bab ii landasan teori a. uang elektronik (e-money)eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4662/3/bab...
TRANSCRIPT
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Uang Elektronik (E-Money)
1. Pengertian Uang Elektronik (E-Money)
Uang elektronik menurut Peraturan Bank Indonesia
No.20/6/PBI/2018 tentang uang elektronik adalah instrumen pembayaran
yang memenuhi unsur sebagai berikut:
a. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu
kepada penerbit.
b. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media server
atau chip.
c. Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan
merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang yang mengatur mengenai perbankan.
Menurut Rivai (2001) uang elektronik adalah alat bayar elektronik
yang diperoleh dengan menyetorkan terlebih dahulu sejumlah uang
kepada penerbit, baik secara langsung, maupun melalui agen-agen
penerbit, atau dengan pendebitan rekening di bank, dan nilai uang
tersebut dimasukan menjadi nilai uang dalam media uang elektronik,
yang dinyatakan dalam satuan Rupiah, yang digunakan untuk melakukan
transaksi pembayaran dengan cara mengurangi secara langsung nilai
uang pada media uang elektronik tersebut. Sedangkan menurut Hidayati
15
(2006:4) pengertian uang elektronik (e-money) mengacu pada definisi
yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement mendefinisikan
uang elektronik sebagai “stored value or prepaid products in which a
record of the funds or value available to a consumer is stored on an
electronic device in the consumer’s possession” (produk stored-
value atau prepaid dimana sejumlah uang disimpan dalam suatu media
elektronis yang dimiliki seseorang).
2. Karakteristik Uang Elektronik (E-Money)
Menurut Bank Indonesia (2006), secara umum fitur e-money
memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:
a. Nilai uang telah tercatat dalam instrumen e-money, atau sering
disebut dengan stored value, yang akan berkurang pada saat
konsumen menggunakan untuk melakukan transaksi pembayaran.
b. Dana yang tercatat dalam e-money sepenuhnya berada dalam
penguasaan konsumen.
c. Pada saat transaksi, perpindahan dana dalam bentuk electronic value
dari e-money milik konsumen kepada terminal merchant dapat
dilakukan secara offline. Dalam hal ini verifikasi cukup dilakukan
pada level merchant (point of sale), tanpa harus online ke komputer
penerbit.
16
3. Jenis-jenis Uang Elektronik (E-Money)
Menurut Peraturan Bank Indonesia PBI No. 16/8/PBI/2014 tentang
uang elektronik menjelaskan bahwa berdasarkan pencatatan data identitas
pemegang uang elektronik dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu
uang elektronik yang data identitas pemegangnya terdaftar dan tercatat
pada penerbit (registered) dan uang elektronik yang data identitas
pemegangnya tidak terdaftar dan tidak tercatat pada penerbit
(unregistered).
Tabel 2.1
Fasilitas Uang Elektronik registered dan unregistered
Registered Unregistered
Registrasi Pemegang, Pengisian Ulang (top up),
Pengisisan Ulang (top up), Pembayaran transaksi,
Pembayaran transaksi, Pembayaran tagihan,
Pembayaran tagihan, Fasilitas lain berdasarkan persetujuan
Bank Indonesia.
Transfer dana,
Tarik Tunai,
Fasilitas lain berdasarkan persetujuan
Bank Indonesia.
Sumber: Peraturan Bank Indonesia No.16/8/PBI/2014
Menurut peraturan Bank Indonesia No16/8/PBI/2014, berdasarkan
tempat penyimpanan nilai dana uang elektronik, maka juga terbagi 2
(dua) jenis yaitu:
a. Uang elektronik berbasis kartu atau chip
Dimana nilai dana uang elektronik dicatat pada media elektronik
yang dikelola oleh penerbit juga dicatat pada media elektronik yang
dikelola oleh pemegang. Sistem pencatatan seperti ini terjadi pada
17
uang elektronik berbasis kartu atau chip dan memungkinkan
transaksi dilakukan secara offline.
b. Uang elektronik berbasis server
Dimana nilai dana pemegang tersimpan pada database penerbit
dan dalam melakukan transaksi akan membutuhkan media berupa
gadget pengguna untuk mengirim nomor sandi dan nilai transaksi
yang dibutuhkan dan menerima nomor token untuk melakukan
transaksi. Sistem pencatatan seperti ini terjadi pada uang elektronik
berbasis server dan hanya dapat dilakukan secara online.
Gambar 2.1
Produk - Produk Uang Elektronik
Sumber: Bank Indonesia
18
4. Jenis-jenis Transaksi Pada Uang Elektronik
Menurut Bank Indonesia (2006), jenis-jenis transaksi dengan
menggunakan uang elektronik (e-money) secara umum, antara lain:
a. Penerbitan (issuance) dan pengisian ulang (top up)
Pengisian nilai uang kedalam media uang elektronik dapat
dilakukan terlebih dahulu oleh penerbit sebelum dijual kepada
pemegang. Untuk selanjutnya pemegang uang elektronik bisa
melakukan pengisian ulang (top up) yang dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain melalui penyetoran uang tunai, pendebitan
uang dari rekening bank, atau melalui terminal-terminal pengisian
ulang yang telah dilengkapi peralatan khusus oleh penerbit.
b. Transaksi Pembayaran
Transaksi pembayaran menggunakan uang elektronik (e-money)
pada prinsipnya dilakukan penukaran nilai uang dalam bentuk data
elektronik dengan barang antara pemegang uang elektronik dan
pedagang menggunakan protocol yang telah ditetapkan.
1) Transfer
Transfer dalam transaksi uang elektroni adalah fasilitas
pengiriman nilai uang antar pemegang uang elektronik melalui
terminal-terminal yang telah dilengkapi dengan peralatan
khusus.
19
2) Tarik Tunai
Tarik tunai adalah fasilitas penarikan uang tunai atas nilai
uang elektroni yang tercatat pada media e-money yang dimiliki
pemegang, yang dapat dilakukan setiap saat oleh pemegang
uang elektronik.
3) Refund atau Redeem
Refund atau redeem adalah penukaran kembali nilai uang
elektronik kepada penerbit, baik yang dilakukan oleh pemegang
pada saat nilai uang elektronik tidak terpakai atau masih tersisa
pada saat pemegang mengakhiri penggunaan uang elektronik
atau masa berlaku telah berakhir, maupun yang dilakukan oleh
pedagang pada saat penukaran nilai uang elektonik yang
diperoleh dari pemegang atas transaksi jual beli barang.
Tabel 2.2
Perbedaan Uang Elektronik dengan Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu (APMK) Lainnya
Sumber: Siti Hidayati, dkk (2006)
Uang Elektronik APMK Lainnya
Nilai yang tercatat tersimpan
dalam instrument media
elektronik
tidak ada pencatatan nilai uang
pada instrument kartu
dana sepenuhnya berada
dalam kekuasaan pemegang
Dana sepenuhnya berada
dalam penguasaan bank
Transaksi pembayaran
dilakukan secara offline
kepada penerbit
Transaksi pembayaran
dilakukan secara online kepada
penerbit
20
5. Pihak-pihak Dalam Penyelenggaraan Uang Elektronik
Menurut Peraturan Bank Indonesia No.20/6/PBI/2018, beberapa
pihak yang terkait dengan penyelenggaraan uang elektronik sebagai
berikut:
a. Penerbit adalah pihak yang menerbitkan Uang Elektronik.
b. Pengguna adalah pihak yang menggunakan Uang Elektronik.
c. Acquirer adalah pihak yang melakukan kerja sama dengan penyedia
barang atau jasa sehingga mampu memproses transaksi Uang
Elektronik yang diterbitkan oleh pihak selain acquirer yang
bersangkutan dan bertanggung jawab atas penyelesaian pembayaran
kepada penyedia barang atau jasa.
d. Prinsipal adalah pihak yang bertanggung jawab atas penerusan data
transaksi Uang Elektronik melalui jaringan, pelaksanaan perhitungan
hak dan kewajiban, penyelesaian pembayaran dan penetapan
mekanisme dan prosedur bisnis, antar anggotanya yang berperan
sebagai Penerbit dan/atau Acquirer dalam transaksi Uang Elektronik.
e. Penyelenggara Switching adalah pihak yang menyelenggarakan
kegiatan penyediaan infrastruktur yang berfungsi sebagai pusat atau
penghubung penerusan data transaksi pembayaran dengan
menggunakan Uang Elektronik.
f. Penyelenggara Kliring adalah pihak yang melakukan perhitungan
hak dan kewajiban keuangan masingmasing Penerbit dan/atau
Acquirer setelah pelaksanaan transaksi Uang Elektronik.
21
g. Penyelenggara Penyelesaian Akhir adalah pihak yang melakukan
dan bertanggung jawab terhadap penyelesaian akhir atas hak dan
kewajiban keuangan masing-masing Penerbit dan/atau Acquirer
berdasarkan hasil perhitungan dari Penyelenggara Kliring.
h. Penyedia Barang atau Jasa (merchant) adalah pihak yang menjual
barang atau jasa yang menerima pembayaran dari Pengguna.
i. Penyelenggara Penunjang adalah penyelenggara penunjang
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai penyelenggaraan pemrosesan transaksi
pembayaran.
B. Technology Acceptance Model (TAM)
Technology Acceptance Model (TAM) diadopsi dan dikembangkan dari
model The Theory of Reasoned Action (TRA), yaitu teori tindakan yang
beralasan yang di kembangkan oleh Fishbein dan Azjen (1975), dengan satu
premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan
menentukan sikap dan perilaku orang tersebut (Adhiputera, 2015). Dalam
penelitian Santoso (2013) menambahkan, TAM merupakan perbaikan dari
model TRA (Theory of Reasoned Action), TAM mengadopsi komponen tetap
dari model TRA umumnya dan menerapkannya komponen-komponen
tersebut sebagai domain khusus dari teknologi komputer dan yang lainnya
untuk teknologi informasi. Namun yang membedakan keduanya (TRA dan
TAM) adalah penempatan faktor-faktor sikap dari TRA, di mana TAM
22
memperkenalkan dua variabel kunci, yaitu perceived ease of use dan
perceived usefulness, yang memiliki relevancy pusat untuk memprediksikan
sikap penerimaan pengguna terhadap teknologi.
Menurut Adhiputera (2015), dijelaskan bahwa Technology Acceptance
Model (TAM) yang dikembangkan oleh Davis (1989) menjelasksan tentang
dua konsep utama yang dipercaya dalam penerimaan pengguna (ucer
acceptance) yaitu persepsi kemudahan (perceived ease of use) yaitu tingkat
kepercayaan seseorang bahwa penggunaan teknologi informasi akan mudah
dan tidak membutuhkan usaha yang keras dan persepsi kemanfaatan
(perceived usefulness) yaitu tingkat kepercayaan seseorang bahwa pengguna
sistem informasi menigkatkan kinerja dalam pekerjaanya. Pengguna
teknologi akan memiliki persepsi positif terhadap teknologi yang disediakan.
Persepsi negatif akan muncul sebagai dampak dari penggunaan teknologi
tersebut sehingga model TAM dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan upaya-upaya yang diperlukan untuk mendorong kemauan untuk
menggunakan teknologi (Ahmad dan Pambudi, 2014).
Jogiyanto (2007) dalam penelitian Ahmad dan Pambudi (2014)
menjelaskan mengenai kelebihan yang dimiliki oleh Technology Acceptance
Model (TAM) adalah:
1. Tecnology Acceptance Model (TAM) merupakan model perilaku
(behavior) yang bermanfaat untuk menjawab pertanyaan mengapa
banyak sistem teknologi informasi yang gagal diterapkan karena
pemakainya tidak memiliki minat (intention) untuk menggunakanya.
23
2. Tecnology Acceptance Model (TAM) dibangun dengan teori yang sangat
kuat.
3. Tecnology Acceptance Model (TAM) telah diuji oleh banyak penelitian
dan hasilnya sebagian besar mendukung dan menyimpulkan bahwa
Tecnology Acceptance Model (TAM) merupakan model yang baik.
4. Tecnology Acceptance Model (TAM) merupakan model yang persimoni
(parsimonius) yaitu model yang sederhana namun valid.
C. Daya Tarik Promosi
1. Pengertian Promosi
Menurut Hasan (2009:10), promosi adalah fungsi pemasaran yang
fokus untuk mengkomunikasikan program-program pemasaran secara
persuasive kepada target pelanggan-calon pelanggan (audience) untuk
mendorong terciptanya transaksi pertukaran antara perusahaan dan
audience. Sedangkan menurut Buchari Alma (2011), promosi adalah
sebagai komunikasi yang memberi informasi kepada calon konsumen
mengenai suatu produk, yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen untuk mendorong mereka untuk membeli. Promosi merupakan
sebuah strategi pemasaran yang dilakukan oleh bank kepada nasabah
untuk menjelaskan produk-produk bank sehingga nasabah mendapatkan
informasi yang jelas mengenai produk yang ditawarkan dan nasabah akan
dapat memilih produk yang sesuai. (lupiyoadi, 2013).
24
2. Tujuan Promosi
Menurut Tjiptono (2002:221), tujuan utama dari promosi adalah
menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan
pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasaran. Secara rinci
ketiga tujuan promosi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Menginformasikan (informing), dapat berupa:
1) Menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru.
2) Memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk.
3) Menyampaikan perubahan harga kepada pasar.
4) Menjelaskan cara kerja suatu produk.
5) Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan.
6) Meluruskan kesan yang keliru.
7) Mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli.
8) Membangun citra perusahaan.
b. Membujuk pelanggan sasaran (persuading) untuk:
1) Membentuk pilihan merk.
2) Mengalihkan pilihan ke merk tertentu.
3) Mengubah persepsi pelanggan terhadeap atribut pokok.
4) Mendorong pembeli untuk belanja saat itu juga.
5) Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga
(salesman).
25
c. Mengingatkan (reminding), dapat terdiri atas:
1) Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan
dibutuhkan dalam waktu dekat.
2) Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk
perusahaan.
3) Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan.
4) Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk
perusahaan.
3. Fungsi Promosi
Menurut Tjiptono (2002), adapun fungsi dari promosi yaitu:
a. Mencari dan mendapatkan perhatian dari calon pembeli. Perhatian
calon pembeli harus diperoleh, karena merupakan titik awal proses
pengambilan keputusan di dalam membeli suatu barang dan jasa.
b. Menciptakan dan menumbuhkan keinginan pada diri calon
pembeli. Perhatian yang sudah diberikan oleh seseorang mungkin
akan dilanjutkan pada tahap berikutnya atau mungkin berhenti.
Yang dimaksudkan dengan tahap berikutnya ini adalah timbulnya
rasa tertarik dan rasa tertarik ini yang akan menjadi fungsi utama
promosi.
c. Pengembangan rasa ingin tahu (desire) calon pembeli untuk
memiliki barang yang ditawarkan. Hal ini merupakan kelanjutan
dari tahap sebelumnya. Setelah seseorang tertarik pada sesuatu,
26
maka timbul rasa ingin memilikinya. Bagi calon pembeli merasa
mampu (dalam hal harga, cara pemakaiannya, dan sebagainya),
maka rasa ingin memilikinya semakin besar dan diikuti oleh suatu
keputusan untuk membeli.
4. Jenis-jenis Promosi
Jenis-jenis promosi menurut Kotler & Keller (2012), jenis-jenis
promosi terdiri dari lima perangkat utama, yaitu:
a. Periklanan
Pengertian periklanan menurut Kotler (2005), merupakan semua
penyajian non personal, promosi ide-ide, promosi produk atau jasa
yang dilakukan sponsor tertentu yang dibayar. Keuntungan dari
periklanan adalah iklan bisa menjangkau pembeli yang tersebar secara
geografis pada biaya rendah, dan iklan memungkinkan penjual
mengulangi pesan berkali-kali. Adapun kerugiannya ialah iklan tidak
bersifat personal dan tidak membujuk orang secara langsung seperti
wiraniaga perusahaan. Iklan hanya dapat melakukan komunikasi satu
arah dengan pemirsa, dan pemirsa tidak merasa bahwa ia harus
memperhatikan atau merespon iklan tersebut. Media periklanan yang
digunakan contohnya seperti iklan cetak, siaran, brosur, internet, serta
simbol dan logo.
27
b. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Menurut Kotler (2005:264), keuntungan dari promosi penjualan
adalah promosi penjualan dapat menarik perhatian konsumen,
menawarkan insetif kuat untuk membeli, dan bisa digunakan untuk
mendramatisasi penawaran produk. Sedangkan kekurangan dari
promosi penjualan yaitu biaya yang dikeluarkan lebih besar
dibandingkan iklan dan promosi penjualan berumur pendek. Berbagai
insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau
membeli suatu produk atau jasa, seperti pemberian kupon atau hadiah
lainnya. Media promosi penjualan tersebut berupa kontes, permainan,
hadiah, pameran, dan pemberian kupon. Promosi penjualan
didefinisikan sebagai sesuatu kegiatan promosi selain periklanan,
personal selling dan publisitas yang dapat mendorong pembelian oleh
konsumen dan yang dapat meningkatkan efektifitas para penyalur
dengan mengadakan pameran, display, ekshibisi, peragaan atau
demonstrasi dan berbagai kegiatan penjualan lainnya (Assauri, 2002).
Gambar 2.2
Promosi Bank BCA Menggunakan Sakuku
Sumber: BCA, 2018
28
Contoh promo penjualan dapat dilihat pada gambar 2.2 seperti
pemberian promo menarik pada saat adanya festival makanan.
c. Hubungan Masyarakat (Public Relations)
Menurut Kotler (2005:264), berbagai program untuk
mempromosikan dan melindungi citra perusahaan atau produk
individualnya. Keuntungan dari publisitas adalah dapat menjangkau
banyak calon pelanggan yang menghindari wiraniaga dan iklan, pesan
sampai kepada pembeli sebagai berita bukan sebagai komunikasi
penjualan. Sedangkan Kerugiannya adalah pemasar cenderung jarang
menggunakan hubungan masyarakat atau menggunakannya sebagai
pemikiran selanjutnya. Media yang digunakan yaitu berupa seminar,
sponsor, majalah perusahaan, dan peringatan peristiwa tertentu.
d. Penjualan Perorangan (Personal Selling)
Menurut Kotler (2005), interaksi langsung dengan calon pembeli
lebih untuk melakukan suatu presentasi, menjawab langsung dan
menerima pesanan, misalnya dengan melakukan kunjungan ke
sekolah-sekolah. Keuntungannya yaitu penjual melibatkan interaksi
pribadi antara dua orang atau lebih sehingga masing-masing orang
dapat mengetahui kebutuhan dan karakteristik orang lain serta
membuat penilaian yang cepat. Adapun kerugiannya yaitu wiraniaga
memerlukan komitmen jangka yang lebih panjang dari pada iklan dan
juga merupakan sarana promosi perusahaan yang paling mahal.
29
Medianya berupa mengadakan presentasi atau pertemuan penjualan
diberbagai tempat seperti kantor atau komunitas tertentu.
e. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)
Menurut Kotler (2005), pemasaran langsung didapat dari
penggunaan surat, telepon, faksimile, e-mail dan alat penghubung
non-personal lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau
mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon
pelanggan. Media promosi yang digunakan mencakup surat langsung
maupun pemasaran melalui telepon (telemarketing). Pemasaran
langsung mencakup berbagai aktivitas termasuk pengelolaan database
(database management), penjualan langsung (direct selling),
telemarketing dan iklan tanggapan langsung kepada pelanggan dan
calon pelanggan atau melalui internet, media cetak, dan media penyiar
(Morissan, 2010).
D. Persepsi Kemudahan (Percieved Ease of Use)
Kata kemudahan merupakan kata sifat yang memilki kata dasar mudah.
Mudah sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tidak
memerlukan banyak tenaga maupun pikiran dalam mengerjakan sesuatu.
Sedangkan kemudahan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
memiliki arti sesuatu yang dapat mempermudah dan memperlancar usaha.
Menurut Jogiyanto (2007), kemudahan penggunaan (ease of use)
30
didefinisikan sebagai suatu derajat dimana seseorang percaya bahwa dengan
menggunakan sebuah teknologi akan membuat orang bebas dari upaya.
Kemudahan ini akan berdampak pada perilaku, yaitu semakin tinggi
persepsi seseorang tentang kemudahan menggunakan sistem, maka semakin
tinggi pula tingkat pemanfaatan teknologi informasi (Amijaya, 2010).
Persepsi mengenai kemudahan menggunakan ini merujuk pada keyakinan
individu bahwa sistem teknologi informasi yang akan digunakan tidak
merepotkan atau tidak membutuhkan usaha yang besar saat digunakan
(Rahmatsyah, 2011). Seperti yang diungkapkan Davis dalam Jogiyanto,
(2007:115), jika seseorang merasa atau meyakini bahwa sistem teknologi
informasi mudah digunakan maka akan menggunakannya. Sebaliknya,
apabila seseorang merasa atau percaya bahwa sistem teknologi informasi
tidak mudah digunakan, tidak bisa menggunakannya.
E. Persepsi Kemanfaatan (Percieved Usefulness)
Kata kemanfaatan merupakan kata sifat yang memilki kata dasar
manfaat. Manfaat sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
memiliki arti guna atau faedah. Sedangkan kemanfaatan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti hal bermanfaat atau kegunaan.
Adamson dan Shine (2003) dalam Irmadani dan Mahendra Adhi Nugroho
(2011), mendefinisikan persepsi kemanfaatan sebagai konstruk kepercayaan
seseorang bahwa penggunaan sebuah teknologi tertentu akan mampu
meningkatkan kinerja mereka.
31
Sedangkan Wibowo (2006), menjelaskan bahwa kemanfaatan sebagai
suatu ukuran yang mana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan
mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya. Kemanfaatan juga
mempengaruhi kemudahan, tapi tidak sebaliknya. Pemakai sistem akan
menggunakan sistem jika bermanfaat, baik sistem itu mudah digunakan atau
tidak mudah digunakan (Jogiyanto, 2007).
Alat pembayaran uang elektronik memberikan manfaat kepada
perekonomian menurut Warjiyo (2006), antara lain:
1. Tingkat kepuasan konsumen yang semakin bertambah dengan
berkurangnya biaya transaksi.
2. Adanya sumber pendapatan bagi penyedia jasa pembayaran non tunai.
3. Peningkatan kecepatan transaksi, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat
kesejahteraan.
F. Minat Penggunaan Uang Elektronik (E-Money)
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:132) minat adalah
kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan
aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Sedangkan menurut Winkel
(1984) minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk
merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam bidang itu. Adanya suatu ketertarikan yang sifatnya
tetap di dalam diri subjek atau seseorang yang sedang mengalaminya atas
32
suatu bidang atau hal tertentu dan adanya rasa senang terhadap bidang atau
hal tersebut, sehingga seseorang mendalaminya,secara sederhana minat
(interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin, 2011: 152).
Menurut Ferdinand dalam Dwityanti (2008:21), minat dapat
diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut :
1. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli
produk.
2. Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan
produk kepada orang lain.
3. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang
yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut.
4. Minat eksploratif, ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu
mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari
informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.
G. Tinjauan Pustaka
Untuk mengadakan penelitian, tidak terlepas dari penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan tujuan untuk memperkuat hasil dari
penelitian yang sedang dilakukan, selain itu juga bertujuan untuk
membandingkan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Berikut
ringkasan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti selama
melakukan penelitian:
33
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Tahun Judul Hasil Sumber
1 Arista Ika
Adiyanti
2015 Pengaruh
Pendapatan,
Manfaat,
Kemudahan
Penggunaan,
Daya Tarik
Promosi dan
Kepercayaan
Terhadap Minat
Menggunakan
Layanan E-
Money
Hasil analisis
menunjukkan bahwa
pendapatan, manfaat,
kemudahan penggunaan,
daya Tarik promosi dan
kepercayaan berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap minat
menggunakan E-Money.
http://jim
feb.ub.ac
.id
2 Inas
Rafidah dan
Djawoto
2017 Analisis
Keamanan,
Kemudahan dan
Kepercayaan
Terhadap
Keputusan
Pembelian
Online di
Lazada
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pengaruh keamanan dan
keercayaan terhadap
keputusan pembelian
secara online adalah
berpengaruh positif dan
signifikan, sedangkan
kemudahan berpengaruh
positif namun tidak
signifikan terhadap
keputusan pembelian
secara online.
https://ej
ournal.sti
esia.ac.id
34
No Peneliti Tahun Judul Hasil Sumber
3 Andrean
Septa
Yogananda
dan I Made
Bayu
Dirgantara
2017 Pengaruh
Persepsi
Manfaat,
Persepsi
Kemudahan
Penggunaan,
Kepercayaan
dan Persepsi
Resiko
Terhadap Minat
Untuk
Menggunakan
Instrumen Uang
Elektronik
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
persepsi manfaat,
persepsi kemudahan
penggunaan dan
kepercayaan berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap minat untuk
menggunakan instrumen
uang elektronik,
sedangkan variabel
persepsi risiko
berpengaruh negatif
namun tidak signifikan
terhadap minat untuk
menggunakan instrumen
uang elektronik.
https://ej
ournal3.u
ndip.ac.i
d/index.p
hp/djom/
article/vi
ew/1794
7
4 Indrawan
Firdauzi
2017 Pengaruh
Kemampuan
Finansial,
Kemudahan, dan
Perilaku
Konsumen
Terhadap Minat
Penggunaan
Uang Elektronik
Di Kota
Yogyakarta
Menurut analisis
menunjukkan bahwa
kemampuan finansial,
kemudahan, dan perilaku
konsumen berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap minat
penggunaan uang
elektronik.
http://jou
rnal.stud
ent.uny.a
c.id/ojs/i
ndex.php
/ekonomi
/article/v
iew/6076
Sumber: Diolah Dari Berbagai Sumber, 2018
35
H. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011) hipotesis adalah dugaan sementara atau
jawaban sementara dan masih harus dibuktikan kebenarannya. Sedangkan
menurut Ghozali (2016), pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan
menghasilkan suatu keputusan, yaitu keputusan menerima atau menolak
hipotesis itu. Dalam pengujian hipotesis keputusan yang dibuat mengandung
ketidakpastian, artinya keputusan bias benar atau salah, sehingga
menimbulkan resiko. Besar kecilnya resiko dinyatakan dalam bentuk
probabilitas. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui hubungan dan
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan
menggunakan analisis regresi.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Hubungan Daya Tarik Promosi Terhadap Minat Penggunaan Uang
Elektronik
Menurut Kotler (2006) bahwa aktivitas promosi merupakan usaha
pemasaran yang memberikan berbagai upaya intensif jangka pendek
untuk mendorong keinginan konsumen untuk mencoba atau membeli
suatu produk atau jasa. Beberapa studi menunjukkan bahwa kontek iklan
dapat mempengaruhi persepsi pemirsa terhadap iklan, sehingga iklan itu
menjadi efektif (Coulter, 1998). Berdasarkan hasil landasan teori maka
hipotesis yang diajukan adalah:
36
H01 : Daya tarik promosi tidak berpengaruh signifikan terhadap
minat penggunaan uang elektronik.
Ha1 : Daya tarik promosi berpengaruh signifikan terhadap minat
penggunaan uang elektronik.
2. Hubungan Persepsi Kemudahan Terhadap Minat Penggunaan Uang
Elektronik
Jogiyanto (2009) menyatakan persepsi kemudahan penggunaan
didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa
menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha. Dari definisinya
maka dapat diketahui bahwa persepsi kemudahan merupakan suatu
kepercayaan tentang proses pengambilan keputusan. Jika seseorang
merasa percaya bahwa sistem informasi mudah digunakan maka dia akan
menggunakannya. Berdasarkan landasan teori maka hipotesis yang
diajukan adalah:
H02 : Persepsi kemudahan tidak berpengaruh signifikan terhadap
minat penggunaan uang elektronik.
Ha2 : Persepsi kemudahan berpengaruh signifikan terhadap minat
penggunaan uang elektronik.
3. Hubungan Persepsi Kemanfaatan Terhadap Minat Penggunaan Uang
Elektronik
Menurut Rahadi (2007), manfaat didefinisikan sebagai suatu tingkat
kepercayaan seseorang bahwa penggunaan suatu subyek tertentu akan
dapat bermanfaat untuk meningkatkan prestasi kerja orang tersebut.
37
Manfaat terhadap minat menggunakan kartu kredit menekankan pada
anggapan tentang manfaat yang akan diterima dalam penggunaan
teknologi informasi tersebut. Davis (1989) membuktikan bahwa manfaat
mempunyai hubungan yang kuat dan konsisten dengan penerimaan
teknologi informasi dibandingkan dengan variabel lain. Berdasarkan
landasan teori maka hipotesis yang diajukan adalah:
H03 : Persepsi kemanfaatan tidak berpengaruh signifikan terhadap
minat penggunaan uang elektronik.
Ha3 : Persepsi kemanfaatan berpengaruh signifikan terhadap minat
penggunaan uang elektronik.
I. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori dan tinjauan pustaka maka dapat disusun
kerangka pemikiran penelitian yang disajikan dalam gambar berikut ini:
Gambar 2.3
Bagan Kerangka Pemikiran
H1
H2
H3
Dari gambar 2.3, bagan kerangka pemikiran yang disajikan diatas
menunjukkan variabel independen yaitu, daya Tarik promosi (X1), persepsi
Daya Tarik Promosi (X1)
Persepsi Kemudahan (x2)
Persepsi Kemanfaatan (X3)
Minat Penggunaan
Uang Elektronik (Y)