bab ii tinjauan pustaka 2.1. kosmetik body...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kosmetik
Kosmetik merupakan sebuah zat yang dimaksudkan untuk digunakan
dengan cara menggosok, percikan atau dengan kata lain sebuah aplikasi yang
digunakan pada tubuh manusia untuk membersihkan, mempercantik,
mempromosikan daya tarik, mengubah penampilan tubuh manusia, untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia, dan untuk menjaga kesehatan kulit tubuh (Mitsui. T,
1993).
2.2. Body Srub
Body scrub adalah perawatan tubuh dengan menggunakan lulur. Produk
lulur berupa krim yang mengandung butiran-butiran kasar di dalamnya. Bahan
alami yang dapat digunakan sebagai bahan lulur antara lain bengkoang, beras
giling kasar, belimbing, jeruk nipis, papaya, bunga-bungaan, daun-daunan, biji
coklat, kopi dan kedelai. Lulur atau body scrub bertujuan untuk mengangkat sel-
sel kulit mati, kotoran dan membuka pori-pori sehingga dapat bernapas serta kulit
menjadi cerah. Sekarang ini begitu banyak jenis body scrub yang beredar di
masyarakat dengan berbagai khasiat dimulai dari menghaluskan kulit,
meremajakan kulit hingga mencerahkan kulit (Azila, 2012).
Manfaat menggunakan body scrub menurut Kaylee Hilton adalah sebagai berikut:
1) Meremajakan dan mempercepat proses perbaikan kulit dengan sel kulit
yang baru, karena sel kulit mati akan dibuang, yang memungkinkan
membuat kulit menjadi lebih halus dan sehat.
2) Pori-pori yang tersumbat akan menyebabkan kulit menjadi kusam.
Penggunaan body scrub akan membantu membuang sel kulit mati
sehingga kulit menjadi bersih dan terlihat lebih segar.
3) Menyediakan asam lemak essensial untuk kulit yang kering dan kasar.
4) Membantu kulit terlihat lebih cerah dan meningkatkan elastisitas.
5) Mengontrol atau memperlambat penuaan kulit.
6) Menghambat perubahan pigmen warna kulit yang tidak merata.
6
2.3. Macam-macam jenis kulit
a) Kulit kering
Kulit kering tidak memiliki hidrasi dan minyak, terasa kencang tanpa
elastisitas, dan seringkali sangat sensitif terhadap kondisi cuaca ekstrim
seperti matahari dan angin. Jenis kulit seperti ini mungkin tidak banyak
memiliki masalah namun rentan terhadap penuaan dan iritasi. Perawatan
yang dianjurkan adalah dengan menghindari produk dengan alkohol
didalamnya, karena alkohol dapat mengeringkan kulit. Gunakan toner untuk
memberi kulit lebih elastisitas dan rehidrasi. Gunakan krim siang dan
malam, dan gunakan air hangat ketika mencuci wajah (Healthy skin care
journal).
b) Kulit normal
Kulit normal cenderung menyesuaikan diri dengan alami pada musim.
Tak perlu bingung dengan kombinasi kulit, yang keduanya kering dan
berminyak pada saat bersamaan, kulit normal akan menjadi lebih kering di
musim dingin dan berminyak dimusim panas. Perawatan yang dianjurkan
adalah pastikan membasuh wajah dengan pembersih yang sesuai kulit
normal. Jika kulit anda terasa kering, oleskan pelembab lebih banyak
kedalamnya, dan jika berminyak, oleskan sedikit saja. Hal ini tidak
dianjurkan untuk menggunakan produk khusus selama perubahan musim
kulit (Healthy skin care journal).
c) Kulit berminyak
Kulit berminyak cenderung sangat mengkilap dan berminyak. Pori-pori
anda membesar dan mungkin sering mengalami gangguan jerawat, komedo
hitam dan putih. Perawatan yang dianjurkan, karena kulit sangat rentan
terhadap kotoran dan bakteri, penting untuk memastikan, anda
membersihkan dua kali sehari agar tetap bersih. Penting juga agar tidak
menghindari pelembab, saat melakukan ini, respon kulit anda adalah
mengompres karena kekurangan kelembaban dengan menghasilkan lebih
banyak minyak. Hindari pelembab berat dan jangan pernah menggunakan
krim malam untuk siang hari (Healthy skin care journal).
7
d) Kulit sensitif
Kulit sensitif bisa berjalan seiring dengan jenis kulit yang lainnya. Jika
kulit sensitif, mungkin saja produk tertentu mengiritasi bahkan dapat
menyebabkan reaksi alergi. Kulit mungkin tampak meradang dan terasa
gatal. Perawatan yang dianjurkan ialah dengan menggunakan produk
dengan bahan minimal, lebih disarankan yang alami, dan hindari yang
mengandung aroma. Produk berlabel hypoallergenic khusus untuk kulit
sensitif (healthy skin care journal; Herni, Kusantati. 2008).
2.4. Formulasi Body Scrub
Dalam pembuatan body scrub terdapat beberapa komponen utama yaitu
komponen abrasive yang berfungsi sebagai scrub atau butiran-butiran halus (gula,
serbuk kopi, garam dan bahan lain yang dapat menghilangkan sel kulit mati pada
lapisan atas kulit), minyak yang berfungsi sebagai pelembut untuk menutrisi sel
baru yang muncul pada permukaan kulit (olive oil, jojoba oil, sunflower oil dan
lain-lain), minyak esensial yaitu yang dapat memberikan aroma setelah dilakukan
exfolation atau pengelupasan pada kulit (Hilton, K., 2014; Henny, A., 2009).
Menurut frame formulation Europa pada tahun 2013 no 2.7 menyebutkan
bahwa komponen body scrub (gel, krim) yaitu meliputi : surfaktan anionic seperti
sodium lauryl sulfat, disodium lauryl sulfosuksinat dan lainnya); minyak (seperti
minyak sayur dan minyak mineral), lilin atau lemak; humektan (seperti gliserin);
abrasive (seperti polietilen); surfaktan non ionic (turunan betain); foam
boostingagent (seperti alkil poliglikosa); pengemulsi (seperti PEG-6 laurat);
pengental (seperti sodium klorida); parfum; bahan tambahan (seperti ekstrak
tanaman); pewarna; pengawet, antimikroba; aqua atau air.
Scrubing secara teratur dapat digunakan sebagai terapi kesehatan tubuh
untuk menjaga kelembaban kulit. Kebanyakan body scrub mengandung minyak
essential yang mengeluarkan aroma santai. Menggosok di kamar mandi akan
menjadikan hal tersebut lebih nyaman untuk aromaterapi, mengurangi stress dan
kecemasan, gerakan lembut scrubbing memutar seperti pijatan, relaxing otot dan
memberikan rasa sehat dan energi tambahan (Lindsey, 2014).
Scrubbing teratur dapat meningkatkan sirkulasi. Ketika kulit digosok
8
dengan lembut dengan gerakan melingkar, ini akan meningkatkan sirkulasi darah
pada lapisan luar kulit. Pembuluh darah kecil yang paling dekat dengan kulit yang
disebut kapiler dirangsang saat kulit mengalami gesekan. Stimulasi tersebut bisa
dilakukan dengan sederhana seperti melumuri tubuh dengan lulur atau body scrub
memberikan efek yang sama. Ketika kapiler dirangsang, hasil sirkulasi darah akan
lebih baik, ketika sirkulasi darah pada kulit meningkat, maka tekstur kulit juga
akan meningkat lebih baik (Lindsey, 2014).
2.5. Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kopi berasal dari Afrika,
yaitu daerah pegunungan di Etiopia. Kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat
dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya yaitu Yaman
dibagian selatan Arab melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).
Gambar 2. 1 Biji Kopi Arabika ( Buku pintar kopi, 2011)
Pada abad ke-10 biji kopi dimasukkan sebagai kelompok makanan oleh
beberapa suku di Ethiopia. Umumnya, mereka memasak biji kopi bersama dengan
makanan pokok, seperti daging atau ikan. Saat Negara-negara Islam Berjaya pada
abad ke-15, penelitian tentang kopi terus dilakukan. Berdasarkan penelitian, kopi
ternyata berpotensi sebagai obat-obatan dan sebagai penahan rasa kantuk. Setelah
itu, para pedagang Islam terus menyebarkan kopi ke arah timur (Panggabean,
2011).
Pada abad ke-17 biji kopi dibawa ke India dan ditanam oleh beberapa orang.
Selanjutnya, seorang berkebangsaan Belanda tidak sengaja melihat perkebunan
kopi di India dan tertarik untuk membudidayakan. Berawal dari para pedagang
dari venezia biji kopi mulai menyebar ke seluruh benua Eropa (Panggabean,
2011).
Pada tahun 1637, kedai kopi (coffee house) pertama kali di benua Eropa
9
berada di Inggris. Mereka menyebutnya sebagai Penny Universities, tempat
berkumpulnya para bussines man, karyawan bank, dan pekerja lainnya. Pada abad
ke-17, di Inggris terdapat sebuat kelompok atau jaringan kerja khusus wanita.
Kelompok ini membuat surat pernyataan “wanita juga peminum kopi”. Setelah
tiga bulan, jumlah kedai kopi semakin bertambah. Hingga pada abad ke-19, di
Inggris bermunculan kedai-kedai kopi dan berkembang menjadi
sebuahclub(tempat hangout) (Panggabean, 2011).
Di Indonesia kopi mulai dikenal pada tahun 1696 yang dibawa oleh VOC
(Vereenigde Oostindische Compagnie). Tanaman kopi di Indonesia mulai
diproduksi di pulau Jawa, dan hanya bersifat coba- coba, tetapi karena hasilnya
memuaskan dan dipandang oleh VOC menguntungkan sebagai komoditi
perdagangan maka VOC menyebarkannya ke berbagai daerah agar penduduk
menanamnya. Tanaman kopi (Coffea spp) adalah spesies tanaman berbentuk
pohon yang termasuk dalam family Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi
ada sekitar 60 spesies di dunia. Sistematika tanaman kopi menurut (Rahardjo,
2012), adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Divisi : Maghliophyta
Kelas : Magnoliop-sida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea arabica L
Dari sekian banyak kopi yang ada, dipilih menggunakan kopi arabika karena
mempunyai citarasa lebih baik dibanding kopi lainnya. Komposisi kimia biji kopi
berbeda beda, tergantung tipe kopi, tanah tempat tumbuh dan pengolahan kopi.
Angka konsumsi kopi dunia 70% berasal dari spesies kopi arabika. Syarat mutu
biji kopi arabika dapat dilihat pada Tabel II.1.
Tabel II. 1 Syarat mutu biji kopi (SNI.01-2907-2008)
No. Kriteria Satuan Persyaratan
1 Serangga hidup - Tidak ada
10
2 Biji berbau busuk/berbau kepang - Tidak ada
3 Kadar air % w/w Maks 12,5
4 Kadar kotoran % w/w Maks 0,5
Senyawa yang membentuk aroma didalam kopi menurut (Juliana Taba,
2012) adalah:
1. Golongan fenol dan asam tidak mudah menguap yaitu asam kofeat, asam
klorogenat, asam ginat dan riboflavin.
2. Golongan senyawa karbonil yaitu asetaldehid, propanon, alkohol, vanilin
aldehid.
3. Golongan senyawa karbonil asam yaitu oksasuksinat, aseto asetat, hidroksi
pirufat, keton kaproat, oksalasetat, mekoksalat, merkaptopiruvat.
4. Golongan asam amino yaitu alanin, serine, cystein, dan asam aspartat.
5. Golongan asam mudah menguap yaitu asam asetat, propionat, butirat dan
volerat.
Pembentukan aroma volatile dan senyawa melanioid, akan terlepas sebagai
CO2. Senyawa melanoid yang bereaksi akan memberikan warna cokelat
(Bekedam, 2008).
2.5.1 Kopi arabika (Coffea arabica L.)
Awalnya, jenis kopi yang dibudidayakan di Indonesia adalah arabika, lalu
liberika dan terakhir kopi jenis robusta. Kopi jenis arabika sangat baik ditanam
didaerah dengan ketinggian 1.000-2.100 meter di atas permukaan laut. Semakin
tinggi lokasi perkebunan kopi, cita rasa yang dihasilkan oleh biji kopi akan
semakin baik. Karena itu, perkebunan kopi arabika hanya terdapat di beberapa
daerah tertentu dengan ketinggian diatas 1000 meter. Berikut beberapa daerah
penanaman jenis kopi arabika yang terkenal di Indonesia (Panggabean, 2011)
1. Provinsi Sumatera Utara ( kab. Tapanuli Utara, kab Dairi, kab Mandailing)
2. Provinsi Aceh, Provinsi Lampung,
3. Beberapa provinsi di pulau Sulawesi, Jawa dan Bali
Berikut merupakan karakteristik biji kopi arabika secara umum:
1. Bentuknya gak memanjang, bidang cembungnya tidak terlalu tinggi
2. Lebih bercahaya disbanding jenis kopi lainnya
3. Ujung biji lebih mengkilap, tetapi jika dikeringkan berlebihan akan terlihat
11
4. retak atau pecah. Untuk biji yang telah dipanggang, celah tengah terlihat
putih (Panggabean, 2011).
Gambar 2.2 Tanaman Kopi Arabika (Panggabean, 2011)
Tabel II.2 Perbandingan masa dan panen dan bentuk dari kopi arabika dan kopi
robusta
Keterangan Arabika Robusta
Tahun ditemukan 1753 1895
Kromosom 44 22
Waktu dari berbunga hingga
berbuah
9 bulan setelah
hujan
10-11 bulan tidak
tetap
Buah matang Jatuh Di pohon
Produksi(kg/ha) 1500-3000 2300-3000
Akar Dalam Dangkal
Temperature optimal (rata-rata
pertahun)
15-24ºC 24-30 ºC
Curah hujan optimal 1500-2000 mm 24-3000 mm
Pertumbuhan maksimum 1000-2000 m 0-700 m
Kandungan kafein 0,8-1,4% 1,7-4,0%
Bentuk biji Datar Oval
Karakter rebusan Asam Pahit
(Sumber :
https://www.google.co.id/search=tabel+perbandingan+panen+dan+bentuk+kopi
12
+arabika+robusta&client)
Kopi arabika cenderung menimbulkan aroma fruity karena adanya senyawa
aldehid, asetaldehida, dan propanal (Wang, 2012).
Tabel II.3 Perbandingan kandungan antara kopi arabika dengan kopi lainnya
Komponen Arabika
green
Arabika
roasted
Robusta
green
Robusta
roasted
Bubuk kopi
instan
Mineral 3.0-4,2 3,5-4,5 4,0-4,5 4,6-5,0 9,0-10,0
Kafein 0,9-1,2 1,0 1,6-2,4 2,0 4,5-5,1
Trigonelline 1,0-1,2 0,5-1,0 0,6-0,75 0,3-0,6 -
Lemak 12,0-18,0 14,5-20,0 9,0-13,0 11,0-16,0 1,5-1,6
Total chlorogrnic
acid
5,5-8,0 1,2-2,3 7,0-10,0 3,9-4,6 5,2-7,4
Asam alifatis 1,5-2,0 1,0-1,5 1,5-1,2 1,0-1,5 -
Oligosakarida 6,0-8,0 1-3,5 5,0-7,0 0-3,5 0,7-5,2
Polisakarida 50,0-55,0 24,0-39,0 37,0-47,0 - 6,5
Asam amino 2,0 0 - 0 0
Humic acid - 16,0-17,0 - 16,0-17,0 16,0
Protein 11-13,0 13,0-15,0 - 13,0-15,0 16,0-21,0
(Clarke dan Macrae, 1987)
2.6 Anatomi Kulit
Kulit memiliki dua lapisan yakni lapisan epidermis yaitu bagian luar dan
dermis. Epidermis merupakan lapisan non-vaskular dan mengandung lapisan
epitel bertingkat.lapisan ini sangat tebal, keras dan seperti tanduk misalnya pada
area telapak tangan dan telapak kaki yang sangat tipis pada bagian lain, seperti
pada badan dan bagian dalam ekstremitas. Epidermis memiliki dua lapisan atau
bagian. Bagian luar disebut bagian tanduk dan bagian dalam disebut bagian
germinatif (Watson, 2002) Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis,
dermis atau korium, dan jaringan subkutan.
13
Gambar 2.3 Lapisan – Lapisan Kulit
Sumber : (Anatomy And Organization Of Human Skin
2.6.1 Epidermis
Merupakan lapisan tipis pada bagian terluar kulit dan langsung berhubungan
dengan dunia luar. Tersusun atas sel-sel tanduk (keratonosit) dan sel melanosit.
Epidermis mempunyai lima lapisan dan empat tipe sel. Lima lapisan epidermis
meliputi lapisan paling luar adalah stratum korneum, stratum lusidum, stratum
granulosum, stratum malpigi dan stratum germinativum sedangkan tipe selnya
adalah keratinosit, melanosit, merkel dan sel Langerhans (Tartowo, 2009).
Gambar 2.4 Lapisan epidermal dan tipe sel
( Saladin, Human Anatomy)
2.6.2 Dermis
Lapisan dermis lebih tebal, sekitar 1-4mm berada dibawah epidermis.
Lapisan epidermis tersusun dari fibrolas, makrofag, mast sel dan limfosit untuk
meningkatkan penyembuhan luka. Pada lapisan ini juga terdapat limfatik kulit,
vaskular dan jaringan saraf (Tartowo, 2009). Dermis merupakan lapisan kedua
kulit yang tebal, berserat, dan elastis (tersusun atas kolagen, elastin, dan fibrilin),
14
memberikan efek kulit fleksibilitas. Ketebalan dermis bervariasi secara signifikan
tergantung pada lokasi anatomis. Dermis dibagi menjadi dua lapisan, yakni dermis
papillary dan reticular dermis (Pugliese, 1996).
2.6.3 Jaringan subkutan
Merupakan lapisan khusus dari jaringan konektif atau disebut lapisan
adipose karena mengandung lemak. Fungsi dari jaringan subkutaneus adalah
untuk simpanan lemak, pencegahan trauma dan pengaturan suhu (Tartowo, 2009).
Selain komponen tersebut, dermis mengandung beberapa turunan epidermis, yaitu
folikel rambut kelenjar keringat dan kelenjar sebasea. Lapisan ini berfungsi
sebagai penstabil untuk kulit, bantalan untuk organ vital, area penyimpanan
energi, dan isolator yang efektif. Ini juga memiliki jaringan arteri yang
membentuk kapiler bercabang ke lapisan dermis. Lemak subkutan berada diatas
otot dan tulang, dimana seluruh struktur kulit dilekatkan secara longgar oleh
jaringan ikat (Pizzomo dan Murray 1999).
Gambar 2.5 Struktur kulit dan jaringan subkutan
( Saladin, Human Anatomy)
2.7 Bagian – Bagian Kulit
2.7.1 Kelenjar Keringat
Terdapat pada semua permukaan tubuh, tetapi ukuran lebih besar dan lebih
banyak pada bagian tertentu, seperti pada telapak tangan, telapak kaki, aksila, lipat
paha, dan dahi (Watson, 2002). Diperkirakan lebih dari 2,5 juta di permukaan
kulit manusia ada dibagian atas tubuh (Gawkrodger, 2002).
15
2.7.2 Rambut
Rambut mengandung epitelium- modifikasi. Rambut tumbuh dari lubang
kecil pada kulit, yang disebut folikel rambut. Pada dasar setiap folikel rambut ada
kelompok sel epitel yang berbentuk akar tempat rambut tumbuh. Akar rambut
adalah bagian rambut didalam folikel, keluar melalui dermis dan epidermis
(Watson, 2002). Rambut dapat ditemukan di seluruh permukaan tubuh kecuali
telapak tangan dan telapak kaki (Gawkrodger, 2002).
2.7.3 Kuku
Lapisan tanduk epitelium-modifikasi yang melindungi ujung jari. Kuku
tumbuh dari akar sel epitel lunak pada dasar kuku. Akar ini tertanam di lipatan sel
pada dasar kuku. Kuku menggantikan epidermis disini, tetapi menyatu sehingga
terdapat barrier kontinu yang menghalangi masuknya bakteri (Watson, 2002).
2.7.4 Kelenjar Sebasea
Kelenjar sakular kecil yang mengeluarkan substansi seperti minyak, yang
disebut sebum. Kelenjar sebasea berada pada sudut antara folikel rambut dan otot
pili erector, sehingga kontraksi otot dapat mempengaruhi pengeluaran sebum dari
kelenjar (Watson, 2002). Kelenjar keringat melekat pada folikel rambut dan
menghasilkan minyak yang disebut sebum yang disekresikan ke permukaan kulit.
Sebum melumasi folikel rambut dan berfungsi sebagai emolien untuk kulit
(Pizzomo dan Murray 1999).
2.8 Fungsi kulit
1) Mengatur suhu tubuh
2) Mensekresi produksi sampah
3) Merupakan organ raba dan sensasi lain yang membuat kita peka
terhadap lingkungan
4) Mencegah masuknya bakteri dengan permukaannya yang bersisik dan
kering
5) Mensekresi sebum
6) Melindungi tubuh, melalui pigmennya, dari efek sinar matahari yang
berbahaya
7) Memproduksi vitamin D melalui kerja sinar ultraviolet pada ergosterol
yang terkandung dalam kulit (Watson, 2002; Saladin, 2008).
16
2.9 Karakteristik Mutu Fisik
Untuk mencapai kepuasan konsumen yang terdiri dari design, manufaktur,
sales. Persyaratan kualitas dasar meliputi safety, stability, efficacy, usability
(Takeo, M., 1993).
1. Safety : tidak ada iritasi kulit, sensitivitas kulit, toksisitas oral, bercampur
dengan bahan lain tidak berbahaya.
2. Stability : stabil terhadap perubahan warna, mutu, bau, kontaminasi
bakteri.
3. Efficacy : efek melembabkan, melindungi terhadap uv, membersihkan.
4. Usability : feeling (sensibility), kemudahan menggunakan ( bentuk,
ukuran, komposisi, penampilan, preference (bau, warna, design).
Evaluasi sediaan krim
a) Uji organoleptik
Uji organoleptik dilakukan untuk melihat tampilan fisik dengan cara
melakukan pengamatan terhadap bentuk, warna dan bau dari sediaan
(arief, 1997).
b) Uji homogenitas
Dilakukan untuk melihat apakah sediaan yang telah dibuat homogen atau
tidak.
c) Uji pH
Dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan krim untuk menjamin
sediaan krim body scrub tidak menyebabkan iritasi kulit
d) Uji daya sebar
Digunakan untuk menjamin pemerataan krim pada saat diaplikasikan pada
kulit yang dilakukan pada saat krim telah selesai dibuat.
e) Uji viskositas
Bertujuan untuk mengetahui sifat alir suatu sediaan.
2.10 Komposisi Penyusun
1. Asam stearate (Rowe et al., 2009)
Sinonim : acid cetylacid. Crodacid ; E570; Edernol
Rumus molekul : C18H36O2
17
Berat molekul : 284,47
Pemerian : Kristal padat warna putih atau sedikit kekuningan,
mengkilap, sedikit berbau dan berasa seperti lemak.
Kelarutan : sangat larut dalam benzene, CCl4, kloroform, dan
eter, larur dalam etanol (95%), heksan dan
propilenglikol, praktis tak larut dalam air.
Suhu lebur : >54˚C
Inkompatibilitas : dengan logam hidroksi, obat naproxen dan bahan
pengoksidasi
Penggunaan : bahan pembentuk emulsiAsam sterarat dalam
sediaan topical digunakan sebagai pembentuk
emulsi.
2. Triethanolamin (Rowe et al., 2009)
Sinonim : TEA ; triethanolamin
Rumus molekul : C6H15NO3
Berat molekul : 149,19
Pemerian : cairan kental, tak berwarna, bau lemah mirip
amoniak, sangat higroskopis.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, alcohol, gliserin; larut
dalam gliserin.
Penggunaan : dalam formulasi terutama digunakan sebagai
bahan pembentuk emulsi. Kegunaan lainnya yaitu
sebagai buffer, pelarut, humektan dan polimer
plasticizer. Bila dicampur dalam proporsi seimbang
dengan asam lemak seperti asam stearat, akan
membentuk sabun anionic yang berguna sebagai
bahan pengemulsi yang menghasilkan emulsi tipe
o/w dengan pH 8.
3. Aqua purificata (Rowe et al., 2009)
Sinonim : air murni
Rumus molekul : H2O
Berat molekul :18,02
18
Pemerian :cairan jernh, tak berwarna, tak berbau
Kemurnian :bakteriologi memenuhi syarat air minum.
4. Lanolin (Rowe et al., 2009)
Sinonim : minyak lemak bulu domba
Pemerian : masa lengket agak kental berwarna kekuningan
dan agak menimbulkan aroma
Kelarutan : dapat bercampur dengan air kurang lebih dua
kalinya, tidak larut dalam air,
Kegunaan : basis
5. Sorbitol (Rowe et al., 2009)
Sinonim : sorbitolum
Rumus molekul : C6H14O6
Berat Molekul : 182,17
Pemerian : serbuk, granul atau lempengan; higroskopis; warna
putih; rasa manis.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air; sukar larit dalam
etanol , dalam methanol dan dalam asam asetat.
Kegunaan : humektan
6. Isopropyl palmitat (Rowe et al., 2009)
Sinonim : isopropyl hexadecanoate; isopropylis palmitas;
Rumus molekul : C19H38O2
Berat molekul : 298.51 g/mol
Pemerian : isopropyl palmitat adalah jelas, tidak berwarna
sampai berwarna kuning pucat, cairan kental praktis
tidak berbau, membeku pada suhu kurang dari 16ºC
Kegunaan : emolien
Kelarutan : Larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), etil
asetat, minyak mineral, propan-2-ol, minyak silicon,
minyak nabati, dan alifatik dan hidrokarbon
aromatik, praktis tidak larut dalam gliserin, glikol,
dan air
7. Sorbiton monostearat (Rowe et al., 2009)
19
Sinonim : sorbiton stearate, span 60
Rumus molekul : C24H46O6
Berat molekul : 431 g/mol
Pemerian : krim padat, bau dan rasa khas
Kegunaan : agen pengemulsi, surfaktan
Kelarutan : larut atau terdispersi dalam minyak, juga larut
dalam kebanyakan pelarut organik, dalam air
meskipun tidak larut, umumnya terdispersi
8. Polyoxyethylene 20 sorbitan monostearat (Rowe et al., 2009)
Sinonim : Polisorbate 60
Rumus molekul :C62H126O26
Berat molekul : 1312 g/mol
Pemerian : polisorbat memiliki bau yang khas dan hangat,
rasa agak pahit, warna dan bentuk fisik pada 25ºC
yakni cairan berminyak kuning
Kegunaan : surfaktan
Kelarutan : polisorbat 60 larut dalam etanol, tidak larut dalam
minyak mineral, tidak larut dalam minyak nabati,
larut dalam air
9. Carbomer (Rowe et al., 2009)
Sinonim : carbopol, carboxy polymethylene
Rumus Molekul : C3H4O2
Berat molekul : 7 x 105 sampai 4 x 10
9 g/mol
Pemerian : carbomer berwarna putih „berbulu‟ berbentuk
serbuk halus, bersifat asam, higroskopik, dengan
karakteristik sedikit bau.
Kegunaan : pengemulsi dan suspending agent
Kelarutan : larut dalam air, di dalam etanol (95%) dan gliserin.
10. Dextrose (Rowe et al., 2009)
Sinonim : grape sugar; gula tepung;
Pemerian : tidak berbau, rasa manis, Kristal berwarna atau
kristal putih atau serbuk granular
20
Kelarutan : praktis tidak larut dalam kloroform dan eter; larut
dalam gliserin; larut dalam 1 bagian air dan dalam
60 bagian etanol 95%
Kegunaan : Exfolient
11. Nipagin (Rowe et al., 2009)
Sinonim : asam 4-hidroksi benzoate metal ester, metal p-
hidroksi benzoate, metal parahidroksibenzoat,
metalparaben.
Rumus molekul : C8H8O3
Berat molekul : 152,15
Pemerian : Kristal tak berwarna atau Kristal serbuk Kristal
putih, tak berbau atau hampir tak berbau dan sedikit
rasa membakar.
Kelarutan : pada suhu 25˚C larut dalam 2 bagian etanol, 3
bagian etanol (95%), 6 bagian etanol (50%), 200
bagian etanol (10%), 10 bagian eter, 60 bagian
gliserin, 2 bagian methanol, praktis tak larut dalam
minyak mineral, larut dalam 200 bagian minyak
kacang, 5 bagian propilenglikol, 400 bagian air
(25˚C), 50 bagian air (50˚C) dan 30 bagian air
(80˚C).
Penggunaan : digunakan sebagai pengawet anti mikroba sediaan
kosmetik, sendiri atau kombinasi dengan paraben
atau pengawet yang lain. Efektifitas sebagai
pengawet dapat ditingkatkan dengan penambahan 2-
5% propilenglikol. Efek sinergis sebagai pengawet
terjadi pada penggunaan metilparaben dengan
paraben lain. Kadar metil paraben untuk sediaan
topikal sebesar 0,02%-0,3%.
12. Nipasol (Rowe et al., 2009)
Sinonim : 4-hydroxybenzoic acid propyl ester; propagin;
propil paraben.
21
Rumus molekul :C10H12O3
Berat molekul : 180,20
Pemerian : Kristal putih, tal berbau dan tak berasa.
Kelarutan : larut dalam aseton, eter, 1,1 bagian etanol , 5,6
bagian etanol (50%), 250 bagian gliserin, 3330
bagian mineral oil, 70 bagian minyak kacang, 3,9
bagian propilenglikol (50%), 2500 bagian air, 225
bagian air (80˚C).
Penggunaan : digunakan sebagai pengawet antimikroba sediaan
kosmetik, sendiri atau kombinasi dengan paraben
atau pengawet lain. Kadar metilparaben untuk
sediaan topikal sebesar 0,01%-0,6%.