bab ii tinjauan pustaka 2.1 pengertian dan fungsi pelabuhan
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Fungsi Pelabuhan
Pelabuhan memiliki definisi sebagai terminal kapal setelah melakukan
pelayaran, tempat kegiatan menaik-turunkan penumpang, bongkar-muat barang,
pengisian bahan bakar dan air tawar, reparasi, pengadaan perbekalan, dan lainnya,
(PT. (Pesero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Pontianak, 2012). Tujuan pelayanan
publik tersebut adalah menyediakan barang dan jasa yang terbaik bagi
masyarakat. Barang dan jasa yang terbaik adalah yang memenuhi apa yang
dijanjikan atau apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan demikian
pelayanan publik yang terbaik adalah yang memberikan kepuasan terhadap
publik, kalau perlu melebihi harapan publik, (Perry, 1989: 625).
Merujuk data World Economic Forum dalam 'The Global Competitiveness
Report 2011-2012' disebutkan, bahwa kualitas infrastruktur pelabuhan Indonesia
masih tergolong buruk, yakni Indonesia berada di peringkat 103 dunia. Peringkat
tersebut apabila dibandingkan dengan negara anggota ASEAN lainnya, Indonesia
masih jauh tertinggal. Negara Thailand berada di peringkat 47, Negara Malaysia
berada di peringkat 15 dan Negara Singapura berada di peringkat 1 dunia atau
dengan kata lain sebagai pelabuhan dengan kualitas infrastruktur terbaik di dunia.
Rating pelabuhan Indonesia yang rendah tidak terlepas dari pelayanan bongkar
muat barang yang tidak efektif dan tidak efisien. Hal ini terbukti dari biaya yang
dikeluarkan oleh operator pelayaran yang tergolong mahal di pangsa pasar
ASEAN dan bahkan dunia. Selain itu, pelabuhan yang baik adalah pelabuhan
yang tidak mengenal waktu tunggu, sehingga kapal datang-bersandar-bongkar
muat-meninggalkan pelabuhan menjadi sebuah urutan baku pada pelabuhan di
beberapa negara maju termasuk di Singapura. Kondisi berbeda ditemukan di
pelabuhan Indonesia dimana kapal harus menunggu lama di pelabuhan, sehingga
berakibat pada meningkatnya biaya (cost). Berkaca dari peringkat tersebut, tentu
kondisi pelabuhan Indonesia masih membutuhkan evaluasi dan peningkatan lebih
lanjut untuk dapat memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen.
6
2.2 Pihak–pihak dalam Kegiatan Pelayaran Niaga
Kegiatan pelayaran niaga timbul karena adanya kebutuhan untuk
mengangkut barang dagangan yang dihasilkan disuatu tempat dan akan dijual ke
tempat yang lain. Semboyan the flag follows the trade, bendera (kapal) mengikuti
perdagangan, sudah cukup berbicara tentang hubungan sebab akibat antara
kegiatan perniagaan dengan kegiatan pelayaran. Semboyan ini telah lama dikenal
dan sampai sekarang prinsip-prinsipnya masih dianut oleh pengusaha pelayaran
yang menjalankan udahanya berdasarkan pola pengusahaaan yang umum. Namun
demikian ada juga kalanya beberapa pihak berusaha membalikkan semboyan
tersebut menjadi shepping promotes the trade, atau: pelayaran menunjang atau
menggalakkan usaha perniagaan.
Sebagaimana telah diuraikan diatas, pelayaran melayani perniagaan;
karenanya pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dalam suatu kegiatan
pelayaran di samping pihak maskapai pelayaran, adalah mereka berniaga, yaitu si
pengirim barang (the shipper) dan si penerima barang (the consignee). Dalam
suatu pengiriman atau pengapalan barang dengan kapal laut terdapat tiga pihak
yang saling mempunyai hubungan hukum satu sama lain; mereka itu adalah:
1. Pengirim barang (shipper), yaitu orang atau badan hukum yang memilliki
muatan kapal (barang) untuk dikirim dari sebuah pelabuhan tertentu
(pelabuhan pemuatan) guna diangkut ke pelabuhan lainnya (pelabuhan
tujuan).
2. Pengangkut (carrier), yaitu perusahaan pelayaran yang melaksanakan
atau menyelenggarakan pengangkutan muatan dari pelabuhan pemuatan
ke pelabuhan tujuannya, atau ke pelabuhan antara.
3. Penerima barang (consignee), yaiotu orang atau badan hukum, kepada
siapa muatan dikapalkan.
Hak dan kewajiban ketiga pihak dalam pengapalan telah diatur oleh
perundang–undangan nasional yang dituangkan dalam berbagai undang-undang
dan peraturan pemerintah. Beberapa buah konvensi internasional telah di bentuk
guna mengatur masalah pelayaran khususnya pelayaran samudera, baik mengenai
segi teknis pelayarannya maupun segi penyelenggaraan pelayaran.
7
Di antara konvensi-konvensi internasional yang mengatur masalah
keselamatan pelayaran dapat disebut: konvensi tentang keselamatan jiwa manusia
di lautan (convension on safety of life at sea, yang lebih dikenal dengan
singkatannya SOLAS).
Ada disamping ketiga pihak yang telah disebut diatas, dalam suatu kegiatan
pelayaran niaga terlibat juga kegiatan atau jasa pihak-pihak lain tetapi pihak-pihak
lain itu tidak saling mempunyai hubungan hukum karena mereka hanyalah
merupakan wakil (lastnemer) saja dari salah satu pihak tersebut. Oleh karena itu
kegiatan mereka, dalam hubungannya dengan pengapalan barang, dan juga dalam
kegiatan pelayaran pada umumnya, tidak diatur oleh undang-undang. Adapun
pihak-pihak yang dimaksud adalah:
a. Ekspeditur (perusahaan ekspedisi muatan laut atau forwarding agent)
Orang atau perusahaan yang menyelenggarakan usaha mengurus
berbagai macam dokumen yang diperlukan guna memasukkan dan
mengeluarkan barang dari kapal atau pelabuhan. Ekspeditur tidak bekerja
sendiri, melainkan menjadi wakil bagi pengirim atau penerima muatan kapal
laut. Dalam hal mengekspedisi muatan keluar (ekspor) tugas dan kewajiban
ekspeditur sudah selesai kalau barang sudah dimuat ke dalam kapal dan bill
of lading (B/L) sudah diambil olehnya untuk diserahkan kepada orang yang
memberinya kuasa untuk mengurus pemuatan (pengapalan) itu. Dalam hal
mengurus muatan impor dari palabuhan, pekerjaan ekspeditur dimulai
dengan pembuatan dokumen-dokumen impor berupa pemberitahuan impor
untuk dipakai (PIUD), sampai membayar bea masuk yang berkenaan serta
biaya dan pengeluaran lainnya sampai barang dapat dikeluarkan dari gudang
pabean untuk diserahkan kepada pemiliknya. Berhubung dengan jenis
pekerjaannya itu maka perusahaan ekspedisi muatan kapal laut (EMKL)
biasanya mempunyai armada angkutan darat sendiri, agar pengangkutan
barang dari dan ke gudang pemilik barang di luar pelabuhan dapat
diselenggarakan dengan lebih mudah dan lebih murah. Perkembangan
selanjutnya dari usaha ekspedisi ini tumbuh berupa usaha freight forwarding
(FF) yang tidak hanya mengurus dokumentasi dan pengangkutan muatan
8
sebelum dan sesudah pengapalannya, melainkan meliputi semua keperluan
pengapalan mulai dari sortasi barang (pemilah-milahan jenis barang sesuai
klasifikasi tarif bea dan uang tambang), packing (pengemasan barang dalam
kemasan yang sesuai bagi pengangkutan samudera), cargo documentation
(penyiapan dan pembuatan dokumen-dokumen pengapalan sampai kepada
perolehan izin ekspor kalau di perlukan).
b. Warehousing (usaha pergudangan)
Usaha penimbunan dan penyimpanan barang di dalam gudang atau
lapangan penumpukan pelabuhan, selama barang yang bersangkutan
menunggu pemuatan ke atas kapal, atau menunggu pembebasannya dari
pengawasan pabean. Perlu di ketahui bahwa dalam sebuah pelabuhan
lazimnya terdapat tiga macam gudang, yaitu: gudang pabean (disebut juga:
gudang lini I, gudang diepzee), gundang entreport (bonded warehouse), dan
gudang bebas. Dalam rangka kegiatan pengapalan muatan, gudang pabean
merupakan yang terpenting karena di gudang pabean inilah di simpan
barang yang baru saja dibongkar dari kapal, atau segera akan dimuat ke
kapal. Di sini intansi pabean perlu campur tangan, sebab barang yang
akan/baru dimuat/dibongkar dari/ke kapal itu harus menyelesaikan dahulu
formalitas pabeannya dan membayar bea-bea sebelum diizinkan keluar dari
gudang pabean.
c. Stevedoring
Usaha pemuatan dan pembongkaran barang-barang muatan kapal laut.
Perusahaan stevedoring dapat merupakan sebuah perusahaan yang berdiri
sendiri, sebagai sebuah PBM (perusahaan bongkar muat), atau dapat juga
merupakan anak perusahaan, atau bagian dari sebuah perusahaan pelayaran.
Seringkali juga perusahaan stevedoring ini bergabung dengan perusahaan
pengangkutan muatan kapal, yang di muat ke dan di bongkar dari kapal
yang bertambat atau berlabuh di luar dermaga. Seperti diketahui dermaga-
dermaga yang terdapat pada sebuah pelabuhan tidak selalu dapat memenuhi
memenuhi kebutuhan penyandaran kapal dan karena kapal, demi efisiensi
operasi, tidak dapat menunggu giliran penyandaran terlalu lama, akan
9
melakukan kegiatan di perairan pelabuhan (kolam pelabuhan,rede,roads)
dan dari sana barang-barang yang telah dibongkar ke atas tongkang akan
diantarkan ke gudang. Begitu juga sebaliknya bagi barang yang akan di
muat di kolam pelabuhan. Sesuai ketenuan di dalam inpres 4/1985,
perusahaan stevedoring ini dinamakan “perusahaan bongkar muat” disingkat
PBM yang secara hukum merupakan perusahaan yang berdiri sendiri tetapi
di dalam praktek perusahaan PBM tersebut hampir semuanya didirikan oleh
perusahaan pelayaran. Lebih lanjut perlu dikemukakan bahwa bertambatnya
kapal di luar dermaga itu tidak selalu karena menunggu giliran penyandaran,
melainkan karena biaya yang sangat mahalkalau kapal harus bersandar di
dermaga dan melakukan kegiatan pemuatan atau pembongkar di situ. Di
pelabuhan eropa-eropa dan Amerika Serikat umumnya diadakan ketentuan
yang mewajibkan kapal yang bersandar di dermaga pelabuhan
menggunakan shore equipment (alat bongkar yang disediakan pelabuhan)
dan tidak di izinkan menggunakan alat bongkar muat sendiri. Sangat
tingginya biaya cargo handling di dermaga ini pulalah yang telah
melahirkan konsepsi pengapalan dengan menggunakan peti besar yang
dinamakan container (peti kemas). Peti atau kemasan biasa lainnya, di mana
barang yang akan dikapalkan dikemas secara bersama-sama dan dimasukan
ke dalam container untuk kemudian dimuat dan diangkut ke pelabuhan
tujuan. Di dalam container tidak jarang dimuat barang-barang yang di
kapalkan oleh beberapa pemilik yang berbeda. (FDC, Sudjatmiko. 1997)
2.3 Kegiatan Bongkar Muat
Kegiatan Bongkar Muat di dermaga adalah kegiatan membongkar barang-
barang impor dan atau barang-barang antar pulau/interinsuler dari atas kapal
dengan menggunakan Crane dan Sling kapal ke daratan terdekat di tepi kapal
yang lazim disebut dermaga, kemudian selanjutnya dari dermaga dengan
menggunakan lori, vorklift atau kereta dorong dimasukkan dan ditata ke dalam
gudang terdekat yang ditunjuk oleh Administrator Pelabuhan, sedangkan kegiatan
Muat adalah sebaliknya.
10
Barang-barang yang dibongkar dari dalam kapal diserahkan oleh Mualim I
kepada Petugas Seksi Pembongkaran (Bagian Operasi Terminal). Semua barang
yang telah dibongkar dari kapal berada di bawah pengawasan dan tanggung jawab
Seksi Pembongkaran, yang bertindak atas nama Mualim I.(Radiks Purba 2,
1997:92).
Pengoperasian dan fungsi gudang di pelabuhan dijelaskan sebagai berikut:
“Gudang-gudang atau lapangan penumpukan untuk menampung penumpukan
barang-barang bongkaran (ex impor/antar pulau) dan barang-barang muatan
(untuk tujuan ekspor)” (Djoko Triyanto, 2005:22). Bilamana jika jarak gudang
agak jauh dari posisi tambat kapal (130 m) maka bisa digunakan truk-truk atau
kereta dorong untuk menuju ke gudang yang ditentukan, dan untuk itu dikenakan
biaya extra atau overbringen.
Cargodoring long distance adalah pekerjaan cargodoring yang jaraknya
(antara kapal dan gudang penimbunan) melebihi 130 meter. (Soegijatna
Tjakranegara, 1995:465). Bilamana gudang-gudang di Lini I sudah penuh dan
tidak memiliki space gudang lagi maka kegiatan bongkar muat bisa juga
dilakukan dengan membongkar muatan dari atas kapal dengan menggunakan
crane dan sling kapal kemudian menurunkan muatan tersebut langsung ke atas
bak truk yang sudah siap menunggu disamping kapal, sedangkan kegiatan muat
barang adalah sebaliknya.
Kegiatan bongkar muat langsung truk/tongkang (truck/lossing/loading atau
barge lossing/loading) adalah kegiatan membongkar dari kapal langsung ke
truk/tongkang di lambung kapal dan selanjutnya mengeluarkan dari tali/jala-jala
serta menyusun di truk/tongkang atau sebaliknya. (Soegijatna
Tjakranegara,1995:464). Kegiatan Bongkar Muat ada empat:
a. Kegiatan Stevedoring
Merupakan proses diturunkannya barang-barang muatan dari dek kapal
menuju ke pinggir pelabuhan (cade) dengan menggunakan alat-alat berat
bongkar muat, dan sebaliknya untuk barang ekspor dinaikkan dari tepi
dermaga/kade ke atas kapal.
11
b. Kegiatan Cargodoring
Merupakan proses dibawanya barang-barang muatan kapal yang sudah
ada di pinggir pelabuhan (cade) menuju ke gudang penyimpanan
pelabuhan untuk disimpan/ ditimbun, dan sebaliknya untuk barang
ekspor dikeluarkan dari gudang dan dibawa ke kade/dermaga di pinggir
kapal untuk siap dimuat ke atas kapal.
c. Kegiatan Deliverydoring
Merupakan proses pengiriman barang-barang muatan kapal yang sudah
ada digudang penyimpanan pelabuhan menuju keluar lingkungan
pelabuhan untuk disimpan.
d. Kegiatan Receivedoring
Merupakan proses pengangkutan kembali barang yang ada di pabrik atau
perusahaan atau industri untuk dikirim kembali ke gudang penyimpanan
pelabuhan.
Sedangkan kegiatan bongkar muat barang dibedakan menjadi 2 kondisi:
a. Fiost
Merupakan kondisi dimana si importir menanggung seluruh biaya
pengangkutan yang terdiri dari stevedoring, cargodoring dan
deliverydoring. Kondisi Fiost: untuk barang-barang besar dan berat
sehingga membutuhkan alat-alat mekanis untuk mengangkut barang dari
dek kapal.
b. Linier
Merupakan kondisi dimana si importir hanya menanggung biaya
pengangkutan yang terdiri dari cargodoring dan deliverydoring. Kondisi
Linier: untuk barang-barang ringan sehingga tidak membutuhkan alat-
alat mekanis maka barang-barang ini tidak dikenakan biaya stevedoring.
2.4 Alat dalam Proses Bongkar Muat
Aktivitas penanganan muatan dalam membongkar muatan dari dalam kapal
ke lambung memerlukan alat. Bentuk dari barang yang di kapalkan sangat
bervariasi,dan di indonesia, alat yang sering digunakan adalah sling tali (rope
12
sling) atau sling kawat dan jala-jala tali atau kawat untuk beberapa muatan
khusus. Biaya peralatan tersebut dibebankan kepada pembeli barang yang
sekaligus mengapalkan barangnya, seperti pada pengapalan roda empat dan kapal
tunda, alat penanganan muatannya telah termasuk harga barang dan dilengkapi
dengan sertifikat aman untuk pengangkatan barang. Dalam bukunya yang berjudul
Penanganan Muatan Kapal, Hananto Soewedo (2015) menjelaskan bahwa ada tiga
belas alat yang diperlukan untuk kegiatan bongkar muat, antara lain:
a. Sling tali (rope sling)
Sling tali berfungsi mengangkat muatan dari darat ke atas kapal, terutama
muatan dalam karung sekaligus 10-12 karung karena kekuatan aman tali
1-2 ton.
b. Sling terpal
Sling terpal digunakan untuk mengangkut muatan kapal yang kecil-kecil.
c. Sling rantai
Sling ini berfungsi menaikan pipa-pipa ke atas kapal.
d. Jala-jala tali/kawat
Alat ini menaikan muatan kapal berbentuk peti yang tidak besar secara
sekaligus.
e. Sling muatan berat
Sling ini digunakan untuk menaikan muatan kapal dengan berat lebih
dari 5 ton.
f. Unitize sling (melekat pada muatan)
Alat ini mumpu mengangkat muatan yang sudah diletakkan permanen
pada muatan
g. Cengkeram pelat
Alat stevdoring ini digunakan untuk mengangkat pipa yang berukuran
besar ke dalam kapal.
h. Persling (melekat pada muatan)
Sling yang permanen diletakkan pada muatan.
i. Sling pipa
13
j. Sling mobil
Sling ini adalah alat bongkar muat khusus mobil.
k. Kubruk (sling ternak)
Alat untuk memuat ternak ke dalam kapal (alat untuk muat sapi,ternak
atau hewan)
l. Sling papan
Alat untuk memuat kapal yang dilandasi dengan papan.
m. Gancu muat
Alat ini dapat memuat barang-barang dalam karung, seperti kopi, beras,
dan lain lain.
2.5 Dokumen-dokumen dalam pengurusan bongkar muat.
Dokumen angkutan adalah bentuk dokumen maupun surat-surat yang
diperlukan sebagai persyarat untuk menjamin kelancaran dan keamanan
pengangkutan barang dan/atau penumpang dengan kapal laut. Pentingnya
dokumen-dokumen tersebut dalam pengangkutan di laut tidak dapat di sangkal
lagi. Berbagai dokumen yang ada dalam kapal harus dipersiapkan seluruhnya
sebelium kapal berangkat dari pelabuhan asal. (Hasim. Purba, 2005)
Ada beberapa dokumen penting dalam kegiatan pengangkutan barang di
laut,antara lain:
1. Manifest kapal.
2. Bill of lading/konosemen.
3. Certificate of insurance.
4. Cemmercial invoice.
5. Certificate of origine.
6. Packing list.
7. Certificate lainnya.
2.6 Gudang
Dalam dunia usaha, gudang adalah suatu ruangan tertutup, artinya tertutup
dengan dinding dan atap yang hanya dapat dimasuki melalui pintu, untuk
menyimpan atau menimbun barang-barang dagangan. Semetara itu, dalam dunia
14
perdagangan, gudang (werehouse) adalah sarana perdagangan yang sangat
diperlukan dan mempunyai peranan penting dalam lalu lintas barang. Gudang
tidak saja menjadi alat menampung hasil-hasil produksi sebelum dipasarkan,
tetapi merupakan tempat pemberhentian barang dalam peredarannya itu sendiri,
terutama dalam bidang perdagangan interin seluler dan internasional.
Fasilitas untuk menumpuk barang di pelabuhan, seperti gudang sangat
penting sebagai tempat tunggu barang sebelum kapal mengangkutnya. Gudang
berfungsi pula untuk mempersingkat waktu pengapalan barang karena barang
dapat terlebih dahulu diangkut kapal yang telah tiba tanpa harus menunggu
datangnya barang sejenis dari pabrik atau tempatnya diproduksi.
Dalam dunia perdagangan, gudang dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Gudang untuk diperlukan perdagangan antar-daerah/lokal biasanya
dimiliki oleh para pengusaha ditempatnya masing-masing(gudang
darat).
2. Gudang untuk menampung barang-barang yang akan dikapalkan atau
dibongkar dari kapal (gudang laut).
Gudang luar biasannya dimiliki oleh maskapai pelayaran (Gudang Lini I)
atau gudang veem (Gudang Lini II). Gudang Lini I berada di dalam kekuasaan
Pabean, dan dinamakan juga Gudang Douane. Barang-barang yang ada di dalam
gudang tersebut belum bebas dari pemeriksaan Pabean dan formalitas Pabeannya
masih harus dipenuhi. Gudang veem (Gudang Lini II) berada di luar garais bebas
yang menjadi tempat terbatasnya kekuasaan Kepabeanan, kecuali terdapat
aktifitas bongkar muat di tempat tersebut.
Untuk mengusahakan gudang, diperlukan izin usaha sesuai dengan
peraturan prosedur pengurusan izin dalam bidang yang bersangkutan. Bagi
pengusaha, gudang darat yaitu gudang untuk keperluan perdagangan lokal, izin
usahanya dapat diperoleh dari Departemen Perdangan (melalui Eselon
bawahannya yang berkenaan), sedangkan untuk gudang yang berlokasi di dalam
pelabuhan, izin usaha dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan c.q. Direktorat
Jendral Perhubungan Laut, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
No.2 Tahun 1969.
15
Dalam administrasi pengurusan barang, dikenal tujuh fungsi yang harus
dijalankan secara seimbang dan berdaya guna, yang meliputi:
1. Perencanaan dan penetuan kebutuhan (planning and requirement),
untuk menetapkan secara terprogam barang yag diperlukan dan yang
perlu disediakan.
2. Penganggaran (budgeting), untuk menetapkan kebutuhan dana dalam
pengadaan dana, biaya dana, dan lai-lain yang berkaitan.
3. Pengadaan (procurement), untuk menentukan langkah-langkah yang
harus diambil dalam mendapatkan barang, sumber barang tersebut, cara
pengadaannya, (impor, lokal, frekuensinya, dan lain-lain).
4. Penyimpanan dan penyaluran (storage and distribution), untuk
menetapkan apakah barang harus diendapkan dulu sebelum disalurkan,
bagaimana caranya, dan apa sarana penyalurannya serta permasalahan
lainya yang berkenaan.
5. Pemeliharaan (maintenance), apakah barang harus disimpan dalam
suhu tertentu, memerlukan pemanasan atau pendinginan, pembersihan,
dan tindakan perawatan serta pemeliharaan lainnya.
6. Penghapusan (disposal), tindakan-tindakan yang harus diambil terhadap
barang yang tidak terpakai, tidak dapat dipakai lagi, atau tidak boleh
dipakai karena dapat membahayakan kesehatan masyarakat, merusak
lingkungan atau bahaya gangguan lain. Sebagai contoh, barang yang
dikembalikan oleh agen di daerah karena tidak laku, padahal sudah
kadaluarsa, rusak selama peredaran atau rusak selama penimbunan di
gudang. Barang-barang seperti itu harus dibuang dengan cara dibakar,
dikubur, atau juga masih baik untuk diberikan sebagai makanan ternak
(namun tidak boleh dimakan manusia, berdasarkan penetapan dari ilmu
kesehatan). Dengan demikian, barang itru masih dapat “dibuang”, tetapi
menghasilkan uang, meskipun tindakan pengamanannya harus ketat
untuk menghindari barang itu terlempar ke pasar dan dimakan manusia,
yang berbahaya bagi kesehatannya, selain menimbulkan claim kepada
perusahaan yang dapat merusak citra perusahaan itu sendiri. Ada pula
16
kemungkinan lain untuk membuang barang sekaligus memperoleh
penghasilan yang memadai, dan tidak menimbulkan gangguan, seperti
barang bekas pembungkus (packing material) yang dibuang setelah
isinya diambil, bekas atau sisa produksi yang tidak berguna, tetapi
masih dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Sebagai contoh, sisa
guntingan tinplate pada pabrik kaleng, masih dapat digunakan untuk
membuat penutup botol,membuat lampu neon, penjepit kalender, dan
lain-lain.
7. Pengendalian (controlling), meliputi pengendalian barang yang
diproduksi, baik dari segi mutu, sediaan (stock control), atau arus
barang. Pengendalian yang baik berperan besar dalam mengefesienkan
biaya dari berbagai aspek.
Pergudangan adalah suatu “kegiatan pengurusan” yang meliputi tindakan-
tindakan berikut:
a. Menerima barang.
b. Menyimpan barang sesuai dengan persyarantannya.
c. Memelihara barang.
d. Memelihara kebersihan ruang tempat penyimpanan barang.
e. Mengeluarkan barang sesuai keperluan.
f. Mengurus administrasi pergudangan.
g. Mempertanggung jawabkan pengurus tersebut.
A. Lima hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengurusan
barang di dalam gudang adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pembukuan (administrasi) terhadap barang yang keluar
dan masuk gudang.
b. Melakukan penyimpanan barang secara teratur dan tertib.
c. Melakukan perawatan barang.
d. Merencanakan tempat yang memenuhi syarat untuk barang.
e. Mengadakan pencatatan barang dan menunjukannya kepada
pimpinan, setiap waktu diperlukan. (Hananto Soewedo.2015)
17
2.7 Lapangan Penumpukan
Lapangan penumpukan adalah suatu tempat yang berada di luar dan terletak
di dekat dermaga yang digunakan untuk menyimpan barang-barang yang akan
dimuat ke kapal atau setelah dibongkar dari kapal. Lapangan penumpukan harus
diperkeras dengan struktur perkerasan tertentu sehingga dapat menerima beban
yang berat dari berat barang yang ditampungnya.
Lapangan penumpukan berfungsi untuk menyimpan barang-barang berat
dan besar serta mempunyai ketahanan terhadap panas matahari dan hujan. Barang-
barang yang disimpan di lapangan penumpukan berupa kendaraan berat, barang-
barang yang terbuat dari Baja seperti tiang listrik, plat baja, baja profil, baja beton,
dan sebagainya.
Suatu lapangan penumpukan harus memiliki syarat sebagai berikut:
a. Tersedianya tempat untuk areal penyortiran barang harus
dikembangkan setelah mempertimbangkan jenis dan jumlah barang
yang ditangani serta kondisi penanganannya.
b. Lay out harus aman bagi operasi kendaraan dan peralatan pengangkut
barang.
c. Areal penyortiran barang harus dikeraskan dengan bahan untuk lapisan
jalan/trotoar seperti beton semen atau beton aspal.
d. Areal penyortiran barang harus dilengkapi dengan fasilitas pembuangan
air.
e. Areal penyortiran barang dimana pengangkutan barang dilakukan pada
malam hari harus dilengkapi dengan penerangan yang memadai.
f. Pada areal penyortiran barang yang berbahaya bagi umum, harus ada
tanda/rambu larangan masuk untuk umum, dan areal harus dikelilingi
dengan pagar.
g. Pada areal penyortiran barang dimana barang dapat diterbangkan oleh
angin, maka harus dilengkapi dengan dinding pelindung.
18
Struktur perkerasan lapangan penumpukan dapat berupa struktur perkerasan
kaku atau struktur perkerasan lentur dan masing-masing desain perkerasan
struktur dipengaruhi oleh:
a. Beban rencana.
b. Volume kendaraan/alat-alat berat.
c. Daya dukung tanah.
d. Material bahan perkerasan. (A. Edy Hidayat,dkk. 2009)
2.8 Gambaran Umum Obyek Penulisan
PT. Tirta Sapta Samodra menyediakan jasa penyewaan Tugboat dan Barge
untuk mengangkut angkutan curah kering, terutama batu bara termal, pasir dan
bahan tambang lainnya. Pelayaran armada kami melayani rute domestik dan
internasional dari Kalimantan ke berbagai pelabuhan di Jawa, Sulawesi,
Sumatra, Papua dan rute internasional seperti Vietnam, Kamboja, Singapura,
Filipina, Thailand, bahkan sampai ke timur tengah.
Sejarah perusahaan dimulai pada tahun 2000 ketika pendiri, Bapak Joko
Suwedio telah mengidentifikasi potensi pertumbuhan bisnis rental Tugboat di
Indonesia. Bapak Joko Suwedio memulai bisnisnya hanya dengan 1 set Tugboat
& Barge, dan ia berkomitmen untuk terlibat dalam transportasi laut angkutan
curah kering, dengan daerah perdagangan terutama di perairan Indonesia.
Pada bulan Maret 2002, sebuah perusahaan pelayaran yang disebut PT.
Tirta Sapta Samodra, didirikan ketika memiliki 2 set kapal tunda & Barges.
Dalam rangka mendukung pertumbuhan yang kuat dari perusahaan, pada bulan
Maret 2006 perusahaan menambah armadanya.
Sampai saat ini, PT. Tirta Sapta Samodra sendiri memiliki 24 kapal, terdiri
dari 12 armada Tagboat dan 12 Barges, semuanya berbendera Indonesia. Untuk
melayani kepentingan publik, serta kebutuhan klien kami, semua kapal kami
dipelihara sesuai dengan aturan masing-masing dan terdaftar di bawah anggota
dari Asosiasi Internasional Classification Societies dan / atau PT. Biro
Klasifikasi Indonesia.
19
VISI:
Menjadi Perusahaan Pelayaran No. 1 di Indonesia pada tahun 2017.
MISI:
Menyediakan jasa pelayaran di Indonesia yang inovatif, kompetitif dan
handal, serta senantiasa memberikan pelayanan yang profesional kepada
pelanggan, sehingga memberikan keuntungan maksimal bagi stakeholder.
Nilai Inti Perusahaan:
1. Profesional
Senantiasa mengerjakan tugas dan kewajiban sesuai dengan keahlian dan
keterampilan yang dimiliki.
2. Efektif
Mencapai target kerja secara tepat waktu dan tepat sasaran dengan
memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimiliki.
3. Disiplin
Mengikuti dan mentaati seluruh peraturan serta prosedur yang berlaku
dalam setiap kegiatan kerja yang dilakukan.
4. Upaya
Senantiasa berusaha dan bersemangat untuk berprestasi dan mencapai target
kerja.
5. Loyalitas
Memiliki dedikasi tinggi dalam membangun Perusahaan dan dalam
mencapai kesejahteraan bersama.
6. Inovatif
Membuat sesuatu yang baru dan berbeda, baik dalam tindakan maupun ide
di dalam setiap aktivitas pekerjaan demi memajukan Perusahaan.
20
Struktur Organisasi PT. Tirta Sapta Samodra
Gambar 2.1 Strukrur Organisasi PT. Tirta Sapta Samodra
Sumber: PT. Tirta Sapta Samodra
A. Direktur
Direktur adalah seseorang yang ditunjuk untuk memimpin Perseroan
terbatas (PT). Direktur dapat seseorang yang memiliki perusahaan tersebut atau
orang profesional yang ditunjuk oleh pemilik usaha untuk menjalankan dan
memimpin perseroan terbatas.
Di Indonesia pengaturan terhadap direktur terdapat dalam UU No. 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas dijabarkan fungsi, wewenang, dan tanggung
jawab direksi.
Seorang direktur atau dewan direksi dalam jumlah direktur dalam suatu
perusahaan (minimal satu), yang dapat dicalonkan sebagai direktur, dan cara
pemilihan direktur ditetapkan dalam anggaran dasar perusahaan. Pada umumnya
direktur memiliki tugas antara lain:
a. Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan
perusahaan
KOMISARIS
KUSDIHARJI SUYONO,SH
KA. OPERASI
ARDYAN TIRTA
DIREKTUR
JOKO SABDONO
KEUANGAN
HARTINI
KA. OPERASIONAL
ANDHIKA PUTRA S.
21
b. Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala
bagian (manajer)
c. Menyetujui anggaran tahunan perusahaan
d. Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja
perusahaan
Direktur bertanggung jawab atas kerugian PT yang disebabkan direktur
tidak menjalankan kepengurusan PT sesuai dengan maksud dan tujuan PT
anggaran dasar, kebijakan yang tepat dalam menjalankan PT serta UU No. 40
Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Atas kerugian PT, direktur akan
dimintakan pertanggungjawabannya baik secara perdata maupun pidana.
Apabila kerugian PT disebabkan kerugian bisnis dan direktur telah
menjalankan kepengurusan PT sesuai dengan maksud dan tujuan PT anggaran
dasar, kebijakan yang tepat dalam menjalankan PT serta UU No. 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas, maka direktur tidak dapat dipersalahkan atas
kerugian perusahaan.
B. Kepala Operasional
Maju mundurnya sebuah PT, tergantung pada pimpinannya. Sejauh mana ia
bisa memanage bawahannya agar bisa saling bersinergi menuju hasil yang
optimal. Termasuk pula pimpinan cabang. Ia juga harus bisa mengatur dengan
baik orang-orang di cabang yang menjadi tanggung jawabnya.
Tugas :
a. Memimpin dan mengelola kegiatan usaha/bisnis perusahaan di cabang.
b. Mendapatkan market share sesuai target cabang yang ditetapkan (goal).
c. Mengelola AR dengan baik agar resiko bisnis dapat ditekan sekecil
mungkin.
d. Membangun nama baik kantor cabang dengan image yang positif.
e. Mengupayakan pertumbuhan dan perkembangan cabang dari waktu ke
waktu baik secara volume maupun kualitas.
22
Tanggung Jawab :
a. Pelaksanaan operasional kantor cabang sesuai system dan prosedur.
b. Risk control/pengendali resiko.
c. Pertumbuhan dan perkembangan cabang.
d. Merealisasikan Profit yang ditargetkan ke masing2 cabang.
Fungsi Kepala Operasional
a. Leader (Pemimpin)
b. Manager (Pengelola)
c. Organizer (Pengatur)
d. Goal Achiever (Pencetak goal/target)
e. Tutor/Mentor (Pengajar/Pembimbing, Penasehat)
f. Problem Solver (Pencari solusi atas berbagai masalah)
g. Trainer/Coach (Pelatih)
h. Motivator (Pemberi semangat)
C. Kepala Keuangan
Kepala keuangan merupakan fungsi kerja di suatu perusahaan yang bertugas
merencanakan, menganggarkan, memeriksa, mengelola, dan menyimpan dana
yang dimiliki oleh perusahaan. Seorang kepala keuangan bertanggung jawab
penuh pada keuangan perusahaan dan mengambil keputasan penting dalam suatu
investasi dan pembelanjaan perusahaan. Sebagai jabatan penting dalam
perusahaan, seorang menajer harus mengetahui semua hal yang berkaitan dengan
keuangan. Karena manajer keuangan tidak jauh dari analisis keuangan,
perencaraan keuangan sampai keputusan investasi.
a. Manajer Keuangan bekerja sama dengan manajer lain, bertugas
merencanakan dan meramalkan beberapa aspek dalam perusahaan
termasuk perpencanaan umum keuangan perusahaan
b. Manajer keuangan bertugas mengambil keputusan penting investasi
dan berbagai pembiayaan serta semua hal yang terkait dengan
keputusan tersebut
23
c. Manajer keuangan bertugas dalam menjalankan dan mengoperasikan
roda kehidupan perusahaan seefisien mungkin dengan menjalin kerja
sama dengan manajer lainnya
d. Manajer keuangan bertugas sebagai penghubung antara perusahaan
dengan pasar keuangan sehingga bisa mendapatkan dana dan
memperdagangkan surat berharga perusahaan
Secara ringkas dari empat tugas utama manager keuangan di atas dapat kita
simpulkan bahwa tugas utama manager keuangan berhubungan dengan keputusan
investasi dan pembiayaan perusahaan yang berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan perusahaan.
Tanggung jawab Kepala Keuangan:
a. Mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi
b. Mengambil keputusan yang berkaitan dengan pembelanjaan
c. Mengambil keputusan yang berkaitan dengan deviden
d. Merencanakan, mengatur dan mengontrol perencaaan, laporan dan
pembiayaan perusahaan
e. Merencanakan, mengatur dan mengontrol arus kas perusahaan
f. Merencanakan, mengatur dan mengontrol anggaran perusahaan
g. Merencanakan, mengatur dan mengontrol pengembangan sistem dan
prosedur keuangan perusahaan
h. Merencanakan, mengatur dan mengontrol analisis keuangan
i. Merencanakan, mengatur dan mengontrol untuk memaksimalkan nilai
perusahaan.
D. Manager Operasi
Tanggung jawab seorang manajer operasi terhitung sangatlah berat. Karena
disini sang manajer harus ikut andil dalam mengatur dan mengelola biaya dan
anggaran yang berhubungan dengan perusahaan yang harus dikeluarkan
seefisiensi dan seefektif mungkin dan tak hanya itu seorang manajer operasi pun
harus memikirkan untuk memenuhi harapan pelanggan atau klien dalam
pelayanan terbaik. Berikut adalah tanggung jawab manager operasi:
24
a. Mengelola dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi operasi
perusahaan
b. Memangkas habis biaya-biaya operasi yang sama sekali tidak
menguntungkan perusahaan
c. Meneliti teknologi baru dan metode alternatif efisiensi
d. Mengawasi produksi barang atau penyediaan jasa
e. Mengawasi tata letak operasional , persediaan dan distribusi barang
f. Membuat atau merencanakan pengembangan operasi dalam jangka
pendek maupun panjang
g. Meningkatkan sistem operasi, proses dan kebijakan dalam
mendukung visi dan misi perusahaan
h. Melakukan pertemuan rutin dengan direktur eksekutif secara berkala
i. Melakukan pencairan cek untuk biaya agen
j. Mengatur anggaran dan mengelola biaya
k. Mengelola program jaminan kualitas