bab ii landasan teori dan hipotesis · web viewhakikat belajar belajar merupakan proses manusia...
TRANSCRIPT
BAB II
KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. KERANGKA TEORETIS
1. Hasil Belajar Kompetensi Kejuruan Pencelupan
a. Hakikat Pelajaran Pencelupan
Di dalam Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Pencelupan
terdapat sejumlah sifat yang membedakannya dengan mata pelajaran
lainnya. Hal ini berkaitan dengan beberapa kompetensi yang harus di-
kuasai siswa sebelumnya, sehingga siswa dapat menghasilkan produk
yang inovatif, laku untuk dijual dan tidak menimbulkan dampak
pencemaran lingkungan.
Hampir sebagian besar proses pencelupan bersifat abstrak,
misalnya : pencampuran/pencarian warna sesuai sampel pada kom-
petensi pencelupan bahan tekstil menggunakan bak celup, merupakan
sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera karena bersifat
abstrak. Maka penerapan bentuk tiruan sangat dibutuhkan untuk
menjembatani antara konsep yang abstrak dengan kenyataan konkrit
yang mirip dengannya supaya konsep tersebut dapat dipahami dengan
lebih mudah. Bentuk tiruan proses pencelupan yang dibuat oleh penulis
sebagai guru Kompetensi Kejuruan Pencelupan diberi nama :
”POT KRESTINAKU”.
8
9
b. Hakikat Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai
macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Kemampuan manusia
untuk belajar merupakan karakteristik yang membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya.
Menurut Abu Ahmadi (1991:133) “belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif permanen, terjadi dari hasil pengalaman”.
Sedangkan Clifford (1986:233) mengatakan: “Learning may be
defined as relatively permanent change in behavior that can be
explainedin terms of the result of experience or practice”. (Belajar
dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif
permanen yang dapat dijelaskan dalam istilah hasil dari suatu penga-
laman/latihan). Sehingga semakin banyak pengalaman seseorang
maka pengetahuan yang akan diperolehnya semakin luas.
Selain itu Gage dan Berliner (1992:252) mengatakan “Learning may
be defined as the process where by an organism changes its
behavior as a result of experience.”(Belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri
seseorang akibat/ hasil dari suatu pengalaman).
Dari ketiga pendapat di atas, pengertian belajar adalah perubah-
an tingkah laku karena suatu kegiatan untuk menguasai pengetahuan
permanen yang diajarkan oleh guru, pengalaman dari masyarakat, dan
interaksi dengan lingkungan berkat latihan dan pengalaman.
10
c. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Sudjana (2000) merupakan “suatu
kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah
melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang/dilaksanakan oleh guru
di sekolah dan kelas tertentu”.
Selain itu Sudjana (2000:39-40) mengemukakan bahwa:
“hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu : 1) faktor intern, dan 2) faktor ekstern. Faktor intern meliputi : motivasi belajar, minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran tersebut, sikap dan kebiasaan dalam belajar, ketekunan belajar, keadaan sosial ekonomi orang tua, faktor fisik dan faktor psikis siswa.Sedangkan faktor ekstern mencakup aspek kualitas pembelajaran yang meliputi faktor kemam-puan guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah”.
Hasil belajar dapat ditingkatkan dengan jalan mengaktifkan se-
mua aspek indera pada diri manusia. Menurut Wiriaatmadja, (1983:99)
“seseorang yang sedang belajar memperoleh hasil belajarnya sebagai
berikut : Melalui indera pengecap sebesar 1%, indera peraba sebesar
1,5%, indera penciuman sebesar 3,5%, indera pendengaran sebesar
11% dan indera penglihatan sebesar 83%”.
Dari ketiga pendapat di atas, ternyata untuk meningkatkan hasil
belajar, perlu mengaktifkan semua aspek indera pada diri manusia dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam individu
maupun faktor dari luar individu yang sengaja dirancang untuk
meningkatkan hasil belajar.
11
d. Hasil Belajar Kompetensi Pencelupan Bahan Tekstil Meng-
gunakan Bak Celup
Untuk mengetahui berhasil tidaknya proses pembelajaran dila-
kukan suatu penilaian hasil belajar dengan tujuan:
1) mengetahui pemahaman dan daya serap siswa terhadap
materi yang telah dipelajarinya
2) mengetahui nilai tes tertulis dan ketuntasan belajar Kompe-
tensi Pencelupan Bahan Tekstil Menggunakan Bak Celup
3) mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam meningkatkan ha-
sil belajar siswa
Penilaian hasil belajar ada 5 (lima) macam yaitu: tes tertulis, tes
lisan, tes unjuk kerja, tugas dan portofolio. Namun jenis penilaian hasil
belajar Kompetensi Pencelupan Bahan Tekstil Menggunakan Bak
Celup yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tes Tertulis.
2. Pemanfaatan Media “POT KRESTINAKU” dalam pembelajaran
Kompetensi Pencelupan Bahan Tekstil Menggunakan Bak Celup
a. Hakikat Pembelajaran
Menurut pendapat Degeng (1989:8)
“pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode/strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Istilah pembelajaran dipergunakan untuk menunjukkan konteks yang menekankan pada pola interaksi guru dan siswa atau interaksi antara kegiatan mengajar dan kegiatan belajar”.
12
Selain itu Suprayekti (2003:6-7) berpendapat : “Proses interaktif belajar mengajar (pembelajaran) melibatkan guru, siswa dan materi. Ketiga unsur ini terlibat secara langsung agar tujuan pembelajaran tercapai. Sedangkan unsur lain yang tidak kalah pentingnya adalah media, karena media berfungsi untuk mengontrol penyajian informasi secara lengkap”.
Dari kedua pendapat tersebut di atas pembelajaran memiliki
pengertian yang di dalamnya mencakup proses mengajar (yang berisi
serangkaian perbuatan guru untuk menciptakan situasi kelas), dan
proses belajar yang terjadi pada diri siswa (yang berisi perbuatan-
perbuatan siswa untuk menghasilkan perubahan sebagai akibat kegi-
atan belajar mengajar). .Belajar dan mengajar merupakan dua konsep
yang berbeda, keduanya terkait pada tujuan akhir yang sama yaitu
bagaimana supaya terjadi perubahan yang optimal pada diri siswa.
b. Pengertian Media
Menurut Sadiman (1984:6) “kata media berasal dari bahasa latin
dan merupakan bentuk dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar”.
Sedangkan menurut Dayton seperti diuraikan Aristo Rohadi
2003:8) “pengertian media meliputi alat bantu guru dalam mengajar
serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan
belajar (siswa) sehingga proses pembelajaran menjadi lebih jelas,
menarik, interaktif, efektif dan efisien serta dapat mengurangi pema-
haman yang abstrak pada diri siswa”
13
Menurut Duncan dalam uraian Sadiman dkk. (1984:20) “media
digolongkan menurut hirarki pemanfaatannya”.
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar
Dale mengadakan klasifikasi pengalaman belajar menurut tingkat dari
yang paling konkret ke yang paling abstrak, yang dikenal dengan
kerucut pengalaman (cone of experience) untuk memilih media apa
yang paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu. Kerucut penga-
laman E.Dale tersebut digambarkan seperti pada gambar 1 berikut :
Abstrak
Gambar 1. Kerucut Pengalaman E. Dale Konkret
Kerucut pengalaman E.Dale menjelaskan tingkat pengalaman
belajar mulai dari yang konkret sampai dengan yang abstrak yaitu: 1)
pengalaman langsung 2) observasi 3) partisipasi 4) demonstrasi 5)
wisata 6) TV 7) Film 8) Radio 9) Visual 10) simbol visual dan 11) verbal.
c. Pemanfaatan Media “POT KRESTINAKU” dalam pembelajaran
Pencelupan
Kedudukan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar ada
dalam komponen metodologi sebagai salah satu lingkungan belajar
yang diatur guru.
Menurut pendapat (Sudjana dan Ahmad Rivai 1989 : 1-2)
14
“media pembelajaran dapat meningkatkan proses belajar siswa dalampembelajaran yang dialaminya, dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar yang dicapainya dengan pertimbangan antara lain : pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar. Disamping itu bahan pembelajaran lebih mudah dikuasai, metode mengajar lebih variatif dan siswa lebih aktif”
Berdasarkan hasil pengamatan yang sangat lama akan kasus-
kasus pembelajaran Pencelupan, misalnya meniru corak warna
sampel, dilakukan tandingan warna dengan jalan pencampuran warna
yang dijelaskan dengan gambar lingkaran warna secara ceramah. Bagi
siswa hal tersebut abstrak dan verbal seperti terlihat di bawah ini :
M – merah H – hijau MA – merah abu-abu A – abu-abu
O – orange B – biru KA – kuning abu-abu
K – kuning V – ungu BA – biru abu-abu
15
Untuk memperjelas pemahaman siswa, tentang meniru corak warna
sampel berdasarkan tandingan warna dengan jalan pencampuran war-
na perlu dicari pemecahan masalahnya. Salah satu solusi bagi guru
adalah penggunaan media pembelajaran yang relevan, murah dan
mudah digunakan.
Salah satu media yang relevan, murah dan mudah digunakan
dalam proses pembelajaran Kompetensi Pencelupan Bahan Tekstil
Menggunakan Bak Celup, adalah : “POT KRESTINAKU”.
Media pembelajaran ini dibuat oleh seorang guru Kompetensi
Kejuruan Pencelupan di SMK Negeri 3 Pekalongan yang bertindak
sebagai peneliti pada Penelitian Tindakan Kelas ini.
Pada prinsipnya media pembelajaran “POT KRESTINAKU”
digunakan untuk memperjelas pemahaman tentang meniru corak
warna sampel. Untuk itu dilakukan tandingan warna dengan jalan
pencam-puran warna di “Pot Krestinaku” yang menggambarkan: ”
Pencampuran pewarna tekstil dengan perbandingan tertentu di dalam
bak celup, kemudian digunakan untuk mewarnai bahan tekstil putih,
sehingga didapatkan bahan tekstil yang beraneka warna”. Ciri khas
warna campuran tersebut sangat dipengaruhi oleh perbedaan
perbandingan warna dasar pewarna tekstil yang dicampurkan melalui
slang infus.
Pemanfaatan ”POT KRETINAKU” sebagai media pembelajaran
kompetensi Pencelupan Bahan Tekstil Menggunakan Bak Celup layak
16
untuk diteliti guna mengetahui apakah “POT KRESTINAKU” dapat
meningkatkan hasil belajar siswa Kelas X Pencelupan Semester I
Tahun 2008/2009 SMKNegeri 3 Pekalongan
Untuk memperjelas gambaran tentang “POT KRESTINAKU”
seperti terlihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Media Pembelajaran ”POT KRESTINAKU”
17
Keterangan Gambar 2 : Pot Krestinaku terdiri dari tempat pewarna
tekstil, slang infus, tempat pencelupan bahan tekstil dan penyangga
C. Kerangka Berpikir
Untuk memperjelas kondisi awal, kondisi setelah diberi tindakan
pada siklus I, dan kondisi setelah diberi tindakan pada siklus II,
terhadap peningkatan hasil belajar siswa, secara skematis dapat dilihat
pada halaman berikut:
Guru: Siswa: Belum meman Hasil belajar
KONDISI faatkan media pencelupanAWAL Pot Krestinaku bahan tekstil
dalam pembe menggunakan lajaran Pence bak celup lupan bahan te rendah kstil mengguna kan bak celup
SIKLUS I
Memanfaatkan Memanfaatkan media Pot Kres media secara tinaku dalam berkelompok TINDAKAN pembelajaran besar
Pencelupan bahan tekstil
menggunakan bak celup SIKLUS II Memanfaatkan Media secara berkelompok kecil Melalui peman faatan media Pot Krestinaku KONDISI dapat mening- AKHIR katkan hasil belajar pence- lupan bahan
18
tekstil menggu nakan bakcelup
Gambar 3. Skema kerangka berpikir D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir seperti telah
diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan Hipotesis Tindakan sebagai
berikut:
Melalui pemanfaatan media pembelajaran Pot Krestinaku dapat
meningkatkan hasil belajar pencelupan bahan tekstil menggunakan bak
celup bagi siswa Kelas X Pencelupan Semester I Tahun 2008/2009
SMK Negeri 3 Pekalongan