bab ii tinjauan pustaka

7
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kacang Tanah Arachis hypogaea yang dikenal dengan kacang tanah diperkenalkan oleh Linnaeus pada tahun 1753. Hampir satu abad yang lalu, ditemukan lima spesies liarnya yaitu A. glabrata, A. prostrate, A. pusilla, A. tuberose, dan A. villosa yang ditambahkan sebagai genus kacang-kacangan (Vall dan Simpson, 1994). Suprapto (2004) menyatakan bahwa dalam dunia tumbuh-tumbuhan, kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi : Spermatopyta Sub-Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rosales Famili : Papilionaceae Genus : Arachis Spesies : Arachis hypogaea L. Kacang tanah mempunyai dua cara tumbuh yang berbeda, yaitu tegak dan menjalar. Tipe tegak adalah jenis kacang tanah yang tumbuh lurus atau sedikit miring ke atas, buahnya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun, umumnya pendek (genjah), dan kemasakan buahnya serempak. Sementara itu, kacang tanah tipe menjalar adalah jenis yang tumbuh ke arah samping, batang utama berukuran panjang, buah terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah dan umumnya berumur panjang (Purwono dan Purnamawati, 2009). Tanaman kacang tanah merupakan tanaman menyerbuk sendiri. Penyerbukan silang alami dapat terjadi tetapi dalam jumlah yang sangat kecil (0.5%). Bunga muncul dari buku-buku bagian bawah cabang dan 70-75% dari bunga dapat membentuk ginofor. Rata-rata panjang ginofor yang membentuk polong pada Arachis hypogaea adalah 7 cm atau kurang (Ono, 1979).

Upload: ooalaaa

Post on 24-Oct-2015

169 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tinjauan pustaka

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Tinjauan Pustaka

3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kacang Tanah

Arachis hypogaea yang dikenal dengan kacang tanah diperkenalkan oleh

Linnaeus pada tahun 1753. Hampir satu abad yang lalu, ditemukan lima spesies

liarnya yaitu A. glabrata, A. prostrate, A. pusilla, A. tuberose, dan A. villosa yang

ditambahkan sebagai genus kacang-kacangan (Vall dan Simpson, 1994).

Suprapto (2004) menyatakan bahwa dalam dunia tumbuh-tumbuhan,

kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Spermatopyta

Sub-Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae

Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogaea L.

Kacang tanah mempunyai dua cara tumbuh yang berbeda, yaitu tegak dan

menjalar. Tipe tegak adalah jenis kacang tanah yang tumbuh lurus atau sedikit

miring ke atas, buahnya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun, umumnya pendek

(genjah), dan kemasakan buahnya serempak. Sementara itu, kacang tanah tipe

menjalar adalah jenis yang tumbuh ke arah samping, batang utama berukuran

panjang, buah terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah dan

umumnya berumur panjang (Purwono dan Purnamawati, 2009).

Tanaman kacang tanah merupakan tanaman menyerbuk sendiri.

Penyerbukan silang alami dapat terjadi tetapi dalam jumlah yang sangat kecil

(0.5%). Bunga muncul dari buku-buku bagian bawah cabang dan 70-75% dari

bunga dapat membentuk ginofor. Rata-rata panjang ginofor yang membentuk

polong pada Arachis hypogaea adalah 7 cm atau kurang (Ono, 1979).

Page 2: Bab II Tinjauan Pustaka

4

Varietas Kacang Tanah

Varietas kacang tanah, baik varietas lokal maupun varietas unggul yang

umum ditanam adalah tipe Spanish yang bercirikan polong berbiji 1-2. Selain itu,

juga masih ada kacang tanah yang ditanam dengan tipe Valencia yang dicirikan

dari polong berbiji 3-4. Sementara di daerah subtropis kebanyakan termasuk tipe

Virginia (Adisarwanto, 2001). Trustinah (2011) menambahkan warna ginofor tipe

Spanish adalah ungu, dan warna biji rose, ukuran polong sedang, dengan guratan

pada polong nyata, berpelatuk atau paruh, dan agak berpinggang.

Kacang tanah tipe Valencia seperti Singa, Badak, Sima, dan Zebra

sedangkan kacang tanah tipe Spanish seperti Jerapah dan Bison. Jerapah dan

Bison teridentifikasi toleran terhadap kekeringan pada stadia perkecambahan dan

reproduktif. Varietas Singa, Turangga, Gajah dan Landak teridentifikasi toleran

pada lahan masam dengan kandungan Al tinggi. Varietas Gajah, Banteng, Tapir,

Kidang, Tupai, Domba, Mahesa, Panter, Kancil, Anoa, Tuban menunjukkan tahan

terhadap penyakit layu bakteri (Trustinah, 2011).

Perbedaan morfologi diantara tipe kacang tanah menentukan produktivitas

yang dicapai. Sementara perbedaan cara budidaya juga menentukan potensi hasil.

Sebagai contoh, budi daya kacang tanah antara Indonesia dan Amerika Serikat

memperlihatkan bahwa potensi hasil di daerah subtropis lebih tinggi dibanding

daerah tropis. Di samping itu, periode tumbuh di daerah subtropis lebih panjang

(dapat mencapai 4-5 bulan) sedangkan di daerah tropis hanya 3.0-3.5 bulan.

Utomo et al. (2005) menyatakan perbedaan morfologi ukuran polong atau

biji dapat dengan mudah dibedakan secara visual, polong atau biji besar juga

relatif mudah diwariskan kepada keturunannya. Rata-rata panjang polong varietas

Gajah adalah 26.21 mm, lebar biji varietas Gajah adalah 5.78 mm, bobot 10 biji

varietas Gajah adalah 1.47 g.

Kacang tanah varietas Bima dan Kancil relatif genjah, dapat dipanen pada

umur 90-95 hari. Hasil varietas Kancil 1.3-1.4 ton/ha sedangkan hasil varietas

Bima 1.6-2.5 ton/ha. Varietas Sima dan Turangga masing-masing dapat

berproduksi rata-rata 2 ton/ha dengan umur panen 100-110 hari. Kempat varietas

unggul kacang tanah tersebut tergolong tahan terhadap penyakit layu.

Page 3: Bab II Tinjauan Pustaka

5

Subiharta et al. (2008) menyatakan varietas Jerapah memiliki rata-rata

jumlah polong isi sebesar 18.93 tetapi tidak berbeda dengan varietas Lokal

Sidoarjo, Kancil, Lokal Pati, Lokal Tuban dan Lokal Blora, sedangkan jumlah

polong terkecil ditunjukkan varietas Singa sebanyak 11.87. Namun, varietas Singa

memberikan hasil polong basah tertinggi (3,375 kg/ha) dan berbeda nyata dengan

varietas lain yang diuji. Hasil polong terendah adalah varietas Bison mencapai

1,620 kg/ha. Demikian pula bobot brangkasan varietas Singa memberikan hasil

tertinggi dan berbeda nyata dibanding varitas lain, yaitu sebesar 9,540 kg/ha.

Karakteristik Morfologi Kacang Tanah

Maesen dan Somaatmadja (1992) menyatakan bahwa kacang tanah

merupakan tanaman monocius yang berbentuk tegak atau menjalar dan

merupakan tanaman herba tahunan. Batang kacang tanah berbentuk bulat terdapat

bulu dan komposisi ruas pendek. Batang utama pada tipe tegak tingginya 30 cm

dengan sejumlah cabang lateral sementara pada tipe menjalar tinggi batangnya

mencapai 20 cm, cabang lateral dekat dengan tanah dan menyebar. Tinggi

tanaman kacang tanah umumnya 15-70 cm. Pitojo (2005) menambahkan bahwa

batang tanaman kacang tanah tidak berkayu. Tinggi batang rata-rata sekitar 50 cm,

namun ada yang mencapai 80 cm.

Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap, terdiri atas empat anak

daun sedikit berbulu dengan tangkai daun agak panjang. Permukaan daun yang

sedikit berbulu berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu. Menurut

Suprapto (2004) helaian anak daun ini bertugas mendapatkan cahaya matahari

sebanyak-banyaknya.

Purnamawati et al. (2010) menyatakan bahwa banyaknya bahan kering

yang diakumulasikan tanaman menunjukkan perbedaan yang nyata antar varietas

pada awal pembungaan biasanya pada 26 hari setelah tanam (HST), pembentukan

ginofor (42 HST) dan pengisian biji (70 HST). Bahan kering yang diakumulasi

tanaman pada fase pemasakan menjelang panen (91 HST) tidak berbeda antar

varietas.

Page 4: Bab II Tinjauan Pustaka

6

Fisiologi Pertumbuhan Kacang Tanah

Pertumbuhan tanaman dapat diekspresikan melalui beberapa cara.

Manifestasi pertumbuhan yang paling jelas adalah dari pertambahan tinggi

tanaman, namun hal tersebut bukanlah yang paling penting. Peningkatan berat

kering tanaman dapat dikatakan sebagai aspek yang penting dalam pertumbuhan

tanaman terutama untuk tanaman berjenis rerumputan. Sebagai bagian dari total

akumulasi berat kering tanaman daun memiliki fungsi penting dalam menerima

cahaya dan menyerap karbondioksida dalam proses fotosintesis (Brown, 1972).

Secara sederhana, fotosintesis merupakan suatu proses metabolik dalam

tanaman yang mengasimilasi karbon yang ada di udara menjadi karbohidrat.

Proses ini hanya dapat terjadi jika terdapat cahaya dan ketersediaan air.

Bersamaan dengan diserapnya karbon dari udara, tanaman melepaskan oksigen.

Selain faktor intensitas cahaya, umur daun sangat menentukan produktivitas daun

dalam aktivitas fotosintesis. Kapasitas kemampuan daun melakukan fotosintesis

berkembang seiring dengan perkembangan kedewasaan daun mencapai

perkembangan dan pertumbuhan optimal. Pada fase awal pertumbuhannya, daun

muda masih menggantungkan asimilat dari daun dewasa lainnya (Gaffron, 1968).

Pada umumnya proses fotosintesis dilakukan oleh bagian tanaman yang

berwarna hijau atau mengandung kloroplas seperti daun, batang yang berwarna

hijau, bunga yang masih muda dan berwarna hijau atau bagian bunga yang

berwarna hijau seperti sepal dan petal. Fotosintesis ditemukan juga dapat terjadi

pada buah yang masih ada pada tahap awal perkembangan dan masih berwarna

hijau (Wahid, 1997).

Kemampuan fotosintensis berhubungan dengan kapasitas source sink

tanaman kacang tanah. Hubungan source sink merupakan faktor penting yang

berpengaruh terhadap produktivitas tanaman pangan. Pada tanaman tingkat tinggi

source adalah daun dewasa yang berwarna hijau dan mampu melakukan

fotosintesis, sedangkan sink adalah tempat penyerapan atau gudang penyimpanan

asimilat di akar, biji, buah, dan pucuk (Marschner, 1995).

Perbedaan produksi bahan kering dari tiap waktu tanam tidak terlepas dari

pengaruh iklim pada saat itu. Produksi bahan kering akan meningkat apabila net

Page 5: Bab II Tinjauan Pustaka

7

fotosintesis nya tinggi, dengan demikian semua kebutuhan (air, CO2 dan radiasi

surya) untuk proses tersebut terpenuhi secara optimum. Namun perlu diperhatikan

net fotosintesis akan turun bila peristiwa respirasi meningkat. Naik turunnya

respirasi tanaman tidak lepas dari cekaman lingkungan diantaranya adalah suhu,

bila suhu terlalu tinggi dapat meningkatkan respirasi yang pada akhirnya dapat

menurunkan produksi biomassa (Koesmaryo et al, 2001).

Menurut Brown (1972) ukuran pertambahan luas daun menjadi penting

karena menentukan ukuran pertambahan dalam kapasitas fotosintesis tanaman.

Kriteria pengukuran pertumbuhan daun yakni leaf area index atau disebut juga

indeks luas daun. Menurut Risdiyanto dan Setiawan (2007) indeks luas daun

(ILD) merupakan suatu peubah yang menunjukkan hubungan antara luas daun dan

luas bidang yang tertutupi. Secara konvensional penentuan nilai ILD dilakukan

dengan mengukur dan mengakumulasikan jumlah luas daun dalam satu bidang

tertentu dan dibagi dengan luas bidang tersebut.

Menurut Lakitan (1993), produkivitas meningkat dengan meningkatnya

ILD karena lebih banyak cahaya yang ditangkap tetapi nilai ILD yang terlalu

tinggi tidak lagi meningkatkan produkivitas karena sebagain daun yang ternaung

tidak melakukan fotosintesis secara optimal, bahkan lebih rendah dari laju

respirasinya. Selain kriteria ILD, terdapat analisis pertumbuhan lainnya yang

dapat dihitung, yaitu crop growth rate (CGR). CGR menunjukkan pertambahan

bahan kering pada tajuk tanaman.

Harsono et al. (2003) menyatakan pada penelitian di rumah kaca

menunjukkan bahwa varietas Singa lebih tahan terhadap kekeringan serta

mempunyai transpirasi lebih rendah dibandingkan varietas toleran lainnya.

Transpirasi lebih rendah dengan fotosintesis lebih tinggi pada varietas Singa

berdampak pada penggunaan air lebih efisien dan mampu memberikan hasil

polong lebih tinggi dibanding varietas rentan kering.

Terdapat pengelompokan varietas kacang tanah sesuai dengan kapasitas

source sink kacang tanah tersebut. Pengelompokan tersebut antara lain varietas

yang memiliki kapasitas source sink tinggi adalah varietas Biawak, Pelanduk,

Kancil dan Garuda 2. Varietas yang memiliki kapasitas source sink rendah adalah

varietas Turangga. Varietas yang memiliki kapasitas source tinggi dan sink rendah

Page 6: Bab II Tinjauan Pustaka

8

adalah varietas Kidang, Mahesa, Jerapah, Gajah, dan Garuda 3, sedangkan

varietas yang memiliki kapasitas source rendah namun sink tinggi adalah varietas

Badak, Panter dan Kelinci (Purnamawati, 2011).

Produktivitas Kacang Tanah

Menurut Adisarwanto (2001) upaya meningkatkan produksi kacang tanah

dapat dilakukan dengan memperluas areal panen, meningkatkan produktivitas,

menekan senjang hasil, dan menekan kehilangan hasil. Hal ini dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan, mengurangi impor, dan meningkatkan ekspor. Upaya ini

akan dapat tercapai apabila ada kemitraan antara pemerintah, petani, dan swasta.

Selain itu, upaya meningkatkan produktivitas kacang tanah adalah dengan

menggunakan varietas unggul yang berpotensi hasil tinggi. Upaya ini dapat

dicapai bila penanaman diikuti dengan penerapan komponen teknologi produksi

secara efektif, efisien, dan benar. Selain itu, pengelolaan hara dan pengaturan

jarak tanam merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas.

Koesrini et al. (2006) menyatakan dengan pengelolaan hara kacang tanah mampu

berproduksi lebih dari 2 ton/ha polong kering dan lebih tinggi daripada rataan di

tingkat petani yang hanya 1 ton/ha polong kering. Namun, Kadekoh (2007)

menyatakan meningkatnya jarak tanam tidak meningkatkan hasil kacang tanah,

bahkan terdapat kecendrungan penurunan hasil polong jika kacang tanah ditanam

dalam jarak yang sangat rapat.

Menurut Adisarwanto (2001) perbedaan riil (nyata) tingkat hasil yang

diperoleh petani dibanding hasil demplot atau penelitian dikategorikan sebagai

suatu senjang hasil. Semakin besar perbedaan tersebut maka semakin besar pula

senjang hasil yang terjadi. Faktor yang mempengaruhi besarnya senjang hasil

tersebut yaitu fakor biotik dan abiotik serta faktor sosial ekonomi dalam proses

penerapan komponen paket teknologi produksi. Proses alih teknologi ke petani

untuk kacang tanah dapat dikatakan masih sangat rendah. Sebagai contoh, hasil-

hasil penelitian pada areal cukup luas sudah mencapai 2.0-2.5 ton/ha atau demplot

antara 1.5-2.0 ton/ha, sedangkan di tingkat petani masih sekitar 1.0 ton/ha.

Page 7: Bab II Tinjauan Pustaka

9

Menurut Soedarjo et al. (2000) penentuan saat panen dan metode panen

dapat berpengaruh terhadap perolehan hasil. Peranan perbaikan cara panen

maupun penanganan pasca panen terhadap peningkatan produktivitas kacang

tanah adalah melalui penekanan kehilangan hasil saat panen dan perbaikan mutu

polong per biji. Polong tertinggal saat panen dianggap sebagai kehilangan hasil

polong saat panen dan tingkat kehilangan hasil polong kacang tanah pada saat

panen mencapai sekitar 8%.

Saat panen yang tidak tepat dengan cara tradisional merupakan salah satu

penyebab utama banyaknya hasil polong kacang tanah yang hilang dan

diperkirakan dapat mencapai 10-15%. Untuk itu, apabila panen dilakukan dengan

cara dan saat yang tepat serta ditunjang oleh alat mesin pertanian maka kehilangan

hasil tersebut dapat ditekan minimal menjadi 5%. Pengunaan alat perontok polong

kacang tanah merupakan salah satu upaya untuk menekan kehilangan hasil

(Adisarwanto, 2001).