bab ii tinjauan pustaka 2.1 film sebagai media … ii.pdfmise-en-scene merupakan semua yang...
TRANSCRIPT
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Film sebagai Media Komunikasi Massa
Proses komunikasi massa merupakan perpindahan lambang-
lambang yang mengandung arti atau makna dengan melalui saluran
(channel), biasanya dikenal dengan media cetak (press), media audiktif
(radio), media visual (gambar, lukisan) atau media audio visual (televisi dan
film). Media digunakan sebagai alat atau saluran untuk menjangkau massa
dalam besaran yang tak terbatas. Proses komunikasi massa merupakan
proses untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang besar dengan
memanfaatkan teknologi media massa. (Winarni, 2003).
Menurut Bittner dalam buku Komunikasi Massa Suatu Pengantar
komunikasi massa, komunikasi massa yaitu pesan yang disampaikan
menggunakan media massa pada khalayak dalam jumlah besar (mass
communication is messages communicated through a mass medium to a
large number of people) (Ardianto, 2007). Selanjutnya, menurut Deddy
Mulyana pengerftian komunikasi massa ialah komunikasi yang memakai
media massa yang dikelola oleh suatu lembaga, baik cetak (koran, majalah)
maupun elektronik seperti radio dan televisi dengan biaya yang cukup tinggi
yang menargetkan banyak orang, tersebar dibanyak tempat, anonym dan
heterogeny. Pesan yang disampaikan bersifat umum, disebarkan secara
serentak dan cepat (Mulyana, 2007). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
13
komunikasi massa ialah sebuah proses penyebaran pesan kepada khalayak
dalam jumlah besar. Film mengandung unsur pendukung yaitu komunikator
dan pesan sehingga dapat dianggap sebagai bagian dari media komunikasi
massa.
Menurut Nurudin, media massa merupakan salah satu alat
komunikasi yang dpaat dengan cepat menyebarkan berita ke berbagai
khalayak dlaam waktu yang bersamaan. Dibandingkan jenis komunikasi
lainnya, keunggulan media massa adlaah dapat mengatasi kendala ruang
dan waktu. Bahkan media massa dapat dengan seketika pada waktu yang
tak terbatas mampu menyebarkan pesan. (Nurudin, 2011). Selain itu,
Cangara mengatakan media massa merupakan sarana penyampaian pesan
dari komunikator kepada komunikan atau khalayak melalui penggunaan alat
komunikasi mekanis (seperti surat kabar, film, radio dan televisi) (Cangara,
2008). Menurut Cangara, media massa mempunya karakteristik sebagai
berikut:
a. Bersifat melembaga, dimana pengumpulan, pengelolaan sampai
pada penyajian informasi di kelola oleh pihak media yang terdiri
dari banyak orang.
b. Bersifat satu arah, yaitu komunikasi yang berlangsung tidak
memungkinkan adanya percakapan antara pengirim dan
penerima. Dan misalnya itu terjadi, maka biasanya akan
memrlukan waktu.
14
c. Meluas dan serempak, yaitu informasi yang disampaikan
diterima oleh khalayak dalam jumlah besar dan pada saat yang
bersamaan.
d. Menggunakan peralatan teknis atau mekanis (seperti radio,
televisi, surat kabar, dan sebagainya).
e. Bersifat terbuka, artinya pesan tersebut dapat diterima oleh
siapapun dalam kelompok etnis manapun.
Film pada dasarnya merupakan bagian dari media massa, karena
dalam film terdapat unsur pendukung yaitu komunikator, pesan serta media
komunikasi massa. Dari sudut pandang komunikasi massa, film dipahami
sebagai salah satu jenis pesan yang disampaikan dalam komunikasi yang
memahami esensi, fungsi dan juga efeknya (Irwanto, 1999). Menurut
Effendy dalam buku Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Ardianto, 2007),
fungsi media massa bagi masyarakat yaitu:
a. Fungsi Informasi
Media massa sebagai penyebar berbagai informasi yang
dibutuhkan khalayak sesuai dengan kepentingannya.
b. Fungsi Pendidikan
Media massa mengedukasi dengan cara menanamkan nilai-nilai,
etika dan aturan melalui informasi yang disampaikan kepada
pemirsa atau pembaca.
c. Fungsi Memengaruhi
Media massa dapat memengaruhi khalayak dengan pesan–pesan
dalam menyampaikan informasi sehingga khalayak tanpa sadar
15
melakukan sesuatu sesuai dengan yang diinginkan oleh media
tersebut.
Film sebagai perantara penyampaian informasi memiliki pesan
tersendiri yang ingin disampaikan kepada penontonnya. Dalam film cara
menyampaikan pesan adalah dengan cara bertutur, bercerita melalui tokoh
yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pesan. Jika sebuah film dapat
menyapaikan pesan yang berkesan, maka film tersebut dianggap mampu
berkomunikasi dengan baik. Apabila pesan dalam film tersebut berhasil
tersampaikan maka akan berdampak pula pada penontonnya. Perubahan
sifat, sikap, maupun pemikiran dari penonton merupakan efek atau dampak
yang dihasilkan (McQuail, 2011).
Ringkasnya film selaku media komunikasi massa bisa membentuk
suatu pemikiran tertentu diantara penontonnya. Hal tersebut membuat film
menjadi objek yang potensial buat dikaji, karena mengandung unsur
komunikasi massa yang sarat muatan pesan, baik yang tersirat (terlihat)
ataupun tersurat (tak terlihat secara langsung).
Film menggambarkan sesuatu fenomena yang tidak senantiasa
bergantung pada kehidupan nyata masyarakat, sebab dalam film terdapat
cerita yang memang adalah sebuah realita kehidupan nyata suatu
masyarakat, tetapi terdapat pula yang hanya merupakan khayalan dari si
pembuat film. Sehingga pada kesimpulannya, perlu ditambahkan
pembelajaran dalam pemanfaatan film, sebab film lebih leluasa dalam
memenuhi kebutuhan sajian yang berisikan kekerasan, kriminalitas, apalagi
pornografi sekalipun.
16
2.2 Film Sebagai Refleksi Realitas Sosial
Ikatan antara film serta masyarakat senantiasa dimengerti secara
linier. Maksudnya, film senantiasa pengaruhi serta membentuk pola piker
masyarakat berlandaskan message (muatan pesan) dibaliknya, tanpa sempat
berlaku kebalikannya. Kritik yang timbul terhadap sudut pandang ini
didasarkan oleh alasan yang menyatakan bahwa film merupakan potret dari
suatu masyarakat dimana film tersebut diproduksi. Film senantiasa
merekam kenyataan yang berkembang serta tumbuh dalam kehidupan
masyarakat, yang lalu akan diproyeksikan ke atas screen atau layar [
(Irwanto, 1999), dalam (Sobur, Semiotika Komunikasi, 2003)]
Film juga dapat diartikan sebagai bentuk penggambaran penggalan
kehidupan sosial. Salah satu cuplikan kehidupan yang sering muncul dalam
film ialah fenomena kehidupan di masyarakat. Bentuk representasi ini
terkadang mendukung, menolak, mengkritik, atau tetap netral.
Dalam film, komunikasi akan jauh lebih mudah. Ide sebuah film
dapat bersumber dari alam semesta lalu menghasilkan pemikiran dan sebuah
realitas, kemudian menjadi suatu karya yang bersifat objektif. Dalam
banyak studi mengenai dampak film terhadap masyarakat, hubungan antara
film dan masyarakat senantiasa dipahami sebagai hubungan linier. Artinya,
film senantiasa mempengaruhi serta membentuk masyarakat berlandaskan
pada message (muatan pesan di baliknya, tanpa melakukan tindakan
sebaliknya. Film senantiasa merekam kenyataan yang berkembang serta
tumbuh dalam kehidupan masyarakat, yang lalu akan diproyeksikan ke atas
screen atau layar. Dalam situasi ini film menjadi suatu realitas di dalam
17
masyarakat, namun selanjutnya oleh sutradara ataupun produser diberi
sedikit perubahan dalam sebuah film, agar film tersebut terlihat lebih
menarik untuk penonton, dengan begitu film tak hanya menjadi refleksi
masyarakat. Makna film yang merepresentasikan realitas masyarakat,
berbeda dengan makna film yang mencerminkan realitas. Sebagai cerminan
realitas, film hanya ‘mentransfer’ realitas ke atas layar tanpa merubah
realitas itu. Sedangkan, sebagai representasi reaIitas, film membentuk serta
‘menghadirkan kembali’ realitas sesuai dengan norma budaya, konvensi,
dan ideologi kebudayaan tersebut.
Film Her karya Spike Jonze merupakan refleksi sosial dari
perkembangan teknologi informasi serta komunikasi. Yang dimana,
manusia pada kehidupannya di era serba digital seperti sekarang ini sangat
jarang berkomunikasi secara langsung melainkan lebih banyak
menghabiskan waktu untuk melakukan komunikasi melalui telepon pintar
yang ada digenggaman tangan mereka.
2.3 Ruang Lingkup Film
2.3.1 Pengertian Film
Dalam peraturan.go.id (2014), Undang-Undang repubIik
Indonesia nomor 33 tahun 2009 tentang perfilman, pada bab I pasal
1 disebutkan bahwa fiIm adalah karya seni budaya yang merupakan
pranata sosiaI dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan
kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat
dipertunjukan (peraturan.go.id diakses pada 04-08-2020 pukul
18
20.52 WIB). Film adalah karya seni yang dihasilkan dari kreativitas
orang–orang yang ikut andil dalam proses pembuatan film. Film
adalah karya seni memiliki konten kreatif. Film dapat menciptakan
realitas fiksi sebagai perbanding realitas. Film adalah realitas fiktif
dengan rasa keindahan, refleksi atau hiburan (Sumarno, 1996).
Dalam arti sempit, film menampilkan gambar pada layer
besar. Sementara, dalam arti luas, film juga dapt mencakup program
acara TV. Film dengan fitur visual dan dukungan audio yang unik,
sangat efektif sebagai sarana hiburan, maupun sebagai sarana
edukasi dan penyuluhan. Film dapat dimainkan berulang kali
ditempat dan penonton yang berbeda. Film mengekalkan sesuatu
yang sudah dilakukan oleh umat manusia sejak dulu, yaitu
menceritakan kisah kisah hidup. Film memiliki kemampuan dalam
meniru realitas kehidupan sedekat mungkin dibandingkan dengan
media lain (Cangara, 2008).
Dalam pembuatan film, ide cerita lahir dari seorang penulis
skenario. Screenwriters bekerja secara mandiri, mempromosikan ide
cerita kepada agen yang menawarkan naskah kIien kepada studio
dan produser. Produser adalah orang yang akan membantu mencari
dana dalam pembuatan film. Setelah pendanaan untuk cerita sudah
tersedia, kemudian tugas sutradara untuk mengatur apa yang
diperlukan dalam pembuatan naskah menjadi sebuah film. Sutradara
bekerja dengan produser dalam pemilihan aktor yang nantinya akan
memainkan peran dalam film. Kemudian membentuk tim produksi
19
yang mencakup orang-orang yang terlibat dalam proses syuting.
Setelah semua beres, bagian pemasaran menyusun rencana untuk
mengiklankan dan juga mempromosikan film kepada publik (Biagi,
2010).
2.3.2 Fungsi dan Peran Film
Dalam buku yang berjudul Teori Komunikasi Massa,
McQuail menjelaskan film adalah media komunikasi massa yang
mempunyai beberapa fungsi serta peran dalam masyarakat sebagai
berikut: (McQuail, Mass Communication Theory (Teori
Komunikasi Massa), 1987)
1. Film menjadi salah satu sumber pengetahuan yang dapat
memberikan informasi tentang peristiwa dan kondisi
masyarakat di seluruh dunia.
2. Film menjadi sarana sosialisasi serta pewarisan nilai,
norma, serta warisan budaya. Film berpotensi
menyebarkan nilai-nilai kepada penontonnya.
3. Film terkadang berperan sebagai sarana untuk
pengembangan kebudayaan, yang tidak hanya dalam
pengertian pengembangan namun pada bentuk seni dan
simboI tetapi dalam pengertian pengemasan tata cara,
mode, gaya hidup dan norma-norma.
20
2.3.3 Unsur-unsur Pembentuk Film
Menurut Himawan Prastita, film secara umum dibagi
menjadi dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan semantik.
Kedua elemen ini saling berinteraksi serta berhubungan satu sama
Iain dalam pembuatan sebuah film (Pratista, 2008).
Unsur naratif ialah materi yang berhubungan dengan aspek
tema atau cerita dalam film yang nantinya akan diolah, seperti
penokohan, apa permasalahan yang dibawa, konflik, serta lokasi dan
waktu. Sedangkan, unsur sinematik ialah cara dalam mengolah yang
biasa disebut dengan aspek teknis pada produksi film. Pertama yakni
mise-en-scene merupakan semua yang berhubungan dengan eIemen
utama yang ditampiIkan pada depan kamera.
EIemen tersebut diantaranya latar, pencahayaan, kostum dan
riasan, acting serta pergerakan pemain. Kedua adaIah sinematografi,
yaitu bagaimana kamera ketika mengambil obyek pada film. Ketiga
adaIah transisi dari sebuah shot ke shot yang lainya. Kemudian yang
keempat ialah suara (sound), yakni segala sesuatu dalam film yang
memiliki hubungan pada indra pendengaran. Semua elemen film ini
saling terkait, saling melengkapi, dan berkelanjutan untuk
membentuk elemen film yang lengkap dan menyeluruh. Film,
seperti karya lainnya, memiliki struktur fisik. Struktur tersebut sebai
berikut:
1. Shot
21
Shot adalah proses perekaman gambar mulai dari kamera
diaktifkan (on) hingga dihentikan (off), atau biasa disebut juga
dengan satu kali take (pengambilan gambar).
2. Scene (adegan)
Scene adalah Sebagian kecil dari keseluruhan cerita yang
menunjukkan Tindakan terus menerus yang dibatasi oleh ruang,
waktu, isi cerita, tema, peran, atau motif. Sederhananya, inidapat
diartikan sebagai kumpulan dari beberapa shot.
3. Sequence
Sequence merupakan fragmen besar yang menunjukkan
rangkaian lengkap peristiwa. Satu sequence terdiri dari beberapa
scene yang saling terkait.
2.4 Manusia dan Cinta Kasih
Kata cinta sudah tidak asing di telinga manusia. Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering bertemu dengan kata cinta.
Munjkin di rumah, di sekolah, di bioskop, di kampus, bahkan juga
di kolong jembatan, kata itu diucapkan oleh semua orang, baik yang
tua atau muda, yang kaya, maupun yang miskin. Tahapan jatuh cinta
pastinya merupakan tahapan terindah dalam hidup seorang manusia.
Berdasarkan apa yang terjadi, orang-orang saat ini harus mengakui
bahwa mereka membutuhkan cinta. Fenomena ini benar terjadi serta
dialami oleh para penghuni bumi yang dikenal sebagai manusia.
22
Manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup seorang
diri, setiap orang membutuhkan kehadiran orang lain dalam
hidupnya. Jika dia menghabiskan hidupnya tanpa cinta, dia akan
merasakan kehampaan (Dagun, 1990). Untuk memenuhi
kebutuhannya manusia berupaya mencari serta menjalin hubungan
bersama orang lain.
Sejak pertama Adam diciptakan, cinta sudah ada, maka
Tuhan menciptakan Hawa sebagai pasangan hidup Adam.
Kebutuhan seseorang akan kehadiran teman untuk berbagi perasaan
adalah kodrat manusia. Cinta adalah perasaan psikologis, perasaan
batin, serta dorongan emosional yang menjadikan hati kekasih
tertarik pada orang yang dikasihinya.
Abraham Maslow mengungkapkan teori cinta lainnya dalam
teori hierarki kebutuhan Maslow. Maslow membagi kebutuhan
dasar menjadi lima tingkatan, yaitu kebutuhan dasar yang lebih
diutamakan daripada kebutuhan lainnya. Salah satunya yakni kasih
sayang yang Maslow tempatkan diurutan ketiga setelah kebutuhan
fisiologis, serta rasa aman. Jika tingkat permintaan sebelumnya
terpenuhi dan dipenuhi, individu akan pindah ke tingkat permintaan
berikutnya. Jika kebutuhan fisik dan kebutuhan kan rasa aman
terpenuhi, maka kebutuhan akan cinta, kasih syaang dan rasa
memiliki pribadi akan muncul. Kebutuhan ini dibarengi dengan
kebutuhan ornag lain, sehingga dapat dianggap dan diterima sebagai
anggota komunitas sosialnya, seperti kawan, kekasih, angota
23
keluarga, dan sebagainya. Menurut Maslow, cinta meliputi suatu
hubungan yang sehat serta penuh kasih dan saying yang mesra
antara dua individu yang disertai rasa saling percaya. Cinta
merupakan kegiatan menerima dan juga memberi, atau dapat
dikatakan mencintai dan saling percaya (Hidayat, 2011).
2.5 Ruang Lingkup Cinta
2.5.1 Pengertian Cinta
Nevid & Rathus mengartikan cinta adalah emosi yang kuat
serta positif, melibatkan rasa kasih sayang serta keinginan untuk
bersama atau membantu orang lain. Lebih lanjut Maslow
menjelaskan bahwa emosi tersebut sangat penting untuk kehidupan
manusia. Karena cinta adalah kebutuhan yang penting untuk
manusia, maka bila tidak ada cinta maka perkembangan manusia
menjadi terhambat (Nevid, Spencer, & Greene, 2005).
Cinta lahir dari semangat, kasih sayang serta kegembiraan.
Cinta yang hakiki akan bisa dimengerti melalui sebuah
pengorbanan. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwasannya cinta adalah perwujudan afeksi yang kuat terhadap
manusia lain sehingga menimbuIkan keinginan untuk dapat bersama
serta menyejahterakan (Ahmadi, 2002).
Menurut Libowitz, cinta adalah perasaan positif yang kita
rasakan untuk seseorang yang mana itu adalah perasaan positif
24
terkuat yang pernah kita aIami. Dalam jenis cinta apapun, komponen
perhatian kepada orang yang dicintai menjadi sangat penting. Tanpa
perhatian yang tulus, apa yang menjadi cinta tersebut hanya menjadi
hasrat saja. Selain komponen perhatian, komponen rasa hormat tak
kalah diperlukan juga. Rasa hormat tersebut akan menjadikan
seseorang menghargai identitas dan integritas seseorang yang
mereka cintai (Wortman, 1992).
2.5.2 Komponen Cinta
Sternberg mengusulkan sebuah model yang disebut teori
segitiga cinta (triangular theory of love) untuk memahami cinta
secara mendalam. Teori milik Sternberg tersebut mengatakan bahwa
cinta memiliki tiga bentuk utama: keintiman, gairah dan komitmen
(Santrock, 2002).
Sternberg menunjukkan bahwa dalam teori segitiga cinta,
cinta dapat diartikan seperti sebuah segitiga yang setiap sudutnya
adalah komponen cinta. Ketiga komponen tersebut adalah keintiman
(atas segitiga), gairah (kiri segitiga), dan komitmen (kanan segitiga).
Komponen segitiga cinta Sternberg dapat dibuat sebagai berikut:
(Sternberg, A triangular love theory of love. Psychological review.
Vol 93 no. 2, 1986)
25
Gambar 2.1 Komponen-komponen segitiga cinta Stenberg
a. Keintiman (Intimacy)
Keintiman mengacu pada perasaan ingin menjaga hubungan
intim dengan kerabat dan selalu berhubungan. Pada bagian ini,
orang ingin selalu memperhatikan orang yang mereka cintai.
Penting untuk menjaga komunikasi yang intim dan dekat dengan
pasangan. Bagian ini sangat penting dalam cinta romantic, cinta
untuk anak-anak dan cinta untuk teman baik.
Menurut Stenberg (1988), keintiman merupakan komponen
emosi yang didalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan dan
keinginan untuk membina. Ciri-cirinya yakni adanya perasaan
keakraban dengan seseorang, senang mengobrol dalam waktu
tak sebentar, merasakan kerinduan jika lama tak berjumpa serta
adanya keinginan untuk sama-sama bergandengan tangan
maupun berpelukan hubungan (Sternberg, The psychology of
love, 1988).
Komponen keintiman menurut Stenberg memiliki sepuluh
elemen sebagai berikut:
1) Keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang
dicintai.
26
2) Merasakan kebahagiaan bersama orang yang dicintai.
3) Memberikan penghargaan tertinggi unutk orang yang
tersayang
4) Selalu ada untuk orang yang dicintai saat dibutuhkan.
5) Saling pengertian satu sama lain.
6) SaIing berbagi hak miIik dengan orang yang dicintai.
7) Mendapat dukungan emosinal dari pasangan.
8) Memberi dukungan emosinal pada pasangan
9) Berkomunikasi dengan intim kepada pasangan.
10) Menghargai pasangan.
Elemen di atas adalah beberapa perasaan yang mungkin
ditemui dalam keintiman. Untuk merasakan pengalaman yang intim,
tidak harus merasakan semua unsur di atas, sebaliknya, hasil
penelitian menunjukkan bahwa jika seseorang merasakan perasaan
yang sangat penting di atas, ia akan merasakan keintiman, perasaan
setiap orang berbeda-beda. Biasanya, pengalaman-pengalaman ini
tidak dirasakan secara terpisah, tetapi secara keseluruhan.
b. Gairah (Passion)
Sternberg (dalam Sears, 2009) menunjukkan bahwa gairah
adalah kekuatan pendorong emosi yang kuat dalam suatu
hubungan. Dalam hubungan romantis, ketertarikan fisik dan
seksual mungkin menjadi masalah utama. Namun, motivasi lain
mungkin terlibat, seperti memberi dan menerima perhatian dan
kebutuhan harga diri (Taylor, Letitia, & David, 2009).
27
Namun jika dicermati lebih dalam mendalam, gairah juga
bisa diekspresikan melalui kontak fisik, membelai rambut,
berpegangan tangan, merangkul, memeluk, mencium maupun
berhubungan seks. Gairah merupakan sisi dari cinta yang
memerlukan pembuktian fisik. Sentuhan pada jari jemari dan
tatapan mata, memancarkan aroma wewangian, berpenampilan
menarik, memeluk bahu dan pinggang pasangan dapat
memunculkan gairah (Yudisia, 2013).
Kebanyakan orang mengira bahwa gairah hanyalah hal-hal
yang berkaitan dengan seksual. Namun, tiap keterbangkitan
psikofisiologis bisa dikatakan merupakan pengalaman penuh
gairah. Contohnya, seseorang dengan kebutuhan kasih sayang
yang tinggi bisa jadi mengalami gairah dengan orang yang juga
memberikan kasih sayang tersebut.
c. Komitmen (Commitment)
Komitmen adalah keputusan seseorang bahwa dia mencintai
orang lain dan akan menjaga dan mempertahankan cinta tersebut
walau badai menghadang. Komponen komitmen meliputi dua
aspek, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Aspek jangka
pendek ialah keputusan untuk mencintai orang lain. Sedangkan,
aspek jangka panjang ialah keputusan untuk mempertahankan
hubungan cinta tersebut (Sternberg, 2009).
Contoh dari komponen komitmen ialah adanya kemauan dan
tekad untuk menjaga hubungan bahkan dalam situasi yang
28
dipenuhi dengan kesulitan maupun pengorbanan (Yudisia,
2013). Komponen komitmen adalah komponen cinta, yang dapat
menjaga hubungan saat sedang naik turun. Bagian ini sangat
penting untuk melewati masa-masa sulit dan kembali ke masa-
masa indah (Akrom, 2008). Tak sama seperti keintiman dan juga
gairah, komitmen perlahan akan meningkat di awal hubungan.
Seiring berjaIannya waktu, ketika pasangan memiIiki tujuan
jangka panjang, maka komitmen juga akan terus tumbun
(Sternberg, 2009).
Bagian komitmen melibatkan keintiman dan gairah. Bagi
kebanyakan orang, komitmen berasal dari kombinasi keintiman
dan gairah. Namun, partisipasi dan antusiasme yang intim juga
bisa berasal dari komitmen, seperti pasangan. Dalam hubungan
ini individu akan menemukan bahwa keintiman dan gairah yang
mereka rasakan berasal dari komitmen terhadap hubungan yang
terjalin. Jadi cinta bisa dimulai dari komitmen (Sternberg, 2009).
Ketiga komponen cinta tersebut mempunyai karakteristik yang
berbeda. Lihat tabel dibawah ini untuk mengetahui detailnaya:
29
Tabel 2.1 Karakteristik Komponen Cinta
Peran ketiga komponen ini bergantung pada hubungan yang
berlangsung, jangka panjang atau kah jangka pendek. Dalam
hubungan jangka pendek, terutama cinta romantis, gairah
(passion) memainkan peran yang besar sedangkan keintiman
(intimacy) perannya menengah dan komitmen (commitment)
memainkan peran yang paling keciI. Disisi lain, dalam hubungan
jangka panjang, keintiman dan komitmen justru memainkan
peran sangat besar, sedangkan gairah perannya menengah saja
dan mungkin akan menurun seiring berjalannya waktu.
2.5.3 Bentuk-bentuk Cinta
Dari ketiga komponen di atas, berdasarkan ada atau tidaknya
masing-masing komponen, Stenberg mengidentifikasi tujuh bentuk
cinta sebagai berikut:
1. Liking
Suatu bentuk cinta yang didalamnya Cuma terdapat komponen
keintiman tanpa gairah serta komitmen. Perasaan yang
dihasilkan ditandia dengan pertemananan. Tanpa adanya gairah
dan komitmen dalam jangka Panjang, orang tersebut akan
merasa dekat, saling terkait dan merasa nyaman kepada orang
yang disukai. Ada ikatan dengan orang yang disukai tersebut,
namun tidak ada gairah yang muncul dan kemauan untuk hidup
bersama dengan ornag tersebut. Persahabatan tersebut
30
kemungkinan dapat memunculkan gariah dan komitmen, namun
kebanyakan persahabatan terbatas pada peasaan suka.
2. Infatuated Love
Suatu bentuk cinta yang hanya ada nafsu tanpa ada komitmen
dan keintiman. Cinta pada pandangan pertama (biasa disebut
tergila-gila atau infatuasi), atau ketertarikan fisik yang biasanya
mudah pudar. Ini biasanya terjadi karena ada perasaan
terangsang tanpa ada keintiman ataupun komitmen. Bentuk cinta
ini bisa muncul dengan cepat dan juga hilang secara cepat.
3. Empty love
Sutau bentuk cinta yang hanya ada komitmen tanpa gairahdan
keintiman. Ini biasanya terdapatt pada pasangan yang sudah
lama menikah (misalnya pasangan lansia). Ini merupakan bentuk
cinta y hubang mana hubunungan tersebut menjadi jenuh.
4. Romantic Love
Suatu bentuk cinta dimana hanya ada keintiman dan gairah yang
begitu kuat tanpa kehadiran komitmen. Biasa dijumpai pada
orang yang berpacaran. Dalam bentuk cinta ini, pasangan tak
hanya menarik satu sama lain secara fisik, namun juga memiliki
keterikatan emosiaonal diantara keduanya.
5. Companionate Love
Suatu hubungan dalam jangka waktu panjang tanpa melibatkan
gairah, hanya ada keintiman dan komitmen. Hubungan ini biasa
terdapat pada hubungan pertemanan jangka panjang yang
31
berkomitmea dan hubungan pernikahan yang sudah pudar
keterkarikan fisiknya.
6. Fatuos Love
Suatu bentuk cinta yang mengandung gairah dan komitmen,
tetapi tidak ada keiintiman. Sering terdapat pada hubungan
pasutri yang sudah kehiIangan keintimannya. Bentuk cinta ini
terjadi Ketika pasangan berkomitmen satu sama lain berasarkan
Hasrat mereka tanpa keintiman satu sama lain. Bila gairah yang
dimunculakn terjadi dengan cepat dan tidak ada lagi keintiman,
maka hubungan yang dilandasi cinta ini tak mampu bertahan
lama.
7. Consummate Love
Suatu bentuk cinta yang semua elemennya memliki proporsi
keintiman, gairah dan komitmen yang sama. Bentuk cinta
tersebut adalah bentuk yang ideal oleh karenanya orang ingin
berusaha untuk memilikinya.
8. Non Love
Ini adalah bentuk hubungan dimana tidak satupun dari tiga
komponen cinta trsebut muncul. Benutk ini terjadi dlaam
hubungan sederhana, dimana semua yang terjadi adlah interaksi
yang tidak sengaja, tanpa cinta atau rasa suka.
Tabel dibawah ini menjelaskan bentuk-bentuk cinta tersebut:
32
Tabel 2.2 Bentuk-bentuk Cinta Stenberg
2.5.4 Seni dalam Mencintai
Dalam bukunya yang berjudul The Art of Loving, Erich
Fromm mengatakan bahwa ada empat instrumen yaitu yang terdiri
dari care, responsibility, respect, knowledge. Keempat instriumen
tersebut muncul semua pada pribadi yang mencintai dalam porsi
yang seimbang (Fromm, 2005). Keempat unsur tersebut akan
dijelaskan speerti dibawah ini:
1) Care (perhatian); Perhatian merupakan kepedulian
kepada kehidupan dan juga pertumbuhan seseorang
yang kita kasihi.
2) Responsibility (tanggung jawab); Tindakan sukarela
yang memungkinkan kita unutk siap bereaksi
terhadap keberadaan seseorang yang kita cintai.
Tanggung jawab menunjukkan bagaimana kita
berpartisipasi pada kehidupan orang yang kita kasihi
dan cintai.
33
3) Respect (hormat); menerima orang lain sebagaimana
menerima dirinya sendiri dan menyadari keunikan
orang lain sebagai sesuatu yang khas pada diirinya.
Ini menekankan pada cara bagaimana untuk
menerima dan menghargai orang yang kita cintai
sebagaimana ia.
4) Knowledge (pengetahuan); pengetahuan adlaah salah
satu aspek cinta yang tidak hanya terdapat
dipermukaan namun menmbus hingga ke dalam inti.
Misalnya, kita mengetahui bahwa orang tersebut
sedang marah, sekalipun dia tak menunjukkannya
langsung; namun kita bisa memahami lebih dari itu.
2.6 Cinta dan Teknologi di Era Digital
Orang biasanya menggambarkan teknologi sebagai dampak
terpenting bagi masyarakat. Dunia Barat penuh dengan contoh bagaimana
teknologi mempengaruhi kehidupan. Dalam bukunya "Understanding
Media" (1964, 2002), McLuhan tertarik menulis tentang dampak sosial dari
bentuk-bentuk utama komunikasi yang menggunakan teknologi media.
McLuhan percaya bahwa manusia memiliki hubungan simbiosis dengan
teknologi yang menggunakan media (West & Turner, 2008, pp. 138-139).
Dengan perkembagan teknologi yang semakin terus maju
nampaknya urusan soal cinta mulai sedikit terkikis dalam diri masyarakat
34
modern. Masayarakat modern lebih memilih untuk fokus dengan ponsel
pintar yang ada digenggamannya dibandingkan dengan cinta.
"Cinta adalah bahan utama bagi umat manusia untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya." Kalimat ini dapat dijelaskan
dengan pemikiran teori hierarki kebutuhan manusia Abraham Maslow.
Abraham Maslow mengajukan teori piramida tentang kebutuhan dasar
manusia. Menurut Maslow, manusia memiliki dorongan untuk memuaskan:
makan, minum, istirahat dan kebutuhan fisik dan psikologis lainnya,
kebutuhan akan keamanan, kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk
dicintai, dicintai, dan memberi dan menerima cinta; Kebutuhan akan
kualitas, dan kebutuhan untuk realisasi diri. Kelima hal tersebut diatur dan
dilaksanakan secara berurutan dan tidak dapat diganti. Setiap tahapan harus
diselesaikan terlebih dahulu untuk dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya.
Teori ini dengan jelas menunjukkan bahwa cinta adalah garis lurus, yang
mutlak diperlukan oleh setiap orang.
Jika cinta merupakan hal yang sakral di zaman dahulu, maka cinta
telah mengalami pergumulan yang sangat besar, sebagaimana harus
melewati jurang maut yang terjal. Seiring perkembangan teknologi yang
terjadi, maka cinta pun berkembang. Teknologi memudahkan manusia
untuk menemukan, menyentuh dan memiliki cinta. Teknologi dapat
menghilangkan kekhawatiran yang ada. Dalam pandangannya, teknologi
sangat penting untuk menunjang cinta kita di zaman sekarang ini.
Misalnya hubungan jarak atau LDR (Long Distance Relationsip).
Dulu, LDR menjadi momok bagi kebanyakan orang karena mereka hanya
35
sesekali bertemu, dan cara mereka berkomunikasi lewat surat biasanya
sangat lama untuk sampai di tujuan. Kalaupun ada telepon umum, mereka
tetap harus antre, dan terkadang antrean tersebut sangat panjang. Kemudian
seiring perkembangan teknologi membuat hal seperti itu lebih mudah untuk
diatasi. Sekarang, teknologi sangat berguna untuk mempertemukan orang-
orang yang berjauhan. Dengan perkembangan teknologi hubungan jarak
jauh tidak akan menjadi masalah.
Selain itu, dengan bantuan teknologi, rasa cinta yang dulu melekat
pada teman-teman sekolah atau universitas kini bisa terjadi di mana saja.
Teknologi memberi kita berbagai pilihan. Kita bisa mendapatkan cinta dari
luar negeri atau melalui aplikasi seperti Tinder atau Tantan. Hubungan
menjadi semakin lebar dan luas, dan orang-orang memiliki lebih banyak
pandangan tentang cinta. Perlu ditekankan bahwa cinta tidak hanya
melibatkan romansa antara dua orang yang slaing cinta, tetapi juga romansa
antara keluarga, teman, dan kerabat. Bahkan dalam penciptaan dan
pengembangan teknologi itu sendiri, para peneliti melakukannya karena
cinta. Cinta macam apa? Cinta dengan tujuan mulia adalah untuk memberi
manfaat bagi umat manusia. Karena itu, dari segi teknis, cinta mutlak
diperlukan.
Namun, tentunya semuanya memiliki dampak positif dan negatif.
Ibarat pedang bermata dua, teknologi ini selain bisa menyerang cinta dan
bisa membantu cinta. Penggunaan teknologi secara berlebihan bisa
menjauhkan yang dekat. Obsesi terhadap gadget dalam kehidupan sehari-
hari dapat berdampak negatif pada penggunaan teknologi. Menurut data dari
36
Pew Research Center, 42% orang yang berusia antara 18 dan 29 tahun dan
memiliki hubungan serius mereka merasa terganggu keintimannya saat
mereka bersama Ketika ada gawai digenggamannya.
Dalam hal memenuhi kebutuhan manusia, cinta adalah kebutuhan
setiap orang, dan teknologi adalah alat yang menghubungkan kebutuhan
akan cinta ini. Pada posri yang tepat, teknologi dapat memberi kita
dukungan komprehensif untuk memenuhi kebutuhan cinta kita, seperti
memberi kita pilihan yang jauh dan luas. Di sisi lain, teknologi juga bisa
menyerang cinta kita, seperti memberi jarak dengan orang yang kita cintai
(Jasmine, 2019).
2.7 Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Menurut Oxford Dictionary (1995), teknologi informasi merupakan
ilmu yang mempelajari atau menggunakan perangkat elektronik (khususnya
komputer) untuk menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan
informasi apa pun, termasuk kata, angka, dan gambar. Secara lebih umum,
Lucas (2000) mengemukakan bahwa teknologi informasi merupakan segala
bentuk teknologi yang digunakan untuk memproses dan mengirimkan
informasi dalam bentuk elektronik [Kadir, 2003:28 dalam (Bungin, 2013)].
Dikatakan oleh Onong Uchyana bahwa komunikasi merupakan
suatu proses komunikasi, yang hakikatnya suatu proses dimana seseorang
(komunikator) menyampaikan pikiran atau perasaannya kepada orang lain
(komunikaton). Pikiran bisa berupa pikiran, informasi, pendapat, dll. Yang
dihasilkan oleh pikirannya. Perasaan dapat berupa keyakinan, kepastian,
37
keraguan, kekhawatiran, amarah, keberanian, kegembiraan, dan lain
sebagainya yang dihasilkan dari hati (Effendy, 2002).
Oleh karena itu, ruang lingkup komunikasi menyangkut masalah-
masalah yang berkaitan dengan substansi interaksi sosial masyarakat dalam
masyarakat, termasuk konten interaksi (komunikasi) secara langsung
maupun menggunakan media komunikasi.
Everett M. Rogers (1986) mengatakan dalam bukunya
Communication Technology: The New Media in Society, bahwa dalam
hubungan komunikasi dalam masyarakat, dikenaI empat era komunikasi,
yaitu: era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi, era media
komunikasi interaktif. Sementarra pada era terakhir media komunikasi
interaktif dikenal dengan media komputer, teks video, dan teleteks,
telekonferens, TV kabel, dan lain sebagainya (Bungin, 2013).
Sejak lama, manusia telah mengembangkan teknologi yang
sederhana. Namun, dari waktu ke waktu, mereka mengembangkan
teknologi yang berdampak besar bagi kehidupan manusia. Teknologi baru
saat ini. Bagi manusia pada 200 tahun yang lalu, teknologi baru mengacu
pada proses pencetakan, sedangkan saat ini, teknologi baru mengacu pada
komputer, sateIit, pesawat terbang atau teknoIogi komunikasi Iainnya.
[Heslin, 2006 dalam (Martono, 2014)].
Teknologi menjanjikan banyak hal bagi umat manusia. Janji
kecepatan, janji kenyamanan, janji produktivitas. Teknologi telah
memenuhi semua janji tersebut, namun di sisi lain, teknologi juga
menimbulkan berbagai ancaman bagi umat manusia (Martono, 2014).
38
2.8 Semiotika dalam Film
Untuk mengungkapkan makna cinta dalam hubungan antara
manusia dan komputer dalam fiIm Her, maka penulis menggunakan anaIisis
semiotika. Semiotika adaIah iImu yang mengkaji tentang tanda (sign) dalam
kehidupan manusia. Dengan sebutan lain, segala sesuatu dalam kehidupan
manusia bisa dianggap sebagai tanda. Benny H. Hoed dalam bukunya
“Semiotik dan Dinamika SosiaI Budaya”, menyatakan bahwa semiotika
merupakan iImu yang mengkaji tanda daIam kehidupan manusia. Semua
tanda yang ada di kehidupan manusia memiIiki makna atau arti, dengan kata
Iain iImu semiotika adaIah iImu yang mempeIajari tentang makna yang ada
daIam sebuah tanda (Hoed, 2008).
Menurut Saussure, semiologi adalah “sesuatu yang mengkaji tanda-
tanda dalam kehidupan masyarakat” yang demikian menjadi bagian dari
disipIin psikologi sosial. Bertujuan untuk menunjukkan bagaimana
terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya.
Sementara istilah semiotika, yang dimuncuIkan pada akhir abad 19 oIeh
fiIsuf aIiran pragmatik Amerika Charles Sander Peirce, merujuk kepada
“doktrin formaI tentang tanda-tanda”. (Sobur, Semiotika Komunikasi,
2003).
Semiotika adalah metode penelitian atau analisis ilmiah yang dapat
memeriksa adegan, gambar, teks, dan simbol dalam adegan menjadi konten
yang dapat ditafsirkan. Sementara itu, kata "semiotika" sendiri berasal dari
bahasa Yunani, semeion berarti "lambang" dan semeion artinya "penafsir
39
lambang". Semiotika berasal dari studi klasik dan akademis tentang logika,
retorika, dan etika (Kurniawan, 2001).
2.8.1 Semiotika Roland Barthes
Pada 1956, Roland Barthes membaca “Saussure: Cours de
Linguistique generale” dan melihat kemungkinan menerapkan
semiotika ke bidang lain. Bertentangan dengan Saussure, dia
percaya bahwa linguistik adalah bagian dari semiologi. Sebaliknya,
menurutnya semiotika merupakan bagian dari ilmu linguistik,
karena simbol dalam bidang lain dapat dikatakan sebagai bahasa,
yang mengungkapkan gagasan (makna, makna), merupakan unsur-
unsur yang dibentuk oleh tanda, dan terkandung dalam struktur.
Barthes memakai konsep sintagmatik & paradigmatic untuk
dapat menjelaskan fenomena budaya, seperti sistem berpakaian,
menu makan, bangunan, lukisan, film, ikIan, serta karya sastra.
Barthes mengatakan bahwa itu semua sebagai suatu bahasa yang
memiIiki sistem reIasi dan oposisi. Beberapa gagasan Barthes
menjadi warisannya untuk kalangan intelektual yakni: (1) konsep
konotasi sebagai kunci semiotik daIam menganaIisa budaya; dan (2)
konsep mitos berupa hasiI penerapan konotasi daIam berbagai
bidang di kehidupan sehari.
Barthes mengemukakan konsep konotasi & denotasi yang
menjadi kunci dari anaIisisnya. Yang terpenting yang dituntut
Barthes dalam penelitian semitoik yaitu peran pembaca (reader).
40
Berdasarkan sifat asli yang meIekat pada tanda membutuhkan
keaktifan pembaca supaya bisa berfungsi (Sobur, 2006).
1. Denotasi
Denotasi pada sebuah tanda mengacu kepada hal material yang
dengan kata lain bisa dapat terindra oIeh panca indra manusia.
Oleh sebab itu, harus “dikenali” terlebih dahuIu supaya bisa
dipersepsikan kembaIi.
2. Konotasi
Konotasi menunjukkan interaksi yang berlangsung saat tanda
bertemu dengan perasaaan maupun emosi penggunanya serta
nilai kulturalnya. Faktor penting dari konotasi ialah penanda
daIam tatanan pertama. (Rahmadya, 2017)
Makna simbolik tidak perlu mengkomunikasikan tujuan.
Prioritasnya adalah memahami aspek-aspek tanda sehingga proses
kognitif penerima tanda lebih diperhatikan daripada proses
komunikasi. Semiotika dalam film biasanya membawa banyak
tanda. Film bercerita dengan caranya sendiri yang unik, yaitu
medianya, cerita yang dibuat dengan kamera, penampilan di
proyektor atau layar dan makna pesan yang disampaikan.
Dalam film “Her” terdapat beberapa aspek khusus yang
memudahkan penulis untuk melakukan penelitian yakni aspek
komunikasi serta semiotika. Dari dua aspek tersebut, ada beberapa
bagian kecil lebih mudah diamati dengan mendalam.
41
Aspek komunikasii yang penulis pilih terdiri atas cara
berkomunikasi antar tokoh dalam alur cerita. Sementara aspek
semotika meliputi tanda-tanda serta makna pada setiap adegan
yangg merepresentasikan bentuk makna cinta di daIamnya.
Kedua aspek ini (komunikasi dan semiotika) ialah aspek
yang memiliki unsur makna cinta, simbol-simbol, baik yang tersurat
ataupun yang tersirat yang bisa diamati serta menjadi acuan penuIis
daIam meIakukan interpretasii semiotika.
PeneIitian ini mmemakai pendekatan semiotik milik Roland
Barthes. Model semiotika Roland Barthes tak hanya tertarik melalui
cara kompIeks pembentukan kalimat dan cara bentuk kalimat
menentukan makna namun juga pada kenyataan bahwa kaIimat yang
sama dapat menyampaikan makna yang berbeda kepada orang-
ranag dalam situasi yang berbeda. Roland Barthes mengedepankaan
interaksi diantara teks dengan pengaIaman personaI & kultural
penggunanya.
Ide ini dikenal sedagai tatanan pertandaan (order of
significations). Pada tatanan pertandaan ini terdapat tujuh tatanan,
namun penulis hanya berfokus pada dua pertandaan yakni denotasi
& konotasi diantara tokoh yang ditandai oleh bahasa lisan serta
aspek semiotika didalam film. Dari model ini Barthes menjelaskan
bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara
penanda dan petanda di dalam sebuah tanda terhadap realitas
42
eksternal. Inilah yang oleh Barthes disebut ekstensi, yang
merupakan makna paling jelas dari simbol tersebut.
Konotasi merupakan istilah yang digunakan Barthes untuk
menggambarkan arti tahap kedua. Ini menuunjukkan adanya
interaksi yang terjadi tatkala tanda bertemu bersama perasaan dan
emosi embaca dan niIai-nilai budaya. Dari penjelasan di atas, dapat
disusun kerangka konseptual seperti berikut:
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep
2.9 Definisi Konseptual
Agar tak salah dalam menjelaskan konsep yang akan digunakan,
maka perIu menggunakan batasan pengertian daIam kerangka peneIitian
yakni:
43
a. Cinta adalah bentuk ketertarikan antara pria dan wanita. Cinta
mempunyai tiga komponen utama yakni keintiman, gairah serta
komitmen.
b. Film merupakan hasil dari media massa yang berisi reprentasi
ide-ide dalam sebuah karya. DaIam peneIitian ini fiIm “Her”
sebagai saIah satu bentuk karya fiksi cerita yang diproduksi bagi
penikmat fiIm.
c. Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda serta
proses tanda, daIam peneIitian ini semiotika digunakan sebagai
metode untuk menemukan hasiI peneIitian.
2.10 Tinjauan Penelitian Terdahulu
MeIihat berdasarkan berbagai peneIitian yang teIah diIakukan
mengenai berbagai kajian yang berkaitan dengan IImu Komunikasi,
peneIitian mengenai pemaknaan menggunakan anaIisis semiotika bukan
menjadi haI yang baru Iagi. Agar terhindar dari kesamaan, peneIiti perIu
mengkaji beberapa peneIitian terdahuIu yang juga mengkaji haI yang paIing
berdekatan dengan apa yang akan dikaji peneIiti seperti peneIitian mengenai
makna pesan sebuah fiIm menggunakan anaIisis semiotika. Berikut adaIah
peneIitian terdahuIu yang ditemukan peneIiti:
Nama
Peneliti
Judul Metod
e
Penelit
ian
Kesimpul
an
Persam
aan
Perbeda
an
44
Helsima
Raharja
(120412030
1) - Ilmu
Komunikasi
– Universitas
Telkom
Bandung
Representa
si
Masyarakat
Modern
dalam Film
Her
(Analisis
Semiotika
John Fiske
dalam Film
Her)
Deskri
ptif
kualitat
if
Meskipun
film Her
merupaka
n film
fiksi yang
dibalut
dengan
drama
kisah cinta
tak lazim
hubungan
antara
manusia
dan
teknologi,
terdapat
ideologi
individual
isme
dimana
masyaraka
t modern
lebih
mementin
gkan
kebebasan
personal
mereka
dan
adanya
jarak
interaksi
Sama-
sama
menggu
nakan
film Her
sebagai
subjek
penelitia
n
Perbeda
annya
terletak
pada
permasal
ahan
penelitia
n yang
peneliti
lakukan.
Perbeda
an
lainnya
terletak
pada
model
analisis
yang
digunak
an
peneliti
yaitu
model
analisis
semiotik
a John
Fiske
45
komunika
si
langsung
dengan
orang lain.
SYAFFIRA
H NOOR
KOROMPO
T
(E31113521)
- Ilmu
Komunikasi
– Universitas
Hasanuddin
Makassar
REPRESE
NTASI
SEKSISM
E DALAM
FILM HER
Deskri
ptif
kualitat
if
Dalam
menggam
barkan
seksisme,
film ini
mengguna
kan
beberapa
bentuk
penanda
yaitu
audio dan
visual
serta
pengguna
an simbol-
simbol
dan
bahasa
metafora
dalam
menggam
barkan
seksisme
pada film
Her.
Selanjutny
Sama-
sama
menggu
nakan
film Her
sebagai
subjek
penelitia
n dan
model
analisis
semiotik
a Roland
Barthes
sebagai
metode
analisis
penelitia
n
Perbeda
annya
terletak
pada
permasal
ahan
penelitia
n yang
peneliti
lakukan.
46
a, bentuk
seksisme
dalam film
ini
ditampilka
n
menyerup
ai pola
kehidupan
sehari.
Perlawana
n pada
patriarki
dalam film
‘Marlina
Si
Pembunuh
Dalam
Empat
Babak’
terlihat
dari level
realitas
yang
dikodekan
melalui
kode
sosial
yang
diantarany
a terdiri
dari cara
47
berbicara,
ekspresi,
dan
perilaku.
Kemudian
pada level
representa
si yang
dimunculk
an melalui
kode
konvensio
nal yang
11
menonjolk
an strata
sosial
dalam
masyaraka
t
menengah
ke atas.
Penelitian
ini juga
mengungk
apkan jika
materialis
me dan
feminisme
merupaka
n ideologi
yang
48
ditemukan
dalam
iklan ini.
hari.
Mulai dari
pembentu
kan
stereotip
masyaraka
t melalui
karakter
perempua
n yang
bermain di
film
tersebut
serta
adegan-
adegan
pendukun
g lainnya.
Tia Larasati
(201510040
311071) –
Ilmu
Komunikasi
– Universitas
Muhammadi
yah Malang
Hubungan
Asmara
Remaja
dalam Film
Romantic-
Suspense
(Analisis
Semiotika
pada Film
"Posesif"
Interpr
etatif
kualitat
if
Hubungan
cinta
remaja
yang
muncul
dalam film
ini dapat
disebut
sebagai
pacaran
yang
Sama-
sama
menggu
nakan
model
analisis
semiotik
a Roland
Barthes
sebagai
metode
Perbeda
annya
terletak
pada
permasal
ahan
penelitia
n yang
peneliti
lakukan.
Perbeda
49
karya
Edwin)
modern.
Maka dari
itu dapat
ditarik
kesimpula
n berupa
adanya
perubahan
nilai dan
budaya di
kehidupan
sehari-hari
remaja
dalam
sebuah
hubungan
cinta yang
kini
menunjuk
kan
bebasanya
pergaulan
dengan
tidak
adanya
batasan
ruang
pribadi
antar satu
lain yang
secara
tidak
analisis
penelitia
n
an
lainnya
juga
terletak
pada
film
yang
digunak
an
peneliti
sebagai
subjek
penelitia
n
50
langsung
juga
dipengaru
hi karena
kurangnya
pengawas
an dari
orang tua
dalam
memperha
tikan
pergaulan
anak
zaman
sekarang
dan
rendahnya
pengetahu
an orang
tua
tentang
pentingny
a
penanama
n nilai dan
budaya
sejak dari
rumah.
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu