bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelti terdahulueprints.umm.ac.id/46525/4/bab ii.pdf · beberpa...

15
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelti Terdahulu Hasil dariSiti Masruroh dan Zulaikha (2013) variabel pemahaman wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak sementara variabel kemanfaatan NPWP, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan secara persial tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan analisis dari Nurulita Rahayu (2017) menunjukan hasil bahwa ada pengaruh positif pada pengetahuan perpajakan. Artinya semakin tinggi pengetahuan wajib pajak terhadap perpajakan semakin tinggi pula keinginan wajib pajka untuk menyampaikan surat pemberitahuan dengan tepat waktu, sehingga akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh ( Putu dan Ni Lu Supandi, 2016) analisis yang dilakukan melalui survei ini disimpulkan bahwa variabel kualitas pelayanan, sanksi perpajkan dan variabel penerapan E-Filing berpengaruh positif terhadap variabel kepatuhan wajib pajak sementara variabel biaya kepatuhan berpengaruh negatif terhadap variabel kepatuhan wajib pajak. Claressa Ayu (2016) dengan hasil penelitian bahwa perubahan signifikan mempengaruhi tingkat kepatuhan membayar pajak, kemudahan pajak secara signifikan mempengaruhi kepatuhan membayar pajak , sanksi pajak perpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak dan sosialisasi PP No 46 Thn 2013 juga berpengaruh positif terhadap kepatuhan dalam membayar pajak.

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Penelti Terdahulu

    Hasil dariSiti Masruroh dan Zulaikha (2013) variabel pemahaman wajib

    pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

    sementara variabel kemanfaatan NPWP, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan

    secara persial tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

    Berdasarkan analisis dari Nurulita Rahayu (2017) menunjukan hasil bahwa

    ada pengaruh positif pada pengetahuan perpajakan. Artinya semakin tinggi

    pengetahuan wajib pajak terhadap perpajakan semakin tinggi pula keinginan wajib

    pajka untuk menyampaikan surat pemberitahuan dengan tepat waktu, sehingga

    akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini mendukung penelitian

    sebelumnya yang dilakukan oleh ( Putu dan Ni Lu Supandi, 2016) analisis yang

    dilakukan melalui survei ini disimpulkan bahwa variabel kualitas pelayanan,

    sanksi perpajkan dan variabel penerapan E-Filing berpengaruh positif terhadap

    variabel kepatuhan wajib pajak sementara variabel biaya kepatuhan berpengaruh

    negatif terhadap variabel kepatuhan wajib pajak.

    Claressa Ayu (2016) dengan hasil penelitian bahwa perubahan signifikan

    mempengaruhi tingkat kepatuhan membayar pajak, kemudahan pajak secara

    signifikan mempengaruhi kepatuhan membayar pajak , sanksi pajak perpengaruh

    positif terhadap kepatuhan membayar pajak dan sosialisasi PP No 46 Thn 2013

    juga berpengaruh positif terhadap kepatuhan dalam membayar pajak.

  • 10

    Penelitian Sri Putri (2014) menunjukan kesadaran perpajakan berpengaruh

    positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, variabel pemahaman dan

    tingkat pelayanan fiskus juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan

    wajib pajak. Penelitian ini didukung oleh Agnes Sophia (2015) yang menunjukan

    hasil bahwa variabel kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap kepatuhan wajib pajak, sanksi perpajakan berpengaruh negatif dan

    signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dan pemahaman perpajakan berpengaruh

    positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

    Kesimpulan dari penelitian Sri Putri (2014) sejalan dengan penelitian

    Claressa Ayu (2016) bahwa tingkat pelayanan, kesadaran perpajakan, pemahaman

    perpajakan dan sasnksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan

    perpajakan hal tersebut juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Agnes

    Sophia (2015) dimana variabel kesadaran perpajakan, pemahaman perpajakan

    berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan perpajakan, namun pada

    variabel sanksi perpajakan pengaruhnya negatif dan signifikan terhadap kepatuhan

    perpajakan, bersamaan dengan penelitian Siti Masruroh dan Zulaikha (2013)

    dimana 3 variabel yaitu kemanfaatan NPWP, pemahaman perpajakan dan kualitas

    pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan perpajakan

    sedangkan variabel sanksi perpajakan pengaruhnya negatif dan signifikan

    terhadap kepatuhan perpajakan.

    2.2 Landasan Teori

    a. Teori Atribusi

    Menurut teori atribusi, upaya individu untuk memahami penyebab

    perilaku individu dapat dilihat dari dua factor yaitu factor internal dan factor

    eksternal. Factor eksternal yang dimaksud adalah factor yang datangnya dari luar

  • 11

    individu, sedangkang factor internalnya adalah factor yang dating dari dalam diri

    individu sendiri. Pada dasarnya manusia adalah makhluk social yang yang akan

    selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Dari itu tentu saja factor eksternal

    dating dari luar diri individu itu sendiri, lingkungan tempat berkembangnya

    seseorang dapat mempengaruhi untuk melakukan yang bias saja berbanding

    terbalik dengan sikap asli individu tersebut. Dalam hal kewajiban membayar pajak

    factor eksternal yang diterima oleh wajib pajak dapat menjadi factor yang

    mempengaruhi wajib pajak dalam ketaatannya untuk melaksanakan kewajibannya

    dengan benar (Septariani, 2015).

    Teori atribusi relevan untuk menjelaskan factor apakah yang

    mempengaruhi wajib pajak dalam kepatuhannya dalam membayar pajak dilihat

    dari factor internal dan eksternal wajib pajak. Pelayanan adalah factor eksternal

    yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan

    kewajibannya. Pelayanan uyang maksimal mampu membuat wajib pajak semakin

    patuh atau bias jadi menghindar dari aktivitas pembayaran pajak karena pelayanan

    yang diterima sama sekali tidak maksimal. Pelayanaan pajak termaasuk dalam

    factor eksternal yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak (Suntono dan

    Kartika, 2015). Praba dan Noviar (2012) menagatakan kualitas pelayanan

    memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

    b. Teori Pembelajaran Sosial

    Toeri pembelajaran social ini menjelaskan bahwa seseorang mempelajari

    sesuatu melalui pengamatan dan pemahaman langsung (Robbins dan Judge,

    2008). Terori ini relevan untuk menjelaskan perilaku individu dalam memenuhi

    kewajiban pajaknya. Terori ini menjelaskan bahwa wajib pajak akan patuh dalam

  • 12

    melaksanakan perpajakannya karena telah menjadi kewajiban. Pelaku pajak yang

    memiliki pemahaman dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya akan

    mengetahui aturan yang berlaku. Wajib pajak akan memahami bahwa

    menghindari pajak akan menimbulkan berbagai resiko yang dapat merugikan diri

    sendiri. Pemerintah akan meberikan sanksi kepada wajib pajak yang telah

    melanggar ketentuan perpajakan. Selain memberikan kualitas pelayanan yang

    baik, pelayan pajak juga akan memberikan hukuman berupa sanski pajak kepada

    yang melanggar. Dalam penelitian Rahman dan Roy Purnaditya (2015) sanksi dan

    pemahaman pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

    c. Teori Prospek

    Teori prospek adalah teori yang mempelajari mengenai sikap manusia

    dalam pengambilan keputusan dalam suatu keadaaan. Tujuan dari teori ini untuk

    menggambarkan bagaiman seseorang mengambil keputusan dengan berbagai

    pertimbangan dan kondisi yang tidak pasti (Rejeki, 2018). Dalam teori prospek

    Kahneman dan Tversky (1979) mengungkapkan bahwa seseorang akan mencari

    informasi sebelum akhirnya menentukan sebuah keputusan. Setelah konsep

    keputusan tersebut dibuat, seseorang akan memilih salah satu konsep yang

    memiliki keuntungan terbesar. Maka dari itu teori ini sangat relevan untuk

    menunjukkan bahwa seseorang memiliki kecenderungan irasional untuk lebih

    mempertaruhkan keuntungan daripada kerugain. Apabila seseorang dalam posisi

    menguntungkan maka orang tersebut cenderung untuk menghidari resiko

    (Aryobowo, 2012).

    Teori ini sangat cocok untuk menggambarkan kesadaran wajib pajak.

    Ketika wajib pajak menyadari pemanfaatan pajak dalam pembangunan dan

  • 13

    pelaksaan fungsi pemerintah, kemudian wajib pajak akan dihadapkan dengan

    kondisi ketika mayoritas wajib pajak menghindar dari pembayaran pajak maka

    menjadi suatu pertimbangan bagi wajib pajak dalam mengambil suatu keputusan.

    Kualitas pelayanan yang diberikan oleh pihak apparat pajak kepada wajib pajak

    juga menjadi suatu bahan pertimbangan wajib pajak dalam melaksanakan

    kewajiban perpajakannya. Kurangnya kualitas pelayanan dan transparansi

    pemerintah dalam pengalokasian hasil pajak akan menjadi pengaruh negative bagi

    wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

    1.3 Tinjauan Pustaka

    a. Pengertian Pajak

    Prof. Dr. MJH. Smeeths, mendevinisakan pajak sebagai suatu prestasi uang

    dibentuk oleh pemerintah yang terhutang dengan menempuh segenap aturan serta

    bisa dipaksakan tanpa adanya kontra kinerja dari setiap individual. Pada intinya

    adalah sebagai pembiayaan pengeluaran Negara.

    Waluyo (2012), menguraikan beberapa pengertian pajak diantaranya,

    mengutip pendapat dari Dr. NJ. Feldmann dalambuku De Over Heidsmiddelen

    Van Indonesia, terjemahannya: Pajak adalah performa yang dipaksakan sepihak

    oleh dan terutang kepada pengusaha berdasarkan aturan yang sudah ditetapkan

    secara umum tanpa adanya kontra prestasi semata-mata dikelolah untuk

    melengkapi pengeluaran-pengeluaran dalam menjalankan roda pemerintahan.

    Kemudian pengertian pajak dilihat dari Undang-Undang pada Undang-

    Undang No. 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1 mengungkapkan pajak sebagai

    partisipasi wajib kepada negara yang terutang oleh individu atau badan yang

    bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, tanpa mendapatkan balasan

  • 14

    secara langsung dan digunkan untuk kepentingan negara untuk memakmurkan

    rakyat.

    Madriasmo (2009) berpendapat bahwa pajak adalah pungutan masyarakat

    untuk pemasukan negara yang diatur dalam undang-undang yang dapat

    dipaksakan dan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang langsung namun

    digunakan untuk kepentingan umum.

    Sedangkan wajib pajak jika ditinjau dari Undang-Undang No 28 tahun

    2007 Pasal 1 tentang perubahan ketiga dari Undang-Undang No 6 Tahun 1983

    mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan wajib pajak yaitu orang

    pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak yang mempunyai hak dan

    kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

    perpajakan. Wajib pajak yang terdaftar di kantor pelayanan pajak meliputi wajib

    pajak aktif dan wajib pajak non aktof. Wajib pajak yang aktif adalah wajib pajak

    yang mempunyai kegiatan dan usaha yang terdaftar di kantor pajak dan aktif

    dalam memenuhi kewajiban menyampaikan SPT masa atau tahunan segaimana

    mestinya.

    b. Fungsi Pajak

    Rismawati dan Antong Amiruddin (2012) pajak bukan hanya dipungut untuk

    dibayarkan ke kas Negara tanpa adanya manifestasi, namun pajak memiliki

    beberapa fungsise bagaiberikut:

    a) Fungsi Pendapatan

    Penerimaan Negara dari pajak kuantitasnya cukup besar. Pajak menjadi

    suatu sumber atau alat untuk memasukkan uang kekas Negara sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan. Dari fungsi ini pajak digunakan untuk membiayai

  • 15

    pengeluaran dan pembangunan. Jika lebih maka akan dialokasikan keinvestasi

    pemerintah.

    b) Fungsi Stabilitas

    Dengan perolehan pajak, akan tercipta kondisi yang dapat mengatur

    perekonomian, sehingga tercipta kualifikasi ekonomi yang stabil. Misalnya

    pemerintah bermaksud menstabilkan harga produk dalam negeri maka pemrintah

    tidak mengenakan pajak pada komponen produk impornya, dengan begitu harga

    produk dalam negeri lebih murah.

    c) Fungsi Pemerataan

    Dinatara fungsi pemerintah adalah mendorong tinggi perekonomian.

    Untuk mencapai itu pemerintah membutuhkan dana dalam membiayai

    pembangunan. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan.

    Pembangunan apparatus dan inflastruktur dilakukan untuk mendorong pertubuhan

    perekonomian dan lapangan pekerjaan sehingga pemerataan pembangunan dapat

    dicapai. Pajak sebagaifungsi anggaran (badgetair) artinya pajak sebagai sumber

    dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Selain itu

    pajak juga sebagai berfung simengatur (cregulerend) yaitu sebagai alat untuk

    mengatur kebijakan-kebijakan pemerintah baik bidang social maupun

    perekonomian (Mardiasmo, 2016)

    c. Kepatuhan Perpajakan

    Berdasarkan Keputusan Manteri Keuangan No.554/KMK.04/2000, ada

    beberpa criteria wajib pajak yang patuh, yaitu:

    a) Wajib pajak tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak

    dalam dua tahun terakhir.

  • 16

    b) Tidak mempunyai tungggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah

    memperoleh ijin untuk mengangsur atau menunda pelunasan pajak.

    c) Tidak pernah dijatuhkan hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang

    perpajakan dalam waktu 10 tahun terkahir.

    d) Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal

    terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan

    yang terkahir untuk tiap-tiap jenis pajak yang terutang paling banyak 5%.

    e) Wajib pajak yang melapor keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit oleh

    akuntan public dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat dengan

    pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiscal.

    Indikator yang digunakan untuk mengukur kepatuhan wajib pajak yaitu, wajib

    pajak mengisi formulir SPT dengan benar, lengkap dan jelas, melakukan

    perhitungan dengan benar, tepat waktu dalam pembayaran dan tidak pernah

    menerima surat teguran (Handayani, 2009).

    d. Sanksi Pajak

    Sanksi pajak yaitu suatu tindakan berupa hukuman yang dikenakan kepada

    orang yang melanggar peraturan. Atau dengan kata lain, sanksi pajak sebagai alat

    pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Dalam aturan

    perpajakan ada dua jenis sanksi yang akan dikenakan pada wajib pajak yaitu

    sanksi administrasi dan sanksi pidana. Perbedaannya adalah pada sanksi

    administrasi wajib pajak hanya membayar kerugian negara, khususnya yang

    berupa bunga dan kenaikan. Sementara sanksi pidana adalah merupakan sanksi

  • 17

    yang menyiksa, hal tersebut dilakukan agar wajib pajak mematuhi aturan

    perpajakan (Mardiasmo, 2016).

    Arum (2012) berpendapat tentang sanksi perpajakan yaitu suatu tindakan

    berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang melanggar peraturan.

    Peraturan atau Undang-Undang merupakan petunjuk bagi seseorang untuk

    melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus

    dilakukan. Sanski diperlakukan supaya undang-undang tidak dilanggar.

    Pentingnya sanksi perpajakan karena dalam rangka pelaksaan perpajakan

    pemerintah Indonesia menerapkan self assessment system. Pemerintah telah

    menyiapkan petunjuk yang tertuang dalam undang-undang perpajakan yang

    berlaku agar pemungutan pajak dapat tercapai denagn maksimal.

    e. Kesadran Perpajakan

    Jika dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesadaran adalah

    mengetahui, merasa dan tahu. Artinya kesadaran perpajakan adalah dimana wajib

    pajak mengetahui, menyadari akan aturan-aturan perpajakan, hal ini penting

    karena dari sini wajib pajak menyadari atas kewajiban-kewajiban yang harus

    dipenuhi dalam perpajakannya. Sedangkan kesadaran perpajakan menurut

    (Ritongga, 2011) yaitu perilaku atau sikap terhadap suatu objek yang melibatkan

    pengetahuan dan perasaan serta kecendurungan untuk bertindak sesuai objek

    tersebut.

    Wajib Pajak dituntut untuk melaksanakan aturan perpajakan dengan benar

    dan sukarela. Artinya, kesadaran wajib pajak adalah kondisi dimana wajib pajak

    mengetahui, mengakui dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta

    memiliki kesungguhan dan keinginan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

  • 18

    f. Pelayanan Fiskus

    Pelayanan fiskus ialah sebagai proses bantuan kepada orang lain dengan

    cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar

    tercipta kepekaan dan keberhasilan (Boediono, 2003). Tujuan dari pelayanan

    wajib pajak yakni supaya dicapainya kepuasan optimal wajib pajak.

    Nisa (2002) menyatakan bahwa pelayanan yang baik kepada wajib pajak

    akan membangun image positif dalam diri wajib pajak, sehingga tidak ada

    kebosanan ketika berhubungan dengan aparatur pajak. Pelayanan perpajakan

    dilakukan melalui organisasi DJP baik kantor pusat maupun kantor wilayah.

    Supriono (2001) mengungkapkan pelayanan yang maksimal perlu

    beberapa kriteria sebagai berikut:

    a. Tepat dan relevan, artinya pelayanan harus mampu melebihi preferensi, harapan

    dan kebutuhan individu dan masyarakat.

    b. Bersedia dan terjangkau, artinya pelayanan harus bisa dijangkau oleh setiap

    orang atau kelompok orang yang mendapat prioritas.

    c. Dapat menjamin rasa keadilan, artinya terbukti dalam memberikan perlakuan

    terhadap individu atau sekelompok orang dalam keadaan yang sama.

    d. Dapat diterima, artinya pelayanan memberikan kualitas apabila dilihat dari

    teknis/cara, kualitas, kemudahan, kenyamanan, menyenangkan dapat diandalkan,

    tepat waktu, cepat responsif dan manusiawi.

    e. Ekonomis dan efisien, artinya dari sudut pandang pelayanan dapat dijangkau

    melalui tarif dan pajak oleh semua lapisan.

  • 19

    f. Efektif, yaitu menguntungkan bagi pengguna dan semua lapisan masyarakat.

    g. Pemahaman Perpajakan

    Pemahaman berasal dari kata paham. Dalam KBBI yang disusun

    (Moeliono, 1998) menjelaskan paham berarti (a) mengenai benar akan, tahu benar

    (akan), (b) pandai dan mengerti benar (terhadap sesuatu hal). Sedangkan

    pemahaman diartikan sebagai proses dari berjalanannya pengetahuan seseorang,

    perbuatan atau cara memahami. Menurut (Stanton, 2006) menjelaskan bahwa

    pemahaman merupakan salah satu faktor psikologis dalam kegiatan belajar.

    Seseorang memahami sesuatu harus melewati dan kemudian harus meningkatkan

    kualitas pemahamannya tersebut.

    Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkta pemahaman

    adalah suatu proses peningkatan pengetahuan secara intensif yang dilakukan

    seseorang individu dan sejauh mana dapat mengerti dengan benar akan suatu

    permasalahan yang ingin diketahui.

    Masalah tingkat pemahaman perpajakan dari wajib pajak dirasa perlu untuk

    dibahas karena pengetahuan perpajakan adalah salah satu faktor potensial bagi

    pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi

    kewajiban perpajakannya, semakin tinggi tingkat pengetahuan dan pemahaman

    wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka semakin kecil pula

    kemungkinan wajib pajak tersebut untuk melanggar peraturan, karena jika

    pengetahuan mengenai perpajakan rendah, maka kepatuhan wajib pajak mengenai

    peraturan yang berlaku juga rendah (Rahmad Hadi, 2010).

  • 20

    2.3 Pengembangan Hipotesis

    a. Pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak

    Sanksi perpajakan merupakan penyebab eksternal yang mempengaruhi

    persepsi seorang wajib pajak dalam membuat penilaian mengenai perilaku

    kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Berdasarkan

    teori pembelajaran sosial, wajib pajak dapat belajar melalui pengamatan dan

    pengalaman langsungnya melalui pemberian sanksi yang dikenakan aparat pajak

    kepada wajib pajak yang melanggar norma perpajakan.

    Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada

    orang yang melanggar peraturan, Sanksi diperlukan agar peraturan atas Undang-

    undang tidak dilanggar (Arum, 2012). Apabila kewajiban perpajakan tidak

    dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi karena pajak

    mengandung unsur pemaksaan. Konsekuensi hukum tersebut adalah penerapan

    sanksi perpajakan. Penerapan sanksi perpajakan bertujuan untuk memberikan efek

    jera kepada wajib pajak yang melanggar norma perpajakan sehingga tercipta

    kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Oleh sebab

    itu, sanksi perpajakan diduga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib

    pajak. Pengenaan sanksi secara tegas akan semakin merugikan wajib pajak

    sehingga wajib pajak akan lebih untuk patuh melaksanakan kewajibannya.

    H1: Sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

    b. Pengaruh kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak

    Kepatuhan wajib pajak sangat dipengaruhi oleh kondisi internal wajib

    pajak itu sendiri, salah satunnya adalah kesadaran wajib pajak terhadap peraturan

    dan pemanfaatan pajak. Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib

    pajak mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan

  • 21

    benar dan sukarela. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka

    pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat

    meningkatkan kepatuhan (Muliari dan Setiawan, 2010).

    Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan negara

    sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Jatmiko, 2006).

    Kesadaran perpajakan masyarakat yang rendah seringkali menjadi salah satu

    penyebab banyaknya potensi pajak yang tidak dapat dijaring. Kesadaran wajib

    pajak sangat diperlukan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Jatmiko,

    2006). Kesadaran wajib pajak akan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

    pajak dalam membayar pajak (Arum dan Ketut, 2013)

    Maka dari urayan tersebut dapat disimpulkan bahwa kesadaran perpajakan

    berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

    H2: Kesadaran perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

    c. Pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak

    Berdasarkan teori atribusi, kualitas pelayanan merupakan penyebab

    eksternal yang mempengaruhi persepi wajib pajak untuk mebuat penilaian

    mengenai perilaku kepatuhan wajib pajak dalam melakukan kewajiban

    perpajakan.

    Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban membayar pajak tergantung

    pada bagaimana petugas pajak memberikan mutu pelayanan yang terbaik kepada

    wajib pajak (Jatmiko, 2006). Karanta et el, (2006) menekankan bahwa pentingnya

    kualitas aparat (SDM) perpajakan dalam memberikan pelayanan kepada wajib

    pajak.

  • 22

    Fiskus diharapkan memeiliki kompetensi dalam arti memiliki keahlian,

    pengetahuandan pengalaman dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi pajak

    dan perundang-undangan perpajakan. Selain itu fiskus juga harus memiliki

    motivasi yang tinggi sebagai pelayanan publik (Ilyas dan Burton, 2010). Menurut

    Rajif (2012) menunjukan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap

    kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan urayan tersebut dapat dikatakan bahwa

    pelayanan fiskus diduga akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

    membayar pajak.

    H3: Kualitas pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

    d. Pengaruh pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

    Kepatuhan wajib pajak sangat dipengaruhi dari kondisi internal maupun

    eksternal wajib pajak. Hal ini dikaitkan dengan pemahaman seseorang terhadap

    peraturan perpajakan sebagai faktor internal dan pengalaman melihat perilaku

    orang lain sebagai faktor eksternal sehingga pemahaman seseorang tentang

    peraturan perpajakan akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Seseorang

    wajib pajak akan taat membayar pajak, apabila wajib pajak mempunyai

    pemahaman tentang peraturan pajak dan memiliki pengalaman yang cukup luas

    tentang perpajakan, sehingga dapat mematuhi apa yang terdapat pada sistem

    perpajakan seperti melaporkan SPT, membayar pajak tepat waktu, dan hasil

    pungutan pajaknya dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan.

    Suryadi (2006) dalam Hardiningsih (2011) dalam penelitianya menyatakan

    bahwa meningkatnya pengetahuan perpajakan baik formal dan non formal akan

    berdampak postif terhadap kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak.

    Gardina dan Hariyanto (2006) dalam Hardiningsih (2011) menemukan bahwa

  • 23

    rendahnya kepatuhan wajib pajak disebabkan oleh pengetahuan wajib pajak serta

    persepsi tentang pajak dan petugas pajak yang masih rendah. Sebagian wajib

    pajak memperoleh pengetahuan pajak dari petugas pajak, selain itu ada yang

    memperoleh dari media informasi, konsultan pajak, seminar dan pelatihan pajak.

    Oleh karena itu, apabila pemahaman seseorang tentang peraturan pajak

    tinggi maka wajib pajak tersebut akan taat membayar pajak dan kepatuhan wajib

    pajak di suatu negara akan meningkat.

    H4: Pemahaman Perpajakan Berpengaruh Positif Terhadap Kepatuhan Wajib

    Pajak.

    2.4 Kerangka Konseptual

    Berdasarkan penelitian terdahulu di atas, maka secara skematis kerangka

    pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

    Penelitian ini menggunakan empat variabel independen (X) yaitu

    X1:Sanski perpajakan. X2: Kesadaran perpajakan. X3: Pelayanan fiskus dan X4

    adalah Tingkat pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan pajak. Dan ditambah

    satu variabel dependen (Y) yaitu Kepatuhan pajak.

    KEPATUHAN

    WAJIB PAJAK

    Y

    PEMAHAMAN

    PERPPAJAKAN X4

    PELAYANAN FISKUS

    X3

    KESADARAN

    PERPAJAKAN X2 SANKSI PERPAJAKAN

    X1