bab ii tinjauan pustaka 2.1 komunikasi massaeprints.umm.ac.id/65409/3/bab ii.pdf · 2. film fiksi...

33
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa Komunikasi massa juga bisa disebut sebagai komunikasi media massa. Oleh karenanya, komunikasi massa merupakan sebuah cara berkomunikasi atau penyampaian informasi yang dilakukan melalui media massa. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto, 2004 : 3) yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Defisini komunikasi massa yang paling umum adalah cara penyampaian pesan yang sama, kepada sejumlah besar orang, dan dalam waktu yang serempak melalui media massa. Ciri khas dari komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada orang banyak atau masyarakat luas melalui perantara media massa. Komunikasi massa dapat dilakukan melalui keseluruhan media massa yang ada, yaitu media cetak, media elektronik, serta media online. Tidak ada batasan media dalam penggunaan komunikasi massa ini. Komunikasi massa mampu menyebarkan pesan secara publik secara hampir bersamaan bahkan hanya dalam satu kali penyampaian informasi. Komunikasi massa ini disampaikan secara terbuka kepada masyarakat heterogen yang jangkauannya relatif lebih besar. Komunikasi massa berperan sebagai cara yang efektif untuk menyampaikan informasi antara pihak yang ingin menyampaikan informasi, dengan pihak yang ingin diberikan informasi.

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa juga bisa disebut sebagai komunikasi media massa.

Oleh karenanya, komunikasi massa merupakan sebuah cara berkomunikasi

atau penyampaian informasi yang dilakukan melalui media massa. Definisi

komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto,

2004 : 3) yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

media massa pada sejumlah besar orang. Defisini komunikasi massa yang

paling umum adalah cara penyampaian pesan yang sama, kepada sejumlah

besar orang, dan dalam waktu yang serempak melalui media massa. Ciri khas

dari komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada orang

banyak atau masyarakat luas melalui perantara media massa. Komunikasi

massa dapat dilakukan melalui keseluruhan media massa yang ada, yaitu media

cetak, media elektronik, serta media online. Tidak ada batasan media dalam

penggunaan komunikasi massa ini.

Komunikasi massa mampu menyebarkan pesan secara publik secara

hampir bersamaan bahkan hanya dalam satu kali penyampaian informasi.

Komunikasi massa ini disampaikan secara terbuka kepada masyarakat

heterogen yang jangkauannya relatif lebih besar. Komunikasi massa berperan

sebagai cara yang efektif untuk menyampaikan informasi antara pihak yang

ingin menyampaikan informasi, dengan pihak yang ingin diberikan informasi.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

9

Baik komunikasi bagi perorangan atau individu, komunikasi kelompok,

maupun fungsi utamanya sebagai komunikasi bagi masyarakat luas.

Media massa merupakan sarana utama dalam komunikasi massa, dalam

kehiudpan sehari-hari manusia membutuhkan sebuah media untuk saling

bertukar informasi. Cara ini dikenal dengan istilah komunikasi. Melalui

komunikasi, seseorang dapat menyampaikan sebuah berita, saling bertukar

informasi, mengajukan sebuah gagasan atau ide, maupun bersosialisasi dengan

orang lain. Cangara (2002) menyatakan bahwa media massa merupakan suatu

alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan menggunakan alat

komunikasi mekanis dari sumber pesan ke penerima pesan atau khalayak

umum. Komunikasi dapat terjadi antara satu orang dengan orang lain,

komunikasi antara dua orang atau lebih, seseorang kepada sebuah organisasi

atau komunitas, bahkan komunikasi yang ditujukan langsung kepada

masyarakat luas.

Sebuah informasi dapat secara cepat tersampaikan kepada masyarakat

luas melalui sebuah media yang disebut sebagai media massa. Media massa

adalah sebuah channel atau tempat yang digunakan sebagai sarana dalam

proses komunikasi massa. Keuntungan penyebaran informasi melalui media

massa adalah keunggulannya dalam penyampaian informasi serta pesan-pesan

kepada khalayak ramai dalam waktu relatif serentak.

Pesan-pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka. Setiap

orang memiliki kesempatan dan akses untuk mengonsumsi pesan-pesan media

massa. Dalam sistem komunikasi massa, proses pengiriman pesan bersifat satu

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

10

arah. Meskipun dapat dilakukan umpan balik oleh khalayak, namun porsi dan

kesempatan yang diberikan sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan umpan

balik pada sistem komunikasi lainnya, seperti komunikasi antarpribadi.

Komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks sosial tertentu. Hal ini

menimbulkan terjadinya hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi

antara media massa dan masyarakat. Media massa dipandang membawa

pengaruh tertentu bagi masyarakatnya, seperti membawa kesadaran dan ideide

baru, mengajarkan keterampilan, demikian pula masyarakat membawa

pengaruh bagi media.

Komunikasi tidak hanya dilakukan secara tatap muka, namun saat ini

sudah dapat dilakukan melalui media digital atau online. Komunikasi dapat

dilakukan melalui perantara kata-kata dan kalimat, lambang, tanda, maupun

tingkah laku. Komunikasi ini sendiri pun dapat dituangkan dalam berbagai

bentuk media, seperti kata-kata, gambar, angka, tulisan, dan bahkan video.

Menurut Mulyana (2001:32), komunikasi massa adalah komunikasi yang

menggunakan media massa, baik cetak (majalah, surat kabar) atau elektronik

(radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang

dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di

banyak tempat, anonim dan heterogen.

Komunikasi massa menggunakan media yang bermacam-macam dalam

menyampaikan informasi serta pesan, yang pertama adalah media massa cetak

(printed media) yaitu seperti surat kabar, koran, majalah, tabloid, dan lain

sebagainya. Kemudian yang kedua adalah jenis media massa elektronik

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

11

(elektronic media) yaitu seperti radio, televisi, dan film. Serta yang ketiga

adalah media online (digital media) yaitu melalui program atau (channel)

seperti blog, website, maupun aplikasi-aplikasi jejaring sosial lainnya.

Pada massanya media cetak merupakan salah satu media yang diminati

oleh masyarakat umum, namun seiring berjalannya waktu media cetak mulai

tergeser dengan adanya media elektronik, media elektronik memberikan

pengalaman yang lebih mudah dan cepat dalam menyebarkan beragam

informasi serta berita maupun pesan-pesan. Diantara banyak jenis macam-

macam media elektronik yang ada pada saat ini, film merupakan salah satu

media elektronik yang banyak diminati oleh masyarakat umum dari beragam

golongan. Film merupakan media komunikasi massa yang efektif digunakan

karena melihat dari banyaknya minat masyarakat untuk mengkonsumsi film

setiap harinya.

2.1.1 Film Sebagai Media Komuniaksi Massa

Pada penelitian ini peneliti mencoba untuk menjelaskan kajian teori

yang mengaitkan bagaimana posisi film yang secara sifat merupakan bagian

dari komunikasi massa, maka dari itu peneliti merasa perlu untuk memberikan

definisi-definisi dari para tokoh ahli yang berhubungan dengan judul diatas.

Wiratno menyebutkan bahwa komunikasi massa merupakan suatu tipe

komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan

mulai digunakannya alat-alat mekanik yang mampu melipat gandakan

pesanpesan komunikasi. Menurut Pool dalam bukunya Wiryanto menyebutkan

bahwa komunikasi massa ialah sebagai komunikasi yang terjadi dalam situasi

inteposed, dalam situasi ini antara sumber dengan penerima tidak saling

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

12

bertatap muka secara langsung melainkan terjadi ketika pesan komunikasi

tersambung kepada penerima melalui media-media cetak serta media

elektronik lainnya (Wiryanto 2006:1). Sedangkan menurut Nurudin alat-alat

komuniaksi massa terbagi menjadi dua jenis paradigma diantaranya ialah

paradigma lama seperti surat kabar, majalah, tabloid, buku, radio serta

paradigma baru seperti film, televisi serta internet (Nurudin 2007:13).

Film sebagai media komunikasi massa sangat memegang peranan

penting. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu

tempat tertentu. Pesan film sebagai media komunikasi massa dapat berbentuk

apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film

dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan

informasi. Pesan dalam film adalah menggunakan mekanisme lambang-

lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan,

percakapan dan sebagainya.

Film juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap

massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, yaitu

gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita

banyak dalam waktu singkat. Ketika menonton film penonton seakan-akan

dapat menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan

bahkan dapat mempengaruhi audiens.

Dewasa ini terdapat berbagai ragam film, meskipun cara pendekatannya

berbeda-beda, semua film dapat dikatakan mempunyai satu sasaran, yaitu

menarik perhatian orang terhadap muatan-muatan masalah yang dikandung.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

13

Selain itu, film dapat dirancang untuk melayani keperluan publik terbatas

maupun publik yang seluas-luasnya.

Sebagai komunikasi massa, film memiliki karakteristik tersendiri.

Untuk menikmatinya, seseorang harus datang di bioskop untuk menyaksikan

pemutaran film. Film mengandung pesan-pesan yang dikemas dalam bentuk

cerita fiksi dan untuk menyaksikannya, seorang konsumen harus membayarnya.

Sebuah cerita film umumnya dimainkan oleh sejumlah aktor dibawah arahan

sutradara. Ceritera film biasanya didasarkan atas skenario yang telah ditulis

sebelumnya. Meskipun dimensi hiburannya lebih dominan, namun melalui film

terkandung banyak pesan yang bermanfaat bagi masyarakat. Dewasa ini, seiring

dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, untuk menyaksikan

sebuah film dapat dilakukan melalui televisi dan internet. Dengan masuknya

film dalam tayangan televisi dan tersedianya layanan di internet membuat

pemasaran film tidak lagi monoton hanya melalui bioskop. Sehingga membuat

Film adalah salah satu media komunikasi elektronik yang merupakan hasil

karya inovatif dari komunikasi massa.

2.2 Pengertian Film

Film dalam bentuk komunikasi massa mengacu pada model komunikasi

linear. Artinya bahwa film ada dalam proses komunikasi yang sifatnya searah.

Film memiliki kemampuan untuk mengantarkan pesan secara unik. film

dengan segala teknologi di dalamnya mempengaruhi masyarakat dalam

mengkonsumsi pesan. Film dibuat sebagai media komunikasi massa yang

cukup efektif untuk menyampaikan unsur-unsur yang terkandung

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

14

didalamnnya. Film sudah dikenal luas dengan kekuatan audio visualnya yang

dapat memberikan kekuatan dalam pengaruh sosial.

Pengertian film adalah sebuah hasil karya cipta seni yang menampilkan

kumpulan gambar hidup atau sering juga disebut movie, yaitu seolah

memindahkan realitas kehidupan kedalam layar. Film selalu merekam realitas

yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan kemudian

memproyeksikannya ke atas layar. Menurut Effendi (2000:239) film diartikan

sebagai hasil budaya dan alat ekspresi kesenian. Film adalah gambaran dari

tranformasi kehidupan yang disajidkan dalam bentuk dari kumpulan gambar

bergerak, karena dengan film kita dapat melihat serta menilai melalui cerminan

atau gambaran yang sebenarnya. Effendi mengemukakan bahwa teknik

perfilman, baik perantaranya maupun pengaturannya telah berhasil

menampilkan gambar-gambar yang semakin mendekati kenyataan (Effendi,

2000:207).

Kebanyakan film menggambarkan alur cerita yang bersinggungan

langsung dengan kehidupan sosial sehari-hari, hal inilah yang mendatangkan

perasaan familier dengannya. Film menggambarkan realitas, menggambarkan

situasi yang mirip dengan permasalahan yang ada pada kehidupan sehari-hari.

Karena dari kemiripannya, akhirnya penonton dapat memahami jalan cerita

serta mereka mampu untul mengidentifikasikan diri mereka dengan karakter

dalam film. Kemampuan film untuk mempengaruhi penontonnya tidak terbatas

ruang lingkupnya, dimana di dalam film sutrdara dapat mengekspresikan ide

secara bebas dalam sebuah proses pembelajaran. Kekuatan serta kemampuan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

15

film yang dapat menjangkau semua segmen sosial membuat film merupakan

media yang mempunyai peran aktif serta dapat mempengaruhi masyarakat.

Film sebagai media publik yang bersifat audio visual memiliki

kekuatan yang besar dalam mempengaruhi khalayak atau publik. Hal tersebut

dapat dipahami karena kekuatan besar film dalam mempengaruhi publik

terutama generasi muda terletak pada emosi khalayak. Khalayak lebih udah

untuk menerima dan mengerti isi film daripada membaca surat kabar dan

majalah. Film memiliki keunggulan terutama karena film dapat dinikmati oleh

semua kalangan dari khalayak yang berpendidikan

Tanda-tanda yang terdapat dalam sebuah film biasanya bisa secara

langsung terlihat maupun tanda yang secara sengaja disisipkan melalui sebuah

adegan, latar tempat, dan cara pengambilan gambar.

Film adalah bentuk modifikasi dari gambaran kehidupan manusia

dimana didalam kehidupan manusia akan selalu ditemukan simbol-simbol

yang mempunyai arti serta makna berbeda. Pada umumnya film dibuat dengan

memiliki banyak tanda didalamnya. Tanda- tanda tersebut termasuk kedalam

berbagai sistem tanda yang bekerjasama dengan baik dalam upaya mencapai

sesuatu yang diharapkan. melalui simbol tersebut film dapat membuat makna

lain melalui bahasa visualnya. Tidaklah mengejutkan bahwa film adalah salah

satu bidang kajian penerapan semiotika. Film merupakan media yang menarik

untuk dijadikan bahan kajian yang mempelajari berbagai hal didalamnya. Hal

yang dapat dilakukan dalam mengkaji film adalah dengan menganalisis film

sehingga dapat menghasilkan makna.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

16

Menurut Himawan Pratista (2008:4-8) film dibedakan menjadi tiga

jenis, yakni:

1. Film dokumenter

Film dokumenter merupakan film yang melibatkan orang-orang,

tokoh, peristiwa serta suatu lokasi yang nyata di dalamnya. Film

dokumenter tidak secara sengaja menciptakan atau memunculkan suatu

peristiwa maupun kejadian, namun film dokumenter merekam peristiwa

yang benar-benar terjadi. Kerangka film dokumenter biasanya dibuat

sesederhana mungkin dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk

memahami serta mempercayai fakta-fakta yang terdapat didalamnya.

2. Film Fiksi

Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot.

Dimana sering menggunakan cerita buatan diluar kejadian nyata serta

mempunyai konsep pengadeganan yang sudah ditentukan sejak awal. Selain

itu film fiksi memiliki struktur cerita yang terikat dengan hhukum

kasualitas, dimana didalam Cerita memiliki memiliki karakter protagonis

dan antagonis, masalah serta konflik dan penutupan, serta pola kerangka

cerita yang jelas. Film fiksi selalu berada di antara dua kutub yaitu nyata

dan abstrak yang sering kali memiliki kecenderungan ke salah satu

kutubnya baik dari segi naratif maupun senematiknya.

3. Film Eksperimental

film ekperimental adalah jenis film yang jauh berbeda dengan dua

jenis film lainnya, dimana para sineas ekperimental biasanya bekerja diluar

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

17

industri film utama melainkan bekerja pada studio perseorangan. Pada

umumnya mereka akan terlibat penuh selama proses produksi dari awal

sampai akhir. Film ekperimental sangat dipengaruhi oleh pembuatnya,

dimana struktur film seperti gagasan serta ide, emosi serta pengalaman batin

yang berseumber dari sineas ekperimental. Film ini umumnya bercerita

tentang apapun dan bahkan terkadang menentang kausalitas dan biasanya

film ini dibuat dengan bentuk abstrak dan sulit untuk dipahami serta

dimengerti.

Berdasarkan dari jenis-jenis film yang telah dijelaskan, Film Yowis

Ben termasuk dalam jenis film fiksi, film ini memiliki konsep cerita yang

telah dirancang secara konseptual sejak awal. Konsep dari film ini adalah

cerita settingan yang berawal dari seorang anak SMA untuk mendapatkan

pengakuan diri dari lingkungan sekitarnya. Untuk mewujudkan imipian

tersebut, Bayu sebagai tokoh utama berinisiatif mendirikan sebuah band

bersama teman-temannya. Namun dalam prosesnya, terjadi persaingan

antar grub band disekolahnya. Dari situlah film Yowis Ben memunculkan

karakter protagonis dan antagonis dari berbagai kelompok, serta memiliki

konflik dan masalah yang terjadi di lingkungan sekolah dan luar sekolah.

Adegan per adegan dalam film Yowis Ben ini memiliki plot cerita yang

teratur dengan tujuan agar film mudah diterima oleh penonton baik secara

naratif maupun sinematik.

Genre memiliki fungsi untuk memudahkan pengelompokan suatu

film sesuai dengan kategorinya (Himawan Pratista, 2008:10). Genre dapat

juga dibagi kedalam beberapa bagian, seperti genre induk primer, induk

sekunder, serta genre khusus (Himawan Pratista. 2008:11-12).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

18

1. Genre Induk Primer

Pada era 1900-an sampai 1930-an genre induk primer termasuk

kedalam genre pokok yang populer pada awal pertumbuhan sinema. Bisa

dibilang bahwa setiap film yang di produksi minimalnya mengandung salah

satu genre induk primer, namun pada umumnya suatu film memuat

setidaknya beberapa kombinasi genre induk primer sekaligus. Tidak semua

genre induk primer sukses serta tetap populer dari masa ke masa. (Himawan

Pratista 2008:13). Beberapa pembagian genre induk primer ialah genre aksi,

genre drama, genre epik sejarah, genre fantasi, genre horor, genre komedi,

genre musikal, genre petualangan, genre peperangan.

Berdasarkan dari macam-macam genre induk primer, film Yowis

Ben termasuk dalam film yang bergenre drama dan komedi, disebut film

drama karena didalam jalan cerita film Yowis Ben mengandung unsur-unsur

cerita mengenai perjalanan hidup seorang remaja SMA yang tidak

mempunyai seorang ayah namun memiliki sebuah mimpi yang tinggi untuk

pembuktian kepada orang-orang disekitarnya serta membuat bangga sang

ibu. Sepanjang jalan cerita film Yowis Ben mengangkat tema karakter dan

latar belakang film dari kehidupan nyata yang ada di kawasan kota Malang.

Disebut juga sebagai film komedi karena beberapa scene yang terdapat

dalam alur ceritanya mengundang tawa bagi penontonnya, karena dari

karakter Bayu, Nando, Yayan, dan Doni serta beberapa peran pendukung

lainnya memegang ke khas an tersendiri yang menjadikan film Yowis Ben

bisa diterima baik oleh penontonnya. Kombinasi atau gabungan dari kedua

genre tersebut menciptakan alur cerita yang menarik untuk di tonton.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

19

2. Genre induk sekunder

Genre induk sekunder merupakan salah satu genre populer yang

dimana genre ini berasal dari peningkatan atau rangkaian dari genre induk

primer. Perbandingan dengan genre induk primer ialah genre induk

sekunder memiliki karakter dengan ciri-ciri khusus didalamnya (Himawan

Pratista, 2008:21). Beberapa pembagian dari genre induk sekunder adalah

sebagai berikut: genre bencana, genre biografi, detektif, noir, melodrama,

olahraga,perjalanan, roman, superhero, supernatural, spionasi, dan genre

thriller.

Dari penjelasan genre induk sekunder diatas, film Yowis Ben termasuk

dalam film yang bergenre roman, karena dala alur cerita film tidak hanya

menampilkan kehidupan serta kelucuan dari masing-masing tokohnya, namun

juga diikuti dengan kisah percintaan tokoh utama dengan salah seorang sis wi

SMA terpopuler. Kombinasi antara mimpi dan cinta yang disuguhkan dalam

film memunculkan sebuah pilihan yang setiap pilihan mempunyai resiko

masing-masing.

3. Genre khusus

Genre khusus bisa memiliki jumlah hingga ratusan dan dapat pula

dikombinasikan dengan genre induk manapun sesuai dengan isi cerita

pembuatan filmnya. Misalkan film drama, film ini bisa dipecah lagi menjadi

beberapa genre khusus dilihat berdasar tema ceritanya, seperti keluarga,

anak-anak, remaja, cinta, pengadilan, politik, prostitusi, jurnalis, realigi,

tragedi, hari natal dan lain sebagainya. Sedangkan berdasarkan sumber

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

20

cerita, genre drama dapat di pecah lagi menjadi beberapa bagian genre

khusus, seperti adaptasi literatur, kisah nyata, otobiografi, buku harian dan

sebagainya.

Dari pernyataan serta contoh diatas terlihat jelas jika dalam satu genre

bisa berisikan puluhan hingga ratusan judul film. Pengembangan genre akan

selalu mengalami perubahan dan terus berinovasi secara perlahan dan akan

selalu mengikuti perkembang sinema (Himawan Pratista, 2008:27-28).

Berdasarkan dari semua genre film yang telah dijelaskan, fokus dari

film Yowis Ben adalah drama yang menceritakan kehidupan remaja dalam

lingkup keluarga dan sekolah, baik dari segi pertemanan, percintaan serta

persaingan. Pengambilan film mulai dari latar, karakter serta budaya di

adaptasi dari kehidupan remaja yang umumnya terjadi di kawasan kota

Malang. Film Yowis ben merupakan gabungan dari beberapa unsur genre film,

mulai dari genre drama, genre komedi serta genre roman atau percintaan.

Melalui bermacam-macam jenis serta genre film, film yang pada

umumnya akan selalu menyampaikan sebuah pesan-pesan yang mengadung

kebaikan, akan tetapi film juga dapat menyampaikan pesan yang berkaitan

dengan sindiran maupun kritikan-kritikan yang ditujuan untuk kalangan

tertentu, seperti kritikan yang ditujukan untuk menyadarkan serta kritikan yang

membangun moral individu-individu tertentu. Sebagai contoh dahulu

Indonesia dikenal sebagai negara yang ramah, berpenduduk penuh etika dan

sopan santun. Masyarakat masih menjunjung tinggi tata krama dalam

pergaulan sebagaimana anak bersikap kepada orang yang lebih tua maupun

hubungan antar teman.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

21

Namun seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan cepat

dalam teknologi informasi telah merubah sebagian besar masyarakat dunia

terutama remaja. Sebagaimana telah diketahui dengan adanya kemajuan

informasi di satu sisi remaja merasa diuntungkan dengan adanya media yang

membahas seputar masalah dan kebutuhan mereka. Namun dari sisi lain

dampak dari kemajuan zaman yang dimana masyarakatnya mulai

mengesampingkan kenyamanan umum sehingga mereka mengabaikan aturan-

aturan yang telah dibuat dan telah diajarkan secara turun temurun juga akan

berdampak kepada moral individu khususnya remaja yang dimana masa-masa

remaja merupakan masa labil sehingga perubahan sedikitpun dari sekitarnya

mampu membawanya ke arah yang negatif. Dengan adanya hal tersebut, film

sebagai media komunikasi massa telah menyumbang peran besar dalam

pembentukan budaya dan gaya hidup yang akan mempengaruhi moral remaja,

baik yang berdampak positif naupun yang akan berakibat negatif. Film juga

dapat menyampaikan kritikan mengenai hal-hal yang seharusnya tidak terjadi

dengan adanya dampak kemajuan zaman, sehingga diharapkan film mampu

menjadi kontrol sosial sebagaimana merupakan salah satu fungsi film.

2.3 Semiotik

Semiotik merupakan metode analisis dimana metode ini digunakan

untuk mengkaji makna atau arti dari suatu tanda atau simbol. Memaknai tanda

atau simbol-simbol ialah dengan cara bagaimana tanda-tanda tersebut

mempersentasikan ide, situasi, keadaan serta perasaan yang dapat digunakan

sebagi alat dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah

manusia dan bersama-sama manusia. Suatu tanda menyimbolkan sesuatu

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

22

selain dirinya sendiri dan makna merupakan hubungan antara sesuatu objek

atau ide dari sesuatu tanda (Sobur, 2014:15) Tanda adalah sesuatu yang bagi

seseorang artinya adalah sesuatu yang lain, atau suatu hal yang mewakili suatu

yang lain dari sesuatu tersebut seperti metafora. Tanda ialah sesuatu yang

bersifat fisik serta dapat dipahami oleh indra manusia. Tanda biasanya

mengacu pada pengamatan oleh penggunanya sehingga dapat disebut tanda.

Segala sesuatu yang bisa dilihat atau dinikmati, atau bisa dibuat teramati maka

bisa disebut dengan tanda. Suatu hal yang dimaksud ini bisa berupa gagasan,

pikiran, pengalaman atau sesuatu yang dialami atau perasaan, dan tanda yang

tidak terbatas pada sebuah objek atau benda. Di mana ada tanda di sana ada

sistem. Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua

aspek yang ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan signifier, bidang

penanda atau bentuk dan aspek lainnya yang disebut signified, bidang petanda

atau konsep atau makna. Aspek kedua terkandung di dalam aspek pertama. Jadi

petanda merupakan konsep atau apa yang dipresentasikan oleh aspek pertama.

Lebih lanjut dikatakannya bahwa penanda terletak pada tingkatan ungkapan

(level of expression) dan mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik

seperti bunyi, huruf, kata, gambar, warna, obyek dan sebagainya.Tanda adalah

perantara yang dapat kita gunakan dalam upaya mencari makna yang

sesungguhnya. Melalui tanda kita mencoba mencari jalan keluar agar

mempunyai landasan dasar atau pegangan.

Secara etimologi menurut Cobley dan Jenz istilah semiotic berasal dari

kata Yunani “Semeion” yang berarti tanda atau “Seme” yang artinya penafsiran

tanda. Dalam buku Alex Sobur, menurut pendapat Eco secara terminology

semiotik dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari runtutan objek-objek

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

23

secara luas, peristiwa-peristiwa, dan seluruh kebudayaan sebagai tanda (Alex

Sobur, 2006:95). Bidang kajian semiotik ialah untuk mempelajari fungsi tanda

dalam teks, yaitu bagaimana memahami sistem tanda yang terdapat pada teks

yang berperan mengarahkan pembacanya agar dapat menangkap pesan yang

terkandung di dalamnya. Dengan kata lain, semiotik berperan melakukan

investigasi terhadap kode-kode yang sengaja dipasang oleh penulis agar

pembaca dapat menembus bilik-bilik makna yang tersimpan dalam sebuah

teks. Ibarat seorang pembaca menunjukkan dimana makna- makna itu

tersimpan dan kemudian dengan bimbingan tanda-tanda baca itu pintu makna

dibuka (Sobur 2014:16). Tujuan dari semiotik tentang pemaknan terhadap

tanda-tanda yang terdapat pada berita, iklan, film dan lain sebagainya.

Sebuah karya seni bisa diamati dengan pendekatan semiotika, terutama

semiotika visual atau rupa. Sebagai pisau analisa semiotika ini bisa digunakan

untuk mengungkapkan tujuan komunikasi pikiran, perasaan, atau ekspresi apa

saja yang disampaikan oleh seniman pada pemirsa melalui komposisi tanda.

Semiotika adalah sebuah displin ilmu yang menelaah tanda termasuk pada

pengertian simbol, indek dan ikon. Serta karya seni yang merupakan komposisi

tanda, baik secara verbal maupun non verbal. Salah satu karya seni yang

banyak dianalisis menggunakan semiotik adalah film, dalam semiotika film

dikaji lewat sistem tanda dalam film yang selalu menggunakan bahasa verbal

serta non verbal sehingga menjadikan film menarik untuk diteliti.

2.3.1 Model-Model Semiotika

Semiotika merupakan analisis yang berusaha menemukan suatu makna

dari suatu tanda. Dalam semiotik model-model berfokus pada proses

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

24

komunikasi yang disebutkan oleh Fiske sebagai model-model struktural, model

struktural ini lebih memfokuskan perhatian pada serangkaian analisis yang

terstruktur yang memungkinkan sebuah pesan menandai sesuatu (Suprapto,

2011:94).

Dari penjabaran singkat diatas, peneliti dapat memahami bahwa untuk

menemukan makna maka dibutuhkan sebuah model. Terdapat dua model yang

paling berpengaruh yang pertama model dari filsuf dan ahli logika CS Pierce,

Ogden dan Richart serta model yang kedua dari ahli linguistik yaitu Saussure.

Namun dalam penelitian ini kedua model tersebut tidak akan dibahas begitu

mendalam, karena peneliti akan menggunakan model Roland Barthes yang

merupakan penerus dari pemikiran Saussure.

Pierce menjelaskan tiga teori semiotik yang utama, yaitu tanda, acuan tanda,

dan penggunaan tanda atau biasa disebut dengan teori segitiga makna

(Krisyantono, 2016:265).

Pierce menggambarkan hubungan ketiga elemen sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Segitiga Makna Pierce (Marcel Danesi, 2011)

Gambar diatas menjelaskan bahwa masing-masing sebutan dapat

dipahami hanya melalui keterkaitan antar satu dengan yang lain. Apabila ketiga

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

25

elemen makna tersebut berinteraksi kedalam pemikiran seseorang, maka

munculah makna tentang sesuatu yang diwakilkan oleh tanda tersebut

(suprapto, 2011:94).

Sedangkan Saussure menempatkan tanda dengan melakukan pemilihan

antara signifier (penanda) dengan signified (petanda). Penanda merupakan

bunyi yang memiliki makna atau material yakni apa yang dikatakan, ditulis,

dan dibaca. Sedangkan petanda merupakan gambaran mental dari bahasa.

Gambaran Saussure untuk signifier dan signified sebagai berikut:

Sign

signifier signification referent

signified (external reality)

Gambar 2.2 Model semiotik Saussure, Sumber: McQuail, 2000:312 Signifier dan signified memiliki hubungan sebagai produk kultural.

Hubungan diantara keduanya adalah kesepakatan atau peraturan yang dibuat

dari kultur pemakai bahasa tersebut.

Berdasarkandari pemaknaan diatas maka petanda-petanda merupakan

konsep mental yang digunakan untuk membagi realitas

dan

mengkelompokannya sehingga dapat memahami realitas tersebut. Kultur yang

terdapat dalam masyarakat sengaja dibuat oleh manusia sebagai petanda yang

dimiliki masyarakat tersebut (Suprapto, 2011:101).

composed of

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

26

2.3.2 Model Semiotik Roland Barthes

Roland Barthes adalah seorang pemikir strukturalis yang meneruskan

model pemikiran Saussure. Barthes juga dikenal sebagai intelektual dan

kritikus sastra Prancis yang tersohor, tokoh penerapan strukturalisme serta

semiotika pada studi sastra (Sobur, 2003:63).

Semiotik pada dasarnya berusaha menggali sistem tanda yang

menyusun teks yang memilki arti rumit, tersembunyi serta yang bergantung

pada kebudayaan. Dalam hal ini kemudian memunculkan perhatian pada

makna konotasi serta denotasi (Sobur, 2014:126). Roland Barthes adalah salah

satu pakar semiotik yang memusatkan permasalahan semiotik ke dalam dua

makna. Memaknai berarti memaknai objek-objek tidak hanya membawa

informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga

mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes, 1998:179 dalam buku

Kurniawan, 2001:53).

Dalam terminologi Barthes, segala jenis budaya populer apapun bisa

diuraikan kodenya melalui membaca tanda-tanda di dalam teks. Tanda-tanda

tersebut adalah hak independen pembaca maupun penontonnya. Saat sebuah

karya telah selesai dibuat, maka makna yang dikandung karya tersebut bukan

lagi miliknya, melainkan milik pembaca atau penontonnya untuk

mendefinisikannya (Irwansyah, 2009:42). Sedangkan menurut Barthes

representasi memperlihatkan bahwa pemberian makna tersebut mencakup

seluruh sistem tanda serta mendaur ulang berbagai makna yang tersimpan

dalam-dalam, hal inilah yang kemudian dinamakan struktur (Danesi, 2010:28).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

27

Sehingga dalam semiotik Barthes, proses representasi itu berpusat pada makna

denotasi, konotasi, dan mitos. Barthes menyebutkan bahwa fenomena atau

kejadian yang membawa tanda dan konotasinya untuk membagi pesan tertentu

sebagai penciptaan mitos.

Model pemikiran Saussure diteruskan oleh Barthes dengan

memberikan penekanan pada hubungan interaksi antar teks dengan kultur dan

pengalaman pribadi masing-masing pemakainya antara interaksi konveksi

dalam teks dengan konveksi yang diinginkan dan dialami. Gagasan dari

Roland Barthes ini dikenal dengan “two order of signification” (signifikasi dua

tahap).

Dari gambar diatas dalam bukunya Fiske, Barthes menjabarkan bahwa

denotasi merupakan signifikasi tahap pertama yang saling berhubungan antara

signifier dan signified di dalam sebuah tanda terdapat realitas eksternal.

Sedangkan signifikasi tahap kedua Barthes sebut dengan konotasi. Berangkat

dari point tersebut dapat dijelaskan bahwa terjadinya interaksi ketika tanda

tersebut masuk kedalaam perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai

Gambar 2.3 Model Semiotik Roland Barthes

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

28

dari kebudayaannya. Pada signifikasi tahap kedua yang berkaitan dengan isi,

tanda bekerja melalui mitos (Sobur, 2004:127).

Dalam penelitian semiotika proses penelitian dengan menggunakan

ilmu pengetahuan tidaklah semudah dengan penelitian yang menggunakan

semiotika, karena hasil-hasil dari penelitian semiotika, peneliti harus melewati

bebrbagi tahapan beripikir secara krisis ilmiah dimana seorang peneliti

memulai pemikiran secara induktif, yaitu mampu menemukan tanda-tanda

maupun kode-kode sosial yang melalui proses pengamatan visual dan

kemudian berusaha melakukan teorisasi berdasarkan dari apa yang telah

diamati. Dari bermacam uaraian mengenai semiotik, maka peneliti

menggunakan teori semiotik dari Roland Barthes.

2.3.3 Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos

Montage merupakan proses dimana film mengalami proses pemilihan,

editing yang akhirnya menghasilkan kesatuan scene yang sempurna.

Potonganpotongan scene merupakan bagian dari film yang mampu

mengkomunikasikan makna. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan

dua cara yaitu secara denotasi dan konotasi.

Makna yang dikemukakan oleh Barthes mempunyai makna yang

berbeda dengan makna pada umumnya. Jika pada umumnya makna denotasi

merupakan makna yang sesungguhnya dan digunakan sebagai penunjuk yang

mengacu pada penggunaan bahasa yang memiliki arti sesuai dengan apa yang

diucapkan, namun menurut Rolan Barthes pengertian denotasi merupakan

sistem signifikasi tingkat pertama serta konotasi pada tingkat kedua. Dalam

kasus ini denotasi lebih dimaknai dengan ketertutupan makna. Sebagai akibat

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

29

yang paling ekstrim dalam melawan keharfiahan denotasi yang bersifat

operatif. (Budiman, dalam Sobur, 2003:70-71)

Gambar serta suara dalam film diibaratkan seperti bahasa yang tertulis

yang memiliki makna denotasi. Film dapat mengkomunikasikan pemahaman

yang terkadang tidak bisa dijelaskan secara lisan maupun secara tertulis. Hal

ini disebabkan karena film dapat memberi kita gambaran yang hampir

mendekati kenyataan. Dengan penggunaan bahasa mungkin akan lebih baik

namun ketika berurusan dengan dunia ide dan abstraksi yang tidak nyata,

namun tidak terlalu mampu menyampaikan informasi secara tepat terhadap

realitas fisik.

Ketika kualitas denotatif gambar serta suara yang cukup kuat, cukup

mengherankan ketika mengetahui kemampuan konotatif merupakan bagian

dari bahasa film. Bahkan tidak sedikit konotatif berasal melalui kemampuan

denotatif film, karena film mempunyai kemampuan konotatif yang unik, ia

mampu memunculkan sistem kode yang tandanya berisikan makna-makna

tersembunyi. Ia menghadirkan sistem kode yang tandanya bermuatan

maknamakna tersembunyi. Kekuatan makna tidak terletak pada apa yang

dilihat tapi justru apa yang tidak dilihat, sehingga aspek konotasi dalam film

menjadi aspek esensial. Kekuatan makna terlihat pada apa yang tidak terlihat

bukan pada apa yang terlihat sehingga konotasi dalam film merupakan aspek

penting. Tujuan dari para pembuatan film ialah membuat pilihan secara

spesifik seperti pengambilangambar dari sudut angle tertentu, kamera diam

atau bergerak, warna yang dimiliki objek terang atau gelap, baground terlihat

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

30

secara jelas atau suram, dan seterusnya. Dari semua ini memiliki maksud

tertentu (Monaco, 2000:201).

Konotasi bekerja dalam tingkat khusus sehinnga membutukan analisis

yang mendalam untuk dapat menemukannya. Tugas dari konotasi ialah untuk

menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan emosi atau

perasaan penonton dengan nilai-nilai kebudayaannya. Menurut Barthes

konotasi merupakan bagian dari mitologi atau ideologi, dimana dalam

kerangka Barthes konotasi identik dengan operasi ideologi yang sebutnya

“mitos” serta berfungsi sebagai cara mengungkapkan dan memberikan

pembenaran bagi nilai-nilai yang sedang berlaku pada periode tertentu

(Budiman, dalam Sobur, 2003:71).

Barthes menyebut mitos sebagai tipe wicara yang masuk ke dalam

sistem komunikasi dan mitos adalah sebuah pesan. Hal ini memungkinkan

untuk berpandangan bahwa mitos tidak bisa menjadi sebuah objek, konsep,

ataupun ide. Mitos adalah cara penandaan sebuah bentuk, segala sesuatu bisa

menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana.

Dalam mitos terdapat pola tiga dimensi yang disebut Barthes sebagai

penanda, petanda dan tanda. Hal tersebut dapat dilihat dari peta tanda Barthes

yang telah dikutip dari buku karya Alex Sobur:

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

31

Gambar 2.4 Peta Tanda Roland Barthes (Sumber Sobur, 2003:69)

Menurut tabel Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3)

tesususn atas penanda (1) serta pertanda (2). Namun pada saat bersamaan tanda

denotatif juga sebagai penanda konotatif. Dengan kata lain, hal tersebut

merupakan unsur material: hanya saja kalau jika kita mengenal tanda ”singa”,

barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi

mungkin (Colbey dan Janzs, 1999 dalam Sobur 2003, hal.69). Jadi tanda

konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung

kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.

2.4 Makna Pesan Moral

Pesan Moral adalah pelajaran moral atau pesan yang di dapat dari suatu

kejadian, pengalaman seseorang, atau dari sebuah Film yang dapat

memberikan pelajaran hidup bagi penonton dan bagi orang lain. Isi dari pesan

moral akan selalu berupa nilai-nilai yang baik sehingga penerima pesan bisa

menjadikannya sebagai teladan atau contoh.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

32

Pesan moral yakni pesan yang memang secara sengaja di masukkan

dalam suatu karya yang dimana didalamnya memperlihatkan nila-nilai

kebaikan yang ditampilkan secara langsung maupun secara tidak langsung

(implisit). Membicarakan pesan (message) dalam proses komunikasi, kita tidak

bisa lepas dari apa yang disebut simbol dan kode, karena pesan dikirim

komunikator kepada penerima terdiri atas rangkai simbol dan kode. Simbol

adalah suatu proses komunikasi yang dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya

yang berkembang pada suatu masyarakat. Sebagai makhluk sosial dan makhluk

komunikasi, manusia dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol,

baik yang diciptakan oleh manusia itu maupun yang bersifat alami. Secara

umum, jenis simbol dan kode pesan terbagi menjadi dua yaitu pesan verbal

serta pesan non verbal. Pesan verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya

menggunakan kata-kata, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan

apa yang didengarnya. Sedangkan Pesan nonverbal menurut Cangara

(2004:99) bahwa pesan non-verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya

tidak menggunakan kata-kata secara langsung, dan dapat dipahami isinya oleh

penerima berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku, mimik wajah, atau ekspresi

muka pengirim pesan. Pada pesan non-verbal mengandalkan indera

penglihatan sebagai penangkap stimuli yang timbul. pesan nonverbal bisa

disebut bahasa isyarat atau gesture atau bahasa diam.

Sedangkan jika berbicara mengenai moral, moral merupakan suatu hal

yang mampu mendorong manusia untuk melaksanakan sikap yang baik sebagai

norma atau kewajiban. Moral bisa diartikan sebagai sarana untuk

memperkirakan benar tidaknya tindakan yang dilakukan oleh manusia

(Sjarkawi, 2006:28).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

33

Moral bisa juga diartikan sebagai aturan-aturan yang mampu mengatur

perilaku setiap individu dalam menjalin hubungan antar masyarakat sekitar.

Sehingga moral merupakan hal yang wajib dimiliki oleh setiap individu.

Masing-masing tindakana individu harus mempunyai suatu batasan serta

aturan yang mengikat, sehingga mampu meminimalisir perilaku yang

menyimpang dari batasan norma dan nilai masyarakat. Tindakan seseorang

harus mengikuti batas wajar yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat.

Sehingga moral bisa diterjemahkan sebagai perilaku serta tindakan yang

dimiliki oleh setiap manusia yang sesuai dengan norma, nilai, serta hukum

masyarakat sehingga menciptakan individu yang baik sesuai dengan aturan

serta mempunyai moral yang baik serta tidak menyimpang. Jika ditemukan ada

perilaku individu yang menyimpang dari yang seharusnya, hal tersebut

disebabkan keluarnya individu dari batasan aturan yang ada.

Perilaku moral adalah perilaku yang mengikuti kode moral kelompok

masyarakat tertentu. Moral dalam hal ini berarti adat kebiasaan atau tradisi.

Perilaku tidak bermoral berarti perilaku yang gagal mematuhi harapan

kelompok sosial tersebut. Ketidakpatuhan ini bukan karena ketidakmampuan

memahami harapan kelompok tersebut, tetapi lebih disebabkan oleh

ketidaksetujuan terhadap harapan kelompok sosial tersebut, atau karena kurang

merasa wajib untuk mematuhinya. Perilaku di luar kesadaran moral adalah

perilaku yang menyimpang dari harapan kelompok sosial yang lebih

disebabkan oleh ketidakmampuan yang bersangkutan dalam memahami

harapan kelompok sosial. Perkembangan moral bergantung pada

perkembangan intelektual seseorang. Ajaran moral menetapkan bagaimana

manusia harus hidup, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak. Sedangkan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

34

etika membantu seseorang untuk mengerti. Dengan kata lain, Etika sebagai

ilmu menuntut manusia untuk berperilaku moral secara kritis dan rasional.

Membicarakan tentang etika, etika merupakan disiplin ilmu yang

berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat kebiasaan, nilai-nilai, dan

norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik. Dalam arti yang

lebih luas etika diartikan keseluruhan mengenai norma dan penelitian yang

dipergunakan oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia

seharusnya menjalankan kehidupannya (Suseno, 2001:6). Etika menuntut

seseorang melakukan ajaran moral tertentu karena manusia sendiri tahu dan

sadar bahwa hal itu memang baik baginya sendiri dan orang lain. Manusia

sadar secara kritis dan rasional bahwa memang sepantasnya bertindak seperti

itu atau sebaliknya, jika pada akhirnya bertindak tidak sesuai dengan ajaran

moral tertentu, hal itu dilakukan karena alasan-alasan tertentu yang dapat

dipertanggung jawabkan secara moral. Jadi etika berusaha untuk mengerti apa,

atau atas dasar apa manusia harus hidup menurut norma-norma tertentu.

Sedangkan ajaran moral dapat diibaratkan dengan buku petunjuk tentang

seseorang memperlakukan hidup dengan baik

Kebutuhan akan etika muncul dalam suatu masyarakat, apabila sistem

norma-norma adat tradisional mulai dipersoalkan. Pada saat itulah orang mulai

menjadi bingung. Manusia tidak lagi tahu dengan pasti pada ukuran mana dapat

menilai sikap dan tindakan-nya. Norma-norma tradisional mulai diragukan

apabila sistem-sistem normatif masuk ke dalam lingkungannya. Dalam situasi

itu perlu adanya suatu ukuran bukan hanya bagi tindakan manusia, melainkan

bagi norma-norma tindakan manusia. Harus ada ukuran untuk dapat diketahui

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

35

apakah suatu norma moral tepat atau tidak. Maka di sini etika adalah sebagai

seni berargumentasi di bidang moral.

Etika dibagi atas etika umum dan etika khusus. Etika umum

berhubungan dengan keadaan dasar tentang tindakan manusia secara etis.

Selain itu, juga berkaitan dengan bagaimana manusia mengambil suatu

keputusan etis tersebut dan juga teori-teori dalam etika serta prinsip moral

dasar yang dijadikan pegangan oleh manusia dalam berbuat. Sehingga, adanya

etika di sini menjadi tolak ukur atas baik buruknya suatu tindakan. Sedangkan

untuk etika khusus di sini merupakan suatu penerapan dari prinsip moral di

dalam kehidupan manusia secara khusus. Misalnya, bagaimana seseorang

mengambil suatu keputusan dan bertindak dalam kehidupannya. Selain itu juga

menentukan kegiatan khusus yang mesti dilakukan dengan prinsip moral dasar

yang ada (suseno, 1987:22).

Etika khusus di atas kemudian masih dibagi lagi menjadi dua bagian,

yaitu etika individual dan etika sosial. Etika Individual merupakan etika yang

berkaitan dengan kewajiban dan sikap dari manusia terhadap diri mereka

sendiri. Sedangkan etika sosial merupakan etika yang berhubungan dengan

kewajiban, sikap dan juga perilaku manusia sebagai umat manusia.

Sedangkan dari jenisnya, Menurut Keraf. A. Sonny (1991:23) dalam

mempelajari tingkat baik serta buruknya suatu tingkah laku yang ada hidup

didalam masyarakat maka etika dapat digolongkan menjadi beberapa jenis

etika, yaitu:

a. Etika Deskriptif

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

36

Etika ini ialah perilaku atau tindakan yang penilainnya berdsarkan dari

norma yang berkembang serta tumbuh dalam kehidupan bersama dalam suatu

masyarakat. Kondisi ini biasanya didasari kebiasaan yang sudah ada

sebelumnya dan digunakan sebagai acuan etis oleh masayarat. Suatu tindakan

seseorang dikatakan etis atau tidaknya tergantung dari kesamaannya dengan

kebayakan orang lakukan.

Etika deskriptif memiliki dua bagian yang sangat penting, bagian ini

muncul apabila orang menerapkan metode historik dalam etika deksriptif.

Dalam hal ini yang di selidiki ialah pendirian mengenai baik serta buruk, norma

kesusilaan yang berlaku serta cita-cita kesusilaan yang dipercaya serta dianut

oleng suatu bangsa apakah diterima serta bagaimana cara mengolahnya. Yang

kedua adalah fenomenologi kesusilaan. Dalam hal ini fenomenologi digunakan

dalam arti seperti ilmu pengetahuan agama. Fenomenologi agama menggali

makna keagamaan dari gejala keagamaan, mencari logos, rangakaian batiniah

yang dapat mempersatukan gejalagejala ini dalam keselarasan tersembunyi dan

penataan yang mengandung makna.

Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan

perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya

sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara

mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia

sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya.

Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau

tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu

memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

37

b. Etika Normatif

Kelompok ini mendasarkan diri pada sifat hakiki kesusilaan bahwa di

dalam perilaku serta tanggapan- tanggapan kesusilaannya, manusia

menjadikan norma- norma kesusilaan sebagai panutannya. Etika menetapkan

bahwa manusia memakai norma-norma sebagai panutannya, tetapi tidak

memberikan tanggapan mengenai kelayakan ukuran-ukuran kesusilaan. Sah

atau tidaknya norma- norma tetap tidak dipersoalkan yang di perhatikan hanya

berlakunya (H. De vos, 1987:8-10).

Etika normatif tidak hanya menggambarkan susunan formal kesusilaan,

ia juga menunjukan perilaku manakah yang baik dan mana yang buruk. Etika

normatif menampilkan kenyataan yang tidak dapat ditangkap dan di verifikasi

secara empirik.

Etika yang berusaha mencerna dan memberikan penilaian etis atau

tidak, tergantung dengan kesesuaian norma-norma yang sudah ada dan

dilakukan oleh suatu masyarakat. Norma rujukan yang digunakan untuk

menilai tindakan wujudnya bisa berupa tata tertib, dan juga kode etik profesi.

c. Etika Deontologi

Etika deontologi ialah tindakan yang baik buruknya berdasarkan

tindakan tersebut sesuai atu tidak dengan kewajiban, dengan kata lain tidnakan

tersebut dikatakan baik karna memang baik pada dirinya sneidir sehingga

merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan. Dan sebaliknya ketika suatu

tindakan dinilai buruk secara moral ketika tindakan tersebut memang buruk

secara moral sehingga tidak menjadi suatu kewajiban untuk dilakukan.

Bersikap adil merupakan tindakan yang baik dan sudah menjadi kewajiban kita

untuk bertindak demikian.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

38

Etika deontologi tidak pernah mempersoalkan akibat dari tindakan baik

ataukah buruk. Akibat yang ditumbulkan tidak pernah diperhitungkan untuk

menentukan kualitas moral suatu tindakan. Bernagkat dari dasar tersebut, etika

ini sangat menekankan motivasi, kemauan baik serta watak yang kuat untuk

bertindak sesuai dengan kewajiba (Keraf. A. Sonny, 2002:9)

Etika deontologi menegaskan kepada kewajiban manusia untuk

bertindak secara baik, sehingga maksud dari etika ini adalah tindakan dikatakan

baik maupun buruk bukan karena tindakan tersebut mendatangkan akibat baik,

namun berdasarkan tindakan itu baik untuk dirinya sendiri.

d. Etika Teleologi

Etika teleologi menilai baik buruknya tindakan berdasarkan tujuan atau

akibat dari tindakan tersebut. Suatu tindakan dikatakan baik ketika mempunyai

tujuan dan mendatangkan akibat baik.

Dengan begitu dapat dikatakan bahwa etika teleologi lebih cenderung

bersifat situasioanl dan subyektif. Kita dapat bertindak dalam situasi yang lain

tergantung pada penilaian kita terhadap akibat dari tindakan tesebut. Demikian

juga suatu tindakan yang sudah jelas bertentangan dengan norma dan nilai

moral dapat dibenarkan oleh teleologi hanya dikarenakan tindakan tersebut

membawa dampak baik (Keraf. A. Sonny, 2002:15).

e. Etika Keutamaan

Etika keutamaan tidak mempermasalahkan akibat dari suatu tindakan

serta tidak mendasarkan penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum

moral universal. Keutamaan dari etika ini ialah mengedepankan

pengembangan karakter moral pada setiap masingmasing individu.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

39

Hubungannya dengan hal ini adalah sebagaimana yang dikatakan oleh

Aristoteles, nilai moral didapatkan serta muncul melalui hidup pada suatu

masyarakat, berangkat dari contoh hidup dan teladan yang dicontohkan oleh

para tokoh besar dalam masyarakat untuk menghadapi dan memcari solusi dari

persoalan-persoalan hidup.

Dengan begitu, etika keutamaan lebih menekankan kepada pentingnya

sejarah kebehatan moral dari para tokoh besar terdahulu dan dari cerita

dongeng maupun sastra yang mempelajari tentang nilai serta keutamaan, serta

berusaha memahami dan mempraktekan seperti yang sudah dilakukan tokoh

dalam sejarah, dalam cerita, maupun dalam kehidupan masyarakat.

Etika keutamaan sangat menghargai kebebasan serta rasionalisme

manusia, karena pesan moral hanya disampaikan melalui cerita dan teladan

hidup dari para tokoh terdahulu lalu membiarkan setiap orang menangkap akal

budinya untuk memaknai pesan moral itu yang berarti terbuka kemungkinan

setiap orang mengambil pesan moral yang khas bagi dirinya, serta melalui itu,

kehidupan moral menjadi sangat kaya oleh berbagai macam penafsiran

(Keraf.A. Sonny, 2002:22-24).

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massaeprints.umm.ac.id/65409/3/BAB II.pdf · 2. Film Fiksi Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot. Dimana sering menggunakan

40

2.4 Fokus Penelitian

Penelitiaan ini berfokus pada makna pesan moral yang disampaikan

dalam filmYowis Ben. Dalam pengungkapan maknanya, peneliti melihat pada

aspek etika yang ditampilkan secara audio visual. Adapun audio yang dimaksud

meliputi komunikasi verbal berupa ungkapan yang disampaikan dari anak muda

kepada orang yang lebih tua, yang baik buruknya mencerminkan perilaku anak.

Sedangkan secara visual yang dimaksud meliputi komunikasi non verbal yakni

berupa potongan gambar scene yang menggambarkan baik buruknya perilaku

anak.