bab ii tinjauan pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/bab ii.pdfgigi dan mulut adalah usaha...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyuluhan Kesehatan
1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungan dengan kesehatan.
(Sinta Fitriani : 191, 2011)
Menurut drg Siti Nurbayani Tauchid dkk (2014), Penyuluhan kesehatan
gigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana
agar seseorang atau kelompok masyarakat mau mengubah perilaku lama yang
kurang menguntungkan untuk kesehatan gigi, menjadi lebih menguntungkan
untuk kesehatan giginya. Pendidikan kesehatan gigi (Dental Health
Education) merupakan salah satu program kesehatan gigi denga tujuan
menanggulangi masalah kesehatan gigi di Indonesia. Program pendidikan
kesehatan gigi merupakan salah satu program yang harus dilaksanakan Pusat
Kesehatan Masyarakat secara terpadu dengan usaha kesehatan lainnya dan
ditujukan kepada individu. Kesehatan gigi merupakan metode untuk
memotivasi pasien agar membersihkan mulut mereka dengan efektif,
pendekatan ini ditujukan sedini mungkin pada anak-anak, dan orang dewasa
7
yang belum memiliki pemahaman yang benar (Pratiwi, 2009). Menurut Artini,
dkk (2000) yang dikutip dalam buku Siti Nurbayani Tauchid dalam buku Ajar
Pendidikan Kesehatan Gigi (Buku Kedokteran Gigi, 2014), bahwa program
penyuluhan / pendidikan kesehatan gigi merupakan bagian dari program
pembangunan nasional yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat
ke arah perilaku sehat.
2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan Gigi
Menurut Herijulianti (2000) sebagaimana yang dikemukakan oleh Siti
Nurbayani Tauchid dalam buku Ajar Kesehatan Gigi (Buku Kedokteran Gigi,
2014) bahwa tujuan penyuluhan kesehatan gigi adalah mendapatkan
perubahan perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan gigi masyarakat yang optimal. Dalam mewujudkan derajat
kesehatan gigi yang optimal, perubahan perilaku yang diharapkan setelah
menerima pendidikan tentunya tidak dapat terjadi sekaligus. Oleh sebab itu,
sama seperti disebutkan di atas, pencapaian target penyuluhan kesehatan gigi
dibagi menjadi tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Hasil yang diharapkan dari penyuluhan kesehatan gigi dalam jangka pendek
adalah tercapainya perubahan pengetahuan dari masyarakat. Dalam tujuan
jangka menengah, hasil yang diharapkan yaitu adanya peningkatan pengertian,
sikat dan keterampilan yang akan mengubah perilaku masyarakat ke arah
perilaku sehat. Tujuan jangka panjang adalah masyarakat dapat menjalankan
perilaku sehat dalam kehidupan sehari-harinya.
8
3. Sasaran Penyuluhan
Di dalam penyuluhan, sasaran biasanya dibagi dua sebagai berikut :
1. Sasaran langsung, yaitu kelompok yang langsung dikenai program
pendidikan kesehatan gigi, misalnya murid SD. Sasaran pada murid SD
juga perlu diperhatikan kelompok usianya. Anak usia 6-8 tahun (kelas 1-2
SD) masih dipengaruhi fantasi sehingga kenyataan bercampur-campur
dengan fantasi, sedangkan usia 8-10 tahun (kelas 3-4 SD) merupakan masa
berpikir naif dan nyata atau masa mengumpulkan ilmu pengetahuan, dan
usia 10-12 tahun merupakan masa berpikir kritis dan nyata. Pengetahuan
yang diberikan perlu disesuaikan dengan kelompok sasaran sehingga pesan
yang diberikan dapat efektif. Hal yang ada pada sasaran ini perlu
diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan di dalam memilih metode untuk
meyampaikan pendidikan kesehatan gigi.
2. Sasaran tidak langsung, yaitu kelompok yang menjadi sasaran antara,
seperti orang tua murid SD, dan guru, karena perilaku mereka mempunyai
pengaruh besar pada anak-anak atau muridnya, Peran fasilitator disini
adalah sebagai perancang.
9
B. Media Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo 2007, yang dimaksud dengan media pendidikan
kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA). Disebut media
pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk
menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk
mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau ‘klien’.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media
ini dibagi menjadi 3, yakni
1. Media cetak
2. Media elektronik
3. Media papan (bill board)
a. Media cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan sangat bervariasi antara lain:
1. Booklet : ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
2. Leaflet : ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan
kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam
bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi
3. Flyer (selebaran) : ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk
lipatan
4. Flip chart (lembar balik) : media penyampaian pesan atau informasi-
informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam
10
bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan
dan di baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan
dengan gambar tersebut.
5. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai
bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan.
6. Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi
kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-
tempat umum, atau di kendaraan umum.
7. Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
b. Media elektronik
Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan
atau informasi-informasi kesehatan dan jenisnya berbeda-beda, antara
lain:
1. Televisi : penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan
melalui media televisi dapat dalam bentu : sandiwara, sinetron,
forum diskusi atau tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato
(ceramah), TV, sport, quiz, atau cerdas cermat, dan sebagainya.
2. Radio : penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui
radio juga dapat berbentuk macam-macam antara lain : obrolan
(tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan
sebagainya.
11
3. Video : penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat
melalui video.
Menurut Wahit dkk : 148, 2007, Video mampu menampilkan gambar
bergerak (gambar hidup) dengan disertai suara. Secara empiris kata video berasal
dari sebuah singkatan yang dalam bahasa inggris yaitu visual dan audio. Kata “vi”
adalah singkatan dari visual yang berarati gambar, kemudian pada kata “deo”
adalah singkatan dari audio yang berarti suara. Ada juga pendapat yang
mengatakan video sebenarnya berasal dari bahasa latin, video-vidi-visum yang
artinya melihat (mempunyai daya penglihatan), dapat melihat.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan
video adalah seperangkat komponen atau media yang mampu menampilkan
gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan. Pada dasarnya hakikat video
adalah mengubah suatu ide atau gagasan menjadi sebuah tayangan gambar dan
suara yang proses perekamannya dan penayangannya melibatkan teknologi
tertentu.
Video merupakan media audio visual yang semakin popular dalam
masyarakat. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif yang bisa
bersifat informatif, edukatif maupun intruksional.
Kelebihan video :
a. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari
rangsangan luar lainnya.
b. Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat
memperoleh informasi dari ahli-ahli / spesialis.
12
c. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya,
sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada
penyajiannya.
d. Kamera tv bisa mengamati lebih dekat objek yang lagi bergerak atau
objek yang berbahaya seperti harimau.
e. Kontrol sepenuhnya di tangan guru
f. Ruangan tak perlu digelapkan
g. Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.
h. Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan
disisipi komentar yang akan didengar.
Kelemahan Video :
a. Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang
dipraktekkan.
b. Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi dengan
pencarian bentuk umpan balik yang lain.
c. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara
sempurna.
d. Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks. (Wahit dkk : 148,
2007)
4. Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi-informasi kesehatan.
5. Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan.
13
c. Media papan (bill board)
Papan (bill board) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat
dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan.
Media papan disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada
lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan
taksi).
C. Alat Bantu (Peraga)
Menurut Notoatmodjo 2007, yang dimaksud alat bantu pendidikan adalah alat-
alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan /
pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut ‘alat peraga’, karena berfungsi
untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran.
Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada
setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak
indra yang digunakan untuk menerima sesuatu makan semakin banyak dan
semakin jelas pula pengertian / pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain,
alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indra sebanyak mungkin kepada
suatu objek, sehingga mempermudah persepsi.
Seseorang atau masyarakat di dalam proses pendidikan dapat memperoleh
pengalaman / pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu pendidikan. Tetapi
masing-masing alat mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam membantu
persepsi seseorang. Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam,
antara lain :
14
1. Kata-kata
2. Tulisan
3. Rekaman, radio
4. Fim
5. Televisi
6. Pameran
7. Field trip
8. Demontstrasi
9. Sandiwara
10. Benda tiruan
11. Benda asli
Dari urutan tersebut dapat dilihat bahwa urutan yang paling bawah adalah
benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam
proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk
mempersepsi bahan pendidikan / pengajaran. Sedangkan penyampaian bahan yang
hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektf atau intensitasnya paling rendah.
Jelas bahwa menggunakan alat peraga adalah salah satu prinsip proses pendidikan.
Dalam rangka pendidikan kesehatan masyarakat sebagai konsumer juga dapat
dilibatkan dalam pembuatan alat peraga (alat bantu pendidikan). Untuk itu,
petugas kesehatan berperan untuk membimbing dan membina, bukan hanya dalam
hal kesehatan mereka sendiri, tetapi juga memotivasi mereka sehingga
meneruskan informasi kesehatan kepada anggota masyarakat yang lain.
15
Alat peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan
kesehatan dapat disampaikan lebih jelas, dan masyarakat sasaran dapat menerima
pesan orang tersebut dengan jelas dan tepat. Dengan alat peraga orang dapat lebih
mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit, sehingga mereka dapat
menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.
Macam-Macam Alat Bantu Pendidikan
Pada garis besarnya, hanya ada 2 macam alat bantu pendidikan (alat
peraga) :
1. Alat Bantu Lihat (Visual Aids)
Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indra mata
(penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2
bentuk :
a. Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dan
sebagainya.
b. Alat-alat yang tidak dapat diproyeksikan :
1. Dua dimensi, gambar peta, bagan, dan sebagainya.
2. Tiga dimensi, misal bola dunia, boneka, alat peragaan (phantom),
dan sebagainya.
3. Model Anatomi Gigi (Phantom Gigi)
Sesuai dengan namanya, alat peraga ini berbentuk sebuah gigi
manusia beserta lidah dan gusinya. Terdiri dari gigi atas dan bawah.
16
Alat peraga ini digunakan untuk mempelajari bagian- bagian gigi
manusia.
(https://alatperagakesehatan.net/phantom-kedokteran-dan-
keperawatan/)
2. Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids)
Ialah alat yang membantu menstimulasi indra pendengar, pada
waktu proses penyampaian bahan pendidikan / pengajaran. Misalnya
piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.
3. Alat Bantu Lihat – Dengar, seperti : televisi dan video cassette.
Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual
Aids (AVA).
D. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). (Notoatmodjo, 2007:143)
17
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:
a. Tahu (know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diiketahui, dan dapat menginterpretasi materi
tersebut sacara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
18
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja:
dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut A. Wawan dan Dewi M dalam bukunya yang berjudul Teori
& Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia, faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan antara lain :
19
a. Faktor Internal
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang
dikutip Notoatmodjo (2003) sebagaimana yang dikemukakan oleh A.
Wawan dan Dewi M dalam buku Teori & Pengukuran Pengetahuan ,
Sikap dan Perilaku Manusia (Wawan, 2010) bahwa pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola
hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan. Menurut Nursalam (2003) yang dikutip dalam buku A.
Wawan dan Dewi M (2010) pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi.
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan keidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah
sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah
yang membosankan berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja
umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
20
3. Umur
Usia adalah umur inividu yang mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. emakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari
orang yang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai
dari pengalaman dan kematangan jiwa. (A. Wawan dan Dewi M,
2010:17)
b. Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan
dan perilaku orang atau kelompok. (A. Wawan dan Dewi M, 2010)
2. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. (A. Wawan dan
Dewi M, 2010:18)
21
4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat
tersebut di atas. (Notoatmodjo, 2007:146)
5. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) yang dikutip dalam buku A. Wawan
dan Dewi M (2010) bahwa pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan skala ang bersifat kualitatif, yaitu:
a. Baik : hasil persentase 76%-100%
b. Cukup : hasil persentase 56%-75%
c. Kurang : hasil persentase > 56%
Rumus yang digunakan dalam penentuan tingkat pengetahuan di atas
yaitu:
Rumus : = = x 100%
Keterangan : P = Persentase
F = Jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah soal
(Ircham Mahfoedz, 2010)
22
E. Menyikat Gigi
1. Menurut SR DRG BE KIEN NIO (1989)
Menyikat gigi merupakan cara yang umum dianjurkan untuk
membersihkan seluruh deposit lunak dan plak pada permukaan gigi dan gusi.
Terdapat bermacam-macam teknik menyikat gigi dan memijat gusi. Cara yang
terbaik untuk seorang pasien tertentu, dapat ditentukan oleh dokter
gigi/perawat gigi setelah memeriksa mulut pasien secara teliti.
Dalam menyikat gigi, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut:
a. Teknik menyikat gigi harus sederhana, tepat, efisien dan dapat
membersihkan semua permukaan gigi dan gusi, terutama daerah saku
gusi dan interdental.
b. Cara menyikat gigi harus sistematik supaya tidak ada gigi yang
terlampaui.
c. Gerakan sikat gigi tidak boleh mnyebabkan kerusakan jaringan gusi
atau abrasi gigi.
d. Frekuensi menyikat gigi
Idealnya 3x sehari yaitu setiap sesudah makan dan sebelum tidur.
Dalam prakteknya tidak selalu dapat dilakukan, terutama bila siang dimana
seseorang berada di kamar atau di sekolah (di luar rumah). Di beberapa
daerah di Indonesia, penduduk biasa hanya menggosok gigi 1x sehari yaitu
waktu mandi sore.
23
Menson (1971) yang dikutip dalam BE KIE NIO (1992) berpendapat
bahwa menyikat gigi sebaiknya 2x sehari yaitu setiap kali setelah makan
pagi dan sebelum tidur malam. Loe (1965) menunjukkan suatu percobaan
bahwa dengan frekuensi menyikat gigi 1x sehari secara teliti, gusi dapat
dipertahankan dalam keadaan sehat. (BE KIE NIO, 1992)
e. Lamanya menyikat gigi
Dianjurkan paling sedikit 5 menit, tetapi sesungguhnya terlalu
lama. Umumnya pasien menyikat gigi paling lama 2 menit.
f. Supaya menyikat gigi lebih baik
Dapat digunakan disclosing solution/tablet sebelum dan sesudah
menyikat gigi.
Berdasarkan macam gerakan yang dilakukan, tehnik menyikat gigi dapat
digolongkan dalam 6 golongan, yaitu:
1. Vertical Technic
Teknik ini mudah dilakukan, sehingga orang-orang yang belum diberi
pendidikan biasa menyikat gigi dengan vertical technic.Vertical technic
sebetulnya kurang baik karena dapat menyebabkan resesi gusi. Kedua rahang
tertutup (oklusi), permukaan labial dan bukal gigi disikat dengan gerakan ke
atas – ke bawah. Untuk permukaan lingual dan palatinal dilakukan gerakan
yang sama dengan mulut terbuka.
a. Letak bulu sikat
Tegak lurus pada permukaan bukal dan labial gigi dalam keadaan
oklusi.
24
b. Gerakan sikat
Ke atas – ke bawah
c. Kerugian
1. Permukaan oklusal, lingual, dan palatinal tidak dapat dibersihkan.
2. Gusi tidak dapat dipijat.
3. Dapat menyebabkan resesi gusi.
2. Horizontal Technic
Seperti vertical technic, teknik ini mudah dilakukan. Orang-orang yang
belum diberi pendidikan juga bisa menyikat gigi dengan horizontal technic.
a. Letak bulu sikat
Tegak lurus pada permukaan labial, bukal, palatinal, lingual dan
oklusi gigi.
Gambar 1
Gambar 2
25
1. Gerakan sikat
Gigi anterior, ke kiri – ke kanan
Gigi posterior, ke depan – ke belakang
Permukaan oklusal ke depan – ke belakang
Pada permukaan oklusal, teknik horizontal ini disebut “scrub brush technic”
Teknik ini terbukti merupakan cara yang sesuai dengan bentuk anatomis
permukaan oklusal.
2. Kerugian
a. Daerah interdental tidak dapat dibersihkan
b. Gusi tidak dipijat
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
26
c. Dapat menyebabkan resesi gusi dan abrasi gigi
3. Roll Technic atau Modifikasi Stillman
Teknik ini disebut “Ada Roll Technic”. Teknik ini paling sering
dianjurkan karena sederhana, efisien dan dapat digunakan di seluruh bagian
mulut. Roll technic dapat menghasilkan pemijatan gusi dan membersihkan sisa
makanan pada daerah interproksimal.
a. Letak bulu sikat
Pada gusi sejauh mungkin dari permukaan oklusal. Ujung bulu
sikat mengarah ke apikal.
b. Gerakan sikat
a. Membentuk lengkungan, sehingga bulu-bulu sikat akan melalui
permukaan gigi.
b. Pada waktu bulu sikat melalui mahkota gigi, bulu-bulu sikat
hampir tegak lurus pada permukaan email.
Gambar 6
Gambar 7
27
c. Kerugian
Permukaan oklusi tidak dapat dibersihkan.
4. Vibratory Technics
Terdiri dari
a. Charter’s technic
b. Stillman – Mc Call technic
c. Bass technic
1. Charter’s technic
Teknik ini merupakan cara yang paling baik untuk memelihara
jaringan, karena selain dapat membersihkan permukaan gigi juga dapat
memijat gusi. Pada charter’s technic dibutuhkan keterampilam yang tinggi,
sehingga jarang pasien dapat melakukannya dengan sempurna.
Permukaan labial dan bukal
a. Letak bulu sikat
Pada permukaan gigi, sedemikian rupa, sehingga sisi-sisi bulu sikat
membentuk susut 450 dengan sumbu panjang gigi. Ujung bulu sikat mengarah
ke oklusal.
Gambar 8
28
b. Gerakan sikat
1. Sikat ditekan sehingga ujung-ujung bulu sikat masuk ke
interproksimal, sedangkan sisi-sisi bulu sikat menekan tepi gusi (hati-
hati jangan menusuk gusi).
2. Kemudian sikat digerakkan secara sirkulasi (membentuk lingkaran-
lingkaran kecil), dengan ujung-ujung bulu sikat tetap pada tempat
semula.
3. Setiap kali gerakan sikat, dapat dibersihkan 2 atau kali.
4. Setelah 3 atau 4 lingkaran kecil, sikat diangkat dan ditempatkan lagi
pada posisi yang sama. Dilakukan kembali gerakan yang sama 3
sampai 4 kali.
Permukaan oklusal
a. Letak bulu sikat
Tegak lurus pada permukaan oklusal (pits dan fissures)
Gambar 9
Gambar 10
29
b. Gerakan sikat
Sama dengan gerakan sikat untuk permukaan labial dan bukal.
Permukaan lingual dan palatinal
Daerah ini sukar dibersihkan, karena bentuk lengkung dari barisan gigi.
Biasanya kepala sikat tidak dapat dipegang horizontal dan hanya ujung bulu-bulu
sikat yang dapat digunakan.
1. Kerugian Charter’s technic
a. Diperlukan keterampilan khusus, sehingga pasien jarang dapat
melakukannya dengan sempurna.
b. Daerah lingual dan palatinal tidak dapat dibersihkan.
2. Stillman – Mc Call technic
Teknik ini hampir sama dengan charter’s technic, tetapi ujung bulu-
bulu sikat mengarah ke apikal sehingga penyikatan terbatas pada daerah
serviksl gigi dan gusi.
Gambar 11
30
a. Letak bulu sikat
Sebagian terletak pada gigi dan sebagian lagi terletak pada gusi. Sisi bulu
sikat membentuk sudut 450 terhadap sumbu panjang gigi, mengarah ke
apikal.
b. Gerakan sikat
1. Sikat ditekan dengan ujung bulu sikat tetap tempatnya sampai gusi
memucat.
2. Kemudian dilakukan gerakan rotasi kecil (membentuk lingkaran) dengan
cara sedikit melekuk bulu-bulu sikat. Bulu sikat dapat ditekuk ketiga
jurusan. Hati-hati jangan mengakibatkan friksi atau trauma pada gusi.
Pada metode Stillman Mc Call, penyikatan hanya terbatas pada daerah
servikal gigi pada gusi. Oleh beberapa ahli, metode ini dirubah sedikit yaitu
ditambah dengan gerakan ke oklusal, sedangkan ujung bulu-bulu sikat tetap
Gambar 12
Gambar 13
31
mengarah ke apikal. Dengan demikian setiap gerakan berakhir di ujung
insisal’oklusal dari mahkota.
3. Kerugian
Permukaan lingual, palatinal dan oklusal tidak dapat dibersihkan.
3. Bass technic
Pada teknik ini yang dibersihkan adalah daerah saku gusi, sedangkan
tepi gusi tidak dipijat. Sikat gigi yang dipakai adalah adalah sikat gigi yang
lunak. Bass technic biasa dianjurkan pada pasien-pasien post operation.
a. Letak tangkai sikat
1. Untuk permukaan labial dan bukal, tangkai sikat dipegang dalam kedudukan
horizontal dan sejajar dengan lengkung gigi.
2. Untuk permukaan lingual dan palatinal gigi belakang, tangkai sikat agak
menyudut (hampir horizontal).
3. Untuk permukaan lingual dan palatinal gigi depan, tangkai sikat dipegang
vertikal
b. Letak bulu sikat
Pada tepi gusi, sedangkan sisi-sisi bulu sikat membentk sudut 450
pada sumbu panjang gigi mengarah ke apikal.
Gambar 14
32
c. Gerakan sikat
1. Sikat digerakkan dengan getaran-getaran kecil, sambil ditarik ke
depan – ke belakang kurang lebih selama 10 – 15 detik.
2. Setiap daerah meliputi 2 atau 3 gigi.
d. Kerugian
Permukaan oklusal tidak dapat dibersihkan.
5. Fone’s Technic atau Teknik sirkuler
Teknik ini dilakukan untuk meniru jalannya makanan alam mulut waktu
mengunyah. Daerah interpriksimal tidak diberi perhatian khusus. Fone’s technic
dianjurkan untuk anak kecil karena mudah dilakukan.
Gambar 15
Gambar 16
33
Permukaan labial dan bukal
a. Letak bulu sikat
Tegak lurus pada permukaan labial dan bukal gigi dalam keadaan
oklusal.
b. Gerakan sikat
Sikat digerakkan dalam lingkaran-lingkaran besar, sehingga gigi dan
gusi rahang atas dan bawah disikat sekaligus.
Permukaan lingual dan palatinal
a. Letak bulu sikat
Tegak lurus pada permukaan lingual dan palatinal gigi, mulut dalam
keadaan terbuka.
Gambar 17
Gambar 18
34
b. Gerakan sikat
1. Sikat digerakkan dalam lingkaran-lingkaran lebih kecil daripada gerakan
sikat untuk permukaa labial dan bukal.
2. Teknik ini sukar sehingga dapat diganti dengan gerakan maju – mundur.
c. Kerugian Fone’s technic
a. Untuk permukaan lingual dan palatinal, teknik ini agak sukar
dilakukan.
b. Daerah interproksimal tidak dapat dibersihkan.
6. Physiologis Technic
Pada teknik ini digunakan sikat gigi dengan bulu – bulu sikat yang lunak.
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa penyikatan gigi menyerupai jalannya
makanan yaitu dari makota ke arah gusi.
a. Letak bulu sikat
Tegak lurus pada permukaan gigi, sedangkan tangkai sikat gigi
dipegang horzontal.
b. Gerakan sikat
a. Sikat digerakkan dari mahkota ke arah gusi.
Gambar 19
35
b. Setiap kali, dilakukan beebrapa kali gerakan sebelum pindah ke daerah
selanjutnya.
c. Kerugian
Permukaan lingual gigi P dan M rahang bawah sukar dibersihkan,
dapat diganti dengan getaran-getaran dalam lingkaran kecil.
2. Menurut drg. Donna Pratiwi, Sp. Prosto (2009)
Walaupun kita selalu mengatakan telah menyikat gigi dua kali
sehari, namun sebagian besar orang tetap memiliki plak dalam mulutnya.
Hal ini menunjukkan bahwa metode pembersihan yang dilakukan belum
tepat. Ada beberapa metode yang disarankan para ahl, namum belum dapat
dibuktikan metode mana yang terbaik. Metode tersebut diantaranya:
a. Scrub memperkenalkan cara sikat gigi dengan menggerakkan sikat
secara horizontal. Ujung bulu sikat diletakkan pada area batas gusi
dan gigi, kemudian digerakkan maju dan mundur berulang-ulang.
b. Roll memperkenalkan cara menyikat gigi dengan gerakan memutar
mulai dari permukaan kunyah gigi belakang, gusi dan seluruh
Gambar 20
36
permukaan gigi sisanya. Bulu sikat diletakkan pada area batas gusi
dan gigi dengan posisi paralel dengan sumbu tegaknya gigi.
c. Bass meletakkan bulu sikatnya pada area batas gusi dan gigi sambil
membentuk sudut 45o dengan sumbu tegak gigi. Sikat gigi digetarkan
di tempat tanpa mengubah-ubah posisi bulu sikat.
d. Stillman mengaplikasikan metode dengan menekan bulu sikat dari
arah gusi ke gigi secara berulang. Setelah sampai di permukaan
kunyah, bulu sikat digerakkan memutar. Bulu sikat diletakkan pada
area batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45 derajat dengan
sumbu tegak gigi seperti pada metode bass.
e. Fones mengutarakan metode gerakan sikat secara horizontal
sementara gigi ditahan pada posisi menggigit atau oklusi. Gerakan
dilakukan memutar dan mengenai seluruh permukaan gigi atas dan
bawah.
f. Charter’s meletakkan bulu sikat menekan gigi dengan arah bulu sikat
menghadap permukaan kunyah/oklusal gigi. Arahkan 45o pada
daerah leher gigi. Tekan pada daerah leher gigi dan sela-sela gigi
kemudian getarkan minimal 10 kali pada tiap-tiap area dalam mulut.
Gerak berputar dilakukan terlebih dulu untuk membersihkan daerah
mahkota gigi. Metode ini baik untuk membersihkan plak di daerah
sela-sela gigi, pada pasien yang memakai alat ortodontik cekat/kawat
gigi dan pada pasien dengan gigi tiruan yang permanen.
37
Setiap metode yang telah disarankan oleh beberapa dokter gigi ahli memiliki
kesulitan tersendiri. Bagi anak-anak disarankan memulai dengan metode scrub
dan dilnjutkan dengan metode bass. Secara umum sampai saay ini disimpulkan
bahwa cara sikat gigi yang paling efektif adalah dengan mengombinasikan
metode-metode tersebut.
Metode Kombinasi
1. Pada gerakan vertikal, bulu sikat diletakkan tegak lurus dengan permukaan
fasial gigi dan digerakkan dari atas ke bawah atau sebaliknya. Gerakan ini
dilakukan di daerah permukaan fasial gigi dari depan sampai belakang.
Gerak vertikal bertujuan melepaskan sisa makanan yang terselip di antara
lekuk permukaan gigi dan antara gigi dengan gusi. Bulu sikat bergerak dari
daerah leher gigi (perbatasan garis gusi dan gigi) ke arah mahkota gigi.
Artinya pada gigi atas, bulu sikat bergerak dari atas ke bawah dan gerak
sebaliknya pada gigi bawah. Hal ini dilakukan untuk mencegah iritasi gusi
dan pembersihan yang tidak efektif.
2. Gerakan vertikal juga dilakukan pada permukaan dalam gigi yaitu
permukaan palatal pada gigi atas dan lingual pada gigi bawah. Seperti pada
permukaan fasial, bulu sikat bergerak menarik sisa makanan dari daerah
leher gigi ke arah mahkota gigi.
3. Gerakan horizontal dilakukan pada permukaan gigit atau kunyah
(permukaan oklusal) pada gigi geraham (premolar dan molar). Bulu sikat
digerakkan maju-mundur secara berulang-ulang.
38
4. Gerakan memutar dilakukan pada permukaan fasial gigi atas sampai bawah
dari belakang kiri, ke depan dan belakang kiri. Gerakan ini dilakukan pada
posisi gigi atas berkontak dengan bawah.
5. Setelah itu, dilakukan penyikatan pada lidah di seluruh permukaannya,
terutama bagian atas lidah. Gerakan pada lidah tidak ditentukan, namun
umumnya adalah dari pangkal belakang lidah sampai ujung lidah.
6. Seluruh gerakan ini dapat diulang-ulang tanpa perlu berurutan seperti di
atas dan memakan waktu minimal tiga menit.
3. Menurut drg. Ny. Iendah Djuita (1992)
Menyikat gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk
membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi. Terdapat teknik
yang berbeda-beda untuk membersihkan gigi dan memijat gusi dengan sikat
gigi. Cara yang terbaik untuk seorang pasien tertentu dapat ditentukan oleh
dokter gigi atau perawat gigi. Dalam penyikatan gigi harus diperatikan hal-
hal sebagai berikut:
a. Teknik penyikatan gigi harus dapat memberikan semua permukaan
gigi dan gusi secara efisien, terutama daerah saku gigi dan daerah
interdental.
b. Pergerakan dari sikat gigi tidak boleh menyebabkan kerusakan
jaringan gusi dan abrasi gigi.
c. Teknik penyikatan harus sederhana, tepat dan efisien dalam waktu.
39
Mengenai frekuensi penyikatan gigi telah disetujui bahwa gigi sebaiknya
dibersihkan 3x sehari, setiap kali sehabis makan, dan sebelum tidur. Tetapi di
dalam prakteknya tidak selalu dapat dilakukan, terutama bila siang hari dimana
seseorang berada di kantor, di sekolah atau di tempat lainnya.
Manson (1971) dikutip dalam Indah Djuita 1992, berpendapat bahwa
penyikatan gigi sebaiknya 2x sehari, yaitu setiap kali setelah makan pagi dan
sebelum tidur malam. Meskipun demikian Loe (1965) telah menunjukkan dengan
suatu percobaan bahwa dengan frekuensi penyikatan gigi satu kali sehari secara
teliti sehingga semua plaque hilang, gusi dapat dipertahankan dalam keadaan
sehat. (Indah Djuita, 1992)
Lamanya penyikatan gigi dianjurkan minimal lima menit. Tetapi ini
sesungguhnya ini terlalu lama. Umumnya orang melakukan penyikatan gigi
maksimum selama 5 menit. Cara penyikatan gigi harus sistematis supaya tidak
ada sisa makanan tertinggal, yaitu mulai dari posterior ke anterior dan berakhir
pada poterior sisi lainnya.Supaya penyikatan gigi lebih baik, dapat dipergunakan
disclosing atau tablet, sebelum dan sesudah penyikatan gigi. Sebagai petunjukan
efektivitas pengambilan dental plaque. Kebanyakan teknik penyikatan gigi dapat
digolongkan ke dalam suatu golongan atau cara 4 macam gerakan yang dilakukan
yaitu:
1. Vertikal Teknik
Kedua rahang tertutup, kemudian permukan bukal / labial disikat
dengan gerakan ke atas ke bawah. Untuk permukaan lingual dan palatinal
dilakukan gerakan yang sama dengan mulut yang terbuka.
40
2. Horizontal Teknik
Bukal dan lingual disikat dengan gerakan ke depan ke belakang.
Untuk permukaan oklusal, gerakan horizontal yang sering disebut “scrub
brush” teknik, dapat dilakukan dan terbukti merupakan cara yang sesuai
dengan bentuk anatomi permukaan oklusal.Kebanyakan orang yang belum
diberi pendidikan khusus, biasanya menyikat gigi dengan teknik vertikal
dan horisontal, cara-cara ini tidak baik karena dapat menyebabkan resesi
gusi dan abrasi gigi.
3. Roll teknik modifikasi stillman
Teknik disebut “ADA – Roll Teknik” dan merupakan cara yang paling
sering dianjurkan karena sederhana tetapi efesien dan dapat digunakan
seluruh bagian mulut.
Bulu-bulu sikat gigi ditempatkan pada gusi sejauh mungki dari dari
permukaan oklusal denga ujung dari bulu-bulu sikat mengarah ke apex dan
sisi bulu sikat digerakkan perlahan-lahan melalui permukaan gigi sehingga
bagian belakang dari kepala sikat bergerak dalam lengkungan. Pada waktu
bulu-bulu sikat lurus permukaan email. Gerakan ini diulangi 8-12 kali
setiap daerah dengan sistematis, sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini
terutama sekali menghasilkan pemijata gusi dan juga diharapkan dapat
membersihkan sisa makanan dari derah interproximal.
4. Vibratory teknik
Diantaranya adalah:
41
a. Charter’s teknik
b. Stillman – teknik
c. Bass teknik
1. Charter’s tehnik
Pada permukaan bukal dan labial, sikat dipegang dengan tangan dalam
kedudukan horizontal. Ujung bulu-bulu sikat gigi diletakkan pada permukaan
gigi membentuk sudut 45o , terhadap sumbu panjang gigi, ke oklusal, hati-hati
jangan sampai menusuk gigi.
Dalam posisi ini sisi-sisi dari bulu sikat berkontak dengan tepi gusi,
sedangkan ujung dari bulu-bulu sikat berada pada permukaan gigi. Kemudian
sikat ditekan sedemikian rupa sehingga ujung-ujung bulu sikat masuk ke
interproximal dan sisi-sisi bulu sikat menekan tepi gusi. Sikat digetarkan
dalam lingkungan-lingkungan kecil, sehingga kepala sikat bergerak secara
sirkulasi, tetapi ujung-ujung bulu sikat harus tetap di tempat semula, setiap
kali dapat dibersihkan 2 a 2 gigi.
Setelah 3 atau 4 lingkaran kecil sikat diangkat, lalu ditempatkan lagi
pada posisi yang sama, setiap daerah dilakukan tiga atau empat kali. Jadi pada
tehnik ini dilakukan gerakan ke oklusal maupun ke apikal. Dengan demikian
ujung-ujung bulu sikat akan melepaskan debris dari permukaan gigi dan di
sisi, bulu-bulu sikat tepi gusi dan gusi interdental.
Permukaan oklusal disikat dengan gerakan yang sama, hanya ujung-
ujung bulu sikat ditekan ke dalam pita dan fissure. Permukaan lingual dan
palatinal akan sukar dibersihkan karena bentuk lengkung dari barisan gigi.
42
Biasanya kepala sikat tidak dapat dipegang secara horisontal, jadi bulu-bulu
sikat pada bagian ujung dari kepala sikat yang dapat digunakan.
Metode Charter’s merupakan cara yang baik untuk pemeliharaan
jaringan, tetapi keterampilan yang dibutuhkan cukup tinggi sehingga jarang
pasien dapat melakukannya dengan sempurna.
a. Stillman – Medal Teknik
Posisi dari bulu-bulu sikat berlawanan dengan Charter’s sikat
gigi ditempatkan dengan sebagian ujung bulu sikat pada gusi,
membentuk sudut 45o terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke spiral.
Kemudian sikat gigi ditekankan sehingga gusi memucat dan ilakukan
gerakan rotasi kecil tanpa merubah kedudukan ujung bulu sikat.
b. Fone’s teknik atau teknik sirkular
Bulu-bulu sikat ditempatkan tegak lurus pada permukaan bukal
dan labial dengan gigi dalam keadaan oklusi. Sikat digerakkan dalam
lingkaran-lingkaran besar sehingga gigi dan gusi rahang atas dan rahang
bawah disikat sekaligus.
Daerah interproximal tidak diberi perhatian khusus setelah
semua permukaan bukal dan labial disikat, mulut dibuka lalu
permukaan lingual dan palatinal disikat dengan gerakan yang sama,
hanya dalam lingkaran-lingkaran yang lebih kecil. Karena cara ini agak
sukar dilakukan di lingual dan palatinal, dapat dilakukan gerakan maju
mundur untuk daerah ini.Teknik ini dilakukan untuk meniru jalannya
43
makanan di dalam mulut waktu mengunyah. Fone’s teknik dianjurkan
untuk anak kecil karena mudah dilakukan.
c. Physiologic Teknik
Untuk teknik ini digunakan sikat gigi dengan bulu-bulu yang
lunak. Tangkai sikat gigi dipegang secara horizontal dengan bulu-bulu
sikat tegak lurus dengan permukaan gigi. Metode ini didasarkan atas
anggapan bahwa penyikatan gigi harus menyerupai jalannya makanan,
yaitu dari mahkota ke arah gusi. Setiap kali dilakukan beberapa kali
gerakan sebelum pindah ke daerah selanjutnya.Teknik ini sukar
dilakukan pada permukaan lingual dari premolar dan molar rahang
bawah, sehingga dapat diganti dengan gerakan getaran dalam lingkaran
kecil.
44
F. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah visualisasi yang biasanya dalam bentuk bagan, dari
kesimpulan hasil telaah pustaka yang menggambarkan hubungan-hubungan (yang
secara teoritis dapat terjadi) antara variabel satu dengan variabel lainnya
berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan. (Ircham Machfoedz : 42, 2010)
TingkatPengetahuan :
1. Tahu2. Memahami3. Aplikasi4. Analisis5. Sintesis6. Evaluasi
TeknikMenyikat Gigi
1. TeknikVertikal
2. TeknikHorizontal
3. Teknik Roll4. Teknik
Vibratorya. Teknik
Charter’sb. Teknik
Stillmanc. Teknik
Bass5. Teknik
Fone’s6. Teknik
Fisiologis7. Teknik
Kombinasi
Waktu MenyikatGigi :
2 kali sehari
1. Pagi setelahsarapan
2. Malamsebelumtidur
Penyuluhan
Media :
1. Cetak( leaflet,flip chat,poster,)
2. Elektonik(televis,video, filmstrip)
3. Papan4. Alat
Peragaa. Lihat
(diproyeksikan : film)
b. Tidakdiproyeksikan (duadimensi :gambar.Tigadimensi :bolaboneka,phantom)
c. Dengar :radio
d. Lihat-dengar :televisi
45
Sumber: media (notoatmodjo, 2007), tingkat pengetahuan (Notoatmodjo,
2007), menyikat gigi (dona Pratiwi, 2009 dan SR DRG BE KIEN NIO
(1989)
G. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel
yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. (Notoadmojo
: 83, 2012)
Media
Phantom Video
Pengetahuan Menyikat Gigi
1. Teknik menyikat gigi :
Teknik kombinasi
2. Waktu menyikat gigi :
2 x sehari, pagi setelah
sarapan dan malam
sebelum tidur
Pengetahuan Menyikat Gigi
1. Teknik menyikat gigi :
Teknik kombinasi
2. Waktu menyikat gigi :
2 x sehari, pagi setelah
sarapan dan malam
sebelum tidur
46
Dari kerangka konsep tersebut peneliti ingin mengetahui “Perbandingan
Penyuluhan Media Phantom dengan Video terhadap Pengetahuan Menyikat Gigi
pada Anak Kelas 5 di SDN 2 Cempaka Nuban”
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.
(Notoatmodjo : 84, 2012)
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah dipaparkan, maka
hipotesis penelitian ini adalah :
H0 : Tidak adanya perbandingan penyuluhan media phantom dengan video
terhadap pengetahuan menyikat gigi pada anak kelas 5 di SDN 2
Cempaka
Nuban.
Ha : Adanya perbandingan penyuluhan media phantom dengan video terhadap
pengetahuan menyikat gigi pada anak kelas 5 di SDN 2 Cempaka Nuban.
I. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel diamati / diteliti, perlu sekali variabel-variabel
tersebut diberi batasan atau “definisi operasional”. Definisi operasional ini juga
bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap
variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur).
(Notoatmodjo : 85, 2012)
47
Tabel 1
Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Pengetahuan
menyikat gigi
dengan media
phantom
Pengetahuan
berarti segala
sesuatu yang
diketahui
siswa-siswi
tentang
menyikat gigi
yang meliputi
cara dan waktu
menyikat gigi
dengan media
phantom.
Wawancara Kuesioner 1. Kurang
bila <
56%
2. Cukup
bila
56% -
75%
3. Baik
bila76%
- 100%
(Arikunto,
2006)
Ordinal
Pengetahuan
menyikat gigi
dengan media
video
Pengetahuan
berarti segala
sesuatu yang
diketahui
siswa-siswi
tentang
menyikat gigi
yang meliputi
cara dan waktu
menyikat gigi
dengan media
video
Wawancara Kuesioner 1. Kurang
bila <
56%
2. Cukup
bila
56% -
75%
3. Baik
bila76%
- 100%
(Arikunto,
2006)
Ordinal