naskah publikasi hubungan antara komunikasi … · pada awalnya komunikasi bermanfat untuk...
TRANSCRIPT
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI PASIF DENGAN
KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PADA SUAMI
Oleh:
Aisyah
Irwan Nuryana Kurniawan
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2008
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI PASIF DENGAN
KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PADA SUAMI
Telah Disetujui Pada Tanggal
_______________________
Dosen Pembimbing
(Irwan Nuryana Kurniawan S.Psi., M.Si.)
HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI PASIF DENGAN
KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PADA SUAMI
Aisyah
Irwan Nuryana Kurniawan
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara komunikasi pasif dengan kecenderungan perilaku agresif pada suami. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara komunikasi pasif dengan kecenderungan perilaku agresif pada suami. Semakin tinggi komunikasi pasif maka semakin tinggi kecenderungan perilaku agresif. Sebaliknya semakin rendah komunikasi pasif, semakin rendah kecenderungan perilaku agresif.
Subyek dalam penelitian ini adalah laki-laki yang telah menikah, berusia 23-56 tahun dengan usia pernikahan berkisar antara 2 tahun hingga 30 tahun, pendidikan minimal SMU, tingkat social ekonomi menengah ke bawah dan sebanyak 106 orang yang berdomisili di Jakarta, tepatnya tinggal di wilayah Kepa Duri, Jakarta Barat dan Petukangan, Jakarta Selatan. Teknik pengambilan subyek yang digunakan adalah metode quota sampling. Adapun skala yang digunakan untuk mengukur perilaku agresif suami adalah hasil modifikasi Conflict Tactics Scale 2 dari Straus,dkk (1996), yang mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Straus,dkk (1996) dan skala komunikasi pasif yang disusun oleh peneliti sendiri dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Hopson dan Hopson (2002).
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 13,0 for Windows untuk menguji apakah terdapat hubungan antara komunikasi pasif dengan kecenderungan perilaku agresif pada suami. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r=0,209 dengan p=0,012 (p<0,05), sehingga hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara komunikasi pasif dengan kecenderungan perilaku agresif pada suami dapat diterima. Hasil uji korelasi tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kedua variabel penelitian. Kata Kunci : Komunikasi Pasif, Kecenderungan Perilaku Agresif, Suami
Pengantar
Latar Belakang
Tindakan kekerasan dalam rumah tangga sering ditemukan dalam
masyarakat dan memberikan dampak yang buruk bagi keluarga dan masyarakat
umum. Dampak kekerasan dalam rumah tangga ini dapat dilihat dari tingginya
angka perceraian, perubahan psikologis dan gangguan jiwa terhadap perempuan
seperti kecemasan, rasa rendah diri, fobia, dan depresi serta gangguan
kesakitan fisik non reproduksi dan reproduksi. Dampak ini tidak hanya menimpa
istri saja akan tetapi masing-masing anggota keluarga termasuk anak-anak yang
akhirnya juga memiliki perilaku agresif sehingga menyebabkan meningkatnya
angka tindakan kekerasan maupun kejahatan di masyarakat (Utami, 1992;
www.bkkbn.go.id,2005). Data yang dikumpulkan oleh World Health Organization
(WHO) menunjukkan bahwa tindak kekerasan ini 10 – 69% dilakukan oleh pihak
suami (www.kompascybermedia.com, 2002). Di Indonesia, jumlah kekerasan
terhadap perempuan oleh suaminya ternyata lebih tinggi, yaitu antara 69 – 82%
(www.YPHA.com, 2007; www.bkkbn.go.id, 2005; www.HukumOnline.com, 2006).
Kekerasan dalam rumah tangga dapat disebabkan karena agresivitas
yang dilakukan oleh suami (www.hukumonline.com, 2006). Menurut Sarlito
(1997) perilaku agresif adalah setiap perilaku yang merugikan atau menimbulkan
korban pada pihak lain, dalam hal ini terutama perilaku agresif pada pasangan.
Sasaran agresi dalam keluarga biasanya para istri dan anak-anak dengan
intesitas tindakan dan akibat yang bervariasi.
Perilaku agresif dapat dipengaruhi oleh konflik suami istri (Berkowitz,
1995). Bentuk atau ekspresi agresi dapat berupa fisik maupun verbal. Jenis
kekerasan terhadap perempuan yang terbanyak adalah agresi fisik (64%), yang
memiliki motif pertengkaran rumah tangga sebanyak 38% (Kurniasari, 2006). Hal
ini juga ditemukan pada penelitian Archer (2002) yang mengungkapkan bahwa
setiap pasangan yang berkonflik sering melakukan tindakan agresif. Pada
wanita, agresi yang dilakukan adalah agresi fisik aktif tidak langsung sedangkan
pria lebih sering melakukan agresi fisik aktif langsung.
Konflik dalam rumah tangga umumnya disebabkan karena komunikasi
yang tidak berjalan dengan baik. Menurut Sadarjoen (2005) setiap perkawinan
tidak akan terhindar dari konflik internal, apabila pasangan tersebut lebih memilih
untuk mengalah daripada berkonfrontasi. Konflik internal dalam perkawinan
dapat diatasi dengan cara berkomunikasi secara efektif, yaitu dengan cara
memberikan informasi yang baik, mengumpulkan informasi yang baik, membuat
kemajuan, saling menghormati dan empati (Kris Cole, 2000).
Dalam berkomunikasi terdapat tiga gaya komunikasi yaitu komunikasi
pasif, komunikasi agresif dan komunikasi asertif (Olson dan De Frain,2000).
Komunikasi pada setiap pasangan memiliki gaya atau pola yang berbeda.
Secara pasti komunikasi diperlukan pada hubungan suami istri (Heffner, 2008).
Terkadang pasangan menerapkan komunikasi pasif karena dirasa lebih efektif
untuk menghidari konflik dalam rumah tangga. Beberapa penelitian
mengungkapkan bahwa laki-laki cenderung menghindari berbicara tentang
konflik, sehingga sering memilih berkomunikasi secara pasif (Baron dan Byrne,
2003). Komunikasi pasif merupakan cara menyampaikan opini dan perasaan
yang tidak tegas dan cenderung mengalah serta tidak dapat mempertahankan
kepentingan sendiri (Minantyo, 2008). Komunikasi jenis ini sering akan
menimbulkan tindakan agresi pasangan dalam hal ini oleh suami akibat ada rasa
frustrasi karena usaha untuk memenuhi kebutuhannya tidak berhasil (
Praditya,1999).
Penelitian tentang tindakan agresif dalam rumah tangga yang ada saat ini
sudah cukup banyak dilakukan namun baru menunjukkan angka prevalensi
kekerasan dalam rumah tangga baik oleh pihak suami maupun istri serta dampak
yang muncul pada anak-anaknya (Fiebert dan Gonzales, 1993; Najavits dkk.,
2004; Follingstad dkk., 1991; Utami, 1992). Terdapat satu penelitian tentang
tindakan agresif suami istri yang diakibatkan oleh adanya ketidakpuasan
perkawinan, namun dalam penelitian ini tidak disebutkan apakah peneliti juga
mencari penyebab adanya ketidapuasan tersebut (Sari, 2005). Berdasarkan hal
tersebut dan teori yang ada saat ini, peneliti ingin membuktikan apakah ada
hubungan antara komunikasi pasif dengan kecenderungan perilaku agresif suami
sehingga diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat dipakai untuk
membantu menyelesaikan masalah tindakan kekerasan dalam rumah tangga
akibat komunikasi yang tidak efektif.
Tinjauan Pustaka
Kecenderungan Perilaku Agresif
Kecenderungan adalah tinggi rendahnya kemungkinan seseorang
melakukan tindakan. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia (1990), kecenderungan adalah keinginan akan
sesuatu,sedangkan perilaku dapat diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku
dari seseorang yang menimbulkan respon tertentu, baik dari pelaku maupun dari
orang lain. Chaplin (2000) mengungkapkan bahwa agresi merupakan suatu
serangan atau tindakan permusuhan yang ditujukan pada sesorang atau benda.
Agresivitas juga didefinisikan sebagai kecenderungan untuk menjadi agresif pada
situasi yang berbeda (Berkowitz,1995). Agresi adalah segala bentuk perilaku
yang dimaksudkan untuk merugikan, menyakiti, melukai dan menghancurkan
orang lain yang memiliki keinginan untuk menghindari perlakuan tersebut atau
benda bergerak lainnya dengan niat terencana dan disengaja secara fisik, verbal
dan psikologis (Susilawati,2003).
Perilaku agresif dapat diartikan sebagai segala bentuk tingkah laku yang
disengaja, yang bertujuan untuk mencelakakan individu lain atau benda-benda.
Buss (dalam Berkowitz, 1995) mengemukakan bahwa perilaku agresi adalah
suatu pengiriman stimulus berbahaya kepada orang di luar dirinya. Davidoff
(1991) mengemukakan bahwa perilaku agresif adalah setiap tindakan makhluk
hidup yang ditujukan untuk menyerang dan menyakiti makhluk lainnya dan
biasanya agresi manusia lebih banyak bersifat verbal. Menurut Myers perilaku
agresif merupakan perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud
menyakiti ataupun merugikan orang lain (Sarwono,2002).
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kecenderungan perilaku agresif adalah tinggi rendahnya kemungkinan atau
keinginan untuk menyakiti seseorang yang ada disekitarnya dengan disengaja
dan korban tidak menghendaki perlakuan tersebut baik secara fisik maupun lisan
karena didorong oleh rasa kecewa atau frustrasi.
Komunikasi Pasif
Komunikasi merupakan kunci untuk sehat dan suksesnya suatu hubungan.
Secara pasti diperlukan pada hubungan suami istri, pertemanan dan hubungan
kerja (Heffner,2008). Dalam bekomunikasi terdapat beberapa gaya
berkomunikasi diantaranya komunikasi pasif, komunikasi agresif, komunikasi
pasif-agresif dan komunikasi asertif. Gaya komunikasi yang akan dibahas adalah
gaya komunikasi pasif.
Komunikasi pasif dikarakteristikkan sebagai ketidakmauan seseorang
untuk berbicara apa yang dipikirkan, dirasakan atau bahkan yang diinginkan
(Olsen dan De Frain,2000). Menurut Ponijan (2007) komunikator pasif
merupakan orang yang tidak aktif dan terkesan sangat sungkan serta selalu
mencari jalan damai agar tidak menimbulkan pertikaian. Hal ini menyebabkan
orang lain merasa bosan jika melakukan pembicaraan. Komunikator pasif
biasanya gagal untuk menonjolkan diri, membiarkan orang lain dengan sengaja
untuk melanggar hak mereka, gagal untuk mengekspresikan perasaan,
kebutuhan dan pendapat mereka, cenderung berbicara dengan halus bahkan
merendah, tidak mengadakan kontak mata dan postur tubuh yang merosot
(Rose, 2007). Dampak dari komunikasi pasif untuk jangka pendek, komunikasi ini
bisa mengakibat rasa lega, terhindar dari rasa bersalah, bangga, dan kasihan
pada diri sendiri. Namun untuk jangka panjang dapat kehilangan percaya diri dan
hormat pada diri sendiri.
Dari penjelasan diatas, komunikasi pasif adalah pengungkapan yang sulit
dari seseorang dikarenakan ketidakmauan individu tersebut untuk berbicara apa
yang ia pikirkan, rasakan atau yang ia inginkan sehingga lawan bicara tidak
mengerti komunikasi yang dilakukan.
Hubungan Antara Komunikasi Pasif Dengan Kecenderungan Perilaku
Agresif Pada Suami
Pada awalnya komunikasi bermanfat untuk menyampaikan pesan kepada
seseorang untuk menjelaskan maksud dan makna yang diutarakan. Ketika
masyarakat menjadi semakin kompleks, atribut psikografik seperti gaya hidup
dan tata nilai dalam masyarakat lebih terdiferensiasi (Wiryanto,2002).
Komunikasi sendiri merupakan wadah penyampaian informasi antar dua individu
atau lebih yang memiliki tujuan tertentu dan dapat dikatakan bahwa komunikasi
sebagai proses sosial yang terjadi di dalam kehidupan individu. Komunikasi
dapat terjalin dengan baik jika ada dua pihak atau lebih memiliki maksud dan
tujuan yang sama.
Broome (Wiryanto, 2002) menemukan bahwa individu sering
berkomunikasi dengan individu lain yang memiliki karakteristik yang serupa.
Konsep karakteristik yang serupa dalam berkomunikasi ditandai dengan
kesamaan keyakinan, nilai-nilai sosial, pendidikan dan status sosial. Hal tersebut
dapat menyebabkan komunikasi berlangsung efektif. Keefektifan komunikasi
dapat berupa memberikan informasi yang baik, mengumpulkan informasi yang
baik, membuat kemajuan, saling menghormati dan empati (Kris Cole, 2000).
Individu yang tidak memiliki kesamaan cenderung kurang berkomunikasi dengan
individu lain. Kegagalan tersebut bagi sebagian individu dapat mengakibatkan
individu tersebut mendapatkan perilaku yang tidak menyenangkan dari lawan
bicara. Dollard, dkk (Praditya, 1999) mengemukakan bahwa frustrasi yang
diakibatkan dari percobaan-percobaan yang tidak berhasil untuk memuaskan
kebutuhan akan memicu perilaku agresif.
Penelitian Olson menemukan bahwa terdapat 2 siklus komunikasi diantara
15000 pasangan yang menikah pada tahun 1997. Siklus komunikasi ini terbagi
menjadi dua yaitu siklus komunikasi positif dan siklus komunikasi negatif. Pada
siklus komunikasi negatif, seseorang yang enggan membuat keputusan maka
pasangan lain akan mengambil alih dan mendominasi. Ketika hal itu terjadi,
pasangan yang pasif akan menghindar (avoidance). Sementara komunikasi
positif dikarakteristik pada kepercayaan diri dan asertif.
Siklus positif Siklus negatif
Siklus komunikasi positif dan negatif
Penelitian ini menemukan bahwa pasangan suami istri yang masing-
masing pasangannya percaya diri dan asertif cenderung memiliki rumah tangga
yang sangat bahagia. Sedangkan pasangan suami istri yang salah satu
pasangnnya dominan dan pasangan satunya menghindar diri cenderung
memiliki rumah tangga yang tidak bahagia.
Komunikasi pasif merupakan gaya dalam berkomunikasi yang dikembangkan
oleh individu sebagai pola ekspresi penyembunyian opini atau perasaan mereka.
Individu ini menyakini bahwa mereka tidak sepantasnya diperdulikan (Rose,
2007). Sebagai hasil, individu tersebut tidak merespon secara jelas untuk
perasaan sakit hati, situasi dan kondisi yang mendukung kemarahan mereka
sehingga menimbulkan sikap acuh. Komunikasi pasif juga menyebabkan sikap
penghindaran diri (avoidence). Penghindaran diri ini lahir karena individu memiliki
faktor keengganan atau ketidakmampuan untuk membicarakan masalah
problematik dan cenderung lebih tinggi pada orang yang pasif atau tidak tegas
(non asertif).
Berdasar fakta-fakta yang terus meningkat, mengasumsikan bahwa
penghindaran diri (avoidence) menciptakan masalah pada keeratan hubungan.
Gottman ( dalam Olson & De Frain, 2000) menjelaskan bahwa penghindaran diri
Ketegasan (asertifitas)
Kepercayaan diri
(+) (+)
Penghindaran diri
Dominasi pasangan
(-) (-)
pada pasangan suami istri sering kali meminimalisir kesetujuan terhadap
penyelesaian konflik menjadi tidak setuju. Teknik lain yang biasa dilakukan oleh
pasangan suami istri yang saling menghindar adalah membentengi hingga
menutup diri dari phak lain dan tidak merespon baik pada pria maupun
wanitanya.
Ketika pasangan suami istri menghindari pembicaraan mengenai pokok-pokok
masalah yang penuh resiko, maka ini merupakan tanda bahwa penghindaran diri
(avoidence) menjadi pola hidup yang diterapkan pasangan tersebut, yang akan
menuju ke dalam masalah yang berkepanjangan (Markman dan Stanley,1996).
Sementara peneliti lain yaitu Schumacher dan Leonard (2005)
mengungkapkan bahwa penyesuaian antar pasangan juga merupakan hal
terpenting dalam rumah tangga yang berupa komunikasi yang efektif.
Penyesuaian yang buruk dapat menyebabkan kecenderungan perilaku agresif.
Menurut Baron dan Byrne (2003) menemukan ada dua kondisi timbulnya perilaku
agresif yaitu kondisi internal dan eksternal. Di dalam kondisi internal dapat
berupa kepribadian, komunikasi dan kemampuan, sedangkan kondisi ekternal
meliputi frustrasi, provokasi, dan model yang kurang baik dalam lingkungan.
Jadi, semakin tinggi komunikasi yang dijalin maka semakin rendah
kecenderungan perilaku agresif. Hal ini sesuai dengan teori dari Kathleen dan
Liwidjaya (1999) yang mengatakan bahwa membungkam (komunikasi pasif)
akan menambah persoalan dalam rumah tangga yang kemudian memunculkan
perilaku agresif dari pasangannya.
Hipotesis
Berdasakan penjelasan pada subbab sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada hubungan positif antara komunikasi pasif dengan
kecenderungan perilaku agresif pada suami. Semakin tinggi komunikasi pasif
maka semakin tinggi kecenderungan perilaku agresif pada suami. Sebaliknya
semakin rendah komunikasi pasif maka semakin rendah kecenderungan perilaku
agresif pada suami.
Metode Penelitian
Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Agresif
Variabel Bebas : Komunikasi Pasif
Subyek Penelitian
Karakteristik subyek penelitian yang akan diteliti yaitu laki-laki yang telah
menikah, berusia 23-56 tahun dengan usia pernikahan berkisar antara 2 tahun
hingga 30 tahun, pendidikan minimal SMU, tingkat social ekonomi menengah ke
bawah dan sebanyak 106 orang yang berdomisili di Jakarta, tepatnya tinggal di
wilayah Kepa Duri, Jakarta Barat dan Petukangan, Jakarta Selatan.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode angket melalui pernyataan diri untuk mengukur komunikasi pasif dan
kecenderungan perilaku agresif pada suami. Dalam skala ini subyek diminta
untuk merespon sejumlah pernyataan yang sesuai dengan keadaan dirinya.
Tujuannya adalah untuk mengungkap hal-hal yang sedang diteliti. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan pengambilan subyek adalah quota
sampling.
1. Skala Kecenderungan Perilaku Agresif
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah
skala agresifitas yang meliputi aspek-aspek negosiasi, agresi
psikolgis,agresi fisik, dampak dari perilaku agresif atau terluka (injury).
Skala ini digunakan untuk mengungkap kecenderungan perilaku agresif
yang dilakukan oleh suami. Adapun skala yang digunakan adalah hasil
modifikasi dari Straus dkk yakni Conflict Tactics Scale 2 tahun 1996 yang
berjumlah 30 aitem. Cara penskorannya yaitu Sangat Sesuai,Sesuai,
Tidak Sesuai dan Sangat Tidak Sesuai, dan skor bergerak dari 1 hingga
4. Beberapa pernyataan dalam aitem favorable skor penilaian bergerak
dari skor yang tertinggi yaitu Sangat Sesuai diberi skor 4 sampai skor
yang terendah yaitu Sangat Tidak Sesuai diberi skor 1. Semakin tinggi
skor maka semakin tinggi kecenderungan perilaku agresif yang
dimunculkan oleh para suami. Sebaliknya, semakin rendah skor maka
semakin rendah pula kecenderungan perilaku agresif suami.
2. Skala komunikasi pasif
Skala komunikasi pasif yang digunakan merupakan hasil ciptaan peneliti
sendiri yang berjumlah 30 aitem yang mengacu pada aspek yang
dikemukakan oleh Hopson dan Hopson,2002. Cara penskorannya yaitu
Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai dan Sangat Tidak Sesuai, skor
bergerak dari 1 hingga 4. Dalam aitem favorable skor penilaian bergerak
dari skor yang tertinggi yaitu Sangat Sesuai diberi skor 4 sampai skor
yang terendah yaitu Sangat Tidak Sesuai diberi skor 1. Semakin tinggi
skor maka semakin tinggi komunikasi pasif yang dilakukan. Sebaliknya,
semakin rendah skor maka semakin rendah pula komunikasi pasif yang
dilakukan.
Prosedur pelaksanaan uji coba alat ukur yang digunakan dengan
melakukan try out preliminer terlebih dahulu untuk mengetahui angket yang di uji
cobakan sudah sesuai dan tidak menimbulkan ambigiusitas. Pelaksanaan try out
ini dilakukan oleh subjek sebanyak 69 orang suami,dengan menyebarkan angket
pada responden yang telah ditentukan. Subyek yang telah mengikuti try out
preliminer tidak diperbolehkan untuk mengisi angket lagi, sehingga tidak
menimbulkan bias dan proses belajar dari subjek.
Peneliti juga menggunakan metode wawancara dan observasi sebagai
metode pendukung yang meliputi aspek kecenderungan perilaku agresif pada
suami dan aspek komunikasi pasif. Langkah yang perlu diambil dalam
pengumpulan data yaitu menyeragamkan subyek dengan menentukan terlebih
dahulu karakteristik subyek yang akan diteliti.
Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh untuk mengetahui hipotesis yang
dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data dengan metode statistic.
Model statistic yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan korelasi
product moment dari Pearson. Korelasi ini digunakan untuk menghubungkan
variable komunikasi pasif dengan variable kecenderungan perilaku agresif.
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini, peneliti memilih
menggunakan program SPSS (Statistik Program Social Science) 13.0 for
windows untuk mempermudah perhitungan statistic.
Hasil Penelitian
Deskripsi Subyek Penelitian
Pengambilan data ini melibatkan 120 orang responden, dari 120 angket yang
disebarkan hanya 115 angket yang layak untuk dianalisis, karena ada beberapa
angket yang tidak memenuhi persyaratan untuk dianalisis seperti tidak ada usia
ataupun usia pernikahan subyek melebihi usia yang ditentukan. Gambaran
subjek penelitian dapat dilihat pada tabel deskripsi dibawah ini :
Tabel 1 Deskripsi Subyek Penelitian No Faktor Kategori n 1. Jenis Kelamin Laki-laki 115 2. Usia a. <25 tahun 2 b.25=X=50 tahun 107 c.>50 tahun 6 3. Status Perkawinan Kawin 115 4. Usia Pernikahan a. <3 tahun 16 b.3=X=15 tahun 81 c. >15 tahun 18
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi
pasif dengan kecenderungan perilaku agresif pada suami yang dilakukan dengan
mempergunakan metode korelasi product moment. Adapun hasil dari analisis
korelasi product moment diperoleh koefisien korelasi antara kecenderungan
perilaku agresif dengan komunikasi pasif pada suami sebesar 0,209 dengan
p=0,012 (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa komunikasi pasif
mempunyai hubungan yang signifikan dengan kecenderungan perilaku agresif
pada suami.
Pada penelitian ini dilakukan analisis tambahan untuk mengetahui tingkat
korelasi masing-masing aspek variabel komunikasi pasif dengan kecenderungan
perilaku agresif. Hasil analisis data dengan menggunakan r-product moment
menunjukkan bahwa dari ketiga aspek yang dimiliki oleh variabel komunikasi
pasif, hanya satu aspek yang memiliki korelasi yang sangat signifikan dengan
variabel kecenderungan perilaku agresif.
Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Berganda Variabel R R Square Adjusted R Square Sig.
Kecemasan 0,293 0,086 0,078 0,001
Dengan memperhatikan nilai R squared menunjukan angka .086, dalam
hal ini berarti aspek dari komunikasi pasif menyumbang sebanyak 8,6% terhadap
kecenderungan perilaku agresif.
Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan ada tidaknya
hubungan antara komunikasi pasif dengan kecenderungan perilaku agresif pada
suami. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
kecenderungan perilaku agresif dan komunikasi pasif dengan kategori sedang
sampai tinggi (berturut-turut 26,4 – 39,6% dan 32,4 – 43,2%). Berdasarkan hasil
analisis data, peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara komunikasi pasif dengan kecenderungan perilaku agresif
dengan nilai koefisien korelasi sebesar (rxy) = 0,209 dengan p = 0,012. Hal ini
disebabkan komunikator pasif memiliki harga diri rendah sehingga dapat
mencetuskan tindakan agresif (Atkinson,1999). Penelitian ini ditunjang oleh
penelitian Tuasikal (2001) yang menemukan bahwa agresivitas akan menurun
dengan adanya komunikasi yang dijalin dengan baik.
Nilai koefisien korelasi yang ditemukan pada penelitian ini tergolong
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa peran komunikasi pasif tidak berperan besar
pada kecenderungan perilaku agresif suami dan ini mungkin dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain. Faktor diluar komunikasi yang mungkin dapat mempengaruhi
kecenderungan perilaku agresif pada suami adalah seperti stress dan frustrasi
serta kekuasaan dan kepatuhan (Vaughan dan Hogg, 2005; Koeswara, 1988).
Stress dan frustrasi yang dialami pada pasangan akan menghambat komunikasi
yang dilakukan, sehingga akan menyebabkan perilaku agresif karena adanya
kebutuhan yang tidak tersampaikan dengan baik. Kekuasaan dan kepatuhan
kepada suami yang merupakan tradisi bagi masyarakat yang lebih tradisional
mempunyai pengaruh yang kuat dan intensitas yang tinggi pada perilaku agresi
individu. Hal in sesuai dengan penelitian Stanley Milgram (Dayakisni dan
Hudaniah, 2003), hasil yang diperoleh adalah bahwa kepatuhan berpengaruh
pada agresi. Pemukulan terhadap istri merupakan hak suami untuk melakukan
hukuman fisik kepada istri. Bila laki-laki merasa bahwa istrinya tidak bisa
memenuhi peran sebagai istri yang patuh atau melewati batas yang dia tetapkan,
maka respen suami berupa kekerasan (www.kompascybermedia.com,2002).
Sampai saat ini peneliti belum menemukan penelitian lain yang serupa
dengan penelitian yang peneliti yang sedang dilakukan sekarang. Hasil penelitian
ada sesuai dengan teori Dollard,dkk yang menyatakan bahwa frustrasi akibat dari
percobaan-percobaan yang tidak berhasil untuk memuaskan kebutuhan yang
berujung pada tindakan agresi (Praditya,1999).
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya alat ukur dan
subyek penelitian hanya para suami. Kelemahan alat ukur dapat ditemukan
pada pilihan jawaban subyek penelitian yang berupa penilaian suami terhadap
dirinya berdasar pada kesesuaian bukan pada frekuensi perilaku yang
dimunculkan, sehingga hasil yang ada belum maksimal. Selain itu peneliti hanya
melakukan penelitian terhadap kondisi internal subyek saja tidak pada kondisi
eksternal, padahal kedua faktor tesebut juga dapat mempengaruhi perilaku
agresif. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Baron dan
Byrne (2003) yang menyatakan bahwa kondisi timbulnya perilaku agresif
disebabkan oleh kondisi internal (kepribadian, hubungan interpersonal yaitu
komunikasi, dan kemampuan) dan kondisi eksternal (frustrasi, provokasi dan
model yang kurang baik). Pada penelitian kali ini juga tidak membahas tentang
persepsi pasangan terhadap komunikasi pasif, untuk itu disarankan peneliti
selanjutnya dapat mengangkat topik tersebut dengan subyek penelitian adalah
suami istri.
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara komunikasi pasif dengan
kecenderungan perilaku agresif pada suami. Semakin tinggi komunikasi pasif
maka semakin tinggi kecenderungan perilaku agresif. Sebaliknya, semakin
rendah komunikasi pasif maka semakin rendah kecenderungan perilaku agresif
suami. Pada analisis tambahan dengan menggunakan stepwise diperoleh hasil
yaitu aspek kecemasan dari komunikasi pasif memiliki korelasi signifikan
terhadap kecenderungan perilaku agresif suami.
Saran
1. Saran untuk Suami
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa suami cenderung memiliki
perilaku agresif karena menerapkan pola respon komunikasi pasif dalam
berkomunikasi dengan pasangan. Maka diharapkan agar suami lebih mengontrol
emosi dengan menerapkan pola komunikasi yang luwes sehingga tidak secara
langsung menggunakan kekerasan sebagai usaha melampiaskan kekesalan.
Dan menerapkan pola komunikasi dua arah antar pasangan sebagai pondasi
terciptanya rumah tangga yang ideal dan harmonis.
2. Saran untuk Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan tema yang sama dengan
penelitian ini, diharapkan untuk mempertimbangkan :
a. Menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian mengenai komunikasi
pasif ataupun dapat juga menggunakan studi kasus.
b. Peneliti berikutnya dapat meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
kecenderungan perilaku agresif pada suami diantaranya seperti faktor
keluarga inti, temperamen dan persepsi terhadap komunikasi yang efektif
bagi masing-masing pasangan.
c. Pada alat ukur, pemilihan jawaban subyek penelitian sebaiknya berdasarkan
pada frekuensi perilaku yang dimunculkan sehingga terlihat seberapa sering
pelaku melakukan tindakan merugikan terhadap korban.
d. Dalam penelitian ini subjek hanya berasal dari satu wilayah dan hanya
berjenis kelamin laki-laki saja. Jika ingin mengambil topik yang sama
hendaknya meneliti pasangan suami istri dan memperbanyak jumlah subyek.
e. Hendaknya meneliti gaya respon komunikasi lain dalam penelitian
selanjutnya,karena pada setiap individu respon komunikasi yang diterapkan
berbeda dengan individu lainnya serta persepsi terhadap gaya respon
komunikasi tersebut terhadap pasangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga,P.1992. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta
Archer, J. 2002. Sex Differences In Aggresion Beetwen Heterosexual Pertners : A meta-Analytic Review. Psychologycal Bulletin. September 2000. vol 126. No 5. 651-680. www.PsycNet.co.id. 25/05/2008
Atkinson, R.L, dan Atkinson,R.C. 1999. Pengantar Psikologi. Jakarta: Interaksara
Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baron, A. R dan Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial. Jilid 2. Edisi ke 10. Jakarta: Erlangga
Berkowitz, L. 1995. Agresi : Sebab dan Akibatnya. (Terjemahan Hartati Woro Susanti). Jakarta: PT. Pustaka Binaan Presindo
Brigham,J. 1991. Social Psychology 2nd ed. New York: Harper Collins Published
Buss, A.H. dan Perry, M. 1995 The Agression Questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology,63,452-459
Buss, A.H. 1978. Psychology Behavior in Perspective. Second Edition. New
York: Willey and Sons, Inc Cahn, D.D. & Llyod, S.A. 1996. Physical Agression, Distress and Everyday
Marital Interaction. Family Violence from A Communication Perspective. London: Sage Publication
Chaplin, J.P. 2000. Kamus Psikologi (Penerjemah: Kartono. K). Jakarta: Raja Grafindo Persada
Cogan, R., and Ballinger III, B.C. 2006. Alchohol Problems and The Differentiation of Partner, Stranger and General Violence. Journal Interpersonal Violence, Vol 21, No 7, 924-935. http://www.google.com. 23/11/2007
Cole, K. 2005. Komunikasi Sebening Kristal. Jakarta: Quantum
Dayakisni, T dan Hudaniyah. 2003. Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Malang: Umum Press
Davidoff, L.L. 1991. Psikologi Suatu Pengantar (Alih Bahasa Juniati). Jilid 1. Edisi ke 2. Jakarta: Erlangga
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Echols, J.M. dan Shadily. H. 2000. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Hadi, S. 1992. Metodologi Research. Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset
Heffner, C.L. 2008. Communication Style. http://www.allPsych.com/ communication 101/Self-Help-Articles.html. 27/04/2008
Helmi, A.F. dan Soedarjo. 2008. Beberapa Perspektif Perilaku Agresi. http://www.google.com. 3/04l/2008
Hopson, D.P. dan Hopson, D.S. 2002. Menuju Keluarga Kompak : 8 Prinsip
Praktis Menjadi Orang Yang Sukses. Terjemahan lala Herawati Dharma. Bandung : Kaifa
Kathleen, J. dan Liwidjaja, M. 1999. Komunikasi Keluarga: Kunci Kebahagiaan
Anda. Jakarta: Offset. Indonesia Koeswara, E. 1988. Agresi Manusia.Bandung: PT Eresco
Krahe, B . 2005. Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Kurniasari, I. 2006. Produk Pengolahan Data Koran. Dengan Subjek ”Kekerasan Terhadap Perempuan”. Dari Surat Kabar jawa Pos Bulan Januari 2004-Mei 2005. http://www.adln.lib.unair.ac.id.
Mason,A.,dan Blankenship,V.1987. Power Affiliation ,Motivation, Stress and Abuse in Intimate Relationship. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 52:203-210. http://www.google.com. 23/11/2007
Mallone,J.,Tyree,A., dan O’Leary, K.D.1989.Generalization and Containment:
Different Effects of Past Aggression for Wives and Husbands. Journal of Marriage and The Family, Vol 51,687-697
Marshall,L.L., & Rose, P. 1987. Gender, Stress, and Violence in The Adult
Relationships of A Sample of Collage Student. Journal of Social and Personal Relationships, Vol 4,299-316. http://www.google.com. 23/11/2007
Marshall,L.L., & Rose, P. 1990. Premarital Violence: The Impact of Family of
Origin Violence, Stress dan Reciprocity. Violence and Victims, Vol 5, 51-64. http://www.google.com. 23/11/2007
Minantyo,H.2008. Bentuk Komunikasi. http://hariminantyo.blogspot.com/jenis-
bentuk-komunikasi.html. 23/04/2008 Mussen,P.H.,Conger,J.J.,Kagan,J.,Houston,A.C.1994. Perkembangan dan
Kepribadian Anak (Terjemahan Budiyanto,dkk). Jakarta: Arcan Mu’tadin.Z.2002.Faktor-faktor Penyebab Perilaku Agresi. http://www.e-
psikologi.com/remaja/10.06.02.html.07/10/2003 Mu’tadin.Z. 2006. Komunikasi Dalam Keluarga.www.e-psikologi.com.
03/03/2006 Myers, D.G. 2008. Social Psychology. Ninth Edition. New york : Mc Graw Hill
Companies. Inc Olson, D.H. dan DeFrain, J. 2000. Marriages and Families (Intimacy and
Diversity and Strengths). Fourth Edition. New York: Mc Graw-Hill Companies, Inc
Podesta, C. 2006. Your Achievement Article-Life Would Be Easy. http://www.yoursuccesstore.com. 14/12/2006
Prabowo,H.1998. Seri Diktat Kuliah: Pengantar Psikologi Lingkungan. Fakultas
Psikologi. Universitas Gunadarma Praditya,D.L. 1999. Pengaruh Tayangan Adegan Kekerasan Yang Nyata
Terhadap Agresivitas.Skripsi (Tidak Diterbitkan).Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Rose,J.2007.Communication Style. http://trainingpd.Suite101.com/article.cfm/
communication style. 23/04/2008 Sadarjoen, S.S. 2005. Konflik Mental, Pemahaman Konseptual, Aktual Dan
Alternatif Solusinya. Bandung : Refika Aditama Samuel, W. 1983. Psychology. Tokyo: Mc Graw-Hill Book, Inc
Santhoso,H.F.1994. Hubungan Minat Terhadap Film Kekerasan di Televisi dengan Kecenderungan Perilaku Agresif Remaja di Kotamadya Yogyakarta. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development. Edisi ke 5. Jakarta: Erlangga
Sarwono, S.W. 1997. Psikologi Sosial : Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka
Sarwono, S.W. 2002. Berkenalan Dengan Aliran-aliran Dan Tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: PT Bulan Bintang
Schumacher, J.A Dan Leonard, K.E. 2005 Husband And Wives Marital
Adjusment, Verbal Aggresion, And Physical Aggression As Longitudinal Predictor Of Physical Aggression In Early Marriage. Journal Of Consulting And Clinical Psychology Vol 73 No 1
Sears, D.O., Freedman,J.L., Peplau,L.A.1991. Psikologi Sosial. Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Sears, D.O., Freedman,J.L., Peplau,L.A.1994. Psikologi Sosial. Terjemahan Michael Adryanto dan Savitri Soekrisno,SH. Jakarta: Erlangga
Silvia, F. & Iriani, R.D. 2003. Pengaruh Tayangan Kekerasan Dalam Film Terhadap Perilaku Aggresif Pada Remaja Awal Laki-laki. PHRONESIS. Vol 5 No 10
Straus, M.A. dan Hamby, S.L. 1996. Revised Conflict Tactics Scale. Journal of
Family Issues. Vol. 17 No. 3,283-316 Tuasikal,R.F.2001. Hubungan antara Intensitas Komunikasi Interpersonal
dengan Agresivitas. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi. Universitas Islam Indonesia
Vaughan, G.M dan Hogg, M.A. 2005. Introduction To Social Psychology. Fourth Edition. Australia : Pearson Prentice Hall.
Watson, D.L., Tregerthan, G., Bartali & Frank, J. 1984.Social Psychology. Illinois: Scot Foressman & Company
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo
Wismanto, B. 2005. Kepuasan Perkawinan Diperoleh dari Komitmen Perkawinan. http://www.Warta Soepra On-Line.com. 22/08/2005
Worchel, S. dan Cooper, J. 1986. Understanding Social Psychology. Illinois: The
Dorsey Press Yunita,T.2003. Hubungan antara Persepsi Remaja terhadap Konflik Perkawinan
Orang Tua dengan Kecenderungan Agresivitas. Skripsi (Tidak Diterbitkan).Yogyakarta: Fakultas Psikologi. Universitas Islam Indonesia
Zirlyfera, J. 2001. Ayo Teguhkan Qowwan Suami. http : // www.google.com
________.2006. Memutus Siklus Kekerasan, Mematahkan Mitos Budaya.www.Harian Kompas.com.25/11/2002
________.2008. Aggressive Behavior. http://www.HealthLINE.com. 13/05/2008
________.2008. Aggression. http://www. Wikipedia.org/wiki/Aggresion. 27/05/2008
________.2008. 76 Persen Perempuan Korban KDRT. Berita Dan Informasi. http://www.ypha.com. 14/05/2008
________.2008. Suami. http://www.wikipedia.org/wiki/Suami.10/03/2008
________.2008.Kekerasan Rumah Tangga Bukan Lagi Urusan Suami Istri. http://www.kompascybermedia.com.22/03/2003
________.2008.Kekerasan dalam Rumah Tangga yang Makin Menggetarkan Hati.http://www.kompas.com.23/03/2008
________.2007.http://poskotaonline.co.id.29/03/2008
________.2006.Kasus KDRT Naik 82 Persen.http://hukumonline.com. 19/03/2006
________.2005. Perempuan dan Fenomena Kekerasan. http://www.bkkbn.go.id.
27/05/2008 ________.2008. Being Assertive:Reduce Stress and Communicate Better
Through Assertiveness.http://www.MayoClinic.com.8/02/2008 ________.2008. Assertiveness and The Four Styles of Communication.
http://www.serenityonlinetheraphy.com. 25/11/2005
Identitas Penulis : Aisyah Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 09-12-1984 Alamat : Jl. Kaliurang km 5 Telp : 0274-6514609