bab ii pembahasan a. kajian filologis · rara nawangsih kagarwa raden bondhan kajawan, dumugi...

193
33 BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis Kajian filologis bertujuan untuk mendapatkan kembali naskah yang bersih dari kesalahan, yang berarti memberikan pengertian sebaik-baiknya dan yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga dapat diketahui naskah yang paling dekat dengan aslinya (Edwar Djamaris, 2002: 7). Kajian filologis pada naskah STWK terdiri dari 3 bagian, yaitu deskripsi naskah, kritik teks, suntingan teks dan terjemahan. Keempat bagian tersebut diuraikan sebagai berikut. 1. Deskripsi Naskah Deskripsi naskah merupakan bagian dari kajian filologis yang berfungsi untuk menjelaskan keadaan naskah secara terperinci. Melalui deskripsi naskah, pembaca akan mengetahui bagaimana keadaan naskah tanpa harus bertemu langsung dengan naskah tersebut. Emuch Hermansoemantri (1986: 2) mengatakan bahwa deskripsi naskah merupakan sarana untuk memberikan informasi atau data mengenai: judul naskah; nomor naskah; tempat penyimpanan naskah; asal naskah; keadaan naskah; ukuran naskah; tebal naskah; jumlah baris tiap halaman; huruf, aksara, tulisan; cara penulisan; bahan naskah; bahasa naskah; bentuk teks; umur naskah; pengarang atau penyalin; asal-usul naskah yang tersimpan di masyarakat; fungsi sosial naskah; serta ikhtisar teks atau cerita. Adapun deskripsi naskah STWK adalah sebagai berikut:

Upload: doannga

Post on 14-Mar-2019

317 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

33

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Filologis

Kajian filologis bertujuan untuk mendapatkan kembali naskah yang

bersih dari kesalahan, yang berarti memberikan pengertian sebaik-baiknya dan

yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga dapat diketahui naskah yang

paling dekat dengan aslinya (Edwar Djamaris, 2002: 7). Kajian filologis pada

naskah STWK terdiri dari 3 bagian, yaitu deskripsi naskah, kritik teks,

suntingan teks dan terjemahan. Keempat bagian tersebut diuraikan sebagai

berikut.

1. Deskripsi Naskah

Deskripsi naskah merupakan bagian dari kajian filologis yang

berfungsi untuk menjelaskan keadaan naskah secara terperinci. Melalui

deskripsi naskah, pembaca akan mengetahui bagaimana keadaan naskah

tanpa harus bertemu langsung dengan naskah tersebut. Emuch

Hermansoemantri (1986: 2) mengatakan bahwa deskripsi naskah merupakan

sarana untuk memberikan informasi atau data mengenai: judul naskah;

nomor naskah; tempat penyimpanan naskah; asal naskah; keadaan naskah;

ukuran naskah; tebal naskah; jumlah baris tiap halaman; huruf, aksara,

tulisan; cara penulisan; bahan naskah; bahasa naskah; bentuk teks; umur

naskah; pengarang atau penyalin; asal-usul naskah yang tersimpan di

masyarakat; fungsi sosial naskah; serta ikhtisar teks atau cerita. Adapun

deskripsi naskah STWK adalah sebagai berikut:

Page 2: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

34

a. Judul Naskah

Serat Sejarah Urun Wijining Karaton, pengambilan judul didasarkan

pada tulisan yang terletak pada cover dalam naskah.

Gambar 23: Judul naskah

b. Nomor Naskah

STWK dijumpai dalam katalog lokal Reksapustaka dengan nomor B 38 dan

terdapat juga dalam punggung naskah STWK, sedangkan di dalam

Descriptive Catalogus of the Javanese Manuscripts and Printed Book in

the Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta (Girardet-Sutanto, 1983)

dengan nomor 22110.

c. Tempat Penyimpanan Naskah

Naskah STWK tersimpan di Perpustakaan Reksapustaka Mangkunegaran,

Surakarta.

d. Asal Naskah

Naskah berasal dari Perpustakaan Reksapustaka Mangkunegaran,

Surakarta.

e. Keadaan Naskah

Keadaan naskah secara fisik baik dan utuh atau lengkap. Tidak ada

lembaran-lembaran naskah yang hilang maupun sobek atau berlubang.

Page 3: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

35

Jilidan naskah juga masih bagus. Secara umum, naskah dalam keadaan

baik, dalam arti tidak rusak parah.

f. Ukuran Naskah

1) Panjang : 33,5 cm

2) Lebar : 21 cm

Ukuran teks: 28 cm x 14 cm

1) Margin kanan : 3,5 cm

2) Margin kiri : 3,5 cm

3) Margin atas : 3 cm

4) Margin bawah : 2,5 cm

g. Tebal Naskah

Tebal naskah 1,2 cm

Jumlah halaman yang ditulisi: 84 halaman

Jumlah halaman kosong: 8 halaman

h. Jumlah Baris tiap Halaman

Jumlah baris tiap halaman 18 baris

i. Huruf, Aksara, Tulisan

1) Jenis atau macam tulisan : aksara Jawa carik

2) Ukuran huruf : kecil

3) Bentuk huruf : miji ketumbar atau ngetumbar dengan

gaya penulisan miring ke kanan.

4) Keadaan tulisan : rapi, jelas, mudah dibaca

5) Jarak antarhuruf : sedang, jarak antarbaris juga sedang

6) Warna tinta : hitam

Page 4: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

36

7) Bekas pena : pena ada yang tebal dan juga ada yang

tidak, tetapi tidak tembus ke halaman berikutnya.

j. Cara Penulisan

Ditulis bolak-balik (recto verso) yaitu lembaran naskah yang ditulisi pada

kedua halaman muka dan belakang. Teks ditulis searah lebarnya, artinya

teks tersebut ditulis sejajar dengan lebar lembaran naskah. Nomor halaman

ditulis di bagian atas tengah lembaran, menggunakan angka aksara Jawa

urut dari 1-83, ditulis dengan cara yang sama dengan teks menggunakan

tinta warna hitam. Selain penulisan halaman dengan angka aksara Jawa,

juga ada penulisan halaman menggunakan angka Arab yang ditulis di

bagian atas kiri lembaran. Tetapi penulisan halaman antara angka Jawa

dengan angka Arab mengalami perbedaan, selisih satu nomor.

Gambar 24: Halaman dengan angka Jawa dan Arab

k. Bahan Naskah

Bahan naskah yang digunakan adalah kertas bergaris dengan warna yang

sudah agak kecoklatan, karena faktor usia. Untuk batas margin, penulis

menggunakan garis bantu pensil agar terlihat rapi. Kualitas kertas masih

bagus.

Page 5: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

37

l. Bahasa Naskah

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa baru

m. Bentuk Teks

Teks berbentuk tembang macapat yang dituangkan dalam 14 pupuh

tembang. Berikut tabel jenis tembang dan jumlah bait teks STWK:

Tabel 2. Daftar nama tembang

No. Jenis Tembang Jumlah Bait Halaman

1. Dhandhanggula 51 1-13

2. Asmaradana 21 13-16

3. Gambuh 151 16-35

4. Megatruh 21 35-38

5. Maskumambang 81 38-46

6. Pocung 32 46-49

7. Pangkur 10 49-51

8. Kinanthi 54 51-59

9. Durma 14 59-61

10. Sinom 28 61-67

11. Girisa 13 67-70

12. Jurudemung 8 70-71

13. Dhandhanggula 45 71-82

14. Kinanthi 8 82-83

Page 6: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

38

n. Sasmita Tembang

Terdapat sasmita tembang di setiap pergantian pupuh, kecuali pupuh

kedelapan tembang Kinanthi yang sasmita tembangnya di awal teks.

Sasmita tembang tersebut terletak di setiap akhir pupuh yang menjelaskan

tembang apa untuk pupuh selanjutnya.

1) Sasmita tembang Asmaradana di akhir pupuh pertama, untuk

menjelaskan pupuh kedua.

Gambar 25: Sasmita Tembang pupuh 2

“...cahya wenes warnendha raras respati/ tinon maweh asmara//...”.

Artinya: “cahaya bersih indah di hati/ dilihat memberikan cinta”

2) Sasmita tembang Gambuh di akhir pupuh kedua, untuk menjelaskan

pupuh ketiga.

Gambar 26: Sasmita Tembang pupuh 3

“...dadya jiwa saraga/ lulus denira anggambuh/ ing Pathi lawan

Mataram//...”

Artinya: “jadi jiwa seraga/ tulus ketika sudah bersama/ di Pathi dan

Mataram//”

Page 7: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

39

3) Sasmita tembang Megatruh di akhir pupuh ketiga, untuk menjelaskan

pupuh keempat.

Gambar 27: Sasmita Tembang pupuh 4

“...nateng Mataram linuhung/ tan pegat mrih karahayon//...”

Artinya: “raja di Mataram luhur/ tidak putus terhadap keselamatan//”

4) Sasmita tembang Maskumambang di akhir pupuh keempat, untuk

menjelaskan pupuh kelima.

Gambar 28: Sasmita Tembang pupuh 5

“... katigane Mas Panjawi/ lir mas tumimbal katongton//...”

Artinya: “ketiganya Mas Panjawi/ seperti emas dilihat//”

5) Sasmita tembang Pocung di akhir pupuh kelima, untuk menjelaskan

pupuh keenam.

Gambar 29: Sasmita Tembang pupuh 6

“...lulus jumeneng Narpati/ mucung amangkurat Jawa//...”

Artinya: “tulus menjadi Raja/ tembang menguasai tanah Jawa//”

Page 8: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

40

6) Sasmita tembang Kinanthi di awal pupuh kedelapan, untuk

menjelaskan pupuh kedelapan juga.

Gambar 30: Sasmita Tembang pupuh 8

“kanthine cariteng ngayun/ putranira sri bupati/...”

Artinya: “inilah ceritanya/ anaknya sri bupati/...”

7) Sasmita tembang Girisa di akhir pupuh kesembilan, untuk menjelaskan

pupuh kesebelas.

Gambar 31: Sasmita Tembang pupuh 11

“...nenggih Jeng Sinuhun sugih/ ambek suraweh girising

Mityakardha//...”

Artinya: “yaitu Kangjeng Sinuhun yang sangat kaya/ dengan baik

hatinya Mityakardha//”

8) Sasmita tembang Jurudemung di akhir pupuh kesebelas, untuk

menjelaskan pupuh keduabelas.

Gambar 32: Sasmita Tembang pupuh 12

Page 9: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

41

“...dimen anjuru demungan...”

Artinya: “supaya juru demung”

9) Sasmita tembang Dhandhanggula di akhir pupuh keduabelas, untuk

menjelaskan pupuh ketigabelas.

Gambar 33: Sasmita Tembang pupuh 13

“...denya mring tentrem myang tata/ manising praja rahayu//...”

Artinya: “olehnya selalu tentram dan baik/ manisnya kerajaan

makmur”

10) Sasmita tembang Kinanthi di akhir pupuh ketigabelas, untuk

menjelaskan pupuh keempatbelas.

Gambar 34: Sasmita Tembang pupuh 14

“...satata mrih wadya kang pantes kinardi/ kanthining Nata dibya//...”

Artinya: “lestari supaya prajurit yang pantas bekerja/ dengan Raja

luhur//”

Page 10: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

42

o. Umur Naskah

“Dadi suci samadyaning bumi/ ari Dite Pahing wuku Maktal/ guru

wurukung gigise/ kanêm Kunthara Windu/ leking Sura purnama siddhi/

Ehe sangkala ijrah/ nalika mangapus/ paksa karya wedha Nata/

cecarangan aluranireng leluri/ kang sinungsih ing suksma//”.

Artinya: “menjadi suci di tengah-tengah bumi/ hari Minggu Pahing

wukunya Maktal/ hari yang ketujuh/ mangsa ke enam Kunthara Windu/

bulan Sura ketika bulan purnama/ dengan penanda tahun Ehe Ijrah/ ketika

mengarang/ paksa karya wedha Nata (1842)/ cerita episode baru tentang

keturunannya leluhur/ yang diberi berkah oleh Tuhan//”

Gambar 35: Umur naskah

Dilihat sengkala yang menandakan tahun 1842 Jawa, maka naskah STWK

ditulis pada tahun 1912 Masehi. Sehingga umur naskah adalah 104 tahun.

p. Pengarang atau Penyalin

Raden Mas Karyarujita.

Keterangan tersebut terdapat pada awal naskah yang berbunyi:

“Punika sajarah turun wijining karaton, wiwit Ki Agêng Tarub peputra

Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng

Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra

Page 11: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

43

Kangjêng Ratu Pakubuwana Prameswari Dalêm Ingkang Sinuhun

Kangjêng Susuhunan Pakubuwana ingkang kaping sadasa. Karanganipun

Raden Ngabehi Karyarujita Abdi dalêm mantri garap ing kantor

Radyapustaka”.

Terjemahan:

“Ini Sejarah keturunan Keraton, dari Ki Ageng Tarub berputra Rara

Nawangsih yang diperistri Raden Bondhan Kajawan, sampai dengan

Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV berputra

Kangjeng Ratu Pakubuwana Permaisuri Raja Ingkang Sinuhun Kangjeng

Susuhunan Pakubuwana X. Karangan Raden Ngabei Karyarujita abdi

dalem juru tulis di kantor Radyapustaka”.

q. Ikhtisar Teks atau Cerita

Naskah STWK berisi tentang sejarah Keraton dari Ki Ageng Tarub, yang

berputra Nawangsih, sampai Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya

Mangkunegaran yang ke IV. Di dalam naskah STWK juga diceritakan

bagaimana seorang raja memperoleh suatu kedudukannya sebagai raja di

suatu negeri. Kedudukan tersebut mereka peroleh dengan cara yang

beragam. Mulai dari menikah dengan anak raja sampai dengan diangkat

menjadi anak raja dan dihadiahi suatu wilayah yang awalnya tidak ada

apa-apanya sampai menjadi kerajaan yang sangat besar dan makmur.

Diceritakan juga bagaimana seseorang ingin merebut sebuah kerajaan agar

menjadi miliknya. Cerita tersebut runtuh dari Ki Ageng Tarub dan diakhiri

dengan cerita KGPAA Mangkunegaran IV yang dilantik menjadi raja dan

Page 12: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

44

diakhir cerita diterangkan bahwa esok beliau akan menurunkan raja-raja

besar di Tanah Jawa.

2. Kritik Teks

Kritik teks merupakan evaluasi terhadap teks, meneliti dan

menempatkan teks pada tempatnya yang tepat. Hasil dari kritik teks adalah

suntingan teks yang bersih dari kesalahan dan mendekati aslinya. Edwar

Djamaris (2002: 8) mengemukakan bahwa kritik teks adalah pengkajian,

pertimbangan, perbandingan, dan penentuan teks yang asli atau teks yang

autoritatif, serta pembetulan, perbaikan, pembersihan teks dari segala

macam kesalahan. Di dalam kritik teks, seorang filolog dituntut mempunyai

alasan yang kuat serta didukung oleh referensi-referensi agar tidak terjadi

penyimpangan-penyimpangan yang dapat membingungkan pembaca.

Kesalahan bacaan yang ditemukan dalam naskah dikelompokkan

sesuai dengan jenis kesalahannya masing-masing. Menurut Robson (1994:

18-19) adalah sebagai berikut:

a. Lakuna adalah bagian yang terlampaui atau kelewatan, baik suku kata,

kata, kelompok kata maupun kalimat.

b. Adisi adalah bagian yang berlebihan atau penambahan baik huruf,

suku kata, kata, kelompok kata maupun kalimat.

c. Hiperkorek adalah perubahan ejaan karena pergeseran lafal.

d. Substitusi adalah pergantian kata, kelompok kata maupun kelompok

kalimat.

e. Transposisi yaitu pertukaran letak suku kata, kata maupun kelompok

kalimat.

Page 13: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

45

f. Dittografi yaitu perangkapan bagian kata yang seharusnya ditulis satu

kali, tetapi ditulis dua kali.

g. Haplografi yaitu suku kata yang sama harus diulang atau

direduplikasi, tetapi hanya ditulis satu kali.

h. Saut du meme au meme yaitu mata penyalin bergerak ke depan dan

belakang di antara halaman-halaman, melompat dari kata yang satu ke

kata lain yang sama dengan melihat sedikit ke bawah sehingga

sebagian teks dihilangkan.

i. Corupt yaitu bagian naskah yang sulit dimengerti karena rusak atau

berubah sehingga sulit dibaca.

j. Ketidakkonsistenan penulisan yaitu penulisan suku kata maupun kata

yang tidak konsisten.

Dalam naskah STWK, terdapat 27 kesalahan tulis yang dibagi ke

dalam 3 kesalahan yang ditemukan, yaitu 1) lakuna, 2) adisi, 3) hiperkorek.

Pengelompokan kesalahan tulis disusun dalam bentuk tabel. Maka

dari itu akan dibuat singkatan untuk mempermudah pemahaman dalam

membacanya. Daftar singkatan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Edisi teks : bacaan yang telat dibetulkan.

b. Hal/brs : halaman / baris.

c. No : menunjukkan nomor urut.

d. @ : edisi teks bedasarkan pertimbangan kontekstual.

e. # : edisi teks berdasarkan pertimbangan linguistik.

f. * : edisi teks berdasarkan pertimbangan interpretasi penulis.

Page 14: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

46

Kelainan bacaan yang terdapat pada naskah STWK dapat

dikelompokkan di dalam tabel sebagai berikut.

a. Lakuna adalah bagian yang terlampaui atau kelewatan, baik suku kata,

kata, kelompok kata maupun kalimat. Dalam naskah STWK, kasus

lakuna yang dijumpai adalah lakuna huruf. Berikut sajian tabelnya.

Tabel 3. Lakuna

No.

Hal/

Pupuh

Kata Gambar Edisi Teks

1 35/4 mri

“..tan pamit mri Jeng Susunan

Kudus..”

Mring#

2 39/5 makono

“..yen makono..”

Mangkono#

3 74/13 sanggaru

gi

“..dene misih ngemu

sanggarugi..”

Sanggarungg

i#

Page 15: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

47

b. Adisi adalah bagian yang berlebihan atau penambahan baik huruf,

suku kata, kata, kelompok kata maupun kalimat. Dalam naskah STWK

ditemukan adisi huruf. Berikut tabelnya.

Tabel 4. Adisi

No.

Hal/

Pupuh

Kata Gambar Edisi Teks

1 39/5 jengneng

“..dene jengneng ingsun

wis..”

Jeneng#

2 43/5 pangingkising

Pangikising#

3 65/10 mangung

Mangun#

4 55/8 balak

“..balak Blitar ran pu..”

Bala#@

Page 16: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

48

c. Hiperkorek adalah perubahan ejaan karena pergeseran lafal. Dalam

naskah STWK ditemukan hiperkorek huruf. Berikut sajian tabelnya.

Tabel 5. Hiperkorek

No.

Hal/

Pupuh

Kata Gambar Edisi Teks

1 11/1 kerit

Kerid#

2 20/3 murup

murub#

3 22/3 nilip

Nilib#

4 23/3 parapat

“..parapat myang manca..”

Parepat#

5 23/3 suyut

Suyud#

6 24/3 singup

Singub#

7 28/3 miduhung

miduwung#

Page 17: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

49

8 30/3 andhanu

Andanu#@

9 32/3 andhanu

Andanu#@

10 34/3 kasup

Kasub#

11 40/5 suyut

suyud#

12 53/8 surut

Surud#

13 54/8 surut

Surud#

14 55/8 ran

“..bala Blitar ran purun..”

tan@

15 57/8 sinuyutan

Sinuyudan#

Page 18: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

50

16 61/9 suyut

Suyud#

17 62/10 marto

Marta#

18 62/10 putri

putra@

19 71/12 sinilip

Sinilib#

20 76/13 murut

murud#

3. Suntingan Teks dan Aparat Kritik

Suntingan teks adalah menyajikan teks dalam bentuk aslinya yang

bersih dari kesalahan berdasarkan bukti-bukti yang terdapat dalam naskah

yang dikritisi. Penyuntingan teks dilakukan dengan sebaik-baiknya dengan

memperhatikan pedoman dan bagian-bagian cerita (Edwar Djamaris,

2002:9). Pedoman yang digunakan dalam suntingan teks STWK adalah

Page 19: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

51

Kamus Bausastra Jawa (Poerwadarminta) dan Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan (Balai Bahasa

Yogyakarta, Departemen Pendidikan Nasional Pusat Bahasa).

Aparat kritik merupakan suatu pertanggungjawaban perbaikan bacaan

dalam penelitian naskah yang menyertai suntingan teks dan merupakan

kelengkapan kritik teks (Edwar Djamaris, 2002: 8). Jadi, untuk

mendapatkan suntingan teks yang dapat dipertanggungjawabkan, di

dalamnya disertakan dengan kritik teks dan aparat kritik. Adapun kata-kata,

kalimat maupun baris yang dianggap salah diberi nomor kritik teks.

Sedangkan pembetulan yang merupakan aparat kritik diletakkan di bawa

teks (catatan kaki).

Untuk mempermudah pembacaan dalam memahami suntingan teks

STWK, dibawah ini merupakan pedoman yang digunakan oleh penulis

dalam menyajikan suntingan teks STWK.

a. Dalam suntingan teks, huruf kapital digunakan dalam menulis nama

Raja, nama orang, nama tempat, panggilan untuk seorang Raja, nama

bulan, hari, dan tahun. Sedangkan yang lainnya ditulis dengan huruf

biasa atau kecil.

b. Pemakaian tanda hubung untuk penulisan kata ulang atau reduplikasi

dalam teks. Misalnya:

Singup singup singup-singup

c. Penulisan dwipurwa. Misalnya:

Page 20: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

52

puputra peputra

d. Sastra laku ditransliterasikan dengan mengubah konsonan penutup pada

kata berikutnya. Misalnya:

panengngrannya panengrannya

e. Penulisan teks dengan menggunakan (ô) dibaca [ɔ] langsung disunting.

Misalnya:

Sri Ponca Sri Panca

Untuk mempermudah pembacaan dan pemahaman makna transliterasi

teks STWK, maka digunakan tanda-tanda sebagai berikut:

a. Angka Romawi [I, II, III ... dst] untuk menunjukkan nama raja yang ke

berapa.

Misalnya: Pakubuwana I.

b. Angka Arab [1, 2, 3, 4 ... dst] untuk menunjukkan pergantian halaman

teks.

c. Angka Arab 1, 2, 3, 4 ... dst yang berada dalam teks merupakan nomor kritik

teks pada kata yang terdapat kesalahan.

Page 21: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

53

d. Tanda @ merupakan edisi teks berdasarkan pertimbangan kontekstual.

e. Tanda # merupakan edisi teks berdasarkan pertimbangan linguistik.

f. Tanda * merupakan edisi teks berdasarkan pertimbangan interpretasi

penulis.

Berikut sajian suntingan teks SUWK, setelah mengalami berbagai

tahapan dalam penelitian.

(cover dalam)

Punika sajarah urun wijining karaton, wiwit Ki Agêng Tarub, peputra Rara

Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran

Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra Kangjêng Ratu

Pakubuwana prameswari dalêm ingkang sinuhun Kangjêng Susuhunan

Pakubuwana ingkang kaping X. Karanganipun Raden Ngabehi Karyarujita. Abdi

dalêm mantri garap ing kantor Radyapustaka.

“Ini Sejarah keturunan Keraton, sejak dari Ki Ageng Tarub berputra Rara

Nawangsih yang diperistri Raden Bondhan Kajawan, sampai dengan Kangjeng

Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV berputra Kangjeng Ratu

Pakubuwana Permaisuri Raja Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwana

X. Karangan Raden Ngabehi Karyarujita abdi dalem juru tulis di kantor

Radyapustaka”.

DHANDHANGGULA

1 dadi suci samadyaning bumi/

ari Dite Pahing wuku Maktal/

guru wurukung gigise/

kanêm Kunthara Windu/

menjadi suci di tengah-tengah

bumi,

hari Dite Pahing wuku Maktal.

hari yang ketujuh,

mangsa ke enam Kunthara

Page 22: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

54

leking Sura purnama siddhi/

Ehe sangkala ijrah/

nalika mangapus/

paksa karya wedha Nata/

cecarangan aluranireng leluri/

kang sinungsih ing suksma//

Windu.

bulan Sura ketika bulan purnama

dengan penanda tahun Ehe Ijrah.

ketika mengarang/

paksa karya wedha Nata

(1942).

cerita episode baru tentang

urutannya leluhur,

yang diberi berkah oleh Tuhan.

2 ginanjarkên ing sawiji-wiji/

para urun wijining Karatyan/

kang minangka bebukane/

nênggih Ki Agêng Tarub/

sajatine darah ing Pêngging/

putra Sri Dayaningrat/

ingkang kaping pitu/

dadya kalêrês kang raka/

lawan Prabu Dayaningrat kang

mungkasi/

ing Pêngging praja harja//

Diberikan satu persatu,

para urutan keturunan Karaton.

yang jadi pembukanya

yaitu Ki Ageng Tarub.

sejatinya keturunan dari

Pengging,

anak Sri Dayaningrat

yang ketujuh.

jadi urutannya sebagai kakak

dengan Prabu Dayaningrat yang

mengakhiri

di kerajaan Pengging.

3 marma Jaka Tarub tan dadya ji/

dene atmaja saking ampeyan/

amlasakên sayêktine/

laksaneng Kyagêng Tarub/

wiwit rare praptaning akir/

mangkana alurannya/

Anglingdriya Prabu/

peputra Pandaya Nata/

apeputra Andayaningrat Narpati/

Maka Jaka Tarub tidak jadi Raja,

adapun anak dari selir.

kasihan sejatinya

kehidupan Ki Ageng Tarub

dari kecil sampai akhir.

begini ceritanya,

Prabu Anglingdriya

berputra Raja Pandaya,

berputra Raja Andayaningrat

Page 23: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

55

ingkang kaping sapisan//

yang pertama.

4 Narendra di ngrenggani ing Pêngging/

apeputra ping dwi Dayaningrat/

nulya peputra parabe/

Darmaraja Sang Prabu/

jumênêng neng Bojanagari/

peputra Selaraja/

asalin jejuluk/

Andayaningrat ping tiga/

angadani nagari ing Pajang Pêngging/

peputra Danaraja//

Raja berkuasa di Pengging

putranya kedua Dayaningrat.

lalu berputra namanya

Sang Prabu Darmaraja,

bertahta di Bojanagari.

berputra Selaraja

berganti nama

Andayaningrat III,

mengawali negeri di Pajang

Pengging.

berputra Danaraja,

5 Parab [2] Klana Tunjung Seta aji/

apeputra Sri Madu Sudana/

karta angalih kithane/

Salatiga winangun/

praja harja winastan Pêngging/

putra Madukusuma/

ngalih prajanipun/

aneng Pêngging samapura/

apeputra ngalih Salatiga malih/

Sri Panca Prabanggana//

Namanya Klana Tunjung Seta

aji,

putranya Sri Madu Sudana.

pindah kotanya

Salatiga dibangun,

kerajaan namanya Pengging.

anak Madukusuma

pindah kerajaannya

di Pengging.

putranya pindah Salatiga lagi,

Sri Panca Prabanggana.

6 Apeparab Dayaningrat aji/

apeputra Dewanjali Nata/

Andayaningrat parabe/

nulya peputra Prabu/

Darmastuti silih wawangi/

ping nêm Andayaningrat/

Namanya Dayaningrat aji,

berputra Raja Dewanjali.

Andayaningrat namanya

lalu berputra Prabu

Darmastuti berganti nama

Andayaningrat ke VI.

Page 24: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

56

apeputra Prabu/

Brawa ngalih mring Bahrawa/

apeputra Brahmana Raja Narpati/

peputra Bratandriya//

berputra Prabu

Brawa pindah ke Bahrawa,

berputra Brahmana Raja Narpati,

berputra Bratandriya.

7 nulya Padmandriya asesiwi/

Prabu Tunjung Seta apeparab/

Dayaningrat kasaptane/

yeku sudarmanipun/

Kyai Agêng Tarub ing nguni/

mangkana caritanya/

Tunjung Seta Prabu/

duk ambabar ingkang garwa/

mijil priya ing warna kang langkung

pêkik/

arteng tyas yayah rena//

Lalu Padmandriya berputra

Prabu Tunjung Seta namanya

Dayaningrat ke VII,

yaitu bapaknya

Kyai Ageng Tarub namanya.

begini ceritanya,

Prabu Tunjung Seta

ketika melahirkan istrinya

lahir laki-laki dengan wajah yang

bagus.

menjadi kebanggaan ayah ibu.

8 nanging jru tênung para maharsi/

samya amêca Sang Narpatmaja/

diwasanira ing têmbe/

weh wirang mring ramebu/

marma mangkya karsanira ji/

putra pinaring marang/

Ki Buyud ing Tajug/

kaanggêp yoga priyangga/

sinung têngran Ki Jaka Bodho winarni/

kalawun-lawun gêngnya//

Tetapi dukun para pendeta

semua meramal Sang

Narpatmaja,

ketika dewasa besok

memberi duka kepada ayah ibu.

oleh karena itu jadi kehendaknya

anak diberikan kepada

Ki Buyud di Tajug.

dianggap anak sendiri,

dikasih nama Ki Jaka Bodho.

cepat sekali besarnya.

9 diwasanira tinari krami/

nanging Ja-[3]ka Bodho datan arsa/

kang rama gung pangudine/

Ketika dewasa disuruh menikah

tetapi Jaka Bodho tidak mau.

bapaknya bersungguh-sungguh

Page 25: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

57

pinêksa datan ayun/

pinaripih mêksa tan konggih/

Ki Buyud kewran ing tyas/

awêkasan kaku/

putra yun rinuda paksa/

sinung karma nanging tan mawa tinari/

kinagetkên kewala//

memintanya.

dipaksa tidak mau,

dirayu dipaksa tidak

melaksanakan.

Ki Buyud tidak enak dihati.

dinasehati susah.

anak mau dipaksa,

dikasih karma tapi tidak mau

disuruh.

mengagetkan saja.

10 Jaka Bodho uninga ing wadi/

sungkaweng tyas: ratri nis wisata/

kalunta-lunta lampahe/

enjingira Ki Buyud/

uninga yen putranira nis/

tan karuwan parannya/

wau Kyai Buyud/

sigra tur uningeng Nata/

anising kang putra wit tinari krami/

rinuruh tan kapanggya/

Jaka Bodho dikasih tau yang

sebenarnya.

prihatin di hati: malamnya pergi

terlunta-lunta jalannya.

paginya Ki Buyud

mengetahui kalau anaknya pergi

tidak tau kemana.

lalu Kyai Buyud

segera memberi tau pada Ratu

perginya anak ketika disuruh

menikah.

dicari tidak ketemu.

11 Sri Narendra gumujêng miyarsi/

Kyai Buyud kinen pasrahing Hyang/

myang linilan mulih mangke/

mangkana kang winuwus/

Jaka Bodho kesahireki/

sêdya mring Pêngging Praja/

angawuleng Ratu/

Raja tertawa melihatnya.

Kyai Buyud disuruh berserah

pada Tuhan.

dengan rela nanti pulang.

begitu ceritanya.

Jaka Bodho pergi

mau ke kerajaan Pengging

mengabdi kepada Raja.

Page 26: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

58

nanging kinuncanging Dewa/

aneng wana bingung tan uningeng

margi/

nusup mangayam malas//

tetapi dibuang Dewa,

di hutan bingung tidak tau jalan

kesasar kemana-mana.

12 kae Jaka sungkawa kapati/

mupusing tyas têmah tapa ngidang/

den papati sarirane/

samana duk andhalu/

wontên beji toyanya wêning/

tilase kambah janma/

anggraiteng kalbu/

lamun parêk lan padesan/

ayêming tyas sêdya asênêt neng beji/

nahan gantya winarna//

Jaka bersedih sekali

pasrah kepada takdir bertapa

seperti kidang.

bertapa badannya.

dahulu ketika malam,

ada kubangan airnya bening

bekas dipakai manusia.

mengira-ira di hati

jika dekat dengan pedesaan.

tentramnya hati melihat

kubangan.

lalu ganti cerita,

13 kang dhedhukuh aneng Sêkar Lampir/

Buyud Kidang Lancing namanira/

darbe pu-[4]trestri têngrane/

dyah Sumaji warna yu/

dhasar lagya mêpêg birahi prasaja

wiraganya/

sasolahe patut/

kadya gambar wawangunan/

cahya wênês dhatmika asêmu wiwit/

labêt trahing ngatapa//

Yang berdukuh di Sekar Lapir,

Buyud Kidang Lancing namanya.

mempunyai anak perempuan

namanya

putri Sumaji berparas cantik.

dasar polahnya seperti remaja

badannya

tingkahnya pantas

seperti parasnya.

cahaya gemilang lakunya

menyenangkan

dari keturunan pertapa.

14 duk samana dyah rara Sumaji/ Pada waktu itu putri Sumaji

Page 27: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

59

arsa ngangsu adat maring sêndhang/

tanpa rowang nyangking june/

wanci sawusing bêdhug/

Jaka Bodho anon pawestri/

arta ngangsu mring sêndhang/

asênêdan gupuh/

tanpa titêbih prenahnya/

yata rara Sumaji praptaning beji/

tan taha laju siram//

mau mencari ke sendang.

tanpa teman membawa jun.

waktu sesudah jam 12 siang.

Jaka Bodho melihat perempuan

mencari air di sendang.

sembunyi tergesa-gesa.

tidak jauh tempatnya,

yaitu putri Sumaji sampai di

sendang

tidak takut langsung mandi.

15 Lukar wastra tan mawi ling-ngaling/

angalela pasariranira/

sarwa ramping sarandune/

dêdêg pangadêg turut/

Jaka Bodho duk aningali/

kasabêting asmara/

tyasnya rangu-rangu/

uyang saranduning angga/

tarataban ênar-ênar sênik-sênik/

wantuning durung bisa//

Lepas baju tidak pakai tutupan

jelas sekali badannya.

serba kecil badannya,

posturnya bagus.

Jaka Bodho ketika melihatnya

terkena asmara.

hatinya selalu terbayang-bayang,

panas sekujur tubuhnya

kaget tak karuhan.

ingin menyapa tidak bisa.

16 tambuh-tambuh sotaning kang ngati/

nanging rara Sumaji tan nyana/

yen ana janma anginte/

kaecan denira dus/

sarampunge adandan nuli/

kanang jun kinêbakan/

kae Jaka gugup/

medal saking pasênêdan/

amarpêki Sang Rêtna cinandhak wani/

Tidak peduli rasanya hati,

tetapi putri Sumaji tidak mengira

jika ada orang yang

mengintipnya.

keenakan olehnya mandi.

sesudahnya lalu berias,

junnya dipenuhi.

Jaka gugup

keluar dari persembunyian

menghampiri sang Retna

Page 28: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

60

gumêtêr Sang Dyah rara//

dipegang dengan berani.

gemetar sang putri.

17 winasesa mring kakung ningsêti/

rehning kênya tan bisa suwala/

dadya sumarah sarehe/

karênan kalihipun/

nulya bawa karana sami/

sajarwa sowang [5] sowang/

sang kusuma mantuk/

Ki Jaka maluyeng wana/

kacarita Ki Jaka lan Sang Rêtna di/

sabên-sabên mangkana//

Dikuasai oleh pria terikat

hatinya,

putri tidak bisa melawan.

jadi pasrah,

senang hati keduanya.

lalu sama-sama senang,

diterangkan sendiri-sendiri.

sang putri pulang,

Ki Jaka berlari ke hutan.

diceritakan Ki Jaka dan Sang

Putri

setiap seperti itu.

18 sih siniyan tan agrahitani/

lama-lama Sang Dyah mangudara/

kang rama uninga kaget/

tinakenan tan ngaku/

rowangira anungku rêsmi/

duk arsa sinupatan/

Sang Dyah jrih umatur/

ing purwa madya wasana/

ruditeng tyas Ki Buyud sowan mring

Pêngging/

milênggahkên prakara//

Saling mengasihi tidak mengira.

lama-lama sang putri senang

sekali.

ayahnya melihatnya kaget

ditanya tidak mengaku

dia berpadu kasih.

saat mau disumpah,

sang putri bilang dengan

ketakutan

dari awal sampai akhir.

sedih di hati Ki Buyud pergi ke

Pengging

menjelaskan perkara

19 yen sutane cinidra ing rêsmi/

Apabila anaknya melanggar

aturan

Page 29: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

61

dening raryya Tajug wismanira/

Jaka Bodho panênggrane/

sutanira Ki Buyud/

Sri Narendra aken nimbali/

Buyud Tajug wus prapta/

dinangu umatur/

yen Jaka Bodho punika/

putra Nata ingkang pinaringkên nguni/

kesah saparan-paran//

kepada anak Tajug rumahnya,

Jaka Bodho namanya

anaknya Ki Buyud.

Ratu menyuruh memanggil,

Buyud Tajug sudah sampai.

lama berbicara

jika Jaka Bodho itu

anak Raja yang dikasihkan dulu,

pergi tidak tau kemana.

20 duk miyarsa Nateng Pajang Pêngging/

meranging tyas yayah tan panon rat/

têmah kadadak krodhane/

dhawuh kinen angruruh/

arta katrap pidana pati/

sandika kang ing agnya/

sêmana Ki Buyud/

Kidang Lancing pinaringan/

kang minangka dhêndhang mas salawe

kati/

sartane dhinawuhan//

Ketika Raja Pajang Pengging

mendengar,

melawan hati sebagai ayah tidak

melihat jagat.

kejadiannya mendadak nafsunya

lalu disuruh sabar.

dihukum pidana mati,

begitu perintahnya.

itu Ki Buyud

diberi Kidang Lancing

yang ketika racun mas 25 kati,

dan juga diperintahkan

21 kinen mupus karsaning Dewa di/

Buyud Kidang Lancing wus narima/

wotsari umantuk age/

yata Buyud ing Tajug/

lawan wadya bala ing Pêngging/

denira angupaya/

Disuruh menerima kehendak

Dewa.

Buyud Kidang Lancing sudah

menerima,

menyembah lalu pulang.

yaitu Buyud di Tajug

melawan prajurit di Pengging,

olehnya mengupaya

Page 30: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

62

Jaka Bodho wau/

pinarênca la-[6]mpahira/

ngaler ngidul ngetan ngulon tan

kapanggih/

samya kengran ing driya//

Jaka Bodho tadi

sedih lakunya,

utara selatan barat timur tidak

ketemu.

sama sedih di hati.

22 Kyai Buyud gya mring Sêkar Lampir/

kanan keringira sinalasah/

kapanggih duk linggih dhewe/

neng madyaning wana gung/

Kyai Buyud nalika uning/

tyasira lir sinêndhal/

kang putra rinangkul/

sarta dahat tinangisan/

Jaka Bodho kararantan anglut tangis/

kang mulat angresing tyas//

Kyai Buyud lalu ke Sekar

Lampir,

kanan kirinya dicari terus

menerus.

bertemu ketika duduk sendiri

di tengahnya hutan besar.

Kyai Buyud ketika tau

hatinya seperti hancur.

sang anak dirangkul

serta menangis.

Jaka Bodho keronta-ronta ikut

menangis,

yang melihat sakit rasanya hati.

23 Tan winarna tingkahing prihatin/

nulya binêkta sumiweng Nata/

Sri Tunjung Seta kalane/

uningeng Raja sunu/

krodhanira arsa nêkani/

yun lumunasing putra/

pra santana gugup/

anggendholi lan karuna/

mantri muka myang para punggawa

mantri/

ngrerapu duka Nata//

Tidak diceritakan lakunya

prihatin.

lalu dibawa menghadap Raja.

Sri Tunjung Seta waktunya

tau anaknya Raja.

nafsunya ingin mendatangi

mau membunuh anaknya.

para santana takut,

menahannya dan menangis.

patih dan para punggawa

menenangkan kemarahan Raja.

Page 31: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

63

24 Kyana-Patih matur nyalokani/

sagalak-galakane ya macan/

tan kolu mangsa sutane/

rereh tyasira Prabu/

Jaka Bodho grahiteng ati/

yen dudu sutanira/

Ki Buyud ing Tajug/

sajatine putra Nata/

kacarita pidanane Raja siwi/

mung tinundhung sing Praja//

Kyana-Patih mengumpamakan,

segalak-galaknya harimau

tidak mau memangsa anaknya.

reda hatinya Prabu.

Jaka Bodho mengerti dihati

jika bukan anaknya

Ki Buyud di Tajug.

sejatinya anak Raja.

diceritakan hukumannya anak

Raja,

hanya disuruh pergi dari

Kerajaan.

25 Datan kêna mangambahing Pêngging/

ayya nayun kandhêgan kampiran/

wus warata parentahe/

Ki Jaka kesah sampun/

kawlas arsa samargi-margi/

anggung kinuya-kuya/

samana sang bagus/

mring Sêkar Lampir kapanggya/

[7] lawan rara Sumaji angsung

wawarti/

sagunging lalampahan//

Tidak boleh berada di Pengging.

jangan berhenti langsung pergi.

sudah lama perintahnya.

Ki Jaka pergi sudah

kasihan di sepanjang jalan

selalu diusir.

ketika itu Sang bagus

ke Sekar Lampir bertemu

dengan putri Sumaji untuk

memberi kabar

semua lakunya.

26 Mangkya arsa maring Majapait/

rara Sumaji langkung sungkawa/

amlas-asih sesambate/

sêdyanira tumutur/

nanging datan linilan dening/

manawa kawênangan/

Lalu mau ke Majapait.

putri Sumaji lebih prihatin,

memelas ceritanya.

niatnya berbicara

tetapi tidak rela kepadanya.

apabila ketahuan

Page 32: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

64

sayêkti tan ayu/

kinen saranta kewala/

datan lami sayêktine wangsul malih/

marêm tyas sang kusuma//

sejatinya tidak selamat.

disuruh sabar saja,

tidak lama sejatinya pulang lagi.

lega hati sang putri.

27 Mangkya Jaka Bodho mangkat nuli/

lampahira gung kalunta-lunta/

tan winarna reroncene/

prapta ing Majalangu/

pinet suta mring Supagati/

anggung winulang-wulang/

pakartining êmpu/

tan tama sampun widagda/

karêmênên Ki Jaka apandhe kêris/

lipur sungkawanira//

Lalu Jaka Bodho berangkat,

lakunya terlunta-lunta.

tidak diceritakan semuanya.

sampai di Majalangu,

disuruh anak ke Supagati.

selalu dinasehati

budi pekertinya

tidak utama sudah pintar.

suka sekali Ki Jaka memandai

keris.

pelipur laranya.

28 Nahan mangkya gantya kang winarni/

Buyud Kidang Lancing duk miyarsa/

yen Jaka Bodho ing mangke/

wus pinidana tundhung/

Kyai Buyud sêdya nimbangi/

rêmbag lan para warga/

sutanya tinundhung/

rara Sumaji wus kesah/

sêdyanira sumusul mring Majapait/

lampahe kawlas arsa//

Begitu lalu ganti yang bercerita,

Buyud Kidang Lancing ketika

mendengar

jika Jaka Bodho nanti

sudah dihukum diusir.

Kyai Buyud mau menandingi

berbicara dengan para warga

anaknya diusir.

putri Sumaji sudah pergi.

niatnya menyusul ke Majapait,

lakunya kasihan.

29 Pan wus sêpuh denira garbini/

yata prapteng wana kapanasan/

Sang Dyah babar wawratane/

Ia sudah hamil tua.

sampai di hutan kepanasan,

sang putri melahirkan.

Page 33: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

65

mijil jalu abagus/

ngingêmasi rara Sumaji/

babayi guladrahan/

neng daganing ibu/

kongsi sawatara dina/

kawlas arsa risak kang kunarpa keksi/

yata ing-[8]kang winarna//

lahir lelaki tampan.

meninggallah putri Sumaji.

bayinya berlumuran darah

di antara kakinya ibu.

sampai berhari-hari,

kasihan sekali mayat rusak yang

terlihat.

yaitu yang diceritakan.

30 Sudarmane Buyud Sêkar Lampir/

Buyud Selandaka ing Sesela/

misaya paksi karyane/

sajuga ari nuju/

marang wana misaya paksi/

anyangking tetulupan/

praptaning wana gung/

kadya kinuncanging Dewa/

lampahira gung kalunta-lunta prapti/

ing wana kapanasan//

Baik hati Buyud Sekar Lampir.

Buyud Selandaka di Sesela

mencari burung yang diincarnya

seharian.

menuju hutan mencari burung,

membawa tulup.

sampai dihutan yang besar,

seperti digoncang Dewa

lakunya besar terlunta-lunta

sampai

di hutan kepanasan.

31 Kagyat aningali jabang bayi/

gêladrahaning dagan kunarpa/

nanging wus risak kang wangke/

dadya pangling Ki Buyud/

maring wayahira pribadi/

Ki Buyud langkung wêlas/

ki jabang sinambut/

ingêmban paningsêtira/

cindhe sêkar arsa binêkta umulih/

Kaget melihat jabang bayi

berlumuran darah diantara dua

kaki.

tetapi sudah rusak jasadnya.

menjadi pangling Ki Buyud

kepada cucunya sendiri.

Ki Buyud lalu kasihan,

bayinya dibawa

digendong di bawah sabuknya

cindhe sekar mau dibawanya

pulang.

Page 34: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

66

wangke ing ngupakara//

jasadnya dirawat.

32 Wus pinêtak neng saloring kali/

Kyai Buyud laju sarwi ngêmban/

nulya kapapag lampahe/

kidang wulung linuhung/

asungu mas taracak rukmi/

netranira kumala/

Ki Buyud kayungyun/

gya binujung kidang mêsat/

saparane arina gung den tutwuri/

dadya kalunta-lunta//

Sudah dikubur di utara sungai.

Kyai Buyud jalan sambil

menggendong,

lalu dijemput jalannya.

kidang wulung yang luhur

bertanduk emas indah sekali.

matanya bercahaya.

Ki Buyud tergila-gila

lalu diburu kidangnya lari.

sesampainya kidang besar

mengikuti di belakang

jadi terlunta-lunta.

33 Dupi prapteng tanah Tarub mangkin/

kidang musna wontên ing patapan/

Ki Buyud langkung cuwane/

tambuh paraning bêndu/

dangu-dangu mring jabang bayi/

ginawa tanpa karya/

denya yun amupu/

lare tambuh kang ngayoga/

jabang bayi sineleh soring giyanti/

Ki Buyud nulya kesah//

Ketika sampai di Tarub nanti,

kidang hilang ada di pertapaan.

Ki Buyud menyesal sekali

tidak tau arahnya kesedihan.

lama-lama kepada jabang bayi

dibawa tanpa kerjaan

olehnya mengangkat anak.

anak tidak tau bapaknya.

jabang bayi ditaruh di bawah

pohon

Ki Buyud lalu pergi.

34 Andugekên denira ngulari/

ki-[9]dang sungu mas netra kumala/

jabang tinilar ngaleleh/

kamantyan kawlas ayun/

sampai olehnya mencari,

kidang tanduk emas matanya

bercahaya.

bayi ditinggal kelaparan.

kasihan sekali dia

Page 35: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

67

galasaran neng ngisor giyanti/

mangkana kang winarna/

ni randha ing Tarub/

malêming Anggara tresna/

mijil maring latar wanci madya ratri/

wrin cahya mrabangkara//

tidak terpelihara di bawah pohon.

begitu yang diceritakan.

ni randha di Tarub,

malam Anggara tresna

keluar ke halaman waktu tengah

malam,

tahu cahaya sumorot.

35 Prênah pratapaning laki nguni/

duk pinaran kang ngamawa cahya/

babayi pêkik warnane/

tantaha gya sinambut/

dyan binêkta mulih mring panti/

yata karsaning Dewa/

ni randha ing Tarub/

tuwuh kang toya sêsêpan/

sapraptaning wisma jabang bayi nuli/

dinadah sinusonan//

Sampai di pertapaannya

suaminya,

ketika didatangi yang bercahaya.

bayi bagus wajahnya.

tanpa sadar digendongnya

lalu dibawa pulang ke rumah.

iya kehendak Dewa,

ni randha di Tarub

tumbuh air susunya.

sesampainya di rumah lalu bayi

diberi susu.

36 Marêm kadya manêsêping umi/

yata sarêng enjinge prajanma/

ing Tarub sami akaget/

miyarsa denya muwun/

kae jabang gya sami prapti/

winartan langkung suka/

cinêndhak kang catur/

diwasanira Ki Jaka/

karan Jaka Tarub ing warna rêspati/

pêkik mawa ujwala//

Puas seperti menghisap dari ibu.

iya paginya para warga

di Tarub kaget semuanya

mendengar olehnya menangis.

itu bayi segera datang.

dikabarkan lebih suka.

singkat cerita,

dewasanya Ki Jaka

dipanggil Jaka Tarub yang

berwajah tampan

bagus bercahaya.

Page 36: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

68

37 Palakrama antuk widadari/

suwarnendah ran Dyah Nawangwulan/

karsane ni randha mangke/

lênggah Buyud ing Tarub/

kang sinuwunakên mring Pêngging/

kang putra Raden Jaka/

mangkana Sri Prabu/

Andayaningrat wêkasan/

duk samana wus winêling mring rama

ji/

yen ing Tarub ki Jaka//

menikah mendapatkan bidadari

cantik sekali bernama Dyah

Nawangwulan.

maunya ni randha nanti,

tahta Buyud di Tarub

yang dimintakan ke Pengging

yang putra Raden Jaka.

begitu Sri Prabu

Andayaningrat akhirnya

ketika itu sudah diingatka oleh

bapaknya

jika di Tarub Ki Jaka

38 Iku kadange wreda pribadi/

marma panyuwunira ni randha/

Narendra wus marengake/

malah sinung jejuluk/

Kyai A-[10]geng Tarub ing nguni/

mangkana Nyai randha/

dahat suka sukur/

kang putra wus sinojaran/

sajatine dudu sutane pribadi/

putreng Sri Dayaningrat//

Itu saudaranya tua sendiri.

maka dari itu permintaannya ni

randha,

Raja sudah mengijinkan.

malah dikasih nama

Kyai Ageng Tarub.

begitu Nyai randha

bersyukur sekali.

yang anak sudah dikasih tau

sebenarnya bukan anak kandung,

anaknya Sri Dayaningrat.

39 Dadya lan Sri Dayaningrat mangkin/

kadang wreddha Ki Agêng duk myarsa/

têmah karantan driyane/

kapingin dadya Ratu/

gantya waris praja ing Pêngging/

Jadi hubungan dengan Sri

Dayaningrat nanti.

saudara tua Ki Ageng ketika

mendengarkan

memang terlunta-lunta hatinya.

ingin menjadi Raja

menggantikan ahli waris kerajaan

Page 37: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

69

Ki Agêng duk samana/

tapane ginêntur/

kongsi ing dalêm tri candra/

neng asrama tanpa nadhah tanpa

guling/

anggung manungku puja//

Pengging.

Ki Ageng ketika itu

tapanya gentar

sampai mencapai tiga bulan.

di asrama tanpa makan tanpa

tidur,

hanya semedi memuja.

40 Antuk wangsiting Jawata luwih/

amiyarsa swara lamat-lamat/

yen Kyai Agêng yêktine/

tan wignya madêg Ratu/

mung turune ingkang pinasthi/

ambawani rat Jawa/

lulus run-tumurun/

awit turun lima babad/

nêm mancapat turun pitu mawat yêkti/

kaastha Amangkurat//

Mendapat wangsit dari Dewa

mendengarkan suara samar-

samar,

jika Kyai Ageng sejatinya

tidak pintar menjadi Raja.

hanya keturunannya yang pasti

menguasai Tanah Jawa.

selalu dari keturunannya

mulai dari keturunan lima cerita

6 manca negara turunan 7 terus

menjadi raja,

kedelapan Amangkurat.

41 Nanging ana saranane yêkti/

met amitra Prabu Brawijaya/

têlasing kang swara mangke/

prapta kang ganda arum/

Kyai Agêng maluyeng wanti/

wewarta maring garwa/

samya sukeng kalbu/

wus mangkana anggupita/

denirarsa met mitra Sri Majapait/

Tetapi ada sarananya sejatinya

mencari teman Prabu Brawijaya.

habisnya suara nanti,

tercium bau harum.

Kyai Ageng menjawab dengan

serius.

memberi berita kepada istrinya

sama suka di hati.

sudah begitu karangannya.

keinginannya mencari teman Sri

Majapait,

Page 38: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

70

paran sarananira//

mencari sarananya.

42 Bisa dadya mitraning Narpati/

dahat ribêng Ki Agêng tyasira/

Dyah Nawangwulan nulyage/

mangsah mursiteng kalbu/

ameminta ing dewa luwih/

katrima sanalika/

pinaringan sampun/

cu-[11]pu manik asthagina/

ing jro isi gambaring kang sawarga di/

lan nraka saisinya//

Bisa jadi temannya Raja,

Ki Ageng riba hatinya.

Dyah Nawangwulan langsung

melawan membatin di hati.

meminta kepada Dewa,

diterima seketika itu juga

diberikan sudah

cupu manik asthagina,

di dalamnya ada gambarannya

surga

dan neraka seisinya.

43 Miwah gambaring bumi lan langit/

saisine nora kekurangan/

ing ngaturkên mring lakine/

Ki Agêng sukeng kalbu/

Sang Rêtna yu nulya akardi/

bajo lawan calana/

apelag sadarum/

sartane tanpa dodoman/

Kyai Agêng sukane wardaya kadi/

manggih manggala gita//

Dan gambarannya bumi dan

langit

seisinya tidak ada yang kurang.

dibicarakan kepada suaminya,

Ki Ageng senang hatinya.

Sang Retna lalu melakukannya,

baju dan celana

bagus semuanya

dan juga tanpa jahitan.

Kyai Ageng suka hatinya seperti

bertemu dengan keberuntungan.

44 Sigra sowan maring Majapait/

anjujug mring Patih Gajahmada/

angaturkên sasêdyane/

kerit1 marêk Sang Prabu/

dinangu wus matur sagunging/

Lalu pergi ke Majapait

langsung ke Patih Gajahmada

mengaturkan niatnya.

ikut masuk mendekat sang Prabu,

ditanya sudah bilang semua

1 kerid

Page 39: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

71

sêdyanira kang prapta/

kang cecupu katur/

kawaca miwah calana/

Prabu Brawijaya suka aningali/

sesining Asthagina//

niatnya sampai selesai.

yang cupu juga dilaporkan

baju dan celana.

Prabu Brawijaya suka

melihatnya,

seisi bumi Asthagina.

45 Bajo calana rinasuk sami/

saplak tan ana ninang samêndhang/

kapirênan tyas pamase/

myang dahat ngungunipun/

dene tanpa dodoman sami/

dinangu kang akarya/

Ki Agêng turipun/

semahira waranggana/

apanêngran sang Rêtna Anawangsasi/

miwah kang Asthagina//

Baju celana masuk semua

persis tidak ada yang beda

sedikitpun.

senang hatinya Raja

dengan tidak percaya sekali

apabila tanpa jahitan semua.

lama yang membuat.

Ki Ageng bicaranya

istrinya bidadari

namanya sang Retna

Anawangsasi.

dan yang Asthagina

46 Peparinge Dewa maring rabi/

sangsaya sru sukaning wardaya/

karsendra Ki Agêng mangke/

pinet kadang nom mungguh/

pinaringan pusaka warni/

wangkingan ingkang nama/

Kyai Condhong Campur/

minangka tetali satya/

myang kinarya pangengêt-engêt karsa

ji/

sing condhonging wardaya//

pemberian Dewa kepada istrinya.

lebih suka hatinya.

kehendak Ki Ageng nanti,

diangkat sebagai saudara muda

dikasih pusaka wujudnya

keris yang bernama

Kyai Condhong Campur.

ketika ditali kencang

dengan digunakan untuk

mengingatnya

yang cocok dengan hati.

Page 40: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

72

47 Kyai Agêng tyas marwata siwi/

[12]cipta tuhu wêcaning Bathara/

tan winarna reroncene/

panyuba-nyubanipun/

kongsi prapta kawandasa ri/

Ki Agêng wus kalilan/

maluya ring Tarub/

panggih lan garwa wewarta/

salwiring reh dahat arsayaning kapti/

mangkana cinarita//

Kyai Ageng hatinya suka sekali.

cita-cita nyata kata Bathara,

tidak diceritakan alurnya.

menghormati sekali.

sampai 40 hari

Ki Ageng sudah ikhlas.

pulang ke Tarub

bertemu dengan istrinya

mengabarkan

sesudah perkaranya selesai

senang sekali.

begini diceritakan

48 Kyai Agêng wus peputra mangkin/

mijil wanodya endah kawuryan/

wus tan pae lan ibune/

mawa ujwala mancur/

angêsorkên gêbyaring sasi/

ramebu langkung suka/

prapta mangsa dhaup/

lan raden Bondhan Kajawan/

samuksane martuwa Raden gumanti/

neng Tarub mong wibawa//

Kyai Ageng sudah berputra

nanti,

lahir perempuan indah sekali.

sudah tanpa bapak dan ibunya

memakai cahaya yang sumorot.

mengalahkan cahaya bulan.

bapak dan ibu pasti senang.

sampai waktunya menikah

dengan Raden Bondhan

Kajawan.

meninggalnya mertua, Raden

menggantikan

di Tarub orang yang dihormati.

49 Sih siniyan lan garwa Dyah adi/

yayah mimi lawan kang mintuna/

tan kêna sah saparane/

ri ratri runtung-runtung/

enggal ingkang kandha winarni/

Saling mengasihi dengan istrinya

seperti mimi dan mintuna.

tidak bisa pisah kemanapun.

ketika malam selalu bersama.

baru yang bilang bercerita,

Page 41: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

73

apatutan tetiga/

kang asêpuh jalu/

Dyan Dhukuh peparabira/

nyakabat mring susunan majagung

nguni/

pinet mantu priyangga//

anaknya tiga

yang tua laki-laki

Dyan Dhukuh namanya.

berteman dengan Sunan

Majagung,

diambil mantu sendiri.

50 Sinung nama Seh Ngabi Bulahi/

adedalêm aneng Wanasaba/

dadya kasêbuting ngakeh/

Kyagêng Wanasabeku/

arinira jalu warna di/

Raden Dhepok panêngrat/

taruna linuhung/

karêming agama Islam/

anyakabat mring Sunan Majagung ugi/

pinundhut mantu pisan//

Diberi nama Seh Ngabibulahi

rumahnya di Wanasaba.

jadi terkenal dimana-mana

Kyageng Wanasaba.

adiknya lelaki

Raden Dhepok panengrat.

pemuda yang luhur

suka dengan agama Islam.

berguru kepada Sunan Majagung

juga,

diambil menantu juga.

51 Antuk putranira kang taruni/

pinaringan nama Seh Ngabdullah/

lan sinungan wisma mangke/

Gêtas Pandhawa dhukuh/

dadya karanraning [13] asrami/

Kyagêng Gêtas Pandhawa/

estri kang waruju/

anama Rara Kasiyan/

cahya wênês warnendha raras rêspati/

tinon maweh asmara//

Dapat anaknya yang muda,

diberi nama Seh Ngabdullah

dan dikasih rumah nanti

Getas Pandhawa Dhukuh.

jadi terkenal dengan pertapaan

Kyageng Getas Pandhawa.

perempuan yang ragil

namanya Rara Kasiyan.

cahaya bersih indah di hati

dilihat memberikan cinta.

ASMARADANA

1 Gantya kang winurweng kawi/ Ganti yang diceritakan,

Page 42: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

74

mas Panjawi ing Santênan/

trahing Arab sajatine/

campur trahing Majalêngka/

mangkana alurannya/

duk jaman Dêmak ing dangu/

wontên trahing Rasullulah//

mas Panjawi di Santenan.

keturunan Arab sejatinya

campur keturunan Majalengka.

begini ceritanya.

ketika jaman Demak dahulu

ada keturunan Rasulullah.

2 Nama Mulana Mahribbi/

ngajawi nusul ing kadang/

kang nama Kalipah Kusen/

panggya Sunan Ngampel dênta/

kanggêp pamitranira/

pinikramakakên antuk/

suteng Arya Teja Tuban//

Namanya Maulana Mahribbi,

ke Jawa menyusul saudaranya

yang bernama Kalipah Kusen.

bertemu dengan Sunan Ngampel,

dianggap temannya sendiri.

menikah mendapatkan

anak dari Arya Teja Tuban.

3 Dupi ing ngantara lami/

pinarnahkên unggyanira/

neng Bantên dadya imame/

engggaling crita samana/

apeputra sakawan/

ingkang asêpuh jejuluk/

Pangeran Seh Aji Duta//

Ketika sudah lama,

ditinggalkan tempatnya

di Banten jadi imamnya.

diceritakan pada zaman itu

berputra empat.

yang tua bernama

Pangeran Seh Aji Duta.

4 Panênggakira wewangi/

Pangeran ing Adipurwa/

nulya sumêndhi arane/

Pangeran ing Ngadirêja/

waruju Kyagêng Ngêrang/

punika nulya kamantu/

ing Raden Bondhan Kajawan//

Yang kedua bernama

Pangeran di Adipurwa.

lalu adiknya bernama

Pangeran di Ngadireja.

yang ragil Kyageng Ngerang

itu lalu dijadikan menantu

oleh Raden Bondhan Kajawan.

5 Antuk putra kang wuragil/ Dijodohkan dengan putri yang

Page 43: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

75

awasta rara Kasiyan/

panggih samya wuragile/

sih siniyan denya krama/

apatutan tetiga/

pambajêng estri warna yu/

kagarwa Ki Agêng Sela//

bungsu

bernama Rara Kasiyan.

bertemu sama bungsunya.

saling mengasihi olehnya

menikah.

mempunyai anak tiga,

yang pertama perempuan cantik

diperistri Ki Ageng Sela.

6 Nyi Gêng Sela nem wewangi/

dene dadya garwa mudha/

garwa kang wreddha putrane/

Kyai Agêng Wanasaba/

samya panggya nak-sanak/

[14] putreng uwa ingkang sêpuh/

putreng bibi kang taruna//

Nyi Geng Sela muda namanya.

walaupun jadi istri muda,

istri yang tua anaknya

Kyai Ageng Wanasaba.

sama bertemu saudara sekakek,

anak dari saudara yang tua.

anak dari bibi yang muda.

7 Kang patutan Ki Agêng Nis/

yeku garwa kang taruna/

wau Nyi Agêng Sela nem/

arine ran Kyagêng Ngêrang/

nunggak semi kang rama/

Nyi Gêng Kêmiri waruju/

Ki Agêng Ngêrang winarna//

Yang berputra Ki Ageng Nis

yaitu istri yang muda.

tadi Nyi Ageng Sela muda

adiknya bernama Kyageng

Ngerang.

mengikuti jejaknya bapak.

Nyi Geng Kemiri yang bungsu.

Ki Ageng Ngerang diceritakan,

8 Agung atalabul ngêlmi/

ngawula mring Kalijaga/

Jêng Sunan dahat asihe/

dhasar samya darah Tuban/

marma nora bebakal/

luas ilmunya

mengabdi kepada Kalijaga.

Jeng Sunan sangat sayang.

dasarnya sama darah dari Tuban,

makanya tidak menjadi cikal

bakal.

Page 44: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

76

Ki Agêng pinundhut mantu/

patutan nêm kathahira//

Ki Ageng dijadikan menantu

berputra enam orang banyaknya.

9 Ingkang asêpuh wewangi/

Panêmbahan Agung nulya/

Pangran Kalijênarane/

tumuli Ki Agêng Ngêrang/

nunggak semi ing rama/

nulya ing Ngêrang Ki Buyud/

Kyagêng Ngêrang sumêndhinya//

Yang tua bernama

Panembahan Agung, lalu

Pangeran Kalijenar namanya,

lalu Ki Ageng Ngerang

sama seperti bapaknya,

lalu di Ngerang Ki Buyud

Kyageng Ngerang adiknya.

10 Wuragilira pawestri/

Nyai Gêng Sapupa nêngran/

Kyagêng Ngêrang winiraos/

kamantu Ki Agêng Sela/

dadya panggih nak-sanak/

denya palakrama runtut/

patutan jalu utama//

Yang bungsu perempuan

bernama Nyai Geng Sapupa.

Kyageng Ngerang dirasa

jadi mantu Ki Ageng Sela.

jadi bertemu saudara sekakek.

olehnya pasangan suami istri

urut,

berputra laki-laki utama

11 Anama Ki Mas Panjawi/

karêm ing kaprajuritan/

jinurung maring buyute/

Jêng Susunan Kalijaga/

anggung ginulang-gulang/

pratingkahing aprang pupuh/

myang saliring aji jaya//

Bernama Ki Mas Panjawi.

menyukai keprajuritan,

didukung oleh kakeknya

Jeng Sunan Kalijaga.

selalu berlatih

bagaimana cara berperang

dengan semua jenis strategi

untuk menang.

12 Sarênganira antuk sih/

nyakabat mring Jêng Susunan/

Bersamaan dengan itu

mendapatkan kasih

berguru kepada Jeng Sunan.

Page 45: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

77

putreng Kyagêng Nis namane/

Kyai Agêng Pamanahan/

lan putra Kyagêng Saba/

anama Kiyai Juru/

katri wus samya prasêtya//

anak dari Kyageng Nis namanya

Kyai Ageng Pamanahan

dan anak Kyageng Saba

namanya Kiyai Juru.

ketiganya sangat setia,

13 [15] umanjing sudara wedi/

samya ngawuleng Narendra/

ing Pajang panjênêngane/

Sultan Adi Awijaya/

dahat samya siniyan/

dhasare atunggil guru/

samya sisweng Kalijaga//

Sudah seperti saudara kandung.

sama mengabdi kepada Raja.

di Pajang beliaunya

Sultan Adi Awijaya

sama-sama saling mengasihi.

dasarnya tunggal guru,

sama murid dari Kalijaga.

14 Rinakêt kanulit daging/

pinarcayeng ngambah pura/

langlang pringga pakaryane/

dadya lurahing tamtama/

denya samya prawira/

kalokeng jana linuhung/

animpuna ing aguna//

Dekat seperti kulit dan daging.

dipercayai memasuki keraton,

berkeliling menjaga

pekerjaannya.

jadi pemimpin prajurit pilihan.

olehnya sama pemberani.

terkenal oleh orang luhur

sangat pintar sekali.

15 Dene Ki Juru Martani/

mung minangka tuwanggana/

katri tan pisah parane/

sasat sabadan sanyawa/

mangkana cinarita/

Sultan duk ardayeng kalbu/

dening bebananing raka//

adapun Ki Juru Martani

hanya ketika memimpin.

ketiganya tidak berpisah

kemanapun.

ibarat setubuh senyawa.

demikian diceritakan.

Sultan ketika ada rasa di hati,

meminta kepada anak.

Page 46: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

78

16 Garwa Kalinyamat swargi/

Mas Ratu ing Kalinyamat/

anggubêl minta pêjahe/

Arya Panangsang ing Jipang/

denya nglunas kang garwa/

myang nyedani kadangipun/

yeku Jêng Sunan Prawata//

suami almarhum Kalinyamat,

Mas Ratu di Kalinyamat

memelas meminta matinya

Arya Panangsang di Jipang.

olehnya membunuh suaminya

dan membunuh saudaranya,

yaitu Jeng Sunan Prawata.

17 Rehning Jipang praja alit/

yêkti saru kaswareng rat/

yen Sultan nindaki dhewe/

nanging kang para Dipatya/

tan ana wani nglawan/

mring Arya Panangsang wau/

dening sakti mandraguna//

meskipun Jipang kerajaan kecil,

sebenarnya tidak pantas

diketahui jagad

apabila Sultan bertindak sendiri.

tetapi yang para Adipati

tidak ada yang berani melawan

kepada Arya Panangsang

karena sakti mandraguna.

18 Jêng Sultan emêng ing galih/

wêkasan Ki Pamanahan/

lan Ki Panjawi sêdene/

Ki Juru Saeka Praya/

sagah samangsa mangsa/

dinuta nyirnakên ripu/

Jêng Sultan kalangkung suka//

Jeng Sultan bingung hatinya.

akhirnya Ki Pamanahan

dan Ki Panjawi dan juga

Ki Juru Saeka Praya

berjanji sewaktu-waktu

diutus menghancurkan musuh.

Jeng Sultan sangat senang.

19 Kalampahan dadya jurit/

sira Ki Arya Panangsang/

kêni paekan patine/

wus katur [16] ing Kangjêng Sultan/

dahat sukaning driya/

Ki Panjawi ginanjar wus/

tercapai menjadi prajurit.

dia Ki Arya Panangsang

berhasil ditipu, kematinya

sudah disampaikan ke Kangjeng

Sultan.

sangat suka hatinya.

Ki Panjawi mendapatkan hadiah

Page 47: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

79

ing Pathi nagari harja//

sudah

di kerajaan Pati.

20 Pamanahan ing Matawis/

misih wana tarataban/

ing Pathi winarna mangke/

Mas Panjawi wus wibawa/

Ki Agêng Pathi rannya/

darbe putra wanodya yu/

kagarwa Jêng Senapatya//

Pamanahan di Matawis

masih hutan belantara.

di Pati diceritakan

Mas Panjawi sudah bertahta,

Ki Ageng Pati namanya.

punya anak cantik

diperistri Jeng Senapati.

21 Patutan Sri Narapati/

ingkang seda ing Karapyak/

nênggih punika campure/

Panjawi lan Pamanahan/

dadya jiwa saraga/

lulus denira anggambuh/

ing Pathi lawan Mataram//

berputra Sri Narapati

yang seda ing Krapyak.

itu tunggalnya

Panjawi dan Pamanahan,

jadi jiwa seraga

tulus ketika sudah bersama

di Pati dan Mataram.

GAMBUH

1 Nahan gantya winuwus/

Nateng Pajang ing sajatinipun/

trah tumêrah darahing Nata linuwih/

Pêngging mandhala praja gung/

among kang rama sang katong//

Lalu ganti yang diceritakan,

Raja di Pajang sebenarnya

turun temurun darah dari Raja

besar.

Pengging tempat kerajaan besar,

hanya yang bapak sang Raja

2 Kang tan jumênêng Ratu/

dadya Bupati manca ing dangu/

pasêbutaning asma Ki Agêng Pêngging/

yeku putranira Prabu/

Yang tidak menjabat Raja.

menjadi Bupati luar kerajaan

yang lama,

namanya Ki Ageng Pengging

yaitu anaknya Prabu

Page 48: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

80

Andayaningrat kinaot//

Andayaningrat.

3 Ingkang wêkasan iku/

putranira Dayaningrat Prabu/

kang minantu dening Balambangan aji/

mangsuli cariteng ayun/

ing Tajug Ki Jaka Bodho//

Yang terakhir itu

putra Prabu Dayaningrat,

yang dijadikan mantu oleh Raja

Blambangan.

melanjutkan ceritanya

Ki Jaka Bodho di Tajug.

4 Nalikanya ingukum/

dening Rama Tunjung Seta Prabu/

tan kalilan ngambah sabawahing

Pêngging/

kalunta-lunta anglangut/

prapteng Majapait manggon//

Ketika dihukum

oleh ayah Prabu Tunjung Seta,

tidak sampai hati melewati

daerah Pengging.

terlunta-lunta sekali

sampai di daerah Majapait.

5 Ngawuleng Supa êmpu/

duk tetuwi kadangira sêpuh/

kang awisma a-[17]neng Balambangan

Nagri/

samana kang madêg Ratu/

Sri Kalagrejita katong//

Mengabdi kepada Empu Supa.

saat menjenguk saudara tuanya

yang bertempat di Blambangan.

ketika itu yang bertahta

Raja Sri Kalagrejita

6 Adarbe putri ayu/

Rêtna Kelasmani parabipun/

wus diwasa tinari krama tanapti/

ature mring Rama Prabu/

purun krama ywantuk Bodho//

berputri cantik,

Retna Kelasmani namanya.

sudah dewasa ditawari menikah

tidak mau.

katanya kepada Rama Prabu,

bersedia menikah hanya dengan

Bodho.

7 Peparing ing Dewa gung/ dianugrahkan oleh Dewa

Page 49: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

81

satriya di atmajaning Ratu/

Prabu Kalagrejita kewraning galih/

anggung mursiteng panungku/

ingkang tinêdha ing batos//

satria besar putra Raja.

Prabu Kalagrejita sedih hatinya.

besar ceritanya

yang merasuk di batin.

8 Jodhoning putranipun/

ginampangna karsaning Dewa gung/

datan lama antuk wangsiting Dewa di/

kalangênanira manuk/

kinen maringkên sang sinom//

Jodoh anaknya

diberi kemudahan kepada

kehendak Dewa.

tidak lama mendapatkan

petunjuk dari Dewa,

binatang peliharaan burung

disuruh diberikan kepada putri.

9 Gurundaya ranipun/

den uculna kang kencokan iku/

kang pinasthi jatu kramaning sang

putri/

prapteng jaman akir besuk/

anêdhakkên para katong//

Gurundaya namanya.

dilepaskan yang dihinggapi itu

yang pasti menjadi jodohnya

sang putri.

sampai jaman akhir nanti

menurunkan para Raja.

10 Binathareng rat tuhu/

mangka pepundhening para Ratu/

Prabu Kalagrejita arsayeng galih/

animbali garwa sunu/

jinatosan liring raos//

Raja yang menguasai jagad,

maka leluhurnya para Raja.

Prabu Kalagrejita senang hatinya.

memanggil anak istrinya,

menceritakan yang dirasanya.

11 Wangsiting Jawata gung/

garwa putra sukeng tyas kalangkung/

linaksanan samana kang pasanggiri/

kathah ingkang para Ratu/

ing manca praja kang rawoh//

Petunjuk dari Dewa,

anak istrinya suka sekali.

dilaksanakan sayembaranya.

banyak para Raja

dari kerajaan sekitar yang datang.

Page 50: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

82

12 Dupi pêpêkan sampun/

Prabu Kalagrejita lan sunu/

sang retna yu wus minggah panggungan

adi/

angasta kukila wau/

nulya ing ngêculkên alon//

Ketika sudah berkumpul semua,

Prabu Kalagrejita dan anaknya

sang putri sudah naik ke atas

panggung besar.

membawa burung tadi,

lalu dilepaskan pelan.

13 Pêsat ngambara muluk/

silêming pi-[18]yat datan kadulu/

tan antara tumurun saking wiyati/

mawa ujwala sumunu/

sunaring raditya kasor//

Terbang tinggi ke atas,

menghilang tidak kelihatan.

tidak lama kemudian turun dari

langit

membuat sumorot cahaya,

cahaya matahari kalah.

14 Kalangan wongsal-wangsul/

angubêngi pasamuwan agung/

kacarita Kyai êmpu Supagati/

ningali lan kadangipun/

tan kari Ki Jaka Bodho//

Terbang keliling berulang-ulang

mengitari perkumpulan besar.

diceritakan Kyai Empu Supagati

melihat dengan saudaranya,

tidak ketinggalan Ki Jaka Bodho.

15 Momor barisan agung/

Balambangan nuting kadangipun/

tan antara punang Gurundaya paksi/

saking ngawiyat maniyup/

mencok marang Jaka Bodho//

Gabung dengan barisan besar.

Blambangan mengikuti

saudaranya.

tidak lama kemudian burung

Gurundaya

turun dari langit,

hinggap di Jaka Bodho.

16 Kagyat kang para ratu/

miwah para satriya nung-anung/

ingkang samya angadêgi pasanggiri/

mulat kukila tumurun/

Para Raja kaget

dan para satriya besar

yang sama mengikuti sayembara,

melihat burungnya turun

Page 51: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

83

mencok pundhaking wong anom//

hinggap di pundaknya pemuda.

17 Sêmana para Ratu/

sami gêtak ngêploki gumuruh/

kang supadya kukila abura malih/

nanging Gurundaya puguh/

eca denira jadhodhog//

Ketika itu para Raja

sama-sama menggertak dengan

ramai

supaya burungnya terbang lagi.

tetapi Gurundaya teguh

enak olehnya bertengger.

18 Mangkana sang aprabu/

Kalagrejita waspada dulu/

yen kukila mencok marang wong taruni/

Narendra kalangkung ngungun/

kang mulat sadaya gawok//

Begitu Sang Prabu

Kalagrejita mengamatinya

jika burung bertengger di

pemuda.

Raja sangat heran,

yang melihat semua tidak

percaya.

19 Sang Nata gya tumurun/

saking panggung siniwakeng wadu/

lenggah singanggasana aneng

pancaniti/

adhawuh mring Mantri anung/

ngacarani para katong//

Sang Raja segera turun

dari panggung para prajurit

duduk di singgasana Raja.

memerintah kepada mantri

kraton

mempersilahkan para Raja.

20 Myang Jaka Bodho sampun/

tinimbalan prapta gya dinangu/

panênggrannya lawan ingkang asisiwi/

kang liningan nêmbah matur/

ulun nama Jaka Bodho//

Kepada Jaka Bodho sudah

dipanggil datang terus ditanyai

namanya dan anak siapa.

beliau langsung bilang,

“saya bernama Jaka Bodho,

21 [19] sutaning êmpu luhung/ Anaknya Empu yang luhur

Page 52: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

84

Supagati mantri Majalangu/

êmpu Supagati tinimbalan aglis/

prapta byantara dinangu/

ing ngature Jaka Bodho//

Supagati mantri Majalangu”.

Empu Supagati dipanggilnya.

sampai di depan ditanya

tetang perkataan Jaka Bodho.

22 Ki Supagati ngungun/

kewraning tyas panggrahitanipun/

yen ngakêna suta sayêkti bilahi/

minêngsahing para Ratu/

paran kiwuling palugon//

Ki Supagati heran

tidak enak hatinya.

jika mengaku tentu akan celaka

dimusuhi para Raja.

bagaimana menghadapi perang

23 Tan wurung ajur mumur/

marma êmpu Supa aturipun/

wit mulane amupu rare kaswasih/

tambuh kawijilanipun/

mangkya sumangga kemawon//

Pasti hancur lebur.

maka empu Supa berbicara

awalnya mengangkat anak.

tidak mengerti sebabnya

oleh karena itu silahkan saja.

24 Ing ngriku sang aprabu/

Kalagrejita emênging kalbu/

dene putrinira yun jodho lan janmi/

nistha kawijilanipun/

tan pantês minantu katong//

Disitu sang Prabu

Kalagrejita tidak sampai hati

jika anaknya berjodoh dengan

manusia

jelek keturunannya

tidak pantas jadi menantu Raja.

25 Dadya mangkya sang Prabu/

karya gêlar rêmbag lan pra Ratu/

paksi Gurundaya den culakên malih/

kinarya ngyêktekên iku/

karsaning Jawata kaot//

oleh karena itu sang Prabu

menggelar musyawarah dengan

para Raja.

burung Gurundaya dilepaskan

lagi,

untuk memastikan itu

kehendak Dewa.

Page 53: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

85

26 Suka kang para Ratu/

ngayubagya karsanira Prabu/

wus saha wega lir tatanya wau malih/

paksi ing nguculkên sampun/

silêm wiyati tan katon//

Suka para Raja

ikut kehendak Prabu.

sudah dengan terburu-buru

seperti tadi lagi.

burung dilepaskan sudah

menghilang di langit tidak

kelihatan.

27 Karsanira Hyang Guru/

sang Hyang Brama ing ngagnya

tumurun/

tur sandika gya anuksma marang pêksi/

krodha sing gegana niyup/

anambêri para katong//

Kehendaknya Hyang Guru,

sang Hyang Brama turun

bersedia menjadi titisannya

burung.

cepat-cepat dari langit turun

menyambar para Raja.

28 Myang ngiler wisa anglu/

kang kataman samya sirna luyut/

dadya bibar kang samya mrih

pasanggiri/

umantuk mring prajanipun/

among kantu-[20]n Jaka Bodho//

Menyambar mengeluarkan bisa,

yang terkena langsung mati.

jadi bubar yang ada di sayembara

pulang ke kerajaannya.

hanya tinggal Jaka Bodho

29 Anggana jêtung ngungun/

andhêkukul dhêpes laleyan gung/

yata paripurna Gurundaya paksi/

sigra denira maniyup/

mring pundhaking Jaka Bodho//

Sendiri diam merasa kecewa.

sendirian di gapura besar.

lalu selesai burung Gurundaya,

lalu dia hinggap

di pundaknya Jaka Bodho.

Page 54: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

86

30 Hyang Brama wus tumurun/

lenggah aneng singgasana murup2/

Jaka Bodho uninga graiteng ngati/

lamun Jawata kang rawuh/

marek ngraup-pada karo//

Hyang Brama sudah turun

duduk di singgasana yang

bercahaya.

Jaka Bodho hatinya mengerti

jika Dewa yang datang.

mendekati dan menyembah kaki.

31 Gya ngadhêp aneng ngayun/

Prabu Kalagrejita andulu/

gurawalan marek mangarsa wot sari/

sang Hyang Brama gya adhawuh/

yen yêktine Jaka Bodho//

Lalu menghadap ke depan.

Prabu Kalagrejita melihatnya

gugup mendekat lalu

menyembah.

sang Hyang Brama lalu

memerintah

jika sebenarnya Jaka Bodho

32 Atmajanira Prabu/

Tunjung Seta Narendra dibya nung/

sakti mantaha kadhaton praja

Pêngging/

prawitanira anglangut/

kongsi praptanira mangko//

Anaknya Prabu

Raja Tunjung Seta yang berkuasa

yang sakti di kerajaan Pengging.

bergurunya sangat jauh

sampai datangnya nanti

33 Ginancarkên sadarum/

lan wus pasthi karsaning Dewa gung/

dadya jodhonira Dewi Kelasmani/

ing têmbe nurunkên Ratu/

lir wangsit kang wus dhumawoh//

Diceritakan semua.

dan sudah pasti kehendak Dewa

jadi jodohnya Dewi Kelasmani

yang akan menurunkan Raja

seperti petunjuk yang sudah

dikatakan.

34 Nalikanya manungku/ Ketika bersemedi,

2 murub

Page 55: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

87

Prabu Kalagrejita andhêku/

matur sêdya lumakseng karsa Dewa di/

nulya Hyang Brama muksa wus/

ing wuri Ki Jaka Bodho//

Prabu Kalagrejita menunduk

bilang mau melaksanakan

kehendak Dewa.

lalu Hyang Brama menghilang

sudah

di belakang Ki Jaka Bodho.

35 Dhinaupakên sampun/

lan sang Retna binawahan agung/

purneng karya atur uninga mring

Pêngging/

ing purwa wasana katur/

laksananing Jaka Bodho//

Dinikahkan sudah,

dan sang Retna acara resepsinya

besar.

selesainya bicara dikasih tau ke

Pengging.

di akhir acara mengatakan

yang dilakukan Jaka Bodho.

36 Sri Tunjung Seta Prabu/

sukeng driya wus karya sul-angsul/

myang aminta putra [21] den bawahi

ganti/

enggaling carita sampun/

mring Pêngging panganten karo//

Prabu Tunjung Seta

suka hatinya mendapatkan kabar

baik,

dengan meminta anaknya untuk

menggantikannya.

ceritanya sudah baru.

ke Pengging pengantinnya.

37 Dahat sukaning kalbu/

Nateng Pêngging denya ngundhuh

mantu/

binawahan kadi duk panggihing nguni/

purneng karya sang aprabu/

nulya aseleh Kaprabon//

Hatinya senang sekali

Raja Pengging olehnya

ngundhuh mantu.

acara pernikahannya seperti

bertemunya dulu.

tugas sang Prabu sudah selesai.

lalu tinggal di Kaprabon.

38 Mring putra sang abagus/ Kepada putra bagus

Page 56: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

88

pinaringan jejuluking Ratu/

Dayaningrat binathareng Praja

Pengging/

lulus denira memangun/

sih siniyan sakaroron//

mendapat julukan Raja

Dayaningrat batara di kerajaan

Pengging.

berhasil olehnya membangun.

keduanya saling mengasihi.

39 Yeku nulya sesunu/

ugi parab Dayaningrat Prabu/

kang kalokaring pramudita sinakti/

tan kewran ing ngagal lêmbut/

tatag sudireng palugon//

Yaitu lalu berputra

iya namanya Prabu Dayaningrat

yang terkenal sakti di jagad.

tidak bisa ditandingi di bangsa

halus,

berani pandai di perang.

40 Kamantu mring sang Prabu/

Brawijaya Nateng Majalangu/

antuk Retna Pambayun warna yu luwih/

punika patutanipun/

Answarawati sang sinom//

Jadi menantu sang Prabu

Raja Brawijaya di Majalangu

dapat Retna Pambayun berparas

cantik sekali.

itu berputra

Answarawati sang putri.

41 Yata Retna Pambayun/

pikramanya lan raka sang Prabu/

atut runtut kakungê mong marang sori/

sang Retna bêkti mring kakung/

mukti sari sakorongron//

Yaitu Retna Pambayun

menikahnya dengan anak Prabu

rukun dengan suaminya dijaga

kepada prameswari.

sang Retna bakti kepada

suaminya.

keduanya merasakan indah.

42 Apatutan têtêlu/

sami kakung kang sêpuh jejuluk/

Raden Kêbo Kanigara gya kang rayi/

Mempunyai anak tiga,

laki-laki semuanya. yang tua

bernama

Raden Kebo Kanigara, lalu

Page 57: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

89

dyan Kêbo Kênanga luhung/

Kêbo Surastri kang anom//

adiknya

Kebo Kenanga luhur,

Kebo Surastri yang kecil

43 Dadya jalaranipun/

sedanira kunduran kang ibu/

Prabu Dayaningrat sungkawa pati/

kapêjêng têmahan kantu/

meh prapta antareng layon//

Jadi penyebabnya

meninggalnya sang ibu.

Prabu Dayaningrat prihatin

sekali.

kematiannya takdir yang

menyedihkan

mau sampai sekarat.

44 Enggête pungun-pungun/

barubah tyas srukuwur baliwur/

datan wi-[22]gnya nayuti bramiteng ati/

wêkasan muksa sang Prabu/

gumêrtangis jro kadhaton//

Garisnya takdir sangat

menyedihkan.

hatinya bingung sekali,

tidak pintar menutupi

bingungnya hati.

akhirnya sang Prabu muksa.

menangislah di dalam kadhaton.

45 Cinêkak tan winuwus/

uyang-uyunge kang nandhang giyuh/

Patih subasita alelayu aglis/

mring nagari Majalangu/

dahat sungkaweng tyas katong//

Singkatnya tidak diceritakan

dimana-mana yang sedang

bersedih.

Patih langsung memberitakan

berita duka

kepada kerajaan Majalangu.

prihatin sekali hati Raja.

46 Kararantan mring sunu/

ing wêkasan samana pinuwus/

pepasthening Dewa nora owah gingsir/

Dijelaskan kepada anaknya.

di akhir diceritakan,

takdirnya Dewa tidak bisa

dirubah.

Page 58: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

90

yata karsanira Prabu/

muksaning sang Pêngging katong//

yaitu kehendaknya Prabu

muksanya sang Raja Pengging.

47 Putranira kang sêpuh/

ginêntoskên nging tan nama Ratu/

pinaringan nama Adipati Pêngging/

reh dereng diwasa tuhu/

Ki Patih kang pinitados//

Anaknya yang tua

menggantikannya tapi namanya

bukan Raja.

diberi nama Adipati Pengging.

tingkahnya belum dewasa sekali.

Ki Patih yang mencarinya

48 Bangbang pangalum-alum/

pangrehing praja mrih hayunipun/

ingantara dauruning jaman dening/

salining agama ayu/

sarengat Nabi kinaot//

Menguasai kerajaan,

memerintah kerajaan supaya

rahayu.

diantara perangnya jaman oleh

bergantinya agama

syariat Nabi luhur.

49 Sang Dipati margiyuh/

têmah nilip3 anising Praja gung/

mangun tapa nenggraning wukir

marapi/

katuring Dêmak Sang Prabu/

ingkang pinacak gumantos//

Sang Dipati sedih

takdirnya pergi dari kerajaan

besar,

mulai tapa di gunung merapi.

dibicarakan Prabu Demak,

ganti yang diceritakan.

50 Arine kang jejuluk/

Raden Kêbo Kênanga puniku/

pinaringan nama Kyai Agêng Pêngging/

kararantan tyas martrenyuh/

Adiknya yang bernama

Raden Kebo Kenanga itu

diberi nama Kyai Ageng

Pengging.

dijelaskan hatinya trenyuh

3 nilib

Page 59: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

91

engêt warising Karaton//

ingat pewarisnya Keraton.

51 Karya ngresuraseng hyun/

yayah roga tanpa sada tuhu/

rumabaseng angga watgata matistis/

jinagrang karama wiwung/

tatag nir sandeyeng batos//

Mau berbuat yang diinginkan,

seperti raganya tanpa kekuatan

nyata.

rusak badan karena dingin.

berdiri dengan gagah

berani tanpa khawatir di batin.

52 Nêmahing tyas milalu/

tan yun seba mring Dêmak Praja gung/

tinimbala-[23]n sandika mung nyunggi

krami/

puwara Narendra bêndu/

têmah pinidaneng pandon//

Takdirnya hati lebih baik,

tidak mau datang ke kerajaan

Demak.

dipanggil menghadap hanya

sombong.

akhirnya Raja marah,

takdir dihukum di akhir.

53 Ki Agêng seda sampun/

tilar putra juga misih timur/

Maskarebet pinet yoga Nyi Gêng

Tingkir/

ing êla-êla kalangkung/

dening sih sutresna kasok//

Ki Ageng meninggal sudah,

meninggalkan anak masih muda.

Maskarebet diangkat anak Nyi

Geng Tingkir,

diasuh dengan baik

oleh kasih sayang yang banyak.

54 Kawangwang warna luhung/

wiwit pasêmon ujwala mancur/

misih timur karêm amemanting dhiri/

anggungan jajah wana gung/

salajuring jurang singgrong//

Terlihat paras yang luhur

dari tingkahnya seperti sorot

cahaya.

masih muda suka mati raga.

masih muda menjelajah hutan

besar,

sepanjang jurang ditempuh.

Page 60: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

92

55 Sanggonênggon manêkung/

tinarima ing Hyang murbeng tuwuh/

pinanjingan aji jaya wijayanti/

mandra prakoswa dibyanung/

dhasar tyas sudira tanggon//

Dimana-mana khusyuk

bersemedi,

diterima oleh Tuhan Yang Maha

Kuasa.

dirasuki aji kesaktian menang,

kesaktian yang kuat mandraguna.

dasarnya hati berani sekali.

56 Sanadyan misih timur/

ambêkira para marta nulus/

anggung ngupasuba ring sasami sami/

parapat4 myang manca dhusun/

suyut5 jrih asihing batos//

Walaupun masih muda,

wataknya sabar tulus

banyak dihormati oleh

sesamanya.

temannya dari luar dusun,

disegani disenangi hatinya.

57 Diwasanya kasêbut/

Jaka Tingkir sangsaya misuwur/

mardaweng tyas miwah lalitaning

warni/

kang ibu marwata sunu/

nanging sandeya ing batos//

Dewasanya disebut

Jaka Tingkir semakin terkenal.

hatinya baik dan bagus parasnya.

ibunya bangga sekali,

tetapi khawatir di hati.

58 Denya kang putra anggung/

alalana wana gunung gunung/

mangka misih kathah para budakeri/

manawa ing aru-biru/

têmah karya walang atos//

Olehnya sang anak

disuruh menjelajahi hutan.

padahal masih banyak para

raksasa

apabila diganggu,

takdirnya membuat khawatir.

59 Nyi Agêng wayang wuyung/ Nyi Ageng bingung sekali

4 parepat 5 suyud

Page 61: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

93

anggung mardi budi tan pinangguh/

pamingkaranira dennya gung lunga nis/

rêmbag lan warga siwêgung/

iyêksa biyantu golong//

minta bantuan tapi tidak ketemu.

apabila melawannya pasti tidak

selamat.

musyawarah dengan para tetua,

banyak bantuan.

60 Radyan kinen geguru/

marang Kyagêng Sêsêla pu-[24]niku/

kalampahan dumadi siswa kinasih/

tan pisah sapurug-purug/

sung binêkta lelanandon//

Raden disuruh berguru

kepada Kyageng Sela itu.

menjadi murid yang disayangi,

tidak pisah kemanapun

dibawa mengelana ke tempat

yang dituju.

61 Tirakat guwa samun/

miwah mring wanarga singup-singup6/

tumpêg kabeh salwiring wulang

katampi/

Ki Agêng saya sih ipun/

ing lahir batin gumolong//

Tirakat di gua sepi,

lalu di gunung yang gelap.

diterimanya semua ajaran yang

diberikan.

Ki Ageng semakin sayang

dilahir batin semuanya.

62 Ki Jaka aneng ngriku/

sakayun-kayun amung jinurung/

rêmên ngringgit lêbda ulahing karawit/

misuwur mancapat dhusun/

malah prapteng praja kalok//

Ki Jaka disana

semua hidupnya hanya

membantu.

suka wayang pintar olehnya

memainkan gamelan,

terkenal di luar dusun

malah sampai di kerajaan

terkenal.

63 Mangkana kang winuwus/ Begitu yang diceritakan,

6 Singub-singub

Page 62: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

94

Kyagêng Sela ababad wana gung/

lering Tarub binubak kinarya sabin/

pagagan sinungan gubug/

payon atêp ropoh-ropoh//

Kyageng Sela membabad hutan

besar.

utaranya Tarub ditebangi dibuat

sawah.

sawah dibangun rumah

ditutup atap dipagari.

64 Ki Agêng duk neng ngriku/

laminya wus antara tri dalu/

mung Ki Jaka Tingkir kang tan kêna

kari/

Ki Agêng sare ing dalu/

Ki Jaka neng dagan manggon//

Ki Ageng ketika disana

lamanya sudah antara tiga

malam.

juga Ki Jaka Tingkir yang tidak

bisa ketinggalan.

Ki Ageng tidur ketika malam,

Ki Jaka di kaki tidurnya.

65 Sakeca kalihipun/

nikmat manpangat panendranipun/

Kyai Agêng supênahan nyangking

kudhi/

arsa babad mring wana gung/

Ki Jaka katon neng kono//

enak keduanya

nikmat berguna bagi tubuhnya.

Kyai Ageng bermimpi membawa

sabit

mau membabad ke hutan besar.

Ki Jaka kelihatan di sana,

66 Kakayon sami rubuh/

sineredan mring Ki Jaka wau/

Kyai Agêng dahat kageting panggalih/

sanalika dadya wungu/

Ki Jaka ginugah alon//

Pepohonan roboh semua

diseret oleh Ki Jaka tadi.

Kyai Ageng kaget sekali dihati,

seketika jadi bangun.

Ki Jaka dibangunkan perlahan.

67 Wungu nulya dinangu/

kulup jroning ing sunendra mau/

apa sira lunga saka kene iki/

ature botên pu-[25]kulun/

Bangunnya lama.

“nak ketika tidur tadi

apa kamu pergi dari sini ini?”

bilangnya, “tidak gusti,

Page 63: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

95

sakeca tilem kemawon//

enak tidur saja”.

68 Ki Agêng langkung ngungun/

rumaos yen supêna satuhu/

sampun tampi cipta sasmitening widdhi/

pangunandikaning kalbu/

tan kaya araganing ngong//

Ki Ageng heran sekali,

merasa jika mimpinya nyata.

sudah terima pertanda dari Dewa.

bicara di hati,

tidak seperti raganya.

69 Tan pêgat anênuwun/

mring Hyang Suksma pirang pirang

taun/

rare iki ingkang nora kêdhah kidhih/

pinaringan nugraha gung/

walyaning wahyu kaprabon//

Tidak berhenti olehnya meminta

kepada Dewa bertahun-tahun.

anak ini yang tidak ragu-ragu

mendapatkan anugrah besar,

walinya wahyu kerajaan.

70 Ki Agêng lon andangu/

mring Ki Jaka kulup saelingmu/

tau wimpi awa kang kalebu adi/

saanane kelinganmu/

yogya tutur nama ringong//

Ki Ageng pelan olehnya bertanya

kepada Ki Jaka, “seingatmu

pernah bermimpi yang bagus?

seadanya yang diingat

pantas diingat-ingat sekilas”.

71 Ki Jaka nêmbah matur/

kala kula rêmên angaluyug/

tirakat mring rêdi tela mayanguni/

tilem supêna ing dalu/

katiban wulan mancorong//

Ki Jaka mengatakan,

“ketika saya suka mengembara

tirakat di gunung terang

tingkahnya,

tidur bermimpi ketika malam

kejatuhan bulan bercahaya.

72 Wukir mungêl gumludhug/

ulun kagyata wipungun-pungun/

kadipundi wahananipun sayêkti/

Gunung berbunyi gemuruh.

aku kaget langsung bangun.

bagaimana kondisinya

sebenarnya”.

Page 64: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

96

Ki Agêng sangsaya ngungun/

dahat nalangsa ing batos//

Ki Ageng tambah heran,

sengsara sekali di hati.

73 Mangkana ciptanipun/

yen sampuna ajrih ing Hyang Agung/

kae Jaka pinrih sangsarane yêkti/

nging Ki Agêng wus sumurup/

yen papêsthening Hyang manon//

Begitu ciptaannya,

ketika sudah takut kepada Hyang

Agung,

itu Jaka disuruh sengsara

sejatinya.

tapi Ki Ageng sudah tahu

jika takdirnya Tuhan

74 Nora kêna ginayuh/

dadya pinupusing suka sukur/

andika nyalah kulup denira ngimpi/

tanana pepadhanipun/

retuning impen kinaot//

Tidak bisa dilawan.

jadi diterima dengan senang.

bilang menyalahkan olehnya

bermimpi,

tidak ada yang menyamainya.

mimpinya membuat gelisah.

75 Mangkya sayogyanipun/

ngawulaa mring Dêmak Praja gung/

aneng kono wahya ning impenmu kaki/

[26]gon kekurang mangan turu/

tinêmuweng sira mêngko//

Oleh karena itu seharusnya,

bergurulah ke kerajaan Demak.

disana diterangkan dalam

mimpimu.

tempat kurang makan tidur,

bertemulah kamu nanti.

76 Ki Jaka nulya mantuk/

maring Tingkir kapanggya lan ibu/

angaturkên purwa wusana atiti/

Nyi Agêng suka tyasipun/

pangandikanira alon//

Ki Jaka lalu pulang

ke Tingkir bertemu dengan ibu.

menjelaskan dari awal sampai

akhir.

Nyi Ageng suka hatinya

bilangnya pelan,

Page 65: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

97

77 Kulupingsun jumurung/

lakonana rehing janma luhung/

ingsun duwe sadulur lanang sawiji/

ngawuleng Dêmak sang Prabu/

nanging srantekna samêngko//

“Anakku sebenarnya

lakukan perkara manusia luhur.

aku punya saudara laki-laki satu

belajar ke Prabu Demak.

tapi sabarlah nanti

78 Kang ngatêrke lakumu/

bocahingsun roro lagya ewuh/

matun gaga rampunge mangkata nuli/

Ki Jaka mitulweng ibu/

kanthing darananing babon//

Yang mengantarkan lakumu.

kedua anak lagi bekerja,

selesainya menanam padi lalu

berangkatlah.”

Ki Jaka membantu ibu,

sebagai sabarnya sang ibu.

79 Enjingira winuwus/

Raden Jaka matun gaga tumut/

kasênêngên sadintên tan mulih-mulih/

wanci asar riris truhtuh/

mêndhung ngêndha nu ler kulon//

Paginya diceritakan,

Raden Jaka ikut menanam padi.

senang sekali seharian tidak

pulang-pulang.

waktu ashar gerimis,

mendung melewati jalan utara

dan barat.

80 Yata sang wali luhung/

Jêng Susunan Kalijaga langkung/

ing pagagan sarwia têtêkên êcis/

Ki Jaka ing nguwuh-uwuh/

thole ayya kabêsturon//

Yaitu sang wali luhur,

Jeng Sunan Kalijaga

di tanah yang ditanami padi

membawa tongkat.

Ki Jaka dipanggil,

“thole, jangan terlena

81 Suka denira matun/

ngawulaa mring Dêmak den gupuh/

wit sireku bakal Narendra linuwih/

Senang olehnya menanam padi.

belajarlah ke Demak dengan

terburu-buru.

dia bakal menjadi Raja yang

Page 66: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

98

mêngkurat Jawa sawêgung/

mong kadining para katong//

agung

menguasai tanah Jawa semuanya.

mengayomi seperti para Raja”.

82 Têlas andikanipun/

gya mangaler andugekên laku/

dupi wus tan katon Ki Jaka gya mu-

[27]lih/

awewarta mring kang ibu/

dahat arsayaning batos//

Selesai yang dikatakan,

lalu ke utara menyelesaikan

perjalanan.

ketika sudah tidak kelihatan, Ki

Jaka lalu pulang

memberitahu kepada ibu.

hatinya senang sekali.

83 Enggaling carita wus/

ngawula mring Dêmak katampan wus/

Sri Narendra dahat sih pinuncut siwi/

dene warnanira bagus/

miwah rota mengke woh//

Barunya cerita sudah,

belajar ke Demak diterima sudah.

Sri Raja senang dengan anak

tersebut.

wajahnya bagus

dan sedikit galak nanti.

84 Pinacak pangkatipun/

madanani tamtam wira nung/

kacarita sagunging para prajurit/

anaracak têguh timbul/

dene karsanira katong//

Kedudukannya dijadikan

prajurit besar kesayangan.

diceritakan semua prajurit,

semua sama mempunyai

kekuatan

apa yang diinginkan Raja.

85 Sagung kang yun lumêbu/

cino bidhihin tan angun-angun/

lamun nêpakmu kaprah padhêm babar

ji/

katampen pandasihipun/

lamun cinoba malendo//

banyak yang mau masuk

Cina tidak galak-galak.

kalau memukulmu lumrah

dibunuh jadi satu.

diterima pengabdiannya.

jika dicoba lagi,

Page 67: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

99

86 Nuli tinulak wangsul/

yata wontên janma yun lumêbu/

nama Dhadhungawuk wismeng

Kêdhupingit/

wus kaloka têguh timbul/

kuciwa warnane awon//

Lalu menolak balasan.

lalu ada orang mau masuk

namanya Dhadhungawuk,

rumahnya Kedhupingit.

sudah terkenal mempunyai aji-

aji.

kecewa karena wajahnya jelek.

87 Katuring sang abagus/

dinangu matur sêdyaning kalbu/

winangsulan kudu dinadar rumiyin/

tandhane yen têguh timbul/

myang kuwat kêncênging otot//

perkataannya sang bagus,

lama bilang maksudnya hati.

jawabannya harus dijelaskan

dahulu

tandanya jika punya aji-aji

dan kuat kencang ototnya .

89 Dhadhungawuk angguguk/

sarya matur: lah rahaden bagus/

sakarsan taha nyoba maringpun patik/

alesu yen tan sinuduk/

pêgêl lamun tan binêstrong//

Dhadungawuk setuju

serta bilang: “lah Raden bagus,

maumu apabila mencoba ke saya,

capek apabila tidak ditusuk,

pegal apabila tidak dimeriam.”

90 Radyan rengu ing kalbu/

sinamun ganten mangsuli arum/

yen mangkana tuhu moncoling sabumi/

mara dika pareng ngayun/

pamansun coba samêngko//

Raden tersinggung hatinya,

diam ganti menjawab dengan

halus.

“jika itu benar unggulnya

sejagad,

kamu boleh datang.

paman mencoba nanti.”

91 Alatah Dhadhungawuk/

ngungalakên Jaka sarya maju/

Tertawa Dhadhungawuk

meremehkan Jaka sambil maju.

Page 68: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

100

[28] Radyan saya duka kang sadak

ginigit/

sinudukên Dhadhungawuk/

pêcah dhadhane linenggon//

Raden semakin sedih yang susuk

konde digigit

ditusukkan Dhadhungawuk.

pecah dadanya ditempat.

92 Radyan mesêm weh sêmu/

wiratamtama tanggap sadarum/

angarocok sadaya samya nyuduki/

kunarpane ajur mumur/

dupi katuring sang katong//

Raden tersenyum gembira.

prajurit tanggap semua

menyerang semuanya sama

menusuki.

semuanya hancur lebur.

ketika diberitahukan, sang Raja

93 Kalangkung dukanipun/

Raden Jaka pinidana tundhung/

tan kalilan ngambahing Dêmak Nagari/

rahaden langkung miduhung7/

ing solah kang wus kalakon//

Sedih sekali.

Raden Jaka dihukum diusir

tidak diperbolehkan menelusuri

Demak.

Raden menyesal sekali

dengan tingkah yang sudah

terjadi.

94 Saking meranging kalbu/

yayah tan panon rat idhêpipun/

sampun linggar saking ing Dêmak

nagari/

kalunta-lunta anglangut/

tambuh kang sinêdyeng batos//

Saking malu hatinya,

seperti tidak terlihat habis

pikirannya.

sudah pergi dari Demak,

terlunta-lunta jauh sekali

tidak mengerti maksud hati.

95 Ngantosing gangsaleng su/

denya lumampah sapurug-purug/

Sampai suatu saat,

olehnya berjalan kemana saja.

7 miduwung

Page 69: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

101

karsaning Hyang mangka sasanglinging

budi/

myang nyêpuhi bratanipun/

pandhangiring wahyu kaot//

kehendaknya Tuhan apabila

dipikirnya,

dengan memperdalam tapanya

digali wahyu luhur.

96 Mangkana lampahipun/

kapanggya lan Ki Agêng ing Butuh/

dyan tinajug yen putra Ki Agêng

Pêngging/

raden prasaja turipun/

suka rêna sakarongron//

Begini ceritanya,

bertemu dengan Ki Ageng di

Butuh.

dyan di Tajug jika putra Ki

Ageng Pengging,

Raden Prasaja bilangnya

suka bekerja keduanya.

97 Binêkta maring Butuh/

gya ngaturi Kyagêng Erang rawuh/

kalih samya mangimur manuhara ris/

amrih mariya margiyuh/

marêm rêrêm sang wiranom//

Dibawa ke Butuh,

lalu menyuruh Kyageng Erang

datang

dan sama-sama menghibur hati

supaya sembuh sedihnya.

lega sekali prajurit muda.

98 Agung sinugun-sugun/

myang winulang darsananing dangu/

para ingkang nampani nugraheng

widdhi/

sinungsang saraka ruhun/

ye-[29]ku adating lalakon//

Sangat dihormati sekali

dengan nasehatnya tauladan

dahulu.

para yang menerima anugrah dari

Tuhan.

di balik pranata agama dahulu

yaitu adatnya kehidupan.

99 Ri wusing sapta tengsu/

Raden Jaka dhinawuhkan wangsul/

maring Dêmak manawa engêt sang aji/

Hari sudah tujuh bulan,

Raden Jaka diutus pulang

ke Demak siapa tau ingat sang

Raja.

Page 70: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

102

tan doh pangupayanipun/

sandika mangkat sang anom//

tidak jauh upayanya,

lalu berangkat sang anom.

100 Prapta kikis praja gung/

amêlingkên kanca-kancanipun/

sesidhêman prapta samya anangisi/

wêkasan suka ing kalbu/

denya samya karahayon//

Sampai tepi kerajaan besar

mengingatkan teman-temannya,

dibuat takut sampai semua

menangis.

akhirnya senang di hati,

olehnya sama-sama diberi

keselamatan.

101 Rahaden tatanya rum/

rehning wus antara sapta tengsu/

punapi wus ana kengêtanira ji/

dhumatêng sariranipun/

kang tinan nyaturira lon//

Raden kehidupannya baik.

kejadiannya sudah antara tujuh

bulan,

apa Raja masih ingat

kepada dirinya

yang membuat hatinya sakit

pelan.

102 Dereng wontên pandangu/

sang kaswasih sangsaya ngulangun/

kesah malih sapraptanira ing Pêngging/

panggih lan wangsa sawêgung/

kathah kakaraos-raos//

Belum terlalu lama

sang kaswasih semakin senang.

pergi lagi sampainya di Pengging

bertemu dengan sanak saudara

semuanya.

banyak yang menggunjing.

103 Ing sabên sabên dalu/

andadagan kuburing ramebu/

tuk tridalu miyarsa swara dumêling/

kulup lunga amangidul/

Di setiap malam

sungkem di kuburannya ayah

ibu.

dapat tiga malam terdengar suara

yang sangat jelas,

“nak pergilah ke selatan,

Page 71: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

103

ngawulaa wong kinaot//

belajarlah dengan orang yang

pandai,

104 Ki Buyud Banyu Biru/

lakonana sapituduhipun/

lah ing kono wahyaning wahyu sajati/

Raden mangu pungun-pungun/

wus gagat bangun katongton//

Ki Buyud Banyu Biru.

lakukanlah yang diperintahkan.

lah disana wahyu yang

sebenarnya”.

Raden bingung seperti bangun

dari tidur,

sudah langsung bangun.

105 Nulya mangkat sang bagus/

prapteng Banyu Biru wus kapangguh/

pinet putra sinungga sungga

nglangkungi/

nêlasing pamulangipun/

Ki Buyud mring sang wiranom//

Lalu berangkat sang bagus.

tiba di Banyu Biru sudah

bertemu

dijadikan anak yang sangat

dibanggakan.

habisnya pembelajarannya

Ki Buyud kepada prajurit muda,

106 Sinadulurkên sampun/

lan siswanira putra tal pitu/

Ki Mas Ma-[30]nca jrih asih bêkti trus

ngati/

dupi wus antuk tri tengsu/

dyan Jaka anane kono//

Dijadikan saudara sudah.

dan muridnya laki-laki tujuh.

Ki Mas Manca takut hormat

berbakti di hati.

ketika sudah dapat tiga bulan

dyan Jaka ada disana.

107 Ki Buyud dhawuhipun/

êngger wus masane sira wangsul/

waton marang ramanta sri Narapati/

kabênêran mangsanipun/

rêndhêngan iki sang katong//

Ki Buyud bilangnya,

“nak sudah saatnya kamu pulang.

pasti oleh ayahanda sri Raja

tepat sekali waktunya.

waktu hujan ini sang Raja

Page 72: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

104

108 Neng prawata kekuwu/

sira nusula marang sang Prabu/

ingsun anggawani sarateng kang dadi/

jalarane sang aprabu/

nimbali mring sira mêngko//

Tinggal di gunung.

kamu menyusullah ke sang

Prabu.

kamu membawa syarat yang jadi

sebabnya sang Prabu

memanggilmu nanti.

109 Mara tampanên kulup/

lemah iki loloh neng andhanu8/

yêkti babar jungamuk mring prawata

wukir/

mangsa naha bisa nglampus/

lan manehe putraning ngong//

Kesana terimalah nak,

tanah ini kasihkan ke kerbau

pasti langsung mengamuk ke

gunung-gunung.

musuhnya bisa mati

dan juga anaknya

110 Ki Mas Manca adhimu/

lawan Ki Wuragil kadangingsun/

katêlune Ki Wila pulunan mami/

suteng majasta Ki Buyud/

ywa pisah den samya golong//

Ki Mas Manca adikmu

dan Ki Wuragil saudaranya

ketiganya keponakan Ki Wila,

anaknya majasta Ki Buyud.

jangan pisah sama-sama jadi

satu”.

111 Sandika mangkat sampun/

numpang gethek milir bangawan gung/

prapteng kêdhungsrengenge amanggih

westhi/

binegal retuning bajul/

prang rame prabajul kasor//

Lalu berangkat sudah

naik gethek mengikuti arus

bengawan.

sampainya di tempat matahari

muncul menemui bahaya.

dibegal segerombolan buaya,

perang ramai buayanya kalah.

112 Têmah sadaya nungkul/ kejadiannya semua melihat.

8 andanu

Page 73: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

105

laju kang gethek sinongga bajul/

prapteng babagganing Butuh madya

ratri/

sasmiteng bajul tampi wus/

kendêl lampahe ing kono//

lajunya gethek yang disangga

buaya

sampai di Desa Butuh tengah

malam.

pertandanya buaya diterima

sudah

berani lakunya disana.

113 Radyan sarencangipun/

sami arip sarira marlesu/

têmah nendra Ki Agêng butuh winarni/

mijiling wisma ing dalu/

kagyat myat pulung karaton//

Raden dan teman-temannya

pada capek dan lesu.

ketika tidur, Ki Ageng Butuh

diceritakan

keluar rumah di malam hari,

kaget melihat wahyu keraton.

114 Ler [31] kilen sangkanipun/

cumalorot tibeng rangowan gung/

tinututan prapta satêpining nadi/

tan samar pandulunipun/

maring putra sang wiranom//

Utara barat asalnya,

jatuh di halaman besar.

diikuti sampai pinggirnya sungai.

tidak samar penglihatannya,

kepada putra sang prajurit

115 Sare katiban wahyu/

nulya ginugah andikanipun/

lah tangiya ywa kapi enakên guling/

pulung kraton wus tumurun/

tumameng sira nak ingong//

Tidur kejatuhan wahyu.

lalu dibangunkan ujarnya,

“lah bangunlah jangan keenakan

tidur.

wahyu kraton sudah turun

masuk di kamu nak”.

116 Radyan kagyat gya wungu/

pungun-pungun sarencang katêlu/

samya ngraup pada mring sang lagya

prapti/

Raden kaget lalu bangun.

bangun semua ketiga temannya,

sama-sama cuci muka lalu sama

sampai

Page 74: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

106

gya binêkta maring Butuh/

Kyagêng Erang wus neng kono//

lalu di bawa ke Butuh.

Kyageng Erang sudah disana.

117 Dwi nêlas wulangipun/

maring putra ri sang wireng luhung/

myang mêmêling rehning pulunging

Narpati/

wus ngalih mring sira kulup/

tanwun sira madêg katong//

Dua menghabiskan ajarannya

kepada putra adik sang prajurit

luhur.

dan mengingatkan perkara

wahyunya Raja

sudah pindah ke kamu nak.

besok kamu jadi Raja.

118 Srana ana reh alus/

ywa kinasap pintanên Hyang Agung/

lan murih aluntur sih e sri bupati/

nuwun sandikaturipun/

gya pamit mangkat sang anom//

Syarat ada perkara mudah,

tidak mudah mintalah kepada

Tuhan.

dan supaya dapat sayangnya

Raja,

minta wejangannya

lalu pamit berangkat sang anom.

119 Nitih gethek lir wau/

milir dumugi ing dhusun Bulu/

nulya mêntas tantari rencange katri/

bajul sinasmitan mantuk/

sukeng tyas lumaksanalon//

Naik gethek seperti tadi,

terbawa arus sampai di dusun

Bulu.

lalu keluar tidak menawari ketiga

temannya.

buayanya diutus pulang,

suka hatinya jalannya pelan.

120 Mangkana lampahipun/

Raden Jaka lan rencang têtêlu/

ngaler ngilen medal Garobogan nagri/

praptaning prawata gunung/

Begitu ceritanya.

Raden Jaka dan ketiga temannya

keutara kebarat lewat Negara

Grobogan.

sampainya di gunung,

Page 75: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

107

sang Nata maksih neng kono//

sang Raja masih disitu.

121 Nulya manjing wana gung/

angupaya kang maesadanu/

wus sirantuk sigra linolohan siti/

bêktane sing Banyu Biru/

maesadanu a-[32]mbêkos//

Lalu masuk hutan besar

mencari kerbau hutan.

sudah dapat lalu mulutnya

dikasih tanah

yang dibawa dari Banyu Biru.

maesadanu menyuara keras.

122 Ing ngêculakên sampun/

janggêlêngan ngajrihi dinulu/

dyan umangsah ngamuk pasanggrahan

aji/

solahing wong ting bilunglung/

prawadya mangsah mamêngkok//

Dibebaskan sudah

mengamuk menakuti yang

melihat.

dia maju mengamuk rumah Raja.

tingkahnya orang bingung,

para prajurit susah melawannya.

123 Maesa sangsaya sru/

gira anggambira krura riwut/

pinarbutaning prang sangsaya bêk

wani/

salwiring gegaman pupug/

praprawira keh macethot//

Maesa semakin menjadi

bersenang-senang galak sekali.

mulainya perang semakin berani,

beberapa pedang patah.

para prajurit banyak yang

dipuntir.

124 Katuring sang aprabu/

gadgadeng tyas anuduh wiranung/

pratamtama kinen maju ganti-ganti/

manglaga maesa lawung/

samya anggregut katongton//

Bilangnya sang Prabu,

hati mengutus prajurit.

para prajurit diutus maju

bergantian

melawan maesa lawung.

sama marah yang melihat.

Page 76: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

108

125 Denira duk lumêbu/

wus cinoba prang lan angunangun/

mung lan tangan aywa kang maesa

bothi/

sayêkti tinêpak sumyur/

marma saha sahing batos//

Olehnya ketika masuk

sudah dicoba perang dengan

brutal.

hanya dengan tangan yang maesa

bothi

benar bahunya hancur.

oleh karena itu membuat

susahnya batin.

126 Puwara parêng wanggut/

kasor dening kang maesa lawung/

saya liwung tan ajrih mangrunjang

janmi/

myang rerusak wismasagung/

geger wurahan punang wong//

Akhirnya bisa tenang,

kalah oleh maesa lawung.

semakin mengamuk tidak takut

menerjang orang

dan merusak istana.

ribut sekali orang-orang.

127 Pangamuking andhanu9/

kongsi tigang dintên tigang dalu/

lamun sirêp surya maluyeng wana dri/

enjang ngira wangsul ngamuk/

ing sabên ari sang katong//

Mengamuknya kerbau

sampai tiga hari tiga malam.

ketika matahari tenggelam lari ke

hutan,

paginya kembali mengamuk.

di setiap hari sang Raja

128 Ningali aneng panggung/

duk samana mirsa sang aprabu/

Raden Jaka ing ngiring rencangira tri/

solahe lir wong dedulu/

mripit baris lumakyalon//

Melihat di panggung.

ketika itu sang Prabu mengetahui

Raden Jaka diiringi ketiga

temannya.

tingkahnya seperti orang melihat,

berbaris berjalan pelan.

9 andanu

Page 77: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

109

129 Sang Nata gya anuduh/

Nyai Jêbat Cethipini sêpuh/

andhawuhi marang Raden Jaka Tingkir/

kagyat ra-[33]hadyan mabukuh/

tata trêp sileng karaton//

Sang Raja lalu menunjuk

Nyai Jebat Cethipini tua,

mengutus kepada Raden Jaka

Tingkir.

kaget Raden langsung duduk,

adat istiadat kraton.

130 Nyi Jêbat wuwusipun/

Raden kula angêmbani dhawuh/

rama jêng ngandika kangjêng sri

bupati/

lamun pêkênira purun/

nanggulang pamuking kêbo//

Nyi Jebat ujarnya,

“Raden, saya membawa perintah.

ayahanda mengatakan kangjeng

Raja

apabila kamu mau

melawan amukannya kerbau

131 Kongsi sor prapteng lampus/

sadosanta ing ngaksameng prabu/

Raden Jaka sandika katuring aji/

sukeng tyas nulya dhadhawuh/

angêpung kang kêbo giro//

Sampai kalah sampai mati,

dosamu akan diampuni Prabu”.

Raden Jaka hormat dengan

perintah Raja.

senang hatinya, lalu menyuruh

mengepung kerbau.

132 Myang natap munggang sampun/

sri Narendra mirsani neng panggung/

Radyan Jaka marpêki maesa bothi/

giro anggambira nêmpuh/

rahadyan tatag atanggon//

Dengan mendengar suaranya

sudah,

Raja melihat dari panggung.

Raden Jaka mendekati kerbau,

kerbau bergembira menyerang.

Raden berani dapat diandalkan.

133 Tarungira adangu/

amrihe rama kang andedulu/

tanpa ru wya swaraning wong aningali/

monggang tinatap angungkung/

perangnya lama.

supaya ayahanda yang melihat,

semua orang yang melihat diam.

suaranya terdengar seru,

Page 78: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

110

nanangi gambiraning wong//

menghidupkan kegembiraan

orang.

134 Radyan ing ngundha dangu/

tinadhahan ing sungu kumêdut/

dangu dennya anguja maesa bothi/

suraking janma gumuruh/

barung swaraning kêndhang gong//

Raden diterbangkan lama,

ditempatkan di tanduk.

lama olehnya membiarkan maesa

bothi,

soraknya orang bergemuruh

dibarengi suaranya kedhang

gong.

135 Wus titan taranipun/

gadgada yun mêksa si sang bagus/

sungu sarta buntuting maesa bothi/

cinandhak nulya jinunjung/

jinungkêlakên mangisor//

Sudah lewat masanya,

maunya memaksa sang Bagus.

tanduk dan ekornya maesa bothi

dipegang lalu diangkat

dibalik ke bawah.

136 Siti timbul lan mêtu/

sigra tinêpak sirahe rêmuk/

angêlalar muncrat polone wor siti/

suka kang samya andulu/

arsayeng driya sang katong//

Tanah terlihat dan keluar

lalu dihajar kepalanya hancur.

hancur muncrat otaknya campur

tanah.

senang yang sama melihat

senang hatinya sang Raja,

137 Tinimbalan mangayun/

Raden Jaka manad padeng Prabu/

sampun pulih malih sih i-[34]reng

narpati/

kadya duking wau wau/

winangsulkên kang palunggoh//

Dipanggil ke depan.

Raden Jaka melihat kepada

Prabu,

sudah pulih lagi sayangnya Raja

seperti yang dulu-dulu,

mengembalikan jabatannya.

Page 79: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

111

138 Enggar pra prawira nung/

labêting sih myang trêsna sumungku/

maring Raden mantri ambêk martasih/

enggaling carita sampun/

Nata kundur angadhaton//

Senang hatinya para prajurit.

kelakuannya baik sayang dengan

sayang yang dimaksud

kepada Raden mantri dengan

sabar.

barunya cerita sudah,

Raja pulang ke kerajaan.

139 Tan lamantaranipun/

Raden Jaka gya pinundhut mantu/

tinanêm neng Pajang pinacak dipati/

sasurudira sang Prabu/

sang dipati madeg katong//

Tidak selang lama,

Raden Jaka ya dijadikan menantu

bertahta di Pajang menjadi

Adipati.

meninggalnya sang Prabu,

sang Adipati menjadi Raja.

140 Denira putra sêpuh/

Sunan Prawata wus lileng kalbu/

anêtêpi kawaleyan nya linuwih/

tan mikir kadunyanipun/

lila lêgawa mring layon//

Olehnya anak tua

Sunan Prawata sudah ikhlas

hatinya.

sudah pasti imanya lebih,

tidak memikirkan dunianya,

ikhlas kepada takdir.

141 Nateng Pajang linuhung/

mardaweng tyas agung amemayu/

sining jagad winêngku budi martasih/

marmanta kasup10 kasumbung/

kaluhuraning karaton//

Raja Pajang luhur

sabar hatinya besar membuat

baik.

seisi jagad diayomi bersifat sabar

penyayang.

oleh karena itu terkenal sekali

leluhurnya keraton.

10 kasub

Page 80: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

112

142 Putra kyeh kang winuwus/

among pangran banawa puniku/

sasuruding rama tan gumanti aji/

karsane Jêng Sunan Kudus/

ingkang pinacak gumantos//

Anak banyak yang terkenal.

hanya pangeran banawa itu,

meninggalnya bapak tidak

menggantikan Raja.

maunya Jeng Sunan Kudus,

yang harusnya menggantikan

143 Putramantu kang sêpuh/

adipati ngawanti puniku/

putranira Jêng Sunan Prawata nguni/

karsane jêng Sunan wau/

amrih warising karaton//

Anak menantu yang tua.

Adipati mewanti-wanti itu

anaknya Jeng Sunan Prawata.

kehendaknya Jeng Sunan tadi

supaya jadi pewaris kraton.

144 Wangsul mring pancêr kakung/

kaestrenan adêgira lulus/

duk samana Panêmbahan Senapati/

tan kari Kiyai Juru/

ngestreni dêgira katong//

Kembali ke keturunan laki-laki,

tahta kedudukannya seperti

dahulu.

ketika itu Panembahan Senapati

tidak ketinggalan Kiyai Juru

mendatangi yang menjadi Raja.

145 Ki Juru sasmita wus/

ingkang putra ing ngaturan kundur/

karsanira jêng sunan tanmanjing [35]

adil/

rinipta piritanipun/

tan pantês tataning katong//

Ki Juru dikasih tanda sudah,

yang putra diutus pulang.

kehendaknya jeng Sunan tidak

masuk adil.

digagas ajarannya

tidak pantas menjadi Raja.

146 Sakaliyan gya mundur/

tan pamit mri11 jêng Susunan Kudus/

jêng Pangeran Banawa mepu ing galih/

Semuanya lalu mundur

tidak pamit kepada Sunan Kudus.

Jeng Pangeran Banawa susah di

hati,

11 mring

Page 81: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

113

tan panon rat idhêpipun/

têmahan nêmah ing batos//

tidak melihat jagad pikirannya.

kejadiannya membuat celaka

dihati.

147 Sêdya ngrabaseng pupuh/

minta tulung mring praja Matarum/

ingkang raka Panêmbahan Senapati/

kalampahan Pajang gêmpur/

sang banawa madêg katong//

berniat merusak perang

minta tolong kepada kerajaan

Mataram.

yang kakak Panembahan

Senapati,

lakunya Pajang diserang.

sang banawa menjadi Raja.

148 Peputra putri punjul/

ginarwa ring kangjêng sang aprabu/

kang seda ing Krapyak peputra sang

aji/

ing Mataram Sultan Agung/

binathareng rat kinaot//

Berputra putri lebih,

diperistri oleh Kangjeng Sang

Prabu

yang seda ing Krapyak berputra

sang Raja

di Mataram Sultan Agung,

Raja jagad raya.

149 Narendra dibya sadu/

anêtêpi kawaleyanipun/

prawireng prang tan kewran ing ngagal

sampit/

nanging kadiran siningkur/

sung mangulah brata myang om//

Raja sakti utama,

memperdalam imannya.

perwira perang tidak takut di laga

perang.

tetapi kekuatannya ditampik,

diberikan tapa brata kepada

Tuhan.

150 Karyenaking tumuwuh/

yayah prabaning surya sumuluh/

rumancana dumiya neng cakrawati/

Tumbuh ingin menentramkan

orang lain

seperti sorot cahaya obor.

berencana jadi penguasa jagad,

Page 82: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

114

jinêm jênjêm kang winêngku/

tata têntrêm trusing batos//

damai tentram yang dikuasai.

tata tentram sampai batin.

151 Rêrêp sirêp kang ripu/

puwaratur pranata anungkul/

maketer tyas katamanêning nging galih/

nateng Mataram linuhung/

tan pêgat mrih karahayon//

Damai yang bermusuhan.

akhirnya lalu ditata dengan

sungguh-sungguh.

bergetar hati kena di hati,

Raja Mataram luhur

tidak putus terhadap

keselamatan.

MEGATRUH

1 Datatita nênggih kang pinurweng

kidung/

Ki Agêng Juru Martani/

jatine trah Majalangu/

sing Bondhan Kajawan nênggih/

putra sêpuh kacariyos//

Sesudah itu yang diceritakan

dalam bentuk kidung,

Ki Agêng Juru Martani

sejatinya keturunan Majapahit,

dari Bondhan Kajawan yaitu

anak yang tua diceritakan.

2 Kya-[36]i Agêng Wanasaba parabipun/

peputra catur winilis/

ingkang asêpuh jejuluk/

Pangran Made Pandhan nuli/

arine umijil wadon//

Kyai Ageng Wanasaba namanya,

berputra empat cacahnya.

yang tua bernama

Pangeran Made Pandhan lalu

adiknya lahir perempuan

3 Kalap Kyagêng Sela dadya garwa

sêpuh/

panggih nak-sanak sayêkti/

nulya Ki Agêng Katanggung/

anulya arine malih/

Kyagêng Made Pandhan anom//

Dinikahi Kyageng Sela jadi istri

tua.

bertemu saudara sekakek

sebenarnya.

lalu Ki Ageng Katanggung,

lalu adiknya lagi

Kyageng Made Pandhan muda.

Page 83: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

115

4 Putra sêpuh Pangran Made Pandhan

wau/

peputra tri jalu kalih/

panêngah estri warna yu/

sêndhang pancuran mangapit/

makatên bebasaning wong//

Anak tua Pangeran Made

Pandhan tadi

berputra tiga laki-laki dua

ditengah perempuan berparas

cantik.

sêndhang pancuran mangapit,

begitu peribahasanya orang.

5 Pangran Jayaprana putra ingkang

sêpuh/

pawestri kalap Kyagêng Nis/

Ki Agêng Sungep waruju/

punika lajêng sesiwi/

mung sakawan kacariyos//

Pangeran Jayaprana anak yang

tertua,

yang perempuan dinikahi

Kyageng Nis,

Ki Ageng Sungep anak

bungsunya.

itu kemudian berputra

hanya empat diceritakan

6 Pangarsestri kalap Ki Agêng Matarum/

gya Kyai Juru Martani/

nulya Ki Manggar rinipun/

Nyi Gêng Talawah wewangi/

wangsul ingkang kacariyos//

Pertama perempuan dinikahi Ki

Ageng Matarum,

lalu Kyai Juru Martani,

lalu Ki Manggar adiknya,

Nyi Geng Talawah namanya.

kembali yang diceritakan,

7 Putra jalu Ki Juru Martini wau/

pinandhita sadu budi/

paramartanira nulus/

pasanging graita lantip/

nimpuneng guna kinaot//

Putra laki-laki Ki Juru Martani

tadi

berwatak pendeta yang suci.

sabar sekali,

mempunyai pemikiran yang

tajam,

pintar sekali.

Page 84: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

116

8 Ngawula ring eyang neng sesela

dhukuh/

sinadulurakên nguni/

lan Ki Pamanahan iku/

tanapi Ki Mas Panjawi/

katri tan pisah agolong//

Belajar ke eyang di dhukuh Sela,

dijadikan saudara

dengan Ki Pamanahan itu

dan juga Ki Mas Panjawi.

ketiganya tidak pernah pisah.

9 Nalika duk panjênêngan Pajang Prabu/

katri suwiteng Narpati/

pinarcayeng baya kewuh/

Pamanahan lan Panjawi/

ulah[37] gêdhag gêdhig karo//

Ketika beliau Prabu Pajang,

ketiganya mengabdi kepada Raja.

dipercaya menanggulangi

bahaya.

Pamanahan dan Panjawi

keduanya ahli peperangan.

10 Kyai Jurumartani kang ulah rembug/

dadya minangka kumudhi/

wirasa kaliyan wau/

sabarang reh mung nglakoni/

rahayu salwir lelakon//

Kyai Juru Martani yang

melaksanakan musyawarah,

yang dianggap jadi pengendali.

dirasakan semuanya

apapun perintahnya hanya

menjalankan,

semua terlaksana dengan

selamat.

11 Yen cinandra lelabuhane Ki Juru/

lir Bathara Kresna nguni/

pamonge mring putra Pandhu/

saplak nora madal sumbi/

pamurih ing karahayon//

Jika diceritakan perjuangannya,

Ki Juru

seperti Bathara Kresna

yang mengasuh putra Pandhu.

sama tidak mengecewakan,

berupaya untuk keselamatan.

12 Sirnaning kang Arya Jipang dibya ripu/ Meninggalnya Arya Jipang

Page 85: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

117

dening glar mardawa yêkti/

paekanira Ki Juru/

tan kawistara nanduki/

Arya Panangsang kaloloh//

oleh perang sebenarnya

ditipu Ki Juru.

tidak kelihatan menambahi,

Arya Panangsang terhasut.

13 Iya pira banggane wong siji muhung/

nadyan akulita wêsi/

sungsum magagala tuhu/

lamun karobaning tandhing/

mangsa wurunga kaleson//

Iya berapa susahnya hanya

seorang.

walaupun kulitnya besi,

sungsum benar-benar keras,

tetapi dikeroyok perang

waktu belum lelah.

14 Pamanahan kaganjar bumi Matarum/

Kyai Juru atut wuri/

kongsi tumuruning sunu/

Panêmbahan Senapati/

denya mrih jayeng palugon//

Pamanahan dihadiahi Matarum,

Kyai Juru mengikutinya.

sampai diturunkan kepada

anaknya.

Panembahan Senapati

berupaya menang di peperangan.

15 Kyai Juru kang tinaring barang

rembug/

dadya Patih misesani/

Ki Mandaraka jejuluk/

liningga murda kapundhi/

yata wau kacariyos//

Kyai Juru yang diajak

musyawarah,

jadi Patih sangat pintar.

Ki Mandrakara namanya,

disembah dengan hormat.

demikian ceritanya.

16 Apeputra catur kang sêpuh jejuluk/

Juru Martani ping kalih/

katrima sinung jejuluk/

Pangran Mandhara Nagari/

katrima malih mring katong//

Berputra empat yang tua

bernama

Juru Martani ke dua

diterima mendapat sebutan

Pangeran Mandhara Nagari.

diterima lagi oleh Raja

Page 86: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

118

17 Pinaringan salin ing peparabipun/

Jêng Pangeran Adipati/

Mandraka gya arinipun/

[38] Ki Juru Wiraprabeki/

ugi katrima ing katong//

Mendapat ganti disebutannya

Jêng Pangeran Adipati

Mandraka. lalu adiknya

Ki Juru Wirapraba

juga diterima oleh Raja

18 Sinung nama Pangran Mandurarejeku/

nulya Kyai Juru Kithing/

katrima sinung jejuluk/

Pangran Upasonta nuli/

wuragile bagus anom//

Dikasih nama Pangeran

Mandurareja.

lalu Kyai Juru Kithing

diterima dikasih nama

Pageran Upasonta. lalu

bungsunya bagus muda

19 Tinarima maring Kangjêng Sultan

Agung/

pinaring Batang nagari/

Dipati Batang jejuluk/

kramantuk putri yu luwih/

putreng Banawa sang katong//

Diterima oleh Kangjeng Sultan

Agung

dikasih negeri Batang.

Adipati Batang namanya,

menikah dengan putri cantik

putrinya sang Raja Banawa.

20 Apatutan wanodya warna pinunjul/

pinundhut kinarya sori/

maring Kangjêng Sultan Agung/

Jêng Ratu Wetan wewangi/

ngalih nama Ratu Kulon//

berputra perempuan parasnya

cantik

dijadikan permaisuri

oleh Kangjeng Sultan Agung.

Jeng Ratu Wetan namanya,

ganti nama Ratu Kulon.

21 Apatutan Sunan smare Têgal arum/

yeku dadining trimurti/

Pamanahan lan Ki Juru/

berputra Sunan smare di Tegal

Arum.

yaitu jadinya ketiganya,

Pamanahan dan Ki Juru,

Page 87: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

119

katigane Mas Panjawi/

lir mas tumimbal katongton//

ketiganya Mas Panjawi

seperti emas dilihat.

MASKUMAMBANG

1 Kang winarna mangkya panêmbahan

radin/

jatine trah Pajang/

Jêng Sultan Pajang sesiwi/

Pangran Dipati Banawa//

Yang diceritakan nanti

Panembahan Raden,

sejatinya keturunan Pajang.

putra Kangjeng Sultan Pajang

Pangeran Adipati Banawa.

2 Duk jumênêng neng Pajang parabing

aji/

Kangjêng Susuhunan/

Prabu Wijaya ing nguni/

apeputra Pangeran Mas//

Ketika berkuasa di Pajang

namanya Raja

Kangjeng Sunan

Prabu Wijaya.

berputra Pangeran Mas,

3 Jumênêng neng Pajang pinacak Dipati/

duk panjênêngannya/

Jêng Sultan Agung Matawis/

punika nulya peputra//

Bertahta di Pajang menjadi

Adipati.

beliau

Kangjeng Sultan Agung

Mataram

itu lalu berputra

4 Pangran Prabu Wijaya silih wewangi/

Radin panêmbahan/

punika peputra estri/

kagarwa mring Jêng Susunan//

Pangeran Prabu Wijaya, ganti

namanya

Raden panembahan

itu berputra perempuan

dinikahi oleh Kangjeng Sunan

5 Ingkang seda sinare ing Têgalwangi/

Ra-[39]tu Kilen nama/

Yang meninggal dimakamkan di

Tegalwangi,

Ratu Kilen namanya.

Page 88: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

120

patutan priya warna di/

sinung nama dyan Mas Drajad//

berputra laki-laki berparas

tampan

dikasih nama dyan Mas Drajad.

6 Diwasanya ambêk pinasthika manik/

susila noraga/

marma siniyan rama ji/

kinudang kondhanging Praja//

Dewasanya sangat menonjol

seperti intan,

terpuji andhap ashor.

maka dari itu disayangi

ayahanda,

diajarkan hebatnya kerajaan.

7 Jinênêngkên Pangran Pugêr Adipati/

duk bêdhah Mataram/

jêngkaring rama Narpati/

kêbut sapraja tut wuntatya//

Dinamakan Pangeran Adipati

Puger.

ketika menyerang Mataram,

perginya ayahanda Raja,

semua satu kerajaan pergi

mengikutinya.

8 Sarawuhing Toya Mas rerep Sang Aji/

aneng Ajibarang/

kang putra pangran dipati/

kinen angrebata Praja//

Setibanya Toya Mas istirahatlah

Sang Raja

di Ajibarang.

yang putra Pangeran Adipati

diutus merebut kerajaan.

9 Raja putra tan tega tilar rama ji/

ature tan wignya/

pisahan rama narpati/

pêjah gêsang atut wuntat//

Pangeran tidak tega

meninggalkan rama.

bilangnya tidak mampu

berpisah dengan Raja.

hidup matinya selalu mengikuti.

10 Andikaning Nata paran sira kaki/

Raja bertanya bagaimana kamu

itu

Page 89: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

121

têka sru lenggana/

ngrebut Prajanta Mantawis/

mangka iku wajib ira//

sampai tidak mau menurut

merebut kerajaan Mataram.

padahal itu harus.

11 Yen makono12 rinira bakal sun tari/

Ki Pugêr kewala/

lah kulup Pugêr Dipati/

baliya nanggulang mêngsah//

Jika begitu adikmu akan saya

tawari

Ki Puger saja.

“lah nak Puger Adipati,

kembalilah menanggulangi

perang.

12 Dene jêngnêng13 ingsun wis awya

kopikir/

karana karteng Hyang/

ingsun wus tan den lilani/

maneh umadêg Narendra//

Adapun saya sudah tidak

dipikirkan,

karena tata tentremnya Tuhan

saya sudah tidak diperkenankan

lagi menjadi Raja”.

13 Pangran Pugêr matur sandika wot sari/

mung mugi angsala/

pangestu paduka yêkti/

sagêd angrebat nagara//

Pangeran Puger menyembah,

hanya semoga mendapatkan

restu paduka sejatinya

bisa merebut Negara.

14 Arsayeng tyas narendra ngandika

malih/

sun srahkên ing suksma/

muga unggula ing jurit/

sarta sun wehi wasiyat//

Senang hatinya Raja berbicara

lagi,

“aku serahkan pada Tuhan,

semoga unggul pada perang

dan aku kasih wasiat

15 Ki Maesa nular lan paleret iki/

padha sarotama/

Ki Maesa Nular dan pleret ini

sama indah bagus

12 mangkono 13 jeneng

Page 90: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

122

pusakeng karaton ja-[40]wi/

anggonên gagamaning prang//

pusaka di Keraton Jawa

pakailah untuk perang.

16 Muwah arinira kaki Singasari/

kaki martasana/

gawanên gawenên kanthi/

ing têmbe yen jayeng yuda//

Dan adikmu Singasari,

Martasana

ajaklah bawalah sampai

nanti jika menang perang”.

17 Ingsun titip arimu si tapa iki/

dene misih bocah/

yen wus madêg aneng Pathi/

pilih bobot ing ngayuda//

“Aku titip adikmu si tapa ini.

ketika masih muda,

jika sudah berkuasa di Pati,

pilih pintar di peperangan.

18 Sira banjur umadêga Narapati/

ana ing Kajênar/

sandika ingkang sinung ling/

gya mangsah manguswapada//

Kamu lalu jadilah Raja

ada di Kajenar.”

menurut yang diberi perintah,

lalu maju menyembah mencium

kaki.

19 Miwah ari kalih sami angabêkti/

nata rawat waspa/

tumingaling putra katri/

gya lengser sangking ngarsendra//

Dan adik kedua sama

menghormati.

Raja menangis

melihat putra ketiga,

lalu mundur dari hadapannya.

20 Mung ingiring dening wadya

sawatawis/

sêdya mring Kajênar/

mangkana sri Narapati/

bidhal saking Ajibarang//

Hanya diiringi oleh beberapa

prajurit

menuju ke Kajenar.

begitu Raja

berangkat dari Ajibarang,

21 Prapteng dhusun pasiraman sri bupati/ Sampai di dusun Pasiraman, Raja

Page 91: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

123

rerem saha wadya/

karya pakuwon miranti/

kacarita duk samana//

istirahat dengan prajurit

menyiapkan tenda untuk

istirahat.

diceritakan ketika itu,

22 Sri Narendra gêrah sarira ngranuhi/

tan yun ing usadan/

wusana praptaning takdir/

puput ing yuswa Narendra//

Raja sakit badannya

tidak mau diobati.

akhirnya sampai takdirnya

Raja meninggal dunia,

23 Kasarekên aneng dhusun Têgalwawi/

datan cinarita/

ura-urune kang kari/

mangkya ganti kang winarna//

Dimakamkan di dusun

Tegalwawi.

tidak diceritakan

urutan yang akhir.

lalu ganti yang diceritakan.

24 Lampahira Pangeran Pugêr wus prapti/

ing dhusun Kajênar/

nulya akê klêmpak dasih/

ing Paglen suyut14 sadaya//

Perjalanannnya Pangeran Puger

sudah sampai

di dusun Kajenar.

lalu mengumpulkan abdi

di Paglen mengasihi semua.

25 Wontên mantrinipun kang rama ing

nguni/

ngawuleng Narpatma/

ing angkat dadya bupati/

Tumênggung Gajah Pramada//

Ada mantrinya yang ayahanda

dahulu,

berguru ke Raja

diangkat jadi Bupati

Tumênggung Gajah Pramada.

26 a-[41]ngrehakên satanah Pagêlen

pami/

Menguasai setanah Paglen semua

14 suyud

Page 92: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

124

myang para Santana/

kathah kang samya tut wuri/

sih tresna mring narpa putra//

dengan para Santana.

banyak yang sama mengikuti,

sayang kepada pangeran.

27 Kacarita Narendra Putra ing ratri/

asare supêna/

panggih lan rama narpati/

kadhawuhan ngrebat Praja//

Diceritakan Pangeran di malam

hari

tidur bermimpi

bertemu dengan rama Raja

diutus merebut Kerajaan.

28 Ing mangkya wus mangsapêsing satru

sêkti/

sarta kadhawuhan/

laju jumênêng narpati/

aneng desa ing kajênar//

ketika sudah celakanya musuh

sakti,

dan diutus

maju menjadi Raja

di desa Kajenar.

29 Satêlasing dhadhawuh surud sang aji/

Narpatma sru kagyat/

têmah wungu dennya guling/

ngungun mangunêng ing nala//

Sehabisnya mengutus, lalu Raja

hilang.

Raja kaget sekali

lalu bangun dari tidur,

heran sekali dihati.

30 Rawat waspa tinahên santoseng galih/

nulya aseseban/

para ri myang santanabdi/

sumewa aglaring warsa//

menangis di hati

lalu terisak-isak.

ketika ke sentana abdi

menghadap gelarnya tahun.

31 Narpa putra wawarta kalaning ratri/

duk nendra supêna/

dhinawuhan ing rama ji/

ginanjarakên sadaya//

Pangeran memberi kabar ketika

malam,

ketika tidur bermimpi

diutus oleh Raja

dihadiahkan semuanya.

Page 93: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

125

32 Ing wêkasan karsaning Sang Narpasiwi/

yun jumênêng Nata/

sadaya anambadani/

kanthi arsayaning driya//

Pada akhirnya Sang Pangeran

bermaksud

ingin menjadi Raja.

semua menuruti

dengan senang di hati.

33 Raja putra nulya jumênêng narpati/

kukutheng Kajênar/

jejuluking Narapati/

Kangjêng Susunan Ngalaga//

Pangeran lalu menjadi Raja

berkota di Kajenar.

bergelar Raja

Kangjêng Susunan Ngalaga.

34 Ing Kajênar den lih purwa kandha

nagri/

sampun kabyawara/

ing Kêdhupag lan sumiwi/

samapta kapraboning prang//

Di Kajenar berganti nama.

sudah dikabarkan

di Kedhupag dan dihormati.

selesainya Prabunya perang.

35 Enggaling kang carita Sri Narapati/

angundhangi bala/

sumêdya ngrebat Matawis/

bidhal saha wadya kuswa//

singkat cerita Raja,

mengundang prajurit

mau merebut Mataram.

berangkat dengan Prajurit.

36 Mêngsah kang neng Jagabaya

anadhahi/

[42] pangagênging mêngsah/

Dhandhang Wacana wawangi/

rame têmpuhing ngayuda//

Musuh yang di Jagabaya

menyadari

pimpinan musuh

Dhandhang Wacana namanya.

ramai jalannya perang.

37 Ing ngantara wadya Madura sor titih/

keh kang karahatan/

girisa sesaning pati/

ketika prajurit Madura kalah,

bayak yang terluka.

takut apabila mati,

Page 94: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

126

samya lumayu sasaran//

sama lari terbirit-birit.

38 Kyai Dhandhang Wacana kawuting

dasih/

lumayu sawadya/

pati pati bêbêntusi/

angungsi mring Pleret kitha//

Kyai Dhandhang Wacana

mengamuk,

berlari prajurit.

lari tunggang langgang

menabraki,

mengungsi ke kota Pleret.

39 Saparane ingungsir dening Narpati/

wadya ing Mataram/

kang nungkul mring mêngsah nguni/

samangke ambalik samya//

Kemana-mana dioyak oleh Raja,

prajurit di Mataram

yang kalah oleh musuh

nanti kembali semua.

40 Sangsaya keh wadya balane sang aji/

yata kacarita/

kang ngêbregi jroning puri/

Ki Mangkuyuda ing Sampang//

Semakin banyak prajurit Raja.

lalu diceritakan

yang menempati dalamnya

Kraton,

Ki Mangkuyuda di Sampang.

41 Sampun wikan yen wadya matawis

balik/

kêkês driyanira/

kawêwahan duk udani/

praptane dhandhang wacana//

Sudah tahu jika prajurit Mataram

pulang,

semakin takut hatinya.

ditambah ketika mengetahui

datangnya Dhandhang wacana.

42 Kasangsaya sawadyane pothar pathir/

saya tistising tyas/

rembag samya angoncati/

sêdya angumpul mring Daha//

Semakin cemas prajuritnya

pontang-panting,

semakin takut hatinya.

musyawarah untuk menyingkir

pergi,

mau berkumpul di Daha.

Page 95: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

127

43 Sang aprabu dupi ingaturan uning/

yen wadya Madura/

larut sadaya ngoncati/

kitha Paleret wus sunya//

Prabu ketika diberitahu

jika prajurit Madura,

hilang semua pergi.

kota Paleret sudah sepi.

44 Langkung suka Narendra tumameng

nagri/

duk kala samana/

têtêp adêging Narpati/

mêngku ing Praja Mataram//

Lebih suka Raja masuk di negeri.

ketika dahulu,

kuat kedudukan Raja

menguasai Kerajaan Mataram.

45 Nahan kang wus têntrem neng nagri

matawis/

gantya kawuwusa/

Narpatma wreddha ing nguni/

sasedanira kang rama//

Lalu yang sudah tentram di

Negeri Matawis.

ganti yang diceritakan.

pangeran Raja yang tua,

setelah ayahanda wafat,

46 Tis tising tyas rumaos doseng su-

[43]darmi/

têmahan nalongsa/

mrih antuk apureng widdhi/

pangingkising15 driyanira//

Sedihnya hati terasa berdosa

kepada Bapak.

benar-benar sedih.

supaya mendapat maaf dari

Tuhan,

mengikis hatinya.

47 Amêjahkên sarirarsa munggah kaji/

utusan mring Têgal/

animbali sang Dipati/

martalaya wus sumewa//

Membunuh rasa mau naik haji.

mengutus ke Tegal

memanggil sang Adipati

Martalaya sudah menghadap.

15 pangikising

Page 96: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

128

48 Dhinawuhan saliring karsa sang pêkik/

kinen asudhiya/

baita ingkang prayogi/

kinarya layar mring Mêkah//

Diutus seperti maunya sang

pangeran tampan.

disuruh menyediakan

prahu yang bagus

dibuat berlayar ke Mekah.

49 Ki Dipati ngraup pada sarya nangis/

ature mlasarsa/

dhuh Pukulun sang apêkik/

kang ambêk para marteng rat//

Ki Adipati sungkem pada kaki

sambil menangis

berkata dengan memelas,

“dhuh Gusti sang Bagus

yang luhur di jagad,

50 Mênggah karsa Paduka yun minggah

kaji/

dahat tan sayogya/

ulun botên nyuwaweni/

punapa ta jêng Paduka//

adapun keinginan Paduka naik

haji

sangat tidak baik.

aku tidak menyetujui.

apa Kangjeng Paduka

51 Botên ngowêl karisakaning rat Jawi/

yen Paduka tilar/

sintên kang den gogondheli/

titiyang satanah Jawa//

tidak takut rusaknya tanah Jawa?

jika Paduka pergi,

siapa yang dianut

orang setanah Jawa?

52 Lehêng mangkya jumênênga Narapati/

gumantyeng ramendra/

pundi Praja kang pinilih/

ing ngriki punapa Têgal//

Lebih baik maka jadilah Raja

menggantikan ayahanda Raja,

mana kerajaan yang dipilih?

disini apa Tegal?”

53 De prakawis mêngsah kapanggih eng

patik/

ulun botên ulap/

pun Trunajaya ing jurit/

“Tentang perkara melawan

bertemu abdi,

saya tidak takut.

sudah ada Trunajaya di

Page 97: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

129

wêwaha wadya balanya//

peperangan,

tambah prajuritnya.”

54 Kathah kathah aturira Sang Dipati/

nging Sri Narpatmaja/

wus tan kêna den pambêngi/

mung dhawuh mundhut baita//

Banyak perkataan Sang Adipati,

tetapi Sri Narpatmaja

sudah tidak bisa dihalang-

halangi.

hanya menyuruh beli kapal.

55 Ki Dipati nyuwun sareh sawatawis/

sêdyanya iyasa/

baita ingkang prayogi/

linilan mantuk mring Têgal//

Ki Adipati minta sabar sebentar,

maksudnya membuat

kapal yang bagus,

diijinkan pulang ke Tegal.

56 Sapêngkêre Marsalaya Ki Dipa-[44]ti/

Sri Narendra putra/

tinawisan santanabdi/

amrih wandeya mring Mêkah//

perginya Ki Adipati Marsalaya,

Sri Narendra putra

bersama abdi

supaya pergi ke Mekah.

57 Nanging datan surud adrenging

panggalih/

yata kacarita/

ing dalu sare neng masjid/

mung lawan tri panakawan//

Tapi tidak surut keinginan

hatinya.

lalu diceritakan,

di malam tidur di masjid

hanya dengan tiga abdinya.

58 Madya ratri supêna Sang Narpasiwi/

masjid katon growah/

sirahga datan kaeksi/

sumêblak langit kawuryan//

Tengah malam mimpi Sang putra

Raja,

masjid terlihat tidak utuh.

raganya tidak terlihat.

langit terlihat tenang.

59 Nuntên wontên rêmbulan pipitu keksi/ Lalu ada bulan tujuh terlihat

Page 98: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

130

umanjing ing jaja/

gya wontên katingal malih/

rare gêngnya saukiran//

masuk ke dalam di dada.

lalu ada terlihat lagi

anak besarnya segunung.

60 Cahyanira mancur mancorong nêlahi/

sor prabaning surya/

kacaryan tyas Raja siwi/

cinandhak candhak tan kêna//

Cahayanya bersinar sekali,

sorotnya cahaya kalah.

kaget hati Pangeran.

diraih-raih tidak bisa.

61 Ing wêkasan umanjing ing jaja malih/

sing kagyating driya/

têmah wungu denya guling/

ngungun pupungun kamantyan//

akhirnya masuk ke dalam dada

lagi.

yang kagetnya hati

langsung bangun dari tidurnya,

heran sekali bangun tidur.

62 Grahita yen kadhawahan wahyu jati/

sakala punika/

Narpatma ciptaning galih/

beda lawan saban-saban//

Mengira jika dijatuhi wahyu.

seketika itu,

Raja punya ide di hati

berbeda dengan biasanya.

63 Sabawana kadya wus kagêgêm sami/

pangunandikannya/

saupama duk ing nguni/

mangkene rasaning driya//

Sejagad seperti sudah dikuasai

semua.

ujarnya,

seumpama dahulu

begini rasanya hati,

64 Kaya nora bêdhah praja ing Matawis/

têmah sande denya/

sumêdyarsa minggah kaji/

mangkya yun jumênêng Nata//

Seperti tidak kalah kerajaan di

Mataram.

akhirnya tidak jadi olehnya

ingin naik haji,

maka mau menjadi Raja.

Page 99: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

131

65 Kalampahan jumênêng Nata wawangi/

Kangjêng Susuhunan/

Amangkurat nuswa jawi/

Senapatining Ngalaga//

Lakunya menjadi Raja bergelar

Kangjêng Susuhunan

Amangkurat nuswa Jaw

Senapatining Ngalaga

66 Ngabdul Rahman Sayidin Panatagami/

nulya amisudha/

sagung para [45] santanabdi/

saundha biliking pangkat//

Ngabdul Rahman Sayidin

Panatagami.

lalu mengangkat

semua para Santana abdi

naik pangkatnya.

67 Ki Dipati Martalaya den timbali/

prapta winartanan/

yen sampun jumênêng aji/

dahat sukaning wardaya//

Ki Adipati Martalaya dipanggil

sampai dikabarkan

jika sudah menjadi Raja.

suka sekali hatinya.

68 Pinondhongan mring Têgal Sri

Narapati/

gung gagabah wadya/

dupi wus samapta sami/

saka praboning ngayuda//

Raja pindah ke Tegal.

terburu-buru prajurit.

ketika sudah siap semua

dari tempatnya perang,

69 Nulya bidhal lumurug maring Kadhiri/

prapta pinêthuk prang/

Trunajaya wus kalindhih/

ngungsi marang Gunung Ngantang//

Lalu berangkat perang ke Kediri.

sampai menjumpai perang,

Trunajaya sudah kalah

mengungsi ke Gunung

Ngantang.

70 Kasarakat ingipuk puwara kêni/

pinarjayeng Nata/

Kyai Balabar babar ji/

Sri Nata gya yasa kitha//

Kasarakat dibujuk mengakhiri,

dibunuh Raja,

Kyai Blabar kalah.

Raja lalu membangun kota.

Page 100: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

132

71 Winastanan Kartasura praja adi/

têntrem tyasing wadya/

nulya utusan nimbali/

kang rayi Sunan Ngalaga//

Dinamakan kerajaan Kartasura,

tentram hantinya prajurit.

lalu mengutus memanggil

sang adik Sunan Ngalaga.

72 Sandeyeng tyas tinarka trahing

kumpêni/

dadya tan sumewa/

têmah rêrêmponing jurit/

mungsuh rowang keh palastra//

Khawatir hati dikira keturunan

kompeni,

jadi tidak menghadapi.

prajurit perang habis-habisan.

musuh dan teman banyak yang

mati.

73 Sri Mangkurat duta Urawan Dipati/

kinen angêjuma/

kalampahan lêbdeng kardi/

Sunan Ngalaga sumewa//

Sri Mangkurat utusan Dipati

Urawan,

diutus memperbaiki.

lakunya pintar dalam

menjalankan.

Sunan Ngalaga menghadap,

74 Nyuwun wangsul kasatriyanira lami/

Pugêr Adipatya/

langkung sihira raka ji/

kinarya gêdhig manggala//

Minta kembali kesatrianya

dahulu

Adipati Puger

lebih sayangnya kakak.

diberikan kekuatan untuk perang.

75 Sasuruting Nata putra kang gumanti/

Pangran Adipatya/

jejulukira Narpati/

Jêng Susunan Mangkurat Mas//

meninggalnya Pangeran yang

menggantikan

Pangeran Adipati

bergelar Raja

Jêng Susunan Mangkurat Mas.

Page 101: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

133

76 Nanging arda puwa-puwambêkira ji/

wêlinging kang rama/

tan ana ingkang ginalih/

malah tinrajang sadaya//

Tetapi murka sewenang-wenang

olehnya,

nasehatnya ayahanda

tidak ada yang dipikirkan,

malah dilanggar semua.

77 Mring kang paman Pangeran Pugêr tan

asih/

gêthing trusing dri-[46]ya/

agung weh rêncakeng galih/

puwara Pangran balela//

Oleh paman Pangeran Puger

tidak sayang.

tidak suka dihatinya

banyak membuat sedih hati.

akhirnya Pangeran

membangkang,

78 Lolos saking Praja jujug mring

Samawis/

jumênêng Narendra/

sing panjunjunging kumpêni/

suyud pra manca nagara//

Pergi dari Kerajaan pergi ke

Semarang.

menjadi Raja

yang mengangkat kompeni.

mengasihi kerajaan luar.

79 Ajejuluk Sunan Pakubuwana ping/

kapisan mangkana/

ri wus samapta ngajurit/

kang putra ginêbaging prang//

Bernama Sunan Pakubuwana

pertama itu.

hari sudah selesai menjadi

prajurit,

sang anak maju perang.

80 Nateng Kartasura sor leresing jurit/

alolos mangetan/

ingapus krameng kumpêni/

kinendhangkên maring sabrang//

Raja Kartasura kalah mundur

perang,

lolos ke timur.

ditipu oleh kompeni,

dibuang ke sebrang.

81 Praja Kartasura ing ngêbregan dening/ Kerajaan Kartasura ditempati

Page 102: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

134

rising Jayengrana/

lulus jumênêng Narpati/

mucung amangkurat Jawa//

oleh

keturunan Jayengrana,

tulus menjadi Raja

tembang menguasai jagad Jawa.

PUCUNG

1 Kang winuwus Panêmbahan ing

Madiyun/

jatine trah Dêmak/

putrane Sultan kaping tri/

duk jênênge Sultan Adi Awijaya//

Yang diceritakan Panembahan di

Madiun,

sebenarnya keturunan Demak.

putranya Sultan ketiga

namanya Sultan Adi Awijaya.

2 Karsa Prabu pinacakan neng Madiyun/

ran Panêmbahan Mas/

nanging karane wawangi/

nênggih Panêmbahan Madiyun kewala//

Ingin Prabu memulai di Madiun,

nama Panembahan Mas

tapi julukan namanya

yaitu Panembahan Madiun saja.

3 Putranipun sadaya kehe salikur/

nanging tan winarna/

namung putranira putri/

kang paparab Kusuma Retna Dumilah//

Anaknya semua banyaknya 21,

tapi tidak diceritakan

hanya anaknya perempuan

yang namanya Kusuma Retna

Dumilah.

4 Suwarna yu sor rarasing surawadu/

nalika sêmana/

Madiyun binêdhah dening/

Panêmbahan Senapati ing Ngalaga//

Berparas cantik bidadari kalah

kecantikannya.

ketika itu,

Madiun diserang oleh

Panembahan Senapati ing

Ngalaga.

5 Jêngkaripun Panêmbahan sing

Madiyun/

Perginya Panembahan ke

Madiun,

Page 103: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

135

kang putra sang retna/

tinilaran neng jro puri/

pinaringan wangkingan Kyai Gu-

[47]marang//

putranya Sang Retna

ditinggal di dalam puri

dikasih keris Kyai Gumarang.

6 Lawan pistul, kencaka rupa dwinipun/

Kyai rupa kenca/

mangkana sang Kusuma di/

sotaning tyas martrenyuh tanpa

jamuga//

Dan pistol kencaka rupa yang

kedua

Kyai Rupa kenca.

begitu sang Kusuma

rasanya hati terharu tanpa akhir.

7 Dangu-dangu, madêga sudiranipun/

abusana priya/

pusaka rinasuk sami/

yen sinawang sirna sipating wanita//

Lama-lama menjadi berani

sekali,

berbusana laki-laki.

senjata dimasukkan semua,

jika dilihat hilang sifatnya

perempuan.

8 Kadya kakung, sarigak tandange patut/

lir Putra Cêmpala/

Dyan Wasta Dyumêna nguni/

duk umadêg Senapatining Pandhawa//

Seperti laki-laki cekatan

kerjanya,

seperti Putra Cempala,

Dyan Wasta Dyumêna itu

ketika menjadi Senapatinya

Pandhawa.

9 Neng kadhatun, miranti sawadyanipun/

prajurit wanudya/

saekapraya upami/

mati siji kabeh barênga palastra//

Di kedaton sudah siap

prajuritnya,

prajurit perempuan

setuju seumpama

mati satu semua juga mati.

Page 104: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

136

10 Rawuhipun, Senapati jro kadhatun/

sang Rêtna tan wang wang/

trangginas angancarani/

kang bramastra mimis kancana

lumêpas//

Datangnya Senapati di dalam

kedaton,

sang Ratna tidak ragu-ragu.

terampil dihormati,

yang peluru dilepaskan.

11 Sru tumanduk, ing jaja Nateng

Matarum/

tan mantra karasa/

eca denira lumaris/

sang Rêtna yu krodha nirbaya wikara//

Mengenai dada Raja Mataram,

sama sekali tidak terasa.

dengan enaknya meninggalkan

sang Retna tetap berani sekali.

12 Wantu-wantu, bramastranira tumanduk/

datan ing anggopan/

mêksa tan tumama sami/

kanang mimis kancana ajering jaja//

Berulang-ulang melepaskan

senjatanya

tanpa istirahat.

tidak ada yang melukainya,

peluru emas luluh di dada.

13 Draweng tatur, rumêgeng jaja

ngunguwung/

kadya kang pangantyan/

kalane binayang kari/

sarira di binorehan wida jênar//

Ketika luluh banyak di dada,

seperti sang pengantin.

ketika dibayangkan seperti

badannya dilumuri wewangian.

14 Sang dyah ayu, tan surud sidaning

bêndu/

sumêdya manglaga/

arok banda wala pati/

kapitêmên wus narik Kyai Gumarang//

Sang Dyah ayu tidak takut terjadi

kekalahan,

bersedia berperang.

perang tanding sampai mati,

benar-benar sudah menarik Kyai

Gumarang.

Page 105: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

137

15 Yata wau, sang Senapati yun laju/

[48] arsa nadhahana/

Ki Juru Martini aglis/

anututi kang putra winangsit sigra//

Iya tadi sang Senapati lalu jalan

mau menerima.

Ki Juru Martini langsung

menyusul sang anak dikasih

wangsit lalu

16 Tampi sampun, Senapati kendêl gupuh/

amirageng solah/

nandukên wicara manis/

asrah jiwa raga winoring srenggara//

Terima sudah Senapati diam

terburu-buru.

bertingkah halus

menanggapi berbicara manis,

pasrah jiwa raga mau

dipersunting.

17 Sang Retna yu, kamanisên ing

pangungrum/

tambuh soteng driya/

wantuning wanodya adi/

wus diwasa pinanggihan priyo tama//

Sang Ratna manis di rayuannya,

tidak peduli rasanya hati.

beraninya prajurit perempuan,

sudah dewasa bertemu prajurit

laki-laki.

18 Warna bagus, wênêsing cahya sumunu/

lebdeng manuhara/

mangalap jiwaning putri/

sanalika kasabêt asmara tantra//

Paras tampan bersih bersinar

wajahnya,

pintar merayu

mengambil hatinya perempuan

seketika itu terkena panah

asmara.

19 Riwe kumyas, lir linolosan kang bayu/

dadya kadrawasan/

pamusthinya anggregeli/

Ki Gumarang dhawah ing kisma

sakala//

Keringat bercucuran,

jadi membahayakan

semestinya mengganggu,

Ki Gumarang jatuh di tanah

semua.

Page 106: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

138

20 Sri Matarum, mesêm lumaksana maju/

sarwi nyandhak kadga/

sinarungkên gya winangking/

sang Dyah Rara nungkul sumarahing

karsa//

Sri Matarum senyum lalu maju

serta mengambil keris

dimasukkan wadah lalu

dipanggul.

sang Dyah Rara pasrah kepada

Tuhan.

21 Lulus dhaup, patutan tri miyos kakung/

kang wreddha Pangeran/

Pringgalaya Adipati/

sundhulane jêng Panêmbahan

Juminah//

selesai menikah berputra tiga

lahir laki-laki

yang tua Pangeran

Adipati Pringgalaya,

dekat jaraknya dengan Kangjeng

Panembahan Juminah.

22 Kang waruju, tinanêman neng Madiyun/

Pangran Adipatya/

Martalaya sinambat sih/

Panêmbahan Juminah ingkang

winarna//

Yang ragil tinggal di Madiun,

Pangeran Adipati

Martalaya namanya.

Panembahan Juminah yang

diceritakan.

23 Wus sesunu, nênêm kang wreddha

jejuluk/

Pangran Martalaya/

nama Balitar Dipati/

kang panênggak Radyan Arya

Suralaya//

Sudah memiliki enam putra yang

tua bernama

Pangeran Martalaya

nama Adipati Blitar,

yang kedua Radyan Arya

Suralaya,

24 Gya [49] dyan ayu, Kajoran

sundhulinipun/

priya parabira/

Radyan Arya Wangsengsari/

Lalu dyan Ayu Kajoran dekat

jaraknya dengan

laki-laki namanya

Radyan Arya Wangsengsari,

Page 107: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

139

sumêndhine Radyan Ayu Wanabaya//

kakak ragilnya Radyan Ayu

Wanabaya,

25 Ragilipun, Sonta Dirja Raden ayu/

wau kang winarna/

putra kang sêpuh pribadi/

jêng Pangeran Dipati Arya Balitar//

bungsunya Raden ayu Sonta

Dirja.

tadi yang diceritakan

anak yang tertua,

Kangjeng Pangeran Adipati Arya

Blitar.

26 Putranipun, mung sajuga mijil jalu/

Pangeran Balitar/

uga mung peputra siji/

apanêngran Pangran Tumênggung

Balitar//

Anaknya hanya satu lahir laki-

laki.

Pangeran Blitar

juga hanya berputra satu,

bergelar Pangeran Tumenggung

Blitar.

27 Lajêngipun, wau Pangeran

Tumênggung/

peputra wanudya/

kagarwa sri Narapati/

jêng Susunan Pakubuwana kapisan//

Selanjutnya tadi Pangeran

Tumenggung

berputra perempuan

diperistri Raja

Kangjeng Sunan Pakubuwana

pertama.

28 Ajejuluk, Pakubuwana jêng Ratu/

ambêk pinasthika/

susila bêkti ing laki/

ingkang garwa dahat sih mule mring

garwa//

Bernama Kangjeng Ratu

Pakubuwana,

berwatak suci

santun baktinya kepada suami.

yang istri sayang sekali

menghomati kepada suami.

29 Asesunu, kakung putri kehe wolu/ Punya anak laki-laki perempuan

Page 108: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

140

putra kang panênggak/

mijil priya warna pêkik/

pinaringan paparab Raden Mas Surya//

delapan orang.

anak yang pertama

lahir laki-laki berparas tampan

dikasih nama Raden Mas Surya.

30 Diwasa wus, pinantês panêngranipun/

dyan Mas Surya putra/

mangka sêsêkaring nagri/

ri sawusing kang rama jumeneng Nata//

Dewasa sudah pantas namanya

dyan Mas Surya putra.

jadi kebanggaan Negara.

hari sesudahnya sang ayahanda

menjadi Raja,

31 Karsa prabu, pinacak palungguhipun/

Pangran Adipatya/

suruding rama gumanti/

ajejuluk jêng Sunan Prabu Mangkurat//

Keinginannya disediakan

kedudukan raja.

Pangeran Adipati,

meninggalnya ayahanda berganti

bernama Kangjeng Sunan Prabu

Mangkurat.

32 Adêgipun, nata misih ara uru/

prang jaya puspita/

dereng mong wibawa mukti/

sri Narendra sung galih yuda kanaka//

Berdirinya raja masih perang,

perang jaya puspita.

rasanya belum menikmati

Raja memberi ide untuk

berperang.

PANGKUR

1 Naha-[50]n gantya kang winarna/

wontên trahing Rasul nayakeng bumi/

Kalipah Kusen jejuluk/

Seh Mahdi kang peputra/

angajawi jujug Praja Surengkewuh/

Lalu ganti yang diceritakan,

ada keturunan Rasul penuntun di

bumi

namanya Kalifah Kusen

Seh Mahdi yang berputra

pergi ke Jawa langsung ke

Kerajaan Surengkewuh

Page 109: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

141

panggya Sunan ngampel dênta/

abawa karana sami//

bertemu Sunan Ampel

sama menyebar agama Islam.

2 Lwire gêlarkên aluran/

myang karananira dennya ngajawi/

jêng Sunan asih kalangkung/

pinikramakkên mangkya/

antuk suteng arya baribin ing dangu/

gya tinanêm dadya iman/

aneng Madura nagari//

semua gelarnya diceritakan

dan sebabnya beliau ke Jawa.

Kangjeng Sunan sayang sekali.

dinikahikannya nanti

dapat anaknya Arya Baribin dulu

lalu menjadi iman

di Negara Madura.

3 Puputra jalu panêngran/

jêng Susunan Ngudung wali prajurit/

kalokeng jana linuhung/

nalika Raden Patah/

yun ngrabaseng rama Nateng

Majalangu/

rêmbaging wali sadaya/

kang mongka pangirit baris//

Berputra laki-laki namanya

Kangjeng Sunan Ngudung wali

prajurit

terkenal di manusia luhur.

ketika Raden Patah

mau berperang melawan

ayahanda Raja Majalangu,

musyawarahnya wali semua

yang jadi penuntun latihan

perang.

4 Senapatining ngayuda/

angreh aju unduring kang prajurit/

kang pinilih Sunan Ngudung/

katon prawiranira/

ambêk sura prakosa tatag atangguh/

sarehning karoban lawan/

kasambut madyaning jurit//

Senapati perangnya

memerintah maju mundurnya

perang.

yang dipilih Sunan Ngudung.

terlihat prajuritnya

dengan gagah perkasa tatag dan

tangguh.

dikeroyok banyak musuh

bersahutan di tengahnya perang.

Page 110: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

142

5 Mung kakalih putranira/

kang asêpuh estri kagarwa maring/

Pangeran Sêkar ing dangu/

arine mijil priya/

tiru rama prawirambêk dibya sadu/

putus sandining sampeka/

jêng Sunan Kudus wawangi//

Hanya dua putranya,

yang tua perempuan diperistri

oleh

Pangeran Sekar ing dangu.

adiknya lahir laki-laki

meniru ayahanda perwira utama

ahli dalam segala hal,

Kangjeng Sunan Kudus

namanya.

6 Duk kyagêng pêngging balela/

tan ngimankên Kraton Dêmak sayêkti/

jêng Sunan Kudus tinuduh/

anodhi sêdyanira/

wus winêling saraosing karsa [51]

prabu/

dadya cundika wasesa/

kalampahan Kyagêng Pêngging//

Ketika Kyageng Pengging

membangkang perintah,

sebenarnya tidak mempercayai

Kraton Demak.

Kangjeng Sunan Kudus ditunjuk

dicoba kepintarannya.

sudah diingatkan rasanya

keinginan Prabu,

jadi utusan penguasa

terlaksana Kyageng Pengging.

7 Katitih sawicaranya/

miwah paribawanya gung kalindhih/

seda binêlek kang sikut/

dadya arsayeng Nata/

kawarnaa jêng Sunan Kudus sesunu/

Panêmbahan Kali rannya/

adalem ing Pancawati//

Kalah omongannya

dan pengaruhnya besar kalah,

mati terbelah sikunya.

jadi senang Raja

diceritakan Kangjeng Sunan

Kudus berputra

Panembahan Kali namanya

tinggal di Pancawati.

8 Tanahing Dêmak samana/

sasedaning kang rama anggênteni/

Tanah di Demak ketika itu

sepeninggalan sang rama

Page 111: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

143

nama Panêmbahan Kudus/

peputra Pangran Dêmang/

apeputra Pangran Rajungan jejuluk/

punika lajêng peputra/

Pangeran Kudus wawangi//

digantikan

nama Panembahan Kudus,

berputra Pangeran Demang,

berputra Pangeran Rajungan

namanya,

itu lalu berputra

pangeran Kudus namanya.

9 Peputra dyan adipatya/

Arya Sumadi Pura Angrenggani/

ing kitha Pathi puniku/

peputra dyan Dipatya Arya Tirta

Kusuma/

maharjeng Kudus/

peputra putri utama/

kagarwa sri Narapati//

Berputra dyan Adipati

Arya Sumadi Pura Angrenggani

di kota Pati itu,

berputra dyan Adipati Arya Tirta

Kusuma

Raja besar di Kudus,

berputra putri utama

dinikahi Raja

10 Jêng Sunan Prabu Mangkurat/

kang ngrenggani karsa surapraja di/

Ratu Kancana jejuluk/

patutan priyo tama/

anggênteni kang rama jumênêng Ratu/

jejuluk Kangjêng Susunan/

Pakubuwana ping kalih//

Kangjeng Sunan Prabu

Mangkurat.

yang menjaga Raja Surapraja,

Ratu Kencana namanya

punya anak laki-laki utama

menggantikan rama menjadi

Raja,

bernama Kangjeng Sunan

Pakubuwana ke II.

KINANTHI

1 Kanthine cariteng ngayun/

putranira Sri bupati/

Pakubuwana kapisan/

patutan sing prameswari/

Bersamaan cerita di depan,

putra Sang Raja

Pakubuwana I,

putra dari permaisuri,

Page 112: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

144

panêngran Dyan Mas Sasangka/

sajumênênge rama ji//

diberi nama Dyan Mas Sasangka.

semenjak orang tuanya menjadi

Raja,

2 Pinacak ingkang pilungguh/

Pangeran putra sing sori/

nama Dipati Purbaya/

winênangkên andarbeni/

salir pacareng [52] kaputran/

bedane lan santana ji//

diberi kedudukan

sebagai putra Pangeran

bernama Adipati Purbaya.

diberi hak memiliki

segala upacara kenegaraan,

bedanya dengan para abdi Raja.

3 Miwah kalilan anggadhuh/

wong jaga sura prajurit/

pinaringan nagri Blora/

dahat sihireng rama ji/

denira bêk para marta/

dhasar prawireng ngajurit//

Dan berhak meninjau

seorang untuk menjaga prajurit.

Diberi Negara Blora.

sangat dicintai oleh rama Raja.

dia baik terhadap sesama.

dasar pemberani dalam

peperangan,

4 Marma kinarya gul agul/

gêdhig manggaleng nagari/

sring pinacak senapatya/

mangka wakiling Narpati/

amunah praja balela/

anggung ungguling ngajurit//

maka dipercaya sebagai andalan

menjaga keamanan Negara.

sering menjadi Senapati

sebagai wakil Raja,

memberantas kerajaan yang

menentang.

selalu menang dalam perang.

5 Sasuruding rama Prabu/

ingkang sumilih Narpati/

kang raka Pangran Dipatya/

jejulukireng Narpati/

Jêng Sunan Prabu Mangkurat/

sepeninggalan rama Prabu,

yang menggantikan Raja

saudara tua Pangeran Adipati.

bernama Raja

Kangjeng Sunan Prabu

Page 113: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

145

tan rena mring ari kalih//

Mangkurat.

beliau tidak suka kepada kedua

adiknya,

6 Jêng Pangran Purbaya wau/

lan Pangran Balitar sami/

upacaraning kaputran/

pinundhut pinaring ganti/

upacara kasantanan/

sinuwak ingkang prajurit//

Kangjeng Pangeran Purbaya

dan Pangeran Balitar.

pelaksanaan upacara penobatan

diminta dan diganti.

upacara abdi Raja

ditolak para prajurit,

7 Myang nagri Blora pinundhut/

sadaya wus kabur sami/

sira jêng Pangran Purbaya/

sukalila trusing batin/

Pangran Dipati Balitar/

dahat meranging sabumi//

dan Negara Blora diambil.

semua sudah hilang.

Kangjeng Pangeran Purbaya

senang rela lahir batin.

Pangeran Adipati Balitar

sangat malu di dunia ini.

8 Tan panon rat idhêpipun/

têmah madêg surenggalih/

sêdya handageng rakendra/

wus mêpak kaprabon jurit/

rêrêmbagan lan kang paman/

Pangeran Arya Matawis//

Niatnya tidak melihat jagad.

kemudian berdiri dan hatinya

berani,

ingin menghancurkan kakak

Raja.

sudah menyiapkan prajurit

kerajaan,

musyawarah dengan paman

Pangeran Arya Mataram.

9 Kang paman agung ngingimur/

mrih sandeya murweng jurit/

dahat saru kaswareng rat/

Pamannya selalu menghibur

supaya menahan memulai

peperangan.

tidak pantas dilihat jagad,

Page 114: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

146

lawan kadang rebut singgih/

elinga salah satunggal/

mrih lulus ar-[53]janing bumi//

dengan saudara merebut tahta.

ingatlah salah satu

supaya negera aman dan tentram.

10 Nging pangran Blitar tan surut16/

adreng sêdya murweng jurit/

kêkahing driya lir arga/

tan obah tinêmpuh angin/

kang paman kewraning driya/

têmah linaju ing kapti//

Tetapi Pangeran Blitar tidak

surut,

sangat berkehendak segera

memulai perang.

kuatnya hati seperti gunung,

tidak bergerak terkena angin.

Sang paman bimbang hatinya.

akhirnya dilanjutkan

keinginannya.

11 Among pinaring pituduh/

ywa tilar kudu a kanthi/

lan raka Pangran Purbaya/

jêmbar tyas prawireng jurit/

sinuyutan wadya bala/

yêkti datan nguciwani//

Hanya diberi petuah

untuk jangan meninggalkan

dengan kakak, Pangeran Purbaya

baik hati dan kuat dalam perang,

disegani semua prajurit,

sungguh tidak mengecewakan.

12 Mangkana giliging rêmbug/

sakaliyan mangkat nuli/

prapteng dalem kapurbayan/

Narpa putra anglêrêsi/

lênggah neng wisma priyongga/

kagyat praptanya sang kalih//

Demikian kesepakatan

pembicaraan,

keduanya segera berangkat.

sampai rumah Purbaya,

putra Raja kebetulan

duduk di rumah sendirian.

kaget kedatangnya kedua orang.

13 Pangeran Balitar gupuh/ Pangeran Blitar segera

16 surud

Page 115: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

147

nungkêmi padaman nangis/

mangkana Pangran Purbaya/

ngungun tyas wêlas mring ari/

rinapu pinari marma/

kendêl dyan satata linggih//

menyembah sambil menangis.

demikian Pangeran Purbaya

heran dan kasihan kepada

adiknya.

dileram dengan penuh kasih

sayang,

diam duduk dengan sopan.

14 Pangeran Balitar sampun/

mêdharkên salwiring kapti/

kang raka nalika myarsa/

dahat kampitaning galih/

gêrêng-gêrêng ngusap jaja/

engêt wêlinge ing nguni//

Pangeran Balitar sudah

menyampaikan semua

keinginannya.

kakaknya saat mendengarkan

kemudian sedih di hati,

berkata sambil mengusap dada,

ingat pesannya dahulu,

15 Duk swarga kang rama Prabu/

anitipkên wanti-wanti/

mring ari Pangran Balitar/

ywa kongsi sakiting galih/

nanging Pangeran Purbaya/

dahat sih tresneng raka ji//

ketika ayahanda masih hidup,

menitipkan pesan

kepada adiknya, Pangeran Balitar

jangan sampai sakit hati.

tapi Pangeran Purbaya

sangat mencintai kakaknya.

16 Marma sru emênging kalbu/

ginagas saya ngranuhi/

rinasa saya karasa/

têmah putêk manaputi/

wêkasan wêdharing sabda/

tan ana kang tinujweng ngling//

Maka sangat bimbang hatinya.

dipikir tambah menyakitkan,

dirasa tambah terasa,

akhirnya putus asa.

akhirnya ia berkata,

“tidak ada yang diinginkan dalam

ucapannya.

17 Lamun pinikir satuhu/ Apabila dipikir sungguh-

Page 116: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

148

luput sakarone sami/

[54] kakang Prabu luputira/

kurang momong maring ari/

lupute yayi Balitar/

kurang panrimaning ati//

sungguh,

keduanya salah.

kakak Prabu bersalah,

kurang membimbing adiknya.

salahnya adik Balitar,

kurang menerima hatinya.”

18 Pangran Balitar duk ngrungu/

tumungkul konjêming siti/

gya matur maring kang paman/

dhuh Jêng paman rikalaning/

upacara pinundhutan/

tan dadya sak sriking ati//

Pangeran Balitar setelah

mendengar,

lalu menunduk diam ke tanah.

segera berkata kepada paman,

“dhuh Kangjeng Paman, disaat

upacara diambil,

tidak jadi kecewanya hati.

19 Mung suda wibaweng ulun/

wangsul gagadhuhan siti/

dhinedhel sadayanira/

punika kang anjalari/

sangêt susahing wardaya/

paran kinarya ngingoni//

Hanya berkurang wibawaku.

pulang dikasih tanah

diambil semuanya.

itu yang menyebabkan

hati sangat sedih.

bagaimana cara untuk

menghidupi

20 Anak bojo sarta batur/

mangka atasing dumadi/

ingkang makatên punika/

botên kenging den selaki/

Pangran Purbaya miyarsa/

dahat angresing panggalih//

Anak istri serta abdi.

padahal sebagai orang hidup,

yang begitu itu

tidak bisa dihindari.”

Pangeran Purbaya

mendengarkan,

miris sekali rasanya hati.

21 Wus bibar kang ulah rêmbug/ Sudah selesai yang

Page 117: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

149

dupi ing antara ari/

sira Pangeran Balitar/

datan surut17 wrênging kapti/

sêdya mangrurah puraya/

mangkya wus samapta sami//

bermusyawarah.

ketika di suatu hati,

Pangeran Balitar

tidak berkurang kehendaknya

hati

berkeinginan merusak keraton.

sekarang sudah siap semua.

22 Saka praboning prang pupuh/

wadyanira winitawis/

sewu panca tus kyehira/

duk ing wanci lingsir ratri/

angajêngkên bêdhug tiga/

mangsah ngrabaseng jro puri//

Dari semua peralatan perang

tanding,

para pasukan kelihatan

seribu lima ratus banyaknya.

pada waktu menjelang larut

malam,

menjelang pukul tiga,

menerabas masuk ke dalam

keraton.

23 Gegering wong ting bilunglung/

sagunging wadya kang kêmit/

baris aneng kamandhungan/

wadananira wawangi/

Kiyai Mangunagara/

suka uninga mring loji//

Ramainya orang kocar-kacir,

semua prajurit yang jaga malam

baris di pintu istana.

pemimpinnya bernama

Kiyai Mangunagara

suka melihat di loji.

24 Kapitan jasma sru gugup/

suwareng wadya prajurit/

[55] samapta kapraboning prang/

sampurnanireng pangrakit/

mangsah tetulung mring pura/

lajêng angarutug bêdhil//

Terjepit badan gugup sekali,

suara para prajurit.

siap peralatan perang,

kesempurnaan barisan

menyerang menolong ke pura.

lalu menyerbu dengan tembakan.

17 surud

Page 118: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

150

25 Balak18 Blitar ran19 purun/

panggah nêdya nanggulangi/

rame sampuhing ngayuda/

prajurit Jawa sor titih/

kathah longe kang palastra/

Pangeran krodha tan sipi//

Prajurit Blitar tidak mau,

tetap akan melawan.

ramai imbang dalam perang,

prajurit Jawa kalah.

banyak berkurang yang mati.

Pangeran marah menyesal sekali.

26 Mangsah nrêgakên wadya gung/

nging katulak dressing mimis/

nulya amundur lon-lonan/

maring kapurbayan ngungsi/

wanci byar rahina prapta/

Narpatma duk eca guling//

Menyerang dengan

mengeluarkan banyak prajurit,

tetapi diserang banyak peluru.

lalu mundur pelan-pelan,

mengungsi ke Purbayan.

waktu pagi hari,

Raja waktu enak tidur,

27 Kagyat kang swara gumuruh/

wungu dyan medaling jawi/

wau Pangeran Balitar/

sumungkêm pada manangis/

kagyat Pangeran Purbaya/

anjêgrêg tan kêna angling//

kaget mendengar gemuruh,

bangun lalu keluar.

demikian Pangeran Balitar

menyembah dan menangis.

Pangeran Purbaya kaget,

diam tidak bisa berkata-kata.

28 Sangêt pangunguning kalbu/

tan anyana yen nêmêni/

kang rayi denya andaga/

ing wusana kawlas asih/

karisakan wadyanira/

Pangran sru wêlas mring ari//

Heran sekali hatinya,

tidak mengira jika benar terjadi,

sang adik dalam menduga.

akhirnya merasa kasihan sekali.

hancur para prajuritnya.

Pangeran kasihan sekali kepada

adiknya.

18 Bala#@ 19 tan@

Page 119: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

151

29 Wêkasan ngandika arum/

adhimas wis aja nangis/

ingsun kang labuhing sira/

têlungane kakang aji/

sabab wus mukti wibawa/

nanging sayogyane yayi//

akhirnya berbicara dengan baik,

“adinda sudah jangan menangis.

saya yang akan membantumu

mengalahnya kakak,

karena sudah makmur.

tetapi sebaiknya adinda

30 Lolos mring Praja Matarum/

neng kono rereh kariyin/

akuklumpuk wadya bala/

enggaling carita mangkin/

wus bidhal prapteng Mataram/

atata-tata miranti//

lolos dari Kerajaan Mataram.

disana sabar dahulu,

sambil mengumpulkan prajurit.”

singkat cerita nanti,

sudah berangkat sampai di

Mataram,

menata alat-alatnya.

31 Ing kutha Karta dinunung/

yeku caritane nguni/

yun kinarya dhatulaya/

mring jêng [56] Sultan Agung swargi/

nging dereng ngantos binata/

kasêlak surudira ji//

Di kota makmur terletak,

yaitu ceritanya dulu

akan dijadikan kerajaan

oleh Kangjeng Sultan Agung

almarhum.

tapi belum sampai dibangun,

beliau segera mau meninggal.

32 Nulya rinakit pura rum/

ingêlih namane mangkin/

nagari ing Kartasêkar/

tetiyang tanah Matawis/

sampun sumuyud sadaya/

mangkya wus agêng kang baris//

Lalu dibuat kerajaan bagus,

berganti nama nanti

negara di Kartasekar.

orang-orang di tanah Mataram

sudah berbakti semua.

demikianlah sudah banyak yang

mengikuti.

Page 120: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

152

33 Asrambêk sang Narpa sunu/

dupi ing antara ari/

Narpatma dwi siniwaka/

angglir kang samya sumiwi/

nulya jêng Pangran Purbaya/

jumênêng angungundhangi//

Pasrah kepada putra Raja,

setelah beberapa hari

dua Raja duduk di singgasana.

sangat banyak yang menghadap.

lalu Kangjeng Pangeran Purbaya

duduk bertanya.

34 Pangandikanira asru/

eh sagunging wadya mami/

sira samya ngestrenana/

yen ing mêngko karsa mami/

dhimas Pangeran Balitar/

sun junjung jumênêng aji//

Bicaranya keras,

“he prajurit saya,

kamu semua patuhilah.

jika nanti maunya

adinda, Pangeran Balitar,

saya mengangkatnya menjadi

Raja

35 Neng Karta sêkar Praja gung/

dening jejuluking aji/

jêng Sunan Ibnu Mustapa/

Pakubuwana linuwih/

Senapatining Ngalaga/

Ngabdurahêman Sayidin//

Di Kerajaan Kartasekar.

adapun gelar Sang Raja

Kangjeng Sunan Ibnu Mustapa

Pakubuwuna Linuwih

Senapatining Ngalaga

Ngabdurahman Sayidin

36 Panatagama linuhung/

pra wadya asaur-paksi/

pra kaji miwah ngulama/

andonga karaton sami/

lulusing kang panjênêngan/

pinuji jayeng ngajurit//

Panatagama luhur.”

para prajurit menjawab serentak,

para haji dan ulama

berdoa untuk Karaton agar

beliau selamat,

terpuji berjaya dalam perang.

37 Jêng Pangran Purbaya gupuh/

narik astane kang rayi/

Kangjeng Pangeran Purbaya

segera

menarik tangan adiknya,

Page 121: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

153

linênggahkên ing ngamparan/

sariranya lênggah kursi/

kapareng kananing Nata/

nulya abyawara malih//

didudukkan di singgasana.

beliau duduk di kursi,

diijinkan disebelah kanan Raja.

lalu mengumumkan lagi

38 Karsa asantun jejuluk/

Panêmbahan Senapati/

Ngalaga ing Karta sêkar/

putraning raka Narpati/

kang pinundhut putra angkat/

Pangera-[57]n Riya wawangi//

akan berganti gelar

Panembahan Senapati

Ngalaga di Kartasekar.

putra kakanda Raja

yang dijadikan putra angkat

bernama Pangeran Riya,

39 Mangkya pinangkat palungguh/

nama Pangeran dipati/

anom Amêngkunagara/

gya misudha para dasih/

pinacak papangkatannya/

saundha sabilik-bilik//

sekarang diangkat diberi

kedudukan

bernama Pangeran Adipati

Anom Amengkunegara.

segera mengangkat para abdi,

ditata upacara penobatannya

sesuai dengan tingkat jasanya.

40 Wus têtêp adêging Ratu/

têntrêm tyasing wadya sami/

Panêmbahan gya parentah/

angirapakên kang baris/

ngêlar jajahaning rongang/

kalampahan dadya jurit//

Sudah tetap berdirinya Raja,

tentram hatinya para prajurit.

Panembahan lalu memerintahkan

mengenalkan prajurit yang

berbaris.

memperluas tanah jajahannya,

terlaksana menjadi prajurit.

41 Duk samana ura-uru/

Praja Kartasura tistis/

dene kyeh para karaman/

Ketika itu, terjadi huru-hara.

Kerajaan Kartasura dilanda

kesedihan

karena banyak para pencuri.

Page 122: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

154

jaya puspita dipati/

Panêmbahan aru cakra/

misih angadêg kang baris//

Jaya Puspita Adipati

Panembahan diganggu terus

menerus,

masih berdiri dalam barisan.

42 Mangkya dwi sang Narpa sunu/

malah wus madêg Narpati/

sinuyutan20 manca Praja/

Kêdhu Bagêlen sumiwi/

marma Nateng Kartasura/

dahat rudahing panggalih//

Sekarang kedua putra Raja,

malah sudah menjadi Raja.

disegani oleh luar Kerajaan

Kedhu Bagelen.

oleh karenanya Raja di Kartasura

kecewa sekali hatinya.

43 Pari marmaning Hyang Agung/

mring kang sinung wahyu jati/

puwara ing lama-lama/

para balela kalindhih/

jêng Sunan Ibnu Mustapa/

gêrah dhumawahing takdir//

Berkah karunia dari Tuhan

kepada yang dikasih wahyu

sejati.

akhirnya lama-kelamaan,

semua membangkang kalah.

Kangjeng Sunan Ibnu Mustapa

sakit, sehingga jatuhnya takdir

meninggal.

44 Sinare magiri gunung/

nunggiling rama Narpati/

Panêmbahan Purubaya/

kêni ing ngipuk kumpêni/

kinendhang mring Paselongan/

seda sinare magiri//

Dimakamkan di puncak gunung,

bersatu dengan rama Raja.

Panembahan Purubaya

terkena rayuan kompeni,

diasingkan ke Paselongan.

meninggal dimakamkan di

gunung.

45 Tilar putra wanudya yu/ Meninggalkan anak putri cantik,

20 sinuyudan

Page 123: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

155

ginarwa maring sang aji/

ping kalih Pakubuwana/

dhaup nak sanak sayêkti/

sinung nama jêng Ratu Mas/

susila bêkti ing laki//

diperistri oleh sang Raja

Pakubuwana ke II.

dijodohkan saudara-saudara

sendiri,

diberi nama Kangjeng Ratu Mas.

sangat baik dan berbakti kepada

suami,

46 Parandene meh kasiku/

kengsêr sruka soraning-[58]sih/

garwa paminggir warnendah/

kinêbonakên sasori/

narima trusing wardaya/

ketang apêsing dumadi/

tetapi hampir dilaknat.

terkalahkan oleh kasih sayang

istri selir berparas cantik.

diasingkan,

menerima sampai di hati,

karena sial dalam hidupnya.

47 Dupi ing nganti wis tengsu/

wontên parmaning hyang widdhi/

mring titah kang tyas raharja/

kacarita Sri Bupati/

ing ratri alanglang pringga/

mubêng wawêngkoning puri/

Ketika sampai sudah malam,

mendapat kasih sayangnya

Tuhan

kepada orang yang selalu baik

hati.

diceritakan sang Raja,

di malam hari keliling jaga

mengitari wilayah kerajaan

48 Among kanthi wulu cumbu/

ing wanci wus lingsir wêngi/

myarsa janma nungkara/

kakawin raras pamijil/

swara rum gêtas arênnyah/

lir ngalap jiwaning janmi//

bersama-sama dengan abdi.

di waktu sudah larut malam,

mendengar orang berdoa

kakawin laras tembang.

suaranya bagus sekali

seperti mengambil jiwa manusia.

49 Narendra miyarsa mangu/ Raja mendengar heran,

Page 124: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

156

kumênyat sotaning galih/

têmah kandhuwan kung rimang/

rangu-rangu angranuhi/

kasmaran rarasing swara/

nulya tumindak aririh//

bergetar rasanya hati

menjadi terpesona sekali.

bimbang sekali

terpesona dengan suaranya,

lalu mencarinya pelan.

50 Nurut rarasing swara rum/

praptaning gênthan pinanggih/

kang swara aneng prasada/

ing ngintip intip sing jawi/

sêlaning gêbyog kawuryan/

kang maos Sang Prameswari//

Mengikuti suara indah tadi,

sampai di genthan bertemu

suaranya ada di kedhaton.

dilihat dari luar,

disela-selanya gebyok kelihatan

yang membaca Sang Prameswari.

51 Narendra saka lali mut/

dening kabyatan wiyadi/

datan daraneng wardaya/

tumameng prasada nuli/

kang garwa sinambut sigra/

binêkta kundur mring puri//

Raja dari lupa-lupa ingat,

oleh beratnya kesusahan.

tidak kokoh hatinya,

lalu masuk di kedhaton.

istrinya langsung

menyambutnya,

dibawa pulang ke puri.

52 Lulus denira mamangun/

sih-siniyaning ngakrami/

enggaring tyas wong sapraja/

denya pinapudya yêkti/

lulusing reh palakrama/

Narendra kalawan sori//

Lestari olehnya membangun,

suami istri saling mengasihi.

senang hatinya orang sekerajaan

olehnya memuja sejatinya,

berhasil olehnya berumah tangga,

Raja dan Permaisuri.

53 Trah kapurbayan linuhung/

pinuji wigya madhahi/

wahyu karaton minulya/

mangkya kalampahan nênggih/

Keturunan Purbaya terkenal,

dipuji terus menerus

wahyu Keraton yang mulia.

maka lakunya lagi

Page 125: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

157

patutan kakung u-[59]tama/

gumantyeng rama Narpati//

berputra laki-laki utama,

menggantikan ayahanda Raja.

54 Jejuluk Kangjêng Sinuhun/

Pakubuwana kaping tri/

ing nagari Surakarta/

Narendra bêk sadubudi/

adhadhasar tyas sudira/

tan kundur rehing ngajurit//

Bernama Kangjeng Sinuhun

Pakubuwana ke III

di Negara Surakarta.

Raja yang baik budinya.

dasarnya hati berani sekali,

tidak menyerah olehnya perang.

DURMA

1 Mangkya gantya ingkang winarneng

carita/

Kyagêng Karanglo nguni/

jatine trah Dêmak/

jêng Sultan kang kapisan/

peputra Raden Mas Alit/

diwasa nama/

Pangran Pamêkas nguni//

Sekarang ganti yang diceritakan.

Kyageng Karanglo,

sejatinya keturunan Demak.

Kangjeng Sultan I

berputra Raden Mas Alit,

setelah besar bernama

Pangeran Pamekas.

2 Apeputra Panêmbahan Jagaraga/

apeputra wawangi/

Ki Agêng Ampuwan/

yeku sudarmanira/

Ki Agêng Karanglo yêkti/

kapati brata/

panêdhane ing Widdhi//

Berputra Panembahan Jagaraga,

berputra namanya

Ki Agêng Ampuwan,

yaitu bapaknya

Ki Ageng Karanglo sejatinya.

bertapa brata

meminta kepada Tuhan

3 Kalilana urun wijining Karatyan/

denya engêt manawi/

trahing witaradya/

samana kacarita/

menerima keturunan Karaton.

olehnya ingat apabila

keturunannya leluhur.

ketika itu diceritakan,

Page 126: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

158

duk Ki Pamanahan nguni/

budhal sing Pajang/

pindhah maring Matawis//

ketika Ki Pamanahan dulu

berangkat dari Pajang

pindah ke Mataram,

4 Prapteng Taji aso sangêt kasayahan/

miwah lapa kapati/

myang sangêt katoran/

Kyai Karanglo prapta/

saanak putune sami/

atur sasêgah/

wening nyu lawan bukti//

sampai di Taji istirahat

kecapekan.

dan sangat lapar

dan juga haus sekali.

Kyai Karanglo sampai

anak cucunya semua

memberikan suguhan

air kelapa dan makanan.

5 Sêkul golong saha bênya pêcêl ayam/

miwah kang jangan mênir/

sampun tinampanan/

dhinahar garwa putra/

warata praptaning dasih/

samya kaecan/

nikmat manpangat sami//

Nasi golong dan pecel ayam,

dan juga sayur menir

sudah diterima

dimakan suami istri anak,

rata sampai abdinya.

semua merasakan enak,

nikmat berguna bagi badan

semua.

6 Kyai Pamanahan dahat narimeng tyas/

nulya lumampah malih/

sawadya lo-[60]n lonan/

Kyagêng Karanglo miwah/

sakadang warga umiring/

yata kawarna/

praptaning Opak nadi//

Kyai Pamanahan menerima

dihati.

lalu berjalan lagi

semua prajurit pelan-pelan,

Kyageng Karanglo dan

semua warga mengiringi.

yaitu diceritakan

sampainya sungai Opak,

7 Jêng Susunan Kalijaga mêntas siram/ Kangjeng Sunan Kalijaga selesai

Page 127: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

159

gupuh Kyagêng Matawis/

mangsah ngestu pada/

Kyagêng Karanglo sigra/

gurawalan anututi/

manguswapada/

ing kanan Ki Matawis//

mandi.

segera Kyageng Mataram

langsung menyembah.

Kyageng Karanglo juga

segera mengikuti

menyembah kakinya

di sebelah kanan Ki Mataram.

8 Ki Karanglo pada kering kang kinuswa/

Jêng Sunan ngandika ris/

mring Kyagêng Mataram/

heh jêbeng wruhanira/

turune Karanglo benjing/

sajiwa raga/

lan darahira yêkti//

Ki Karanglo kaki kiri yang

dicium.

Kangjeng Sunan bicara pelan

kepada Kyageng Mataram,

“Heh nak ketahuilah,

keturunannya Karanglo nanti

sejiwa raga

dan darahnya sejati.”

9 Kacarita Kyagêng Karanglo peputra/

Cucuk Têlon wawangi/

Kyai Agêng Rogas/

peputra mangsa juga/

Kyai Cucuk Dhepok nuli/

puputra nama/

Cucuk Singa wong teki//

Diceritakan Kyageng Karanglo

berputra

bernama Cucuk Telon

Kyai Ageng Rogas,

berputra satu juga

Kyai Cucuk Dhepok lalu

berputra bernama

Cucuk Singa orang tapa,

10 Dadya Dêmang beraran bau wisesa/

lajêng elasisiwi/

Kyai Suta Jaya/

yeku ingkang panêngran/

Ki Kêrti Mancut ing nguni/

nulya peputra/

jadi Demang menguasai sawah.

Lalu berputra

Kyai Suta Jaya

yaitu yang diberi nama

Ki Kerti Mancut dahulu.

Lalu berputra

Page 128: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

160

namane nunggak semi//

namanya sama dengan ayahanda.

11 Kyai Sutajaya apeputra tiga/

estri ingkang kalih/

kang jalu satunggal/

wasta Ki Jagaswara/

katarima mring Sang Aji/

Pakubuwana/

ping tri Surakarta di//

Kyai Sutajaya berputra tiga,

yang perempuan dua,

yang laki-laki satu.

bernama Ki Jagaswara,

diterima oleh Sang Raja

Pakubuwana

ke III di Surakarta.

12 Pinisuddha dadya Bupati nayaka/

Gêdhong Têngên palinggih/

kapatêdhan nama/

Tumênggung Wirareja/

darbe sute-[61]stri yu luwih/

pinundhut garwa/

maring Sri Narapati//

Dilantik dijadikan Bupati nayaka

bertempat di Gedhong Tengen,

diberi nama

Tumenggung Wirareja.

Punya anak perempuan sangat

cantik,

dijadikan istri

oleh Sri Raja

13 Kaparingan asma Jêng Ratu Kancana/

nanging karane nguni/

Ratu Bêruk nama/

lulus pikramanira/

apatutan Sri Bupati/

kaping sakawan/

misuwuring asma ji//

diberi nama Kangjeng Ratu

Kancana.

Tetapi dahulu bernama

Ratu Beruk namanya.

Sesudahnya menikah,

berputra Raja

ke IV,

terkenal dengan nama Raja

14 Sunan Bagus dening pêkiking suwarna/

trusing tyas ngulama di/

Sunan Bagus karena bagus

parasnya,

baik hatinya menjadi ulama

luhur.

Page 129: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

161

malah duk samana/

kasêbut Waliyullah/

ingkang iya Sang cêmani/

Sri Nata mangka/

pepundhening rat Jawi//

Bahkan ketika itu

disebut utusan Tuhan

yang iya Sang Cemani

Sang Raja sebagai

leluhur di Tanah Jawa.

SINOM

1 Nahan gantya kang winarna/

Brawijaya Majapait/

kang jumênêng kaping gangsal/

Narendra Sudibya sêkti/

binathareng rat jawi/

punika para kramantuk/

endhang sasmita pura/

patutan priya wewangi/

Jaka Dilah tinanêm aneng Palembang//

Lalu ganti yang diceritakan,

Brawijaya Majapait

yang bertahta ke V.

Raja luhur sakti

penguasa di Tanah Jawa,

itu mendapatkan istri

putri pandhita sebuah Keraton.

Berputra laki-laki bernama

Jaka Dilah tinggal di Palembang.

2 Sinung nama Arya Damar/

wibawa sasat Narpati/

suyut21 Praja kering kanan/

kasoran prabawa sakti/

kathah kang nungkul aris/

pinreping dana marta yu/

garwa paringing rama/

putri ing Cina Nagari/

apeputra Rahaden Menak Sunaya//

Diberi nama Arya Damar,

berwibawa seperti Raja.

Disayangi kerajaan kanan

kirinya.

terkenal kesaktiannya,

banyak yang tunduk,

banyak yang heran oleh

kesabarannya.

Istri diberi oleh ayahnya,

putri dari negara Cina.

Berputra Raden Menak Sunaya,

3 Tinanêm neng Pamêlingan/ tinggal di Pamelingan,

21 suyud

Page 130: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

162

tanah Madura nagari/

gung subrata matiraga/

sesuta jalu sinakti/

Arya Timbul kakalih/

tan ana braja tumanduk/

ayoga ya mangkana/

kalokeng jana sinakti/

sinung aran Arya Kêdhot wi-

[62]rotam//

tanah negara Madura.

Rajin tapa bratanya,

berputra laki-laki sakti

Arya Timbul keduanya

tidak ada braja yang berani.

Putranya begitu

terkenal di masyarakat sakti,

diberi nama Arya Kedhot perwira

utama

4 Kasumbaga ing Alaya/

keh puruita kasaktin/

sesuta jalu prawira/

wit rare karêm teteki/

Arya Pucuk wewangi/

diwasa ing ngambil mantu/

maring Ki Agêng Sampa/

putrestri among sawiji/

marma mantu misesani saniskara//

terkenal di Alaya.

Banyak guru yang sakti

berputra laki-laki sakti,

dari kecil suka bertapa.

Arya Pucuk namanya,

sudah dewasa diambil menantu

oleh Ki Ageng Sampa.

Anak perempuannya hanya satu.

Maka dari itu menantu

menguasai semuanya.

5 Sasedaning maratuwa/

Arya Pucuk kang gumanti/

nenggili madhangin Sampang/

mukti sari lawan rabi/

sesuta patang siki/

ingkang pangarsa jejuluk/

Dyan Dêmung Palakaran/

ing Arisbaya sisiwi/

astha kehnya winarna ingkang

pandhadha//

Meninggalnya mertua,

Arya Pucuk yang menggantikan.

Mengayomi dan memajukan

Sampang.

Sejahtera dengan istrinya,

berputra empat puluh satu.

Yang pertama bernama

dyan Demung Palakaran

di Arisbaya, berputra

delapan banyaknya diceritakan

yang ketiga.

Page 131: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

163

6 Pangeran Agung panêngran/

ing Arisbaya sumilih/

napak tilasing sudarma/

peputra catur winarni/

among ingkang pangarsi/

panêmbahan Lêmah Dhuwur/

ngasrameng Arisbaya/

putra panca wlas winilis/

kang pandhadha jalu ambêk marto22

tama//

Bernama Pangeran Agung

di Arisbaya, menggantikan

tapak tilasnya ayahanda.

Berputra empat diceritakan

hanya yang pertama,

Panembahan Lemah Dhuwur/

tinggal di Arisbaya.

berputra limabelas banyaknya,

yang ketiga laki-laki utama

7 Nama Panêmbahan Têngah/

ing Arisbaya sisiwi/

panêngran Arya Prasena/

madêging Sampan Dipati/

sor nungkul mring Matawis/

sinihan jêng Sultan Agung/

pinundhut putra angkat/

kinenda dalêm Matawis/

sinung nama Panêmbahan

Cakraningrat//

bernama Panêmbahan Têngah

di Arisbaya, berputra

bernama Arya Prasena

berdiri jadi Adipati Sampan

dibawah kekuasaan Mataram.

Dikasihi Kangjeng Sultan

Agung,

dijadikan anak angkat.

Diutus tinggal di Mataram,

diberi nama Panembahan

Cakraningrat.

8 Ing ngêla-êla lir putri23/

parandene Sang Dipati/

tangeh yen agêng tyasira/

malah gung met tyas sasami/

Digadang-gadang seperti

anaknya.

tetapi Sang Adipati

lama-lama jika besar hatinya,

malah besar mengambil hati

semua.

22 marta 23 putra

Page 132: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

164

samya kinulit da-[63]ging/

dadya sadaya sih lulut/

Sultan saya sihira/

seda sinare Magiri/

apeputra jalwestri kehnya sapta wlas//

sama saudaranya,

jadi semuanya mengasihi.

Sultan semakin mengasihi.

Meninggal dimakamkan di

Imagiri.

Berputra laki-laki perempuan

sebanyak tujuh belas.

9 Putra ingkang wdang kasapta/

nama Dyan Undhakan nguni/

sasedanira kang raka/

Dyan Dêmang mlaya karsa ji/

ginantyakên dipati/

dupi pambalelanipun/

Rahaden Trunajaya/

kang paman tinorot wani/

sinangsaya neng madyeng wana

logawa//

Anak yang ke tujuh

bernama dyan Undhaka.

meninggalnya sang kakak,

Dyan Demang membangkang

kehendak Raja,

digantikan Adipati.

Banyak yang membangkang.

Raden Trunajaya,

sang Paman sangat berani,

sengsara di tengah hutan

Logawa.

10 Dahat denya kawlas arsa/

agung meminta ring Widdhi/

wigya amalês nangsaya/

myang wangsula angrenggani/

Praja Madura malih/

lêstariya run tumurun/

prapta mangsa katrima/

jumênêngira Narpati/

Jêng Susunan Mangkurat ing

Kartasura//

Dia kasihan sekali,

besar berdoanya kepada Tuhan,

olehnya memelas sengsara.

Ketika pulang, menjaga

Kerajaan Madura lagi.

lestari turun temurun

sampai waktu diterima

menjadi Raja

Kangjeng Sunan Mangkurat di

Kartasura.

11 Kinen ngêlus Trunajaya/ Disuruh membujuk Trunajaya.

Page 133: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

165

kalampahan lêbda kardi/

Madura mangka ganjaran/

ingakên sudara wedi/

madanani pasisir/

tanah bang wetan sadarum/

Pangeran Cakraningrat/

nama peparingira ji/

sarta dadya gêdhig anggalaning Praja//

Dijalankan dengan baik,

Madura nanti sebagai hadiah.

Yang menyuruh teman yang baik

menyorai pesisir,

tanah merah timur semua.

Pangeran Cakraningrat,

nama yang diberikan Raja,

serta jadi senopati perangnya

kerajaan.

12 Sasurudira Narendra/

ginantyaning narpa siwi/

parab Sunan Mangkurat Mas/

Pangran Cakraningrat nguni/

garwa Dyah Pakuwati/

rinabasa ring Sang Prabu/

pangeran sru bramantya/

madêg sudira mawredi/

mênggahing tyas rumangsa ing alitira//

Sepeninggalannya Raja,

digantikan anak Raja

bernama Sunan Mangkurat Mas

Pangeran Cakraningrat,

suami dyah Pakuwati

dirusak oleh Sang Prabu.

Pangeran sangat marah,

menjadi berani dan tegas.

Umpama di hati merasa jadi

kecil.

13 Binudi budi tan dadya/

têmah putêk manaputi/

[64] puwara antuk wêwêngan/

rêmbag lan sang Adipati/

Jangrana Surawesthi/

saekapraya bebangus/

mring Pugêr Jêng Pangeran/

ing ngaturan murweng jurit/

Jêng Pangeran nuruti saksana medal//

Watak caranya berfikir tidak jadi,

memang tanpa fikiran.

akhirnya mendapatkan jalan,

musyawarah dengan sang

Adipati

Jangrana Surawesthi,

setuju dengan idenya.

Oleh Kangjeng Pangeran Puger,

diperintahkan memulai perang.

Kangjeng Pangeran menuruti lalu

keluar.

Page 134: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

166

14 Gya jumênêng neng Samarang/

peparabira Narpati/

Jêng Sunan Pakubuwana/

kang sapisan amurwani/

kaparênging karsa ji/

Pangran Cakraningrat sinung/

jejuluk panêmbahan/

ri wus sampurnaning jurit/

panêmbahan pamit kondur mring

Madura//

Lalu bertahta di Samarang,

bernama Raja

Kangjeng Sunan Pakubuwana

ke I yang memulainya.

kemauannya Raja,

Pangeran Cakraningrat diberi

nama Panembahan.

Hari sudah selesainya perang,

Panembahan pamit pulang ke

Madura.

15 Wusana duk prapteng Kamal/

padesan Madura nagri/

gêrah amung sawatara/

dadya jalaraning takdir/

Panembahan ngêmasi/

têmah kang nama kasêbut/

Panêmbahan kang seda/

Kamal katêlah samangkin/

apeputra jalwestri tridasa juga//

Akhirnya ketika sampai di

Kamal,

pedesaan di negara Madura,

sakit hanya sebentar.

Menjadi akibatnya takdir,

Panembahan meninggal.

Takdir namanya disebut

Panembahan kang seda

Kamal lama-lama namanya nanti.

Berputra laki-laki perempuan

tigapuluh.

16 Kang pandhadha winursita/

wastanira Nunggak Semi/

sapangeran Cakraningrat/

duk dauru jaman dening/

Jaya Puspita balik/

Pangran Cakraningrat wau/

kêna paekan daya/

rinira wadul mring aji/

Yang ketiga diceritakan,

namanya sama dengan ayahanda

Pangeran Cakraningrat.

Ketika jaman tidak tentram oleh

Jaya Puspita kembali,

Pangeran Cakraningrat tadi

terkena tipu daya.

Dia mengadu kepada Raja,

Page 135: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

167

ing ngaturkên kait lan Jaya Puspita//

melaporkan sekutu dan Jaya

Puspita.

17 Dadya nulya linurugan/

wadya Jawa lan kumpêni/

Dyan Arya Suradiningrat/

mangka pawiriding baris/

yeku kang maeka ring/

raka dadya [65] sangsara gung/

Pangeran rancakeng tyas/

wagugên tambuh binudi/

arsa ngungsi mring bali mintasaraya//

Jadilah lalu berangkat perang,

prajurit Jawa dan kompeni.

Dyan Arya Suradiningrat

apabila disuruh bersiaga perang,

yaitu yang membohongi

kakak jadi sengsara sekali.

Pangeran sedih hatinya.

Susah tidak peduli fikirannya

mau mengungsi kembali minta

bantuan.

18 Gugup kapêlaking yuda/

wadyanira anglolosi/

mung kari garwa lan putra/

Pangeran anglêsing galih/

dadakaning pamikir/

mung nêmah sumêdya nungkul/

mring Patih Cakrajaya/

kang tugur prang Surawesthi/

wus utusan tinampan panungkulira//

Segera dimulailah perang.

prajuritnya mati semua,

hanya tinggal istri dan anak.

Pangeran susah hatinya,

langsung berfikir

hanya ingin menyembah

kepada Patih Cakrajaya.

Yang menjaga perang Surawesthi

sudah mengutus menerima

sembahannya.

19 Dyan mangkat sagarwa putra/

pinêthuk maring kumpêni/

kang lumurug mring Madura/

baitanira miranti/

Pangran den ancarani/

Dyan berangkat dengan istri

anaknya,

bertemu dengan kompeni

yang berangkat perang ke

Madura.

Kapalnya sudah siap.

Pangeran dihormati

Page 136: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

168

aminggah maring parau/

pangagêngnya kapitan/

nampeni garwa sang putri/

wantuning Dyah dahat jrih mring liya

bangsa//

naik ke kapal.

kepalanya kapten kapal

menolong istri sang putri.

beraninya Dyah lalu takut kepada

lain negara.

20 Duk sinambut astanira/

Sang Rêtna anjrit kapati/

mulat wêngis krodhanira/

Pangeran anarik kêris/

saha samangsah aglis/

kapitan pinarjaya wus/

aniba kapisanan/

Pangran liwung mamanasi/

pangamuke lir andaka tawandrana//

Ketika disambut tangannya,

Sang Retna menjerit ketakutan.

Melihat dengan bengis marah

sekali,

Pangeran menarik keris

lalu langsung maju perang.

Kapten menang sudah

jatuh sekali.

Pangeran sangat mengamuk,

amukannya seperti banteng yang

bengis.

21 Singa kang katrajang bubar/

kang kacandhak angêmasi/

kumpêni ngumpul prayitna/

tata parêng ambêdhili/

gumrudug tan nganggopi/

addressing mimis tumêmpuh/

samya cureng sarira/

Pangeran mangsah mangung24 kih/

abusêkan geger kumpêni jro palwa//

Singa yang diterjang bubar

semua.

Yang terkena langsung mati.

Kompeni berkumpul berjaga-

jaga,

berbaris boleh menembaki

terus menerus tanpa berhenti

diserang banyak peluru.

Semua sama marahnya.

Pangeran maju perang banyak

bangun,

dibubarkan ramainya kompeni di

dalam kapal.

24 mangun

Page 137: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

169

22 Kaslêpêg tan wigya u-[66]ncat/

têmah tumpês tan ngundhili/

mung kari para prawira/

nêdya sulung lêbu gêni/

nirbaya ambêk pati/

kursi kinarya gegutuk/

myang poporing sanjata/

Pangeran saya tan gigrig/

pra prawira kumpêni keh karahatan//

Terdesak tidak dapat lari,

jadi habis tidak tersisa.

Hanya tinggal para prawira,

berniat masuk api dahulu.

Berani dengan kematian.

Kursi dibuat untuk melempar

kepada senjata kayunya pistol.

Pangeran semakin tidak mundur,

para prawira kompeni banyak

yang terluka.

23 Panggah panggah kasulayah/

watara kari nêm iji/

yun lumayu wus tan bisa/

ana kang graiteng ati/

Pangran tinubruk kursi/

kagyat kalênggak wus ambruk/

kinrepan pamrepira/

dilalah praptaning pasthi/

Pangran seda dening rêmpuning

sarira//

Tetap saja kelelahan.

Kira-kira tinggal enam orang,

mau lari sudah tidak bisa.

Ada yang mengerti di hati

Pangeran menabrak kursi,

kaget menoleh sudah jatuh.

Memelas sekali dia,

kebetulan datangnya takdir,

Pangeran meninggal karena

badannya hancur.

24 Dadya kasêbuting nama/

Pangran Cakraningrat nênggih/

kang seda baita kapal/

dene wau ingkang rayi/

katri maring Sang Aji/

pinangkat ingkang palungguh/

gumanti ingkang raka/

jejuluk anunggak semi/

purneng karya jênêngnya Prabu

Jadi disebutnya nama

Pangeran Cakraningrat yaitu

yang meninggal di kapal.

Dan tadi adiknya

ketiga, kepada Sang Raja

dijadikan yang menguasai

menggantikan sang kakak.

Bernama sama dengan ayahanda.

Berakhirnya menjabat namanya

Page 138: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

170

Mangkurat//

Prabu Mangkurat.

25 Tinariman ari Nata/

Ratu Madurêtna nguni/

kasêbut Ratu Ayunan/

Pangran Sedanengkap nênggih/

kalantur den wastani/

Pangran Sedakap puniku/

peputra Panêmbahan/

Cakraningrat Sadamukti/

putranya keh kang winarna mung

sajuga//

Diterima adik Raja

Ratu Maduretna,

disebut Ratu Ayunan.

Pangeran Sedanengkap yaitu

terlanjur dinamakan

Pangeran Sadakap, itu

berputra Panembahan

Cakraningrat Sadamukti.

Putranya banyak, yang

diceritakan hanya satu.

26 Dyan Ayu Cakradiningrat/

ing Pamêkasan nagari/

peputra wanudya tama/

pinundhut maring Sang Aji/

Paku-[67]buwana ping tri/

dhinaupkên narpa sunu/

Jêng Pangran Adipatya/

Anom Amangku nagari/

pinaringan nama Dyan Ayu Dipatya//

Dyan Ayu Cakradiningrat

di negara Pamekasan,

berputra perempuan utama

diminta oleh Sang Raja

Pakubuwana ke III.

Dijodohkan dengan anak Raja

Kangjeng Pangeran Adipati

Anom Amangkurat nagari,

mendapat nama Dyan Ayu

Adipati.

27 Lagya patutan sajuga/

miyos kakung suwarna di/

Sang Kusuma tan widada/

murud amurweng den adi/

kang tinilar mong wingit/

wau Sri Narendra sunu/

sasuruding ramendra/

gumanti jumênêng aji/

Baru punya anak satu

lahir laki-laki berparas bagus,

Sang Kusuma tidak selamat.

Meninggal mendahului den adi,

yang ada hanya kesedihan.

Tadi anak Raja,

setelah meninggalnya rama Raja,

berganti menjadi Raja

Page 139: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

171

Jêng Sinuhun Pakubuwana Kaping

Pat//

Kangjeng Sinuhun Pakubuwana

ke IV.

28 Diwasaning Narpa putra/

kang sing Dyan Ayu Dipati/

ingangkat Pangran Dipatya/

sasuruding rama aji/

gumanti Narapati/

kaping gangsal Sang aprabu/

yekang misuwur asma/

nênggih Jêng Sinuhun Sugih/

ambêk sura weh girising mitya

karddha//

Dewasanya anak Raja

yang dari Dyan Ayu Adipati

diangkat jadi Pangeran Adipati.

Meninggalnya rama Raja,

berganti jadi Raja

ke V. Sang Prabu

yang terkenal bernama

yaitu Kangjeng Sinuhun kaya,

berwatak pemberani

menakutkan.

GIRISA

1 Yata mangsuli carita/

Ki Adipati Mandraka/

putranira kang panêgak/

Kyai Juru Wirapraba/

ambêk sura manrangbaya/

dhasar sakti mandraguna/

anggung angular jajahan/

ngrupak jajahaning mêngsah//

Yaitu mengulang cerita,

Ki Adipati Mandraka

putranya sang pemimpin

Kyai Juru Wirapraba,

berwatak pemberani menempuh

bahaya.

Dasar sakti mandraguna,

selalu memperluas wilayah

menjajah jajahan musuh.

2 Duk jênêngira Narendra/

Jêng Sunan kang Seda Krapyak/

katarima karyanira/

dadya punggawa pangarsa/

Dipati Mandurarêja/

putrastha ingkang winarna/

Ketika beliau Raja

Kangjeng Sunan kang Seda

Krapyak

diterima pekerjaanya

jadi punggawa terdepan.

Adipati Mandurareja

anak kedelapan yang diceritakan,

Page 140: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

172

pangarsa warujunira/

samya priya kalihira//

diharapkan bungsunya

sama laki-laki keduanya.

3 Kang wreddha prawireng yuda/

duk panjênênganya Nata/

Jêng Sulta-[68]n Agung Mataram/

Prabu Anyakra kusuma/

ginantyakên ramanira/

Dipati Mandurareja/

kaloka kajanapriya/

kêkês pramanca nagara//

Yang tua perwira perang.

Ketika beliau Raja

Kangjeng Sultan Agung

Mataram,

Prabu Anyakrakusuma

menggantikan ayahnya.

Adipati Mandurareja

laki-laki yang sangat terkenal,

ditakuti oleh luar kerajaan.

4 Sangsaya agêng tyasira/

rumangsa jayeng bawana/

mengêt sudira andadra/

têmah nanangi angkara/

kaitan Dipati Pajang/

sêdya ngrabaseng Mataram/

Jêng Sultan tan kasamaran/

dupi ing Pajang balela//

Semakin besar hatinya

merasa berjaya di dunia.

Ingat berani sekali,

takdir menggugah kemarahan.

Dengan Adipati Pajang

mau merusak Mataram.

Kangjeng Sultan tidak heran,

ketika di Pajang menolak.

5 Dipati Mandurarêja/

kang kinen anglurugan/

kinanthenan prasantana/

dadya keron manahira/

bêdhahing Pajang sêmana/

Ki Adipati sangsaya/

katatangi driyanira/

denyarsa ngrurah Mataram//

Adipati Mandurareja

yang menyuruh berangkat

perang,

menunggu para santana.

Jadi bingung hatinya

ketika Pajang diserang.

Ki Adipati semakin

tergugah hatinya

olehnya mau pergi ke Mataram.

Page 141: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

173

6 Paran kang kinarya marga/

Jêng Sultan waskitheng cipta/

sêdya arsa pinidana/

ngupadi wahyaning mangsa/

sêmana kapasang yoga/

wontên Praja kang marêngkang/

Sang Dipati kang dinuta/

kalampahan jayeng rana//

Ketika menghampiri di jalan,

Kangjeng Sultan hati-hati di

pikiran.

berniat ingin menghukum,

mencari waktu yang tepat.

Ketika itu menata yang sesuai,

ada Kerajaan yang terkenal.

Sang Adipati yang diutus

untuk menang dalam perang.

7 Jêng Sultan sampun anduta/

mundhut pêjah gêsangira/

anggandhek gya lumaksana/

kapêthuk wontên ing marga/

dhinawuhkên sabda Nata/

Ki Dipati tan lênggana/

kalampahan pinêjahan/

Kali Wungu pamêtaknya//

Kangjeng Sultan sudah diutus

mengambil hidup matinya.

Perintahnya lalu terlaksana.

Bertemu di jalan,

diutaraka perintah Raja.

Ki Adipati tidak menurut,

terjadilah pembunuhan

disemayamkan di Kali Wungu.

8 Kang waruju namanira Rahaden

Banusasmita/

ambêk susila noraga/

siniya-[69]n mring Jêng Sri Nata/

pinacak dadya punggawa/

namarya Wira Kusuma/

nulya malih winisuddha/

Pangran Mandura nagara//

Yang anak ragil bernama

Rahaden Banusasmita.

Dengan baik andhap asor,

dikasihi oleh Kangjeng Raja.

Dijadikan punggawa

bernama Arya Wira Kusuma.

Lalu dijadikan lagi

Pangeran Mandura nagara.

9 Punika nulya peputra/

Pangran Manduranagara/

ingkang sumare ing Têgal/

nunggak semi putranira/

Itu lalu berputra

Pangeran Manduranagara

yang dikubur di Tegal.

sama dengan ayahanda putranya,

Page 142: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

174

Arya Manduranagara/

sinare mungup pracima/

putra nunggak semi uga/

Arya Manduranagara//

Arya Manduranagara

sinarnya terlihat timur.

Anak sama dengan ayahanda

juga,

Arya Manduranagara

10 Ingkang sumare ing Têgal/

lajêngira apeputra/

malih nunggak semi uga/

Radian Manduranagara/

sumare mungup kang wetan/

peputyarya Pasingsingan/

dadalêm ing Sêngkal Sasra/

lajêngira apeputra//

yang dikubur di Tegal.

Lalu dia berputra

sama dengan ayahanda juga,

Raden Manduranagara

dikubur terlihat yang barat.

Berputra Arya Pasingsingan,

tinggal di Sengkal Sasra.

Lalu berputra

11 Dyan Tumênggung Cakrapura/

peputra panêngranira/

ping kalih Cakra dipura/

darbe putra wanodyendah/

pinundhut garwa ampeyan/

Jêng Sri Nata kaping gangsal/

nama Dyan Sasrakusuma/

peputra kakung utama//

Dyan Tumenggung Cakrapura.

Berputra namanya

dua kali Cakra Dipura.

Punya anak perempuan cantik

dijadikan istri selir

Kangjeng Raja ke V,

bernama Dyan Sasrakusuma.

Berputra laki-laki utama.

12 Wit timur sudira brata/

anggung lalaneng wanarga/

angupadi puruita/

suruding rama Narendra/

gumanti kaprabonira/

jejuluk Jêng Susuhunan/

kaping nêm Pakubuwana/

Dari muda berani berperang,

selalu mengelana berkelana ke

hutan gunung

mencari ilmu.

sepeninggalan rama Raja,

menggantikan tahtanya

bernama Kangjeng Susuhunan

Pakubuwana ke VI.

Page 143: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

175

misuwuring asma Nata//

Terkenal dengan nama Raja

13 Jêng Sinuhun Banguntapa/

Narendra bêk sarahita/

anggung denya langlang pringga/

mayêng ngubêngi nagara/

anulat labuhanira/

ingerak Jêng Sultan Jiyat/

denya mrih têntreming [70] wadya/

dimen anjuru dêmungan//

Kangjeng Sinuhun Banguntapa.

Raja berwatak suka keprajuritan.

Pengalamannya sangat banyak.

Bagus olehnya mengelilingi

negara.

Melihat jasa-jasanya,

Kangjeng Sultan Jiyat sangat

sayang.

olehnya supaya tentramnya

prajurit,

supaya juru demung.

JURU DEMUNG

1 Nahan gantya kang winarna/

Kyai Singaprana Alus/

trah Pajang kamulanipun/

saking Pangeran Banawa/

peputra panêngranipun/

Kangjêng Pangeran Kaputran/

punika lajêng susunu//

Lalu ganti yang diceritakan.

Kyai Singaprana Alus,

keturunan Pajang asalnya.

Dari Pangeran Banawa,

berputra namanya

Kangjeng Pangeran Kaputran.

Itu lalu berputra

2 Nama Pangran Sanupaya/

peputra jalu jejuluk/

Singaprana gya sesunu/

nunggak semi Singaprana/

yeku Singaprana Alus/

peputra Ki Singawongsa/

laju sesuta ranipun//

namanya Pangeran Sanupaya.

Berputra laki-laki bernama

Singaprana, lalu berputra

sama dengan ayahanda

Singaprana,

yaitu Singaprana Alus.

Berputra Ki Singawongsa,

lalu anaknya bernama

Page 144: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

176

3 Ki Singaprana ping tiga/

darbe suta wanodya yu/

pinundhut mring Narpasunu/

Jêng Gusti Pangeran Arya/

Amangkubumi linuhung/

putra dalêm Jêng Sri Nata/

Pakubuwana ping têlu//

Ki Singaprana ketiga.

Punya anak perempuan cantik

diminta oleh anak Raja

Kangjeng Gusti Pangeran Arya

Amangkubumi luhur,

putra dalem Kangjeng Raja

Pakubuwana ke III.

4 Sang Dyah dahat kinasiyan/

denya susila kalangkung/

mring maru kadi sadulur/

tan ana kang subasita/

kaparêng dalêm Sang Prabu/

ing nguni pinaring nama/

Raden Tasikwulan patut//

Sang Dyah sangat disayangi,

karena perilakunya baik sekali.

Kepada semuanya seperti

saudara,

tidak ada yang subasita.

Diberi oleh Sang Prabu

itu dikasih nama

Raden Tasikwulan pantas.

5 Patutan putri utama/

mawa ujwala sumunu/

kagarwa Kangjêng Sang Prabu/

kaping nêm Pakubuwana/

Sang Dyah pinaring jejuluk/

panênggih Kangjêng Ratu Mas/

maambêk ngumala mêrdwu//

Berputra perempuan utama.

Karena cahaya anaknya,

dinikahi Kangjeng Sang Prabu

Pakubuwana ke VI.

Sang Dyah diberi nama

yaitu Kangjeng Ratu Mas,

dengan cahaya menyenangkan.

6 Sinihan mring raka Nata/

nanging sinamuning sêmu/

tan ana grahiteng kalbu/

dening Jêng Ratu sagêdya/

nampeni karsaning kakung/

ka-[71]nthi lêgawa narima/

marmantuk wahyu linuhung//

Dikasihi oleh kakak Raja.

Tapi itu semua hanya semu,

tidak ada pengertian di hati.

Oleh Kangjeng Ratu bisa

menerima kemauan suaminya

dengan legawa menerima.

Lalu mendapatkan wahyu luhur.

Page 145: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

177

7 Amung patutan sajuga/

kakung ing warna pinunjul/

yayah Hyang Asmara nurun/

trusing tyas ngumala rêtna/

tansah weh marteng tumuwuh/

lir rama karêm nastapa/

nimpuna salwiring kawruh//

Hanya berputra satu,

laki-laki yang berparas bagus.

Seperti keturunan Hyang

Asmara,

di hatinya seperti cahaya intan.

Selalu tumbuh memberikan

kesabaran.

Seperti ayah senang sedihnya,

pintar banyak pengetahuannya.

8 Jumênêng Nata sudibya/

ping nawa Jêng Sang aprabu/

putus pangrehing Praja gung/

dhadhasar ambêk sudira/

santosa tatag atangguh/

denya mrih têntrem myang tata/

manising praja rahayu//

Menjadi Raja luhur.

Ditawarkan Kangjeng Prabu,

sudah selasai perkaranya

kerajaan besar.

Dasar berani sekali,

kukuh, kuat dan tangguh.

Olehnya selalu tentram dan baik,

manisnya kerajaan makmur.

DHANDHANGGULA

1 Nahan gantya kang winarna malih/

Jêng Pangeran Arya Adiwijaya/

kang ambêk susila sareh/

punika putranipun/

Sunan Prabu Mangkurat nguni/

Nata di Kartasura/

caritaning dangu/

duk tumutur murweng yuda/

ingkang rayi Jêng Pangeran

Lalu ganti yang diceritakan lagi.

Kangjeng Pangeran Arya

Adiwijaya,

yang baik dan sabar.

Itu anaknya

Sunan Prabu Mangkurat,

Raja di Kartasura.

ceritanya dahulu

ketika mengatakan memulai

perang,

yang adik Kangjeng Pangeran

Page 146: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

178

Mangkubumi/

Susunan Kabanaran//

Mangkubumi,

Susunan Kabanaran.

2 Pinundhi mangka jimating jurit/

wêkasane sedaka sangkala/

dening sinilip25 yudane/

nuju neng Kali Abu/

siram lawan garwa paminggir/

bok Gandasari nama/

galihe katungkul/

tan wrin wus pinirantenan/

kang prajurit kumpêni ngrundhuk sing

wuri/

saka praboning aprang//

Dimana ketika aji-ajinya perang,

mulainya ada yang celaka.

Oleh disembunyikan perangnya

menuju ke Kali Abu.

Dimandikan dengan istri di

pinggir.

mbok Gandasari namanya.

Hatinya dibohongi.

Tidak tau sudah dijebak,

prajurit kompeni menangkap dari

belakang

dari tempatnya perang.

3 Jêng Pangeran tan kiwuling jurit/

kawilêting sih maring ampeyan/

dadya seda têmahane/

[72] saiteng Kali Abu/

prapteng mangkya karan wewangi/

Pangran Adi Wijaya/

seda Kali Abu/

putra catur kang pangarsa/

Dyan Mas Arya Adi Kusuma gya putri/

nama Raja Sasmita//

Kangjeng Pangeran tidak bisa

melawan prajurit.

Meroyok dengan cepat kepada

selirnya,

jadi meninggal beliau

dikubur di Kali Abu.

Sampainya dijuluki namanya

Pangeran Adi Wijaya

seda Kali Abu.

Anak keempat yang dinantikan,

Dyan Mas Arya Adi Kusuma,

lalu putri

nama Raja Sasmita,

4 Nulya ari kakung awawangi/ lalu adik laki-laki bernama

25 sinilib

Page 147: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

179

Dyan Mas Arya Kusumadiningrat/

wadananing mantra gêdhe/

anulya arinipun/

Dyan Mas Wiryadiningrat nênggih/

bupati Panaraga/

mangkana winuwus/

Arya Kusumadiningrat/

duk maksiha timur dahat kawlas asih/

dening datan kopama//

Dyan Mas Arya

Kusumadiningrat,

menantikan mantra yang besar.

Lalu adiknya/

Dyan Mas Wiryadiningrat yaitu

Bupati Panaraga.

ketika itu diceritakan,

Arya Kusumadiningrat

ketika masih muda kasihan

sekali.

olehnya seumpama,

5 Sasedaning rama kinukup mring/

Pangran dipati Mangkunagara/

raka nak-sanak prenahe/

puwara ura-uru/

andaganya Pangran Dipati/

rebut rok lan kang rama/

Kabanaran Prabu/

nging anggung kasoran yuda/

tan pakiwul milalu leresing jurit/

ngungsi saparan paran//

meninggalnya ayah diketahui

oleh

Pangeran Adipati Mangkunagara,

kakak saudara sebenarnya.

Memang tidak akrab.

Pangeran Adipati membangkang,

merebut mengamuk dengan

ayahanda,

Prabu Kabanaran.

Tapi selalu kalah perang,

tidak mundur mending maju

perang

mengungsi kemana-mana.

6 Sang kaswasih sakadang tantari/

tumuturing raka jêng Pangeran/

anggung kasangsaya bae/

saya nalikanipun/

padha mining Narendra kalih/

Kemudian memelas semuanya.

Bilangnya kakak Kangjeng

Pangeran

harus kuat saja.

Semakin ketikanya

kedua Raja sama salahnya,

Page 148: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

180

papalihan nagara/

kang sinêbut mungsuh/

mung Pangran Mangkunagara/

saparane satata pinreping jurit/

meh kacakuping yuda//

peralihan negara

yang disebut musuh.

Hanya Pangeran Mangkunagara,

sesampainya selalu ditempuh

dengan perang,

hampir selesainya perang.

7 Saking denya kawêkening galih/

yen lumawan ngrasa tan kabangkat/

[73] mungsuh dudu timbangane/

nêmahing tyas anungkul/

mring kang rayi Surakarta ji/

pinacak Senapatya/

sang kaswasih wau/

sakadangira titiga/

pinundhuting Nata rehning timur misih/

winoring panakawan//

Saking olehnya hati-hati di hati,

jika melawan rasa tidak kuat.

Musuh bukan lawannya,

harusnya hati menghormati

kepada adik Raja Surakarta.

Berkedudukan sebagai Senopati,

yang memelas tadi

dengan saudaranya tiga

diambil Raja ketika masih muda,

dijadikan satu dengan

panakawan.

8 Diwasanya misih sru kaswasih/

labêt ardada uruning jaman/

Nata tan kobêr galih/

pijêr denya mamayu/

yuning Praja mrih mulya jati/

dadya sang kawlasarsa/

tyasira milalu/

lumêbu mring pamagangan/

ing antara warsa pinacak prajurit/

panamburing tamtama//

Dewasanya masih memelas

sekali.

Karena dari murkanya jaman

dahulu,

Raja tidak ada waktu hatinya.

Selalu olehnya berbuat baik.

Maunya Kerajaan agar mulia

sejatinya,

jadi sang pemberi kasih.

Hatinya mendingan

masuk di calon punggawa,

beberapa tahun jadi prajurit

memimpin prajurit.

Page 149: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

181

9 Pinet mantu maring ki ngabehi/

Yasadipura san kawiswara/

winong lir sutane dhewe/

wantuning pujangga gung/

wus waskitha sidaning dadi/

jangkaning lalampahan/

mangkana winuwus/

Jêng Sri Nata Surakarta/

ping sakawan panjênêngannya antawis/

lagyantuk catur warsa//

Dijadikan menantu oleh Ki

Ngabehi

Yasadipura pujangga luhur,

dirawat seperti putranya sendiri.

beraninya pujangga besar,

sudah hati-hati akhirnya jadi

laku yang ditempuhnya.

begini ceritanya,

Kangjeng Raja Surakarta

ke IV, beliaunya kira-kira

baru dapat empat tahun.

10 Manguntik braring driya matistis/

jêng ngajêngan lawan ingkang eyang/

ing Ngeksiganda Pamase/

kuthanira kinêpung/

dening wadya bala Matawis/

janma tan wignya medal/

prawitaning dangu/

duk jumênêngira Nata/

kaping tiga Narendra dibya di murti/

prawira mandra guna//

Cahayanya hati sedih sekali.

Kangjeng melawan dengan

kakek

Raja Ngeksiganda.

Kotanya dikepung

oleh prajurit Mataram.

Orang tidak bisa keluar.

mulainya lama,

ketika beliaunya Raja

ke III Raja luhur badannya

berani mandraguna

11 Darbe putra wanudya yu luwih/

Dyan Ajêng Gêntul paparabira/

sor warang-[74]gana citrane/

kaswareng rat satuhu/

ingkang eyang Nateng Matawis/

sêdya nuwila ganda/

Punya anak perempuan cantik,

Dyan Ajeng Gentul namanya.

Bidadari kalah citranya,

terkenal di jagad semua.

yang kakek Raja di Mataram

mau bersaudara dengan orang

luhur.

Page 150: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

182

wau Sang Retna yu/

tinêmbung yun dhinaup lan/

raja putra narendra anom Matawis/

nanging tan sinêmbadan//

tadi Sang Retna

diminta akan dijodohkan dengan

anak Raja muda Mataram,

tetapi tidak dituruti.

12 Dene misih ngêmu sanggarugi26/

dadya among sinongga ing krama/

Sri Ngeksiganda sêmune/

ering mring putra Prabu/

dadya among manganti-anti/

praptaning patêmbayan/

ing wêkasanipun/

kongsi lalu pangantinya/

wus kadalu warsaa têmahan kongsi/

têmbung kalingga Nata//

Ketika masih menjunjung

kekawatiran,

jadi hanya menyangga di

pernikahan.

Raja Ngeksiganda glagatnya

agak takut dengan anak Prabu.

Jadi hanya berharap

sampainya di perjanjian.

Di akhirnya,

sampai lewat pengharapannya.

Sudah lewat tahunnya sungguh

masih

bilang diterima Raja.

13 Surudira Jêng Sri Narapati/

sinantyaning putra sri Narendra/

kang kaping catur marmane/

Ngeksigonda Sang Prabu/

grahita yen sinanggi krami/

tinampik ris-arisan/

dumadya marbangun/

angun-angun tyas wiroddha/

Dyan suwareng wadya kinen ngêpung

kikis/

nagari Surakarta//

Meninggalnya Kangjeng Raja,

sabarnya anak Raja

yang ke empat ketika itu.

Sang Prabu Ngeksiganda

mengerti jika diutus menikah.

Ditolak secara halus-halus,

jadilah tersinggung

galak hatinya marah sekali.

Dyan suaranya prajurit disuruh

mengepung pinggir

negeri Surakarta.

26 Sanggarunggi#

Page 151: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

183

14 Kalampahan kêmput bina thithis/

kinêpung wakul binaya mangap/

paminggiring Praja geger/

angili ngalor ngidul/

rereyongan saanak rabi/

langkung kawêlas arsa/

katuring Sang Prabu/

dahat kampiteng wardaya/

Dyan nimbali Patih lan para Bupati/

Pangulu lan Pujangga//

harus berjalan dengan berhasil,

dikepung banyak bahaya besar.

sepinggirya Kerajaan ramai

berjalan ke utara selatan,

berjalan dengan anak istrinya.

Menyedihkan sekali.

Bilangnya Sang Prabu,

khawatir sekali hatinya.

Dyan memanggil Patih dan

Bupati,

Penghulu dan Pujangga,

15 Samya kinen anggupita Gusthi/

mrih widada jêjêring Prajar-[75]ja/

aywana reh sangsayane/

sadaya mari kêlu/

kaluhuran sabda narpati/

denya mrih Ayuningrat/

marma mring wadya gung/

de lagya yêm sawatara/

nuli ana babaya kang babayani/

binudyaris kawala//

sama disuruh meminta kepada

Tuhan

supaya selamat semua Kerajaan.

Tingkahnya semakin reda,

semua pusingnya sembuh.

Dihormati perkataan Raja,

olehnya supaya Ayuningrat

kasihan kepada prajurit besar.

Olehnya baru tentram sementara,

lalu ada bahaya yang

membahayakan.

Pikirkan dengan baik.

16 Nanging samya wagugêning ati/

pinarsudi tyas tanpa wawêngan/

paren dadya darunane/

rerehing galihipun/

Ngeksiganda Sri Narapati/

denya wus apratandha/

ardaning kang bêndu/

Tapi sama khawatir di hati.

dipercaya hati tanpa ditutup.

paren jadi sebabnya

tingkah hatinya

Sri Raja Ngeksiganda

olehnya sudah pertanda

murkanya sekali.

Page 152: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

184

sadaya kewraning driya/

datanana ingkang kawênganing budi/

gung kodhêng kawêdhêngan//

Semua khawatir di hati,

tidak ada yang mengerti

tingkahnya,

besar tidak mengertinya.

17 Parmaning Hyang sang paramakawi/

sinung padhang narawang tyasira/

gya nêmbah alon ature/

Pukulun Sang Aprabu/

kang saestu retuning bumi/

karsa Nata punika/

kaluhuran tuhu/

botên wit jrihing ngayuda/

mung mangeman rusaking wadya gung

alit/

lulusing karaharjan//

Kasih sayangnya Tuhan YME

memberi terang menerawang

hatinya.

Lalu menyembah berkata pelan,

“Gusti Sang Prabu

yang menjadi penguasa bumi,

keinginan Raja itu

keluhuran yang sejati.

Tidak takut pada perang,

hanya kasihan jika rusak prajurit

besar kecil.

Lestarinya keselamatan

18 Miwah arjaning kang bumi bumi/

kasangsara duk dauru jaman/

yêkti langkung utamine/

nanging kêdah rinuwuh/

karananya kang mamarahi/

krodhaning eyang Nata/

yen sampun kapangguh/

bubukane tyas wirodha/

Dyan binudi ing reh kang kalawan aris/

dumadi tan rêkasa//

dan selamatnya bumi,

sengsara tidak tentram jamannya,

sejatinya lebih utamanya

tapi harus selamat.

Karenanya yang memulai

marahnya eyang Raja,

jika sudah ditemukan

yang membuat hati marah,

Dyan pikirkan perbuatanmu

dengan sabar,

menjadi tidak berat.”

19 Sri Narendra manggut nayogyani/

kang sumewa samya ngayubagya/

Sri Raja mengangguk setuju,

yang menghadap sama senang.

Page 153: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

185

sang Kawi swara ature/

puku-[76]lun duk rumuhun/

eyang Nata anyanyaweni/

ing bakyu Jêng ngandika/

Raden Ajêng Sêntal/

nging rama paduka swarga/

datan rêna taksih karaosing galih/

duk papalihan praja//

sang Kawi suara ujarnya,

“Gusti, dahulu

eyang Raja memberi pesan,

Kangjeng bicara dengan kakak

Raden Ajeng Sental.

Tapi ayah paduka almarhum

tidak senang masih terasa hatinya

oleh beralihnya Kerajaan.

20 Dadya among sinanggi ing krami/

lalu mangsa kongsi tanpa wêkas/

kalajêng-lajêng têmahe/

murut27 ramanta Prabu/

eyang Nata matêmah runtik/

yun murweng lagadira/

yeku purwanipun/

Sri Narendra duk miyarsa/

angandika layak kang bok durung

krami/

mangkono karananya//

Jadi hanya dijalani di pernikahan.

Lalu waktu sampai tiada akhir

terus menerus kejadiannya.

Pergi dari ayah Prabu,

eyang Raja memang tidak suka.

Mau mendahului perang berani.

Yaitu awalnya

Sri Raja mendengar

berbicara pantas sang kakak

belum menikah.

Begitu sebabnya,

21 Mangkya kadiparaning pamikir/

apa baya yogya ing aturna/

kang bok mring eyang samangke/

Kyanapatih umatur/

dhuh pukulun Sri Narapati/

yen makatên karsendra/

katon nistha tuhu/

sêtun têmên Surakarta/

botên wontên janma priya mung

pawestri/

maka bagaimana pemikirannya.

Apa bahaya pantas dibicarakan

sang kakak oleh eyang nanti.”

Bendara Patih bicara,

“dhuh gusti Sri Raja,

jika begitu keinginan Raja,

terlihat nista sekali.

Rekasa sekali Surakarta.

Tidak ada orang laki-laki hanya

perempuan,

27 murud

Page 154: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

186

denya jrih mangunyuda//

olehnya takut berperang.

22 Rêmpêk saung kang para Bupati/

ngayubagya turing Mantramuka/

luhung arêrêmpon bae/

sadaya suka lêbur/

ing ayahan umangun jurit/

yen ngaturkên Sang Rêtna/

sasat nungkul alus/

Narendra kewraning driya/

angandika paran kasidaning dadi/

kang bok kang kawlas arsa//

Remuk sekali para Raja.

Setuju tuturanya Mantramuka,

harusnya perang besar-besaran

saja.

Semua suka jadi satu

di kerajaan mewujudkan perang.”

Jika dibicarakan Sang Retna

sama dengan mengalahkan

dengan halus.

Raja tidak enak di hati

berbicara tujuan dijadikannya

sang kakak yang kasihan sekali.

23 De wus yuswa durung nambut krama/

yen wus rêmpêk nêdya rêrêmpona

prang/

lah i-[77]ya sun turut bae/

dhasar panggalih ingsun/

durung lila ingkang sayêkti/

gêmpaling nuswa Jawa/

yêkti ingsun rebut/

mung kanggê gegalihing wang/

awlas mulat marang wadya bala

dening/

lagya têntrem kewala//

Olehnya sudah tua belum

menikah.

Jika sudah remuk niat mau

perang,

lah iya dia menurut saja.

Dasar pikirannya

belum rela yang sejatinya.

Gemparnya tanah Jawa,

sejatinya dia merebut

hanya untuk ketentramannya

orang.

Kasihan melihat kepada prajurit

oleh

baru tentram saja.

24 Marma ingsun mênggahing panggalih/

mangkya ana dhadhakaning aprang/

Maka dia naiknya hati,

maka ada penyebabnya perang.

Page 155: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

187

lah iya uwis sêdhênge/

wasisan aywa tanggung/

kakang êmbok sun pikir dhingin/

nuline palakrama/

mrih galaking mungsuh/

lah ayo pikirên padha/

sapa wadya kang pantês sun tarimani/

kakang bok Sang Kusuma//

Lah iya sudah muatnya

pintarnya jangan tanggung.

Kakak putri berfikir dingin

langsung menikah

supaya galaknya musuh.

Lah ayo fikirlah semua

siapa prajurit yang pantas

diterima

kakak putri Sang Kusuma.

25 Yata wau sang parameng kawi/

atas myarsa aturing apatya/

golong lawan nayakane/

Sri Narendra kalulun/

nambadani aturing Patih/

nêdya murweng ayuda/

tinon samya gregut/

lir sardulawikridhita/

sang pujangga anggung amarsudi bumi/

mrih ayuning bawana//

Yaitu tadi sang Parama kawi,

jelas mendengar kata-kata Patih

setuju dengan Nayakanya.

Sri Raja kalah,

setuju dengan ucapannya Patih.

Mau mengawali perang,

dilihat sama semangat

seperti tembang besar

sang Pujangga besar mencari

ilmu di bumi

oleh indahnya jagat.

26 Ing wêkasan nêmbah matur aris/

pukulun Jêng Sang Iswarotama/

prakawis ing paturane/

ri sang mantra pangayun/

golong lawan para Bupati/

paduka ngayubagya/

dadosing prang pupuh/

myang murih galaking mêngsih/

bakyu dalêm pinrih akrama rumiyin/

Di akhir hormat bilang pelan,

“gusti Kangjeng Sang Raja,

perkara yang diaturkan

oleh sang mantra di depan

jadi satu dengan para Bupati,

paduka setuju.

Jadinya perang pupuh

oleh mengutus supaya berani

kepada musuh.

Kakak disuruh menikah dahulu,

Page 156: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

188

anggalih kang tinriman//

hatinya yang diterima.

27 Mênggah karsa Paduka sayêkti/

kaluhuran ing atasing Nata/

bêksa raita wiyose/

nanging kê-[78]dah ginêlung/

ing pratingkah sidaning dadi/

nistha madya utama/

winawas ywa limut/

paran yen tumibeng nistha/

lêhêng madya pintên banggi yen utami/

sumbaga wirotama//

Seumpama maunya Paduka

sejatinya

luhurnya di atasnya Raja,

tari raita pembukanya.

Tapi harus digelung

di tingkah akhirnya jadi

nista tengah utama.

Dilihat jangan ditutupi

sampai jika jatuh di nista,

olehnya tengah berapa bahaya,

jika utama

terkenal bagus berani sekali.

28 Namung ulun adarwya pamanggih/

yen suwawi lawan karsa Nata/

Patih myang Punggawa kabeh/

yogya lulus rahayu/

sampun ngantos mutahkên gêtih/

nanging kang sampun dadya/

sor paduka Prabu/

taksiha kalokeng jana/

Nata dibya wirotama ing ngajurit/

tyas paramartotama//

Tetapi aku jangan dipanggil,

jika disetujui dengan kemauan

Raja,

Patih dengan Punggawa semua

pantas selalu selamat.

Jangan sampai memuntahkan

darah.

Tapi yang sudah terjadi,

bawah Paduka Prabu

masih saja terkenal di

masyarakat.

Raja berani di peperangan,

hati luhur dan utama.

29 Mênggah pratingkahing nawung gati/

bakyu dalêm Sang Kusumaning Dyah/

Pantas tingkahnya

mengumpulkan dengan benar.

Kakak Sang Dyah Kusumaning

Page 157: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

189

ginalih palakramane/

angsal Santana Prabu/

kang sambada budi myang warni/

yen parêng tyas Narendra/

ulun darbe mantu/

putrane eyang paduka/

jêng Pangeran Adiwijaya ing nguni/

taruna mbêk ngumala//

difikir menikahnya

dapat santana Prabu

yang pantas pikirannya dan

parasnya.

Jika boleh hati Raja,

saya punya menantu

putranya eyang paduka,

Kangjeng Pangeran Adiwijaya

muda dengan kelebihannya.

30 Inggih punika gusti kang kenging/

mangka sarananing glar mardawa/

amrih sirêping dukane/

eyang paduka Prabu/

de lêrêse ingkang anggalih/

sagung trah Ngadijayan/

Ngeksiganda mulku/

dening dahat kapotangan/

tinut wuri ing saparan mangun jurit/

tan sêdya ngoncatan//

Iya itu gusti yang bisa

apabila sarananya supaya sabar,

supaya hilang sedihnya.”

eyang paduka Prabu

membuat senang hatinya

semua keturunan Ngadijayan.

Sang Prabu Ngeksiganda

oleh sangat terpuji,

diikuti kemana-mana

membangun perang,

tidak jadi menyingkir.

31 Ngantos anêmbahi seda sait/

sapintên ta kapiutanganya/

malah kawarti ing mangke/

eyang pa-[79]duka Prabu/

anggunging sêp warta ngulari/

putreng raka kang seda/

wontên lepen abu/

badhe ginanjar kamulyan/

angengêti lalabêtira kang swargi/

Sampai menyembah mati sakit,

seberapa hutangnya.

Malah dikabarkan nanti

eyang paduka Prabu

besarnya berita mencari

anaknya kakak yang meninggal

di sungai abu.

Mau diganjarkan kemuliaan

memperingati tapak tilasnya

almarhum

Page 158: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

190

mangka pamalêsira//

ketika pembalasannya.

32 Punika yen kalampahan panggih/

Sang lir Rêtna lan mantu kawula/

eyang paduka yêktine/

larut bramantyanipun/

malah kararantan ing galih/

ketang sor kautaman/

lan paduka Prabu/

têlas turira manêmbah/

duk miyarsa Narendra arsayeng kapti/

manggut mangayubagya//

Itu jika berjalannya bertemu

Sang Retna dan bilang mengabdi,

eyang paduka sejatinya

sedih sekali hatinya.

Malah hancur di hati,

perasaannya dibawah keutamaan.

Dan paduka Prabu

habis ujarnya menyembah

mendengar Raja senang

keinginannya,

manggut setuju.

33 Mantri muka lan para Bupati/

myang pangulu jumurung sadaya/

datan winarna dhaupe/

mawa pahargyan gung/

kapyarsa mring Praja Matawis/

salir laksananira/

denira mamantu/

Sang aprabu Ngeksiganda/

esmu merang-merang kang wayah

narpati/

myang dahat kararantan//

Mantri muka dan para Bupati

ke penghulu, semuanya

membantu.

Tidak diceritakan pernikahannya

membuat acara yang besar.

Diharapkan oleh Kerajaan

Mataram,

semua melaksanakannya

olehnya menikah.

Sang Prabu Ngeksiganda

seperti membagikan yang waktu

Raja

dengan sedih sekali.

34 Mring raka Sang sampurneng ajurit/

têmah larut krodhaning ngayuda/

Kepada kakak Sang sempurna di

perang,

memang terbawa marahnya

berperang.

Page 159: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

191

kadi sinapon dukane/

wadya bala kang ngêpung/

Surakarta wus den timbali/

bubar padha sakala/

malah gya angutus/

tur pasumbang langkung kathah/

raja brana guru bakal guru dadi/

winawan srat wêwêran//

Seperti disapu marahnya.

Prajurit yang mengepung

Surakarta sudah dipanggil,

pada bubar semuanya

Malah lalu di perintahkan

dan juga menyumbang banyak

sekali

harta kekayaan guru bakal jadi

guru,

melawan surat pingitan.

35 Mêdharakên karantaning galih/

mring raka sang mukseng ngadilaga/

miwah dahat panrimane/

mring wayah Sang Aprabu/

surasaning gitamalat sih/

yayah [80] trahing prasêtya/

lulusing arukun/

yata praja Surakarta/

prasidya yu bamban pasamuwan malih/

kadi duk panggihira//

Menjelaskan kesedihannya hati

kepada kakak sang muksa di

medan perang.

Dan menerima sekali

oleh waktu Sang Prabu

rasanya kecelakaan keasihan

seperti keturunannya setia,

selalu rukun,

yaitu kerajaan Surakarta

bersedia memulai perkumpulan

lagi,

seperti bertemunya.

36 Nanging roroncene tan winarni/

Sri Pamasa kasoking sihira/

wreni dhasar santanane/

taruna warna bagus/

lêpas pasanggrahita lantip/

ambêk ngumala rêtna/

marma karsa Prabu/

antara ri winisuddha/

Tapi urutannya tidak diceritakan.

Sri Raja banyak sekali kasihnya.

Banyak sekali santananya

muda berparas bagus,

kabur dari pasanggrahan tajam

dengan kumala Retna.

Maka maunya Prabu,

antara hari dilantiknya,

Page 160: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

192

wadanane mantri gêdhe sinambat sih/

Arya Sumadiningrat//

mantri wadana mengeluh semua.

Arya Sumadiningrat

37 Peputrastha wêlas kakung putri/

juga Rahadyan Sastra Kusuma/

kalih putri panêngrane/

Sumawi Krama luhung/

sami saking garwa paminggir/

wdang katri saking garwa/

Rahadyan Mas sêpuh/

ananging nora widada/

nulya wdang kasakawan kakung

wewangi/

Dyan Mas Wangsa taruna//

berputra delapan belas laki-laki

perempuan.

Pertama Rahadyan Sastra

Kusuma,

kedua perempuan bernama

Sumawi Krama luhur

sama dari istri selir,

yang ketiga dari istri,

Rahadyan Mas tua,

tetapi tidak selamat.

Lalu yang keempat laki-laki

bernama

Dyan Mas Wangsa muda.

38 Wdang kagangsal mijil langkung pêkik/

Dyan Mas Kelan jumênêng Pangeran/

Nata Kusuma namane/

nulya Arya Jayengkung/

ngalih Sumajaya wawangi/

pinudyan Ayu Blitar/

nulya arinipun/

Dyan Mas Sayid madêg Pangran/

jêng Pangeran Adiwijaya wewangi/

anulya arinira//

Yang kelima lahir tampan sekali,

Dyan Mas Kelan sebagai

Pangeran

bernama Raja Kusuma.

Lalu Arya Jayengkung,

menjadi Sumajaya namanya,

dipuja Dyan Ayu Blitar.

Lalu adiknya

Dyan Mas Sayid menjadi

Pangeran

bernama Kangjeng Pangeran

Adiwijaya.

Lalu adiknya

39 Wdangka sanga sing garwa paminggir/ yang ke sembilan dari istri selir,

Page 161: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

193

nama Dyan Ngabehi Mandaraka/

nulya sing Patmi arine/

Dyan Ayu Jayengkewuh/

kasawêlasira wewangi/

Arya Jayadiningrat/

[81] yekang apilungguh/

Bupati Kaparak Kiwa/

nulya Dyan Masê Mantri arine malih/

Kangjêng Ratu Kancana//

bernama Dyan Ngabehi

Mandaraka.

Lalu yang Patmi adiknya,

Dyan Ayu Jayengkewuh.

Kesebelasnya bernama

Arya Jayadiningrat,

yaitu yang menjadi

Raja Kaparak Kiwa.

Lalu Dyan Mas Mantri, adiknya

lagi

Kangjeng Ratu Kancana,

40 Garwa dalêm Jêng Sinuhun sugih/

nulya parari saking ampeyan/

Raden Sumadi karyane/

anulya Raden Ayu/

Kusumadikrama anuli/

Dyan Wrediningsih nama/

ampeyan Sang Prabu/

pakubuwana kaping pat/

nulya Suma Marjaya Raden Ngabehi/

wragil Dyan Mangunjaya//

istri Kangjeng Sinuhun kaya.

Lalu para anak dari selir,

bernama Raden Sumadi.

Lalu Raden Ayu

Kusumadikrama, lalu

bernama Dyan Wrediningsih,

selir sang Prabu

Pakubuwana ke IV.

Lalu Raden Ngabehi Suma

Marjaya,

bungsunya Dyan Mangunjaya.

41 Putra asthawlas ingkang winarni/

Pangeran Arya Adiwijaya/

dahat sulistya warnine/

kramantuk putrinipun/

ingkang raka nak sanak nguni/

Pangeran Adipatya/

Mangkunagareku/

Putra ke delapanbelas yang

diceritakan.

Pangeran Arya Adiwijaya

bagus sekali parasnya.

Menikah mendapat putrinya

yang kakak saudara juga,

Pangeran Adipati

Mangkunagara

Page 162: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

194

ping kalihing Surakarta/

apeputra kathah kang winarna kalih/

samya kakung utama//

ke II di Surakarta.

Berputra banyak, yang

diceritakan dua

sama laki-laki utama.

42 Kang asêpuh Raden Mas Subêkti/

suwarna di tyas ngumala rêtna/

diwasanira ing mangke/

nunggak semi jejuluk/

Pangran Adiwijaya ping dwi/

ari Dyan Mas Sudira/

animpuneng kawruh/

yayah pujanggeng Narendra/

bêk mardawa mangkana ingkang

winarni/

pangran adiwijaya//

Yang tua Raden Mas Subekti,

parasnya hati bercahaya seperti

intan.

Dewasanya nanti,

sama dengan ayahanda bernama

Pangeran Adiwijaya ke II.

Adiknya Dyan Mas Sudira,

mencari ilmu

seperti pujangganya Raja.

Banyak sabar begitu yang

diceritakan.

Pangeran Adiwijaya

43 Dadya mantu dalêm Sri Bupati/

Pakubuwana kang kaping astha/

putra keh kang winarna reh/

kang mijil dyah linuhung/

angasorkên gêbyaring sasi/

trusing tyas martotama/

ginarwa Sang Prabu/

Pakubuwana ping sanga/

datan wing-wang lir Hyang Wisnu lan

Dewi Sri/

pantêsing [82] sakaliyan//

dijadikan menantu Sri Raja

Pakubuwana ke VIII.

Putra banyak yang diceritakan

tingkahnya,

yang lahir dyan luhur

dibawah gebyarnya bulan,

percayanya hati sabar utama.

Dinikahi Sang Prabu

Pakubuwana ke IX.

Tidak beda dengan Hyang Wisnu

dan Dewi Sri,

pantasnya keduanya.

44 Mung patutan juga Sang Rêtna di/ Sang Retna hanya punya anak

Page 163: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

195

miyos kakung sulistya ing warna/

kadya murca kinêdhapke/

tuhu retuning bagus/

pinapudya wadya sanagri/

langkung sihe ramendra/

nadyan misih timur/

pinangkat Pangran Dipatya/

diwasanya sangsaya endahing warni/

mangka musthikeng Praja//

satu.

Seperti laki-laki setia di

parasnya,

seperti hilang utamanya.

Benar perangnya bagus,

dipuja prajurit senegara.

Sayang sekali rama Raja.

Meskipun masih muda,

diangkat jadi Pangeran Adipati.

Dewasanya semakin bagus

parasnya,

maka perhiasannya Kerajaan.

45 Anggung ginulanging rama aji/

salwiring kawruh panata praja/

wajibing Nata yêktine/

mrih lulusi larja yu/

arjeng Praja panjrahning janmi/

sasuruding ramendra/

gumantyeng kaprabun/

Jêng Sri Nata ping sadasa/

satata mrih wadya kang pantês kinardi/

kanthining Nata dibya//

Lalu diajarkan rama Raja

sebagian ilmu tentang kerajaan.

Wajibnya Raja sejatinya,

supaya lestarinya selamat

selamat di Kerajaan merata di

masyarakat.

Meninggalnya rama Raja,

digantikan Prabu

Kangjeng Sri Raja ke X.

Lestari supaya prajurit yang

pantas bekerja

dengan Raja luhur.

KINANTHI

1 Mangsuli cariteng ngayun/

Dyan Mas Sudira ing nguni/

diwasanira sangsaya/

denira mrih minangkarti/

alandhêsan budi darma/

Mengulang cerita di depan,

Dyan Mas Sudira dahulu.

Dewasanya semakin

olehnya supaya tentram,

berlandaskan budi utama,

Page 164: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

196

prasida widagda jati//

menjadi pintar sejatinya.

2 Madêg Pangeran jejuluk/

Gandakusuma mantêsi/

ambêk para martotama/

pasanging grahita lantip/

puwarantuk kanugrahan/

jumênêng Pangran dipati//

Menjadi Pangeran bernama

Gandakusuma pantas sekali.

Dengan para prajurit

selalu mengerti sekali.

Mendapatkan keanugrahan

menjadi Pangeran Adipati

3 Mangkunagara ping catur/

kapati denya marsudi/

arjaning wawêngkonira/

para Santana gung alit/

miwah para wadya bala/

rinob bandana marta sih//

Mangkunagara ke IV.

Suksma olehnya berguru.

Selamat pemerintahannya,

para santana besar kecil

dan juga para prajurit,

banyak bandana sabar kasih.

4 Winonging sakayun-kayu-[83]n/

kang tan gêmpalakên adil/

myang samya winulang-wulang/

pinrih nawung kridha sami/

tan apia wicarita/

myang anoraga malat sih//

Orangnya semaunya

yang tidak memudahkan adil.

Dengan sama-sama berguru,

supaya mengumpulkan perilaku

sama.

Tidak bergejolak ceritanya.

Dengan andhap asor membuat

senang.

5 Kang supaya nora kidhung/

lamun andukita tami/

marma prasantana wadya/

samya lêbdeng krama niti/

kasumbageng tri bawana/

labuhanira Jêng Gusti//

Yang supaya tidak paham,

tapi menjadi utama.

Maka dari itu para santana

sama keturutan di tingkah teliti,

terkenal di tiga dunia

kehidupannya Kangjeng Gusti.

Page 165: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

197

6 Tan wus kalamun winuwus/

Jêng Gusti wus nambut krami/

antuk pulunan nak sanak/

putranira Kangjêng Gusti/

Pangeran Dipati Arya/

Mangkunagara kaping tri//

Tidak henti-henti terkenalnya.

Kangjeng Gusti sudah menikah

mendapat puluhan anak.

Anaknya Kangjeng Gusti

Pangeran Adipati Arya

Mangkunagara ke III,

7 Patutan putri linuhung/

kagarwa Sri Narapati/

kaping sadasa punika/

dadya têmbung krama bibi/

nak sanaking umi Nata/

swargi Jêng Sang Prameswari//

berputra perempuan luhur

dinikahi Sri Raja

ke X itu.

jadi dipanggil bibi

anak-anaknya ibu Raja.

Almarhum Kangjeng Sang

Prameswari,

8 Samya trahing kali abu/

baboni bawana jawi/

pinapudyeng wadya bala/

widadaning Prameswari/

ambawani kawibawan/

tumangkaping wahyu jati//

sama keturunan dari Bapak.

Babonnya Tanah Jawa.

Dipuja oleh semuanya.

Ketulusannya Prameswari,

sifatnya bijaksana.

Mendapatkan wahyu sejati dari

Tuhan.

Page 166: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

198

B. Kajian Isi

Isi kandungan dalam naskah STWK berisi tentang silsilah keturunan

Raja-raja Jawa yang dimulai dari Ki Ageng Tarub sampai KGPAA

Mangkunegara IV. Naskah ini merupakan sebuah naskah sejarah yang di

dalamnya memuat rekam jejak seorang tokoh yang ada di Jawa. Melalui

sejarah bisa mengetahui masa lampau baik mengenai peristiwa maupun tokoh-

tokoh yang ada di dalam sejarah tersebut. Sesuai kegunaannya, naskah STWK

memiliki kegunaan untuk mengetahui mengenai silsilah para raja Jawa dari Ki

Ageng Tarub sampai dengan KGPAA Mangkunegara IV dan dapat menjadi

referensi ilmu di bidang lain.

Naskah STWK di dalamnya berisi 14 pupuh yang di setiap pupuh-nya

selalu berganti yang diceritakan. Dimulai dari pupuh pertama yaitu kisah Ki

Ageng Tarub sampai dengan pupuh terakhir yang menceritakan tentang

KGPAA Mangkunegara IV. Tetapi di antara pupuh satu dengan pupuh lainnya

selalu ada kesinambungan cerita.

1. Ki Ageng Tarub, merupakan putra dari Prabu Tunjungseta atau

Dayaningrat VII. Ketika istrinya melahirkan, para dukun pendeta

mengatakan bahwa anak tersebut kalau sudah besar akan memberi duka

kepada ayahanda. Maka anak diberikan kepada Ki Buyud di Tajug diberi

nama Ki Jaka Bodho. Ketika dewasa disuruh menikah tapi tidak mau. Lalu

ia diberi tau yang sebenarnya, ia langsung pergi dari rumah, ingin

mengabdi ke Pengging tetapi dibuang Dewa ke hutan, dan disana ia

bertapa seperti kidang.

Page 167: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

199

Di Dukuh Sekar Lampir tinggal Ki Buyud Kidang Lancing yang memiliki

putri berparas cantik bernama Sumaji. Suatu hari Sumaji pergi ke sendang

bertemu dengan Jaka Bodho. Keduaanya saling jatuh hati hingga tidak tau

batas. Sang ayah mengetahui perbuatan tersebut dan langsung dilaporkan

kepada Raja Pengging. Ki Buyud Tajug dipanggil Raja Pengging dan

diceritakan semua tentang kelakuan anaknya. Ki Buyud Tajug memberi

tahu bahwa Jaka Bodho adalah anak yang dititipkan Raja dahulu. Raja

ingin membunuhnya, tapi tidak tega hatinya. Lalu Jaka Bodho diusir dari

kerajaan. Setelah itu Jaka Bodho menceritakan kejadian tersebut kepada

Sumaji dan ia berniat ke Majapahit. Sesampainya di Majapahit ia disuruh

ke Supagati. Disana ia selalu dinasehati dan juga Jaka Bodho senang

memandai keris.

Di Sekar Lampir, Sumaji juga diusir dari sana. Lalu ia ingin menyusul

Jaka ke Majapahit. Di tengah jalan ia melahirkan anak laki-laki tampan.

Sumaji meninggal tetapi bayinya selamat. Sang bayi ditemukan oleh Ki

Buyud Sekar Lampir dan jasad ibunya dikubur. Sang bayi dibawa dan

ditaruh di bawah pohon. Ditemukan dan dibawa pulang oleh Ni Randha

Tarub, diberi nama Jaka Tarub.

Ketika dewasa Jaka Tarub menikah dengan Nawangwulan dan diberi gelar

Kyai Ageng Tarub. Ni Randha bicara kalau sebenarnya ia anak Sri

Dayaningrat. Ketika mendengar, sakit hati Ki Ageng Tarub. Ia ingin

menjadi raja menggantikan ahli waris kerajaan Pengging. Ki Ageng

bertapa sangat keras lalu mendapat wangsit bahwa ia tidak bisa jadi raja.

Tapi keturunannya pasti akan menguasai Tanah Jawa dengan syarat ia

Page 168: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

200

harus mencari teman Prabu Brawijaya. Ia langsung mengatakan pada

istrinya tentang wangsit itu. Sang istri juga berdoa kepada Dewa dan

diberikan Cupu Manik Asthagina yang di dalamnya ada gambar surga,

neraka dan bumi langit seisinya. Sang istri juga membuat baju celana tanpa

jahitan. Sesampainya di Majapahit, Ki Ageng Tarub langsung

menceritakan niatnya dan memberikan semua yang disiapkan tadi. Ki

Ageng langsung diberi keris yang bernama Kyai Condhong Campur.

Ki Ageng Tarub dan Nawangwulan dikaruniai anak perempuan cantik

yang diperistri oleh Bondhan Kajawan. Meninggalnya mertua, ia yang

menggantikan posisinya. Keduanya saling mengasihi dan dikaruniai tiga

orang anak. Pertama bernama Dyan Dhukuh, yang berguru pada Sunan

Majagung dan diambil menantu olehnya diberi nama Seh Ngabibulahi

yang tinggal di Wanasaba dan namanya menjadi Ki Ageng Wanasaba.

Kedua bernama Raden Dhepok, yang berguru pada Sunan Majagung dan

diambil menantu diberi nama Seh Ngabdullah yang tinggal di Dukuh

Getas Pandhawa dan namanya menjadi Ki Getas Pandhawa. Dan yang

ketiga bernama Rara Kasiyan. Hal tersebut diceritakan pada pupuh

pertama pada 48-51 yang berbunyi sebagai berikut.

“Kyai Agêng wus peputra mangkin/ mijil wanodya endah kawuryan/ wus

tan pae lan ibune/ mawa ujwala mancur/ angêsorkên gêbyaring sasi/

ramebu langkung suka/ prapta mangsa dhaup/ lan raden Bondhan

Kajawan/ samuksane martuwa Raden gumanti/ neng Tarub mong

wibawa// Sih siniyan lan garwa Dyah adi/ yayah mimi lawan kang

mintuna/ tan kêna sah saparane/ ri ratri runtung-runtung/ enggal ingkang

kandha winarni/ apatutan tetiga/ kang asêpuh jalu/ Dyan Dhukuh

peparabira/ nyakabat mring Susunan Majagung nguni/ pinet mantu

priyangga//...”

Page 169: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

201

Artinya: “Kyai Ageng sudah berputra nanti/ lahir perempuan indah sekali/

sudah tanpa bapak dan ibunya/ memakai cahaya yang sumorot/

mengalahkan cahaya bulan/ bapak dan ibu pasti senang/ sampai waktunya

menikah/ dengan Raden Bondhan Kajawan/ meninggalnya mertua Raden

menggantikan/ di Tarub orang yang dihormati// Saling mengasihi dengan

istrinya/ seperti mimi dan mintuna/ tidak bisa pisah kemanapun/ ketika

malam selalu bersama/ baru yang bilang bercerita/ anaknya tiga/ yang tua

laki-laki/ Dyan Dhukuh namanya/ berteman dengan Sunan Majagung/

diambil mantu sendiri//...”

2. Mas Panjawi, keturunan Arab dan Majalengka.

Ketika jaman Demak ada keturunan Rasulullah bernama Maulana

Mahribbi ke Jawa menyusul saudaranya, Kalipah Kusen. Beliau bertemu

dengan Sunan Ngampel dianggap saudara sendiri dan menikah dengan

anak dari Arya Teja Tuban. Ia menjadi imam di Banten dan dikaruniai

empat anak. Pertama bernama Pangeran Seh Aji Duta. Kedua bernama

Pangeran Adi Purwa. Ketiga bernama Pangeran Ngadireja. Dan yang

keempat bernama Ki Ageng Ngerang yang dijadikan menantu Bondhan

Jaka Tarub + Nawangwulan

putrinya + Bondhan Kajawan

Dyan Dhukuh

(Ki Ageng Wanasaba)

Raden Depok

(Ki Ageng Getas Pandhawa)Rara Kasiyan

Page 170: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

202

Kajawan mendapatkan Rara Kasiyan. Berputra tiga yang pertama lahir

perempuan diperistri Ki Ageng Sela, bernama Nyi Geng Sela muda

(menjadi istri muda, istri tua anaknya Kyai Ageng Wanasaba). Kedua

bernama Ki Ageng Ngerang (sama dengan ayahnya). Dan yang terakhir

bernama Nyi Geng Kemiri.

Diceritakan Ki Ageng Ngerang mengabdi pada Sunan Kalijaga dan

dijadikan menantu mempunyai anak enam. Pertama bernama Panembahan

Agung, kedua Pangeran Kalijenar, ketiga Ki Ageng Ngerang (seperti

ayahnya), keempat dan kelima tidak diceritakan, dan yang bungsu

bernama Nyai Geng Sapupa.

Kyageng Ngerang lalu dijadikan mantu Ki Ageng Sela berputra Ki Mas

Panjawi yang suka keprajuritan. Ia berguru pada Sunan Kalijaga dengan

Kyai Ageng Pamanahan (anak Kyageng Nis) dan Kyai Juru (anak

Kyageng Saba). Mereka bertiga saling mengasihi dan sama-sama

mengabdi pada Sultan Adiwijaya di Pajang. Hal tersebut diceritakan pada

pupuh kedua pada 10-11, sebagai berikut.

“Wuragilira pawestri/ Nyai Gêng Sapupa nêngran/ Kyagêng Ngêrang

winiraos/ kamantu Ki Agêng Sela/ dadya panggih nak-sanak/ denya

palakrama runtut/ patutan jalu utama// Anama Ki Mas Panjawi/ karêm ing

kaprajuritan/ jinurung maring buyute/ Jêng Susunan Kalijaga/ anggung

ginulang-gulang/ pratingkahing aprang pupuh/ myang saliring aji

jaya//...”

Artinya: “Yang bungsu perempuan/ bernama Nyai Geng Sapupa/ Kyageng

Ngerang dirasa/ jadi mantu Ki Ageng Sela/ jadi bertemu saudara sekakek/

olehnya pasangan suami istri urut/ berputra laki-laki utama// Bernama Ki

Mas Panjawi/ menyukai keprajuritan/ didukung oleh kakeknya/ Jeng

Page 171: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

203

Sunan Kalijaga/ selalu berlatih/ bagaimana cara berperang/ dengan semua

jenis strategi untuk menang//...”

Ketika istri almarhum Kalinyamat memelas pada Sultan meminta matinya

Arya Panangsang di Jipang yang membunuh suami dan saudaranya, tidak

ada yang berani melawan Arya Panangsang. Akhirnya Sultan meminta Ki

Pamanahan, Ki Panjawai, dan Ki Juru untuk membunuh Arya. Arya

Panangsang meninggal dan Ki Panjawi dihadiahi kerajaan Pati dan

menjadi Ki Ageng Pati. Sedangkan Ki Pamanahan mendapatkan Mataram

yang masih hutan belantara.

3. Melanjutkan cerita Jaka Bodho ketika dihukum berjalan sampai di

Majapahit dan mengabdi kepada Mpu Supagati. Diceritakan Raja Sri

Kalagrejita punya anak cantik bernama Retna Kelasmani. Ketika ditawari

Maulana Mahribi

Pangeran Seh Aji

Duta

Pangeran Adi Purwa

Pangeran Ngadireja

Ki Ageng Ngerang + Rara Kasiyan

Nyi Geng Sela muda

Ki Ageng Ngerang

Nyi Geng Kemiri

Ki Ageng Ngerang

Panembahan Agung

Pangeran Kalijenar

Ki Ageng Ngerang

Ki Mas Panjawi

(tidak diceritakan)

(tidak diceritakan)

Nyai Geng

Sapupa

Page 172: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

204

menikah, ia hanya ingin menikah dengan Jaka Bodho. Raja tidak

menyetujuinya dan berdoa pada Dewa. Diberilah burung Gurundaya yang

ketika burung tersebut dilepaskan dan hinggap pada seseorang, maka

orang tersebut pasti akan menjadi jodoh putrinya. Setelah burung

dilepaskan, ia hinggap pada Jaka Bodho. Raja tetap tidak terima dan

mengulanginya lagi. Sampai turunlah Hyang Brahma dan menjelaskan

bahwa Jaka Bodho sebenarnya adalah anak Prabu Tunjung Seta. Mereka

berdua lalu dinikahkan dan Jaka Bodho menjadi Raja di Pengging bergelar

Raja Dayaningrat. Keduanya saling mengasihi dan punya anak namanya

juga Prabu Dayaningrat yang menjadi menantu Prabu Brawijaya di

Majapahit dapat Retna Pambayun. Keduanya mempunyai anak tiga yang

pertama bernama Raden Kebo Kanigara. Kedua bernama Kebo Kenanga.

Dan ketiga bernama Kebo Surastri (yang menjadi penyebab meninggalnya

sang ibu).

Retna Pambayun meninggal dan mengakibatkan Prabu Dayaningrat sedih,

akhirnya ia muksa. Anaknya yang tua menggantikannya diberi nama

Adipati Pengging. Ketika itu perangnya jaman oleh bergantinya agama

syariat Nabi. Sang Dipati sedih dan bertapa di gunung merapi.

Jaka Bodho + Retna Kelasmani

Prabu Dayaningrat + Retna Pambayun

Raden Kebo Kanigara

Kebo Kenanga Kebo Surastri

Page 173: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

205

Diceritakan Prabu Demak, Kebo Kenanga diberi nama Kyai Ageng

Pengging. Suatu saat ia tidak mau datang ke Demak yang membuat Raja

marah dan menghukumnya. Ki Ageng meninggal dan meninggalkan anak

yang masih muda yang diangkat anak oleh Nyi Ageng Tingkir. Dewasanya

disebut Jaka Tingkir. Ia berguru kepada Kyageng Sela. Ketika Ki Sela

membabat hutan untuk dibangun rumah, ia mengajak Jaka Tingkir. Disana

diceritakan bahwa JakaTingkir mendapatkan anugrah besar dari Tuhan.

Dan ia diutus berguru ke Demak menjadi prajurit besar. Ketika ia menjadi

prajurit, ada orang ingin masuk menjadi prajurit bernama Dhadhungawuk.

Ia terkenal punya kekuatan tetapi sayangnya wajahnya jelek. Ia lalu

disuruh membuktikan kekuatannya. Dhadhungawuk sombong dan

membuat Jaka Tingkir tersinggung. Ia lalu membunuh Dhadhungawuk.

Alhasil, Jaka Tingkir dihukum diusir dari Demak. Ia menyesal dan

bertemu dengan Ki Ageng Butuh.

Hari berganti bulan, Jaka disuruh pulang ke Demak. Ia selalu berdoa dan

mendapat wangsit diutus belajar pada Ki Buyud Banyu Biru. Disana, ia

disuruh menyusul Sang Prabu Demak ke gunung dengan membawa syarat

yang menjadi sebab ia akan diterima di Demak lagi. Ia diberi tanah untuk

diberikan kerbau. Kerbau pasti akan mengamuk dan tidak ada yang bisa

mengalahkan kecuali Jaka Tingkir. Benar, sang Raja meminta Jaka Tingkir

mengalahkan kerbau tersebut. Akhirnya kerbau mati dan Jaka Tingkir

diterima lagi di Demak.

Jaka Tingkir kembali ke kerajaan dan dijadikan menantu bertahta di

Pajang menjadi Adipati. Meninggalnya Prabu, Adipati menggantikannya

Page 174: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

206

menjadi Raja. Anak pertama, Sunan Prawata ikhlas tidak menjadi Raja.

Ketika Jaka Tingkir meninggal, maunya Sunan Kudus yang menggantikan

adalah keturunannya Sunan Prawata, bukan Pangeran Banawa. Semua

tidak setuju lalu mundur. Pangeran Banawa susah hatinya. Pajang diserang

dan Banawa menjadi Raja. Ia berputra putri banyak yang diperistri

Kangjeng Prabu Seda Krapyak. Ia lalu berputra Sultan Agung di Mataram.

Hal ini dijelaskan pada pupuh ketiga pada 147-148, sebagai berikut.

“Sêdya ngrabaseng pupuh/ minta tulung mring praja Matarum/ ingkang

raka Panêmbahan Senapati/ kalampahan Pajang gêmpur/ sang banawa

madêg katong// Peputra putri punjul/ ginarwa ring kangjêng sang aprabu/

kang seda ing Krapyak peputra sang aji/ ing Mataram Sultan Agung/

binathareng rat kinaot//...”

Artinya: “berniat merusak perang/ minta tolong kepada kerajaan Matarum/

yang kakak Panembahan Senapati/ lakunya Pajang diserang/ sang banawa

menjadi Raja// Berputra putri lebih/ diperistri oleh Kangjeng Sang Prabu/

Seda Krapyak berputra sang Raja/ di Mataram Sultan Agung/ Raja jagad

raya//...”

4. Ki Ageng Juru Martani keturunan Majapahit.

Diceritakan anak tua Bondhan Kajawan, yaitu Ki Ageng Wanasaba

mempunyai anak empat. Pertama bernama Pangeran Made Pandhan, kedua

Kebo Kenanga

Jaka Tingkir

(Sultan Pajang)

Pangeran Banawa

putrinya diperistri

Prabu Seda Krapyak

Sultan Agung

Page 175: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

207

perempuan dinikahi oleh Ki Ageng Sela menjadi istri tua, ketiga Ki Ageng

Katanggung, dan keempat Ki Ageng Made Pandhan muda.

Pangeran Made Pandhan menikah berputra tiga, yaitu yang pertama

Pangeran Jayaprana, kedua perempuan dinikahi Ki Ageng Nis, dan ketiga

Ki Ageng Sungep.

Ki Ageng Sungep menikah memiliki anak, yang diceritakan hanya empat,

yaitu yang pertama perempuan dinikahi Ki Ageng Mataram, kedua Ki Juru

Martani, ketiga Ki Manggarini, dan keempat Nyi Geng Talawah. Hal

tersebut diceritakan pada pupuh keempat pada 5-6.

“Pangran Jayaprana putra ingkang sêpuh/ pawestri kalap Kyagêng Nis/

Ki Agêng Sungep waruju/ punika lajêng sesiwi/ mung sakawan

kacariyos// Pangarsestri kalap Ki Agêng Matarum/ gya Kyai Juru

Martani/ nulya Ki Manggarinipun/ Nyi Gêng Talawah wewangi/ wangsul

ingkang kacariyos//...”

Artinya: “Pangeran Jayaprana anak yang tua/ yang perempuan dinikahi

Kyageng Nis/ Ki Ageng Sungep anak bungsunya/ itu kemudian berputra/

hanya empat diceritakan// Pertama perempuan dinikahi Ki Ageng

Matarum/ lalu Kyai Juru Martani/ lalu Ki Manggarini/ Nyi Geng Talawah

namanya/ kembali yang diceritakan//...”

Ki Juru Martani berwatak baik dan pintar. Ia berguru kepada Eyang di Sela

dengan Ki Pamanahan dan Ki Panjawi. Ketiganya mengabdi kepada Raja.

Pamanahan dan Panjawi ulahnya ugal-ugalan. Ki Juru yang pintar.

Kehidupan Ki Juru seperti Bathara Kresna yang mengasuh putra Pandhu.

Page 176: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

208

Meninggalnya Arya Jipang sebenarnya karena ditipu oleh Ki Juru, dan

Arya Panangsang terhasut.

Ki Pamanahan dihadiahi Mataram, Ki Juru mengikutinya sampai Mataram

diturunkan pada anaknya, Panembahan Senapati. Kyai Juru jadi patih

bernama Ki Mandrakara. Ia berputra empat, pertama bernama Juru

Martani II (Pangeran Adipati Mandrakagya), kedua Ki Juru Wirapraba

(Pangeran Mandura Rejeku), ketiga Kyai Juru Kithing (Pangeran

Upasonta), dan keempat Adipati Batang.

Adipati Batang menikah dengan putri Raja Banawa berputra perempuan

cantik yang dijadikan Ratu oleh Sultan Agung bernama Jeng Ratu Wetan,

kemudian berganti nama Jeng Ratu Kulon. Mereka berdua mempunyai

anak bernama Sunan Smare Tegal.

Ki Ageng Wanasaba

Pangeran Made

Pandhan

Pangeran Jayaprana

perempuan dinikahi Ki Geng Nis

Ki Ageng Sungep

perempuan dinikahi Ki

Ageng Mataram

Ki Juru Martani

Juru Martani II (Pangeran

Adipati Mandrakagya

Ki Juru Wirapraba (Pangeran Mandura)

Kyai Juru Kinthing (Pangeran Upasonta)

Adipati Batang

Jeng Ratu Wetan

(Kulon)

Sunan Smare Tegal

Ki Manggarini

Nyi Geng Talawah

perempuan dinikahi Ki Ageng Sela

Ki Ageng Katanggung

Ki Ageng Made

Pandhan muda

Page 177: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

209

5. Pangeran Puger, Pakubuwana I.

Kangjeng Sultan Pajang berputra Pangeran Banawa, berputra Pangeran

Mas yang tinggal di Pajang dan bergelar Adipati Kangjeng Sultan Agung

Mataram. Lalu ia berputra Pangeran Prabu Wijaya (Raden Panembahan).

Ia mempunyai anak perempuan yang dinikahi Jeng Sunan bernama Ratu

Kilen. Keduanya lalu berputra Mas Drajad.

Ketika dewasa, Mas Drajat dikenal dengan Pangeran Puger. Ia disuruh

merebut kerajaan oleh ayahnya. Apabila ia menang, ia diutus menjadi raja

di Kajenar dan namanya berganti menjadi Kangjeng Susunan Ngalaga.

Kangjeng Sunan Ngalaga mengumpulkan prajurit untuk merebut Mataram.

Tetapi ia tidak bisa mengalahkan Mataram. Ia merasa berdosa kepada

ayahnya. Sampai-sampai ia ingin naik haji untuk menebus dosanya. Tetapi

semua tidak setuju Kangjeng Sunan pergi. Kalau Kangjeng Sunan pergi,

siapa yang akan dianut orang setanah Jawa. Maka ia tidak jadi pergi dan

menjadi raja dengan gelar Kangjeng Susuhunan Amangkurat Senapatining

Ngalaga Ngabdulrahman Sayidin Panatagami. Semua sentana dinaikkan

jabatannya dan pindah ke Tegal.

Prajurit terburu-buru berangkat sampai Kadhiri menjumpai perang,

Trunajaya sudah kalah. Mengutus memanggil adik Sunan Ngalaga.

Khawatir dikira kompeni lalu banyak yang meninggal. Pangeran Puger

ganti nama menjadi Jeng Sunan Mangkurat Mas. Tetapi ia berlaku

sewenang-wenang dan membangkang. Lalu ia pergi ke Semawis jadi raja

oleh kompeni dengan nama Sunan Pakubuwana I.

Page 178: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

210

Hari sudah selesai perang, Raja Kartasura kalah mundur dalam perang dan

lolos ke timur. Kerajaan Kartasura ditempati oleh keturunan Jayengrana.

6. Kangjeng Sunan Prabu Mangkurat.

Panembahan Madiun keturunan Demak, anak Sultan ketiga namanya

Sultan Adi Awijaya. Ia mempunyai anak 21, tapi yang diceritakan anaknya

yang perempuan bernaman Kusuma Retna Dumilah yang berparas cantik.

Ketika Madiun diserang Panembahan Senapati ing Ngalaga, sang Kusuma

tinggal di dalam puri dikasih keris Kyai Gumarang dan pistol Kyai

Rupakenca. Sang Kusuma lama-lama jadi berani dan berbusana seperti

laki-laki. Ketika dewasa, ia dijodohkan dan mempunyai anak tiga yang

pertama bernama Pangeran Adipati Pringgalaya, kedua bernama Kangjeng

Panembahan Juminah, dan yang terakhir bernama Pangeran Adipati

Martalaya.

Panembahan Juminah mempunyai anak enam yang pertama bernama

Pangeran Martalaya (Adipati Blitar), kedua bernama Raden Arya Suralaya,

ketiga Dyan Ayu Kajoran, keempat Radyan Arya Wangsengsani, kelima

Radyan Ayu Wanabaya, dan terakhir Raden Ayu Sontadirja.

Kangjeng Pangeran Adipati Arya Blitar (Pangeran Martalaya) mempunyai

anak satu bernama Pangeran Tumenggung Blitar. Lalu Tumenggung

Kangjeng Sultan Pajang

Pangeran Banawa

Pangeran Mas

(Kangjeng Sultan Agung

Mataram)

Prabu Wijaya (Raden

Panembahan

Ratu Kilen + Jeng Sunan

Mas Drajat (PB I)

Page 179: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

211

memiliki anak perempuan yang diperistri Kangjeng Sunan Pakubuwana I

dan bernama Kangjeng Ratu Pakubuwana. Keduanya berputra delapan,

yang diceritakan putranya yang pertama bernama Raden Mas Surya. Ia

menjadi kebanggaan negara. Meninggalnya ayahanda, ia berganti menjadi

raja bernama Kangjeng Sunan Prabu Mangkurat. Hal tersebut dijelaskan

dalam pupuh keenam pada 27-31.

“Ajejuluk, Pakubuwana Jêng Ratu/ ambêk pinasthika/ susila bêkti ing laki/

ingkang garwa dahat sih mule mring garwa// Asesunu, kakung putri kehe

wolu/ putra kang panênggak/ mijil priya warna pêkik/ pinaringan paparab

Raden Mas Surya// Asesunu, kakung putri kehe wolu/ putra kang

panênggak/ mijil priya warna pêkik/ pinaringan paparab Raden Mas

Surya// Diwasa wus, pinantês panêngranipun/ Dyan Mas Surya putra/

mangka sêsêkaring nagri/ ri sawusing kang rama jumeneng Nata// Karsa

prabu, pinacak palungguhipun/ Pangran Adipatya/ suruding rama

gumanti/ ajejuluk Jêng Sunan Prabu Mangkurat//”

Artinya: “Selanjutnya tadi Pangeran Tumenggung/ berputra perempuan/

diperistri Raja/ Kangjeng Sunan Pakubuwana I// Bernama Kangjeng Ratu

Pakubuwana/ sudah dipastikan/ bagus baktinya kepada suami/ yang istri

sayang sekali menghomati kepada suami// Punya anak laki-laki perempuan

banyaknya delapan/ anak yang pertama/ lahir laki-laki berparas tampan/

dikasih nama Raden Mas Surya// Dewasa sudah pantas namanya/ Dyan

Mas Surya putra/ jadi kebanggaan Negara/ hari sesudahnya sang ayahanda

menjadi Raja// Kehendak Prabu menjadi tahtanya/ Pangeran Adipati/

meninggalnya ayahanda berganti/ bernama Kangjeng Sunan Prabu

Mangkurat//

Page 180: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

212

7. Kangjeng Sunan Pakubuwana II.

Keturunan Rasul Kalifah Kusen namanya Seh Mahdi ke Jawa bertemu

Sunan Ampel. Ia menikah dengan anaknya Arya Baribin lalu menjadi

imam di Madura mempunyai anak bernama Kangjeng Sunan Ngudung.

Sunan Ngudung mempunyai anak dua yang pertama perempuan diperistri

Pangeran Sekar ing Dangu dan yang kedua bernama Kangjeng Sunan

Kudus. Sunan Kudus berputra Panembahan Kali yang kemudian

menggantikannya menjadi Panembahan Kudus. Lalu berputra Pangeran

Demang, berputra Pangeran Rajungan, berputra Pangeran Kudus, berputra

Arya Sumadi Pura Angrenggani, berputra Dyan Adipati Arya Tirta

Kusuma (raja besar Kudus). Ia lalu memiliki anak perempuan bernama

Ratu Kencana yang dinikahi Kangjeng Sunan Prabu Mangkurat. Keduanya

memiliki anak laki-laki yang menggantikan rama Raja dan bergelar

Kangjeng Sunan Pakubuwana II.

Sultan Adiwijaya

Retna Dumilah

Pangeran Adipati Pringgalaya

Kangjeng Panembahan

Juminah

Pangeran Martalaya (Adipati Blitar)

Pangerana Tumenggung

Blitar

diperistri PB I

Raden Mas Surya

(Prabu Mangkurat)

Raden Arya

Suralaya

Dyan Ayu

Kajoran

Radyan Arya Wangsengsani

Radyan Ayu

Wanabaya

Raden Ayu Sontadirja

Pangeran Adipati Martalaya

Page 181: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

213

“Jêng Sunan Prabu Mangkurat/ kang ngrenggani karsa surapraja di/ Ratu

Kancana jejuluk/ patutan priya tama/ anggênteni kang rama jumênêng

Ratu/ jejuluk Kangjêng Susunan/ Pakubuwana ping kalih//”

Artinya: “Kangjeng Sunan Prabu Mangkurat. Yang menjaga Raja

Surapraja bernama Ratu Kencana, berputra laki-laki utama yang

menggantikan rama menjadi Raja, bernama Kangjeng Sunan Pakubuwana

ke II.” (pupuh 7 pada 10)

8. Kangjeng Sinuhun Pakubuwana III.

Anak Pakubuwana I dengan permaisuri namanya Dyan Mas Sasangka,

setelah punya kedudukan berganti nama menjadi Adipati Purbaya yang

diberi wilayah Blora. Meninggalnya sang ayah, yang menggantikan adalah

kakaknya yaitu Kangjeng Sunan Prabu Amangkurat. Ia tidak suka dengan

kedua adiknya (Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar). Alhasil semua

ditarik oleh Prabu Amangkurat. Pangeran Purbaya ikhlas, tetapi Pangeran

Blitar tidak terima dan ingin berperang melawannya. Akhirnya Pangeran

Seh MahdiSunan

Ngudung

diperistri Pangeran Sekar ing Dangu

Sunan Kudus

Panembahan Kali (Kudus)

Pangeran Demang

Pangeran Rajungan

Pangeran Rajungan

Pangeran Kudus

Arya Sumadi Pura Angrenggani

Arya Tirta Kusuma

Ratu Kencana +

Prabu Mangkurat

PB II

Page 182: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

214

Blitar kalah dan kembali kepada Pangeran Purbaya. Pangeran Purbaya

sangat kasihan melihatnya. Lalu Pangeran Blitar diumumkan menjadi raja

di Kartasura dengan nama Kangjeng Sunan Ibnu Mustapa Pakubuwana

Senapatining Ngalaga Ngabdurahman Sayidin Panatagama (Panembahan

Senapati Ngalaga). Putra raja yang dijadikan anak angkat bernama

Pangeran Riya lalu diangkat menjadi Pangeran Adipati Anom

Amengkunegara.

Ketika Kartasura dilanda kesedihan karena banyak maling, Panembahan

Adipati Jaya Puspita diganggu terus. Ternyata dua anak raja sudah menjadi

raja semua. Raja di Kartasura kecewa dan akhirnya semua membangkang

kepadanya. Kangjeng Sunan Ibnu Mustapa jatuh sakit.panembahan

Purbaya terhasut oleh kompeni dan diasingkan ke Paselongan dengan

meninggalkan anak perempuan cantik yang diperistri Pakubuwana II,

diberi nama Kangjeng Ratu Mas. Mereka mempunyai anak laki-laki

bernama Kangjeng Sinuhun Pakubuwana III di Surakarta. Ia merupakan

raja yang baik dan tidak menyerah di dalam peperangan.

“Trah kapurbayan linuhung/ pinuji wigya madhahi/ wahyu karaton

minulya/ mangkya kalampahan nênggih/ patutan kakung u-[59]tama/

gumantyeng rama Narpati// Jejuluk Kangjêng Sinuhun/ Pakubuwana

kaping tri/ ing nagari Surakarta/ Narendra bêk sadubudi/ adhadhasar tyas

sudira/ tan kundur28 rehing ngajurit//”

Artinya: “Keturunan Purbaya terkenal, dipuji terus menerus wahyu

Keraton yang mulia. maka lakunya lagi berputra laki-laki utama,

menggantikan ayahanda Raja. Bernama Kangjeng Sinuhun Pakubuwana

28 kondur

Page 183: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

215

ke III di Negara Surakarta. Raja yang baik budinya. dasarnya hati berani

sekali, tidak menyerah olehnya perang.” (pupuh 8 pada 53-54)

9. Pakubuwana IV

Kangjeng Sultan I berputra Raden Mas Alit (Pangeran Pamekas) lalu

berputra Panembahan Jagaraga, berputra Ki Ageng Ampuwan, yaitu

ayahnya Ki Ageng Karanglo.

Dahulu diceritakan ketika Ki Pamanahan dari Pajang mau pindah ke

Mataram. Sampai Taji istirahat, lalu Karanglo memberikan suguhan.

Setelah selesai Ki Pamanahan melanjutkan perjalanan diiringi Karanglo.

Sampai di sungai Opak, Sunan Kalijaga selesai mandi dan ia bilang bahwa

keturunan Karanglo nanti sejiwa seraga darah sejati. Ki Ageng Karanglo

berputra namanya Kyai Ageng Rogas, lalu berputra Kyai Cucuk Dhepok,

berputra Cucuk Singa, berputra Kyai Sutajaya (Ki Kerti Mancut) lalu

berputra Ki Jagaswara yang diterima oleh Pakubuwana III dilantik menjadi

Bupati di Gedhong kanan bergelar Tumenggung Wirareja. Ia memiliki

PB I

Prabu Mangkurat

Pangeran Purbaya

Kangjeng Ratu Mas + PB II

PB III

Pangeran Blitar (Panembahan Senapati

ing Ngalaga)

Adipati Anom Amengkunegara

(anak angkat)

Page 184: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

216

anak perempuan yang diperistri raja bernama Kangjeng Ratu Kencana.

Mereka berdua berputra raja ke IV bernama Sunan Bagus menjadi ulama

disebut Waliyullah yang diagungkan di Tanah Jawa.

“Kyai Sutajaya apeputra tiga/ estri ingkang kalih/ kang jalu satunggal/

wasta Ki Jagaswara/ katarima mring Sang Aji/ Pakubuwana/ ping tri

Surakarta di// Pinisuddha dadya Bupati nayaka/ Gêdhong Têngên

palinggih/ kapatêdhan nama/ Tumênggung Wirareja/ darbe sute-[61]stri

yu luwih/ pinundhut garwa/ maring Sri Narapati// Kaparingan asma Jêng

Ratu Kancana/ nanging karane nguni/ Ratu Bêruk nama/ lulus

pikramanira/ apatutan Sri Bupati/ kaping sakawan/ misuwuring asma ji//”

Artinya: “Kyai Sutajaya berputra tiga, yang perempuan dua, yang laki-laki

satu. bernama Ki Jagaswara, diterima oleh Sang Raja Pakubuwana ke III

di Surakarta. Dilantik dijadikan Bupati nayaka bertempat di Gedhong

Tengen, diberi nama Tumenggung Wirareja. Punya anak perempuan

sangat cantik, dijadikan istri oleh Sri Raja diberi nama Kangjeng Ratu

Kancana. Tetapi dahulu bernama Ratu Beruk namanya. Sesudahnya

menikah, berputra Raja ke IV, terkenal dengan nama Raja...” (pupuh 9

pada 11-13)

Ki Ageng Karanglo

Kyai Ageng Rogas

Kyai Cucuk Dhepok

Cucuk Singa

Kyai Sutajaya

Kyai SutajayaKi Jagaswara (Tumenggung

Wirareja)

Kangjeng Ratu Kencana + PB III

PB IV

Page 185: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

217

10. Pakubuwana V

Arya Pucuk diambil menantu oleh Ki Ageng Sampa, lalu berputra

sebanyak 41. Yang pertama bernama Demung Palakaran yang memiliki

anak delapan. Anak ketiga bernama Pangeran Agung yang berputra empat,

anak pertama bernama Panembahan Lemah Dhuwur di Arisbaya.

Panembahan berputra 15, yang ketiga bernama Panembahan Tengah,

berputra Arya Prasena yang menjadi Adipati Sampan. Ia dijadikan anak

angkat oleh Sultan Agung dan berganti nama menjadi Panembahan

Cakraningrat yang memiliki anak 17, yang ketujuh bernama Dyan

Undhaka. Ketika Pakubuwana I bertahta di Semarang, Cakraningrat diberi

nama Panembahan, dan ketika pulang ia meninggal. Ia berputra 30, yang

ketiga bernama Cakraningrat juga.

Ketika itu, Cakraningrat terkena tipu daya, lalu terjadi perang antara

prajurit Jawa dengan kompeni. Pangeran meninggal di dalam perang dan

digantikan oleh kakaknya yang namanya sama, yang berganti nama

menjadi Prabu Mangkurat. Ia berputra banyak, tapi yang diceritakan hanya

Dyan Ayu Cakradiningrat. Lalu berputra perempuan bernama Dyan Ayu

Adipati yang dijodohkan dengan Pangeran Amangkurat. Mereka

mempunyai anak laki-laki berparas bagus. Meninggalnya Raja, yang

menggantikannya adalah Kangjeng Sinuhun Pakubuwana IV.

Meninggalnya Pakubuwana IV, yang menggantikan adalah anak dari Dyan

Ayu Adipati bergelar Pakubuwana V.

“Lagya patutan sajuga/ miyos kakung suwarna di/ Sang Kusuma tan

widada/ murud amurweng den adi/ kang tinilar mong wingit/ wau Sri

Narendra sunu/ sasuruding ramendra/ gumanti jumênêng aji/ Jêng

Page 186: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

218

Sinuhun Pakubuwana Kaping Pat// Diwasaning Narpa putra/ kang sing

Dyan Ayu Dipati/ ingangkat Pangran Dipatya/ sasuruding rama aji/

gumanti Narapati/ kaping gangsal Sang aprabu/ yekang misuwur asma/

nênggih Jêng Sinuhun Sugih/ ambêk sura weh girising mitya karddha//”

Artinya: “Baru punya anak satu lahir laki-laki berparas bagus, Sang

Kusuma tidak selamat. Meninggal mendahului den adi, yang ada hanya

kesedihan. Tadi anak Raja, setelah meninggalnya rama Raja, berganti

menjadi Raja Kangjeng Sinuhun Pakubuwana ke IV. Dewasanya anak

Raja yang dari Dyan Ayu Adipati diangkat jadi Pangeran Adipati.

Meninggalnya rama Raja, berganti jadi Raja ke V. Sang Prabu yang

terkenal bernama yaitu Kangjeng Sinuhun kaya, berwatak pemberani

menakutkan.” (pupuh 10 pada 27-28)

11. Pakubuwana VI

Kangjeng Sunan Seda Krapyak jadi punggawa Adipati Mandurareja. Ia

mempunyai anak delapan. Yang tua perwira perang Kangjeng Sultan

Agung Mataram namanya Prabu Anyakrakusuma. Yang bungsu bernama

Arya Pucuk

Demung Palakaran

Pangeran Agung

Panembahan Lemah

Dhuwur

Panembahan Tengah

Arya Prasena (Panembahan Cakraningrat)

Panembahan Cakraningrat

CakraningratDyan Ayu

Cakraningrat

Dyan Ayu Adipati +

AmangkuratPB V

Page 187: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

219

Rahaden Banusasmita. Ia dikasihi oleh Raja dan dijadikan punggawa

bernama Wirakusuma lalu dijadikan Pangeran Manduranagara. Ia berputra

Pangeran Manduranagara yang dikubur di Tegal. Lalu berputra Arya

Manduranagara yang sinarnya terlihat di Timur. Lalu berputra

Manduranagara dikubur di Barat, memiliki putra bernama Arya

Pasingsingan. Lalu berputra Dyan Tumenggung Cakrapura yang memiliki

anak perempuan cantik dijadikan istri selir Kangjeng Raja ke V bernama

Dyan Sasrakusuma. Mereka berputra laki-laki utama. Meninggalnya rama

Raja, ia menggantikannya dan diberi nama Kangjeng Susuhunan

Pakubuwana VI yang terkenal dengan nama Kangjeng Sinuhun

Banguntapa.

“Dyan Tumênggung Cakrapura/ peputra panêngranira/ ping kalih Cakra

dipura/ darbe putra wanodyendah/ pinundhut garwa ampeyan/ Jêng Sri

Nata kaping gangsal/ nama Dyan Sasrakusuma/ peputra kakung utama//

Wit timur sudira brata/ anggung lalaneng wanarga/ angupadi puruita/

suruding rama Narendra/ gumanti kaprabonira/ jejuluk Jêng Susuhunan/

kaping nêm Pakubuwana/ misuwuring asma Nata//”

Artinya: “Dyan Tumenggung Cakrapura. Berputra namanya dua kali

Cakra Dipura. Punya anak perempuan cantik dijadikan istri selir Kangjeng

Raja ke V, bernama Dyan Sasrakusuma. Berputra laki-laki utama. Dari

muda berani berperang, selalu mengelana berkelana ke hutan gunung

mencari ilmu. sepeninggalan rama Raja, menggantikan tahtanya bernama

Kangjeng Susuhunan Pakubuwana ke VI. Terkenal dengan nama Raja...”

(pupuh 11 pada 11-12)

Page 188: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

220

12. Kyai Singaprana Alus keturunan Pajang dari Pangeran Banawa berputra

Kangjeng Pangeran Kaputran. Lalu berputra Pangeran Danupaya, ia

berputra Singaprana, lalu berputra Singaprana Alus. Singaprana Alus

berputra Ki Singawangsa, lalu berputra Singaprana lagi. Singaprana

mempunyai anak perempuan cantik bernama Raden Tasikwulan diperistri

oleh anak Raja Kangjeng Gusti Pangeran Arya Amangkubumi putra

Kangjeng Pakubuwana III. Mereka memiliki anak perempuan cantik yang

dinikahi Pakubuwana VI lalu diberi nama Kangjeng Ratu Mas. Mereka

berputra laki-laki berparas bagus dan pintar. Esok anaknya akan menjadi

raja yang luhur.

Kangjeng Sunan Seda

Krapyak

Prabu Anyakrakusuma

Rahaden Banusasmi

ta (Pangeran Mandurana

gara)

Pangeran Mandurana

gara

Pangeran Mandurana

gara

Pangeran Mandurana

gara

Arya Pasingsing

an

Arya Pasingsingan

Dyan Tumenggung

Cakrapura

Dyan Sasrakusuma +

PB VPB VI

Pangeran Banawa

Pangeran Kaputran

Pangeran Danupaya

SingapranaSingaprana

Alus

Ki Singawang

sa

Ki Singawangsa

SingapranaRaden Tasikwulan

+ Arya Amangkubumi

Ratu Mas + PB VI

putra berparas

bagus

Page 189: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

221

13. Kangjeng Pangeran Arya Adiwijaya anaknya Sunan Prabu Mangkurat raja

Kartasura. Dahulu ketika perang sembunyi menuju ke Kaliabu. Disana ia

dimandikan dengan istrinya bernama Mbok Gandasari. Ia dijebak dan

ditangkap oleh kompeni. Ketika melawan, ia terbunuh dan dijuluki

Pangeran Adiwijaya seda Kaliabu. Ia mempunyai empat anak, yang

pertama bernama dyan Mas Arya Adikusuma, kedua Raja Sasmita, ketiga

dyan Mas Arya Kusumadiningrat, dan yang terakhir dyan Mas

Wiryadiningrat yang menjadi Bupati Panaraga.

Arya Kusumadiningrat ketika muda kasihan sekali. Meninggalnya ayah

dikasihi oleh Pangeran Adipati Mangkunagara. Adipati membangkang

mengamuk kepada ayahnya Prabu Kabanaran. Walaupun selalu kalah, ia

selalu maju perang. Musuh bukan lawannya. Harusnya ia menghormati

adik Raja Surakarta, berkedudukan sebagai senopati. Bertahun-tahun jadi

prajurit lalu dijadikan menantu oleh Ki Ngahebi Yasadipura. Dan diasuh

seperti anaknya sendiri.

Kangjeng Raja Surakarta IV ketika menjabat selama 4 tahun, ia melawan

dengan kakek di Ngeksiganda. Kotanya dikepung Mataram, sampai tidak

ada yang keluar. Ketika Raja III punya anak perempuan bernama dyan

Ajeng Gentul, sang anak diminta dijodohkan dengan Raja muda Mataram.

Prabu Mangkurat

Arya Adiwijaya

Arya Adikusuma

Raja Sasmita

Arya Kusumadiningrat

Mas Wiryadiningrat

Page 190: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

222

Tetapi tidak dilawan, hanya menyangga pernikahannya saja karena

Ngeksiganda takut kepada anak Prabu.

Meninggalnya Kangjeng Raja, ketika ditawari menikah Prabu

Ngeksiganda tahu jika keinginannya ditolak secara halus. Tetapi itu

membuat marah dan Surakarta dikepung prajurit. Prabu sangat khawatir

sekali. Dipanggil semua yang ada di kerajaan, diutusnya untuk berdoa

meminta keselamatan. Semua mencari-cari apa yang membuat murka sang

Prabu. Dahulu eyang Raja berpesan pada kakak Kangjeng tetapi ayah

paduka tidak senang dengan beralihnya kerajaan, jadi hanya dijalani

dipernikahannya saja. Raja kasihan dengan kakaknya yang sudah tua tetapi

belum menikah. Mereka lalu berdebat tentang diadakan perang atau tidak.

Akhirnya diadakanlah perang, tetapi sang kakak harus menikah dahulu.

Sang kakak Kusumaning dyah menikah, tetapi tidak diceritakan jodohnya.

Sang Prabu Ngeksiganda berperang menyapu prajurit yang mengepung

Surakarta.

Akhir perang, kerajaan Surakarta bersedia memulai perkumpulan lagi.

Sang Raja banyak yang mengasihi. Banyak santana yang berparas bagus.

Arya Sumadiningrat memiliki anak 18 banyaknya. Pertama bernama

Rahadyan Sastra Kusuma, kedua perempuan dari istri selir, ketiga dari istri

Rahadyan Mas sepuh, keempat Dyan Mas Wangsa muda, kelima Dyan

Mas Kelan (Pangeran Raja Kusuma), lalu Arya Jayeng (Sumajaya), lalu

Dyan Ayu Blitar, lalu Dyan Mas Sayid (Kangjeng Pangeran Adiwijaya),

yang kesembilan dari istri selir namanya Dyan Ngabehi Mandaraka, lalu

Dyan Ayu Jayengkewuh, kesebelas namanya Arya Jayadiningrat, lalu

Page 191: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

223

Dyan Mas mantri, lalu Kangjeng Ratu Kencana (istri Kangjeng Sinuhun),

lalu anak selir bernama Raden Sumadi, lalu Raden Ayu Kusumadikrama,

lalu Dyan Wrediningsih (selir PB IV), lalu Raden Ngabehi Suma Marjaya,

dan yang bungsu Dyan Mangunjaya.

“...Arya Sumadiningrat// Peputrastha wêlas kakung putri/ juga Rahadyan

Sastra Kusuma/ kalih putri panêngrane/ Sumawi Krama luhung/ sami

saking garwa paminggir/ wdang katri saking garwa/ Rahadyan Mas

sêpuh/ ananging nora widada/ nulya wdang kasakawan kakung wewangi/

Dyan Mas Wangsa taruna//...”

Arya Sumadiningrat

Rahadyan Sastra Kusuma

perempuan dr istri selir

Rahadyan Mas Sepuh

Dyan Mas Wangamuda

Dyan Mas Kelan

Arya Jayeng

Dyan Ayu Blitar

Dyan Mas Sayid (Pangeran Adiwijaya)

Dyan Ngabehi Mandraka

Dyan Ayu Jayengkewuh

Arya Jayaningrat

Dyan Mas Mantri

Kangjeng Ratu Kencana

Raden Sumadi

Raden Ayu Kusumadikrama

Dyan Wrediningsih

Raden Ngabehi Suma Marjaya

Dyan Mangunjaya

Page 192: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

224

Artinya: “... Arya Sumadiningrat berputra delapan belas laki-laki

perempuan. Pertama Rahadyan Sastra Kusuma, kedua perempuan bernama

Sumawi Krama luhur sama dari istri selir, yang ketiga dari istri, Rahadyan

Mas tua, tetapi tidak selamat. Lalu yang keempat laki-laki bernama Dyan

Mas Wangsa muda...” (pupuh 13 pada 36-37)

Pangeran Arya Adiwijaya menikah mendapatkan putrinya Pangeran

Adipati Mangkunegara II. Mereka memiliki anak banyak, yang diceritakan

hanya dua. Pertama bernama Raden Mas Subekti, dewasanya nanti

bernama Pangeran Adiwijaya II. Adiknya bernama dyan Mas Sudira yang

suka mencari ilmu seperti pujangganya Raja. Pangeran Adiwijaya

dijadikan menantu oleh Pakubuwana VIII memiliki putra banyak.

Anaknya perempuan dinikahi oleh Prabu Pakubuwana IX yang memiliki

anak laki-laki yang diangkat menjadi Pangeran Adipati. Meninggalnya

rama Raja digantikan Prabu Kangjeng Raja ke X.

Pangeran Arya Adiwijaya + putri MN II

Raden Mas Subekti (Pangeran Adiwijaya II) + putri PB VIII

putri dinikahi PB IX

PB X + anak MN III

melahirkan raja-raja di Tanah Jawa

Dyan Mas Sudira

Page 193: BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Filologis · Rara Nawangsih kagarwa Raden Bondhan Kajawan, dumugi Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ingkang kaping IV peputra ... Cerita

225

14. Dyan Mas Sudira menjadi Pangeran Adip ati Mangkunegara IV. Ketika

dibawah pemerintahannya, kerajaan menjadi tentram dan lestari. Semua

yang ada di kerajaan merasa bahagia. Kangjeng Gusti menikah

mendapatkan puluhan anak.

Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkunagara III punya anak

perempuan dinikahi Raja ke X. Anak-anak yang dilahirkannya merupakan

babonnya Tanah Jawa yang mendapatkan wahyu sejati dari Tuhan.

“Patutan putri linuhung/ kagarwa Sri Narapati/ kaping sadasa punika/

dadya têmbung krama bibi/ nak sanaking umi Nata/ swargi Jêng Sang

Prameswari// Samya trahing kali abu/ baboni bawana jawi/ pinapudyeng

wadya bala/ widadaning Prameswari/ ambawani kawibawan/

tumangkaping wahyu jati//”

Artinya: “berputra perempuan luhur dinikahi Sri Raja ke X itu. jadi

dipanggil bibi anak-anaknya ibu Raja. Almarhum Kangjeng Sang

Prameswari, sama keturunan dari Bapak. Babonnya Tanah Jawa. Dipuja

oleh semuanya. Ketulusannya Prameswari, sifatnya bijaksana.

Mendapatkan wahyu sejati dari Tuhan.” (pupuh 14 pada 7-8)

Dari kajian isi di atas diketahui bahwa Ki Ageng Tarub merupakan

cikal bakal raja-raja di Tanah Jawa. Mulai dari Ki Ageng Tarub sampai dengan

Dyan Mas Sudira atau biasa dikenal dengan sebutan Kangjeng Mangkunegara

IV. Raja-raja tersebut menjadi luhur karena dari lahir diberikan wahyu dari

Tuhan yang menandakan ketika besar akan menjadi pemimpin yang

mengayomi Tanah Jawa. Semua tidak serta merta terjadi begitu saja. Banyak

peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum seorang Raja bertahta di kursi

singgasananya.