bab ii tinjauan pustaka 2.1 pengertian sistem ii... · aktifitas yang menyangkut persediaan...

Download BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem II... · aktifitas yang menyangkut persediaan material (pembelian, pengontrolan persediaan, dan sistem distribusi), dan mengatur aliran

If you can't read please download the document

Upload: dinhhanh

Post on 07-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Sistem

    Ada beberapa pendapat dari para ahli. mengenai definisi dari sistem dan

    prosedur, misalnya menurut Cole (dalam Baridwan. 1998) yang menyatakan

    bahwa sistem adalah suatu kerangka dari prosedur yang saling berhubungan yang

    disusun dengan suatu skema yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan

    atau fungsi utama dan perusahaan. Sedangkan prosedur adalah suatu urutan

    pekerjaan, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih,

    disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-

    transaksi perusahaan yang sering terjadi. Ada satu pendapat lagi yang

    dikemukakan oleh Moscove (dalam Baridwan.1998) yang menyatakan bahwa

    sistem adalah suatu kesatuan (entity) yang terdiri atas bagian-bagian (subsitem)

    yang saling berkaitan dengan tujuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

    Dari kedua pendapat diatas, dapat diketahui bahwa sistem adalah serangkaian

    prosedur yang saling berhubungan dan disusun untuk melaksanakan suatu

    aktivitas utama perusahaan. Laporan-laporan yang diperlukan oleh manajemen

    perusahaan misalnya jumlah laba, kekayaan perusahaan dan persediaan bahan

    serta informasi hutang dan modal, akan dihasilkan oleh sistem. Sedangkan,

    prosedur merupakan kegiatan administrasi dalam mencatat transaksi yang terjadi

    yang memberikan gambaran mengenai penyelenggaraan aktivitas perusahaan.

    Oleh karena itu, prosedur dalam suatu sistem mempunyai hubungan yang erat

    dan saling mempengaruhi sehingga sulit untuk dipisahkan. Sistem pengadaan

    bahan dan peralatan dapat dianggap sebagai subproyek tersendiri, dimana dalam

    hal ini manajer proyek dapat dianalogikan dengan koordinator bagian logistik.

    Dalam pelaksanaan proses pengadaan bahan, pihak kontraktor memerlukan suatu

    usaha dan sistem pengendalian yang memadai agar dapat mengontrol segala

    aktifitas yang menyangkut persediaan material (pembelian, pengontrolan

    persediaan, dan sistem distribusi), dan mengatur aliran material dari supplier

    melalui perusahaan sampai pada penggunaan akhir di lapangan agar efektivitas

    dan efisiensi dapat dicapai.

  • 5

    2.2 Sistem Pengendalian

    2.2.1 Konsep Dasar Sistem Pengendalian

    Definisi pengendalian menurut R.J Mockler (1972), adalah usaha sistematis

    untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang

    sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar. menganalisis

    adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar kemudian mengambil

    tindakan koreksi yang diperlukan agar sumber daya dapat digunakan secara

    efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.

    Baridwan (1998), menyatakan bahwa Sistem Pengendalian adalah struktur

    organisasi dan semua cara serta alat yang dikoordinasikan yang digunakan dalam

    perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan.

    Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi. memajukan efisiensi dalam

    operasi dan membantu menjaga kebijakan manajemen yang telah ditepkan terlebih

    dahulu.

    Pengendalian harus disusun sedemikian rupa. sehingga memberikan

    jaminan yang memadai bahwa :

    1. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan otoritas manajemen, baik yang

    bersifat umum ataupun khusus. Kegiatan dibukukan sedemikian rupa,

    sehingga memungkinkan perwujudan laporan sesuai dengan prinsip atau

    kriteria lain yang berlaku bagi laporan dan untuk menyelenggarakan

    pertanggung- jawaban atas aktivitas perusahaan.

    2. Setiap kegiatan yang berkenan dengan aktivitas hanya diperkenankan

    apabila sesuai dengan otoritas manajemen.

    3. Pertanggungjawaban pencatatan aset perusahaan dibandingkan dengan aset

    yang ada dalam periode waktu tertentu, dan apabila ada selisih maka dapat

    diambil tindakan yang tepat.

    2.2.2 Tujuan Sistem Pengendalian

    Menurut Mulyadi (2001), tujuan dari sistem pengendalian adalah sebagai

    berikut:

    1. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi. Kekayaan fisik suatu perusahaan

    dapat dilindungi dengan pengendalian yang memadai.

  • 6

    2. Mengecek ketelitian dan keandalan data informasi. Pengendalian dirancang

    untuk memberikan jaminan proses pengolahan data, agar menghasilkan

    informasi yang teliti dan handal.

    3. Mendorong efisiensi, pengendalian ditujukan untuk mencegah duplikasi

    usaha yang tidak perlu atau pemborosan dalam segala kegiatan usaha.

    4. Mendorong dipatuhinya kebijaksanaan manajemen. Untuk mencapai tujuan

    perusahaan, manajemen menetapkan kebijakan dan prosedur Struktur

    pengendailan intern ditujukan untuk memberikan jaminan yang memadai

    bahwa kebijakan manajemen dipatuhi oleh karyawan perusahaan.

    Mekanisme dari pengawasan sebagai alat pengendalian perusahaan, dapat

    dilakukan sebagai berikut:

    1. Mengukur hasil kerja

    2. Membandingkan hasil pekerjaan dengan standar dan menentukan

    perbedaannya bila ada

    3. Memperbaiki penyimpangan yang tidak menguntungkan, dengan jalan

    tindakan pembetulan.

    2.2.3 Jenis-jenis Pengendalian Proyek

    Menurut Priyanto (2006), dalam sistem pengendalian proyek di samping

    memerlukan perencanann yang realistis sebagai tolak ukur pencapaian sasaran.

    Juga, harus dilengkapi dengan berbagai usaha agar tanda-tanda penyimpangan

    dapat segera diketahui.

    1. Pengendalian Biaya (cost control)

    Pengendalian biaya meliputi proses-proses yang diperlukan untuk

    memastikan bahwa proyek selesai dengan dana yang telah disepakati.

    Pengendalian biaya tidak hanya merupakan pemantauan/pemonitoran biaya

    dan perekaman jumlah data, tetapi juga analisis data agar tindakan koreksi

    dapat dilakukan sebelum terlambat. Pengendalian biaya dilakukan oleh

    seluruh personil baik dalam struktur organisasi manajemen proyek owner

    maupun kontraktor utama. Namun demikian manajemen proyek owner harus

    bertanggungjawab terhadap pengendalian biaya proyek, termasuk manajemen

  • 7

    pendanaan, persetujuan dan pembayaran tagihan dari kontraktor utama serta

    pengendalian dana/budget.

    2. Pengendalian Jadwal (schedule Control)

    Pengendalian jadwal meliputi proses-proses yang diperlukan untuk

    memastikan penyelesaian pelaksanaan proyek pada tepat waktu. Mengatur

    pembanguanan proyek dengan waktu yang tepat, sesuai biaya yang disetujui

    serta perfomance yang baik sangat sulit dilakukan. Adapun pengendalian

    jadwal pada fase kontruksi adalah jadwal kontruksi, program analisis tenaga

    kerja, jadwal kerja mingguan dan harian.

    3. Pengendalian Material (material control)

    Pemakaian material merupakan bagian terpenting yang memiliki persentase

    yang cukup besar dari total biaya proyek. Oleh karena itu, penggunaan teknik

    pengendalian material yang baik dan tepat untuk memilih, membeli,

    mengirim, menerima, menyimpan, mendistribusikan dan menghitung

    material menjadi sangat penting. Pengendalian material yang mencakup

    sistem dan komponen utama yang tercakup dalam kontrak harus dilakukan

    oleh Kontraktor Utama. Kegagalan pengendalian material akan berakibat

    fatal sehingga terjadi pembengkakkan biaya.

    4. Pengendalian Dokumen (document control)

    Dokumen yang dimaksud adalah drawing, spesifikasi prosedur, laporan dan

    sebagainya, untuk mengkomunikasikan informasi antar berbagai pihak yang

    terlibat dalam pelaksanaan proyek. Meskipun pengendalian dokumen

    dilakukan oleh divisi tertentu di dalam suatu organisai proyek, namun

    Manajer Proyek harus mereview, menyetujui. dan menjaga daftar dokumen-

    dokumen yang masih berlaku. Dokumentasi ini iuga merupakan bagian dari

    sistem jaminan mutu. Penyimpanan dokumen yang rapi dan terdokumentasi

    dengan baik akan memudahkan pelacakan kembali. Untuk hal tersebut di-

    perlukan adanya identifikasi, status, dan daftar dokumen. Identifikasi

    dokumen mencakup jenis, judul dan nomor identifikasi dokumen yang

    dihasilkan, serta kelompok atau personil yang bertanggungjawab terhadap

    dokumen tersebut. Sedangkan status dokumen berupa dokumen draft atau

    dokumen final.

  • 8

    5. Pengendalian instalasi dan Pengawasan (Installation and Supervision

    Control)

    Pengendalian instalasi dan pengawasan merupakan tanggung jawab

    Kontraktor Utama. Owner telah mendelegasikan tanggung jawab instalasi

    dan pengawasan kepada Kontraktor Utama. Namun demikian owner tetap

    melakukan pengawasan terhadap kerja Kontraktor Utama.

    6. Pengendalian Kontruksi (Contruction Control)

    Peran dan tanggung jawab owner tergantung pada seberapa besar bagian

    proyek yang telah didelegasikan kepada Kontraktor Utama. Hal resebut

    tergantung pada tipe kontrak dan tanggung jawab manajemen proyek.

    7. Pengendalian Mutu (Qualiity Control)

    Manajemen Mutu proyek meliputi proses-proses yang diperlukan untuk

    memastikan bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan yang diperlukan.

    Manajemen mutu meliputi seluruh kegiatan dari fungsi manajemen

    keseluruhan yang menentukan kebijakan mutu, sasaran, dan tanggung jawab

    serta melaksanakan kegiatan seperti rencana mutu, jaminan mutu, kendali

    mutu, peningkatan mutu dan sistem mutu. Jaminan mutu dan kendali mutu

    harus dilakukan pada fase pra-kontak sebagai bagian dari spesifikasi

    penawaran dan juga pada pengadaan material dan peralatan. Masing-masing

    struktur organisasi manajemen proyek yang terlibat sebagai partner pelaksana

    proyek, mempunyai kewajiban menyusun sistem manajemen mutu masing-

    masing dan melaksanakan sesuai dengan ruang lingkup pekerjaanya. Owner

    bertanggung jawab penuh terhadap efektifitas seluruh kegiatan program

    jaminan mutu.

    8. Perizinan (licensing)

    Owner bertanggung jawab terhadap pengajuan izin kontruksi dan izin

    operasi.

    2.3 Unsur Sistem Pengendalian Pengadaan

    Dari beberapa definisi pengendalian intern yang telah diuraikan diatas, dapat

    diketahui beberapa komponen atau unsur-unsur dari sistem pengendalian

    pengadaan, yaitu :

  • 9

    1. Rencana Organisasi

    2. Metode-metode dan ketentuan yang dikoordinasikan, dan dianut dalam

    perusahaan untuk melindungi aset perusahaan.

    3. Kebijaksanaan yang telah ditetapkan harus ditaati, dan adanya praktek-

    prektek yang sehat dalam organisasi.

    Komponen pengendalian tersebut memegang peranan penting dalam

    menunjang berhasilnya pengendalian dalam perusahaan. Lemahnya salah satu

    unsur unsur terscbut diatas dapat berakibat sulitnya mengamankan dan

    melindungi harta milik perusahaan.

    Mulyadi (2001) mengemukakan bahwa kriteria unsur pokok pengendalian

    yang memadai adalah sebagai berikut:

    1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara

    tegas.

    2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang cukup memberikan

    perlindungan terhadap kekayaan perusahaan, hutang pendapatan, dan biaya.

    3. Praktek-praktek yang sehat dijalankan di dalam pelaksanaan tugas dan fungsi

    tiap-tiap bagian dalam organisasi.

    4. Mutu karyawan yang sesuai dengan tanggung jawab mereka.

    Baridwan (1998), juga menambahkan kriteria pokok pengendalian yang telah

    dikemukakan oleh Mulyadi dengan ciri tambahan yaitu melalui laporan, budged

    atau standard, dan staff internal auditing, dalam melaksanakan pengawasan

    tambahan pada sistem pengendalian suatu organisasi.

    2.4 Siklus pengadaan Bahan

    Dalam hubunganya dengan pengendalian dan penanganan bahan, Mulyadi

    (2001) menguraikan bahwa pengendalian atas pengadaan bahan menyangkut

    hampir semua fungsi pembelian, fungsi penerimaan, fungsi pergudangan, dan

    fungsi pengeluaran bahan dari gudang. Pengendalian atas persediaan bahan

    dilaksanakan melalui proses yang saling berhubungan dan mempengaruhi, dimulai

    dari adanya kebutuhan bahan dari bagian proyek dalam aktivitas, kemudian

    dilanjutkan pada aktivitas pembelian, penerimaan, pergudangan, dan pengeluaran

    bahan dari gudang dan penjualan. Dengan didukung oleh beberapa formulir yang

  • 10

    digunakan sebagai otorisasi pelaksanaan suatu kegiatan suatu kegiatan pada

    beberapa bagian yang terkait dan terlibat dalam pengendalian intern persediaan

    bahan. Untuk lebih jelasnya masing-masing kegiatan tersebut diuraikan dalam

    beberapa prosedur yaitu :

    1. Prosedur permintaan pembelian:

    a. Transaksi pembelian didahului dengan diterimanya surat permintaan

    pembelian 2 (dua) lembar, dari bagian gudang yang isinya meminta

    kepada bagian pembelian untuk membeli bahan yang diperlukan

    sehubumgan dengan telah minimnya jumlah stok bahan tersebut.

    b. Mengirim lembar pertama kepada bagian pembelian.

    c. Mengarsip lembar kedua menurut nomor urut tercetak.

    2. Prosedur pembelian

    a. Menerima surat permintaan pembelian dari bagian gudang.

    b. Membuat surat permintaan penawaran harga (SPPH) yang dikirimkan

    kepada supplier.

    c. Menerima surat penawaran harga dari supplier

    d. Membuat perbandingan harga atas dasar surat penawaran harga yang

    diterima dari supplier.

    e. Memilih supplier berdasarkan perbandingan penawaran harga.

    f. Membuat surat order pembelian (SOP) untuk supplier yang dipilih,

    sebanyak tujuh lembar.

    g. Mendistribusikan surat order pembelian (SOP) kepada :

    - Lembar pertama dan kedua:

    Dikirimkan kepada supplier yang dipilih. Lembar kedua setelah

    ditandatangani oleh pihak supplier, diminta untuk dikirimkan kembali

    ke perusahaan sebagai bukti penerimaan order pembelian.

    - Lembar ketiga:

    Dikirimkan ke bagian penerimaan, guna memberi otorisasi kepada

    bagian tersebut untuk menerima barang dari supplier, sesuai dengan

    spesifikasi yang telah dicantumkan dalam dokumen tersebut.

  • 11

    - Lembar keempat:

    Dikirim ke bagian hutang, untuk pemberitahuan bahwa perusahaan

    memiliki kewajiban terhadap supplier yang tercantum dalam dokumen

    tersebut.

    - Lembar kelima:

    Dikirim ke bagian bahan (dalam hal ini bagian gudang), sebagai

    pemberitahuan bahwa barang yang diminta sudah diproses

    pemesananya.

    - Lembar keenam:

    Diarsipkan menurut nama supplier, sebagai referensi silang.

    - Lembar ketujuh:

    Disimpan dalam arsip menurut tanggal penerimaan yang diharapkan.

    Arsip lembar ketujuh ini dilampiri dengan surat permintaan pembelian

    lembar pertama, serta perbandingan harga. Arsip ini digunakan oleh

    bagian pembelian untuk mengikuti order pembelian yang telah

    dibuatnya. Bagian pembelian bertanggung jawab membuat order

    pembelian sampai diterimanya bahan yang dipesan.

    h. Menerima laporan penerimaan barang lembar pertama dari bagian

    penerimaan, dan mencatat tanggal penerimaan bahan, kedalam arsip

    order pembelian yang diterima.

    i. Mengirimkan laporan penerimaan barang ke bagian hutang.

    j. Menerima faktur dari supplier.

    k. Memeriksa faktur dari supplier untuk menentukan apakah telah benar

    dalam pencatuman harga, kuantitas, serta telah memenuhi syarat

    pembelian yang tercantum dalam (SOP).

    l. Mengirimkan faktur ke bagian hutang.

    3. Prosedur penerimaan barang:

    a. Menerima SOP lembar ketiga dari bagian pembelian

    b. Mengecek bahan yang diterima, baik kuantitas maupun kualitasnya

    berdasarkan informasi dalam SOP lembar ketiga.

    c. Membuat laporan penerimaan barang:

  • 12

    - Lembar pertama: dikirim ke bagian hutang via bagian pembelian

    - Lembar kedua: dikirim ke bagian gudang bersama dengan bahan yang

    dipesan.

    - Lembar ketiga: disimpan dalam arsip menurut nomor urut tercetak

    laporan penerimaan bahan, dilampiri SOP lembar ketiga dan surat

    pengantar dari supplier.

    4. Bagian Hutang:

    a. Menerima SOP lembar keempat dari bagian pembelian.

    b. Menerima laporan faktur dari supplier, laporan penerimaan bahan dan

    SOP, untuk menentukan apakah tagihan yang diterima dari supplier

    adalah untuk bahan yang diterima perusahaan dan untuk bahan yang

    dipesan oleh perusahaan.

    c. Membuat bukti kas keluar sebanyak tiga lembar

    d. Mencatat bukti kas keluar ke dalam register bukti kas keluar.

    e. Mengirim bukti kas keluar ke bagian kartu persediaan dan kartu biaya.

    f. Mengarsipkan bukti kas keluar lembar pertama dan ketiga, beserta

    dokumen pendukungnya (faktur dari supplier, SOP, dan laporan

    penerimaan bahan) ke dalam arsip bukti kas keluar yang belum dibayar

    menurut jatuh tempo faktur.

    5. Bagian kartu persediaan dan kartu biaya:

    a. Menerima bukti kas keluar lembar kedua dari bagian hutang

    b. Mencatat bahan yang dibeli dalam kartu persediaan.

    c. Menyimpan bukti kas keluar dalam arsip menurut nomor urutnya.

    6. Prosedur penyimpanan barang:

    Dalam prosedur ini, bagian guadang diberikan tanggung jawab untuk

    menyimpan persediaan yang dimiliki perusahaan. Tanggung jawab tersebut

    meliputi penetapan cara-cara pengendalian fisik yang dibutuhkan. Semua

    jenis persediaan yang disimpan di guadang, diatur sedemikian rupa sehingga

    tidak ada bahan yang dikeluarkan dari gudang tanpa dilengkapi dengan surat

  • 13

    atau dokumen pendukung seperti surat permintaan pengeluaran bahan. Untuk

    itu dilakukan prosedur amtara lain:

    a. Barang-barang yang disimpan dalam gudang dibuatkan satu kartu barang

    dan dicatat dalam kartu gudang. Didalamnya dicatat mengenai

    kuantitasnya saja, meliputi kuantitas dikeluarkan berdasarkan atas

    dokumen permintaan pengeluaran barang dan kuantitas tersisa.

    b. Jika ada persediaan barang yang telah mencapai titik minimum, maka

    perlu dilakukan pemesanan dengan dibuatkan surat permintaan

    pembelian kepada bagian pembelian.

    c. Sebelum permintaan ditandatangani dan diserahkan, terlebih dahulu

    dilakukan perhitungan fisik bahan di gudang terhadap persediaan yang

    telah mencapai titik minimum tersebut.

    7. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang di gudang:

    Dalam penyelenggaraan persediaan bahan dan pengeluaran persediaan

    dari gudang oleh suatu perusahaan, perlu digunakan prosedur yang tepat agar

    tercapai suatu pengendalian atas persediaan yang memadai. Prosedur

    permintaan dan pengeluaran bahan dari gudang yang dikemukakan Mulyadi

    (2001), adalah sebagai berikut:

    a. Bagian logistik:

    - Membuat bukti permintaan dan pengeluaran bahan dari gudang

    sebanyak 3 lembar, sesuai dengan daftar kebutuhan bahan.

    - Menyerahkan 3 lembar bukti permintaan dan pengeluaran barang dari

    gudang kepada bagian gudang tersebut.

    - Menerima barang disertai bukti permintaan dan pengeluaran barang

    gudang, menurut nomor urutnya.

    b. Bagian gudang:

    - Menerima 3 lembar bukti permintaan dan pengeluaran barang di

    gudang, dari bagian logistik.

    - Mengisi kuantitas barang yang akan diserahkan kepada bagian

    penjualan pada bukti permintaan dan pengeluaran bahan gudang.

    - Menyerahkan bahan kepada bagian logistik.

  • 14

    - Mencatat bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang, pada

    lembar pertama dalam kartu gudang.

    - Mendistribusikan bukti permintaan dan pengeluaran barang dari

    gudang sebagai berikut:

    Lembar I : diserahkan ke bagian kartu persediaan dan kartu biaya

    Lembar II : diserahkan ke bagian logistik bersamaan dengan

    penyerahan bahan.

    Lembar III : diarsipkan oleh bagian gudang, menurut nomor urut

    bukti permintaan dan pengeluaran bahan dari gudang.

    c. Bagian kartu persediaan dan kartu biaya:

    - Menerima bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang, lembar

    pertama dari bagian gudang.

    - Mengisi harga pokok bahan pada bukti permintaan dan pengeluaran

    barang dalam kartu harga pokok bahan.

    - Menyerahkan bukti permintaan dan pengeluaran barang, ke bagian

    jurnal, buku besar, dan laporan.

    d. Bagian jurnal, buku besar, dan laporan:

    - Menerima bukti permintaan dan pengeluaran barang lembar pertama,

    dari bagian kartu persediaan dan kartu biaya.

    - Mencatat pemakaian bahan menurut bukti permintaan dan

    pengeluaran barang, kedalam jurnal pemakaian barang.

    - Mengarsipkan bukti permintaan dan pengeluaran barang lembar

    pertama, menurut nomor urutnya.

    - Mencatat penerimaan yang terjadi.

    Untuk lebih singkatnya, akan digambarkan dalam flowchart pada halaman

    berikutnya:

  • 15

    Prosedur permintaan pembelian Prosedur pembelian Prosedur penerimaan barang

    Catatan:

    SOP : Surat Order Pembelian

    SPH : Surat Penawaran harga

    Sumber : Sistem Akuntansi, Mulyadi

    Gambar 2.1 Flowchart Pembelian dan Penerimaan barang menurut referensi Mulyadi

    Bagian Gudang

    Mengirim Surat

    Permintan

    Pembelian kepada

    Bagian Pembelian

    Bagian Pembelian

    Permintaan

    pembelian dari

    bagian Gudang

    Bagian pembelian

    Memilih dan

    memutuskan supplier,

    serta membuat SOP

    kemudian

    mendistribusikanya

    kepada: supplier, Bag.

    Penerimaan. Bag.

    Administrasi

    Membuat

    SPH, dan

    dikirim ke

    supplier

    Menerima

    penawaran harga

    dari supplier

    SOP dari Bag.

    Pembelian

    Bagian Penerimaan Barang

    Cek kondisi barang, dan

    membuat Laporan

    Penerimaan Barang,

    kemudian mendistribusikanya

    ke bag. Hutang, Bag. Gudang

    dan arsip

    Bagian Hutang

    Menerima SOP

    dari Bag.

    Pembelian, dan

    faktur dari

    supplier

    Membuat bukti kas keluar

    dan mendistribusikanya ke

    Bag. Kartu Persediaan &

    Kartu Biaya, serta arsip

    Bag. Kartu Persediaan & kartu Biaya

    Mencatat bahan yang dibeli

    kedalam kartu Persediaan dan

    mengarsipkan Bukti kas

    keluar

  • 16

    Prosedur penyimpanan barang Prosedur permintaan dan pengeluaran barang dari gudang

    Catatan :

    BPPBG : Bukti Permintaan dan

    Pengeluaran Barang Gudang

    Sumber : Sistem Akuntansi, Mulyadi Gambar 2.2 Flowchart Permintaan dan Pengeluaran Barang Menurut Referensi Mulyadi

    Bagian Gudang

    Barang-barang

    dicatat pada Kartu

    Gudang, untuk

    kemudian disimpan

    dalam gudang

    Bagian Logistik

    Membuat Bukti Permintaan

    Pengeluaran barang gudang

    kemudian didistribusikan ke

    Bagian Gudang

    Bagian Gudang

    Menyerahkan barang

    disertai Bukti Permintaan

    Pengeluaran Barang

    Gudang ke Bagian Logistik

    Mendistribusikan BPPBG

    pada kartu Gudang,

    Bagian Kartu Persediaan dan Kartu Biaya

    Menyerahkan BPPBG kepada Bag.

    Administrasi (jurnal, Buku besar,

    dan laporan) untuk kemudian dicatat

    pemakaian barang tersebut

  • 17

    2.5 Pengertian Perusahaan Kontraktor

    Perusahaan kontraktor dapat didefinisikan sebagai orang atau badan usaha

    yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai

    dengan biaya yang ditetapkan berdasarkan gambar rencana, peraturan, dan syarat-

    syarat yang ditetapkan (Ervianto, 2002). Kontraktor dapat berupa perusahaan

    perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak

    dalam bidang pelaksanaan pekerjaan. Perusahaan kontraktor dalam manajemen

    konstruksi meliputi empat tingkatan hierarki, yaitu tingkat organisasi, tingkat

    proyek, tingkat operasional, dan tingkat penugasan kerja (Halpin dan Rigss,

    1992). Tingkatan organisasi dan proyek terfokus pada komponen fisik proyek,

    sedangkan pada tingkatan operasional dan penugasan lebih terfokus pada proses

    pelaksanaan di lapangan. Oleh sebab itu, setiap tingkatan yang ada membutuhkan

    sumber daya manusia yang berbeda-beda.

    1. Tingkat Organisasi

    Tingkat organisasi berhubungan dengan berbagai macam fungsi

    manajemen perusahaan yang di antaranya membentuk interaksi di antara

    kantor pusat (head office) dan bagian lapangan (field agents). Keputusan

    yang diambil pada tingkat organisasi berhubungan dengan penawaran

    proyek dan perekrutan personal dalam perusahaan.

    2. Tingkat Proyek

    Tingkatan ini didominasi oleh tujuan utama dari suatu proyek, yaitu

    pengendalian biaya, waktu, dan sumber daya alam. Peran manajer proyek

    sangat dibutuhkan dalam tingkatan ini. Selain itu, jenis-jenis pekerjaan

    seperti perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek menjadi hal

    utama yang harus diperhatikan.

    3. Tingkat Operasional

    Tingkat operasional berhubungan dengan teknologi dan metode

    pelaksanaan konstruksi. Tingkatan ini terfokus pada pelaksanaan proyek di

    lapangan. Biasanya, operasional konstruksi merupakan hal yang kompleks

    dan mencakup berbagai proses, yang mana setiap proses tersebut

  • 18

    menggunakan teknologi yang berbeda beda dengan penugasan kerja yang

    berurutan.

    4. Tingkat Penugasan

    Tingkat penugasan berhubungan dengan identifikasi dan penugasan para

    personel untuk pekerjaan yang ada di lapangan (field agents) sehingga

    dalam tingkat ini keahlian pekerja perlu diperhatikan.

    2.6 Kualifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi (kontraktor)

    Penggolongan kualifikasi usaha jasa perencana konstruksi dan usaha jasa

    pengawas konstruksi didasarkan pada kriteria tingkat / kedalaman kompetensi dan

    potensi kemampuan usaha, kemampuan melakukan perencanaan dan pengawasan

    pekerjaan berdasarkan kriteria resiko, kriteria penggunaan teknologi serta kriteria

    besaran biaya (nilai proyek/nilai pekerjaan). Berikut penjelasan kualifikasi dengan

    membagi kedalam gred ,diantaranya sebagai berikut (LPJK Nomor 11, 2006) :

    1. Kontraktor dengan kualifikasi usaha kecil terdiri dari :

    a. Karakteristik kontraktor dengan kualifikasi gred 2 adalah :

    - Dapat mengerjakan 3 (tiga) paket pekerjaan.

    - Dapat mengerjakan proyek dengan nilai 0-300 juta.

    - Memiliki kekayaan bersih 50-600 juta.

    - Penanggung jawab badan usaha 1 orang.

    - Penanggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1,

    bersertifikat keterampilan kerja pengalaman 2 tahun.

    - Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum,

    pelelangan terbatas, pemilihan langsung, atau penunjukan

    langsung.

    - Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan

    konstruksi dalam pelaksanaannya tidak membahayakan

    keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja

    sederhana, dan tidak memerlukan tenaga ahli.

    b. Karakteristik kontraktor dengan kualifikasi gred 3 adalah :

    - Dapat mengerjakan 3 (tiga) paket pekerjaan.

  • 19

    - Dapat mengerjakan proyek dengan nilai 0-600 juta.

    - Memiliki kekayaan bersih 100-800 juta.

    - Penanggung jawab badan usaha 1 orang.

    - Penanggung jawab teknik satu orang, berpendidikan S1,

    bersertifikat keterampilan kerja, pengalaman 5 tahun.

    - Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum,

    pelelangan terbatas, pemilihan langsung, atau penunjukan

    langsung.

    - Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan

    konstruksi dalam pelaksanaannya tidak membahayakan

    keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja

    sederhana, dan tidak memerlukan tenaga ahli.

    c. Karakteristik kontraktor dengan kualifikasi gred 4 adalah :

    - Dapat mengerjakan 3 (tiga) paket pekerjaan.

    - Dapat mengerjakan proyek dengan nilai 0-1 Milyar.

    - Memiliki kekayaan bersih 400 juta- 1 Milyar.

    - Penanggung jawab badan usaha 1 orang.

    - Penanggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1,

    bersertifikat keterampilan kerja pengalaman 10 tahun.

    - Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum,

    pelelangan terbatas, pemilihan langsung, atau penunjukan

    langsung.

    - Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan

    konstruksi dalam pelaksanaannya tidak membahayakan

    keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja

    sederhana, dan tidak memerlukan tenaga ahli.

    2. Kontraktor dengan kualifikasi usaha menengah terdiri dari :

    a. Karakteristik kontraktor dengan kualifikasi gred 5 adalah :

    - Dapat mengerjakan 5 (lima) paket pekerjaan .

    - Dapat mengerjakan proyek dengan nilai > 1 Milyar 10

    Milyar.

    - Memiliki kekayaan bersih 1 Milyar 10 Milyar.

  • 20

    - Memiliki penanggung jawab badan usaha 1 orang.

    - Penanggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1,

    bersertifikat keterampilan kerja dan pengalaman kerja minimal

    2 tahun.

    - Penanggung jawab bidang 1 orang, berpendidikan S1,

    bersertifikat keterampilan kerja dan pengalaman kerja minimal

    2 tahun.

    - Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum,

    pelelangan terbatas, pemilihan langsung, atau penunjukan

    langsung.

    - Kriteria resiko sedang dan teknologi madya, mencakup

    pekerjaan konstruksi yang dalam pelaksanaannya

    membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan

    sedikit peralatan berat, serta memerlukan sedikit tenaga ahli.

    - Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi

    usaha kecil minimal 3 (tiga) paket pekerjaan dalam 7 tahun

    terakhir.

    3. Kontraktor dengan kualifikasi usaha besar terdiri dari :

    a. Karakterikstik kontraktor dengan kualifikasi gred 6 adalah :

    - Dapat mengerjakan 8 (delapan) paket pekerjaan.

    - Dapat mengerjakan proyek dengan nilai > 1 Milyar 25

    Milyar.

    - Memiliki kekayaan bersih 3 Milyar 25 Milyar.

    - Memiliki penanggung jawab badan usaha 1 orang.

    - Penanggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1,

    bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 5

    tahun.

    - Penanggung jawab bidang 1 orang, berpendidikan S1,

    bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 5

    tahun.

  • 21

    - Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum,

    pelelangan terbatas, pemilihan langsung, atau penunjukan

    langsung.

    - Kriteria resiko tinggi dan teknologi tinggi, mencakup pekerjaan

    konstruksi yang dalam pelaksanaannya beresiko sangat

    membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan

    banyak peralatan berat, serta memerlukan banyak tenaga ahli

    dan tenaga terampil.

    - Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi

    usaha menengah minimal 3 (tiga) paket pekerjaan dalam 7

    tahun terakhir.

    - Memiliki organisasi badan usaha, memiliki devisi terpisah

    untuk perencanaan, operasional, keuangan, dan administrasi

    personalia.

    b. Karakteriktik kontraktor dengan kualifikasi gred 7 adalah :

    - Dapat mengerjakan 8 (delapan) atau (1,2N) N = jumlah paket

    terbanyak yang dapat ditangani pada saat bersamaan selama

    kurun waktu 7 tahun terakhir.

    - Dapat mengerjakan proyek dengan nilai > 1 Milyar tak

    terbatas.

    - Memiliki kekayaan bersih 10 Milyar tak dibatasi.

    - Memiliki penanggung jawab badan usaha 1 orang.

    - Penanggung jawab teknik 1 orang, bersertifikat keahlian kerja

    dan pengalaman kerja minimal 8 tahun.

    - Penanggung jawab bidang 1 orang, bersertifikat keahlian kerja

    dan pengalaman kerja minimal 8 tahun.

    - Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum,

    pelelangan terbatas, pemilihan langsung, atau penunjukan

    langsung.

    - Kriteria resiko tinggi dan teknologi tinggi, mencakup pekerjaan

    konstruksi yang dalam pelaksanaannya beresiko sangat

    membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan

  • 22

    banyak peralatan berat, serta memerlukan banyak tenaga ahli

    dan tenaga terampil.

    - Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi

    usaha besar minimal 3 (tiga) paket pekerjaan dalam 7 tahun

    terakhir.

    - Memiliki organisasi badan usaha, memiliki devisi terpisah

    untuk perencanaan, operasional, keuangan, dan administrasi

    personalia

    - Badan usaha yang memiliki sertifikat ISO.

    2.7 Struktur Organisasi pada Perusahaan Kontraktor

    Pengorganisasian merupakan suatu tindakan yang harus dilaksanakan oleh

    setiap perusahaan dan merupakan salah satu fungsi manajemen dalam pembagian

    tugas, wewenang dan tanggung jawab serta penentuan hubungan antara satuan

    organisasi. Pengorganisasian ini bertujuan agar tugas dapat dilaksanakan dengan

    lancar, tertib dan dapat terwujud hubungan antara pimpinan dengan karyawan

    secara harmonis.

    Dengan kata lain struktur organisasi dapat tergambar secara jelas tugas,

    wewenang dan tanggung jawab serta hubungan bagian-bagian dalam perusahaan.

    Struktur organisasi diperlukan untuk tercapainya suatu tujuan perusahaan dan

    tercapainya suatu sistem pengendalian yang efektif dengan memberdayakan

    semua unsur sumber daya yang dimiliki proyek (5 M) yaitu Man, Material,

    Machine, Methods, Money dalam satu gerak dan arah untuk mewujudkan tujuan

    proyek.

    Tugas dan wewenang dalam struktur organisasi pada perusahaan kontraktor,

    adalah sebagai berikut:

    1. Direktur

    - Sebagai pimpinan tertinggi yang bertanggung jawab atas kelancaran dan

    pelaksanaan kegiatan perusahaan, mengkoordinir serta membimbing kegiatan

    perusahaan sehari-hari.

    - Mempertanggungjawabkan semua kewajiban yang menyangkut rugi laba

    perusahaan, produksi, keuangan dan pemasaran.

  • 23

    2. Finance Direktur

    - Menangani semua masalah yang menyangkut segi dana, dengan cara

    merencanakan, mengatur dan mengawasi penerimaan dan pengeluaran dana

    sehubungan dengan transaksi-transaksi yang terjadi.

    - Menyediakan informasi kepada bagian-bagian yang lain mengenai

    kedudukan keuangan perusahaan.

    - Mengevaluasi laporan tahunan.

    3. General Manager

    General Manager diangkat oleh Direktur untuk memimpin langsung proyek

    induk dan tetap standby di site office. General Manager juga berfungsi sebagai

    wakil dari pihak pemilik untuk memimpin dan mengawasi pelaksanaan proyek.

    4. Manager

    Tugas seorang manager adalah bagaimana mengintegrasikan berbagai macam

    variabel (karakteristik, budaya, pendidikan dan lain sebagainya) kedalam suatu

    tujuan organisasi yang sama dengan cara melakukan mekanisme penyesuaian

    sebagai berikut:

    - Pengarahan (direction) yang mencakup pembuatan keputusan,

    kebijaksanaan, supervisi, dan lain-lain.

    - Rancangan organisasi dan pekerjaan.

    - Seleksi, pelatihan, penilaian, dan pengembangan.

    - Sistem komunikasi dan pengendalian.

    5. Marketing

    - Menyusun program dan strategi pemasaran, baik jangka pendek maupun

    jangka panjang sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditentukan oleh

    perusahaan.

    - Menawarkan produk perumahan melalui media elektronik, media cetak,

    maupun presentasi ke instansi-instansi baik pemerintah maupun swasta serta

    pameran.

    6. Surveyor

    Bertugas untuk melakukan pengukuran dan pemetaan tanah pada kawasan

    yang akan dikembangkan, sehingga dihasilkan berbagai data yang diperlukan

  • 24

    dalam proses perencanaan baik berupa peta kontur tanah maupun bentuk

    kawasan yang akan dikembangkan.

    7. Arsitek

    Bertugas untuk melakukan perancangan pengembangan kawasan sesuai dengan

    spesifikasi dan batasan-batasan yang telah ditentukan diatas tanah yang

    dikembangkan dengan menggunakan data-data yang dihasilkan dan telah

    diolah oleh surveyor. Arsitek juga mempunyai tugas untuk membuat

    perancangan design rumah sesuai konsep yang diinginkan oleh Developer.

    8. Drafter

    Bertugas untuk membantu arsitek merealisasikan hasil rancangan

    pengembangan kawasan sehingga dapat berfungsi sesuai keinginan semua

    pihak.

    9. Pelaksana

    Pelaksana mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :

    - Bertanggung jawab atas kelancaran pekerjaan yang menjadi kewajibannya.

    - Mempelajari gambar dan spesifikasi proyek.

    - Melakukan persiapan lapangan, termasuk pengukuran.

    - Membuat laporan realisasi quantity pekerjaan yang telah dilaksanakan.

    - Memberikan perintah kepada pembantu pelaksana / mandor.

    - Dapat membuat opname borongan.

    - Membuat rekapitulasi kebutuhan material di proyek.

    Pelaksana juga berkewajiban memberikan usulan kepada pemilik apabila

    menjumpai beberapa kesulitan dalam pelaksanaan.

    10. Logistik

    Uraian tugas seorang staf logistik proyek adalah :

    - Mempelajari spesifikasi material dan jadwal penggunaan material.

    - Membuat jadwal pengadaan material, berdasarkan jadwal penggunaannya.

    - Melakukan pengadaan material sesuai jadwal.

    11. Gudang

    Tugas staf gudang adalah :

    - Menyimpan barang yang telah dibeli dan mengaturnya dengan baik agar

    barang dapat keluar secara teratur

  • 25

    - Membuat laporan mengenai stock barang

    - Mengeluarkan barang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan proyek

    - Memberi informasi sedini mungkin atas produk yang sudah mencapai

    persediaan yang minimum.

    12. Pengawas

    Mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :

    - Mengawasi laju pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik dari segi kualitas

    bahan bangunan serta pelaksanaaannya.

    - Mengawasi ketepatan waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan konstruksi

    fisik.

    - Bertanggung jawab atas hasil pekerjaan kepada Owner/pemilik proyek.

    - Memberikan persetujuan mengenai laporan harian, bulanan serta laporan

    pekerjaan tambahan maupun pekerjaan kurang dan penyelesaian keuangan

    yang diakibatkannya.

    13. Administrasi

    Tugasnya meliputi admin, logistik, dan lainnya yang mendukung pelaksanaan

    administasi berjalan lancar.

    Tugas detailnya yaitu :

    - Menjaga dan mengupdate informasi administasi mulai dari office supply,

    stationaries.

    - Mempersiapkan arrangement meeting detail, absensi staff, serta melakukan

    hal-hal seperti surat menyurat dengan staf lainya.

    14. Keuangan

    Tugas bagian keuangan adalah :

    - Bertanggung jawab atas penerimaan dan pembayaran yang terjadi.

    - Melakukan dan membuat laporan perhitungan pajak.

    2.8 Struktur Organisasi pada Proyek Konstruksi

    1. Kepala Proyek (Project Manager)

    a. Tujuan umum dari jabatannya adalah terselenggaranya kegiatan

    operasional dan administrasi proyek dengan menggunakan sumber daya

  • 26

    perusahaan secara optimal untuk mengahsilkan citra dan laba

    perusahaan.

    b. Tugas,wewenang, dan tanggung jawab :

    1) Melakukan pengendalian seluruh kegiatan pelaksanaan proyek, baik

    teknis maupun administrasi.

    2) Mengelola keselamatan, kesehatan kerja, & lingkungan (K3L) di

    lingkungan proyek.

    3) Mengevaluasi hasil kegiatan pelaksanaan proyek.

    4) Menyusun laporan pelaksanaan proyek.

    5) Mengeluarkan dana sebatas untuk keperluan proyek.

    6) Mengatur dan mengkoordinasikan semua aktivitas pada semua

    tingkatan di proyek dengan pihak ekstern.

    2. Pelaksana K3L

    3. Administrasi Keuangan dan Umum

    a. Tujuan umum adalah terlaksananya kegiatan dalam bidang

    administrasi dan keuangan di proyek.

    b. Tugas, wewenang dan tanggung jawab

    1) Melaksanakan tata usaha keuangan proyek, meliputi bidang

    kebendaharaan, pembukuan/akuntansi dan perpajakan.

    2) Menyusun rencana kebutuhan alokasi dana (bulanan)

    berdasarkan rencana produksi dan atau rencana kebutuhan

    bahan yang disusun oleh bagian operasi.

    4. Pengawas Mutu

    a. Tujuan umum dari jabatannya adalah mengawasi segala kegiatan

    yang berlangsung selama pelaksanaan proyek.

    b. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab :

    1) Melaksanakan penyusunan dan pemeliharaan dokumen sistem

    manajemen mutu yang terdiri dari atas prosedur dan petunjuk

    kerja.

    2) Memonitor dan melaporkan perkembangan penyusunan,

    penerapan, dan pemeliharaan sistem mutu.

    3) Memberikan saran dalam penyusunan perencanaan proyek.

  • 27

    4) Mengusulkan penyempurnaan prosedur yang ada kepada kepala

    proyek.

    5. Site Manager

    a. Tujuan umum dari jabatannya adalah terlaksananya kegiatan

    administrasi operasi, termasuk pengawasan dan pengendalian

    operasional proyek, sehingga rencana pendapatan, biaya, dan

    kontribusi proyek dapat tercapai.

    b. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab :

    1) Menyiapkan dan melengkapi metode kontruksi dan program

    mingguan untuk kegiatan pelaksanaan proyek.

    2) Membuat jadwal waktu pelaksanaan proyek.

    3) Menyiapkan laporan penyelesaian akhir proyek.

    4) Melaksanakan inventarisasi peralatan, termasuk kendaraan

    proyek.

    6. Bagian Teknik

    a. Tujuan umum dari jabatannya adalah terlaksananya segala kegiatan

    teknis pada pelaksanaan proyek.

    b. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab :

    1) Menyiapkan gambar kerja untuk pedoman pelaksanaan di

    lapangan dan mengendalikanya.

    2) Menyiapkan dan menyusun RAPK ( Rencana Anggaran Proyek

    Kendali)

    3) Menyusun cash flow

    4) Menyiapkan laporan evaluasi hasil pelaksanaan mengenai

    biaya, mutu, waktu secara berkala.

    5) Menyiapkan dan menyusun Variation Order ( Pekerjaan

    Tambah Kurang)

    6) Membuat jadwal pengadaan bahan dan peralatan pada proyek.

    7) Menyelenggarakan pembelian bahan yang di telah diputuskan

    oleh Project Manager sesuai dengan jadwal pengadaan bahan

    dan prosedur pembelian.

  • 28

    8) Mengontrol dan mengevaluasi pekerjaan di lapangan serta

    mengatasi permasalahan teknis di lapangan.

    7. Administrasi Teknik dan Logistik

    a. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengadaan barang/bahan

    dan inventaris perusahaan, serta pengelolaan dan persediaan

    peralatan untuk operasional proyek. Tugas-tugas administrasi teknik

    dan logistik adalah :

    1) Mencari supplier dan mengevaluasi supplier yang memenuhi

    persyaratan.

    2) Membuat daftar supplier yang terseleksi.

    3) Melakukan pengadaan barang/bahan yang telah disetujui oleh

    pihak yang berwenang.

    4) Memonitor barang yang telah dibeli.

    5) Membuat laporan nilai persediaan bahan.

    6) Membuat daftar dan memonitor penggunaan barang-barang

    inventaris perusahaan.

    7) Melaksanakan mobilisasi dan demobilisasi peralatan sesuai

    dengan sumber dan jadwal penggunannya.

    8) Membantui meningkatkan produktivitas alat pada proyek.

    8. Surveyor

    9. Pelaksana lapangan

    a. Tujuan umum adalah terlaksananya pekerjaan fisik di lapangan

    sesuai dengan jadwal, mutu dan biaya serta persyaratan yang telah

    ditetapkan.

    b. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab :

    1) Memahami gambar rencana, metode kontruksi dan spesifikasi

    dengan persyaratan waktu, mutu, dan biaya yang telah

    ditetapkan.

    2) Menyusun program kerja mingguan.

    3) Mengadakan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan

    pekerjaan.

  • 29

    4) Selalu mencari alternative kerja yang lebih baik agar hasil kerja

    lebih efisien.

    5) Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan sesuai

    dengan persyaratan waktu, mutu dan biaya yang telah

    ditetapkan.

    10. Pelaksana Alat

    a. Bertanggung jawab atas terselenggarnya tugas-tugas pengelolaan

    dan persediaan peralatan yang dapat mendukung kelancaran

    pekerjaan operasional proyek. Tugas-tugas dari pelaksana alat

    antara lain:

    1) Melaksanakan survey tentang sumber bahan dan peralatan.

    2) Melaksanakan mobilisasi dan demobilisasi peralatan sesuai

    dengan sumber dan jadwal penggunaanya.

    3) Membantu meningkatkan produktivitas alat di proyek.

  • 30

    STRUKTUR ORGANISASI PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR

    Gambar 2.3 Struktur organisasi pada perusahaan kontraktor

    Sumber :Darma, W (2012)

    Direktur

    Manager

    Komisaris

    Drafter

    Logistik

    Monitoring

    Sekretaris

    Pelaksana lapangan

    Arsitektur Engineer

    Estimator

  • 31

    STRUKTUR ORGANISASI PADA PROYEK KONSTRUKSI

    Gambar 2.4 Struktur organisasi pada proyek konstruksi

    Sumber : Sukma, P (2010)

    Project Manager

    Q/C Supervisor Site manager

    Kepala logistik

    Adm. Teknik/Logistik

    Surveyor

    Kepala lapangan

    Adm. Keuangan & Umum

    Kepala pelaksana Bag. Struktur

    Kepala pelaksana Bag. Arsitektur

    Kepala pelaksana Bag. ME

    Pelaksana Bag. ME

    Pelaksana Bag. Struktur

    Pelaksana Bag. Arsitektur

    Kepala Administrasi

    Kurir

  • 32

    2.9 Pengukuran Kinerja Sistem

    Pengukuran kinerja sistem dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan

    (kuesioner) yang selanjutnya dianalisis secara Deskriptif dengan Skala Guttman

    dan secara Inferensia dengan Uji-t.

    2.9.1 Daftar Pertanyaan (Kuesioner)

    Daftar pertanyaan (kuesioner) adalah salah satu alat untuk mengumpulkan

    data. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner atau daftar pertanyaan

    tersebut cukup terperinci dan lengkap. Menurut Nazir (1988), secara umum isi

    dari kuesioner dapat berupa :

    1. Pertanyaan tentang fakta, yaitu berisi fakta-fakta yang dianggap dikuasai oleh

    responden. Fakta-fakta tersebut bisa saja berhubungan dengan responden,

    dengan suatu keadaan, atau dengan orang-orang yang dikenal oleh responden

    tersebut.

    2. Pertanyaan tentang pendapat (opinion), yaitu pertanyaan mengenai pendapat,

    baik tentang suatu keadaan atau tentang situasi. Pertanyaan tentang pendapat

    relatif lebih sukar dijawab oleh responden dibandingkan pertanyaan berupa

    fakta.

    3. Pertanyaan tentang persepsi diri, yaitu berisi cara responden menilai sesuatu

    tentang perilakunya sendiri, dalam hubungannya dengan orang lain atau

    lingkungannya.

    Dalam membuat daftar pertanyaan untuk kuesioner ada beberapa petunjuk

    penting, antara lain :

    1. Jangan menggunakan perkataan-perkataan yang sulit

    2. Jangan gunakan pertanyaan yang bersifat terlalu umum

    3. Hindarkan pertanyaan yang bermakna ganda

    4. Jangan gunakan kata-kata yang samar

    5. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti

    6. Hindarkan pertanyaan yang berdasarkan presumasi (pertanyaan yang

    bersandarkan kepada anggapan bahwa responden termasuk dalam kategori

    yang mempunyai sifat yang ingin ditanyakan)

    7. Hindarkan pertanyaan yang mempermalukan seseorang

  • 33

    8. Hindarkan pertanyaan yang memerlukan ingatan yang kuat dari responden.

    2.9.2 Rumus Slovin

    Dalam sebuah penelitian, perlu diketahui besarnya sampel yang akan

    digunakan. Besarnya sampel ini tergantung dari beberapa hal, yaitu :

    1. Derajat keseragaman (degree of homogeinity) dari populasi

    2. Tingkat ketelitian analisis yang dikehendaki dalam penelitian

    3. Rencana analisis

    4. Tenaga, biaya, dan waktu yang tersedia

    Salah satu metode yang dapat dipakai untuk menetukan jumlah sampel ini

    adalah metode purposive sampling. Dalam metode ini besarnya sampel ditentukan

    dengan mempertimbangkan tujuan penelitian berdasarkan kriteria-kriteria yang

    ditentukan terlebih dahulu. Dimana besarnya sampel yang akan digunakan

    dihitung dengan menggunakan rumus Slovin berikut :

    ( ).. (persamaan 2.1)

    dimana :

    - n adalah jumlah sampel

    - N adalah jumlah populasi

    - e adalah tingkat presisi

    2.9.3 Skala Guttman

    Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala ini memiliki

    beberapa ciri penting, yaitu :

    1. Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang mengiyakan

    pertanyaan yang berbobot lebih berat, maka ia juga akan mengiyakan

    pertanyaan atau pertanyaan yang kurang berbobot lainnya.

    2. Skala Guttman ingin mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel yang

    multi dimensi.

    Cara membuat skala guttman :

    1. Menyusun sejumlah pertanyaan yang relevan dengan masalah yang ingin

    diselidiki

  • 34

    2. Melakukan permulaan penelitian terhadap responden yang dapat mewakili

    populasi yang akan diteliti

    3. Menganalisis jawaban yang diperoleh, yaitu dengan memberikan skor (nilai)

    tertinggi sebesar 1 (satu), dan skor terendah sebesar 0 (nol)

    Untuk menganalisis jawaban yang diperoleh, digunakan perhitungan distribusi

    frekwensi sebagai berikut :

    1. Jumlah pertanyaan yang ada pada kuesioner sebanyak n Skor tertinggi untuk

    setiap pertanyaan adalah 1, dan skor terendah 0 ( berdasarkan teori Guttman).

    Jadi :

    Total skor tertinggi (x) = 1 x n ( persamaan 2.2)

    Total skor terendah (y) = 0

    2. Menentukan besarnya range skor, berdasarkan selisih dari total skor tertinggi

    dengan total skor terendah yang dicapai sebagai berikut:

    Range skor = x y .. (persamaan 2.3)

    3. Setelah diketahui range skor, selanjutnya menentukan besarnya interval nilai,

    berdasarkan perbandingan antara range skor nilai dengan jumlah kriteria

    penilaian. Dalam penelitian ini, digunakan 3 (tiga) kriteria penilaian :

    memadai (M), cukup memadai (CM), tidak memadai (TM), sehingga

    formulasi interval kelas (C) adalah :

    . (persamaan

    2.4)

    Jawaban dari responden diharapkan sudah diwakili oleh ketiga kriteria

    tersebut. Selain itu, dengan ditetapkannya kriteria tersebut penelitian dapat

    diarahkan jadi lebih tegas dan tidak ragu-ragu.

    4. Menentukan rentang nilai untuk masing-masing kriteria penilaian berdasarkan

    total skor nilai yang diperoleh masing-masing kriteria penilaian.

    5. Menentukan total skor untuk seluruh pertanyaan dan kemudian menentukan

    penilaian terhadap sistem pengendalian pengadaan bahan pada kontraktor di

    kabupaten Badung.

  • 35

    2.9.4 Analisis Scoring dengan Perhitungan Distribusi Frekwensi

    Untuk menganalisis jawaban yang diperoleh, digunakan perhitungan distribusi

    frekwensi sebagai berikut :

    1. Jumlah pertanyaan yang ada pada kuesioner sebanyak n skor tertinggi untuk

    setiap pertanyaan adalah 1, dan skor terendah 0 ( berdasarkan teori Guttman).

    Jadi :

    Total skor tertinggi (x) = 1 x n .( persamaan 2.2)

    Total skor terendah (y) = 0

    2. Menentukan besarnya range skor, berdasarkan selisih dari total skor tertinggi

    dengan total skor terendah yang dicapai sebagai berikut:

    Range skor = x y .. (persamaan 2.3)

    3. Setelah diketahui range skor, selanjutnya menentukan besarnya interval nilai,

    berdasarkan perbandingan antara range skor nilai dengan jumlah kriteria

    penilaian. Dalam penelitian ini, digunakan 3 (tiga) kriteria penilaian :

    memadai (M), cukup memadai (CM), tidak memadai (TM), sehingga

    formulasi interval kelas (C) adalah :

    (persamaan 2.4)

    Jawaban dari responden diharapkan sudah diwakili oleh ketiga kriteria

    tersebut. Selain itu, dengan ditetapkannya kriteria tersebut penelitian dapat

    diarahkan jadi lebih tegas dan tidak ragu-ragu.

    4. Menentukan rentang nilai untuk masing-masing kriteria penilaian berdasarkan

    total skor nilai yang diperoleh masing-masing kriteria penilaian.

    5. Menentukan total skor untuk seluruh pertanyaan dan kemudian menentukan

    penilaian terhadap sistem pengendalian pengadaan bahan.

    2.9.5 Uji Hipotesis

    Uji Hipotesis merupakan salah satu bagian dari statistik inferensia. Menurut

    Wirawan (2002), statistik inferensia adalah statistik yang menyediakan aturan atau

    metode untuk membuat ramalan dan taksiran, disamping itu juga digunakan untuk

    mengambil kesimpulan yang bersifat umum dari data sampel yang dipilih secara

    acak dari populasi induknya. Dan, definisi hipotesis menurut Wirawan (2002),

  • 36

    adalah suatu pernyataan mengenai parameter populasi yang masih perlu

    dibuktikan kebenarannya.

    Ada 2 jenis hipotesis :

    1. Hipotesis kualitatif, hipotesis yang tidak bisa diuji secara statistik, kecuali

    harus dikuantifikasikan terlebih dahulu.

    2. Hipotesis kuantitatif, dapat diuji secara statistik, disebut juga hipotesis

    statistik.

    Hipotesis nol (H0) : hipotesis yang dirumuskan untuk diuji dengan harapan

    ditolak. Hipotesis tandingan (H1) : hipotesis yang isinya mengandung pertanyaan

    yang isinya tidak menyangkal

    Contoh :

    Jika H0 : = 0

    Maka, H1 : > 0 atau < 0 atau 0

    Dimana, = parameter

    0 = nilai parameter berdasarkan hipotesis

    Tahapan pengujian hipotesis secara umum adalah :

    1. Menentukan rumusan hipotesisnya dan menentukan alternatif pengujiannya

    (uji dua sisi atau satu sisi)

    2. Menentukan taraf nyata ( )

    3. Memilih statistik uji yang sesuai, dan menentukan daerah kritisnya

    4. Mengitung statistik uji berdasarkan data sampel

    5. Kesimpulan pengujian

    Menentukan Alternatif Pengujian :

    Jika H0 : 0 maka, H1 : > 0 ( dipakai uji satu sisi, yaitu sisi kanan)

    Jika H0 : 0 maka, H1 : < 0 ( dipakai uji satu sisi, yaitu sisi kiri)

    Jika H0 : 0 maka, H1 : 0 ( dipakai uji dua sisi)

  • 37

    Dimana, = parameter

    0 = nilai parameter sesuai hipotesis

    Memilih statistik uji yang sesuai :

    Statistik uji t : digunakan untuk ukuran sampel yang sedikit ( n 30)

    t0 =

    ....( persamaan 2.5)

    2.9.6 Analisis Inferensia dengan Uji-t

    Uji-t dipilih karena jumlah responden (N) kurang dari 30 orang. Scoring

    jawaban responden mengenai kinerja sistem pengendalian pengadaan bahan dan

    peralatan, dianalisis dengan perhitungan uji-t sebagai berikut :

    = ( )

    ..( persamaan 2.6)

    =

    ( persamaan 2.7)

    N < 30, maka digunakan uji-t

    to =

    .. ( persamaan 2.8)

    Maka didapat nilai to hitung yang kemudian akan dibandingkan dengan nilai t

    tabel. Dari tabel L.4 (nilai kritis distribusi-t) yang dicantumkan pada lampiran I,

    untuk dan v dengan nilai t tabel. Nilai t tabel ini selanjutnya dimasukan

    kedalam kurva, yang nantinya juga akan dimasukan nilai to hitung. Nilai to hitung

    ini nantinya akan dibandingkan dengan t tabel, sehingga diketahui apakah

    hipotesis berada pada daerah menolak Ho ataukah pada daerah penerimaan

    Ho.

  • 17