bab ii landasan teori dan kerangka pemikiran 2.1...
TRANSCRIPT
6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pemasaran
Definisi Pemasaran yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut :
Menurut Kotler (2002, p9):
“Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok
mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan
dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain ”.
Menurut Lamb, et.al (2001, p6):
”Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga,
promosi, dan distribusi sejumlah ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran
yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi”.
Menurut Umar (2003, p31):
“Pemasaran meliputi sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha
yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik
yang aktual maupun potensial.
2.1.2 Manajemen Pemasaran
Berdasarkan pendapat Kotler (2002, p9) “Definisi manajemen pemasaran
adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi,
serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi”.
7
2.1.3 Bauran Pemasaran
Berdasarkan pendapat Lamb, et.al (2001, p55) “Bauran pemasaran adalah
paduan strategi produk, distribusi, promosi, dan penentuan harga yang bersifat unik
yang dirancang untuk menghasilkan pertukaran yang saling memuaskan dengan
pasar yang dituju”.
Berdasarkan pendapat Kotler (2002, p18) “Definisi bauran pemasaran
adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-
menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran”.
Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bauran
pemsaran adalah perangkat pemasaran terkendali yang dikombinasikan perusahaan
untuk memuaskan pasar sasaran, yang terdiri dari empat elemen yaitu: Produk,
Harga, Saluran Distribusi, dan Promosi.
Berikut uraian dari keempat elemen tersebut, yaitu:
1. Produk
Berdasarkan pendapat Kotler (2002, p394) ”Produk adalah segala sesuatu yang
ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan”.
2. Harga
Berdasarkan Lamb, et.al (2001, p268) “Harga merupakan sesuatu yang
diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang atau jasa”.
3. Distribusi
Distribusi adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh pengusaha untuk
menyalurkan, menyebarkan, mengirimkan serta menyampaikan barang yang
dipasarkannya itu kepada konsumen.
4. Promosi
Berdasarkan Lamb, et.al (2001, p145) “Promosi merupakan komunikasi dari
8
para pemasar yang menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan para
calon pembeli suatu produk dalam rangka mempengaruhi pendapat mereka dan
memperoleh suatu tanggapan”. Alat yang digunakan untuk mempromosikan
suatu produk dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
Promosi Penjualan, merupakan kegiatan untuk menawarkan produk yang
dipasarkan sedemikian rupa, sehingga akan menarik perhatian konsumen
dengan penempatan dan pengaturan yang baik.
Iklan, dapat dilakukan melalui media massa, media elektronik ataupun dalam
bentuk poster dan spanduk.
Personal selling, adalah interaksi tatap muka dengan satu atau lebih calon
pembeli untuk tujuan penjualan.
Publisitas, adalah program untuk mempromosikan dan atau melindungi citra
perusahaan atau produk itu sendiri.
2.1.4 Pengertian Produk
Menurut Kotler (2002, p32), Produk adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Pengertian
produk dalam arti sempit adalah sekumpulan sifat-sifat fisik dan kimia yang berwujud
yang dihimpun dalam suatu bentuk yang serupa dan yang telah dikenal. Dalam arti
luas adalah sekelompok sifat-sifat yang berwujud dan tak berwujud yang didalamnya
sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer dan
pelayanan yang diberikan produsen dan pengecer yang dapat diterima oleh
konsumen sebagai kepuasan yang ditawarkan terhadap kebutuhan konsumen.
Pengertian umum produk adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi atau
memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia, baik yang berwujud maupun yang
9
tidak berwujud. Termasuk dalam pengertian produk yaitu : Objek fisik, jasa, orang,
tempat, organisasi dan gagasan.
2.1.5 Diferensiasi Produk
Menurut pendapat Kotler (2005 p347), diferensiasi sebagai proses
menambahkan serangkaian perbedaan yang penting dan bernilai, guna membedakan
tawaran perusahaan itu dari tawaran pesaing. Hingga batas-batas tertentu semua
produk dapat didiferensiasikan, tetapi tidak semua perbedaan merek itu bermakna
atau berharga. Perbedaan itu akan lebih kuat sejauh perbedaan itu memenuhi
kriteria berikut:
Penting
Perbedaan tersebut memberikan manfaat yang sangat bernilai bagi cukup
banyak pembeli.
Khas
Perbedaan tersebut diberikan melalui cara yang khas.
Unggul
Perbedaan itu unggul dibandingkan cara-cara lain untuk memperoleh
manfaat tersebut.
Sulit dimasuki
Perbedaan itu tidak mudah ditiru oleh para pesaing.
Dapat dijangkau harganya
Pembeli mampu membayar perbedaan.
2.1.6 Klasifikasi Produk
Berdasarkan pendapat Tjiptono (2001, p98) Klasifikasi produk bisa dilakukan
atas berbagai macam sudut pandang.
10
1. Barang
Merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba/disentuh,
dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya.
Ditinjau dari aspek daya tahannya terdapat 2 (dua) macam barang,yaitu :
Barang Tidak Tahan Lama (Non Durable Goods)
adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau
beberapa kali pemakaian.
Barang Tahan Lama (Durable Goods),
Merupakan barang berwujud yang biasanya dapat bertahan lama dengan
banyak pemakaian.
2. Jasa
Merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
Sehingga jasa biasanya memerlukan lebih banyak pengendalian kualitas,
kredibiltas, pemasok dan kemampuan penyesuaian. Contoh lembaga pendidikan.
Berdasarkan pendapat Purnama (2001, p113-114) jenis produk menurut
penggunaannya adalah:
1. Barang Konsumsi
Merupakan barang yang dibeli untuk dipakai sendiri:
Penggolongan barang konsumsi adalah sebagai berikut:
a) Convenience Goods (barang kenyamanan)
Adalah barang-barang yang biasanya sering dibeli oleh konsumen,
dibutuhkan dalam waktu segera dan hanya memerlukan usaha yang
minimum.
Contohnya : Sabun, dan surat kabar.
b) Shopping Goods (barang belanjaan)
11
Adalah barang-barang yang karakteristiknya dibandingkan kesesuaian,
harga, dan gaya dalam proses pemilihan atau pembelian. Contohnya :
Hiasan dinding.
c) Specialty Goods (barang khusus)
Adalah barang-barang dengan karakteristik unik dan atau identifikasi
merek yang untuk sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia
melakukan
usaha khusus untuk membelinya.
Contohnya : Mobil.
d) Unsought Goods
Adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen, tetapi pada
umumnya belum terpikirkan untuk membelinya.
Contohnya : Asuransi jiwa.
2. Barang industri
Merupakan barang yang dibeli perorangan atau perorangan atau
organisasi dengan tujuan untuk dipergunakan dalam menjalankan suatu
bisnis.
Penggolongan barang industri adalah sebagai berikut :
a) Bahan baku dan suku cadang
Adalah barang-barang yang sepenuhnya masuk ke produk.
b) Barang Modal
Adalah barang-barang tahan lama yang memudahkan pengembangan
dan atau pengelolan akhir.
12
c) Perlengkapan jasa dan bisnis
Adalah barang dan jasa tidak tahan lama, yang membantu
pengembangan dan atau pengelolaan produk akhir.
2.1.7 Pengertian Merek
Berdasarkan pendapat Kotler (2002, p404) “Merek adalah nama, istilah,
tanda, simbol, atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari seseorang atau
kelompok, penjual, dan atau
membedakannya dari produk pesaing.
Berdasarkan pendapat Iman (2001, p19) “Merek merupakan tanda yang
berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi
dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan yang digunakan dalam
kegiatan perdagangan atau jasa.
Berdasarkan Ike (2005, p14) “ Merek adalah ide, kata, desain grafis, dan
suara atau bunyi yang mensimbolisasikan produk, jasa dan perusahaan yang
memproduksi produk dan jasa tersebut”.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa merek adalah
kombinasi dari nama, simbol, huruf, kata, gambar yang mengkomunikasikan tentang
manfaat dari suatu produk dan juga untuk membedakannya dengan produk lain
dalam kegiatan perdagangan atau jasa.
2.1.8 Tingkat Pengertian Merek
Berdasarkan pendapat Rangkuti (2002, p119), merek memiliki enam tingkat
pengertian yaitu:
13
1. Atribut
Merek mengingatkan pada atribut-atribut atau sifat-sifat tertentu.
2. Manfaat
Suatu merek lebih dari serangkaian atribut. Pelanggan tidak membeli
atribut, mereka membeli manfaat. Atribut diperlukan untuk
diterjemahkan menjadi manfaat fungsional.
3. Nilai
Merek juga menciptakan nilai bagi produsen.
4. Budaya
Merek juga mewakili budaya tertentu.
4. Kepribadian
Merek juga merancang kepribadian tertentu.
5. Pemakai
Merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau memakai produk
tersebut.
2.1.9 Peranan dan Kegunaan Merek
Berdasarkan pendapat Durianto, et.al (2001, p1) merek memegang peranan
penting, salah satunya adalah menjembatani harapan konsumen pada saat kita
menjanjikan sesuatu kepada konsumen. Dengan demikian dapat diketahui adanya
ikatan emosional yang tercipta antara konsumen dengan perusahaan penghasil
produk melalui merek. Kegunaan merek adalah:
Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen.
Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen.
Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh
14
konsumen.
Merek berkembang menjadi sumeber aset terbesar bagi perusahaan.
2.1.10 Manfaat Merek
Perusahaan harus memutuskan bagaimana suatu merek dapat
menerangkan sebuah nama merek pada produknya. Pemberian merek menjadi
sangat penting, sehingga jarang ditemukan barang yang tidak mempunyai merek.
Berdasarkan pendapat Rangkuti (2002, p139) manfaat pemberian nama merek
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat merek bagi perusahaan:
Nama merek memudahkan penjual untuk mengolah pesanan-pesanan dan
memperkecil timbulnya permasalahan.
Nama merek akan secara hukum melindungi penjualan dari pemalsuan ciir-
ciri produk, karena bila tidak, setiap pesaing akan meniru produk yang telah
berhasil dipasaran.
Merek memberikan peluang bagi penjual untuk mempertahankan kesetian
konsumen terhadap produknya, dimana kesetian konsumen akan melindungi
penjual dari persaingan.
2. Manfaat merek bagi distributor:
Memudahkan penanganan produk.
Mengidentifikasi pendistribusian produk.
Meminta produksi agar berada pada standar mutu tertentu.
3. Manfaat merek bagi konsumen :
Memudahkan untuk mengenali mutu.
15
Dengan adanya merek tertentu, konsumen dapat mengkaitkan status dan
prestasinya.
2.1.11 Kriteria Merek
Berdasarkan pendapat Rangkuti (2002, p142) kriteria merek yang baik
adalah:
1. Merek yang harus menggambarkan sesuatu mengenai manfaat produk.
Misalnya: Kosmetik Viva
2. Merek harus menggambarkan kualitas, kegiatan warna, dan sebagainya.
Misalnya: Sunkist
3. Merek yang mudah diucapkan, dikenali, dan diingat.
Misalnya: Aqua
4. Merek harus khas
Misalnya: Kodak
5. Tidak mengandung arti yang buruk bagi negara dan bahasa lain
Misalnya: Nova mengandung nama buruk bagi mobil untuk dijual di
negara-negara yang berbahasa Spanyol, karena artinya “Tidak dapat
bekerja”.
2.1.12 Citra merek (Brand Image)
Menurut pendapat Rangkuti (2002, p245), Citra merek (Brand Image) adalah
sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen”.
Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki
konsistensi terhadap citra merek (brand image) tersebut. Kesan-kesan yang terkait
dengan merek akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman
16
konsumen dalam mengkonsumsi suatu merek atau dengan semakin seringnya
penampakan merek tersebut dalam strategi komunikasinya. Suatu merek yang
telah mapan akan memiliki posisi yang menonjol dalam persaingan bila didukung
oleh asosiasi yang kuat. Asosiasi-asosiasi inilah yang merupakan bagian dari citra
merek yang pada akhirnya akan membentuk citra merek.
2.1.13 Asosiasi Merek (Brand Association)
Berdasarkan pendapat Durianto, et.al (2001, p69) asosiasi merek adalah
segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya
mengenai suatu merek. Berbagai asosiai merek yang saling berhubungan akan
menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image.
Berdasarkan pendapat Rangkuti (2002, p60) acuan asosiasi merek yang dapat
digunakan untuk mengukur citra merek, antara lain:
1. Atribut produk.
Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatau produk merupakan strategi
positioning yang paling sering digunakan. Mengembangkan asosiasi ini
efektif, karena jika atribut tersebut bermakna, asosiasi dapat secara
langsung diterjemahkan dalam alasan pembelian suatu merek. Misalnya :
kualitas produk yang baik.
2. Atribut tak berwujud
Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya presepsi
kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang mengikhtisarkan
serangkaian atribut yang objektif.
Misalnya : produk yang kuat dan tahan lama, produk berkesan profesional.
3. Manfaat bagi pelanggan
17
Karena sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi pelanggan,
maka biasanya terdapat hubungan antara keduanya. Contoh : BMW seri 7
sangat nyaman dan aman dikendarai (suatu karakteristik produk) dan
memberikan kepuasan mengemudi pada pelanggan (manfaat bagi
pelanggan)
4. Harga relatif
Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas produk ini, akan diawali
dengan penentuan posisi merek tersebut. Misalnya : harga mobil Toyota
Avanza terjangkau untuk masyarakat kelas menengah.
5. Aplikasi atau penggunaan
Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan
suatu pengunaan atau aplikasi tertentu. Misalnya : sepatu merek 126 dapat
digunakan pada acara resmi maupun tidak resmi.
6. Pengguna atau pelanggan
Pendekatan ini dengan mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah tipe
pengguna atau pelanggan dari produk tersebut. Contohnya : Sepeda Family
dikaitkan dengan pemakainya adalah anak-anak.
7. Selebritis
Mengkaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat
mentransfer asosiasi yang kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke merek
tersebut. Contohnya : Iklan sabun Lux yang dibintangi oleh Tamara
Blezynski.
8. Gaya hidup
Mengkaitkan suatu merek dengan suatu gaya hidup. Contohnya : Pewangi
tubuh Axe mencerminkan kepribadian yang maskulin, kuat, dan berani.
18
9. Kelas produk
Mengasosiasikan sebuah merek meurut kelas produknya Contohnya : BMW
seri 7 mencerminkan nilai berupa kelas produk kelas atas.
10. Para pesaing
Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan
mengungguli pesaing. Misalnya : perhiasan merek Frank and Co adalah solid
gold dibanding merek lain.
11. Negara/ wilayah geografis
Sebuah negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki hubungan
yang kuat dengan produk, bahan, dan kemampuan. Contohnya : Baterai
Alkaline adalah produk lokal yang sudah terbukti kemampuannya.
2.1.14 Fungsi Asosiasi Merek
Pada umumnya asosiasi merek (terutama yang membentuk brand image
nya) menjadi pijakan konsumen dalam keputusan pembelian dan loyalitasnya
pada merek tersebut.
Berdasarkan pendapat Durianto, et.al (2001, p69) berbagai fungsi asosiasi
tersebut adalah :
1. Help process/retrieve information (membantu proses penyusunan informasi).
2. Differentiate (membedakan)
Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang penting bagi upaya
pembedaan suatu merek dari merek lain.
3. Reason to buy (alasan pembelian)
Brand association membangkitkan berbagai atribut produk atau manfaat bagi
konsumen yang dapat memberikan alasan spesifik bagi konsumen untuk
19
membeli dan menggunakan merek tersebut.
4. Create positive attitude/ feelings (menciptakan sikap atau perasaan positif)
Beberapa asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif yang dapat
menciptakan perasaan positif atas dasar pengalaman mereka sebelumnya
serta pengubahan pengalaman tersebut menjadi sesuatu yang lain daripada
yang lain.
5. Bases for extentions (landasan untuk perluasan)
Suatu asosiasi yang dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan
dengan menciptakan rasa kesesuaian (sense of fit) antara merek dan sebuah
produk baru, atau dengan menghadirkan alasan untuk membeli produk
perluasan tersebut.
2.1.15 Loyalitas merek (Brand Loyalty)
Berdasarkan pendapat Rangkuti (2002, p60-61) “Pengertian loyalitas
merek adalah ukuran dari kesetian konsumen terhadap suatu merek”. Loyalitas
merek merupakan inti dari brand ekuity (ekuitas merek) yang menjadi gagasan
sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan satu ukuran keterkaitan
seorang pelanggan kepada sebuah merek. Apabila loyalitas merek (Brand Loyalty)
meningkat, maka serangan kelompok pesaing dapat dikurangi. Hal ini merupakan
suatu indikator dari ekuitas merek (Brand equity) yang berkaitan dengan
perolehan laba dimasa yang akan datang, karena loyalitas merek (Brand Loyalty)
secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan dimasa depan.
20
2.1.16 Tingkatan loyalitas merek
Menurut Durianto, et.al (2004, p19-20) ada beberapa tingkatan loyalitas
merek adalah:
Switcher / price buyer (pembeli yang berpindah-pindah)
Adalah tingkat loyalitas yang paling rendah. Semakin sering pembelian
konsumen berpindah dari suatu merek kemerek lain mengidentifikasi bahwa,
semua merek dianggap memadai. Dalam hal ini merek memegang peranan
yang kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling jelas dalam kategori
ini adalah mereka membeli suatu merek karena banyak konsumen lain
membeli merek tersebut karena harganya murah.
Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiaasan)
Adalah pembeli yang tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi
suatu merek produk. Tidak ada alasan yang kuat baginya untuk membeli
merek produk lain atau berpindah merek, terutama jika peralihan itu
membutuhkan usaha, biaya, atau pengorbanan lain. Jadi, ia membeli suatu
merek karena alasan kebiasaan.
Satisfied Buyer (pembeli yang puas dengan biaya perahlihan)
Adalah kategori pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi.
Namun mereka dapat saja berpindah-pindah dengan menggunakan
switching cost (biaya perahlihan), seperti waktu, biaya atau resiko yang
timbul akibat tindakan perahlihan merek tersebut. Untuk menarik minat
pembeli kategori ini, pesaing perlu mengatasi biaya perahlihan yang harus
ditanggung pembeli dengan menawarkan berbagai manfaat sebagai
kompensasi.
21
Likes the Brand (menyukai merek)
Adalah kategori pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut.
Rasa suka yang didasari oleh asosiasi yang berkaitan dengan simbol,
rangkaian, pengalaman menggunakan merek itu sebelumnya, atau persepsi
kualitas yang tinggi.
Commited buyer (pembeli yang berkomitmen)
Adalah kategori pembeli yang setia. Mereka mempunyai kebanggaan
menggunakan suatu merek. Merek tersebut bahkan menjadi sangat penting
baik dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi siapa sebenarnya
penggunannya. Ciri yang tampak pada kategori ini adalah tindakan pembeli
untuk merekomendasikan atau mempromosikan merek yang mereka
gunakan kepada orang lain.
2.1.17 Nilai loyalitas merek
Berdasarkan pendapat Durianto, et.al (2004,p21) loyalitas merek dapat
memberikan nilai kepada perusahaan:
Mengurangi biaya pemasaran
Biaya pemasaran untuk mempertahankan konsumen akan lebih murah
dibandingkan untuk mendapat konsumen baru.
Meningkatkan perdagangan
Kualitas yang kuat terhadap suatu merek akan meningkatkan perdagangan
dan memperkuat keyakinan perantara pemasaran.
Menarik konsumen baru
Perasaan puas dan suka terhadap suatu merek akan menimbulkan perasaan
yakin bagi calon konsumen untuk mengkonsumsi merek tersebut dan
22
biasanya akan merekomendasikan atau mempromosikan merek yang ia
pakai kepada orang lain, sehingga kemungkinan dapat menarik konsumen
baru.
Memberi waktu untuk merespon ancaman persaingan
Bila pesaing mengembangkan produk yang lebih unggul, konsumen yang
loyalkan memberikan waktu bagi perusahaan untuk merespons pesaing
dengan mempengaruhi produknya.
2.1.18 Fungsi Loyalitas Merek
Dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang benar, loyalitas merek dapat
menjadi aset strategis bagi perusahaan. Berikut adalah bebrapa potensi yang dapat
diberikan oleh brand loyalty kepada perusahaan :
1. Mengurangi biaya pemasaran (reduced marketing costs)
Dalam kaitannya dengan biaya pemasaran, akan lebih mudah
mempertahankan pelanggan dibandingkan dengan upaya untuk mendapatkan
pelanggan baru.
Jadi, biaya pemasaran akan mengecil jika loyalitas merek meningkat. Ciri yang
paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka yang membeli suatu
produk karena harganya murah.
2. Meningkatkan perdagangan (trade leverage)
Loyalitas yang kuat terdapat suatu merek akan menghasilkan peningkatan
perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara pemasaran.
Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan
atas kebiasaan merek selama ini.
3. Menarik minat pelanggan baru (attracting new customer)
23
Dengan banyaknya pelanggan suatu merek yang merasa puas dan suka pada
merek tersebut akan menimbulkan perasaan yakin bagi calon pelanggan untuk
mengkonsumsi merek tersebut terutama jika pembelian yang mereka lakukan
mengandung resiko tinggi. Disamping itu, pelanggan yang puas umumnya
merekomendasi merek tersebut kepada oarang yang dekat dengannya
sehinggan akan menarik pelanggan baru.
4. Memberi waktu untuk merespon ancaman pesaing (provide time to respond
to competitive threats).
Brand loyalty akan memberikan waktu pada sebuah perusahaan untuk
merespon gerakan pesaing. Jika salah satu pesaing mengembangkan produk
yang unggul, pelanggan yang loyal akan memberikan waktu pada perusahaan
tersebut untuk memperbaharui produknya dengan cara menyesuaikan atau
menetralisasikannya.
2.1.19 Ekuitas Merek
Berdasarkan pendapat Simamora (2002, p46-47) mengatakan bahwa
“Ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan merek pada produk. Sepanjang
memberikan nilai tambah, maka merek tersebut memiliki ekuitas. Kalau tidak
memberikan nilai tambah, apalagi justru mengurangi nilai produk, berarti tidak ada
ekuitas merek. Jadi, mereka melihat ekuitas merek sebagai nilai yang positif”.
Kotler dan Amstrong (2004, p292) mendefinisikan “Ekuitas merek adalah
pengaruh positif yang berbeda dari tanggapan konsumen terhadap produk atau
jasa dengan mengetahui nama merek”.
24
2.2.20 Perilaku Konsumen ( Consumen Behavior)
American Marketing Association mendefinisikan Perilaku konsumen
(consumen behavior) dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara pengaruh
dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek
pertukaran dalam hidup mereka. Ada tiga ide penting dalam perilaku konsumen
yaitu :
1. Perilaku konsumen adalah dinamis
Ini berarti bahwa seorang konsumen, grup konsumen, serta masyarakat luas
selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu
2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku
dan kejadian sekitar.
Ini berarti bahwa untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi
pemasaran yang tepat kita harus memahami apa yang mereka pikirkan (
kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku)
dan apa serta dimana ( kejadian sekitar) yang mempengaruhi serta
dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen
3. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran
Hal ini membuat definisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan definisi
pemasaran yang sejauh ini juga menekankan pertukaran. Disini peran
pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui
formulasi dan penerapan strategi pemasaran.
2.1.21 Elemen-elemen kekuatan persaingan
Berdasarkan pendapat Tjiptono (2001, p76) pada gambar 2.1 terdapat lima
elemen kekuatan persaingan Porter, yaitu:
25
1. Ancaman pendatang baru ( Threat of new entrant )
Pendatang baru ke suatu industri membawa masuk kapasitas baru sehingga
ada menurut perkiraan calon pendatang baru. Ada 6 sumber utama
hambatan masuk antara lain: skala ekonomis, differensiasi produk,
kebutuhan modal, hambatan biaya bukan karena skala, akses kesaluran
distribusi, dan kebijakan pemerintah.
2. Ancaman Barang Pengganti (Threat of substituation)
Dengan menetapkan batas harga yang tinggi, produk atau jasa substitusi
membatasi potensi suatu industri. Jika industri tidak mampu meningkatkan
kualitas produk atau mendiferensiasikannya, laba dan pertumbuhan industri
yang dapat terancam. Produk pengganti yang layak diperhatikan adalah
produk yang kualitasnya mampu menandingi kualitas produk industri atau
dihasilkan oleh industri yang menikmatilaba yang tinggi.
3. Daya tawar pemasok ( Bargaining power of supplier )
Pemasok dapat memanfaatkan kekuatan tawar menawarnya atas pasar
industri dengan menaikkan harga atau menurunkan kualitas harga dan jasa
yang dijualnya. Kekuatan masing-masing pemasok bergantung pada
sejumlah karakteristik situasi pasarnya dan pada tingkat kepentingan relatif
penjualan atau pembeliannya dalam industri tersebut dibandingkan dengan
kebutuhan bisnisnya.
Kelompok pemasok kuat jika :
a) Kelompok ini didominasi oleh sedikit perusahaan dan lebih terkonsentrasi
ketimbang industri tempat mereka menjual produk.
b) Produk pemasok bersifat unik atau setidak-tidaknya terdiferensasi, atau
jika terdapat biaya pengalihan.
26
c) Pemasok tidak bersaing dengan produk-produk lain dalam industri.
d) Pemasok memiliki kemampuan untuk melakukan intergrasi maju ke
industri pembelinya.
e) Industri bukan merupakan pelanggan penting bagi pemasok.
4. Daya tawar pembeli (Bargaining power of buyer)
Kalau pelanggan terkonsentrasi dalam jumlah besar atau membeli dalam
jumlah yang banyak, kekuatan menawarnya merupakan kekuatan utama
yang mempengaruhi intensitas dalam suatu industri. Pembeli atau pelanggan
dapat juga menekan harga, menuntut kualitas yang lebih tinggi atau layanan
lebih banyak, dan mengadu domba sesama anggota industri, yang semuanya
ini menurunkan laba industri.
Kelompok pembeli kuat jika :
a) Pembeli terkonsentrasi atau membeli dalam jumlah besar.
b) Produk yang dibeli dari industri bersifat standar atau terdiferensiasi.
c) Produk yang dibeli dari industri merupakan komponen penting dalam
produk.
d) Pembeli menerima laba yang rendah.
e) Produk industri tidak penting bagi kualitas produk atau jasa pembeli.
5. Persaingan antara perusahaan sejenis dalam industri (Rivalry among existing
firms )
Persaingan di kalangan anggota industri biasanya paling berpengaruh
di antara 5 kekuatan strategi yang dijalankan oleh salah satu perusahaan
dapat berhasil hanya sejauh industri itu menyediakan keunggulan bersaing
atas strategi yang dijalankan oleh perusahaan perusahaan pesaing
27
(Sumber: Tjiptono 2001)
Gambar 2.1 Lima Kekuatan Bersaing Porter
Ancaman Pendatang Baru
Persaingan di
kalangan industri
Persaingan diantara
perusahaan yang
sudah ada
Daya Tawar
Pembeli
Daya Tawar
Pemasok
Ancaman Produk substitusi
28
2.2 Metodologi Penelitian
2.2.1 Riset Deskriptif
Riset deskriptif adalah riset yang bertujuan untuk mendeskripsikan sesuatu, umumnya
karakteristik atau fungsi pasar bisa dikatakan bahwa riset deskriptif bertujuan untuk
melukiskan fakta, populasi, atau bidang tertentu secara sistematis. Dengan kata lain riset
deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan mengambarkan
keadaan subjek atau objek penelitian (orang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagai mana adanya. Sugiyono(2004,
pp4-13).
2.2.2 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang
akan digunakan dalam penelitian Menurut Sugiyono(2004, pp73-77) Teknik sampling pada
dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu probability dan non- probability sampling.
Probability sampling meliputi simple random , proportionate stratified random,
disproportionate, stratified random dan are random. Non- Probablity meliputi sampling
sistematis, sampling Quota, Sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan
snowball sampling.
2.2.3 Variabel Penelitian
Beberapa variiabel yang diteliti penulis adalah Variabel demografi, Variabel brand
association ( asosiasi merek), Variabel Brand Loyalty ( Tingkat Loyalitas Merek).
2.2.4 Metode Analisis Data
Selanjutnya merupakan pengolhan data yang akan diperoleh dengan cara uji validitas dan
reabilitas.
a.Uji Validitas dan Reabilitas
29
Instrumen yang valid berarti alat ukura yang digunakan untuk mendapatkan data
adalah valid. Dengan kata lain instrumen tersebut dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Instrumen yang realibel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang
sama. Sugiyono (2004, pp 109).
b.Uji Cochran
Tes Cochran digunakan untuk menghitung data variabel brand image yang
mencantumkan lebih dari dua asosiasi yang berhubungan dan masing-masing
asosiasi terpisah menjadi dua alternatif jawaban yaitu “ya” dan “tidak”.
c. Skala Likerts
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2004, p86).
Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti,
yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
sub-variabel. Kemudian sub-variabel dijabarkan menjadi komponen-komponen
yang dapat terukur. Komponenen-komponen yang telah terukur ini kemudian
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun jenis instrumen yang dapat berupa
pertanyaan atau pernyataan yang kemudian dijawab oleh responden.
Dalam menggunakan skala ini, responden diminta untuk memberikan
respon terhadap ketiga pertanyaan dengan memilih salah satu diantara lima pilihan
dengan skala interval. Pada skripsi ini skala likert digunakan dalam kuisioner
konsumen, dengan tujuan dapat ditemukan pendapat-pendapat dari pelanggan
secara lengkap dan terperinci.
30
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor,
misalnya:
1. Sangat setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5
2. Setuju/sering/positif diberi skor 4
3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3
4. Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2
5. Sangat tidak setuju/tidak pernah/sangat positif diberi skor 1
31
2.3 Kerangka Pemikiran
Loyalitas Merek B-29
Tingkat Loyalitas Merek
B-29
Indikator
• Switcher
• Habitual Buyer
• Likes The Brand
• Satisfied Buyer
• Committed Buyer
Perusahaan PT.Sinar Antjol
Analisis Citra Merek Dan Tingkat Loyalitas Merek B-29
Citra Merek B-29
Asosiasi Merek
B-29
Indikator
• Mudah didapat dan tersedia luas
• Harga Terjangkau
• Produk Lokal
• Tayangan Iklan yang menarik
• Tersedia dalam kemasasn kecil
• Kualitas prima dan berkelas