bab ii tinjauan pustaka 2.1. definisi...

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Faktor perilaku dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2. Faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Perilaku dibedakan atas pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatamodjo, 2003): 7 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 01-Feb-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar. Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa

perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar). Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau

faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan

respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Faktor perilaku

dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat

given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis

kelamin, dan sebagainya.

2. Faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor

dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Perilaku dibedakan atas pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatamodjo,

2003):

7

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

A. Pengetahuan

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Apikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintensis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

B. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

2. Kehidupan emosional atau evaluasi tehadap suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

atitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan

emosi memegang peranan penting.

Menurut Purwanto (1999) sikap adalah pandangan atau perasaan yang

disertai kecendrungan untuk bertindak terhadap suatu obyek. Ciri ciri sikap

(Purwanto, 1999) adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan obyeknya.

Sifat ini membedakannya dengan sifat-sifat biogenetis seperti lapar, haus,

kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu

pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari,

atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang

dirumuskan dengan jelas.

4. Obyek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap inilah yang

membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-

pengetahuan yang dimiliki orang.

Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap

positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek

tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Purwanto, 1999).

Sikap dibedakan atas beberapa tingkatan :

1. Menerima (Receiving )

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulasi yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang tinggi.

C. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktek tingkat tiga.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

4. Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik

2.2 Teori Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

A. Teori Snehandu B. Kar

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa

perilaku itu merupakan fungsi dari (Notoatamodjo,2003) :

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau

perawatan kesehatannya (behavior intention).

b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).

c. Ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan

(accessebility of information).

d. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil keputusan

(personal autonomy).

e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action

situation).

B. Teori WHO

Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu adalah karena adanya 6 alasan pokok, yaitu:

a. Pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain.

b. Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek dan nenek.

Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu.

c. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.

Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang

paling dekat.

d. Orang penting sebagai referensi

Perilaku orang, lebih – lebih anak kecil, lebih banyak dipengaruhi oleh

orang – orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting

untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk

dicontoh.

e. Sumber – sumber daya (resources)

Maksudnya adalah fasilitas – fasilitas uang waktu tenaga dan sebagainya.

Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok

masyarakat, yang dapat bersifat positif ataupun negatif.

f. Perilaku normal, kebiasaan nilai – nilai, dan penggunaan sumber – sumber

didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada

umumnya disebut kebudayaan. (Notoatamodjo,2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

2.3 Anak Buah Kapal

Pelaut adalah seseorang yang pekerjaannya berlayar di laut atau dapat pula

berarti seseorang yang mengemudikan kapal atau membantu operasi, perawatan atau

pelayanan kapal dari sebuah kapal. Hal ini mencakup seluruh orang yang bekerja di

atas kapal, selain itu juga sering disebut dengan Anak Buah Kapal.

Anak Buah Kapal (ABK) atau Awak Kapal terdiri dari beberapa bagian.

Masing masing bagian mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri dan tanggung

jawab utama terletak di tangan Kapten kapal selaku pimpinan pelayaran.

2.3.1 Hierarki Awak Kapal

1. Perwira Depertemen Kapal

Kapten/Nahkoda/Master adalah pimpinan dan penanggung jawab

pelayaran Mualim I/Chief Officer Mate bertugas mengatur muatan

persediaan air tawar dan sebagai pengatur arah navigasi. Mualim

2/Second Officer Mate bertugas mengatur jalan/route yang akan di

lakukan dan pengatur arah navigasi. Mualim 3/Third Officer/Third Mate

bertugas sebagai pengatur, memeriksa, memelihara semua alat

keselamatan kapal dan juga bertugas sebagai pengatur arah navigasi.

Markonis/Radio Officer/Spark bertugas sebagai operator radio/

komunikasi serta bertanggung jawab menjaga keselamatan kapal dari

merabahaya baik itu yang ditimbulkan dari alam seperti badai, ada kapal

tenggelam, dll. Namun pada awal tahun 1990-an posisi markonis ini

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

terancam dengan adanya peralatan komunikasi yang sangat modern yaitu

dengan menggunakan sistem INMARSAT (International Maritime

Satelit) dan GMDSS (Global Maritime Distress Safety System).

Komunikasi dengan menggunakan INMARSAT lebih cepat, tepat dan

akurat karena menggunakan sistem satelit pengiriman berita bisa lewat e-

mail ataupun telephone secara langsung. Banyak perusahaan pelayaran

tidak mempekerjakan seorang markonis di atas kapal, karena para Mualim

dan Kapten juga diperbolehkan mengoperasikan perlatan INMARSAT

dan GMDSS dengan ketentuan sertifikasi yang layak untuk menggantikan

posisi markonis. Pemerintah telah memberikan kesempatan kepada para

ex markonis/operator radio untuk mengambil ijazah Mualim III/ANT III

(Deck Department), akan tetapi tidak semua ex markonis tersebut dapat

mengikuti pendidikan untuk mengambil ijazah ANT III.

2. Perwira Departemen Mesin.

KKM (Kepala Kamar Mesin)/Chief Engineer, pimpinan dan

penanggung jawab atas semua mesin yang ada dikapal baik itu mesin

induk, mesin bantu, mesin pompa, mesin crane, mesin skoci, mesin

kemudi, mesin freezer, dll. Masinis I/First Engineer bertanggung jawab

atas mesin induk, Masinis 2/Second Engineer bertanggung jawab atas

semua mesin pompa. Juru Listrik/Electrician bertanggung jawab atas

semua mesin yang menggunakan tenaga listrik dan seluruh tenaga

cadangan. Juru minyak/Oiler pembantu Masinis/Engineer Ratings atau

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

bawahan Bagian dek: Boatswain atau Bosun atau Serang (Kepala kerja

bawahan) Able Boiled Seaman (AB) atau Jurumudi Ordinary Seaman

(OS) atau Kelasi atau Sailor Pumpman atau juru pompa, khusus kapal-

kapal tanker (kapal pengangkut cairan), Bagian Permakanan: Juru

masak/cook bertanggung jawab atas segala makanan baik itu memasak,

pengaturan menu makanan dan persediaan makanan. Mess boy/ pembantu

bertugas membantu juru masak, Bagian Mesin: Mandor (Kepala Kerja

Oiler dan Wiper).

2.4 HIV/AIDS

2.4.1 Sejarah HIV/AIDS

Virus ini ditemukan oleh ilmuwan Institute Pasteur Paris yaitu Dr. L.

Montaigner pada tahun 1981 dari seorang penderita dengan gejala Lymphadenopathy

syndrome. Pada tahun 1984, Gallo dari National Institute of Health, USA

menemukan virus lainnya yang disebut HTLV-III ( Human T Lymphotropic Virus

Type III ). Kedua virus ini masing-masing penemunya dianggap sebagai penyebab

AIDS karena dapat diisolasikan dari penderita di Amerika, Eropa, dan Afrika Tengah.

Penyelidikan lebih lanjut akhirnya membuktikan bahwa kedua virus tersebut adalah

sama. Pada Tahun 1986 International Committee on Taxonomy of Viruses

memutuskan nama penyebab penyakit AIDS adalah HIV sebagai pengganti nama

LAV ( Lhymphadenopathy Associated Virus ) dan HTLV – III ( Depkes RI, 1997 ).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

Penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV) mulai pada pertengahan

hingga akhir 1970-an, tetapi dianggap ada di Afrika selama bertahun-tahun

sebelumnya. Kasus pertama diketahui di Afrika Tengah tetapi kematian disalahkan

pada tuberkulosis dan penyakit lain. Penelitian epidemiologi penyakit HIV dimulai

pada 1981 setelah perjangkitan pertama suatu bentuk kanker yang jarang, sarkoma

Kaposi, dan pneumonia Pneumocystis carinii di beberapa kota di Ameriaka Serikat.

Pada 1982, Centres for Disease Control and Prevention (CDC), di Atllanta, Amerika

Serikat, mendefenisikan sindrom kanker dan penyakit menular sebagai Acquired

Immune Deficiency Syndrome (AIDS): sebagaimana pengertian tentang gejala

lanjutan infeksi HIV muncul dan terjadi perubahan pada diagnosis, defenisi AIDS

beberapa kali diubah. Pada 1983, virus penyebab AIDS dikenal di Perancis: pada

awalnya diberi nama HTLV-III atau LAV dan kemudian diubah menjadi HIV. Tes

untuk menemukan antibodi pada HIV dikembangkan pada 1984, dan ini

memungkinkan penyelidikan epidemiologi pada orang dengan AIDS atau mereka

dengan bentuk penyakit HIV atau tanpa gejala.

Pengalaman global menunjukkan bahwa kendati geografi dapat melambatkan

tibanya HIV, itu tidak bersifat melindungi. Epidemi HIV/AIDS, selama dua

dasawarsa belakangan ini, telah menyebar ke lebih 190 negara di semua benua,

UNAIDS memperkirakan bahwa, pada akhir 2000, ada 36, 1 juta orang yang hidup

dengan HIV/AIDS, dengan 90% di negara berkembang. Jumlah kematian karena

AIDS sejak awal epidemi menjadi 21,8 juta. Pada awal epidemi HIV/AIDS, di dunia

berkembang, hampir seluruh infeksi HIV terjadi pada pria. Ini tidak berlaku lagi

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

dengan wanita lebih sering terinfeksi HIV. Pada 2000, UNAIDS memperkirakan

lebih dari 16,4 juta wanita di seluruh dunia terinfeksi HIV. Data saat ini mengesankan

bahwa AIDS muncul sebagai penyebab utama kematian orang dewasa berusia 24-44

tahun di daerah yang sangat luas di dunia maju dan berkembang (The Centre for

Harm Reduction, 2001).

2.4.2. Penularan HIV/AIDS

Virus HIV terdapat di dalam darah, mani, cairan vagina, air mata, air

ludah, cairan otak, air susu, dan air seni penderita HIV, namun penyakit AIDS

ditularkan hanya melalui virus HIV yang terdapat DCMV. Penularan virus ini adalah

melalui hubungan seksual, suntikan jarum yang terkontaminasi HIV. Transfusi darah

atau komponen darah terkontaminasi HIV, ibu yang hamil ke bayi yang

dikandungnya dan sperma terinfeksi HIV yang di simpan di bank sperma, yang

dimaksud hubungan seksual adalah hubungan seksual dengan jenis (lelaki –

perempuan), hubungan homoseksual (lelaki-lelaki) atau biseksual, yaitu lelaki

kadang-kadang berhubungan seksual dengan lelaki dan kadang-kadang juga dengan

wanita. (Djoerban, 2001 ).

2.4.3. Masalah Psikososial Penderita HIV/AIDS

Beberapa masalah yang psikososial yang dihadapi penderita HIV/AIDS

adalah:

1. Kendala Pengobatan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

Penderita AIDS memerlukan pelayanan kesehatan seperti penderita

penyakit menahun lainnya, mereka memerlukan pelayanan kesehatan

yang berkesinambungan pemantauan yang seksama untuk mengobati

dan mencegah agar penyakit infeksinya tidak berlarut-larut dan

menyebabkan cacat. Beban lain yang harus ditanggung oleh pasien

HIV/AIDS adalah biaya pengobatan yang amat mahal.

2. Aspek kerahasiaan

Keingintahuan seseorang tentang cara penularan AIDS adalah sikap

yang amat positif, agar ia tahu orang lain dapat terhindar dari

penularan HIV. Namun sebaliknya keingintahuan akan identitas

seseorang penderita AIDS atau seseorang yang terinfeksi HIV

seringkali berakibat buruk, misalnya penderita bisa menghilang dari

rumahnya. Penderita HIV/AIDS seharusnya dilindungi dari masalah

tersebut, karena dampaknya akan buruk sekali terhadap penderita

keluarga maupun masyarakat ( Djoerban, 2001 ).

Masalah psikososial ini muncul karena perbedaan masyarakat dalam

menyikapi penyakit AIDS tersebut. Seseorang menunjukan sikap yang berbeda dalam

memandang suatu objek, sikap yang ditunjukkan tersebut merupakan rangkaian dari

perasaan, konasi dan afeksi yang selanjutnya membentuk persepsi terhadap objek

tersebut. (Djoerban, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

2.5 Upaya Penanggulangan HIV/AIDS

Masalah AIDS telah menjadi masalah internasional, World Health

Organization (WHO) mengambil keputusan untuk menghadapi masalah AIDS

dengan program khusus secara terpadu yang disebut Global Programe on AIDS

(GPA) yang memberikan bantuan kepada setiap negara anggota untuk

mengembangkan program AIDS nasional dengan memperhatikan srategi global

WHO yaitu dengan menginterogasikannya kedalam sistem yang ada dan bersifat

kecil edukatif dan preventif agar setiap orang dapat melindungi dirinya dari

HIV/AIDS.

Dalam menanggulangi masalah ini pemerintah membuat suatu rancangan

dalam masalah perawatan penderita HIV/AIDS yaitu program pelayanan konseling

dan testing sukarela atau disebut juga voluntary conselling and test (VCT) . Program

ini dijalankan dalam lembaga rumah sakit sampai tingkat puskesmas dan bekerjasama

dengan pihak pihak lembaga swadaya masyarakat.

Konseling ini bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan sebelum dan

sesudah tes darah di laboratorium. Tes HIV dilakukan setelah klien terlebih dahulu

memahami dan menandatangani inform consent yaitu surat persetujuan setelah

mendapat penjelasan yang lengkap dan benar.

2.6 Konseling

Pengertian konseling menurut beberapa defenisi.

1. Konseling adalah proses komunikasi antara seseorang (konselor) dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

orang lain. (Depkes RI, 2000:32).

2. Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,

dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi

interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik

bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini,

masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk

mengatasi masalah tersebut.(Saifudin, Abdul Bari dkk, 2001:39 )

2.7 Voluntary Counseling and Test (VCT) atau Konseling dan Tes Sukarela

(KTS)

Voluntary Conselling and testing (VCT), dalam bahasa Indonesia disebut

konseling dan tes sukarela, VCT merupakan kegiatan konseling bersifat sukarela dan

rahasia, yang dilakukan sebelum dan sesudah tes darah untuk HIV di Laboratorium.

Tes HIV dilakukan setelah klien terlebih dahulu memahami dan menandatangani

informed consent yaitu surat persetujuan setelah mendapat penjelasan yang lengkap

dan benar (KPAI,2007)

2.7.1 Proses Konseling

Konseling merupakan proses interaksi antara konselor dan klien yang

membuahkan kematangan kepribadian pada konselor dan memberikan dukungan

mental-emosional kepada klien. Proses konseling mencakup upaya-upaya yang

realistik dan terjangkau serta dapat dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

Proses konseling hendaknya mampu :

1. Memastikan klien mendapatkan informasi yang sesuai fakta.

2. Menyediakan dukungan saat kritis.

3. Mendorong perubahan yang dibutuhkan untuk mencegah atau

membatasi penyebaran infeksi.

4. Membantu klien memusatkan perhatian dan mengenali kebutuahan

jangka pendek serta jangka panjang dirinya sendiri.

5. Mengajukan tindakan nyata yang sesuai untuk dapat diadaptasikan

klien dalam kondisi yang berubah.

6. Membantu klien memahami informasi peraturan perundang-undangan

tentang kesehatan dan kesejahteraan.

7. Membantu klien untuk menerima informasi yang tepat, dan menghargai

serta menerima tujuan tes HIV baik secara teknik, sosial, etika dan

implikasi hukum.

Selama proses konseling konselor bertindak sebagai pantulan cermin bagi

pikiran, perasaan dan perilaku klien, dan konselor memandu klien menemukan jalan

keluar yang diyakininya. konseling sering kali diperlukan, tergantung dari masalah

dan kebutuhan klien.

2.7.2 Tahapan Konseling

a. Konseling pra tes

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

Tahapan ini adalah permulaan pengenalan konseling dengan klien, hal – hal

apa saja yang akan dilakukan selama proses konseling dimulai dari tahap ini. tahapan

ini adalah awal dari VCT . Dimulai dari pengenalan karakteristik klien, sampai ke

pemahaman klien terhadap HIV/AIDS. Dalam tahap ini konselor harus dapat

memahamkan klien tentang :

1. Implikasi mengenai status serologi

2. Cara beradaptasi dengan informasi baru

3. Membuat persetujuan tes (informed consent)

4. Dilakukan sebelum menjalani test, berisi :

- Pemahaman HIV/AIDS dan tes

- Pemahaman profil risiko klien

- Diskusi seksualitas, relasi, perilaku seksual

- Perilaku berkaitan dengan penggunaan Napza

- Cara Prevensi

b. Konseling pasca test

Tahapan ini dilakukan setelah klien selesai melakukan tes darah di

laboratorium. Konseling pada tahapan ini sangat penting karena pada tahap ini

emosional klien akan sangat terungkap pada konseling, konseling ini seharusnya :

1. Konseling pasca tes selalu harus ditawarkan pada klien

2. Tujuan utama adalah memahami hasil tes dan mulai beradaptasi dengan

status serelogiknya.

b.1 Bila hasil Positif (+)

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

1. Hasil segera disampaikan kepada klien dengan jelas dan nada suara

datar, lakukan dukungan emosional pada klien dan diskusikan tentang

cara menghadapinya

2. Pastikan klien mempunyai dukungan emosional cukup dan segera dari

orang dekatnya

3. Diskusi hubungan seks aman

4. Konseling memberikan dukungan akan perlunya terapi perawatan diri

– gaya hidup sehat

5. Bagi keluarga yang membutuhkan konseling agar dapat mendukung

klien dan diri sendiri

b.2 Bila hasil Negatif (-)

1. Diskusikan perubahan perilaku kearah hidup sehat

2. Motivasi klien untuk mengubah perilaku dengan memberikan akses

rujukan pelayanan

3. Hasil negatif bukan berarti tak terinfeksi, ulangi tes 1 – 3 bulan lagi.

2.7.3 Konselor VCT

Konselor VCT yang berasal dari tenaga kesehatan atau non kesehatan

yang telah mengikuti pelatihan VCT. Tenaga konselor VCT minimal dua orang dan

tingkat pendidikan konselor VCT adalah SLTA. Seorang konselor sebaiknya

menangani untuk 5-8 orang klien perhari terbagi antara klien konseling pra testing

dan klien konseling pasca testing.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

A. Tugas Konselor VCT.

a. Mengisi kelengkapan pengisian formulir klien, pendokumentasian dan

pencatatan konseling klien dan menyimpannya agar terjaga kerahasiaannya.

b. Pembaruan data dan pengetahuan HIV/AIDS.

c. Membuat jejaring eksternal dengan layanan pencegahan dan dukungan di

masyarakat dan jejaring internal dengan berbagai bagian rumah sakit yang

terkait.

d. Memberikan informasi HIV/AIDS yang relevan dan akurat, sehingga klien

merasa berdaya untuk membuat pilihan untuk melaksanakan testing atau

tidak.

Bila klien setuju melakukan testing, konselor perlu mendapat jaminan bahwa

klien betul menyetujuinya melalui penandatangan informed consent tertulis.

e. Menjaga bahwa informasi yang disampaikan klien kepadanya adalah bersifat

pribadi dan rahasia. Selama konseling pasca testing konselor harus

memberikan informasi lebih lanjut seperti, dukungan psikososial dan rujukan.

Informasi ini diberikan baik kepada klien dengan HIV positif maupun negatif.

f. Pelayanan khusus diberikan kepada kelompok perempuan dan mereka yang

dipinggirkan, sebab mereka sangat rawan terhadap tindakan kekerasan dan

diskriminasi.

B. Kualifikasi dasar seorang konselor VCT adalah:

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

a. Berlatar belakang kesehatan atau non kesehatan yang mengerti tentang

HIV/AIDS secara menyeluruh, yaitu yang berkaitan dengan gangguan

kesehatan fisik dan mental

b. Telah mengikuti pelatihan sesuai dengan standar modul pelatihan konseling

dan testing sukarela HIV yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI

tahun 2000.

C. Beberapa hal yang harus diperhatian seorang konselor:

a. Jika konselor VCT bukan seorang dokter tidak diperbolehkan melakukan

tindakan medik.

b. Tidak melakukan tugas sebagai pengambil darah klien.

c. Tidak memaksa klien untuk melakukan testing HIV.

d. Jika konselor VCT berhalangan melaksanakan Pasca konseling dapat

dilimpahkan ke konselor VCT lain dengan persetujuan klien.

D. Tingkatan Konselor

a. Konselor Dasar (Lay Counselor)

1. Berangkat dari kebutuhan sebaya

2. Dekat dengan komunitas

3. Lebih mempromosikan VCT dan konseling dukungan.

b. Konselor Profesional (Profesional Counselor)

1. Pre dan post konseling

2. Issue Psikososial

c. Konselor Senior/pelatih (Senior Counselor)

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

1. Memberikan dukungan untuk konselor dan petugas managemen kasus

2. Mendampingi, supervisi dan memberikan bantuan teknis kepada konselor.

2.7.4 Pentingnya VCT

VCT sangat penting karena:

1. Merupakan pintu masuk ke seluruh layanan HIV/AIDS.

2. Menawarkan keuntungan, baik bagi yang hasil tesnya positif maupun negatif,

dengan fokus pada pemberian dukungan terapi ARV (Anti Retro Viral),

pemahaman faktual dan terkini atas HIV/AIDS.

3. Mengurangi stigma masyarakat

4. Merupakan pendekatan menyeluruh baik kesehatan fisik dan mental.

5. Memudahkan akses keberbagai pelayanan yang dibutuhkan klien baik

kesehatan maupun psikosial.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilakurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24834/4/Chapter II.pdf · tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas

2.8 Kerangka Konsep

Pemanfaatan Klinik VCT

Faktor Eksternal - Faktor Resiko - Sumber Informasi - Alasan Berkunjung

Faktor Internal - Umur (Determinan) - Agama - Suku - Pendidikan - Status Perkawinan - Daerah Asal

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara