berhati-hati jika

    menemukan orang yang meludah sembarangan. Jangan sampai ludah

    orang lain mengenai kita atau sebaliknya, karena bisa saja bakteri atau

    virus penyebab jenis jenis penyakit ada di dalamnya.

    4. Pendidikan Kesehatan a. Pengertian Pendidikan Kesehatan

    Menurut Mubarak dkk (2007) pendidikan kesehatan adalah proses

    perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan

    sekedar proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain dan

    bukan pula seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi

    adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat

    sendiri.

  • 30

    Menurut Notoatmodjo (2008) pendidikan kesehatan secara umum

    adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain

    sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

    Pengertian tersebut mengandung 3 unsur pendidikan yang meliputi input

    (sasaran & pelaku pendidikan), proses (proses yang direncanakan), output

    (perilaku yang diharapkan).

    Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu

    bentuk intervensi atau upaya yang ditunjukaan kepada perilaku, agar

    perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Dengan perkataan lain,

    pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku individu, kelompok,

    atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan

    peningkatan kesehatan.

    b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

    Tujuan pendidikan kesehatan dalam keperawatan adalah untuk

    meningkatkan status kesehatan, mencegah timbulnya penyakit dan

    bertambahnya masalah kesehatan, mempertahankan derajat kesehatan

    yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit,

    serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan (

    Mubarak et al, 2007).

    Menurut Mubarak dkk (2007) tujuan utama pendidikan kesehatan

    adalah agar orang mampu :

    1. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.

    2. Memahami apa yang dapat mereka lalukan terhadap masalahnya,

    dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan

    dukungan dari luar.

    3. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan

    taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.

    Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-

    undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yakni

    ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan

  • 31

    meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga

    produktif secara ekonomi maupun secara social, pendidikan kesehatan di

    semua program kesehatan baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi

    lingkungan, gizi masyarakat pelayanan kesehatan maupun program

    kesehatan lainnya”.

    Tujuan ini dapat diperinci sebgai berikut :

    a) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai dimasyarakat.

    b) Mendorong individu agar mampu secara mandiri/ kelompok

    mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

    c) Mendorong perkembangan dan penggunaan secara tepat sarana

    pelayanan kesehatan yang ada.

    Tujuan pendidikan kesehatan, secara operasional telah diperinci

    oleh Mubarak (2007) sebagai berikut :

    1) Agar masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada

    kesehatannya keselamatan lingkungan dan masyarakatnya.

    2) Agar orang melakukan langkah-langkah dalam mencegah terjadinya

    penyakit menjadi lebih parah, dan mencegah keadaan ketergantuangan

    melalui rehabilitas cacat yang disebabkan oleh penyakit.

    3) Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan

    perubahan-perubahan system dan cara memanfaatkannya dengan

    efisien dan efektif.

    4) Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan

    bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada system

    pelayanan kesehatan yang formal.

    c. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

    Menurut Mubarak dkk (2007) ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat

    dilihat dari berbagai dimensi, antara lain :

    1. Dimensi sasaran, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi

    3, yaitu :

    a) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.

  • 32

    b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.

    c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.

    2. Dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat

    berlangsung diberbagai tempat, dengan sendirinya sasarannya berbeda

    pula, misalnya :

    a) Pendidikan kesehatan disekolah dengan sasaran murid.

    b) Pendidikan kesehatan dirumah sakit, dilakukan di rumah sakit

    dengan sasaran pasien atau keluarga pasien, dipuskes dan lain

    sebagainya.

    c) Pendidikan kesehatan ditempat-tempat kerja dengan sasaran buruh

    atau karyawan.

    3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat

    dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan (five levels of prevention)

    menurut Leavel dan Clark sebagai berikut :

    a) Health promotion atau peningkatan kesehatan, yaitu peningkatan

    status kesehatan masyarakat dengan melalui beberapa kegiatan.

    b) General and specific protection (perlindungan umum dan khusus)

    merupakan usaha kesehatan untuk memberikan perlindungan

    secara khusus atau umum kepada seseorang atau masyarakat.

    c) Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan

    pengobatan segera atau adekuat), usaha ini dilakukan

    karenarendahnya pengetahuan dan kesadran masyarakat terhadap

    kesehatan dan penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-

    penyakit yang terjadi didalam masyarakat. Bahkan kadang-kadang

    masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya.

    Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh

    pelayanan kesehatan yang layak.

    d) Disability limitation atau pembatasan kecacatan, kurangnya

    pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan

    penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan

    pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak

  • 33

    melakukan pemeriksaan dan pengobatan dengan komplit terhadap

    penyakitnya. Pengobatan yang tidak lengkap dan sempurna dapat

    mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat atau

    ketidakmampuan.

    e) Rehabilitation atau rehabilitasi, setelah sembuh dari suatu penyakit

    tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan

    cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan-latihan

    tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran orang

    tersebut, ia tidak atau segan melakukan latihan-latihan yang

    dianjurkan. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan

    bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu

    pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

    4. Sasaran pendidikan kesehatan dibagidalam 3 kelompok sasaran, yaitu :

    a) Sasaran primer (primary target), sasaran langsung pada

    masyarakat segala upaya pendidikan kesehatan.

    b) Sasaran sekunder (secondary target), sasaran pada tokoh

    masyarakat adat.

    c) Sasaran tersier (tersier target), sasaran pada pembuat keputusan

    atau penentu kebijakan baik tingkat pusat maupun ditingkat

    daerah, diharapkan dengan keputusan dari kelompok ini akan

    berdampak kepada perilaku kelompok sasaran sekunder yang

    kemudian pada kelompok primer.

    d. Prinsip-prinsip Pendidikan Kesehatan

    Menurut Mubarak dkk (2007) prinsip-prinsip pendidikan

    kesehatan antara lain sebagai berikut :

    1. Belajar mengajar berfokus pada klien, pendidikan kesehatan adalah

    hubungan klien yang berfokus pada kebutuhan klien yang spesifik.

    2. Belajar mengajar bersifat menyeluruh (holistik), dalam memberikan

    pendidikan kesehatan harus dipertimbangkan klien secara kesehatan

    tidak hanya berfokus pada muatan spesifik saja.

  • 34

    3. Belajar mengajar negoisasi, pentingnya kesehatan dan klien bersama-

    sama menentukan apa yang telah diketahui dan penting untuk

    diketahui.

    4. Belajar mengajar yang interaktif adalah suatu proses yang dinamis dan

    interaktif yang melibatkan partisipasi dari petugas kesehatan dan klien.

    5. Pertimbangan umum dalam pendidikan kesehatan, untuk menumbuh

    kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia

    melaluipengajaran sehingga perlu dipertimbangkan umur klien dan

    hubungan dengan proses belajar mengajar.

    e. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Perubahan Perilaku

    Pendidikan kesehatan secara umum segala upaya yang

    direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok,

    atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh

    pelaku pendidikan kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsure-unsur :

    1. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat, dan

    pendidik pelaku pendidikan)

    2. Proses upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain.

    3. Output melakukan apa yang diharapkan atau perilaku.

    Hasil (output) yang diharapkan dari suatu promosi kesehatan atau

    pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk

    memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif (Notoatmojo,

    2012).

    5. Media Pendidikan Kesehatan a. Definisi Media Pendidikan Kesehatan

    Media pendidikan atau promosi kesehatan adalah semua sarana

    atau upaya untuk menampilkan atau informasi yang ingin di sampaikan

    oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronika (TV, radio,

    computer, dan sebagainya) dan media luar ruang, sehingga sasaaran dapat

  • 35

    meingkat pengetahuannya yang akhirnya di harapkan dapat berubah

    perilakunya kearah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

    Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media karena melalui

    media, pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami,

    sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sehingga sampai

    memutuskan untuk mengadopsinya perilaku yang positif.

    b. Tujuan Media Kesehatan

    Adapun beberapa tujuan atau alasan mengapa media sangat

    diperlukan didalam pelaksanaan promosi kesehatan antara lain adalah :

    1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.

    2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.

    3. Dapat memperjelas informasi.

    4. Media dapat mempermudah pengertian.

    5. Mengurangi komunikasi yang verbalistik.

    6. Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.

    7. Memperlancar komunikasi, dan lain-lain.

    c. Penggolongan Media Promosi Kesehatan

    Menurut Notoatmodjo (2010) penggolongan media promosi

    kesehatan ini dapat di tinjau dari berbagai aspek, antara lain :

    1. Berdasarkan bentuk umum penggunaannya :

    Berdasarkan penggunaan media promosi dalam rangka promosi

    kesehatan, dibedakan menjadi :

    a) Bahan bacaan : modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet,

    majalah, bulletin, dan sebagainya.

    b) Bahan peragaan : poster tunggal, poster seri, flipchart, tranparan,

    slide, film, dan seterusnya.

    2. Berdasarkan cara produksi

    Berdasarakan cara produksinya, media promosi kesehatan

    dikelompokkan menjadi :

  • 36

    a) Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-

    pesan visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran

    sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Adapun

    macam-macamnya adalah :

    1) Poster

    2) Leaflet

    3) Brosur

    4) Majalah

    5) Surat kabar

    6) Lembar balik

    7) Sticker, dan pamphlet

    Fungsi utama media cetak ini adalah member informasi dan

    menghibur. Kelebihan dan kelemahan media cetak dapat dilihat

    dalam tabel 2.1 berikut ini :

    Tabel 2.1

    Kelebihan dan kelemahan media cetak

    Kelebihan Kelemahan Tahan lama Mencakup banyak orang Biaya tidak tinggi Tidak perlu listrik Dapat dibawa kemana-

    mana Dapat mengungkit rasa

    keindahan Mempermudah

    pemahaman Meningkatkan semangat

    belajar

    Media ini tidak menstimulir efek suara dan efek gerak

    Mudah terlipat

    b) Media elektronika, yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat

    dilihat dan didengar (audiovisual) dalam menyampaikan pesannya

    melalui alat bantu elektronika. Adapun macam-macam media

    tersebut adalah :

  • 37

    1) TV

    2) Radio

    3) Film

    4) Video film

    5) Cassette

    6) CD

    7) VCD

    Kelebihan dan kelemahan media elektronika dapat dilihat dalam

    tabel 2.2 berikut ini :

    Tabel 2.2

    Kelebihan dan kelemahan media elektronika

    Kelebihan Kelemahan Sudah dikenal

    masyarakat Mengikutsertakan

    semua panca indera Lebih mudah dipahami Lebih menarik karena

    ada suara dan gambar bergerak

    Bertatap muka Penyajian dapat

    dikendalikan Jangkauan relatif lebih

    besar Sebagai alat diskusi dan

    dapat diulang-ulang

    Biaya lebih tinggi Sedikit rumit Perlu listrik Perlu alat canggih

    untuk produksinya Perlu persiapan

    matang Peralatan selalu

    berkembang dan berubah

    Perlu keterampilan penyimpanan

    Perlu terampil dalam pengoperasian

    c) Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya diluar

    ruang secara umum melalui media cetak dan elektronika secara

    statis, misalnya :

    1) Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat

    dilihat secara umum diperjalanan.

    2) Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai

    gambar yang dibuat di atas secarik kain dengan ukuran

  • 38

    tergantung kebutuhan dan dipasang di suatu tempat strategis

    agar dapat dilihat oleh semua orang.

    3) Pameran

    4) Banner

    5) TV layar lebar

    Kelebihan dan kelemahan media luar ruang dapat dilihat dalam

    tabel 2.3 berikut ini :

    Tabel 2.3

    Kelebihan dan kelemahan media luar ruang

    Kelebihan Kelemahan Sebagai informasi umum

    dan hiburan Mengikutsertakan semua

    panca indera Lebih muda dipahami Lenih menarik karena ada

    suara dan gambar bergerak Bertatap muka Penyajian dapat

    dikendalikan Jangkauan relative lebih

    besar Dapat menjadi tempat

    bertanya lebih detail Dapat menggunakan semua

    panca indra secara langsung, dan lain-lain

    Biaya lebih tinggi Rumit Ada yang memerlukan

    listrik Ada yang memerlukan

    alat canggih untuk memproduksinya

    Perlu persiapan matang Peralatan selalu

    berkembang dan berubah Perlu keterampilan

    penyimpanan Perlu terampil dalam

    pengoperasian

    Prinsip pembuatan alat peraga (media) bahwa pengetahuan yang ada pada

    setiap orang diterima atau ditangkap melalui panca indra. Semakin banyak

    pancaindera yang digunakan semakin banyak dan semakin jelas pula

    pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini menunjukan bahwa

    keberadaan alat peraga (media) dimaksudkan mengerahkan indra

    sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman

    (Maulana, 2009).

  • 39

    6. Media Leaflet Leaflet adalah salah satu media cetak yang mengutamakan pesan-pesan

    visual umumnya terdiri dari gambar atau foto (Notoatmodjo, 2010). Leaflet

    adalah bentuk penyampaian pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang

    dilipat, isi informasi dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi

    (Astuti, 2014). Secara umum leaflet berisi garis-garis besar penyuluhan dan isi

    harus dapat ditangkap. Leaflet biasanya diberikan setelah pelajaran atau

    penyuluhan selesai dilakukan atau dapat pula diberikan sewaktu penyuluhan

    berlangsung untuk memperkuat ide yang disampaikan. Menurut Notoadmodjo

    (2010) kelebihan dan kelemahan leaflet dapat dilihat dalam tabel 2.4 berikut

    ini :

    Tabel 2.4

    Kelebihan dan kelemahan leaflet

    Kelebihan Kelemahan Tahan lama Mencakup banyak orang Biaya tidak tinggi Tidak perlu listrik Dapat dibawa kemana-mana Dapat mengungkit rasa

    keindahan Mempermudah pemahaman Meningkatkan semangat

    belajar

    Media ini tidak menstimulir efek suara dan efek gerak

    Mudah terlipat

    7. Media Audiovisual Audiovisual adalah alat bantu seseorang dalam menerima suatu pesan,

    sehingga dapat memperoleh ilmu dan pengalaman yang bermanfaat untuk

    meraih tujuan dan ilmu yg ingin dicapai (dalam hal ini adalah latihan otak dan

    daya ingat) (Kamil, 2010). Penyebutan audiovisual sebenarnya mengacu pada

    indra yang menjadi sasaran dari media tersebut. Media audiovisual

    mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak sasaran. Sehingga,

    seorang yang ingin daya ingat dan otaknya tajam dapat dilakukan dengan cara

    menggunakan media pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata). Maka dari

  • 40

    itu, media audiovisual merupakan alat yang digunakan untuk meningkatkan

    kemampuan otak, khususnya ketajaman otak dan daya ingat, melalui media

    yang dapat didengar dan dilihat (Cahyo, 2011).

    Menurut Azhar (2009) metode audiovisual mempunyai tingkat

    efektifitas yang cukup tinggi, menurut riset, rata-rata diatas 60% sampai 80%.

    Pendidikan kesehatan metode audiovisual ditayangkan dengan melibatkan

    suara, gambar dan tulisan untuk memperjelas pesan yang terkandung dan

    audiovisual melibatkan pemikiran, pendengaran, penglihatan, psikomotor dan

    membuat pembelajaran lebih menarik. Audiovisual dapat memperlancarkan

    pemahaman dan memperkuat ingatan (Haryoko, 2009). Sehingga dengan

    menggunakan metode audiovisual dapat menyimpan ingatan materi dalam

    jangka panjang. Kelebihannya lebih menarik, memungkinkan hasil

    pembelajaran lebih tahan lama, efisien dan beraneka ragam, teks dan visual

    ditampilkan statis (diam), unsur suara dan unsur gambar yang bisa dilihat

    berbentuk video dan dianggap lebih menarik dan mudah dipahami. Waktu

    pelaksanaan audiovisual juga tidak memakan waktu lama namun semua pesan

    yang disampaikan dapat diterima oleh responden. Audiovisual tidak

    memerlukan alat-alat yang banyak dan pelaksanaan tidak memerlukan

    perencanaan yang komplek, Sehingga pendidikan kesehatan metode

    audiovisual ini sangat disarankan untuk digunakan dalam pembelajaran

    (Septiana, 2017).

    Media ini selain untuk media hiburan dan komunikasi juga dapat

    digunakan sebagai media edukasi yang mudah dipahami masyarakat dari

    anak-anak hingga dewasa asal bahasa penyampaiannya jelas dengan bahasa

    yang mudah dimengerti semua golongan dan usia (Rusliani et al, 2011).

    Kriteria-kriteria dalam pemilihan media audiovisual antara lain;

    ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak

    terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri,

    efektifitas biaya, tujuan serta suatu teknis media pengajaran, harus luwes,

    kepraktisan, dan ketahan lamaan media yang bersangkutan untuk waktu yang

    lama, artinya bisa digunakan dimanapun dengan peralatan yang ada

  • 41

    disekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing dan dipindahkan (Sadiman,

    2002).

    Kelebihan dan kelemahan media audiovisual dapat dilihat dalam tabel

    2.5 berikut ini :

    Tabel 2.5

    Kelebihan dan kelemahan media audiovisual

    Kelebihan Kelemahan Sudah dikenal masyarakat Mengikutsertakan semua

    panca indera Lebih mudah dipahami Lebih menarik karena ada

    suara dan gambar bergerak Bertatap muka Penyajian dapat dikendalikan Jangkauan relatif lebih besar Sebagai alat diskusi dan

    dapat diulang-ulang

    Biaya lebih tinggi Sedikit rumit Perlu listrik Perlu alat canggih untuk

    produksinya Perlu persiapan matang Peralatan selalu

    berkembang dan berubah Perlu keterampilan

    penyimpanan Perlu terampil dalam

    pengoperasian

    8. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak a. Definisi Pertumbuhan Dan Perkembangan

    Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun (0 – 18

    tahun). Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan

    struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya

    multiplikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada pertambahan secara

    kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu

    bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa (IDAI, 2002). Jadi

    pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang,

    yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti

    pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala

    (Nursam et al, 2005).

    Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/

    fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat

    diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,

  • 42

    jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI,

    2002). Dengan demikian, aspek perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu

    pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh

    (Nursalam et al, 2005).

    b. Tahapan Tumbuh Kembang

    Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak-

    anak menurut Soetjiningsih (2002) dalam Nursalam dkk (2005), tahapan

    tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Masa prenatal (konsepsi-lahir), terbagi atas :

    a) Masa embrio (mudigah) : masa konsepsi – 8 minggu.

    b) Masa janin (fetus) : 9 minggu – kelahiran.

    2. Masa pascanatal, terbagi atas :

    a) Masa neonatal usia 0 – 28 hari

    1) Neonatal dini (perinatal) : 0 – 7 hari

    2) Neonatal lanjut : 8 – 28 hari

    b) Masa bayi

    1) Masa bayi dini : 1 – 12 bulan

    2) Masa bayi akhir : 1 – 2 tahun

    c) Masa prasekolah (usia 2 – 6 tahun), terbagi atas :

    1) Prasekolah awal (masa balita) : mulai 2 – 3 tahun

    2) Prasekolah akhir : mulai 4 – 6 tahun

    d) Masa sekolah atau masa prapubertas, terbagi atas :

    1) Wanita : 6 – 10 tahun

    2) Laki-laki : 8 – 12 tahun

    e) Masa adolesensi atau masa remaja, terbagi atas :

    1) Wanita : 10 – 18 tahun

    2) Laki-laki : 12 – 20 tahun

    c. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang

    Menurut Soetjiningsih (2002) dalam Nursalam dkk (2005), factor

    yang mempengaruhi tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi dua,

    yaitu sebagai berikut :

  • 43

    1. Faktor dalam

    a) Genetika

    Faktor genetika akan memengaruhi kecepatan pertumbuhan dan

    kematangan tulang, alat seksual, serta saraf, sehingga merupakan

    modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang

    yaitu :

    1) Perbedaan ras, etnis, atau bangsa

    Tinggi badan orang Eropa akan berbeda dengan orang

    Indonesia atau bangsa lainnya, dengan demikian postur tubuh

    tiap bangsa berlainan.

    2) Keluarga

    Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau

    perawakan pendek.

    3) Umur

    Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap

    yang mengalami pertumbuhan cepat dibandingkan dengan

    masa lainnya.

    4) Jenis kelamin

    Wanita akan mengalami masa pubertas lebih dahulu

    dibandingkan dengan laki-laki.

    5) Kelainan kromosom

    Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya

    sindroma down.

    b) Pengaruh hormone

    Pengaruh hormone sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat

    janin berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang

    sangat cepat. Hormone yang berpengaruh terutama adalah

    hormone pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh

    kelenjar pituitari. Selain itu, kelenjar tiroid juga mengahsilkan

    kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolism serta maturasi

    tulang, gigi, dan otak.

  • 44

    2. Faktor lingkungan

    Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi

    tiga, yaitu prenatal, kelahiran, dan pascanatal.

    a) Faktor prenatal (selama kehamilan), meliputi :

    1) Gizi, nutrisi ibu hamil akan memengaruhi pertumbuhan janin,

    terutama selama trimester akhir kehamilan.

    2) Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat

    menyebabkan kelainan congenital, misalnya club foot.

    3) Toksin, zat kimia, radiasi

    4) Kelainan endokrin

    5) Infeksi TORCH atau penyakit menular seksual

    6) Kelainan imunologi

    7) Psikologis ibu

    b) Faktor kelahiran

    Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forceps dapat

    menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga beresiko

    terjadinya kerusakan jaringab otak.

    c) Faktor pascanatal

    Seperti halnya pada masa prenatal, faktor yang berpengaruh

    terhadap tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit kronis/

    kelainan congenital, lingkungan fisik dan kimia, psikologis,

    endokrin, sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan

    obat-obatan.

    9. Post Operasi Fase pascaoperatif dimulai saat klien masuk ke ruang pascaanstesia dan

    berakhir ketika luka telah benar-benar sembuh. Selama fase pascaoperatif,

    tindakan keperawatan antara lain mengkaji respon klien (fisiologik dan

    psikologik) terhadap pembedahan, melakukan intervensi untuk memfalitasi

    proses penyembuhan dan mencegah komplikasi, memberi penyuluhan dan

    memberikan dukungan kepada klien dan orang terdekat, dan merencanakan

  • 45

    perawatan dirumah. Tujuannya adalah membantu klien mencapai status

    kesehatan yang paling optimal (Kozier, 2011).

    Menurut Blacks & Hawks (2014) pemeriksaan klien pascaoperasi sebagai

    berikut :

    a. Memeriksa status pernapasan

    Periksa patensi jalan napas. Amati klien dan kaji pola napas saat istirahat.

    Dengarkan bunyinya, bunyi napas seharusnya pelan. Disebabkan efek obat

    anastesi umum, laju dan kedalaman napas biasaya berkurang dan dapat

    menyebabkan hipoksia. Komplikasi utama setelah bedah adalah

    menurunnya ekspansi paru, atelekstasi (kantong alveoli kolaps), atau

    aspirasi dari sekresi yang tidak bisa dikeluarkan.

    b. Memeriksa sirkulasi

    Pemeriksaan tanda vital, warna kulit, dan suhu sesuai dengan protocol

    fasilitas kesehatan.

    c. Memeriksa status neurologis

    Periksa tingkat kesadaran, orientasi, dan efek perlambatan gerak dari

    anastesi pada 24 jam pertama.

    Menurut Blacks & Hawks (2014) pengawasan pascaoperasi sebagai berikut :

    1. Monitor luka

    2. Memonitor akses intravena

    3. Memonitor selang drainase

    4. Memonitor kenyaman/level nyeri

    5. Memonitor mual dan muntah

    6. Melepas jahitan atau staples

    Komplikasi bedah menurut Blacks & Hawks (2014), adalah :

    a) Komplikasi luka

    Insisi bedah dan menyebabkan pengumpulan lemak, serum, dan cairan

    limfatik yang mencair, disebut seroma. Seroma merupakan pembengkakan

    atau jaringan ketat disekitar atau dibawah insisi. Hematoma, kumpulan

    dari darah, juga dapat terjadi. Hematoma lebih mengkhawatirkan daripada

    seroma karena dapat menyebabkan infeksi. Hematoma juga dapat

  • 46

    menimbulkan nyeri dan membuat hasil kosmetik yang buruk. Hematoma

    muncul sebagai area yang bengkak dan memar berwarna ungu pada area

    pembedahan, bersifat keras dan tidak ada balotemen. Jika terjadi infeksi

    pada luka, manifestasi klinis muncul 3 – 4 hari setelah operasi.

    Manifestasi klinis berupa kemerahan sepanjang garis insisi, edema yang

    tetap ada, peningkatan nyeri, dan meningkatnya drainase. Terkadang

    drainase menjadi purulen dan berbau busuk. Klien juga mengalami

    demam, lemas, anoreksia, dan leukositosis (peningakatan sel darah putih

    dan batang).

    b) Demam pascaoperasi

    Demam ringan setelah operasi umum terjadi dan dipikirkan sebagai akibat

    dari atelektasis, tetapi bukti sekarang menunjukan bahwa penyebab yang

    paling mungkin adalah pelepasan sitokin dari jaraingan yang terluka. Pada

    kasus lain, demam ringan 72 jam setelah bedah biasanya diterapi dengan

    latihan batuk dab napas dalam, serta pemberian cairan. Jika demam tetap

    ada sampai 5 – 8 hari, harus dicari penyebabnya. Penyebab umum demam

    disebut sebagai 5Ws; wind (paru-paru), water (saluran kemih), wound

    (luka), walking (bekuan darah ditungkai bawah), dan waste (usus). Versi

    lain menyebutkan wonder drugs (obat) sebagai W keenam karena banyak

    obat dapat menyebabkan demam.

    Ada banyak komplikasi pascaoperatif seperti pada sistem tubuh

    respiratorik, jantung, renal dan saluran kemih, metabolik, gastrointestinal,

    hepatobilier, neurologis, telinga, hidung, tenggorokan.

    B. Penelitian Terkait Penelitian Eka Kurnia Astuti yang berjudul ”Pengaruh Pendidikan

    Kesehatan Dengan Media Audiovisul Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

    (PHBS) Pada Siswa Kelas III – V Di SDN Wanurojo Kemiri Purworejo”

    menyatakan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan media

    audiovisual terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada siswa kelas III

    – V di SDN Wanurojo Kemiri Purworejo. Berdasarkan hasil statistic diperoleh

  • 47

    nilai dari hasil uji Wilxocon untuk perilaku hidup bersih dan sehat menunjukan

    0,000. Hal tersebut berarti nilai signifikan lebih kecil daripada 0,05 yang

    menunjukan bahwa adanya perbedaan yang signifikan, dimana sebelum diberikan

    pendidikan kesehatan dalam kategori baik 17,8%, sangat baik 82,2%. Sedangkan

    setelah diberikan pendidikan kesehatan kategori sangat baik 100%.

    Penelitian Rinik Eko Kapti, Yeni Rustina, Widyatuti yang berjudul

    ”Efektifitas Audiovisual Sebagai Media Penyuluhan Kesehatan Terhadap

    Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Tatalaksana Balita Dengan Diare

    Di Dua Rumah Sakit Kota Malang” menyatakan bahwa terdapat peningkatan

    pengetahuan dan sikap ibu setelah dilakukan penyuluhan. Hasil pengujian untuk

    variabel pengetahuan didapatkan ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata

    peningkatan nilai pengetahuan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

    (p= 0,01 ; α= 0,05). Pada variabel sikap juga menunjukan adanya perbedaan yang

    signifikan antara rata-rata peningkatan nilai sikap pada kelompok kontrol dan

    kelompok perlakuan (p=0,03 ; α= 0,05). Berdasarkan hasil uji perbedaan antara

    nilai post test kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol baik variabel

    pengetahuan maupun sikap juga menunjukan ada perbedaan yang signifikan

    antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

    Penelitian Novella Wulan Dari, Sofiana Nurchayati, Oswati Hasanah yang

    berjudl ”Pengaruh Pendidikan Kesehatan Senam Kaki Melalui Media Audiovisual

    Terhadap Pengetahuan Pelaksanaan Senam Kaki Pada Pasien DM Tipe 2”

    menyatakan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan pada pasien setelah

    dilakukan pendidikan kesehatan. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji

    wilcoxon pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

    kesehatan senam kaki diperoleh p value 0,002 < α 0,05 sehingga diketahui

    terdapat peningkatan pengetahuan yang signifikan. Hal ini terjadi karena

    pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi beberapa faktor. Menurut Notoadmodjo

    (2005) faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan diantaranya pendidikan,

    media/informasi dan umur.

  • 48

    C. Kerangka Teori

    Gambar 2.3

    Kerangka Teori Mubarak (2007), Kozier (2011), Potter & Perry (2005), KEMENKES PPI (20017) dimodifikasi

    Pasien Post Operasi

    Infeksi

    Kewaspadaan

    Standar

    Kewaspadaan

    Bedasarkan

    Transmisi

    Agen Infeksius

    Reservoir

    Jalan Keluar

    Cara Penularan

    Jalan Masuk

    Penjamu Rentan

    Universal Precauntion

    1. Perawat 2. Penunggu Pasien (keluarga) 3. Pengunjung 4. Petugas Kesehatan Lain

    Iritasi

    kulit/masalah Kulit

    Kurangnya

    Fasilitas

    Kurangnya Waktu

    Kurangnya

    Pengetahuan

    Pendidikan

    Kesehatan

    Pencegahan

    Infeksi

  • 49

    D. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

    atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel

    yang satu dengan variable lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,

    2010).

    Kerangka konsep pada penelitian yang berjudul ”Perbedaan Pendidikan

    Kesehatan Dengan Media Leaflet Dan Audiovisual Terhadap Pengetahuan

    Keluarga Dalam Pencegahan Infeksi Pada Anak Post Operasi di Ruang Bedah

    Anak RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung” dapat dilihat pada

    gambar 2.4 dibawah ini.

    Gambar 2.2

    Kerangka konsep

    Gambar 2.4

    Kerangka Konsep

    Pengetahuan keluarga dalam pencegahan infeksi (Pretest)

    Pengetahuan keluarga dalam pencegahan infeksi (Pretest)

    Pengetahuan keluarga dalam pencegahan infeksi (Posttest)

    Pengetahuan keluarga dalam pencegahan infeksi (Posttest)

    Pendidikan kesehatan

    pencegahan infeksi pada

    keluarga dengan media leaflet

    Pendidikan kesehatan

    pencegahan infeksi pada

    keluarga dengan media

    audiovisual

  • 50

    E. Hipotesis Hipotesis di dalam suatu penelitian merupakan jawaban sementara

    penelitian, patokan duga, atau dalil sementara,yang kebenarannya akan dibuktikan

    dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Adapun hipotesis dalam

    penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

    Ha : Ada Perbedaan Pendidikan Kesehatan Dengan Media Leaflet Dan

    Audiovisual Terhadap Pengetahuan Keluarga Dalam Pencegahan Infeksi Pada

    Anak Post Operasi di Ruang Bedah Anak RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

    Lampung.

    Ho : Tidak Ada Perbedaan Pendidikan Kesehatan Dengan Media Leaflet Dan

    Audiovisual Terhadap Pengetahuan Keluarga Dalam Pencegahan Infeksi Pada

    Anak Post Operasi di Ruang Bedah Anak RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

    Lampung.