bab ii pembahasan - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan imam sutardjo dalam buku kajian...

54
30 BAB II PEMBAHASAN A. Profil Masyarakat Desa Majasto 1. Karakteristik Masyarakat Desa Majasto Desa Majasto adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Desa Majasto terletak sekitar 12 km arah selatan Kota Sukoharjo.Masyarakat Desa Majasto mayoritas bekerja sebagai petani, kehidupan keseharian warga sekitar yaitu pergi ke sawah untuk bekerja, setelah bekerja masyarakat Desa Majasto biasanya bersantai dengan keluarga maupun tetangga. Banyaknya waktu luang untuk berkumpul menjadikan suasana yang kekeluargaan terasa begitu akrab. Adapun karakteristik masyarakat Desa Majasto secara umum dapat diuraikan sebagai berikut. a. Sederhana Kesederhanaan masyarakat Desa Majasto dapat terlihat dari kehidupan keseharian yang mereka jalani. Kesederhanaan yang dilakukan oleh masyarakat desa dapat disebabkan karena mayoritas dari mereka merupakan golongan menengah kebawah. Keinginan para warga terkontrol dalam batas kebutuhan. Kehidupan masyarakat sekitar Desa Majasto terasa berkecukupan dan bersahaja, sehingga suasana sekitar terlihat harmonis dan lebih berharga dengan adanya kesederhanaan. Kehidupan masyarakat Desa Majasto yang mayoritas bekerja sebagai petani, menandakan kehidupan masyarakat yang sederhana. Terbukti dari hasil pertanian

Upload: tranhanh

Post on 15-May-2019

234 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

30

BAB II

PEMBAHASAN

A. Profil Masyarakat Desa Majasto

1. Karakteristik Masyarakat Desa Majasto

Desa Majasto adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Tawangsari,

Kabupaten Sukoharjo. Desa Majasto terletak sekitar 12 km arah selatan Kota

Sukoharjo.Masyarakat Desa Majasto mayoritas bekerja sebagai petani, kehidupan

keseharian warga sekitar yaitu pergi ke sawah untuk bekerja, setelah bekerja

masyarakat Desa Majasto biasanya bersantai dengan keluarga maupun tetangga.

Banyaknya waktu luang untuk berkumpul menjadikan suasana yang kekeluargaan

terasa begitu akrab. Adapun karakteristik masyarakat Desa Majasto secara umum

dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Sederhana

Kesederhanaan masyarakat Desa Majasto dapat terlihat dari kehidupan

keseharian yang mereka jalani. Kesederhanaan yang dilakukan oleh masyarakat desa

dapat disebabkan karena mayoritas dari mereka merupakan golongan menengah

kebawah. Keinginan para warga terkontrol dalam batas kebutuhan. Kehidupan

masyarakat sekitar Desa Majasto terasa berkecukupan dan bersahaja, sehingga

suasana sekitar terlihat harmonis dan lebih berharga dengan adanya kesederhanaan.

Kehidupan masyarakat Desa Majasto yang mayoritas bekerja sebagai petani,

menandakan kehidupan masyarakat yang sederhana. Terbukti dari hasil pertanian

Page 2: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

31

yang digunakan untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Seperti padi, jagung, sayur-

sayuran dan lain-lain.

b. Kekeluargaan

Kekeluargaan merupakan suatu sifat kebanyakan masyarakat yang berada di

pedesaan. Sikap kekeluargaan masyarakat Desa Majastodilihat dari kehidupan

mereka sehari-hari. Banyak hal yang ditunjukkan warga sekitar, saling menyapa bila

bertemu, berinteraksi dan bermasyarakat, bercanda, bergaul. Dari berbagai aspek

tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa masyarakat Desa Majasto mempunyai

sikap kekeluargaan yang cukup baik. Hubungan kekeluargaan yang mereka jalin

terlihat sangat dekat dan hangat.

c. Gotong Royong

Gotong royong merupakan salah satu budaya masyarakat Jawa. Hal ini

seperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27)

bahwa penerus dari hidup adalah kekeluargaan dan semangat gotong royong. Desa

Majasto termasuk suatu desa yang seluruhnya dihuni oleh orang Jawa tentu memiliki

karakter gotong royong yang kuat. Hal ini dapat dilihat ketika masyarakat

mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara Sadranan yang bertempat di

Makam Bumi Arum. Masyarakat sangat antusias menyiapkan acara tersebut dengan

kesadaran, keiklasan dan canda tawa khas warga sekitar,sehingga Upacara Sadranan

dapat terlaksana dengan baik dan lancar.

d. Ber-Ketuhanan

Masyarakat Desa Majasto percaya akan adanya Tuhan. Semua masyarakat di

Desa Majasto menganut agama sesuai dengan keyakinan masing-masing, hal ini

Page 3: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

32

menjadi salah satu bukti bahwa masyarakat Desa Majasto percaya akan adanya

Tuhan. Selain itu ada beberapa tempat ibadah di Desa Majasto yang didirikan sebagai

tempat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

2. Kondisi Geografis

Penelitian ini dilakukan di Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten

Sukoharjo.Desa Majasto berada sekitar 12 km ke arah Selatan dari Kota Sukoharjo

dengan jarak tempuh sekitar 20 menit perjalanan dari Kota Sukoharjo.

Desa Majasto merupakan daerah dataran rendah, seperti kebanyakan desa di

wilayah Sukoharjo. Sekitar 243,06 hektar tanah di Majasto merupakan areal

persawahan dari total luas desa sekitar 409.67 hektar. Dibalik wilayahnya yang

berupa dataran rendah dengan hamparan sawah yang luas, ternyata Desa Majasto juga

memiliki sebuah bukit. Bukit tersebut berada di sisi sebelah barat Desa Majasto dan

oleh warga disebut dengan Gunung Majasto.

Desa Majasto memiliki batas-batas wilayah antara lain sebagai berikut:

Tabel 1 : Batas Wilayah Desa Majasto.

Batas Wilayah Desa/Kelurahan Kecamatan

Utara Tambakboyo Tawangsari, Sukoharjo

Timur Tangkisan Tawangsari, Sukoharjo

Selatan Ponowaren Tawangsari, Sukoharjo

Barat Demangan Tawangsari, Sukoharjo

Sumber : Profil Desa Majasto, tahun 2015

Page 4: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

33

3. Kondisi Demografis

Berdasarkan data monografi desa tahun 2015 jumlah penduduk Desa

Majasto yang tercatat secara administrasi berjumlah 4447 jiwa yang terdiri dari.

a. Komposisi Penduduk menurut Usia

Komposisi penduduk di suatu daerah merupakan hal penting yang dapat

dijadikan sebagai landasan ataupun dasar kebijakan di daerah yang bersangkutan.

Komposisi penduduk menurut usia dapat untuk melihat beberapa besar usia penduduk

menurut usia dapat untuk melihat beberapa besar usia penduduk yang termasuk usia,

sekolah, usia muda, serta usia tua.

Penduduk Desa Majasto sesuai dengan usia sesuai dengan data monografi

tahun 2015 dapat disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2 : Data Usia

No Usia JumlahJumlah

laki-laki

Jumlah

perempuan

Jumlah

Penduduk

Jumlah

KK

1 <1 tahun 25

2168 2279 4447 1216

2 1-5 tahun 204

3 6-10 tahun 311

4 11-15 tahun 380

5 16-20 tahun 345

6 21-25 tahun 382

Page 5: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

34

7 26-30 tahun 405 2168 2279 4447 1216

8 31-35 tahun 405

9 36-40 tahun 354

10 41-45 tahun 349

11 46-50 tahun 317

12 51-55 tahun 254

13 56-58 tahun 236

14 >58 tahun 665

b. Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Berdasarkan data Profil Desa Majasto Tahun 2015, tingkat pendidikan yang

terdapat di Desa Majasto sebagai berikut :

Tabel 3 : Tabel Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak Tamat SD/sederajat 169

2 Tamat SD/sederajat 1554

3 SLTP/ sederajat 553

4 SLTA/sederajat 615

5 D-1 45

6 D-2 29

7 D-3 65

8 S-1 87

Page 6: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

35

9 S-2 10

Jumlah 3127

Sumber: Profil Desa Majasto, tahun 2015

c. Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian

Komposisi Penduduk menurut mata pencaharian dapat digunakan untuk

mengetahui jenis mata pencaharian penduduk, mayoritas penduduk masyarakat Desa

Majastomerupakan petani.Kegiatan di sektor pertanian dilakukan penduduk terutama

dilahan sawah, luasnya lahan pertanian dan suburnya tanah di daerah Majasto tentu

saja mendorong masyarakat hidup dari sektor pertanian.

Berikut adalah tabel komposisi penduduk menurut mata pencaharian:

Tabel 4 : Komposisi Penduduk

No Nama Pekerjaan Jumlah

1 Petani 752

2 Buruh Tani 388

3 Karyawan perusahaan swasta 170

4 Pengrajin 8

5 Pedagang 26

6 Peternak 29

7 Pegawai Negri 40

Sumber: Profil Desa Majasto, tahun 2015

Page 7: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

36

4. Kondisi Sosial Budaya

a. Pendidikan

Sarana Pendidikan merupakan unsur yang terpenting guna menunjang

kemajuan dan perkembangan bagi suatu daerah, karena hal tersebut sangat

berhubungan erat dengan sikap tingkah laku masyarakat di suatu daerah. Melalui

pendidikan, seseorang akan mendapatkan pengetahuan. Sarana pendidikan yang

menandai akan memungkinkan perkembangan masyarakat dan budaya semakin baik.

Tingkat pendidikan yang tinggi maka akan meningkatkan kualitas sumber daya

manusia.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Desa Majasto dapat diketahui

tingkat pendidikan penduduk Desa Majasto pada tahun 2015. Berikut adalah jumlah

sekolah dan siswa menurut jenjang pendidikan

Tabel komposisi jumlah sekolah yang ada di Desa Majasto

Tabel 5 : Komposisi Jumlah Sekolah

No Sekolah Jumlah

1 PG/PAUD 1

2 Taman Kanak-kanak(TK) 3

3 Sekolah Dasar/Sederajat 3

Sumber: Profil Desa Majasto, Tahun 2015

Page 8: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

37

b. Agama dan Kepercayaan

Masyarakat Desa Majasto sebagian besar penduduknya beragama Islam.

Disamping itu ada juga yang memeluk agama Kristen dan Katholik. Meskipun

mereka memeluk agama yang berlainan, namun mereka tetap hidup rukun saling

berdampingan dan tetap saling menghormati.

Berikut adalah table jumlah pemeluk Agama di Desa Majasto :

Tabel 6 : Pemeluk Agama di Desa Majasto

Agama Jumlah (orang)

Islam 4400

Kristen 17

Katholik 30

Sumber : Data monografi Desa Majasto, tahun 2015

Data di atas menunjukkan penduduk yang beragama Islam di Desa Majasto

lebih mendominasi. Disamping itu terdapat sebagian masyarakat yang masih

menggunakan sesaji dalam suatu acara. Salah satu contoh dapat dilihat pada kegiatan

upacara Sadranan. Hal ini memberi gambaran bahwa sebagian masyarakat Desa

Majasto masih mempercayai terhadap kekuatan supranatural.

Page 9: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

38

Desa Majastomempunyai tempat-tempat ibadah yang dapat dilihat dalam

tabel berikut :

Tabel 7 : Tempat-Tempat Ibadah

Nama Tempat Ibadah Jumlah

Masjid 16

Mushola 4

Gereja Katholik 1

Sumber : Data monografi Desa Majasto, tahun 2015

5. Tradisi Sadranan Masyarakat Desa Majasto

Masyarakat Desa Majasto mempunyai sebuah tradisi yang diterunkan dari

nenek moyang sejak dahulu. Tradisi merupakan hasil cipta dan karya manusia,

kepercayaan, kejadian, atau lembaga yang diwariskan dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Salah satu tradisi yang masih mereka pertahankan adalah tradisi sadranan.

Tradisi Upacara Sadranan secara simbolik dapat dimaknai sebagai berikut:

Sadranan yang berasal dari istilah “sradda”, yakni sebuah upacara ziarah kubur yang

biasa dilakukan oleh umat Hindu dimasa lalu. Adapun upacara Sadranan

dilaksanakan satu tahun sekali pada bulan ruwah. Ruwah dalam bahasa Jawa

disejajarkan dengan kata arwah atau ruh orang yang telah menunggal. Biasanya pada

bulan ruwah selalu diadakan upacara Sadranan. Selain untuk menyambut Bulan

Ramadhan juga untuk menghormati dan mendoakan terhadap ruh-ruh para leluhur

yang telah meninggal. Hal ini senantiasa dilakukan untuk menjaga tali silaturohmi

antar keluarga. Disamping itu anggota keluarga yang merantau jauh juga akan

Page 10: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

39

kembali ke kampung halaman untuk berziarah ke makam leluhur dan berkumpul

bersama keluarga. Rasa gotong royong juga menjadi dasar yang kuat bagi masyarakat

Desa Majasto, ini sebabnya ketika acara yang bersifat adat selalu melibatkan seluruh

warga masyarakat.

Tradisi Sadranan di Desa Majasto masih berjalan dengan baik, para warga

sangat antusias mengikuti berbagai rangkaian acara yang berjalan. Semua itu karena

kesadaran masyarakat sekitar untuk tetap menjaga dan melestarikan kebudayaan Jawa

agar tetap hidup dan lestari.

Upacara Sadranan diawali dengan datangnya para warga dari Desa Majasto

maupun keluarga yang berasal dari luar Desa Majasto yang datang bersama keluarga

mereka. Mereka datang dengan membawa beberapa makanan yang nantinya akan

dimakan bersama-sama keluarga. Sesudah bêsik (membersihkan rumput-rumput),

masyarakat menempati sekeliling masjid yang berada di bukit Majasto di komplek

Makam Bumi Arum. Lokasi tersebut sudah disiapkan oleh panitia.

Pelaksanaan ziarah dimaksudkan sebagai sarana introspeksi atau perenungan

terhadap segala daya dan upaya yang telah dilakukan selama setahun. Pada

perkembangan selanjutnya tradisi Upacara Sadranan mengalami perluasan makna.

Bagi warga sekitar yang merantau, Sadranan dikaitkan dengan sedekah, beramal

kepada para fakir miskin ataupun untuk membangun tempat ibadah. Kegiatan

tersebut sebagai wujud balas jasa atas pengorbanan leluhur yang sudah mendidik dan

membiayai ketika kecil hingga menjadi orang yang sukses. Bagi umat Islam sendiri

tradisi Upacara Sadranan masih menimbulkan berdebatan. Itu karena ada dua

pendapat berbeda, berkaitan dengan ajaran Nabi Muhamad SAW. Kelompok pertama

Page 11: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

40

atau beraliran moderat, beranggapan bahwa ritual Upacara Sadranan tidak perlu

dilakukan karena bertentangan dengan hadist dan as sunnah. Sadranan sering

digolongkan dengan perbuatan syirik atau menyekutukan Tuhan. Sementara menurut

kelompok kedua yang beraliran kultural, Sadranan adalah kegiatan keagamaan yang

sah-sah saja, asal tidak untuk menyembah leluhur atau pekuburan.

Terlepas dari perbedaan pendapat itu, peneliti memandang perlu pelestarian

tradisi Upacara Sadranan. Selain sebagai wujud pelestarian budaya

adilihungpeninggalan nenek moyang, terdapat sejumlah kearifan dalam prosesi

upacara Sadranansangat relevan dengan konteks kekinian.Hal ini karena prosesi

Upacara Sadranan tidak hanya sekedar gotong royong membersihkan makam leluhur,

selamatan dan kenduri sebagai unsur sesaji. Lebih dari itu, Upacara

Sadrananmempunyai banyak manfaat yang bisa diambil salah satunya adalah menjadi

ajangsilaturahmi, wahana perekat sosial, serta sarana membangun jati diri bangsa.

Ketika perbedaan setatus sosial, kelas, agama, golongan, partai politik, dan

sebagainya menciptakan kubu-kubu. Upacara Sadranan dapat menyatukan mereka

sehingga dapatmesatu, berbaur, saling mengasihi, saling menyayangi satu sama lain.

a. Penyelenggaraan

Upacara Sadranan ini berlangsung di komplek Makam Bumi Arum yang

merupakan keberadaan Makam Kyai Ageng Sutawijaya di Desa Majasto, Kecamatan

Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Upacara Sadranan dimulai dengan datangnya

masyarakat sekitar Desa Majasto maupun yang datang dari luar Desa Majasto.

Dilanjutkan dengan pelaporan keuangan yang dilaporkan oleh bendahara desa,

setelah itu dilanjutkan membaca surat yasin dilanjutkan doa bersama dan kemudian

Page 12: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

41

acara potong tumpeng yang di lakukan oleh Bupati Sukoharjo yaitu Bapak Wardoyo

Wijaya.

b. Waktu upacara

Upacara Sadranan dilaksanakan oleh masyarakat Desa Majasto setahun

sekali tepatnya tanggal 15 Ruwah (bulan Jawa), atau pada tanggal 03 juni 2015 dua

minggu sebelum bulan Ramadhan. Ritual ini dilaksanakan sekitar pukul 12.00 WIB

sampai selesai.

c. Pelaksanaan upacara

Pelaksanaan upacara Sadrananyang dilaksanakan oleh masyarakat Desa

Majasto, juga diikuti oleh masyarakat dari luar Desa Majasto yang masih memiliki

leluhur di makam Bumi Arum Majasto. Adapun susunan acara upacara Sadranan

sebagai berikut.

1) Pra Acara

Sebelum upacara Sadranan berlangsung, di awali dengan pembacaan surat

yasin oleh para Kyai serta santri yang ikut pula dalam acara Sadranan

tersebut.

2) Pembukaan upacara

Upacara Sadranandibuka dengan bacaan basmalah, hal ini bertujuan untuk

memohon kelancaran selama acara upacara Sadranan berlangsung. Kemudian

dilanjutkan dengan ucapan selamat datang kepada seluruh tamu undangan

yang menghadiri upacara Sadranan beserta masyarakat setempat yang juga

meramaikan acara Sadranan yang berada di komplek Makam Kyai Ageng

Sutawijaya.

Page 13: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

42

3) Pembacaan Laporan Keuangan Desa Majasto

Pembacaan laporan keuangan Desa Majasto dibacakan oleh bendahara panitia

pelaksanaan pembangunan makam Bumi Arum yaitu bapak Yoga Mahendra,

laporan keuangan berisi pembacaan sumbangan dari masyarakat serta saldo

akhir setelah pembangunan makam Bumi Arum Majasto.

4) Sambutan Kepala Desa Majasto

Sambutan ini diisi oleh Kepala Desa Majasto yaitu bapak Rudi Hartono.

Sambutan oleh Kepala Desa Majasto berisikan tentang ucapan selamat datang

dan ucapan terimakasih kepada Bapak Bupati Sukoharjo serta masyarakat

yang berkenan menghadiri upacara Sadranan tersebut.

5) Sambutan Bapak Bupati Sukoharjo

Sambutan Bapak Bupati Sukoharjo berisikan tentang ucapan trima kasih

kepada semua yang hadir dalam acara tersebut. Selanjutnya Bapak Bupati

memberikan dukungan yang cukup baik atas berlangsungnya acara upacara

Sadranan tersebut dan berpesan supaya upacara Sadranan tetap harus

dilestarikan karena merupakan salah satu warisan budaya yang mengandung

nilai-nilai luhur.

6) Upacara Sadranan

Pada acara Upacara Sadranan diawali dengan potong tumpeng yang dilakukan

oleh bapak Bupati Sukoharjo dilanjutkan oleh masyarakat yang menikmati

makanan yang dibawa dari rumah masing-masing. Pada saat inilah

kebersamaan serta kerukunan antar masyarakat Desa Majasto nampak jelas

terlihat.

Page 14: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

43

7) Istirahat

Pada saat istirahat, masyarakat yang mengikuti Upacara Sandranan segera

mengeluarkan makanan yang mereka bawa dari rumah. Pada saat ini terlihat

masyarakat Desa Majasto memiliki rasa kekeluargaan yang sangat kental

antara satu sama lain.

8) Ziarah

Ziarah merupakan acara inti pada upacara Sadranan. Ziarah dilakukan oleh

para warga Desa Majasto serta bapak Bupati yang melakukan tabur bunga dan

mendoakan para leluhur.

9) Pembagian Sembako

Upacara Sadranan panitia telah menyediakan sembako berupa beras yang

akan dibagikan kepada warga Desa Majasto, khususnya kepada warga desa

yang kurang mampu

10) Penutup

Acara ditutup dengan bacaan hamdalah bersama-sama. Seusai acara, panitia

dan warga kembali saling bahu-membahu membereskan tempat yang tadi

digunakan untuk acara Upacara Sadranan.

d. Perlengkapan Upacara Sadranan

Dalam suatu upacara dipastikan membutuhkan perlengkapan yang memiliki

makna simbolik. Adanya makna simbolik mempunyai nilai guna yang dapat dihayati

oleh masyarakat Desa Majasto maupun masyarakat umum pendukungnya.

Tradisi Upacara Sadranan yang berada di makam Kyai Ageng Sutawijaya di

dalamnya sendiri terdapat lambang-lambang yang berwujud dalam bentuk sesaji.

Page 15: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

44

Selain memiliki pesan tentang baik dan buruk, sesaji juga digunakan sebagai sarana

komunikasi kepada mahluk-mahluk gaib untuk menghormati keberadaan mereka.

Sesaji ataupun uborampe yang digunakan diantara lain adalah.

1) Tumpeng

Tumpeng atau Nasi Gunungan melambangkan suatu cita-cita atau

tujuan yang mulia, seperti gunung yang memiliki sifat besar dan puncaknya

yang menjulang tinggi Nasi tumpeng bermacam-macam jenisnya, ada nasi

tumpeng alus, nasi tumpeng among-among, megana, reboyong, pungkur dan

suci(Wahyana Giri, 2010: 18-20).

Kata “tumpeng” berasal dari kata Tumungkula Sing Mempeng,

artinya kalau ingin selamat, hendaknya selalu rajin beribadah. Tumpeng yang

berbentuk kerucut dalam tradisi upacara Sadranan mengartikan bahwa

semakin hari manusia harus senantiasa ingat kepada Tuhan. Tumpeng juga

sebagai perumampaan alam semesta, dimana nasi berwujud gunung

dikelilingi oleh hasil bumi berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan darat/air.

2) Pisang Raja

Pisang raja sebagai lambang manusia yang harus bersatu,

manunggal(bersatu) antara pekerjaan dan panyuwunan (permintaan). Pisang

raja juga dapat dimaknai sebagaiperwujudan seorang pemimpin yang

didukungoleh seluruh rakyatnya. Masyarakatakan hidup berdampingan dan

saling melengkapi. Pemimpin seharusnya tidak semena-mena kepada

rakyatnya tetapi harus dapat mengayomi rakyatnya, sehingga hidup mereka

tentram, makmur dan bahagia.

Page 16: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

45

3) Ayam Ingkung.

Ayam ingkung berupa ayam jago(jantan) yang dimasak utuh

(ingkung), adalah simbol menyambah Tuhan dengan Khusuk (manekung)

dengan hati yang tenang (wening). Menyembelih ayam jago juga mempunyai

makna menghindari sifat-sifat buruk yang dilambangkan oleh ayam jago,

antara lain : sombong, congkak, kalau berbicara selalu menyela dan merasa

tahu/menang/benar sendiri (berkokok). Manusia hanya bisa berusaha

kemudian berdoa dan hanya bisa berpasrah diri kepada Tuhan, untuk itu

digunakan ayam ingung sebagai lambang.

4) Kedelai Goreng

Kedelai goreng disini bermaksud untuk menghindarkan diri dari

masalah-masalah yang datang.

5) Cabai Merah

Cabai merah memiliki makna atau symbol dilah/api yang memberikan

penerangan/tauladan yang bermanfaat bagi orang lain. Diibaratkan Kyai

Ageng Sutawijaya yang selalu mengajarkan budi pekerti yang baik dan

menyebarkan Agama Islam.

e. Tujuan dan manfaat penyelenggaraan tradisi upacara Sadranan

1) Tujuan tradisi Upacara Sadranan

a) Mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan di antara masyarakat,

khususnya masyarakat Desa Majasto.

b) Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang selalu memberi rizki

dan keselamatan kepada masyarakat Desa Majasto.

Page 17: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

46

c) Menjaga warisan kebudayaan.

2) Manfaat tradisi Upacara Sadranan

a) Suatu tradisi yang mempunyai daya pikat pasti dapat dijadikan aset

pendapatan penduduk sekitar dengan adanya orang berjualan maupun

lahan parkir yang di sediakan oleh masyarakat.

b) Pemerintah daerah dengan adanya suatu tradisi yang masih dilestarikan

di Desa Majasto ini dapat menjadi asset pariwisata religi yang bisa

dikembangkan.

B. Isi dan Bentuk Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya

1. Deskripsi Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya

Cerita berawal dari runtuhnya kerajaan Majapahit, ditandai dengan sengkalan

Sirna Liang Kertaning Bumi yang berarti tahun 1400 Caka atau tahun 1478 Masehi

dan merupakan awal pengembaraan para putra-putri Prabu Brawijaya V.

Runtuhnya Majapahit kala itu telah diramalkan oleh seorang mufti besar yaitu

Sunan Ampel. Raden Patah bermaksud menyerang Majapahit, namun keinginannya

ditentang oleh Sunan Ampel dan Sunan Giri. Alasan kedua sunan menentang

keinginan Raden Patah disebabkan adanya perhitungan bahwa tanpa diserbu pun

Majapahit akan runtuh karena sudah keropos dari dalam. Bila Raden Patah tetap

berkeinginan untuk menyerang Majapahit maka Raden Patah dapat di katakanya

seorang anak yang durhaka, yang akan menyerang dan merebut tahta ayahandanya

sendiri.

Page 18: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

47

Ramalan Sunan Ampel ternyataterbukti. Tidak terlalu lama, Singgasana

Majapahit diserang oleh Adipati Girindrawardhana dari Kediri. karena tidak mampu

menahan serangan tersebut, maka Prabu Brawijaya V melarikan diri ke puncak

Gunung Lawu dan disertai oleh beberapa putranya yaitu Raden Gugur, Raden Joko

Tanewung dan Raden Joko Suwanda. Sampai akhir hayatnya, Prabu Brawijaya V

dikenal sebagai Sunan Lawu.

Menurut Surat Parisawuli, putra Prabu Brawijaya V mempunyai putra dan

putri sebanyak 111 orang, secara berurutan putra tertua hingga bungsu adalah sebagai

berikut :

1) Raden Harya Damar, Adipati di Palembang

2) Raden Joko Pekik, Adipati di Sumenep

3) Ratu Ayu Pengging

4) Retna Manik, menikah dengan Adipati Sumangsa di Gegelang

5) Raden Joko Peteng, Adipati di Madura

6) Raden Joko Maya, Adipati di Bali bergelar Prabu Dewa Ketut

7) Raden Joko Sungging, diasingkan ke negeri Cina

8) Raden Joko Krewet, Adipati di Borneo (Kalimantan)

9) Raden Barungnaba, menjadi Adipati di Makasar

10) Raden Joko Surenggana

11) Raden Joko Sujanma, Adipati di Blambangan

12) Retna Bintaro, menikah dengan tumenggung Singobarong

Page 19: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

48

13) Raden Patah, menjadi Raja Demak Bintoro dan bergelar Kanjeng Sultan

Syah Alam Akbar Brawijaya Sirolah Amiril Mukminin Tajudin Ngabdul

Kamit Khan

14) Raden Joko Bondhan Kejawen

15) Retna Kedaton

16) Retna Kumala, menikah dengan Adipati Jipan

17) Raden Joko Mulya, menjadi Tumenggung Ki Gajahpramanda

18) Retna Marsandi

19) Retna Marlengen, menikah dengan Adipati Lowanu

20) Retna Setaman, menikah dengan Tumenggung Jaran Panoleh

21) Retna Setapan, menikah dengan Harya Bangah di Kedu

22) Raden Joko Piturun atau Batara Katong, Adipati Ponorogo

23) Dewi Retnadi, menikah dengan Kudapanoleh di Sumenep

24) Raden Gugur

25) Retna Kanistrin, menikah dengan Syeh Sabil di Gresik

26) Retna kaniraras, menikah dengan Harya Pekik di Sukowati

27) Dewi Ambar, menikah dengan Harya Martoko

28) Raden Joko Hantar, dimakamkan di Kedu

29) Raden Joko Loba, Atau Kyai Ageng Purwoto Sidik di Banyubiru

30) Raden Joko Dandun

31) Raden Joko Bander, muksa di Sungai Wuluh

32) Raden Joko Bolot, muksa di Mojolegi

33) Raden Joko Borok, muksa di G. Gedong Pasuruhan

Page 20: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

49

34) Raden Joko Balaro, muksa di G. Taruwongso

35) Raden Joko Balerong

36) Raden Joko Kurih, muksa di Gunung Tigo

37) Dewi Sampur, muksa di G. Centhuni

38) Raden Joko Jadeg, muksa di Gunung Tigo

39) Raden Joko Lawih

40) Raden Joko Balut, dimakamkan di Gunung Mangir

41) Raden Joko Puring, meninggal waktu muda

42) Raden Joko Dobras, dimakamkan di Argapura

43) Dewi Sakati, muksa di Gunung Soka

44) Raden Joko Tuwo

45) Raden Joko Malawo

46) Raden Joko Lanang, dimakamkan di Gunung Anda

47) Raden Joko Linci, Muksa di Gunung Andong

48) Dewi Rantan, meninggal ketika kecil

49) Raden Joko Janreung, meninggal di Pulau Timor

50) Raden Joko Sumprung atau Kyai Ageng Brodot

51) Raden Joko Gambyong, meninggal ketika kecil

52) Raden Joko Humyang, muksa di Gunung Ijo

53) Raden Joko Lambase, muks di Gunung lanang Ponorogo

54) Raden Joko Salirah, gugur dalam peperangan

55) Raden Joko Doyok, meninggal di Rawadalem

56) Dewi Paniwen, muksa di gua Kawidadar

Page 21: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

50

57) Raden Joko Tambak, meninggal ketika kecil

58) Raden Joko Lawung, meninggal di Jatikaponjong

59) Raden Joko Dorang, meninggal di Jatikaponjong

60) Raden Joko Balado, meninggal di Pace

61) Raden Joko Balabur, meninggal di Pace

62) Raden Joko Busur, gugur dalam perang

63) Raden Joko Gurit, meninggal ketika kecil

64) Raden Joko Bolang, gugur dalam perang

65) Raden Joko Lengis, gugur dalam perang

66) Raden Joko Guntur, meninggal ketika kecil

67) Raden Joko Malat

68) Raden Joko Morang

69) Raden Joko Jotang, bunuh diri

70) Raden Joko Duwu, meninggal di Gunung Geneng

71) Raden Joko Rawu, meninggal di Gunung Geneng

72) Raden Joko Tanduran, meninggal di G. gebangtinatar

73) Raden Joko Pangalasan, meninggal di hutan

74) Raden Joko Krenda, muksa di G Tunggarana

75) Raden Joko Jinggring, muksa di bukit Braja

76) Raden Joko salambar, muksa di Gunung Kidul

77) Raden Joko Tangkeban, muksa di Gunung Jalar Masaran

78) Raden Joko Burat atau Pasingsingan, muksa di Gunung Kidul

79) Raden Joko Tamburu, muksa di Gunung Kidul

Page 22: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

51

80) Raden Joko Tambula, muksa di Gunung Jalar Masaran

81) Raden Joko Lambang, Muksa di Tunjung Bang

82) Raden Joko Kalaru, meninggal di Gunung Tapak

83) Raden Joko Lemuru, meninggal di Gunung Tapak

84) Raden Joko Doplang, muksa di lautan pasir

85) Raden Joko Sampa, muksa di Gunung Canggalan Pacitan

86) Raden Joko Beluk, muksa di Gunung Canggalan Pacitan

87) Raden Joko Paneki, muksa di Podangan

88) Raden Joko Raras, muksa di Ngoya

89) Raden Joko Panatas, muksa di teleng

90) Raden Joko Walaksa, muksa di kedung Panjang Keduwang

91) Raden Joko Raras

92) Raden Joko Samas, meninggal di Manggis Keduwang

93) Raden Joko gedug, dibunuh penjahat

94) Raden Belanruci, dibunuh penjahat

95) Raden Joko Basur

96) Raden Joko Sumene, meninggal di Jurangbubuk

97) Raden Joko Wirun, meninggal di Salakarung

98) Raden JokoKetug, meninggal di Giyono Keduwang

99) Raden Joko Dalem, meninggal Lowana

100) Raden Joko Tanewung, muksa di Gunung Lawu

101) Raden Joko Suwondo, muksa di Gunung Lawu

102) Raden Joko Turas atau Kyai Ageng Danalaya di Keduwang

Page 23: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

52

103) Raden Joko Pangawe atau Kyai Ageng Wanapeksa

104) Raden Joko Supana atau Kyai Ageng Kalilusi

105) Raden Joko Sanggara atau Kyai Ageng Ngepring Wonogiri

106) Raden Joko Gepyak atau Kyai Ageng palesungan

107) Raden Joko Bodo atau Kyai Ageng Sutawijaya di Majasto

108) Raden Joko Pandak atau Syeh Kalidatu

109) Raden Joko Wijak atau Syeh Sabukjanur

110) Raden Joko Baludu atau Syeh Sekar Delima

111) Raden Joko Delog atau Raden Wadi Bakna, di Jatinom Klaten

Tahta Majapahit berhasil diduduki oleh Adipati Girindrawardhana, para wali

saat itu mendesak Raden Patah (Putra Prabu Brawijaya ke-13) untuk segera merebut

kembali tahta ayahandanya dan dipindahkan ke Demak Bintoro. Raden Patah

menyetujui dan segera mengirim pasukan yang dipimpin oleh Sunan Ngudung,

sedangkan pasukan Kediri dipimpin oleh Senopati Arya Timbal atau Adipati Terung

dan dalam pertempuran tersebut Sunan Ngudung gugur serta kedudukan sebagai

Senopati digantikan oleh pangeran Jafar Sodig atau Sunan Kudus.

Melalui jalan diplomasi yang dilakukan Patih Wanasalam, Sunan Kalijaga dan

Sunan Kudus, peperangan dapat dihentikan dan Adipati Terung diajak bergabung

dengan Raden Patah, karena keduanya adalah sama-sama orang Majapahit. Dengan

bujukan Sunan Kalijaga itulah akhirnya Adipati Terung berbalik memihak Raden

Patah, dan tahta Majapahit akhirnya dapat direbut kembali dari tangan Prabu

Girindrawardhana.

Page 24: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

53

Tahta Majapahit berhasil direbut kembali namun, tidak mudah bagi Raden

Patah untuk menyatukan kembali saudara-saudaranya yang terlanjur meninggalkan

istana sejak Majapahit jatuh ke tangan Prabu Girindrawardhana. Prabu Brawijaya

sendiri tetap pada sabdanya kepada Syekh Maulana Malik Ibrahim beberapa tahun

sebelumnya, bahwa ia sebagai raja Hindu tidak akan memeluk Islam, namun sebagai

rasa persaudaraannya, Syeh Maulana Malik Ibrahum diberi daerah kekuasaan di

Gresik untuk menjalin hubungan baik itu, antara pemeluk Islam dan Hindu tidak

dibenarkan.

Perjalanan para putra Majapahit ternyata menyebar hampir ke seluruh Tanah

Jawa bahkan ke luar Jawa. Mereka tetap memeluk agama Budha tetapi tidak sedikit

pula yang masuk agama Islam dan berguru kepada seorang mufti. Diantara sekian

putra Majapahit tersebut adalah Raden Joko Bodo yang setelah memeluk agama

Islam berganti nama menjadi Kyai Ageng Sutawijaya.

Kyai Ageng Sutawijaya merupakan keturunan Majapahit yang dikenal dengan

nama Raden Joko Bodo. Dikisahkan setelah kerajaan majapahit rantuh, Raden Joko

Bodo meninggalkan Kerajaan Majapahit dengan cara menyamar menjadi seorang

petani. Cara demikian dilakukan semata-mata agar tidak diketahui oleh para pengikut

Prabu Girindrawardhana.Raden Joko Bodo memulai perjalanan kearah barat dan

akhirnya bertemu dengan Sunan Kalijaga serta berguru kepadanya. Setelah dianggap

mumpuni dalam olah kanuragan maupun oleh batin, Sunan Kalijaga memerintahkan

kepada Raden Joko Bodo untuk membuka hutan Ampel, nama Raden Joko Bodo

diganti oleh Sunan Kalijaga menjadi Sutawijaya, sedangkan hutan Ampel yang sudah

Page 25: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

54

menjadi tempat tinggal Sutawijaya diberi nama Tegalampel (sekarang masuk wilayah

Kec. Karangdowo Klaten).

Selama di Tegalampel, Ki Sutawijaya didampingi oleh istrinya R. Ay Mayang

Mekar dengan kedua putranya yaitu R. Ay Mus dan Raden Suradita. Namun akhirnya

R. Ay Mus ikut pamannya di Bukit Taruwongso.Ki Sutawijayapun hidup sebagai

petani tak ubahnya seperti para petani lainya sambil menyebarkan agama Islam,

sehingga para pengikutnya kian hari semakin bertambah.Di Tegalampel itu pula Ki

Sutawijaya mendirikan Masjid pertama, sehingga masjid tersebut dinamakan masjid

Tiban.

Ki Sutawijaya yang mana merupakan keturunan raja tidak begitu saja

melupakan kebiasaannya di keratin Majapahit, yaitu membina kesenian jawa seperti

karawitan, tembang dan kesusastraan jawa dan lainya dan hal ini ditularkan kepada

penduduk Tegalampel, tak pelak lagi bila sampai saat ini di daerah tersebut

menelorkan dalang-dalang wayang kulit terkenal maupun para pengkrawit serta

seniman-seniman Jawa lainya.

Melihat ketekunan muridnya dalam bercocok tanam tersebut Sunan Kalijaga

merasa khawatir, bila Ki Sutawijaya terlena oleh urusaan duniawi saja, karena

menurut firasat Sunan Kalijaga, Ki Sutawijaya kelak akan menjadi seorang mufti

besar. Oleh karena itulah, Ki ageng Sutawijaya tidak dibiarkan begitu saja tetap

menjadi seorang petani. Maka ditemuilah muridnya tersebut dengan cara menyamar

menjadi seorang petani yang tengah menyusuri pematang sawah milik Ki Sutawijaya.

Kehadiran seorang petani yang menggunakan caping pandan menarik perhatian para

petani yang melihatnya dan segera melaporkan hal ini kepada Ki Sutawijaya. Setelah

Page 26: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

55

mendengar penuturan para petani Ki Sutawijaya bergegas menuju sawah miliknya,

namun sesampainya di sawah tidak ada seorang pun, bahkan tidak ada bekas tapak

kaki sedikitpun, melihat hal ini, Ki Sutawijaya menjadi sadar, bila yang telah bertemu

dengan para petani itu adalah gurunya sendiri, Sunan Kalijaga yang menyamar

menjadi petani yang bercaping pandan. Lebih yakin lagi manakala Ki Sutawijaya

bertemu dengan seorang pedagang di tengah jalan.Maka bertanyalah kepadanya dan

dijawab oleh pedagang tersebut apabila ingin menemui orang tersebut , Ki Sutawijaya

diminta menyusul ke Tembayat kerumah Sunan Tembayat.Setalah Ki Sutawijaya

pergi, maka pedagang itu lenyap dari pandangan, karena sebenarnya orang tersebut

adalah Sunan Kalijaga yang menyamar menjadi seorang pedagang.

Sampai di panti Tembayat, Sunan Kalijaga dan Kyai Ageng Pandanaran

sedang duduk bersila sambil membicarakan perkembangan agama Islam di

Tembayat. Ki Sutawijaya segera memberisalam dan dijawab pula oleh Sunan

Kalijaga, kemudian memperkenalkan Ki Sutawijaya kepada Kyai Ageng Pandanaran.

Selanjutnya Sunan Kalijaga menyarankan agar Ki Sutawijaya berguru kepada Kyai

Ageng Pandanaran demi memperdalam ilmu agama Islam.

Wahai jebeng Sutawijaya, sebaiknya kamu berguru kepada Ki Ageng

Tembayat untuk beberapa waktu lamanya.Selanjutnya agar segera terwujud kau

menjadi mufti, setelah mendalami ilmu agama Islam di Tembayat, kau harus segera

bertapa di bukit Majasto yang letaknya sebelah selatan dukuh Tegalampel.

Menjadi murid Tembayat tidaklah mudah bagi Ki Sutawijaya, karena ia harus

mengisi padasan (bak air untuk wudhu) dengan air melalui keranjang. Tetapi semua

perintah calon gurunya itu dijalani dengan penuh kesabaran dan ketelatenan, berkat

Page 27: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

56

kesaktianya pula akhirnya Ki Sutawijaya berhasil mengisi padasan, sehingga ia dapat

diterima menjadi murid pesantren Tembayat.

Berdasarkan sabda Sunan Kalijaga yang memerintahkan Ki Sutawijaya agar

berada di Bukit Majasto, maka nama Majasto adalah pemberian Sunan Kalijaga,

karena sebelum itu, nama Majasto belum pernah disebut. Tetapi ada sebagian orang

yang mengatakan bahwa Majasto merupakan bagian dari dua kata antara maja (buah

maja) dan asta (tangan) maksdnya buah maja sebesar kepalan tangan yang dipetik

oleh Ki Ageng Sutawijaya

Dibanding dengan santri yang lain, Ki Sutawijaya termasuk yang cepat

menguasai segala ilmu yang diberikan oleh gurunya yakni Kyai Ageng Pandanaran.

Oleh karena itu Ki Sutawijaya sangat disayang oleh sang guru, dan tidak lebih dari

lima tahun berguru di pesantren Tembayat, Ki Sutawijaya telah diijinkan untuk

meninggalkan Tembayat menuju bukit Majasto sesuai dengan perintah Sunan

Kalijaga.

Sore menjelang magrib Ki Sutawijaya duduk bersila sambil berkata dalam

hati, bahwa setelah bersusah payah, akhirnya bukit Majasto ditemukan juga. Namun

tidak diduga, hari itu Sunan Kalijaga telah datang tanpa sepengetahuan Ki

Sutawijaya, pada saat itu beliau mengatakan bahwa apa yang diduga bukanlah Bukit

Majasto melainkan bukit Beluk, Ki Sutwijaya merasa kaget, namun setelah

mengetahui bahwa yang datang itu gurunya, Ki Sutawiaya segera bersujud dan

memohon restu kepada Sunan Kalijaga. Hari itu Ki Sutawijaya bangkit meneruskan

perjalanan menuju kearah timur.Sudah menjadi tradisi bahwa selama meninggalkan

Page 28: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

57

suatu tempat, tujuh langkah tidak boleh menoleh ke belakang.Namun Sunan Kalijaga

telah lenyap sejak awal Ki Sutawijaya melangkahkan kaki.

Perjalanan Ki Sutawijaya sampailah di sebuah bukit kembar yang letaknya

berdampingan atau orang yang menyabutnya bukit jajar.Karena merasa letih setelah

menempuh perjalanan yang cukup jauh, Ki Sutawijaya merasa putus asa. Karena

tidak satupun petunjuk diterimanya, murid Sunan Kalijaga itu pun beristirahat dekat

bukit jajar tadi.Tanpa disadari Ki Sutawijaya akhirnya tertidur di tempat

peristirahatannya.Namun tak lama datanglah Sunan Kalijaga membangunkan

muridnya. Diberitahulah dengan sabda Sunan Kalijaga bahwa janganlah engkau

berputus asa, karena orang yang hendak mencapai keluhuran jiwa itu harus rela

membayar dengan kesabaran dan mau mengekang hawa nafsu melalui cara bertapa,

jika niatmu telah bulat tak lama lagi akan segera datang wahyu untukmu. Mendengar

sabda Sunan Kalijaga tadi, Ki Sutawijaya bangkit dari tidurnya kemudian bersujud

dan memohon maaf kepada gurunya atas kesalahan yang telah diperbuat.

Ki Sutawijaya bangkit dan melanjutkan perjalanan, sementara itu Sunan

Kalijaga juga hilang dari pandangan dan meninggalkan pesan bahwa bukit kembar

yang berdampingan tadi dinamakan Gunung Pegat yang artinya cerai.Nama gunung

pegat ini berkaitan dengan Ki Sutawijaya saat itu merasa putus asa. Sampai sekarang

gunung tersebut menjadi kaul, barang siapa menjadi pengantin baru yang belum

genap lima hari melewati gunung pegat, niscaya pengantin tersebut tidak lama lagi

akan bercerai.

Perjalanan Ki Sutawijaya akhirnya sampai di puncak bukit Taruwangsa,

bertemu dengan brahma berjubah putih dengan menggenggam cambuk (cemeti) di

Page 29: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

58

tangannya. Ki Sutawijaya bertanya kepada brahmana yang baru saja ditemui, dan

ternyata brahmana yang ditemui adalah saudaranya sendiri yang bernama Jaka Balora

yang kini telah bergelar Pangeran Banjaransari.

Selama dibukit Taruwangsa, Ki Sutawijaya suka menyendiri di puncak. Pada

saat menjelang fajar datanglah Sunan Kalijaga menemui Ki Sutawijaya sembari

bersabda :

“ Jebeng Sutawijaya malamini kau telah menerima wahyu mufti dari yang

Maha Kuasa sebagai tanda bahwa kau telah menerima anugrah Tuhan sebagai calon

pemimpin umat, bukit Taruwangsa ini saya namakan bukit Wahyu, dan mulai hari ini

juga kau berhak memakai nama Kyai Ageng Sutawijaya.”

Ki Sutawijaya segera pergi meninggalkan gunung Wahyu (Taruwangsa)

menuju Bukit Majasto Setelah menerima perintah dari gurunya. Perjalanan

berikutnya Kyai Ageng Sutawijaya melewati tempat yang sejuk dengan udara

berhembus pelan.Angin yang terus berhembus itu membuat Kyai Ageng Sutawijaya

merasa betah tinggal tersebut hingga beberapa hari dan tempat tersebut kemudian

oleh Kyai Ageng Sutawijaya dinamakan Angin-angin.

Dari Angin-angin, Kyai Ageng Sutawijaya melanjutkan perjalanan menuju

bukit yang nampak menonjol dari permukaan. Karena merasa yakin bahwa bukit

yang dilihatnya itu adalah bukit Majasto, Kyai Ageng Sutawijaya menjadi yakin.

Ditempat itulah Kyai Ageng Sutawijaya memberian nama Sregan. Dari Sregan, Kyai

Ageng Sutawijaya melanjutkan perjalanan menuju bukit Majasto. Di situlah ia

melihat bangunan menyerupai keraton milik raja jin. Bangunan bangsal tersebut

Page 30: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

59

sedang digunakan untuk rapat para jin pengikut Ki Hajar Sidamulya (Ki Hajar

Kamulyan) dan oleh Kyai Ageng Sutawijaya, tempat tersebut dinamakan Bangsalan.

Saat itu Kyai Ageng Sutawijaya tidak langsung mendaki puncak bukit

Majasto karena ia tahu bahwa bukit tersebut sebenarnya telah lebih dahulu dikuasai

oleh raja jin, dan bukit Majasto merupakan istana besar bagi bangsa jin. Menjelang

malam, Kyai Ageng Sutawijaya hanya mengelilingi bukit dari arah selatan melewati

tanggul sungai itu dahulunya pernah dijadikan untuk ajang pertempuran prajurit dari

Pengging melawan prajurit Prambanan dibawah Ratu Baka. Dalam pertempuran tadi

seorang prajurit bernama Pangeran Dengkeng gugur ditengah sungai.

Kyai Ageng Sutawijaya mengelilingi bukit Majasto dalam waktu

semalam.Pada saat menjelang fajar, Kyai Ageng Sutawijaya mulai menapakkan kaki

menaiki bukit hingga membuat takut para jin penghuni bukit Majasto. Beberapa jin

segera melapor rajanya yakni Ki Hajar Sidamulya, dan pagi itu juga Ki Hajar

Sidamulya datang menemui Kyai Ageng Sutawijaya. Melihat ada jin mendekatinya,

Kyai Ageng Sutawijaya menyampaikan ucapan salam.

“Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarookhatuh”

Ki Hajar Sidomulyo yang memang tidak tahu apa arti salam dari Kyai Ageng

Sutawijaya itu menjadi tercengang kagum. Ia pun bertanya kepada Kyai Ageng

Sutawijaya apa makna dari salam yang baru saja diucapkan. Setalah dijelaskan makna

salam tersebut. Raja jin tersebut merasa kalah budi. Dalam hatinya ia memuji akan

keluhuran orang yang baru saja ditemui. Ki Hajar Sidomulyo bertanya kepada Kyai

Ageng Sutawijaya, siapa dan dari mana asalnya.Setelah Kyai Ageng Sutawijaya

mengenalkan diri dan mengatakan tujuannya datang ke Bukit Majasto, yaitu untuk

Page 31: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

60

mengislamkan orang-orang disekitar Majasto agar mereka mengikuti jejak Rosulullah

Muhammad SAW. Kemudian terjadilah perdebatan dan peperangan yang ditawarkan

oleh Ki Hajar Sidomulyo, meski sempat ditolak oleh Kyai Ageng Sutawijaya. Ki

Hajar beserta para pengikutnya akhirnya segera berangkat pindah menuju Gunung

Lawu karena menerima kekalahanya.

Kyai Ageng Sutawijaya mulai menata wilayah Majasto dan membangun

pesantren di Bukit Majasto, para warga sekitar mulai mengikuti segala petunjuk dari

Kyai Ageng Sutawijaya.Mereka hidup rukun dan sejahtera dan mendirikan jamaah

dengan imam Kyai Ageng Sutawijaya.

Kyai Ageng Sutawijaya setelah tinggal di Bukit Majasto cukup, lama beliau

beserta pengikutnya mendirikan sebuah masjid untuk tempat ibadah dibukit Majasto.

Yang mana usia masjid itu usianya sama dengan masjid Ageng Demak. Dipanggillah

seluruh istri dan anak-anaknya untuk berkumpul di Majasto, tetapi R. Ay

Mayangmekar memilih tetap berada di Tegalampel hingga wafat dan dimakamkan

disamping masjid Tegal Ampel.Sedangkan yang mengikutinya adalah para putra dan

putri serta R. Ay.Sedahmirah yang berasal dari Tembayat.Sebagai seorang mufti Kyai

Ageng Sutawijaya pun sangat disegani oleh para santrinya karena memiliki kebijakan

yang besar dan mengayomi seluruh warganya.

Sebelah barat makam Kyai Ageng Sutawijaya, terdapat batu persegi yang

didekatnya terdapat sendang atau mata air sebanyak 3 mata air dan terdapat 2 buah

goa. Adapun sendang tersebut bernama.

1) Sendang Tapak Boma

Page 32: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

61

Sendang Tapak Boma merupakan mata air yang berada di bukit Majasto dan

dilindungi dengan cungkup yang mirip pendopo.Walaupun sekarang hanya

mengeluarkan sedikit air. Sampai sekarang sendang Tapak Bomo masih

dianggap suci, karena didekat sendang tersebut Kyai Ageng Sutawijaya

menyampaikan ilmunya kepada para muridnya.

2) Sendang Tapak Bima

Sendang Tapak Bima adalah sendang yang berada disebelah utara sendang

Tapak Boma. Menurut cerita sendang Tapak Bima inilah kejadian saat Kyai

Ageng Sutawijaya menggenjot batu untuk mengantarkan kepergian raja jin Ki

Hajar Sidomulya dan pengikutnya menuju Gunung Lawu. Dan menurut cerita

setempat sendang Tapak Bima adalah bekas telapak kaki Kyai Ageng

Sutawijaya.

3) Sendang Tapak Kuda

Sendang ini sekang tidak mengeluarkan air lagi, namun masih nampak jelas

bentuknya. Sendang Tapak Kuda berada tidak jauh dari Sendang Tapak Bima

dan Sendang Tapak Boma. Ketiga sendang tersebut keberadaannya berdekatan.

Ketiga sendang yang terdapat di Bukit Majasto, semua berupa batu hitam.

Selain terdapat beberapa sendang, komlek makam Bumi Arum juga terdapat

gua yang terdapat di sekitar makam antara lain.

1) Gua Naga

Gua Naga bentuknya panjang melingkar masuk ke dalam tanah. Gua ini

bertempat di belakang area makam Bumi Arum. Meski sekarang Goa Naga

Page 33: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

62

sudah ditutup dengan batu oleh masyarakat setempat namun masih nampak

jelas bahwa didalamnya terdapat Goa.

2) Gua Macan

Gua Macan letaknya berdekatan dengan Gua Naga, Goa tersebut dulunya

digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan yang lainnya.

3) Sumur Gedhe,

Sumur Gedhe terdapat di lereng bukit yang tidak pernah kering sepanjang tahun

walau kemarau panjang sekalipun. Sampai sekarang sumur gede masih

digunakan masyarakat Majasto, terutama disekitar makam Bumiarum.

2. Bentuk Cerita Kyai Ageng Sutawijaya

Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya merupakan salah satu bagian dari

kebudayaan yang hidup pada masyarakat Desa Majasto dan sekitarnya.Dari cerita

rakyat yang sudah dituturkan masyarakat (cerita lisan).Cerita lisan merupakan

sebagian dari persediaan cerita yang telah lama hidup dalam suatu masyarakat, baik

masyarakat itu telah mengenal huruf atau belum.Perbedaan dengan sastra tulis yaitu

sastra lisan tidak mempunyai naskah.Jika sastra lisan dituliskan naskah itu hanyalah

merupakan catatan dari sastra lisan tersebut.

Cerita rakyat sebagai salah satu bentuk dari folklore memiliki beberapa

bentuk antara lain : mite, legenda dan dongeng. Mite adalah cerita rakyat yang di

anggap benar-benar terjadi serta di anggap suci oleh yang empunya cerita.Mite

ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi didunia lain,

atau di dunia yang bukan seperti yang kita kenal sekarang. Legenda adalah cerita

Page 34: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

63

yang mempunyai cirri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu di anggap pernah benar-

benar terjadi, tokoh dalam legenda disakralkan oleh para pendukungnya yaitu

merupakan manusia biasa yang mempunyai kekuatan atau kemampuan yang luar

biasa, tempat terjadinya di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Sedangkan

dongeng adalah cerita yang dianggap tidak benar-benar terjadi dan tidak terikat oleh

ketentuan tentang pelaku atau tokoh, waktu, dan tempat suci.

Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya merupakan suatu cerita yang dianggap

benar-benar terjadi oleh masyarakat Desa Majasto, hal ini dapat dilihat dari antusias

masyarakat desa ketika diadakan upacara Sadranan di Makam Kyai Ageng

Sutawijaya. Selain itu, cerita mengenai Makam Kyai Ageng Sutawijaya masih

dimengerti oleh warga sekitar yang menandakan bahwa warga sekitar meyakini cerita

tersebut dan diceritakan turun-temurun. Selain itu, cerita Kyai Ageng Sutawijaya

dianggap sebagai cerita sejarah oleh masyarakat Desa Majasto, karena mengkisahkan

runtuhnya Kerajaan Majapahit.

Kyai Ageng Sutawijaya merupakan tokoh yang disegani oleh masyarakat di

Desa Majasto, sehingga setiap Bulan Sya’ban masyarakat berbondong-bondong

menunju ke makam Kyai Ageng Sutawijaya untuk berziarah. Selain itu, cerita yang

tersebar dari mulut kemulut memberikan gambaran bahwa Kyai Ageng Sutawijaya

adalah tokoh besar yang memiliki kearifan serta kedigdayaan. Beberapa bentuk

keunggulan tokoh Kyai Ageng Sutawijaya adalah sebagai berikut.

1) Kyai Ageng Sutawijaya merupakan keturunan Majapahit.

2) Merupakan murid dari Sunan Kalijaga dan Kyai Ageng Pandanaran

3) Merupakan mufti, menyebarkan agama Islam.

Page 35: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

64

4) Seorang seniman yang hebat.

5) Kyai Ageng Sutawijaya adalah pengembara yang tangguh.

6) Dapat mengalahkan raja Jin di bukit Majasto.

7) Mendirikan pesantren di Bukit Majasto.

8) Diceritakan memiliki kepribadian yang baik, dapat mengayomi masyarakat.

9) Dipercaya warga sekitar Kyai Ageng Sutawijaya meninggalkan telapak kaki

di Sendang Tapak Bima.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Cerita Rakyat Kyai

Ageng Sutawijaya berbentuk Legenda. Hal ini sesuai dengan cirri-ciri legenda

menurut William R. Bascom dalam James Danandjaja (1997 : 50)sebagai berikut

1) Kyai Ageng Sutawijaya terjadi di dunia nyata. Karena berhubungan dengan

sejarah runtuhnya Kerajaan Majapahit.

2) Tokoh merupakan manusia biasa yang mempunyai kekuatan-kekuatan gaib

Tokoh dari Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya adalah Kyai Ageng

Sutawijaya yang memiliki kekuatan-kekuatan gaib, diantaranya dapat

mengalahkan raja jin, dapat mengisi padasan sampai penuhi dengan

menggunakan keranjang bambu.

3) Menceritakan terjadinya tempat, seperti : pulau, gunung, daerah/desa,

danau/sungai, dan sebagainya.

Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawjiaya juga menceritakan terjadinya tempat,

seperti terjadinya nama daerah Gunung Pegat, karena dipercaya pada saat

Kyai Ageng Sutawijaya sampai di tempat itu, dia mengalami putus asa.

Page 36: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

65

Menurut Nurgiantara (2013: 182-190) membagi jenis-jenis legenda menjadi

3 jenis, yaitu legenda tokoh, legenda tempat peninggalan, dan legenda peristiwa.

Berdasarkan cerita dan penjelasan di atas, maka Cerita Rakyat Kyai Ageng

Sutawijaya termasuk ke dalam jenis legenda tokoh dan legenda tempat peninggalan.

Hal ini terjadi karena Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya mengisahkan ketokohan

seorang tokoh yang bernama Kyai Ageng Sutawijaya serta mengisahkan tentang

tempat-tempat peninggalan dan asal-usul penamaan tempat-tempat tertentu.

C. Fungsi Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya

Cerita rakyat merupakan sebagian kebudayaan yang tersebar dan diwariskan

kepada masyarakat secara turun temurun. Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk

cerita rakyat yang hidup dalam masyarakat secara turun temurun. Dalam suatu cerita

rakyat dipastikan mengandung pesan yang berkaitan dengan kehidupan manusia.

Dengan mendengarkan suatu cerita rakyat, seseorang dipastikan akan menemukan

ajaran-ajaran kehidupan yang berguna untuk dirinya.Adapun beberapa fungsi yang

terkandung dalam Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya adalah sebagai berikut.

1. Sebagai Sarana Sistem Proyeksi

Cerita rakyat mempunyai fungsi sebagai sarana proyeksi, yaitu alat untuk

mencerminkan angan-angan kelompok dapat diwujudkan dengan sarana pengukuhan

tempat keramat. Keberadaan Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya sebagai milik

masyarakat berfungsi sebagai pengakuan tempat keramat, karena masyarakat

mempercayai keberadaan Kyai Ageng Sutawijaya di Desa Majasto. Tokoh Kyai

Ageng Sutawijaya merupakan tokoh yang disegani dan dihormati, sehingga adanya

Page 37: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

66

Makam Kyai Ageng Sutawijaya di Desa Majasto, tepatnya di atas Bukit Majasto

sangat dikeramatkan oleh warga sekitar. Kekeramatan Makam Kyai Ageng

Sutawijaya juga ditambah dengan adanya Makam Bumi Arum, komplek pemakaman

ini memiliki keunikan karena liang lahat yang digunakan untuk pemakaman hanya

setinggi lutut orang dewasa, dan hal tersebut masih dilakukan hingga sekarang.

Seperti penuturan Bapak Yoga berikut.

Eyang Sutawijaya itu merupakan pendiri Desa Majasto ini mas, dahulu beliau menyebarkan agama Islam dan mulai menata Desa Majasto. Beliau tinggal di Desa Majasto sampai akhir hayatnya dan akhirnya beliau di makamkan di Bukit Majasto ini. Sudah menjadi tradisi sejak dulu mas, bahwa pemakaman di sini kedalamannya hanya sekitar sedengkul kaki saja. Tidak ada yang tau sejak kapan dan mengapa kok pemakamanya hanya sedengkul orang dewasa saja. Yang saya tau itu sudah menjadi tradisi sejak dahulu dari nenek moyang dahulu. Meskipun pemakaman hanya sekitar setengah meter saja, namun tanahnya tidak berbau mas.

2. Sebagai Alat Pengesahan Pranata-Pranata dan Lembaga-lembaga

Kebudayaan

Cerita Rakyat berfungsi mengontrol kelangsungan budaya suatu masyarakat

dalam suatu masyarakat dalam cerita ini, yaitu Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya

di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Setiap tahun selalu

di lakukan upacara Sadranan yang bertempat di komplek Makam Bumi Arum

Majasto, yang memiliki tujuan untuk menyambut Bulan Ramadhan serta

menghormati para leluhur. Meskipun masyarakat Desa Majasto pada umumnya

mempunyai agama yang cukup kuat, namun mereka tetap bisa membedakan antara

tradisi, budaya, dan agama. Mereka memandang tradisi adalah suatu ritual sebagai

warisan budaya turun-temurun yang bisa diingat oleh anak cucu. Namun tidak sampai

Page 38: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

67

membuat mereka melupakan bahwa kekuasaan dan kekuatan tertinggi ada di tangan

Allah SWT.

3. Sebagai Alat Pendidikan

Pendidikan adalah seluruh usaha mengembangkan pengetahuan, keterampilan,

dan karakter yang baik warga masyarakat terutama generasi muda. Pendidikan

merupakan usaha sadar dan sistematis yang bertujuan untuk memanusiakan manusia

dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan sehingga akan tercipta manusia

yang seutuhnya. Pendidikan berkenaan dengan segala kegiatan yang berguna untuk

menambah pengetahuan sekelompok orang maupun pengetahuan baik itu

pengetahuan seseorang maupun pengetahuan sekelompok orang.

Folklor dapat digunakan sebagai media pendidikan untuk menyampaikan

pelajaran kepada murid guna mempermudah proses belajar mengajar. Folklore juga

dapat digunakan untuk media pendidikan bagi masyarakat pendukungnya. Folklore

mengandung nilai budaya yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendidikan. Nilai

budaya yang terkandung dalam genre folklore merupakan pesan-pesan sebagai

sumber pengetahuan atau pendidikan bagi generasi penerus. Pada hakikatnya genre-

genre folklore merupakan bentuk ungkapan budaya yang mengandung nilai-nilai

yangdapat diteladani dan diinternalisasikan oleh generasi penerus.

Banyak pelajaran yang bisa diambil dari nilai folklore dan bisa dijadikan bahan

pembelajaran dalam pranata sekolah dan pranata keluarga dalam mengatasi persoalan

kehidupan sehari-hari. Folklore mengandung pesan-pesan yang hendak disampaikan

kepada masyarkat baik berupa makna dan fungsi, nilai norma maupun kearifan lokal.

Folklore yang mengandung kearifan lokal dapat dimanfaatkan sebagai sumbber

Page 39: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

68

pendidikan karakter. Kearifan lokal adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu

masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya yang mengatur tatanan

kehidupan masyarakat.

Cerita rakyat Kyai Ageng Sutawijaya menceritakan seorang tokoh yang

bernama Kyai Ageng Sutawijaya. Dalam riwayatnya setelah runtuhnya kerajaan

Majapahit Kyai Ageng Sutawijaya melakukan perjalanan di berbagai tempat dan

sampailah ke bukit Majasto. Nilai-nilai pendidikan yang dapat diambil adalah bahwa

beliau merupakan seorang keturunan kerajaan Majapahit yang akhirnya menyebarkan

agama Islam di Desa Majasto.Dari perjalanan beliau menuju bukit Majastodapat

diambil nilai-nilai pesan yang dapat dijadikan untuk pendidikan generasi yang akan

datang. Unsur- unsur pendidikan yang terdapat dalam Cerita Rakyat Kyai Ageng

Sutawijaya antara lain.

a. Mendidik agar selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa

Salah satu bukti ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Kyai Ageng

Sutawijaya dengan menyebarkan dan mengajarkan agama Islam kepada masyarakat

Desa Majasto dan sekitarnya. Dengan kegigihan beliau untuk mengislamkan

masyarakat Desa Majasto, akhirnya beliau dapat mendirikan pesantren dan sebuah

masjid yang berdiri di bukit Majasto. Para warga sekitar mulai mengikuti segala

petunjuk dari Kyai Ageng Sutawijaya. Mereka hidup rukun dan sejahtera dan

mendirikan jamaah dengan imam Kyai Ageng Sutawijaya. Maka dari Cerita Rakyat

Kyai Ageng Sutawijaya dapat kita ambil nilai-nilai atau fungsi yang salah satunya

adalah mendidik manuasia agar selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Page 40: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

69

b. Mendidik Manusia Agar Tidak Sombong

Cerita rakyat Kyai Ageng Sutawijaya mengandung unsur pendidikan untuk

mendidik agar berlaku tidak sombong, karena kesombongan hanyalah akan

merugikan diri kita sendiri. Dalam kehidupan dan perjalanannya Kyai Ageng

Sutawijaya tidak pernah memperlihatkan bahwa beliu merupakan seorang keturuan

bangsawan, beliau tidak pernah membanggakan dan menyombongkan diri akan

kekuatan yang beliau miliki. Kyai Ageng sutawijaya tidak pernah merasa sombong

karena mempunyai kelebihan. Dengan kerendahan hatinya maka Kyai Ageng

Sutawijaya dihormati dan sangat disegani oleh masyarakat Desa Majasto.setelah

runtuhnya kerajaan Majapahit beliau melakukan penyamaran sebagai seorang

petani. Meski beliau keturunan bangsawan Kyai Ageng Sutawijaya mau terjun

sebagai rakyat jelata dan menjadi petani. Dengan ini dapat kita ambil beberapa

fungsi yang salah satunya adalah mendidik manusia agar tidak sombong. Seperti

penuturan bapak Sayono (Juru Kunci)

Jadi begini mas setelah kerajaan Majapahit runtuh Eyang Sutawijaya melakukan perjalanan yang sampai akhirnya beliau disuruh untuk ke Desa Majasto ini mas. Menurut yang saya tau di saat perjalanan menuju Desa Majasto beliau menyamar sebagai petani mas. Dan sesampainya di Bukit Majasto beliau harus menghadapi Raja Jin yang sebelumnya sudah lebih dahulu menempati bukit tersebut. beliau tidak pernah menyombongkan kekuatan ataupun latar belakangnya sebagai putra bangsawan.

c. Mendidik Manusia untuk Mau Berbagi Ilmu Kepada Sesama

Kyai Ageng Sutawijaya memiliki citra yang sangat baik diangan-angan

Masyarata Desa Majasto. Beliu mau mengajarkan kesenian Jawa seperti karawitan,

Page 41: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

70

tembang dan kesusastraan Jawa lainya kepada masyarakat penduduk Tegalampel.

Beliau juga mendirikan pesantren di Desa Majasto untuk bisa membagi ilmu

keislamannya kepada masyarakat Desa Majasto.

d. Mendidik untuk Patuh Kepada Nasihat Guru atau Orang Tua

Guru atau orang tua akan selalu menuntut anak didiknya untuk menjadi

pribadi yang baik dan orang yang sukses. Sehingga menjadi kewajiban seorang

murid ataupun anak untuk selalu mematuhi nasihat dan melaksanakan perintah guru

ataupun orang tua. Hal serupa juga dilakukan oleh Kyai Ageng Sutawijaya, beliau

begitu patuh pada gurunya, Sunan Kalijaga dan Kyai Pandanaran. Apapun yang

diperintahkan oleh gurunya selalu dilaksanakan dengan baik oleh Kyai Ageng

Sutawijaya seberat apapun perintah tersebut.

4. Sebagai Pengawas Norma-norma Masyarakat yang Harus Dipatuhi oleh

Kolektifnya

Suatu kebudayaan masyarakat Jawa tidak dapat dipisahkan dengan suatu hal

yang berbau mistis. Masyarakat Jawa percaya bahwa suatu gejala alam yang terjadi

dapat dipengaruhi oleh beberapa kekuatan gaib. Cerita Rakyat Kyai Ageng

Sutawijaya berfungsi pula sebagai media penuangan nilai-nilai tentang perilaku,

aturan, serta moral yang dapat diterima oleh masyrakatnya. Cerita Rakyat Kyai

Ageng Sutawijaya tersirat adanya larangan dan aturan yang harus dijalani manusia,

dan anjuran kepada manusia hanya memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun

salah satu larangan dan aturan yang masih dipatuhi oleh masyarakat Desa Majasto

Page 42: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

71

sampai sekarang adalah cara pemakaman yang unik, yang mana masyarakat Desa

sekitar memakamkan jenazah dengan kedalaman hanya sekitar 50cm saja.

5. Mempertebal Perasaan Solidaritas Kolektif

Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya dapat berfungsi untuk mempertebal

perasaan solidaritas kolektif. Terkait dengan hal ini, Cerit Rakyat Kyai Ageng

Sutawijaya, menciptakan suatu kultur baru pada masyarakat Desa Majasto, yaitu

suatu ritual Sadranan. Sebelum dan ketika acara ini berlangsung, masyarakat bahu

membahu mempersiapkan acara dengan dengn baik, lalu ketika acara berlangsung

masyarakat berbaur menjadi satu membentuk satu kesatuan menciptakan solidaritas

yang sangat baik. Tidak ada kubu-kubu pada upacara tersebut, semua menyatu dan

menciptakan kerukunan.

6. Sebagai Hiburan

Cerita rakyat sebagai salah satu bentuk kebudayaan yang dapat dipakai

sebagai sarana hiburan. Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk cerita yang hidup

dalam masyarakat yang tersebar secara lisan melalui mulut ke mulut. Cerita Rakyat

Kyai Ageng Sutawijaya di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten

Sukoharjo merupakan cerita yang banyak mengandung fungsi yang dapat di ambil

dan diaplikasikan untuk kehidupan sehari-hari. Beberapa fungsi tersebut antara lain

sebagai hiburan untuk masyarakat sekitar. Dalam kehidupan masyarakat Desa

Majasto, Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya sering dijadikan sebagai sarana

Page 43: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

72

hiburan untuk anak cucu mereka, yaitu dengan cara menceritakan kisah Kyai Ageng

Sutawijaya kepada anak cucu pada waktu mereka istirahat atau sebelum tidur,

sehingga mereka akan merasa terhibur hatinya ketika menikmati atau mendengar

cerita tersebut.

Banyak ajaran yang dapat diambil dari cerita Eyang Sutawijaya ini mas. Kebanyakan warga Desa Majasto dan sekitarnya memanfaatkan cerita tersebut sebagai dongeng sebelum tidur untuk anak-anaknya mas. Sekaligus mereka dapat menyampaikan sedikit-sedikit ajaran yang dapat di ambil dari serita tersebut. (Bapak Lurah Desa Majasto)

7. Sebagai Sarana Menambah Pendapatan Masyarakat

Makam Kyai Ageng Sutawijaya membererikan berkah bagi mereka yang

menjadikan tempat untuk mencari nafkah. Meskipun di area makam Bumi Arum

Majasto tidak diperbolehkan untuk berjualan karena dapat mengganggu, para warga

masih tetap bisa memanfaatkan situasi dengan melakukan kegiatan berdagang di

bawah makam atau di depan makam. Mereka dapat menjajakan barang daganganya

seperti membuka warung makan, menjual rokok dan sebagainya. Namun ada juga

yang memilih untuk membuka tempat penitipan sepeda. Dengan demikian, Makam

Kyai Ageng Sutawijaya dapat berfungsi sebagai sarana menambah pendapatan

masyarakat, khususnya masyarakat di sekitar makam.

8. Meningkatkan Etos Kerja

Makam Kyai Ageng Sutawijaya adalah suatu tempat yang memberikan

semangat danharapan bagi mereka yang meyakini untuk menenangkan diri dan

berusaha mendapatkan perubahan hidup lebih baik. Mereka menjadi lebih ulet dan

pantang menyerah untuk bekerja karena mereka tahu bahwa Makam Kyai Ageng

Page 44: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

73

Sutawijaya memberikan perubahan yang lebih baik. Kemudian yang terpenting

adalah mendapatkan kepercayaan diri tanpa mengesampingkan Tuhan Yang Maha

Esa.

niatan seseorang itu berbeda-beda ya mas, namun saya datang kesini tidak ada niatan untuk menyekutuan Allah atau syirik mas, namun saya kesini berkeyakinan bahwa Eyang Sutawijaya merupakan perantara untuk saya berdoa meminta kepada Tuhan mas. Saya berdoa agar keluarga saya diberi keselamatan serta beli jalan rejeki untuk keluarga saya.” Bapak Tugimin(Pengunjung)

D. Makna /Penghayatan Masyarakat

Cerita rakyat adalah suatu karya sastra yang lahir dan berkembang dalam

masyarakat tradisional dan disebarkan dalam bentuk yang relatif tetap atau dalam

bentuk baku disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup

lama.Cerita rakyat yang dihayati dengan baik akan memberikan kegunaan, fungsi,

dan pelajaran yang baik untuk menambah wawasan masyarakat dari generasi

kegenerasi. Keunggulan cerita rakyat menjadi berkurang karena sifatnya yang lisan

dan turun-temurun, tidak ada dokumen tertulis terkait cerita tersebut.

Pengungkapan dan penilaian suatu karya sastra tidaklah mudah. Suatu karya

sastra sangat berhubungan dengan pembaca atau penikmat, sebab karya sastra

merupakn ungkapan imajunasi pengarang dan pembaca yang menentukan makna dan

nilai yang terkadang dalam karya sastra. seperti pendapat Yunus (1993:1) yang

berpendapat bahwa kesanggupan seseorang memahami penafsiran pertama kali dapat

dilihat pada kesanggupan untuk meringkas isi karya sastra. jadi karya sastra dapat

dipakai sebagai salah satu jembatan untuk memahami suatu kenyataan social yang

terdapat dalam suatu masyarakat.

Page 45: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

74

Karya sastra dan pembaca merupakan satu kesatuan yang saling

berhubungan. Kesadaran pembaca yang memberikan interpretasi tentang karya sastra

itu sangat diperlukan adanya sebuah penelitian tentang teks. Pembicaraan tentang

kasusastraan tidak aka nada apabila tidak ada sebuah karya sastra. jadi dalam hal ini

kedudukan karya sastra penting sebagai produk yang dinikmati serta dihayati oleh

masyarakat.

Penghayatan masyarakat yang di maksudkan adalah pembaca atau

masyarakat yang memberikan reaksi atau tanggapan terhadap karya sastra yang

dihayatinya dalam hal ini karya sastra adalah cerita rakyat Kyai Ageng Sutawijaya.

Cerita rakyat Kyai Ageng Sutawijaya adalah karya sastra yang berbentuk lisan

disebarkan dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi berikutnya, sehingga

warisan lama yang berbentuk cerita rakyat itu dalam penghayatan masyarakat akan

berbeda-beda. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kondisi social budaya

masyarakat yang beraneka ragam seperti tingat pendidikan, status social dalam

masyarakat, faktor usia, dan lain-lain. Dengan keikutsertaan masyarakat pembaca

atau penikmat, maka cerita rakyat tersebut dapat hidup dan bertahan selama

masyarakat pembaca menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat ini.

Karena masyarakat pendukung sudah mengetahui apakan nilai-nilai dalam suatu

cerita rakyat untuk diterapkan dalam kehidupan bermasarakat.

Penghayatan masyarakat, khususnya masyarakat Desa Masjasto terhadap

Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya dapat mencerminkan pola pikir masyarakat di

sana. Penghayatan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap Cerita Rakyat Kyai

Ageng Sutawijaya, dapat berguna bagi generasi muda pada masa sekarang ini dan

Page 46: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

75

generasi muda yang akan datang. Dengan mengambil nilai-nilai moral kehidupan

dalam cerita tersebut. Pengungkapan dan penilaian suatu karya

Masyarakat terdiri dari berbagai macam kepribadian, dan memiliki sudut

pandang masing-masing. Hal ini tentulah berpengaruh pada penghayatan masyarakat

terkait makna Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya. Faktor-faktor yang dapat

membedakan penghayatan masyarakat.

1. Faktor Pendidikan

Faktor pendidikan mempengaruhi penghayatan masyarakat terkait Cerita

Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya. Masyarakat Desa Majasto sebagain besar memang

sudah mengenyam pendidikan baik itu pendidikan Sekolah Dasar, Menengah

Pertama, Menengah Atas, bahkan ada yang sampai perguruan tinggi. Namun, ada

beberapa orang yang ternyata tidak mengenyam pendidikan formal. Hal ini kemudian

berpengaruh pada penghayatan masyarakat terkait Cerita Rakyat Kyai Ageng

Sutawijaya, perbedaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Tidak mengeyam pendidikan formal

Masyarakat Desa Majasto yang tidak mengenyam pendidikan formal memiliki

pola pikir yang masih lugu. Mereka masih sangat mempercayai Cerita Rakyat sebagai

suatu cerita sejarah yang harus diceritakan secara turun temurun. Mereka

menganggap Kyai Ageng Sutawiya adalah orang besar yang sangat mempengaruhi

kehidupan masyarakat Desa Majasto tempo dulu. Sehingga mereka masih sangat

menghormati dan meneladani sosok Kyai Ageng Sutawijaya. selain itumereka

memaknai bahwa cerita rakyat Kyai Ageng Sutawijaya merupakan suatu cerita yang

Page 47: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

76

benar-benar terjadi serta tokoh dalam cerita yaitu Kyai Ageng Sutawijaya yang

benar-benar mereka segani, sampai sekarang makam Kyai Ageng Sutawijaya masih

di anggap sakral.

b. Mengenyem pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah

Sebagian besar masyarakat Desa Majasto hanya berpendidikan SD dan

SLTP/SMP, hal ini juga mempengaruhi tingkat penghayatan masyarkat terkait

dengan Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya. Masyarakat yang sudah mengenyam

pendidikan paling tidak SD ataupun SLTP sudah bisa membaca, menulis dan

berhitung. Sehingga masyarakat memaknai Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya

tidak lagi sepenuhnya dipercaya sebagai cerita sejarah. Cerita menjadi cerita dongeng

yang digunakan sebagai suri tauladan untuk anak cucu mereka. Akan tetapi mereka

masih mempercayai mitos-mitos yang ada, sebisa mungkin tidak melanggar hal

tersebut.

c. Mengeyam Pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi

Sebagian kecil masyarakat Desa Majasto sudah mengenyam pendidikan

Sekolah Menengah Atas bahkan ada yang lulus perguruan tinggi. Tentu saja, pola

pikir mereka berbeda jauh dengan pola pikir masyarakat yang masih rendah tingkat

pendidikannya. Dalam hal kepercayaan masyarakat mengenai Cerita Rakyat Kyai

Ageng Sutawijaya, masyarakat yang sudah menempuh pendidikan tinggi

mengganggap bahwa Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya adalah sebuah

dongengan turun-temurun yang menciptakan kultur dimasyarakat Desa Majasto.

Kultur itulah yang harus terus dijalankan sebagai bentuk pelestarian budaya masa

Page 48: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

77

lampau sehingga dapat dijadikan sebagai asset untuk bangsa ini. Cerita Rakyat Kyai

Ageng dianggap sebagai salah satu kekayaan lokal genius bangsa Indonesia,

khusunya untuk masyarak Jawa.

2. Faktor Agama dan Religi

Faktor agama dan religi kepercayaan berpengaruh terhadap penghayatan suatu

cerita rakyat. Masyarakat Desa Majasto masih percaya dengan Cerita Rakyat Kyai

Ageng Sutawijaya, dan percaya dengan sejarah leluhur serta tempat yang di anggap

keramat seperti makam Kyai Ageng Sutawijaya. Mereka menganggap bahwa apa

yang mereka lakukan adalah sesuatu perbuatan tidak musyrik atau menyekutukan

Allah SWT. Kepercayaan masyarakat terhadap cerita rakyat di anggap sebagai suatu

media untuk lebih mendekatkan diri pada yang MahaKuasa. Faktor agama dan religi

membawa mereka beranggapan bahwa perubahan nilai agama atau religi dengan

budaya adat istiadat (tradisi) sama-sama dipertahankan. Namun ada sebagian

masyarakat Desa Majasto yang sudah tidak mempercayai atau menganggap bahwa

mempercayai suatu cerita rakyat merupakan hal yang di anggap musyrik. Perbedaan

pendapat dan pemahaman membuat adanya dua kepercayaan dan penghayatan

masyarakat terhadap Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya.

3. Berdasarkan Kelompok Usia

Penghayatan masyarakat terhadap Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya

mengalami perbedaan dan perubahan. Perbedaan itu dapat dilihat dari segi usia antara

lain sebagai berikut.

Page 49: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

78

a. Usia 14-30 (Golongan Muda)

Penghayatan terhadap Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya oleh golongan

muda mengalami sedikit perubahan namun meski begitu,mayoritas golongan muda

masyarakat Majasto masih mempercayai bahwa cerita tersebut memang pernah ada.

Namun tidak semua masyarakat dari golongan muda yang mengerti mendalam

tentang Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya. Hal tersebut dikarenakan golongan

muda termasuk masyarakat modern dan tidak terlalu mau tahu akan sejarah leluhur.

Sebagian golongan muda hanya mengetahui bahwa dahulu Kyai Ageng Sutawijaya

menyebarkan agama Islam sampai beliau dimakamkan di Makam Bumi Arum

Majasto.

b. Usia 30tahun keatas (Golongan Tua)

Penghayatan masyarakat Majasto golongan tua terhadap Cerita Rakyat Kyai

Ageng Sutawijaya masih percaya bahwa Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya

benar-benar terjadi pada masa lampau. Masyarakat pada golongan ini masih

menghormati serta menjalankan tradisi yang sudah dilakukan secara turun temurun

dari nenek moyang terdahulu. Tradisi yang masih berlangsung sampai saat ini adalah

tradisi upacara Sadranan. Sampai saat ini masyarakat golongan tua masih

mempertahankan warisan leluhur. Bahkan pada saat bulan puasa banyak yang datang

dari masyarakat golongan tua untuk mengaji dan mendoakan para leluhur khusunya

Kyai Ageng Sutawijaya.

saya tingal di Desa Majasto sudah dari kecil mas. Dari dulu saya sudah mengetahui tentang cerita Eyang Sutawijaya. saya sangat percaya bahwa Eyang Sutawijaya merupakan sesepuh desa sini yang pernah mengislamkan para warga

Page 50: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

79

desa dimasa lampau. Dan sampai sekarang masih banyak entah warga Desa Majasto ataupun warga dari luar Desa Majasto yang masih mendatangi Makam Desa Majasto. Entah hanya untuk berziarah, berdoa ataupun meminta sesuatu. Yang jelas masih banyak yang menganggap bahwa makam Eyang Sutawijaya merupakan makam yang masih sakral. Bapak Yoga (Perangkat Desa)

4. Berdasarkan kelompok Profesi

Cerita Cakyat Kyai Ageng Sutawijaya di Desa Majasto, Kecamatan

Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo merupakan cerita rakyat yang diwariskan secara

turun-temurun dari mulut ke mulut. Sampai sekarang Cerita Rakyat Kyai Ageng

Sutawijaya masih dipercaya oleh sebagaian besar masyarakat Desa Majasto,

khususnya. Meskipun demikian, terdapat berbagai tanggapan yang berbeda-beda

mengenai Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya. Misalnya berdasarkan kelompok

profesi yang di antaranya petani san swasta.

a. Petani

Kabupaten Sukoharjo mempunyai area persawahan dari total luas desa

sekitar 409.67 hektar. Dengan demikian tidak heran bahwa sebagaian besar

masyarakat Desa Majasto berprofesi sebagai petani. Tanggapan serta penghayatan

masyarakat Desa Majasto yang bermata pencaharian sebagai petani kebanyakan

mempunyai tanggapan serta penghayatan yang sama. Kebanyakan masyarakat Desa

Majasto yang berprofesi sebagi petani masih mempercayai akan Cerita Rakyat Kyai

Ageng Sutawijaya. Serta masih mempertahankan warisan nenek moyang dengan

cara mengikuti tradisi Upacara Sadranan settiap tahunnya. Masyarakat dari

golongan petani sangat antusias mengikuti tradisi Upacara Sadranan. Selain untuk

sarana silaturohmi sesama warga tradisi Sadranan di anggap suatu tradisi yang

Page 51: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

80

wajib dilakukan setiap tahunnya. Sebagian besar dari mereka menganggap bahwa

leluhur yang sudah tidak ada tetap masih harus di hormati serta di doakan.

b. Swasta

Penghayatan masyarakat Desa Majasto yang bermata pencaharian sebagai

pegawai swasta ataupun karyawan, sebagian besar dari mereka percaya dan yakin

akan Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya. Banyak masyarakat Desa Majasto yang

merantau datang mengunjungi makam Kyai Ageng Sutawijaya untuk berziarah serta

mendoakan beliau. Dan tidak sedikit masyarakat dari golongan swasta datang untuk

memohon doa restu agar diberi kelancaran dalam mereka mencari nafkah. Namun

hal tersebut tanpa mengkesampingkan bahwa yang sesungguhnya mengabulkan doa

mereka adalah Allah SWT. Masyarakat Desa Majasto yang bermatapencarian

pagawai swasta memaknai bahwa Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya bukanlah

hanya sekedar cerita dongeng saja, namun mereka menganggap bahwa cerita

tersebut adalah cerita yang memang benar di alami oleh nenek moyang mereka

yaitu Kyai Ageng Sutawijaya, mereka mengangap bahwa berdoa di makam Kyai

Ageng Sutawijaya bukanlah sebuah tindakan menyekutukan Tuhan, namun

merupakan perantara untuk berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

E. Mitos

Cerita rakyat yang di wariskan kepada masyarakat secara lisan dari satu

generasi ke generasi berikutnya mempunyai kelemahan karena tidak mempunyai

dokumen tertulis atau rekaman. Kondisi tersebut ada proses lupa diri manusia

Page 52: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

81

sehingga dapat menjadi versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda-beda. Cerita

rakyat bersifat tradisional yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam

bentuk standar. Disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama.

Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya seperti halnya cerita rakyat yang lain

identik dengan mitos-mitos yang menjadi kekuatan budaya. Mitos ini juga tidak

terlepas dari kehidupan manusia, meskipun kebenaran mitos ini belum tentu

memberikan jaminan dan bisa dipertanggungjawabkan. Kebenaran mitos diperolah

tanpa suatu penelitian, tetapi hanya berdasarkan anggapan dan kepercayaan semata.

Mitos bukan suatu pembuktian kebenaran, tetapi yang lebih diperhatikan dan yang

terpenting adalah hasil akhir atau akibat adanya mitos. Warga Desa Majasto masih

hidup dalam tradisi dan masih mempercayai adanya mitos. Mitos-mitos yang ada

dalam cerita rakyat Kyai Ageng Sutawijaya antara lain.

1. Mitos melaksanakan sadranan

Mitos menceritakan tentang kejadian, bumi, langit, manusia, dewa dan

upacara-upacara yang berhubungan erat dengan kepercayaan dan

keagamaan manusia di dunia ini. Mitos tidak hanya sekedar laporam dari

peristiwa yang terjadi saja, tetapi juga mengenai upacara-upacara tentang

dunia gaib sekitar, tentang dewa bahkan mitos memberikan arah kelakuan

manusia dan merupakan pedoman untuk kebijaksanaan manusia. Mitos

member kesadaran pada manusia bahkan dalam alam semesta itu ada

kekuatan-kekuatan gaib. Mitos akan menggambarkan kekuatan bahwa

dunia kayak akan cerita yang mengandung unsure filsafat yang dalam,

adat istiadat yang beraneka ragam. Namun sebenarnya dunia penuh

Page 53: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

82

dengan cerita-cerita mistis dan upacara adat yang berfungsi menangkis

mara bahaya dan menahan kesukaran hidup yang terjadi didunia ini.

Mitos itu pula yang menyertai dengan upacara sadranan yang

dilakukan masyarakat Desa Majasto. Sadranan dilakukan setiap setahun

sekali yaitu biasa dilakukan sebelum bulan ramadhan. masyarakat

meyakini bahwa selain untuk berziarah dan mendoakan para leluhur

mereka, kebiasaan atau rutinitas semacam ini masih dilakukan dan

dipercayai masyarakat Desa Majasto dan mereka percaya apabila

dilakukan upacara sadranan sebagai rasa bersyukur atas segala yang

mereka dapatkan, mulai dari panen yang melimpah hingga kelancaran

kelangsungan hidup yang mereka jalani.

2. Mitos pemakaman dengan kedalaman makam hanya 50cm

Mitos memberikan bahan informasi mengenai kekuatan-kekuatan

gaib, serta membantu manusia agar dapat menghayati data-daya gaib

sebagai suatu kekuatan yang membengaruhi dan menguasai alam

kehidupan. Mitos pemakaman dengan kedalaman makam hanya 50cm ini

sudah dilakukan oleh masyarakat sekitar Desa Majasto secara turun

temurun. Tidak ada yang mengetahui asal mitos ini. Namun meski

kedalaman makam hanya setengah meter saja, makam tersebut tidak

berbau. Komlek makam Bumi arum merupakan tempat munculnya mitos

yang berkembang di masyarakat, dan sampai sekarang masyarakat masih

percaya dan masih melaksanakannya.

Page 54: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileseperti yang diutarakan Imam Sutardjo dalam buku Kajian Budaya Jawa (2010:27) ... mengadakan suatu acara, contohnya pada acara Upacara

83

3. Mitos orang yang masuk ke komlek makam Bumi Arum tidak boleh

melakukan hal yang tidak senonoh.

Mitos bahwa pengunjung yang masuk didalam komlek makam Bumi

Arum tentu saja harus menjaga sikap dan tidak berbuat hal-hal yang tidak

sepantasnya misalnya melakukan perzinahan, masyarakat mempercayai

bahwa makam Bumi Arum adalah tempat yang dianggap suci, selain itu

makam juga di anggap tempat untuk meditasi. Mitos ini masih sangat

dipercaya oleh warga masyarakat Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari,

Kabupaten Sukoharjo sebagai wujud penghormatan apabila mitos ini

dilanggar maka akan terjadi sesuatu dengan orang tersebut.