bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelti terdahulueprints.umm.ac.id/46525/4/bab ii.pdf · beberpa...
TRANSCRIPT
-
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelti Terdahulu
Hasil dariSiti Masruroh dan Zulaikha (2013) variabel pemahaman wajib
pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
sementara variabel kemanfaatan NPWP, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan
secara persial tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Berdasarkan analisis dari Nurulita Rahayu (2017) menunjukan hasil bahwa
ada pengaruh positif pada pengetahuan perpajakan. Artinya semakin tinggi
pengetahuan wajib pajak terhadap perpajakan semakin tinggi pula keinginan wajib
pajka untuk menyampaikan surat pemberitahuan dengan tepat waktu, sehingga
akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini mendukung penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh ( Putu dan Ni Lu Supandi, 2016) analisis yang
dilakukan melalui survei ini disimpulkan bahwa variabel kualitas pelayanan,
sanksi perpajkan dan variabel penerapan E-Filing berpengaruh positif terhadap
variabel kepatuhan wajib pajak sementara variabel biaya kepatuhan berpengaruh
negatif terhadap variabel kepatuhan wajib pajak.
Claressa Ayu (2016) dengan hasil penelitian bahwa perubahan signifikan
mempengaruhi tingkat kepatuhan membayar pajak, kemudahan pajak secara
signifikan mempengaruhi kepatuhan membayar pajak , sanksi pajak perpengaruh
positif terhadap kepatuhan membayar pajak dan sosialisasi PP No 46 Thn 2013
juga berpengaruh positif terhadap kepatuhan dalam membayar pajak.
-
10
Penelitian Sri Putri (2014) menunjukan kesadaran perpajakan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, variabel pemahaman dan
tingkat pelayanan fiskus juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak. Penelitian ini didukung oleh Agnes Sophia (2015) yang menunjukan
hasil bahwa variabel kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak, sanksi perpajakan berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dan pemahaman perpajakan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Kesimpulan dari penelitian Sri Putri (2014) sejalan dengan penelitian
Claressa Ayu (2016) bahwa tingkat pelayanan, kesadaran perpajakan, pemahaman
perpajakan dan sasnksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan
perpajakan hal tersebut juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Agnes
Sophia (2015) dimana variabel kesadaran perpajakan, pemahaman perpajakan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan perpajakan, namun pada
variabel sanksi perpajakan pengaruhnya negatif dan signifikan terhadap kepatuhan
perpajakan, bersamaan dengan penelitian Siti Masruroh dan Zulaikha (2013)
dimana 3 variabel yaitu kemanfaatan NPWP, pemahaman perpajakan dan kualitas
pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan perpajakan
sedangkan variabel sanksi perpajakan pengaruhnya negatif dan signifikan
terhadap kepatuhan perpajakan.
2.2 Landasan Teori
a. Teori Atribusi
Menurut teori atribusi, upaya individu untuk memahami penyebab
perilaku individu dapat dilihat dari dua factor yaitu factor internal dan factor
eksternal. Factor eksternal yang dimaksud adalah factor yang datangnya dari luar
-
11
individu, sedangkang factor internalnya adalah factor yang dating dari dalam diri
individu sendiri. Pada dasarnya manusia adalah makhluk social yang yang akan
selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Dari itu tentu saja factor eksternal
dating dari luar diri individu itu sendiri, lingkungan tempat berkembangnya
seseorang dapat mempengaruhi untuk melakukan yang bias saja berbanding
terbalik dengan sikap asli individu tersebut. Dalam hal kewajiban membayar pajak
factor eksternal yang diterima oleh wajib pajak dapat menjadi factor yang
mempengaruhi wajib pajak dalam ketaatannya untuk melaksanakan kewajibannya
dengan benar (Septariani, 2015).
Teori atribusi relevan untuk menjelaskan factor apakah yang
mempengaruhi wajib pajak dalam kepatuhannya dalam membayar pajak dilihat
dari factor internal dan eksternal wajib pajak. Pelayanan adalah factor eksternal
yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan
kewajibannya. Pelayanan uyang maksimal mampu membuat wajib pajak semakin
patuh atau bias jadi menghindar dari aktivitas pembayaran pajak karena pelayanan
yang diterima sama sekali tidak maksimal. Pelayanaan pajak termaasuk dalam
factor eksternal yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak (Suntono dan
Kartika, 2015). Praba dan Noviar (2012) menagatakan kualitas pelayanan
memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
b. Teori Pembelajaran Sosial
Toeri pembelajaran social ini menjelaskan bahwa seseorang mempelajari
sesuatu melalui pengamatan dan pemahaman langsung (Robbins dan Judge,
2008). Terori ini relevan untuk menjelaskan perilaku individu dalam memenuhi
kewajiban pajaknya. Terori ini menjelaskan bahwa wajib pajak akan patuh dalam
-
12
melaksanakan perpajakannya karena telah menjadi kewajiban. Pelaku pajak yang
memiliki pemahaman dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya akan
mengetahui aturan yang berlaku. Wajib pajak akan memahami bahwa
menghindari pajak akan menimbulkan berbagai resiko yang dapat merugikan diri
sendiri. Pemerintah akan meberikan sanksi kepada wajib pajak yang telah
melanggar ketentuan perpajakan. Selain memberikan kualitas pelayanan yang
baik, pelayan pajak juga akan memberikan hukuman berupa sanski pajak kepada
yang melanggar. Dalam penelitian Rahman dan Roy Purnaditya (2015) sanksi dan
pemahaman pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
c. Teori Prospek
Teori prospek adalah teori yang mempelajari mengenai sikap manusia
dalam pengambilan keputusan dalam suatu keadaaan. Tujuan dari teori ini untuk
menggambarkan bagaiman seseorang mengambil keputusan dengan berbagai
pertimbangan dan kondisi yang tidak pasti (Rejeki, 2018). Dalam teori prospek
Kahneman dan Tversky (1979) mengungkapkan bahwa seseorang akan mencari
informasi sebelum akhirnya menentukan sebuah keputusan. Setelah konsep
keputusan tersebut dibuat, seseorang akan memilih salah satu konsep yang
memiliki keuntungan terbesar. Maka dari itu teori ini sangat relevan untuk
menunjukkan bahwa seseorang memiliki kecenderungan irasional untuk lebih
mempertaruhkan keuntungan daripada kerugain. Apabila seseorang dalam posisi
menguntungkan maka orang tersebut cenderung untuk menghidari resiko
(Aryobowo, 2012).
Teori ini sangat cocok untuk menggambarkan kesadaran wajib pajak.
Ketika wajib pajak menyadari pemanfaatan pajak dalam pembangunan dan
-
13
pelaksaan fungsi pemerintah, kemudian wajib pajak akan dihadapkan dengan
kondisi ketika mayoritas wajib pajak menghindar dari pembayaran pajak maka
menjadi suatu pertimbangan bagi wajib pajak dalam mengambil suatu keputusan.
Kualitas pelayanan yang diberikan oleh pihak apparat pajak kepada wajib pajak
juga menjadi suatu bahan pertimbangan wajib pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya. Kurangnya kualitas pelayanan dan transparansi
pemerintah dalam pengalokasian hasil pajak akan menjadi pengaruh negative bagi
wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
1.3 Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Pajak
Prof. Dr. MJH. Smeeths, mendevinisakan pajak sebagai suatu prestasi uang
dibentuk oleh pemerintah yang terhutang dengan menempuh segenap aturan serta
bisa dipaksakan tanpa adanya kontra kinerja dari setiap individual. Pada intinya
adalah sebagai pembiayaan pengeluaran Negara.
Waluyo (2012), menguraikan beberapa pengertian pajak diantaranya,
mengutip pendapat dari Dr. NJ. Feldmann dalambuku De Over Heidsmiddelen
Van Indonesia, terjemahannya: Pajak adalah performa yang dipaksakan sepihak
oleh dan terutang kepada pengusaha berdasarkan aturan yang sudah ditetapkan
secara umum tanpa adanya kontra prestasi semata-mata dikelolah untuk
melengkapi pengeluaran-pengeluaran dalam menjalankan roda pemerintahan.
Kemudian pengertian pajak dilihat dari Undang-Undang pada Undang-
Undang No. 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1 mengungkapkan pajak sebagai
partisipasi wajib kepada negara yang terutang oleh individu atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, tanpa mendapatkan balasan
-
14
secara langsung dan digunkan untuk kepentingan negara untuk memakmurkan
rakyat.
Madriasmo (2009) berpendapat bahwa pajak adalah pungutan masyarakat
untuk pemasukan negara yang diatur dalam undang-undang yang dapat
dipaksakan dan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang langsung namun
digunakan untuk kepentingan umum.
Sedangkan wajib pajak jika ditinjau dari Undang-Undang No 28 tahun
2007 Pasal 1 tentang perubahan ketiga dari Undang-Undang No 6 Tahun 1983
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan wajib pajak yaitu orang
pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Wajib pajak yang terdaftar di kantor pelayanan pajak meliputi wajib
pajak aktif dan wajib pajak non aktof. Wajib pajak yang aktif adalah wajib pajak
yang mempunyai kegiatan dan usaha yang terdaftar di kantor pajak dan aktif
dalam memenuhi kewajiban menyampaikan SPT masa atau tahunan segaimana
mestinya.
b. Fungsi Pajak
Rismawati dan Antong Amiruddin (2012) pajak bukan hanya dipungut untuk
dibayarkan ke kas Negara tanpa adanya manifestasi, namun pajak memiliki
beberapa fungsise bagaiberikut:
a) Fungsi Pendapatan
Penerimaan Negara dari pajak kuantitasnya cukup besar. Pajak menjadi
suatu sumber atau alat untuk memasukkan uang kekas Negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dari fungsi ini pajak digunakan untuk membiayai
-
15
pengeluaran dan pembangunan. Jika lebih maka akan dialokasikan keinvestasi
pemerintah.
b) Fungsi Stabilitas
Dengan perolehan pajak, akan tercipta kondisi yang dapat mengatur
perekonomian, sehingga tercipta kualifikasi ekonomi yang stabil. Misalnya
pemerintah bermaksud menstabilkan harga produk dalam negeri maka pemrintah
tidak mengenakan pajak pada komponen produk impornya, dengan begitu harga
produk dalam negeri lebih murah.
c) Fungsi Pemerataan
Dinatara fungsi pemerintah adalah mendorong tinggi perekonomian.
Untuk mencapai itu pemerintah membutuhkan dana dalam membiayai
pembangunan. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan.
Pembangunan apparatus dan inflastruktur dilakukan untuk mendorong pertubuhan
perekonomian dan lapangan pekerjaan sehingga pemerataan pembangunan dapat
dicapai. Pajak sebagaifungsi anggaran (badgetair) artinya pajak sebagai sumber
dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Selain itu
pajak juga sebagai berfung simengatur (cregulerend) yaitu sebagai alat untuk
mengatur kebijakan-kebijakan pemerintah baik bidang social maupun
perekonomian (Mardiasmo, 2016)
c. Kepatuhan Perpajakan
Berdasarkan Keputusan Manteri Keuangan No.554/KMK.04/2000, ada
beberpa criteria wajib pajak yang patuh, yaitu:
a) Wajib pajak tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak
dalam dua tahun terakhir.
-
16
b) Tidak mempunyai tungggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah
memperoleh ijin untuk mengangsur atau menunda pelunasan pajak.
c) Tidak pernah dijatuhkan hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan dalam waktu 10 tahun terkahir.
d) Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal
terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan
yang terkahir untuk tiap-tiap jenis pajak yang terutang paling banyak 5%.
e) Wajib pajak yang melapor keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit oleh
akuntan public dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat dengan
pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiscal.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kepatuhan wajib pajak yaitu, wajib
pajak mengisi formulir SPT dengan benar, lengkap dan jelas, melakukan
perhitungan dengan benar, tepat waktu dalam pembayaran dan tidak pernah
menerima surat teguran (Handayani, 2009).
d. Sanksi Pajak
Sanksi pajak yaitu suatu tindakan berupa hukuman yang dikenakan kepada
orang yang melanggar peraturan. Atau dengan kata lain, sanksi pajak sebagai alat
pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Dalam aturan
perpajakan ada dua jenis sanksi yang akan dikenakan pada wajib pajak yaitu
sanksi administrasi dan sanksi pidana. Perbedaannya adalah pada sanksi
administrasi wajib pajak hanya membayar kerugian negara, khususnya yang
berupa bunga dan kenaikan. Sementara sanksi pidana adalah merupakan sanksi
-
17
yang menyiksa, hal tersebut dilakukan agar wajib pajak mematuhi aturan
perpajakan (Mardiasmo, 2016).
Arum (2012) berpendapat tentang sanksi perpajakan yaitu suatu tindakan
berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang melanggar peraturan.
Peraturan atau Undang-Undang merupakan petunjuk bagi seseorang untuk
melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus
dilakukan. Sanski diperlakukan supaya undang-undang tidak dilanggar.
Pentingnya sanksi perpajakan karena dalam rangka pelaksaan perpajakan
pemerintah Indonesia menerapkan self assessment system. Pemerintah telah
menyiapkan petunjuk yang tertuang dalam undang-undang perpajakan yang
berlaku agar pemungutan pajak dapat tercapai denagn maksimal.
e. Kesadran Perpajakan
Jika dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesadaran adalah
mengetahui, merasa dan tahu. Artinya kesadaran perpajakan adalah dimana wajib
pajak mengetahui, menyadari akan aturan-aturan perpajakan, hal ini penting
karena dari sini wajib pajak menyadari atas kewajiban-kewajiban yang harus
dipenuhi dalam perpajakannya. Sedangkan kesadaran perpajakan menurut
(Ritongga, 2011) yaitu perilaku atau sikap terhadap suatu objek yang melibatkan
pengetahuan dan perasaan serta kecendurungan untuk bertindak sesuai objek
tersebut.
Wajib Pajak dituntut untuk melaksanakan aturan perpajakan dengan benar
dan sukarela. Artinya, kesadaran wajib pajak adalah kondisi dimana wajib pajak
mengetahui, mengakui dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta
memiliki kesungguhan dan keinginan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
-
18
f. Pelayanan Fiskus
Pelayanan fiskus ialah sebagai proses bantuan kepada orang lain dengan
cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar
tercipta kepekaan dan keberhasilan (Boediono, 2003). Tujuan dari pelayanan
wajib pajak yakni supaya dicapainya kepuasan optimal wajib pajak.
Nisa (2002) menyatakan bahwa pelayanan yang baik kepada wajib pajak
akan membangun image positif dalam diri wajib pajak, sehingga tidak ada
kebosanan ketika berhubungan dengan aparatur pajak. Pelayanan perpajakan
dilakukan melalui organisasi DJP baik kantor pusat maupun kantor wilayah.
Supriono (2001) mengungkapkan pelayanan yang maksimal perlu
beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Tepat dan relevan, artinya pelayanan harus mampu melebihi preferensi, harapan
dan kebutuhan individu dan masyarakat.
b. Bersedia dan terjangkau, artinya pelayanan harus bisa dijangkau oleh setiap
orang atau kelompok orang yang mendapat prioritas.
c. Dapat menjamin rasa keadilan, artinya terbukti dalam memberikan perlakuan
terhadap individu atau sekelompok orang dalam keadaan yang sama.
d. Dapat diterima, artinya pelayanan memberikan kualitas apabila dilihat dari
teknis/cara, kualitas, kemudahan, kenyamanan, menyenangkan dapat diandalkan,
tepat waktu, cepat responsif dan manusiawi.
e. Ekonomis dan efisien, artinya dari sudut pandang pelayanan dapat dijangkau
melalui tarif dan pajak oleh semua lapisan.
-
19
f. Efektif, yaitu menguntungkan bagi pengguna dan semua lapisan masyarakat.
g. Pemahaman Perpajakan
Pemahaman berasal dari kata paham. Dalam KBBI yang disusun
(Moeliono, 1998) menjelaskan paham berarti (a) mengenai benar akan, tahu benar
(akan), (b) pandai dan mengerti benar (terhadap sesuatu hal). Sedangkan
pemahaman diartikan sebagai proses dari berjalanannya pengetahuan seseorang,
perbuatan atau cara memahami. Menurut (Stanton, 2006) menjelaskan bahwa
pemahaman merupakan salah satu faktor psikologis dalam kegiatan belajar.
Seseorang memahami sesuatu harus melewati dan kemudian harus meningkatkan
kualitas pemahamannya tersebut.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkta pemahaman
adalah suatu proses peningkatan pengetahuan secara intensif yang dilakukan
seseorang individu dan sejauh mana dapat mengerti dengan benar akan suatu
permasalahan yang ingin diketahui.
Masalah tingkat pemahaman perpajakan dari wajib pajak dirasa perlu untuk
dibahas karena pengetahuan perpajakan adalah salah satu faktor potensial bagi
pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya, semakin tinggi tingkat pengetahuan dan pemahaman
wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka semakin kecil pula
kemungkinan wajib pajak tersebut untuk melanggar peraturan, karena jika
pengetahuan mengenai perpajakan rendah, maka kepatuhan wajib pajak mengenai
peraturan yang berlaku juga rendah (Rahmad Hadi, 2010).
-
20
2.3 Pengembangan Hipotesis
a. Pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak
Sanksi perpajakan merupakan penyebab eksternal yang mempengaruhi
persepsi seorang wajib pajak dalam membuat penilaian mengenai perilaku
kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Berdasarkan
teori pembelajaran sosial, wajib pajak dapat belajar melalui pengamatan dan
pengalaman langsungnya melalui pemberian sanksi yang dikenakan aparat pajak
kepada wajib pajak yang melanggar norma perpajakan.
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada
orang yang melanggar peraturan, Sanksi diperlukan agar peraturan atas Undang-
undang tidak dilanggar (Arum, 2012). Apabila kewajiban perpajakan tidak
dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi karena pajak
mengandung unsur pemaksaan. Konsekuensi hukum tersebut adalah penerapan
sanksi perpajakan. Penerapan sanksi perpajakan bertujuan untuk memberikan efek
jera kepada wajib pajak yang melanggar norma perpajakan sehingga tercipta
kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Oleh sebab
itu, sanksi perpajakan diduga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib
pajak. Pengenaan sanksi secara tegas akan semakin merugikan wajib pajak
sehingga wajib pajak akan lebih untuk patuh melaksanakan kewajibannya.
H1: Sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak
b. Pengaruh kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak
Kepatuhan wajib pajak sangat dipengaruhi oleh kondisi internal wajib
pajak itu sendiri, salah satunnya adalah kesadaran wajib pajak terhadap peraturan
dan pemanfaatan pajak. Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib
pajak mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan
-
21
benar dan sukarela. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka
pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat
meningkatkan kepatuhan (Muliari dan Setiawan, 2010).
Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan negara
sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Jatmiko, 2006).
Kesadaran perpajakan masyarakat yang rendah seringkali menjadi salah satu
penyebab banyaknya potensi pajak yang tidak dapat dijaring. Kesadaran wajib
pajak sangat diperlukan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Jatmiko,
2006). Kesadaran wajib pajak akan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak (Arum dan Ketut, 2013)
Maka dari urayan tersebut dapat disimpulkan bahwa kesadaran perpajakan
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
H2: Kesadaran perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
c. Pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak
Berdasarkan teori atribusi, kualitas pelayanan merupakan penyebab
eksternal yang mempengaruhi persepi wajib pajak untuk mebuat penilaian
mengenai perilaku kepatuhan wajib pajak dalam melakukan kewajiban
perpajakan.
Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban membayar pajak tergantung
pada bagaimana petugas pajak memberikan mutu pelayanan yang terbaik kepada
wajib pajak (Jatmiko, 2006). Karanta et el, (2006) menekankan bahwa pentingnya
kualitas aparat (SDM) perpajakan dalam memberikan pelayanan kepada wajib
pajak.
-
22
Fiskus diharapkan memeiliki kompetensi dalam arti memiliki keahlian,
pengetahuandan pengalaman dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi pajak
dan perundang-undangan perpajakan. Selain itu fiskus juga harus memiliki
motivasi yang tinggi sebagai pelayanan publik (Ilyas dan Burton, 2010). Menurut
Rajif (2012) menunjukan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan urayan tersebut dapat dikatakan bahwa
pelayanan fiskus diduga akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak.
H3: Kualitas pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak
d. Pengaruh pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
Kepatuhan wajib pajak sangat dipengaruhi dari kondisi internal maupun
eksternal wajib pajak. Hal ini dikaitkan dengan pemahaman seseorang terhadap
peraturan perpajakan sebagai faktor internal dan pengalaman melihat perilaku
orang lain sebagai faktor eksternal sehingga pemahaman seseorang tentang
peraturan perpajakan akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Seseorang
wajib pajak akan taat membayar pajak, apabila wajib pajak mempunyai
pemahaman tentang peraturan pajak dan memiliki pengalaman yang cukup luas
tentang perpajakan, sehingga dapat mematuhi apa yang terdapat pada sistem
perpajakan seperti melaporkan SPT, membayar pajak tepat waktu, dan hasil
pungutan pajaknya dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan.
Suryadi (2006) dalam Hardiningsih (2011) dalam penelitianya menyatakan
bahwa meningkatnya pengetahuan perpajakan baik formal dan non formal akan
berdampak postif terhadap kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak.
Gardina dan Hariyanto (2006) dalam Hardiningsih (2011) menemukan bahwa
-
23
rendahnya kepatuhan wajib pajak disebabkan oleh pengetahuan wajib pajak serta
persepsi tentang pajak dan petugas pajak yang masih rendah. Sebagian wajib
pajak memperoleh pengetahuan pajak dari petugas pajak, selain itu ada yang
memperoleh dari media informasi, konsultan pajak, seminar dan pelatihan pajak.
Oleh karena itu, apabila pemahaman seseorang tentang peraturan pajak
tinggi maka wajib pajak tersebut akan taat membayar pajak dan kepatuhan wajib
pajak di suatu negara akan meningkat.
H4: Pemahaman Perpajakan Berpengaruh Positif Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak.
2.4 Kerangka Konseptual
Berdasarkan penelitian terdahulu di atas, maka secara skematis kerangka
pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Penelitian ini menggunakan empat variabel independen (X) yaitu
X1:Sanski perpajakan. X2: Kesadaran perpajakan. X3: Pelayanan fiskus dan X4
adalah Tingkat pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan pajak. Dan ditambah
satu variabel dependen (Y) yaitu Kepatuhan pajak.
KEPATUHAN
WAJIB PAJAK
Y
PEMAHAMAN
PERPPAJAKAN X4
PELAYANAN FISKUS
X3
KESADARAN
PERPAJAKAN X2 SANKSI PERPAJAKAN
X1