bab ii landasan teori a. semangat kerja 1. definisi...
TRANSCRIPT
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Semangat Kerja
1. Definisi Semangat Kerja
Semangat kerja didefinisikan berbeda oleh beberapa ahli. Menurut
Nitisemito (1982), semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat,
sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih
baik. Sementara Anoraga (1993) menyebutkan bahwa semangat kerja adalah
melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga pekerjaan cepat selesai dan lebih
baik serta biaya perunit dapat diperkecil. Definisi semangat kerja juga
dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya Saifudin Azwar (2002), menurut
Saifudin Azwar semangat kerja merupakan suatu gambaran perasaan yang
berhubungan dengan tabiat / jiwa semangat kelompok, kegembiraan/ kegiatan,
untuk kelompok-kelompok pekerja yang menunjukkan iklim dan suasana pekerja.
Selanjutnya Malayu SP. Hasibuan (2004) mengemukakan bahwa semangat kerja
adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan
baik serta berdisiplin untuk mencapai produktivitas yang maksimal. Selain itu,
Haddock dalam Ngambi (2011) juga mendefinisikan semangat kerja sebagai
suatu konsep yang yang mengacu pada seberapa positif perasaan kelompok
terhadap organisasi. Selanjutnya, Seroka dalam Ngambi (2011) juga
mendefinisikan semangat kerja sebagai kepercayaan atau keoptimisan individu
Universitas Sumatera Utara
13
atau kelompok terhadap organisasi yang akan mempengaruhi kedisiplinan dan
kesediaan individu dalam kegiatan organisasi.
Dari beberapa pengertian semangat kerja di atas dapat disimpulkan bahwa
semangat kerja adalah gambaran perasaan, keinginan atau kesungguhan
individu/kelompok terhadap organisasi yang akan mempengaruhi kedisiplinan dan
kesediaan individu dalam kegiatan organisasi untuk mengerjakan tugas dengan
lebih baik dan lebih cepat.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Semangat Kerja
Banyak faktor – faktor yang mempengaruhi semangat kerja yang
diungkapkan oleh para ahli. Salah satunya adalah Nitisemito . Menurut Nitisemito
dalam Tohardi (2002 ), faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja adalah :
a. Gaji yang cukup
Setiap perusahaan seharusnya dapat memberikan gaji yang cukup kepada
pegawainya. Pengertian cukup disini relatif, artinya mampu dibayarkan
tanpa menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
b. Memperhatikan kebutuhan rohani
Selain kebutuhan materi yang berwujud gaji yang cukup, para karyawan
membutuhkan kebutuhan rohani. Kebutuhan rohani adalah menyediakan
tempat ibadah, menghormati kepercayaan orang lain.
c. Perlu menciptakan suasana santai
Suasana rutin sering kali menimbulkan kebosanan dan ketegangan bagi
para karyawan. Untuk menghindari hal tersebut, maka perusahaan perlu
Universitas Sumatera Utara
14
sekali-kali menciptakan suasana santai seperti rekreasi bersama-sama,
mengadakan pertandingan olahraga antar karyawan dan lainnya.
d. Tempatkan karyawan pada posisi yang tepat
Setiap perusahaan harus mampu menempatkan karyawannya pada posisi
yang tepat, artinya menempatkan mereka pada posisi yang sesuai dengan
keterampilan mereka. Ketidaktepatan dalam penempatan karyawan bisa
membuat karyawan tidak bisa maksimal dalam menyelesaikan tugasnya.
e. Perasaaan aman dan masa depan
Semangat kerja akan terpupuk apabila para karyawan mempunyai
perasaan aman terhadap masa depan profesi mereka, kestabilan perusahaan
biasanya modal yang dapat diandalkan untuk menjamin rasa aman bagi.
f. Fasilitas yang memadai
Fasilitas yang memadai untuk karyawan hendaknya perlu disediakan oleh
setiap perusahaan . Hal tersebut akan menimbulkan rasa senang dan akan
menimbulkan semangat kerja karyawan.
Selain itu, Bukhari Zainudin (2001) mengemukakan bahwa faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi semangat kerja adalah sebagai berikut :
a. Hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan, terutama antara
pimpinan kerja yang sehari-hari berhubungan dan berhadapan dengan para
karyawan.
b. Terdapat suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan anggota-
anggota lain organisasi, apalagi dengan mereka yang sehari-hari banyak
berhubungan dengan pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
15
c. Rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang merupakan
tujuan bersama mereka yang harus diwujudkan bersama-sama.
d. Adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan-kepuasan materi lainnya
yang memadai, sehingga imbalan yang dirasakan akan adil terhadap jerih
payah yang telah diberikan terhadap organisasi.
e. Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan terhadap
segala yang dapat membahayakan diri pribadi dan karir pekerjaan dalam
perusahaan atau organisasi.
Dalam rangka membangun semangat kerja McGregor dan Maslow
(Luthans, 2006) mengatakan bahwa para karyawan dimotivasi oleh banyak faktor,
tidak hanya uang atau keinginan untuk mencapai kepuasan, tetapi juga kebutuhan
untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti bagi mereka. Pendapat
yang lebih jelas dikemukakan oleh B. Von Haller Gilnur (Kerlinger, et.al, 1987)
dalam empat dimensi semangat kerja, yaitu bahwa semangat kerja mencakup hal-
hal sebagai berikut :
a. Kepuasan dalam pekerjaan.
b. Kebanggaan dalam kelompok kerja.
c. Kepuasan atas gaji dan kesempatan promosi.
d. Persamaan kelompok.
3. Aspek-aspek Semangat Kerja
Menurut Sugiyono dalam Utomo (2002 ), aspek-aspek semangat kerja
karyawan dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
16
a. Disiplin yang tinggi.
Individu yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan bekerja giat dan
sadar akan peraturan-peraturan yang berlaku dalam perusahaan
b. Kualitas untuk bertahan.
Individu yang mempunyai semangat kerja tinggi, menurut Alport, tidak
akan mudah putus asa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran yang
timbul dalam pekerjaannya. Hal ini menunjukkan bahwa individu tersebut
mempunyai energi dan kepercayaan untuk memandang masa yang akan
datang dengan baik yang dapat meningkatkan kualitas seseorang untuk
bertahan.
c. Kekuatan untuk melawan frustasi.
Individu yang mempunyai semangat kerja tinggi, tidak memiliki sikap
yang pesimistis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya.
d. Semangat berkelompok.
Adanya semangat kerja membuat karyawan lebih berfikir sebagai “ kami “
daripada sebagai “ saya “. Mereka akan saling tolong menolong dan tidak
saling bersaing untuk saling menjatuhkan.
4. Indikasi Turunnya Semangat Kerja
Indikasi turunnya semangat kerja sangat penting untuk diketahui suatu
perusahaan karena dengan pengetahuan tersebut akan dapat diketahui sebab-
sebabnya. Dengan demikian perusahaan dapat mengambil tindakan-tindakan
pencegahan atau pemecahan masalah sedini mungkin.
Universitas Sumatera Utara
17
Terdapat indikator semangat kerja yang diungkapkan oleh beberapa ahli.
Salah satunya, Azwar (2002). Beberapa dimensi dan indikator semangat kerja
(Azwar, 2002), yaitu :
a. Sedikitnya prilaku yang agresif yang menimbulkan frustasi:
1. Konsentrasi Kerja
2. Ketelitian
3. Hasrat Untuk Maju
b. Individu bekerja dengan suatu perasaan yang menyenangkan:
1. Kebanggaan Karyawan
2. Kepuasan Karyawan
3. Labour Turn Over / Tingkat Absensi
c. Menyesuaikan diri dengan teman-teman sekerja :
1. Perlakuan yang baik dari atasan dan rekan kerja
d. Keterlibatan ego dalam bekerja
1. Tanggung Jawab
2. Lancarnya aktivitas
Menurut Kossen (1993) terdapat beberapa tanda-tanda peringatan
semangat kerja yang rendah, yaitu :
a. Kemangkiran.
b. Kelambatan.
Keterlambatan yang berlebihan merupakan tanda bahaya semangat kerja
yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
18
c. Pergantian yang tinggi.
Dalam setiap organisasi ada karyawan yang keluar dan ada karyawan lain
diterima kerja pada perusahaan tersebut. Apabila angka pergantian mulai
naik secara abnormal menunjukkan tanda bahaya dari semangat kerja yang
buruk.
d. Mogok dan sabotase.
Pemogokan dan sabotase merupakan contoh ekstrim ketidakpuasan dalam
angkatan kerja.
e. Ketiadaan kebanggaan dalam kerja.
Ketidakpuasan karyawan terhadap pekerjaan dan perusahaan tempat dia
bekerja sering kali menimbulkan sikap ketidakpedulian terhadap
pekerjaannya.
Selain itu, menurut Nitisemito dalam Tohardi (2002) menyebutkan bahwa
terdapat beberapa faktor yang harus diketahui oleh perusahaan sebagai indikasi
penurunan semangat kerja, yaitu :
a. Turunnya/rendahnya produktivitas
Salah satu indikasi turunnya semangat kerja adalah turunnya produktivitas.
Turunnya produktivitas merupakan indikasi turunnya semangat kerja.
b. Tingkat absensi yang naik/tinggi
Tingkat absensi yang tinggi juga merupakan salah satu indikasi turunnya
semangat kerja karyawan. Pada umumnya bila semangat kerja turun,
mereka akan malas untuk datang setiap hari kerja.
Universitas Sumatera Utara
19
c. Labor turnover (tingkat perpindahan buruh) yang tinggi
Bila dalam suatu perusahaan tingkat keluar-masuk karyawan naik dari
tingkat sebelumnya, hal ini merupakan indikasi turunnya semangat kerja.
Keluar-masuknya karyawan yang meningkat disebabkan ketidaksenagan
mereka bekerja pada perusahaan tersebut.
d. Tingkat kerusakan yang tinggi
Indikasi lain yang menunjukan turunnya semangat karyawan adalah bila
tingkat kerusakan terhadap bahan baku, maupun peralatan yang
dipergunakan naik.
e. Kegelisahan dimana-mana
Kegelisahan dimana-mana akan terjadi bila semangat kerja turun,
kegelisahan itu dapat terwujud dalam bentuk ketidaktenangan bekerja,
keluh kesah, serta hal-hal lain.
f. Tuntutan sering kali terjadi
Sering terjadinya tuntutan juga merupakan indikasi turunnya semangat
kerja. Tuntutan yang terjadi berasal dari ketidakpuasan karyawan .
g. Pemogokan
Indikasi paling kuat tentang turunnya semangat kerja adalah terjadinya
pemogokan. Pemogokan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan,
kegelisahan dan rasa kekecewaan yang begitu mendalam serta sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
20
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menggunakan dimensi dan
indikator menurut Azwar (2002) yang menyebutkan dimensi dan indikator
semangat kerja.
B. Penerangan
1. Definisi Penerangan
Menurut peraturan pemerintah (1999), penerangan ditempat kerja adalah
jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan secara efektif yang dapat berasal dari cahaya alami dan buatan.
Penerangan adalah penting sebagai suatu faktor keselamatan dalam lingkungan
fisik pekerja. Selanjutnya Budiono (2003) mendefinisikan bahwa penerangan
adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi benda-benda di tempat kerja
(Budiono, 2003).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penerangan adalah
sumber cahaya yang menerangi benda-benda di tempat kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efektif yang dapat berasal dari cahaya alami
dan buatan.
2. Manfaat Penerangan yang Baik bagi Karyawan
Menurut Moekijat (1975), terdapat beberapa keuntungan penerangan yang
baik yaitu,
a. Perpindahan pegawai berkurang
b. Prestise lebih besar
Universitas Sumatera Utara
21
c. Semangat kerja lebih tinggi
d. Hasil pekerjaan lebih banyak
e. Ketidakhadiran berkurang
f. Kesalahan berkurang
g. Keletihan berkurang
Selain itu, dikutip dari Moekijat (1975), menurut C.L. Littlefield dan R.L
Peterson dalam buku mereka yang berjudul “Modern Office Management”,
keuntungan penerangan yang baik yaitu:
a. Produktivitas yang meningkat
Perubahan kondisi penerangan yang kurang menjadi kondisi penerangan
yang baik hampir selalu megakibatkan tambahan dalam tingkat hasil
pekerjaan.
b. Kualitas pekerjaan yang lebih baik.
Ketelitian dan kerapian pekerjaan kantor dapat diperbaiki dengan
memberikan penerangan yang cukup. Penerangan yang tidak cukup akan
lebih sering membuat kesalahan karena ketidakmampuan melihat dengan
seksama dalam penerangan yang kurang baik.
c. Mengurangi ketegangan mata dan kelelahan rohaniah.
Mengerjakan pekerjaan kantor dalam waktu yang lama dengan penerangan
yang kurang baik mengakibatkan ketegangan mata dan dapat
mengakibatkan kerusakan penglihatan mata.
Universitas Sumatera Utara
22
d. Semangat kerja pegawai yang lebih baik.
Semangat kerja yang lebih baik akan diperoleh apabila anggota merasa
bahwa manajemen menaruh perhatian kepada mereka dan suasana bekerja
menyenangkan. Penerangan yang baik dan penggunaan warna yang tepat
dapat membuat suasana demikian (Moekijat, 1975).
e. Prestige yang lebih baik untuk perusahaan.
Pemberian penerangan yang bagus dan menarik dapat memberi kesan yang
baik kepada semua tamu yang datang ke organisasi sehingga menambah
reputasi organisasi untuk kemajuan dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan.
Penerangan yang baik dapat memberikan keuntungan pada tenaga kerja,
yaitu peningkatan produksi dan menekan biaya, memperbesar kesempatan
dengan hasil kualitas yang meningkat, menurunkan tingkat kecelakaan,
memudahkan pengamatan dan pengawasan, mengurangi ketegangan mata,
mengurangi terjadinya kerusakan barang-barang yang dikerjakan. Penerangan
yang buruk dapat berakibat kelelahan mata, memperpanjang waktu kerja, keluhan
pegal didaerah mata dan sakit kepala disekitar mata, kerusakan indra mata,
kelelahan mental dan menimbulkan terjadinya kecelakaan (Mieke Wardhani,
2004).
3. Akibat Penerangan yang Kurang Baik bagi Karyawan
Penerangan yang kurang baik dapat mengakibatkan kerugian bagi
karyawan. Beberapa tokoh juga menyebutkan bahwa terdapat akibat-akibat yang
Universitas Sumatera Utara
23
disebabkan oleh penerangan yang kurang baik. Salah satu tokoh tersebut adalah
Grandjean. Menurut Grandjean dalam Sunyoto (2012), penerangan yang tidak
didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan
selama kerja. Pengaruh dari penerangan yang kurang memenuhi syarat akan
mengakibatkan :
a. Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
b. Kelelahan mental.
c. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
d. Kerusakan indera mata
Selanjutnya , terdapat beberapa akibat penerangan yang buruk (Zainuddin,
2003), yaitu sebagai berikut:
a. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi
kerja,
b. Kelelahan mental,
c. Keluhan pegal- pegal dan panas daerah mata,
d. Kerusakan alat penglihatan,
e. Meningkatkan kecelakaan,
f. Pusing dan mual.
Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada
penurunan performansi kerja, termasuk :
a. Kehilangan produktivitas
b. Kualitas kerja rendah
Universitas Sumatera Utara
24
c. Banyak terjadi kesalahan
d. Kecelakaan kerja meningkat
4. Pengendalian Masalah Penerangan di Tempat Kerja
Menurut Sunyoto (2012), terdapat langkah-langkah pengendalian masalah
penerangan di tempat kerja, seperti :
a. Modifikasi system penerangan yang sudah ada, seperti :
1. Menaikkan atau menurunkan letak lampu didasarkan pada objek kerja
2. Merubah posisi lampu
3. Menambah atau mengurangi jumlah lampu
4. Mengganti jenis lampu yang lebih sesuai, seperti, mengganti lampu
bola menjadi lampu neon
5. Mengganti tudung lampu
6. Mengurangi warna lampu yang digunakan
b. Modifikasi pekerjaan, seperti :
1. Membawa pekerjaan lebih dekat ke mata, sehingga objek dapat dilihat
dengan jelas
2. Merubah posisi kerja untuk menghindari baying-bayang pantulan,
sumber kesilauan dan kerusakan penglihatan
3. Modifikasi objek kerja sehingga dapat dilihat dengan jelas, seperti
memperbesar ukuran huruf.
4. Pemeliharaan dan pembersihan lampu
5. Penyediaan penerangan lokal
Universitas Sumatera Utara
25
6. Penggunaan korden dan perawatan jendela.
5. Standar Penerangan di Tempat Kerja
Standar Penerangan di Indonesia telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Perburuhan (PMP) No. 7 Tahun 1964, tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan
dan penerangan di tempat kerja (dalam Tarwaka, Solichul, Bakri, Sudiajeng,
2004). Secara ringkas intensitas penerangan yang dimaksud, yaitu :
a. Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan lingkungan harus mempunyai
intensitas penerangan paling sedikit 20 luks.
b. Penerangan untuk pekerjaan-pekerjaan yang hanya membedakan barang
kasar dan besar paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 50 luks.
c. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang-barang
kecil paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 100 luks.
d. Penerangan untuk pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil agak
teliti paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 200 luks.
e. Penerangan untuk pekerjaan yang membedakan barang-barang dengan
teliti dari barang-barang yang kecil dan halus, paling sedikit mempunyai
intensitas penerangan 300 luks.
f. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang halus
dengan kontras yang sedang dalam waktu yang lama, harus mempunyai
intensitas penerangan paling sedikit 500-1000 luks.
Universitas Sumatera Utara
26
g. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membeda-bedakan barang
yang sangat halus dengan kontras yang kurang dan dalam waktu yang
lama, harus mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 2000 luks.
C. Dinamika Penerangan dan Semangat Kerja
Berhasil tidaknya suatu organisasi ditentukan oleh unsur manusia yang
melakukan pekerjaan. Seorang karyawan perlu diperhatikan dengan baik agar
karyawan tetap bersemangat dalam bekerja. Hasibuan dalam Darmawan (2010) ,
organisasi bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu, cakap, dan terampil,
namun yang lebih penting adalah mereka bersedia bekerja dengan giat dan
berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Selanjutnya Dharmawan,
Wahyuni, dan Kurniawan (2013), sumber daya manusia yang mampu, cakap, dan
terampil serta memiliki keinginan untuk bekerja dengan giat dalam usaha
mencapai hasil kerja yang optimal merupakan modal penting di dalam suatu
perusahaan.
Dalam suatu instansi atau organisasi diperlukan suatu hal yang dapat
menunjang kinerja organisasi tersebut. Salah satunya adalah semangat kerja yang
tinggi. Semangat kerja merupakan keadaan yang harus ada bila aktivitas proses
kerja ingin berjalan lancar. Dengan adanya semangat kerja yang tinggi, maka
tujuan organisasi dapat tercapai sesuai rencana (Anwar, 2013). Diantara variabel
stress kerja dan semangat kerja, hal yang paling dominan mempengaruhi kinerja
karyawan adalah semangat kerja (Nurhendar, 2007).
Universitas Sumatera Utara
27
Banyak organisasi yang mengalami perubahan dalam lingkungan yang
semakin kompetitif ketidakpuasan karyawan mungkin akan lebih banyak terjadi.
Ketika ketidakpuasan terjadi, stabilitas dan keberhasilan organisasi akan
terhambat (Munn, 1996). Dengan semangat kerja yang tinggi, maka kinerja akan
meningkat karena para karyawan akan melakukan pekerjaan secara lebih giat
sehingga pekerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Begitu juga
sebaliknya jika semangat kerja turun maka kinerja akan turun juga. Jadi dengan
kata lain semangat kerja akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Nurhendar,
2007).
Sihombing (2004) menyatakan bahwa didalam meningkatkan semangat
kerja pegawai tidak terlepas dari lingkungan tempat kerja yang harus mendukung
seperti kualitas lingkungan fisik. Lingkungan fisik adalah unsur yang harus didaya
gunakan oleh organisasi sehingga menimbulkan rasa nyaman, tentram, dan dapat
meningkatkan hasil kerja yang baik untuk meningkatkan kinerja organisasi
tersebut. Menurut Sihombing (2004), lingkungan fisik adalah salah satu unsur
yang harus didaya gunakan oleh organisasi sehingga menimbulkan rasa nyaman,
tentram, dan dapat meningkatkan hasil kerja yang baik untuk meningkatkan
kinerja organisasi tersebut . Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada
di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas-tugas yang dibebankan, misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak,
keamanan, kebersihan, musik dan lain-lain (Nawawi, 2001).
Selanjutnya Analisa (2011) menambahkan bahwa lingkungan kerja tempat
karyawan tersebut bekerja juga tidak kalah pentingnya di dalam meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
28
kinerja karyawan. Dimana lingkungan kerja adalah kondisi – kondisi material dan
psikologis yang ada dalam organisasi. Maka dari itu organisasi harus
menyediakan lingkungan kerja yang memadai seperti lingkungan fisik (tata ruang
kantor yang nyaman, lingkungan yang bersih, pertukaran udara yang baik, warna,
penerangan yang cukup maupun musik yang merdu), serta lingkungan non fisik
(suasana kerja karyawan, kesejahteraan karyawan, hubungan antar sesama
karyawan, hubungan antar karyawan dengan pimpinan, serta tempat ibadah).
Lingkungan kerja yang baik dapat mendukung pelaksanaan kerja sehingga
karyawan memiliki semangat bekerja dan meningkatkan kinerja karyawan.
Lingkungan kerja yang kondusif sangat mempengaruhi semangat kerja
karyawan dalam melaksanakan tugas sehari-hari, apabila lingkungan baik maka
karyawan akan lebih bersemangat untuk bekerja dan sebaliknya apabila
lingkungan kerja yang kurang baik maka akan menyebabkan penurunan semangat
kerja karyawan.
Dengan menciptakan lingkungan kerja yang baik di perusahaan maka akan
dapat mendukung suasana kerja yang baik pula dimana ini akan menimbulkan
motivasi kerja yang tinggi serta dapat membangkitkan semangat kerja para
karyawan guna mencapai tingkat produktifitas (Siagian, 2001).
Sedarmayanti dalam Anwar (2013), mengatakan bahwa penerangan sangat
besar manfaatnya untuk keselamatan bekerja dan kelancaran kerja bagi para
pegawai, maka diperlukan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak
menyilaukan. Penerangan di dalam lingkungan kerja maksudnya adalah cukupnya
sinar yang masuk ke dalam ruang kerja masing-masing pegawai kantor. Dengan
Universitas Sumatera Utara
29
tingkat penerangan yang cukup di dalam ruang kerja, akan mendorong pegawai
untuk bekerja lebih baik.
Penerangan merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu kantor
karena dapat memperlancar pekerjaan kantor. Apalagi seorang karyawan yang
pekerjaanya membedakan barang halus dengan kontras yang sedang dalam waktu
yang lama, khususnya menjahit, membutuhkan penerangan yang cukup tanpa
mengganggu pekerjaan maupun kesehatannya. Penerangan yang cukup akan
menambah semangat kerja pegawai, karena mereka dapat lebih cepat
menyelesaikan tugas-tugasnya, matanya tidak mudah lelah karena cahaya yang
terang, dan kesalahan-kesalahan dapat dihindari.
Penerangan yang tidak didesain dengan baik sesuai dengan jenis pekerjaan
karyawan akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja,
misalnya kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan efisiensi kerja,
kelelahan mental, keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata,
kerusakan indera mata. Apabila keluhan-keluhan tersebut sudah dirasakan oleh
karyawan, maka hal tersebut dapat menyebabkan menurunnya semangat kerja
karyawan. Selain menurunnya semangat kerja, keluhan-keluhan tersebut juga
mengakibatkan kualitas kerja karyawan menurun, kesalahan sering terjadi ketika
bekerja, dan meningkatnya kecelakaan kerja.
Penerangan yang dirancang sesuai dengan jenis pekerjaan karyawan dapat
meningkatkan semangat kerja karyawan. Selain itu, penerangan yang cukup juga
dapat menurunkan kesalahan dan keletihan ketika bekerja, serta menjadikan hasil
pekerjaan menjadi lebih baik.
Universitas Sumatera Utara