bab ii tinjauan pustaka 2.1. manajemen pendidikan 2.1.1...

48
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1. Konsep Manajemen Pendidikan Konsep manajemen tentu kita harus tahu terlebih dahulu apa itu manajemen. Banyak teori yang menjelaskan tentang manajemen yang dinyatakan oleh para pakar dengan teori yang berbeda-beda tetapi pada hakekatnya mempunyai tujan yang sama. Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage (kata kerja), management ( kata kerja), dan manager untuk orang yang melakukan. Bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi manajemen (pengelolaan). Manajemen menurut Husaini Usman (2014: 6) juga menyatakan bahwa manajemen adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan langsung untuk penggunaan sumber daya organisasi secara efektif dan efesien dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Meskipun banyak definisi manajemen yang telah diungkapkan para ahli sesuai pandangan dan pendekatannya masing-masing, seperti Barnard (1938), Terry (1960), Gray ( 1982) dan lain-lain , namun tidak satupun yang memuaskan. Walaupun demikian, esensi manajemen dapat dipan- dang, baik sebagai proses ( fungsi) yang meliputi POLC. Pengetian Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan (P3) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen dalam arti sempit adalah manajemen sekolah/ madarasah yang meliputi: perencanaan sekolah/ madarasah yang meliputi perencanaan program sekolah/ madarasah, pelaksanaan program sekolah/

Upload: phamthuy

Post on 07-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Pendidikan

2.1.1. Konsep Manajemen Pendidikan

Konsep manajemen tentu kita harus tahu terlebih

dahulu apa itu manajemen. Banyak teori yang

menjelaskan tentang manajemen yang dinyatakan oleh

para pakar dengan teori yang berbeda-beda tetapi pada

hakekatnya mempunyai tujan yang sama.

Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to

manage (kata kerja), management ( kata kerja), dan

manager untuk orang yang melakukan. Bila

diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi manajemen

(pengelolaan).

Manajemen menurut Husaini Usman (2014: 6) juga

menyatakan bahwa manajemen adalah serangkaian

kegiatan yang diarahkan langsung untuk penggunaan

sumber daya organisasi secara efektif dan efesien dalam

rangka mencapai tujuan organisasi. Meskipun banyak

definisi manajemen yang telah diungkapkan para ahli

sesuai pandangan dan pendekatannya masing-masing,

seperti Barnard (1938), Terry (1960), Gray ( 1982) dan

lain-lain , namun tidak satupun yang memuaskan.

Walaupun demikian, esensi manajemen dapat dipan-

dang, baik sebagai proses ( fungsi) yang meliputi POLC.

Pengetian Manajemen dalam arti luas adalah

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan (P3) sumber

daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan

efisien. Manajemen dalam arti sempit adalah manajemen

sekolah/ madarasah yang meliputi: perencanaan

sekolah/ madarasah yang meliputi perencanaan program

sekolah/ madarasah, pelaksanaan program sekolah/

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

14

madarasah, kepemimpinan kepala sekolah/ madarasah,

pegawai/evaluasi, dan sistem informasikan sekolah/

madrasah.

Robin and Coulter (2009), menyatakan bahwa

“management is universally needed in all organizations”.

Manajemen diperlukan semua organisasi dan bersifat

universal. Manajemen bisa diterapkan pada: 1. semua

organisasi, kecil maupun besar, 2. Semua tipe organisasi,

financial dan non financial, 3. Semua tingkatan

organisasi, 4. Semua area organisasi (manufaktur,

pemasaran, SDM, dan lain-lain).

Fungsi manajemen menurut perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian. Robin and

Coulter (2009), perencanaan, pengorganisasian,

kepemimpinan, pengendalian. Kegiatan manajer secara

deskriptif sebagai berikut: 1. Personal Activities, 2.

Interactional Activities, 3. Administrative Activities, 4.

Technical Activities.

Manajemen adalah koordinasi dan pengawasan

terhadap pekerjaan orang lain, sehingga tujuan pekerjaan

betul-betul tercapai efektif dan efisien. (Stephen P

Robbins, May Coulter, 2009). Manajemen dapat

didefinisikan sebagai “proses perencanaan,

pengorganisasian, pengisian staf, pemimpinan, dan

pengontrolan untuk optimasi penggunaan sumber-

sumber dan pelaksanaan tugas-tugas dalam mencapai

tujuan organisasi secara efektif dan efisien”. Manajemen

adalah suatu proses dalam rangka mencapai tujuan

dengan bekerja bersama melalui orang-orang dan sumber

daya organisasi lainnya.

Menurut Ricky W. Griffin manajemen adalah

sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,

pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk

mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

15

berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan

perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang

ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai

dengan jadwal (http: //www.pengertianku.net-/2015/04

tgl 15-2-2016)

Dari penjelasan definisi tentang manajemen para

ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen

adalah suatu proses merencanakan, mengorganisasikan,

melaksanakan dan mengawasi dalam mengelola sumber

daya yang berupa manusia, uang, material, cara, waktu

dan informasi untuk mencapai tujuan yang efektif dan

efisien.

Telah disebutkan bahwa manajemen bisa dilakukan

dimana saja (organisasi) baik dalam lingkup kecil maupun

lingkup besar. Tidak ketinggalan juga di lembaga

pendidikan (sekolah) juga butuh yang namanya

manajemen. Manajemen yang dilaksanakan dalam dunia

pendidikan disebut manajemen pendidikan.

2.1.2. Manajemen Hubungan Sekolah dengan

Masyarakat

Hubungan sekolah dengan masyarakat pada

hakekatnya merupakan suatu sarana yang sangat

berperan dalam membina dan mengembangkan

pertumbuhan pribadi serta peserta didik di sekolah.

Dalam hal ini, sekolah sebagai sistem sosial merupakan

bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu

masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan

yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau

pendidikan secara efektif dan efisien. Sebaliknya sekolah,

juga harus menunjang pencapaian tujuan atau

pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya

kebutuhan pendidikan (Mulyasa, 2009: 50)

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

16

Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa

hubungan antara sekolah dengan masyarakat merupakan

hal yang sangat penting dalam meningkat-kan mutu

pendidikan di sekolah.

Disamping itu (Mulyasa, 2009: 163) menyebutkan

bahwa dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah,

disarankan perlunya memberdayakan masyakarat dan

lingkungan sekolah secara optimal. Selain mengadakan

hubungan dengan masyakarakat, sekolah juga dituntut

untuk membina hubungan dengan pemerintah setempat,

misalnya pemuka-pemuka masyarakat, organisasi sosial,

seperti lembaga sosial desa dan sejenisnya, serta meminta

masukan kepada masyarakat atau pihak-pihak yang

membutuhkannya tentang program, kemajuan, dan

rencana-rencana untuk perbaikan sekolah.

Sekolah sekolah merupakan lembaga formal yang

diserahi mandat untuk mendidikan melatih dan

membimbing generasi muda bagi pernananya di masa

depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa

pendidikan itu. Hubungannya sekolah dengan

masyarakat bertujuan antara lain untuk (1) memajukan

kualitas pemberlajaran, dan pertumbuhan anak; (2)

memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup

dan penghidupan masyakarat; (3) menggairahkan

masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.

Untuk merealisasikan tujuan tersebut, banyak cara yang

bisa dilakukan oleh sekolah dalam menarik simpati

masyarakat terhadap sekolah dan menjalin hubungan

yang harmonis antara sekolah masyarakat. Hal tersebut

antara lain dapat dilakukan dengan memberitahu

masyarakat memengenai program-program sekolah, baik

program yang telah dilaksanakan, yang sedang

dilaksanakan sehingga masyarakat mendapat gambaran

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

17

yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan (Mulyasa,

2009: 50-51).

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003

BAB IV pasal 1 disebutkan bahwa masyarakat berhak

berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Maka dari

itu sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat

dipisahkan dari masyarakat lingkungannya, sebaliknya

masyarakatpun tidak dapat dipisahkan dari sekolah.

Dikatakan demikian, karena keduanya memiliki

kepentingan.

Dari beberapa pendapat tersebut sesungguhnya

saling mendukung. Jadi kerjasama antara sekolah dengan

masyarakat pada hakekatnya adalah suatu sarana yang

cukup mempunyai peranan yang menentukan dalam

rangka usaha mengadakan pembinaan, pertumbuhan,

dan pengembangan siswa di sekolah. Dengan adanya

hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat,

dapat dicapai perpaduan antara sarana sekolah dengan

masyarakat. Hubungan yang harmonis antara keduanya

dalam pengembangan program bersama bagi pembinaan

peserta didik, dapat mengurangi dan mencegah

kemungkinan anak berbuat nakal karena program yang

padat dan menarik tidak memberi kesempatan atau

kemungkinan kepada peserta didik untuk berkhayal atau

berbuat yang kurang baik.

2.2. Teori Evaluasi

2.2.1. Konsep Evaluasi

Kata Evaluasi berasal dari kata berbahasa inggris

yaitu “evaluation” yang diterjemahkan memberi penilaian

dengan membandingkan sesuatu hal dengan satuan

tertentu. Pengertian evaluasi yang bersumber dari kamus

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

18

Oxford Advanced Leaner’s Dictionary of Current English

Evaluasi adalah to find out, decide the amount or value

yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau

jumlah. Selain arti berdasarkan terjemahan, kata-kata

yang terkandung dalam definisi tersebut menunjukkan

bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-

hati, bertanggung jawab, menggunakan strategi dan dapat

dipertanggungjawabkan (Suharsimi, 2007: 1).

Definisi evaluasi berbeda-beda sesuai dengan

pendapat dari masing-masing pakar evaluasi. Evaluasi

merupakan suatu istilah baru dalam kajian keilmuan

yang telah berkembang menjadi disiplin ilmu sendiri. Ilmu

kajian tentang evaluasi ini juga telah banyak memberikan

manfaat dan kontribusi dalam memberikan informasi

data, khususnya mengenai pelaksana program tersebut

yang dijadikan suatu keputusan. Menurut pandangan

Anderson (dalam Suharsimi, 2004: 1) Evaluasi sebagai

sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai

beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung

tercapainya tujuan. Sedangkan menurut Stufflebeam

(dalam Suharsimi, 2004: 1), mengungkapkan bahwa

evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian dan

pemberian informasi yang bermanfaat bagi pengambil

keputusan dalam menentukan alternatif keputusan.

2.2.2. Model Evaluasi CIPP

Model evaluasi CIPP ini merupakan salah satu dari

beberapa teknik evaluasi suatu program yang ada. Model

CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam dan kawan-

kawan (1967) di Ohio State University. Model ini

berlandaskan pada keempat dimensi yaitu dimensi

context, dimensi input, dimensi process, dan dimensi

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

19

product. CIPP merupakan sebuah singkatan dari huruf

awal empat buah kata, yaitu:

Context evaluation : evaluasi terhadap konteks

Input evaluation : evaluasi terhadap masukan

Process evaluation : evaluasi terhadap proses

Product : evaluasi terhadap hasil

Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP

tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain

adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan.

Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang

memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah

sistem.

Maksud dan tujuan Stufflebeam pada model

evaluasi CIPP ini adalah bermaksud dengan sejumlah

kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi

dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan

program yang dievaluasi, dan tujuan evalusinya adalah

sebagai:

a. Penetapan dan penyediaan informasi yang

bermanfaat untuk menilai keputusan alternatif;

b. Membantu audience untuk menilai dan

mengembangkan manfaat program pendidikan atau

obyek;

c. Membantu pengembangan kebijakan dan program.

Secara garis besar evaluasi model CIPP mencakup empat

macam keputusan: Perencanaan keputusan yang

mempengaruhi pemilihan tujuan umum dan tujuan

khusus.

a. Keputusan pembentukan atau structuring

b. Keputusan implementasi

c. Keputusan yang telah diteruskan, diteruskan dengan

modifikasi, dan atau diberhentikan secara total atas

dasar kriteria yang ada.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

20

Tabel 2.1 Model Evaluasi CIPP

Aspek evaluasi Tipe Keputusan Jenis Pertanyaan

Context

evaluation

Keputusan yang

terencana

Apa yang harus

dilakukan?

Input

evaluation

Keputusan

terstruktur

Bagaimana kita

melakukannya?

Process

evaluation

Keputusan

implementasi

Apakah yang

dilakukan sesuai

rencana?

Product

evaluation

Keputusan yang

telah disusun

ulang

Apakah berhasil?

Sumber: The CIPP approach to evaluation (Robinsan,

2002)

Empat aspek Model Evaluasi CIPP (contex, input,

process, and output) membantu pengambilan keputusan

untuk menjawab empat pertanyaan dasar antara lain;

1) Apa yang harus dilakukan (What should we do?);

mengumpulkan dan menganalisa needs assessment

data untuk menentukan tujuan, prioritas dan

sasaran

2) Bagaimana kita melaksanakannya (How should we do

it?); sumber daya dan langkah-langkah yang

diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan dan

mungkin meliputi identifikasi program eksternal dan

material dalam mengumpulkan informasi

3) Apakah dikerjakan sesuai rencana (Are we doing it as

planned?); Ini menyediakan pengambil keputusan

informasi tentang seberapa baik program diterap-

kan. Dengan secara terus-menerus monitorring

program, pengambilan keputusan mempelajari

seberapa baik, pelaksanaan telah sesuai petunjuk

dan rencana, konflik yang timbul, dukungan staff

dan moral, kekuatan dan kelemahan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

21

4) Apakah berhasil (Did it work?); Dengan mengukur

outcome dan membandingkannya pada hasil yang

diharapkan, pengambil-keputusan menjadi lebih

mampu memutuskan jika program harus

dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan sama

sekali.

Penggunaan pendekatan evaluasi model CIPP ini

banyak digunakan dalam rangka menjamin akuntabilitas

publik dari suatu program pendidikan. Stufflebeam CIPP

model dalam dua kepentingan, yakni pembuatan

keputusan (orientasi formatif) dan akuntabilitas (orientasi

sumatif), sebagai berikut:

Tabel 2.2 Tabel Pemanfaatan Evaluasi CIPP

Orientasi Formatif Orientasi Sumatif

Konteks Pedoman untuk

memilih tujuan dan

menentukan

prioritas

Mencatat

sejauhmana tujuan

yang dipilih berdasar

pada kebutuhan,

kesempatan, dan

masalah

Input Panduan dan

masukan untuk

memilih strategi

program maupun

rancangan

procedural

Mencatat strategi

dan rancangan yang

dipilih, serta alasan-

alasannya

Proses Panduan

implementasi

Mencatat proses

yang aktual

Produk Pedoman untuk

menghentikan,

melanjutkan,

memodifikasi atau

Merekam

ketercapaian

prestasi dan

perumusan kembali

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

22

instalasi program keputusan

keputusan

Sumber : The CIPP approach to evaluation (Robinson, 2002)

2.2.3. Langkah Evaluasi Model CIPP

Model CIPP ini menekankan pada peran sumatif.

Oleh karena itu, dalam evaluasi hasil model CIPP

memberikan posisi penting bagi peran sumatif. Informasi

yang dihasilkan evaluasi hasil CIPP digunakan untuk

menentukan apakah suatu program harus diganti , revisi

atau dihentikan Penggunaan model CIPP (Contexs, Input,

Process, Product) yaitu :

Tahap I

Evaluasi pada aspek 1 dan 2 (contexs dan input)

dilakukan dengan melihat pada wawancara narasumber

dan teori-teori yang berhubungan dengan peran dan

fungsi komite sekolah secara ideal. Peran dan fungsi

komite sekolah dengan feedback yang diperoleh setelah di

evaluasi.

Tahap II

Evaluasi proses dilakukan dengan mengobservasi

proses sesuai kriteria-kriteria tertentu, termasuk

didalamnya komite sekolah melakukan kegiatan atau

melaksanakan program pendidikan yang diharapkan

dalam Kemendiknas Nomor: 044/U/2002.

Tahap III

Evalauasi hasil (product evaluation) adalah tahap

akhir dan paling penting karena hasil kinerja komite

sekolah adalah tujuan yang telah ditetapkan maka

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

23

instrumennya ditetapkan berdasarkan domain yang

menjadi tujuan proses tertentu.

2.3. Mutu Pendidikan

Mutu dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang

memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan

pelanggan. Definisi ini disebut juga dengan istilah, mutu

sesuai dengan persepsi (quality in perception). Mutu ini

bisa disebut sebagai mutu yang hanya ada di mata orang

yang melihatnya. Ini merupakan definisi yang sangat

penting. Sebab, ada satu resiko yang seringkali kita

abaikan dari definisi ini, yakni kenyataan bahwa para

pelanggan adalah pihak yang membuat keputusan

terhadap mutu. Dan mereka melakukan penilaian

tersebut dengan merujuk pada produk terbaik yang bisa

bertahan dalam persaingan (Sallis, 2010: 56).

Sedangkan Crosby (dalam Hadis, 2010: 85)

menyebutkan bahwa mutu ialah conformance to

requirement (sesuai dengan kebutuhan). Suatu produk

memiliki mutu apabila sesuai dengan standar yang telah

ditentukan, standar mutu tersebut meliputi bahan baku,

proses produksi, dan produk jadi. Sejalan dengan hal

tersebut Deming (dalam Hadis, 2010: 85) mengemukakan

bahwa mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar

atau konsumen.

Dalam kontek pendidikan, pengertian mutu

mencakup input, proses dan output pendidikan. Input

pendidikan adalah segala hal yang harus tersedia karena

dibutuhkan untuk berlangsungnya proses, meliputi

sumber daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan

sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Kesiapan

input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

24

dengan baik, sehingga kadar mutu input dapat diukur

dari tingkat kesiapan input (Widiyarti, 2010: 4)

Dari keempat pendapat diatas dapat dikatakan

bahwa Sallis menekankan pada kepuasan pelanggan dan

dapat melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan,

sedangkan Crosby dan Deming hanya kalau hasilnya

sudah sesuai dengan kebutuhan saja. Sedangkan dalam

kontek pendidikan, pengertian mutu mancakup input,

proses dan output pendidikan. Dari uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa mutu pendidikan adalah hasil

pendidikan atau melampaui keinginan dan kebutuhan

pelanggan yang mencakup input, proses dan output

pendidikan.

Mutu merupakan hal yang penting dalam dunia

pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan merupakan

sasaran pembangunan dibidang pendidikan nasional dan

merupakan bagian integral dari upaya peningkatan

kualitas manusia Indonesia secara kaffah (menyeluruh)

(Mulyasa, 2009: 31). Sehingga pemerintah, dalam hal ini

Menteri Pendidikan Nasional telah mencanangkan

“Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan” pada tanggal 2

Mei 2002; dan lebih fokus lagi, setelah diamanatkan

dalam Undang-Undang Sisdiknas (2003) Bahwa Tujuan

Pendidikan Nasional adalah untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa, melalui peningkatan kualitas

pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Menurut (Zamroni, 2007: 16) ada tiga perencanaan

strategi yang berkaitan dengan peningkatan mutu

sekolah, yaitu strategi yang menekankan pada hasil (The

Output Orientid Strategy), strategi yang menekankan pada

proses (The Process Orientid Strategy), dan strategi

komprehensif (The Comprehensive Strategy).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

25

2.4. Kinerja Organisasi

2.4.1. Definisi Kinerja Organisasi

Definisi kinerja organisasi yang dikemukakan oleh

Bastian dalam Hessel Nogi (2005: 175) sebagai gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam

suatu organisasi, dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

misi, dan visi organisasi tersebut.

Kinerja berasal dari kata job performance atau

actual performance yang berarti prestasu kerja atau

prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.

Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh oleh

seorang atau sekelompok orang dalam melaksanakan

fungsinya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan

kepadanya. Istilah kinerja merupakan terjemahan dari

performance yang disering diartikan oleh para

cendekiawan sebagai “penampilan”, “unjuk kerja”, atau

“prestasi” (Yeremias T. Keban, 2004: 191). Performance

atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu

proses (Nurlaila, 2010: 71). Menurut pendekatan perilaku

dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas atau kualitas

sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh

seseorang yang melakukan pekerjaan (Luthans, 2005:

165).

Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu

perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang

ditetapkan (Dessler, 2000: 41). Kinerja adalah hasil kerja

baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh

seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai

tanggungjawab yang diberikan (Mangkunagara, 2002: 22).

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang

serta keseluruhan selama periode tertentu dalam

melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

26

kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau

sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih

dahulu telah disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2005:

50). Sedangkan Mathis dan jackson (2006: 65)

menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa

yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai. Manajemen

kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan

untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi,

termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok

kerja diperusahaan tersebut. Kinerja merupakan hasil

kerja dari tingkah laku (Amstrong, 1999: 15). Pengertian

kinerja ini mengaitkan antara basil kerja dengan tingkah

laku. Sebagai tingkah laku, kinerja merupakan aktivitas

manusia yang diarahkan pada pelaksanaan tugas

organisasi, sejumlah orang harus memainkan peranan

sebagai pemimpin sedangkan yang lainnya harus

memainkan peranan sebagai pengikut. Hubungan antara

individu dan kelompok dalam organisasi merupakan hasil

dari interaksi yang kompleks dan agresi kinerja sejumlah

individu dalam organisasi. Dari beberapa pengertian

diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat

dicapai dalam periode tertentu oleh seseorang dalam

melaksanakan tugas sesuai tanggungjawab dan

wewenang yang diberikan.

Untuk mengetahui faktor yang memperngaruhi

kinerja organisasi, dilakukanlah pengkajian terhadap

beberapa teori kinerja. Secara teoritis dan tiga kelompok

variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja

yaitu: variebel individu, variabel organisasi dan variabel

psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut

mempengaruhi pada kinerja organisasi. Perilaku yang

berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

27

dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan

untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, bahwa

kinerja organisasi merupakan suatu ketercapaian atau

hasil kerja sekelompok orang dalam kegaitan atau

aktifitas atau program yang telah direncanakan sesuai

tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk

mencapai sasaran sautu jabatan atau tugas dan

dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.

2.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja

dalam kegiatan atau aktivitas atau program yang telah

direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta

sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan

dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Dalam Yeremias T. Keban (2004: 203) untuk

melakukan kajian secara lebih mendalam tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi efektivitas penilaian kinerja di

Indonesia, maka perlu melihat beberapa faktor penting

sebagai berikut:

a. Kejelasan tuntutan hukum atau peraturan

perundangan untuk melakukan penilaian secara

benar dan tepat. Dalam kenyataannya, orang menilai

secara subyektif dan penuh dengan bias tetapi tidak

ada suatu aturan hukum yang mengatur atau

mengendaikan perbuatan tersebut.

b. Manajemen sumber daya manusia yang berlaku

memiliki fungsi dan proses yang sangat menentukan

efektivitas penilaian kerja. Aturan main menyangkut

siapa yang harus menilai, kapan menilai, kriteria apa

yang digunakan dalam sistem penilaian kinerja

sebenarnya diatur dalam manajemen sumber daya

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

28

manusia tersebut. Dengan demikian manajemen

sumber daya manusia juga merupakan kunci utama

keberhasilan sistem penilaian kinerja.

c. Kesesuaian antara paradigma yang dianut oleh

manajemen suatu organisasi dengan tujuan penilaian

kinerja. Apabila paradigma yang dianut masih

berorientasi pada manajemen klasik, maka penilaian

selalu bias kepada pengukuran tabiat atau karakter

pihak yang dinilai, sehingga prestasi yang

seharusnya menjadi fokus utama kurang

diperhatikan.

d. Komitmen para pemimpin atau manajer organisasi

publik terhadap pentingnya penilaian suatu kinerja.

Bila mereka selalu memberikan komitmen yang tinggi

terhadap efektivitas penilaian kinerja, maka para

penilai yang ada dibawah otoritasnya akan selalu

berusaha melakukan penilaian secara tepat dan

benar.

Menurut Soesilo dalam Nesel Nogi (2005: 180),

Kinerja suatu organisasi dipengaruhi adanya faktor-faktor

berikut:

a. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang

berkaitan dengan fungsi yang menjalankan aktivitas

organisasi.

b. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi

organisasi.

c. Sumber daya manusia, yang berhubungan dengan

kualitas karyawan untuk bekerja dan berkarya

secara optimal.

d. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan

dengan pengelolaan data base untuk digunakan

dalam mempertinggi kinerja organisasi.

e. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang

berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

29

penyelenggaraan organisasi pada setiap aktivitas

organisasi.

Selanjutnya Yuwono dkk. Dalam Hesel Nogi (2005:

180) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dominan

mempengaruhi kinerja suatu organisasi meliputi upaya

manajemen dalam menerjemahkan dan menyelaraskan

tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber

daya manusia yang dimiliki organisasi dan kepemimpinan

yang efektif. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja

organisasi baik publik maupun swasta.

Secara detail Ruky dan Hesel Nogi (2005: 180)

mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh langsung

terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai

berikut:

a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode

kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk

dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi, semakin

berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan

semakin tinggi kinerja organisasi tersebut

b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh

organisasi.

c. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan

kerja, penataan ruangan, dan kebersihan

d. Budayakan organisasi sebagi pola tingkah laku dan

pola kerja yang ada dalam organisasi yang

bersangkutan.

e. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan

anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan

standar dan tujuan organisasil

f. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi

aspek kompensasi, imbalan, promosi, dan lain-

lainnya.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

30

Ini berarti menurut Atmosoeprapto, dalam Hesel

Nogi (2005:180) mengemukakan bahwa kinerja organisasi

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, secara

lebih lanjut kedua faktor tersebut diuraikan sebagai

berikut:

a. Faktor eksternal, yang terdiri dari:

1) Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan

dengan keseimbangan kekuasaan Negara yang

berpengaruh pada kemanan dan ketertiban, yang

akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk

berkarya secara maksimal.

2) Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan

ekonomi yang berpengaruh pada tingkat

pendapatan masyarakat sebagai daya beli utnk

menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai

suatu sistem ekonomi yang lebih besar.

3) Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang

berkembang di masyarakat, yang mempengaruhi

pandangan mereka terhadap etos kerja yang

dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.

b. Faktor internal, yang terdiri dari:

1) Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai

dan apa yang ingin diproduksi oleh suatu

organisasi.

2) Struktur organisasi, sebagai hasil design antara

fungsi yang akan dijalankan oleh unit organisasi

dengan struktur formal yang ada.

3) Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan

pengelolaan anggota organisasi sebagai penggerak

jalannya organisasi secara keseluruhan.

4) Budaya organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu

organisasi dalam pola kerja yang baku dan

menjadi citra organisasi yang bersangkutan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

31

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi

tingkat kinerja dalam suatu organisasi. Namun secara

garis besarnya, faktor yang sangat dominan

mempengaruhi kinerja orgnasasi adalah faktor internal

(faktor yang datang dari dalam organisasi) dan faktor

eksternal (faktor yang datang dari luar organisasi). Setiap

organisasi akan mempunyai tingkat kinerja yang berbeda-

beda karena pada hakekatnya setiap organisasi memiliki

ciri atau karakteristik masing-masing sehingga

permasalahan yang dihadapi juga cenderung berbeda

tergantung pada faktor internal dan eksternal organisasi.

2.4.3. Penilaian Kinerja

Menurut Larry D. Stout dalam Hessel Nogi (2005:

174) mengemukakan bahwa pengukuran atau penilaian

kinerja organisasi merupakan proses mencatat dan

mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah

pencapaian misi (mission accomplishment) Melalui hasil

yang ditampilkan berupa produk jasa ataupun suatu

proses.

Berbeda dengan pernyataan yang dikemukakan

oleh Bastian (2001: 330) dalam Hessel (2005: 173) bahwa

pengukuran dan pemanfaatan penilaian kinerja akan

mendorong pencapaian tujuan organisasi dan akan

memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan secara

terus menerus. Secara rinci, Bastian mengemukakan

peranan penilaian pengukuran kinerja organisasi sebagai

berikut:

a. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran

yang digunakan untuk pencapaian prestasi,

b. Memastikan tercapainya skema prestasi yang

disepakati,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

32

c. Memonitor dan mengevaluasi kinerja dengan

perbandingan antara skema kerja dan

pelaksanaannya,

d. Memberikan penghargaan maupun hukuman yang

objektif atas prestasi pelaksanaan yang telah diukur,

sesuai dengan sistem pengukuran yang telah

disepakati,

e. Menjadikannya sebagai alat komunikasi antara

bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki

kinerja organisasi,

f. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah

terpenuhi,

g. Membantu proses kegiatan organisasi,

h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan

secara objektif,

i. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan,

j. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

Begitu pentingnya penilaian kinerja bagi

keberlangsungan organisasi dalam pencapaian tujuan

maka perlu adanya indikator-indikator pengukuran

kinerja yang dipakai secara tepat dalam organisasi

tertentu.

Menurut agus Dwiyanto (2006: 49) penilaian kinerja

birokrasi publik tidak cukup dilakukan dengan

menggunakan indikator yang melekat pada birokrasi itu,

seperti efesiensi dan efektivitas, tetapi juga harus dilihat

dari indikator-indikator yang melekat pada pengguna

jasa, seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas dan

responsivitas. Penilaian kinerja dari sisi pengguna jasa

menjadi sangat penting karena birokrasi publik juga

muncul karena tujuan dan misi birokrasi publik

seringkali bukan hanya memiliki stakeholder yang banyak

dna memiliki kepentingan yang sering berbentu-ran satu

sama lainnya menyebabkan birokrasi publik mengalami

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

33

kesulitan untuk merumuskan misi yang jelas. Akibatnya,

ukuran kinerja organisasi publik di mata para stakeholder

juga berbeda-beda.

2.5. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan

terjemahan dari “School-based manajement”. Istilah ini

pertama kali muncul di Amerika Serikat pada saat

masyarakat mempertanyakan relevansi pendidikan

dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat

setempat (Mulyasa, 2009: 24). Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya pemerintah

untuk mencapai keunggulan masyakarat bangsa dalam

penguasaan ilmu dan teknologi.

Dari segi bahasa, Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS) berasal dari kata manajemen, Berbasis dan

Sekolah. Manajemen adalah proses penggunaan sumber

daya secara efektik dan efisien untuk mencapai sasaran.

Berbasis berasal dari kata dasar basis yang artinya dasar

atau asas. Sekolah adalah tempat untuk belajar

mengajar. Berdasarkan hal tersebut, maka MBS dapat

diartikan sebagai pengguna sumberdaya yang berasaskan

pada sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau

pembelajaran (Nurkolis, 2003: 1).

Sedangkan menurut (Permadi, 2010: 26)

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah model

pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian

kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan

partisipatif yang melibatkan secara langsung semua

warga sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang

ditetapkan oleh pemerintah pusat, provinsi, kabupaten

dan kota.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

34

Tujuan utama MBS adalah meningkatkan efisiensi,

mutu dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi

diperoleh melalui keleluasan pengelola sumber daya yang

ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan

birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi

orangtua, kelenturan pengelolah sekolah, peningkatan

profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman

sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat

menumbuhkembangkan suasana yang kondusif.

Pemerataan pendidikan ini tampak pada tumbuhnya

partisipasi masyarakat, terutama masyarakat yang

mampu dan peduli, terhadap pendidikan, sedangkan

masyarakat yang kurang mampu akan menjadi

tanggunjawab pemerintah (Mulyasa, 2009: 13).

Dengan diterapkannya Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS), maka sekolah dapat mengoptimalkan

sumber daya yang tersedia untuk memajukan

sekolahnya, karena bisa lebih mengetahui peta kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman yang mungkin

dihadapi. Disamping itu sekolah lebih mengetahui

kebutuhannya, khususnya input dan output pendidikan

yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam

proses pendidikan sesuai dengan perkembangan dan

kebutuhan peserta didik.

Kewenangan yang bertumpu pada sekolah

merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki

tingkat efektifitas tinggi serta memberikan beberapa

keuntungan yaitu: (1) Kebijaksanaan dan kewenangan

sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta

didik, orang tua, dan guru; (2) bertujuan bagaimana

memanfaatkan sumber daya lokal; (3) efektif dalam

melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran,

hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah,

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

35

moral guru, menajemen sekolah, rancang ulang sekolah,

dan perubahan perencanaan (Fattah, 2000: 17)

Dari keempat pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa Nurkolis memandang istilah MBS dari segi

leksikalnya yaitu sebagai pengguna sumberdaya yang

berasaskan pada sekolah itu sendiri, sedangkan Mulyasa

mengutamakan partisipasi masyarakat, Permadi dan

Fattah membahas tentang pemberian otonomi atau

kemandirian kepada sekolah dan mendorong pengambilan

keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung

semua warga sekolah. Berdasarkan pendapat-pendapat

tersebut, maka MBS dapat diartikan Pengelolaan

pendidikan yang memberikan otonomi yang seluas-

luasnya kepada sekolah untuk pengambilan keputusan

yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah

termasuk partisipasi masyarakat untuk meningkatkan

mutu pendidikan serta keunggulan masyarakat dan

bangsa.

2.6. Komite Sekolah

2.6.1. Komite Sekolah

Komite Sekolah yang berkedudukan disetiap satuan

pendidikan, merupakan badan mandiri yang tidak

memiliki hubungan hierarkis dengan lembaga

pemerintahan. Komite Sekolah dapat terdiri dari satuan

pendidikan atau beberapa satuan pendidikan dalam

pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang

dikelola oleh suatu penyelenggaraan pendidikan, atau

karena pertimbangan lain, tanpa intervensi dengan

lembaga pemerintahan (Masaong dan Ansar, 2007: 165)

Sedangkan (Hasbullah, 2006: 90) menyatakan

bahwa pada dasarnya Komite Sekolaj berada di tengah-

tengah antara orang tua murid, murid, guru, masyarakat

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

36

setempat, dan kalangan swasta. Asas legalitas Komite

Sekolah yang bermuat dalam UU Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya dalam

pasal 56 (3) sebagai berikut : Komite Sekolah/ Madrasah,

sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam

peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan

pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana

prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat

satuan pendidikan”.

Dari ketiga pendapat tersebut dapat kita simpulkan

bahwa pendapat Masaong, Ansar dan Hasbullah

menekankan pada kedudukan Komite Sekolah,

sedangkan menurut UU nomor 20 Tahun 2003

menekankan pada tujuan pembentukkan Komite Sekolah,

yaitu peningkatan mutu pelayanan.

Jadi Komite Sekolah adalah suatu lembaga mandiri

yang berkedudukan disetiap satuan pendidikan, serta

merupakan badan mandiri yang tidak memiliki hubungan

hierarki dengan lembaga pemerintahan yang berada

ditengah-tengah antara orang tua murid, murid, guru,

masyarakat setempat, dan kalangan masyarakat

setempat, dan kalangan swasta yang dibentuk dan

berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan

memberikan pertimbaganm arahan dan dukungan

tenaga, sarana prasarana, serta pengawasan pendidikan

pada tingkat satuan pendidikan.

Kepengurusan dan keanggotaan dalam Komite

Sekolah harus mencerminkan orangtua siswa dan

masyarakat. Kepengurusan dan keanggotaan Komite

Sekolah meliputi: (1) perwakilan orangtua siswa, (2) tokoh

masyarakat seperti kepala dusun, ulama, budayawan,

dan sebagainya, (3) anggota masyarakat seperti LSM

peduli pendidikan, (4) pejabat pemerintah setempat, (5)

dunia usaha dan dunia industri (DUDI), (6) pakar

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

37

pendidikan, (7) organisasi profesi tenaga kependidikan

seperti PGRI, (8) perwakilan siswa, dan atau alumni

(Haryanto, 2008: 96).

Sedangkan tujuan Komite Sekolah adalah: (1)

Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa

masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan

program pendidikan di satuan pendidikan; (2)

Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta

masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan di

satuan pendidikan; (3) Menciptakan suasana dan kondisi

transparan, akuntabel, dan demokratis dalam

penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang

bermutu disatuan pendidikan (Haryanto, 2008: 81).

2.6.2. Peran Komite Sekolah

Tugas dan fungsi Dewan Sekolah/ Komite Sekolah

antara lain: (1) menetapkan AD dan ART Komite Sekolah,

memberi masukan terhadap muatan RAPBS dan Rencana

Strategik Pengembangan serta Standar Pelayanan

Sekolah; (2) menentukan dan membantu kesejahteraan

personal, mengkaji pertanggung jawaban dan

implementasinya; (3) mengkaji kinerja sekolah dan

melakukan internal auditing (school self assessment),

merekomendasikan, menerima Kepala Sekolah dan Guru.

Tugas, Dewan Sekolah/Komite Sekolah membantu

menetapkan visi, misi dan standar pelayanan, menjaga

jaminan mutu sekolah (quality assurance), memelihara,

mengembangkan potensi, menggali sumber dana,

mengevaluasi, merenovasi, mengidentifikasi, dan

mengelola kontribusi masyarakat terhadap sekolah

(Satori, 2001: 71).

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 044/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

38

dan Komite Sekolah menyebutkan bahwa Komite Sekolah

mengemban peran sebagai : (1) Pemberi pertimbangan

(advisary agency); (2) Pendukung (supporting agency); dan

(4) Penghubung (mediator agency). Disamping itu

(Haryanto, 2008: 81) menyebutkan bahwa Komite Sekolah

mengemban empat peran sebagai berikut: (1) pemberi

pertimbangan, (2) pendukung, (3) pengawas, dan (4)

Mediator. Keempat peran Komite Sekolah tersebut bukan

peran yang berdiri sendiri, melainkan peran yang saling

terkait antara peran yang satu dengan peran lainya.

2.6.3. Kinerja Komite Sekolah

Kinerja berasal dari bahasa inggris yaitu

“performance”. Dalam Kamus Lengkap Inggris-Indonesia,

diartikan pertunjukan, perbuatan, daya guna, prestasi,

pelaksanaan, penyelenggaraan, pagelaran (Adi Gunawan,

2002: 279). Para pakar banyak memberikan definisi

tentang kinerja, diantaranya adalah: (Husain Umar, 2004:

76) mengatakan bahwa pengertian kinerja adalah

keseluruhan kemampuan individu untuk kerja secara

optimal dan berbagai sasaran yang telah diciptakan

dengan pengorbanan rasio kecil dibandingkan dengan

hasil yang dicapai. Sedangkan Smith yang dikutip oleh

(Mulyasa, 2003: 136) menyatakan bahwa kinerja adalah

merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Jadi

kinerja merupakan pencapaian atas apa yang sudah

direncanakan, baik oleh pribadi maupun oleh organisasi.

Dari uraian-uraian diatas menunjukkan bahwa Adi

Gunawan mengartikan kinerja sama dengan prestasi

kerja, sedangkan Husain Umar kemampuan seseorang

untuk bekerja sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan

kerja secara optimal dengan pengorbanan rasio kecil

dibandingkan dengan hasil yang dicapai dan Mulyasa

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

39

merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses

organisasi.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa Kinerja adalah Hasil kerja atau prestasi kerja

seseorang atau organisasi yang dapat dicapai secara

optimal dengan pengorbanan rasio kecil dibandingkan

dengan hasil yang dicapai.

Yang dimaksud dengan kinerja dalam penelitian ini

adalah tingkat ketercapaian prestasi kerja dari Komite

Sekolah, sesuai dengan peran dan fungsinya, yaitu

sebagai badan pertimbangan, pendukung, pengontrol dan

penghubung di SD Negeri Purwosari 1 Sayung Demak,

yang dapat diuraikan sebagai berikut:

2.6.3.1 Kinerja Komite Sekolah dalam

Perannya Sebagai Badan Pemberi

Pertimbangan (advisory agency)

Komite Sekolah memiliki peran sebagai advisory

agency, badan yang memberi pertimbangan kepada

sekolah atau yayasan. Idealnya sekolah dan yayasan

pendidikan harus meminta pertimbangan kepada Komite

Sekolah dalam merumuskan kebijakan, program dan

kegiatan sekolah, termasuk juga dalam merumuskan visi,

misi dan tujuan sekolah yang bersifat given, di sekolah

swasta dengan ciri khas tertentu (Haryanto, 2008: 81).

Menurut Tim Pengembangan Komite Sekolah Ditjen

Dikdasmen (Depdiknas: 2004), peran Komite Sekolah

diantaranya adalah sebagai badan pemberi pertimbangan

(advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan

kebijakan pendidikan di satuan pendidikan yang terdiri

dari identifikasi sumber daya pendidikan dalam

masyarakat; memberikan masukan untuk penyusunan

RAPBS; menyelenggarakan rapat RAPBS (Sekolah, orang

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

40

tua siswa masyarakat); memberikan pertimbangan

perubahan RAPBS; ikut mengesahkan RAPBS bersama

kepala sekolah; memberikan masukan terhadap proses

pembelajaran kepada para guru; identifikasi potensi

sumber daya pendidikan dalam masyarakat; memberikan

pertimbagan tentang sarana dan memberikan

pertimbangan tentang anggaran yang dapat dimanfaatkan

di sekolah.

2.6.3.2. Kinerja Komite Sekolah dalam

Perannya Sebagai Pemberi Dukungan

(supporting agency)

Komite Sekolah sebagai supporting agency, yaitu

badan yang memberikan dukungan kerja berupa dana,

tenaga, dan pikiran. Jika dahulu peran BP3 lebih sebagai

pendukung dana, maka penekanan peran Komite Sekolah

seharusnya buka aspek dana saja tetapi juga aspek

lainnya, terutama berupa gagasan dalam rangka

penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan

(Haryanto, 2008: 82).

Menurut Tim Pengembangan Komite Sekolah Ditjen

Dikdasmen (Depdiknas: 2004), komponen dan indikator

kinerja Komite Sekolah terkait pada peran sebagai badan

pendukung (supporting agency) adalah; mobilisasi guru

sukarelawan untuk menanggulangi kekurangan guru di

sekolah; mobilisasi tenaga kependidikan non guru untuk

mengisi kekurangan di sekolah; memantau kondisi sarana

dan prasarana yang ada di sekolah; mobilisasi bantuan

sarana dan prasarana sekolah; mengevaluasi pelaksanaan

dukungan sarana dan prasarana sekolah; memantau

kondisi anggaran pendidikan di sekolah; memobilisasi

dukungan terhadap anggaran pendidikan di sekolah;

mengkoordinasikan dukungan terhadap anggaran

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

41

pendidikan di sekolah; mengevaluasi pelaksanaan

dukungan anggaran di sekolah.

2.6.3.3. Kinerja Komite Sekolah dalam

Perannya Sebagai Badan Pengontrol

(controlling agency)

Komite Sekolah memiliki peran sebagai controlling

agency, badan yang melaksanakan pengawasan sosial

kepada sekolah. Pengawasan ini tidak sebagai

pengawasan institusional sebagaimana yang dilakukan

lembaga maupun badan pengawasan, seperti inspektorat,

atau badan pemeriksa keuangan, maupun badan

pengawasan fungsional lainya. Pengawasan sosial yang

dilakukan lebih memiliki implikasi sosial, dan lebih

dilaksanakan secara preventif, seperti ketika sekolah

menyusun RAPBS, atau ketika sekolah manyusun

laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat

(Haryanto, 2008: 82).

Sedangkan menurut Tim Pengembangan Komite

Sekolah Ditjen Dikdasmen (Depdiknas: 2004), komponen

dan indikator kinerja Komite Sekolah terkait pada

perannya sebagai badan pengontrol (controlling agency)

adalah: mengontrol proses perencanaan keputusan di

sekolah; mengontrol proses perencanaan pendidikan di

sekolah; pengawasan terhadap kualitas program sekolah;

memantau organisasi sekolah; memantau penjadwalan

program sekolah; memantau alokasi anggarn untuk

pelaksanaan program sekolah; memantau partisipasi

stake holder pendidikan dalam pelaksanaan program

sekolah; memantau hasil ujian akhir; memantau angka

partisipasi sekolah; memantau angka mengulang sekolah;

memantau angkat bertahan sekolah.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

42

2.6.3.4. Kinerja Komite Sekolah dalam

Perannya Sebagai Badan Penghubung

(mediator agency)

Komite Sekolah memiliki peran sebagai mediator

agency antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat.

Keberadaan Komite Sekolah di lembaga pendidikan akan

menjadi tali pengikat ukhuwah antara sekolah dengan

orang tua dan masyarakat. Dengan demikian diharapkan

akan menjadi kunci dalam upaya peningkatan mutu

pendidikan (Haryanto, 2008: 83).

Menurut Tim Pengembangan Komite Sekolah Ditjen

Dikdasmen (Depdiknas: 2004), komponen indikator

kinerja Komite Sekolah terkait pada peran sebagai badan

penghubung (mediator agency) adalah: menjadi

penghuhung antara Komite Sekolah dengan masyarakat,

Komite Sekolah dengan sekolah, dan Komite Sekolah

dengan Dewan Pendidikan; mengidentifikasi aspirasi

masyarakat untuk perencanaan pendidikan; membuat

usulan kebijakan dan program pendidikan kepada

sekolah; mensosialisasikan kebijakan dan program

sekolah kepada masyarakat; memfasilitasi berbagai

masukan kebijakan program terhadap sekolah;

menampung pengaduan dan keluhan terhadap kebijakan

dan program sekolah; mengkomunikasikan pengaduan

dan keluhan masyarakat terhadap sekolah;

mengidentifikasi kondisi sumber daya di sekolah;

mengidentifikasi sumber-sumber daya masyarakat;

memobilisasi bantuan masyarakat untuk pendidikan di

sekolah; mengkoordinasikan bantuan masyarakat.

Untuk menjalankan perannya itu, Komite Sekolah

memiliki fungsi yaitu mendorong tumbuhnya perhatian

dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu. Badan itu juga melakukan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

43

kerja sama dengan masyarakat, baik perorangan maupun

organisasi, dunia usaha dan dunia industri, pemerintah,

dan DPRD berkenan dengan penyelengga-raan pendidikan

yang bermutu Dikdasmen (Depdiknas: 2004).

Fungsi lainnya adalah menampung dan

menganalisis aspirasi, pandangan, tuntutan, dan berbagai

kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

044/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan dan Komite

Sekolah menyebutkan bahwa fungsi Komite Sekolah

adalah (1) mendorong tumbuhnya perhatian dan

komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu; (2) melakukan kerja sama

dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia

usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; (3)

menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan,

dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh

masyarakat (4) memberikan masukan, pertimbangan, dan

rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai

kebijakan dan program pendidikan, Rencana Anggaran

Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS), Kriteria kinerja

satuan pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria

fasilitas pendidikan, dan hal ini yang terkait dengan

pendidikan; (5) mendorong orang tua dan masyarakat

berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung

peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; (6)

menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; (7)

melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan,

program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di

satuan pendidikan. Semua organisasi seharusnya

memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

AD/ART, begitu pula Komite Sekolah. Dalam Keputusan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

44

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 Tentang

Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah juga menyebutkan

bahwa Komite Sekolah juga menyebutkan bahwa Komite

Sekolah wajib memiliki AD dan ART, yang sekurang-

kurangnya memuat (1) nama dan tempat kedudukan; (2)

dasar, tujuan dan kegiatan; (3) Keanggotaan dan

kepengurusan; (4) hak dan kewajiban anggota dan

pengurus; (5) keuangan; (6) mekanisme dan rapat-rapat;

dan (7) perubahan AD dan ART, serta pembubaran

organisasi.

2.6.4. Indikator Kinerja

MC. Donald dan Lawton dalam Ratminto dan Atik

Septi Winarsih (2005: 174) mengemukakan indikator

kinerja antara lain: mengemukakan indikator kinerja

antara lain: output oriented measures throughtput,

efficiency, effectiveness, Selanjutnya indikator tersebut

dijelaskan sebagai berikut:

a. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang

menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik

antara masukan dan keluaran dalam

penyelenggaraan publik.

b. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya

tujuan yang telah ditetapkan, baik dalam bentuk

target, sasaran jangka panjang maupun misi

organisasi.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

45

Adapun indikator kinerja Komite Sekolah yang

diakses dari Tim Pengembang Komite Sekolah Ditjen

Dikdasmen (Depdiknas: 2004) dapat dilihat pada tabel

dibawah ini!

Tabel 2.4.

Indikator Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya

Sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency)

Peran

Komite

Sekolah

Fungsi

Manajemen

Pendidikan

Indikator Kinerja

Badan

Pertimbangan

(Advisory

Agency)

1. Perencaan

Sekolah

a. Identifikasi sumber daya

pendidikan dalam

masyarakat

b. Memberikan masukan

untuk penyusunan

RAPBS.

c. Penyelenggarakan rapat

RAPBS (sekolah, orang

tua siswa, Masyarakat)

d. Memberikan

pertimbangan RAPBS.

e. Ikut mengesahkan

RAPBS bersama kepala

sekolah

2. Pelaksanaan

Program

a. Kurikulum

b. PBM

c. Penilaian

a. Memberikan masukan

terhadap proses

pengelolaan pendidikan

di sekolah.

b. Memberikan masukan

terhadap proses

pembelajaran kepada

para guru.

3. Pengelolan a. Identifikasi potensi

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

46

Sumber daya

pendidikan

a. SDM

b. S/P

c. Anggaran

sumber daya pendidikan

dalam masyarakat.

b. Memberikan

pertimbangan tentang

tenaga kependidikan

yang dapat

diberbantukan di

sekolah.

c. Memberikan

pertimbangan tentang

sarana dan prasarana

yang dapat

diperbantukan di

sekolah.

d. Memberikan

pertimbangan tentang

anggaran yang dapat

dimanfaatkan di sekolah.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

47

Tabel 2.5.

Indikator Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya

Sebagai Badan Pendukung (Supporting Agency)

Peran

Komite

Sekolah

Fungsi

Manejemen

Pendidikan

Indikator Kinerja

Badan

Pendukung

(Supporting

Agency)

1. Pengelola

sumber daya

a. Memantau ketenagaan

pendidikan di sekolah.

b. Mobilisasi guru

sukarelawan untuk

menanggulangi

kekurangan guru di

sekolah.

c. Mobilisasi tenaga

kependidikan non guru

untuk mengisi

kekurangan di sekolah.

2. Pengelolaan

Sarana dan

Prasarana

a. Memantau kondisi

antara sarana dan

prasarana yang ada

disekolah.

b. Mobilisasi bantuan

sarana dan prasarana

sekolah.

c. Mengkoordinasi

dukungan sarana dan

prasarana sekolah

d. Mengevaluasi

pelaksanaan dukungan

sarana dan prasarana

sekolah.

3. Pengelolaan

Anggaran

a. Memantau kondisi

anggaran pendidikan di

sekolah.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

48

b. Memobilisasi dukungan

terhadap anggaran

pendidikan di sekolah.

c. Mengkoordinasikan

dukungan terhadap

anggaran pendidikan di

sekolah.

d. Mengevaluasi

pelaksanaan dukungan

anggaran di sekolah.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

49

Tabel 2.6.

Indikator Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya

Sebagai Badan Pengontrol (Controlling Agency)

Peran

Komite

Sekolah

Fungsi

Manejemen

Pendidikan

Indikator Kinerja

Badan

Pengontrol

(Controlling

Agency)

1. Mengontrol

perencanaan

pendidikan di

sekolah

a. Mengontrol proses

pengambilan keputusan di

sekolah.

b. Mengontrol kualitas

kebijakan di sekolah.

c. Mengontrol proses

perencanaan pendidikan di

sekolah.

d. Pengawasan terhadap

kualitas perencanaan

sekolah

e. Pengawasan terhadap

kualitas program sekolah.

2. Memantau

pelaksanaan

program

sekolah

a. Memantau organisasi

sekolah

b. Memantau penjadwalan

program sekolah

c. Memantau alokasi

anggaran untuk

pelaksanaan program

sekolah.

d. Memantau sumber daya

pelaksana program sekolah.

e. Memantau partisipasi stake

holder pendidikan dalam

pelaksanaan program

sekolah.

3. Memantau a. Memantau hasil ujian

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

50

output

pendidikan

akhir.

b. Memantau angka

partisipasi sekolah

c. Memantau angka

mengulang sekolah

d. Memantau angka bertahan

di sekolah

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

51

Tabel 2.7.

Indikator Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya

Sebagai Badan Penghubung (Mediator Agency)

Peran

Komite

Sekolah

Fungsi

Manejemen

Pendidikan

Indikator Kinerja

Badan

Penghubung

(Mediator

Agency)

1. Perencanaan a. Menjadikan penghubung

antara Komite sekolah

dengan masyarkat, Komite

Sekolah dengan sekolah,

dan Komite Sekolah

dengan Dewan Pendidikan.

b. Mengidentifikasi aspirasi

masyarakat untuk

perencanaan pendidikan.

c. Membuat usulan

kebijakan dan program

pendidikan kepada

sekolah.

2. Pelaksanaan

program

a. Mensosialisasikan

kebijakan dan program

sekolah kepada

masyarakat.

b. Memfasilitasi berbagai

masukan kebijakan

program terhadap sekolah.

c. Menampung pengaduan

dan keluhan terhadap

kebijakan dan program

sekolah.

d. Mengkomunikasikan

pengaduan dan keluhan

masyarakat terhadap

sekolah.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

52

3. Pengelolaan

sumber daya

pendidikan

a. Mengidentifikasi kondisi

sumber daya di sekolah.

b. Mengidentifikasi sumber-

sumber daya masyarakat.

c. Memobilisasi bantuan

masyarakat untuk

pendidikan di sekolah.

d. Mengkoordinasikan

bantuan masyarakat.

2.7. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang berhubungan dengan Kinerja

Komite Sekolah, yang dilaksanakan oleh peneliti

diantaranya adalah yang dilakukan oleh Mulyati (2009)

yang dalam penelitiannya meneliti peran komite sekolah

dalam meningkatkan mutu pendidikan di SDN Ngegong

Kota Madiun menyimpulkan bahwa peran Komite Sekolah

di sekolah tersebut berjalan baik sehingga berdampak

pada mutu sekolah, manajemen sekolah dan hasil belajar

siswa.

Sedangkan penelitian yang dilakukan Asri

Yumilarsih (2015) dalam bentuk Tesis dengan judul

Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan Di SMP N 24 Semarang, hasil penelitiannya

diantaranya pertama: komite sekolah memberikan

pertimbangan pada sekolah dalam penyusunan visi-misi

sekolah, komite memberikan masukan dan pertimbangan

untuk kegiatan sekolah. Kedua: perencanaan dalam hal

sebagai pendukung (supporting agency) baik berwujud

finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam

penyelenggara pendidikan disatuan pendidikan. Ketiga:

dalam perannya sebagai penghubung (mediator agency)

antara sekolah dan masyarakat terinci pada program

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

53

kegiatan komite sekolah. Komite sebagai mediasi antara

sekolah dengan pemerintah, elemen masyarakat, wali

murid serta dunia industri. Keempat: komite sekolah

sebagai pengontrol (controlling agency) dalam transparansi

dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran

pendidikan disatuan pendidikan.

Penelitian Ali Mursidi (2013) dalam bentuk jurnal

dengan judul Pengelolaan komite sekolah dalam

peningkatan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29

Semarang. Hasilnya adalah pengelolaan komite sekolah

dalam peningkatan mutu pendidikan sudah cukup baik.

Dilaksanakan dengan pengoptimalkan empat peran

komite sekolah, yakni: advisory agency, supporting

agency, controlling agency, dan mediator agency.

Penelitian lain dilakukan Agus Budi Santoso dan

Sumani pada tahun 2014 dalam bentuk jurnal yang

berjudul Peranan Komite Sekolah Dalam Meningkatkan

Mutu Pendidikan Dasar di Kota Madiun. Hasil dari

penelitiannya adalah Komite sekolah telah melakukan

kerjasama dengan sekolah dalam meningkatkan sarana

dan prasarana sekolah guna meningkatkan mutu

pendidikan. Sejalan dengan penelitian Murjini (2015) yang

berjudul evaluasi pendidikan dalam peningkatan mutu

pendidikan (studi di SD Negeri Sukomarto Jumo

Temanggung. Hasil penelitiannya ditemukan kinerja

komite sekolah sebagai badan pertimbangan, badan

pendukung, badan pengontrol, dan badan pendukung

belum seluruhnya berhasil dibuktikan kinerja Komite

Sekolah sebagai penghubung antara Komite Sekolah dan

Dewan Pendidikan belum maksimal.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Mawan Kriswantoro (2013) yang

menyimpulkan bahwa Komite Sekolah telah

melaksanakan perannya sebagai badan pertimbangan,

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

54

pendukung dan penghubung. Namun hal pengontrol

kebijakan dan program sekolah, Komite Sekolah belum

sepenuhnya melaksanakannya, karena Komite Sekolah

sebagai organisasi organisasi yang bersifat sosial dan

masing-masing anggota Komite mempunyai kesibukan

dalam profesi masing-masing sehingga belum mampu

melaksanakan kontrol secara langsung di sekolah.

Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

A.T. Alabi (2012) dengan penelitiannya yang berjudul

Utilization of Commitee System and Secondary School

Principals’ Administrative Effectiveness in Ilorin

Metropolis, Nigeria. Pemanfaatan Sistem Komite dan

Keefektifan Administrasi Kepala Sekolah Menengah (SMP,

SMA) di Kota Ilorin, Nigeria, yang menyimpulkan bahwa:

Administrasi yang efektif merupakan prasyarat bagi

keberhasilan administrasi sekolah menengah. maksud

dari hal tersebut adalah bahwa, perkembangan dari

hubungan yang harmonis di sekolah menengah oleh

kepala sekolah melalui pemanfaatan sistem komite

membantu dalam meningkatkan hasil pendidikan dan

meningkatkan hasil pendidikan secara optimal. Semakin

banyaknya kebutuhan akan melibatkan lebih banyak staf

di sekolah menengah administrasi telah membuat

argumen untuk penggunaan komite lebih masuk akal.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Joyce

Nyandoro (2013) dengan penelitiannya yang berjudul

“Effective Of School Development Commitee In Financial

Management In Chimanimami West Circuit Primary Schools

In Zimbabwe” (Keefektifan Komite Sekolah dalam

Membangun Manajemen Keuangan di Cimani-cimani

Barat Studi di Sekolah Dasar Zimbabwe) yang

menyimpulkan bahwa: Ada tiga kegagalan yang muncul

dari penelitian ini. Pertama beberapa pengembangan

sekolah komite di Chimanimani lingkungan seberlah

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

55

barat dioperasikan tanpa undang-undang pasal 87 tahun

1992. Kegagalan kedua untuk mematuhi Undang-Undang

pasal 87 tahun 1992 yang telah mendapatkan

persetujuan mengalami penurunan pemahaman isinya

oleh sebagian komite pengembangan sekolah. Kegagalan

ketiga oleh masyarakat untuk membentuk komite

pengembangan sekolah yang efektif yang bisa menggalang

dana dari berbagai sumber.

Sejalan dengan penelitian Ravik Karasidik dkk

berjudul Parrent Involvement on School Committees as

Sosial Capital to Improve Student Achivement yang dimuat

dalam jurnal International Excellens in Higher Education 4

(2013: 1-6). Penelitian ini mengupas bagaimana

partisipasi orang tau melalui komite sekolah dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini

menghasilkan tiga temuan kualitatif: sebagai besar

partisipasi orang tua hanya dalam bentuk pemenuhan

aspek material, seperti uang sekolah dan buku; sebagian

besar orang tua memiliki pemahaman yang salah bahwa

sekolah hanya harus tanggungjawab sepenuhnya

terhadap pendidikan anak; orang tua yang sibuk

cenderung tidak peduli terhadap perkembangan proses

belajar anak-anaknya.

Oleh karena itu, disarankan pertama bahwa

pemerintah melalui kantor-kantor provinsi memastikan

bahwa dalam melengkapi undang-undang pasal 87 Tahun

1992 dan panduan terkait lainnya dengan semua sekolah

untuk kesuksesan program desentralisasi keuangan.

Kedua, bahwa Kementerian Pendidikan, Seni, Olahraga

dan Kebudayaan melalui tim supervisi memastikan bahwa

komite pengembangan sekolah memahami kebijakan dari

kementerian melalui beberapa pelatihan sebelum

menerapkan kebijakan tersebut. Ketiga, para pembuat

kebijakan tersebut mengembangkan buku pegangan

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

56

untuk Komite Sekolah yang ditulis dalam bahasa yang

lebih sederhana untuk orang-orang level awam untuk

mengerti dan menggunakannya. Buku pegangan harus

mencakup isu-isu seperti bagaimana sumber,

penggunaan dan melestarikan sumber daya untuk

sekolah dan bagaimana untuk mendirikan komite

pengembangan sekolah yang efektif. Keempat, para

pembuat kebijakan juga membuat kebijakan responsif

terhadap komunitas yang berbeda sebuhungan dengan

ekonomi mereka, latar belakang dan kemampuan untuk

membangun komite pengembangan sekolah yang efektif.

Kelima, bahwa komite pengembangan sekolah harus

bekerja sebagai kelompok dan menjadi organisasi

pembelajaran, berbagai ide pada tingkat yang sama

kesulitan dan pengembangan strategi bahwa organisasi

non pemerintah, seperti SNV, program sekolah, yang lebih

baik dari Zimbabwe dan lainnya yang bekerja sama

dengan Kementerian Pendidikan, Seni, Olahraga dan

Budaya secara ekonomis menggunakan upaya mereka,

waktu dan dana untuk mencakup semua orang tua/wali

termasuk Para kepala desa setiap kali mereka

menyelenggarakan lokakarya/seminar untuk memastikan

mereka semua akrab dengan peran mereka sehingga

orang tua dan juga sebagai komite pengembang sekolah.

Dan akhirnya, bahwa menteri pendidikan tertinggi juga

turus andil melalui kebijakan kurikulum-nya untuk

menyertakan program desentralisasi dan manajemen

pembangunan pad guru untuk memastikan mereka

mereka akan membantu dalam pelatihan orang tua dan

anggota komite pengembangan sekolah. Peneliti cukup

yakin bahwa ini akan membantu pemerintah untuk

meningkatkan efektivitas komite pengembangan sekolah

di seluruh penjuru Negeri.

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

57

Peneliti lainnya berpendapat Zulkoflo Matondang

(2011) tentang komite sekolah dalam meningkatkan

kualitas manajemen sekolah di Kota Tebing Tinggi

Sumatera Utara dalam melaksanakan peran dan

fungsinya. Berdasarkan penelitian diperoleh

pemberdayaan komite sekolah masih rendah. Pengurus

komite banyak yang belum paham peran dan fungsinya

dalam mendukung program sekolah, dan masih sedikit

yang memiliki AD/ART.

Sedangkan Slamet Lesatari (2006: 71) dalam

jurnalnya juga mengatakan keberhasilan dalam

pemberdayaan komite sekolah dinilai berhasil jika telah

tercapai beberapa indikator yaitu: 1) Proses pembentu-

kan komite sekolah dilakukan secara demokrasi,

transparan dan akuntabel, 2) tidak ada lagi komite

sekolah stempel dan eksekutor, 3) bila ada permasalahan

antara Sekolah dan Komite Sekolah dapat diselesaikan

secara mandiri oleh tim fasilitator, 4) Secara berharap

diharapkan agar Komite Sekolah segera dapat

melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal.

Menurut Sri Wardiah, Murniati, Djailani (2015: 12)

Strategi komite sekolah merupakan salah satu faktor

keberhasilan program pendidikan yang meliputi

pengetahuan dan motivasi dalam peningkatan mutu

pendidikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

bagaimana program komite sekolah, strategi/ pendekatan

komite sekolah dan kendala komite sekolah dalam

peningkatan mutu pendidikan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: 1) program komite sekolah dalam

peningkatan mutu pendidikan meliputi: rapat rutin

komite sekolah setiap semester, ikut mengesahkan

RKAS/RAPBS, Menyampaikan usulan dan rekomendari

kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas

pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah,

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

58

namun dalam pelaksanaannya belum efektif, 2) strategi

komite sekolah dalam peningkatan mutu penididkan

melalui kegiatan diantaranya: rapat rutin dengan warga

sekolah pada setiap akhir semester, bersama-sama

sekolah membuat rumusan visi dan misi sekolah,

menyusun RKAS/ RAPBS sertan mengembangkan potensi

kearah lebih baik, 3) kendala yang dihadapi komite

sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan adalah

kurangnya komunikasi antara sekolah dengan komite

sekolah, sehingga menyebabkan program komite sekolah

menjadi kurang efektif.

Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan

bahwa kinerja komite sekolah di berbagai tempat berbeda-

beda. Ada komite sekolah yang kinerjanya sudah sesuai

dengan peran dan fungsinya, sementara ditempat lain

belum bisa dilaksanakan.

Maka peneliti akan membahas tentang kinerja

komite di SD N Purwosari1 Sayung, kelebihan dan

kekurangan, faktor-faktor yang menghambat kinerja

komite sekolah sampai kepada sumber daya komite

sekolah serta peran dan fungsi komite sekolah sesuai

Kemendiknas 044/U/2002 yang menjadi landasan dasar

kinerja komite SD N Purwosari 1 Sayung. Peneliti juga

akan mengevaluasi kinerja komite sekolah dalam

peningkatan mutu pendidikan supaya nanti kinerja

komite sekolah yang ada di SD N Purwosari 1 Sayung

Demak bisa melaksanakan peran dan fungsi komite

sekolah secara maksimal sehingga mutu pendidikan yang

ada di SD N Purwosari 1 bisa meningkat menjadi lebih

baik dan berkembang kearah kemajuan.

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

59

2.8. Kerangka Pikir Penelitian

Untuk penyederhanaan Alur kerangka pikir dalam

penelitian evaluasi kontek, input, proses dan produk

(CIPP).

Maka peneliti mendeskripsikan penelitiannya

dengan menggunakan model evaluasi CIPP (Context, Input,

Process, Product), akan dilihat dari kinerja komite sekolah

secara ideal, menurut Kemendiknas 044/U/2002 tentang

peranan & fungsi komite secara ideal dan komprehenshif,

dengan model evaluasi CIPP (context, input, process,

product) nanti bisa dianalisis dari kontek, input, proses,

dan produk tekait kinerja komite sekolah.

Peranan komite sekolah sudah sesuai Kemendiknas

044/U/2002 atau belum sepenuhnya diimplementasikan,

diantaranya peran komite sekolah sebagai badan pemberi

pertimbangan, pendukung, pengontrol, dan mediator.

Kemudian faktor kendala atau hambatan yang dihadapi

pada pelaksanaan program, hasil dari evaluasi nanti akan

mendapat sebuah saran/ rekomendasi untuk perbaikan

kinerja komite sekolah sehingga mutu pendidikan yang

ada di SD N Purwosari 1 Sayung Demak.

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pendidikan 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10660/2/T2_942014061_BAB II...Kata Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage

60

Gambar 2.8 Kerangka berfikir

Konteks Input Proses Produk

EVALUASI KINERJA KOMITE SEKOLAH

DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

DI SD NEGERI PURWOSARI 1 KECAMATAN

SAYUNG DEMAK

(Model Evaluasi CIPP menurut Stufllebeam)

Pemberi

Pertimbangan

Pendukung Pengontrol Mediator

PERAN KOMITE SEKOLAH (Sesuai Kemendiknas

044/U/2002)

Mutu Pendidikan

Hambatan &

Saran