bab ii landasan teori nilai perusahaaneprints.mercubuana-yogya.ac.id/3451/3/bab ii.pdf ·...

24
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan atau kekayaan, terutama bagi para pemegang sahamnya, terwujud berupa upaya peningkatan atau memaksimalkan nilai pasar atas harga saham perusahaan yang bersangkutan. Tujuan ini bersifat garis besar, karena pada praktiknya tujuan itu senantiasa dipengaruhi oleh keputusan-keputusan dibidang keuangan (Tika, 2012:124). Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan apabila nilai bersifat positif dalam arti menguntungkan atau menyenangkan dan memudahkan pihak yang memperolehnya untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya yang berkaitan dengan nilai tersebut. Sebaliknya, nilai merupakan sesuatu yang tidak diinginkan apabila nilai tersebut bersifat negatif dalam arti merugikan atau menyulitkan pihak yang memperolehnya untuk mempengaruhi kepentingan pihak tersebut sehingga nilai tersebut dijauhi (Tika, 2012:40). Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator pasar saham, sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Pengeluaran investasi memberikan sinyal positif dari investasi kepada manajer tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga

Upload: duongnhu

Post on 24-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Nilai Perusahaan

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan atau

kekayaan, terutama bagi para pemegang sahamnya, terwujud berupa upaya

peningkatan atau memaksimalkan nilai pasar atas harga saham perusahaan

yang bersangkutan. Tujuan ini bersifat garis besar, karena pada praktiknya

tujuan itu senantiasa dipengaruhi oleh keputusan-keputusan dibidang

keuangan (Tika, 2012:124).

Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan apabila nilai bersifat positif

dalam arti menguntungkan atau menyenangkan dan memudahkan pihak yang

memperolehnya untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya yang berkaitan

dengan nilai tersebut. Sebaliknya, nilai merupakan sesuatu yang tidak

diinginkan apabila nilai tersebut bersifat negatif dalam arti merugikan atau

menyulitkan pihak yang memperolehnya untuk mempengaruhi kepentingan

pihak tersebut sehingga nilai tersebut dijauhi (Tika, 2012:40).

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang

sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui

indikator pasar saham, sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi.

Pengeluaran investasi memberikan sinyal positif dari investasi kepada

manajer tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga

10

meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan. Harga saham

yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi (Brealey et al, 2007:46).

2.1.1 Indikator untuk mengukur nilai perusahaan

Menurut Sudana (2011:23), beberapa indikator yang dapat digunakan

untuk mengukur nilai perusahaan antara lain:

1. Price Earning Ratio (PER)

Price earning ratio menunjukkan berapa banyak jumlah uang yang rela

dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap dolar laba yang

dilaporkan (Brigham dan Houston, 2006:110).

Kegunaan price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana pasar

menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh earning per share

nya. Price earning ratio menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa

dengan earning per share.

2. Tobin’s Q

Alternatif lain yang digunakan dalam mengukur nilai perusahaan adalah

dengan menggunakan metode Tobin’s Q yang dikembangkan oleh James

Tobin. Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham

perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan (Weston dan Copeland,

2001). Rasio Q lebih unggul daripada rasio nilai pasar terhadap nilai buku

karena rasio ini fokus pada berapa nilai perusahaan saat ini secara relatif

terhadap berapa biaya yang dibutuhkan untuk menggantinya saat ini.

11

3. Price to Book Value (PBV)

Komponen penting lain yang harus diperhatikan dalam analisis kondisi

perusahaan adalah Price to Book Value (PBV) yang merupakan salah satu

variabel yang dipertimbangkan seorang investor dalam menentukan saham

mana yang akan dibeli. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan

dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan

bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar

rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif

dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan.

Price to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek

perusahaan kedepan. Hal itu juga yang menjadi keinginan para pemilik

perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan

kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Menurut (Brigham dan

Houston, 2006:112), nilai perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑃𝐵𝑉 =𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒

𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒

Dalam penelitian ini penulis memilih indikator dari nilai perusahaan

adalah Price Book Value (PBV) karena price book value banyak digunakan

dalam pengambilan keputusan investasi. Selain itu, Ada beberapa keunggulan

PBV yaitu nilai buku merupakan ukuran yang stabil dan sederhana yang dapat

dibandingkan dengan harga pasar. Keunggulan kedua adalah PBV dapat

dibandingkan antar perusahaan sejenis untuk menunjukkan tanda

mahal/murahnya suatu saham. Rasio ini dapat memberikan gambaran potensi

12

pergerakan harga suatu saham sehingga dari gambaran tersebut, secara tidak

langsung rasio PBV ini juga memberikan pengaruh terhadap harga saham.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Perusahaan

Penilaian perusahaan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Konsep dasar

penilaian perusahaan yang digunakan, antara lain: nilai ditentukan pada

periode tertentu, nilai harus ditentukan pada harga yang wajar, penilaian tidak

dipengaruhi oleh kelompok tertentu. Secara umum banyak metode dan teknik

yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan, diantaranya adalah:

1. Pendekatan laba, antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning

ratio, metode kapitalisasi proyek laba,

2. Pendekatan arus kas, antara lain metode diskonto arus kas,

3. Pendekatan dividen, antara lain metode pertumbuhan dividen,

4. Pendekatan aktiva, antara lain metode penilaian aktiva,

5. Pendekatan harga saham,

6. Pendekatan economic value added (Michell Suharli, 2006: 3).

2.2 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubungannnya dengan penjualan, asset atau total aktiva maupun modal sendiri

(Agus Sartono, 2014: 122). Sejalan dengan itu, menurut Brigham & Houston,

(2012: 146), rasio profitabilitas mencerminkan hasil akhir dari seluruh

kebijakan keuangan dan keputusan operasional. Pemegang saham dan calon

investor akan menitikberatkan pada profitabilitas perusahaan dan risiko,

karena kestabilan harga saham tergantung dengan tingkat keuntungan yang

13

diperoleh dan dividen di masa datang. Oleh karena itu, profitabilitas dapat

mempengaruhi harga saham yang artinya mempengaruhi nilai perusahaan dan

kemakmuran pemegang saham.

Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam mencari keuntungan. Dari sudut pandang investor, profitabilitas penting

untuk menilai prospek perusahaan dimasa datang dan juga dapat melihat

pertumbuhan profitabilitas pada perusahaan bersangkutan (Kasmir, 2014:115).

Profitabilitas memiliki tujuan dan manfaat bagi pemilik usaha, manajemen

dan bagi pihak di luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki

hubungan dengan perusahaan tersebut (Kasmir, 2014:197).

2.2.1. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan,

maupun bagi pihak luar perusahaan (Kasmir, 2014:197), yaitu:

1. Untuk mengukur kemampuan peusahaan membayar kewajiban atau utang

yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk

membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas

waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).

2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya, jumlah

kewajiban yang berumur dibawah satu tahun atau sama dengan satu tahun,

dibandingkan dengan total aktiva lancar.

3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.

14

Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap

likuiditasnya lebih rendah.

4. Untuk menngukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang

ada dengan modal kerja perusahaan.

5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar

utang.

6. Sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan

perencanaan kas dan hutang.

7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke

waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing

komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.

9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki

kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini

2.2.2. Tingkat Profitabilitas

Tingkat profitabilitas merupakan indicator keberhasilan perusahaan terutama

kemampuannya dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan sumber-

sumber yang dimilikinya seperti aset atau ekuitas (Taures, 2010).

Menurut Kasmir (2014:115) secara umum terdapat empat jenis utama

yang digunakan dalam menilai tingkat profitabilitas, di antaranya:

1. Margin laba atas penjualan (profit margin on sales)

Profit margin on sales merupakan keuntungan penjualan setelah

menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Margin ini menunjukkan

15

perbandingan laba bersih setelah pajak dengan penjualan. Untuk

menghitung profit margin on sales dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑜𝑛 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥

𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠

2. Kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (basic earning power)

Rentabilitas Ekonomis atau sering disamakan dengan Earning Power

dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh

laba usaha dengan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut.

Rentabilitas Ekonomis (RE) ini dihitung dengan membagi laba usaha

(EBIT) dengan total aktiva (Brigham dan Houston, 2006:107).

𝐵𝐸𝑃 =𝐸𝐵𝐼𝑇

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

3. Tingkat pengembalian total aktiva (return on total assets - ROA)

Pengertian Return on Asset (ROA) menurut (Mamduh M. Hanafi,

2007:159):

“Return on Asset (ROA) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan

laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan

setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut.

ROA juga sering disebut sebagai ROI (Return on Investment).”

Rumus yang digunakan untuk perhitungan return on asset (ROA) adalah

sebagai berikut (Martono dan Harjito, 2012:61):

𝑅𝑂𝐴 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

16

4. Tingkat pengembalian ekuitas saham biasa (return on equity – ROE)

Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal

sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan

modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.

Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan

semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari Return on

Equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut (Martono dan Harjito,

2012:62):

𝑅𝑂𝐸 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

Dalam penelitian ini untuk mengukur profitabilitas perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia digunakan Return on Assets karena Rasio

return on assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen

dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. semakin besar

ROA suatu perusahaan semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai

dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan aktiva.

2.3 Dividen

2.3.1 Pengertian Dividen

Dividen merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk

mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan

memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen, semua pemegang

saham biasa mendapatkan haknya yang sama.

17

Menurut Warren, dkk (2005:425), “dividen adalah pembagian laba suatu

perseroan kepada para pemegang sahamnya”. Sedangkan menurut James M.

Reeve, dkk (2010:275), “dividen adalah aliran kas yang dibayarkan kepada

para pemegang saham”. Maka dapat disimpulkan bahwa dividen adalah

keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham atas keuntungan

yang diperoleh perusahaan.

2.3.1.1 Jenis–Jenis Dividen

Terdapat beberapa jenis dividen yang dapat dibayarkan kepada para

pemegang saham, tergantung pada posisi dan kemampuan perusahaan

bersangkutan. Berikut ini adalah jenis-jenis dividen menurut Brigham

(2006;95):

1. Dividen tunai (cash dividend)

Dividen tunai merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk

kas. Sebelum membagikan dividen, manajemen harus memastikan bahwa

persediaan uang kas tunai mencukupi untuk operasional perusahaan

maupun untuk pembayaran dividen tunai.

2. Dividen aktiva selain kas (property dividend

Dividen aktiva selain kas merupakan dividen yang dibagikan

dalam bentuk aktiva selain kas. Aktiva yang dibagikan dapat berbentuk

surat-surat berharga perusahaan yang dimiliki perusahaan, barang

dagangan, real estate atau investasi bentuk lain yang dirancang oleh

dewan direksi.

18

3. Dividen dengan utang wesel (script dividend)

Dividen utang wesel timbul apabila perusahaan tidak membayar

dividen sekarang dikarenakan saldo kas yang ada tidak mencukupi,

sehingga manajemen perusahaan akan mengeluarkan script dividend yaitu

janji tertulis untukmembayar jumlah tertentu diwaktu yang akan datang.

4. Dividen likuidasi (liquidating dividend).

Apabila perusahaan membagi dividen likuidasi, maka para

pemegang saham harus diberitahukan mengenai berapa jumlah pembagian

laba dan berapa yang merupakan pengembalian modal sehingga para

pemegang saham bisa mengurangi investasinya. Transaksi ini identik

dengan penarikan modal sendiri oleh pemegang saham.

5. Dividen saham (stock dividend)

Dividen saham merupakan pembagian tambahan saham tanpa

dipungut pembayaran kepada para pemegang saham sebanding dengan

saham-saham yangdimilikinya. Dividen saham kurang lebih merupakan

penyusunan kembali modal perusahaan (rekapitalisasi), sedangkan

proporsi kepemilikan tidak mengalami perubahan.

2.3.1.2 Prosedur Pembayaran Deviden

Beberapa prosedur pembayaran dividen sebagai berikut :

1. Tanggal pengumuman (declaration date)

Tanggal Pengumuman adalah tanggal pada saat direksi perusahaan

secara formal mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman pembayaran

dividen.

19

2. Tanggal pencatatan pemegang saham (record date)

Tanggal pencatatan pemegang saham adalah tanggal pada saat

perusahaan menutup buku pencatatan pemindah tanganan saham dan

membuat daftar pemegang saham per tanggal tersebut. Biasanya tanggal

pencatatan dicatat duaatau tiga minggu setelah tanggal pengumuman.

3. Tanggal ex-dividend

Tanggal ex-dividend adalah tanggal pada saat hak atas dividen

periode berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut. Biasanya jangka

waktunya adalah empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan pemegang

saham.

4. Tanggal pembayaran (payment date)

Tanggal pembayaran adalah tanggal pada saat perusahaan

melaksanakan pengiriman cek kepada pemegang saham yang tercatat

sebagai pemegang saham

2.3.2 Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen menurut (Van Horne, 2007:270), kebijakan dividen

adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan.

Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba

yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi,

dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam

perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran

dividen saat ini. Jadi, aspek utama dari kebijakan dividen perusahaan adalah

20

menentukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan

penambahan laba ditahan perusahaan.

Semakin besar dividen yang dibayarkan berarti semakin sedikit laba

ditahan, sehingga mengakibatkan pertumbuhan perusahaan lambat. Sebaliknya

semakin besar laba yang ditahan untuk pertumbuhan berarti laba yang

dibagikan sebagai dividen semakin kecil. Presentase pendapatan/laba yang

akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai kas dividen disebut

“Dividend Payout Ratio” (Warsini, 2003:243).

Pengertian kebijakan dividen menurut (I Made Sudana, 2011:167)

“Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan

perusahaan, khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal perusahaan.

Hal ini karena besar kecilnya dividen yang dibagikan akan memepengaruhi

besar kecilnya laba yang ditahan”.

2.3.2.1 Teori- Teori Kebijakan Dividen

1. Irrelevance theory

Irrelevance theory yang dikemukakan oleh Merton H. Miller dan

Franco Modigliani menunjukkan bahwa dalam dunia yang sempurna (ada

kepastian, tidak ada pajak, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada pasar

lain yang sempurna), nilai dari perusahaan tidak dipengaruhi oleh

distribusi dividen. Nilai perusahaan ditentukan oleh kemampuan

menghasilkan laba dan risiko dari aktiva (investasi) dan cara ini

memisahkan antara dividen dan dana internal yang ditahan yang tidak

mempengaruhi nilai perusahaan. Teori ini menganggap bahwa kebijakan

21

dividen tidak membawa dampak apa-apa bagi nilai perusahaan. Jadi,

peningkatan atau penurunan dividen oleh perusahaan tidak akan

mempengaruhi nilai perusahaan (Inge dan Ridwan, 2003:386).

2. Bird In The Hand Theory

Myron Gordon dan John Lintner berpendapat bahwa tingkat

keuntungan yang disyaratkan oleh investor akan meningkat sebagai akibat

penurunan pembayaran dividen. Investor lebih merasa aman untuk

memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen dari pada menunggu

capital gain.

3. Tax Differential Theory

Bagi investor yang dikenai pajak pendapatan perseorangan,

pendapatan yang relevan baginya adalah pendapatan setelah pajak. Dengan

demikian tingkat keuntungan yang diisyaratkan juga setelah pajak. Jika

capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah dari pada pajak atas

dividen, maka saham yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi

menjadi lebih menarik. Tetapi sebaliknya jika capital gain dikenai pajak

yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain

menjadi berkurang. Namun demikian pajak atas capital gain masih lebih

baik dibandingkan dengan pajak atas dividen, karena pajak atas capital

gain baru dibayar setelah saham dijual sementara pajak atas dividen harus

dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen.

22

4. Teori Perataan

Lintner (1956) menyiratkan bahwa dividen tergantung sebagian

pada laba perusahaan tahun ini dan sebagian pada dividen tahun kemaren.

Hasil penelitian lintner secara umum menyimpulkan empat hal. Pertama,

perusahaan memiliki target rasio pembayaran dividen jangka panjang.

Perusahaan yang sudah mapan dengan tingkat laba yang stabil akan

cenderung untuk membayar dividen sebagai bagian dari laba yang lebih

tinggi karena kebutuhan akan uang tunai tidak terlalu tinggi bahkan dalam

banyak hal perusahaan mengalami kelebihan kas. Sedangkan perusahaan

yang sedang dalam masa pertumbuhan memiliki rasio pembayaran dividen

cenderung lebih rendah. Kedua, para manajer lebih cenderung untuk

menekankan pada perubahan besar kecilnya dividen dari pada tingkatan

absolutnya. Ketiga, dalam jangka panjang, perubahan-perubahan dividen

yang terjadi mengikuti pola pergerakan yang stabil jika laba perusahaan

bertahan pada level tertentu. Keempat, manajer enggan untuk melakukan

perubahan dividen yang mungkin kan menyebabkan perusahaan

melakukan pencadangan dana karena adanya kekhawatiran bahwa ditahun

mendatang perusahaan tidak mampu membayar dividen dengan besaran

yang tidak jauh berbeda dengan periode-periode sebelumnya.

5. Catering Theory

Menurut Baker dan Wurgler (2004) Menyatakan bahwa intisari

dari teori catering adalah para manajer entitas akan memenuhi permintaan

dividen dari investor, akan tetapi keputusannya adalah terbatas pada

23

pembayaran dan bukan pada jumlah dividen yang akan dibayarkan.

Sehingga implikasi dari teori ini adalah dividen memiliki relevansi yang

cukup tinggi terhadap harga pasar saham, akan tetapi berada pada arah

yang berbeda dan waktu yang berbeda.

6. Signaling Theory

Pada teori signal ini pembayaran dividen selalu diikuti dengan

kenaikan harga saham sedangkan penurunan dividen akan diikuti dengan

penurunan harga saham (Sartono, 2001 : 289). Deviden itu sendiri tidak

menyebabkan kenaikan atau penurunan harga, tetapi prospek perusahaan

yang ditunjukkan oleh meningkatnya atau menurunnya dividen yang

dibayarkan yang menyebabkan perubahan harga saham. Dividen dipakai

sebagai signal oleh perusahaan.

7. Clientile Effect

Modigliani-miller (MM) berpendapat bahwa Clientile Effect dapat

terjadi hal ini dapat menjelaskan mengapa harga saham dapat berubah

sesudah diumumkannya perubahan kebijakan deviden. Suatu perusahaaan

menetapkan kebijakan pembagian dividen khusus yang selanjutnya

menarik sekumpulan peminat atau clientele yang terdiri dari para investor

yang menyukai kebijakan dividen khusus tersebut. Para investor yang

menginginkan pendapatan dari investasi untuk periode berjalan akan

memiliki saham pada perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah

besar, begitu juga sebaliknya apabila investor tidak menginginkan

24

pendapatan dari investasi untuk periode berjalan akan menginvestasikan

modalnya pada perusahaan yang membagikan dividen kecil.

8. Residual theory of dividends

Menurut teori residual dividen menjelaskan bahwa jika perusahaan

tidak dapat memperoleh pengembalian dari investasi yang melebihi biaya

modal maka laba harus dibagikan dengan membayar dividen kepada

pemegang saham. Pendekatan ini menyatakan bahwa dividen “tidak

relevan”. Dividen hanya menunjukkan sisa pendapatan dan bukan variabel

keputusan yang mempengaruhi nilai perusahaan. Dividen yang dibayarkan

oleh perusahaan merupakan sisa setelah dilakukan pembayaran atas

kesempatan peluang investasi yang dilaksanakan (Inge dan Ridwan,

2003:386).

2.3.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen (Sutrisno, 2001)

1. Kebutuhan Dana Perusahaan

Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataanya merupakan

faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen

yang akan diambil. Aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran

modal dimasa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan

persediaan, pola (skedul) pengurangan utang dan masih banyak faktor lain

yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam

analisis kebijakan dividen.

25

2. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam

banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas

keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara

keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar

dividen.

3. Kemampuan Meminjam

Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan

meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas

perusahaan juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak

dipasar modal dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang semakin

besar akan memiliki akses yang lebih baik di pasar modal. Kemampuan

meminjam yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar

dividen.

4. Keadaan Pemegang Saham

Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup,

manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang

saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang

saham berada dalam golongan high tax (pajak yang lebih tinggi) dan lebih

suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan

dividen payout ratio yang rendah. Dengan dividend payou ratiot yang

rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba

untuk kesempatan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang

26

jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang

diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.

5. Stabilitas Dividen

Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik

daripada dividend payout ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti

tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan yang ditujukan oleh

koefisien arah positif. Bagi investor pembayaran dividen yang stabil

merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan

demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan

perusahaan-perusahaan yang membayar dividen tidak stabil.

Dividend mempunyai ukuran-ukuran yang dapat digunakan sebagai alat

ukur dalam suatu perusahaan yaitu sebagai berikut:

1. Dividend yield

Dividen yield adalah dividen yang diharapkan dibagi dengan harga

saham saat ini dari selembar saham (Brigham dan Houston, 2006).

Saham dividend yield hanyalah perkiraan dividen sebagai proporsi

dari harga saham. Hal itu dapat bermanfaat untuk mempertimbangkan

suatu perusahaan dengan perkiraan pertumbuhan yang stabil pada dividen.

Dividen yang tinggi dapat menunjukkan bahwa investor mengharapkan

pertumbuhan dividen rendah atau bahwa mereka membutuhkan rate of

return yang tinggi (Brealey et al, 2007)

𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 =𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒

27

2. Dividend payout ratio

Dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen yang

dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan

dalam bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan

menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan

memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi

sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para

pemegang saham (investor) tetapi internal financial perusahaan semakin

kuat (Basri dan Indriyo, 2012).

𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑎𝑦𝑜𝑢𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

Dalam penelitian ini digunakan dividend payout ratio sebagai indikator

dari kebijakan dividen dikarenakan dividend payout ratio mencerminkan

presentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan kepada pemilik dalam

bentuk tunai, dihitung dengan membagi dividen kas per saham dengan laba

per saham. Dengan dividend payout ratio (DPR) ini dapat diketahui apakah

dividen yang ada untuk investor atau pemegang saham cukup baik

dibandingkan perusahaan lain yang ada dalam bidang usaha sejenis. Selain itu,

dividend payout ratio yang memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.4 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Gultom dan Syarif (2009) yang berjudul “Pengaruh Kebijakan

Leverage, Kebijakan Deviden dan Earning Per Share terhadap Nilai

Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Hasilnya

28

adalah kebijakan leverage berpengaruh sangat signifikan terhadap nilai

perusahaan, hasil penelitian ini mendukung teori trade off dan konsisten

dengan temuan Modigliani dan Miller yang menyatakan bahwa

peningkatan hutang akan mampu meningkatkan nilai perusahaan, sebab

pembayaran bunga yang dapat dikurangkan dari perhitungan pajak (tax

deductable). Sedangkan kebijakan deviden dan EPS tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.

2. Penelitian Pakpahan (2010) yang berjudul “Pengaruh Faktor-Faktor

Perusahaan dan Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan pada

Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2003-2007)”, hasilnya adalah

hutang perusahaan (leverage) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan,

ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara signifikan positif,

deviden tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

3. Penelitian Dwi Ayuningtias dan Kurnia (2013) yang berjudul “Pengaruh

Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen dan

Kesempatan Investasi sebagai Variabel Mediasi”, hasil dari penelitian ini

adalah profitabilitas terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap

kebijakan dividen, profitabilitas terbukti berpengaruh positif signifikan

terhadap kesempatan investasi, profitabilitas terbukti berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan dan kesempatan invetasi terbukti

berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, profitabilitas

terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan melalui

kebijakan dividen dan kesempatan investasi.

29

4. Penelitian Li-Ju Chen (Taiwan), Shun-Yu Chen (Taiwan) (2011) yang

berjudul “The influence of profitability on firm value with capital structure

as the mediator and firm size and industry as moderators”, hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan dan pengaruh profitabilitas terhadap nilai

perusahaan yang dimediasi oleh capital strukture/leverage.

5. Penelitian Soliha & Taswan (2002) yang berjudul “Pengaruh Kebijakan

Hutang terhadap Nilai Perusahaan serta Beberapa Faktor yang

Mempengaruhinya”, hasilnya adalah profitabilitas berpengaruh signifikan

dan positif terhadap nilai perusahaan. Kebijakan hutang berpengaruh

positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

2.5 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini disajikan dengan gambar untuk menunjukkan hubungan

variabel dependen, independen dan variabel intervening.

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran

H1 H2 H3 H4

Kebijakan Dividen ( DPR )

Nilai Perusahaan

(PBV) Profitabilitas

(ROA)

30

2.6 Pengembangan Hipotesis

2.6.1 Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan

Menurut penelitian Nofrita (2013) menyatakan bahwa profitabilitas

berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Pernyataan ini juga

didukung oleh penelitian Sumanti dan Mangantar (2013) yang menyatakan

bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

Dari penelitian diatas dapat diambil kesimpulan apabila profitabilitas

mengalami kenaikan maka nilai perusahaan juga akan mengalami kenaikan,

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

(Hanafi, 2014 : 74), laba yang tinggi mencerminkan kinerja keuangan yang

baik, kinerja keuangan yang baik menunjukkan prospek perusahaan

kedepannya juga baik. Sehingga investor akan tertarik dan membeli saham

perusahaan, kenaikan permintaan saham yang tinggi akan membuat harga

saham juga tinggi. Sehingga harga saham yang tinggi dapat meningkatkan

nilai perusahaan.

H1= Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2.6.2 Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen

Menurut penelitian Dinata dan Yadnya (2013) menyatakan bahwa

profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen.

Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian arifah (2014) yang menyatakan

bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan

dividen. Dari penelitian diatas dapat diambil kesimpulan semakin tinggi

profitabilitas maka semakin tinggi pula dividen yang dibagikan. Profitabilitas

31

merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Hanafi, 2014 :

74). Profitabilitas yang tinggi menunjukkan aliran kas masuk perusahaan juga

tinggi. Apabila aliran kas masuk perusahaan tinggi maka semakin besar pula

kemampuan perusahaan dalam membayar dividen sesuai dengan bird in the

hand theory yang menyatakan bahwa investor lebih merasa aman untuk

memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen dari pada menunggu

capital gain.

H2= Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen

2.6.3 Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan

Menurut penelitian Dinata dan Yadnya (2013) menyatakan bahwa

kebijakan dividen berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

Pernyataan ini juga didukung penelitian oleh Jusriani dan Rahardjo (2013)

menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif signifikan terhadap

nilai perusahaan. Dari penelitian diatas dapat diambil kesimpulan semakin

tinggi dividen yang dibayarkan maka semakin tinggi pula nilai perusahaan.

Kebijakan dividen adalah kebijakan perusahaan dalam membagikan laba

kepada para pemegang saham. Pada teori signal pembayaran dividen selalu

diikuti dengan kenaikan harga saham (Sartono, 2001 : 289). Apabila kenaikan

pembayaran dividen meningkat merupakan sinyal bagi investor bahwa

prospek perusahaan kedepannya semakin baik. Sehingga investor tertarik dan

membeli saham perusahaan, kenaikan permintaan saham yang tinggi akan

membuat harga saham juga tinggi. Sehingga harga saham yang tinggi dapat

meningkatkan nilai perusahaan.

32

H3= Kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2.6.4 Pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan dividen

Perusahaan dengan laba yang tinggi didukung dengan manajemen yang

baik dalam menentukan pembagian dividen, maka dapat mempengaruhi nilai

perusahaan. Pembagian dividen yang tepat dapat menimbulakn signal positif

bagi pasar, sehingga menyebabkan nilai perusahaan naik. Hasil penelitian Dwi

Ayuningtias dan Kurnia (2013) membuktikan bahwa profitabilitas

berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan

dividen.

H4 = Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan dimediasi

oleh kebijakan dividen.