bab ii masyarakat ekonomi asean dan kebijakan...
TRANSCRIPT
26
BAB II
Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOP
MEA merupakan sebuah agenda integrasi ekonomi negara-negara ASEAN
yang bertujuan untuk menghilangkan, atau meminimalisasi hambatan-hambatan
di dalam melakukan kerjasama ekonomi kawasan, misalnya dalam perdagangan
barang, jasa, dan investasi. Bagi Indonesia, Adanya MEA menjadi permulaan
untuk mengembangkan berbagai kualitas perekonomian di kawasan Asia
Tenggara dalam perkembangan pasar bebas di akhir 2015. MEA juga dapat
menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. MEA menjadi kesempatan
yang baik untuk menunjukkan kualitas dan kuantitas produk dan sumber daya
manusia (SDM) dan memaksimalkan peran UMKM dan koperasi di Indonesia
kepada negara-negara lain dengan terbuka, tetapi juga dapat menjadi tantangan
untuk Indonesia karena pasar UMKM akan bersaiang di pasar ASEAN.
2.1. Pembentukan ASEAN Community 2015
Dibentukanya Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) sebagai
organisasi regional yang didirikan oleh Indonesia, Malaysia, Singapore, Filipina,
dan Thailand pada tahun 1967. Seiring dengan berjalannya organisasi ini Negara
anggotanya pun bertambah di mulai dari bergabungnya Brunei Darussalam pada
tahun 1984, disusul oleh Vietnam pada tahun 1995, Laos (1997), Myanmar
27
(1997), dan yang terakhir Kamboja pada tahun 199925. Keempat negara yang baru
menjadi anggota ASEAN ini dikenal dengan negara CLMV (Camboja, Laos,
Myanmar, Vietnam) yang artinya negara- negara ini masih baru di ASEAN26.
Dengan dibentuknya ASEAN awalnya negara-negara anggota melakukan
upaya-upaya membangun rasa saling percaya (confidence building) guna
mengembangkan kerjasama regional. Pada awalnya negara-negara anggota
meletakan agenda yang salah satunya meletakan kerjasama ekonomi sebagai
agenda utama yang perlu dikembangkan adapun tujuan dibentuknya ASEAN
yaitu dengan mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta
pengembangan kebudayaan di kawasan, meningkatkan perdamaian dan stabilitas
regional dengan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan
antara negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling
membantu dalam masalah- masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-
bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, administrasi dan saling
memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan penelitian dalam
bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik dan administrasi juga merupakan
agenda yang dikembangkan serta bekerjasama secara lebih efektif guna
meningkatkan pemanfaatan pertanian dan industri mereka, memperluas
perdagangan dan pengkajian masalah- masalah komoditi internasional,
memperbaiki sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi, serta meningkatkan 25 Asean Economic Community, Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, diakses dalam http://aeccenter.kemendag.go.id/ 27 Januari 2016. 26 A Kardiyat Wiharyanto, Proses Berdirinya ASEAN, diakses dalam https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol24no2oktober2010/PROSES%20BERDIRINYA%20ASEAN%20kardiyat.pdf, 27 Januari 2016.
28
taraf hidup rakyat mereka. Pengkajian mengenai Asia Tenggara diharapkan juga
bisa berkembang diantara Negara-negara Asean agar dapat memelihara kerjasama
yang erat dan berguna dengan berbagai organisasi internasional dan regional yang
mempunyai tujuan serupa, dan untuk menjajagi segala kemungkinan untuk saling
bekerjasama secara erat di antara mereka sendiri27.
Negara anggota ASEAN sudah menyadari untuk berkerja sama
menghilangkan hambatan ekonomi dengan cara saling membuka perekonomian
mereka, untuk menciptakan integrasi ekonomi kawasan. Akhirnya anggota-
anggota ASEAN mengadakan pertemuan di Singapura pada tahun 1992, yang
hasilnya ditandatangi Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic
Cooperation sekaligus menandai dicanangkannya ASEAN Free Trade Area
(AFTA)28 pada tanggal 1 Januari 199329.
ASEAN telah berkembang dari masa ke masa untuk menjalin
persahabatan dan kerja sama dalam menciptakan wilayah yang aman, damai dan
makmur. Hal tersebut dipertegas dalam Bali Concord I pada tahun 1996 yang
dimana para pemimpin ASEAN telah menyepakati kerjasama di bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan. Dalam perkembangan selanjutnya
ASEAN sepakat untuk membentuk suatu kawasan yang terintregasi dalam satu
27 Gusmardi Bustami, Menuju ASEAN Economic Community 2015, Depertemen Perdagangan Republik Indonesia , diakses dalam http://www.academia.edu/9060577/buku_pedoman_MEA_2015 hal 2. 28 ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya. Diakes dalam http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA. 29 Dwi Hariyanto, Strategi Indonesia Dalam Menghadapi MEA, diakses dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37384/3/Chapter%20II.pdf 27 Januari 2016.
29
komunitas negara-negara Asia tenggara yang tebuka, damai, stabil, sejahtera,
saling peduli dan terikat bersama pada tahun 2020 yang dituangkan pada Visi
ASEAN 2020 pada KTT ASEAN30 di Kuala Lumpur tanggal 15 Desember
199731.
Demi mewujudkan harapan tersebut akhirnya diadakan pertemuan puncak
ASEAN ke-9 yang dihadiri oleh anggota ASEAN di Bali tahun 2003
menghasilkan Declaration of ASEAN Concord II atau yang dikenal dengan Bali
Concord II. Pertemuan tersebut menghasilkan diproklamirkan pembentukan
ASEAN Community (Komunitas ASEAN) yang terdiri atas tiga pilar yaitu
ASEAN Security Community (Komunitas ASEAN), ASEAN Economic
Community (Komunitas Ekonomi ASEAN) dan ASEAN Social Cultural
Community (Komunitas Sosial Budaya ASEAN).32untuk mewujudkan cita-cita
kawasan yang memiliki integritas ekonomi kuat mulai dirancang langkah awal
dan diprediksikan akan dimulai pada tahun 2020.
2.2 Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
Pembentukan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) dilatarbelakangi oleh
persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan melalui ASEAN
Free Trade Area (AFTA). Empat tahun sejak dicetuskan pembentukan
Masyarakat ASEAN dalam Bali Concord II, pertumbuhan ekonomi negara-negara
di kawasan ASEAN semakin baik dan ada pertimbangan para kepala negara
30 KTT ASEAN adalah Konfrensi Tingkat Tinggi ASEAN 31 Gusmardi, Op.Cit.,hal. 5 32 Ibid, hal. 4
30
ASEAN untuk mempercepat perwujudan Visi ASEAN dari 2020 menjadi 2015.
Dalam KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina yang diselenggarakan pada
13 Januari 2007, para pemimpin negara ASEAN menyepakati Cebu Declaration
on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community 201533 .
Dengan ditandatanganinya deklarasi ini, para pemimpin ASEAN menyepakati
percepatan pembentukan masyarakat ASEAN dari tahun 2020 menjadi tahun
2015. ketika KTT ke-13 ASEAN digelar di Singapura, para pemimpin ASEAN
menandatangani Piagam ASEAN (ASEAN Charter)34 dan cetak biru Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA)35.
2.2.1 Piagam ASEAN
Lahirnya Piagam ASEAN telah dimulai sejak dicanangkannya Vientiane
Action Programme (VAP) pada KTT ASEAN ke-10 di Vientiane, Laos pada
tahun 2004. KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina pada tahun 2007 telah
membentuk High Level Task Force (HLTF) on the ASEAN Charter yang bertugas
merumuskan naskah piagam ASEAN dengan memperhatikan rekomendasi
Eminent Person Group (EPG) on the ASEAN Charter36. Naskah Piagam ASEAN
kemudian ditandatangani oleh para Kepala Negara atau Pemerintahan Negara-
33 Bachrul Chairi, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, Kementerian PerdaganganRepublik Indonesia. Menjadi Juara di Era MEA 2015, diakses dalam http://www.kemendag.go.id/ 1 Februari 2016. 34 Piagam ASEAN adalah anggaran dasar bagi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Dokumen ini telah diadopsi pada KTTASEAN ke-13 di Singapura, November 2007 dan mulai berlaku sejak 15 Desember 2008. 35 Jenina Jok Chaves, Koordinator Program Filipina, Focus on the Global South, Memahami Piagam ASEAN dan Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN, diakes dalam www.asianfarmers.org 1 Februari 2016. 36 Jenina, Op.Cit hal. 2
31
negara Anggota ASEAN pada KTT ke-13 di Singapura, 20 November 2007.
Piagam ASEAN ini mulai berlaku efektif bagi semua Negara Anggota ASEAN
pada tanggal 15 Desember 2008. Indonesia telah melakukan ratifikasi Piagam
ASEAN pada tanggal 6 November 2008 dalam bentuk Undang-undang No. 38
tahun 2008 Tentang Pengesahan Charter Of The Association Of Southeast Asian
Nations (Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara). Piagam ASEAN
disini bertujuan untuk mendorong peningkatan kerjasama oleh berbagai pihak
yang berkepentingan dan meningkatkan interaksi masyarakat dalam kerjasama
ekonomi politik dan budaya serta meningkatkan mekanisme kerja dan struktur
organisasi ASEAN yang lebih efektif37.
2.2.2 MEA Blueprint
Blue print atau cetak biru MEA disusun dan disahkan pada tahun 2007.
Cetak biru ini bertujuan untuk menjadikan kawasan ASEAN lebih stabil,
sejahtera, dan sangat kompetitif, dan juga memungkinkan bebasnya lalu lintas
barang, jasa, investasi, dan aliran modal. Kesetaraan pembangunan ekonomi dan
pengurangan kemiskinan serta kesenjangan social ekonomi pada tahun 2015 juga
akan diupayakan. Negara – negara ASEAN mengesahkan blueprint (cetak biru)
MEA yang mencantumkan roadmap (peta jalan) percepatan integrasi ekonomi
dan realisasai pembentukannya menjadi empat pilar, ada pada gambar 2.2.2.38
37 Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Piagam ASEAN, diakses dalam http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/asean/Pages/Piagam-ASEAN.aspx pada 2 Februari 2016 38 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Departemen Luar Negeri RI, 2009. Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community Blueprint), dalam http://www.smecda.com/Files/Asean/Cetak%20Biru%20Komunitas%20Ekonomi%20ASEAN.pdf, diakses pada tanggal 2 Februari 2016.
32
Gambar 2.2.2 : Empat Pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Sumber : Kementerian Perindusrian Republik Indonesia
Pilar pertama dalam konsep ASEAN, diharapkan dalam pembentukan
MEA dapat membuat ASEAN lebih dinamis dan lebih berdaya saing dengan
mekanisme dan langkah-langkah baru guna memperkuat dan mempercepat
interaksi ekonomi. Penghapusan hambatan-hambatan berupa tarif dan non-tarif
untuk mendukung pembentukan ASEAN sebagai pasar dan basis produksi.
Dengan adanya pasar dan basis produksi tunggal memudahkan para investor yang
ingin berinvestasi di ASEAN meliputi berbagai sektor, termasuk di sektor jasa.
Pasar dan basis produksi tunggal ASEAN terdiri atas lima elemen inti yaitu arus
barang yang bebas, arus jasa yang bebas, arus investasi yang bebas, arus modal
yang lebih bebas, dan yang terakhir arus tenaga kerja terampil yang bebas39.
Secara umum MEA memiliki 12 sektor prioritas, yakni: produk-produk
berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, poduk berbasis karet, tekstil
dan pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-ASEAN, kesehatan, 39 Bachrul Chairi, Op.Cit hal 28.
33
pariwisata, dan logistik. Inilah sektor-sektor yang paling diminati, anggota
ASEAN, dan menjadi ajang mereka untuk bersaing satu sama lain40. Gagasannya
adalah jika sektor-sektor ini diliberalisasikan secara penuh, sektor-sektor ini akan
berintegrasi (menyatu) anggota ASEAN akan mengembangkan keunggulan
sektor-sektor ini dengan menarik investasi dan perdagangan di dalam ASEAN41.
Kawasan ekonomi yang berdaya saing adalah pilar kedua dari MEA, yang
bertujuan untuk mewujudkan kawasan yang stabil makmur, dan berdaya saing
tinggi yang mempunyai enam element inti, yaitu kebijakan persaingan,
perlindungan konsumen, hak kekayaan intelektual, pembangunan infrastruktur,
perpajakan dan E-commerce. 42 Dilihat dari keenam elemen diatas tersebut
menjelaskan bahwa Negara-negara anggota ASEAN berkomitmen untuk
memperkenalkan kebijakan, memfasilitasi pergerakan para pelaku usaha, tenaga
kerja terampil dan berbakat, dan memperkuat kelembagaan ASEAN untuk
menjadikan ASEAN sebagai kawasan ekonomi yang merata.
Pilar ketiga yaitu pembangunan ekonomi yang merata. Tujuan dari pilar
ketiga ini adalah dengan menjadikan usaha kecil dan menengah (UKM) sebagai
prioritas yang perlu dikembangkan di setiap Negara ASEAN, karena jika
pengembangan UKM suatu Negara sudah maksimal maka ekonomi yang merata
40 Ibid. 41 Ridho Syukro, 12 Sektor Utama Dalam MEA, Berita Satu, diakses dalamhttp://www.beritasatu.com/ekonomi/173987-ini-12-sektor-utama-dalam-mea-2015.html pada 2 Februari 2016 42 CPF. Luhulima, dkk. Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008, hal 112.
34
dapat tercapai dan memberikan manfaat kepada semua anggotanya43.
Kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global menjadi pilar
terakhir dari cetak biru MEA. Dengan adanya pilar keempat yaitu kawasan yang
terintegrasi penuh dengan ekonomi global semakin terhubung dengan pasar yang
saling bergantung dan industri yang mendunia membuat para pelaku usaha dapat
bersaing secara global. Dalam proses integrasi ASEAN menggunakan dua
pendekatan yang pertama, pendekatan koheren menuju hubungan ekonomi
eksternal melalui perjainjian perdagangan bebas (Free Trade Area/FTA) dan
kemitraan ekonomi yang lebih erat (Closer Economic Partnership/CEP). Dan
pendekatan yang kedua adalah partisipasi yang lebih kuat dalam pasokan global44.
2.3. Liberalisasi Perdagangan
Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) adalah komunitas yang bertujuan
menjadikan kawasan ASEAN pasar dan basis produksi tunggal, kawasan ekonomi
yang bersaing, kawasan pembangunan ekonomi yang adil, dan kawasan yang
tergabung dalam ekonomi global. Dalam Intruksi Presiden (INPRES) Nomor 11
Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru MEA dalam upaya
persiapan menghadapi pasar bebas ASEAN45. Terdapat 12 sektor prioritas yang
akan diintegrasikan oleh pemerintah yang di bagi tujuh sektor barang, yaitu
industri agro, otomotif, elektronik, perikanan, industri berbasis karet, industri
43 Nugroho, 4 pilar konsep pembangunan ekonomi, Radio Republik Indonesia, diakses dalam http://www.rri.co.id/post/berita/218583/nasional/ini_4_pilar_konsep_pembangunan_mea.html pada tanggal 2 Februari 2016 44 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, Op.Cit hal 29. 45 Dwi Siswaningsih, Peluang Dan Tantangan Indonesia Pasar Bebas Asean Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Ditjen PEN/WRT/006/1/2015, hal 9.
35
berbasis kayu, serta teksil dan lima sektor dibidang jasa yaitu, transportasi udara,
kesehatan, pariwisata, logistik dan teknologi informasi. Untuk itu, Negara-negara
ASEAN menyepakati untuk melakukan liberalisasi pada lima aspek ekonomi
yaitu : Barang, jasa, Investasi, modal, dan tenaga kerja terampil46.
Liberalisasi perdagangan barang ditandai dengan penghapusan berbagai
hambatan tarif dan nontarif, barang yang diperdagangkan antar Negara-negara
ASEAN tidak ada tarif impornya. Berbagi hambatan nontarif terus dipangkas,
baik yang bersifat teknis seperti kebijakan perlindungan makhluk hidup dari
penyakit, hama, atau kontaminasi bahaya, penetapan standar pada label kemasan
dan bahan. Adapun yang bersifat nonteknis seperti lisensi impor dari instansi
tertentu, penetapan kuota dan larangan terbatas. Dampaknya, barang-barang dari
luar akan lebih mudah masuk ke Indonesia. Ini akan mengancam produsen dalam
negeri, terutama yang memiliki daya saing rendah47.
MEA juga mencakup liberalisasi perdagangan jasa yang prioritasnya
mencakup pada sektor kesehatan, telekomunikasi dan teknologi informasi,
pariwisata dan logistik, serta pendidikan dan finansial. Liberalisasi perdagangan
jasa mempermudah perusahaan luar memperluas pasar ke dalam negeri. Dalam
liberalisasi investasi berdasarkan dasar aturan investasi MEA, ASEAN
Comprehensive Investment Agreement (ACIA), seluruh Negara ASEAN harus
memperlakukan investor domestik dan Negara ASEAN lainnya setara dan tanpa
ada diskriminasi baik dari sisi perizinan, pendirian, produksi hingga penjualan.
46 Ibid, hal. 9 47 R.Winantyo DKK, 2008, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Globalisasi, Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Kompas Gramedia, hal. 105.
36
Investor asing juga tidak boleh dipaksa untuk memenuhi pencapaian terentu yang
di tetapkan oleh Pemerintah seperti harus mengeskpor dalam jumlah tertentu48.
Aliran modal yang lebih bebas dalam MEA akan terlihat pada
penggabungan pasar saham, penawaran surat hutang, asuransi dan perbankan.
Dengan liberalisasi modal arus keluar-masuk investasi akan makin besar, nilai
tukar mata uang akan lebih mudah berubah. Pengaruh bank luar akan semakin
mudah dan krisis yang terjadi disuatu negara akan makin mudah merambah ke
Negara lain. Dalam tenaga kerja terampil melalui Mutual Recognition Agreement
(MRA) delapan profesi akan diliberalisasi yaitu : dokter, dokter gigi, perawat,
akuntan, insinyur, arsitek, surveyer, dan pelaku usaha pariwisata. Jika telah
terdaftar dan memenuhi syarat, tenaga kerja tersebut sudah berhak bekerja secara
bebas di Negara ASEAN yang di inginkan49.
Persaingan yang lebih besar dan tuntutan konsumen, serta kemajuan
teknologi memaksa pemerintah untuk memberikan inovasi dan kretifitas terhadap
UMKM dalam menghadapi tantangan pasar global, pemerintah hanya berperan
sebagai fasilitator bagi UMKM sementara yang paling berperan adalah UMKM
sendiri sebagai mesin pertumbuhan. Dalam menerapkan program – program dan
aktivitasnya ASEAN membentuk ASEAN Strategic Action Plan for SME
Development (2010 – 2015) atau Rencana Aksi Strategi ASEAN untuk
48 Negara ASEAN Sepakati 3 Kerjasama Perekonomian Regional, KONTAN, Kamis, 31 Maret 2016, Diakses dalam http://nasional.kontan.co.id/news/negara-asean-sepakati-3-kerjasama-perekonomian-regional, diakses pada tanggal 2 Februari 2016. 49Makmur Keliat, dkk, Pemetaan Pekerja Terampil Indonesia dan Liberalisas Jasa ASEAN, diakses dalam http://www.kemlu.go.id/Documents/Penelitian%20BPPK%202014/Laporan%20Akhir%20Liberalisasi%20Jasa.pdf. Pada tanggal 2 Februari 2016.
37
pembangunan UMKM yang ditugaskan mengambangkan aksi rencana ASEAN
dalam meningkatkan daya saing dan ketahanan UMKM.50
Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 Tentang
Percepatan Sektor Riil dan Pembangunan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
tanggal 8 Juni 2007 51 yang mengamanatkan pengembangan sentra melalui
pendekatan One Village One Product (OVOP) serta Undang-Undang No. 7 tahun
2014 tentang Perdagagan pasal 74 ayat 1, dalam rangka pengembangan ekspor,
pemerintah melakukan pembinaan ekspor terhadap pelaku usaha untuk perluasan
akses pasar bagi barang dan jasa dalam negeri. Kemudian, pada Undang-Undang
No. 7 tahun 2014 tentang Perdagagan pasal 22 ayat 152 disebutkan, dalam rangka
pengembangan, pemberdayaan dan penguatan perdagangan dalam negeri,
pemerintah, pemerintah daerah, dan keamanan secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama mengupayakan peningkatan penggunaan produk dalam negeri53.
2.4 Kebijakan OVOP
Gerakan One Village One Product (OVOP) merupakan gerakan yang di
cetuskan pertama kali oleh Gurbernur di provinsi Oita, Jepang tahun 1976 yaitu
Mr. Mohoriko Hiramatsu. Gerakan ini didasari dengan ide ingin mengembangkan
potensi daerah supaya menjadi lebih baik dengan melibatkan tokoh masyarakat,
50 ASEAN Strategic Action Plan for SME Development (2010-2015), Diakses dalam http://www.asean.org/archive/SME/SPOA-SME.pdf, pada tanggal 3 Februari 2016. 51 Kementerian Dalam Negeri. Diakses dalam http://www.kemendagri.go.id/produk-hukum/2007/06/08/instruksi-presiden-no-6-tahun-2007, pada tanggal 3 Februari 2016. 52 Kementerian Perdagangan. Diakses dalam http://www.kemendag.go.id/files/regulasi/2014/03/11/7-tahun-2014-id-1398758805.pdf, pada tanggal 3 Februari 2016. 53 Dwi, Op.Cit, hal 10.
38
dan masyarakat itu sendiri sehingga termotivasi bangkit dan membangun
daerahnya untuk mencari atau menciptakan apa yang menjadi keunggulan daerah
atau apa yang dirasakan dan menjadi kebanggaan daerah, untuk kemudian
dilakukan peningkatan keunggulan produk atau jasa yang dihasilkan serta kualitas
dan pemasarannya, sehingga akhirnya dapat diterima dan diakui nilainya oleh
masyarakat secara nasional, regional maupun secara internasional.54
Gambar 3.1 : Peta awal pelaksanaan OVOP
Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM
54 Nobuya Haraguchi, UNITED NATIONS INDUSTRIAL DEVELOPMENT ORGANIZATION, The One-Village-One-Product (OVOP) movement: What it is, how it has been replicated, and recommendations for a UNIDO OVOP-type project, 2008, dalam http://www.unido.org//fileadmin/user_media/Publications/Research_and_statistics/Branch_publications/Research_and_Policy/Files/Working_Papers/2008/WP032008%20The%20One-Village-One-Product%20(OVOP)%20movement.pdf, diakses pada tanggal 2 Februari 2016.
39
Awalnya di Oita pulau Kyushu, Jepang selatan adalah daerah yang tidak
begitu dikenal oleh masyarakat dengan luas 502 km2 dan hanya kurang dari 500
ribu orang yang mendudukinya. Di awal gerakan OVOP hanya ada 143 produk
Oita yang terjual di luar daerah dengan pendapatan sekitar 36 miliar yen, pada
2002 terdapat kenaikan yang cukup signifikan dari 143 produk tercatat menjadi
336 produk dengan pendapatan 141 miliar yen. Pendapatan per kapita Oita juga
meningkat, dari 1.4 juta yen per tahun pada awal 1980 menjadi sekitar 3 juta pada
awal 2000. Oita menjadi salah satu daerah termakmur dan dikunjungi banyak
orang luar daerah, termasuk para pejabat dan tokoh-tokoh penting dari luar
negeri55.
Gambar 3.1 : Pola pengembangan OVOP
Sumber : : Pola pengembangan Oita dalam mengembangkan OVOP 55 Suyoto Rais, OVOP dan kemandirian masyarakat, Perpustakaan UIN Sunan Ampel, diakses dalam http://library.uinsby.ac.id/index.php/news-and-events/1192-ovop-dan-kemandirian-masyarakat , pada tanggal 25 Mei 2016.
40
Adanya interaksi antara Pemerintah dan masyarakat merupakan konsep
dasar dari gerakan OVOP ini, karena masyarakatlah yang memiliki kemampuan,
pengetahuan serta keinginan untuk mengembangkan produk atau potesi dari
daerahnya. Dengan kemampuan, pengetahuan serta keinginan masyarakat untuk
mengembangkan potensi daerahnya. Pemerintah disini hanya lebih memfasilitasi
informasi tentang potensi pasar, membantu mengembangkan produk supaya lebih
menarik, membantu pemanfaatan teknologi agar produk yang dihasilkan dapat
lebih baik dan berkualitas serta Pemerintah melakukan penyuluhan atau pelatihan
bagi masyarakat bagaimana seharusnya pengembangan produk dilakukan. Agar
menunjang masyarakat untuk menciptakan dan mengembangkan produk menjadi
lebih inovatif dan kreatif Pemerintah memberikan penghargaan terhadap produk
unggulan yang dapat bersaing di pasar Indonesia bahkan sampai ASEAN.
Latar belakang munculnya gerakan OVOP serta konsep gerakan OVOP
dilatar belakangi oleh tiga hal yaitu yang pertama adalah, banyak dari masyarakat
pedesaan yang merantau ke perkotaan mengakibatkan menurunya populasi
penduduk di pedesaan yang membuat pedesaan menjadi kehilangan penggerak
serta gairah untuk menumbuhkan roda ekonominya, yang kedua dengan masalah
tersebut maka perlu dibangkitkannya gairah masyarakat pedesaan sesuai dengan
skala dan ukuran pedesaan dengan cara memanfaatkan potensi dan kemampuan
sumberdaya alam yang ada di desa tersebut serta melibatkan masyarakat setempat,
dan yang terakhir dengan adanya semangat serta masyarakat untuk
membangkitkan nilai ekonomi di desanya dapat mengurangi rasa ketergantungan
41
masayarakat pedesaan kepada Pemerintah daerah maupun Pemerintah pusat56.
Adanya gerakan OVOP ini menjadikan kawasan Oita menjadi dikenal
sehingga banyak wisatawan domestik maupun asing datang untuk melihat
langsung bagaimana keberhasilan dari OVOP tersebut atau dalam bahasa jepang
disebut “Isson Ippin”. Kemudian dibuatlah program homestay bagi pelajar dan
mahasiswa untuk menginap dalam jangka waktu tertentu di rumah penduduk.
Dengan cara seperti ini terjadi pertukaran informasi dan budaya, sehingga
bersama-sama penduduk setempat dan pendatang membangung tanah pertanian di
desa sehingga menarik dan dapat dijadikan agrowisata57.
Melihat kesuksesan gerakan OVOP di jepang banyak Negara lain yang
mengadopsi gerakan OVOP tersebut, salah satunya Negara Thailand. Dengan
nama One Tambon One Product (OTOP). OTOP melakukan kerjasama dengan
lembaga yang terdiri dari komite nasional OTOP, sub komite OTOP tingkat
propinsi, dan sub komite OTOP tingkat Kabupaten. Komite nasional OTOP terdiri
dari: kantor perdana menteri; menteri keuangan, menteri pengembangan
masyarakat; menteri pertanian dan koperasi; menteri perindustrian; menteri
perdagangan; menteri kesehatan masyarakat; menteri luar negeri; badan otorita
pariwisata Thailand; menteri pendidikan; menteri sains, teknologi dan lingkungan;
badan investasi, dan lain-lain. kehadiran dari lembaga- lembaga tersebut untuk
merintis, mengawal, dan mengawasi pelaksanaan OTOP yang sedang berjalan di
Thailand. Peran aktif dalam lembaga-lembaga dalam menyediakan dana,
56 Latar belakang OVOP diakses dalam http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00443-MN%20Bab%202.pdf pada tanggal 25 Mei 2016 57 Ibid.
42
memberikan penghargaan dan pelatihan, melakukan kejuaraan OTOP untuk
memutuskan suatu merek tertentu, dan membangun situs web bagi kelompok
OTOP.58
Dimotori oleh PM Thaksin Sinawatra pada 2001. Saat ini telah tercatat
sebanyak 75.840 unit OTOP yang telah terdaftar di Thailand. Melalui kegiatan
yang intens, koordinatif, dan langsung di bawah arahan Perdana Menteri
Thailand, OTOP berkembang dengan cepat menggerakkan roda ekonomi di
pedesaan. Hal itu ditunjukkan dengan meningkatkanya penjualan produk OTOP
dari 16.714 juta di tahun 2002 menjadi 55.447 juta di akhir tahun 2005. Dari
jumlah tersebut, 85,97% di jual secara lokal, sedangkan sisanya merupakan
penjualan ekspor. Ini adalah bukti bahwa kelembagaan memiliki kekuatan yang
besar dalam setiap pelaksaan program yang melibatkan masyarakat59.
2.5 OVOP di Indonesia
Pendekatan OVOP ini juga dilakukan oleh Indonesia dalam menghadapi
MEA. Program ini dicanangkan melalui Intruksi Presiden (INPRES) No.6, Tahun
200760, Tanggal 8 Juni, tentang kebijakan percepatan pengembangan sektor rill
dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah. Intruksi presiden tersebut
merupakan kelanjutan dari Intruksi Presiden No.3, Tahun 2006, tentang paket
58 Titik Yuliani, ANALISIS ASPEK KELEMBAGAAN KOPERASI DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM ONE VILLAGE ONE PRODUCT (OVOP) BINAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH ( Studi Koperasi Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ), Universitas Indonesia, Hal, 2. 59 Ibid. 60 Kemendagri, Op.Cit.
43
kebijakan perbaikan iklim investasi61. Intruksi Presiden tersebut bertujuan untuk
mengembangkan model ovop yang bertujuan untuk memajukan usaha masyarakat
dan memasarkan produk-produk lokal yang mampu bersaing serta meraih reputasi
internasional. Ovop ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
dari kegiatan usahanya.
GAMBAR : Logo OVOP
Sumber : Kementerian Perindusrian Republik Indonesia
Secara khusus diperuntukan bagi masyarakat di lingkup usaha mikro, kecil
dan menengah serta program ini tidak terbatas pada bidang tertentu atau dapat
dilakukan dalam seluruh sektor atau bidang kegiatan usaha yang dapat mendorong
perekonomian daerah maupun nasional dengan mengandalkan kelebihan
sumberdaya alam setempat. Berkembangnya konsep gerakan OVOP adalah
interaksi antara pemerintah dan masyarakat, disini peran masyarakat sangat
dominan karena masyarakat sebagai pihak yang memiliki kemampuan untuk 61 Mentri Perindustrian Republik Indonesia, diakses dalam http://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/Kepmenperind_775_2013.pdf , diakses pada tanggal 2 Februari 2016.
44
mengembangkan potensi dari produk daerah yang dimiliknya sedangkan
pemerintah hanya memfasilitasi informasi tentang potensi pasar, pengembangan
produk, pemaanfaatan teknologi agar produk yang dihasilkan dapat lebih baik dan
bekualitas dipasar nasional ataupun di internasional.
Pemerintah yang telah banyak mengetahui potensi dan mengetahui
kemampuan masyarakat membantu dengan memberikan penyuluhan atau
pelatihan bagi masyarakat bagaimana seharusnya program pengembangan produk
dilakukan. Agar masyarakat tertarik untuk menciptakan dan mengembangkan
produknya menjadi lebih inovatif dan kreatif pemerintah mengadakan insentif
serta penghargaan pada produk yang menarik, unik serta bernilai jual62.
62 I Wayan Dipta, Blue Print One Village One product, Kementerian Koprasi dan UKM dalam http://smecda.com/wp-content/uploads/2015/11/eBook-Bloe_print_ovop.compressed.pdf diakses pada tanggal 2 Februari 2016.
45
2.5.1 Prinsip Gerakan OVOP
Upaya memulai gerakan OVOP, perlu dipahami beberapa prinsip dasar
gerakan OVOP. Menurut kementerian Koperasi dan UKM RI, OVOP adalah
upaya pemerintah dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk unggulan suatu
daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam wadah
koperasi atau UKM. Gerakan OVOP mempunyai tiga prinsip utama yang dapat
dijelaskan dengan bagan berikut:
BAGAN 2.5.1: Tiga Prinsip OVOP
Sumber : Kementerian Koperasi
Lokal tapi global bertujuan untuk mengembangkan dan memasarkan satu
produk yang bisa menjadi sumber kebanggaan masyarakat setempat. Ini
merupakan salah satu dari tiga prinsip dasar OVOP. Tujuan dari gerakan ini
bukan hanya sekedar membuat souvenir bagi para wisatawan, tetapi lebih dari itu
OVOP
Lokal Tapi Global Kemandirian dan Kreatifitas Pengembangan SDM
Dengan sumberdaya (kekayaan) dan budaya lokal yang spesifik, diciptakan produk yang dapat dipasarkan ke tingkat global
Masyarakat memilih sendiri produk unggulan yang akan dihasilkannya. Satu desa/kelurahan/ kecamatan/ nagari dapat memproduksi 2 atau 3 produk. Pemerintah memberikan bantuan teknis, keuangan, dan pemasaran
Tujuan utama gerakan OVOP adalah pembangunan SDM. Pembangunan Komunitas yang mampu memcahkan setiap tantangan.
EKONOMI DAERAH MENINGKAT
46
untuk membuat kekhasan produk lokal yang dapat dipasarkan bukan saja di dalam
negeri tetapi juga dipasarkan global. Jadi dengan kata lain pengembangan OVOP
ditujukan untuk mengembangkan dan memasarkan produk lokal yang mampu
meraih reputasi dunia.
Ada beberapa contoh produk yang mempunyai kekhasan daerahnya yang
dapat di kembangkan melalui program OVOP yaitu : Kopi Luwak, kopi yang
memiliki aroma khas dan memiliki nilai tambah. Kopi terdapat di Kintamani
(Bali), Lampung, Ambarawa (Jawa Tengah), Aceh dan Medan. Produk kerajinan
Gerabah dari Tabanan (Bali), Banyumulek (NTB), Plered (Jawa Barat), Kasongan
(Yogyakarta) dan Wedi, Kabupaten Klaten (Jawa Tengah). Produk kerajinan
Perak dari Yogyakarta, Kendari (Sulawesi) dan Celuk (Bali). Kerajinan Bordir,
terdapat di Sumatera Barat, Tasikmalaya (Jawa Barat), Kudus (Jawa Tengah dan
Gorontalo. Buah Salak yang terkenal dapat diperoleh di Bali, Desa Turi,
Kabupaten Sleman (Yogyakarta). Salak dapat diolah menjadi manisan dan
minuman dengan citarasa khas63.
Gerakan OVOP pada intinya ditujukan untuk menggunakan sumber daya
lokal untuk dikembangkan menjadi produk yang bernilai tambah tinggi. Dengan
demikian prinsip pertama dari gerakan OVOP adalah merevitalisasi setiap
masyarakat setempat dengan mengembangkan potensi sumberdaya lokalnya untuk
menghasilkan produk bernilai tinggi64.
63 Braman Setyo, Satu Desa Produk Unggul, diakses dalam http://documentslide.com/documents/majalah-tamaddun-edisi-maret-april-2012-ok.html pada tanggal 3 Februari 2016. 64 Pengembangan Produk Unggulan Daerah Melalui Pendekatan OVOP (One Village One Product), Deputi Menteri Bidang Pengkajian Sumber Daya UKMK, Kementerian Koperasi dan
47
Kemandirian dan kreatifitas, prinsip ini merupakan gerakan dari
masyarakat sendiri, bukanlah pemerintah yang menentukan produk lokal yang
harus dipilih dan dikembangkan, tetapi harus menjadi pilihan masyarakat untuk
menumbuhkan daerah mereka. Hal penting yang perlu dijadikan pertimbangan
adalah jangan memberikan subsisi secara langsung kepada masyarakat setempat.
Secara umum masyarakat lokal sangat mensyukuri keindahan alam seperti hutan-
hutan dan danau-danau. Secara umum masyarakat setempat pasti punya kearifan
lokal, berupa kesenian atau kebudayaan yang mampu mengikat kebersamaan.
Masyarakat mempunyai potensi yang bisa digunakan untuk memulai bisnis,
menggunakan secara utuh kekhasan yang ada bisa saja disebut potensi regional.
Dengan demikian gerakan OVOP merupakan kampanye untuk memfasilitasi
pembangunan regional melalui kesadaran akan potensi lokal dan memaksimalkan
dengan semangat kemandirian65.
Peran pemerintah hanya memberikan bantuan teknis, sebagai contoh
menyediakan panduan kepada masyarakat tentang bagaimana cara baik
mengembangkan produknya serta aktif mempromosikan. Selain pemerintah
masyarakat juga mampu membuat dan memasarkan produknya dengan
sumberdaya, uang dan kemampuan yang dimilikinya. Kemandirian dan kreativitas
inilah yang manjadikan ciri dari gerakan OVOP. Secara umum masyarakat
UKM RI, hal, 6. 65 Kadek Rianita I, DKK, Evaluasi pelaksanaan program One Village One product dalam Pemberdayaan masyarakat didesa Pelaga Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, diakses dalam http://id.portalgaruda.org/article.php?article=458651&val=6121 pada 4 Februari 2016
48
dibebaskan memilih produk untuk dikembangkan dalam gerakan OVOP atas
resiko masing-masing66.
Pengembangan sumber daya manusia, agar program OVOP di Indonesia
dapat berkembang sesuai dengan Inpres No. 6 tahun 200767, maka langkah-
langkah pengembangan sumberdaya manusia dapat segera dilaksanakan sesuai
kebutuhan setempat. Sumber daya manusia yang ada serta masyarakat harus
diberikan pengetahuan mengenai gerakan OVOP serta pengenalan potensi daerah
yang ada sehingga mereka bisa menjadi penggerak gerakan OVOP di daerah.
Pemerintah Daerah harus menyadari dan mampu mendorong sumber daya
manusia yang kreatif dan inovatif. Mampu melakukan terobosan baru di sektor
pertanian, industri, pariwisata, jasa serta pemasaran produknya. Sehingga
meningkatkan kualitas, produktivitas, dan daya saing68.
66 Ibid, hal, 6. 67 Kemendagri, Op.Cit. 68 Ibid, hal, 6.