bab ii masyarakat ekonomi asean dan kebijakan...

23
26 BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOP MEA merupakan sebuah agenda integrasi ekonomi negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk menghilangkan, atau meminimalisasi hambatan-hambatan di dalam melakukan kerjasama ekonomi kawasan, misalnya dalam perdagangan barang, jasa, dan investasi. Bagi Indonesia, Adanya MEA menjadi permulaan untuk mengembangkan berbagai kualitas perekonomian di kawasan Asia Tenggara dalam perkembangan pasar bebas di akhir 2015. MEA juga dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. MEA menjadi kesempatan yang baik untuk menunjukkan kualitas dan kuantitas produk dan sumber daya manusia (SDM) dan memaksimalkan peran UMKM dan koperasi di Indonesia kepada negara-negara lain dengan terbuka, tetapi juga dapat menjadi tantangan untuk Indonesia karena pasar UMKM akan bersaiang di pasar ASEAN. 2.1. Pembentukan ASEAN Community 2015 Dibentukanya Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) sebagai organisasi regional yang didirikan oleh Indonesia, Malaysia, Singapore, Filipina, dan Thailand pada tahun 1967. Seiring dengan berjalannya organisasi ini Negara anggotanya pun bertambah di mulai dari bergabungnya Brunei Darussalam pada tahun 1984, disusul oleh Vietnam pada tahun 1995, Laos (1997), Myanmar

Upload: hangoc

Post on 07-Jun-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  26  

BAB II

Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOP

MEA merupakan sebuah agenda integrasi ekonomi negara-negara ASEAN

yang bertujuan untuk menghilangkan, atau meminimalisasi hambatan-hambatan

di dalam melakukan kerjasama ekonomi kawasan, misalnya dalam perdagangan

barang, jasa, dan investasi. Bagi Indonesia, Adanya MEA menjadi permulaan

untuk mengembangkan berbagai kualitas perekonomian di kawasan Asia

Tenggara dalam perkembangan pasar bebas di akhir 2015. MEA juga dapat

menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. MEA menjadi kesempatan

yang baik untuk menunjukkan kualitas dan kuantitas produk dan sumber daya

manusia (SDM) dan memaksimalkan peran UMKM dan koperasi di Indonesia

kepada negara-negara lain dengan terbuka, tetapi juga dapat menjadi tantangan

untuk Indonesia karena pasar UMKM akan bersaiang di pasar ASEAN.

2.1. Pembentukan ASEAN Community 2015

Dibentukanya Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) sebagai

organisasi regional yang didirikan oleh Indonesia, Malaysia, Singapore, Filipina,

dan Thailand pada tahun 1967. Seiring dengan berjalannya organisasi ini Negara

anggotanya pun bertambah di mulai dari bergabungnya Brunei Darussalam pada

tahun 1984, disusul oleh Vietnam pada tahun 1995, Laos (1997), Myanmar

Page 2: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  27  

(1997), dan yang terakhir Kamboja pada tahun 199925. Keempat negara yang baru

menjadi anggota ASEAN ini dikenal dengan negara CLMV (Camboja, Laos,

Myanmar, Vietnam) yang artinya negara- negara ini masih baru di ASEAN26.

Dengan dibentuknya ASEAN awalnya negara-negara anggota melakukan

upaya-upaya membangun rasa saling percaya (confidence building) guna

mengembangkan kerjasama regional. Pada awalnya negara-negara anggota

meletakan agenda yang salah satunya meletakan kerjasama ekonomi sebagai

agenda utama yang perlu dikembangkan adapun tujuan dibentuknya ASEAN

yaitu dengan mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta

pengembangan kebudayaan di kawasan, meningkatkan perdamaian dan stabilitas

regional dengan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan

antara negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam

Perserikatan Bangsa-Bangsa. Meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling

membantu dalam masalah- masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-

bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, administrasi dan saling

memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan penelitian dalam

bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik dan administrasi juga merupakan

agenda yang dikembangkan serta bekerjasama secara lebih efektif guna

meningkatkan pemanfaatan pertanian dan industri mereka, memperluas

perdagangan dan pengkajian masalah- masalah komoditi internasional,

memperbaiki sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi, serta meningkatkan                                                                                                                25  Asean Economic Community, Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, diakses dalam http://aeccenter.kemendag.go.id/ 27 Januari 2016.  26  A Kardiyat Wiharyanto, Proses Berdirinya ASEAN, diakses dalam https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol24no2oktober2010/PROSES%20BERDIRINYA%20ASEAN%20kardiyat.pdf, 27 Januari 2016.  

Page 3: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  28  

taraf hidup rakyat mereka. Pengkajian mengenai Asia Tenggara diharapkan juga

bisa berkembang diantara Negara-negara Asean agar dapat memelihara kerjasama

yang erat dan berguna dengan berbagai organisasi internasional dan regional yang

mempunyai tujuan serupa, dan untuk menjajagi segala kemungkinan untuk saling

bekerjasama secara erat di antara mereka sendiri27.

Negara anggota ASEAN sudah menyadari untuk berkerja sama

menghilangkan hambatan ekonomi dengan cara saling membuka perekonomian

mereka, untuk menciptakan integrasi ekonomi kawasan. Akhirnya anggota-

anggota ASEAN mengadakan pertemuan di Singapura pada tahun 1992, yang

hasilnya ditandatangi Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic

Cooperation sekaligus menandai dicanangkannya ASEAN Free Trade Area

(AFTA)28 pada tanggal 1 Januari 199329.

ASEAN telah berkembang dari masa ke masa untuk menjalin

persahabatan dan kerja sama dalam menciptakan wilayah yang aman, damai dan

makmur. Hal tersebut dipertegas dalam Bali Concord I pada tahun 1996 yang

dimana para pemimpin ASEAN telah menyepakati kerjasama di bidang politik,

ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan. Dalam perkembangan selanjutnya

ASEAN sepakat untuk membentuk suatu kawasan yang terintregasi dalam satu

                                                                                                               27  Gusmardi Bustami, Menuju ASEAN Economic Community 2015, Depertemen Perdagangan Republik Indonesia , diakses dalam http://www.academia.edu/9060577/buku_pedoman_MEA_2015 hal 2.  28  ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya. Diakes dalam http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA. 29  Dwi Hariyanto, Strategi Indonesia Dalam Menghadapi MEA, diakses dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37384/3/Chapter%20II.pdf 27 Januari 2016.  

Page 4: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  29  

komunitas negara-negara Asia tenggara yang tebuka, damai, stabil, sejahtera,

saling peduli dan terikat bersama pada tahun 2020 yang dituangkan pada Visi

ASEAN 2020 pada KTT ASEAN30 di Kuala Lumpur tanggal 15 Desember

199731.

Demi mewujudkan harapan tersebut akhirnya diadakan pertemuan puncak

ASEAN ke-9 yang dihadiri oleh anggota ASEAN di Bali tahun 2003

menghasilkan Declaration of ASEAN Concord II atau yang dikenal dengan Bali

Concord II. Pertemuan tersebut menghasilkan diproklamirkan pembentukan

ASEAN Community (Komunitas ASEAN) yang terdiri atas tiga pilar yaitu

ASEAN Security Community (Komunitas ASEAN), ASEAN Economic

Community (Komunitas Ekonomi ASEAN) dan ASEAN Social Cultural

Community (Komunitas Sosial Budaya ASEAN).32untuk mewujudkan cita-cita

kawasan yang memiliki integritas ekonomi kuat mulai dirancang langkah awal

dan diprediksikan akan dimulai pada tahun 2020.

2.2 Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Pembentukan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) dilatarbelakangi oleh

persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan melalui ASEAN

Free Trade Area (AFTA). Empat tahun sejak dicetuskan pembentukan

Masyarakat ASEAN dalam Bali Concord II, pertumbuhan ekonomi negara-negara

di kawasan ASEAN semakin baik dan ada pertimbangan para kepala negara

                                                                                                               30  KTT ASEAN adalah Konfrensi Tingkat Tinggi ASEAN  31  Gusmardi, Op.Cit.,hal. 5  32 Ibid, hal. 4

Page 5: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  30  

ASEAN untuk mempercepat perwujudan Visi ASEAN dari 2020 menjadi 2015.

Dalam KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina yang diselenggarakan pada

13 Januari 2007, para pemimpin negara ASEAN menyepakati Cebu Declaration

on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community 201533 .

Dengan ditandatanganinya deklarasi ini, para pemimpin ASEAN menyepakati

percepatan pembentukan masyarakat ASEAN dari tahun 2020 menjadi tahun

2015. ketika KTT ke-13 ASEAN digelar di Singapura, para pemimpin ASEAN

menandatangani Piagam ASEAN (ASEAN Charter)34 dan cetak biru Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA)35.

2.2.1 Piagam ASEAN

Lahirnya Piagam ASEAN telah dimulai sejak dicanangkannya Vientiane

Action Programme (VAP) pada KTT ASEAN ke-10 di Vientiane, Laos pada

tahun 2004. KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina pada tahun 2007 telah

membentuk High Level Task Force (HLTF) on the ASEAN Charter yang bertugas

merumuskan naskah piagam ASEAN dengan memperhatikan rekomendasi

Eminent Person Group (EPG) on the ASEAN Charter36. Naskah Piagam ASEAN

kemudian ditandatangani oleh para Kepala Negara atau Pemerintahan Negara-

                                                                                                               33 Bachrul Chairi, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, Kementerian PerdaganganRepublik Indonesia. Menjadi Juara di Era MEA 2015, diakses dalam http://www.kemendag.go.id/ 1 Februari 2016. 34  Piagam ASEAN adalah anggaran dasar bagi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Dokumen ini telah diadopsi pada KTTASEAN ke-13 di Singapura, November 2007 dan mulai berlaku sejak 15 Desember 2008. 35  Jenina Jok Chaves, Koordinator Program Filipina, Focus on the Global South, Memahami Piagam ASEAN dan Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN, diakes dalam www.asianfarmers.org 1 Februari 2016. 36  Jenina, Op.Cit hal. 2  

Page 6: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  31  

negara Anggota ASEAN pada KTT ke-13 di Singapura, 20 November 2007.

Piagam ASEAN ini mulai berlaku efektif bagi semua Negara Anggota ASEAN

pada tanggal 15 Desember 2008. Indonesia telah melakukan ratifikasi Piagam

ASEAN pada tanggal 6 November 2008 dalam bentuk Undang-undang No. 38

tahun 2008 Tentang Pengesahan Charter Of The Association Of Southeast Asian

Nations (Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara). Piagam ASEAN

disini bertujuan untuk mendorong peningkatan kerjasama oleh berbagai pihak

yang berkepentingan dan meningkatkan interaksi masyarakat dalam kerjasama

ekonomi politik dan budaya serta meningkatkan mekanisme kerja dan struktur

organisasi ASEAN yang lebih efektif37.

2.2.2 MEA Blueprint

Blue print atau cetak biru MEA disusun dan disahkan pada tahun 2007.

Cetak biru ini bertujuan untuk menjadikan kawasan ASEAN lebih stabil,

sejahtera, dan sangat kompetitif, dan juga memungkinkan bebasnya lalu lintas

barang, jasa, investasi, dan aliran modal. Kesetaraan pembangunan ekonomi dan

pengurangan kemiskinan serta kesenjangan social ekonomi pada tahun 2015 juga

akan diupayakan. Negara – negara ASEAN mengesahkan blueprint (cetak biru)

MEA yang mencantumkan roadmap (peta jalan) percepatan integrasi ekonomi

dan realisasai pembentukannya menjadi empat pilar, ada pada gambar 2.2.2.38

                                                                                                               37  Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Piagam ASEAN, diakses dalam http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/asean/Pages/Piagam-ASEAN.aspx pada 2 Februari 2016  38  Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Departemen Luar Negeri RI, 2009. Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community Blueprint), dalam http://www.smecda.com/Files/Asean/Cetak%20Biru%20Komunitas%20Ekonomi%20ASEAN.pdf, diakses pada tanggal 2 Februari 2016.  

Page 7: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  32  

Gambar 2.2.2 : Empat Pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Sumber : Kementerian Perindusrian Republik Indonesia

Pilar pertama dalam konsep ASEAN, diharapkan dalam pembentukan

MEA dapat membuat ASEAN lebih dinamis dan lebih berdaya saing dengan

mekanisme dan langkah-langkah baru guna memperkuat dan mempercepat

interaksi ekonomi. Penghapusan hambatan-hambatan berupa tarif dan non-tarif

untuk mendukung pembentukan ASEAN sebagai pasar dan basis produksi.

Dengan adanya pasar dan basis produksi tunggal memudahkan para investor yang

ingin berinvestasi di ASEAN meliputi berbagai sektor, termasuk di sektor jasa.

Pasar dan basis produksi tunggal ASEAN terdiri atas lima elemen inti yaitu arus

barang yang bebas, arus jasa yang bebas, arus investasi yang bebas, arus modal

yang lebih bebas, dan yang terakhir arus tenaga kerja terampil yang bebas39.

Secara umum MEA memiliki 12 sektor prioritas, yakni: produk-produk

berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, poduk berbasis karet, tekstil

dan pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-ASEAN, kesehatan,                                                                                                                39  Bachrul Chairi, Op.Cit hal 28.  

Page 8: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  33  

pariwisata, dan logistik. Inilah sektor-sektor yang paling diminati, anggota

ASEAN, dan menjadi ajang mereka untuk bersaing satu sama lain40. Gagasannya

adalah jika sektor-sektor ini diliberalisasikan secara penuh, sektor-sektor ini akan

berintegrasi (menyatu) anggota ASEAN akan mengembangkan keunggulan

sektor-sektor ini dengan menarik investasi dan perdagangan di dalam ASEAN41.

Kawasan ekonomi yang berdaya saing adalah pilar kedua dari MEA, yang

bertujuan untuk mewujudkan kawasan yang stabil makmur, dan berdaya saing

tinggi yang mempunyai enam element inti, yaitu kebijakan persaingan,

perlindungan konsumen, hak kekayaan intelektual, pembangunan infrastruktur,

perpajakan dan E-commerce. 42 Dilihat dari keenam elemen diatas tersebut

menjelaskan bahwa Negara-negara anggota ASEAN berkomitmen untuk

memperkenalkan kebijakan, memfasilitasi pergerakan para pelaku usaha, tenaga

kerja terampil dan berbakat, dan memperkuat kelembagaan ASEAN untuk

menjadikan ASEAN sebagai kawasan ekonomi yang merata.

Pilar ketiga yaitu pembangunan ekonomi yang merata. Tujuan dari pilar

ketiga ini adalah dengan menjadikan usaha kecil dan menengah (UKM) sebagai

prioritas yang perlu dikembangkan di setiap Negara ASEAN, karena jika

pengembangan UKM suatu Negara sudah maksimal maka ekonomi yang merata

                                                                                                               40  Ibid.  41  Ridho Syukro, 12 Sektor Utama Dalam MEA, Berita Satu, diakses dalamhttp://www.beritasatu.com/ekonomi/173987-ini-12-sektor-utama-dalam-mea-2015.html pada 2 Februari 2016 42  CPF. Luhulima, dkk. Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008, hal 112.  

Page 9: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  34  

dapat tercapai dan memberikan manfaat kepada semua anggotanya43.

Kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global menjadi pilar

terakhir dari cetak biru MEA. Dengan adanya pilar keempat yaitu kawasan yang

terintegrasi penuh dengan ekonomi global semakin terhubung dengan pasar yang

saling bergantung dan industri yang mendunia membuat para pelaku usaha dapat

bersaing secara global. Dalam proses integrasi ASEAN menggunakan dua

pendekatan yang pertama, pendekatan koheren menuju hubungan ekonomi

eksternal melalui perjainjian perdagangan bebas (Free Trade Area/FTA) dan

kemitraan ekonomi yang lebih erat (Closer Economic Partnership/CEP). Dan

pendekatan yang kedua adalah partisipasi yang lebih kuat dalam pasokan global44.

2.3. Liberalisasi Perdagangan

Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) adalah komunitas yang bertujuan

menjadikan kawasan ASEAN pasar dan basis produksi tunggal, kawasan ekonomi

yang bersaing, kawasan pembangunan ekonomi yang adil, dan kawasan yang

tergabung dalam ekonomi global. Dalam Intruksi Presiden (INPRES) Nomor 11

Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru MEA dalam upaya

persiapan menghadapi pasar bebas ASEAN45. Terdapat 12 sektor prioritas yang

akan diintegrasikan oleh pemerintah yang di bagi tujuh sektor barang, yaitu

industri agro, otomotif, elektronik, perikanan, industri berbasis karet, industri

                                                                                                               43  Nugroho, 4 pilar konsep pembangunan ekonomi, Radio Republik Indonesia, diakses dalam http://www.rri.co.id/post/berita/218583/nasional/ini_4_pilar_konsep_pembangunan_mea.html pada tanggal 2 Februari 2016  44  Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, Op.Cit hal 29.  45  Dwi Siswaningsih, Peluang Dan Tantangan Indonesia Pasar Bebas Asean Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Ditjen PEN/WRT/006/1/2015, hal 9.  

Page 10: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  35  

berbasis kayu, serta teksil dan lima sektor dibidang jasa yaitu, transportasi udara,

kesehatan, pariwisata, logistik dan teknologi informasi. Untuk itu, Negara-negara

ASEAN menyepakati untuk melakukan liberalisasi pada lima aspek ekonomi

yaitu : Barang, jasa, Investasi, modal, dan tenaga kerja terampil46.

Liberalisasi perdagangan barang ditandai dengan penghapusan berbagai

hambatan tarif dan nontarif, barang yang diperdagangkan antar Negara-negara

ASEAN tidak ada tarif impornya. Berbagi hambatan nontarif terus dipangkas,

baik yang bersifat teknis seperti kebijakan perlindungan makhluk hidup dari

penyakit, hama, atau kontaminasi bahaya, penetapan standar pada label kemasan

dan bahan. Adapun yang bersifat nonteknis seperti lisensi impor dari instansi

tertentu, penetapan kuota dan larangan terbatas. Dampaknya, barang-barang dari

luar akan lebih mudah masuk ke Indonesia. Ini akan mengancam produsen dalam

negeri, terutama yang memiliki daya saing rendah47.

MEA juga mencakup liberalisasi perdagangan jasa yang prioritasnya

mencakup pada sektor kesehatan, telekomunikasi dan teknologi informasi,

pariwisata dan logistik, serta pendidikan dan finansial. Liberalisasi perdagangan

jasa mempermudah perusahaan luar memperluas pasar ke dalam negeri. Dalam

liberalisasi investasi berdasarkan dasar aturan investasi MEA, ASEAN

Comprehensive Investment Agreement (ACIA), seluruh Negara ASEAN harus

memperlakukan investor domestik dan Negara ASEAN lainnya setara dan tanpa

ada diskriminasi baik dari sisi perizinan, pendirian, produksi hingga penjualan.

                                                                                                               46  Ibid, hal. 9 47  R.Winantyo DKK, 2008, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Globalisasi, Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Kompas Gramedia, hal. 105.

Page 11: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  36  

Investor asing juga tidak boleh dipaksa untuk memenuhi pencapaian terentu yang

di tetapkan oleh Pemerintah seperti harus mengeskpor dalam jumlah tertentu48.

Aliran modal yang lebih bebas dalam MEA akan terlihat pada

penggabungan pasar saham, penawaran surat hutang, asuransi dan perbankan.

Dengan liberalisasi modal arus keluar-masuk investasi akan makin besar, nilai

tukar mata uang akan lebih mudah berubah. Pengaruh bank luar akan semakin

mudah dan krisis yang terjadi disuatu negara akan makin mudah merambah ke

Negara lain. Dalam tenaga kerja terampil melalui Mutual Recognition Agreement

(MRA) delapan profesi akan diliberalisasi yaitu : dokter, dokter gigi, perawat,

akuntan, insinyur, arsitek, surveyer, dan pelaku usaha pariwisata. Jika telah

terdaftar dan memenuhi syarat, tenaga kerja tersebut sudah berhak bekerja secara

bebas di Negara ASEAN yang di inginkan49.

Persaingan yang lebih besar dan tuntutan konsumen, serta kemajuan

teknologi memaksa pemerintah untuk memberikan inovasi dan kretifitas terhadap

UMKM dalam menghadapi tantangan pasar global, pemerintah hanya berperan

sebagai fasilitator bagi UMKM sementara yang paling berperan adalah UMKM

sendiri sebagai mesin pertumbuhan. Dalam menerapkan program – program dan

aktivitasnya ASEAN membentuk ASEAN Strategic Action Plan for SME

Development (2010 – 2015) atau Rencana Aksi Strategi ASEAN untuk

                                                                                                               48  Negara ASEAN Sepakati 3 Kerjasama Perekonomian Regional, KONTAN, Kamis, 31 Maret 2016, Diakses dalam http://nasional.kontan.co.id/news/negara-asean-sepakati-3-kerjasama-perekonomian-regional, diakses pada tanggal 2 Februari 2016. 49Makmur Keliat, dkk, Pemetaan Pekerja Terampil Indonesia dan Liberalisas Jasa ASEAN, diakses dalam http://www.kemlu.go.id/Documents/Penelitian%20BPPK%202014/Laporan%20Akhir%20Liberalisasi%20Jasa.pdf. Pada tanggal 2 Februari 2016.  

Page 12: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  37  

pembangunan UMKM yang ditugaskan mengambangkan aksi rencana ASEAN

dalam meningkatkan daya saing dan ketahanan UMKM.50

Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 Tentang

Percepatan Sektor Riil dan Pembangunan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

tanggal 8 Juni 2007 51 yang mengamanatkan pengembangan sentra melalui

pendekatan One Village One Product (OVOP) serta Undang-Undang No. 7 tahun

2014 tentang Perdagagan pasal 74 ayat 1, dalam rangka pengembangan ekspor,

pemerintah melakukan pembinaan ekspor terhadap pelaku usaha untuk perluasan

akses pasar bagi barang dan jasa dalam negeri. Kemudian, pada Undang-Undang

No. 7 tahun 2014 tentang Perdagagan pasal 22 ayat 152 disebutkan, dalam rangka

pengembangan, pemberdayaan dan penguatan perdagangan dalam negeri,

pemerintah, pemerintah daerah, dan keamanan secara sendiri-sendiri atau

bersama-sama mengupayakan peningkatan penggunaan produk dalam negeri53.

2.4 Kebijakan OVOP

Gerakan One Village One Product (OVOP) merupakan gerakan yang di

cetuskan pertama kali oleh Gurbernur di provinsi Oita, Jepang tahun 1976 yaitu

Mr. Mohoriko Hiramatsu. Gerakan ini didasari dengan ide ingin mengembangkan

potensi daerah supaya menjadi lebih baik dengan melibatkan tokoh masyarakat,

                                                                                                               50  ASEAN Strategic Action Plan for SME Development (2010-2015), Diakses dalam http://www.asean.org/archive/SME/SPOA-SME.pdf, pada tanggal 3 Februari 2016.  51  Kementerian Dalam Negeri. Diakses dalam http://www.kemendagri.go.id/produk-hukum/2007/06/08/instruksi-presiden-no-6-tahun-2007, pada tanggal 3 Februari 2016.    52  Kementerian Perdagangan. Diakses dalam http://www.kemendag.go.id/files/regulasi/2014/03/11/7-tahun-2014-id-1398758805.pdf, pada tanggal 3 Februari 2016.  53  Dwi, Op.Cit, hal 10.  

Page 13: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  38  

dan masyarakat itu sendiri sehingga termotivasi bangkit dan membangun

daerahnya untuk mencari atau menciptakan apa yang menjadi keunggulan daerah

atau apa yang dirasakan dan menjadi kebanggaan daerah, untuk kemudian

dilakukan peningkatan keunggulan produk atau jasa yang dihasilkan serta kualitas

dan pemasarannya, sehingga akhirnya dapat diterima dan diakui nilainya oleh

masyarakat secara nasional, regional maupun secara internasional.54

Gambar 3.1 : Peta awal pelaksanaan OVOP

Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM

                                                                                                               54  Nobuya Haraguchi, UNITED NATIONS INDUSTRIAL DEVELOPMENT ORGANIZATION, The One-Village-One-Product (OVOP) movement: What it is, how it has been replicated, and recommendations for a UNIDO OVOP-type project, 2008, dalam http://www.unido.org//fileadmin/user_media/Publications/Research_and_statistics/Branch_publications/Research_and_Policy/Files/Working_Papers/2008/WP032008%20The%20One-Village-One-Product%20(OVOP)%20movement.pdf, diakses pada tanggal 2 Februari 2016.

Page 14: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  39  

Awalnya di Oita pulau Kyushu, Jepang selatan adalah daerah yang tidak

begitu dikenal oleh masyarakat dengan luas 502 km2 dan hanya kurang dari 500

ribu orang yang mendudukinya. Di awal gerakan OVOP hanya ada 143 produk

Oita yang terjual di luar daerah dengan pendapatan sekitar 36 miliar yen, pada

2002 terdapat kenaikan yang cukup signifikan dari 143 produk tercatat menjadi

336 produk dengan pendapatan 141 miliar yen. Pendapatan per kapita Oita juga

meningkat, dari 1.4 juta yen per tahun pada awal 1980 menjadi sekitar 3 juta pada

awal 2000. Oita menjadi salah satu daerah termakmur dan dikunjungi banyak

orang luar daerah, termasuk para pejabat dan tokoh-tokoh penting dari luar

negeri55.

Gambar 3.1 : Pola pengembangan OVOP

Sumber : : Pola pengembangan Oita dalam mengembangkan OVOP                                                                                                                55  Suyoto Rais, OVOP dan kemandirian masyarakat, Perpustakaan UIN Sunan Ampel, diakses dalam http://library.uinsby.ac.id/index.php/news-and-events/1192-ovop-dan-kemandirian-masyarakat , pada tanggal 25 Mei 2016.  

Page 15: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  40  

Adanya interaksi antara Pemerintah dan masyarakat merupakan konsep

dasar dari gerakan OVOP ini, karena masyarakatlah yang memiliki kemampuan,

pengetahuan serta keinginan untuk mengembangkan produk atau potesi dari

daerahnya. Dengan kemampuan, pengetahuan serta keinginan masyarakat untuk

mengembangkan potensi daerahnya. Pemerintah disini hanya lebih memfasilitasi

informasi tentang potensi pasar, membantu mengembangkan produk supaya lebih

menarik, membantu pemanfaatan teknologi agar produk yang dihasilkan dapat

lebih baik dan berkualitas serta Pemerintah melakukan penyuluhan atau pelatihan

bagi masyarakat bagaimana seharusnya pengembangan produk dilakukan. Agar

menunjang masyarakat untuk menciptakan dan mengembangkan produk menjadi

lebih inovatif dan kreatif Pemerintah memberikan penghargaan terhadap produk

unggulan yang dapat bersaing di pasar Indonesia bahkan sampai ASEAN.

Latar belakang munculnya gerakan OVOP serta konsep gerakan OVOP

dilatar belakangi oleh tiga hal yaitu yang pertama adalah, banyak dari masyarakat

pedesaan yang merantau ke perkotaan mengakibatkan menurunya populasi

penduduk di pedesaan yang membuat pedesaan menjadi kehilangan penggerak

serta gairah untuk menumbuhkan roda ekonominya, yang kedua dengan masalah

tersebut maka perlu dibangkitkannya gairah masyarakat pedesaan sesuai dengan

skala dan ukuran pedesaan dengan cara memanfaatkan potensi dan kemampuan

sumberdaya alam yang ada di desa tersebut serta melibatkan masyarakat setempat,

dan yang terakhir dengan adanya semangat serta masyarakat untuk

membangkitkan nilai ekonomi di desanya dapat mengurangi rasa ketergantungan

Page 16: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  41  

masayarakat pedesaan kepada Pemerintah daerah maupun Pemerintah pusat56.

Adanya gerakan OVOP ini menjadikan kawasan Oita menjadi dikenal

sehingga banyak wisatawan domestik maupun asing datang untuk melihat

langsung bagaimana keberhasilan dari OVOP tersebut atau dalam bahasa jepang

disebut “Isson Ippin”. Kemudian dibuatlah program homestay bagi pelajar dan

mahasiswa untuk menginap dalam jangka waktu tertentu di rumah penduduk.

Dengan cara seperti ini terjadi pertukaran informasi dan budaya, sehingga

bersama-sama penduduk setempat dan pendatang membangung tanah pertanian di

desa sehingga menarik dan dapat dijadikan agrowisata57.

Melihat kesuksesan gerakan OVOP di jepang banyak Negara lain yang

mengadopsi gerakan OVOP tersebut, salah satunya Negara Thailand. Dengan

nama One Tambon One Product (OTOP). OTOP melakukan kerjasama dengan

lembaga yang terdiri dari komite nasional OTOP, sub komite OTOP tingkat

propinsi, dan sub komite OTOP tingkat Kabupaten. Komite nasional OTOP terdiri

dari: kantor perdana menteri; menteri keuangan, menteri pengembangan

masyarakat; menteri pertanian dan koperasi; menteri perindustrian; menteri

perdagangan; menteri kesehatan masyarakat; menteri luar negeri; badan otorita

pariwisata Thailand; menteri pendidikan; menteri sains, teknologi dan lingkungan;

badan investasi, dan lain-lain. kehadiran dari lembaga- lembaga tersebut untuk

merintis, mengawal, dan mengawasi pelaksanaan OTOP yang sedang berjalan di

Thailand. Peran aktif dalam lembaga-lembaga dalam menyediakan dana,

                                                                                                               56  Latar belakang OVOP diakses dalam http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00443-MN%20Bab%202.pdf pada tanggal 25 Mei 2016  57  Ibid.  

Page 17: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  42  

memberikan penghargaan dan pelatihan, melakukan kejuaraan OTOP untuk

memutuskan suatu merek tertentu, dan membangun situs web bagi kelompok

OTOP.58

Dimotori oleh PM Thaksin Sinawatra pada 2001. Saat ini telah tercatat

sebanyak 75.840 unit OTOP yang telah terdaftar di Thailand. Melalui kegiatan

yang intens, koordinatif, dan langsung di bawah arahan Perdana Menteri

Thailand, OTOP berkembang dengan cepat menggerakkan roda ekonomi di

pedesaan. Hal itu ditunjukkan dengan meningkatkanya penjualan produk OTOP

dari 16.714 juta di tahun 2002 menjadi 55.447 juta di akhir tahun 2005. Dari

jumlah tersebut, 85,97% di jual secara lokal, sedangkan sisanya merupakan

penjualan ekspor. Ini adalah bukti bahwa kelembagaan memiliki kekuatan yang

besar dalam setiap pelaksaan program yang melibatkan masyarakat59.

2.5 OVOP di Indonesia

Pendekatan OVOP ini juga dilakukan oleh Indonesia dalam menghadapi

MEA. Program ini dicanangkan melalui Intruksi Presiden (INPRES) No.6, Tahun

200760, Tanggal 8 Juni, tentang kebijakan percepatan pengembangan sektor rill

dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah. Intruksi presiden tersebut

merupakan kelanjutan dari Intruksi Presiden No.3, Tahun 2006, tentang paket

                                                                                                               58  Titik Yuliani, ANALISIS ASPEK KELEMBAGAAN KOPERASI DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM ONE VILLAGE ONE PRODUCT (OVOP) BINAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH ( Studi Koperasi Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ), Universitas Indonesia, Hal, 2. 59  Ibid.  60  Kemendagri, Op.Cit.    

Page 18: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  43  

kebijakan perbaikan iklim investasi61. Intruksi Presiden tersebut bertujuan untuk

mengembangkan model ovop yang bertujuan untuk memajukan usaha masyarakat

dan memasarkan produk-produk lokal yang mampu bersaing serta meraih reputasi

internasional. Ovop ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat

dari kegiatan usahanya.

GAMBAR : Logo OVOP

Sumber : Kementerian Perindusrian Republik Indonesia

Secara khusus diperuntukan bagi masyarakat di lingkup usaha mikro, kecil

dan menengah serta program ini tidak terbatas pada bidang tertentu atau dapat

dilakukan dalam seluruh sektor atau bidang kegiatan usaha yang dapat mendorong

perekonomian daerah maupun nasional dengan mengandalkan kelebihan

sumberdaya alam setempat. Berkembangnya konsep gerakan OVOP adalah

interaksi antara pemerintah dan masyarakat, disini peran masyarakat sangat

dominan karena masyarakat sebagai pihak yang memiliki kemampuan untuk                                                                                                                61  Mentri Perindustrian Republik Indonesia, diakses dalam  http://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/Kepmenperind_775_2013.pdf  ,  diakses pada tanggal 2 Februari 2016.

Page 19: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  44  

mengembangkan potensi dari produk daerah yang dimiliknya sedangkan

pemerintah hanya memfasilitasi informasi tentang potensi pasar, pengembangan

produk, pemaanfaatan teknologi agar produk yang dihasilkan dapat lebih baik dan

bekualitas dipasar nasional ataupun di internasional.

Pemerintah yang telah banyak mengetahui potensi dan mengetahui

kemampuan masyarakat membantu dengan memberikan penyuluhan atau

pelatihan bagi masyarakat bagaimana seharusnya program pengembangan produk

dilakukan. Agar masyarakat tertarik untuk menciptakan dan mengembangkan

produknya menjadi lebih inovatif dan kreatif pemerintah mengadakan insentif

serta penghargaan pada produk yang menarik, unik serta bernilai jual62.

                                                                                                               62  I Wayan Dipta, Blue Print One Village One product, Kementerian Koprasi dan UKM dalam http://smecda.com/wp-content/uploads/2015/11/eBook-Bloe_print_ovop.compressed.pdf diakses pada tanggal 2 Februari 2016.  

Page 20: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  45  

2.5.1 Prinsip Gerakan OVOP

Upaya memulai gerakan OVOP, perlu dipahami beberapa prinsip dasar

gerakan OVOP. Menurut kementerian Koperasi dan UKM RI, OVOP adalah

upaya pemerintah dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk unggulan suatu

daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam wadah

koperasi atau UKM. Gerakan OVOP mempunyai tiga prinsip utama yang dapat

dijelaskan dengan bagan berikut:

BAGAN 2.5.1: Tiga Prinsip OVOP

Sumber : Kementerian Koperasi

Lokal tapi global bertujuan untuk mengembangkan dan memasarkan satu

produk yang bisa menjadi sumber kebanggaan masyarakat setempat. Ini

merupakan salah satu dari tiga prinsip dasar OVOP. Tujuan dari gerakan ini

bukan hanya sekedar membuat souvenir bagi para wisatawan, tetapi lebih dari itu

OVOP  

Lokal  Tapi  Global   Kemandirian  dan  Kreatifitas   Pengembangan  SDM  

Dengan sumberdaya (kekayaan) dan budaya lokal yang spesifik, diciptakan produk yang dapat dipasarkan ke tingkat global

 

Masyarakat memilih sendiri produk unggulan yang akan dihasilkannya. Satu desa/kelurahan/ kecamatan/ nagari dapat memproduksi 2 atau 3 produk. Pemerintah memberikan bantuan teknis, keuangan, dan pemasaran

 

Tujuan utama gerakan OVOP adalah pembangunan SDM. Pembangunan Komunitas yang mampu memcahkan setiap tantangan.

 

EKONOMI DAERAH MENINGKAT

 

Page 21: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  46  

untuk membuat kekhasan produk lokal yang dapat dipasarkan bukan saja di dalam

negeri tetapi juga dipasarkan global. Jadi dengan kata lain pengembangan OVOP

ditujukan untuk mengembangkan dan memasarkan produk lokal yang mampu

meraih reputasi dunia.

Ada beberapa contoh produk yang mempunyai kekhasan daerahnya yang

dapat di kembangkan melalui program OVOP yaitu : Kopi Luwak, kopi yang

memiliki aroma khas dan memiliki nilai tambah. Kopi terdapat di Kintamani

(Bali), Lampung, Ambarawa (Jawa Tengah), Aceh dan Medan. Produk kerajinan

Gerabah dari Tabanan (Bali), Banyumulek (NTB), Plered (Jawa Barat), Kasongan

(Yogyakarta) dan Wedi, Kabupaten Klaten (Jawa Tengah). Produk kerajinan

Perak dari Yogyakarta, Kendari (Sulawesi) dan Celuk (Bali). Kerajinan Bordir,

terdapat di Sumatera Barat, Tasikmalaya (Jawa Barat), Kudus (Jawa Tengah dan

Gorontalo. Buah Salak yang terkenal dapat diperoleh di Bali, Desa Turi,

Kabupaten Sleman (Yogyakarta). Salak dapat diolah menjadi manisan dan

minuman dengan citarasa khas63.

Gerakan OVOP pada intinya ditujukan untuk menggunakan sumber daya

lokal untuk dikembangkan menjadi produk yang bernilai tambah tinggi. Dengan

demikian prinsip pertama dari gerakan OVOP adalah merevitalisasi setiap

masyarakat setempat dengan mengembangkan potensi sumberdaya lokalnya untuk

menghasilkan produk bernilai tinggi64.

                                                                                                               63  Braman Setyo, Satu Desa Produk Unggul, diakses dalam http://documentslide.com/documents/majalah-tamaddun-edisi-maret-april-2012-ok.html pada tanggal 3 Februari 2016. 64  Pengembangan Produk Unggulan Daerah Melalui Pendekatan OVOP (One Village One Product), Deputi Menteri Bidang Pengkajian Sumber Daya UKMK, Kementerian Koperasi dan

Page 22: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  47  

Kemandirian dan kreatifitas, prinsip ini merupakan gerakan dari

masyarakat sendiri, bukanlah pemerintah yang menentukan produk lokal yang

harus dipilih dan dikembangkan, tetapi harus menjadi pilihan masyarakat untuk

menumbuhkan daerah mereka. Hal penting yang perlu dijadikan pertimbangan

adalah jangan memberikan subsisi secara langsung kepada masyarakat setempat.

Secara umum masyarakat lokal sangat mensyukuri keindahan alam seperti hutan-

hutan dan danau-danau. Secara umum masyarakat setempat pasti punya kearifan

lokal, berupa kesenian atau kebudayaan yang mampu mengikat kebersamaan.

Masyarakat mempunyai potensi yang bisa digunakan untuk memulai bisnis,

menggunakan secara utuh kekhasan yang ada bisa saja disebut potensi regional.

Dengan demikian gerakan OVOP merupakan kampanye untuk memfasilitasi

pembangunan regional melalui kesadaran akan potensi lokal dan memaksimalkan

dengan semangat kemandirian65.

Peran pemerintah hanya memberikan bantuan teknis, sebagai contoh

menyediakan panduan kepada masyarakat tentang bagaimana cara baik

mengembangkan produknya serta aktif mempromosikan. Selain pemerintah

masyarakat juga mampu membuat dan memasarkan produknya dengan

sumberdaya, uang dan kemampuan yang dimilikinya. Kemandirian dan kreativitas

inilah yang manjadikan ciri dari gerakan OVOP. Secara umum masyarakat

                                                                                                                                                                                                                                                                                                               UKM RI, hal, 6. 65  Kadek Rianita I, DKK, Evaluasi pelaksanaan program One Village One product dalam Pemberdayaan masyarakat didesa Pelaga Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, diakses dalam http://id.portalgaruda.org/article.php?article=458651&val=6121 pada 4 Februari 2016

Page 23: BAB II Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebijakan OVOPeprints.umm.ac.id/36170/3/jiptummpp-gdl-rezaandark-48929-3-babii.pdf · persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan

  48  

dibebaskan memilih produk untuk dikembangkan dalam gerakan OVOP atas

resiko masing-masing66.

Pengembangan sumber daya manusia, agar program OVOP di Indonesia

dapat berkembang sesuai dengan Inpres No. 6 tahun 200767, maka langkah-

langkah pengembangan sumberdaya manusia dapat segera dilaksanakan sesuai

kebutuhan setempat. Sumber daya manusia yang ada serta masyarakat harus

diberikan pengetahuan mengenai gerakan OVOP serta pengenalan potensi daerah

yang ada sehingga mereka bisa menjadi penggerak gerakan OVOP di daerah.

Pemerintah Daerah harus menyadari dan mampu mendorong sumber daya

manusia yang kreatif dan inovatif. Mampu melakukan terobosan baru di sektor

pertanian, industri, pariwisata, jasa serta pemasaran produknya. Sehingga

meningkatkan kualitas, produktivitas, dan daya saing68.

                                                                                                                                           66 Ibid, hal, 6.  67  Kemendagri, Op.Cit.  68 Ibid, hal, 6.