bab ii tinjauan pustaka 2.1 gerakan sosial

13
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gerakan Sosial Konsep gerakan sosial secara teoritis merupakan sebuah gerakan yang terbangun berdasarkan prakarsa masyarakat dengan tujuan untuk melontarkan tuntutan atas perubahan dalam institusi maupun kebijakan dari pemerintah yang dirasa sudah maupun tidak sesuai lagi dengan kehendak sebagian mayarakat. Jurgen Habermas, dalam karya kutipan Pasuk Phongpaichit (2004) mendefinisikan bahwa Gerakan Sosial yaitu hubungan defensif individu- individu untuk melindungi ruang publik dan private mereka dengan melawan serbuan dari sistem Negara dan pasar. Gerakan sosial menurut Anthony Giddens dalam karya Fadhillah (2006) didefinisikan sebagai upaya kolektif untuk mencapai kepentingan maupun tujuan bersama melalui tindakan kolektif terlepas dari intervensi dari lembaga-lembaga yang mapan. Lebih rinci, Kaih (2002) menyatakan bahwa gerakan sosial dapat diartikan sebagai kelompok informal yang terorganisir dengan upaya mencapai tujuan sosial terkhusus dalam kaitanya merubah struktur maupun nilai sosial. Pendapat serupa juga diutarakan oleh Mayer dan Tarrow (1998) mendefinisikan gerakan sosial sebagai politik perlawanan yang dilakukan oleh rakyat biasa yang bergabung dengan kelompok masyarakat yang lebih berpengaruh. Mirsel (2004) dalam bukunya yang berjudul Teori Pergerakan Sosial mendefenisikan Gerakan sosial sebagai seperangkat keyakinan serta tindakan tak terlembaga yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memajukan ataupun menghalangi perubahan dalam masyarakat. Mayer dan Tarrow (1998) dalam karya Sosial Movement Society mendefinisikan gerakan sosial secara inklusif, yakni Tantangan-tantangan bersama yang didasarkan atas tujuan dan solidaritas

Upload: others

Post on 13-May-2022

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gerakan Sosial

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gerakan Sosial

Konsep gerakan sosial secara teoritis merupakan sebuah gerakan yang

terbangun berdasarkan prakarsa masyarakat dengan tujuan untuk melontarkan

tuntutan atas perubahan dalam institusi maupun kebijakan dari pemerintah yang

dirasa sudah maupun tidak sesuai lagi dengan kehendak sebagian mayarakat.

Jurgen Habermas, dalam karya kutipan Pasuk Phongpaichit (2004)

mendefinisikan bahwa Gerakan Sosial yaitu hubungan defensif individu- individu

untuk melindungi ruang publik dan private mereka dengan melawan serbuan dari

sistem Negara dan pasar.

Gerakan sosial menurut Anthony Giddens dalam karya Fadhillah (2006)

didefinisikan sebagai upaya kolektif untuk mencapai kepentingan maupun tujuan

bersama melalui tindakan kolektif terlepas dari intervensi dari lembaga-lembaga

yang mapan. Lebih rinci, Kaih (2002) menyatakan bahwa gerakan sosial dapat

diartikan sebagai kelompok informal yang terorganisir dengan upaya mencapai

tujuan sosial terkhusus dalam kaitanya merubah struktur maupun nilai sosial.

Pendapat serupa juga diutarakan oleh Mayer dan Tarrow (1998) mendefinisikan

gerakan sosial sebagai politik perlawanan yang dilakukan oleh rakyat biasa yang

bergabung dengan kelompok masyarakat yang lebih berpengaruh.

Mirsel (2004) dalam bukunya yang berjudul Teori Pergerakan Sosial

mendefenisikan Gerakan sosial sebagai seperangkat keyakinan serta tindakan tak

terlembaga yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memajukan ataupun

menghalangi perubahan dalam masyarakat. Mayer dan Tarrow (1998) dalam

karya Sosial Movement Society mendefinisikan gerakan sosial secara inklusif,

yakni Tantangan-tantangan bersama yang didasarkan atas tujuan dan solidaritas

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gerakan Sosial

8

bersama dalam interaksi yang berkelanjutan dengan kelompok elit, saingan atau

musuh, dan pemegang otoritas.

Adapun dua sisi yang menonjol dari definisi gerakan sosial tersebut, yaitu

: pertama, upaya-upaya terorganisasi untuk mengadakan perubahan didalam

kelembagaan melalui gerakan sosial yang melibatkan “tantangan kolektif”.

Tantangan tersebut sering kali berfokus pada kebijakan-kebijakan publik, atau

diarahkan sebagai patokan mengawali perubahan yang lebih luas dalam struktur,

lembaga sosial dan politik, distribusi jaminan sosial, serta konseptualisasi

mengenai hak-hak dan tanggung jawab sosial dan politik. Kedua, gerakan sosial

memiliki tujuan bersifat politis dalam kaitanya mencangkup perubahan didalam

distribusi kekuasaan dan wewenang. Tujuan-tujuan politis ini hanya mungkin

dicapai lewat interaksi-interaksi yang terus-menerus, berkelanjutan, dengan aktor-

aktor politik di luar gerakan, yang terpenting di antaranya adalah sekutu-sekutu

dan pesaing-pesaing politik dan pemegang otoritas kekuasaan.

Selain itu Denny JA dalam karya Fauzi (2005) menjelaskan tentang hal-

hal yang mempengaruhi lahirnya sebuah gerakan sosial, yaitu :

1. Gerakan sosial dilahirkan dengan kondisi yang memberikan kesempatan

bagi gerakan itu. Seperti halnya pemerintahan yang moderat cenderung

lebih memberikan kesempatan besar bagi kelahiran gerakan sosial

ketimbang pemerintahan yang sangat otoriter.

2. Gerakan sosial timbul karena meluasnya ketidakpuasan atas situasi yang

ada. Seperti contohnya urbanisasi. Perubahan dari masyarakat tradisonal

ke masyarakat modern yang tidak diimbangi dengan persiapan yang

matang akan berdampak pada perubahan sosial yang menimbulkan

kesenjangan ekonomi yang semakin meluas antara si kaya dan si miskin,

kesenjangan serta kelunturan nilai-nilai yang sudah diagungkan, serta

krisis indentitas sosial.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gerakan Sosial

9

2.1.1. Gerakan sosial Transformatif

Abrele (1966) Gerakan sosial transformatif memiliki tujuan untuk

mengubah masyarakat secara menyeluruh, atau menggiring gerakan sosial ke

ranah yang lebih luas dan bertujuan untuk menjalankan suatu kepentingan dengan

suatu perubahan sosial yang diharapkan. dengan dimensi yang kompleks seperti

isu lingkungan, HAM, gender dan sebagainya yang menjadi tahap awal gerakan

sosial baru. Contoh yang bisa diambil dari gerakan ini adalah gerakan untuk

memperjuangkan kemerdekaan yang dilakukan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Seperti contohnya gerakan kaum palu merah yang bertujuan untuk menciptakan

masyarakat komunis di Bambodia dengan langkah melakukan rursalisasi,

menggiring penduduk kota di pindahkan ke desa dan lebih dari satu juta

masyarakat Bambodia kehilangan nyawa karena dibunuh kaum palu merah,

menderita kelaparan atau sakit merupakan contoh ekstrim gerakan transformatife.

Gerakan yang dilancarkan oleh rezim komunis di Uni Soviet pada tahun 30-an

serta di Tiongkok sejak akhir 40-an dengan tujuan mengubah masyarakat menjadi

masyarakat komunis yang mengakibatkan perlawanan dari masyarakat kelas

bawah terhadap diskriminasi yang telah dilakukan oleh masyarakat kelas atas.

2.2. Modal Sosial

Pada awalnya, istilah modal oleh para pemikir ekonomi lebih merujuk

kepada hal-hal ekonomis yang mengartikan bahwa modal diartikan sebagai

sejumlah uang yang terkumpul dan dapat diinvestasikan dengan harrapan akan

mendapatkan keuntungan dimasa depan (Field, 2011: 10). Namun seiring dengan

perkembangan jaman, konsep modal telah banyak ditemukan oleh para ilmuan-

ilmuan baru, seperti modal sosial yang menghasilkan kesejahteraan lewat nilai-

nilai yang dimiliki bersama. Modal sosial juga merupakan prasyarat bagi seluruh

bentuk upaya kelompok yang terjadi dalam masyarakat modern. (Fukuyama,

2002: 19).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gerakan Sosial

10

Modal sosial atau sosial capital merupakan istilah baru yang

dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman tentang

komunitas dan masyarakat dalam kajian sosiologi. Modal sosial menjadi

perbincangan menarik bagi ahli-ahli sosial dan pembangunan pada awal

tahun1990-an. Pada awalnya modal sosial dikembangkan oleh seorang sosiolog

Prancis bernama Pierre Bourdieu serta seorang sosiolog AmerikaSerikat bernama

James Coleman. Mereka mendefinisikkan modal sosial sebagai kemampuan

masyarakat untuk bekerja sama dengan tujuan mencapai harapan-harapan bersama

didalam berbagai kelompok dan organisasi (dalam Fukuyama, 2007: 12) Modal

sosial memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kekuatan-kekuatan komunitas

yang dikonstruksikan oleh individu atau kelompok dengan acuan struktur sosial

yang menurut penilaian bersama diharapkan dan dianggap dapat mencapai tujuan

indivudal ataupun kelompok secara efektif dan efisien dengan modal-modal

lainnya (Lawang, 2005:24).

Modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial seperti jaringan, norma,

dan kepercayaan yang mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih

efektif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama (dalam Field, 2011: 51). Modal

sosial dirumuskan dengan mengacu pada ciri-ciri organisasi sosial, seperti

jaringan, norma-norma, dan kepercayaan yang menfasilitasi koordinasi kerjasama

untuk sesuatu yang manfaatnya bisa dirasakan secara bersama-sama (mutual

benafit). Modal sosial dalam bentuk struktur masyarakat yang horizontal (yang

kemudian melahirkan asosiasi-asiosiasi horisontal) berperan penting dalam

mendukung kemajuan ekonomi. Konsep modal sosial menawarkan pentingnya

suatu hubungan, dengan membangun hubungan antar satu sama lain serta

memeliharanya agar terjalin terus menerus, setiap individu dapat bekerjasama

untuk memperoleh hal-hal yang sebelumnya pernah tercapai serta dapat

meminimallisasikan kesulitan-kesulitan besar. Modal sosial menentukan

bagaimana orang dapat bekerja sama dengan mudah untuk mencapai harapan

bersama.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gerakan Sosial

11

Kepemilikan modal kolektif dari modal sosial inilah yang akan

mendapatkan kepemilikan modal bersama. Tanpa disadari, relasi yang terbangun

menciptakan rasa memiliki antar individu atau kelompok dan hal ini akan menjadi

ikatan yang berlangsung lama, beriringan dengan itu pula, segala modal dan

kepemilikan yang ada menjadi milik bersama (Bourdieu, 1984:127).

Dalam prespektif Fukuyama (2002: 22) modal sosial didefinisikan sebagai

rangkaian nillai-nilai atau norma-norma informal yang dimilki bersama dalam

suatu kelompok, yang secara kolektif dimiliki oleh setiap anggotanya. Hal

tersebut memungkinkan terbangunnya kerjasama yang lebih baik diantara mereka

lewat prevelansi kepercayaan yang telah terbangun. Jika para anggota didalam

kelompok mengharapkan anggota lainnya dapat berperilaku jujur dan dapat

dipercaya, maka rasa saling mempercayai akan tumbuh dan semakin kuat. Jika

orang-orang yang bekerja sama dalam sebuah perusahaan dapat saling

mempercayai dan bekerja menurut serangkaian norma etis bersama, maka

berbisnis hanya memerlukan sedikit biaya (Fukuyama, 2007: 38).

Fukuyama (2007:93) Modal sosial dipahami sebagai kemampuan yang

timbul dari adanya kepercayaan dalam sebuah komunitas, dengan kepercayaan

sebuah perusahaan dapat mengukur dan menentukan arah keberhasilanya. Dalam

menjalankan kehidupan ekonomi maupun sektor sosial yang lain, kompentensi

dalam berasosiasi menjadi modal yang sangat penting. Hal tersebut sangat

bergantung pada kondisi di mana anggota ataupun komunitas dapat saling berbagi

untuk mencari titik temu norma-norma dan nilai-nilai bersama, jika nilai serta

norma sudah mencapai keputusan dan konsensus bersama, maka kepentingan-

kepentingan yang bersifat individuaistik dapat tunduk pada kepentingan

komunitas. Nilai-nilai bersama ini akan bangkit dengan apa yang disebut

kepercayaan (Fukuyama, 2007: 13).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gerakan Sosial

12

2.2.1. Trust (Kepercayaan)

Fukuyama mendefinisikan trust sebagai sikap saling mempercayai

dimasyarakat dan saling bersatu dengan yang lain sehingga dapat memberikan

kontribusi pada peningkatan modal sosial. kepercayaan juga merupakan norma-

norma kooperatif yang dibangun dengan kejujuran, kesetiaan, dan kerjasama, dan

hal tersebut tidak terbagi secara merata dimasyarakat. Dalam masyarakat

individualistik, kepercayaan berada pada asosisoasi sukarela. sedangan pada

masyarakat yang bersifat familistik, kepercayaan berada pada jalur keluarga.

Kepercayaan menurut Fukuyama (2007:36) dapat diartikan sebagai

harapan yang muncul dalam sebuah komunitas tentang cara berperilaku,

keteraturan, kejujuan, dan kooperatif berdasarkan norma-norma yang telah

disepakati dan dimiliki bersama. Adanya jaminan tentang kejujuran dalam

komunitas dapat memperkuat rasa solidaritas dan sifat kooperatif dalam

komunitas. Kepercayaan memiliki dua sifat yang dapat diperoleh melalui

hubungan sosial, yakni hubungan vertikal dan horizontal. Hubungan vertikal lebih

ditekankan kepada hubungan dari para pekerja dengan pekerja dan dengan

pengusaha dalam menciptakan hubunga sosial yang baik dilingkup pekerjaan

mereka. Rasa saling percaya yang timbul diantara para pekerja dan pengusaha

akan menciptakan kerjasama yang baik dan saling menguntungkan diantara kedua

belah pihak. Hubungan yang kedua adalah hubungan horizontal yang merupakan

hubungan sosial antara para pengusaha, pekerja dengan masyarakat disekitar

mereka. Rasa solidaritas yang tinggi lewat kepercayaan dapat terbentuk dari

hubungan-hubungan yang baik diantara sesama pekerja dalam kelompok.

Menurut Fukuyama (2002: 75) Kepercayaan merupakan hal otonom dan

tidak bisa dilihat sebagai kebijakan moral, namun lebih kepada efek samping dari

kebijakan moral sendiri. Kepercayaan muncul ketika masyarakat saling berbagi

norma-norma kejujuran dan ketersediaan untuk saling menolong dan oleh

karenanya mampu bekerja sama satu dengan yang lain. Fukuyama pun

membicarakan potensi merusak modal sosial. Kendati studi awalnya tentang

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gerakan Sosial

13

ekonomi kepercayaan berpandangan bahwa modal sosial tidak sekadar kebaikan

publik namun juga demi kebaikan publik, kemudian ia mengakui kelemahan

pendekatan ini. Semakin luas radius kekuasaan menjangkau keluar anggota

kelompok, eksternalitas semakin menyenangkan dan positif, semakin radius

kepercayaan dibatasi pada anggota kelompok sendiri, semakin besar kemungkinan

eksternalitas negatifnya. Runtuhnya kepercayaan disebabkan oleh sikap

mementingkan diri sendiri yang eksesif atau oportunis. Untuk itulah kepercayaan

yang melahirkan rasa menempatkan kepentingan kelompok diatas kepentingan

individu dapat membuat orang-orang bekerjasama lebih efisien dan efektif.

Lawang (2005:55) menyimpulkan inti konsep saling percaya antar satu

sama lain sebagai berikut:

1. Keduanya saling mengenal, hal ini merupakan variabel penting dalam

proses terjadinya rasa saling percaya yang diawali dengan tahapan untuk

mengenal satu sama lain. Tahapan ini oleh beberapa ahli diseebut sebagai

pelumas.

2. Keduanya memiliki nilai yang sama, interaksi sosial memunculkan nilai-

nilai yang sama, hal tersebut dapat dilihat dalam hubungan seperti

persahabatan dan kekeluargaan. Sosialisasi yang dilakukan masyarakat

juga dapat menciptakan nilai bersama.

3. Keduanya memiliki kepentingan yang sama, serta tanpa adanya kehadiran

salah satu pihak dapat berpotensi mendapatkan kegagalan dari pihak yang

terkait.

4. Hanya karena percaya saja, dengan perumpamaan jika A percaya B,

hanya karena B percaya pula dengan A, hal seperti ini disebut sebagai

kepercayaan asumtif, yakni percaya hanya karena percaya saja. Dengan

contoh jika ada orang jawa yang saling bertemu di tempat yang jauh dari

pulau jawa, orang-orang tersebut dapat langsung saling percaya karena

keduanya dari suku yang sama. Rasa saling percaya seperti inidisebut

sebagai generalized trust.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gerakan Sosial

14

5. Kepercayaan akan timbul jika harapan dari masing-masing dapat terpenuhi

karena pelaksanaan tugas kepercayaan, jika A mendapatkan apa yang ia

harapkan dari B karena kepercayaan yang telah diberikan, dan sebaliknya.

6. Kepercayaan fundamental yang ditimbulkan karena komitmen pada janji

untuk memenuhi kewajiban dan melaksanakan tugas dari orang yang telah

mempercayainya, serta setia pada nilai dan norma.

2.2.2. Norm (Norma)

Modal sosial menurut Fukuyama (2007:39) diartikan sebagai sumber

(resource) yang timbul lewat interaksi antara orang-orang dalam sebuah

komunitas. Namun, seringkali pengukuran terhadap modal sosial jarang

melibatkan pengukuran terhadap interaksi itu sendiri. Pengukuran lebih terarah

pada hasil dari interaksi tersebut, seperti terciptanya atau terpeliharanya

kepercayaan antar warga masyarakat. Suatu interaksi dapat terjadi dalam level

individual maupun institusional. Secara individual, interaksi terjadi manakala

relasi intim antara individu terbentuk satu sama lain yang kemudian melahirkan

ikatan emosional. Secara institusional, interaksi dapat lahir pada saat visi dan

tujuan satu organisasi memiliki kesamaan dengan visi dan tujuan organisasi

lainnya, yang juga dapat dikatakan akan memunculkan nilai-nilai dan norma-

norma bersama.

Norma merupakan kesepakatan bersama yang berperan untuk mengontrol

dan menjaga hubungan antara individu dengan individu lainnya dalam kehidupan

bermasyarakat. Norma-norma masyarakat merupakan patokan untuk bersikap dan

berperilaku secara pantas yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar,

yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai suatu tata tertib

(Soekanto, 2007: 198).

Berpatok pada norma-norma dan nilai-niai bersama, asosiasi yang terjadi

diantara para orang dalam suatu institusi ataupun komunitas akan menghasilkan

kepercayaan yang pada giliranya akan memiliki nilai ekonomi yang besar dan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gerakan Sosial

15

terukur. Douglass North (dalam Fukuyama, 2002: 243) menjelaskan bahwa

norma-norma sangat penting untuk mengurangi biaya-biaya transaksi. Jika kita

tidak memiliki norma, maka kita mungkin harus merundingkan aturan-aturan

kepemilikan atas dasar kasus per kasus, sebuah situasi yang tidak kondusif bagi

pertukaran pasar, investasi, maupun pertumbuhan ekonomi.

Menurut Fukuyama (2007:37), terbentuknya norma tidak diciptakan oleh

birokrat maupun pemerintah. Norma terbentuk melalui kebiasaan, tradisi, sejarah,

tokoh panutan yang menjadi dorongan kepada semua orang yang berada didalam

komunitas untuk melakukan tata cara perilaku sesuai dengan kesepakatan

kelompok. Lewat tata cara perilaku bersama kemudian akan timbul modal sosial

secara spontan dalam kerangka menentukan tata aturan yang dapat mengatur

kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok.

Norma kolektif dan simbol yang bermakna sama dapat digunakan

seseorang dalam struktur sosial untuk memprediksi perilaku dan tindakan orang

dalam struktur, dengan asumsi jika dalam pertukaran pertama, keduanya dapat

saling mendapatkan timbal balik yang menguntungkan, maka pertukaran yang

seterusnya akan menciptakan harapan terhadap perolehan keuntungan yang lebih

baik lewat timbal balik. Jika dalam proses pertukaran yang terjalin secara terus-

menerus mampu menghasilkan keuntungan diantara keduanya, maka akan

muncul kewjiban sosial yang membuat hubungan didalam pertukaran dapa

terpelihara dengan baik (Lawang 2005:70).

2.2.3. Network (Jaringan)

Fukuyama (2002: 324) mendefinisikan hubungan dalam jaringan sosial

sebagai sekelompok agen-agen individual yang berbagi norma-norma atau nilai-

nilai informal melampaui nilai-nilai atau norma-norma yang penting untuk

transaksi-transaksi pasar biasa. Jaringan menurut Fukuyama (2005) melibatkan

pertukaran yang bersifat timbal balik yang tidak semata-mata berdasarkan pada

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gerakan Sosial

16

prinsip untung rugi. Hal tersebut mampu terjadi karena pertukaran yang terjadi

dalam jaringan berbasis norma-norma yang bersifat informal yang tidak secara

langsung mengharapkan balasan, namun terdapat harapan tentang manfaat jangka

panjang.

Fukuyama (2002: 332) menjelaskan bahwa melalui hubungan informal

seperti persahabatan atau pertemanan pun, dapat diciptakan jaringan yang

memberikan saluran-saluran alternatif bagi aliran informasi dan ke dalam sebuah

organisasi. Jaringan dengan kepercayaan tinggi akan berfungsi lebih baik dan

lebih mudah daripada dalam jaringan dengan kepercayaan rendah (Field, 2011:

103). Terdapat tiga fungsi jaringan (Lawang 2005:69) yaitu :

1. Fungsi informasi atau media informasi dari jaringan, dengannya setiap

pihak yang terkait dalam jaringan berkemungkinan dapat mengetahui dan

memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah, peluang atau

apapun mengenai kegiatan usaha. Fungsi informasi disebut juga sebagai

fungsi pelumas atau fungsi peluang.

2. Fungsi Akses, mengarah pada kesempatan yang dapat diberikan jaringan

kepada orang lain diluar jaringan, dengan menyediakan suatu barang atau

jasa yang tidak dapat dipenuhi oleh organisasi secara internal.

3. Fungsi Koordinasi, lebih sering dijumpai pada kegiatan-kegiatan informal,

yang dianggap oleh Fukuyama dapat lebih membantu mengatasi masalah

kebuntuan yang disebabkan oleh keterbatasan birokrasi. Fungsi koordinasi

berkaitan pula dengan fungsi jaringan lainnya, sehingga modal sosial

memiliki kontribusi signifikan terhadap kegiatan ekonomi.

Jaringan sosial secara umum mmiiki fungsi ekonomi dan tujuan untuk

mencapai kesejahteraan sosial (Lawang 2005:68). Didalam jaringan terdapat 2

fungsi yakni fungsi ekonomi dan fungsi kesejahteraan sosial. Fungsi ekonomi

terletak pada produktivitas, efektifitas, dan efisiensinya yang tinggi, sedangkan

fungsi kesejahteraan sosial mengarah kepada dampak kebersamaan bersifat

partisipatif yang diperoleh dari suatu pertumbuhan ekonomi.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gerakan Sosial

17

2.3. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Setyanto (2015) dari

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, Progdi Desain

Komunikasi Visual, tentang MAKNA DAN IDEOLOGI PUNK. Inti dari ideologi

Punkadalah pada motto "D.I.Y (Do It Your Self)", motto ini begitu diyakini dan

dihidupi oleh mereka layaknya sebuah ajaran agama. "Do It Your Self" artinya

semua dapat dikerjakan sendiri, ideologi ini muncul karena sifat mereka yang anti

sosial, mereka tidak mempercayai siapapun diluar komunitas Punk, bahkan

kecenderungan ideologi mereka selalu berkaitan dengan perlawanan terhadap

kekuasaan/politik, anti sosial, minoritas, vandalisme, anti hukum, dan segala hal

yang cenderung negatif. Namun dibalik ideologi tersebut sebenarnya ada juga

kandungan yang positif, seperti pola hidup mandiri, berkarya (musik) meski

dalam keterbatasan, Keberanian dalam mengaktualisasikan diri serta kepercayaan

diri yang tinggi.

Motto "Do It Your Self" juga dipahami mereka untuk bertindak seenaknya,

akhirnya dalam menyampaikan aspirasi komunitas Punksering melakukan hal‐hal

yang negatif seperti aksi vandalisme yaitu menaruh atau memuat gambar‐gambar

yang provokatif (dan/atau jorok), memasukkan pesan‐pesan politik,

berkali‐berkali memuat gambar tanpa informasi sumber atau lisensi, seringkali

juga disertai pengrusakan pada fasilitas umum, mengotori jalan dan mengganggu

ketertiban. Mengingat sejarahnya yang kelam, ideologi Punksarat dengan hal‐hal

yang berbau pemberontakan/perlawanan, kebanyakan teraktualisasi menjadi suatu

hal yang negatif, oleh karena itu Punk sebenarnya dekat dengan kriminalitas,

pengangguran, sex bebas, anarki, narkoba, revolusi, dan hal‐hal negatif lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Khasanah

(2008),Punk merupakan komunitas yang memiliki ideologi sosialisme, yang

meneriakkan kepentingan orang-orang tertindas, anti kapitalisme, bebas tanpa ada

aturan yang mengatur segala aktivitas mereka, yang berpegang pada prinsip asal

tidak merugikan orang lain.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gerakan Sosial

18

Relasi antar individu di dalam komunitas Punk adalah berbeda dengan

relasi yang terjadi dalam kehidupan sosial sehari-hari, sebagaimana umumnya

yang mengakui adanya stratifikasi atau kelas sosial tertentu. Komunitas Punk

menjalankan hubungan antar individu di dalamnya berdasarkan keyakinan akan

kebersamaan, kesetaraan, persamaan, ketidakberbedaan, eksistensi diri, dan anti-

struktur. Penelitian Khasanah juga melihat bagaimana gaya hidup anak Punk yang

bebas berpengaruh terhadap aktivitas keagamaan mereka. Sebagian anak Punk

mengaku kalau mereka jarang melakukan ritual keagamaan yang diwajibkan di

dalam agama mereka. Akan tetapi, ada juga yang tetap menjalankan hal tersebut

meskipun dalam keadaan apapun. Bagi anak Punk, agama merupakan urusan

pribadi masing-masing orang dengan Tuhan. Tidak ada kaitannya dengan

komunitas atau gaya hidup Punk.

2.4. Usaha Kedai Keblasuk

Usaha Kedai Keblasuk merupakan usaha warung makan yang

menawarkan sajian berupa makanan dan minuman, namun yang membedakan

kedai tersebut dengan yang lainnya adalah suasana. Konsep suasana yang

ditawarkan kepada konsumen lebih menunjukan sisi-sisi Punk lewat serangkaian

ide-ide yang di sambung menjadi sesuatu hal yang kreatif. Kedai tersebut juga

merupakan tempat beristirahat ataupun tempat nongkrong para Punkers yang

sedang singgah.

Hingga kini usaha Kedai Keblasuk dikelola oleh Cangak masih

beraktifitas, kedai tersebut berdiri sejak tahun 2010. Dahulunya kedai tersebut

masih berupa rumah singgah bagi rekan-rekan Punkers dengan halaman yang

cukup luas, pada akhir tahun 2010 muncul idea dari mereka untuk membuat suatu

usaha dalam bentuk kedai yang sekaligus memberi ruang kepada mereka dalam

mengimplementasikan ekspresi dirinya, sekaligus menambah penghasilan,

berdasarkan pengamatan-pengamatan terhadap lingkungan sekitar yang banyak

dihuni mahasiswa.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gerakan Sosial

19

2.5. Kerangka Pikir Penelitian

Terjadi transformasi hidup beberapa Punkers dari jalanan seperti

mengamen, vandalism, dan lainnya sebagai media berekspresi serta

menyampaikan aspirasi berupa kritik sosial menjadi pengusaha Kedai Keblasuk

di Condong CaturYogyakarta. keputusan para Punkers melakukan transformasi

menjadi pengusaha kedai tidak semata-mata terjadi hanya karena alasan ekonomis

semata, tentunya terdapat proses pergerakan serta alasan rasional kelompok yang

erat kaitanya dengan modal sosial yang berlaku didalam komunitas tersebut.

PUNKERS

TRANSFORMASI

HIDUP

DIJALANAN

PENGUSAHA

KEDAI

KEBLASUK

MODAL

SOSIAL