bab ii landasan teori - binus library 2... · 2019. 12. 3. · demimencapai target kpi yang telah...

26
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Maintenance Pemeliharaan atau Maintenance merupakan kegiatan yang di arahkan pada tujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem produksi sehingga dari sistem tersebut dapat menghasilkan output atau tujuan yang diinginkan yaitu proses produksi berjalan lancar. Pemeliharaan adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk menjaga sistem peralatan agar pekerjaan dapat sesuai dengan pesanan. Perawatan juga didefinisikan sebagai suatu aktifitas untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan perawatan dilakukan untuk merawat ataupun memperbaiki peralatan agar dapat melaksanakan kegiatan produksi dengan efektif dan efisien dengan hasil produk yang berkualitas (Heizer dan Render Prentice Hall, 2001), Sistem perawatan dapat dipandang sebagai bayangan dari sistem produksi, dimana apabila sistem produksi beroperasi dengan kapasitas yang sangat tinggi maka perawatan akan lebih intensif (V. Gasperz, 2004) Maintenance adalah adalah “semua tindakan yang diperlukan untuk memper- tahankan barang atau peralatan untuk kembali pada kondisi tertentu. Karena maintenance diperlukan maka maintenance penting bagi sebuah perusahaan un- tuk melakukan monitoring dan menjaga perlengkapan fasilitas kerja. Hal ini dil- akukan dengan mendesain, mengatur dan mengecek fungsi pada sebuah objek saat waktu kerja (uptime) dan meminimalisai pemberhentian kerja (downtime) yang disebabkan oleh kerusakan dengan itu peran maintenance dapat men- gontrol kondisi mesin agar saat operasi selalu bekerja dengan baik, meningkat- kan kapasitas dan meningkatkan kualitas produksi. (Balbir S, 2006: 2) Dari penjelasan tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan maintenance adalah kegiatan untuk mengembalikan keadaan suatu mesin atau equipment yang sedang bekerja kepada keadaan yang baik dan siap pakai, atau

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Pengertian Maintenance

    Pemeliharaan atau Maintenance merupakan kegiatan yang di arahkan pada

    tujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem produksi sehingga

    dari sistem tersebut dapat menghasilkan output atau tujuan yang diinginkan yaitu

    proses produksi berjalan lancar.

    Pemeliharaan adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk menjaga sistem

    peralatan agar pekerjaan dapat sesuai dengan pesanan. Perawatan juga

    didefinisikan sebagai suatu aktifitas untuk memelihara atau menjaga

    fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau

    penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi

    produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan. Dapat

    disimpulkan bahwa kegiatan perawatan dilakukan untuk merawat ataupun

    memperbaiki peralatan agar dapat melaksanakan kegiatan produksi dengan

    efektif dan efisien dengan hasil produk yang berkualitas (Heizer dan Render

    Prentice Hall, 2001),

    Sistem perawatan dapat dipandang sebagai bayangan dari sistem produksi,

    dimana apabila sistem produksi beroperasi dengan kapasitas yang sangat tinggi

    maka perawatan akan lebih intensif (V. Gasperz, 2004)

    Maintenance adalah adalah “semua tindakan yang diperlukan untuk memper-

    tahankan barang atau peralatan untuk kembali pada kondisi tertentu. Karena

    maintenance diperlukan maka maintenance penting bagi sebuah perusahaan un-

    tuk melakukan monitoring dan menjaga perlengkapan fasilitas kerja. Hal ini dil-

    akukan dengan mendesain, mengatur dan mengecek fungsi pada sebuah objek

    saat waktu kerja (uptime) dan meminimalisai pemberhentian kerja (downtime)

    yang disebabkan oleh kerusakan dengan itu peran maintenance dapat men-

    gontrol kondisi mesin agar saat operasi selalu bekerja dengan baik, meningkat-

    kan kapasitas dan meningkatkan kualitas produksi. (Balbir S, 2006: 2)

    Dari penjelasan tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan

    maintenance adalah kegiatan untuk mengembalikan keadaan suatu mesin atau

    equipment yang sedang bekerja kepada keadaan yang baik dan siap pakai, atau

  • 8

    dengan kata lain bahwa kegiatan Maintenance/Perawataan adalah kegiatan yang

    bertujuan untuk menjamin semua alat-alat yang dimiliki oleh perusahaan bekerja

    sesuai dengan spesifikasi yang telah di tentukan, dan juga bertujuan untuk

    mendeteksi jika terjadi indikasi perubahan perilaku dari alat-alat yang ada

    demimencapai target KPI yang telah ditentukan oleh perusahaan.

    2.2 Tujuan Maintenance

    Menurut Corder (1992) dalam Apri H. Iswanto (2008), tujuan pemeliharaan

    atau maintenance yang utama dapat didefinisikan dengan jelas sebagai berikut:

    a) Memperpanjang usia kegunaan aset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat

    kerja, bangunan, dan isinya).

    b) Menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi

    atau jasa dan mendapatkan laba investasi (return of investment) maksimum

    yang mungkin.

    c) Menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam

    kegiatan darurat setiap waktu, misalnya unit cadangan, unit pemadam keba-

    karan dan penyelamat, dan sebagainya.

    d) Menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

    Menurut Li Dawei dalam chinese journal aeronautics (2014:821) “with an

    objective to minimize the system expected life-cycle cost per unit time and a

    constraint on system survival probability for the duration of mission time”.

    “Dengan tujuan untuk meminimalkan biaya siklus hidup sistem yang diharapkan

    per unit waktu dan kendala pada probabilitas kelangsungan hidup sistem selama

    durasi waktu misi”

    Jadi selain memiliki tujuan penanganan terhadap kerusakan mesin, preventive

    maintenance memilki keunggulan dari faktor biaya yang dapat dimanajemen

    agar proses produksi tetap beroperasi. Perusahaan dapat berasumsi bahwa lebih

    menguntungkan melakukan preventive maintenance untuk jangka panjang sesuai

    target dibandingkan perusahaan membeli unit mesin baru yang tentu

    memerlukan dana besar.

  • 9

    2.3 Jenis-jenis Maintenance (Pemeliharaan)

    Terdapat 3 tipe tindakan utama pada maintenance, yaitu:

    2.3.1 Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan)

    Menurut Dhillon (1997) dalam Antonius Lukmandani dkk,

    manajemen perawatan dapat digunakan untuk membuat sebuah kebijakan

    mengenai aktivitas perawatan, dengan melibatkan aspek teknis dan

    pengendalian manajemen ke dalam sebuah program perawatan.

    Sedangkan menurut pendapat Ebelling (1997: 189) dalam Edi Santoso

    & Edwin Julianto C. Preventive maintenance adalah perawatan yang

    dilakukan terjadwal, umumnya secara periodik, dimana sejumlah tugas

    pemeliharaan seperti inspeksi, perbaikan, penggantian, pembersihan,

    pelumasan dan penyesuaian dilaksanakan.

    Preventive maintenance merupakan salah satu jenis perawatan yang

    banyak digunakan oleh kebanyakan perusahaan manufaktur dan jasa,

    metode ini bertujuan untuk mencegah kerusakan peralatan yang sifatnya

    mendadak. Pekerjaan perawatan biasanya dilakukan pada interval waktu

    yang direncanakan. Jarak interval ini ditentukan dari tingkat peralatan

    atau mesin dan kondisi beban. Pekerjaan perawatan preventif bisa

    menolong memperpanjang umur mesin (sampai 3-4 kali) dan mengurangi

    kerusakan yang tidak diharapkan.

    Perbaikan yang dilakukan pada interval waktu yang direncanakan

    pada preventive maintenance umumnya dikategorikan atas empat tingkat

    sesuai dengan volume pekerjaan yaitu:

    Inspeksi (I),

    Perbaikan Ringan (R),

    Perbaikan sedang (S) dan

    Overhaul (O).

    Beban pekerjaan perawatan bertambah mulai dari inspeksi hingga ke

    tingkat overhaul.

  • 10

    2.3.1.1 Keuntungan Dari Program Preventive Maintenance

    Dalam suatu program tentu harus dilihat baik manfaat maupun

    keuntungan dari kegiatan yang dilaksanakan. Berikut

    keuntungankeuntungan dari program perawatan untuk

    pencegahan menurut buku perawatan mesin oleh Sumantri

    (1989:84):

    1. Biaya perbaikan menjadi kecil

    2. Bentuk kegiatan yang lebih terarah

    3. Berkurangnya waktu berhenti produksi dari mesin

    4. Penyediaan suku cadang menjadi lebih teratur dan dalam

    jumlah yang sedikit

    5. Sedikit gangguan akibat adanya kerusakan tiba-tiba

    6. Tidak banyak membutuhkan peralatan atau mesin pengganti

    7. Sedikit waktu lembur 8. Keselamatan kerja lebih terjamin

    Preventive maintenance memerlukan perhatian yang khusus,

    tetapi ketika dijalankan dengan baik dan benar dapat

    menguntungkan dari segi biaya, baik dalam jangka waktu pendek

    maupun jangka waktu yang panjang.

    Jika ditemukan masih ada masalah atau kegagalan pada alat,

    masih cukup waktu dalam menangani atau memperbaiki masalah

    yang ada sebelum terjadi masalah yang lebih besar.

    Ketika kegiatan preventive maintenance tidak bisa dikerjakan

    berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan, maka akan ada resiko

    unplanned maintenance yang menyebabkan meningkatnya biaya

    yang akan dikeluarkan, dan hal ini juga akan menyebabkan

    tingginya biaya perbaikan dan juga resiko yang akan di hadapi

    oleh perusahaan yang diakibatkan meningkatnya resiko kerusakan

    pertahunnya.

  • 11

    Gambar 2.1 efek preventive maintenance

    (Harald Rødseth, Per Schjølberg, (2017)

    Penjelasan dari gambar, ketika preventive maintenance dilakukan

    dalam jadwal yang telah dijadwalkan, maka biaya yang dikeluarkan oleh

    perusahaan akan rendah, tetapi ketika terjadi backlog atau delay,

    konsekuensinya makin tinggi dan apabila terjadi masalah dengan suatu unit

    karena akan terjadi unplanned maintenance yang menimbulkan kerugian akan

    semakin besar dari segi biaya dan waktu

    Kelebihan utama dari Preventive maintenance adalah, perencanaan

    biaya yang lebih murah karena dapat mendeteksi permasalahan dari awal

    sebelum terjadinya gangguan yang fatal yang dapat menghemat dari segi

    biaya, waktu dan energy.

    2.3.2 Predictive Maintenance (Pemeliharaan Perkiraan)

    Predictive maintenance dilakukan secara berkala, tujuannya adalah

    untuk mengetahui kondisi mesin lebih dini, apakah mesin itu ada masalah

    atau tidak sehingga kita bisa memperkirakan kapan kita akan melakukan

    corrective maintenance. Seperti pengecekan vibrasi, pengecekan

    temperature, pengecekan kebocoran, pengecekan noise kebisingan yang

    kesemua aktifitas itu dilakukan untuk mengetahui atau memprediksi

    kondisi equipment itu sendiri.

    Predictive Maintenance adalah perawatan yang dilakukan untuk

    mengantisipasi kegagalan sebelum terjadi kerusakan total. Predictive

    Maintenance ini akan memprediksi kapan akan terjadinya kerusakan pada

    komponen tertentu pada mesin dengan cara melakukan analisa trend

  • 12

    perilaku mesin/peralatan kerja. Berbeda dengan Periodic maintenance

    yang dilakukan berdasarkan waktu (Time Based), Predictive Maintenance

    lebih menitikberatkan pada Kondisi Mesin (Condition Based).

    2.3.3 Corrective Maintenance (Pemeliharaan Perbaikan)

    Yaitu pemeliharaan yang terdiri dari tindakan mengembalikan kondisi

    system atau peralatan yang rusak atau gagal beroperasi kembali pada

    kondisi semula. Tindakan ini biasanya berupa perbaikan, penggantian

    spare parts dan biasanya dilakukan jika equipment atau mesin produksi

    mendadak rusak atau tidak beroperasi. Seperti pumping problem pada

    pompa, kebocoran pada mechanical seal atau dry gas seal, kebocoran pada

    gasket yang membutuhkan immediate action untuk mencegah environment

    issue.

    2.4 Tugas dan Kegiatan Maintenance

    Menurut Assauri (2004) dalam Apri H. Iswanto (2008), semua tugas dan

    kegiatan pemeliharaan dapat digolongkan kedalam salah satu dari lima tugas

    pokok, yaitu

    a. Inspeksi

    Kegiatan inspeksi meliputi kegiata pengecekan atau pemeriksaaan

    secara berkala (routine scheule check) bangunan dan peralatan pabrik sesuai

    dengan rencana serta kegiatan pengecekan atau pemeriksaan terhadap

    peralatan yang mengalami kerusakan dan membuat laporan hasil pengecekan

    dan pemeriksaaan tersebut. Hasil laporam inspeksi harus memuat keadaan

    peralatan yang diinspeksi, sebab terjadinya kerusakan (bila ada), usaha

    perbaikan yang telah dilakukan. Maksud dari kegiatan inspeksi ini adalah

    untuk mengetahui apakah pabrik selalu mempunyai peralatan atau fasilitas

    produksi yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi.

    b. Kegiatan teknik (enginnering),

    Kegiatan teknik meliputi kegiata percobaan perlatan yang baru dibeli,

    pengembangan perlatan atau komponen yang perlu diganti, serta melakukan

    penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut.

  • 13

    c. Kegiatan produksi (production),

    Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang

    sebenarnya, yaitu memperbaiki dan mereparasi mesin-mesin dan peralatan.

    Secara fisik, melaksanakan pekerjaan yang disarankan dalam kegiatan

    inspeksi dan teknik, melakukan service dan pelumasan.

    d. Kegiatan administrasi (clerical work)

    Pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan

    dengan administrasi kegiatan pemeliharaan yang menjamin adanya catatan-

    catatan mengenai kegiatan atau kejadian-kejadian yang penting dari bagian

    pemeliharaan.

    e. Pemeliharaan bangunan (house keeping).

    Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan untuk menjaga

    agar bangunan tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya

    2.5 Konsep Hubungan Waktu dalam Maintenance

    Menurut Jr. Parton (1995) dalam Edi Santoso dan Edwin Julianto ada beberapa

    istilah dalam maintenance yang sering digunakan. Keterangan istilah tersebut

    antara lain:

    a. Up Time Waktu (period of time)

    dimana mesin/ peralatan ada dalam kondisi baik yang dapat melakukan

    fungsi seperti seharusnya (melakukan fungsi dalam kondisi yang ditetapkan

    dan dengan maintenance yang ditetapkan pula).

    b. Downtime Mesin

    Downtime mesin adalah suatu kondisi dimana mesin/peralatan tidak dapat

    melakukan fungsinya. Downtime mesin dapat terhitung mulai dari

    berhentinya mesin/ peralatan sampai dengan berjalan kembali sesuai

    fungsinya setelah ada upaya perbaikan.

    c. Operating Time Waktu (period of time) dimana mesin melakukan fungsi

    seperti seharusnya.

    OPERATING TIME < UPTIME

    d. Standby Time Waktu (period of time)

    dimana mesin berada dalam kondisi untuk dapat berfungsi seperti seharusnya,

    tetapi mesin tidak dioperasikan. Up Time = Operating Time + Standby Time

  • 14

    e. Maintenance Time

    Waktu dimana kegiatan maintenance dilakukan termasuk delay-delay yang

    terjadi selama pelaksanaan kegiatan.

    f. Active Maintenance Time

    Bagian dari maintenance time, dimana kegiatan/ pekerjaan maintenance

    benar-benar dilakukan.

    g. Logistic Time

    Waktu dalam downtime, dimana kegiatan maintenance belum dapat dimulai

    karena alasan logistik.

    h. Administrative Time

    Waktu dalam downtime, dimana kegiatan maintenance belum dapat dimulai

    karena alasan administratif.

    i. Corrective Maintenance Time

    Waktu dalam aktif maintenance time, dimana dilakukan kegiatan corrective

    maintenance.

    j. Preventive Maintenance Time

    Waktu dalam aktif maintenance time, dimana dilakukan kegiatan preventive

    maintenance.

    2.6 Work Order Backlog

    Menurut Amstron, 2017 Backlog is a list of all work order that has

    been scheduled and will be eventually get done (Backlog adalah daftar dari

    semua work order yang telah dijadwalkan dan pada akhirnya akan selesai).

    Backlog diukur dalam satuan jam kerja akan tetapi lebih sering juga

    ditentukan dalam hitungan minggu, dihitung berdasarkan waktu yang

    diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jumlah tenaga kerja

    dan sumber daya lainnya yang direncanakan untuk menyelesaikan pekerjaan

    tersebut.

    Jadi yang dimaksud dengan work order backlog adalah sejumlah work

    order yang sudah dijadwalkan akan tetapi mengalami permasalahan atau

    penundaan dalam pelaksanaannya dikarenakan beberapa masalah internal

    perusahaan seperti kekurangan tenaga kerja, tidak tersedianya suku cadang,

  • 15

    priotisasi work order, ketidakcermatan perencanaan dan kurangnya

    komunikasi.

    Bahwa salah satu ukuran maintenance backlog adalah sebagai bagian

    dari KPI yang memberikan peringatan awal (early warning) bagi PLI (Profit

    Loss Indicator), Menurut Rodeth and Anderson,2013 bahwa maintenance

    backlog pada Preventive Maintenance adalah diketahui sebagai penyebab

    utama dalam PLI.

    Gambar 2.2 Efek Work Order backlog

    (Harald Rødseth, Per Schjølberg, (2017)

    2.7 Pemilihan Work Order Backlog

    Persentase penyelesaian menunjukkan kinerja work order. Work order yang

    tersisa setelah dikurangi dengan work order yang selesai disebut workorder

    backlog. Jenis work order backlog ini perlu dipisahkan, difilter untuk

    menghapus jenis work order yang tidak perlu atau tidak relevan, beberapa Work

    order yang dianggap tidak relevan perlu dipisahkan dari status sebagai work

    order backlog yaitu:

    1. Standing Work order.

    Jenis work order ini adalah work order yang dirilis permanen atau rutin dalam

    sistem baik bulanan, atau tahunan. Jenis work order ini biasanya untuk

    aktivitas rutin yang dihasilkan secara otomatis dalam sistem. Contoh-contoh

    dari work order ini adalah pekerjaan Penerangan jalan, pekerjaan elevator dll

    2. Draft Work order.

    Jenis work order ini masih dalam kondisi draft yang menunggu untuk

    dijadwalkan atau work order masih belum dirilis oleh perencana yang

    bersangkutan. Jenis work order ini tidak boleh dimasukkan dalam workorder

    backlog karena masih belum dirilis dan ditugaskan ke tim eksekusi.

  • 16

    3. Cancelled Work order.

    Jenis work order yang sudah dirilis dalam sistem tetapi karena alasan tertentu

    dibatalkan oleh Perencana. Jenis work order ini perlu dihapus dari work order

    backlog.

    4. Planning Work Order.

    Jenis work order yang dibuat oleh planner untuk beberapa kegiatan internal

    dalam seperti perencanaan perekrutan staf kontraktor baru, membuat work

    order untuk kontrak atau servis yang baru. Jenis work order ini tidak bisa

    dikategorikan sebagai work order backlog, karena tidak berpengaruh

    langsung terhadap kegiatan produksi.

    5. Outside Processing Work order.

    Jenis work order ini juga dibuat oleh Tim planner untuk mengatur jam kerja

    kontraktor atau biaya servise yang tidak terkait dengan peralatan produksi.

    Karenanya jenis work order ini perlu dihapus dari daftar work order backlog.

    6. Inspection Work Order

    Jenis work order ini dibuat dalam kegiatan team Inspeksi untuk beberapa

    jenis alat, seperti Vibration Survey pada alat yang berputar, Pengecekan

    Kadar suhu temperature, Tingkat kebisingan serta tingkat korosif dari alat.

    Jenis kegiatan ini sepenuhnya dibawah departemen integrity, sehingga tidak

    berpengerahu langsung kepihak operasi.

    2.8 Six Sima

    Metodologi Six Sigma pertama kali diperkenalkan oleh Motorola pada

    tahun 1987 oleh seorang Engineer yang bernama Bill Smith dan mendapat

    dukungan sepenuhnya oleh Bob Galvin sebagai CEO Motorola pada saat itu

    sebagai Strategi untuk memperbaiki dan meningkatkan proses serta

    pengendalian kualitas (Proses Improvement and Quality Control) di

    perusahaannya. Six Sigma mulai terkenal dan menjadi Populer di seluruh dunia

    setelah Jack Welch mempergunakannya sebagai Bisnis Strategi di General

    Electric (GE) pada tahun 1995. Secara umum, Six Sigma adalah metodologi

    yang dipergunakan untuk melakukan upaya perbaikan dan peningkatan proses

    yang berkesinambungan atau terus menerus/ Continuous Improvement

    (Manajemen kualitas, Budi Kho, 2017).

  • 17

    SIX SIGMA berasal dari kata SIX yang berarti enam (6) dan SIGMA yang

    merupakan satuan dari Standard Deviasi yang juga dilambangkan dengan

    simbol σ, Six Sigma juga sering di simbolkan menjadi 6σ. Makin tinggi Sigma-

    nya, semakin baik pula kualitasnya. Dengan kata lain, semakin tinggi Sigma-nya

    semakin rendah pula tingkat kecacatan atau kegagalannya. Seperti Tabel

    konversi Sigma dibawah ini.

    Tujuan methode six sigma adalah implementasi dari strategi berbasis

    perbaikan proses dan pengurangan variasi dengan menggunakan DMAIC.

    DMAIC yaitu penerapan dengan langkah-langkah mendefinisikan, mengukur,

    menganalisa, memperbaiki, dan mengontrol yang bertujuan untuk perbaikan

    proses, hal ini dapat dijelaskan pada gambar 2.3 berikut:

    Gambar 2.3 DMAIC information Flow (Aized, Tauseef, 2012)

    Didalam proses Define, team harus bekerja sama dengan stakeholder untuk

    menjelaskan secara jelas masalah yang dihadapai, lingkup kegiatan yang dilakukan,

    pembiayaan, penjadwalan dan batasan. Mehamai keinginan costumer (dari dalam &

    luar) adalah sesutu yang wajib dimiliki demi tercapainya tujuan. Team harus

    menentukan masalah dan proyek yang sering terjadi terhadap pelanggan yang bisa

    mempengaruhi strategi bisnis

    Dalam proses Measure/pengukuran team harus membuat proses VSM

    (Value Stream Mapping) dimana dalam proses ini akan mendapatkan arus informasi

    yang dibutuhkan. Kemudian berdasarkan data VSM team penguji mulai

  • 18

    mengumpulkan data yang relevan untuk dianalisa dan mengukur dengan keadaan

    proses yang sedang berlangsung untuk mencapai tujuan pengukuran. Hal yang paling

    penting dalam proses ini adalah mengidentifikasi dan validasi data secara akurat.

    Dalam proses Analisa, team diharuskan untuk mengumpulkan data dan

    menganalisa variabel dengan baik sebagai salah atu kunci tercapainya tujuan analisa,

    seperti apakah waktu yang diperlukan dalam kegiatan pekerjaan sekarang ini

    menambah manfaat atau tidak. Sistem VSM bisa digunakan untuk menganalisa

    semua masalah dan menghasilkan daftar potensial root causes dan menentukan

    kenapa proses tersebut tidak dilakukan seperti seharusnya. Metode yang mungkin

    dilakukan dalam proses ini seperti process flow chart, value stream mapping, cause-

    and effect diagram, Pareto analysis, histograms, control charts, and root cause

    analysis

    Dalam masa proses Improve, team diharuskan untuk mendesain dan

    melakukan experiments dalam skala yang kecil secara formal dalm proses

    mengidentifikasi dan evaluasi kreterian yang diinginkan secara optimal. Daftar solusi

    yang memungkin harus dibuat untuk mengurangi penyebab munculnya masalah.

    Tools atau metode yang disarankan meliputi brainstorming, cost-benefit analysis,

    priority metrics, failure mode and effect analysis, and process flow diagrams.

    Dalam proses yang terakhir yaitu proses Control, team harus membuat

    standar dalam mendokumentasikan proses yang baru untuk membantu mencapai

    peningkatan sesuai target yang diinginkan. Untuk memperthankan peningkatan

    dalam jangka panjang dan dalam memprediksikan peningkatan operasional dana

    finansial diharuskan dilakukan secara transparan kepada semua karyawan, alat atau

    sistem yang bisa digunakan meliputi statistical process control charts, flow

    diagrams, and Pareto charts.

    2.9 Uji Kecukupan, Kenormalan dan Keseragaman Data

    2.9.1 Uji Kecukupan Data

    Uji Kecukupan data ini dilakukan untuk memastikan bahwa data yang

    telah dikumpulkan dan disajikan dalam laporan adalah cukup untuk

    mewakili jumlah populasi yang kemudian dapat dilakukan langkah

    berikutnya berupa pengolahan data, sebuah data dapat dikatakan cukup

    dan representatif untuk diolah jika N>N’.

  • 19

    Idealnya pengukuran yang dilakukan harus dilakukan dalam jumlah

    banyak, bahkan sampai jumlah yang terhingga agar data hasil

    pengukuran layak untuk digunakan.

    Uji kecukupan data dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

    Dimana

    N = Jumlah Pengamatan aktual yang dilakukan

    N’= Jumlah pengamatan teoritis yang diperlukan

    Xi = Waktu Penyelesaian

    Bila nilai N (data aktual) lebih besar daripada N’ (data teoritis) maka

    pengumpulan data dinilai cukup dan sudah dapat mewakili populasi

    (Sutalaksana, Anggawisastra, & Tjakraatmadja, 1979)

    2.9.2 Uji Kenormalan Data

    Uji Kenormalan data dilakukan untuk mengetahui apakah data-data

    yang dikumpulkan telah mengikuti distribusi normal atau tidak. Langkah-

    langkah yang dilakukan dalam pengujian kenormalan data adalah dengan

    mengelompokkan data-data yang didapat kedalam data kelompok dengan

    cara:

    Range = data terbesar – data terkecil

    2.9.3 Uji Keseragaman Data

    Uji Keseragaman data dibutuhkan untuk mengatasi perubahan yang

    terus terjadi, dimana perubahan-perubahan yang terjadi tetap harus dalam

    batas kewajaran (Sutalaksana, Anggawisastra, & Tjakraatmadja, 1979)

    Catatan:

    Untuk ke tiga pengujian tersebut kami melakukan perhitungan dengan

    software MINITAB 18.

  • 20

    2.9.4 Analisa Penyebab Work Order Backlog

    Ishikawa diagrams atau dikenal juga sebagai Fishbone (Diagram

    tulang ikan) merupakan cause and effect diagram yang dibuat oleh Kaura

    Ishikawa (1968) yang memperlihatkan penyebab yang spesifik dari suatu

    masalah.

    Menurut Annabeth, 1992 Diagram sebab akibat adalah sebuah alat

    yang digunakan oleh organisasi untuk menganalisa penyebab dari suatu

    masalah yang spesifik, bukan hanya dari beberapa masalah tetapi juga

    hubungan antara masalah yang satu dengan yang lainnya.

    Dalam diagramnya, Ishikawa membagi bagian diagramnya menjadi 2,

    yaitu bagian masalah digambarkan sebagai tulang punggung ikan, dan

    penyebab masalah digambarkan sebagai tulang iga ikan yang

    dihubungkan ke bagian tulang punggung,

    Gambar 2.4 Ishikawa Diagram (Ferry Reon, 2011)

  • 21

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Pengertian Flowchart

    Flowchart adalah adalah suatu bagan dengan simbol-simbol tertentu yang

    menggambarkan urutan proses secara mendetail dan hubungan antara suatu proses

    (instruksi) dengan proses lainnya dalam suatu program (Rahmat arifianto,

    20/11/2014)

    Flowchart terbagi atas lima jenis, yaitu:

    1. Flowchart Sistem

    Flowchart Sistem merupakan bagan yang menunjukkan alur kerja atau apa yang

    sedang dikerjakan di dalam sistem secara keseluruhan dan menjelaskan urutan

    dari prosedur-prosedur yang ada di dalam sistem.

    2. Flowchart Dokumen

    Bagan alir dokumen (document flowchart) atau disebut juga bagan alir formulir

    (form flowchart) atau paperwork flowchart merupakan bagan alir yang menun-

    jukkan arus dari laporan dan formulir termasuk tembusan-tembusannya.

    3. Flowchart Skematik

    Bagan alir skematik (schematic flowchart) merupakan bagan alir yang mirip

    dengan bagan alir sistem, yaitu untuk menggambarkan prosedur di dalam sistem.

    Perbedaannya adalah, bagan alir skematik selain menggunakan simbol-simbol

    bagan alir sistem, juga menggunakan gambar-gambar komputer dan peralatan

    lainnya yang digunakan.

    4. Flowchart Program

    Bagan alir program (program flowchart) merupakan bagan yang menjelaskan

    secara rinci langkah-langkah dari proses program. Bagan alir program dibuat

    dari derivikasi bagan alir sistem.

    5. Flowchart Proses

    Flowchart Proses merupakan teknik penggambaran rekayasa industrial yang

    memecah dan menganalisis langkah-langkah selanjutnya dalam suatu prosedur

    atau sistem.

  • 22

    Dalam Tugas akhir ini kami menggunakan flowchart system seperti gambar 3.1

    sebagai berikut:

    Gambar 3.1 Flow Chart Metode penelitian

    Mulai

    Menentukan Topik Penelitian

    Mengidentifikasi masalah

    Perumusan masalah

    Menentukan Tujuan Dan Ruang Lingkup

    Menentukan Landasan Teori

    a. Maintenance Teori

    b. Work Order Backlog

    Pengumpulan Data:

    1. Interview dan observasi 2. Data work order backlog 3. Kecukupan Data 4. Keseragaman Data 5. Kenormalan Data

    Data Cukup,

    Seragam, dan

    normal? Pengolahan data

    1. Pengelompokkan data WOB.

    2. DMAIC

    Analisa Hasil

    Menetapkan Solusi dan rekomendasi

    Studi Pustaka

    Tidak

    Menentukan Metode Peneltian:

    1. Descriptive Quantitative 2. Questioner FMEA 3. Six Sigma

    Kesimpulan

    Selesai

    ya

  • 23

    3.2 Penjelasan Flow Chart Metode Penelitian

    3.2.1 Mulai

    Pada tahap ini kami mengidentifikasi masalah dengan menggunakan

    data work order backlog yang ada di dalam system SAP. Dimana

    workorder backlog ini belum terlaksana pengerjaannya dikarenakan

    banyak hal yang menyebabkannya tidak dilakukan seperti Lack of

    knowledge, Shorted man power, spare part issue dan lain sebaginya.

    Penulis memulai mengumpulkan data dan menyaringnya satu persatu.

    3.2.2 Studi Pustaka

    Pada tahap ini kami mempelajari teori dari jurnal dan data-data work

    order backlog yang disaring atau diextract dari sistem SAP yang ada di

    SSD LNG CO QATAR, mempelajari jurnal maintenance untuk

    penjelasan yang lebih mendalam untuk menentukan topik dan metode

    penelitian, mengidentifikasi masalam, merumuskan permasalahan,

    menentukan tujuan dan manfaat penelitian dan menyusun landasan teori.

    3.2.3 Menentukan Topik Penelitian

    Dari permasalahan yang ada yaitu work order backlog, maka kami

    menentukan topik penelitian dengan judul “Analisis Backlog Work Order

    Dan Pengaruhnya Terhadap Aktifitas Produksi Di SSD LNG CO

    QATAR”. Tentunya judul ini didapat setelah membaca daftar pustaka,

    jurnal dan work order backlog history di SSD LNG Co.

    3.2.4 Mengidentifikasi Masalah

    Masalah yang ada dalam laporan penelitian ini adalah banyaknya

    work order backlog di dalam system yang belum terealisasi

    pengerjaannya dan ini yang menyebabkan tidak tercapainya KPI di

    maintenance department dan juga sangat berpengaruh kepada aktivitas

    proses produksi seperti tidak bisa menaikkan load product menjadi 100%

    sehingga KPI di dalam proses produksi juga akan sulit dicapai.

  • 24

    3.2.5 Perumusan Masalah

    Seperti yang dijelaskan pada bab 1 dari masalah yang ada yaitu

    work order backlog di dalam system, maka kami sebagai penulis dan

    peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

    Berapa jumlah Work Order Backlog yang optimal sehingga tidak

    mengganggu proses produksi dan dapat memenuhi permintaan

    konsumen pada waktunya?

    Ada berapa jenis Work Order atau Work Order Backlog yang dik-

    erjakan pada Departemen Maintenance? Dan Berapa waktu standar

    yang diperlukan untuk menyelesaikan Work Order atau Work Or-

    der Backlog menurut jenisnya?

    Apa penyebab terjadinya Work Order Backlog? Dan Langkah-

    langkah apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi Work Order

    Backlog?

    3.2.6 Menentukan tujuan, manfaat dan Ruang lingkup Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Work Order

    Backlog di departemen Maintenance yang merupakan salah satu

    penyebab terganggunya proses produksi dan merumuskan solusi dan

    rekomendasi untuk mengoptimalkan dan menguranginya dengan solusi

    yang lebih baik. Selain tujuan tersebut ada beberapa tujuan yang sangat

    penting, yaitu:

    Untuk menganalisa berapa sebenarnya workorder backlog yang ada

    dalam setahun di department maintenance SSD LNG CO.

    Menganalisa Penyebab Tingginya Work Order backlog

    Memberikan solusi yang terbaik bagaimana menangani atau

    mengurangi masalah work order backlog tersebut.

    Sedangkan manfaat dari Penelitian seperti yang dijelaskan pada

    bab 1 adalah:

    Mempelajari dan mencari solusi terbaik untuk menurunkan jumlah

    work order backlog

    Memberikan informasi yang memadai kepada departemen

    Maintenance penyebab Menurunnya Performance KPI yang dicapai.

  • 25

    Mencapai tujuan maintenance yang tepat sesuai jadwal yang

    diberikan dan menghindari terjadinya unplanned shutdown pada alat

    dan mesin.

    Ruang lingkup yang dibahas dalam laporan kerja praktek ini

    digunakan agar penelitian dapat terarah dan fokus sehingga didapatkan

    hasil sesuai dengan yang diharapkan, dimana ruang lingkupnya adalah

    sebagai berikut:

    1. SSD LNG CO QATAR yang memproduksi Oil and Gas di depart-

    ment maintenance, rotating equipment and vibration analysis sec-

    tion.

    2. Object penelitian dilakukan pada banyaknya work order backlog

    yang terjadi di SSD LNG CO QATAR

    3. Data history Work Order Backlog

    Memberikan solusi terbaik untuk mengurangi atau menitiadakan

    work order backlog.

    3.2.7 Menentukan Landasan Teori

    Yang menjadi landasan teori dalam penyelesaian masalah work

    order backlog ini adalah penjelasan mengenai maintenance dan work

    order backlog itu sendiri yang besar pengaruhnya terhadap

    kelangsungan proses produksi, tentunya penulis merujuk kepada jurnal

    dan maintenance operation manual dan data work order backlog yang

    diambil dari data SAP.

    3.2.8 Menentukan metode penelitian.

    Metode penelitian dalam hal ini menggunakan Quantitative method

    dan Six Sigma methode karena data-data yang kami kumpulkan

    berdasarkan wawancara dan observasi di SSD LND CO QATAR untuk

    penyelesaian work order backlog.

  • 26

    3.2.8.1 Descriptive Quantitative method

    Adalah suatu metode penelitian yang bersifat induktif,

    objektif dan ilmiah di mana data yang di peroleh berupa angka-

    angka (score, nilai) atau pernyataan-pernyataan yang di nilai,

    dan dianalisis dengan analisis statistik. Penelitian Kuantitatif

    biasanya di gunakan untuk membuktikan dan menolak suatu

    teori. Karena penelitian ini biasanya bertolak dari suatu teori

    yang kemudian di teliti, di hasilkan data, kemudian di bahas dan

    diambil kesimpulan

    Dalam hal ini, penulis meneliti, mengobservasi dan mengambil

    data dari SAP, dimana kemudian data tersebut dipisahkan untuk

    mendapatkan berapa sebenarnya jumlah work order backlog

    yang terjadi di perusahaan.

    Dalam pelaksanaan wawancara dengan end user (responden),

    pembobotan data kami menggunakan Metode FMEA

    FMEA merupakan metode yang dapat digunakan untuk

    menganalisis resiko kegagalan. Metode ini dapat menentukan

    peringkat resiko yang direpresentasikan dengan nilai RPN (Risk

    Priority Number). Nilai RPN diperoleh dari perkalian tiga

    indikator yaitu S (severity), O (occurrence), dan D (detection).

    Untuk mengidentifikasi penyebab work order backlog tertinggi

    pada setiap department, maka dilakukan analisis dengan

    menggunakan metode FMEA. Rumus perhitungan risk priority

    number (RPN) yaitu sebagai berikut.

    RPN = S x O x D

    Dimana

    RPN = Risk Priority Number

    S = Severity dengan Range 1 sampai 5

    O = Occurance dengan Range 1 sampai 5

    D = Detection dengan Range 1 sampai 5

  • 27

    Tingkat Keparahan (Severity) adalah penilaian terhadap

    keseriusan dari efek yang ditimbulkan.

    Skalanya adalah sebagai berikut:

    Tabel 3.1 Skala Keparahan (Severity)

    Skala Dampak Kerusakan Yang Terjadi

    1 Tidak ada efek terhadap keberlangsungan Produksi.

    2 Pekerjaan Tertunda Kualitas hasil kurang.

    3 Pekerjaan tertunda Menimbulkan kerusakan.

    4 Unit Operasi pabrik terhenti.

    5 Produksi Berhenti secara total.

    Tingkat Kejadian (Occurance) adalah kemungkinan penyebab

    tersebut akan terjadi dan menghasilkan bentuk tertundanya

    pekerjaan selama masa proses berlangsung.

    Skalanya bisa dilihat pada table 3.2 sebagai berikut:

    Tabel 3.2 Skala Tingkat Kejadian (Occurance)

    Skala Occurence Keterangan

    1 Jarang terjadi (rare) Hanya dapat terjadi pada

    keadaan tertentu.

    2 Kecil kemungkinan

    terjadi (unlikely)

    Mungkin terjadi

    sewaktu-waktu.

    3 Mungkin dapat terjadi Dapat terjadi sewaktu-

    waktu.

    4 Mungkin dapat terjadi Sangat mungkin terjadi

    pada semua keadaan.

    5 Hampir pasti akan

    terjadi (almost certain)

    Terjadi hampir pada

    semua keadaan.

  • 28

    Metode Deteksi (Nilai detection) diasosiasikan dengan

    pengendalian saat ini. Detection adalah pengukuran terhadap

    kemampuan mengendalikan / mengontrol kerusakan yang dapat

    terjadi.

    Skalanya bias dilihat dalam table 3.3 sebagai berikut:

    Tabel 3.3 Skala Deteksi

    Berdasarkan skala yang kita buat dan kita jadikan reference,

    kemudian kami lakukan simulasi untuk meminta tanggapan dari

    10 responden yang berbeda mengenai 6 masalah kategori.

    Dimana setiap kategori memiliki nilai masing-masing S

    (severity), O (Occurance) dan D (Detection). Dan kemudian

    diambil nilai rata-rata dari kesepuluh responden tersebut.

    3.2.8.2 Six sigma method

    Dalam pemecahan suatu masalah, six sigma menyediakan

    metodologi yang dikenal dengan DMAIC. Define adalah

    memvalidasi masalah, Measure adalah mengukur masalah

    tersebut, analyze mencari sumber atau akar permasalahan,

    Improve menentukan, memprioritaskan, dan mengimplementasi

    solusi dari tiap masalah yang sudah tervalidasi, Control adalah

    menjaga agar solusi yang sudah diterapkan tetap berjalan agar

    permasalahan tidak muncul kembali.

    Skala Keterangan

    1 Sangat mudah

    2 Mudah

    3 Sedang

    4 Sulit

    5 Sangat sulit

  • 29

    3.2.9 Pengumpulan Data

    Interview dan observasi

    Data yang dikumpulkan terdiri dari 2 data yaitu data primer dan data

    sekunder. Untuk data primer didapatkan dari system SAP yaitu dengan

    melakukan penyaringan work order backlog yang ada di system.

    Berdasarkan data penyaringan didapatkan bahwa work order backlog

    selalu naik jumlahnya setiap tahun. Sedangkan data sekunder adalah data

    yang didapatkan dari observasi dan tanya jawab kepada beberapa orang

    dalam beberapa department khususnya department maintenance.

    Pengumpulan data dengan cara wawancara terhadap beberapa karyawan di

    SSD LNG CO Qatar baik dari department maintenance maupun pihak

    operation. Wawancara dilakukan di SSD LNG CO, dengan empat

    responden dari departemen yang berbeda.

    Data Work order backlog

    Data work order backlog adalah data didapatkan dengan menyaring eluruh

    work order yang ada di sistem SAP, data ini merupakan data primer yang

    akan digunakan dalam penelitian.

    Kecukupan Data

    Berdasarkan Target KPI (Key Performance Indicator) setiap tahunnya

    bahwa semua work order dalam masa satu tahun harus terlaksana atau dik-

    erjakan 100% dan jika tidak terlaksana atau tidak dikerjakan ataupun di-

    tunda pengerjaannya maka KPI tidak akan mungkin tercapai. Data work

    order backlog yang dijinkan tidak boleh lebih dari 10% dari total work or-

    der yang ada. Berdasarkan data yang didapatkan dan diexctract dari sistem

    SAP work order backlog mencapai lebih dari 10% setiap tahunnya sehing-

    ga untuk mencapai KPI sangatlah sulit.

    Keseragaman dan kenormalan data

    a. Dalam menentukan kenormalan data, data yang diambil adalah jumlah

    work order backlog tiap bulan selama 3 tahun, dengan cara mem-

    isahkan jumlah work order backlog tiap bulan kemudian diolah

    menggunakan software minitab

    b. Dalam hal menguji keseragaman data, kami mnggunakan 2 variable

    yaitu jumlah work order backlog tiap bulan selama 3 tahun yang

  • 30

    memiliki priority 2 (urgen) dan work order backlog priority 3 (Medi-

    um), kemudian dibuat tabel masing-masing jenis priority work order

    dan dengan menggunakan software minitab.

    3.2.10 Pengolahan Data

    Pengelompokan data work order backlog

    Total work order backlog sampai dengan tahun 2018 ini telah

    mencapai 7837dari total work order yang direlease yaitu 48647 work

    orders dan ini bukan jumlah yang kecil yang perlu penyelesaian lebih

    cepat agar work order tersebut bisa terealisasi pengerjaannya dan

    work ordernya bisa di tutup.

    Defind, Measure, Analysis, Improve and Control (DMAIC)

    DMAIC yaitu penerapan dengan langkah-langkah mendefinisikan,

    mengukur, menganalisa, memperbaiki, dan mengontrol yang

    bertujuan untuk proses perbaikan.

    3.2.11 Analisis work order backlog

    Setelah data work order backlog didapatkan dan interview

    dilaksanakan maka penulis mulai menganalisis mengapa banyak sekali

    work order backlog terjadi. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa secara

    general work order backlog disebabkan karena masalah internal di

    department maintenance perusahaan itu sendiri seperti kekurangan tenaga

    kerja akibat dari cost optimization yang terjadi, tidak tersedianya suku

    cadang, tidak adanya priotisasi work order, ketidakcermatan perencanaan

    dan kurangnya komunikasi.

    3.2.12 Menentukan solusi permasalahan dan rekomendasi

    Solusi yang penulis lakukan untuk menghindari work order backlog

    atau agar meminimalisir jumlah work order backlog adalah dengan cara

    mengimplementasikan six sigma yaitu DMIC (Define, Measure, Analys,

    Improve and and Control). Sedangkan rekomendasi untuk mengurangi

  • 31

    work order backlog adalah dengan cara quick wind solution, medium

    term solution dan long term solution.

    3.2.13 Membuat kesimpulan

    Setelah menentukan solusi permasalahan serta rekomendasi tersebut,

    maka diambil kesimpulan bahwa permasalahan work order backlog yang

    mempengaruhi kinerja beberapa mesin dan berakibat terganggunya

    kegiatan produksi disebabkan oleh:

    a. Kekurangan Tenaga Kerja,

    b. Suku cadang tidak tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan,

    c. Kurangnya keterampilan staf kontraktor,

    d. Pengawas pelaksanaan tidak menyelesaikan pekerjaan dalam sistem ,

    e. Tidak ada urutan kerja yang diprioritaskan,

    f. Kurangnya komunikasi,

    g. Kurangnya Perencanaan.

  • 32