bab ii tinjauan pustaka 2.1 pengertian...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ekspor
Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan
barang – barang dari dalam negeri ke luar negeri dengan memenuhi ketentuan
yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah
negara kepada negara lain, termasuk diantara barang – barang, asuransi, dan jasa –
jasa pada suatu tahun tertentu (Triyoso, 200).
Menurut Punan (1992:2) “Ekspor adalah mengeluarkan barang dari dalam
keluar daerah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan berlaku.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas mengenai ekspor, maka dapat
disimpulkan bahwa inti dari ekspor adalah suatu kegiatan menjual barang ke luar
negeri dengan tujuan mencari keuntungan bagi perusahaan atau individu.
10
2.2 Prosedur Ekspor
Gambar 2.1 Bagan Prosedur ekspor
Sumber: djpen.kemendag.go.id
Dalam hal ini prosedur ekspor termasuk pengurusan dokumen-dokumen
ekspor, persiapan barang ekspor, dan hal pembiayaan (Amir, 2004). Berikut
adalah langkah-langkah untuk melengkapi prosedur ekspor:
a. Korespondensi, yaitu eksportir melakukan korespondensi dengan
importir di luar negeri untuk menawarkan komoditas yang akan dijual
b. Pembuatan Kontrak Dagang, setelah importir setuju dengan semua
kondisi yang ditawarkan oleh eksportir, kontrak dagang segera dibuat.
c. Penerbitan Letter of Credit (L/C), importir membuka L/C melalui bank
koresponden di negaranya dan mengirimkan L/C tersebut ke bank devisa
yang ditunjuk eksportir di Indonesia.
11
d. Mempersiapkan barang ekspor, dengan diterimanya L/C, eksportir
segera mempersiapkan barang yang dipesan importir.
e. Mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), pendaftaran
dilakukan ke bank devisa dengan melampirkan keterangan sanggup
membayar apabila barang ekspornya terkena pajak ekspor.
f. Pemesanan ruang kapal, dilakukan eksportir ke Perusahaan. Pelayaran
Samudera atau perusahaan penerbangan.
g. Pengiriman barang ke pelabuhan. Tahapan ini dapat dilakukan oleh
eksportir sendiri melalui perusahaan jasa pengiriman barang.
h. Pemeriksaan Bea Cukai, pihak Bea Cukai akan memeriksa barang-
barang yang akan di ekspor beserta dokumennya. Setelah itu ia akan
mendatangani pernyataan persetujuan muat yang ada pada PEB.
i. Pemuatan barang ke kapal. Setelah PEB ditandatangani oleh pihak Bea
Cukai, barang bisa dimuat ke kapal. Kemudian pihak pelayaran akan
memberikan B/L kepada Eksportir.
j. Surat Keterangan Asal Barang (SKA), surat ini bisa diperoleh dari
Kanwil Deperindag atau kantor Depperindag setempat.
k. Pencairan L/C, apabila barang sudah dikapalkan, eksportir bisa
mencairkan L/C ke bank dengan menyerahkan syarat B/L, faktur, packing
list, dan syarat lainnya.
l. Pengiriman barang ke importir.
12
2.3 Dokumen Ekspor
Jenis-jenis dokumen yang diperlukan dalam melakukan ekspor antara lain:
a. Invoice
Invoice adalah dokumen nota/faktur penjualan barang
ekspor/impor. Diterbitkan oleh penjual/eksportir/pengirim barang. Di
dalam invoice ini wajib mencantumkan: nomor dan tanggal dokumen
invoice, nama pembeli/importir/penerima barang/consignee/applicant,
nama barang, harga per unit (dijual berdasarkan, pcs/kgm/cbm/dozen/
lainnya), harga total seluruh barang, cara penyerahan barang (FOB, CNF,
CIF/lainnya). Hal-hal diatas perlu ditulis didalam invoice, adapun
informasi lain dapat disertakan seperti: nama kapal/pesawat, nomor
container, tempat muat dan bongkar dan sebagainya. Invoice ini juga
digunakan sebagai dasar untuk menghitung pajak/pungutan negara.
b. Packing List
Packing list adalah merupakan dokumen packing/kemasan yang
menunjukkan jumlah, jenis serta berat dari barang ekspor/impor. Juga
merupakan penjelasan dari uraian barang yang disebut di dalam
commercial invoice. Diterbitkan oleh penjual/eksportir/pengirim barang.
Di dalam Packing List ini wajib mencantumkan: nomor dan tanggal
dokumen packing list, nama pembeli/importir/penerima barang/
consignee/applicant, nama barang, jumlah dan jenis pengemas, berat
bersih dan kotor dari barang barang tercantum. Hal-hal diatas perlu ditulis,
adapun informasi lain dapat disertakan seperti: nama kapal/ pesawat, no.
13
container, tempat muat dan bongkar dan sebagainya. Packing list ini juga
digunakan sebagai dasar pemeriksaan barang oleh pihak-pihak terkait.
c. COO/ SKA
COO (Certificate of Origin) atau dalam bahasa Indonesia disebut
dengan Surat Keterangan Asal (SKA) merupakan suatu dokumen yang
berdasarkan kesepakatan dalam suatu perjanjian antar negara baik
perjanjian bilateral, regional maupun multilateral. Dokumen tersebut
fungsinya sebagai “surat keterangan” yang menyatakan bahwa barang
yang diekspor (atau diimpor) berasal dari suatu negara yang telah
membuat suatu kesepakatan (agreement) dengan negara tersebut. Biasanya
agreement tersebut berkaitan dengan skema Free Trade Area dalam
perdagangan internasional. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat kita
simpulkan bahwa Certificate Of Origin (COO) atau Surat Keterangan Asal
(SKA) merupakan dokumen yang dibuat oleh eksportir (seller) dan
disertakan pada saat mengirim / mengekspor barang ke suatu negara
tertentu dimana negara penerima barang tersebut telah menyepakati suatu
perjanjian untuk memberikan suatu kemudahan bagi barang dari negara
asal (origin) untuk memasuki negara tujuan tersebut, sebagai contoh
kemudahan berupa keringanan bea masuk atau dengan kata lain fasilitas
preferensi berupa pembebasan sebagian atau keseluruhan bea masuk impor
yang diberikan oleh negara tertentu. Selain itu SKA juga berfungsi sebagai
dokumen yang menerangkan bahwa barang ekspor tersebut benar-benar
berasal, dihasilkan atau diolah di negara asal yang disebutkan di dalamnya.
14
Jenis SKA dibagi menjadi 2 jenis yaitu SKA Preferensi dan SKA
Non-preferensi. Yang termasuk ke dalam SKA Preferensi yaitu:
1. General System of Preferences (GSP) (Form A)
2. ASEAN Free Trade Area (AFTA) (Form D “ATIGA”)
3. Asean China FTA (ACFTA) (Form E)
4. Asean Korea FTA (AKFTA) (Form AK)
5. Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA)
(Form IJEPA)
6. Global System of Trade Preference Among Developing
Countries (GSTP) (Form GSTP)
7. ASEAN Australia New Zealand (AANZFTA) (Form AANZ)
8. ASEAN India FTA (AIFTA) (Form AI)
9. ASEAN Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)
(Form AJ)
10. Form COA (SKA Preferensi untuk Tembakau di 4 IPSKA)
11. Form Handicraft Batik
12. Form Handicraft Goods
13. Industrial Craft Certification (ICC)
14. Indonesia Pakistan Preferential Trade Agreement (IPPTA)
(Form IP)
Sedangkan jenis SKA Non-Preferensial meliputi:
1. Form B (Ke Timur Tengah wajib dilampirkan)
2. Form TP (SKA Nonn Preferensi untuk TPT tujuan Uni Eropa)
15
3. Form ICO (SKA Non Preferensi ekspor kopi di 15 IPSKA)
untuk ke semua negara
4. Form Annexxa 3 (Untuk ekspor ke Mexico)
d. L/C
Letter of credit (L/ C) adalah surat dari bank ditujukan kepada
eksportir yang menyatakan atas nama nasabah mereka (importir) akan
membayar atau mengaksep draft yang diterbitkan oleh eksportir, dengan
ketentuan semua syarat yang ditentukan dalam L/C telah dipenuhi. L/C
pada umumnya cenderung ditujukan untuk kepentingan eksportir dan
sebagai akibatnya eksportir akan mendesak importir agar menerbitkan L/C
guna kepentingannya sebelum pengapalan barang terjadi. L/C dapat
dikeluarkan oleh pedagang importir sendiri (merchant’s L/C) tetapi
mengingat resikonya maka sering dikehendaki L/C yang dikeluarkan oleh
bank (banker’s L/C). Dari sudut pandangan importir, L/C yang ia minta
untuk diterbitkan oleh sebuah bank tertentu adalah import credit (outward
credit) dan biasanya L/C tersebut dinamakan demikian oleh importir dan
bank penerbit L/C (opening/issuing bank). Sebaliknya dari sudut
pandangan advising bank yang meneruskan L/C tersebut kepada eksportir
atau melakukan pembayaran bertindak sebagai negotiating bank, L/C
tersebut dinamakan export credit (inward credit).
e. B/L
Bill of lading (B/L) adalah dokumen perjalanan atau pemuatan. B/L
dikeluarkan oleh pihak pengangkut baik pelayaran, penerbangan atau
16
lainnya atau agennya yang menunjukkan bahwa pengirim mengirimkan
barangnya dengan kesepakatan yang tertulis di dalam B/L tersebut. B/L ini
jika oleh pelayaran lazim disebut Bill of Lading (B/L) namun untuk
maskapai penerbangan disebut Airwaybill, atau bahkan ada sebutan lain
Ocean B/L, Marine B/L, Sea waybill. Apapun sebutan itu pada dasarnya
sama adalah dokumen pengangkut, dan semua itu adalah dalam kategori
B/L. Pendeknya B/L adalah bukti penyerahan/pengiriman barang dari
pengirim kepada pelayaran untuk mengirimkan barangnya sampai ke
tempat tujuan yang ditunjuk oleh si pengirim. Jadi B/L dapat berfungsi
sebagai: Dokumen penyerahan barang dari eksportir kepada pihak
ekspedisi; Dokumen kontrak perjalanan antara eksportir dengan
perusahaan ekspedisi; Dokumen kepemilikan barang yang tertera dalam
dokumen B/L. Dalam B/L wajib disebutkan: nomor dan tanggal B/L dan
ditandatangani yang mengeluarkan, nama pengirim, penerima barang,
pelabuhan muat, bongkar, nama sarana pengangkut, nama kapal atau
pesawat dan nomor perjalanannya, nama, jumlah dan jenis barangnya,
berat bersih atau kotor barang, model penyerahan barang, ongkos
perjalanan dibayar dimuka atau dibelakang.
f. Sales Contract
Sales contract adalah dokumen/surat persetujuan antara penjual
dan pembeli yang merupakan follow-up dari purchase order yang diminta
importir. Isinya mengenai syarat-syarat pembayaran barang yang akan
dijual, seperti harga, mutu, jumlah, cara pengangkutan, pembayaran
17
asuransi dan sebagainya. Kontrak ini merupakan dasar bagi pembeli untuk
mengisi aplikasi pembukaan L/C kepada Bank.
2.4 Jenis Barang – Barang Ekspor
Sebagaimana ditentukan dalam PERMENDAG Republik Indonesia
Nomor: 13/M-DAG/PER/3/2012 Tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor
bahwa jenis barang – barang ekspor diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Jenis Barang yang diatur Tata Niaga Ekspornya
Jenis barang ini hanya diekspor oleh eksportir yang sudah terdaftar
saja. Eksportir terdaftar sendiri adalah suatu perusahaan atau
perorangan yang telah mendapatkan pengakuan dari Kementrian
Perdagangan untuk mengekspor barang tertentu sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan. Barang Diatur ekspornya ini meliputi:
a. Produk Perkebunan : Kopi digongsang/tidak digongsang
b. Produk Kehutanan : Produk dari rotan ataupun kayu
c. Produk Industri : Asetat Anhidrida, Asam Fenilasetat,
Efedrin, Aseton, Butanol
d. Produk Pertambangan : Intan, timah, emas
2. Jenis Barang yang diawasi Tata Niaga Ekspornya
Barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan oleh eksportir yang
telah mendapatkan persetujuan ekspor dari Kementerian Perdagangan
atau Pejabat yang ditunjuk. Barang yang diawasi ekspornya adalah
barang yang ekspornya hanya dilakukan oleh eksportir yang telah
18
mendapat persetujuan ekspor dari Menteri Perdagangan atau pejabat
yang ditunjuk (eksportir khusus).
Suatu barang diawasi ekspornya karena pertimbangan untuk
menjaga keseimbangan pasokan di dalam negeri agar tidak
mengganggu konsumsi dalam negeri. Barang Diawasi ekspornya ini
meliputi:
a. Produk Peternakan : Bibit sapi, sapi bukan bibit, kerbau, kulit
Buaya, wet blue, binatang liar dan tumbuhan
(appendix II cites)
b. Produk Perikanan : Ikan napoleon, wirasse, benih ikan bandeng
c. Produk Perkebunan : Inti kelapa sawit (palm kernel)
d. Produk Pertambangan : Gas, kokas/minyak petroleum, bijih logam
Mulia, perak, emas,
e. Produk industri : Sisa dan scrap dari besi, baja stainless,
tembaga, kuningan, alumunium, pupuk urea
3. Jenis Barang yang Dilarang Tata Niaga Ekspornya
Suatu barang yang dilarang ekspornya karena pertimbangan:
Menjaga kelestarian alam, tidak memenuhi standar mutu, menjamin
kebutuhan bahan baku bagi industri kecil atau pengrajin, peningkatan
nilai tambah, dan merupakan barang bernilai sejarah dan budaya.
Barang Dilarang ekspornya ini meliputi:
a. Produk Pertanian : Anak ikan dan ikan arwana, benih ikan
sidat, ikan hias botia, udang galah ukuran
19
8 cm dan udang panaedae
b. Produk Kehutanan : Kayu bulat, bahan baku serpih, bantalan
kereta api atau trem dari kayu dan kayu
gergajian
c. Produk Kelautan : Pasir laut
d. Produk Pertambangan : Bijih timah dan konsentratnya, abu dan
residu yang mengandung arsenik, logam
atau senyawanya dan lainnya, terutama yang
mengandung timah dan batu mulia.
4. Jenis Barang yang Bebas Ekspornya
Semua jenis barang yang tidak termasuk kedalam kelompok diatur,
diawasi, dan dilarang ekspornya dikategorikan sebagai barang bebas
ekspor.
2.5 Kopi
Kopi adalah minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan
dihaluskan menjadi bubuk. Kopi merupakan salah satu komoditas di dunia yang
dibudidayakan lebih dari 50 negara. Dua varietas pohon kopi yang dikenal secara
umum yaitu Kopi Robusta (Coffea canephora) dan Kopi Arabika (Coffea
arabica). Kopi arabika mengandung sekitar 0.8-1.4 persen kafeina, sedangkan
kopi robusta 1.7-4% kafeina. Kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan dan
komoditas ekspor utama dari setengah negara berkembang di dunia. Pohon kopi
dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 10 meter. Tumbuhan kopi umumnya
ditanam dengan jarak antara pohon sekitar dua meter. Kopi arabika dan robusta
20
masing-masing memiliki kebutuhan lingkungan yang berbeda; kopi arabika
mengutamakan termperatur yang lebih dingin dan kopi robusta membutuhkan
temperatur yang lebih hangat. Seperti halnya tumbuhan berbuah lainnya, kopi
membutuhkan musim kering dan matahari yang cukup banyak ketika mulai
berbuah.
2.5.1 Proses Pembuatan Kopi
Untuk menjadi sebuah kopi yang siap diseduh, buah ceri kopi
melalui berbagai tahap mulai dari pemanenan biji ceri, kemudian diproses
untuk mengeluarkan biji kopi-nya melalui 3 cara yaitu dicuci (basah),
dikeringkan atau dijemur, dan semi cuci atau gabungan dari keduanya,
kemudian biji kopi disangrai, hingga akhirnya digiling untuk selanjutnya
diseduh.
2.6 Dasar kebijakan Ekspor Kopi di Indonesia
Komoditas kopi termasuk ke dalam komoditas yang diatur tata niaga
ekspornya sesuai PERMENDAG No. 13/2012: Ketentuan Umum Ekspor, karena:
1. Komitmen pemerintah Indonesia kepada International Coffee Agreement
(ICA).
2. Penerapan kuota ekspor kopi sebelum tahun 2001.
3. ICA2007: Komitmen Indonesia untuk menyampaikan statistik
perdagangan ekspor dan impor kopi secara rutin kepada Internasional
Coffee Organization (ICO) yang menjadi dasar penerapan kewajiban SKA
Form ICO.
21
2.7 Ketentuan Ekspor Kopi di Indonesia
Tujuan ekspor kopi dari Indonesia menurut PERMENDAG No. 41/2009
jo. PERMENDAG No. 10/2011 yaitu untuk mendorong peningkatan daya saing
dan persaingan usaha yang sehat.
2.7.1 Kelompok Barang yang diatur
1. Biji Kopi (HS 0901): green bean dan roasted bean
2. Produk Kopi (HS 2102): kopi instan, ekstrak, essence, dll.
Tabel 2.1 Daftar Pos Tarif/HS Code Untuk Komoditas Kopi yang diatur Ekspornya
22
2.7.2 Instrumen Perizinan Ekspor Kopi di Indonesia
1. Eksportir Terdaftar
Eksportir Kopi Sementara (EKS) dan Eksportir Tetap Kopi (ETK)
• Dari Kementrian Perdagangan, diproses secara daring
melalui INATRADE.
• Syarat: Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar
Perusahaan (TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
dan rekomendasi dari Dinas Perdagangan Provinsi.
• EKS Berlaku selama 1 tahun, ETK berlaku secara
permanen selama melakukan kegiatan ekspor.
• EKS dapat ditingkatkan menjadi ETK setelah melakukan
ekspor >200-ton dalam 1 tahun.
• Eksportir terdaftar memiliki kewajiban untuk melakukan
ekspor kopi dalam jangka waktu 1 tahun disertai SPEK dan
SKA form ICO, dan wajib menyampaikan laporan realisasi
ekspor per 3 bulan
2. Persetujuan Ekspor
Surat Persetujuan Ekspor Kopi (SPEK)
• Dari 16 Instansi/Dinas Penerbit SPEK (Kepdirjen Daglu
No. 20/DAGLU/KEP/12/2013)
• Syarat: Terdaftar EKS atau ETK
• Berlaku untuk setiap pengiriman ekspor, selama 30 hari
23
3. Surat Keterangan Asal
SKA/COO Form ICO
• Dari Instansi/Dinas Daerah Penerbit SKA (IPSKA)
• Sebagai bentuk komitmen Pemerintah Indonesia pada
International Coffee Agreement (ICA) 2017, ICO
membutuhkan data produksi, konsumsi dan perdagangan
kopi dunia untuk memonitor tren perkembangan pasar kopi
Internasional terkini.
• Setiap pengiriman ekspor kopi wajib disertai dokumen
SKA Form ICO.