bab ii tinjauan pustaka a. badan penyelenggara …
TRANSCRIPT
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
1. Pengertian BPJS
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah (UU Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan).
Menurut UU No.24 Tahun 2011 Tentang BPJS, Jaminan Sosial
adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Sedangkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarkan program jaminan sosial di
Indonesia. BPJS dibentuk dengan tujuan untuk memenuhi hak setiap orang
atas jaminan sosial yang memberi perlindungan dan kesejahteraan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam UU No.24 Tahun 2011 Tentang BPJS, dibentuk 2 BPJS
yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan
menyelenggarakan program jaminan kesehatan yang sudah mulai
beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014. Sedangkan BPJS
Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.
2. Dasar Hukum
a) UU No. 40 Tahun 2004 tentang tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN).
b) UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS).
12
13
3. Tugas BPJS menurut UU No.24 Tahun 2011 Tentang BPJS
BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan
kesehatan. Dalam melaksanakan fungsinya, BPJS bertugas untuk:
a) Melakukan dan atau menerima pendaftaran Peserta.
b) Memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja.
c) Menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah.
d) Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta.
e) Mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial.
f) Membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan
sesuai dengan ketentuan program Jaminan Sosial.
g) Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan
Sosial kepada Peserta dan masyarakat.
4. Wewenang BPJS menurut UU No.24 Tahun 2011 Tentang BPJS
a) Menagih pembayaran Iuran.
b) Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan
jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas,
solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai.
c) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan
pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional.
d) Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar
pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
e) Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan.
f) Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja
yang tidak memenuhi kewajibannya.
g) Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi
kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
14
h) Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka
penyelenggaraan program jaminan sosial.
5. Kepesertaan menurut Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014
Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
a) Peserta BPJS dibagi menjadi dua yaitu peserta Penerima Bantuan Iuran
(PBI) Jaminan Kesehatan dan peserta bukan Penerima Bantuan Iuran
(PBI) Jaminan Kesehatan.
b) Peserta PBI Jaminan Kesehatan yaitu orang yang tergolong fakir
miskin dan orang tidak mampu.
c) Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan terdiri atas:
1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga
negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam)
bulan dan anggota keluarganya.
2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk
warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6
(enam) bulan dan anggota keluarganya.
3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya.
d) Peserta Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk
warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam)
bulan dan anggota keluarganya terdiri atas:
1) Pegawai Negeri Sipil
2) Anggota TNI
3) Anggota Polri
4) Pejabat Negara
5) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
6) Pegawai swasta
7) Pekerja yang tidak termasuk nomor 1 sampai dengan nomor 6 yang
menerima upah.
e) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk
warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam)
bulan dan anggota keluarganya terdiri atas:
15
1) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri.
2) Pekerja yang tidak termasuk nomor 1 yang bukan penerima upah.
f) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:
1) Investor
2) Pemberi Kerja
3) Penerima Pensiun
4) Veteran
5) Perintis Kemerdekaan
6) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan
7) Bukan Pekerja yang tidak termasuk nomor 1 sampai dengan nomor
5 yang mampu membayar iuran.
g) Penerima pensiun terdiri atas:
1) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun.
2) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak
pensiun.
3) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun.
4) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
sebagaimana dimaksud pada nomor 1, 2 dan 3 yang mendapat hak
pensiun.
5) Penerima pensiun selain nomor 1, 2 dan 3.
6) Janda, duda atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
sebagaimana dimaksud pada nomor 5 yang mendapat hak pensiun.
h) Anggota keluarga meliputi istri/suami yang sah, anak kandung, anak
tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah, sebanyak-
banyaknya 5 (lima) orang.
i) Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah dan anak angkat
yang sah dengan kriteria:
1) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri.
16
2) Belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun yang masih
melanjutkan pendidikan formal.
3) Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan dapat mengikutsertakan
anggota keluarga yang lain.
4) Anggota keluarga yang lain meliputi anak ke 4 (empat) dan
seterusnya, ayah, ibu dan mertua.
6. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan Menurut Peraturan BPJS Kesehatan
No. 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
(Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan)
a) Pelayanan kesehatan meliputi semua fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, fasilitas kesehatan
lainnya yang ditetapkan oleh Menteri yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan termasuk fasilitas kesehatan penunjang yang terdiri atas:
laboratorium; instalasi farmasi Rumah Sakit; apotek; unit transfusi
darah/Palang Merah Indonesia; optik; pemberi pelayanan Consumable
Ambulatory Peritonial Dialisis (CAPD); dan praktek Bidan/Perawat
atau yang setara.
b) Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan terdiri atas:
Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama;
Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan;
Pelayanan gawat darurat; Pelayanan obat, alat kesehatan dan bahan
medik habis pakai; Pelayanan ambulance; Pelayanan skrining
kesehatan; dan Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.
7. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan Menurut Peraturan BPJS Kesehatan
No. 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
(Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama)
a) Fasilitas kesehatan tingkat pertama terdiri dari: Puskesmas atau yang
setara; Praktik dokter; Praktik dokter gigi; Klinik Pratama atau yang
setara termasuk fasilitas kesehatan tingkat pertama milik TNI/POLRI;
dan Rumah sakit Kelas D Pratama atau yang setara.
17
b) Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama terdiri
atas:
1) Pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama
2) Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama
3) Pelayanan kesehatan gigi
4) Pelayanan kesehatan oleh bidan dan perawat.
c) Pelayanan Kesehatan oleh Bidan dan Perawat di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
1) Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat dokter berdasarkan
penetapan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat, Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dapat bekerja sama
dengan praktik bidan dan/atau perawat sesuai dengan
kewenangannya.
2) Pemberian pelayanan kesehatan oleh Bidan dan Perawat dalam hal
suatu kecamatan tidak terdapat dokter meliputi pelayanan bidan
dan perawat dengan cakupan pelayanan bidan dan perawat sesuai
dengan kompetensi dan kewenangannya.
3) Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter
dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama
kecuali dalam pertolongan persalinan, kondisi gawat darurat atau
pasien dengan kondisi khusus di luar kompetensi dokter atau
dokter gigi fasilitas Kesehatan tingkat pertama.
8. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan Menurut Peraturan BPJS Kesehatan
No. 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
(Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan)
a) Pelayanan Kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan harus
diberikan kepada peserta berdasarkan rujukan dari fasilitas kesehatan
tingkat pertama pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.
b) Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan terdiri atas:
1) Klinik utama atau yang setara;
2) Rumah sakit umum; dan
18
3) Rumah sakit khusus.
4) Rumah Sakit umum dan Rumah Sakit khusus dapat berupa Rumah
Sakit milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, TNI, Polri maupun
Rumah Sakit Swasta yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
c) Dalam menjalankan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, Fasilitas
kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan wajib melakukan sistem
rujukan berjenjang.
d) Peserta dapat dikecualikan dari sistem pelayanan kesehatan rujukan
berjenjang pada fasilitas kesehatan pertama apabila: terjadi keadaan
gawat darurat; bencana; kekhususan permasalahan kesehatan pasien;
pertimbangan geografis; dan pertimbangan ketersediaan fasilitas.
e) Kekhususan permasalahan kesehatan pasien hanya untuk kasus yang
sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat
dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan.
f) Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan terdiri
atas: Pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat lanjutan; dan Pelayanan
kesehatan rawat inap tingkat lanjutan.
g) Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat lanjutan kepada peserta
dilakukan apabila diperlukan berdasarkan indikasi medis yang
dibuktikan dengan surat perintah rawat inap dari dokter.
9. Iuran bagi peserta BPJS
a) Bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan iuran
dibayar oleh Pemerintah.
b) Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada Lembaga
Pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota
Polri, pejabat negara, dan pegawai pemerintah non pegawai negeri
sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan
ketentuan : 3% (tiga persen) dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua
persen) dibayar oleh peserta.
c) Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN,
BUMD dan Swasta sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari Gaji
19
atau Upah per bulan dengan ketentuan : 4% (empat persen) dibayar
oleh Pemberi Kerja dan 0,5% (nol koma lima persen) dibayar oleh
Peserta.
d) Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri
dari anak ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua, besaran iuran
sebesar sebesar 1% (satu persen) dari dari gaji atau upah per orang per
bulan, dibayar oleh pekerja penerima upah.
e) Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara
kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll); peserta pekerja bukan
penerima upah serta iuran peserta bukan pekerja adalah sebesar:
1) Sebesar Rp.25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per
orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan
Kelas III.
2) Sebesar Rp.42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per
orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan
Kelas II.
3) Sebesar Rp.59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah)
per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan
Kelas I.
f) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan
janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari 45%
(empat puluh lima persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang III/a dengan masa kerja 14 (empat belas) tahun per bulan,
dibayar oleh Pemerintah.
g) Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
B. Perawat
1. Pengertian Perawat
Perawat adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan
kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang
20
dimiliki, yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU RI No. 23
Tahun 1992).
Perawat adalah seseorang yang lulus pendidikan tinggi
Keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh
pemerintah RI sesuai dengan peraturan perundangan dan telah disiapkan
untuk memiliki kompetensi yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat
Nasional Indonesia serta teregistrasi (PPNI, 2012).
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program
pendidikan keperawatan, berwenang di Negara bersangkutan untuk
memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan derajat
kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien
(International Council of Nurse, 1992).
2. Peran Perawat
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989
dalam Hidayat (2007) yaitu:
a) Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar dapat direncanakan dan dilakukan tindakan yang
tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia serta dapat
dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan
ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat perlu
menerapkan keterampilan berfikir kritis dan pendekatan sistem untuk
penyelesaian masalah serta pembuatan keputusan keperawatan dalam
konteks pemberian askep yang komprehensif dan holistik berlandaskan
aspek etik dan legal.
21
b) Sebagai Advokat
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari
pemberian pelayanan atau informasi lain khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak
atas informasi tentang penyakitnya. Hak atas privasi, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi
akibat kelalaian.
c) Sebagai Edukator
Perawat memberikan edukasi dengan tujuan membantu pasien
dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit
bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku
dari klien sesudah dilakukan pendidikan kesehatan menjadi lebih baik.
d) Sebagai Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan
serta mengorganisasi pelayanan kesehatan sehingga pemberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan
pasien.
e) Sebagai Kolaborator
Dalam menangani pasien perawat melaksanakan fungsi
interdependen yaitu melakukan kolaborasi bersama tenaga kesehatan
yang lain dengan menjalankan peran sebagai kolaborator. Peran ini
dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.
22
f) Sebagai Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah
atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini
dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan
pelayanan keperawatan yang diberikan.
g) Sebagai Pembaharu Atau Peneliti
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan. Melakukan
penelitian sederhana keperawatan dengan cara menumbuhkan
kuriositas, mencari jawaban terhadap fenomena klien, menerapkan
hasil kajian dalam rangka membantu mewujudkan Evidence Based
Nursing Practice (EBNP).
C. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan pengalaman dan penelitian, terbukti bahwa perilaku
yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dalam
Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut
terjadi proses berurutan, yang disebut AIETA, yaitu:
a) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
23
b) Interest (merasa tertarik), dimana orang sudah mulai tertarik terhadap
stimulus atau objek tersebut.
c) Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah
lebih baik lagi.
d) Trial, di mana orang sudah mulai mencoba perilaku baru.
e) Adaption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan perawat terhadap program BPJS adalah pandangan
perawat terhadap proses pelayanan keperawatan menggunakan BPJS yang
dilakukan pada pasien BPJS sejak pasien masuk, prosedur dalam
mengurus klaim yang diberikan BPJS sampai pasien keluar dari Rumah
Sakit.
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan mempunyai enam
tingkatan, yaitu :
a) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan
dan sebagai-nya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda infeksi.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
24
terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menyebutkan mengapa
harus menjaga personal hygiene.
c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi –
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan,
dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian –
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria – kriteria yang ada. Misalnya dapat
membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang
kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat,
25
dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB
dan sebagainya.
3. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui
atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan - tingkatan di atas
(Notoatmodjo, 2007).
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Lukman, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, yaitu :
a) Umur
Semakin tua umur seseorang maka proses-proses
perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi umur tertentu
bertambahnya proses perkembangan mental tidak secepat ketika umur
belasan tahun.
b) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran
untuk mengembangkan atau meningkatkan pengetahuan tertentu
sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri (Notoatmodjo,
2007). Semakin tinggi pendidikan seseorang maka sumber daya
manusianya (pengetahuan dan keterampilan) akan semakin meningkat.
Pendidikan dianggap memiliki peranan penting dalam menentukan
kualitas sumber daya manusia, lewat pendidikan seseorang dianggap
akan memperoleh pengetahuan, implikasinya semakin tinggi
pendidikan hidup seseorang akan semakin berkualitas.
c) Informasi
Informasi tidak terlepas dari sumber informasinya. Menurut
Notoatmodjo (2007), sumber informasi adalah asal dari suatu
informasi atau data yang diperoleh. Sumber informasi ini
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu:
26
1) Sumber informasi dokumenter
Merupakan sumber informasi yang berhubungan dengan
dokumen resmi maupun dokumen tidak resmi. Dokumen resmi
adalah bentuk dokumen yang diterbitkan maupun yang tidak
diterbitkan di bawah tanggung jawab instansi resmi. Dokumen
tidak resmi adalah segala bentuk dokumen yang berada atau
menjadi tanggung jawab dan wewenang badan instansi tidak resmi
atau perorangan. Sumber primer atau sering disebut sumber data
dengan pertama dan hukum mempunyai wewenang dan tanggung
jawab terhadap informasi tersebut.
2) Sumber kepustakaan
Telah mengetahui bahwa di dalam perpustakaan tersimpan
berbagai bahan bacaan dan informasi dan berbagai disiplin ilmu
dari buku, laporan – laporan penelitian, majalah, ilmiah, jurnal dan
sebagainya.
3) Sumber informasi lapangan
Sumber informasi akan mempengaruhi bertambahnya
pengetahuan seseorang tentang suatu hal sehingga informasi yang
diperoleh dapat terkumpul secara keseluruhan ataupun sebagainya.
d) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut
dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan
atau pengalaman itu suatu cara memperoleh kebenaran pengetahuan.
Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai
upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2007).
27
D. Sikap (Attitude)
1. Pengertian
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik
dan sebagainya. Campbell (1950) dalam Notoatmodjo (2005)
mendefinisikan sangat sederhana yakni “An individual’s attitude is
syndrome of response consistency with regard to object” (sikap seseorang
adalah suatu sindrom respon konsistensi berkaitan dengan objek). Jadi
sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon
stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian dan gejala kejiwaan lain.
Newcomb dalam Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap objek.
Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Sikap
Stimulus
Rangsangan
Proses
Stimulus Reaksi
Tingkah Laku
(Terbuka)
Sikap
(Tertutup
28
2. Komponen Pokok Sikap
Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005) sikap terdiri
dari 3 komponen pokok yaitu:
a) Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya
bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap
objek. Sikap terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana
pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit kusta.
b) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya
bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang
tersebut terhadap objek. Seperti contoh diatas, artinya bagaimana
orang menilai terhadap penyakit kusta, apakah penyakit yang biasa
saja atau penyakit yang membahayakan.
c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap
merupakan komponen yang mendahului atau sebagai persiapan untuk
bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan).
Ketiga komponen diatas secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude). Pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi
memegan peranan penting dalam menentukan sikap yang utuh.
3. Tingkatan Sikap menurut Notoatmodjo (2005)
a) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau
menerima stimulus yang diberikan (objek). Misalnya, sikap seseorang
terhadap periksa hamil (antenatal care), dapat diketahui atau diukur
dari kehadiran si ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang
antenatal care di lingkungannya.
b) Menanggapi (Responding)
Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu
yang mengikuti penyuluhan antenatal care tersebut ditanya atau
diminta menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau
menanggapinya.
29
c) Menghargai (Valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai
yang positif terhadap objek atau stimulus dalam arti membahasnya
dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau
menganjurkan orang lain merespon. Misalnya, ibu itu mendiskusikan
antenatal care dengan suaminya atau bahkan mengajak tetangganya
untuk mendengarkan penyuluhan antenatal care.
d) Bertanggung Jawab (Responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung
jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah
mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani
mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemooh. Misalnya, ibu
yang mau mengikuti penyuluhan antenatal care harus berani
mengorbankan waktunya atau mungkin kehilangan penghasilannya
karena menghadiri penyuluhan.
4. Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang
bersangkutan. Pertanyaan secara langsung dapat dilakukan dengan cara
memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “tidak
setuju” pada pernyataan-ternyataan terhadap objek tertentu dengan
menggunakan Skala Likert. Misal nilai 4 jika sangat setuju, 3 jika setuju, 2
jika tidak setuju dan 1 jika sangat tidak setuju (Notoatmodjo, 2005).
E. Kepuasan
1. Pengertian
Menurut Pohan (2006) kepuasan pasien adalah keluaran dari
layanan kesehatan dan suatu perubahan dari sistem layanan kesehatan
yang ingin dilakukan tidak mungkin tepat sasaran dan berhasil tanpa
melakukan pengukuran kepuasan pasien. Pengukuran kepuasan pasien
30
pada fasilitas pelayanan kesehatan tidak mudah, karena layanan kesehatan
tidak mengalami semua perlakuan yang dialami pasar biasa. Dalam
layanan kesehatan, pilihan-pilihan yang ekonomis tidak jelas. Pasien tidak
mungkin atau sulit mengetahui apakah layanan kesehatan yang didapatnya
optimal atau tidak.
2. Faktor yang mempengaruhi Kepuasan
Dimensi kepuasan yang dirasakan seseorang sangat bervariasi
sekali, namun secara umum dimensi dari kepuasan mencakup hal-hal
berikut (Azwar, 2006):
a) Kemampuan yang mengacu hanya pada penerapan standart kode etik
profesi.
Pelayanan kesehatan dikatakan memenuhi kebutuhan kepuasan
pasien apabila pelayanan yang diberikan mengikuti standart serta kode
etik yang disepakati dalam suatu profesi, atau dengan kata lain yaitu
bila suatu pelayanan kesehatan yang diberikan telah mengacu pada
standar yang telah ditetapkan oleh profesi yang berkompeten serta
tidak menyimpang dari kode etik yang berlaku bagi profesi tersebut.
Ukuran-ukuran yang digunakan untuk menilai pemikiran seseorang
terhadap kepuasan yang diperolehnya mencakup hubungan petugas-
pasien (relationship), kenyamanan pelayanan (amenities), kebebasan
melakukan pilihan (choice), pengetahuan (scientific knowledge),
kompetensi teknis (technical skill), efektifitas pelayanan (effectivess)
dan keamanan tindakan (safety).
b) Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kesehatan
Persyaratan suatu pelayanan kesehatan dinyatakan sebagai
pelayanan yang bermutu dan dapat memberikan kepuasan pada
penerima jasa apabila pelaksanaan pelayanan yang diajukan atau
ditetapkan, yang didalamnya mencakup penilaian terhadap kepuasan
pasien mengenai ketersediaan pelayanan kesehatan (available),
kewajaran pelayanan kesehatan (appropriate), kesinambungan
31
pelayanan kesehatan (continue), penerimaan pelayanan kesehatan
(acceptable), ketercapaian pelayanan kesehatan (accessible),
keterjangkauan pelayanan kesehatan (affordable), efisiensi pelayanan
kesehatan (efficient) dan mutu pelayanan kesehatan (quality). Untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang memenuhi semua
persyaratan pelayanan tidak semudah yang diperkirakan, sehingga
untuk mengatasi hal ini diterapkan prinsip kepuasan yang terkombinasi
secara selektif dan efektif, dalam arti penerapan dimensi kepuasan
kelompok pertama dilakukan secara optimal, sedangkan beberapa
dimensi kelompok kedua dilakukan secara selektif yaitu yang sesuai
dengan kebutuhan serta kemampuan (Azwar, 2006).
Tjiptono (2006) mengemukakan bahwa kepuasan pasien ditentukan
oleh beberapa faktor antara lain, yaitu :
a) Kinerja (performance)
Pendapat pasien terhadap karakteristik operasi dari pelayanan
inti yang telah diterima sangat berpengaruh pada kepuasan yang
dirasakan. Wujud dari kinerja ini misalnya : kecepatan, kemudahan,
dan kenyamanan bagaimana perawat dalam memberikan jasa
pengobatan terutama keperawatan pada waktu penyembuhan yang
relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien dan
kenyamanan yang diberikan yaitu dengan memperhatikan kebersihan,
keramahan dan kelengkapan peralatan rumah sakit.
b) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features)
Merupakan karakteristik sekunder atau karakteristik pelengkap
yang dimiliki oleh jasa pelayanan, misalnya: kelengkapan alat
pemeriksaan, kelengkapan interior dan eksterior seperti televisi, AC,
dan sebagainya.
c) Keandalan (reliability)
Kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan
dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh perawat didalam
memberikan jasa keperawatannya yaitu dengan keandalan,
32
kemampuan dan pengalaman yang baik terhadap memberikan
pelayanan keperawatan di rumah sakit.
d) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesification)
Sejauh mana karakteristik pelayanan memenuhi standart-
standart yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya: standar
keamanan dan emisi terpenuhi seperti peralatan pengobatan.
e) Daya tahan (durability)
Berkaitan dengan beberapa lama produk tersebut digunakan.
Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis dalam
penggunaan peralatan rumah sakit, misalnya: peralatan bedah, alat
transportasi dan sebagainya.
f) Service Ability
Meliputi kecepatan, kompetensi, serta penanganan keluhan
yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan oleh perawat dengan
memberikan penanganan yang cepat dan kompetensi yang tinggi
terhadap keluhan pasien sewaktu-waktu.
g) Estetika
Merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh
panca indera. Misalnya: keramahan perawat, peralatan rumah sakit
yang lengkap dan modern, desain arsitektur rumah sakit, dekorasi
kamar, kenyamanan ruang tunggu, taman yang indah dan sejuk dan
sebagainya.
h) Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)
Citra dan reputasi rumah sakit serta tanggung jawab rumah
sakit. Bagaimana kesan yang diterima pasien terhadap rumah sakit
tersebut terhadap prestasi dan keunggulan rumah sakit daripada rumah
sakit lainnya dan tangggung jawab rumah sakit selama proses
penyembuhan baik dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah
sakit dalam keadaan sehat.
33
Menurut Kolter (2006) terdapat lima faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan pasien, meliputi:
a) Sarana Fisik (Tangible)
Berupa bukti fisik yang dapat dilihat, yang meliputi gedung,
perlengkapan yang memadai, seragam pegawai dan sarana
komunikasi.
b) Kehandalan (Reliability)
Berupa kemampuan dalam memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan cepat, akurat dan memuaskan.
c) Ketanggapan (Responsiveness)
Berupa inisiatif tenaga kesehatan untuk membantu pasien
dengan tanggap. Dalam memberikan pelayanan hendaknya tanggap
terhadap kebutuhan pasien sehingga dapat membantu pasien bahkan
sebelum pasien menyadarinya atau memintanya.
d) Jaminan (Assurance)
Yaitu pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya yang dipunyai para perawat.
e) Kepedulian (Emphaty)
Berupa kemudahan dalam membangun hubungan komunikasi
yang baik antara pegawai dengan pasien, perhatian pribadi dan dapat
memahami kebutuhan pasien.
Menurut Azwar (2006), di dalam situasi rumah sakit
mengutamakan pihak yang dilayani, karena pasien adalah klien yang
terbanyak, maka manfaat yang dapat diperoleh bila mengutamakan
kepuasan pasien antara lain sebagai berikut :
a) Rekomendasi medis untuk kesembuhan pasien akan dengan senang
hati diikuti oleh pasien yang merasa puas terhadap pelayanan rumah
sakit.
b) Terciptanya citra positif dan nama baik rumah sakit karena pasien yang
puas tersebut akan memberitahukan kepuasannya kepada orang lain.
34
Hal ini secara akumulatif akan menguntungkan rumah sakit karena
merupakan pemasaran rumah sakit secara tidak langsug.
c) Citra rumah sakit akan menguntungkan secara sosial dan ekonomi.
Bertambahnya jumlah orang yang berobat, karena ingin mendapatkan
pelayanan yang memuaskan seperti yang selama ini mereka dengarkan
menguntungkan rumah sakit secara sosial dan ekonomi (meningkatkan
pendapatan rumah sakit).
d) Berbagai pihak yang berkepentingan di rumah sakit, seperti
perusahaan asuransi akan lebih menaruh kepercayaan pada rumah sakit
yang mempunyai citra positif.
e) Didalam rumah sakit yang berusaha mewujudkan kepuasan pasien
akan lebih diwarnai dengan situasi pelayanaan yang menjunjung hak-
hak pasien. Rumah sakitpun akan berusaha sedemikian rupa sehingga
malpraktek tidak terjadi.
3. Pengukuran Kepuasan
Kepuasan pasien menurut Pohan (2006) diukur dengan indikator berikut:
a) Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan.
Dinyatakan oleh sikap dan pengetahuan tentang:
1) Sejauh mana layanan kesehatan itu tersedia pada waktu dan tempat
saat dibutuhkan.
2) Kemudahan memperoleh layanan kesehatan, baik dalam keadaan
biasa ataupun dalam keadaan gawat darurat.
3) Sejauh mana pasien mengerti bagaimana sistem layanan kesehatan
itu bekerja, keuntungan dan tersedianya layanan kesehatan.
b) Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan.
Dinyatakan oleh sikap terhadap:
1) Kompetensi teknik dokter dan atau profesi layanan kesehatan lain
yang berhubungan dengan pasien.
2) Keluaran dari penyakit atau bagaimana perubahan yang dirasakan
oleh pasien sebagai hasil dari layanan kesehatan.
35
c) Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk hubungan
antar manusia.
Ditentukan dengan melakukan pengukuran:
a) Sejauh mana ketersediaan layanan rumah sakit menurut penilaian
pasien.
b) Persepsi tentang perhatian dan kepedulian dokter dan atau profesi
layanan kesehatan lain.
c) Tingkat kepercayaan dan keyakinan terhadap dokter.
d) Tingkat pengertian tentang kondisi atau diagnosis.
e) Sejauh mana tingkat kesulitan untuk dapat mengerti nasehat dokter
dan atau rencana pengobatan.
d) Kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan.
Ditentukan oleh sikap terhadap:
1) Fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan.
2) Sistem perjanjian, termasuk menunggu giliran, waktu tunggu,
pemanfaatan waktu selama menunggu, sikap mau menolong atau
kepedulian personel, mekanisme pemecahan masalah dan keluhan
yang timbul.
3) Lingkup dan sifat keuntungan layanan kesehatan yang ditawarkan.
Hal tersebut dinyatakan melalui pengamatan:
a) Luasnya layanan medik yang digunakan di luar sistem layanan
kesehatan.
b) Proporsi pasien yang meninggalkan program dan memilih program
kesehatan lain.
c) Jumlah dan jenis keluhan yang diterima sistem layanan kesehatan.
d) Perjanjian yang batal dan angka pembatalan.
e) Angka ketersediaan obat dari resep yang diberikan.
f) Proporsi pasien yang mengganti dokter (jika dimungkinankan oleh
sistem).
36
F. Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Pohan (2006), Azwar (2006)
G. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan
dilakukan (Notoatmodjo, 2005).
Kerangka konsep dari penelitian ini adalah:
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Pengetahuan perawat
tentang BPJS Kepuasan
Pasien BPJS
Indikator kepuasan:
1. Dinyatakan dengan pengetahuan
2. Dinyatakan dengan sikap
3. Melakukan pengukuran
Sikap Perawat
Kepuasan
Pasien
BPJS
Faktor yang mempengaruhi Kepuasan:
1. Hubungan petugas-pasien (relationship)
2. Kenyamanan pelayanan (amenities)
3. Pengetahuan (scientific knowledge)
4. Kompetensi teknis (technical skill)
5. Efektifitas pelayanan (effectivess)
6. Keamanan tindakan (safety)
7. Ketersediaan pelayanan kesehatan (available)
8. Penerimaan pelayanan kesehatan (acceptable)
9. Keterjangkauan pelayanan kesehatan (affordable)
10. Mutu pelayanan kesehatan (quality)
37
H. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu gejala yang bervariasi, sedangkan gejala adalah
objek penelitian, sehingga dapat diartikan variabel adalah suatu objek
penelitian yang bervariasi (Arikunto, 2006).
1. Variabel Bebas (Variable Independent)
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat) (Hidayat, 2008). Variabel bebas dari
penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap perawat.
2. Variabel Terikat (Variable Dependent)
Variabel dependen merupakan variabel yeng dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2008). Variabel terikat
dari penelitian ini adalah kepuasan pasien BPJS terhadap pelayanan
keperawatan yang diberikan.
I. Hipotesis
Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat tentang BPJS
dengan kepuasan pasien BPJS di ruang Rawat Inap RSUD Kota Semarang.