bab ii pemahaman terhadap slb golongan a …...seminar tugas akhir universitas udayana fakultas...

32
Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A DI JIMBARAN 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Pengertian Sekolah Luar Biasa Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah yang di rancang khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus dari satu jenis kelainan. Pendidikan yang digunakan adalah pendidikan luar biasa untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Pendidikan Luar Biasa adalah merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses penbelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.Selain itu pendidikan luar biasa juga berarti pembelajaran yang di rancang khususnya untuk memenuhi kebutuhan yang unik dari anak kelainan fisik. Pendidikan luar biasa akan sesuai apabila kebutuhan siswa tidak dapat di akomodasikan dalam program pendidikan umum.secara singkat, pendidikan luar biasa adalah program pembelajaran yang di siapkan untuk memenuhi kebutuhan

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

7 SLB Golongan A di Jimbaran

BAB II

PEMAHAMAN TERHADAP

SLB GOLONGAN A DI JIMBARAN

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Pengertian Sekolah Luar Biasa

Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah yang di rancang khusus

untuk anak-anak berkebutuhan khusus dari satu jenis kelainan. Pendidikan yang

digunakan adalah pendidikan luar biasa untuk anak-anak berkebutuhan

khusus. Pendidikan Luar Biasa adalah merupakan pendidikan bagi peserta didik

yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses penbelajaran karena

kelainan fisik, emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan

bakat istimewa.Selain itu pendidikan luar biasa juga berarti pembelajaran yang di

rancang khususnya untuk memenuhi kebutuhan yang unik dari anak kelainan

fisik. Pendidikan luar biasa akan sesuai apabila kebutuhan siswa tidak dapat di

akomodasikan dalam program pendidikan umum.secara singkat, pendidikan luar

biasa adalah program pembelajaran yang di siapkan untuk memenuhi kebutuhan

Page 2: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

8 SLB Golongan A di Jimbaran

unik dari individu siswa. Contohnya adalah seorang anak yang kurang dalam

pengelihatan memerlukan buku yang hurufnya diperbesar (Umam. 2015).

2.1.2 Pengertian Tuna Netra

Tunanetra adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi

penglihatan kurang dari 6/60. Pengertian tunanetra menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah tidak dapat melihat (KBBI, 2001: 971) dan pada umumnya

orang mengira tunanetra identik dengan buta, padahal tidaklah demikian menurut

Lowenfeld (Lowenfeld, 2000: 219) tunanetra dapat diklarifikasikan kedalam

beberapa kategori tunanetra sebelum dan sejak lahir, tunanetra setelah lahir atau

pada usia kecil, tunanetra pada usia sekolah atau masa remaja, tunanetra pada usia

dewasa atau lanjut usia, tunanetra akibat bawaan.

2.1.3 Karakteristik

A. Karakteristik Anak Tunanetra dalam Aspek Akademis

Menurut Tillman, dkk (1969), ada beberapa perbedaan antara anak

tunanetra dan anak awas yaitu:

1. Anak-anak tunanetra menyimpan pengalaman-pengalaman khusus seperti

anak awas, tetapi pengalaman-pengalaman tersebut kurang terintegrasikan.

2. Anak-anak tunanetra mendapat angka yang hampir sama dengan anak

awas dalam hal berhitung, informasi, dan kosa kata, tetapi kurang baik

dalam hal pemahaman (comprehension) dan persamaan.

3. Kosa kata anak-anak tunanetra cenderung merupakan kata-kata yang

definitif, sedangkan anak awas menggunakan arti yang lebih luas. Contoh,

bagi anak tunanetra kata malam berarti gelap atau hitam, sedangkan bagi

anak awas, kata malam mempunyai makna cukup luas, seperti malam

penuh bintang atau malam yang indah dengan sinar purnama.

Study yang dilakukan oleh Kephart & Schwartz (1974), juga

menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami gangguan penglihatan yang

berat cenderung memperoleh kemampuan berkomunikasi secara lisan, dan

mampu berprestasi, seperti anak awas (ada beberapa tes standar). Di lain pihak

kemampuan mereka untuk memproses informasi sering berakhir dengan

Page 3: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

9 SLB Golongan A di Jimbaran

pengertian yang terpecah-pecah atau kurang terintegrasi, sekalipun dalam

konsep yang sederhana.

Dengan demikian, berbagai pendapat diatas menunjukkan bahwa

ketunanetraan dapat mempengaruhi prestasi akademik para penyandangnya.

Disamping itu peningkatan dalam penggunaan media pembelajaran yang

bersifat auditory dan taktil dapat mengurangi hambatan dalam kegiatan

akademik siswa. Disamping itu pendengaran merupakan indra mereka yang

dapat digunakan untuk mencapai kesuksesan. Kesuksesan yang mereka

peroleh karena mereka mempunyai bakat (talented) dalam bidang musik

(Widiriyanti. 2013).

B. Fisik

Keadaan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan anak sebaya lainnya.

Perbedaan nyata diantara mereka hanya terdapat pada organ penglihatannya.

Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik, menurut Direktorat

Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (2012) diantaranya:

1. Tidak mampu melihat untuk mengenali orang atau benda pada jarak 6

meter.

2. Kerusakan nyata pada kedua mata.

3. Sering meraba-raba/kesandung waktu berjalan.

4. Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya.

5. Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering.

6. Perdangan hebat pada kedua bola mata.

7. Anak sering menggosok atau mengucek-ucek mata.

8. Anak sering salah menempatkan suatu benda pada tempatnya.

9. Anak sering menabrak benda di depannya.

10. Kaki sering kesandung benda.

11. Sukar mengerjakan pekerjaan yang sangat memerlukan penggunaan mata,

misal menggambar.

12. Sulit menirukan gaya dalam senam.

13. Berkedip lebih banyak dari biasanya.

Page 4: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

10 SLB Golongan A di Jimbaran

14. Sering menunjukkan gerakan-gerakan yang tidak disadari (Blindisme),

misalnya menggeleng-gelengan kepala dan memutar-mutar badan.

C. Perilaku

Menurut data yang diperoleh dari SLB Negeri Kota Magelang (2012)

anak tunanetra memiliki perilaku sebagai berikut:

1. Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala atau

mencondongkan kepala ke depan.

2. Sukar membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain yang sangat

memerlukan penggunaan mata.

3. Berkedip lebih banyak daripada biasanya atau lekas marah apabila

mengerjakan suatu pekerjaan.

4. Membawa bukunya ke dekat mata.

5. Tidak dapat melihat benda-benda yang agak jauh.

6. Menyipitkan mata atau mengkerutkan dahi.

7. Tidak tertarik perhatiannya pada objek penglihatan atau pada tugas-tugas

yang memerlukan penglihatan seperti melihat gambar atau membaca.

8. Janggal dalam bermain yang memerlukan kerjasama tangan dan mata.

9. Menghindar dari tugas-tugas yang memerlukan penglihatan atau

memerlukan penglihatan jarak jauh.

D. Psikhis

Menurut data yang diperoleh dari SLB Negeri Kota Magelang (2012)

secara psikhis anak tunanetra dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mental/intelektual

Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda jauh

dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas

atas sampai batas bawah, jadi ada anak yang sangat pintar, cukup pintar dan

ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki

kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya

Page 5: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

11 SLB Golongan A di Jimbaran

emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa,

gelisah, bahagia dan sebagainya.

2. Sosial

Hubungan sosial yang pertama terjadi dengan anak adalah hubungan

dengan ibu, ayah, dan anggota keluarga lain yang ada di lingkungan keluarga.

Kadang kala ada orang tua dan anggota keluarga yang tidak siap menerima

kehadiran anak tunanetra, sehingga muncul ketegangan, gelisah di antara

keluarga. Akibat dari keterbatasan rangsangan visual untuk menerima

perlakuan orang lain terhadap dirinya.

E. Psikologis

Menurut Widiriyanti (2013) beberapa literatur mengemukakan

karakteristik yang mungkin terjadi pada anak tunanetra yang tergolong buta

sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari kebutaannya adalah:

1. Mudah curiga terhadap orang lain : Keterbatasan rangsangan

visual/penglihatan, menyebabkan anak tunanetra kurang mampu untuk

berorientasi pada lingkungannya sehingga kemampuan mobilitasnya pun

terganggu.

2. Mudah tersinggung : Pengalaman sehari-hari yang sering menimbulkan

rasa kecewa dapat mempengaruhi tunanetra sehingga tekanan-tekanan

suara tertentu atau singgungan fisik yang tidak sengaja dari orang lain

dapat menyinggung perasaannya.

3. Ketergantungan pada orang lain : Sifat ketergantungan pada orang lain

mungkin saja terjadi pada tunanetra. Hal tersebut mungkin saja terjadi

karena ia belum berusaha sepenuhnya dalam mengatasi kesulitannya

sehingga selalu mengharapkan pertolongan orang lain.

4. Lebih peka: Dalam segi indra, umumnya anak tunanetra menunjukkan

kepekaan yang lebih baik ada indra pendengaran dan perabaan dibanding

anak awas. Namun kepekaan tersebut tidak diperolehnya secara otomatis,

melainkan melalui proses latihan.

Page 6: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

12 SLB Golongan A di Jimbaran

F. Karakteristik Belajar Peserta Didik Tunanetra

Anak tunanetra memiliki karakteristik belajar sebagai berikut, berdasarkan

Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus tahun 2012

yaitu :

1. Buta (blind) atau tunanetra berat

a. Dalam belajar mengandalkan indera-indera non penglihatan.

b. Menggunakan tulisanBraille atau rekaman audio yang “dibaca” melalui

pendengaran.

c. Memerlukan modifikasi alat teknologi misalnya piranti lunak screen

reader “Jawa” untuk mengakses komputer handphone.

d. Dalam pembelajaran membutuhkan media yang bersifat tactual atau

emboss.

2. Kurang awas (low vision) atau tunanetra ringan

a. Setelah dikoreksi penglihatannya masih sedemikian buruk tetapi fungsi

penglihatannya dapat ditingkatkan melalui penggunaan alat-alat bantu

optik dan modifikasi lingkungan.

b. Belajar melalui penglihatan dan indera-indera lainnya.

c. Membaca tulisan yang diperbesar (large print)dengan lebih dari 12

large point.

d. Membaca dengan bantuan kaca pembesar (lup).

e. Terbantu apabila belajar Brailleatau menggunakan rekaman audio.

f. Keberfungsian penglihatan akan tergantung pada faktor-faktor seperti

pencahayaan, alat bantu optik yang dipergunakannya, tugas yang

dihadainya, dan karakteristik pribadinya.

2.1.4 Alat Pendidikan

A. Tunanetra

Menurut SLB Negeri Kotra Magelang (2012) alat pendidikan bagi

tunanetra dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu alat pendidikan khusus, alat

bantu dan alat peraga yaitu :

1. Reglet dan pena : Reglet adalah sebuah alat yang diciptakan untuk

membantu bagi penderita tunanetra untuk membuat huruf-huruf braille.

Page 7: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

13 SLB Golongan A di Jimbaran

Reglet digunakan untuk membuat titik-titik timbul yang akan membentuk

suatu pola yang mengacu pada huruf-huruf braille. Pen yang berbentuk

seperti paku digunakan untuk ditusukkan di atas kertas yang telah

dipasang pada reglet. Jenis dan bahan alat ini bermacam – macam, namun

yang paling banyak digunakan adalah reglet dengan 4 baris dan 27 petak

per baris (Family Peraga. 2013).

Gambar 2.1 Reglet dan Pena

Sumber :http://peragaluarbiasa.blogspot.co.id/

2. Mesin Tik Braille : mesin ketik yang didesain khusus untuk memproduksi

buku braille terdiri dari 6 tombol yang mewakili titik-titik pada huruf

braille dan 1 tombol spasi, sehingga sangat mudah untuk digunakan.

Gambar 2.2 Mesin Tik Braille

Sumber :http://alatluarbiasa.indonetwork.co.id/product/mesin-ketik-braille-perkins-brailler-

2830328

3. Komputer dengan program Braille : Komputer yang digunakan oleh

tunanetra adalah computer pada umumnya, hanya saja dilengkapi dengan

software pembaca layar ( screen reader ), sehingga setiap tampilan pada

monitor dapat diterjemahkan dan dibaca dalam bentuk suara yang mudah

dipahami oleh tunanetra (Zone. 2013).

4. Printer Braille : digunakan untuk mencetak data yang dikirim dari

komputer. Untuk dapat mencetak data menggunakan printer Braille,

Page 8: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

14 SLB Golongan A di Jimbaran

terlebih dahulu data itu dibuat menggunakan program pengolah data

seperti Microsoft Word . Kemudian data Word itu dikonversi ke dalam

format Braille menggunakan program aplikasi penerjemah Braille.

Program inilah yang mengirim data Braille dari komputer ke Braille

embosser itu. Inovasi ini telah membuat pencetakan Braille menjadi lebih

mudah dan lebih cepat (Susanti. 2016)

Gambar 2.3 Printer Braille

Sumber :http://www.academia.edu/5146347/MAKALAH_ILMIAH_BRAILLE_VINA

5. Abacus : alat kuno untuk penghitungan yang terbuat dari rangka kayu

dengan sederetan poros yang berisi manik - manik yang bisa di geser. Alat

ini digunakan untuk melakukan operasi aritmatika seperti penjumlahan,

pengurangan, perkalian pembagian dan akar kuadrat (Alednamor. 2014).

Gambar 2.4Abacus

Sumber : http://alednamor.blogspot.co.id/2014/09/sejarah-perkembangan-komputer.html

6. Calculator Bicara : calculator bicara sistem pengoperasiaannya sama persis

dengan calculator pada umumnya, yang membedakan hanyalah pada

calculator bicara setiap angka yang muncul dilayar dan perintah yang

diberikan diterjemahkan dalam bentuk suara.selain itu tombol dan tuuts

yang ada bertuliskan lambang - lambang angka dalam huruf braille (Zone.

2013).

Page 9: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

15 SLB Golongan A di Jimbaran

Gambar 2.5Calculator Bicara

Sumber :http://prameswarinovi.blogspot.co.id/2013/02/alat-alat-bantu-tunanetra.html

7. Kertas Braille : Sebetulnya dalam menulis Braille tidak diharuskan

menggunakan kertas Braille, seorang tunanetra dapat menulis Braille

dengan kertas apapun dengan ketebalan minum 75 gram, apabila ia

menulis dengan menggunakan reglet. Namun akan berbeda jika seorang

tunanetra menulis menggunakan mesin tik dan printer Braille, ia harus

menggunakan kertas tebal seperti manila dengan ketebalan minimal antara

150 gram (Zone. 2013).

Gambar 2.6Kertas Braille

Sumber :http://prameswarinovi.blogspot.co.id/2013/02/alat-alat-bantu-tunanetra.html

8. Penggaris Braille : Penggaris ini penggunaannya sama seperti penggaris

lain, hanya saja tulisan yang ada pada permukaan penggaris adalah tulisan

Braille dengan pembatas geser sehingga tunanetra mudah

menggunakannya (Zone. 2013).

Page 10: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

16 SLB Golongan A di Jimbaran

Gambar 2.7Penggaris Braille

Sumber :http://prameswarinovi.blogspot.co.id/2013/02/alat-alat-bantu-tunanetra.html

9. Kompas Bicara : Kompas ini dapat disetting dalam beberapa bahasa,

sistem kerjanya seperti kompas lain hanya saja arah mata angin yang

dituju akan ditunjukkan dalam bentuk suara(Zone. 2013).

Gambar 2.8Kompas Bicara

Sumber :http://prameswarinovi.blogspot.co.id/2013/02/alat-alat-bantu-tunanetra.html

10. Peta dan Globe Timbul : Peta dan globe timbul digunakan layaknya peta

pada umumnya, hanya saja pada permukaan yang menggambarkan suatu

daerah dibuat timbul dan diberi tanda tersendiri, hal ini dimaksudkan agar

tunanetra dengan mudah mengenali tipografi suatu daerah dengan indera

perabaannya(Zone. 2013).

Gambar 2.9 Globe Timbul

Sumber :http://prameswarinovi.blogspot.co.id/2013/02/alat-alat-bantu-tunanetra.html

Page 11: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

17 SLB Golongan A di Jimbaran

B. Alat Bantu

Alat bantu pendidikan bagi anak tunanetra sebaiknya menggunakan materi

perabaan dan pendengaran.

1. Alat bantu perabaan sebagai sumber belajar menggunakan buku-buku

dengan huruf Braille.

2. Alat bantu pendengaran sebagai sumber belajar diantaranya talking books

(buku bicara), kaset (suara binatang), CD, kamus bicara.

C. Alat Peraga

Alat peraga tactual atau audio yaitu alat peraga yang dapat diamati melalui

perabaan atau pendengaran. Alat peraga tersebut antara lain:

1. Benda asli : makanan, minuman, binatang peliharaan (kucing, ayam, ikan

hias, dll) tubuh anak itu sendiri, tumbuhan/tanaman, elektronik, kaset, dll.

2. Benda asli yang diawetkan : binatang liar/buas atau yang sulit di dapatkan.

3. Benda asli yang dikeringkan (herbarium, insektarium)

4. Benda/model tiruan; model kerangka manusia, model alat pernafasan, dll.

5. Gambar timbul sesuai dengan bentuk asli; grafik, diagram dll.

6. Gambar timbul skematik; rangkaian listrik, denah, dll.

7. Peta timbul; provinsi, pulau, negara, daratan, benua, dll.

8. Globe timbul.

9. Papan baca.

10. Papan paku.

2.15 Metode Kependidikan

Berdasarkan SLB Negeri Kota Magelang tenaga kependidikan yang

dibutuhkan untuk metode kependidikan antara lain:

A. Guru dengan kualifikasi:

1. SGPLB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa)

2. Sarjana (S-1) PLB

3. Pasca Sarjana (S-2) PLB

4. Sarjana (S-1) bukan PLB tetapi memiliki latar belakang keahlian

tertentu/khusus yang dibutuhkan anak tunanetra, seperti; Pendidikan

Agama, Musik, Massage, dll.

Page 12: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

18 SLB Golongan A di Jimbaran

5. Guru sekolah umum yang diberi training minimal 6 bulan.

B. Psikolog

Psikolog diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

intelegensi anak tunanetra. Disamping itu membantu guru dalam assessment.

Tujuan assessment adalah untuk mengetahui sejauhmana potensi dan

kekurangan/hambatan yang dimiliki anak tunanetra, sehingga dapat diketahui

apa kebutuhan anak tunanetra dalam proses pembelajaran.

C. Dokter mata

Rekomendasi dari dokter mata sangatlah diperlukan bagi lembaga

penyelenggara pendidikan tunanetra. Seorang dokter mata memiliki

kewenangan untuk menentukan bahwa seseorang memiliki hambatan dalam

penglihatan.

D. Optometris

Kemampuan penglihatan anak tunanetra dapat dikatehui salah satunya dari

hasil assessment klinis yang dilakukan oleh seorang optometris. Kondisi anak

tunanetra dapat diketahui melalui laporan hasil assessment, misalnya:

1. Ketajaman penglihatan

2. Lapang pandang

3. Kebutuhan media baca tulis

4. Alat bantu yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan anak

5. Alat peraga yang dibutuhkan

6. Penempatan di dalam kelas

2.1.6 Layanan Pendidikan

Berikut adalah layanan pendidikan bagi tunanetra berdasarkan SLB Negeri

Kota Magelang, yaitu :

A. Taman Kanak – Kanak Luar Biasa ( TKLB )

1. Program Kegiatan Belajar:

a. Program umum: pembentukan perilaku melalui pengembangan

Pancasila, agama, disiplin, perasaan/emosi dan kemampuan

bermasyarakat, serta pengembangan kemampuan berbahasa, daya

pikir, daya cipta, keterampilan dan jasmani.

Page 13: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

19 SLB Golongan A di Jimbaran

b. Program khusus: Orientasi dan Mobilitas.

2. Susunan Program Pengajaran:

a. Kegiatan belajar 3 jam perhari. Setiap jam pelajaran lamanya 30

menit.

b. Lama Pendidikan: berlangsung selama satu sampai tiga tahun

c. Usia: sekurang-kurangnya berusia 3 tahun

d. Rasio guru dan murid: 1 guru membimbing 5 peserta didik.

3. Sistem guru:

a. Guru kelas, kecuali untuk bidang pengembangan Orientasi dan

Mobilitas.

b. Team teaching.

B. Sekolah Dasar Luar Biasa ( SDLB )

1. Kurikulum:

a. Program Umum: pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,

pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan

Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Kerajian Tangan dan Kesenian,

pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

b. Program Khusus: Orientasi dan Mobilitas, dan Braille.

c. Program Muatan Lokal antara lain: bahasa Daerah, bahasa Inggris,

Kesenian Daerah atau lainnya yang telah ditetapkan oleh Dinas

Pendidikan Daerah setempat.

2. Susunan Program Pengajaran:

Kegiatan belajar sekurang – kurangnya 30 sampai 42 jam pelajaran tiap

minggu. Untuk kelas I dan II setiap jam pelajaran lamanya 30 menit, kelas III

sampai VI setiap pelajarannya lamanya 40 menit.

Kegiatan belajar sekurang-kurangnya 30 sampai 42 jam pelajaran tiap

minggu. Untuk kelas I dan II setiap jam pelajaran lamanya 30 menit, kelas III

sampai dengan VI setiap jam pelajaran lamanya 40 menit.

3. Lama Pendidikan: berlangsung selama sekurang-kurangnya 6 tahun.

4. Usia: sekurang-kurangnya berusia 6 tahun.

5. Rasio guru dan murid: 1 guru mengajar maksimal 12 siswa.

6. Sistem guru:

Page 14: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

20 SLB Golongan A di Jimbaran

a. Guru kelas, kecuali untuk mata pelajaran Orientasi dan Mobilitas,

pendidikan Agama, pendidikan Jasmani, dan Kesehatan.

b. Team teaching.

c. Mengembangkan program pendidkan individual bagi siswa tunanetra

yang membutuhkan layanan tertentu.

C. Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa ( SMPLB )

1. Kurikulum:

a. Program Umum: pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,

pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan

Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, pendidikan Jasmani dan Kesehatann

bahasa Inggris.

b. Program Khusus: Orientasi dan Mobilitas, dan Braille.

c. Program Muatan Lokal: bahasa Daerah, Kesenian Daerah atau lainnya

yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Daerah setempat.

d. Program Pilihan: paket keterampilan Rekayasa, Pertanian, Usaha dan

Perkantoran, Kerumahtanggaan, dan Kesenian.

2. Susunan Program Pengajaran: Kegiatan belajar sekurang-kurangnya 42

jam pelajaran tiap minggu. Setiap jam pelajaran lamanya 45 menit.

Alokasi waktu program umum, program khusus dan muatan lokal kurang

lebih 48%, sedangkan alokasi waktu program pilihan kurang lebih 52%.

3. Lama Pendidikan: berlangsung selama sekurang-kurangnya 3 tahun.

4. Siswa: telah tamat Sekolah Dasar Luar Biasa atau satuan pendidikan yang

sederajat/setara.

5. Rasio guru dan murid: 1 guru mengajar maksimal 12 siswa.

6. Sistem guru: Guru mata pelajaran

D. Sekolah Menengah Atas Luar Biasa ( SMALB )

1. Kurikulum

a. Program Umum: pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,

pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan

Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Bahasa Inggris.

b. Program Khusus: Braille

Page 15: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

21 SLB Golongan A di Jimbaran

c. Program Pilihan: paket keterampilan Rekayasa, Pertanian, Usaha dan

Perkantoran, Kerumahtanggaan, dan Kesenian.

2. Susunan Program Pengajaran : Kegiatan belajar sekurang-kurangnya 42

jam pelajaran tiap minggu. Setiap jam pelajaran lamanya 45 menit.Alokasi

waktu program umum kurang lebih 38%, sedangkan alokasi waktu

program plihan kurang lebih 62%.

3. Lama Pendidikan: berlangsung selama sekurang-kurangnya 3 tahun.

4. Siswa: telah tamat Sekolah Menengah Pertama atau yang sederajat/setara.

5. Rasio guru dan murid: 1 guru mengajar maksimal 12 siswa.

6. Sistem guru: Guru mata pelajaran

2.1.7 Metode Pengajara

Menurut Lubis (2013) terdapat beberapa metode pengajaran untuk siswa

tunanetra, yaitu:

A. Metode Ceramah

Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena dalam pelaksanaan

metode ini guru menyampaikan materi pelajaran dengan penjelasan lisan dan

siswa mendengar penyampaian materi dari guru.

B. Metode Tanya Jawab

Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena metode ini

merupakan tambahan dari metode ceramah yang menggunakan indera

pendengaran.

C. Metode Diskusi

Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena mereka dapat ikut

berpartisipasi dalam kegiatan diskusi itu karena dalam metode diskusi

kemampuan daya pikir siswa untuk memecahkan suatu persoalan lebih

diutamakan. Dan metode ini bisa diikuti tanpa menggunakan indera

penglihatan.

D. Metode Sorogan

Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena adanya bimbingan

langsung dari guru kepada anak didik dan seorang guru dapat mengetahui

Page 16: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

22 SLB Golongan A di Jimbaran

langsung sejauh mana kemampuan anak didiknya dalam memahami suatu

materi pelajaran.

E. Metode Bandongan

Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra Inti karena guru

memberikan penjelasan materi kepada anak didik tidak secara perorangan.

Metode ini merupakan kebalikan dari metode sorogan.Tunanetra dapat

mengikuti metode ini, karena metode ini dapat diikuti dengan tanpa

menggunakan indera penglihatan.

F. Metode Drill

Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra jika materi yang

disampaikan dan media yang digunakan mampu mendukung mereka untuk

memahami materi pelajaran.

2.1.8 Standar Desain Sekolah Luar Biasa

Pada bangunan sekolah utamanya Sekolah Luar Biasa yang mewadahi

proses pendidikan anak berkebutuhan khusus sudah harus memiliki standard

khusus pada seluruh fasilitasnya. Fasilitas yang ada diantaranya dalah fasilitas

ruang kelas, fasilitas penunjang, dan kamar mandi. Penggunaan railing, ramp, dan

tangga juga harus diperhitungkan walaupun jarak bukan hal utama. Fasilitas-

fasilitas rancangan tersebut meliputi :

A. Ruang Kelas

Penataan bagi ruang kelas anak berkebutuhan khusus pada intinya sama saja

dengan penataan pada ruang kelas orang normal, hanya saja perbedaaan terletak

pada sirkulasinya. Anak berkebutuhan khusus memiliki ukuran dan dimensi

standard untuk penempatan sirkulasi. Ukuran dasar penataan inilah yang dijadikan

standard dalam penempatan dan perancangan sirkulasi bagi anak berkebutuhan

khusus. Perbedaan ketinggian lantai yang biasanya terdapat antara ruang kelas

dengan luar ruang, seharusnya diatasi dengan membuat ram yang memiliki

kemiringan tidak lebih dari 15 derajat. Selain itu perbedaan ketinggian tidak boleh

lebih dari dari 3 cm. Penggunaan pintu geser untuk memudahkan gerakan

bukatutup dan untuk menghemat ruangan. Lebar pintu usahakan >80cm dengan

jarak besar pintu masuk minimal 150cm. Untuk memudahkan akses usahakan

Page 17: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

23 SLB Golongan A di Jimbaran

penempatan pintu dan ruang di sebelah meja sejalur. Space ruang sirkulasi antara

meja dan dinding berjarak > 125m, berguna untuk memberi ruang untuk akses ke

tempat tidur dan melakukan gerakan berputar. Menurut standart yang berlaku

minimum area yang digunakan untuk kursi roda adalah 121,9cm x 121,9cm.

Penggunaan railing pada bagian tembok ruang kelas juga membantu sebagai

pegangan bagi anak yang menggunakan tongkat ataupun krek.

Gambar 2.10 Standar Meja Persegi Untuk Kelas SLB

Sumber : Peraturan Kepmen PU No 486 tahun 1998

Gambar 2.11 Standar Meja Persegi Panjang Untuk Kelas SLB

Sumber : Peraturan Kepmen PU No 486 tahun 1998

Page 18: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

24 SLB Golongan A di Jimbaran

B. Toilet

Pada peraturan Kepmen PU No 486 tahun 1998 menjelaskan adanya detail

toilet akses yang dirancang khusus untuk anak berkebutuhan khusus, yaitu :

1. Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan

tampilan rambu/simbol dengan sistem cetak timbul "penyandang cacat"

pada bagian luarnya.

2. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup

untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.

3. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna

kursi roda sekitar (45-50 cm).

4. Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat

(handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan

pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan

disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu

pergerakan pengguna kursi roda.

5. Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-

perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang

sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki

keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.

6. Semua kran sebaiknya dengan menggunakan sistem pengungkit dipasang

pada wastafel, dll.

7. Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.

8. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi

roda.

9. Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka

dari luar jika terjadi kondisi darurat.

10. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu

masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency

sound button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.

Page 19: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

25 SLB Golongan A di Jimbaran

Gambar 2.12 Analisa Ruang Gerak Pada Toilet

Sumber : Peraturan Kepmen PU No 486 tahun 1998

Gambar 2.13 Tinggi Perletakkan kloset

Sumber : Peraturan Kepmen PU No 486 tahun 1998

C. Tangga

Pada peraturan Kepmen PU No 486 tahun 1998 menjelaskan fasilitas bagi

pergerakan vertikal yang dirancang dengan mempertimbangkan ukuran dan

kemiringan pijakan dan tanjakan dengan lebar yang memadai, yaitu :

1. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam.

2. Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 60°

3. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan

pengguna tangga.

4. Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) minimum pada salah

satu sisi tangga.

Page 20: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

26 SLB Golongan A di Jimbaran

5. Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 - 80 cm

dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan bagian

ujungnya harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding

atau tiang.

6. Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya

(puncak dan bagian bawah) dengan 30 cm. Untuk tangga yang terletak di

luar bangunan, harus dirancang sehingga tidak ada air hujan yang

menggenang pada lantainya.

Gambar 2.14 Ukuran dan Standar Penerapan Tangga

Sumber : Peraturan Kepmen PU No 486 tahun 1998

D. Ram

Menurut peraturan Kepmen PU No 486 tahun 1998 menjelaskan persyaratan ram,

yaitu :

1. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7°,

perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan atau akhiran ramp

(curb ramps/landing) Sedangkan kemiringan suatu ramp yang ada di luar

bangunan maksimum 6°.

2. Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 7°) tidak boleh lebih

dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat

lebih panjang.

Page 21: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

27 SLB Golongan A di Jimbaran

3. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman, dan 120 cm

dengan tepi pengaman. Untuk ramp yang juga digunakan sekaligus untuk

pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan secara

seksama lebarnya, sedemikian sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi

tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-sendiri.

4. Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas

dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar

kursi roda dengan ukuran minimum 160 cm.

5. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki tekstur

sehingga tidak licin baik diwaktu hujan.

6. Lebar tepi pengaman ramp/kanstin/low curb 10 cm, dirancang untuk

menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok atau keluar dari jalur

ramp. Apabila berbatasan langsung dengan lalu-lintas jalan umum atau

persimpangan harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu jalan

umum.

7. Ram harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup sehingga membantu

penggunaan ramp saat malam hari. Pencahayaan disediakan pada bagian-

bagian ramp yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya

dan bagian-bagian yang membahayakan.

8. Ram harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang dijamin

kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai. Pegangan rambat harus

mudah dipegang dengan ketinggian 65 - 80 cm.

Gambar 2.15 Ukuran dan Standar Penerapan Ram

Sumber : Peraturan Kepmen PU No 486 tahun 1998

Page 22: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

28 SLB Golongan A di Jimbaran

2.2 Kajian pada Proyek Sejenis

Pada kajian fasilitas sejenis dilakukan studi banding, analisis, dan kajian

terhadap keadaan dari bangunan yang memiliki fungsi sama dengan proyek yang

akan dirancang, bangunan-bangunan tersebut meliputi:

2.2.1 SLB-A Negeri Denpasar

Gambar 2.16 SLB-A Negeri Denpasar

Sumber : Survey Lapangan, 07 Maret 2015

A. Tinjauan Umum

SLB-A Negeri Denpasar merupakan sekolah luar biasa untuk tunanetra.

Sekolah ini didirikan pada tahun 1959 yang ditanda tangani langsung oleh

MENDIKBUD. Bangunan yang berdiri di lahan seluas 1.426,56 m2

di jalan

Serma Gede No.11, Denpasar Barat. Bangunan ini memiliki 11 ruang belajar

meliputi 6 kelas untuk SDLB, 3 kelas untuk SMPLB, dan 2 kelas untuk

SMALB. Sekolah juga dilengkapi dengan ruang Musik, ruang refleksi, ruang

kesenian daerah, ruang pelatihan, aula , dan ruang operasional sekolah.

Selain fasilitas yang sudah disebutkan sekolah ini juga memiliki asrama

sebagai tempat tinggal untuk siswa tunanetra dan rumahnya yang jauh.

Asrama ini dihuni dengan 45 siswa meliputu 15 siswa perempuan dan 30

siswa laki-laki.

Page 23: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

29 SLB Golongan A di Jimbaran

B. Tinjauan Arsitektur

Hasil observasi dari lapangan pada SLB-A Negeri Denpasar dapat dilihat

dari segi tampilan dan fungsi pada bangunan tersebut dapat dikatakan masih

kurang memadahi untuk fasilitas sekolah anak tunanetra karena pada setiap

ruangan tidak terdapat ram beserta pegangan disisi kanan dan kiri ram.

Penyediaan kamar mandi juga tidak didesain sesuai untuk disabilitas namun

didesain seperti kamar mandi orang normal pada umumnya.

C. Fasilitas

Gambar 2.17 Lay Out SLB-A Negeri Denpasar

Keterangan :

A. Padmasana

B. Ruang Kepala Sekolah dan Tata Usaha

C. Aula

D. Toilet

E. Ruang Bimbingan & Konseling

F. Ruang Refleksi

G. Ruang Rapat

H. Ruang Guru

I. Asrama Perempuan

J. Rumah Penjaga Asrama

K. Ruang Ketrampilan

L. SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa)

M. SMPLB (Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa)

Page 24: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

30 SLB Golongan A di Jimbaran

N. SMALB (Sekolah Menengah Atas Luar Biasa)

O. Ruang Refleksi

P. Ruang Kesenian Daerah

Q. Gudang

R. Ruang Musik

S. Asrama Laki-laki

1. Ruang Kelas

Gambar 2.18 Ruang Kelas SLB-A Negeri Denpasar

Sumber : Survey Lapangan, 07 Maret 2015

Sekolah ini memiliki 25 staff pengajaran dan 48 murid yang terdiri dari 33

laki-laki dan 15 perempuan. Pada setiap ruang kelas terdapat 4-6 siswa untuk

mempermudah dalam proses pembelajaran dan interaksi antar guru dan siswa.

2. Ruang Ketrampilan

Gambar 2.19 Ruang Ketrampilan SLB-A Negeri Denpasar

Sumber : Survey Lapangan, 07 Maret 2015

SLB-A Negeri Denpasar juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang yaitu

Ruang ketrampilan untuk mengasah ketrampilan siswa tunanetra. Ruangan ini

Page 25: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

31 SLB Golongan A di Jimbaran

difungsikan untuk siswa belajar cara bekerja di salon seperti creambath, facial,

potong rambut, dll.

2.2.2 SLB-A Santikatmaka Tabanan

Gambar 2.20 SLB-A Santikatmaka Tabanan

Sumber : Survey Lapangan, 11 Maret 2015

Gambar 2.21 Lingkungan SLB-A Santikatmaka Tabanan

Sumber : Survey Lapangan, 11 Maret 2015

A. Tinjauan Umum

Sekolah Luar Biasa (SLB) golongan A Santikatmaka berada di jalan S.

Parman, Kediri-Tabanan. Sekolah ini satu-satunya Sekolah Luar Biasa khusus

tunanetra yang ada di kota Tabanan. Sekolah ini tidak hanya memberikan

Page 26: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

32 SLB Golongan A di Jimbaran

ilmu-ilmu dasar yang sering diajarkan di bangku sekolah namun juga dibekali

ketrampilan seperti massage dan salon. Sekolah ini juga memiliki klinik pijat

untuk para tunanetra. Sekolah ini dilengkapi dengan asrama putra dan asrama

putri karena sebagian besar siswa yang bersekolah berasal dari luar kota.

Dengan adanya asrama sebagai salah satu fasilitas di sekolah dapat

mempermudah siswa karena tidak perlu bolak-balik untuk pulang dan pergi ke

sekolah. Fasilitas-fasilitas lain yang terdapat di SLB-a ini dapat dilihat pada

gambar denah dibawah ini.

B. Tinjauan Arsitektur

Hasil dari observasi yang telah dilakukan di SLB-A Santikatmaka

Tabanan dapat dilihat dari segi tampilan dan fungsi tersebut sudah dapat

dikatan memenuhi standar untuk sekolah tunanetra. Pada setiap ruangan

terdapat fasilitas ram yang mempermudah siswa tunanetra untuk memasuki

rungan. Lingkungan pada sekolah ini juga di desain dengan sangat rapid an

mempermudah bagi penyandang tunanetra untuk mengakses kesetiap ruangan

yang terdapat di sekolah ini.

C. Fasilitas

Gambar 2.22 Lay Out SLB-A Santikatmaka Tabanan

Keterangan :

A. R. Kantor, R. Data-show room, R. Komputer Braille

B. R. Seksi rehabilitasi sosial

Page 27: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

33 SLB Golongan A di Jimbaran

C. R. Pekerjaan sosial, R. Case conference, R. Perpustakaan, R. Teori

D. R. Olahraga

E. R. Kelas SLB-A, R. Lab. Low vision

F. R. Kelas SLB-A, R. Praktek massage

G. R. Poliklinik dan studio musik

H. Aula

I. R. Instalasi dan produksi salon

J. Gudang

K. Musholla

L. Guest house

M. Rumah dinas

N. R. Keterampilan

O. Km/wc putri

P. Asrama putri SUBADRA

Q. R. Dapur dan R. Makan

R. Asama putra SAHADEWA

S. Asrama putra Nakula

T. Km/wc putra

1. Ruang Kelas

Gambar 2.23 Ruang Kelas SLB-A Santikatmaka Tabanan

Sumber : Survey Lapangan, 11 Maret 2015

Page 28: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

34 SLB Golongan A di Jimbaran

Ruang kelas pada bangunan ini berisikan 6 tempat duduk untuk proses

pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mempermudah interaksi antara guru

dengan murid. Terdapat dua kelas dalam satu ruangan yang dipisah

menggunakan tembok agar tidak mengganggu proses belajar kelas satu

dengan kelas lainnya. Jadwal kelas pada sekolah ini adalah jam pagi dan jam

siang.

2. Ruang Praktek

Gambar 2.24 Ruang Praktek Massage SLB-A Santikatmaka Tabanan

Sumber : Survey Lapangan, 11 Maret 2015

SLB-A Santikatmaka juga memiliki ruang praktek massage bagi siswanya

agar mereka mempunyai ketrampilan dan nantinya bisa bekerja sesuai dengan

apa yang sudah diajarkan. Terdapat 3 ruang praktek yang disediakan pada

sekolah ini untuk menunjang proses pembelajaran siswanya. Tidak hanya

ruang praktek massage, sekolah ini juga ditunjang dengan ruang praktek salon

untuk para siswinya.

3. Asrama

Gambar 2.25 Asrama Putri SLB-A Santikatmaka Tabanan

Sumber : Survey Lapangan, 11 Maret 2015

Page 29: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

35 SLB Golongan A di Jimbaran

SLB-A Santikatmaka memiliki tiga gedung asrama yaitu satu asrama putri

dan ama putra. Asrama ditujukan untuk siswa yang rumahnya berada diluar

kota dan juga untuk siswa yang ingin tinggal di asrama. Ruang asrama

memiliki kapasitas 50 orang dan sekarang sudah dihuni 48 orang.

2.2.4 Kesimpulan Proyek Sejenis

Proyek yang menjadi tinjauan studi observasi secara langsung memberikan

informasi terkait proyek yang akan dirancang. Berikut merupakan kesimpulan

terhadap observasi proyek sejenis di lapangan ( lihat table 2.1) :

Tabel 2.1 Kesimpulan Proyek Sejenis

No Kriteria SLB-A Negeri

Denpasar

SLB-A Santikatmaka

1. Lokasi Jalan Serma Gede

No.11, Denpasar

Jalan S. Parman, Kediri-Tabanan

2. Fasilitas A. Padmasana

B. Ruang Kepala

Sekolah dan Tata

Usaha

C. Aula

D. Toilet

E. Ruang Bimbingan

& Konseling

F. Ruang Refleksi

G. Ruang Rapat

H. Ruang Guru

I. Asrama

Perempuan

J. Rumah Penjaga

Asrama

K. Ruang

Ketrampilan

L. SDLB (Sekolah

Dasar Luar Biasa)

M. SMPLB (Sekolah

Menengah

Pertama Luar

Biasa)

N. SMALB (Sekolah

Menengah Atas

Luar Biasa)

O. Ruang Refleksi

P. Ruang Kesenian

Daerah

Q. Gudang

R. Ruang Musik

S. Asrama Laki-laki

A. R. Kantor, R. Data-show

room, R. Komputer

Braille

B. R. Seksi rehabilitasi

sosial

C. R. Pekerjaan sosial, R.

Case conference, R.

Perpustakaan, R. Teori

D. R. Olahraga

E. R. Kelas SLB-A, R.

Lab. Low vision

F. R. Kelas SLB-A, R.

Praktek massage

G. R. Poliklinik dan studio

musik

H. Aula

I. R. Instalasi dan produksi

salon

J. Gudang

K. Musholla

L. Guest house

M. Rumah dinas

N. R. Keterampilan

O. Km/wc putri

P. Asrama putri

SUBADRA

Q. R. Dapur dan R. Makan

R. Asama putra

SAHADEWA

S. Asrama putra Nakula

T. Km/wc putra

3 Tinjauan

Arsitektur

Kurang memadahi

untuk sekolah yang

ditujukan bagi siswa

Sudah memadahi untuk sekolah

yang ditujukan bagi siswa

tunanetra.

Page 30: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

36 SLB Golongan A di Jimbaran

tunanetra.

4 Keunggulan Berada di kawasan

tengah kota yang

strategis dan mudah

dijangkau.

Pengelolaan yang baik dan

fasilitas-fasilitas yang

disediaakan sangat mewadahi.

5 kekurangan Kurangnya fasilitas-

fasilitas yang

mewadahi kebutuhan

siswa tunanetra

Berada dikawasan pinggir kota

dan tidak adanya akses

angkutan kota untuk kesana.

2.3 Spesifikasi Umum

Pada pembahasan ini akan dijelaskan secara umum tentang SLB golongan

A di Jimbaran mulai dari tujuan dan sasaran, aktifitas, civitas dan fasilitas.

2.3.1 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari SLB golongan A ini adalah untuk mewadahi para tunanetra agar

mereka bisa mendapatkan pendidikan dengan layak dan disesuaikan dengan

kebutuhan mereka sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan

baik.Selain mata pelajaran-mata pelajaran yang umumnya dipelajari oleh siswa-

siswa reguler, siswa-siswa tunanetra ini juga diajarkan keterampilan-keterampilan

penunjang seperti massage, salon, menenun, dan lain sebagainya.

2.3.2 Aktifitas

Aktivitas yang terdapat di SLB golongan A di Jimbaran adalah :

A. KegiatanUtama

Merupakan kegiatan harian yang dilakukan Siswa dan Guru. Adapun kegiatan

yang dilakukan adalah proses belajar dan mengajar di sekolah.

B. Kegiatan Penunjang

Kegiatan Penunjang merupakan kegiatan pelengkap dari kegiatan utama yang

terdapat di SLB-A dalam menjalankan aktivitas utama. Kegiatan penunjang ini

terdiri dari melakukan kegiatan keterampilan di sekolah, terapi mata, dan

melakukan segala kegiatan di asrama.

C. Kegiatan Pengelolaan

Kegiatan Pengelolaan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pengelola

untuk menjalankan dan memenuhi semua kebutuhan yang di perlukan SLB-A.

Page 31: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

37 SLB Golongan A di Jimbaran

Selain itu juga untuk merawat fasilitas-fasilitas yang ada di SLB-A juga untuk

menjaga keamanan penghuni asrama dan siswa saat proses belajar berjalan.

D. Kegiatan Servis

Merupakan kegiatan pelayanan bagi SLB-A Jimbaran. Serta kegiatan bagi

pengelola, seperti menyediakan parkir untuk pengelola maupun pengunjung.

2.3.4 Civitas

Ada beberapa jenis pelaku kegiatan dari SLB golongan A di Jimbaran ini,

yaitu :

A. Murid atau Siswa SLB-A Jimbaran

B. Pengurus, staff pegawai danpengajar/guru SLB-A Jimbaran

C. Psikolog, untukmengetahuisejauhmanakemampuanintelegensianaktunanetra.

D. Dokter Kunjung, untuk memeriksa kondisi fisik anak tunanetra.

2.3.5 Fasilitas Rancangan

Berikut fasilitas yang akantersedia di SLB golongan A di Jimbaran sesuai

dengan pemahaman studi objek sejenis di klarifikasi menjadi tiga bagian aktifitas,

yaitu fasilitas utama, fasilitas penunjang, dan fasilitas pelengkap.

A. Fasilitas Utama

Fasilitas utama yaitu berupa :

1. Ruang Belajar

2. Ruang Guru dan Tata Usaha

B. Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang yaitu berupa :

1. Asrama

2. Rumah Dinas

3. Ruang Dapur dan Ruang Makan

4. Ruang Pengelola Asrama

5. Ruang Keterampilan

6. Ruang Olahraga

7. Ruang Musik

8. Klinik

Page 32: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SLB GOLONGAN A …...Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler 7 SLB Golongan A di Jimbaran BAB II PEMAHAMAN TERHADAP

Seminar Tugas Akhir Universitas Udayana Fakultas Teknik Arsitektur Non Reguler

38 SLB Golongan A di Jimbaran

9. Perpustakaan

C. fasilitas Servis

1. Gudang

2. Toilet

3. Parkir

4. Ruang ME

5. Pos Security

6. Ruang ibadah