bab ii tinjauan pustaka 2.1. pengelolaan lingkungan hidup...

47
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Program Kebersihan 2.1.1. Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup Gerakan lingkungan hidup di Indonesia telah dimulai pada tahun 1960-an. Sebuah tonggak sejarah gerakan ini ialah diselenggerakannya Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas Padjadjaran dalam bulan Mei 1972, sebulan sebelum Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stokholm. Tonggak sejarah lain adalah diangkatnya seorang Menteri Negara Lingkungan Hidup pada tahun 1987. Dengan pengangkatan ini Lingkungan Hidup merupakan bagian resmi kebijakan pemerintah. Dengan masuknya lingkungan hidup sebagai bagian kebijakan pemerintah pembangunan ekonomi diisyaratkan untuk berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk menghasilkan pembangunan berkelanjutan, yaitu pembangunan berkesinambungan yang tidak mengalami keambrukan karena rusaknya lingkungan hidup. Pembangunan telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah dan luas yang mengancam berlanjutnya pembangunan. Kerusakan lingkungan hidup dan dampaknya yang parah menunjukkan bahwa sistem pengelolaan lingkungan hidup kita telah gagal membuat pembangunan kita berwawasan lingkungan. Lingkungan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta (Neolaka;2008;25) adalah berasal dari kata lingkung yaitu sekeliling, sekitar. Lingkungan adalah bulatan yang melingkupi atau melingkari, sekalian yang terlingkung disuatu daerah Universitas Sumatera Utara

Upload: dangkhanh

Post on 05-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Program Kebersihan

2.1.1. Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Gerakan lingkungan hidup di Indonesia telah dimulai pada tahun 1960-an. Sebuah

tonggak sejarah gerakan ini ialah diselenggerakannya Seminar Pengelolaan Lingkungan

Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas Padjadjaran dalam bulan Mei 1972,

sebulan sebelum Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stokholm. Tonggak sejarah

lain adalah diangkatnya seorang Menteri Negara Lingkungan Hidup pada tahun 1987.

Dengan pengangkatan ini Lingkungan Hidup merupakan bagian resmi kebijakan

pemerintah. Dengan masuknya lingkungan hidup sebagai bagian kebijakan pemerintah

pembangunan ekonomi diisyaratkan untuk berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk

menghasilkan pembangunan berkelanjutan, yaitu pembangunan berkesinambungan yang

tidak mengalami keambrukan karena rusaknya lingkungan hidup. Pembangunan telah

menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah dan luas yang mengancam berlanjutnya

pembangunan. Kerusakan lingkungan hidup dan dampaknya yang parah menunjukkan bahwa

sistem pengelolaan lingkungan hidup kita telah gagal membuat pembangunan kita

berwawasan lingkungan.

Lingkungan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta

(Neolaka;2008;25) adalah berasal dari kata lingkung yaitu sekeliling, sekitar. Lingkungan

adalah bulatan yang melingkupi atau melingkari, sekalian yang terlingkung disuatu daerah

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

sekitarnya. Menurut ensiklopedia Umum (1977) lingkungan adalah alam sekitar termasuk

orang-orangnya dalam hidup pergaulan yang mempengaruhi manusia sebagai anggota

masyarakat dalam kehidupan dan kebudayaannya. Dalam Ensiklopedia Indonesia(1983)

lingkungan adalah segala sesuatu yang ada diluar suatu organisme meliputi :

(1) Lingkungan mati (abiotik) yaitu lingkungan diluar suatu organisme yang terdiri atas benda atau faktor alam yang tidak hidup, seperti bahan kimia, suhu, cahaya, gravitasi, atmosfir dan lainnya.

(2) Lingkungan hidup (biotik) yaitu lingkungan diluar suatu organisme yang terdiri atas organisme hidup seperti tumbuhan, hewan dan manusia.

Menurut Undang – Undang RI No. 4 tahun 1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok

Pengelolaan lingkungan hidup dan Undang-Undang RI No 23 tahun 1997 tentang Pengolahan

Lingkungan Hidup, dikatakan bahwa Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan

semua benda, daya keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup

lainnya.

Pada penjelasan pasal tersebut dinyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan

sistem yang meliputi lingkungan alam, lingkungan buatan dan lingkungan sosial yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup

lainnya. Oleh sebab itu keberadaan lingkungan hidup harus turut dipertimbangkan dalam

setiap pengelolaan suatu kegiatan manusia termasuk pengelolaan sampah pemukiman, karena

lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada perwujudan atau tempat dimana

terdapat kepentingan manusia di dalamnya (Soerjadi;1988).

Masih menurut Soerjadi (1988) bahwa lingkungan hidup manusia terdiri dari

lingkungan alam, sosial dan lingkungan buatan mempunyai hubungan saling mempengaruhi.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

Lingkungan hidup manusi terdiri atas lingkungan hidup sosial yang menentukan seberapa

jauh lingkugan hidup alam mengalami perubahan drastis menjadi lingkungan hidup buatan.

Dalam upaya meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan upaya untuk

mengadakan koreksi terhadap lingkungan dengan memodifikasi lingkungan, agar pengaruh

merugikan dapat dijauhkan dan dilaksanakan pencegahan melalui efisiensi dan pengaturan

lingkungan, sehingga bahaya lingkungan dapat dihindarkan dan keserasian serta keindahan

dapat terpelihara.

Lebih tegasnya Soerjadi (1988), menyatakan ada tiga upaya yang harus dijalankan

secara seimbang yaitu upaya teknologi, upaya tingkah laku atau sikap dan upaya untuk

memahami dan menerima koreksi alami yang terjadi karena dampak interaksi manusia dan

lingkungannya.

Chiras (Neolaka;1991) menyatakan bahwa lingkungan menunjukkan keluasan segala

sesuatu meliputi air, binatang, dan mikro organisme yang mendiami tanah itu. Jadi

lingkungan termasuk segala komponen yang hidup dan tidak hidup, interaksi antar sesama

komponen. Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup

lainnya. Dari pengertian lingkungan yang sama yaitu perlu disadari bahwa ternyata

pengelolaan lingkungan oleh manusia sampai saat ini tidak sesuai dengan etika lingkungan

yaitu manusia bersikap superior terhadap alam. Manusia beranggapan bahwa dirinya bukan

bagian dari alam semesta sehingga dia boleh bebas mengelolanya bahkan dapat merusak

lingkungan hidupnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

Antar manusia dengan lingkungan hidupnya selalu terjadi interaksi timbal balik.

Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan manusia dipengaruhi oleh lingkungan

hidupnya. Demikian pula manusia membentuk lingkungan hidupnya dan manusia dibentuk

oleh lingkungan hidupnya. Laporan Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan

Pembangunan Nasional yang diselenggerakan oleh Universitas Padjadjaran pada bulan Mei

1972 menyatakan “ Hanya dengan lingkungan hidup yang optimal, manusia dapat

berkembang dengan baik, dan hanya dengan manusia yang baik lingkungan akan

berkembang kearah yang optimal”. Sepanjang masa lingkungan hidup memegang peranan

penting dalam kebudayaan manusia, mulai dari manusia primitif sampai pada yang modern.

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi

lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,

pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup (Pasal 1 ayat (2)

UU No. 23 Tahun 1997). Lebih lanjut dikatakan dalam Pasal 3 UU Pengelolaan Lingkungan

Hidup No. 23 Tahun 1997, bahwa pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggerakan

dengan asas tanggungjawab, asas keberlanjutan dan asas manfaat bertujuan untuk

mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia

seluruhnya yang beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang maha Esa. Dan yang menjadi

sasaran pengelolaan lingkungan hidup ini adalah (Pasal 4 UUPLH No. 23 Tahun 1997) :

1. Tercapainya keselarasan dan keseimbangan antara manuisa dengan lingkungan hidupnya.

2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.

3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan 4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup. 5. Terkendalinya pemanfaatan sumer daya secara bijaksana.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

6. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan diluar wilayah Negara yang menyeabkan pencemaran dan/atau perusak lingkungan hidup. (dalam Neolaka,2008;113)

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah merancang

tujuan dari pengelolaan lingkungan hidup yaitu : (tahun 2004-2009)

1. Mewujudkan perbaikan kualitas fungsi lingkungan hidup dengan :

a. Penurunan beban pencemaran lingkungan meliputi air, udara, atmosfir, laut dan tanah.

b. Penurunan laju kerusakan lingkungan hidup yang meliputi sumber daya air, hutan dan lahan, keanekaragaman hayati, energi dan atmosfir, serta ekosistem pesisir laut.

c. Terintegrasinya dan diterapkannya pertimbangan pelestarian fungsi lingkungan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pengawasan pemanfaatan ruang dan lingkungan.

2. Meningkatnya kepatuhan para pelaku pembangunan untuk menjaga kualitas fungsi lingkungan hidup.

3. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dibidang pengelolaan lingkungan hidup. Dengan terwujudnya pengarusutamaan prinsip tata pemerintahan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dipusat dan daerah ( Zoer`aini,2009;25)

Visi pengelolaan lingkungan agar terwujudnya perbaikan kualitas fungsi lingkungan

hidup yang diselenggerakan dengan asas tanggungjawab Negara, asas berlanjutan, asas

manfaat diselenggerakan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan hidup melalui penerapan prinsip-prinsip good environmental governance, guna

meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Ada beberapa misi yang harus dilaksanakan

untuk mewujudkan visi pengelolaan lingkungan hidup yaitu, :

(1) Mewujudkan kebijakan pengelolaan SDA dan lingkungan hidup guna mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan.

(2) Membangun koordinasi dan kemitraan para pemangku kepantingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan SDA dan lingkungan hidup secara efisien, adil dan berkelanjutan.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

(3) Mewujudkan pencegahan kerusakan dan pengendalian pencemaran SDA dan lingkungan hidup dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup (Zoer`aini, 2009;26)

Agar tujuan pengelolaan lingkungan hidup tersebut dapat dicapai, maka perangkat

hukum positif telah memberikan pengakuan adanya hak dan kewajiban yang dipunyai baik

individu-individu, warga masyarakat atau kelompok social tertentu seperti ditetapkan dalam

pasal 5 UUPLH No. 23/1997. Dengan demikian berarti bahwa pasal 5 ini dapat ditafsirkan

bahwa setiap manuisa tanpa kecuali berhak untuk menikmati/memanfaatkan lingkungan

hidup, manusia juga mempunyai kewajiban untuk memelihara, mencegah, dan

menanggulangi, sesuatu akibat dan penggunaan hak atas lingkungan hidupnya.

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup atau untuk

mendapatkan mutu lingkungan yang baik, dilakukan upaya memperbesar manfaat lingkungan

dan memperkecil resiko lingkungan, agar pengaruh yang merugikan dapat dijauhkan

sehingga kawasan lingkungan hidup dapat terpelihara.

Sujatmoko (1983) mengatakan bahwa Indonesia menghadapi 2 macam masalah

mengenai lingkungan hidup, yaitu pertama kemelaratan dan kepadatan penduduk. Masalah

yang kedua adalah pengrusakan dan pengotoran lingkungan hidup yang diakibatkan oleh

proses pembangunan. Pembangunan erat kaitanya dengan lingkungan hidup, dimana

pembangunan itu membutuhkan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Menurut

Hardjasumantri (2002) bahwa pembangunan dapar berjalan, tanpa menganggu lingkungan

hidup. Untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup tidak dapat dilakukan sendiri oleh

pemerintah, dibutuhkan swadaya masyarakat banyak untuk meningkatkan daya guna dan

hasil guna sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

Selain dengan proses pembangunan, manusia dapat bertindak sebagai subjek

pembangunan yaitu sebagai pengelola, pencemar maupun perusak lingkungan, tetapi juga

manusia dapat juga sebagai objek pembangunan yaitu menjadi korban pencemaran aiar,

udara dan lain-lain. Pencemaran lingkungan hidup tidak hanya dalam bentuk pencemaran

fisik, tetapi juga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan sosial.

Oleh karenanya setiap pengelolaan terhadap lingkungan hidup harus pula dilakukan

secara sadar dan terencana. Hubungan keserasian antara arah pembangunan kelestarian

lingkungan hidup perlu diusahakan dengan memperhatikan kebutuhan manusia, seperti

lapangan kerja, pangan, sandang, dan pemukiman, kesehatan dan pendidikan (Emil

Salim;1991).

Dari gambaran diatas dapat diketahui kunci permasalahan lingkungan adalah

manusia. Jadi manusia dengan lingkungannya merupakan suatu yang tidak dapat dipisahkan.

Karena kedua hubungan tersebut saling pengaruh dan mempengaruhi (Natsir;1986). Tingkah

laku manusia selalu mempengaruhi keharmonisan dan keseimbangan lingkungan. Manusia

yang mampu memelihara lingkungan dengan baik adalah manusia yang mampu

mempergunakan alam sekitarnya guna memenuhi kebutuhan materinya secara wajar,

sehingga kualitas lingkungan dapat dijaga dan ditingkatkan sekaligus memberikan manfaat

kepada manusia.

Berdasarkan pengertian pengelolaan lingkungan hidup yang telah diutarakan diatas,

maka pengelolaan sampah domestik pun harus dikaitkan dengan upaya memelihara dan

meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan. Artinya pengelolaan sampah hendaknya

merupakan upaya dalam pendayagunaan, pengawasan, dan pengendalian sampah, serta

pemulihan lingkungan akibat pencemaran sampah.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

Atas dasar adanya interaksi antara lingkungan sosial dan lingkungan buatan dan

dengan kegiatan manusia yang menghasilkan sampah, maka bila sampah tidak dikelola

secara tepat akan mengancam kualitas lingkungan kota. Dalam hal pengelolaan sampah

pertimbangan lingkungan hendaknya selalu menjadi dasar perumusan kebijakan dan atau

penanggulangannya. Atas dasar itu tidak berlebihan kiranya dinyatakan bahwa pengelolaan

sampah haruslah berwawasan lingkungan.

2.1.2. Teori tentang Kesadaran Lingkungan

Hasil penelitian teoritik tentang kesadaran lingkungan hidup dari Neolaka (1991),

menyatakan bahwa kesadaran adalah keadaan tergugahnya jiwa terhadap sesuatu, dalam hal

ini lingkungan hidup, dan dapat terlihat pada prilaku dan tindakan masing-masing individu.

Hussel yang dikutip Brawer (1986), menyatakan bahwa kesadaran adalah pikiran sadar

(pengetahuan) yang mengatur akal, hidup wujud yang sadar, bagian dari sikap/prilaku, yang

dilukiskan sebagai gejala dalam alam dan harus dijelaskan berdasarkan prinsip sebab

musebab. Tindakan sebab, pikiran inilah menggugah jiwa untuk membuat pilihan, misalnya

memilih baik-buruk, indah - jelek.

Buletin Para Navigator (1988), menyatakan bahwa kesadaran adalah modal utama

bagi setiap orang yang ingin maju. Secara garis besar sadar itu dapat diukur dari beberapa

aspek antara lain : kemampuan membuka mata dan menafsirkan apa yang dilihat,

kemampuan aktivitas, dan kemampuan berbicara. Jika seseorang mampu melakukan ketiga

aspek diatas secara terintegrasi maka dialah yang disebut dengan sadar. Dari segi lain

kesadaran adalah adanya hak dan kemapuan kita untuk menolak melakukan keinginan orang

lain atau sesuatu yang diketahui buruk/tidak bermanfaat bagi dirinya.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

Kesadaran lingkungan menurut M.T Zen (1985) adalah usaha melibatkan setiap

warga Negara dalam menumbuhkan dan membina kesadaran untuk melestarikan lingkungan

berdasarkan tata nilai, yaitu tata nilai dari pada lingkungan itu sendiri dengan filsafat hidup

secara damai dengan alam lingkungannya (Neolaka; 2008;19)

Menurut Emil Salim (1982), kesadaran lingkungan adalah upaya untuk

menumbuhkan kesadaran agar tidak hanya tahu tentang sampah, pencemaran, penghijauan,

dan perlindungan satwa langka, tetapi lebih dari pada itu semua, membangkitkan kesadaran

lingkungan manusia Indonesia khususnya pemuda masa kini agar mencintaim tanah iar.

Daniel Chiras (Neolaka;2008;18) menyatakan bahwa dasar penyebab kesadaran

lingkungan adalah etika lingkungan. Etika lingkungan yang sampai saat ini berlaku adalah

etika lingkungan yang didasarkan pada sistem nilai yang mendudukkan manusia bukan

bagian dari alam, tetapi manusia sebagai penakluk dan pengatur alam. Didalam pendidikan

lingkungan hidup, konsep mental tentang manusia sebagai penakluk alam perlu diubah

menjadi manusia sebagai bagian dari alam.

Dari teori-teori diatas maka dapat diberikan pengertian sebagai berikut :

1. Kesadaran adalah pengetahuan. Sadar sama dengan tahu. Pengetahuan tentang hal yang nyata, konkret, dimaksudkan adalah pengetahuan yang mendalam (menggugah jiwa), tahu sungguh-sungguh, dan tidak salah. Tidak asal mengetahui/tahu, sebab banyak orang tahu pentingnya lingkungan hidup tetapi belum tentu sadar karena tindakan/perilaku merusak lingkungan/tidak mendukung terciptanya kelestarian lingkungan hidup.

2. Kesadaran adalah bagian dari sikap atau perilaku. Pengertian kesadaran yang ada sebagian dari sikap menjadi benar jika setiap perilaku yang ditunjukkan terus bertambah dan menjadi sifat hidupnya. Contoh yang dikaitkan dengan lingkungan yaitu terdapatnya larangan untuk tidak membuang sampah kesungai/saluran, maka sebagai manusia yang sadar lingkungan harus mentaati larangan tersebut dengan tidak membuang sampah ke sungai. Dikatakan demikian karena menurut teori kesadaran adalah pengetahuan dan merupakan bagian dari sikap atau tindakan (Maftuchah Yusuf, dalam Neolaka;2008;23)

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Lingkungan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

a) Faktor Ketidak tahuan

Ke tidak tahuan adalah berlawanan dengan ke tahuan. Menurut Suriasumantri (1987)

pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, rasa ingin tahu

merupakan sarana untuk mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin. Manusia

tidak hanya memiliki pengetahuan tetapi mampu menalar, artinya dapat berpikir

secara logis dan analitis. Kemampuan menalar manusia menyebabkan ia mampu

mengembangkan pengetahuannya.

b). Faktor kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup

minimum. Kemiskinan dianggap sebagai peristiwa sosio ekonomi dimana sumber

daya yang ada digunakan untuk memuaskan keinginan yang sedikit, sedangkan yang

banyak tidak dapat memenuhi kebuutuhan ppokoknya sendiri. Kemiskinan

merupakan salah satu masalah yang paling berpengaruh terhadap timbulnya masalah

sosial. Kemiskinan merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas penduduk

Indonesia, disamping faktor lain seperti tingkat produktivitas, pendidikan, kesehatan

dan keadaan sosial ekonomi lainnya. Penyebab kemiskinan pertambahan penduduk

dan tekanan terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup.

c). Faktor Kemanusiaan

Manusia adalah mahluk yang berakal budi. Manusia mempunyai kemampuan atau

keterampilan untuk memciptakan sebuah dunia baru. Manusia dalam kehidupannya

mempunyai kebutuhan yang banyak sekali. Adanya kebutuhan inilah yang

mendorong manusia untuk melakukan berbagai tindakan guna memenuhi kebutuhan

tersebut. Kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

lingkungannya. Manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia

mempengaruhi lingkungan hidupnya, ia juga mengusahakan sumber daya alam

lingkungannya untuk mempertahankan keturunannya, dan sebaliknya manusia

dipengaruhi oleh lingkungannya. Manusia bersama dengan lingkungan hidupnya

merupakan suatu ekosistem. Didalam suatu ekosistem, kedudukan manusia adalah

sebagai bagian dari unsur lain yang mungkin tidak terpisahkan. Karena itu seperti

dengan organisme lain, kelangsungan hidup manusia tergantung pula pada

kelestarian ekosistemnya. Untuk menjaga ekosistem, faktor manusia adalah sangat

dominan. Manusia harus dapat menjaga keserasian hubungan timbal balik antara

manusia dengan lingkungannya sehingga keseimbangan ekosistem tidak terganggu.

d) . Faktor Gaya Hidup

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi informasi serta Komunikasi yang

sangat cepat, sudah tentu berpengaruh pula terhadap gaya hidup manusia. Perubahan

gaya hidup ini adalah suatu hal yang wajar apabila Iptek yang diserapnya

memberikan perubahan kearah yang positif dan diterima oleh lingkungan dimana

individu/manusia itu berada. Namun, hendaknya sebagai manusia yang selalu

dipengaruhi oleh Iptek dan Teknologi Informasi serta komunikasi perlu memiliki

kebijakan dan kearifan dalam menghadapi kecanggihan Iptek dan teknologi

informasi tersebut.

Pasang (2002) menyatakan bahwa krisis lingkungan saat ini sudah sedemikian besar

sehingga para ahli mengakui bahwa mereka sendiri tidak dapat menyelesaikan masalah itu.

Artinya bahwa untuk menyelamatkan lingkungan hidup atau bumi kita ini diperlukan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

individu/manusia yang bermoral tinggi dan mencintai lingkungannya, memiliki nilai spiritual

yang tinggi/ mencintai agamanya.

Telah dikatakan bahwa gaya hidup dapat merusak lingkungan hidup. Ada beberapa

gaya hidup dimasyarakat yang dapat memperparah rusaknya lingkungan hidup yaitu :

a. Gaya hidup yang menekankan pada kenikmatan, foya-foya, berpesta pora. b. Gaya hidup yang mementingkan materi c. Gaya hidup yang konsumtif d. Gaya hidup yang sekuler atau yang mengutamakan keduniaan e. Gaya hidup yang mementingkan diri sendiri (Neolaka;2008;64)

2.1.4. Program Kebersihan

Program kebersihan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas

lingkungan. Seperti contohnya sampah, jika pembuangan sampah tidak terarah pada

tempatnya yang sudah tersedia akan mencemari lingkungan sekitarnya dimana sampah

tersebut akan membusuk dan berserakan, sehingga wabah penyakit mudah terjangkit

disamping pemandangan menjadi kurang menarik. Dengan lingkungan yang baik maka dapat

ditingkatkan mutu lingkungan, dimana lingkungan yang baik dapat dilihat dari kebersihan

dan keindahannya.

Menurut Zoer`aini (2009) kebersihan dan keindahan lingkungan adalah suatu

keadaan yang sesuai dengan tata lingkungan untuk memenuhi harapan dalam menghasilkan

sebuah kota yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu kebersihan kota harus semakin

mendapat perhatian dari berbagai pihak, tidak hanya ibu rumah tangga, pemerintah dan

seluruh masyarakat kota secara bersama-sama bertanggungjawab menjaga dan memelihara

kebersihan dan keindahan kota. Pengaturan kebersihan merupakan hal sangat luas, yaitu

berupa segala tindakan untuk menuju terciptanya lingkungan serasi dan warga masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

yang tinggal didalamnya tetap sehat, perkembangan fisiknya normal dan dapat bertahan

hidup sesuai dengan daya dukung lingkungannya.

Program kebersihan adalah upaya untuk mewujudkan kota menjadi bersih secara

menyeluruh dan berkesinambungan. Dalam program kebersihan ini diperlukan partisipasi

penuh dari segenap lapisan masyarakat, agar lingkungan yang bersih, indah, sehat dan

nyaman dapat terwujud, karena tinggi rendahnya martabat suatu bangsa dapat dilihat dalam

kemampuannya menampilkan sesuatu yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.

Untuk memperoleh lingkungan hidup yang bersih, sehat dan indah perlu dilakukan

pengelolaan lingkungan hidup yang konseptual. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya

terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,

pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian

lingkungan hidup. Untuk membuat semua insan menjadi sadar lingkungan hidup yaitu

perempuan, pria, anak-anak dan masyarakat terhadap kualitas lingkungan hidup yaitu

lingkungan hidup yang nyaman, aman, sehat, dan estetis perlu dilakukan berbagai usaha

seperti;

1. Sosialisasi 2. Penyuluhan 3. Pelatihan 4. Pendidikan formal, informal dan nonformal 5. Penelitian dan pengkajian 6. Sosialisasi hasil penelitian dan aplikasinya 7. Seminar, lokakarya, semilok dan diskusi 8. Publikasi, menulis, membuat buku 9. Memanfaatkan media (cetak, elektronik) dan lain-lain (dalam Zoer`aini;

2009;110)

2.2. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

Pengertian tentang partisipasi oleh banyak ahli biasanya diartikan sebagai upaya

peran serta masyarakat dalam suatu kegiatan, yang bila dikaitkan dengan pembangunan maka

akan merupakan upaya peran serta masyarakat dalam pembangunan. Istilah lain partisipasi

yang sering digunakan adalah peran serta, keterlibatan dan keikutsertaan yang terwujud di

dalam sikap gotong-royong. Menurut Budiono (1999), gotong-royong adalah usaha yang

dilakukan secara bersama tanpa imbalan yang ditujukan untuk kepentingan bersama. Dalam

makna yang sama Widiayanti dan Sunindha (1989) mendefinisikannya sebagai suatu usaha

yang diselenggerakan secara bersama yang dapat diwujudkan dalam pengertian partisipasi.

Achmadi (1978) menambahkan bahwa partisipasi, masyarakat dalam bentuk swadaya

gotong-royong merupakan modal utama. Sedangkan swadaya diartikannya sebagai

kemampuan dari suatu kelompok masyarakat yang dengan kesadaran dan inisiatif sendiri

mengadakan iktihar pemenuhan kebutuhan. Menurut Cohen dan Uphoff (Ndraha;1990)

bahwa patisipasi dapat merupakan keluaran dan masukan pembangunan. Bentuk partisipasi

yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam program pembangunan terdiri dari partisipasi

dalam pengambilan keputusan, implementasi, pemanfaatan, dan evaluasi pembangunan.

Berkaitan dengan pengertian partisipasi dan kaitannya dengan program pembangunan

dan pemberdayaan masyarakat maka partisipasi menjadi elemen yang sangat penting. Tanpa

perhitungan partisipasi masyarakat, program pembangunan yang akan dilaksanakan

merupakan perencanaan diatas kertas (Pusic dalam Adi;2001). Berdasarkan pandangannya,

partisipasi atau keterlibatan warga masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat dari dua hal

yaitu; partisipasi dalam perencanaan dan partisipasi dalam pelaksanaan. Kedua hal tersebut

mempunyai segi positif dan segi negatife, baik dalam bentuk partisipasi dalam perencanaan

dan partisipasi dalam pelaksanaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

Segi positif dari partisipasi dalam perencanaan adalah dapat mendorong munculnya

keterlibatan secara emosional terhadap program-program pembangunan yang direncanakan

bersama, sedangkan segi negatifnya adalah adanya kemungkinan tidak dapat dihindarinya

pertentangan antar kelompok dalam masyarakat yang dapat menunda atau bahkan

menghambat tercapainya suatu keputusan bersama.

Segi positif dari partisipasi dalam pelaksanaan adalah sebagian besar dari suatu

program (tentang penilaian kebutuhan dan perencanaan program) telah selesai dikerjakan.

Segi negatifnya adanya kecenderungan menjadikan warga masyarakat sebagai objek

pembangunan, dimana warga masyarakat dijadikan pelaksana pembangunan tanpa didorong

untuk mengerti dan menyadari permasalahan yang mereka hadapi, dan tanpa timbulnya

keinginan untuk mengatasi masalahnya. Akibatnya, warga masyarakat tidak secara emosional

terlibat dalam program yang berakibat kegagalan seringkali tidak dapat dihindari.

Menurut Tjokroamidjojo (1990) bahwa dalam partisipasi terdapat tiga tahapan, yaitu;

1. Keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi kebijaksanaan dalam perencanaan.

2. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.

3. Keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat pembangunan.

Selanjutnya Suratmo (1995) menyatakan bahwa tujuan dasar dari partisipasi

masyarakat Indonesia adalah (a) mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan

lingkungan hidup, (b) mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan Negara dan (c)

membantu pemerintah untuk dapat mengambil kebijaksanaan dan keputusan yang lebih baik

dan tepat.

Partisipasi menuntut adanya keikutsertaan seseorang atau kelompok dalam suatu

kegiatan. Keikutsertaan atau keterlibatan seseorang dapat secara langsung dan tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

langsung. Keterlbatan secara langsung, misalnya ikut serta secara langsung dalam

melaksanakan suatu kegiatan (fisik terlibat); sedangkan keterlibatan secara tidak langsung

misalnya seseorang secara fisik tidak ikut terlibat secara langsung dalam suatu kegiatan tetapi

memberikan bantuan material atau sumbangan pikiran dalam kegiatan tersebut.

Pengertian partisipasi masyarakat menurut Keith Davis adalah “Participation is

defined as mental and emotional involuement of a person in group situation inlich

encomrages him to contribute to group”. Defenisi ini mengandung pengertian sebagai

berikut;

a. Partisipasi sebagai keterlibatan mental dan emosional seseorang yang lebih dari sekedar keterlibatan fisik.

b. Partisipasi memotivasi orang-orang untuk memdukung situasi tumbuhnya insiatif untuk mencari sasaran/tujuan kelompoknya.

c. Partisipasi memdorong orang untuk merasa ikut serta bertanggungjawab atas aktivitas kelompok (Keith Davis,dalam media info kesos,2010;133)

Keterlibatan mental dan emosional akan mendorong kesadaran sehingga tumbuh

motivasi dari masing-masing individu dalam masyarakat untuk ikut serta dan berpartisipasi

dalam suatu kegiatan. Dalam berpartisipasi di dalamnya memiliki arti kepedulian sosial dan

kesetiakawanan sosial. Kepedulian sosial atau kesetiakawanan sosial yaitu suatu rasa empati

yang diwujudkan dalam bentuk tindakan atau perilaku membantu orang lain yang mengalami

kesulitan dan untuk mewujudkannya memerlukan kesadaran dan tanggungjawab.

Sebagaimana diungkapkan Haryadi Subadio (1991;10) bahwa kesetiakawanan sosial pada

hakekatnya merupakan tenggang rasa, kemampuan menempatkan diri dalam situasi dan

kesulitan orang lain, sehingga tidak bersikap semena-mena, sanggup merasakan dan

mewujudkan toleransi terhadap keadaan orang lain, serta rela mengulurkan tangan bila

diperlukan. Partisipasi sosial, kepedulian sosial dan kesetiakawanan sosial terhadap orang

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

lain merupakan bentuk empati yang tercermin dalam kesediaan melakukan suatu tindakan

atau perbuatan membantu orang lain yang mengalami kesulitan.

Berdasarkan pengertian tentang partisipasi masyarakat yang telah dikemukakan

diatas, maka dapat juga disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat adalah

keikutsertaan/keterlibatan masyarakat secara aktif baik secara moril maupun materil, yang

bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama yang didalamnya menyangkut kepentingan

individu. Dengan begitu, terlihat jelas bahwa peran serta masyarakat menjadi demikian

pentingnya didalam setiap bentuk kegiatan pembangunan, karena dengan dukungan

masyarakat yang saling berinteraksi senantiasa memberikan harapan kearah berhasilnya suatu

kegiatan.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ciri pokok dari

partisipasi yaitu kesediaan untuk turut serta dalam suatu kelompok. Dimana adanya

keterkaitan perasaan dan pikiran dalam situasi kelompok, sehingga mendorong seseorang

untuk membantu berhasilnya pencapaian tujuan kelompok. Dari pengertian mengenai

partisipasi yang mengacu pada Davis diatas, dapat diambil tiga unsur pokok yaitu kesadaran,

rasa memiliki, dan tanggungjawab dalam pengelolaan sampah domestik.

Dari penjelasan mengenai istilah partisipasi diatas dapat penulis nyatakan bahwa,

partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dari sejumlah individu yang terorganisir untuk

mencapai tujuan tertentu.

Dengan demikian partisipasi masyarakat dapat dikategorikan kedalam suatu proses,

misalnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah domestik di Kelurahan Binjai.

Hal yang sama dikatakan oleh Sastropoetro (1988) bahwa partisipasi masyarakat merupakan

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggungjawab terhadap

kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Hampir senada dengan pendapat Hetifah (2002) mengemukakan bahwa partisipasi

dimaknai sebagai keterlibatan orang secara sukarela tanpa tekanan dan jauh dari pemerintah

atau kepentingan eksternal. Dengan kata lain, partisipasi dianggap sebagai kemauan rakyat

untuk menciptakan pembangunan masyarakat secara mandiri. Maka partisipasi merupakan

bentuk praktis dari aspirasi, inisiatif dan keterlibatan warga. Akan tetapi permasalahannya,

konsep partisipasi tidak bisa dilaksanakan secara maksimal oleh pemerintah ataupun warga

sendiri. Ada ambiguitas konsep dan aplikasi partisipasi dalam tataran praktis. Selain itu,

lokalitas dan dimensi waktu juga menjadi penentu maksimalnya ruang partisipasi masyarakat.

Dr.Sudarshan dalam jurnal Syamsul Wathoni (2006) mensyaratkan bahwa partisipasi

maksimal hanya bisa dilakukan dengan memperhatikan dua hal mendasar Pertama; struktur

kelembagaan yang memungkinkan warga untuk berpartisipasi dan memutuskan persoalan

mereka sendiri. Kedua; representasi masyarakat yang terwakili secara proporsional didalam

setiap proses pengambilan kebijakan yang mengatasnamakan kepentingan bersama.

Namun begitu, Ignas Kleden (2004) melihat partisipasi bukan dari kuantitas, yang

lebih menekankan pada angka-angka dan jumlah warga yang berpartisipasi akan tetapi lebih

pada kualitas wacana partisipasi yang dikembangkan. Kualitas wacana yang dimaksud

ditentukan oleh dua aspek; argumentasi yang baik dan mempunyai dasar yang kuat,

kepentingan yang lebih luas yang dipertaruhkan. Agar partisipasi lebih bermakna, argument

untuk partisipasi dan akuntabilitas institusional harus didasari oleh konsepsi hak, yang dalam

konteks pembangunan memperkuat status warga negara. Jika semula warga dirumuskan

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

sebagai pemanfaat, sekarang ini sudah harus diposisikan sebagai pihak yang berhak dan sah

atas pembangunan itu.

Selanjutnya Asngari (2001) menyatakan bahwa, penggalangan partisipasi itu

dilandasi adanya pengertian bersama. Adanya pengertian tersebut adalah karena diantara

orang-orang itu saling berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya. Dalam menggalang peran

serta semua pihak diperlukan : (a) terciptanya suasana yang bebas atau demokratis dan (b)

terbinanya kebersamaan.

S.P. Hadi (1995) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat merupakan proses

dimana masyarakat turut serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan. Ditinjau

dari segi kualitas, partisipasi adalah sebagai masukan kebijaksanaan, strategis, komunikasi,

media pemecahan publik dan terapi sosial. Keikutsertaan masyarakat ini akan membawa

pengaruh positif, dimana mereka akan bisa memahami atau mengerti berbagai permasalahan

yang muncul serta memahami keputusan akhir yang akan diambil. Keterlibatan masyarakat

merupakan bagian dari proses perencanaan yang dimaksudkan untuk mengakomodasi

kebutuhan, aspirasi masyarakat yang terkena dampak sehingga dampak negatife yang

ditimbulkan dapat dihilangkan serta sebagai upaya para perencana untuk memperoleh input

dari masyarakat tentang segala sesuatu yang menyangkut nasib mereka.

Lebih lanjut S.P Hadi menyatakan untuk mencapai sasaran tersebut terdapat dua

elemen partisipasi yang harus dipenuhi oleh masyarakat yakni: adanya komunikasi dua arah

yang terus menerus dan informasi yang berkenaan dengan proyek, program dan

kebijaksanaan disampaikan dengan bermacam-macam teknik yang tidak hanya pasif dan

formal tetapi juga aktif dan informal.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

2.2.1. Pentingnya Partisipasi

Pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut Diana Conyers

(1991) didasarkan tiga alasan utama, yaitu :

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kodisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.

3. Adanya anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat sendiri.

Menurut Moeljarto (1994) partisipasi menjadi amat penting, terdapat beberapa

pembenaran, yaitu;

1. Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan akhir pembangunan, partisipasi merupakan akibat logis dari dalil tersebut.

2. Partisipasi menimbulkan harga diri dan kemampuan pribadi untuk dapat serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat.

3. Partisipasi menciptakan suatu lingkungan umpan balik arus informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaanya akan tidak terungkap. Arus informasi ini tidak dapat dihindari untuk berhasilnya pembangunan.

4. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari mana rakyat berada dan dari apa yang mereka miliki.

5. Partisipasi memperluas zona wawasan penerima proyek pembangunan. 6. Partisipasi akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintak kepada seluruh

masyarakat. 7. Partisipasi menopang pembangunan. 8. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi aktualisasi potensi

manusia maupun pertumbuhan manusia. 9. Partisipasi merupakan cara yang efektif untuk membangun kemampuan masyarakat

untuk pengelolaan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan daerah. 10. Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokratis individu untuk

dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri. 2.2.2. Bentuk dan Jenis Partisipasi

Davis (Sastropoetro;1988) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan program-program

pembangunan, partisipasi juga dapat dilihat dari bentuk dan jenisnya yakni :

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

1. Bentuk partisipasi yang nyata yaitu: a. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha

bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan. b. Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta

benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas. c. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga

untuk melaksanakan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.

d. Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lainnya yang membutuhkannya.

2. Jenis-jenis partisipasi a. Pikiran ( psychological participation) b. Tenaga ( physical participation) c. Pikiran dan tenaga ( psy chological dan physical participation) d. Keahlian ( participation with skill) e. Barang ( material participation) f. Uang ( money participation)

Menurut Effendi partisipasi ada dua bentuk yaitu partisipasi vertical dan partisipasi

horizontal

a. Partisipasi vertical adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam masyarakat yang terlibat didalamnya atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan mana masyarakat berada sebagai posisi bawahan.

b. Partisipasi horizontal adalah dimana masyarakatnya tidak mustahil untuk mempunyai prakarsa dimana setiap anggota/kelompok masyarakat berpartisipasi secara horizontal antara satu dengan yang lainnya, baik dalam melakukan usaha bersama maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain.

Berbagai defenisi diatas menggambarkan beberapa prinsip yang terkandung dalam

partisipasi khususnya dalam konteks pembangunan, seperti adanya rasa kebersamaan,

kesukarelaan dan kerjasama. Hal yang sama juga terlihat dalam pandangan Santoso dan

iskandar (1974), berdasarkan pengalaman dilapangan dalam keikutsertaan masyarakat dalam

pembangunan, terdapat enam elemen dalam partisipasi yaitu :

(a) Rasa senasib dan sepenanggungan (b) Keterkaitan dengan tujuan hidup (c) Adanya prakarsawan

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

(d) Iklim partisipasi (e) Adanya pembangunan itu sendiri

Selanjutnya dalam hal pemanfaatannya, menurut Sutoro Eko dkk partisipasi juga

dapat dipahami dalam 2 (dua) hal yaitu;

1. Partisipasi sebagai sebuah ALAT Partisipasi dilihat sebagai sebuah proses yang didalam proses ini rakyat local (desa) dapat bekerjasama atau bergabung dengan program pembangunan yang diperkenalkan oleh siapa pun, secara eksternal. Partisipasi sebagai alat yang didalamnya prakarsa semacam ini dapat dilaksanakan secara lebih efektif. Partisipasi warga desa disponsori oleh perwakilan eksternal dan ia dilihat sebagai sebuah teknik untuk membantu kemajuan program desa.

2. Partisipasi sebagai TUJUAN Partisipasi dilihat sebagai tujuan itu sendiri. Tujuan itu dapat dinyatakan sebagai pemberdayaan rakyat yang dipandang dari segi perolehan keahlian, pengetahuan dan pengalaman mereka untuk mengambil tanggungjawab yang lebih besar untuk pembangunan. Kemiskinan warga desa sering dipahami dari segi keterabaian dan kekurangan akses dan control sumber daya yang mereka perlukan untuk meneruskan dan memperbaiki hidup mereka.

2.2.3. Indikator dan Karakteristik Partisipasi

Menurut loina Lalolo Krina P.(2003), partisipasi masyarakat merupakan bagian yang

tak terpisahkan dari pembangunan itu sendiri, sehingga nantinya seluruh lapisan masyarakat

akan memperoleh hak dan kekuatan yang sama untuk menuntut atau mendapatkan bagian

yang adil dari manfaat pembangunan. Pembahasan lebih lengkap mengenai indikator dari

partisipasi dapat dilihat berikut ini :

1. Didasarkan pada asumsi bahwa organisasi pemerintahan akan bekerja lebih baik jika anggota-anggota dalam stuktur diberi kesempatan untuk terlibat secara intim dengan setiap keputusan organisasi. Hal ini menyangkut 2 aspek yaitu; a. Keterlibatan aparat melalui terciptanya nilai dan komitmen diantara para

aparat agar termotivasi dengan kuat pada program yang diimplementasikan b. Keterlibatan publik, dalam desain dan implementasi program.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

2. Partisipasi dibutuhkan dalam memperkuat demokrasi meningkatkan kualitas dan efektivitas layanan publik. Dalam mewujudkan kerangka yang cocok bagi partisipasi perlu dipertimbangkan beberapa aspek yaitu; a. Partisipasi melalui konstitusional dan jaringan civil society b. Partisipasi individu dalam proses pengambilan keputusan, civil society

sebagai service provider c. Local kultur pemerintah d. Faktor-faktor lainnya, seperti transparansi substansi proses terbuka dan

konsentrasi pada kompetensi

3. Pemerintahan partisipatif bercirikan; a. Fokusnya adalah pada memberikan arah dan mengundang orang lain untuk

berpartisipasi b. Basis konstitusional dan demokratis c. Gabungan antara pemerintah dan actor lain dalam masyarakat d. Visi dan pengembangan berdasarkan konsensus sangat penting e. Pemerintah hanya berperan sebagai chairperson

4. Asumsi dasar dari partisipasi adalah semakin dalam keterlibatan individu dalam tantangan berproduksi, semakin produktif individu tersebut.

5. Partisipasi adalah prinsip bahwa setiap orang memiliki hak terlibat dalam pengambilan keputusan di setiap kegiatan penyelenggeraan pemerintah. (buku pedoman penguatan Pengamanan program pembangunan Daerah, Bappenas & Depdagri, 2002)

Dari beberapa indikator diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip partisipasi

masyarakat menuntut masyarakat harus diberdayakan, diberikan kesempatan dan

diikutsertakan untuk berperan dalam proses-proses birokrasi mulai dari tahap perencanaan

pelaksanaan dan pengawasan atau kebijakan publik.

Hetifah Sj. Sumarto (2008) menyebutkan ada tiga karakteristik dari partisipasi yang

dianggap ideal;

1. Berpengaruh, proses yang berlangsung memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan dan pengambilan keputusan

2. Inklusif, forum yang ada harus merepresentasikan populasi dan terbuka terhadap perbedaan cara pandang maupun nilai-nilai, serta memberikan kesempatan yang sama bagi semua pihak untuk berperan serta

3. Deliberatif, proses yang dijalankan harus memungkinkan adanya dialog yang terbuka, membuka akses terhadap informasi, saling menghargai, ruang untuk saling

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

memahami dan membangun kerangka isu bersama dan menuju kepada kesepakatan bersama.

Karakteristik partisipasi menurut Saca Firmansya

a) Partisipasi pasif/manipulative a. Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahukan apa yang sedang atau telah

terjadi b. Pengumuman sepihak oleh manajement atau pelaksana pproyek memperhatikan

tanggapan masyarakat c. Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan diluar kelompok sasaran

professional

b) Partisipasi dengan cara memberikan pertanyaan a. Maasyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian seperti dalam quesionae atau sejenisnya b. Masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhhi proses

penyelesaian c. Akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat

c) Partisipasi melalui konsultasi a. Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi b. Orang luar mendengarkan dan membangun pandangan-pandangannya sendiri

untuk kemudian mendefenisikan permasalahan dan pemecahannya, dengan memodifikasi tanggapan-tanggapan masyarakat.

c. Tidak ada peluang bagi pembuat keputusan bersama d) Partisipasi untuk insentif material

a. Masyarakat berpartisipasi dengan cara menyediakan sumber daya seperti tenaga kerja, demi mendapatkan makanan, upah, ganti rugi dan sebagainya

b. Masyarakat tidak dilibatkan dalam eksperimen atau proses pembelajaran c. Masyarakat tidak punya andil untuk melanjutkan keguatan-kegiatan yang

dilakukan pada saat intensif yang disediakan/ diterima telah habis e) Partisipasi fungsional

a. Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan proyek

b. Pembentukan kelompok setelah ada keputusan utama yang disepakati c. Pada awalnya kelompok masyarakat ini bergantung pada pihak luar tetapi pada

saatnya mampu sendiri f) Partisipasi interaktif

a. Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama yang mengarah pada perencanaan kegiatan dan pembentukan lembaga sosial baru

b. Partisipasi ini cenderung melibatkan metode inter-disiplin yang mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematis

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

c. Kelompok masyarakat mempunyai peran control atas keputusan mereka sehingga mereka mempunyai andil di dalam seluruh penyelenggeraan kegiatan

2.3. Keberadaan Sampah dan Akibatnya

2.3.1. Pengertian Sampah

Para ahli kesehatan Amerika membuat batasan Sampah/waste diartikan sebagai benda

yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang atau sesuatu yang tidak dipakai, disenangi

atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, serta tidak terjadi dengan

sendirinya. Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh

manusia atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan

dibuang. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia yang

dibuang karena sudah tidak berguna. Sehingga bukan semua benda padat yang tidak

digunakan dan dibuang disebut sampah misalnya; benda-benda alam, benda-benda yang

keluar dari bumi akibat gunung meletus, banjir pohon dihutan yang tumbang akibat angin

rebut dan sebagainya.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 temtang

Pengelolaan Sampah menjelaskan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau

proses alam yang berbentuk padat. Dengan demikian sampah mengandung prinsip-prinsip

sebagai berikut; a) Adanya sesuatu benda atau benda padat, b) Adanya hubungan

langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia, c) Benda atau bahan tersebut tidak

dipakai lagi.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

Atas dasar uraian diatas maka pengetian sampah dalam tulisan ini adalah segala

barang atau benda yang sudah tidak dipakai lagi karena telah habis fungsi pertamanya. Pada

dasarnya klasifikasi sampah digolongkan berdasarkan sumber, bentuk, dan jumlahnya.

a) Sumber-sumber sampah

Berdasarkan sumbernya sampah digolongkan dalam dua kelompok besar yaitu :

i. Sampah domestik yaitu sampah yang sehari-hari yang dihasilkan oleh akibat aktivitas

dan kepentingan manusia secara langsung yaitu; dari rumah tangga, pasar, sekolah, pusat

keramaian, pemukiman, rumah sakit dan sebagainya

ii. Sampah non domestik, yaitu sampah yang sehari-hari dihasilkan oleh akibat aktifitas dan

kepentingan manusia secara tidak langsung; dari pabrik, industry, pertanian, peternakan,

perikanan dan kehutanan, transportasi dan sebagainya.

Menurut Bahar (1986) sumber sampah itu dapat digolongkan atas tiga kelompok

yaitu; sampah berasal dari kegiatan rumah tangga, dari kegiatan perdagangan dan dari

kegiatan perindustrian. Sampah dari kegiatan rumah tangga, biasanya merupakan sisa

makanan, bahan dan peralatan yang tidak dipakai lagi dalam rumah tangga, sisa pengelolaan

makanan, bahan pembungkus, bermacam-macam kertas, kain bekas dan lain-lain.

Sampah dari kegiatan perdagangan adalah sampah yang berasal dari tempat-tempat

perdagangan seperti pasar,swalayan, pusat pertokoan, warung dan tempat jual beli lainnya.

Biasanya sampah yang berasal dari perdagangan ini terdiri dari jenis seperti bahan dagangan

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

yang rusak, kertas,plastik dan daun pembungkus. Sampah dari kegiatan industry, jumlah dan

jenisnya sangat tergantung pada jenis dan jumlah bahan yang diolah oleh perusahaan

perindusrtian tersebut.

Sumber sampah menurut Mubarrok

a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestik waste) Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah di masak atau yang belum, bekas pembungkus berupa kerta, plastic, daun, dan sebagainya. Pakaian-pakaian bekas, bahan- bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daun dari kebun atau taman.

b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api dan sebagainya. Sampah ini berupa; kertas, plastic, botol, daun dan sebagainya.

c. Sampah yang berasal dari perkantoran Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, perusahaan dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar.

d. Sampah yang berasal dari jalan raya Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan dan sebagainya.

e. Sampah yang berasal dari industry Sampah ini berasal dari kawasan industry termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industry, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya sampah sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng dan sebaginya.

f. Sampah yang berasal dari pertanian/pertambangan Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya; jerami, sisa sayur mayor, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah dan sebagainya.

g. Sampah yang berasal dari pertambangan Sampah ini berasal dari daerah pertambangan dan jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisasia pembakaran (arang) dan sebagainya.

h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan Sampah yang berasal dari peternakan dan periknan ini berupa kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makan, bangkai binatang dan sebagainya .(Mubarak ;2009 ; 275)

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

b) Bentuk sampah

Berdasarkan bentuknya sampah dapat digolongkan pada tiga kelompok besar yaitu,

sampah padat, sampah cair dan sampah gas

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi : a. Sampah an-organik, adalah sampah yang umunya tidak dapat membusuk,

misalnya; logam/besi, pacahan gelas, plastik dan sebagainya. b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk,

misalnya; sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya. 2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar

a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya;kertas, karet, kayu, plastic, kain bekas dan sebagainya.

b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya; kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca dan sebagainya.

3. Berdasarkan karakteristik sampah a. Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan,

yang umumnya mudah membusuk, dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel dan sebagainya.

b. Rabish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan baik yang mudah terbakar, seperti kertas, karton, plastic dan sebagainya, maupun yang tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas, dan sebagainya.

c. Ashes (abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok.

d. Street sweeping ( sampah jalanan) yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari campuran bermacam-maacam sampah, daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu, dan sebagainya.

e. Sampah industry, yaitu sampah yang berasal dari industry atau pabrik-pabrik. f. Bangkai binatang, yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak

kendaraan, atau dibuang oleh orang lain. g. Bangkai kendaraan, adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda motor, dan

sebagainya. h. Sampah pembangunan, adalah sampah dari proses pembangunan gedung,

rumah dan sebagainya, yang berupa puing-puing, potongan-potongan kayu, besi beton, bambu dan sebagainya (Mubarak,2009;276)

Beberapa faktor yang mempengaruhi sampah adalah jumlah penduduk, system

pengumpulan/pembuangan sampah, pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah, faktor

geografis, waktu, sosial, ekonomi dan budaya, musim hujan, kebiasaan masyarakat,

kemajuan teknologi serta jenis sampah

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya, sangat dipengaruhi oleh berbagai

kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain adalah:

(a) Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah inipun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.

(b) Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak pula jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan.

(c) Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula ( Neolaka;2008;67)

2.4. Dampak Sampah bagi Manusia dan Lingkungan

Sudah kita sadari bahwa pencemaran lingkungan akibat perindustrian maupun rumah

tangga sangat merugikan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui

kegiatan perindustrian dan teknologi diharapkan kualitas kehidupan dapat lebih ditingkatkan.

Namun seringkali peningkatan teknologi juga menyebabkan dampah negatif yang tidak

sedikit.

2.4.1. Dampak Sampah bagi Kesehatan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang

tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi

berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit. Menurut

Gelbert dkk (1996; 46-48) Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai

berikut;

a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat dapat bercampur dengan air

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

minum. Penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit) c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya

adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah

d. Sampah beracun; Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

2.4.2. Dampak Sampah terhadap Lingkungan

a. Pencemaran Udara

Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau tidak

sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti

permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali

terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses

pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul

sangat potensial menimbulkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya. Sarana

pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat berpotensi menimbulkan

masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat bercecerannya air lindi

dari bak kendaraan.

Proses dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal

ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang

secara langsung akan mengganggu komposisi gas alamiah di udara, mendorong

terjadinya pemanasan global, disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan

manusia di sekitarnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan

berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi

pencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi

syarat teknis.

Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul akibat

penutupan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik. Asap juga seringkali timbul

di TPA akibat terbakarnya tumpukan sampah baik secara sengaja maupun tidak.

Produksi gas metan yang cukup besar dalam tumpukan sampah menyebabkan api

sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan sangat mengganggu daerah

sekitarnya.

b. Pencemaran Air

Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan lindi

terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah sekitarnya akan

menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi pengolahan berskala besar

menampung sampah dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga potensi lindi

yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk menimbulkan pencemaran air

dan tanah di sekitarnya.

Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan sekitarnya baik

berupa rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan

yang terletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga

dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur penduduk yang trerletak pada elevasi

yang lebih rendah.

c. Pencemaran Tanah

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong

atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat

mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga

mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan

diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi

tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk

terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.

d. Gangguan Estetika

Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan yang

sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat

terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan pembuangan sampah lainnya.

Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan sangat

mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak segera diatasi akan

menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula dengan ceceran sampah dari

kendaraan pengangkut sering terjadi bila kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup

yang memadai.

Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran yang tertiup

angin atau ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran sampah di dalam area

pengolahan maupun ceceran sampah dari truk pengangkut akan mengurangi estetika

lingkungan sekitarnya. Lokasi TPA umumnya didominasi oleh ceceran sampah baik

akibat pengangkutan yang kurang baik, aktivitas pemulung maupun tiupan angin

pada lokasi yang sedang dioperasikan. Hal ini menimbulkan pandangan yang tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

menyenangkan bagi masyarakat yang melintasi / tinggal berdekatan dengan lokasi

tersebut.

e. Kemacetan Lalu lintas

Lokasi penempatan sarana/prasarana pengumpulan sampah yang biasanya berdekatan

dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain serta kegiatan

bongkar muat sampah berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus lalu lintas.

Arus lalu lintas angkutan sampah terutama pada lokasi tertentu seperti transfer station

atau TPA berpotensi menjadi gerakan kendaraan berat yang dapat mengganggu lalu

lintas lain; terutama bila tidak dilakukan upaya-upaya khusus untuk

mengantisipasinya.

Arus kendaraan pengangkut sampah masuk dan keluar dari lokasi pengolahan akan

berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di sekitarnya terutama berupa

kemacetan pada jam-jam kedatangan.

f. Dampak Sosial

Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya pembangunan

tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya. Karenanya tidak jarang

menimbulkan sikap menentang/oposisi dari masyarakat dan munculnya keresahan.

Sikap oposisi ini secara rasional akan terus meningkat seiring dengan peningkatan

pendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga sangat penting untuk

mempertimbangkan dampak ini dan mengambil langkah-langkah aktif untuk

menghindarinya.

2.4.3. Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi

Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau tidak sedap dan pemandangan yang buruk Karena sampah bertebaran dimana-mana.

b. Memberikan dampak negative terhadap kepariwisataan c. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat

kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas)

d. Penmbuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.

e. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengelolaan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atu tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan atau diperbaiki (Gilbert dkk; 1996)

Menurut Hadiwiyoto (1983) jika ditinjau dari segi keseimbangan lingkungan,

kesehatan, keamanan dan pencemaran, apabila sampah tidak dikelola dengan baik dapat

menimbulkan berbagai gangguan-gangguan antara lain sebagai berikut :

1. Sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena mengandung gas-gas yang terjadi dan rombakan sampah bau yang tidak sedap, daerah becek dan kadang-kadang berlumpur terutama apabila musimpenghujan datang.

2. Sampah yang bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan kondisi dari segi fisik dan kimia yang tidak sesuai dengan lingkungan normal, yang dapat mengganggu kehidupan dilingkungan sekitarnya.

3. Disekitar daerah pembuangan sampah akan terjadi kekurangan oksigen. Keadaan ini disebabkan karena selama proses peromabakan sampah menjadi senyawa-senyawa sederhana diperlukan oksigen yang diambil dari udara disekitarnya. Karena kekurangan oksigen dapat menyebankan kehiidupan flora dan fauna menjadi terdesak.

4. Gas-gas yang dihasilkan selama degradasi (pembusukan) sampah dapat membahayakan kesehatan karena kadang-kadang proses pembusukan ada mengeluarkan gas beracun.

5. Dapat menimbulkan berbagai penyakit, terutama yang dapat ditularkan oleh lalat atau seranngga lainya, binatang-binatang seperrti tikus dan anjing.

6. Secara estetika sampah tidak dapat digolongkan sebagai pemandangan yang nyaman untuk dinikmati

2.5. Sistem Pengelolaan Sampah

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

Karena sampah dapat merugikan kesehatan, keamanan, pencemaran dan merupakan

sesuatu yang tidak dipergunakan lagi dan harus dibuang, maka sampah dikelola dengan

sebaik-baiknya sedemikian rupa sehingga hal-hal negatife bagi kehidupan tidak sampai

terjadi. Agar sampah dapat dikelola dengan baik maka sebelumnya harus diketahui atau

diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya baik dari segi kualitas maupun

kuantitasnya.

Untuk menanggulanginya maka ditentukan cara pengolahan yang baik agar jangan

sampai terjadi dampak terhadap kesehatan manusia dan pencemaran terhadap lingkungan.

Syarat utama untuk menghindari dampak dari sampah dan sekaligus menciptakan

lingkungan yang sehat dan bersih sampah dapat terangkut seluruhnya dari TPS (Tempat

Pembuangan Sementara) ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) setiap harinya.

Pengelolaan sampah yang baik bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga

untuk keindahan lingkungan. Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah disini adalah

meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengelolaan sampah

sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi ganguan kesehatan masyarakat dan

lingkungan hidup. Cara-cara pengelolaan sampah antara lain :

(1) Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggungjawab dari masing-masing rumah tangga atau instansi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-msing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke tempat pembuangan sementara dan selanjutnya ketampat pembuangan sampah akhir. Mekanisme pengangkutan untuk daerah perkotaan adalah tanggungjawab pemerintah daerah setempat uang didukung oleh partisipasi masyarakat.

(2) Pemusnahan dan pengelolaan sampah

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

Pemusnahan dan pengelolaan sampah ini dapat dilakukan dengan melalui berbagai cara yaitu;

a. Ditanam, yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.

b. Dibakar, yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran.

c. Dijadikan pupuk yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk. Apabila setiap rumah tangga dibiasakan untuk memisahkan sampah organic dengan non organik kemudian sampah organik dioleh menjadi pupuk tanaman dapat dijual atau dipakai sendiri. Sedangkan sampah anorganik dibuang dan akan segera dipungut oleh para pemulung. Dengan demikian maka masalah sampah akan berkurang (Wijadmoko,2003;29)

2.6. Model Pengelolaan Sampah

Meskipun banyak kota atau kabupaten memiliki cara pengelolaan sampah, tetapi

modelnya tidak banyak berbeda. Hampir disetiap daerah menerapkan model yang paling

sederhana dan dirasakan cukup aman. Alasannya cukup masuk akal yaitu anggaran APBD

tidak seyogianya dinvestasikan untuk hal yang konsumtif. Bila tidak dirasakan dampak

negatife terhadap lingkungan maka model pengelolaan sampah tersebut bisa saja dilanjutkan.

Namun, bila dampak negatife sudah dirasakan maka mulai harus dipikirkan mencari model

baru yang lebih efisien dan aman.

2.6.1. Model Pengelolaan Sampah di Indonesia

Model pengelolaan sampah di Indonesia ada dua macam, yaitu urugan dan

tumpukan. Model pertama merupakan cara yang paling sederhana, yaitu sampah dibuang di

lembah atau cekungan tanpa memberikan perlakuan. Urungan atau model buang dan pergi ini

bisa saja dilakukan pada lokasi yang tepat, yaitu bila tidak ada pemukiman dibawahnya, tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

menimbulkan polusi udara, polusi pada air sungai, longsor tau estetika. Model ini umumnya

dilakukan untuk suatu kota yang volume sampahnya tidak begitu besar.

Pengelolaan sampah yang kedua lebih maju dari cara urugan, yaitu tumpukan. Model

ini bila dilaksanakan secara lengkap sebenarnya sama dengan teknologi aerobik. Hanya saja

tumpukan perlu dilengkapi dengan unit saluran air buangan, pengelolaan air buangan

(leachate) dan pembakaran ekses gas metan (flare). Model yang lengkap ini telah memenuhi

prasyarat kesehatan lingkungan. Model seperti ini banyak diterapkan dikota-kota besar.

Namun, sayangnya model tumpukan ini umumnya tidak lengkap, tergantung dari kondisi

keuangan dan kepedulian pejabat daerah setempat akan kesehatan lingkungan dan

masyarakat. Aplikasinya ada yang terbatas pada tumpukan saja atau tumpukan yang

dilengkapi saluran air buangan, jarang yang membangun unit pengelolaan air buangan.

Meskipun demikian ada suatu daerah yang mengelolanya dengan kreatif. Berikut ini

beberapa model pengelolaan sampah di beberapa kota di jawa (Sudradjat,2008;10-15)

a. DKI Jakarta (Bantar Gebang)

Pengelolaan sampah DKI Jakarta di Bantar Gebang telah didirikan sejak tahun 1986.

Lokasi lahan di Kabupaten Bekasi dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta

membayar tipping fee kepada Pemda Bekasi sebesar Rp 60 juta per ton sampah. TPA Bantar

Gebang dikelola dengan penerapan sistem tumpukan yang dilengkapi dengan IPAS (Intalasi

Pengelolaan Air Sampah) dan sistem drainage. Sistem drainage ini untuk menampung air

buangan atau lindi hitam (leachate) ke dalam IPAS dan membuangnya ke sungai terdekat.

Sistem IPAS menggunakan activated sludge system, yaitu danau yang diberi aerasi

dengan agiator (pengaduk bertenaga besar). Operasional IPAS dan kebersihan drainage perlu

dikontrol dengan baik setiap hari agar tidak terjadi klaim dari masyarakat tentang kualitar air

bangunan. Demikian juga jalan yang dilalui truk perlu dijaga kebersihan dari tetesan air yang

Universitas Sumatera Utara

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

keluar dari truk dan sampah yang berserakan sepanjang jalan tersebut. Tujuannya agar

terhindar dari bau, pemandangan yang tidak sedap, serta munculnya penyakit yang

berhubungan dengan kesehatan kulit dan paru-paru. Namun pada kenyataannya, pada tahun

2005 penduduk disekitar TPA terserang penyakit dermatitis sebanyak 2.710 orang.

Pembakaran gas metan juga dilakukan pada beberapa timbunan meskipun tidak

tertata baik. Pemisahan material anorganik dilakukan oleh pemulung yang jumlahnya

puluhan orang serta sudah merupakan kegitan social-ekonomi tersendiri dan melibatkan

bisnis yang nilainya cukup besar. Meskipun model ini sangat minimal, tetapi terbukti efektif

dan telah menolong masyarakat DKI Jakarta dalam mengatsi masalah sampah.

Permasalahan sampah di DKI Jakarta saat ini adalah volume sampah yang tidak bisa

ditampung lagi oleh areal yang ada. Perluasan areal ke daerah lain, terutama lintas provinsi

tidak akan memecahkan persoalan, tetapi hanya akan memindahkan persoalan. Dengan

pendekatan ilmiah diharapkan aka nada jalan keluar yang lebih arif dan efektif.

b. Surabaya (Sukolilo)

Model TPA di Surabaya persis sama dengan DKI Jakarta, sekitar tahun 1980-an

TPA Sukolilo diprotes oleh masyarakat setempat karena menimbulkan polusi bau, padahal

masyarakat datang ke lokasi setelah TPA tersebut berjalan beberapa tahun. Namun, hal ini

tidak bisa diabaikan karena masalah social bagian dari masalah sampah kota. Sebagai jalan

keluar, Pemerintah Kota Surabaya selanjutnya mengimpor 1 (satu) unit incinerator

(pembakar) dari Inggris. Ternyata, alat tersebut tidak efektif karena biaya pembakaran sangat

besar dan polusi bau berubah menjadi asap dan debu, bahkan partikulat.

Aplikasi incinerator di Indonesia kurang sesuai karena kadar air sampah sangat

tinggi (>80 %) sehingga sebagian energi yang digunakan untuk membakar (minyak residu)

Universitas Sumatera Utara

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

adalah untuk menguapkan air. Hal tersebut mengakibatkan biaya operasional alat tersebut

menjadi sangat tinggi. Solusinya adalah TPA dipindahkan lokasinya ke daerah pantai di

wilayah kabupaten Sidoarjo. Masalah yang mungkin timbul di TPA baru ini adalah salinitas

yang bisa menghambat efektivitas kerja mikroba. Selain itu, air buangan dari sampah akan

mengotori perairan/perikanan karena jaraknya yang terlalu dekat. Semua kelemahan tersebut

sebenarnya dapat diatasi dengan pendekatan teknologi asal memungkinkan biayanya.

Aplikasi Incinerator di Indonesia kurang sesuai karena kadar air sampah sangat tinggi.

c. Solo (Mojosongo)

Model pengelolaan sampah di kota Solo sama dengan daerah lain yaitu dengan cara

tumpukan. Kelebihannya adalah sampah pada gundukan yang telah menjadi kompos dibagi-

bagikan secara gratis kepada masyarakat. Masyarakat menyaring kompos dari bahan organik

yang tidak terurai serta kotoran kasar, kemudian di jual. Dengan cara ini ada sistem input dan

sistem output sehingga luasan areal TPA untuk timbunan sampah akan lebih lama penuh

karena output berupa kompos selalu keluar dari areal tersebut.

Masyarakat sekitar juga diuntungkan karena adanya penghasilan tambahan, yang

cukup besar. Selain itu, system tersebut berhasil memacu tumbuh kembangnya pertanian

organic di wilayah tersebut. Hal lain yang menarik adalah adanya hewan ternak sapi yang

dipelihara oleh penduduk sekitar dengan cara dilepas secara liar diareal TPA untuk mencari

makanan sendiri. Berdasarkan penelitian dari WHO, ternyata susu tidak tercemar oleh

kotoran yang berasal dari sampah.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

Pada awal pembangunan TPA, penduduk yang tinggal di pinggir sebelah kiri dan

kanan jalan menuju TPA adalah pemulung yang di impor dari daerah lain. Pemulung tersebut

diberikan gubuk sederhana oleh Pemda setempat. Kini gubuk-gubuk tersebut telah berubah

menjadi rumah bata dan hampir setiap rumah memiliki motor. Setiap pagi hari, berpuluh-

puluh truk parker disepanjang jalan menuju TPA melakukan transaksi bisnis jual-beli

material selain sampah, seperti kertas/karton, besi, plastic, kaleng dan aluminium. Model ini

ternyata bisa dijadikan contoh cara pengelolaan sampah yang berhasil karena terasa

manfaatnya bagi masyarakat tingkat rendah, disamping juga dapat mengatasi masalah

lingkungan.

d. Medan ( Namo Bintang dan Terjun)

Selama ini sistem pembuangan sampah di Medan masih berkiblat pada sistem open

dumping. Sebuah sistem pembuangan sampah yang dilakukan di lahan terbuka. Truk yang

mengangkut sampah dari seluruh penjuru kota ditimbang untuk mengetahui volume sampah,

kemudian sampah yang masuk ke TPA diratakan dengan alat berat supaya tidak

menggunung. Tidak haren jika, dua TPA saat ini, TPA Namobintang seluas 17 Hektar dan

TPA Terjun seluas 14 Hektar cepat penuh. Selain makan tempat, sistem open dumping juga

menyebabkan pulusi. Sistem ini menimbulkan pemanasan yang mengakibatkan gas metana

naik sehingga bisa menimbulkan polusi yang berpengaruh terhadap lingkungan dan

kesehatan.

Metana dapat juga menjadi suatu bahan yang mudah meledak jika konsentrasinya

berlebihan. Gas sampah TPA mempunyai potensi meledak oleh perpindahan dari sampah dan

berakumulasi di tempat tertentu.Pemerintah Sumatera Utara akan menerapkan sistemm baru

yaitu sanitary landfill dan juga giat menggarap proyek TPA tepadu di STM Hilir. Semua

Universitas Sumatera Utara

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

daerah sesuai amanat undang-undang akan segera meninggalkan sisitem pengelolaan sampah

sistem terbuka. Tak terkecuali Medan.

Pemerintah kota Medan telah mengeluarkan beberapa peraturan yang dijadikan dasar

dalam melaksanakanpengelolaan sampah di kota medan yaitu :

a. Peraturan Daerah kota Medan no. 4 tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Kota Medan

b. Peraturan Daerah Kota Medan No.8 tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan Kebersihan yang sekaligus mencabut SK Walikotamadya KDH Tingkat II Medan No. 970/301/1993 tanggal 30 Desember 1993 tentang Tarip Pelayanan Kebersihan.

c. Surat keputusan Walikota Medan Nomor 24 tahun 2001 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan.

d. Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 10 tahun 2002 tentang Tugas dan Fungsi Dinas Kebersihan Kota Medan.

e. Surat Keputusan walikota Medan Nomor 539/1306/K/2002 tanggal 1 Juli 2002 tentang Pembekuan Pelayanan Umum Kebersihan Kota Medan ole PD Kebersihan,yang sepenuhnya dialihkan menjadi tanggungjawab Dinas Kebersihan Kota Medan (Dinas Kebersihan Kota Medan,2008)

e. Daerah lainnya

Dibeberapa kota di Jawa Barat yang penduduknya tidak begitu padat dan memilki

topografi lembah dan pengunungan seperti di kota Kuningan, Sumedang, Garut, Ciamis dan

Tasikmalaya sampahnya dibuang ke lembah. Cara tersebut juga dianut pada kota lainnya di

Jawa Tengah dan Jawa Timur karena cukup efektif dan murah. Di Jogyakarta, pengelolaan

sampah dilakukan dengan cara tumpukan dan dilengkapi dengan unit pengelolaan sampah

masinal (mesin) yang dikelola leh Pemda setempat. Cara tumpukan telah dilakukan secara

professional. Di Malang, TPA cara tumpukan dibangun dengan bantuan dana asing dan

dirancang secara modern dengan mengambil lokasi disuatu lembah. Di Bogor terutama TPA

Universitas Sumatera Utara

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

didaerah Gunung Galuga, Leuwiliang, juga menggunakan cara tumpukan, tetapi karena

tingginya curah hujan maka sampah kota memerlukanwaktu cukup lama untuk

pembusukannya. Di Bandung kasusnya sama dengan DKI Jakarta, yaitu kemampuan TPA di

daerah Lembang sudah tidak bisa mengatasi volume sampah yang begitu besar, disamping

cuaca yang sangat dingin sehingga pembusukan berjalan sangat lamban.

2.7. Minimisasi Sampah

Minimisasi limbah/sampah adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi,

toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses produksi dengan reduksi dari

sumber dan/atau pemanfaatan limbah. Pada dasarnya minimisasi limbah/sampah merupakan

bagian dari pengelolaan limbah dan dapat mengurangi penyebaran limbah di lingkungan,

meningkatkan efisiensi produksi dan dapat memberikan keuntungan ekonomi, antara lain:

a. Mengurangi biaya pengangkutan ke pembuangan akhir;

b. Mengurangi biaya pembuangan akhir;

c. Meningkatkan pendapatan karena penjualan dan pemanfaatan limbah.

Usaha minimisasi limbah di Indonesia telah dimulai di sektor industri pada tahun

1995 dengan membuat suatu komitmen nasional dalam penerapan strategi produksi bersih

dalam proses industri. Walaupun demikian usaha serupa belum dimulai di sektor

domestik/rumah tangga dan baru terbatas pada kegiatan pengumpulan dan sedikit daur-ulang.

Salah satu bagian dari minimasi limbah yang perlu diperhatikan adalah limbah atau sampah

padat yang dihasilkan dari pengemasan (packaging) karena jumlah yang dihasilkan akan

semakin meningkat di masa mendatang. Upaya minimisasi limbah padat rumah tangga antara

lain melalui kegiatan daur-ulang dan produksi kompos.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

Sangat disayangkan bahwa Pemerintah Daerah belum memiliki komitmen yang kuat

mengenai minimisasi limbah rumah tangga. Komitmen ini sudah seharusnya dituangkan

dalam kebijaksanaan Pemda dan diperkuat dengan peraturan daerah. Di tingkat Pusat

kegiatan 3-M (Mengurangi, Menggunakan kembali, Mendaur-ulang) sudah dibakukan

melalui kebijaksanaan, strategi dan dijabarkan dalam pelaksanaan kegiatan yang lebih

konkrit. Pelaksanaan kegiatan tersebut antara lain berupa pemberian paket bantuan proyek

perintisan UDPK (Usaha Daur-ulang dan Produksi Kompos) di 50 kota Dati II di Indonesia.

Petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan dan tata cara tentang kegiatan 3-M sudah disusun dan

disebarluaskan melalui diseminasi-diseminasi oleh Ditjen Cipta Karya Dept. PU. Tetapi

harapan untuk dapat merangsang Pemda melakukan kegiatan pengomposan dan daur-ulang

sehingga dapat mengefisienkan biaya pengelolaan sampah kota ternyata belum dapat tercapai

(Sudrajat, 2007)

2.7.1. Penanganan Sampah 3-R

Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara

reduce/mengurangi (R1), reuse/menggunakan kembali (R2), dan recycle/mendaur-ulang

sampah (R3) mulai dari sumbernya (Dit, Bintek DJCK, 1999). Penanganan sampah 3-R

sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang

efisien dan efektif sehingga diharapkan dapat mengurangi biaya pengelolaan yang semakin

meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan perhitungan di atas kertas, bila sampah kota

dapat ditangani melalui konsep 3-R, maka sampah yang sampai yang akan sampai di TPA

hanya ± 20% saja. Hal itu berarti akan sangat mengurangi biaya pengangkutan dan

pembuangan akhir. Penanganan sampah 3-R akan lebih baik lagi bila dipadukan dengan

siklus produksi dari suatu barang yang akan dikonsumsi. Langkah-langkah pengerjaan

Universitas Sumatera Utara

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

penanganan sampah 3-R dapat disesuaikan dengan sumber penghasil sampah yaitu rumah

tangga.

Tabel 1. Upaya Penanganan Sampah Melalui Prinsip 3-R Di Sumber Sampah Penanganan 3-R

Cara Pengerjaan

R-1

Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan

sampah dalam jumlah besar Gunakan produk yang dapat diisi ulang Kurangi penggunaan bahan sekali pakai Jual atau berikan sampah yang telah terpilah kepada pihak yang

memerlukan. R-2

Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau

fungsi lainnya Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang. Gunakan baterai yang dapat diisi kembali.

R-3

Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur-ulang dan mudah

terurai Lakukan penanganan untuk sampah organik menjadi kompos

dengan berbagai cara yang telah ada (sesuai ketentuan) atau manfaatkan sesuai dengan kreatifitas masing-masing.

Lakukan penanganan sampah anorganik menjadi barang yang be rmanfaat.

2.7.2. Daur-Ulang dan Pengomposan

Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas

kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk bekas

pakai. Daur ulang bisa menggunakan prinsip 2 R yaitu reuse dan recycle. Menggunakan

kembali: barang-barang yang dianggap sampah karena sifat dan karakteristiknya dapat

dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses produksi. Sementara mendaur-ulang sampah

didaur ulang untuk dijadikan bahan baku industri dalam proses produksi. Dalam proses ini,

sampah sudah mengalami perubahan baik bentuk maupun fungsinya. Sampah organik dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

didaur ulang menjadi produk-produk berguna seperti kompos, pupuk kandang, briket dan

biogas.

Material yang dapat didaur ulang antara lain botol bekas wadah kecap, saos, sirup,

creamer dan lain-lain, kertas, aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue

dan lain-lain, besi bekas, plastik bekas wadah shampoo, air mineral, jerigen, ember dan lain-

lain, sampah basah dapat diolah menjadi kompos.

Kompos merupakan hasil permentasi dari bahan-bahan organik sehingga berubah

bentuk, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau. Pengomposan merupakan proses

penguraian bahan-bahan organik dalam suhu yang tinggi sehingga mikroorganisme dapat

aktif menguraikan bahan-bahan organik sehingga dapat dihasilkan bahan yang dapat

digunakan tanah tanpa merugikan lingkungan. Proses pembuatan kompos adalah dengan

menggunakan aktivator EM-4, yaitu proses pengkomposan dengan menggunakan bahan

tambahan berupa mikroorganisme dalam media cair yang berfungsi untuk mempercepat

pengkomposan dan memperkaya mikroba.

2.8. Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Perkotaan

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek yang terpenting

untuk diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu. Masyarakat senantias

ikut berpartisipasi terhadap proses-proses pembangunan bila terdapat faktor-faktor yang

mendukung anrata lain; kebutuhan, harapan, motivasi, ganjaran, kebutuhan sarana dan

prasarana, dorongan moral dan adanya kelembagaan baik informal maupun formal.

Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor

teknis untuk menanggulangui persoalan sampah perkotaan dan lingkungan pemukiman dari

Universitas Sumatera Utara

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

tahu ke tahun yang semakin kompleks. Selain partisipasi masyarakat, diperlukan juga

perhatian dari pemerintah khususnya pemerintah daerah dan lembaga swadaya masyarakat

sebagai faktor pelaksana pembangunan daerah dan pemegang kebijakan dalam

mengakomodir kegiatan dan program-program pengelolaan sampah perkotaan secara lestari

dan partisipasi masyarakat sehingga kebersihan dan keindahan Kota Medan dapat terwujud

dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat kota. Solusi dalam mengatasi sampah

ini dapat dilakukan dengan meningkatkan efesiensi terhadap semua program pengelolaan

sampah yang dimulai pada skala kawasan (tingkat kelurahan dan kecamatan) kemudian

dilanjutkan pada skala yang lebih luas.

2.9. Pengertian pola

Untuk memberikan suatu gambaran tentang Pola Pengelolaan Sampah Domestik di

Kecamatan Medan Denai khususnya Kelurahan Binjai, terlebih dahulu dijelaskan mengenai

pengertian istilah pola atau model agar diperoleh kesamaan visi dan persepsi dalam

membahas konsep tersebut.

Pola adalah suatu model (contoh, acuan, atau ragam) dari suatu yang akan dibuat atau

dihasilkan (Depertemen P dan K, 1984;75). Defenisi lain dari pola adalah abstraksi dari

sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat

presentase yang bersifat menyeluruh atau pola adalah abstraksi dari realitas dengan hanya

memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya (Simarmata,1983;12)

Dalam dunia ilmu pengetahuan, pola mengandung arti suatu abstraksi ataupun

gambaran dari sistem yang kompleks, dengan penyederhanaan untuk memudahkan

pemahaman keadaan ataupun obyek tertentu (Pamuji, 1989).

Universitas Sumatera Utara

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31793/3/Chapter II.pdf · lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada

Pola biasa dipergunakan untuk menentukan atau mengagambarkan sesuatu, misalnya

sistem informasi manajemen, membantu dalam menerangkan sistem, menentukan,

menjelaskan, menggambarkan hubungan dan kegiatan menampakkan sesuatu situasi dalam

pelambangan yang bisa dimanipulasi untuk menghasilkan suatu prediksi. Tujuan akhir inilah

yang paling penting bagi pengambil keputusan (Amirin,1987)

Pola bermanfaat untuk melakukan prediksi akibat-akibat ada atau tidaknya perubahan

faktor penyebab. Pola merupakan alat bantu yang baik dalam pengkajian persoalan dan

perumusan serta penentian alternative kebijaksanaan (Tjoroamijojo &

Moestopadidjaya;1988). Pola pengelolaan sampah di Kecamatan Medan Denai merupakan

suatu kegiatan manusia yang kompleks, memerlukan pemecahan dengan pendekatan

keterpaduan karena dalam pengelolaan itu terdapat implikasi hubungan antara institusi terkait

yang tidak efektif bila dipecahkan secara farsial.

Universitas Sumatera Utara