bab ii tinjauan pustaka 2.1. landasan teori 2.1.1. belanja...

18
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja Daerah Belanja daerah sangat berkaitan dengan anggaran daerah karena belanja daerah merupakan bagian dari anggaran daerah, hal ini disebabkan adanya keterbatasan sumber daya yang ada, maka diperlukan alokasi sesuai dengan prioritas dan penentuan kurun waktu atas alokasi tersebut. Menurut Erlina dkk (2012), anggaran negara/daerah adalah suatu rencana keuangan yang disusun untuk satu periode mendatang yang berisi tentang pendapatan dan belanja negara/daerah yang menggambarkan strategi pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk pembangunan negara/daerah yang juga berfungsi sebagai alat pengendalian dan instrument politik. Sedangkan menurut Mardiasmo (2005) anggaran sektor publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Aliran uang yang terkait dengan aktivitas pemerintahan akan mempengaruhi harga, lapangan kerja, distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan beban pajak yang harus dibayar atas pelayanan yang diberikan pemerintah. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa alasan pentingnya anggaran pada sektor publik, yaitu: Universitas Sumatera Utara

Upload: trankien

Post on 27-Apr-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Belanja Daerah

Belanja daerah sangat berkaitan dengan anggaran daerah karena belanja

daerah merupakan bagian dari anggaran daerah, hal ini disebabkan adanya

keterbatasan sumber daya yang ada, maka diperlukan alokasi sesuai dengan

prioritas dan penentuan kurun waktu atas alokasi tersebut. Menurut Erlina dkk

(2012), anggaran negara/daerah adalah suatu rencana keuangan yang disusun

untuk satu periode mendatang yang berisi tentang pendapatan dan belanja

negara/daerah yang menggambarkan strategi pemerintah dalam mengalokasikan

sumber daya yang terbatas untuk pembangunan negara/daerah yang juga berfungsi

sebagai alat pengendalian dan instrument politik. Sedangkan menurut Mardiasmo

(2005) anggaran sektor publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan

dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter.

Aliran uang yang terkait dengan aktivitas pemerintahan akan mempengaruhi

harga, lapangan kerja, distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan beban

pajak yang harus dibayar atas pelayanan yang diberikan pemerintah.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa alasan

pentingnya anggaran pada sektor publik, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

12

a. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan

pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan dan

meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

b. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan

masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber

daya (scarcity of resources), pilihan (choice), dan trade off.

c. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah

bertanggung jawab terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik

merupakan instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-

lembaga publik yang ada.

Dalam perkembangannya sistem perencanaan anggaran pada sektor publik

telah mengalami banyak perubahan, sesuai dengan dinamika perkembangan

manajemen sektor publik. Menurut Mardiasmo (2005) secara garis besar terdapat

dua pendekatan utama yang memiliki perbedaan mendasar, kedua pendekatan

tersebut adalah: (a) anggaran tradisional atau anggaran konvensional; dan (b)

pendekatan baru yang sering dikenal dengan pendekatan New Public

Management. Pada pendekatan tradisional, anggaran ditampilkan berdasarkan

urutan pos belanja (line-item). Anggaran tradisional menampilkan anggaran dalam

perspektif sifat dasar dari sebuah pengeluaran atau belanja, dan pendekatan ini

menggunakan konsep inkrementalisme, yaitu jumlah anggaran tahun tertentu

dihitung berdasarkan jumlah tahun sebelumnya dengan tingkat kenaikan tertentu

(Erlina, dkk : 2012). Sedangkan New Public Management (NPM) yang dikenal

sejak pertengahan tahun 1980-an mengubah manajemen sektor publik secara

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

13

drastis dari manajemen tradisional yang kaku, birokratis dan hierarkis menjadi

model manajemen sektor publik yang lebih fleksibel dan lebih mengakomodasi

pasar. Perubahan tersebut telah merubah peran pemerintah terutama dalam hal

hubungan antara pemerintah dengan masyarakat (Mardiasmo : 2005). NPM

berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi pada kinerja, bukan

berorientasi pada kebijakan, paradigm ini menimbulkan beberapa konsekuensi

bagi pemerintah diantaranya adalah tuntutan untuk melakukan efisiensi,

pemangkasan biaya dan kompetisi tender (Mardiasmo : 2005).

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005

Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan bahwa Belanja Daerah

adalah kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri

dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan

perundang-undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib yang diprioritaskan

untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya

memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan

pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang

layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan

kegiatan, serta jenis belanja. Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

14

pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli

barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus

dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

Menurut Afiah (2009), Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah

daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja daerah,

meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi

ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak

akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah meliputi:

Belanja Langsung, yaitu belanja yang terkait langsung dengan pelaksanaan

program; Belanja Tidak Langsung, yaitu belanja tugas pokok dan fungsi yang

tidak dikaitkan dengan pelaksanaan program. Dan menurut UU No.32 tahun 2004

tentang pemerintah daerah, belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang

diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran

yang bersangkutan.

Menurut Erlina dkk (2012), APBD adalah rencana keuangan tahunan

pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD ditetapkan dengan peraturan daerah,

meliputi masa satu tahun,mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal

31 Desember. APBD memiliki struktur yang terdiri atas:

1. Anggaran pendapatan, terdiri dari:

a. Pendapatan asli daerah, yang meliputi pajak daerah, retribusi

daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan

lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

15

b. Bagian dana perimbangan, yang meliputi dana bagi hasil, dana

alokasi umum dan dana alokasi khusus.

c. Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana

darurat.

2. Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan

tugas pemerintahan di daerah.

3. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali

dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun

anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran

berikutnya.

Berdasarkan UU No 18 Tahun 2001, menambahkan bahwa dalam struktur

APBA terdapat tambahan pendapatan yaitu dana otonomi khusus, yang

penggunaannya diperuntukkan untuk pendidikan, pembangunan prasarana umum

dan kesehatan.

Menurut Erlina, dkk (2012), belanja diklasifikasikan menurut organisasi,

fungsi, program dan kegiatan, serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut

organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintahan, sedangkan

menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan terdiri dari; (1) pelayanan umum; (2)

ketertiban dan keamanan; (3) pertahanan; (4) ekonomi; (5) lingkungan hidup; (6)

perumahan dan fasilitas umum; (7) kesehatan; (8) pariwisata dan budaya; (9)

agama; (10) pendidikan; (11) perlindungan sosial. Klasifikasi menurut program

dan kegiatan disesuaikan dengan rencana kerja masing-masing kementrian

Negara/lembaga. Dan klasifikasi menurut jenis belanja terdiri dari; (1) belanja

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

16

pegawai; (2) belanja barang dan jasa; (3) belanja modal; (4) bunga; (5) subsidi; (6)

hibah; (7) bantuan sosial; (8) belanja lainnya.

Belanja daerah dan pendapatan daerah mempunyai hubungan timbal balik

yang unik, menurut Mankiw (2006) secara sederhana hubungan tersebut

diilustrasikan sebagai rumah tangga menerima pendapatan dan menggunakannya

untuk membayar pajak kepada pemerintah, pihak swasta menerima pendapatan

dari penjualan barang dan jasa dan menggunakan pendapatan tersebut untuk

membayar faktor-faktor produksi serta pajak kepada pemerintah, pemerintah

memperoleh pendapatan dari penerimaan pajak dan menggunakannya kembali

untuk membayar pengeluaran pemerintah dalam pelaksanaan pelayanan kepada

masyarakat. Semakin besar pengeluaran pemerintah dalam bentuk investasi demi

pelayanan kepada masyarakat serta semakin besarnya manfaat pelayanan tersebut

dirasakan oleh masyarakat, maka akan memperbesar penerimaan pajak kepada

pemerintah. Dan semakin besar penerimaan pajak akan meningkatkan pelayanan

pemerintah kepada masyarakat.

Belanja daerah dipengaruhi oleh banyaknya pendapatan yang diterima

daerah tersebut, dan pendapatan suatu daerah terutama sangat dipengaruhi oleh

besarnya pendapatan asli daerah dan dana perimbangan, hal ini sesuai dengan

teori Keynesian Consumption Model dalam Sudiana (2010) menyatakan bahwa

konsumsi saat ini (current consumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan

disposabel saat ini (current disposable income). Jika pendapatan disposabel

meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja peningkatan

konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel. Dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

17

penyusunan anggaran belanja daerah diperlukan informasi mengenai jumlah

pendapatan yang akan diperoleh oleh daerah tersebut.

2.1.2 Dana Perimbangan

Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, “Dana Perimbangan

adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada

Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan

Desentralisasi”. Dana Perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal

antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar Pemerintah Daerah.

Sedangkan menurut Kuncoro (2004) dana perimbangan adalah “dana yang

bersumber dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk

membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi”.

Berdasarkan pasal 10 ayat 1 UU nomor 33 tahun 2004/pasal 2 ayat 1 PP

nomor 55 tahun 2005 maka komponen dana perimbangan terdiri dari :

1. Dana Bagi Hasil (DBH)

2. Dana Alokasi Umum (DAU)

3. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara

Pemerintah dan Pemerintah Daerah dan antar-Pemerintah Daerah (pasal 3 ayat 2

UU nomor 33 tahun 2004)

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

18

2.1.2.1. Dana Bagi Hasil (DBH)

Menurut Pipin dan Jubaedah (2005) “Dana bagi hasil adalah dana yang

bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka

presentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi”. Berdasarkan PP Nomor 55 tahun 2005, dana bagi hasil merupakan

dana yang bersumber dari APBN yang dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan

angka presentase tertentu dengan memperhatikan potensi daerah penghasil.

Dana bagi hasil ini bersumber dari pajak dan kekayaan daerah. Dimana

menurut Pasal 11 ayat 1 UU No. 33 Tahun 2004, Dana Bagi Hasil yang berasal

dari pajak terdiri dari : “1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), 2) Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), 3) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25

dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21”.

Sedangkan pada pasal 11 ayat 2 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, Dana Bagi

Hasil yang berasal dari sumber daya alam terdiri dari “1) kehutanan,

2) pertambangan umum, 3) perikanan, 4) pertambangan minyak bumi,

5) pertambangan gas bumi, 6) pertambangan panas bumi ”.

2.1.2.2 Dana Alokasi Umum

Menurut Pipin dan Jubaedah (2005) “Dana Alokasi Umum (DAU) adalah

dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan

kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi”. Dana Alokasi Umum merupakan komponen

terbesar dalam dana perimbangan dan peranannya sangat strategis dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

19

menciptakan pemerataan dan keadilan antar daerah. Sedangkan menurut Kuncoro

(2004) secara defenisi, DAU dapat diartikan sebagai berikut :

1. Salah satu komponen dari dana perimbangan pada APBN yang pengalokasiannya didasarkan atas konsep kesenjangan fiskal (fiscal gap), yaitu selisih antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal

2. Instrumen untuk mengatasi horizontal inbalance yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dimana penggunaannya ditetapkan sepenuhnya oleh daerah.

3. Equalization grant yaitu berfungsi untuk menetralisasi ketimpangan kemampuan keuangan dengan adanya pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak dan bagi hasil sumber daya alam yang diperoleh daerah.

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN

yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah

untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU

Nomor 33 Tahun 2004). DAU diberikan pemerintahan pusat untuk membiayai

kekurangan dari pemerintah daerah dalam memanfaatkan PAD-nya. DAU bersifat

“Block Grant” yang berarti penggunannya diserahkan kepada daerah sesuai

dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.

2.1.2.3. Dana Alokasi Khusus

Menurut Pipin dan Jubaedah (2005) “Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah

dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah

tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan

urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional”. Sesuai dengan Undang-

Undang No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah, kegiatan khusus yang dimaksud adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

20

• Kegiatan dengan kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan

rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan suatu daerah

tidak sama dengan kebutuhan daerah lain, misalnya kebutuhan di

kawasan transmigrasi, kebutuhan beberapa jenis investasi /

prasarana baru, pembangunan jalan di kawasan terpencil, serta

saluran irigasi primer.

• Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.

Dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana:

• Bersumber dari pendapatan APBN

• Dialokasikan kepada daerah tertentu

• Dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang

merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

2.1.3. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari

sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah

daerah. Pendapatan asli daerah merupakan tulang punggung pembiayaan

daerah, oleh karenanya kemampuan melaksanakan otonomi diukur dari

besarnya kontribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap

APBD, semakin besar kontribusi yang dapat diberikan oleh pendapatan asli

daerah terhadap APBD berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah

daerah terhadap bantuan pemerintah pusat.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya merupakan salah satu

komponen sumber penerimaan keuangan negara di samping penerimaan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

21

lainnya berupa dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan

yang sah juga sisa anggaran tahun sebelumnya dapat ditambahkan sebagai

sumber pendanaan penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Keseluruhan

bagian penerimaan tersebut setiap tahun tercermin dalam anggaran

pendapatan dan belanja daerah (APBD). Pemerintah daerah diharapkan lebih

mampu menggali sumber-sumber keuangan secara maksimal, namun tentu

saja dalam koridor perundang-undangan yang berlaku khususnya untuk

memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di

daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Optimalisasi penerimaan PAD hendaknya didukung dengan upaya

pemerintahan daerah meningkatkan kualitas layanan publik. Ekploitasi PAD yang

berlebihan justru akan semakin membebani masyarakat, menjadi disinsentif bagi

daerah dan mengancam perekonomian secara makro (Mardiasmo, 2002).

Menurut Undang-undang No. 33 Tahun 2004 Pasal 1, Pendapatan

Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di

dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah

merupakan sumber penerimaan daerah yang asli digali di daerah yang

digunakan untuk modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai

pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil ketergantungan dana

dari pemerintah pusat.

Menurut Undang-undang No. 33 Tahun 2004 Pasal 6, Sumber-

sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari: 1). Pajak daerah, 2). Retribusi

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

22

daerah, 3). Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4).

Lain-lain Pendapatan asli daerah (PAD) yang sah. Menurut Mardiasmo (2002:

132), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah,

retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan, dan lain-lainPendapatan Asli Daerah yang sah.

2.1.4 Dana Otonomi Khusus

Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum

yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam sistem dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang Gubernur (UU

Nomor 11 Tahun 2006)

Berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh huruf

b menyatakan bahwa berdasarkan perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia,

Aceh merupakan satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa

terkait dengan salah satu karakter khas sejarah perjuangan masyarakat Aceh yang

memiliki ketahanan dan daya juang tinggi, keistimewaan tersebut memberikan

kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri pemerintahannya.

Pengakuan Negara atas keistimewaan dan kekhususan daerah Aceh

terakhir diberikan melalui Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang

Pemerintahan Aceh (LN 2006 No 62, TLN 4633). UU Pemerintahan Aceh ini

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

23

tidak terlepas dari Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara

Pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka yang ditandatangani pada tanggal 15

Agustus 2005 dan merupakan suatu bentuk rekonsiliasi secara bermartabat

menuju pembangunan sosial, ekonomi, serta politik di Aceh secara berkelanjutan

(Gusman dan Suharizal: 2012). Selanjutnya Hal-hal mendasar yang menjadi isi

UU Pemerintahan Aceh ini antara lain:

1. Pemerintahan Aceh adalah pemerintahan daerah provinsi dalam sistem NKRI berdasarkan UUD Tahun 1945 yang menyelenggarakan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing.

2. Tatanan otonomi seluas-luasnya yang diterapkan di Aceh berdasarkan UU Pemerintahan Aceh ini merupakan subsistem dalam sistem pemerintahan secara nasional.

3. Pengaturan dalam Qanun Aceh maupun Kabupaten/Kota yang banyak diamanatkan dalam UU Pemerintahan Aceh merupakan wujud konkret bagi terselenggaranya kewajiban konstitusional dalam pelaksanaan pemerintahan tersebut.

4. Pengaturan perimbangan keuangan pusat dan daerah tercermin melalui pemberian kewenangan untuk pemanfaatan sumber pendanaan yang ada.

5. Implementasi formal penegakan syari’at Islam dengan asas personalitas ke-Islaman terhadap setiap orang yang berada di Aceh tanpa membedakan kewarganegaraan, kedudukan, dan status dalam wilayah sesuai dengan batas-batas daerah Provinsi Aceh. Gusman dan Suharizal (2012) menyebutkan Pengakuan sifat istimewa dan

khusus oleh Negara kepada Aceh sebenarnya telah melalui perjalanan waktu yang

panjang. Tercatat setidaknya ada tiga peraturan penting yang pernah diberlakukan

bagi keistimewaan dan kekhususan Aceh yaitu Keputusan Perdana Menteri

Republik Indonesia Nomor 1/Missi/1959 tentang Keistimewaan Provinsi Aceh,

UU 44/1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan bagi Provinsi Daerah

Istimewa Aceh, dan UU 18/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Daerah Istimewa

Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dengan dikeluarkannya UU

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

24

Pemerintahan Aceh, diharapkan dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi

kesejahteraan di Aceh untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan yang

berkeadilan dan keadilan yang berkesejahteraan di Aceh.

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Tinjauan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan belanja daerah

dilakukan oleh Abdullah dan Halim (2003) berjudul Pengaruh Dana Alokasi

Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah

Daerah Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali. Pada penelitian tersebut

hasil analisis menunjukkan bahwa secara terpisah DAU dan PAD berpengaruh

signifikan terhadap BD, baik dengan maupun tanpa lag. Ketika tidak digunakan

lag pengaruh PAD lebih kuat terhadap BD dibandingkan pengaruh DAU, namun

dengan menggunakan lag pengaruh DAU lebih kuat terhadap BD dibandingkan

PAD. Ketika kedua factor diregres serempak dengan BD pengaruh keduanya juga

signifikan baik dengan ataupun tanpa lag. Daya prediksi DAU lebih rendah dari

PAD apabila tanpa lag dan sebaliknya bila dengan lag, daya prediksi DAU lebih

tinggi dari PAD, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa telah terjadi flypaper

effect.

Penelitian kedua yang berhubungan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh Maimunah (2006) yang berjudul Flypaper Effect pada Dana

Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah

pada Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera. Hasil penelitian didapat Pertama,

besarnya nilai DAU dan PAD mempengaruhi besarnya nilai belanja daerah

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

25

(pengaruh positif). Kedua, terjadi flypaper effect pada Belanja Daerah pada

Kabupaten/Kota di Sumatera. Ketiga, dari hasil pengujian diketahui adanya

pengaruh flypaper effect dalam memprediksi Belanja Daerah periode ke depan.

Keempat, tidak terdapat perbedaan terjadinya flypaper effect baik pada daerah

yang PAD-nya rendah maupun daerah yang PAD-nya tinggi di Kabupaten/Kota

pulau Sumatera. Kelima, Pada bidang Pendidikan tidak terjadi flypaper effect

pada Belanja Daerah bidang Pendidikan. Selanjutnya bagian b telah terjadi

flypaper effect pada Belanja Daerah bidang Kesehatan. dan Belanja Daerah

bidang Pekerjaan Umum-pun terjadi flypaper effect.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Kuncoro (2007) dengan judul

Fenomena Flypaper Effect pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota dan

Kabupaten di Indonesia mencakup tahun 1988 hingga 2003. Atas dasar

pertimbangan ini terkumpul 280 kota dan kabupaten. Sampel mencapai 75 persen

atas jumlah populasi pada tahun 2003. Variabel independen yang digunakan

meliputi pos-pos PAD, transfer antarpemerintah, Pengeluaran Rutin (Belanja

Operasional), dan Pengeluaran Pembangunan (Belanja Modal) pemerintah daerah,

tingkat luas wilayah, tingkat harga (inflasi), dan jumlah penduduk di kota dan

kabupaten. Variabel dependen yang digunakan adalah Pertumbuhan Ekonomi

(PDRB). Peningkatan alokasi transfer diikuti dengan penggalian PAD yang lebih

tinggi. Simpulan ini mengindikasikan sikap overaktif pemerintah daerah terhadap

arti pentingnya transfer. Bagi pemerintah pusat, transfer memang diharapkan

menjadi pendorong agar pemerintah daerah secara intensif menggali sumber-

sumber penerimaan sesuai kewenangannya. Namun, penggalian PAD yang hanya

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

26

didasarkan pada faktor inkremental akan berakibat negatif pada perekonomian

daerah.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Listiorini (2011) yang berjudul

Fenomena Flypaper Effect pada Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah

terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Hasil

penelitian menunjukkan secara simultan terjadi fenomena fly paper effect pada

Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil

(DBH) dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah pada

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Secara parsial, fenomena flypaper effect

terjadi pada Dana Alokasi Umum (DAU)t-1/(X1) dan Pendapatan Asli Daerah

(X4) t-1 terhadap Belanja Daerah di masa yang akan datang. Semakin tinggi

alokasi DAU yang diberikan pusat pada tahun tertentu maka akan direspon daerah

dengan kenaikan atau meningkatnya Belanja Daerah dimasa yang akan datang.

Hal ini menunjukkan bahwa 69.1% variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh

Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil

(DBH) dan Pendapatan Asli Daerah. Sisanya sebesar 30.1% diduga dipengaruhi

oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

27

Tabel 2.1. Daftar Tinjauan Peneliti Terdahulu

Nama Judul Variabel Hasil Penelitian

Maimunah (2006)

Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten Kota di Pulau Sumatera

Variabel terikat (dependent variable) adalah belanja Daerah yang dibreak-down dalam tiga belanja bidang unit pendidikan, kesehatan dan pekerjaan umum. Variabel bebasnya adalah Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Hasil pengujian dari hipotesis alternative 1 dan 2 adalah diterima, artinya besarnya nilai DAU dan PAD mempengaruhi besarnya nilai belanja daerah (pengaruh positif). Kedua, untuk mengetahui terjadi tidaknya flypaper Effect, juga diterima. Hal tersebut membuktikan bahwa telah terjadi flypaper Effect, pada belanja daerah pada Kabupaten/Kota di Sumatera. Ketiga, terdapat pengaruh flypaper Effect dalam memprediksi belanja daerah periode kedepan, juga diterima. Keempat, hasil pengujian hipotesis alternative keempat yang merupakan hipotesis uji beda adalah tidak dapat diterima, artinya tidak terdapat perbedaan terjadinya flypaper Effect baik pada daerah yang PAD nya rendah maupun daerah yang PAD nya tinggi di kabupaten/kota pulau Sumatera bidang Pendidikan. Selanjutnya telah terjadi flypaper Effect pada belanja daerah bidang kesehatan. Hasil pengujian terakhir juga diterima, artinya belanja daerah bidang pekerjaan umum pun terjadi flypaper Effect.

Kuncoro (2007)

Fenomena flypaper Effect pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten di Indonesia

Variabel Independen yang digunakan meliputi pos-pos PAD, transfer antar pemerintah, Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan (Belanja Modal) pemerintah daerah, tingkat luas wilayah, tingkat harga (inflasi) dan jumlah penduduk di tiap kota dan Kabupaten, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi (PDRB)

Peningkatan alokasi transfer diikuti dengan penggalian PAD yang lebih tinggi. Simpulan ini mengindikasikan sikap overaktif pemerintah daerah terhadap arti pentingnya transfer. Bagi Pemerintah Pusat, transfer memang diharapkan menjadi pendorong agar pemerintah daerah secara intensif menggali sumber-sumber penerimaan sesuai dengan kewenangannya. Namun penggalian PAD yang hanya didasarkan pada faktor incremental akan berakibat negative pada perekonomian daerah.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47808/4/Chapter II.pdf · 2.1.1. Belanja Daerah ... serta jenis belanja. Klasifikasi

28

Abdullah dan Halim (2003)

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali.

Variabel dependen adalah Belanja Daerah, sedangkan variabel independen adalah DAU dan PAD.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara terpisah DAU dan PAD berpengaruh signifikan terhadap BD, baik dengan maupun tanpa lag. Ketika tidak digunakan lag pengaruh PAD lebih kuat terhadap BD dibandingkan pengaruh DAU, namun dengan menggunakan lag pengaruh DAU lebih kuat terhadap BD dibandingkan PAD. Ketika kedua factor diregres serempak dengan BD pengaruh keduanya juga signifikan baik dengan ataupun tanpa lag. Daya prediksi DAU lebih rendah dari PAD apabila tanpa lag dan sebaliknya bila dengan lag, daya prediksi DAU lebih tinggi dari PAD, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa telah terjadi flypaper effect.

Listiorini (2011)

Fenomena Flypaper Effect pada Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

Variabel dependennya adalah Dana Perimbangan dan variabel Independennya addalah DAU, DAK dan DBH serta PAD

Hasil penelitian menunjukkan secara simultan terjadi fenomena fly paper effect pada Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH) dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Secara parsial, fenomena flypaper effect terjadi pada Dana Alokasi Umum (DAU)t-1/(X1) dan Pendapatan Asli Daerah (X4) t-1 terhadap Belanja Daerah di masa yang akan datang. Semakin tinggi alokasi DAU yang diberikan pusat pada tahun tertentu maka akan direspon daerah dengan kenaikan atau meningkatnya Belanja Daerah dimasa yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa 69.1% variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH) dan Pendapatan Asli Daerah. Sisanya sebesar 30.1% diduga dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara