bab ii landasan teori nilai perusahaaneprints.mercubuana-yogya.ac.id/3451/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Nilai Perusahaan
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan atau
kekayaan, terutama bagi para pemegang sahamnya, terwujud berupa upaya
peningkatan atau memaksimalkan nilai pasar atas harga saham perusahaan
yang bersangkutan. Tujuan ini bersifat garis besar, karena pada praktiknya
tujuan itu senantiasa dipengaruhi oleh keputusan-keputusan dibidang
keuangan (Tika, 2012:124).
Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan apabila nilai bersifat positif
dalam arti menguntungkan atau menyenangkan dan memudahkan pihak yang
memperolehnya untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya yang berkaitan
dengan nilai tersebut. Sebaliknya, nilai merupakan sesuatu yang tidak
diinginkan apabila nilai tersebut bersifat negatif dalam arti merugikan atau
menyulitkan pihak yang memperolehnya untuk mempengaruhi kepentingan
pihak tersebut sehingga nilai tersebut dijauhi (Tika, 2012:40).
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang
sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui
indikator pasar saham, sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi.
Pengeluaran investasi memberikan sinyal positif dari investasi kepada
manajer tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga
10
meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan. Harga saham
yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi (Brealey et al, 2007:46).
2.1.1 Indikator untuk mengukur nilai perusahaan
Menurut Sudana (2011:23), beberapa indikator yang dapat digunakan
untuk mengukur nilai perusahaan antara lain:
1. Price Earning Ratio (PER)
Price earning ratio menunjukkan berapa banyak jumlah uang yang rela
dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap dolar laba yang
dilaporkan (Brigham dan Houston, 2006:110).
Kegunaan price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana pasar
menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh earning per share
nya. Price earning ratio menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa
dengan earning per share.
2. Tobin’s Q
Alternatif lain yang digunakan dalam mengukur nilai perusahaan adalah
dengan menggunakan metode Tobin’s Q yang dikembangkan oleh James
Tobin. Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham
perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan (Weston dan Copeland,
2001). Rasio Q lebih unggul daripada rasio nilai pasar terhadap nilai buku
karena rasio ini fokus pada berapa nilai perusahaan saat ini secara relatif
terhadap berapa biaya yang dibutuhkan untuk menggantinya saat ini.
11
3. Price to Book Value (PBV)
Komponen penting lain yang harus diperhatikan dalam analisis kondisi
perusahaan adalah Price to Book Value (PBV) yang merupakan salah satu
variabel yang dipertimbangkan seorang investor dalam menentukan saham
mana yang akan dibeli. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan
dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan
bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar
rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif
dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan.
Price to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek
perusahaan kedepan. Hal itu juga yang menjadi keinginan para pemilik
perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan
kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Menurut (Brigham dan
Houston, 2006:112), nilai perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑃𝐵𝑉 =𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
Dalam penelitian ini penulis memilih indikator dari nilai perusahaan
adalah Price Book Value (PBV) karena price book value banyak digunakan
dalam pengambilan keputusan investasi. Selain itu, Ada beberapa keunggulan
PBV yaitu nilai buku merupakan ukuran yang stabil dan sederhana yang dapat
dibandingkan dengan harga pasar. Keunggulan kedua adalah PBV dapat
dibandingkan antar perusahaan sejenis untuk menunjukkan tanda
mahal/murahnya suatu saham. Rasio ini dapat memberikan gambaran potensi
12
pergerakan harga suatu saham sehingga dari gambaran tersebut, secara tidak
langsung rasio PBV ini juga memberikan pengaruh terhadap harga saham.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Perusahaan
Penilaian perusahaan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Konsep dasar
penilaian perusahaan yang digunakan, antara lain: nilai ditentukan pada
periode tertentu, nilai harus ditentukan pada harga yang wajar, penilaian tidak
dipengaruhi oleh kelompok tertentu. Secara umum banyak metode dan teknik
yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan, diantaranya adalah:
1. Pendekatan laba, antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning
ratio, metode kapitalisasi proyek laba,
2. Pendekatan arus kas, antara lain metode diskonto arus kas,
3. Pendekatan dividen, antara lain metode pertumbuhan dividen,
4. Pendekatan aktiva, antara lain metode penilaian aktiva,
5. Pendekatan harga saham,
6. Pendekatan economic value added (Michell Suharli, 2006: 3).
2.2 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannnya dengan penjualan, asset atau total aktiva maupun modal sendiri
(Agus Sartono, 2014: 122). Sejalan dengan itu, menurut Brigham & Houston,
(2012: 146), rasio profitabilitas mencerminkan hasil akhir dari seluruh
kebijakan keuangan dan keputusan operasional. Pemegang saham dan calon
investor akan menitikberatkan pada profitabilitas perusahaan dan risiko,
karena kestabilan harga saham tergantung dengan tingkat keuntungan yang
13
diperoleh dan dividen di masa datang. Oleh karena itu, profitabilitas dapat
mempengaruhi harga saham yang artinya mempengaruhi nilai perusahaan dan
kemakmuran pemegang saham.
Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan. Dari sudut pandang investor, profitabilitas penting
untuk menilai prospek perusahaan dimasa datang dan juga dapat melihat
pertumbuhan profitabilitas pada perusahaan bersangkutan (Kasmir, 2014:115).
Profitabilitas memiliki tujuan dan manfaat bagi pemilik usaha, manajemen
dan bagi pihak di luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki
hubungan dengan perusahaan tersebut (Kasmir, 2014:197).
2.2.1. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan,
maupun bagi pihak luar perusahaan (Kasmir, 2014:197), yaitu:
1. Untuk mengukur kemampuan peusahaan membayar kewajiban atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk
membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas
waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).
2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya, jumlah
kewajiban yang berumur dibawah satu tahun atau sama dengan satu tahun,
dibandingkan dengan total aktiva lancar.
3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.
14
Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap
likuiditasnya lebih rendah.
4. Untuk menngukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang
ada dengan modal kerja perusahaan.
5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar
utang.
6. Sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan kas dan hutang.
7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke
waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing
komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki
kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini
2.2.2. Tingkat Profitabilitas
Tingkat profitabilitas merupakan indicator keberhasilan perusahaan terutama
kemampuannya dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan sumber-
sumber yang dimilikinya seperti aset atau ekuitas (Taures, 2010).
Menurut Kasmir (2014:115) secara umum terdapat empat jenis utama
yang digunakan dalam menilai tingkat profitabilitas, di antaranya:
1. Margin laba atas penjualan (profit margin on sales)
Profit margin on sales merupakan keuntungan penjualan setelah
menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Margin ini menunjukkan
15
perbandingan laba bersih setelah pajak dengan penjualan. Untuk
menghitung profit margin on sales dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑜𝑛 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
2. Kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (basic earning power)
Rentabilitas Ekonomis atau sering disamakan dengan Earning Power
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba usaha dengan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut.
Rentabilitas Ekonomis (RE) ini dihitung dengan membagi laba usaha
(EBIT) dengan total aktiva (Brigham dan Houston, 2006:107).
𝐵𝐸𝑃 =𝐸𝐵𝐼𝑇
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
3. Tingkat pengembalian total aktiva (return on total assets - ROA)
Pengertian Return on Asset (ROA) menurut (Mamduh M. Hanafi,
2007:159):
“Return on Asset (ROA) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan
setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut.
ROA juga sering disebut sebagai ROI (Return on Investment).”
Rumus yang digunakan untuk perhitungan return on asset (ROA) adalah
sebagai berikut (Martono dan Harjito, 2012:61):
𝑅𝑂𝐴 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
16
4. Tingkat pengembalian ekuitas saham biasa (return on equity – ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal
sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.
Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan
semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari Return on
Equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut (Martono dan Harjito,
2012:62):
𝑅𝑂𝐸 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Dalam penelitian ini untuk mengukur profitabilitas perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia digunakan Return on Assets karena Rasio
return on assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. semakin besar
ROA suatu perusahaan semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan aktiva.
2.3 Dividen
2.3.1 Pengertian Dividen
Dividen merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk
mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan
memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen, semua pemegang
saham biasa mendapatkan haknya yang sama.
17
Menurut Warren, dkk (2005:425), “dividen adalah pembagian laba suatu
perseroan kepada para pemegang sahamnya”. Sedangkan menurut James M.
Reeve, dkk (2010:275), “dividen adalah aliran kas yang dibayarkan kepada
para pemegang saham”. Maka dapat disimpulkan bahwa dividen adalah
keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham atas keuntungan
yang diperoleh perusahaan.
2.3.1.1 Jenis–Jenis Dividen
Terdapat beberapa jenis dividen yang dapat dibayarkan kepada para
pemegang saham, tergantung pada posisi dan kemampuan perusahaan
bersangkutan. Berikut ini adalah jenis-jenis dividen menurut Brigham
(2006;95):
1. Dividen tunai (cash dividend)
Dividen tunai merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk
kas. Sebelum membagikan dividen, manajemen harus memastikan bahwa
persediaan uang kas tunai mencukupi untuk operasional perusahaan
maupun untuk pembayaran dividen tunai.
2. Dividen aktiva selain kas (property dividend
Dividen aktiva selain kas merupakan dividen yang dibagikan
dalam bentuk aktiva selain kas. Aktiva yang dibagikan dapat berbentuk
surat-surat berharga perusahaan yang dimiliki perusahaan, barang
dagangan, real estate atau investasi bentuk lain yang dirancang oleh
dewan direksi.
18
3. Dividen dengan utang wesel (script dividend)
Dividen utang wesel timbul apabila perusahaan tidak membayar
dividen sekarang dikarenakan saldo kas yang ada tidak mencukupi,
sehingga manajemen perusahaan akan mengeluarkan script dividend yaitu
janji tertulis untukmembayar jumlah tertentu diwaktu yang akan datang.
4. Dividen likuidasi (liquidating dividend).
Apabila perusahaan membagi dividen likuidasi, maka para
pemegang saham harus diberitahukan mengenai berapa jumlah pembagian
laba dan berapa yang merupakan pengembalian modal sehingga para
pemegang saham bisa mengurangi investasinya. Transaksi ini identik
dengan penarikan modal sendiri oleh pemegang saham.
5. Dividen saham (stock dividend)
Dividen saham merupakan pembagian tambahan saham tanpa
dipungut pembayaran kepada para pemegang saham sebanding dengan
saham-saham yangdimilikinya. Dividen saham kurang lebih merupakan
penyusunan kembali modal perusahaan (rekapitalisasi), sedangkan
proporsi kepemilikan tidak mengalami perubahan.
2.3.1.2 Prosedur Pembayaran Deviden
Beberapa prosedur pembayaran dividen sebagai berikut :
1. Tanggal pengumuman (declaration date)
Tanggal Pengumuman adalah tanggal pada saat direksi perusahaan
secara formal mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman pembayaran
dividen.
19
2. Tanggal pencatatan pemegang saham (record date)
Tanggal pencatatan pemegang saham adalah tanggal pada saat
perusahaan menutup buku pencatatan pemindah tanganan saham dan
membuat daftar pemegang saham per tanggal tersebut. Biasanya tanggal
pencatatan dicatat duaatau tiga minggu setelah tanggal pengumuman.
3. Tanggal ex-dividend
Tanggal ex-dividend adalah tanggal pada saat hak atas dividen
periode berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut. Biasanya jangka
waktunya adalah empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan pemegang
saham.
4. Tanggal pembayaran (payment date)
Tanggal pembayaran adalah tanggal pada saat perusahaan
melaksanakan pengiriman cek kepada pemegang saham yang tercatat
sebagai pemegang saham
2.3.2 Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen menurut (Van Horne, 2007:270), kebijakan dividen
adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan.
Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba
yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi,
dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam
perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran
dividen saat ini. Jadi, aspek utama dari kebijakan dividen perusahaan adalah
20
menentukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan
penambahan laba ditahan perusahaan.
Semakin besar dividen yang dibayarkan berarti semakin sedikit laba
ditahan, sehingga mengakibatkan pertumbuhan perusahaan lambat. Sebaliknya
semakin besar laba yang ditahan untuk pertumbuhan berarti laba yang
dibagikan sebagai dividen semakin kecil. Presentase pendapatan/laba yang
akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai kas dividen disebut
“Dividend Payout Ratio” (Warsini, 2003:243).
Pengertian kebijakan dividen menurut (I Made Sudana, 2011:167)
“Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan
perusahaan, khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal perusahaan.
Hal ini karena besar kecilnya dividen yang dibagikan akan memepengaruhi
besar kecilnya laba yang ditahan”.
2.3.2.1 Teori- Teori Kebijakan Dividen
1. Irrelevance theory
Irrelevance theory yang dikemukakan oleh Merton H. Miller dan
Franco Modigliani menunjukkan bahwa dalam dunia yang sempurna (ada
kepastian, tidak ada pajak, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada pasar
lain yang sempurna), nilai dari perusahaan tidak dipengaruhi oleh
distribusi dividen. Nilai perusahaan ditentukan oleh kemampuan
menghasilkan laba dan risiko dari aktiva (investasi) dan cara ini
memisahkan antara dividen dan dana internal yang ditahan yang tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. Teori ini menganggap bahwa kebijakan
21
dividen tidak membawa dampak apa-apa bagi nilai perusahaan. Jadi,
peningkatan atau penurunan dividen oleh perusahaan tidak akan
mempengaruhi nilai perusahaan (Inge dan Ridwan, 2003:386).
2. Bird In The Hand Theory
Myron Gordon dan John Lintner berpendapat bahwa tingkat
keuntungan yang disyaratkan oleh investor akan meningkat sebagai akibat
penurunan pembayaran dividen. Investor lebih merasa aman untuk
memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen dari pada menunggu
capital gain.
3. Tax Differential Theory
Bagi investor yang dikenai pajak pendapatan perseorangan,
pendapatan yang relevan baginya adalah pendapatan setelah pajak. Dengan
demikian tingkat keuntungan yang diisyaratkan juga setelah pajak. Jika
capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah dari pada pajak atas
dividen, maka saham yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi
menjadi lebih menarik. Tetapi sebaliknya jika capital gain dikenai pajak
yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain
menjadi berkurang. Namun demikian pajak atas capital gain masih lebih
baik dibandingkan dengan pajak atas dividen, karena pajak atas capital
gain baru dibayar setelah saham dijual sementara pajak atas dividen harus
dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen.
22
4. Teori Perataan
Lintner (1956) menyiratkan bahwa dividen tergantung sebagian
pada laba perusahaan tahun ini dan sebagian pada dividen tahun kemaren.
Hasil penelitian lintner secara umum menyimpulkan empat hal. Pertama,
perusahaan memiliki target rasio pembayaran dividen jangka panjang.
Perusahaan yang sudah mapan dengan tingkat laba yang stabil akan
cenderung untuk membayar dividen sebagai bagian dari laba yang lebih
tinggi karena kebutuhan akan uang tunai tidak terlalu tinggi bahkan dalam
banyak hal perusahaan mengalami kelebihan kas. Sedangkan perusahaan
yang sedang dalam masa pertumbuhan memiliki rasio pembayaran dividen
cenderung lebih rendah. Kedua, para manajer lebih cenderung untuk
menekankan pada perubahan besar kecilnya dividen dari pada tingkatan
absolutnya. Ketiga, dalam jangka panjang, perubahan-perubahan dividen
yang terjadi mengikuti pola pergerakan yang stabil jika laba perusahaan
bertahan pada level tertentu. Keempat, manajer enggan untuk melakukan
perubahan dividen yang mungkin kan menyebabkan perusahaan
melakukan pencadangan dana karena adanya kekhawatiran bahwa ditahun
mendatang perusahaan tidak mampu membayar dividen dengan besaran
yang tidak jauh berbeda dengan periode-periode sebelumnya.
5. Catering Theory
Menurut Baker dan Wurgler (2004) Menyatakan bahwa intisari
dari teori catering adalah para manajer entitas akan memenuhi permintaan
dividen dari investor, akan tetapi keputusannya adalah terbatas pada
23
pembayaran dan bukan pada jumlah dividen yang akan dibayarkan.
Sehingga implikasi dari teori ini adalah dividen memiliki relevansi yang
cukup tinggi terhadap harga pasar saham, akan tetapi berada pada arah
yang berbeda dan waktu yang berbeda.
6. Signaling Theory
Pada teori signal ini pembayaran dividen selalu diikuti dengan
kenaikan harga saham sedangkan penurunan dividen akan diikuti dengan
penurunan harga saham (Sartono, 2001 : 289). Deviden itu sendiri tidak
menyebabkan kenaikan atau penurunan harga, tetapi prospek perusahaan
yang ditunjukkan oleh meningkatnya atau menurunnya dividen yang
dibayarkan yang menyebabkan perubahan harga saham. Dividen dipakai
sebagai signal oleh perusahaan.
7. Clientile Effect
Modigliani-miller (MM) berpendapat bahwa Clientile Effect dapat
terjadi hal ini dapat menjelaskan mengapa harga saham dapat berubah
sesudah diumumkannya perubahan kebijakan deviden. Suatu perusahaaan
menetapkan kebijakan pembagian dividen khusus yang selanjutnya
menarik sekumpulan peminat atau clientele yang terdiri dari para investor
yang menyukai kebijakan dividen khusus tersebut. Para investor yang
menginginkan pendapatan dari investasi untuk periode berjalan akan
memiliki saham pada perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah
besar, begitu juga sebaliknya apabila investor tidak menginginkan
24
pendapatan dari investasi untuk periode berjalan akan menginvestasikan
modalnya pada perusahaan yang membagikan dividen kecil.
8. Residual theory of dividends
Menurut teori residual dividen menjelaskan bahwa jika perusahaan
tidak dapat memperoleh pengembalian dari investasi yang melebihi biaya
modal maka laba harus dibagikan dengan membayar dividen kepada
pemegang saham. Pendekatan ini menyatakan bahwa dividen “tidak
relevan”. Dividen hanya menunjukkan sisa pendapatan dan bukan variabel
keputusan yang mempengaruhi nilai perusahaan. Dividen yang dibayarkan
oleh perusahaan merupakan sisa setelah dilakukan pembayaran atas
kesempatan peluang investasi yang dilaksanakan (Inge dan Ridwan,
2003:386).
2.3.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen (Sutrisno, 2001)
1. Kebutuhan Dana Perusahaan
Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataanya merupakan
faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen
yang akan diambil. Aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran
modal dimasa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan
persediaan, pola (skedul) pengurangan utang dan masih banyak faktor lain
yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam
analisis kebijakan dividen.
25
2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam
banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas
keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara
keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen.
3. Kemampuan Meminjam
Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan
meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas
perusahaan juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak
dipasar modal dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang semakin
besar akan memiliki akses yang lebih baik di pasar modal. Kemampuan
meminjam yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar
dividen.
4. Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup,
manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang
saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang
saham berada dalam golongan high tax (pajak yang lebih tinggi) dan lebih
suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan
dividen payout ratio yang rendah. Dengan dividend payou ratiot yang
rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba
untuk kesempatan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang
26
jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang
diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.
5. Stabilitas Dividen
Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik
daripada dividend payout ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti
tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan yang ditujukan oleh
koefisien arah positif. Bagi investor pembayaran dividen yang stabil
merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan
demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan yang membayar dividen tidak stabil.
Dividend mempunyai ukuran-ukuran yang dapat digunakan sebagai alat
ukur dalam suatu perusahaan yaitu sebagai berikut:
1. Dividend yield
Dividen yield adalah dividen yang diharapkan dibagi dengan harga
saham saat ini dari selembar saham (Brigham dan Houston, 2006).
Saham dividend yield hanyalah perkiraan dividen sebagai proporsi
dari harga saham. Hal itu dapat bermanfaat untuk mempertimbangkan
suatu perusahaan dengan perkiraan pertumbuhan yang stabil pada dividen.
Dividen yang tinggi dapat menunjukkan bahwa investor mengharapkan
pertumbuhan dividen rendah atau bahwa mereka membutuhkan rate of
return yang tinggi (Brealey et al, 2007)
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 =𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒
27
2. Dividend payout ratio
Dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen yang
dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan
dalam bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan
menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan
memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi
sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para
pemegang saham (investor) tetapi internal financial perusahaan semakin
kuat (Basri dan Indriyo, 2012).
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑎𝑦𝑜𝑢𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
Dalam penelitian ini digunakan dividend payout ratio sebagai indikator
dari kebijakan dividen dikarenakan dividend payout ratio mencerminkan
presentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan kepada pemilik dalam
bentuk tunai, dihitung dengan membagi dividen kas per saham dengan laba
per saham. Dengan dividend payout ratio (DPR) ini dapat diketahui apakah
dividen yang ada untuk investor atau pemegang saham cukup baik
dibandingkan perusahaan lain yang ada dalam bidang usaha sejenis. Selain itu,
dividend payout ratio yang memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.
2.4 Penelitian Terdahulu
1. Penelitian Gultom dan Syarif (2009) yang berjudul “Pengaruh Kebijakan
Leverage, Kebijakan Deviden dan Earning Per Share terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Hasilnya
28
adalah kebijakan leverage berpengaruh sangat signifikan terhadap nilai
perusahaan, hasil penelitian ini mendukung teori trade off dan konsisten
dengan temuan Modigliani dan Miller yang menyatakan bahwa
peningkatan hutang akan mampu meningkatkan nilai perusahaan, sebab
pembayaran bunga yang dapat dikurangkan dari perhitungan pajak (tax
deductable). Sedangkan kebijakan deviden dan EPS tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
2. Penelitian Pakpahan (2010) yang berjudul “Pengaruh Faktor-Faktor
Perusahaan dan Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2003-2007)”, hasilnya adalah
hutang perusahaan (leverage) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan,
ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara signifikan positif,
deviden tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
3. Penelitian Dwi Ayuningtias dan Kurnia (2013) yang berjudul “Pengaruh
Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen dan
Kesempatan Investasi sebagai Variabel Mediasi”, hasil dari penelitian ini
adalah profitabilitas terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap
kebijakan dividen, profitabilitas terbukti berpengaruh positif signifikan
terhadap kesempatan investasi, profitabilitas terbukti berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan dan kesempatan invetasi terbukti
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, profitabilitas
terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan melalui
kebijakan dividen dan kesempatan investasi.
29
4. Penelitian Li-Ju Chen (Taiwan), Shun-Yu Chen (Taiwan) (2011) yang
berjudul “The influence of profitability on firm value with capital structure
as the mediator and firm size and industry as moderators”, hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan dan pengaruh profitabilitas terhadap nilai
perusahaan yang dimediasi oleh capital strukture/leverage.
5. Penelitian Soliha & Taswan (2002) yang berjudul “Pengaruh Kebijakan
Hutang terhadap Nilai Perusahaan serta Beberapa Faktor yang
Mempengaruhinya”, hasilnya adalah profitabilitas berpengaruh signifikan
dan positif terhadap nilai perusahaan. Kebijakan hutang berpengaruh
positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
2.5 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini disajikan dengan gambar untuk menunjukkan hubungan
variabel dependen, independen dan variabel intervening.
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
H1 H2 H3 H4
Kebijakan Dividen ( DPR )
Nilai Perusahaan
(PBV) Profitabilitas
(ROA)
30
2.6 Pengembangan Hipotesis
2.6.1 Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Menurut penelitian Nofrita (2013) menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Pernyataan ini juga
didukung oleh penelitian Sumanti dan Mangantar (2013) yang menyatakan
bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Dari penelitian diatas dapat diambil kesimpulan apabila profitabilitas
mengalami kenaikan maka nilai perusahaan juga akan mengalami kenaikan,
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
(Hanafi, 2014 : 74), laba yang tinggi mencerminkan kinerja keuangan yang
baik, kinerja keuangan yang baik menunjukkan prospek perusahaan
kedepannya juga baik. Sehingga investor akan tertarik dan membeli saham
perusahaan, kenaikan permintaan saham yang tinggi akan membuat harga
saham juga tinggi. Sehingga harga saham yang tinggi dapat meningkatkan
nilai perusahaan.
H1= Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan
2.6.2 Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen
Menurut penelitian Dinata dan Yadnya (2013) menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen.
Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian arifah (2014) yang menyatakan
bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan
dividen. Dari penelitian diatas dapat diambil kesimpulan semakin tinggi
profitabilitas maka semakin tinggi pula dividen yang dibagikan. Profitabilitas
31
merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Hanafi, 2014 :
74). Profitabilitas yang tinggi menunjukkan aliran kas masuk perusahaan juga
tinggi. Apabila aliran kas masuk perusahaan tinggi maka semakin besar pula
kemampuan perusahaan dalam membayar dividen sesuai dengan bird in the
hand theory yang menyatakan bahwa investor lebih merasa aman untuk
memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen dari pada menunggu
capital gain.
H2= Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen
2.6.3 Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan
Menurut penelitian Dinata dan Yadnya (2013) menyatakan bahwa
kebijakan dividen berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Pernyataan ini juga didukung penelitian oleh Jusriani dan Rahardjo (2013)
menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif signifikan terhadap
nilai perusahaan. Dari penelitian diatas dapat diambil kesimpulan semakin
tinggi dividen yang dibayarkan maka semakin tinggi pula nilai perusahaan.
Kebijakan dividen adalah kebijakan perusahaan dalam membagikan laba
kepada para pemegang saham. Pada teori signal pembayaran dividen selalu
diikuti dengan kenaikan harga saham (Sartono, 2001 : 289). Apabila kenaikan
pembayaran dividen meningkat merupakan sinyal bagi investor bahwa
prospek perusahaan kedepannya semakin baik. Sehingga investor tertarik dan
membeli saham perusahaan, kenaikan permintaan saham yang tinggi akan
membuat harga saham juga tinggi. Sehingga harga saham yang tinggi dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
32
H3= Kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan
2.6.4 Pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan dividen
Perusahaan dengan laba yang tinggi didukung dengan manajemen yang
baik dalam menentukan pembagian dividen, maka dapat mempengaruhi nilai
perusahaan. Pembagian dividen yang tepat dapat menimbulakn signal positif
bagi pasar, sehingga menyebabkan nilai perusahaan naik. Hasil penelitian Dwi
Ayuningtias dan Kurnia (2013) membuktikan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan
dividen.
H4 = Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan dimediasi
oleh kebijakan dividen.