bab ii latar belakang berdirinya masjid besar …repository.ump.ac.id/7400/3/nur hidayat_bab...
TRANSCRIPT
20
BAB II
LATAR BELAKANG BERDIRINYA MASJID BESAR BABUL QUDUS
A. Kondisi Lingkungan Masjid
1. Lingkungan Geografis Kecamatan Jatilawang
Secara geografis kecamatan Jatilawang terletak pada 7 25’- 7 50’ Lintang
Selatan dan 108 22’- dan 109 50’ Bujur timur. Bentang alam yang terdapat di
Kecamatan Jatilawang meliputi: Sungai Tajum, Sungai Lo Pasir, Sawah,
Pegunungan, Dataran Rendah, Situ Bamban, dan Hutan. Secara administratif,
Kecamatan Jatilawang terletak di wilayah Kabupaten Banyumas bagian selatan.
Wilayah Kecamatan Jatilawang terdiri dari 11 Desa, 33 Dusun, 56 RW, dan 350
RT.
Luas wilayah kecamatan Jatilawang kurang lebih mencapai 48,16 km2
/4.815,95 Ha. Batas-batas Kecamatan Jatilawang meliputi:
Sebelah Utara : Kecamatan Purwojati
Sebelah Selatan : Kabupaten Cilacap
Sebelah Timur : Kecamatan Rawalo
Sebelah Barat : Kecamatan Wangon
20
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
21
Tabel 1.0
Daftar Desa di Kecamatan Jatilawang
No. Desa Jarak dari Kantor
Kec. ke Kantor
Desa (km)
Tinggi Desa dari
permukaan laut
(m)
1 Gunung Wetan 5.00 19
2 Pekuncen 2.00 20
3 Karanglewas 3.00 21
4 Karanganyar 2.50 21
5 Margasana 2.20 21
6 Adisara 1.00 21
7 Kedungwringin 2.60 19
8 Bantar 4.50 18
9 Tinggarjaya 3.00 18
10 Tunjung 0.15 21
11 Gentawangi 4.00 20
(Sumber: Monografi Kecamatan Jatilawang Tahun 2016)
Kecamatan Jatilawang sendiri merupakan salah satu wilayah bekas
Kawedadan Jatilawang. Wilayah Kawedanan Jatilawang pada masa lampau
meliputi: Kecamatan Lumbir, Kecamatan Wangon, Kecamatan Jatilawang,
Kecamatan Rawalo, dan Kecamatan Purwojati. Kecamatan Jatilawang dilalui
Jalan Propinsi atau dikenal dengan sebutan jalur selatan yang menghubungkan
antara Kota Purwokerto-Bandung-Jakarta. Jarak dari Jatilawang ke Ibu Kota
Kabupaten Banyumas (Purwokerto) kurang lebih ± 30 km atau 1 jam perjalanan
menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
22
2. Pemerintahan
Kecamatan Jatilawang dipimpin oleh seorang Camat. Setiap Desa
dipimpin oleh masing-masing Kepala Desa atau Lurah. Masing-masing RT dan
RW dipimpin oleh Ketua RW dan Ketua RT. Beberapa tokoh yang menduduki
jabatan sebagai Camat di Kecamatan Jatilawang antara lain:
Tabel 1.1
Nama Camat yang Pernah Menjabat dan
Masa Tahun Jabatanya di Kecamatan Jatilawang
No. Nama Masa Jabatan
1 Drs. Kasudi 1983-1988
2 Drs. Budi Suroso 1988-1991
3 Drs. Sugiri Hardomo 1991-1995
4 Marsongko W, BA 1995-2001
5 Drs. Imam Pamungkas 2001-2005
6 Drs. Prasetyo Budi Widodo 2005-2006
7 Usman Gunarso 2006-2008
8 Titik Puji Astuti, S.H, M.Pd 2008-2010
9 H. Bedjo Suntoro, S.H, M.Hum 2010-2011
10 H. Tarwanto, S.Sos 2011-2017
11 Drs. Hartadi 2017- Sekarang
(Sumber: Monografi Kecamatan Jatilawang Tahun 2016)
Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa camat yang paling lama
menjabat di Kecamatan Jatilawang ialah H. Tarwanto, S.Sos. sedangkan Camat
yang paling sebentar menjabat di Kecamatan Jatilawang ialah Titik Puji Astuti, SH,
M.Pd.
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
23
Tabel 1.2
Nama Kepala Desa dan Sekretaris Desa Tahun 2016
No. Desa Nama Kepala Desa Nama Sekretaris Desa
1 Gunungwetan Kidam Awid Zulpratama
2 Pekuncen Suwarno, S.H Darto
3 Karanglewas Kaswo Samidi
4 Karanganyar Kartim, S.Sos Caram
5 Margasana Tri Setiodono Tohidin
6 Adisara Bambang Triyanto Anwanulloh, S.E
7 Kedungwringin Riyanto Munandar
8 Bantar Sumarno Saptono
9 Tinggarjaya Sidan Hadi Danu
Martopo
Kisman
10 Tunjung Sahid Agus Priyono
11 Gentawangi Winardi Tarkum
(Sumber: Monografi Kecamatan Jatilawang Tahun 2016)
Data di atas merupakan Nama Kepala Desa dan Sekretaris Desa yang
menjabat pada tahun 2016 dan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 dan tahun
2018 sementara ini belum ada pemutahiran data di Kantor Kecamatan Jatilawang.
Pada awal tahun 2018 terdapat pergantian Kepala Desa di Desa Tunjung. Kepala
Desa Tunjung sebelumnya Sahid digantikan oleh Sartim yang memenangkan
pemilihan Kepala Desa Tunjung pada akhir tahum 2017. Pada tahun 2018 akan
terjadi pemilihan Kepala Desa serentak di Kecamatan Jatilawang.
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
24
Tabel 1.3
Banyaknya Dusun, RT, RW Kecamatan Jatilawang Tahun 2016
No. Desa Dusun RW RT
1 Gunungwetan 2 4 26
2 Pekuncen 3 6 31
3 Karanglewas 3 3 16
4 Karanganyar 3 3 21
5 Margasana 2 2 13
6 Adisara 3 3 21
7 Kedungwringin 3 6 42
8 Bantar 3 5 41
9 Tinggarjaya 5 12 52
10 Tunjung 3 6 46
11 Gentawangi 3 6 41
Jumlah 33 56 350
(Sumber: Monografi Kecamatan Jatilawang Tahun 2016)
Dari data di atas, Desa Tinggarjaya merupakan wilayah dengan jumlah
Dusun. RT,RW terbanyak di Kecamatan Jatilawang. Sedangkan Desa
Margasana merupakan wilayah dengan jumlah Dusun, RT, RW paling sedikit
di Kecamatan Jatilawang. Menurut data di atas Kecamatan Jatilawang memiliki
33 Dusun, 56 RW, dan 350 RT.
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
25
3. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk
1) Jumlah penduduk
Jumlah Penduduk Kecamatan Jatilawang tahun 2016 kurang
lebih ada 58.949 jiwa. Jumlah penduduk di Kecamatan Jatilawang
semakin tahun cenderung mengalami peningkatan yang pesat. Hal
tersebut dilatar belakangi oleh tingginya angka kelahiran dan
rendahnya angka kematian di Kecamatan Jatilawang. Angka
kelahiran yang tinggi salah satu faktornya disebabkan oleh gagalnya
program Keluarga Berencana (KB) yang di canangkan oleh
pemerintah.
Faktor lain yang menyebabkan pertambahan penduduk di
Kecamatan Jatilawang cukup tinggi adalah banyaknya masyarakat
pindahan yang berasal dari daerah lain yang bermukim di
Kecamatan Jatilawang dengan alasan tertentu. Semakin tahun
jumlah masyarakat pindahan yang bermukim di Jatilawang semakin
meningkat, salah satu faktornya adalah mulai banyak di bangun
perumahan-perumahan dengan harga yang cukup murah pada setiap
desa di Kecamatan Jatilawang. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat
dalam tabel berikut ini.
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
26
Tabel 1.4
Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Kecamatan Jatilawang Tahun 1996-2016
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah
1996 27.049 27.558 54.607
1997 27.313 27.836 55.149
1998 27.473 27.985 55.458
1999 27.610 28.098 55.708
2000 27.783 28.204 55.708
2001 27.847 28.283 56.130
2002 27.908 28.312 56.220
2003 27.909 28.375 56.284
2004 27.961 28.424 56.385
2005 28.069 28.494 56.563
2006 28.140 28.515 56.658
2007 28.298 28.563 56.861
2008 28.356 28.662 57.018
2009 28.546 28.938 57.484
2010 28.334 28.806 57.140
2011 28.511 28.980 57.491
2012 28.672 29.144 57.816
2013 28.825 29.300 58.125
2014 28.966 29.445 58.411
2015 29.102 29.588 58.690
2016 29.230 29.719 58.949
(Sumber: BPS Kabupaten Banyumas, Hasil Proyeksi Penduduk Tahun 2016)
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
27
Tabel 1.5
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk
No. Desa Jumlah
Penduduk
Luas
Wilayah
(km)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
1 Gunungwetan 4.686 7,18 625,65
2 Pekuncen 4.208 4,90 858,78
3 Karanglewas 2.381 5,15 462,33
4 Karanganyar 2.810 2,05 1.370,73
5 Margasana 1.818 1,83 993,44
6 Adisara 3.658 2,38 1.536,97
7 Kedungwringin 7.414 4,47 1.658,61
8 Bantar 5.860 3,13 1.872,20
9 Tinggarjaya 11.163 5,73 1.948,17
10 Tunjung 9.318 8,32 1.119,95
11 Gentawangi 5.633 3,02 1.865,22
Jumlah 58.949 48,16 1.224,02
(Sumber: BPS Kabupaten Banyumas, Hasil Proyeksi Penduduk Tahun 2016)
Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa jumlah penduduk
Kecamatan Jatilawang paling banyak terdapat di Desa Tinggarya dengan
jumlah penduduk sebanyak 11.163 jiwa. Sedangkan Desa dengan luas
wilayah terluas adalah Desa Tunjung dengan luas wilayah 8,32 km.
sedangkan Desa dengan kepadatan penduduk terbanyak adalah Desa
Tinggarjaya dengan kepadatan penduduk 1.948,17 jiwa per km2.
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
28
2) Mata Pencaharian
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup bagi manusia maka
manusia perlu makan, minum, dan lain-lain. Untuk memperoleh makanan
tersebut manusia harus bekerja sesuai dengan kemampuan mereka.
Kegiatan sehari-hari dalam mencari makanan sangat menentukan pola hidup
diri manusia itu dengan keluarganya.
Mata Pencaharian penduduk Kecamatan Jatilawang antara lain
berprofesi sebagai: Petani, Pedagang,TNI/Polri, PNS, Guru dan lain-lain.
Sebagaian besar masyarakat Kecamatan Jatilawang bekerja di sektor
pertanian/perkebunan dan sektor perdagangan. Kemudian banyak pemuda
yang berprofesi sebagai tukang parkir karena banyaknya pertokoan dan
rumah makan yang semakin berkembang pada akhir-akhir ini. Untik lebih
jelasnya dapat di lihat dalam table berikut ini.
Tabel 1.6
Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan
Kecamatan Jatilawang Tahun 2016
No Desa Pertanian Pertambang-
an &
Penggalian
Industri Listrik,
Gas &
Air
Kons-
truksi
1 Gunungwetan 2.254 231 160 14 116
2 Pekuncen 1.859 9 287 16 208
3 Karanglewas 1.014 19 318 5 129
4 Karanganyar 1.034 46 203 25 94
5 Margasana 293 7 71 11 95
6 Adisara 825 8 251 71 147
7 Kedungwringin 1.957 14 830 79 384
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
29
8 Bantar 1.771 6 549 46 294
9 Tinggarjaya 1.984 28 1.303 151 744
10 Tunjung 2.267 121 364 84 593
11 Gentawangi 1.895 29 249 73 272
Jumlah 17.153 29 249 73 272
(Sumber: BPS Kabupaten Banyumas Tahun 2016)
3) Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Jatilawang antara
lain: pertokoan, pasar tempat peribadatan, sarana kesehatan (Puskesmas,
Posyandu) dan lain-lain. Keadaan Sarana dan Prasarana tersebut terbilang
cukup baik.
Prasarana jalan angkutan merupakan salah satu penunjang
tercapainya pemerataan pembangunan. Adapun pemerataan pembangunan
dilaksanakan untuk mencapai terciptanya keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Lalu lintas perhubungan dengan Kota Purwokerto sebagai Ibukota
Kabupaten Banyumas dihubungkan dengan jalan darat dengan konstruksi
jalan beraspal. Sedangkan dari pusat Kecamatan menuju ke Desa
dihubungkan dengan jalan yang diaspal dan sebagaian diperkeras dengan
plesteran.
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
30
Tabel 1.7
Banyaknya Bangunan Tempat Ibadah
Kecamatan Jatilawang Tahun 2016
No. Desa Masjid Gereja Wihara/Pura Mushala
1 Gunungwetan 2 - - 14
2 Pekuncen 4 - - 5
3 Karanglewas 4 - - 12
4 Karanganyar 1 - - 19
5 Margasana 1 - - 15
6 Adisara 4 - - 13
7 Kedungwringin 7 - - 41
8 Bantar 8 - - 20
9 Tinggarjaya 15 - - 58
10 Tunjung 13 3 - 39
11 Gentawangi 5 1 - 27
Jumlah 64 4 - 263
(Sumber: KUA Kecamatan Jatilawang Tahun 2016)
Dari data di atas, Desa dengan jumlah bangunan tempat ibadah
terbanyak adalah Desa Tinggarjaya dengan 15 masjid dan 58 mushala.
Sedangkan Desa dengan jumlah bangunan tempat ibadah paling sedikit
terdapat di Desa Gunungwetan dengan 2 masjid. Desa yang terdapat
bangunan Gereja hanya terdapat di Desa Tunjung dengan 3 Gereja dan Desa
Gentawangi dengan 1 Gereja. Seluruh Desa di Kecamatan Jatilawang tidak
memiliki bangunan Wihara atau Pura.
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
31
Tabel 1.8
Banyaknya Sarana Kesehatan
Kecamatan Jatilawang Tahun 2016
No. Desa Poskes-
des
Puskes-
mas
Puskes-
mas
Pemba-
ntu
Pusling Posyan-
du
1 Gunungwetan 1 - - - 5
2 Pekuncen 1 - - - 5
3 Karanglewas 1 - - - 5
4 Karanganyar 1 - - - 5
5 Margasana 1 - - - 5
6 Adisara 1 - - - 5
7 Kedungwringin 1 - - - 5
8 Bantar 1 - 1 - 5
9 Tinggarjaya 1 - - - 12
10 Tunjung 1 1 - - 11
11 Gentawangi 1 - 1 - 11
Jumlah 11 1 2 - 74
(Sumber: Monografi Kecamatan Jatilawang Tahun 2016)
Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa setiap Desa di Kecamatan
Jatilawang mempunyai masing-masing satu Poskesdes (Posko Kesehatan Desa).
Terdapat satu Puskesmas yang terletak di Desa Tunjung. Setiap Desa di Kecamatan
Jatilawang mempunyai banyak Posyandu, Posyandu terbanyak terletak di Desa
Tinggarjaya dengan jumlah 12 Posyandu, sedangkan jumlah Posyandu paling
sedikit terletak di Desa Gunungwetan, Desa Pekuncen, Desa Karanglewas, Desa
karanganyar, Desa Margasana, Desa Kedungwringin, dan Desa Bantar dengan
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
32
jumlah masing-masing Posyandu 5 di tiap Desa. Kecamatan Jatilawang tidak
memiliki Pusling.
4) Lembaga Pendidikan
Kecamatan Jatilawang memiliki banyak Lembaga Pendidikan baik
lembaga formal maupun lembaga non-formal. Lembaga Pendidikan non-
formal misalnya: kursus, dan Bimbingan Belajar (Bimbel). Lembaga
Pendidikan Formal yang ada di Kecamatan Jatilawang meliputi Taman
Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Menengah
(SMP/MTs dan SMA/SMK/MA). Sekolah Lanjutan Menengah di
Kecamatan Jatilawang tersebut meliputi:
1. SMA Negeri Jatilawang.
2. SMK Karya Teknologi 1 (Spesialisasi Mesin)
3. SMK Karya Teknologi 2 (Spesialisasi Farmasi)
4. SMK Wijaya Kusuma
5. SMK Karya Bakti
6. MA Al Falah Jatilawang
7. SMP Negeri 1 Jatilawang
8. SMP Negeri 2 Jatilawang
9. SMP Pancasila
10. SMP Karya Bakti
11. SMP Muhammadiyah Jatilawang
12. MTs Ma`arif NU 1 Jatilawang.
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
33
5) Industri
Industri adalah kegiatan yang dilakukan untuk memproduksi barang.
Kegiatan Industri yang terdapat di Kecamatan Jatilawang meliputi jamu,
konveksi, makanan, peralatan rumah tangga, dan lain-lain. Masing-masing
Desa di Kecamatan Jatilawang mempunyai sentra industri tersendiri.
Missal, Desa Kedungwringin dikenal sebagai sentra industri mireng, Desa
Adisara terkenal sebagai sentra industri ikan bandeng. Kegiatan produksi
banyak dilakukan di rumah-rumah warga.
Tabel 1.9
Banyaknya Perusahaan Industri Kecil
Kecamatan Jatilawang Tahun 2016
No. Desa Usaha Tenaga Kerja
1 Gunungwetan - -
2 Pekuncen 7 61
3 Karanglewas - -
4 Karanganyar 2 21
5 Margasana - -
6 Adisara 16 86
7 Kedungwringin 29 171
8 Bantar - -
9 Tinggarjaya 12 81
10 Tunjung 22 105
11 Gentawangi 17 86
Jumlah 105 611
(Sumber: Monografi Kecamatan Jatilawang Tahun 2016
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
34
6) Pola Penggunaan Lahan
Pola penggunaan lahan di Kecamatan Jatilawang banyak digunakan
untuk: sawah, rumah, pertokoan, perkebunan, hutan, dan lain-lain. Lahan di
Kecamatan Jatilawang paling banyak dipakai untuk lahan kering atau lahan
kosong. Jadi di Kecamatan Jatilawang masih terdapat tanah kosong yang
digunakan untuk membangun rumah, perumahan, pertokoan, dan lain-lain.
Selain Tanah kering, Kecamatan Jatilawang memiliki tanah sawah
yang luas. Hal tersebut wajar karena sebagaian besar masyarakat
Kecamatan Jatilawang berprofesi sebagai petani. Namun, lambat laun luas
tanah sawah di Kecamatan Jatilawang semakin tahun semakin sempit. Hal
tersebut disebabkan oleh banyakya lahan pertanian yang dirubah menjadi
rumah, perumahan, pertokoan, dan tempat-tempat usaha. Untuk lebih
jelasnya dapat di lihat dalam tabel berikut ini.
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
35
Tabel 2.0
Luas Kecamatan Menurut Penggunaan Tanah (Ha)
Kecamatan Jatilawang Tahun 2016
No. Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1 Luas Tanah Sawah 1.643.00
1.1 Pengairan Teknis 1.238.00
1.2 Pengairan ½ Teknis -
1.3 Pengairan Sederhana -
1.4 Tadah Hujan 405.00
2 Luas Tanah Kering 2.371.00
2.1 Pekarangan/Bangunan
2.2 Tegal/kebun
2.3 Padang Gembala
2.4 Kolam
767.00
1.595.00
-
9.00
3 Hutan Negara 433.00
4 Perkebunan Rakyat 142.00
5 Lain-lain 226.92
Jumlah 4.815.92
(Sumber : KC Dispertan Kecamatan Jatilawang Tahun 2016)
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
36
B. Proses berdirinya Masjid Besar Babul Qudus
Pada mulanya kecamatan Jatilawang bernama Kawedanan Jatilawang.
Kawedanan Jatilawang didirikan pada tahun 1686. Pada awalnya Kawedanan
tersebut terletak di Desa Jambu yang pada saat itu ada proses pembuatan jalan yang
menghubungkan antara wilayah Jawa Barat dengan Jawa tengah. Dalam proses
pembuatan jalan tersebut terdapat dua pohon jati yang membelah diri menjadi 2
bagian yaitu disebelah kiri dan kanan. Oleh karena itu oleh Pangeran Atmosucipto
memberi nama tempat tersebut sebagai Kawedanan Jatilawang (Wawancara dengan
Sartim, Tanggal 7 Januari 2018).
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Kecamatan Jatilawang dulunya
tergabung dalam kawasan Kawedanan Jatilawang. Wilayah Kawedanan Jatilawang
dulunya meliputi lima Kecamatan antara lain: Lumbir, Wangon, Jatilawang,
Purwojati, dan Rawalo. Setelah Indonesia merdeka pada 1945 istilah Kawedanan
Jatilawang sudah tidak dipakai lagi. Pada zaman sekarang istilah Kawedanan
diganti dengan Kecamatan.
Masjid Besar Babul Qudus didirikan pada 1926 atas Prakarsa dari Haji
Syawal. Bangunan masjid tersebut didirikan di atas tanah waqaf milik Haji Syawal
(Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 16 Agustus 2017). Pada mulanya kerangka
bangunan Masjid Babul Qudus terbuat dari kayu jati yang berasal dari Desa
Pekuncen, Kecamatan Jatilawang. Kayu jati yang digunakan dalam proses
pembuatan masjid merupakan kayu jati pilihan dengan kualitas terbaik. Proses
pembangunan masjid tersebut dikerjakan oleh masyarakat sekitar dengan
menggunakan bahan yang seadanya. Pada awal berdirinya, tepatnya pada tahun
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
37
1926 bentuk bangunan Masjid Babul Qudus seperti Mushala, tanpa serambi depan,
tanpa kubah, atapnya menggunakan welid (tumbuhan alang-alang) serta
menggunakan bedug sebagai penanda waktu shalat tiba (Wawancara dengan
Dasikin, Tanggal 16 Agustus 2017).
Sedangkan menurut narasumber lain, Masjid Babul Qudus berbentuk seperti
Mushala kecil persegi empat, ukuran tidak diketahui, tanpa serambi depan, atapnya
terbuat dari genting dan seng, kerangka bangunan masjid terbuat dari kayu Jati, dan
menggunakan bedug sebagai penanda waktu shalat tiba. Tujuan dari didirikanya
bangunan masjid tersebut pada mulanya adalah sebagai fasilitas ibadah bagi warga
sekitar (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 26 November 2017).
Masjid Babul Qudus sudah berdiri pada masa pemerintahan Kolonial
Belanda, tepatnya tahun 1926. Pendiri pertama Masjid Babul Qudus ialah Haji
Syawal. Haji Syawal sendiri merupakan tuan tanah di Desa Tunjung. Selain Mbah
Haji Syawal pendiri pertama masjid, tokoh-tokoh lain pendiri Masjid Babul Qudus
antara lain: Mbah Yusro, Haji Maskur dan Kyai Khudori. Peran mereka bertiga
dalam pembangunan masjid tersebut adalah sebagai penyedia dana sekaligus
pencetus berdirinya Masjid Babul Qudus. Masjid tersebut merupakan tanah Waqaf
dari Haji Syawal yang kemudian tanah waqaf tersebut dijadikan sebagai Masjid
Babul Qudus dan alun-alun Kawedanan Jatilawang. Pada awal berdirinya bangunan
Masjid Babul Qudus terbuat dari kayu Jati serta berbentuk empat persegi panjang
tanpa serambi dan kubah masjid (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 16 Agustus
2017).
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
38
Pada mulanya bangunan Masjid Besar Babul Qudus terbuat dari kayu jati.
Asal-usul kayu jati yang digunakan dalam proses pembangunan Masjid Babul
Qudus pada masa itu berasal dari Desa Pekuncen Kecamatan Jatilawang kayu jati
yang digunakan dalam proses pembangunan masjid merupakan kayu jati pilihan
dengan kualitas terbaik pada masa itu. Kayu Jati tersebut diangkut dari Pekuncen
dengan menggunakan gerobag (wawancara dengan Bapak Dasikin, Tanggal 15
Agustus 2017).
Proses pembangunan Masjid Babul Qudus pada tahun 1926 bersamaan
dengan proses pembuatan alun-alun Kawedanan Jatilawang (wawancara dengan
Bapak Wirya Sujangi, Tanggal 12 Agustus 2017). Daerah Kawedanan Jatilawang
pada masa itu meliputi; Wangon, Lumbir, Jatilawang, Purwojati, dan Rawalo.
Kebetulan alun-alun Kawedanan Jatilawang awal mulanya merupakan tanah waqaf
dari Haji Syawal (Pendiri Masjid Besar Babul Qudus).
Dalam perkembangan waktu, Masjid Besar Babul Qudus telah mengalami
lima kali renovasi yaitu pada tahun 1943, 1967, 1982, 1996, dan Renovasi total
pada 2013. Pada masa Pendudukan Jepang, tepatnya tahun 1943, Masjid Babul
Qudus mengalami renovasi untuk yang pertama kali. Renovasi tersebut bertujuan
untuk menambah luas bangunan masjid. Renovasi masjid tersebut dilakukan oleh
Para Jamaah Masjid Besar Babul Qudus. Biaya renovasi juga berasal dari uang para
jamaah Masjid Besar Babul Qudus. Para jamaah masjid memberikan uang secara
sukarela untuk biaya pengembangan masjid pada masa itu (wawancara dengan
Bapak Mustofa, Tanggal 16 Agustus 2017).
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
39
Masjid Besar Babul Qudus mengalami renovasi yang kedua, tepatnya pada
tahun 1967, Masjid Babul Qudus direnovasi kembali dengan tujuan menambah
teras kanan dan kiri Masjid. Dalam renovasi tersebut tidak ada perubahan bentuk
bangunan masjid. Biaya renovasi tersebut merupakan sumbangan dari para jamaah
Masjid Babul Qudus dan Pemda Kecamatan Jatilawang (Wawancara dengan
Mustofa, Tanggal 16 Agustus 2017).
Kemudian pada tahun 1982 Masjid Babul Qudus kembali direnovasi.
Renovasi tersebut dilakukan bertujuan untuk menambah serambi depan masjid.
Biaya renovasi tersebut merupakan sumbangan dari para jamaah Masjid Babul
Qudus dan Pemda Kecamatan Jatilawang. Dalam renovasi tersebut tidak ada
perubahan bentuk bangunan masjid (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 16
Agustus 2017).
Masjid Babul Qudus direhab kembali pada 1996. Renovasi tersebut
bertujuan untuk mengganti genting dan seng masjid yang sudah lapuk dan tua
dengan genting dan seng yang baru. Biaya renovasi tersebut merupakan
sumbangan dari para jamaah Masjid Babul Qudus dan Pemda Kecamatan
Jatilawang. Dalam renovasi tersebut tidak ada perubahan bentuk bangunan masjid
(Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 16 Agustus 2017).
Pada 2013 Masjid Babul Qudus mengalami renovasi total (dibongkar total).
Proses renovasi tersebut bersamaan dengan pemugaran alun-alun Jatilawang.
Renovasi Masjid Babul Qudus tersebut dibiayai oleh Yayasan Jamngiah Al Irsyad
Purwokerto dengan kepanitiaan bapak H. Agus Maulana, S.Pd penanggung jawab
bapak Camat, H. Tarwanto, S.Sos. Proses renovasi tersebut memakan waktu kurang
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
40
lebih selama dua tahun (2013-2015). Latar belakang terjadinya renovasi total
Masjid Besar Babul Qudus dikarenakan bangunan lama disamping sudah
ketinggalan mode juga diperlukan perluasan masjid untuk menampung lebih
banyak jamaah (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 26 November 2017).
Renovasi total Masjid Besar Babul Qudus selesai dikerjakan pada 2015. Setelah
mengalami renovasi total, luas Masjid Babul Qudus menjadi 22x20 Meter persegi
delapan. Kapasitas Masjid Besar Babul Qudus saat ini mencapai 350 jamaah.
Setelah mengalami proses renovasi total luas Masjid Masjid Besar Babul
Qudus nampak lebih kecil dibandingkan sebelum direnovasi tetapi mampu
menampung lebih banyak jamaah. Setelah proses renovasi luas masjid mengalami
penyusutan agar tempat parkir masjid lebih luas, sehingga dapat menampung lebih
banyak kendaraan. Tujuan dari renovasi total tersebut adalah agar masjid tersebut
menjadi lebih megah, modern, dan mewah (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal
16 Agustus 2017).
C. Letak dan Fasilitas Masjid
Masjid Besar Babul Qudus terletak di Desa Tunjung RT 05 RW 02,
Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Letak Masjid Besar
Babul Qudus tepatnya di jalan raya Jatilawang sebelah barat alun-alun Jatilawang.
Secara rinci, letak Masjid Besar Babul Qudus sebagai berikut:
Sebelah barat : Pasar Jatilawang
Sebelah utara : Kantor Kecamatan Jatilawang
Sebelah timur : Alun- alun Jatilawang
Sebelah selatan : Polsek Jatilawang dan Kompleks pertokoan
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
41
Dari gambaran di atas letak Masjid Besar Babul Qudus dapat dikatakan
strategis, karena berada di pusat keramaian kecamatan Jatilawang, serta dilewati
banyak kendaraan-kendaraan yang melintasi sehingga banyak musafir atau
pendatang yang singgah untuk beribadah selaligus melepas rasa lelah saat
perjalanan. Dengan demikian jamaah shalat bukan hanya warga sekitar Masjid
Besar Babul Qudus saja. Selain itu Masjid Besar Babul Qudus mempunyai
beberapa fasilitas, meliputi:
a) Perpustakaan Masjid
Perpustakaan Masjid dibangun setelah Masjid Besar Babul Qudus
mengalami renovasi total pada 2013. Perpustakaan Masjid didirikan atas
Prakarsa dari RIM-BQ (Remaja Islam Masjid Babul Qudus). Perpustakaan
terletak di belakang tempat sholat. Perpustakaan tersebut tidak mempunyai
ruangan sehingga buku-buku perpustakaan di taruh di dalam Almari khusus
buku-buku (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 16 Agustus 2017).
b) Majalah Dinding
Majalah Dinding (Mading) merupakan ide dari RIM-BQ (Remaja
Islam Masjid Babul Qudus). Majalah dinding memuat beberapa artikel yang
bersifat keagamaan. Majalah Dinding tersebut diganti setiap bulan agar
informasi yang tersedia selalu update. Majalah Dinding tersebut berada di
luar tempat sholat, tepatnya di bagian belakang. Mading di pajang pada
papan yang terbuat dari kayu dan ditutupi kaca (Wawancara dengan
Shobirin, Tanggal 30 Desember 2017).
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
42
c) Tempat Shalat
Tempat Shalat merupakan ruangan di dalam masjid yang digunakan
untuk sholat. Tempat shalat dibatasi oleh sebuah kayu yang berbentuk
papan. Kayu tersebut digunakan sebagai pembatas antara jamaah laki-laki
dan jamaah perempuan. Tempat shalat mampu menampung total 350
jamaah. (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 30 Desember 2017).
d) Tempat Wudhu dan Toilet
Masjid Besar Babul Qudus mempunyai 7 kran tempat wudhu untuk
laki-laki dan 7 kran tempat wudhu untuk perempuan dan 5 tempat wudhu
umum. Masjid Besar Babul Qudus mempunyai 8 toilet. Toilet terletak di
belakang masjid, sedangkan kran terdapat di bagian kanan dan kiri masjid
(Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 30 Desember 2017).
e) Gudang
Masjid Besar Babul Qudus memiliki 3 gudang. Gudang tersebut
digunakan untuk menyimpan barang-barang masjid atau data-data masjid
yang sudah tidak terpakai lagi (Wawancara dengan Mustofa, Tanggal 30
Desember 2017).
f) Tempat TPQ
Tempat TPQ berada di bagian dalam masjid. Tempat TPQ tersebut
mampu menampung banyak santri. Jumlah keseluruhan santri di TPQ Babul
Qudus berjumlah 70 anak. TPQ Masjid Besar Babul Qudus dibuka setiap
hari Senin-Jum`at pukul 15.30-17.30 WIB (Wawancara dengan Shobirin,
Tanggal 30 Desember 2017).
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018
43
g) Tempat Parkir
Masjid Besar Babul Qudus mempunyai tempat parkir yang cukup
luas untuk menampung kendaraan para jamaah, baik kendaraan roda dua
maupun kendaraan roda empat. Tempat parkir berada di depan dan samping
halaman masjid. Kadang jika kendaraan penuh maka kendaraan terpaksa
diparkir di pinggir jalan (terutama mobil) (Wawancara dengan Shobirin,
Tanggal 30 Desember 2017).
h) Tempat Peristirahatan Ustad
Masjid Babul Qudus mempunyai satu ruang yang khusus digunakan
untuk beristirahat para Ustadz ataupun Ustazah. Tempat Peristirahatan
Ustadz terletak di sebelah ruang gudang. (Wawancara dengan Mustofa,
Tanggal 30 Desember 2017).
Fasilitas masjid digunakan untuk kepentingan umat maka kegiatan
perawatan serta kebersihan harus selalu di jaga agar para jamaah merasa nyaman
dalam melaksanakan ibadah serta aktifitas keagamaan. Oleh karena itu kepedulian
dan kesadaran merupakan hal yang penting pengurus masjid serta kesadaran dari
semua jamaah masjid.
Sejarah, Peran, dan Arsitektur, Nur Hidayat, FKIP UMP, 2018