bab ii landasan teori dan pengembangan hipotesis a ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/bab...

40
11 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Agar sinyal tersebut dapat ditangkap pasar dan dipersepsikan dengan baik, serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk (Hartono,2005). Teori sinyal berakar pada teori akuntansi pragmatik yang memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten. Pengumuman ini nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukan pengumuman (Suwardjono, 2005). Perusahaan yang memiliki keyakinan bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik ke depannya akan cenderung mengkomunikasikan berita tersebut terhadap para investor.

Upload: others

Post on 03-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

11

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas

baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan

demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang

berkualitas baik dan buruk. Agar sinyal tersebut dapat ditangkap pasar

dan dipersepsikan dengan baik, serta tidak mudah ditiru oleh

perusahaan yang berkualitas buruk (Hartono,2005). Teori sinyal

berakar pada teori akuntansi pragmatik yang memusatkan

perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku

pemakai informasi.

Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah

pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten. Pengumuman ini

nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas

perusahaan emiten yang melakukan pengumuman (Suwardjono,

2005). Perusahaan yang memiliki keyakinan bahwa perusahaan

tersebut mempunyai prospek yang baik ke depannya akan cenderung

mengkomunikasikan berita tersebut terhadap para investor.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

12

Pada penelitian ini perusahaan yang berkualitas baik nantinya

akan memberi sinyal dengan cara menyampaikan laporan keuangan

dengan tepat waktu dan memperoleh laba tinggi sehingga tingkat

pengembalian yang tinggi juga, hal ini tidak bisa ditiru oleh

perusahaan yang berkualitas buruk karena perusahaan berkualitas

buruk akan cenderung tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan

keuangannya dan bahkan mengalami kerugian. Pada penelitian ini

sinyal yang diberikan oleh perusahaan yang berkualitas baik dianggap

sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh

perusahaan yang berkualitas buruk dianggap sebagai berita buruk (bad

news).

Penyampaian laporan keuangan berkaitan dengan teori sinyal

karena terdapatnya asimetri informasi antara manajer dan pemegang

saham mengenai prospek perusahaan di masa mendatang, sehingga

untuk meminimalkan hal tersebut perusahaan mengeluarkan sinyal-

sinyal melalui penyampaian laporan keuangan. Penyampaian

informasi melalui laporan keuangan oleh manajemen nantinya akan

diterima oleh masyarakat sebagai suatu sinyal-sinyal.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

13

2. Saham dan Return Saham

a. Saham

Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 265) saham

merupakan tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas. Ada 2

jenis saham yaitu:

1) Saham Biasa

Saham Biasa, merupakan jenis efek yang paling sering

dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat

dan juga merupakan jenis yang paling populer di pasar modal.

Jenis ini memiliki karakteristik seperti berikut:

a. Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan

dilikuidasi.

b. Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan

lain yang ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham.

c. Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di

dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

d. Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut

ditawarkan kepada masyarakat.

2) Saham Preferen

Saham preferen adalah bentuk khusus dari kepemilikan

perusahaan. Saham preferen memiliki kararteristik sebagai berikut:

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

14

a) Pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap.

b) Hak klaim lebih dahulu dibanding saham biasa jika

perusahaan dilikuidasi.

c) Dapat dikonversikan menjadi saham biasa.

b. Return Saham

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Hartono,

2014: 263). Return total merupakan return keseluruhan dari suatu

investasi dalam suatu periode tertentu. Return total sering disebut

dengan return saja. Return total terdiri dari capital gain dan dividen.

Menurut Hartono (2014: 263), return dapat dibedakan menjadi dua

yaitu:

1) Return realisasi (realized return)

Return realisasi merupakan return yang telah terjadi.

Return realisasi dihitung dengan menggunakan data historis.

Pengukuran return realisasi berguna untuk mengukur kinerja suatu

perusahaan, sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan resiko

di masa yang akan datang. Rumus Return realiisasi menurut

Brigham & Houston (2006:410) sebagai berikut:

Return Saham =

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

15

Keterangan:

P1= Harga saham pada tahun sekarang

P0= Harga saham pada tahun sebelumnya

2) Return ekspektasi (expected return)

Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan

diperoleh investor di masa yang akan datang. Return ekspetasi

(expected return) dapat dihitung berdasarkan beberapa cara sebagai

berikut ini.

a) Berdasarkan nilai ekspetasian masa depan.

b) Berdasarkan nilai-nilai return historis.

c) Berdasarkan model return ekspetasian yang ada.

Perhitungan Return Saham menurut Hartono (2014: 268)

adalah sebagai berikut:

Return =

+

=

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

16

Keterangan:

= harga saham tahun sekarang

−1 = harga saham tahun sebelumnya

= dividen tahun sekarang

Return dapat bernilai negatif maupun positif. Kadang, untuk

perhitungan tertentu, dibutuhkan suatu return yang bernilai positif.

Relatif return dapat digunakan, yaitu dengan menambah nilai 1

terhadap nilai return total, sehingga:

Relatif return = Return total + 1

=

+

=

c. Komponen Return Saham

Komponen Return saham menurut Abdul Halim (2005:34) ada

2, yaitu:

1) Untung/rugi modal (capital gain/loss) merupakan keuntungan

(kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

17

(harga beli) di atas harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi

di pasar sekunder.

2) Imbal hasil (yield) merupakan pendapatan atau aliran kas yang

diterima investor secara periodik, misalnya berupa dividen atau

bunga. Yield dinyatakan dalam persentase dari modal yang

ditanamkan.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return Saham

Menurut Agus Sartono (2009:253), ada beberapa variabel

fundamental yang mempengaruhi harga saham. Beberapa variabel

tersebut adalah:

1) Economic Value Added (EVA)

Menurut Brigham dan Houston (2013) mengemukakan

definisi EVA didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis

(juga dikenal sebagai penghasilan sisa/residual income )

yang menyatakan, bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika

sebuah perusahaan meliputi biaya operasi dan biaya modal,

dalam artian sempit, EVA benar-benar hanya merupakan cara

alternatif untuk meninjau kinerja perusahaan. EVA adalah

mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan

cara mengurangi laba operasi setelah pajak dengan beban biaya

modal (cost of capital), dimana beban biaya modal

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

18

mencerminkan tingkat resiko perusahaan. EVA merupakan

indikator adanya penciptaan nilai dari suatu investasi.

Menurut van Horne (2007: 141), secara sistematis

perhitungan EVA dapat dituliskan sebagai berikut:

EVA = NOPAT – Biaya Modal

= EBIT (1-tarif pajak) – (operating capital) (biaya

modal setelah pajak)

Keterangan:

NOPAT = Net Operating Profit After Tax

EBIT = Earnings Before Interest and Tax

2) Market Value Added (MVA)

Pengertian MVA menurut Brigham dan Houston

(2010:111) adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas dan nilai

buku. MVA merupakan perbedaan antara nilai modal yang

ditanamkan di perusahaan sepanjang waktu dari investasi modal,

pinjaman, laba ditahan, dan uang yang bisa diambil sekarang

atau sama dengan selisih antara nilai buku dengan nilai pasar

perusahaan.

Rumus perhitungan Market Value Added (MVA) yang

dipaparkan oleh Husnan & Pudjiastuti (2006), yaitu:

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

19

MVA = (Jumlah saham beredar)(Harga saham) – Total modal

sendiri

3) Firm Size

Suwito dan Herawati (2005) mengatakan firm size atau

ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat

diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai

cara, dimana ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3

kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan

menengah (medium size) dan perusahaan kecil (small firm).

Menurut Werner R. Murhadi (2013) Firm Size diukur

dengan mentrasformasikan total aset yang dimiliki perusahaan ke

dalam bentuk logaritma natural.

Firm size = Ln Total Aset

Keterangan :

Firm Size = Ukuran Perusahaan

Ln TR = Logaritma natural dari Total Aset

4) Book to Market Ratio

Market To Book Ratio adalah ratio dari nilai perlembar

saham biasa atas nilai buku perlembar ekuitas. Nilai pasar

perlembar saham mencerminkan kinerja perusahaan di

masyarakat umum, dimana nilai pasar pada suatu saat dapat

dipengaruhi oleh pilihan dan tingkah laku dari mereka yang

terlibat dipasar, suasana psikologi yang ada dipasar, sengitnya

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

20

perang pengambilalihan, perubahan ekonomi, perkembangan

industri, kondisi politik, dan sebagainya (Helfert, 1997 : 290).

Rumus dari rasio book to market menurut Damodaran,

2002 :

Book to Market Ratio =

5) Debt to Equity Ratio (DER)

Pengertian Debt to Equity Ratio menurut Darsono dan

Ashari (2010:54-55) bahwa DER merupakan salah satu rasio

leverage atau solvabilitas. Rasio solvabilitas adalah rasio untuk

mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini

juga disebut dengan rasio pengungkit (Leverage) yaitu

menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang.

Rumusan untuk mencari debt to equity ratio dapat

digunakan perbandingan antara total utang dengan total ekuitas

sebagai berikut (Kasmir, 2014:158):

DER = ( )

( )

6) Kategori industri dan jenis usaha

Pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu

berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau

jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut,

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

21

perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut

menentukan keanekaragaman industri negara tersebut, semakin

besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi,

maka semakin beranekaragam jenis industrinya.

Variabel-variabel yang mempengaruhi harga saham tersebut

secara langsung akan berpengaruh terhadap Return saham yang akan

diterima oleh pemegang saham. Selain itu, terdapat berbagai faktor

yang mempengaruhi Return saham. Menurut Mohamad Samsul

(2006:200) secara fundamental, return saham dipengaruhi oleh kinerja

perusahaan dan kemungkinan resiko yang dihadapi perusahaan.

Kinerja perusahaan tercermin dari laba operasional dan laba bersih per

saham serta beberapa rasio keuangan yang menggambarkan kekuatan

manajemen dalam mengelola perusahaan. Resiko perusahaan

tercermin dari daya tahan perusahaan dalam menghadapi siklus

ekonomi serta faktor makro ekonomi dan makro non ekonomi.

Dengan kata lain, kinerja perusahaan dan resiko yang dihadapi

dipengaruhi oleh faktor makro dan mikro ekonomi. Faktor makro

ekonomi antara lain:

1) Tingkat bunga umum domestik

Pengertian dari suku bunga adalah harga dari penggunaan

uang untuk jangka waktu tertentu atau harga dari penggunaan

uang yang dipergunakan pada saat ini dan akan dikembalikan

pada saat mendatang. Menurut Laksmono (2001), nilai suku

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

22

bunga domestik di Indonesia sangat terkait dengan tingkat suku

bunga internasional. Hal ini disebabkan oleh akses pasar

keuangan domestik terhadap pasar keuangan internasional serta

kebijakan nilai tukar mata uang yang kurang fleksibel. Menurut

Iswardono (1999), kenaikan suku bunga akan berakibat terhadap

menurunnya return saham begitu juga sebaliknya.

2) Tingkat inflasi

Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan

harga produk-produk secara keseluruhan. Inflasi yang tinggi

mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari

investasi. Sebaliknya,jika tingkat inflasi suatu negara mengalami

penurunan maka hal ini merupakan sinyal yang positif bagi

investor seiring dengan turunnya resiko daya beli uang dan resiko

penurunan pendapatan riil.

3) Peraturan perpajakan

Peraturan-peraturan terkait perpajakan akan mempengaruhi

return saham karena pajak merupakan beban yang akan

menurunkan laba.

4) Kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan

tertentu

Pengertian kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat

atas dasar kebijakan yang bersifat luas. Menurut Werf (1997)

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

23

yang dimaksud dengan kebijakan adalah usaha mencapai tujuan

tertentu dengan sasaran tertentu dan dalam urutan tertentu.

Sedangkan kebijakan pemerintah mempunyai pengertian baku

yaitu suatu keputusan yang dibuat secara sistematik oleh

pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut

kepentingan umum.

5) Kurs Valuta Asing

Definisi nilai tukar atau kurs (foreign exchange rate) antara

lain dikemukakan oleh Abimanyu (2004) adalah harga mata uang

suatu negara relatif terhadap mata uang negara lain. Karena nilai

tukar ini mencakup dua mata uang, maka titik keseimbangannya

ditentukan oleh sisi penawaran dan permintaan dari kedua mata

uang tersebut.

6) Tingkat Bunga Pinjaman Luar Negeri

Utang/Pinjaman luar negeri adalah sebagian dari total

utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar

negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat berupa

pemerintah, perusahaan atau perorangan. Bentuk utang dapat

berupa uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah

negara lain atau lembaga keuangan internasional seperti IMF

dan Bank Dunia (Ulfa, 2017). Jadi dapat disimpulkan bahwa

tingkat bunga pinjaman luar negeri adalah tingkat suku bunga

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

24

yang ditentukan oleh lembaga keuangan internasional

sehubungan dengan pinjaman oleh suatu negara.

7) Kondisi perekonomian internasional

Ekonomi internasional adalah ilmu ekonomi yang

membahas akibat saling ketergantungan antara negara-negara di

dunia, baik dari segi perdagangan internasional maupun pasar

kredit internasional.

8) Siklus ekonomi

Siklus ekonomi adalah fluktuasi yang melanda produksi

lokal, pendapatan, kesempatan kerja, yang biasanya berlangsung

selama 2 sampai 10 th, yang ditandai dengan adanya kontraksi

dan ekspansi di semua sektor ekonomi. Menurut Kusnendi

(dalam Modul Makroekonomi), siklus bisnis ekonomi adalah

fluktuasi pertumbuhasn ekonomi disekitar trendnya yang

meliiputi masa depresi, recovery, boom, dan resesi.

9) Faham ekonomi

Pada beberapa negara memiliki paham ekonomi yang

berbeda-beda, karena hal ini juga dapat dipengaruhi oleh paham

ideolgi yang berbeda serta sumber daya yang dimiliki baik SDA

maupun SDM.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

25

10) Peredaran uang

Uang Beredar adalah kewajiban sistem moneter (Bank

Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat/BPR)

terhadap sektor swasta domestik (tidak termasuk pemerintah

pusat dan bukan penduduk). Kewajiban yang menjadi komponen

Uang Beredar terdiri dari uang kartal yang dipegang masyarakat

(di luar Bank Umum dan BPR), uang giral, uang kuasi yang

dimiliki oleh sektor swasta domestik, dan surat berharga selain

saham yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor

swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu

tahun.

Sedangkan faktor mikro ekonomi mencakup:

1) Laba bersih per saham (Earnings Per Share)

Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis

perusahaan menurut Eduardus Tandelilin (2001 : 241) adalah

laba bersih setelah pajak per lembar saham atau lebih dikenal

dengan Earning Per Share (EPS), karena Earning Per Share

(EPS) suatu perusahaan menentukan besarnya laba bersih

perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham

perusahaan. Menurut Widiatmojo (2000) Earning Per Share

(EPS) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak

pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

26

Kenaikan earning per share berarti perusahaan sedang dalam

tahap pertumbuhan atau kondisi keuangannya sedang mengalami

peningkatan dalam penjualan dan laba, atau dengan kata lain

semakin besar earning per share menandakan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setiap lembar

saham.

Harnanto (2004:476), secara matematis rumus laba per

saham dapat dinyatakan sebagai berikut:

Laba per lembar saham =

2) Nilai buku per saham

Nilai buku per lembar saham mencerminkan nilai dari

setiap saham. Pengaruh nilai buku per lembar saham

memberikan sinyal jaminan keamanan yang tinggi atau nilai

klaim atas asset bersih perusahaan, membuat investor

bersedia untuk membayar harga saham yang lebih tinggi

(Anastasia, 2003).

Rumus dari rasio book to market atau Nilai buku per saham

menurut Damodaran, 2002 :

Book to Market Ratio =

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

27

3) Nilai Tambah Ekonomi (EVA)

EVA (Economic Value Added) merupakan gagasan

keuntungan ekonomis, yang menyatakan bahwa kekayaan hanya

diciptakan ketika sebuah perusahaan dapat mengendalikan

perusahaan meliputi biaya operasional dan modal. Dalam hal ini,

EVA merupakan cara yang alternatif untuk menilai kinerja

perusahaan. Dalam hal ini EVA sebagai alat pengukur kinerja

keuangan perusahaan didasarkan pada gagasan laba ekonomis

yang mengatakan bahwa kesejahteraan hanya didapatkan jika

suatu perusahaan dapat menutup biaya operasi dan biaya modal.

3) Rasio ekuitas terhadap utang

Menurut Darsono dan Ashari (2005), Rasio ekuitas

terhadap utang atau Debt to Equity Ratio adalah rasio yang

menunjukkan persentase penyedia dana oleh pemegang saham

terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin

rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang

saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka

panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya.

Rumusan untuk mencari debt to equity ratio dapat

digunakan perbandingan antara total utang dengan total ekuitas

sebagai berikut (Kasmir, 2014:158):

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

28

DER = ( )

( )

4) Rasio laba bersih terhadap ekuitas

Return on Equity merupakan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang

dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai

rentabilitas modal sendiri (Sutrisno, 2007). Return on Equity

merupakan alat analisis keuangan untuk mengukur

profitabilitas.

Menurut Kasmir (2015 :204) Rumus untuk mencari Return

on Equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut:

ROE =

5) Cash flow per saham

Cash Flow Per Share digunakan untuk menunjukkan

kemampuan dalam menjaga kestabilan sebuah perusahaan.

Komponen Cash Flow dari operasi mempunyai hubungan yang

signifikan terhadap harga saham. Harga saham yang tinggi

atau meningkat memberikan signal bahwa prospek

perusahaan di masa yang akan datang akan terus membaik.

Cash flow dikatakan baik jika perusahaan tersebut secara tidak

langsung dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan dalam

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

29

menjalankan operasinya guna membayar dividen terhadap saham

yang dijualnya kepada para pemilik modal.

3. Earnings Per Share (EPS)

a. Pengertian Earnings Per Share (EPS)

Earnings Per Share (EPS) merupakan kemampuan perusahaan

mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai (Mamduh M. Hanafi

dan Abdul Halim 2009:185). Menurut James M. Reeve, dkk

(2010:187) laba per saham biasa, atau sering disingkat LPS (Earnings

Per common Share-EPS), kadang kala disebut laba dasar per saham,

adalah laba bersih per lembar saham biasa yang beredar selama

periode tertentu. Menurut pendapat lain, (Harnanto, 2004: 476) pada

dasarnya laba per saham (LPS) adalah hasil bagi dari laba bersih

dengan jumlah saham biasa yang berada dalam peredaran. Jadi,

Earnings Per Share (EPS) merupakan laba bersih per lembar saham

yang dibagikan kepada investor atas hasil dari suatu investasi mereka.

EPS yang tinggi memberikan makna perusahaan mampu

memberikan tingkat kemakmuran bagi pemegang saham dalam satu

periode. Tinggi rendahnya EPS akan menentukan tingkat return yang

diperoleh. Semakin tinggi nilai EPS menandakan semakin besar pula

laba yang disediakan untuk investor. Sehingga apabila terjadi

kenaikan EPS maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham dan akan

meningkatkan return saham. Jika return saham yang diberikan tinggi

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

30

maka akan mengundang investor untuk berinvestasi ke perusahaan

yang akan meningkatkan harga saham.

b. Rumus Menghitung Earnings Per Share (EPS)

Earnings Per Share dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

1) Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2009:185 rumus

EPS (untuk permodalan yang sederhana)

=

2) Menurut Carl S. Warren, James M. Reeve, dan Philip E. Fess

(2006:126) terdapat 2 rumus EPS, yaitu jika:

a) Perusahaan yang saham-sahamnya diperdagangkan di Bursa

saham biasa harus melaporkan laba per saham dalam laporan

laba ruginya. Jika tidak ada saham preferen yang beredar, laba

per saham biasa dihitung sebagai berikut:

Laba per saham biasa =

b) Ada perubahan dalam jumlah saham biasa yang beredar selama

periode berjalan, maka yang digunakan adalah rata-rata

tertimbang jumlah saham yang beredar. Jika sebuah

perusahaan memiliki saham preferen yang beredar, maka laba

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

31

bersih harus dikurangi dengan jumlah dividen saham preferen,

sebagai berikut:

Laba per saham biasa =

3) Harnanto (2004:476), secara matematis rumus laba per saham

dapat dinyatakan sebagai berikut:

Laba per lembar saham =

Laba per saham (LPS) merupakan konsep yang

berhubungan hanya dengan saham biasa yang diterbitkan oleh

perusahaan, sehingga memungkinkan untuk lebih baik apabila

diinterpretasikan sebagai laba per lembar saham biasa. Konsep laba

per saham tidak berlaku untuk saham preferen atau saham utama,

karena pada umumnya saham preferen berhak untuk memperoleh

keuntungan tetap dan tidak berhak atas sisa laba.

Penelitian ini menggunakan EPS dasar (primary Earnings

Per Share), rumus dari Harnanto (2004:476), dengan rumus:

Laba Per Saham (LPS)=

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

32

c. Komponen Earnings Per Share (EPS)

Earnings Per Share (EPS) mempunyai komponen sebagai

berikut:

1) Laba adalah hasil perhitungan secara agregat, yang menunjukkan

keuntungan dari seluruh aktiva yang dikuasai oleh perusahaan

dan berasal dari berbagai macam sumber, termasuk dari para

kreditor, pemegang saham preferen dan saham biasa, serta hasil

usaha masa lalu. Kaitannya dengan hak atas laba yang dihasilkan

oleh perusahaan tersebut yaitu para kreditor dan pemodal selain

para pemegang saham biasa pada umumnya bersifat tetap,

sebagai konsekuensi dari ketentuan kontraktualnya dengan

perusahaan (Harnanto, 2004:476).

2) Dividen adalah distribusi kepada pemilik atau pemegang saham

dalam suatu perseroan terbatas secara proporsional dengan

jumlah relatif kepemilikan sahamnya (Harnanto, 2004:240).

d. Macam-macam Earnings Per Share (EPS)

Macam-macam Earnings Per Share (EPS) atau laba per lembar

saham (LPS) menurut Harnanto (2004:487) yaitu:

1) LPS dasar (primary Earnings Per Share) adalah jumlah laba

yang dapat diatribusikan kepada setiap lembar saham biasa dan

sekuritas setara saham biasa yang beredar. LPS dasar yang

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

33

dihitung berdasar jumlah saham yang beredar dan sekuritas

ditetapkan sebagai setara saham biasa (ESSB).

2) LPS-dilusian (fully diluted Earnings Per Share) adalah jumlah

laba per saham, yang menunjukkan jumlah maksimum dilusinya

secara individual sebagai akibat dari penukaran, penggunaan, dan

penerbitan saham biasa atas surat berharga konversi, hak beli

saham, dan saham kontijensi. LPS-dilusian yang menunjukkan

penurunan LPS yang akan terjadi apabila saham biasa yang dapat

diperoleh melalui seluruh efek berpotensi saham bisa diterbitkan.

4. Economic Value Added (EVA)

a. Pengertian Economic Value Added (EVA)

Menurut van Horne (2007: 141) untuk menciptakan nilai

perusahaan harus mendapatkan pengembalian atas modal yang

diinvestasikan lebih besar dari biaya modal, melalui konsep Nilai

Tambah Ekonomi (Economic Value Added / EVA).

Pada dasarnya, EVA adalah laba ekonomi yang dihasilkan oleh

perusahaan setelah semua biaya modal dikurangkan. Secara lebih

spesifik, EVA adalah laba operasional bersih setelah pajak (Net

Operating Profit After Tax / NOPAT) dikurangi beban nilai biaya

modal untuk modal yang digunakan. Penyesuaian disarankan untuk

NOPAT agar lebih mencerminkan pendekatan kas daripada

pendekatan akuntansi akrual atas kinerja perusahaan.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

34

b. Rumus Perhitungan Economic Value Added (EVA)

Menurut van Horne (2007: 141), secara sistematis perhitungan

EVA dapat dituliskan sebagai berikut:

EVA = NOPAT – Biaya Modal

= EBIT (1-tarif pajak) – (operating capital) (biaya modal

setelah pajak)

Keterangan:

NOPAT = Net Operating Profit After Tax

EBIT = Earnings Before Interest and Tax

Berbeda dengan pengukuran kinerja akuntansi yang tradisional

(seperti ROE), EVA digunakan mengukur nilai tambah yang

dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal

(cost of capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan.

Economic Value Added (EVA) yang bernilai positif menunjukkan

bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai bagi para pemilik

modal karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian

yang melebihi tingkat modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan

memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya, Economic Value

Added (EVA) yang bernilai negatif menunjukkan bahwa nilai

perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari

biaya modal. Apabila Economic Value Added (EVA) memiliki nilai

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

35

sama dengan nol, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan berada

dalam titik impas. Artinya, perusahaan tidak mengalami kemunduran

dan tidak mengalami kemajuan secara ekonomi. EVA yang bernilai

positif secara umum menunjukkan terjadinya penciptaan nilai bagi

para pemegang saham, sedangkan EVA yang bernilai negatif

menunjukkan penghancuran nilai (van Horne, 2007: 141-142).

c. Kelebihan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA)

Kelebihan konsep EVA diantaranya bermanfaat sebagai penilai

kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation),

membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal, dan dapat

digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang

memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modal (Hanafi,

2004: 54). Selain itu, manajemen dituntut untuk mengetahui berapa

the true cost of capital dari bisnisnya, sehingga tingkat pengembalian

bersih dari modal yang merupakan hal yang sesungguhnya menjadi

perhatian para investor dapat diperlihatkan secara jelas. Dapat

diketahui berapa jumlah sebenarnya dari modal yang diinvestasikan ke

dalam bisnis dengan tidak terpaku pada aturan-aturan akuntansi yang

memperlakukan investasi seperti pada penelitian, pengembangan, dan

pelatihan karyawan sebagai expense. Penilaian kinerja dengan

pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan

kepentingan pemegang saham. Dengan menggunakan EVA, para

manajer akan berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

36

yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian

dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan

dapat dimaksimumkan.

Selain memiliki kelebihan, EVA juga memiliki kelemahan yaitu

EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun

tertentu, sehingga bisa saja suatu perusahaan mempunyai EVA pada

tahun yang berlaku positif namun nilai perusahaan tersebut rendah

karena EVA di masa datang bernilai negatif. Secara konseptual, EVA

lebih unggul daripada pengukur tradisional akuntansi, namun secara

praktis belum tentu EVA dapat diterapkan dengan mudah. Proses

perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi

ini sulit dilakukan terutama pada perusahaan yang belum go public

(Hanafi, 2004: 54).

5. Tingkat Suku Bunga

Menurut Boediono (1996:76), Suku Bunga adalah harga yang harus di

bayar apabila terjadi pertukaran antara satu Rupiah sekarang dan satu

Rupiah nanti. Adanya kenaikan suku bunga yang tidak wajar akan

menyulitkan dunia usaha untuk membayar beban bunga dan kewajiban,

karena suku bunga yang tinggi akan menambah beban bagi perusahaan

sehingga secara langsung akan mengurangi profit perusahaan.

Kasmir, (2008:131) menyatakan bunga bank adalah sebagai balas

jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

37

kepada nasabah yang membeli atau menjual produkanya. Bunga juga dapat

diartikan harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki

simpanan) oleh pihak bank dan yang harus dibayar oleh nasabah kepada

bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). Berdasarkan pengertian

tersebut suku bunga terbagi dalam dua macam yaitu sebagai berikut:

a. Bunga simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau

balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Sebagai

contoh jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito.

b. Bunga pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau

harga. Sebagai contoh bunga kredit.

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa balas jasa yang

diberikan oleh bank terhadap nasabah yang menyimpan hartanya dalam

bentuk deposito dengan simpanan jangka panjang serta adanya perjanjian

antara pihak nasabah (yang memiliki simpanan) dengan bank, semakin lama

jangka waktu penyimpanan deposito berjangka cenderung makin tinggi juga

bunganya, karena bank dapat menggunakan uang tersebut untuk jangka

waktu yang lebih lama.

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat bunga, misalnya penentuan

tingkat bunga sangat tergantung kepada berapa besar pasar uang domestik

mengalami keterbukaan system dana suatu negara, dalam artian penentuan

besar penentuan finansial suatu negara yang cenderung berbeda. Faktor

yang mempengaruhi tingkat bunga global suatu negara adalah tingkat bunga

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

38

di luar negeri dan depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang

asing yang diperkirakan akan terjadi. Namun demikian, dalam sebuah bank

menentukan tingkat bunga bergantung hasil interaksi antara bunga simpanan

dengan bunga pinjaman yang keduanya saling mempengaruhi satu sama lain

dan kebijakan Suku Bunga di samping faktor – faktor lainnya.

Weston dan Brigham, (1990:84) menyebutkan bahwa Suku Bunga

mempengaruhi laba perusahaan dalam dua cara : (1) karena bunga

merupakan biaya, maka semakin tinggi tingkat Suku Bunga maka semakin

rendah laba perusahaan apabila hal-hal lain dianggap konstan; dan (2) Suku

Bunga mempengaruhi tingkat aktivitas ekonomi, karena itu mempengaruhi

laba perusahaan. Suku Bunga tidak diragukan lagi mempengaruhi investasi

portofolio karena pengaruhnya terhadap laba, tetapi yang terpenting adalah

Suku Bunga berpengaruh karena adanya persaingan di pasar modal antara

saham dan obligasi.

Pohan (2008:53), mengatakan bahwa Suku Bunga yang tinggi di

satu sisi akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung sehingga

jumlah dana perbankan akan meningkat. Sementara itu, di sisi lain Suku

Bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh dunia

usaha sehingga mengakibatkan penurunan kegiatan produksi di dalam

negeri. Menurunnya produksi pada gilirannya akan menurunkan pula

kebutuhan dana oleh dunia usaha. Hal ini berakibat permintaan terhadap

kredit perbankan juga menurun sehingga dalam kondisi Suku Bunga yang

tinggi, yang menjadi persoalan adalah ke mana dana itu akan disalurkan.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

39

Sedangkan menurut Tandelilin (2007), Suku Bunga yang terlalu tinggi akan

mempengaruhi nilai sekarang aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-

kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Suku Bunga yang

tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang akan ditanggung oleh

perusahaan. Di samping itu, Suku Bunga yang tinggi juga akan

menyebabkan return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan

meningkat.

Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin rendahnya Suku

Bunga maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena intensitas

aliran dana yang akan meningkat. Dengan demikian Suku Bunga dan

keuntungan yang diisyaratkan merupakan variabel penting yang sangat

berpengaruh terhadap keputusan para investor, dimana berdampak terhadap

keinginan investor untuk melakukan investasi portofolio di pasar modal

dengan Suku Bunga yang rendah.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pasar modal khususnya yang terkait dengan Return

Saham telah banyak dilakukan. Adapun penelitian-penelitian yang telah

dilakukan dan relevan dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ansori (2015) dengan judul “Pengaruh

Economic Value Added dan Market Value Added terhadap Return Saham

pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh Economic Value Added

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

40

dan Market Value Added terhadap Return Saham pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam menentukan

sampel, penelitian tersebut menggunakan metode purposive sampling.

Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Penelitian tersebut menunjukkan hasil Economic Value Added (EVA)

berpengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan dengan

koefisien regresi yang diperoleh yaitu dengan probabilitas tingkat

kesalahan sebesar 0,045 lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi yang

diharapkan yaitu sebesar 0,05. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian

yang menyatakan bahwa Economic Value Added berpengaruh terhadap

Return Saham.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ansori (2015), antara lain:

a. Variabel dependen adalah Return Saham.

b. Variabel independen adalah Economic Value Added (EVA).

c. Menggunakan metode purposive sampling dalam pengambilan sampel

dan metode analisis regresi linier untuk menganalisis data.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Catur Septiana Wulandari (2016) dengan

judul “Pengaruh Earnings Per Share (EPS), Economic Value Added

(EVA), dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham pada

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

41

Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Periode 2011-2014”.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

tersebut adalah studi dokumentasi dan penelitian kepustakaan. Sedangkan

teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif, uji asumsi

klasik, analisis regresi linier sederhana, dan analisis regresi linier

berganda. Penelitian tersebut menunjukkan hasil sebagai berikut:

a. Earning Per Share (EPS) tidak berpengaruh terhadap Return Saham

pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014. Hal ini ditunjukkan

dengan nilai koefisien regresi yang bernilai positif yaitu 0,178 dan t

hitung sebesar 1,712 jika dibandingkan dengan t tabel pada tingkat

signifikansi 0,05 dengan df=88 yaitu sebesar 1,662, maka t hitung

lebih besar dari t tabel (1,712<1,662).

b. Economi Value Added (EVA) tidak berpengaruh terhadap Return

Saham pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014. Hal ini ditunjukkan

dengan nilai koefisien regresi yang bernilai positif yaitu 0,039 dan t

hitung sebesar 0,374 jika dibandingkan dengan t tabel pada tingkat

signifikansi 0,05 dengan df=88 yaitu sebesar 1,662 maka t hitung lebih

kecil dari t tabel (0,374<1,662).

Ada beberapa kesamaan antara penelitian yang dilakukan oleh

Catur Septiana Wulandari (2016) dengan penelitian ini, diantaranya:

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

42

a. Variabel dependen berupa Return Saham.

b. Menggunakan Earning Per Share (EPS) dan Economic Value Added

(EVA) sebagai variabel independen.

c. Sampel menggunakan perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi.

d. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda.

3. Rachmi Fatin (2017) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Kebijakan

Dividen, dan Beta Pasar terhadap Return Saham pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015”.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh Economic

Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Kebijakan Dividen,

dan Beta Pasar terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive

sampling. Adapun hasil yang relevan dengan penelitian ini yaitu

Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh tehadap Return Saham.

Kesamaan yang terdapat pada penelitian ini dan penelitian yang

dilakukan oleh Rachmi Fatin (2017) antara lain:

a. Variabel dependen berupa Return Saham

b. EVA sebagai variabel independen

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

43

c. Menggunakan metode purposive sampling untuk pengambilan

sampel.

4. Akbar Faoriko (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Return Saham di

Bursa Efek Indonesia”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui

pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Return

Saham di Bursa Efek Indonesia.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive

sampling. Adapun hasil yang relevan dengan penelitian ini yaitu Suku

Bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return Saham pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2010, hal ini

ditunjukkan oleh distribusi t hitung sebesar -8,163 > t tabel 1,9656

dengan taraf signifikansi 5% dan nilai signifikansi (0,000) lebih kecil dari

taraf signifikansi (0,05).

Kesamaan yang terdapat pada penelitian ini dan penelitian yang

dilakukan oleh Akbar Faoriko (2013) antara lain:

a. Return Saham sebagai variabel dependen

b. Tingkat Suku Bunga variabel independen

c. Menggunakan metode purposive sampling untuk pengambilan

sampel.

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

44

5. Penelitian yang dilakukan oleh Danny Eka Wahyu Saputra (2012)

dengan judul “Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added,

Earning Per Share, dan Risiko Sistematik terhadap Return Saham pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode

2007-2011” Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

a. Economic value added (EVA) tidak berpengaruh terhadap return

saham perusahaan, hal ini dibuktikan dengan nilai t Economic Value

Added bernilai negatif sebesar -1,130. Hasil statistik uji t untuk

variabel EVA diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,261 lebih besar

dari toleransi kesalahan α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa EVA

tidak berpengaruh terhadap Return Saham.

b. Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap Return Saham

perusahaan dengan arah negatif, hal ini dibuktikan dengan nilai t EPS

bernilai negatif sebesar -2,295. Hasil statistik uji t untuk variabel EPS

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,024 lebih kecil dari toleransi

kesalahan α = 0,05. Hasil yang signifikan secara statistik berarti EPS

berpengaruh terhadap Return Saham perusahaan manufaktur di Bursa

Efek Indonesia periode 2007-2011.

Kesamaan yang terdapat pada penelitian ini dan penelitian yang

dilakukan oleh Akbar Faoriko (2013) antara lain:

a. Return Saham sebagai variabel dependen

b. EVA dan EPS variabel independen.

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

45

6. Halim (2013) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Makro

Ekonomi terhadap Return Saham Kapitalisasi Besar di Bursa Efek

Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku bunga BI

dan inflasi berpengaruh negatif terhadap return saham dan nilai tukar

berpengaruh positif terhadap return saham.

Kesamaan yang terdapat pada penelitian ini dan penelitian yang

dilakukan oleh Akbar Faoriko (2013) antara lain:

a. Return Saham sebagai variabel dependen

b. Tingkat Suku Bunga sebagai variabel independen

C. Pengembangan Hipotesis

1. Earnings Per Share (EPS) dan Return saham

Menurut Hartono (2010:205), Return merupakan hasil yang

diperoleh dari investasi. Return total dapat berarti Return keseluruhan

dari suatu investasi dalam periode tertentu. Return total sering disebut

dengan Return saja. Return total merupakan tingkat kembalian investasi

(Return) yang merupakan penjumlahan dari dividend yield dan capital

gain.

Menurut James M. Reeve, dkk (2010: 187) “Laba per saham biasa,

atau sering disingkat LPS (Earnings Per common Share - EPS), kadang

kala disebut laba dasar per saham, adalah laba bersih per lembar saham

biasa yang beredar selama periode tertentu. EPS yang tinggi memberikan

makna perusahaan mampu memberikan tingkat kemakmuran bagi

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

46

pemegang saham dalam satu periode. Tinggi rendahnya EPS akan

menentukan tingkat Return yang diperoleh. Semakin tinggi nilai EPS

menandakan semakin besar pula laba yang disediakan untuk investor.

Apabila terjadi kenaikan EPS maka akan diikuti oleh kenaikan harga

saham dan akan meningkatkan Return Saham. Berdasarkan uraian

tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif

Earnings Per Share (EPS) terhadap Return Saham.

Teori tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hanief

(2017) tentang Analisis Pengaruh Earning Per Share Dan Leverage

Terhadap Return Saham Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia Periode

2010 -2014 yang menyatakan bahwa Variabel Earning Per Share

berpengaruh positif terhadap return saham.

H1 = Earnings Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap Return

Saham.

2. Economic Value Added (EVA) dan Return saham

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi, Hartono

(2010: 205). Return total dapat berarti Return keseluruhan dari suatu

investasi dalam periode tertentu. Return total sering disebut dengan

Return saja. Return total merupakan tingkat kembalian investasi (Return)

yang merupakan penjumlahan dari dividend yield dan capital gain.

Pengukuran kinerja keuangan yang umumnya dilakukan dengan

menganalisa laporan keuangan memiliki banyak kelemahan yaitu

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

47

mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui

apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka Joel Stren dan Bennet Stewart

mengembangkan ukuran kinerja lainnya, yaitu Economic Value Added

(EVA). Menurut Horne dan Wachowicz (2007:141), EVA adalah cara

untuk menghitung laba ekonomi yang dikembangkan oleh perusahaan

konsultan Stern Stewart & Co.

Konsep laba ekonomi (atau laba sisa-residual income) telah

dibahas dalam berbagai literatur ekonomi selama lebih dari 100 tahun.

EVA diperkenalkan pada akhir era tahun 1980-an. Pada dasarnya, EVA

adalah laba ekonomi yang dihasilkan perusahaan setelah semua biaya

modal dikurangkan.

EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah biaya dari

seluruh modal, termasuk modal ekuitas, telah dikurangkan, sedangkan

laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan beban untuk modal ekuitas.

Perusahaan yang memiliki EVA tinggi cenderung dapat lebih menarik

investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut, karena semakin tinggi

nilai EVA maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Hal itu

mencerminkan pula laba perusahaan yang tinggi. Apabila laba

perusahaan tinggi maka Return yang diberikan kepada penyandang dana

juga tinggi. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diambil kesimpulan

bahwa terdapat pengaruh positif Economic Value Added (EVA) terhadap

Return Saham.

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

48

Penelitian yang mendukung pernyataan tersebut adalah penelitian

yang dilakukan oleh Ansori (2015) yang menyatakan Economic Value

Added (EVA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sehingga hipotesis yang kedua yaitu:

H2 = Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif terhadap Return

Saham.

3. Tingkat Suku Bunga dan Return saham

Menurut Nopirin (1996) suku bunga adalah biaya yang harus

dibayar oleh peminjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan

imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya. Tingkat suku bunga

adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu atau

harga dari penggunaan uang yang dipergunakan pada saat ini dan akan

dikembalikanpada saat mendatang (Herman, 2003). Keynes (Boediono,

1985) berpendapat bahwa tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan

dan penawaran uang. Apabila penawaran uang tetap, semakin tinggi

pendapatan nasional semakin tinggi tingkat suku bunga. Tingkat suku

bunga yang tinggi dapat mempengaruhi investasi walaupun pengaruhnya

sangat terbatas (Iswardono,1999 dalam Sugeng, 2004). Menurut

Iswardono (1999, dalam Sugeng, 2004), kenaikan suku bunga akan

berakibat terhadap menurunnya return saham begitu juga sebaliknya.

Dalam menghadapi kenaikan suku bunga, para pemegang saham

akan menahan sahamnya sampai tingkat suku bunga kembali pada

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

49

tingkat yang dianggap normal. Kenaikan suku bunga akan sangat

berpengaruh bagi pelaku pasar modal. Akibat meningkatnya suku bunga,

para pemilik modal akan lebih senang untuk menginvestasikan uangnya

di bank dari pada berinvestasi dalam bentuk saham (Dornbusch

&Fischer, 1992).

Konsep teori yang dikemukakan oleh beberapa peneliti diatas

diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Hayat dan Nisar

Ahmed (2014) yang menunjukkan hasil bahwa tingkat suku bunga

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham, sehingga

hipotesis ketiga sebagai berikut:

H3 = Tingkat Suku Bunga berpengaruh negatif terhadap Return Saham.

D. Paradigma Penelitian

Variabel independen (X) dalam penelitian ini terdiri dari Earning Per

Share (EPS), Economic Value Added (EVA) dan Tingkat Suku Bunga.

Sedangkan variabel dependen (Y) berupa Return Saham. Adapun

keterkaitan antarvariabel X dan Y dapat digambarkan sebagai berikut.

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4342/3/BAB II.pdf · sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan

50

Gambar 2.1

Paradigma Penelitian

H1

H2

H3

Sumber : Data di Olah

Keterangan:

= Pengaruh masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen secara parsial, yaitu pengaruh Earning

Per Share (EPS) (X1) terhadap Return Saham (Y),

pengaruh Economic Value Added (EVA) (X2) terhadap

Return Saham (Y), terhadap Return Saham (Y) dan

pengaruh Tingkat Suku Bunga (X3) terhadap Return

Saham (Y).

X1 = Earning Per Share

(EPS)

X2 = Economic Value

Added (EVA)

X3 = Tingkat Suku

Bunga

Y = Return Saham