bab ii landasan teori - sir.stikom.edusir.stikom.edu/1691/4/bab_ii.pdflandasan teori merupakan...

21
6 BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan panduan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Pada bab ini akan dikemukakan landasan teori yang terkait dengan permasalahan untuk mendukung perancangan sistem. Adapun landasan teori yang digunakan akan dijelaskan di bawah ini. 2.1 Pengertian Penelitian Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomer 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Bab 1 Ketentuan Umum, pasal 1) penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/data hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah baik keperluan kemajuan ilmu pegetahuan dan teknologi. 2.1.1 Pengertian Penelitian Hibah Bersaing A. Tujuan dari Penelitian Hibah Bersaing Tujuan dari kegiatan Penelitian Hibah Bersaing adalah menghasilkan inovasi dan pengembangan ipteks-sosbud (penelitian terapan) yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat ataupun industri.

Upload: truongkhanh

Post on 25-May-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

LANDASAN TEORI

Landasan teori merupakan panduan untuk menemukan solusi pemecahan

masalah yang sedang dihadapi. Pada bab ini akan dikemukakan landasan teori

yang terkait dengan permasalahan untuk mendukung perancangan sistem. Adapun

landasan teori yang digunakan akan dijelaskan di bawah ini.

2.1 Pengertian Penelitian

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomer 18 Tahun 2002

Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (Bab 1 Ketentuan Umum, pasal 1) penelitian adalah

kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis

untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan

pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi

dan/data hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik

kesimpulan ilmiah baik keperluan kemajuan ilmu pegetahuan dan teknologi.

2.1.1 Pengertian Penelitian Hibah Bersaing

A. Tujuan dari Penelitian Hibah Bersaing

Tujuan dari kegiatan Penelitian Hibah Bersaing adalah menghasilkan

inovasi dan pengembangan ipteks-sosbud (penelitian terapan) yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat ataupun industri.

7

B. Luaran Program dari Hibah Bersaing

Luaran wajib dari Penelitian Hibah Bersaing ini adalah:

a. Produk ipteks-sosbud (metode, teknologi tepat guna, blueprint, prototype,

sistem, kebijakan, model, rekayasa sosial); dan

b. Publikasi (ilmiah, populer, booklet, leaflet, lainnya).

c. Sedangkan luaran tambahan yang diharapkan dari penelitian ini adala HKI

dan/atau bahan ajar.

C. Kriteria dan Pengusulan dari Hiba Bersaing

Kriteria dan persyaratan umum pengusulan Penelitian Hibah Bersaing

adalah:

a. Tim pengusul minimum bergelar S-2 dengan ketua peneliti mempunyai jabatan

fungsional minimum lektor;

b. Biodata pengusul mencerminkan rekam jejak (track record) yang relevan

dengan penelitian yang diusulkan;

c. Jumlah tim maksimum 3 orang (1 orang ketua dan 2 orang anggota,

diutamakan multidisiplin) dengan tugas dan peran setiap peneliti diuraikan

secara jelas dan disetujui oleh yang bersangkutan, disertai bukti tanda tangan

pada setiap biodata yang dilampirkan;

d. Susunan anggota peneliti setiap tahun berubah, sesuai dengan kompetensi dan

kebutuhan penelitian;

e. Bagi pengusul yang berstatus mahasiswa, lembaga pengusul adalah perguruan

tinggi asal yang bersangkutan;

8

f. Seorang pengusul dapat mengajukan usulan tidak lebih dari dua periode,

kecuali bagi peneliti yang berasil memperoleh HKI (paten atau lainnya) atau

mempublikasikan hasilnya pada jurnal ilmiah bereputasi internasional;

g. Tiap pengusul hanya boleh mengusulkan satu usulan pada skema dan tahun

yang sama, baik sebagai ketua maupun sebagai anggota;

h. Jangka waktu penelitian adalah 10 bulan dengan kisaran dana Rp. 7.000.000,-

2.1.2 Pengertian Penelitian Dosen Pemula

A. Tujuan dari Penelitian Dosen Pemula

Tujuan dari Penelitian Dosen Pemula ini adalah untuk mengarahkan dan

membina kemampuan meneliti dosen pemula dan menjadi sarana latihan bagi

dosen pemula untuk mempublikasikan hasil penelitiannya dalam jurnal ilmiah,

baik lokal maupun nasional terakreditasi.

B. Luaran Program dari Dosen Pemula

Luaran wajib dari Penelitian Dosen Pemula ini adalah publikasi ilmiah

dalam jurnal lokal yang mempunyai ISSN atau jurnal nasional terakreditasi.

Luaran tambahan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Prosiding pada seminar ilmiah baik yang berskala lokal, regional maupn

nasional; dan

b. Pengayaan bahan ajar.

C. Kriteria dan Pengusulan dari Dosen Pemula

Kriteria dan persyaratan umum pengusulan Penelitian Dosen Pemula

adalah:

9

a. Pengusul adalah dosen tetap di Perguruan Tinggi Kelompok Binaan

berdasarkan pada pengelompokan kinerja penelitian perguruan tinggi;

b. Tim peneliti berjumlah 2-3 orang, dengan pendidikan maksimum S-2 dan

jabatan fungsional maksimum lektor;

c. Dalam tahun yang sama, tim peneliti hanya diperbolehkan mengusulkan satu

proposal penelitian baik sebagai ketua maupun sebagai anggota peneliti;

d. Usulan penelitian arus relevan dengan bidang ilmu yang ditekuni dan mata

kuliah yang diampuh;

e. Jangka waktu penelitian adalah 10 bulan dengan biaya penelitian Rp.

4.000.000,-

2.2 Pengertian Pengabdian Masyarakat

Menurut Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Mayarakat Universitas

Indonesia (2011:4), pengabdian masyarakat atau kegiatan pengabdian kepada

masyarakat adala kegiatan yang mencakup upaya-paya peninkatan kalitas sumber

daya manusia antara lain dalam perluasan wawasan, pengetauan maupun

peningkatan ketrampilan yang dilakkan ole civitas akademika sebagai perwjudan

dharma bakti serta wujud kepedulian untuk berperan aktif meningkatkan

kesejateraan dan pemberdayaan masyarakat luas terlebih bagi masyarakat

ekonomi lemah.

10

2.2.1 Pengertian Pengabdian IbM (Iptek bagi Masyarakat)

A. Tujuan dari Pengabdian IbM

a. Membentuk/mengembangkan sekelompok masyarakat yang mandiri secara

ekonomi;

b. Membantu menciptakan ketentraman, dan kenyamanan dalam keidupan

bermasyarakat; dan

c. Meningkatkan keterampilan berfikir, membaca dan menulis atau keterampilan

lain yang dibutuhkan.

B. Luaran dari Pengabdian IbM

a. Jasa; Metode; Produk/barang; Paten

C. Kriteria dan Pengusulan dari Pengabdian IbM

a. Jumlah tim pelaksana maksimum 3 orang

b. Jangka waktu pengabdian 10 bulan dengan biaya Rp. 7.000.000,-

c. Tiap pengusul hanya boleh mengusulkan satu usulan pada skema dan tahun

yang sama, baik sebagai ketua maupun sebagai anggota.

2.3 Mekanisme Penilaian Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Mekanisme penilaian dalam program ini dijabarkan sebagai berikut:

a. Setiap proposal dinilai secara independen oleh tim yang terdiri dari 2-3

reviewer.

b. Tim reviewer ditetapkan dengan Surat Keputusan Ketua.

c. Setiap reviewer menilai proposal mencakup:

- Kelayakan substansi

- Kelayakan usulan biaya

11

- Keterlibatan mahasiswa dalam melaksanakan skripsi/tugas akhir, dan

- Saran tertulis baik untuk perbaikan substansi maupun rasionalitas usulan

pembiayaan.

- Tim reviewer mengkonsolidasikan hasil penilaian beserta saran perbaikan

teradap substansi dan usulan biaya masing-masing proposal secara tertulis

(consolidated comment) dan menentukan passing grade untuk calon

pemenang.

2.3.1 Ketentuan Kriteria Penilaian Reviewer

Terdapat lima kriteria sebagai dasar penilaian proposal program bagi

peneliti. Masing-masing kriteria penilaian memiliki bobot yang sudah ditetapkan

oleh PPM Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya.

12

A. Penilaian Reviewer Hibah Bersaing

Tabel 2.1 Form Kriteria Penilaian Hibah Bersaing

No Kriteria Indikator Penilaian Bobot(%) Skor Nilai 1 Perumusan Masalah - Ketajaman

perumusan masalah - Tujuan penelitian

15

2 Luaran (Proses & Produk) - Pengembangan Ipteks - Menunjang

pembangunan - Pengembangan institusi

Pentingnya penelitian yang direncanakan

35

3 Tinjauan Pustaka Studi pustaka/kemajuan yang tela dicapai dan studi pendauluan

15

4 Metode Penelitian Desain dan ketepatan metode penelitian 20

5 Kelayakan : - Jadwal - Personalia - Biaya (Rincian

Anggaran) - Sarana dan prasarana

penunjang

- Uraian umum - Biodata - Rincian anggaran - Dukungan dan

sarana penunjang 15

TOTAL 100 Sumber: PPM Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya

Dalam penilaian skor yang diberikan antara angka 1 sampai 7, nilai 1=buruk; nilai

2=sangat kurang; nilai 3=kurang; nilai 5=cukup; nilai 6=baik; nilai 7=sangat baik.

Untuk menentukan nilai dari masing-masing kriteria adalah Nilai = Bobot x Skor

13

B. Penilaian Reviewer Dosen Pemula

Tabel 2.2 Form Kriteria Penilaian Dosen Pemula

No Kriteria Indikator Penilaian Bobot(%) Skor Nilai 1 Perumusan

Masalah a. Ketajaman Perumusan

Masalah b. Tujuan Penelitian

25

2 Peluang Luaran Penelitian

a. Publikasi Ilmiah b. Pengembangan Ipteks-

Sosbud c. Pengayaan Bahan Ajar

25

3 Metode Penelitian a. Ketepatan dan kesesuaian metode yang digunakan

25

4 Tinjauan Pustaka a. Relevansi b. Kemuktakhiran c. Penyusunan Daftar

Pustaka

15

5 Kelayakan Penelitian

a. Kesesuaian Waktu b. Kesesuaian Biaya c. Kesesuaian Personalia

10

JUMLAH 100 Sumber: PPM Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya

Dalam penilaian skor yang diberikan antara angka 1 sampai 7, nilai 1=buruk; nilai

2=sangat kurang; nilai 3=kurang; nilai 5=cukup; nilai 6=baik; nilai 7=sangat baik.

Untuk menentukan nilai dari masing-masing kriteria adalah Nilai = Bobot x Skor

14

C. Penilaian Reviewer IbM (Iptek bagi Masyarakat)

Tabel 2.3 Form Kriteria Penilaian Pengabdian Masyarakat

No Aspek yang dinilai Skor Bobot (%)

Nilai Skor x Bobot

Justifikasi Penilaian

1 Analisis Situasi (Kondisi eksisting Mitra, Persoalan yang dihadapi mitra)

20

2 Permasalahan Mitra (Kecocokan permasalaan dan program serta kompetensi tim)

15

3 Solusi yang ditawarkan (Ketepatan metode pendekatan untuk mengatasi permasalahan, Rencana kegiatan, kontribusi partisipasi mitra)

20

4 Target Luaran (Jenis luaran dan spesifikasinya sesuai kegiatan yang diusulkan)

15

5 Kelayakan PT (Kualifikasi Tim Pelaksana, Relevansi Skill Tim, Sinergisme Tim, Jadwal Kegiatan, Kelengkapan Lampiran)

10

6 Biaya Pekerjaan Kelayakan sulan Biaya (onorarium maksimum 30%, Bahan abis, Peralatan, Perjalanan, Lain-lain pengeluaran)

20

TOTAL 100 Sumber: PPM Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya

Dalam penilaian skor yang diberikan antara angka 1 sampai 7, nilai 1=buruk; nilai

2=sangat kurang; nilai 3=kurang; nilai 5=cukup; nilai 6=baik; nilai 7=sangat baik.

Untuk menentukan nilai dari masing-masing kriteria adalah Nilai = Bobot x Skor

15

2.3.2 Ketentuan Kriteria Penilaian Pemaparan

Terdapat lima kriteria sebagai dasar penilaian proposal program bagi

peneliti. Masing-masing kriteria penilaian memiliki bobot yang sudah ditetapkan

oleh PPM Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya.

A. Penilaian Pemaparan Hibah Bersaing

Tabel 2.4. Form Kriteria Penilaian Pemaparan Hibah Bersaing

No Kriteria Indikator Penilaian Bobot(%) Skor Nilai 1 Kemampuan Presentasi a. Kemampuan

Presentasi b. Penguasaan Materi

10

2 Perumusan Masalah a. Ketajaman Perumusan Masalah

b. Tujuan Penelitian c. Kontribusi pada

Pembangunan Ipteks-Sosbud

20

3 Mutu Penelitian a. Relevansi & kemuktahiran pustaka

b. Peta Jalan Penelitian c. Desain & Ketepatan

metode d. Inovasi Baru

25

4 Potensi Tercapainya Luaran Penelitian

a. Produk Ipteks-Sosbud (metode, TTG, blue print, prototip, kebijakan, model, rekayasa sosial)

b. Publikasi Ilmiah, HKI, dll

35

5 Kelayakan Penelitian a. Jadwal Penelitian b. Tim Peneliti c. Rencana Biaya d. Sarana & Prasarana

15

TOTAL 100 Sumber: PPM Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya

16

Dalam penilaian skor yang diberikan antara angka 1 sampai 7, nilai 1=buruk; nilai

2=sangat kurang; nilai 3=kurang; nilai 5=cukup; nilai 6=baik; nilai 7=sangat baik.

Untuk menentukan nilai dari masing-masing kriteria adalah Nilai = Bobot x Skor

B. Penilaian Pemaparan Dosen Pemula

Tabel 5. Form Kriteria Penilaian Pemaparan Dosen Pemula

No Kriteria Indikator Penilaian Bobot(%) Skor Nilai 1 Ketajaman

Presentasi a. Kemampuan Presentasi b. Penguasaan Materi 10

2 Perumusan Masalah

a. Ketajaman Perumusan Masalah

b. Tujuan Penelitian c. Kontribusi pada

Pembangunan & Pengembangan Ipteks-Sosbud

20

3 Mutu Penelitian c. Relevansi & Kemuktahiran Pustaka

d. Peta Jalan Penelitian e. Desain & Ketepatan

Metode f. Inovasi Baru

25

4 Potensi Tercapainya Luaran Penelitian

a. Publikasi Ilmiah b. Pegembangan Ipteks-

Sosbud c. Pengayaan Bahan Ajar

35

5 Kelayakan Penelitian

a. Jadwal Penelitian b. Tim Peneliti c. Rencana Biaya d. Sarana & Prasarana

10

JUMLAH 100 Sumber: PPM Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya

Dalam penilaian skor yang diberikan antara angka 1 sampai 7, nilai 1=buruk; nilai

2=sangat kurang; nilai 3=kurang; nilai 5=cukup; nilai 6=baik; nilai 7=sangat baik.

Untuk menentukan nilai dari masing-masing kriteria adalah Nilai = Bobot x Skor

17

C. Penilaian Pemaparan IbM (Iptek bagi Masyarakat)

Tabel 6. Form Kriteria Penilaian Pemaparan Pengabdian Masyarakat

No Aspek yang dinilai Skor Bobot (%)

Nilai Skor x Bobot

Justifikasi Penilaian

1 Mitra Program Kecocokan mitra, kontribusi partisipasi mitra

10

2 Wujud Solusi Ketepatan metode PPM untuk mengatasi permasalahan

20

3 Luaran Mutu luaran dan spesifikasinya sesuai dengan metode yang diterapkan (aspek produksi, manajemen atau jasa lainnya) dukungan foto dan/atau bukti fisik lainnya

20

4 Tim Pelaksanan Kekompakan tim, pendistribusian tugas untuk seluruh anggota, relevansi skill tim, frekuensi pendampingan

10

5 Biaya Kewajaran penggunaan dana

15

6 Manfaat Kegiatan Kepuasan, tingkat kemandirian mitra

25

TOTAL 100 Sumber: PPM Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya

Dalam penilaian skor yang diberikan antara angka 1 sampai 7, nilai 1=buruk; nilai

2=sangat kurang; nilai 3=kurang; nilai 5=cukup; nilai 6=baik; nilai 7=sangat baik.

Untuk menentukan nilai dari masing-masing kriteria adalah Nilai = Bobot x Skor

18

2.4 System Development Life Cycle (SDLC)

System Development Life Cycle (SDLC) adalah suatu kerangka yang

menggambarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap pembuatan

sebuah software. Terdapat banyak metode untuk mendeskipsikan SDLC ini, pada

dasarnya setiap metode menggambarkan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Identifikasi, seleksi dan perencanaan

Tahap ini merupakan tahap preliminary dari pembuatan suatu software. Pada

tahap ini, dikembangkan suatu rancang bangun dari suatu software. Langkah-

langkah yang dilakukan dalam tahap ini antara lain:

- Mengidentifikasi kebutuhan user,

- Menyeleksi kebutuhan user dari proses identifikasi diatas, dengan

menyesuaikan dengan kapasitas teknologi yang tersedia serta efisiensi,

- Merencanakan sistem yang akan digunakan pada software yang dibuat,

Dengan kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut: kebutuhan fungsional dan

non-fungsional, kebutuhan user, kebutuhan sistem, kebutuhan dokumen

dan perangkat lunak.

Pada tahap ini akan dihasilkan sebuah dokumen berupa Software

Development Plan (SDP). SDP ini adalah dokumen yang menjelaskan tentang

semua proses perencanaan dari proyek rekayasa perangkat lunak.

b. Analisis sistem

Tahap ini merupakan tahap penyempurnaan, yang bertujuan memperoleh

kebutuhan software dan user secara lebih spesifik dan rinci. Tujuan dilakukan

tahap ini adalah untuk mengetahui posisi dan peranan teknologi informasi

yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang bersangkutan, serta

19

mempelajari fungsi-fungsi manajemen dan aspek-aspek bisnis terkait yang

akan berpengaruh atau memiliki dampak tertentu terhadap proses desain,

konstruksi dan implementasi software. Analisis sistem terbagi dua, yaitu:

- Permodelan data, yang mencakup Entity Relationship Diagram (ERD),

Conceptual Data Model (CDM), dan Physical Data Model (PDM), dan

- Permodelan proses, dengan Unified Modeling Language.

Pada tahap ini akan dihasilkan sebuah dokumen berupa Software Requirement

Specification (SRS). SRS ini menjelaskan secara detail kebutuhan software

yang berhubungan dengan project.

c. Desain sistem

Setelah melakukan identifikasi serta analisis sistem, tahap selanjutnya adalah

menerjemahkan konsep-konsep tersebut kedalam suatu sistem yang

berwujud. Tahap ini meliputi pembuatan dan pengembangan:

- Desain form dan laporan (reports),

- Desain antarmuka dan dialog (message),

- Desain basis data dan file (framework),

- Desain proses (process structure)

Pada tahap ini akan dihasilkan sebuah dokumen berupa Software Architecture

Document (SAD). SAD ini adalah dokumen yang menjelaskan tentang

arsitektur proyek perangkat lunak yang berhubungan dengan project.

d. Implementasi sistem

Tahap implementasi sistem ini diawali dengan pengetesan software yang

telah dikembangkan. Tahap pengetesan ini terdiri dari :

- Developmental, yakni pengetesan error per module oleh programmer,

20

- Alpha testing, yakni error testing ketika software digabungkan dengan

antarmuka user,

- Beta testing, yakni pengetesan dengan lingkungan dan data yang

sebenarnya

Selanjutnya, dilakukan konversi sistem, yaitu dengan mengaplikasikan

perangkat lunak pada lingkungan yang sebenarnya untuk digunakan oleh

organisasi yang memesannya. Selanjutnya, dilakukan tahap dokumentasi,

yaitu pencatatan informasi-informasi yang terkait dengan pembuatan sistem

ini, serta kemudian pelatihan, yaitu mengedukasi end user mengenai

bagaimana cara menggunakan software yang bersangkutan. Pemberian

pelatihan (training) harus diberikan kepada semua pihak yang terlibat

sebelum tahap implementasi dimulai. Selain untuk mengurangi risiko

kegagalan, pemberian pelatihan juga berguna untuk menanamkan rasa

memiliki terhadap sistem baru yang akan diterapkan. Pada tahap ini akan

dihasilkan sebuah dokumen berupa Test Plan. Dokumen Test Plan adalah

sebuah dokumen yang digunakan memastikan dan memverifikasi antara

rencana yang sudah dibuat dengan hasil yang dicapai. Apakah sesuai dengan

planning yang telah dibuat atau ada perubahan-perubahan dengan seiring

pembuatan software.

e. Pemeliharaan sistem

Tahap pemeliharaan sistem meliputi :

- Korektif, yaitu memperbaiki desain dan error pada program

(troubleshooting),

21

- Adaptif, yaitu memodifikasi sistem untuk beradaptasi dengan perubahan

lingkungan,

- Perfektif, yaitu melibatkan sistem untuk menyelesaikan masalah baru atau

menambah fitur baru pada sistem yang telah ada,

Preventif, yaitu menjaga sistem dari kemungkinan masalah di masa yang

akan datang.

2.4.1 System Development Life Cycle (SDLC)

Kelebihan waterfall model adalah kemudahan serta kejelasan

interpretasinya. Model ini terstruktur serta cocok diadaptasi untuk management

control. Model ini cocok untuk sistem yang mengedepankan kualitas

dibandingkan biaya pengembangan atau waktu pengembangan.

Gambar 2.1 Waterfall Model SDLC (Sumber: Partners, 2009: 1)

22

2.5 UML (Unified Modelling Language)

Menurut Nugroho (2004:43) UML (Unified Modelling Language) adalah

sebuah “bahasa” yang telah menjadi standar dalam industri untuk visualisasi,

merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak dan menawarkan sebuah

standar untuk merancang model sebuah sistem.

Diagram UML (Unified Modeling Language) terdapat 9 diagram yaitu :

1. Diagram Kelas. Bersifat statis. Diagram ini memperlihatkan himpunan kelas-

kelas, antarmuka, kolaborasi-kolaborasi, serta relasi-relasi. Diagram ini

umum dijumpai pada pemodelan sistem berorientasi objek.

2. Diagram Objek. Diagram ini menunjukkan sekumpulan objek dan

keterhubungannya. Diagram objek menyediakan notasi grafis formal guna

memodelkan objek, kelas, dan saling keterhubungan. Kelas adalah deksripsi

dari objek-objek yang common. Setiap objek mempunyai identitas, state

dan perilaku.

3. Use-case diagram. Diagram ini menujukkan sekumpulan kasus fungsional

dan aktor dan keterhubungannya.

4. Squance Diagram. Diagram ini menunjukkan interaksi yang terjadi antar

objek. Diagram ini merupakan pandangan dinamis terhadap sistem. Diagram

ini menekankan pada bisinis keberurutan waktu dari pesan-pesan yang terjadi.

5. Colaboration Diagram. Diagram kolaborasi adalah diagram interaksi yang

menekankan organisasi struktual dari objek-objek yang menerima serta

mengirim pesan.

6. State Diagram. Diagram state ini memperlihatkan state-state pada sistem,

memuat state, transisi, event, serta aktifitas. Diagram ini terutama penting

23

untuk memperlihatkan state dinamis dari antarmuka, kelas, kolaborasi dan

terutama penting pada pemodelan sistem-sistem yang reaktif.

7. Activity Diagram. Diagram ini untuk menunjukkan aliran aktivitas di sistem.

Diagram ini terutama penting dalam pemodelan fungsi-fungsi sistem dan

menekankan pada aliran kendali di antara objek-objek.

8. Component Diagram. Bersifat statis. Diagram komponen ini memperlihatkan

organisasi serta kebergantungan sistem/perangkat lunak pada komponen-

komponen yang telah ada sebelumnya.

9. Deployment Diagram. Bersifat statis. Diagram ini memperlihatkan

konfigurasi saat aplikasi dijalankan saat run time. Diagram ini membuat

simpul-simpul (node) beserta komponen-komponen yang telah ada

didalamnya.

2.6 Web

Menurut Simamarta (2010), aplikasi web adalah sebuah sistem informasi

yang mendukung interaksi pengguna melalui antarmuka berbasis web. Fitur-fitur

aplikasi web biasanya berupa data persistence, mendukung transaksi dan

komposisi halaman web dinamis yang dapat dipertimbangkan sebagai hibridisasi,

antara hipermedia dan sistem informasi.

Aplikasi web adalah bagian dari client-side yang dapat dijalankan oleh

browser web. Client-side mempunyai tanggung jawab untuk pengeksekusian

proses bisnis. Interaksi web dibagi ke dalam tiga langkah yaitu:

24

1. Permintaan

Pengguna mengirimkan permintaan ke server web, biasanya via halaman web

yang ditampilkan pada browser web.

2. Pemrosesan

Server web menerima permintaan yang dikirimkan oleh pengguna, kemudian

memproses permintaan tersebut.

3. Jawaban

Browser menampilkan hasil dari permintaan pada jendela browser. Halaman

web bisa terdiri dari beberapa jenis informasi grafis (tekstual dan multimedia).

Kebanyakan komponen grafis dihasilkan dengan tool khusus, menggunakan

manipulasi langsung dari editor WYSIWYG.

2.7 Framework CodeIgniter

Menurut Riyanto (2011), Framework adalah suatu struktur konseptual

dasar yang digunakan untuk memecahkan atau menangani suatu masalah

kompleks. Secara sederhana framework bisa didiskripsikan sebagai sekumpulan

perintah/fungsi yang dapat membantu dalam menyelesaikan proses-proses yang

lebih kompleks.

Framework sendiri sangat berbeda dengan librari, librari lebi

diperuntukkan untuk tujuan tertentu saja, sedangkan framework bersifat

menyeluruh untuk mengatur bagaimana kita membangun aplikasi. Frame work

bersifat menyeluruh untuk mengatur bagaimana kita membangun aplikasi lebih

cepat, karena pengembang (developer) hanya akan fokus pada kasus aplikasi yang

25

sedang dikerjakan saja, sedangkan hal penunjang lainnya seperti koneksi database,

validation, security pada umumnya telah disediakan ole framework.

CodeIgniter (CI) adalah sebuah framework yang digunakan untuk

membuat sebuah aplikasi berbasis web yang disusun dengan menggunakan bahasa

PHP. Didalam CI ini terdapat beberapa macam kelas yang berbentuk library dan

helper yang berfungsi untuk membantu pemrogram dalam mengembangkan

aplikasinya. CI sangat mudah dipelajari oleh seorang pemrogram web pemula

sekalipun. Alasannya, karena CI mempunyai file dokumentasi yang sangat

memadai untuk menjelaskan setiap fungsi yang ada pada library dan helper. File

dokumentasi ini disertakan secara langsung pada saat mengunduh paket

framework CI.

2.8 Metode Pengujian Sistem

Menurut Fatta (2007), beberapa test case harus dilaksanakan dengan

beberapa perbedaan startegi transaksi, query, atau jalur navigasi yang mewakili

penggunaan sistem yang tipikal, kritis atau abnormal. Isu kunci pada

pengembangan sistem adalah pemilihan test case yang cocok, sekecil dan secepat

mungkin untuk meyakinkan para perilaku sistem secara detil. Pengujian harus

mencakup unit testing yang mengecek validasi dari prosedur dan fungsi secara

independen dari komponen sistem yang lain. Kemudian modul testing harus

menyusul dilakukan untuk mengetahui penggabungan beberapa unit dalam satu

modul sudah berjalan dengan baik, termasuk eksekusi dari beberapa modul yang

saling berelasi. Menurut Fatta (2007), pengujian unit digunakan untuk menguji

setiap modul untuk menjamin setiap modul menjalankan fungsinya dengan baik.

26

A. Black Box Testing

Menurut Fatta (2007), black box testing dilakukan tanpa pengetahuan

detil struktur internal dari sistem atau komponen yang dites. Biasanya disebut juga

sebagai behavioral testing, specification-based testing, input/output testing atau

functional testing. Black box testing berfokus pada kebutuhan fungsional pada

software, berdasarkan pada spesifikasi kebutuhan dari software.

Dengan adanya black box testing, perekayasa software dapat

menggunakan sekumpulan kondisi masukan yang dapat secara penuh memeriksa

keseluruhan kebutuhan fungsional pada suatu program. Black box testing bukan

teknik alternatif daripada white box testing. Lebih daripada itu, black box testing

merupakan pendekatan pelengkap dalam mencakup error dengan kelas yang

berbeda dari metode white box testing.