bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelitian terdahulu 2.pdfย ยท bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelitian...

26
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak Brown Geometri, dengan drift (ekpektasi dari return) dan volatilias (deviasi standar dari return). Berawal dari teori tersebut, mulai banyak dilakukan penelitian terkait implementasi kalkulus stokastik pada instrumenโ€“instrumen dunia finansial terkait pemodelan harga saham. Beberapa penilitian yang telah dilakukan antara lain : 1. Perhitungan Harga Opsi Eropa dengan Metode Gerak Brown Geometri (Pradhitya, 2012). Dalam penelitian tersebut, dibahas cara menentukan harga opsi Eropa dengan menggunakan metode Gerak Brown Geomoteri. 2. Penerapan Kalkulus Stokastik pada Model Opsi (Nizaruddin, 2011). Dalam penelitian tersebut, melalui penerapan teori-teori kalkulus stokastik dibahas model persamaan harga yang diturunkan dari nilai aset suatu perusahaan. 3. Aproksimasi PDS Harga Saham Menggunakan Metode Numerik PDS Implisit (Noorbaity & Aisiyah, 2012) Dalam penelitian tersebut, diteliti perbandingan keakuratan metode numerik implisit dan metode numerik eksplisit dalam menentukan solusi aproksimasi PDS pergerakan harga saham.

Upload: dodang

Post on 19-Jul-2018

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

Brown Geometri, dengan drift ๐œ‡ (ekpektasi dari return) dan volatilias ๐œŽ (deviasi

standar dari return). Berawal dari teori tersebut, mulai banyak dilakukan

penelitian terkait implementasi kalkulus stokastik pada instrumenโ€“instrumen

dunia finansial terkait pemodelan harga saham. Beberapa penilitian yang telah

dilakukan antara lain :

1. Perhitungan Harga Opsi Eropa dengan Metode Gerak Brown Geometri

(Pradhitya, 2012).

Dalam penelitian tersebut, dibahas cara menentukan harga opsi Eropa

dengan menggunakan metode Gerak Brown Geomoteri.

2. Penerapan Kalkulus Stokastik pada Model Opsi (Nizaruddin, 2011).

Dalam penelitian tersebut, melalui penerapan teori-teori kalkulus stokastik

dibahas model persamaan harga yang diturunkan dari nilai aset suatu

perusahaan.

3. Aproksimasi PDS Harga Saham Menggunakan Metode Numerik PDS

Implisit (Noorbaity & Aisiyah, 2012)

Dalam penelitian tersebut, diteliti perbandingan keakuratan metode

numerik implisit dan metode numerik eksplisit dalam menentukan solusi

aproksimasi PDS pergerakan harga saham.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

7

2.2 Landasan Teori

Pada subbagian ini akan dibahas mengenai pemodelan matematika harga

saham dan analisis pembentukan portofolio optimal. Untuk membentuk model

matematika harga saham terlebih dahulu akan dibahas mengenai proses stokastik,

Gerak Brown Geometri, dan Persamaan Diferensial Stokastik. Pembahasan

selanjutnya adalah mengenai teori portofolio optimal dan analisis pembentukan

portfolio optimal dengan model Markowitz.

2.2.1 Proses Stokastik

1. Proses Stokastik

Definisi 2.1 (Taylor & Kalin, 1998)

Proses stokastik {๐‘‹๐‘ก ; ๐‘ก ๐œ–๐‘‡} adalah himpunan variabel random yang

disusun dalam kelasโ€“kelas dan merupakan fungsi dari parameter waktu ( t

).

Himpuan ๐‘‡ disebut himpunan indeks dari suatu proses stokastik. Jika

himpunan ๐‘‡ adalah himpunan terhitung ๐‘ก ๐œ– [0, ๐‘‡], maka proses stokastik

dikatakan sebagai proses stokastik waktu diskret dan dinyatakan dalam

bentuk {๐‘‹๐‘› ;๐‘› = 0,1,2, โ€ฆ }. Jika himpunan ๐‘‡ adalah suatu interval waktu

๐‘ก ๐œ– [0, โˆž), maka proses stokastik dikatakan sebagai proses stokastik waktu

kontinu dan dinyatakan dalam bentuk {๐‘‹๐‘ก ; ๐‘ก โ‰ฅ 0}.

Indeks ๐‘ก sering dipresentasikan sebagai waktu dan hasilnya ๐‘‹๐‘ก , dinyatakan

sebagai state dari proses pada waktu ๐‘ก. Dalam suatu proses stokastik,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

8

himpunan dari semua nilai yang mungkin dari variabel random

๐‘‹๐‘ก didefinisikan sebagai ruang keadaan (state space) proses stokastik.

Berdasarkan ruang parameter (waktu) dan ruang keadaannya, secara

umum proses stokastik diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu :

a. Proses stokastik dengan state space diskret dan waktu diskret

b. Proses stokastik dengan state space kontinu dan waktu diskret

c. Proses stokastik dengan state space diskret dan waktu kontinu

d. Proses stokastik dengan state space kontinu dan waktu kontinu

2. Proses Markov

Proses Markov merupakan salah satu tipe proses stokastik yang

menyatakan bahwa hanya nilai saat ini (present value) dari suatu variabel

yang relevan untuk memprediksi nilai masa depan. Keadaan nilai masa

lalu dari suatu variabel baik sejarah maupun bagaimana cara memperoleh

nilai tersebut dianggap tidak relevan untuk memprediksi nilai pada masa

mendatang.

Definisi 2.2 (Taylor & Kalin, 1998)

Proses markov {๐‘‹๐‘ก} adalah proses stokastik dengan sifat,

๐‘ƒ ๐‘‹๐‘›+1 = ๐‘ฅ๐‘›+1 ๐‘‹0 = ๐‘ฅ0 , ๐‘‹1 = ๐‘ฅ1, โ€ฆ , ๐‘‹๐‘› = ๐‘ฅ๐‘› = ๐‘ƒ(๐‘‹๐‘›+1 = ๐‘ฅ๐‘›+1|๐‘‹๐‘› =

๐‘ฅ๐‘›) untuk semua nilai ๐‘ฅ0, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘›+1 dan sebarang n, serta ๐‘ฅ0 , โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘›+1 ๐œ– ๐›บ

(state space ).

Proses Markov dapat diaplikasikan untuk sistem diskret maupun sistem

kontinu. Sistem diskret ialah sistem dengan perubahan kondisi (state)

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

9

yang dapat diamati atau terjadi secara diskret, sedangkan jika dalam suatu

sistem yang kondisi (state) berubah secara kontinu (berkelanjutan), maka

sistem tersebut disebut sistem kontinu. Dalam aplikasi proses Markov,

kondisi yang dimungkinkan terjadi pada sistem harus dapat diidentifikasi

dengan jelas. Kemungkian kondisi yang dimaksud, misalnya beroperasi

atau gagal, naik atau turun, dan sebagainya.

2.2.2 Gerak Brown

Gerak Brown adalah suatu fenomena yang ditemukan pertama kali oleh

ahli botani Robert Brown pada tahun 1827 yakni ketika serbuk sari bunga

dilarutkan ke dalam air maka dengan pengamatan mikroskopis tampak bahwa

partikel serbuk sari bunga membentuk gerakan acak di dalam air. Barulah pada

tahun 1923 Norbert Wiener menyempurnakan teori Gerak Brown dengan

mendefinisikan ukuran peluang dan menggunakan konsep integral sebagai

pondasi matematika dari analisis stokastik proses Gerak Brown. Oleh karena itu,

Gerak Brown sering juga disebut Proses Wiener (Wikipedia, 2013).

Gerak Brown selanjutnya menjadi objek kajian yang berkembang pesat di

dalam matematika dari aspek teori maupun aplikasinya. Salah satu aplikasinya

ialah Gerak Brown digunakan sebagai model untuk dinamika acak dari

pergerakan harga pada pasar saham, yang kemudian melahirkan teori integral

stokastik dan Persamaan Diferensial Stokastik.

Merujuk dari Dmouj (2006) dan Roberts (2009), berikut definisi dan

variasi Gerak Brown:

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

10

1. Gerak Brown (Proses Wiener)

Gerak Brown adalah salah satu proses Markov dengan state space kontinu

dan waktu kontinu.

Definisi 2.3 Suatu proses stokastik {๐‘Š๐‘ก ; ๐‘ก โ‰ฅ 0} disebut Gerak Brown jika

memenuhi sifat-sifat berikut :

i. ๐‘Š๐‘ก adalah fungsi kontinu dalam ๐‘ก

ii. ๐‘Š0 = 0

iii. Setiap perubahan ๐‘Š๐‘ก โˆ’ ๐‘Š๐‘  adalah berdistribusi normal dengan

mean nol dan varians ๐œŽ2(๐‘ก โˆ’ ๐‘ ) untuk 0 โ‰ค ๐‘  โ‰ค ๐‘ก โ‰ค ๐‘‡

iv. Untuk setiap 0 โ‰ค ๐‘  โ‰ค ๐‘ก โ‰ค ๐‘‡ ๐‘‘๐‘Ž๐‘› 0 โ‰ค ๐‘ข โ‰ค ๐‘ฃ โ‰ค ๐‘‡; ๐‘Š๐‘ก โˆ’

๐‘Š๐‘  ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘Š๐‘ฃ โˆ’ ๐‘Š๐‘ข adalah variabel acak yang saling bebas

2. Gerak Brown Standar

Suatu Gerak Brown dengan ๐œ‡ = 0 dan ๐œŽ2 = 1, disebut Gerak Brown

standar (baku).

Definisi 2.4 Suatu proses stokastik {๐‘Š๐‘ก ; ๐‘ก โ‰ฅ 0} disebut Gerak Brown

standar jika memenuhi sifat โ€“ sifat berikut :

i. ๐‘Š๐‘ก adalah fungsi kontinu dalam ๐‘ก

ii. ๐‘Š0 = 0

iii. Setiap perubahan ๐‘Š๐‘ก โˆ’ ๐‘Š๐‘  adalah berdistribusi normal dengan

mean nol dan varians ๐‘ก โˆ’ ๐‘  untuk 0 โ‰ค ๐‘  โ‰ค ๐‘ก โ‰ค ๐‘‡

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

11

iv. Untuk setiap 0 โ‰ค ๐‘  โ‰ค ๐‘ก โ‰ค ๐‘‡ ๐‘‘๐‘Ž๐‘› 0 โ‰ค ๐‘ข โ‰ค ๐‘ฃ โ‰ค ๐‘‡; ๐‘Š๐‘ก โˆ’

๐‘Š๐‘  ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘Š๐‘ฃ โˆ’ ๐‘Š๐‘ข adalah variabel acak yang saling bebas

3. Gerak Brown Geometri

Gerak Brown Geometri dikenal juga sebagai Gerak Brown Eksponensial.

Definisi 2.5 Diberikan proses Gerak Brown ๐‘‹๐‘ก = ๐œ‡โˆ—๐‘ก + ๐œŽ๐ต๐‘ก ; ๐‘ก โ‰ฅ 0

dengan parameter drift ๐œ‡โˆ— = ๐œ‡ โˆ’1

2๐œŽ2 , ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘š๐‘’๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ ๐‘ฃ๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘–๐‘Ž๐‘› ๐œŽ2 , ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐ต๐‘ก

adalah proses Gerak Brown yang dimulai pada ๐ต0 = 0. Proses stokastik

{๐‘๐‘ก ; ๐‘ก โ‰ฅ 0} disebut Gerak Brown Geometri jika ๐‘‹๐‘ก = ln ๐‘๐‘ก .

Secara ekuivalen, ๐‘๐‘ก adalah Gerak Brown Geometri yang dimulai pada

๐‘0 = ๐‘ง , jika

๐‘๐‘ก = ๐‘ง๐‘’๐‘‹๐‘ก = ๐‘ง๐‘’ ๐œ‡โˆ’12๐œŽ2 ๐‘ก+๐œŽ๐ต๐‘ก

Gerak Brown Geometri memiliki distribusi lognormal dan diketahui

bahwa Gerak Brown merupakan salah satu proses Markov, maka akan

ditunjukkan Gerak Brown Geometri sebagai variasi Gerak Brown

memenuhi sifat proses Markov.

Diberikan Gerak Brown Geometri ๐‘๐‘ก = ๐‘๐‘œ๐‘’๐‘‹๐‘ก . Ambil ๐‘ก = ๐‘ก + โ„Ž, sehingga

diperoleh :

๐‘๐‘ก+โ„Ž = ๐‘0๐‘’๐‘‹๐‘ก+โ„Ž

= ๐‘0๐‘’๐‘‹๐‘ก+๐‘‹๐‘ก+โ„Žโˆ’๐‘‹๐‘ก

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

12

= ๐‘0๐‘’๐‘‹๐‘ก๐‘’๐‘‹๐‘ก+โ„Žโˆ’๐‘‹๐‘ก

= ๐‘๐‘ก๐‘’๐‘‹๐‘ก+โ„Žโˆ’๐‘‹๐‘ก

2.2.3 Persamaan Diferensial Stokastik

Persamaan diferensial tidak hanya berlaku pada model yang bersifat

deterministik, namun berlaku pula pada model yang bersifat stokastik. Persamaan

diferensial pada model yang bersifat stokastik disebut Persamaan Diferensial

Stokastik (PDS).

Definisi 2.6 (Kloeden & Platen, 1992)

Misalkan {๐‘‹๐‘ก ; ๐‘ก โ‰ฅ 0} merupakan suatu proses stokastik dan ๐‘Š๐‘ก adalah

proses Gerak Brown, maka persamaan yang didefinisikan :

๐‘‘๐‘‹๐‘ก = ๐น ๐‘‹๐‘ก , ๐‘ก ๐‘‘๐‘ก + ๐บ ๐‘‹๐‘ก , ๐‘ก ๐‘‘๐‘Š๐‘ก . (2.1)

disebut Persamaan Diferensial Stokastik dengan ๐น ๐‘‹๐‘ก , ๐‘ก disebut koefisien drift

dan ๐บ ๐‘‹๐‘ก , ๐‘ก disebut koefisien difusi.

2.2.4 Persamaan Diferensial Stokastik Multidimensi

Pada kasus multidimensi, ๐‘ฟ๐’•, ๐‘ญ, dan ๐‘พ๐’• pada persamaan (2.1) adalah

suatu vektor, sedangkan ๐บ adalah suatu matriks ๐‘› ร— ๐‘š dengan ๐‘› menyatakan

jumlah variabel pada model, ๐‘š menyatakan dimensi dari proses Wiener, dan

jumlah ๐‘› tidak harus sama dengan ๐‘š. Dengan demikian, Persamaan Diferensial

Stokastik Multidimensi memiliki bentuk sebagai berikut:

๐‘‘๐‘ฟ๐‘ก = ๐‘ญ๐‘ฟ๐‘ก๐‘‡๐‘‘๐‘ก + ๐‘ฎ๐‘‘๐‘พ๐’•๐‘ฟ๐‘ก

๐‘‡. (2.2)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

13

Perhatikan bahwa ๐‘พ๐’• adalah proses wiener m-dimensi. Persamaan (2.2) dapat

dinyatakan dalam persamaan matriks sebagai berikut :

๐‘‘๐‘‹1

๐‘‘๐‘‹2

โ‹ฎ๐‘‘๐‘‹๐‘›

=

๐‘‹1

๐‘‹2

โ‹ฎ๐‘‹๐‘›

๐‘‡

๐น1

๐น2

โ‹ฎ๐น๐‘›

๐‘‘๐‘ก +

๐‘”11 ๐‘”12โ‹ฏ ๐‘”1๐‘š

๐‘”21 ๐‘”22 โ‹ฏ ๐‘”2๐‘š

โ‹ฎ๐‘”๐‘›1

โ‹ฎ๐‘”๐‘›2

โ‹ฑ โ‹ฎโ€ฆ ๐‘”๐‘›๐‘š

๐‘‘๐‘Š1

๐‘‘๐‘Š2

โ‹ฎ๐‘‘๐‘Š๐‘š

atau dapat dirumuskan menjadi :

๐‘‘๐‘‹๐‘– = ๐น๐‘–๐‘‘๐‘ก + ๐‘”๐‘–๐‘—๐‘‘๐‘Š๐‘ก๐‘—

๐‘š

๐‘—=1

๐‘‹๐‘– (2.3)

untuk ๐‘– = 1,2, โ€ฆ , ๐‘›.

Terdapat beberapa contoh kasus dalam bidang finansial yang

membutuhkan implementasi dari Persamaan Diferensial Stokastik Multidimensi,

yaitu:

a. Penilaian suatu portofolio yang bergantung pada beberapa aset.

b. Pemodelan saham tunggal dengan volatilitas saham diasumsikan bersifat

stokastik.

c. Pemodelan pergerakan tingkat suku bunga.

2.2.5 Formula Itรด

1. Proses Itรด

Definisi 2.7 (Luenberger, 1998)

Suatu proses ๐‘‹๐‘ก mengikuti proses Itรด, jika

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

14

๐‘‘๐‘‹๐‘ก = ๐‘Ž ๐‘‹๐‘ก , ๐‘ก ๐‘‘๐‘ก + ๐‘ ๐‘‹๐‘ก , ๐‘ก ๐‘‘๐‘๐‘ก (2.4)

dengan parameter ๐‘Ž dan ๐‘ merupakan suatu fungsi dari nilaiโ€“nilai

peubah ๐‘‹๐‘ก dan ๐‘ก. Sedangkan ๐‘‘๐‘๐‘ก merupakan Gerak Brown (Proses

Wiener).

2. Lemma Itรด

Lemma 2.1 (Lemma Itรด) Misalkan diberikan sebuah fungsi ๐บ dari ๐‘‹๐‘ก dan

๐‘ก atau ditulis ๐บ(๐‘‹๐‘ก , ๐‘ก) yang merupakan fungsi kontinu dan diferensiabel.

๐‘‹๐‘ก adalah proses Itรด yang didefinisikan sebagai berikut

๐‘‘๐‘‹๐‘ก = ๐‘Ž ๐‘‹๐‘ก , ๐‘ก ๐‘‘๐‘ก + ๐‘ ๐‘‹๐‘ก , ๐‘ก ๐‘‘๐‘Š๐‘ก

dengan ๐‘Š๐‘ก merupakan proses Gerak Brown standar, maka ๐บ(๐‘‹๐‘ก , ๐‘ก)

mempunyai bentuk diferensial stokastik sebagai berikut :

๐‘‘๐บ(๐‘‹๐‘ก , ๐‘ก) = ๐œ•๐บ

๐œ•๐‘ก+ ๐‘Ž ๐‘‹๐‘ก , ๐‘ก

๐œ•๐บ

๐œ•๐‘‹๐‘ก+

1

2๐‘(๐‘‹๐‘ก , ๐‘ก)2 ๐œ•2๐บ

๐œ•๐‘‹๐‘ก2 ๐‘‘๐‘ก + ๐‘ ๐‘‹๐‘ก , ๐‘ก

๐œ•๐บ

๐œ•๐‘‹๐‘ก๐‘‘๐‘Š๐‘ก (2.5)

Persamaan (2.5) disebut sebagai rumus atau Formula Itรด.

2.2.6 Model Harga Saham

Ketika investor yang bersikap rasional mengetahui adanya informasi baru

yang akan memengaruhi harga saham saat ini, maka investor akan cepat bereaksi

terhadap informasi tersebut, sehingga harga saham yang terbentuk akan

mencerminkan informasi yang tersedia secara cepat dan harga saham bergerak ke

tingkat harga yang sesuai dengan harga saham saat ini. Berdasarkan hal tersebut

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

15

harga saham dikatakan bergerak secara acak (random) dan diasumsikan mengikuti

proses Markov.

Proses Markov merupakan salah satu tipe dari proses stokastik. Pada

umumnya, proses stokastik tersebut terbagi menjadi empat kelas berdasarkan

ruang keadaan (state space) dan parameternya. Pada pemodelan pergerakan harga

saham, waktu yang dibutuhkan dalam mengamati pergerakan tersebut merupakan

suatu interval waktu. Misalkan akan diamati pergerakan harga saham X dalam

rentang periode Januari 2010-Januari 2011. Oleh karena itu, pergerakan harga

saham dikatakan memiliki waktu kontinu. Sedangkan dilihat dari perubahan

kondisi atau dalam hal ini berupa perubahan harga sahamnya, perubahan tersebut

cenderung memiliki pola yang tidak terduga dan dapat berubah secara acak pada

selang waktu tertentu (bersifat kontinu).

Misalkan ๐‘†๐‘ก adalah harga saham pada saat ๐‘ก dan ๐œ‡ merupakan ekspektasi

tingkat pengembalian (return) saham per satuan waktu, maka besar pengembalian

saham yang diharapkan dari harga saham ๐‘†๐‘ก adalah sebesar ๐œ‡๐‘†๐‘ก . Jika perubahan

waktu ๐‘ก dinyatakan sebagai โˆ†๐‘ก, maka ekspektasi perubahan (pergerakan) harga

saham untuk selang waktu โˆ†๐‘ก dinyatakan sebagai berikut :

โˆ†๐‘†๐‘ก = ๐œ‡๐‘†๐‘กโˆ†๐‘ก.

Pada kenyataannya, pergerakan harga saham juga dipengaruhi oleh suatu

volatilitas saham. Volatilitas saham merupakan suatu gambaran dari

ketidakpastian mengenai pengembalian saham, sehingga deviasi standar dari

pengembalian saham per satuan waktu yang biasa dinyatakan dengan ๐œŽ, dapat

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

16

dikatakan sebagai volatilitas saham. Diasumsikan varians dari volatilitas saham

per satuan waktu adalah konstan atau dengan kata lain deviasi standar dari

pengembalian saham per satuan waktu dianggap sebanding dengan harga saham.

Dengan demikian, model pergerakan harga saham yang sesuai adalah :

โˆ†๐‘†๐‘ก = ๐œ‡๐‘†๐‘กโˆ†๐‘ก + ๐œŽ๐‘†๐‘กโˆ†๐‘Š๐‘ก .

Jika mengambil limโˆ†๐‘กโ†’0 โˆ†๐‘†๐‘ก , maka diperoleh :

๐‘‘๐‘†๐‘ก = ๐œ‡๐‘†๐‘ก๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ๐‘†๐‘ก๐‘‘๐‘Š๐‘ก

๐‘‘๐‘†๐‘ก

๐‘†๐‘ก= ๐œ‡๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ๐‘‘๐‘Š๐‘ก . (2.6)

dengan ๐‘Š๐‘ก adalah Gerak Brown yang dimulai pada ๐‘Š0 = 0, ๐œ‡ dan ๐œŽ merupakan

suatu bilangan konstan.

Selanjutnya dilakukan pengintegralan terhadap persamaan (2.6).

๐‘‘๐‘†๐‘ก

๐‘†๐‘ก= (๐œ‡๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ๐‘‘๐‘Š๐‘ก )

๐‘ก

๐‘กโˆ’1

๐‘ก

๐‘กโˆ’1

๐‘‘[ln St]tโˆ’1t = ๐œ‡๐‘ก ๐‘กโˆ’1

๐‘ก + ๐œŽ๐‘‘๐‘Š๐‘ก๐‘ก

๐‘กโˆ’1 (2.7)

ln ๐‘†๐‘ก โˆ’ ln ๐‘†๐‘กโˆ’1 = ๐œ‡๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ๐‘‘๐‘Š๐‘ก๐‘ก

๐‘กโˆ’1 (2.8)

Karena pada ruas kanan terdapat unsur stokastik berupa Proses Wiener, maka

tidak dapat diselesaikan dengan integral hitung biasa. Untuk menyelesaikan

persamaan (2.6) digunakan penerapan dari Lemma 2.1 (Lemma Itรด).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

17

Misalkan diberikan ๐บ suatu fungsi dari ๐‘†๐‘ก yaitu ๐บ = ln ๐‘†๐‘ก , dengan ๐‘†๐‘ก adalah

proses Itรด yang didefinisikan sebagai persamaan (2.6), yaitu :

๐‘‘๐‘†๐‘ก

๐‘†๐‘ก= ๐œ‡๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ๐‘‘๐‘Š๐‘ก

๐‘‘๐‘†๐‘ก = ๐œ‡๐‘†๐‘ก๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ๐‘†๐‘ก๐‘‘๐‘Š๐‘ก .

Berdasarkan Lemma 2.1 (Lemma Itรด), maka diperoleh :

๐‘‘( ๐‘™๐‘› ๐‘†๐‘ก) ๐‘กโˆ’1๐‘ก = 0 + ๐œ‡๐‘†๐‘ก

1

๐‘†๐‘ก+

1

2๐œŽ2๐‘†๐‘ก

2 โˆ’1

๐‘†๐‘ก2 ๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ๐‘†๐‘ก

1

๐‘†๐‘ก๐‘‘๐‘Š๐‘ก

๐‘‘(ln ๐‘†๐‘ก) ๐‘กโˆ’1๐‘ก = ๐œ‡ โˆ’

1

2๐œŽ2 ๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ๐‘‘๐‘Š๐‘ก

ln ๐‘†๐‘ก โˆ’ ln ๐‘†๐‘กโˆ’1 = ๐œ‡ โˆ’1

2๐œŽ2 ๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ๐‘‘๐‘Š๐‘ก

ln ๐‘†๐‘ก = ln ๐‘†๐‘กโˆ’1 + ๐œ‡ โˆ’1

2๐œŽ2 ๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ๐‘‘๐‘Š๐‘ก (2.9)

๐‘†๐‘ก = ๐‘†๐‘กโˆ’1๐‘’ ๐œ‡โˆ’

1

2๐œŽ2 ๐‘‘๐‘ก+๐œŽ๐‘‘๐‘Š๐‘ก . (2.10)

Solusi (2.10) mengimplikasikan bahwa harga saham pada periode mendatang

mengikuti model Gerak Brown Geometri, sehingga harga saham akan selalu

bernilai positif.

2.2.7 Model Pasar Modal Multidimensi

Teoriโ€“teori kalkulus stokastik pada pemodelan pergerakan harga saham

yang telah dijelaskan sebelumnya melibatkan hanya satu sekuritas (saham).

Penerapan teori tersebut dapat dikembangkan untuk keuangan yang tergantung

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

18

pada beberapa aset. Keadaan pasar modal yang demikian disebut pasar modal

multidimensi, contohnya portofolio saham. Dalam pemodelan pergerakan harga n-

saham, diasumsikan pergerakan harga dari masingโ€“masing saham dapat

dimodelkan sebagai Persamaan Diferensial Stokastik atau dengan kata lain

pergerakan harga sahamnya mengikuti model Gerak Brown Geometri. Sehingga,

model pergerakan harga n-saham dirumuskan dalam suatu Persamaan Diferensial

Stokastik Multidimensi.

Berikut contoh kasus untuk model pasar modal dua dimensi. Diberikan

suatu portofolio yang terdiri dari dua saham yaitu saham A dan saham B, dengan

pergerakan harga dari masingโ€“masing saham dapat dimodelkan sebagai

Persamaan Diferensial Stokastik. Sebut ๐‘†๐‘ก1 adalah harga saham A pada saat ๐‘ก , ๐œ‡1

merupakan ekspektasi tingkat pengembalian saham A per satuan waktu, dan ๐œŽ1

menyatakan deviasi standar dari pengembalian saham A per satuan waktu,

kemudian ๐‘†๐‘ก2 adalah harga saham B pada saat ๐‘ก , ๐œ‡2 merupakan ekspektasi tingkat

pengembalian saham B per satuan waktu, serta ๐œŽ2 menyatakan deviasi standar dari

pengembalian saham B per satuan waktu.

Perubahan harga saham A dan saham B dapat dinyatakan dalam suatu

Persamaan Diferensial Stokastik, sehingga model pergerakan harga dari kedua

saham tersebut dapat dimodelkan sebagai Persamaan Diferensial Stokastik dua

Dimensi sebagai berikut :

๐‘‘๐‘บ๐‘ก = (๐๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ๐‘‘๐‘พ๐‘ก)๐‘บ๐‘ก๐‘‡ (2.11)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

19

dengan ๐‘บ๐‘ก = ๐‘†๐‘ก

1

๐‘†๐‘ก2 , ๐ =

๐œ‡1

๐œ‡2 , ๐ˆ =

๐œŽ11 ๐œŽ12

๐œŽ21 ๐œŽ22 , dan ๐‘พ๐‘ก =

๐‘Š1

๐‘Š2 . Dalam

pemodelan ini, matriks ๐ˆ disebut sebagai matriks varians-kovarians dengan ๐œŽ11

menyatakan varians dari saham A, ๐œŽ22 adalah varians dari saham B, dan ๐œŽ12 =

๐œŽ21 menyatakan kovarians antara saham A dan saham B. Nilai varians yang

dinyatakan dengan notasi ๐œŽ11 juga bisa dinotasikan dengan ๐œŽ12.

Persamaan (2.11) dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

๐‘‘๐‘†๐‘ก1 = ๐œ‡1๐‘†๐‘ก

1๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ11๐‘‘๐‘Š1 + ๐œŽ12๐‘‘๐‘Š2 ๐‘†๐‘ก1, (2.12)

๐‘‘๐‘†๐‘ก2 = ๐œ‡2๐‘†๐‘ก

2๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ21๐‘‘๐‘Š1 + ๐œŽ22๐‘‘๐‘Š2 ๐‘†๐‘ก2. (2.13)

Akan diuraikan penyelesain PDS dari persamaan (2.12).

Perhatikan bahwa persamaan (2.12) juga dapat dinyatakan dalam persamaan

berikut :

๐‘‘๐‘†๐‘ก1

๐‘†๐‘ก1 = ๐œ‡1๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ11๐‘‘๐‘Š1 + ๐œŽ12๐‘‘๐‘Š2

๐‘‘๐‘†๐‘ก1

๐‘†๐‘ก1 = ๐œ‡1๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ1๐‘—๐‘‘๐‘Š๐‘— .

2

๐‘—=1

(2.14)

Selanjutnya akan dilakukan pengintegralan terhadap persamaan (2.14).

๐‘‘๐‘†๐‘ก

1

๐‘†๐‘ก1 = (๐œ‡1๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ1๐‘—๐‘‘๐‘Š๐‘— ) 2

๐‘—=1๐‘ก

๐‘กโˆ’1

๐‘ก

๐‘กโˆ’1

๐‘‘[ln St1]tโˆ’1

t = ๐œ‡1๐‘ก ๐‘กโˆ’1๐‘ก + ๐œŽ1๐‘—๐‘‘๐‘Š๐‘—

2๐‘—=1

๐‘ก

๐‘กโˆ’1

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

20

ln ๐‘†๐‘ก1 โˆ’ ln ๐‘†๐‘กโˆ’1

1 = ๐œ‡1๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ1๐‘—๐‘‘๐‘Š๐‘— . 2๐‘—=1

๐‘ก

๐‘กโˆ’1 (2.15)

Karena pada ruas kanan terdapat unsur stokastik berupa Proses Wiener, maka

tidak dapat diselesaikan dengan integral hitung biasa. Untuk menyelesaikan

persamaan (2.14) digunakan penerapan dari Lemma 2.1 (Lemma Itรด).

Misalkan diberikan ๐บ suatu fungsi dari ๐‘†๐‘ก1 yaitu ๐บ = ln ๐‘†๐‘ก

1, dengan ๐‘†๐‘ก1 adalah

proses Itรด yang didefinisikan sebagai persamaan (2.12), yaitu :

๐‘‘๐‘†๐‘ก1 = ๐œ‡1๐‘†๐‘ก

1๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ11๐‘‘๐‘Š1 + ๐œŽ12๐‘‘๐‘Š2 ๐‘†๐‘ก1

๐‘‘๐‘†๐‘ก1 = ๐œ‡1๐‘†๐‘ก

1๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ1๐‘—๐‘†๐‘ก1๐‘‘๐‘Š๐‘—

2

๐‘—=1

.

Berdasarkan Lemma 2.1 (Lemma Itรด), maka diperoleh :

๐‘‘(ln ๐‘†๐‘ก1 ) ๐‘กโˆ’1

๐‘ก = ๐œ‡1

1

๐‘†๐‘ก1 +

1

2 ๐œŽ1๐‘—

22

๐‘—=1

๐‘†๐‘ก1 2 โˆ’

1

๐‘†๐‘ก1 2

๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ1๐‘—๐‘†๐‘ก1

1

๐‘†๐‘ก1 ๐‘‘๐‘Š๐‘—

2

๐‘—=1

๐‘‘(ln ๐‘†๐‘ก1 ) ๐‘กโˆ’1

๐‘ก = ๐œ‡1 โˆ’1

2 ๐œŽ1๐‘—

22

๐‘—=1

๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ1๐‘—๐‘‘๐‘Š๐‘—

2

๐‘—=1

ln ๐‘†๐‘ก1 โˆ’ ln ๐‘†๐‘กโˆ’1

1 = ๐œ‡1 โˆ’1

2 ๐œŽ1๐‘—

22

๐‘—=1

๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ1๐‘—๐‘‘๐‘Š๐‘—

2

๐‘—=1

ln ๐‘†๐‘ก1 = ln ๐‘†๐‘กโˆ’1

1 + ๐œ‡1 โˆ’1

2 ๐œŽ1๐‘—

22

๐‘—=1

๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ1๐‘—๐‘‘๐‘Š๐‘—

2

๐‘—=1

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

21

๐‘†๐‘ก1 = ๐‘†๐‘กโˆ’1

1 ๐‘’๐‘ฅ๐‘ ๐œ‡1 โˆ’1

2 ๐œŽ1๐‘—

22

๐‘—=1

๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ1๐‘—๐‘‘๐‘Š๐‘—

2

๐‘—=1

. (2.16)

Solusi (2.16) mengimplikasikan bahwa harga saham di periode mendatang

mengikuti model Gerak Brown Geometri Dua Dimensi sehingga harga saham

akan selalu bernilai positif. Dengan cara yang sama, dapat diperoleh solusi serupa

untuk persamaan (2.13).

Persamaan Diferensial Stokastik Multidimensi di atas merupakan bentuk

PDS Multidimensi secara umum. Selain bentuk umum tersebut, PDS

Multidimensi memiliki bentuk lain yang disebut separable variable. Kasus

multidimensi yang dapat diterapkan dalam bentuk separable variable adalah jika

pada kasus tersebut dikatakan bahwa tidak terdapat korelasi antara variabel satu

dan lainnya atau dalam kasus pemodelan saham, dikatakan tidak terdapat korelasi

antara saham satu dan lainnya.

Jika dalam pemodelan dua harga saham di atas dikatakan tidak terdapat

korelasi antara saham satu dan lainnya, maka nilai kovarians saham adalah 0 dan

matriks varians-kovarians yang terbentuk adalah sebagai berikut:

๐ˆ = ๐œŽ1

2 0

0 ๐œŽ22 .

Selanjutnya dengan menggunakan contoh serupa dengan pemodelan

pergerakan dua harga saham dalam bentuk PDS Multidimensi secara umum di

atas, akan dibentuk model PDS pergerakan harga dua saham dalam bentuk

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

22

separable variable dan penyelesaian eksak dari separable variable dari model

yang terbentuk.

Model pergerakan harga dua saham dapat dimodelkan sebagai Persamaan

Diferensial Stokastik Dua Dimensi sebagai berikut :

๐‘‘๐‘บ๐‘ก = (๐๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ๐‘‘๐‘พ๐‘ก)๐‘บ๐‘ก๐‘‡ (2.17)

dengan ๐‘บ๐‘ก = ๐‘†๐‘ก

1

๐‘†๐‘ก2 , ๐ =

๐œ‡1

๐œ‡2 , ๐ˆ =

๐œŽ11 00 ๐œŽ22

, dan ๐‘พ๐‘ก = ๐‘Š1

๐‘Š2 . Dalam

pemodelan ini, matriks ๐ˆ disebut sebagai matriks varians-kovarians dengan ๐œŽ11

menyatakan varians dari saham A, ๐œŽ22 adalah varians dari saham B, dan ๐œŽ12 =

๐œŽ21 menyatakan kovarians antara saham A dan saham B dengan nilai kovarians

saham adalah 0 (tidak terdapat korelasi antar saham A dan B). Nilai varians yang

dinyatakan dengan notasi ๐œŽ11 juga bisa dinotasikan dengan ๐œŽ12.

Persamaan (2.17) dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

๐‘‘๐‘†๐‘ก1 = ๐œ‡1๐‘†๐‘ก

1๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ11๐‘‘๐‘Š1 + 0 ๐‘‘๐‘Š2 ๐‘†๐‘ก1

= ๐œ‡1๐‘†๐‘ก1๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ11๐‘‘๐‘Š1๐‘†๐‘ก

1

= ๐‘†๐‘ก1 ๐œ‡1๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ11๐‘‘๐‘Š1 . (2.18)

๐‘‘๐‘†๐‘ก2 = ๐œ‡2๐‘†๐‘ก

2๐‘‘๐‘ก + 0 ๐‘‘๐‘Š1 + ๐œŽ22 ๐‘‘๐‘Š2 ๐‘†๐‘ก1

= ๐œ‡2๐‘†๐‘ก2๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ22๐‘‘๐‘Š2๐‘†๐‘ก

2

= ๐‘†๐‘ก2 ๐œ‡2๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ22๐‘‘๐‘Š2 . (2.19)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

23

Atau secara umum dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

๐‘‘๐‘†๐‘ก๐‘– = ๐œ‡๐‘–๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ๐‘–

2๐‘‘๐‘Š๐‘– ๐‘†๐‘ก๐‘– (2.20)

untuk ๐‘– = 1,2 dan ๐œŽ๐‘–๐‘– = ๐œŽ๐‘–2.

Akan diuraikan penyelesaian PDS dari persamaan (2.18).

Perhatikan bahwa persamaan (2.18) juga dapat dinyatakan dalam persamaan

berikut :

๐‘‘๐‘†๐‘ก1

๐‘†๐‘ก1 = ๐œ‡1๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ1

2๐‘‘๐‘Š1. (2.21)

Selanjutnya akan dilakukan pengintegralan terhadap persamaan (2.21).

๐‘‘๐‘†๐‘ก

1

๐‘†๐‘ก1 = (๐œ‡1๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ1

2๐‘‘๐‘Š1)

๐‘ก

๐‘กโˆ’1

๐‘ก

๐‘กโˆ’1

๐‘‘ ln ๐‘†๐‘ก1 ๐‘กโˆ’1

๐‘ก = ๐œ‡1๐‘ก ๐‘กโˆ’1๐‘ก + ๐œŽ1

2๐‘‘๐‘Š1

๐‘ก

๐‘กโˆ’1

ln ๐‘†๐‘ก1 โˆ’ ln ๐‘†๐‘กโˆ’1

1 = ๐œ‡1๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ12๐‘‘๐‘Š1.

๐‘ก

๐‘กโˆ’1

(2.22)

Karena pada ruas kanan terdapat unsur stokastik berupa Gerak Brown (Proses

Wiener), maka tidak dapat diselesaikan dengan integral hitung biasa. Untuk

menyelesaikan persamaan (2.21) digunakan penerapan dari Lemma 2.1 (Lemma

Itรด).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

24

Misalkan diberikan ๐บ suatu fungsi dari ๐‘†๐‘ก1 yaitu ๐บ = ln ๐‘†๐‘ก

1, dengan ๐‘†๐‘ก1 adalah

proses Itรด yang didefinisikan sebagai persamaan (2.18), yaitu :

๐‘‘๐‘†๐‘ก1 = ๐œ‡1๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ1

2๐‘‘๐‘Š1 ๐‘†๐‘ก1

๐‘‘๐‘†๐‘ก1 = ๐œ‡1๐‘†๐‘ก

1๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ12๐‘†๐‘ก

1๐‘‘๐‘Š1.

Berdasarkan Lemma 2.1 (Lemma Itรด), maka diperoleh :

๐‘‘ (ln ๐‘†๐‘ก1 ) ๐‘กโˆ’1

๐‘ก = ๐œ‡1๐‘†๐‘ก1

1

๐‘†๐‘ก1 +

1

2 ๐œŽ1

2 2 ๐‘†๐‘ก1 2 โˆ’

1

๐‘†๐‘ก1 2

๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ12๐‘†๐‘ก

11

๐‘†๐‘ก1 ๐‘‘๐‘Š1

๐‘‘(ln ๐‘†๐‘ก1 ) ๐‘กโˆ’1

๐‘ก = ๐œ‡1 โˆ’1

2 ๐œŽ1

2 2 ๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ12๐‘‘๐‘Š1

ln ๐‘†๐‘ก1 โˆ’ ln ๐‘†๐‘กโˆ’1

1 = ๐œ‡1 โˆ’1

2 ๐œŽ1

2 2 ๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ12๐‘‘๐‘Š1

ln ๐‘†๐‘ก1 = ln ๐‘†๐‘กโˆ’1

1 + ๐œ‡1 โˆ’1

2 ๐œŽ1

2 2 ๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ12๐‘‘๐‘Š1

๐‘†๐‘ก1 = ๐‘†๐‘กโˆ’1

1 ๐‘’๐‘ฅ๐‘ ๐œ‡1 โˆ’1

2 ๐œŽ1

2 2 ๐‘‘๐‘ก + ๐œŽ12๐‘‘๐‘Š1 . (2.23)

Solusi (2.23) mengimplikasikan bahwa harga saham pada periode mendatang

mengikuti model Gerak Brown Geometri sehingga harga saham akan selalu

bernilai positif. Dengan cara yang sama, dapat diperoleh solusi serupa untuk

persamaan (2.19).

Pemodelan serupa dapat diterapkan pada pasar modal dengan ๐‘› โ‰ฅ 2

saham. Namun pada penelitian ini, model pergerakan harga saham yang akan

dibentuk ialah pergerakan dari tiga buah saham.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

25

2.2.8 Run Test

Uji keacakan (Run Test) merupakan analisis uji yang digunakan untuk

melihat apakah observasi (sampel) diambil secara acak (random). Run Test

dilakukan untuk data yang didapatkan secara berurutan. Suatu sampel dikatakan

acak jika antar suatu periode t dengan periode sebelumnya (๐‘ก โˆ’ 1) pada sampel

tidak saling berkorelasi. Oleh karena itu, uji ini juga dapat digunakan untuk

melihat apakah terdapat korelasi antar residual (masalah autokorelasi) yang dilihat

berdasarkan keacakan pada sampel.

Data yang digunakan pada Run Test dapat berbentuk kualitatif seperti data

laki-laki dan perempuan atau data kuantitatif. Pada dasarnya Run Test akan

membagi data menjadi dua kelompok. Pada data kuantitaif pembagian dua

kelompok data dapat dilakukan berdasarkan nilai median data, sehingga akan

diperoleh data yang yang lebih kecil dari nilai median dan data yang lebih besar

dari nilai median. Setiap kelompoknya akan direpresentasikan dalam suatu simbol

(kode). Sebuah deretan simbol (kode) yang sama disebut satu Run (R)

(Bagdonavicius et al., 2011).

Sebagi contoh, berikut adalah urutan jenis antrian tiket berdasarkan jenis

kelamin :

1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1

Simbol 1 menyatakan pria dan kode 2 menyatakan perempuan. Dengan demikian

deretan simbol di atas terdiri dari tujuh Run, yakni Run 1 terdiri dari dua simbol 1,

Run 2 terdiri dari empat simbol 2, Run 3 terdiri dari dua simbol 1, dan seterusnya

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

26

hingga Run 7. Diketahui pula bahwa terdapat tujuh data bersimbol 1 (๐‘›1 = 7) dan

tujuh data bersimbol 2 (๐‘›2 = 7). Adapun hipotesis pada uji ini ialah:

๐ป0 : Data pengamatan acak (random)

๐ป1 : Data pengamatan tidak acak (random)

Untuk sampel kecil (๐‘›1 โ‰ค 20 atau ๐‘›2 โ‰ค 20), maka tolak ๐ป0, jika ๐‘… โ‰ค

๐‘…๐‘๐‘Ž๐‘ค๐‘Ž โ„Ž atau ๐‘… โ‰ฅ ๐‘…๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž๐‘  dari tabel nilai kritis untuk R dengan ๐‘›1 dan ๐‘›2 (tabel F).

Jika nilai R berada diantara nilai ๐‘…๐‘๐‘Ž๐‘ค๐‘Ž โ„Ž dan ๐‘…๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž๐‘  , maka terima ๐ป0.

Untuk sampel besar (๐‘›1 > 20 atau ๐‘›2 > 20), distribusi sampel R

mendekati distribusi normal Z . Jika nilai ๐‘โ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” > ๐‘๐›ผ , maka tolak ๐ป0. Berikut

rumus yang digunakan untuk menghitung nilai ๐‘โ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” pada Run Test :

๐‘โ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” =๐‘… โˆ’ (2๐‘›1๐‘›2)/(๐‘›1 + ๐‘›2) + 1

2๐‘›1๐‘›2(2๐‘›1๐‘›2 โˆ’ ๐‘›1 โˆ’ ๐‘›2) ๐‘›1 + ๐‘›2 2(๐‘›1 + ๐‘›2 โˆ’ 1)

. (2.24)

2.2.9 Teori Portofolio Optimal

Investasi di pasar modal menjanjikan tingkat pengembalian (return) yang

tinggi, namun dengan semakin tinggi tingkat pengembalian yang dihasilkan maka

tingkat risikonya juga akan semakin besar. Oleh karena itu, hal yang harus

diperhatikan oleh investor adalah bagaimana investasi dapat menghasilkan tingkat

pengembalian optimal pada tingkat risiko yang minimal. Dalam memaksimalkan

tingkat pengembalian dan meminimalkan risiko, investor dapat melakukan

diversifikasi. Diversifikasi dapat diwujudkan dengan cara mengombinasikan

berbagai pilihan saham dalam investasinya (membentuk portofolio saham

optimal) (Husnan, 2003).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

27

Konsep dasar yang dinyatakan dalam portofolio optimal adalah bagaimana

mengalokasikan sejumlah dana tertentu pada berbagai jenis investasi yang akan

menghasilkan keuntungan yang optimal (Bierman dan Smidt, 2007). Portofolio

optimal merupakan pilihan dari berbagai sekuritas dari portofolio efisien.

Portofolio yang efisien (efficient portfolio) didefinisikan sebagai portofolio yang

memberikan tingkat pengembalian terbesar (maksimum) dengan resiko tertentu

atau memberikan risiko terkecil dengan tingkat pengembalian tertentu.

Portofolio yang efisien ini dapat ditentukan dengan memilih tingkat

pengembalian tertentu dan kemudian meminimumkan risikonya atau menentukan

tingkat resiko tertentu dan kemudian memaksimumkan tingkat pengembaliannya.

Investor yang rasional akan memilih portofolio optimal ini karena merupakan

portofolio yang dibentuk dengan mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yaitu

tingkat pengembalian atau risiko portofolio.

2.2.10 Teori Portofolio Markowitz

Pada awal 1950-an, seorang ekonom Amerika Serikat, Harry Max

Markowitz, mengembangkan suatu teori portofolio yang dikenal dengan Teori

Portofolio Markowitz. Teori Portofolio Markowitz menggunakan pengukuran

statistik dasar untuk mengembangkan suatu rencana portofolio, yaitu expected

return, standar deviasi, dan korelasi antar return. Teori ini memformulasikan

keberadaan unsur tingkat pengembalian (return) dan risiko dalam suatu investasi,

dengan unsur risiko dapat diminimalkan melalui diversivikasi dan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

28

mengombinasikan berbagai instrumen investasi ke dalam portofolio (Markowitz,

1959).

Teori Portofolio Markowitz didasarkan atas pendekatan mean (rata-rata)

dan variance (varians), dengan mean merupakan pengukuran tingkat

pengembalian dan varian merupakan pengukuran tingkat risiko. Oleh karena itu,

teori ini disebut juga sebagai Mean โ€“ Variance Model. Pembentukan portofolio

optimal dengan pendekatan Teori Portofolio Markowitz didasarkan pada

preferensi investor terhadap return yang diharapkan dan risiko masingโ€“masing

pilihan portofolio. Asumsi bahwa preferensi investor hanya didasarkan pada

tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dan risiko, secara

implisit menganggap bahwa investor mempunyai fungsi utilitas yang sama.

Penentuan portofolio optimal dengan menggunakan Teori Portofolio

Markowitz dilakukan dengan langkah โ€“ langkah sebagai berikut (Husnan, 2003):

1. Menghitung return masing โ€“ masing saham. Return saham dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan berikut:

๐‘Ÿ๐‘ก = ๐‘†๐‘กโˆ’ ๐‘†๐‘กโˆ’1

๐‘†๐‘กโˆ’1 (2.25)

dengan ๐‘Ÿ๐‘ก menyatakan return harga saham pada waktu ๐‘ก, ๐‘†๐‘ก menyatakan harga

saham pada waktu ๐‘ก, dan ๐‘†๐‘กโˆ’1 menyatakan harga saham pada waktu ๐‘ก โˆ’ 1.

2. Menghitung expected return saham (๐œ‡). Nilai ๐œ‡ dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut:

๐œ‡ = ๐‘Ÿ๐‘ก๐‘›

๐‘›

๐‘ก=1

(2.26)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

29

dengan ๐‘› menyatakan waktu (periode) pengamatan.

3. Menghitung risiko (varians dan deviasi standar saham). Ukuran penyebaran

ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kemungkinan nilai yang

akan diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan. Varians saham ialah

nilai pangkat dua dari deviasi standar saham, sedangkan deviasi standar

saham direpresentasikan sebagai volatilitas saham. Varians dan deviasi

standar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

๐œŽ2 = ๐‘Ÿ๐‘ก โˆ’ ๐œ‡

๐‘›

2๐‘›

๐‘ก=1

๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐œŽ = ๐‘Ÿ๐‘ก โˆ’ ๐œ‡

๐‘›

2

.

๐‘›

๐‘ก=1

(2.27)

4. Menghitung kovarians antar dua saham dalam portofolio. Rumus yang

digunakan untuk menghitung kovarian adalah sebagai berikut:

๐œŽ๐‘‹๐‘Œ =1

๐‘› ๐‘‹๐‘ก โˆ’ ๐œ‡๐‘‹ ๐‘Œ๐‘ก โˆ’ ๐œ‡๐‘Œ (2.28)

๐‘›

๐‘ก=1

dengan ๐œŽ๐‘‹๐‘Œ menyatakan kovarians antara saham ๐‘‹ dan saham ๐‘Œ, ๐‘‹๐‘ก , ๐‘Œ๐‘ก

menyatakan return harga saham X dan return harga saham Y pada waktu t,

dan ๐œ‡๐‘‹ , ๐œ‡๐‘Œ menyatakan expected return saham X , expected return saham Y.

5. Menghitung koefisien korelasi antar saham dalam portofolio. Besar kecilnya

koefisien korelasi akan berpengaruh terhadap risiko portofolio. Rumus yang

digunakan untuk menghitung koefisien korelasi antar saham adalah sebagai

berikut:

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

30

๐œŒ๐‘‹๐‘Œ =๐œŽ๐‘‹๐‘Œ

๐œŽ๐‘‹ ๐œŽ๐‘Œ=

1๐‘› ๐‘‹๐‘ก โˆ’ ๐œ‡๐‘‹ ๐‘Œ๐‘ก โˆ’ ๐œ‡๐‘Œ

๐‘›๐‘ก=1

๐‘‹๐‘ก โˆ’ ๐œ‡๐‘‹

๐‘› 2

๐‘›๐‘ก=1

๐‘Œ๐‘ก โˆ’ ๐œ‡๐‘Œ

๐‘› 2

๐‘›๐‘ก=1

(2.29)

dengan ๐œŒ๐‘‹๐‘Œ menyatakan koefisien korelasi antara saham X dan saham Y , ๐œŽ๐‘‹๐‘Œ

menyatakan kovarians antara saham X dan saham Y dan ๐œŽ๐‘‹ , ๐œŽ๐‘Œ menyatakan

deviasi standar saham X, deviasi standar saham Y.

6. Menghitung expected return dari portofolio saham. Untuk menghitung

tingkat pengembalian yang diharapkan dari portofolio (expected return

portofolio) digunakan persamaan berikut:

๐ธ(๐‘…๐‘) = wiฮผi

n

i=1

(2.30)

dengan ๐ธ(๐‘…๐‘) menyatakan tingkat pengembalian portofolio , wi menyatakan

proporsi dana yang diinvestasikan pada saham ke-i, dan ฮผi menyatakan

tingkat pengembalian saham ke-i.

7. Menghitung risiko dari portofolio saham. Untung menghitung risiko

portofolio digunakan persamaan sebagai berikut:

๐œŽ๐‘2 = ๐‘ค๐‘–

2๐œŽ๐‘–2 + ๐‘ค๐‘–๐‘ค๐‘—๐œŽ๐‘–๐‘— .

๐‘›

๐‘—=1๐‘–โ‰ ๐‘—

๐‘›

๐‘–=1

๐‘›

๐‘–=1

(2.31)

Pada pembentukan portofolio optimal dengan model Markowitz,

portofolio optimal yang terbentuk merupakan pilihan dari bebagai sekuritas dari

portofolio efisien. Kumpulan portofolio efisien Markowitz terletak pada garis

batas (efficient frontier) serangkaian portofolio yang memiliki pengembalian

maksimal untuk tingkat pengembalian tertentu. Inti dari efficient frontier

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.pdfย ยท BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Black dan Scholes (1973) menyatakan bahwa nilai aset mengikuti Gerak

31

Markowitz adalah bagaimana mengalokasikan dana ke masingโ€“masing saham

dalam portofolio untuk mencari titik optimal portofolio. Alokasi dana yang

diberikan pada masingโ€“masing saham akan berpengaruh terhadap tingkat

pengembalian saham dan tingkat risiko yang dihasilkan. Investor dapat melakukan

sejumlah kombinasi alokasi dana pada masing โ€“ masing saham untuk memperoleh

sejumlah portofolio yang diinginkan.

Berdasarkan sejumlah portofolio yang telah dibentuk, dapat ditentukan

portofolio optimal dengan cara optimasi sebagai berikut:

Minimumkan : ๐‘ค๐‘–2๐œŽ๐‘–

2 + ๐‘ค๐‘–๐‘ค๐‘—๐œŽ๐‘–๐‘— (2.32)

Dengan batasan :

1. ๐‘ค๐‘– = 1

2. ๐‘ค๐‘–๐œ‡๐‘– = ๐ธ(๐‘…๐‘)

3. ๐‘ค๐‘– โ‰ฅ 0, ๐‘– = 1,2,3