bab ii tinjauan pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/bab ii.pdfgigi dan mulut adalah usaha...

42
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyuluhan Kesehatan 1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungan dengan kesehatan. (Sinta Fitriani : 191, 2011) Menurut drg Siti Nurbayani Tauchid dkk (2014), Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat mau mengubah perilaku lama yang kurang menguntungkan untuk kesehatan gigi, menjadi lebih menguntungkan untuk kesehatan giginya. Pendidikan kesehatan gigi (Dental Health Education) merupakan salah satu program kesehatan gigi denga tujuan menanggulangi masalah kesehatan gigi di Indonesia. Program pendidikan kesehatan gigi merupakan salah satu program yang harus dilaksanakan Pusat Kesehatan Masyarakat secara terpadu dengan usaha kesehatan lainnya dan ditujukan kepada individu. Kesehatan gigi merupakan metode untuk memotivasi pasien agar membersihkan mulut mereka dengan efektif, pendekatan ini ditujukan sedini mungkin pada anak-anak, dan orang dewasa

Upload: others

Post on 18-Dec-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyuluhan Kesehatan

1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan

dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga

masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa

melakukan suatu anjuran yang ada hubungan dengan kesehatan.

(Sinta Fitriani : 191, 2011)

Menurut drg Siti Nurbayani Tauchid dkk (2014), Penyuluhan kesehatan

gigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana

agar seseorang atau kelompok masyarakat mau mengubah perilaku lama yang

kurang menguntungkan untuk kesehatan gigi, menjadi lebih menguntungkan

untuk kesehatan giginya. Pendidikan kesehatan gigi (Dental Health

Education) merupakan salah satu program kesehatan gigi denga tujuan

menanggulangi masalah kesehatan gigi di Indonesia. Program pendidikan

kesehatan gigi merupakan salah satu program yang harus dilaksanakan Pusat

Kesehatan Masyarakat secara terpadu dengan usaha kesehatan lainnya dan

ditujukan kepada individu. Kesehatan gigi merupakan metode untuk

memotivasi pasien agar membersihkan mulut mereka dengan efektif,

pendekatan ini ditujukan sedini mungkin pada anak-anak, dan orang dewasa

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

7

yang belum memiliki pemahaman yang benar (Pratiwi, 2009). Menurut Artini,

dkk (2000) yang dikutip dalam buku Siti Nurbayani Tauchid dalam buku Ajar

Pendidikan Kesehatan Gigi (Buku Kedokteran Gigi, 2014), bahwa program

penyuluhan / pendidikan kesehatan gigi merupakan bagian dari program

pembangunan nasional yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat

ke arah perilaku sehat.

2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan Gigi

Menurut Herijulianti (2000) sebagaimana yang dikemukakan oleh Siti

Nurbayani Tauchid dalam buku Ajar Kesehatan Gigi (Buku Kedokteran Gigi,

2014) bahwa tujuan penyuluhan kesehatan gigi adalah mendapatkan

perubahan perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga tercapai

derajat kesehatan gigi masyarakat yang optimal. Dalam mewujudkan derajat

kesehatan gigi yang optimal, perubahan perilaku yang diharapkan setelah

menerima pendidikan tentunya tidak dapat terjadi sekaligus. Oleh sebab itu,

sama seperti disebutkan di atas, pencapaian target penyuluhan kesehatan gigi

dibagi menjadi tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Hasil yang diharapkan dari penyuluhan kesehatan gigi dalam jangka pendek

adalah tercapainya perubahan pengetahuan dari masyarakat. Dalam tujuan

jangka menengah, hasil yang diharapkan yaitu adanya peningkatan pengertian,

sikat dan keterampilan yang akan mengubah perilaku masyarakat ke arah

perilaku sehat. Tujuan jangka panjang adalah masyarakat dapat menjalankan

perilaku sehat dalam kehidupan sehari-harinya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

8

3. Sasaran Penyuluhan

Di dalam penyuluhan, sasaran biasanya dibagi dua sebagai berikut :

1. Sasaran langsung, yaitu kelompok yang langsung dikenai program

pendidikan kesehatan gigi, misalnya murid SD. Sasaran pada murid SD

juga perlu diperhatikan kelompok usianya. Anak usia 6-8 tahun (kelas 1-2

SD) masih dipengaruhi fantasi sehingga kenyataan bercampur-campur

dengan fantasi, sedangkan usia 8-10 tahun (kelas 3-4 SD) merupakan masa

berpikir naif dan nyata atau masa mengumpulkan ilmu pengetahuan, dan

usia 10-12 tahun merupakan masa berpikir kritis dan nyata. Pengetahuan

yang diberikan perlu disesuaikan dengan kelompok sasaran sehingga pesan

yang diberikan dapat efektif. Hal yang ada pada sasaran ini perlu

diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan di dalam memilih metode untuk

meyampaikan pendidikan kesehatan gigi.

2. Sasaran tidak langsung, yaitu kelompok yang menjadi sasaran antara,

seperti orang tua murid SD, dan guru, karena perilaku mereka mempunyai

pengaruh besar pada anak-anak atau muridnya, Peran fasilitator disini

adalah sebagai perancang.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

9

B. Media Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo 2007, yang dimaksud dengan media pendidikan

kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA). Disebut media

pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk

menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk

mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau ‘klien’.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media

ini dibagi menjadi 3, yakni

1. Media cetak

2. Media elektronik

3. Media papan (bill board)

a. Media cetak

Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan sangat bervariasi antara lain:

1. Booklet : ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

2. Leaflet : ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam

bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi

3. Flyer (selebaran) : ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk

lipatan

4. Flip chart (lembar balik) : media penyampaian pesan atau informasi-

informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

10

bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan

dan di baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan

dengan gambar tersebut.

5. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai

bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan.

6. Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi

kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-

tempat umum, atau di kendaraan umum.

7. Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

b. Media elektronik

Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan

atau informasi-informasi kesehatan dan jenisnya berbeda-beda, antara

lain:

1. Televisi : penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan

melalui media televisi dapat dalam bentu : sandiwara, sinetron,

forum diskusi atau tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato

(ceramah), TV, sport, quiz, atau cerdas cermat, dan sebagainya.

2. Radio : penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui

radio juga dapat berbentuk macam-macam antara lain : obrolan

(tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan

sebagainya.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

11

3. Video : penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat

melalui video.

Menurut Wahit dkk : 148, 2007, Video mampu menampilkan gambar

bergerak (gambar hidup) dengan disertai suara. Secara empiris kata video berasal

dari sebuah singkatan yang dalam bahasa inggris yaitu visual dan audio. Kata “vi”

adalah singkatan dari visual yang berarati gambar, kemudian pada kata “deo”

adalah singkatan dari audio yang berarti suara. Ada juga pendapat yang

mengatakan video sebenarnya berasal dari bahasa latin, video-vidi-visum yang

artinya melihat (mempunyai daya penglihatan), dapat melihat.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan

video adalah seperangkat komponen atau media yang mampu menampilkan

gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan. Pada dasarnya hakikat video

adalah mengubah suatu ide atau gagasan menjadi sebuah tayangan gambar dan

suara yang proses perekamannya dan penayangannya melibatkan teknologi

tertentu.

Video merupakan media audio visual yang semakin popular dalam

masyarakat. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif yang bisa

bersifat informatif, edukatif maupun intruksional.

Kelebihan video :

a. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari

rangsangan luar lainnya.

b. Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat

memperoleh informasi dari ahli-ahli / spesialis.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

12

c. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya,

sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada

penyajiannya.

d. Kamera tv bisa mengamati lebih dekat objek yang lagi bergerak atau

objek yang berbahaya seperti harimau.

e. Kontrol sepenuhnya di tangan guru

f. Ruangan tak perlu digelapkan

g. Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.

h. Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan

disisipi komentar yang akan didengar.

Kelemahan Video :

a. Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang

dipraktekkan.

b. Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi dengan

pencarian bentuk umpan balik yang lain.

c. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara

sempurna.

d. Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks. (Wahit dkk : 148,

2007)

4. Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau

informasi-informasi kesehatan.

5. Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

13

c. Media papan (bill board)

Papan (bill board) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat

dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan.

Media papan disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada

lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan

taksi).

C. Alat Bantu (Peraga)

Menurut Notoatmodjo 2007, yang dimaksud alat bantu pendidikan adalah alat-

alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan /

pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut ‘alat peraga’, karena berfungsi

untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran.

Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada

setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak

indra yang digunakan untuk menerima sesuatu makan semakin banyak dan

semakin jelas pula pengertian / pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain,

alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indra sebanyak mungkin kepada

suatu objek, sehingga mempermudah persepsi.

Seseorang atau masyarakat di dalam proses pendidikan dapat memperoleh

pengalaman / pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu pendidikan. Tetapi

masing-masing alat mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam membantu

persepsi seseorang. Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam,

antara lain :

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

14

1. Kata-kata

2. Tulisan

3. Rekaman, radio

4. Fim

5. Televisi

6. Pameran

7. Field trip

8. Demontstrasi

9. Sandiwara

10. Benda tiruan

11. Benda asli

Dari urutan tersebut dapat dilihat bahwa urutan yang paling bawah adalah

benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam

proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk

mempersepsi bahan pendidikan / pengajaran. Sedangkan penyampaian bahan yang

hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektf atau intensitasnya paling rendah.

Jelas bahwa menggunakan alat peraga adalah salah satu prinsip proses pendidikan.

Dalam rangka pendidikan kesehatan masyarakat sebagai konsumer juga dapat

dilibatkan dalam pembuatan alat peraga (alat bantu pendidikan). Untuk itu,

petugas kesehatan berperan untuk membimbing dan membina, bukan hanya dalam

hal kesehatan mereka sendiri, tetapi juga memotivasi mereka sehingga

meneruskan informasi kesehatan kepada anggota masyarakat yang lain.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

15

Alat peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan

kesehatan dapat disampaikan lebih jelas, dan masyarakat sasaran dapat menerima

pesan orang tersebut dengan jelas dan tepat. Dengan alat peraga orang dapat lebih

mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit, sehingga mereka dapat

menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.

Macam-Macam Alat Bantu Pendidikan

Pada garis besarnya, hanya ada 2 macam alat bantu pendidikan (alat

peraga) :

1. Alat Bantu Lihat (Visual Aids)

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indra mata

(penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2

bentuk :

a. Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dan

sebagainya.

b. Alat-alat yang tidak dapat diproyeksikan :

1. Dua dimensi, gambar peta, bagan, dan sebagainya.

2. Tiga dimensi, misal bola dunia, boneka, alat peragaan (phantom),

dan sebagainya.

3. Model Anatomi Gigi (Phantom Gigi)

Sesuai dengan namanya, alat peraga ini berbentuk sebuah gigi

manusia beserta lidah dan gusinya. Terdiri dari gigi atas dan bawah.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

16

Alat peraga ini digunakan untuk mempelajari bagian- bagian gigi

manusia.

(https://alatperagakesehatan.net/phantom-kedokteran-dan-

keperawatan/)

2. Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids)

Ialah alat yang membantu menstimulasi indra pendengar, pada

waktu proses penyampaian bahan pendidikan / pengajaran. Misalnya

piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.

3. Alat Bantu Lihat – Dengar, seperti : televisi dan video cassette.

Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual

Aids (AVA).

D. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca

indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). (Notoatmodjo, 2007:143)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

17

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:

a. Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,

‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diiketahui, dan dapat menginterpretasi materi

tersebut sacara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

18

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja:

dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut A. Wawan dan Dewi M dalam bukunya yang berjudul Teori

& Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia, faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan antara lain :

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

19

a. Faktor Internal

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk

mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang

dikutip Notoatmodjo (2003) sebagaimana yang dikemukakan oleh A.

Wawan dan Dewi M dalam buku Teori & Pengukuran Pengetahuan ,

Sikap dan Perilaku Manusia (Wawan, 2010) bahwa pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola

hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam

pembangunan. Menurut Nursalam (2003) yang dikutip dalam buku A.

Wawan dan Dewi M (2010) pada umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah menerima informasi.

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan keidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah

sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah

yang membosankan berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja

umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-

ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

20

3. Umur

Usia adalah umur inividu yang mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. emakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari

orang yang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai

dari pengalaman dan kematangan jiwa. (A. Wawan dan Dewi M,

2010:17)

b. Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan

dan perilaku orang atau kelompok. (A. Wawan dan Dewi M, 2010)

2. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. (A. Wawan dan

Dewi M, 2010:18)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

21

4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat

tersebut di atas. (Notoatmodjo, 2007:146)

5. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) yang dikutip dalam buku A. Wawan

dan Dewi M (2010) bahwa pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala ang bersifat kualitatif, yaitu:

a. Baik : hasil persentase 76%-100%

b. Cukup : hasil persentase 56%-75%

c. Kurang : hasil persentase > 56%

Rumus yang digunakan dalam penentuan tingkat pengetahuan di atas

yaitu:

Rumus : = = x 100%

Keterangan : P = Persentase

F = Jumlah jawaban yang benar

N = Jumlah soal

(Ircham Mahfoedz, 2010)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

22

E. Menyikat Gigi

1. Menurut SR DRG BE KIEN NIO (1989)

Menyikat gigi merupakan cara yang umum dianjurkan untuk

membersihkan seluruh deposit lunak dan plak pada permukaan gigi dan gusi.

Terdapat bermacam-macam teknik menyikat gigi dan memijat gusi. Cara yang

terbaik untuk seorang pasien tertentu, dapat ditentukan oleh dokter

gigi/perawat gigi setelah memeriksa mulut pasien secara teliti.

Dalam menyikat gigi, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai

berikut:

a. Teknik menyikat gigi harus sederhana, tepat, efisien dan dapat

membersihkan semua permukaan gigi dan gusi, terutama daerah saku

gusi dan interdental.

b. Cara menyikat gigi harus sistematik supaya tidak ada gigi yang

terlampaui.

c. Gerakan sikat gigi tidak boleh mnyebabkan kerusakan jaringan gusi

atau abrasi gigi.

d. Frekuensi menyikat gigi

Idealnya 3x sehari yaitu setiap sesudah makan dan sebelum tidur.

Dalam prakteknya tidak selalu dapat dilakukan, terutama bila siang dimana

seseorang berada di kamar atau di sekolah (di luar rumah). Di beberapa

daerah di Indonesia, penduduk biasa hanya menggosok gigi 1x sehari yaitu

waktu mandi sore.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

23

Menson (1971) yang dikutip dalam BE KIE NIO (1992) berpendapat

bahwa menyikat gigi sebaiknya 2x sehari yaitu setiap kali setelah makan

pagi dan sebelum tidur malam. Loe (1965) menunjukkan suatu percobaan

bahwa dengan frekuensi menyikat gigi 1x sehari secara teliti, gusi dapat

dipertahankan dalam keadaan sehat. (BE KIE NIO, 1992)

e. Lamanya menyikat gigi

Dianjurkan paling sedikit 5 menit, tetapi sesungguhnya terlalu

lama. Umumnya pasien menyikat gigi paling lama 2 menit.

f. Supaya menyikat gigi lebih baik

Dapat digunakan disclosing solution/tablet sebelum dan sesudah

menyikat gigi.

Berdasarkan macam gerakan yang dilakukan, tehnik menyikat gigi dapat

digolongkan dalam 6 golongan, yaitu:

1. Vertical Technic

Teknik ini mudah dilakukan, sehingga orang-orang yang belum diberi

pendidikan biasa menyikat gigi dengan vertical technic.Vertical technic

sebetulnya kurang baik karena dapat menyebabkan resesi gusi. Kedua rahang

tertutup (oklusi), permukaan labial dan bukal gigi disikat dengan gerakan ke

atas – ke bawah. Untuk permukaan lingual dan palatinal dilakukan gerakan

yang sama dengan mulut terbuka.

a. Letak bulu sikat

Tegak lurus pada permukaan bukal dan labial gigi dalam keadaan

oklusi.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

24

b. Gerakan sikat

Ke atas – ke bawah

c. Kerugian

1. Permukaan oklusal, lingual, dan palatinal tidak dapat dibersihkan.

2. Gusi tidak dapat dipijat.

3. Dapat menyebabkan resesi gusi.

2. Horizontal Technic

Seperti vertical technic, teknik ini mudah dilakukan. Orang-orang yang

belum diberi pendidikan juga bisa menyikat gigi dengan horizontal technic.

a. Letak bulu sikat

Tegak lurus pada permukaan labial, bukal, palatinal, lingual dan

oklusi gigi.

Gambar 1

Gambar 2

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

25

1. Gerakan sikat

Gigi anterior, ke kiri – ke kanan

Gigi posterior, ke depan – ke belakang

Permukaan oklusal ke depan – ke belakang

Pada permukaan oklusal, teknik horizontal ini disebut “scrub brush technic”

Teknik ini terbukti merupakan cara yang sesuai dengan bentuk anatomis

permukaan oklusal.

2. Kerugian

a. Daerah interdental tidak dapat dibersihkan

b. Gusi tidak dipijat

Gambar 3

Gambar 4

Gambar 5

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

26

c. Dapat menyebabkan resesi gusi dan abrasi gigi

3. Roll Technic atau Modifikasi Stillman

Teknik ini disebut “Ada Roll Technic”. Teknik ini paling sering

dianjurkan karena sederhana, efisien dan dapat digunakan di seluruh bagian

mulut. Roll technic dapat menghasilkan pemijatan gusi dan membersihkan sisa

makanan pada daerah interproksimal.

a. Letak bulu sikat

Pada gusi sejauh mungkin dari permukaan oklusal. Ujung bulu

sikat mengarah ke apikal.

b. Gerakan sikat

a. Membentuk lengkungan, sehingga bulu-bulu sikat akan melalui

permukaan gigi.

b. Pada waktu bulu sikat melalui mahkota gigi, bulu-bulu sikat

hampir tegak lurus pada permukaan email.

Gambar 6

Gambar 7

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

27

c. Kerugian

Permukaan oklusi tidak dapat dibersihkan.

4. Vibratory Technics

Terdiri dari

a. Charter’s technic

b. Stillman – Mc Call technic

c. Bass technic

1. Charter’s technic

Teknik ini merupakan cara yang paling baik untuk memelihara

jaringan, karena selain dapat membersihkan permukaan gigi juga dapat

memijat gusi. Pada charter’s technic dibutuhkan keterampilam yang tinggi,

sehingga jarang pasien dapat melakukannya dengan sempurna.

Permukaan labial dan bukal

a. Letak bulu sikat

Pada permukaan gigi, sedemikian rupa, sehingga sisi-sisi bulu sikat

membentuk susut 450 dengan sumbu panjang gigi. Ujung bulu sikat mengarah

ke oklusal.

Gambar 8

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

28

b. Gerakan sikat

1. Sikat ditekan sehingga ujung-ujung bulu sikat masuk ke

interproksimal, sedangkan sisi-sisi bulu sikat menekan tepi gusi (hati-

hati jangan menusuk gusi).

2. Kemudian sikat digerakkan secara sirkulasi (membentuk lingkaran-

lingkaran kecil), dengan ujung-ujung bulu sikat tetap pada tempat

semula.

3. Setiap kali gerakan sikat, dapat dibersihkan 2 atau kali.

4. Setelah 3 atau 4 lingkaran kecil, sikat diangkat dan ditempatkan lagi

pada posisi yang sama. Dilakukan kembali gerakan yang sama 3

sampai 4 kali.

Permukaan oklusal

a. Letak bulu sikat

Tegak lurus pada permukaan oklusal (pits dan fissures)

Gambar 9

Gambar 10

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

29

b. Gerakan sikat

Sama dengan gerakan sikat untuk permukaan labial dan bukal.

Permukaan lingual dan palatinal

Daerah ini sukar dibersihkan, karena bentuk lengkung dari barisan gigi.

Biasanya kepala sikat tidak dapat dipegang horizontal dan hanya ujung bulu-bulu

sikat yang dapat digunakan.

1. Kerugian Charter’s technic

a. Diperlukan keterampilan khusus, sehingga pasien jarang dapat

melakukannya dengan sempurna.

b. Daerah lingual dan palatinal tidak dapat dibersihkan.

2. Stillman – Mc Call technic

Teknik ini hampir sama dengan charter’s technic, tetapi ujung bulu-

bulu sikat mengarah ke apikal sehingga penyikatan terbatas pada daerah

serviksl gigi dan gusi.

Gambar 11

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

30

a. Letak bulu sikat

Sebagian terletak pada gigi dan sebagian lagi terletak pada gusi. Sisi bulu

sikat membentuk sudut 450 terhadap sumbu panjang gigi, mengarah ke

apikal.

b. Gerakan sikat

1. Sikat ditekan dengan ujung bulu sikat tetap tempatnya sampai gusi

memucat.

2. Kemudian dilakukan gerakan rotasi kecil (membentuk lingkaran) dengan

cara sedikit melekuk bulu-bulu sikat. Bulu sikat dapat ditekuk ketiga

jurusan. Hati-hati jangan mengakibatkan friksi atau trauma pada gusi.

Pada metode Stillman Mc Call, penyikatan hanya terbatas pada daerah

servikal gigi pada gusi. Oleh beberapa ahli, metode ini dirubah sedikit yaitu

ditambah dengan gerakan ke oklusal, sedangkan ujung bulu-bulu sikat tetap

Gambar 12

Gambar 13

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

31

mengarah ke apikal. Dengan demikian setiap gerakan berakhir di ujung

insisal’oklusal dari mahkota.

3. Kerugian

Permukaan lingual, palatinal dan oklusal tidak dapat dibersihkan.

3. Bass technic

Pada teknik ini yang dibersihkan adalah daerah saku gusi, sedangkan

tepi gusi tidak dipijat. Sikat gigi yang dipakai adalah adalah sikat gigi yang

lunak. Bass technic biasa dianjurkan pada pasien-pasien post operation.

a. Letak tangkai sikat

1. Untuk permukaan labial dan bukal, tangkai sikat dipegang dalam kedudukan

horizontal dan sejajar dengan lengkung gigi.

2. Untuk permukaan lingual dan palatinal gigi belakang, tangkai sikat agak

menyudut (hampir horizontal).

3. Untuk permukaan lingual dan palatinal gigi depan, tangkai sikat dipegang

vertikal

b. Letak bulu sikat

Pada tepi gusi, sedangkan sisi-sisi bulu sikat membentk sudut 450

pada sumbu panjang gigi mengarah ke apikal.

Gambar 14

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

32

c. Gerakan sikat

1. Sikat digerakkan dengan getaran-getaran kecil, sambil ditarik ke

depan – ke belakang kurang lebih selama 10 – 15 detik.

2. Setiap daerah meliputi 2 atau 3 gigi.

d. Kerugian

Permukaan oklusal tidak dapat dibersihkan.

5. Fone’s Technic atau Teknik sirkuler

Teknik ini dilakukan untuk meniru jalannya makanan alam mulut waktu

mengunyah. Daerah interpriksimal tidak diberi perhatian khusus. Fone’s technic

dianjurkan untuk anak kecil karena mudah dilakukan.

Gambar 15

Gambar 16

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

33

Permukaan labial dan bukal

a. Letak bulu sikat

Tegak lurus pada permukaan labial dan bukal gigi dalam keadaan

oklusal.

b. Gerakan sikat

Sikat digerakkan dalam lingkaran-lingkaran besar, sehingga gigi dan

gusi rahang atas dan bawah disikat sekaligus.

Permukaan lingual dan palatinal

a. Letak bulu sikat

Tegak lurus pada permukaan lingual dan palatinal gigi, mulut dalam

keadaan terbuka.

Gambar 17

Gambar 18

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

34

b. Gerakan sikat

1. Sikat digerakkan dalam lingkaran-lingkaran lebih kecil daripada gerakan

sikat untuk permukaa labial dan bukal.

2. Teknik ini sukar sehingga dapat diganti dengan gerakan maju – mundur.

c. Kerugian Fone’s technic

a. Untuk permukaan lingual dan palatinal, teknik ini agak sukar

dilakukan.

b. Daerah interproksimal tidak dapat dibersihkan.

6. Physiologis Technic

Pada teknik ini digunakan sikat gigi dengan bulu – bulu sikat yang lunak.

Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa penyikatan gigi menyerupai jalannya

makanan yaitu dari makota ke arah gusi.

a. Letak bulu sikat

Tegak lurus pada permukaan gigi, sedangkan tangkai sikat gigi

dipegang horzontal.

b. Gerakan sikat

a. Sikat digerakkan dari mahkota ke arah gusi.

Gambar 19

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

35

b. Setiap kali, dilakukan beebrapa kali gerakan sebelum pindah ke daerah

selanjutnya.

c. Kerugian

Permukaan lingual gigi P dan M rahang bawah sukar dibersihkan,

dapat diganti dengan getaran-getaran dalam lingkaran kecil.

2. Menurut drg. Donna Pratiwi, Sp. Prosto (2009)

Walaupun kita selalu mengatakan telah menyikat gigi dua kali

sehari, namun sebagian besar orang tetap memiliki plak dalam mulutnya.

Hal ini menunjukkan bahwa metode pembersihan yang dilakukan belum

tepat. Ada beberapa metode yang disarankan para ahl, namum belum dapat

dibuktikan metode mana yang terbaik. Metode tersebut diantaranya:

a. Scrub memperkenalkan cara sikat gigi dengan menggerakkan sikat

secara horizontal. Ujung bulu sikat diletakkan pada area batas gusi

dan gigi, kemudian digerakkan maju dan mundur berulang-ulang.

b. Roll memperkenalkan cara menyikat gigi dengan gerakan memutar

mulai dari permukaan kunyah gigi belakang, gusi dan seluruh

Gambar 20

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

36

permukaan gigi sisanya. Bulu sikat diletakkan pada area batas gusi

dan gigi dengan posisi paralel dengan sumbu tegaknya gigi.

c. Bass meletakkan bulu sikatnya pada area batas gusi dan gigi sambil

membentuk sudut 45o dengan sumbu tegak gigi. Sikat gigi digetarkan

di tempat tanpa mengubah-ubah posisi bulu sikat.

d. Stillman mengaplikasikan metode dengan menekan bulu sikat dari

arah gusi ke gigi secara berulang. Setelah sampai di permukaan

kunyah, bulu sikat digerakkan memutar. Bulu sikat diletakkan pada

area batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45 derajat dengan

sumbu tegak gigi seperti pada metode bass.

e. Fones mengutarakan metode gerakan sikat secara horizontal

sementara gigi ditahan pada posisi menggigit atau oklusi. Gerakan

dilakukan memutar dan mengenai seluruh permukaan gigi atas dan

bawah.

f. Charter’s meletakkan bulu sikat menekan gigi dengan arah bulu sikat

menghadap permukaan kunyah/oklusal gigi. Arahkan 45o pada

daerah leher gigi. Tekan pada daerah leher gigi dan sela-sela gigi

kemudian getarkan minimal 10 kali pada tiap-tiap area dalam mulut.

Gerak berputar dilakukan terlebih dulu untuk membersihkan daerah

mahkota gigi. Metode ini baik untuk membersihkan plak di daerah

sela-sela gigi, pada pasien yang memakai alat ortodontik cekat/kawat

gigi dan pada pasien dengan gigi tiruan yang permanen.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

37

Setiap metode yang telah disarankan oleh beberapa dokter gigi ahli memiliki

kesulitan tersendiri. Bagi anak-anak disarankan memulai dengan metode scrub

dan dilnjutkan dengan metode bass. Secara umum sampai saay ini disimpulkan

bahwa cara sikat gigi yang paling efektif adalah dengan mengombinasikan

metode-metode tersebut.

Metode Kombinasi

1. Pada gerakan vertikal, bulu sikat diletakkan tegak lurus dengan permukaan

fasial gigi dan digerakkan dari atas ke bawah atau sebaliknya. Gerakan ini

dilakukan di daerah permukaan fasial gigi dari depan sampai belakang.

Gerak vertikal bertujuan melepaskan sisa makanan yang terselip di antara

lekuk permukaan gigi dan antara gigi dengan gusi. Bulu sikat bergerak dari

daerah leher gigi (perbatasan garis gusi dan gigi) ke arah mahkota gigi.

Artinya pada gigi atas, bulu sikat bergerak dari atas ke bawah dan gerak

sebaliknya pada gigi bawah. Hal ini dilakukan untuk mencegah iritasi gusi

dan pembersihan yang tidak efektif.

2. Gerakan vertikal juga dilakukan pada permukaan dalam gigi yaitu

permukaan palatal pada gigi atas dan lingual pada gigi bawah. Seperti pada

permukaan fasial, bulu sikat bergerak menarik sisa makanan dari daerah

leher gigi ke arah mahkota gigi.

3. Gerakan horizontal dilakukan pada permukaan gigit atau kunyah

(permukaan oklusal) pada gigi geraham (premolar dan molar). Bulu sikat

digerakkan maju-mundur secara berulang-ulang.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

38

4. Gerakan memutar dilakukan pada permukaan fasial gigi atas sampai bawah

dari belakang kiri, ke depan dan belakang kiri. Gerakan ini dilakukan pada

posisi gigi atas berkontak dengan bawah.

5. Setelah itu, dilakukan penyikatan pada lidah di seluruh permukaannya,

terutama bagian atas lidah. Gerakan pada lidah tidak ditentukan, namun

umumnya adalah dari pangkal belakang lidah sampai ujung lidah.

6. Seluruh gerakan ini dapat diulang-ulang tanpa perlu berurutan seperti di

atas dan memakan waktu minimal tiga menit.

3. Menurut drg. Ny. Iendah Djuita (1992)

Menyikat gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk

membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi. Terdapat teknik

yang berbeda-beda untuk membersihkan gigi dan memijat gusi dengan sikat

gigi. Cara yang terbaik untuk seorang pasien tertentu dapat ditentukan oleh

dokter gigi atau perawat gigi. Dalam penyikatan gigi harus diperatikan hal-

hal sebagai berikut:

a. Teknik penyikatan gigi harus dapat memberikan semua permukaan

gigi dan gusi secara efisien, terutama daerah saku gigi dan daerah

interdental.

b. Pergerakan dari sikat gigi tidak boleh menyebabkan kerusakan

jaringan gusi dan abrasi gigi.

c. Teknik penyikatan harus sederhana, tepat dan efisien dalam waktu.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

39

Mengenai frekuensi penyikatan gigi telah disetujui bahwa gigi sebaiknya

dibersihkan 3x sehari, setiap kali sehabis makan, dan sebelum tidur. Tetapi di

dalam prakteknya tidak selalu dapat dilakukan, terutama bila siang hari dimana

seseorang berada di kantor, di sekolah atau di tempat lainnya.

Manson (1971) dikutip dalam Indah Djuita 1992, berpendapat bahwa

penyikatan gigi sebaiknya 2x sehari, yaitu setiap kali setelah makan pagi dan

sebelum tidur malam. Meskipun demikian Loe (1965) telah menunjukkan dengan

suatu percobaan bahwa dengan frekuensi penyikatan gigi satu kali sehari secara

teliti sehingga semua plaque hilang, gusi dapat dipertahankan dalam keadaan

sehat. (Indah Djuita, 1992)

Lamanya penyikatan gigi dianjurkan minimal lima menit. Tetapi ini

sesungguhnya ini terlalu lama. Umumnya orang melakukan penyikatan gigi

maksimum selama 5 menit. Cara penyikatan gigi harus sistematis supaya tidak

ada sisa makanan tertinggal, yaitu mulai dari posterior ke anterior dan berakhir

pada poterior sisi lainnya.Supaya penyikatan gigi lebih baik, dapat dipergunakan

disclosing atau tablet, sebelum dan sesudah penyikatan gigi. Sebagai petunjukan

efektivitas pengambilan dental plaque. Kebanyakan teknik penyikatan gigi dapat

digolongkan ke dalam suatu golongan atau cara 4 macam gerakan yang dilakukan

yaitu:

1. Vertikal Teknik

Kedua rahang tertutup, kemudian permukan bukal / labial disikat

dengan gerakan ke atas ke bawah. Untuk permukaan lingual dan palatinal

dilakukan gerakan yang sama dengan mulut yang terbuka.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

40

2. Horizontal Teknik

Bukal dan lingual disikat dengan gerakan ke depan ke belakang.

Untuk permukaan oklusal, gerakan horizontal yang sering disebut “scrub

brush” teknik, dapat dilakukan dan terbukti merupakan cara yang sesuai

dengan bentuk anatomi permukaan oklusal.Kebanyakan orang yang belum

diberi pendidikan khusus, biasanya menyikat gigi dengan teknik vertikal

dan horisontal, cara-cara ini tidak baik karena dapat menyebabkan resesi

gusi dan abrasi gigi.

3. Roll teknik modifikasi stillman

Teknik disebut “ADA – Roll Teknik” dan merupakan cara yang paling

sering dianjurkan karena sederhana tetapi efesien dan dapat digunakan

seluruh bagian mulut.

Bulu-bulu sikat gigi ditempatkan pada gusi sejauh mungki dari dari

permukaan oklusal denga ujung dari bulu-bulu sikat mengarah ke apex dan

sisi bulu sikat digerakkan perlahan-lahan melalui permukaan gigi sehingga

bagian belakang dari kepala sikat bergerak dalam lengkungan. Pada waktu

bulu-bulu sikat lurus permukaan email. Gerakan ini diulangi 8-12 kali

setiap daerah dengan sistematis, sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini

terutama sekali menghasilkan pemijata gusi dan juga diharapkan dapat

membersihkan sisa makanan dari derah interproximal.

4. Vibratory teknik

Diantaranya adalah:

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

41

a. Charter’s teknik

b. Stillman – teknik

c. Bass teknik

1. Charter’s tehnik

Pada permukaan bukal dan labial, sikat dipegang dengan tangan dalam

kedudukan horizontal. Ujung bulu-bulu sikat gigi diletakkan pada permukaan

gigi membentuk sudut 45o , terhadap sumbu panjang gigi, ke oklusal, hati-hati

jangan sampai menusuk gigi.

Dalam posisi ini sisi-sisi dari bulu sikat berkontak dengan tepi gusi,

sedangkan ujung dari bulu-bulu sikat berada pada permukaan gigi. Kemudian

sikat ditekan sedemikian rupa sehingga ujung-ujung bulu sikat masuk ke

interproximal dan sisi-sisi bulu sikat menekan tepi gusi. Sikat digetarkan

dalam lingkungan-lingkungan kecil, sehingga kepala sikat bergerak secara

sirkulasi, tetapi ujung-ujung bulu sikat harus tetap di tempat semula, setiap

kali dapat dibersihkan 2 a 2 gigi.

Setelah 3 atau 4 lingkaran kecil sikat diangkat, lalu ditempatkan lagi

pada posisi yang sama, setiap daerah dilakukan tiga atau empat kali. Jadi pada

tehnik ini dilakukan gerakan ke oklusal maupun ke apikal. Dengan demikian

ujung-ujung bulu sikat akan melepaskan debris dari permukaan gigi dan di

sisi, bulu-bulu sikat tepi gusi dan gusi interdental.

Permukaan oklusal disikat dengan gerakan yang sama, hanya ujung-

ujung bulu sikat ditekan ke dalam pita dan fissure. Permukaan lingual dan

palatinal akan sukar dibersihkan karena bentuk lengkung dari barisan gigi.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

42

Biasanya kepala sikat tidak dapat dipegang secara horisontal, jadi bulu-bulu

sikat pada bagian ujung dari kepala sikat yang dapat digunakan.

Metode Charter’s merupakan cara yang baik untuk pemeliharaan

jaringan, tetapi keterampilan yang dibutuhkan cukup tinggi sehingga jarang

pasien dapat melakukannya dengan sempurna.

a. Stillman – Medal Teknik

Posisi dari bulu-bulu sikat berlawanan dengan Charter’s sikat

gigi ditempatkan dengan sebagian ujung bulu sikat pada gusi,

membentuk sudut 45o terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke spiral.

Kemudian sikat gigi ditekankan sehingga gusi memucat dan ilakukan

gerakan rotasi kecil tanpa merubah kedudukan ujung bulu sikat.

b. Fone’s teknik atau teknik sirkular

Bulu-bulu sikat ditempatkan tegak lurus pada permukaan bukal

dan labial dengan gigi dalam keadaan oklusi. Sikat digerakkan dalam

lingkaran-lingkaran besar sehingga gigi dan gusi rahang atas dan rahang

bawah disikat sekaligus.

Daerah interproximal tidak diberi perhatian khusus setelah

semua permukaan bukal dan labial disikat, mulut dibuka lalu

permukaan lingual dan palatinal disikat dengan gerakan yang sama,

hanya dalam lingkaran-lingkaran yang lebih kecil. Karena cara ini agak

sukar dilakukan di lingual dan palatinal, dapat dilakukan gerakan maju

mundur untuk daerah ini.Teknik ini dilakukan untuk meniru jalannya

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

43

makanan di dalam mulut waktu mengunyah. Fone’s teknik dianjurkan

untuk anak kecil karena mudah dilakukan.

c. Physiologic Teknik

Untuk teknik ini digunakan sikat gigi dengan bulu-bulu yang

lunak. Tangkai sikat gigi dipegang secara horizontal dengan bulu-bulu

sikat tegak lurus dengan permukaan gigi. Metode ini didasarkan atas

anggapan bahwa penyikatan gigi harus menyerupai jalannya makanan,

yaitu dari mahkota ke arah gusi. Setiap kali dilakukan beberapa kali

gerakan sebelum pindah ke daerah selanjutnya.Teknik ini sukar

dilakukan pada permukaan lingual dari premolar dan molar rahang

bawah, sehingga dapat diganti dengan gerakan getaran dalam lingkaran

kecil.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

44

F. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah visualisasi yang biasanya dalam bentuk bagan, dari

kesimpulan hasil telaah pustaka yang menggambarkan hubungan-hubungan (yang

secara teoritis dapat terjadi) antara variabel satu dengan variabel lainnya

berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan. (Ircham Machfoedz : 42, 2010)

TingkatPengetahuan :

1. Tahu2. Memahami3. Aplikasi4. Analisis5. Sintesis6. Evaluasi

TeknikMenyikat Gigi

1. TeknikVertikal

2. TeknikHorizontal

3. Teknik Roll4. Teknik

Vibratorya. Teknik

Charter’sb. Teknik

Stillmanc. Teknik

Bass5. Teknik

Fone’s6. Teknik

Fisiologis7. Teknik

Kombinasi

Waktu MenyikatGigi :

2 kali sehari

1. Pagi setelahsarapan

2. Malamsebelumtidur

Penyuluhan

Media :

1. Cetak( leaflet,flip chat,poster,)

2. Elektonik(televis,video, filmstrip)

3. Papan4. Alat

Peragaa. Lihat

(diproyeksikan : film)

b. Tidakdiproyeksikan (duadimensi :gambar.Tigadimensi :bolaboneka,phantom)

c. Dengar :radio

d. Lihat-dengar :televisi

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

45

Sumber: media (notoatmodjo, 2007), tingkat pengetahuan (Notoatmodjo,

2007), menyikat gigi (dona Pratiwi, 2009 dan SR DRG BE KIEN NIO

(1989)

G. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel

yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. (Notoadmojo

: 83, 2012)

Media

Phantom Video

Pengetahuan Menyikat Gigi

1. Teknik menyikat gigi :

Teknik kombinasi

2. Waktu menyikat gigi :

2 x sehari, pagi setelah

sarapan dan malam

sebelum tidur

Pengetahuan Menyikat Gigi

1. Teknik menyikat gigi :

Teknik kombinasi

2. Waktu menyikat gigi :

2 x sehari, pagi setelah

sarapan dan malam

sebelum tidur

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

46

Dari kerangka konsep tersebut peneliti ingin mengetahui “Perbandingan

Penyuluhan Media Phantom dengan Video terhadap Pengetahuan Menyikat Gigi

pada Anak Kelas 5 di SDN 2 Cempaka Nuban”

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

(Notoatmodjo : 84, 2012)

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah dipaparkan, maka

hipotesis penelitian ini adalah :

H0 : Tidak adanya perbandingan penyuluhan media phantom dengan video

terhadap pengetahuan menyikat gigi pada anak kelas 5 di SDN 2

Cempaka

Nuban.

Ha : Adanya perbandingan penyuluhan media phantom dengan video terhadap

pengetahuan menyikat gigi pada anak kelas 5 di SDN 2 Cempaka Nuban.

I. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel-variabel diamati / diteliti, perlu sekali variabel-variabel

tersebut diberi batasan atau “definisi operasional”. Definisi operasional ini juga

bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap

variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur).

(Notoatmodjo : 85, 2012)

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/107/3/BAB II.pdfgigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat

47

Tabel 1

Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Pengetahuan

menyikat gigi

dengan media

phantom

Pengetahuan

berarti segala

sesuatu yang

diketahui

siswa-siswi

tentang

menyikat gigi

yang meliputi

cara dan waktu

menyikat gigi

dengan media

phantom.

Wawancara Kuesioner 1. Kurang

bila <

56%

2. Cukup

bila

56% -

75%

3. Baik

bila76%

- 100%

(Arikunto,

2006)

Ordinal

Pengetahuan

menyikat gigi

dengan media

video

Pengetahuan

berarti segala

sesuatu yang

diketahui

siswa-siswi

tentang

menyikat gigi

yang meliputi

cara dan waktu

menyikat gigi

dengan media

video

Wawancara Kuesioner 1. Kurang

bila <

56%

2. Cukup

bila

56% -

75%

3. Baik

bila76%

- 100%

(Arikunto,

2006)

Ordinal