bab ii landasan teori a. penelitian...

25
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tambunan (2013) diperoleh hasil bahwa komposisi belanja langsung terus menurun atau belum sesuai dengan pengharapan pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan tersebut. Faktor yang menyebabkan ketidak sesuaian antara kejadian yang dilapangan dengan teori yang ada ialah terlalu besarnya belanja yang dikeluarkan untuk gaji pegawai. Saidah (2011) dalam penelitianya diperoleh hasil bahwa variabel yang signifikan memengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah variabel belanja fungsi pendidikan dan fungsi kesehatan (sebagai pendekatan investasi pemerintah), serta belanja fungsi pelayanan umum dan lainnya (sebagai pendekatan konsumsi pemerintah). Variabel belanja fungsi ekonomi dan angkatan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.. Wibisana (2014) diperoleh hasil bahwa belanja tak langsung dan belanja langsung memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya bahwa semakain tinggi anggaran belanja tidak langsung dan belanja langsung, maka semakin besar pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya semakin kecil anggaran belanja tidak langsung dan belanja

Upload: others

Post on 10-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tambunan (2013) diperoleh hasil

bahwa komposisi belanja langsung terus menurun atau belum sesuai dengan

pengharapan pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan tersebut. Faktor

yang menyebabkan ketidak sesuaian antara kejadian yang dilapangan dengan

teori yang ada ialah terlalu besarnya belanja yang dikeluarkan untuk gaji

pegawai.

Saidah (2011) dalam penelitianya diperoleh hasil bahwa variabel yang

signifikan memengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah variabel belanja fungsi

pendidikan dan fungsi kesehatan (sebagai pendekatan investasi pemerintah),

serta belanja fungsi pelayanan umum dan lainnya (sebagai pendekatan

konsumsi pemerintah). Variabel belanja fungsi ekonomi dan angkatan kerja

tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi..

Wibisana (2014) diperoleh hasil bahwa belanja tak langsung dan

belanja langsung memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi. Artinya bahwa semakain tinggi anggaran belanja tidak

langsung dan belanja langsung, maka semakin besar pertumbuhan ekonomi dan

sebaliknya semakin kecil anggaran belanja tidak langsung dan belanja

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

8

langsung maka pertumbuhan ekonomi juga akan semakin kecil. Pada umumnya

pengeluaran pemerintah membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan saat

ini, penelitian yang dilakukan oleh Tambunan (2013) hanya sebatas analisis

deskriptif dan hanya pada Kabupaten Humbang Hasundutan, sedangkan

penelitian yang dilakukan saat ini selain menggunakan analisis deskriptif juga

menguji hipotesis pengaruh antar variabel. Selain itu jumlah penelitian atau

sampel penelitian jauh lebih besar sehingga dapat mempresentasikan gambaran

suatu daerah.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Saidah (2011) menguji pada

variabel dari belanja daerah menurut fungsi sedangkan penelitian yang

dilakukan saat ini menguji variabel belanja daerah menurut kelompok jenis

belanja. Dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Wibisana (2014),

sampel yang digunakan hanya sebatas Provinsi Jawa Timur sedangkan

penelitian saat ini dengan sampel seluruh populasi Kabupaten/Kota yang ada di

Provinsi Kalimantan Barat, dan adanya perbedaan alat analisis dengan

menggunakan Panel Data.

B. Tinjauan Pustaka

1. Teori Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah.

Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

9

barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus

dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut

(Mangkoesoebroto, 1994). Pengeluaran pemerintah mempunyai dasar teori

yang dapat dilihat dari identitas keseimbangan pendapatan nasional yaitu Y

= C + I + G + (X-M) yang merupakan sumber legitimasi pandangan kaum

Keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah dalam perekonomian.

Dari persamaan diatas dapat ditelaah bahwa kenaikan atau penurunan

pengeluaran pemerintah akan menaikan atau menurunkan pendapatan

nasional. Banyak pertimbangan yang mendasari pengambilan keputusan

pemerintah dalam mengatur pengeluarannya. Pemerintah tidak cukup hanya

meraih tujuan akhir dari setiap kebijaksanaan pengeluarannya. Tetapi juga

harus memperhitungkan sasaran antara yang akan menikmati kebijaksanaan

tersebut. Memperbesar pengeluaran dengan tujuan semata-mata untuk

meningkatkan pendapatan nasional atau memperluas kesempatan kerja

adalah tidak memadai. Melainkan harus diperhitungkan siapa yang akan

terpekerjakan atau meningkat pendapatannya. Pemerintah pun perlu

menghindari agar peningkatan perannya dalam perekonomian tidak

melemahkan kegiatan pihak swasta. (Dumairy, 1997).

a. Musgrave dan Rostow

Model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran

Pemerintah, dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang

menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahapan-

tahapan pembangunan ekonomi yaitu tahap awal, tahap menengah dan

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

10

tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, menurut mereka

rasio pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasional relatif besar.

Hal ini dikarenakan pada tahap ini persentase investasi pemerintah

terhadap total investasi besar sehingga pemerintah harus menyediakan

berbagai sarana dan prasarana seperti pendidikan, kesehatan, prasarana

transportasi dan sebagainya.

Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah

tetap diperlukan guna memacu pertumbuhan agar dapat lepas landas.

Namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin

membesar. Peranan pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh

karena peranan swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan

kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak dan kualitas

yang lebih baik. Selain itu, pada tahap ini perkembangan ekonomi

menyebabkan terjadinya hubungan antar sektor yang semakin rumit.

Pada tahap lanjut, Rostow berpendapat bahwa pembangunan terjadi

peralihan aktivitas pemerintah dari penyediaan prasarana ekonomi ke

pengeluaran untuk layanan sosial seperti program kesejahteraan hari tua,

program pendidikan, program pelayanan kesehatan masyarakat dan

sebagainya. Sementara itu, Dalam satu proses pembangunan menurut

Musgrave, rasio investasi swasta terhadap GNP semakin besar. Tetapi

rasio investasi pemerintah terhadap GNP akan semakin kecil.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

11

b. Teori Adolf Wagner ( Hukum Wagner )

Pengamatan empiris yang dilakukan oleh Adolf Wagner terhadap

negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan Jepang pada abad ke 19

menunjukan bahwa aktivitas pemerintah dalam perekonomian cenderung

semakin meningkat. Wagner mengukur perbandingan pengeluaran

pemerintah terhadap PDB dengan mengemukakan suatu teori mengenai

perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam

persentase terhadap PDB. Wagner menyatakan bahwa dalam suatu

perekonomian apabila pendapatan per kapita meningkat maka secara

relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat terutama disebabkan

karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam

masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.

c. Teori Peacock dan Wiseman

Peacock dan Wiseman adalah dua orang yang mengemukakan teori

mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang terbaik. Peacock

dan Wiseman mengemukakan pendapat lain dalam menerangkan perilaku

perkembangan pemerintah. Mereka mendasarkannya pada suatu analisis

penerimaan pengeluaran pemerintah. Pemerintah selalu berusaha

memperbesar pengeluarannya dengan mengandalkan memperbesar

penerimaan dari pajak. Padahal masyarakat tidak menyukai pembayaran

pajak yang besar. Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada

suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak,

yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

12

pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai

pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari bahwa pemerintah

membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas pemerintah sehingga

mereka mempunyai tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar

pajak. Tingkat toleransi ini merupakan kendala bagi pemerintah untuk

menaikkan pemungutan pajak secara semena-mena. Menurut Peacock

dan Wiseman pertumbuhan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak

semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah dan

meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah

juga semakin meningkat.

Jadi dalam keadaan normal, kenaikan PDB menyebabkan kenaikan

penerimaan maupun pengeluaran pemerintah. Apabila keadaan normal

jadi terganggu katakanlah karena perang atau eksternalitas lain, maka

pemerintah terpaksa harus memperbesar pengeluarannya untuk

mengatasi gangguan tersebut. Konsekuensinya timbul tuntutan untuk

memperoleh penerimaan pajak lebih besar. Pungutan pajak yang lebih

besar menyebabkan dana swasta untuk berinvestasi dan modal kerja

menjadi berkurang. Efek ini disebut efek penggantian (displacement

effect) yaitu adanya gangguan sosial menyebabkan aktivitas swasta

dialihkan pada aktivitas pemerintah.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006, APBD adalah

rencana keuangan tahunan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

13

Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun

anggaran. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan

Daerah dan semua Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi

dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua penerimaan Daerah

bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD. Demikian

pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang

ditetapkan dalam APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelolaan

keuangan daerah, maka APBD menjadi dasar pula bagi kegiatan

pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah.

Menurut Mardiasmo (2002), “APBD merupakan instrumen

kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah”. Sebagai instrumen

kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya

pengembangan kapabilitas dan efektivitas. Anggaran daerah digunakan

sebagai alat untuk menentukan besar pendapatan dan pengeluaran, otorisasi

pengeluaran di masa-masa yang akan datang, alat untuk membantu

mengambil keputusan dan perencanaan pembangunan, alat untuk

memotivasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari

berbagai unit kerja.

Struktur APBD dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

14

Gambar. 2.1. Struktur APBD

APBD

Pendapatan Daerah Belanja Daerah Pembiayaan Daerah

PAD Belanja Tidak

Langsung Penerimaan Pembiayaan

1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Hasil penjualan

kekayaan daerah yg dipisahkan

4. Lain-lain PAD yg sah.

Dana Perimbangan

1. DAU 2. DBH 3. DAK

1. Belanja Pegawai

2. Bunga 3. Subsidi 4. Hibah 5. Bantuan Sosial 6. Belanja Bagi

Hasil 7. Bantuan

Keuangan 8. Belanja Tidak

Terduga

Belanja

Langsung

1. Belanja Pegawai

2. Belanja Barang dan Jasa

3. Belanja Modal

1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun sebelumnya (SiLPA)

2. Pencairan dana cadangan 3. Hasil penjualan kekayaan

daerah yang dipisahkan 4. Penerimaan pinjaman daerah 5. Penerimaan kembali

pemberi pinjaman 6. Penerimaan piutang daerah

1. Hibah tidak mengikat 2. Dana darurat dari

pemerintah 3. Dana bagi hasil pajak

dari provinsi ke kab/kota 4. Dana penyesuaian dan

dana otonomi khusus 5. Bantuan keuangan dari

provinsi atau daerah lainya

Lain-Lain Pendapatan

Daerah yg Sah

Pengeluaran Pembiayaan

1. Pembentukan dana cadangan 2. Penyertaan modal (investasi)

pemerintah 3. Pembayaran hutang pada

daerah 4. Pemberian pinjaman

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

15

3. Belanja Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah, belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai

pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran yang

bersangkutan. Sedangkan belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah pasal 26 ayat (1) menyebutkan bahwa Belanja daerah dipergunakan

dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan

pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Belanja

penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud diprioritaskan untuk

melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya

memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan

pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum

yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Peningkatan

kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan melalui prestasi kerja dalam

pencapaian standar pelayanan minimal berdasarkan urusan wajib

pemerintahan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Menurut Halim (2003), belanja daerah adalah “pengeluaran yang

dilakukan oleh Pemerintah daerah untuk melaksanakan wewenang dan

tanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah di atasnya”. Menurut

Ahmad Yani (2002),“belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari

rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

16

merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan

diperoleh pembayaran kembali oleh daerah”. Dari semua definisi tersebut,

terdapat dua hal utama yang patut untuk dilihat, yaitu bahwa belanja daerah

adalah suatu bentuk kompensasi finansial yang mengurangi nilai kekayaan

bersih suatu daerah dan yang kedua bahwa belanja daerah dilakukan

berdasarkan kewenangan yang dimiliki sebagai bentuk tanggung jawab

pelaksanaan pelayanan publik.

Menurut Halim (2004), belanja daerah digolongkan menjadi 4

(empat) yakni belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik, belanja

bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tak tersangka. Belanja

aparatur daerah diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu belanja

administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal/

pembangunan. Belanja pelayanan publik dikelompokkan menjadi 3 yakni

belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja

modal. Dalam rangka memudahkan penilaian kewajaran biaya suatu

program atau kegiatan, belanja menurut kelompok belanja terdiri dari

belanja tidak langsung dan belanja langsung.

a. Klasifikasi Belanja Daerah Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58

Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005

menetapkan klasifikasi belanja sebagai berikut:

1) Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program

dan kegiatan serta jenis belanja;

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

17

2) Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan

organisasi pemerintahan daerah

3) Klasifikasi menurut fungsi terdiri dari :

a) Klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan untuk tujuan

manajerial pemerintahan daerah;

b) Klasifikasi berdasarkan fungsi pengelolaan keuangan negara

untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan dalam rangka

pengelolaan keuangan negara.

b. Klasifikasi Belanja Daerah Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Klasifikasi belanja sebagaimana diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tersebut di atas dijabarkan lebih lanjut

dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, yaitu :

1) Klasifikasi belanja dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang

terdiri dari belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan.

2) Klasifikasi belanja menurut fungsi digunakan untuk tujuan

keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara yang

mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan. Menurut klasifikasi ini, belanja

terdiri atas: pelayanan umum, ketertiban dan ketentraman, ekonomi,

lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum kesehatan,

pariwisata dan budaya, pendidikan dan perlindungan sosial. Berbeda

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

18

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, Permendagri

Nomor 13 Tahun 2006 tidak memasukkan fungsi “pertahanan” dan

“agama” karena kedua fungsi tersebut adalah urusan pemerintahan

yang dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah pusat dan tidak

didesentralisasikan.

3) Klasifikasi menurut kelompok belanja terdiri dari belanja langsung

dan belanja tak langsung. Pengklasifikasian belanja ini berdasarkan

kriteria apakah suatu belanja mempunyai kaitan langsung dengan

program/kegiatan atau tidak. Belanja yang berkaitan langsung

dengan program/kegiatan (misalnya belanja honorarium, belanja

barang, belanja modal) diklasifikasikan sebagai belanja Buletin

Teknis Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah langsung,

sedangkan belanja yang tidak secara langsung dengan

program/kegiatan (misalnya gaji dan tunjangan pegawai bulanan,

belanja bunga, donasi, belanja bantuan keuangan, belanja hibah, dan

sebagainya) diklasifikasikan sebagai belanja tidak langsung.

c. Klasifikasi Belanja Daerah Menurut Kelompok Belanja.

1) Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung atau belanja non publik yang cukup

dominan untuk biaya rutin seperti gaji PNS, listrik, air, jasa

komunikasi, perwatan kantor atau gedung, pengadaan perlengkapan,

biaya rapat, dinas luar kota, dan konsumsi. Pengalokasian belanja

tidak langsung idealnya adalah 30 % untuk belanja rutin dan gaji

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

19

pegawai Menurut Mahmudi (2009), “Belanja tidak langsung, yaitu

belanja yang tidak terkait langsung dengan program dan kegiatan.”

Belanja tidak langsung meliputi :

a) Belanja pegawai, yaitu belanja kompensasi baik dalam bentuk uang

maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang diberikan kepada Pejabat Negara, PNS, dan

pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus

PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan

kecuali yang berkaitan dengan pembentukan modal.

Belanja pegawai meliputi:

Gaji dan Tunjangan

Tambahan Penghasilan PNS

Belanja Penerimaan Lainnya Pimpinan dan Anggota DPRD

Biaya Pemungutan Pajak Daerah

b) Belanja bunga, yaitu pengeluaran pemerintah untuk pembayaran

bunga (interest) atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal

outstanding) yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka

pendek atau jangka panjang.

c) Belanja subsidi, yaitu alokasi anggran yang diberikan kepada

perusahaan/lembaga yang meproduksi, menjual, atau mengimport

barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak

sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau

masyarakat.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

20

d) Belanja hibah, yaitu digunakan untuk menganggarkan pemberian

hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada Pemerintah

atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok

masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan

peruntukannya.

e) Belanja bantuan social, yaitu transfer uang atau barang yang

diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan

terjadinya resiko sosial.

f) Belanja bagi hasil, yaitu digunakan untuk menganggarkan dana

bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada

kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah

desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada

pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan.

g) Bantuan keuangan, yaitu digunakan untuk menganggarkan bantuan

keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada

kabupaten/kota, pemerintah desa dan kepada pemerintah daerah

lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah

desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan

dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.

h) Belanja tidak terduga, yaitu pengeluaran anggaran untuk kegiatan

yang bersifat tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti

penanggulangan bencana alam, bencana social, dan pengeluaran

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

21

tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka

penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah

2) Belanja Langsung

Belanja langsung dipergunakan dalam rangka memenuhi

kepentingan masyarakat dan merupakan suatu tindakan untuk

menciptakan pembangunan yang nantinya berguna untuk

kesejahteraan masyarakat, dan pengalokasian belanja langsung harus

lebih besar dari pengalokasian belanja tidak langsung yaitu dilakukan

dengan menekan pengeluaran anggaran belanja tidak langsung

seminimal mungkin, sehingga alokasi anggaran belanja langsung bisa

lebih besar. Komposisi belanja langsung idealnya adalah 70 % untuk

pembangunan. Menurut Mahmudi (2009), “Belanja langsung, yaitu

belanja yang terkait langsung dengan program dan kegiatan”. Belanja

langsung meliputi :

a) Belanja pegawai, yaitu belanja kompensasi baik dalam bentuk uang

maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang diberikan kepada Pejabat Negara, Pegawai Negeri

Sipil (PNS), dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang

belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah

dilaksanakan dimana pekerjaan tersebut yang berkaitan dengan

pembentukan modal.

Belanja pegawai meliputi:

Honorarium PNS

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

22

Honorarium Non-PNS

Uang Lembur

Belanja Beasiswa Pendidikan PNS

Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi, dan Bimbingan Teknis

PNS

b) Belanja barang dan jasa, yaitu pengeluaran untuk menampung

pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi

barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan

pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual

kepada masyarakat dan belanja perjalanan.

Belanja barang dan jasa meliputi:

Belanja Bahan Pakai Habis

Belanja Bahan/Material

Belanja Jasa Kantor

Belanja Premi Asuransi

Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor

Belanja Cetak dan Penggandaan

Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang parker

Belanja Sewa Sarana Mobilitas

Belanja Sewa Alat Berat

Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kantor

Belanja Makanan dan Minuman

Belanja Pakaian Dinas dan atribut

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

23

Belanja Pakaian Kerja

Belanja Pakaian Khusus dan Hari-hari tertentu

Belanja Perjalanan Dinas

Belanja Pemulangan Pegawai

c) Belanja modal, yaitu pengeluaran anggaran untuk perolehan asset

tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu

periode akuntansi.

Belanja modal meliputi:

Belanja Modal Pengadaan Tanah

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Berat

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan Darat Bermotor

dan Tidak Bermotor

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan di Air Bermotor

dan Tidak Bermotor

Belanja Modal pengadaan Alat-alat Angkutan Udara

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Bengkel

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Pengelolaan Pertanian dan

Peternakan

Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor

Belanja Modal Pengadaan Perlengkapan Kantor

Belanja Modal Pengadaan Komputer

Belanja Modal Pengadaan Mebel

Belanja Modal Pengadaan Peralatan Dapur

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

24

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Studio

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Komunikasi

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Ukur

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Kedokteran

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Laboratorium

Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jembatan

Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jalan

Belanja Modal Pengadaan konstruksi Jaringan Air

Belanja Modal Pengadaan Jalan,Taman, dan Hutan Kota

Belanja Modal Pengadaan Instalasi Listrik dan Telepon

Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/Pembelian Bangunan

Belanja Modal Pengadaan Buku/Kepustakaan

Belanja Modal Pengadaan Barang Bercorak Kesenian,

Kebudayaan

Belanja Modal Pengadaan Hewan/Ternak dan Tanaman

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Persenjataan/Keamanan

4. Pertumbuhan Ekonomi Daerah.

Salah satu tujuan pembangunan sacara makro adalah meningkatnya

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses

peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat

dan dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menyangkut

perkembanganyang berdimensi tunggal dan diukur dengan peningkatan

hasil produksi dan pendapatan.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

25

Menurut Prof. Simon Kuznets, mendefinisikan pertumbuhan

ekonomi sebagai ”kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara

untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada

penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi,

dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya. Definisi

ini mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu

bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang;

kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang

menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka

macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas

dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan

idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat

manusia dapat dimanfaatkan secara tepat (Jhingan, 2000)

Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010) pertumbuhan ekonomi

merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah

yang dilaksanakan khususnya dalam bidang bidang ekonomi. Dalam teori

ekonomi pembangunan, dikemukakan ada enam karakteristik pertumbuhan

ekonomi, yaitu:

a) Terdapatnya laju kenaikan produksi perkapita yang tinggi untuk

mengimbangi laju pertumbuhan penduduk yang cepat.

b) Semakin meningkatnya laju produksi perkapita terutama akibat adanya

perbaikan teknologi dan kualitas input yang digunakan.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

26

c) Adanya perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor

industri dan jasa.

d) Meningkatnya jumlah penduduk yang berpindah dari pedesaan ke

daerah perkotaan (urbanisasi).

e) Pertumbuhan ekonomi terjadi akibat adanya ekspansi negara maju dan

adanya kekuatan hubungan internasional.

f) Meningkatnya arus barang dan modal dalam perdagangan

internasional. (Jhingan, 1995).

Data ekonomi merupakan sumber informasi sistematik untuk

dapat mengukur sejauh mana perkembangan aktivitas ekonomi suatu negara.

Suatu data yang akurat diharapkan dapat menggambarkan suatu kondisi

statistik perekonomian. Statistik ini digunakan oleh para ahli ekonomi untuk

mempelajari perekonomian dan oleh para pengambil keputusan untuk

mengawasi pembangunan ekonomi dan merumuskan kebijakan-kebijakan

yang tepat. Dalam konsep dasar ekonomi makro indikator yang digunakan

dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, adalah produk domestik bruto

(PDB). PDB adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi

dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu (Mankiw, 2006). Dalam

konsep regional Produk Domestik Bruto dikenal sebagai Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator ekonomi makro suatu

daerah, yang menggambarkan ada atau tidaknya perkembangan

perekonomian daerah. Dengan menghitung PDRB secara teliti dan akurat

baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dapat diambil

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

27

beberapa kesimpulan mengenai keberhasilan pembangunan di suatu daerah,

yang memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi yang mewakili

peningkatan produksi di berbagai sektor lapangan usaha yang ada (Saggaf,

1999). Berdasarkan rumusan pengertian di atas, maka dalam konsep

regional, pertumbuhan ekonomi daerah adalah angka yang ditunjukkan oleh

besarnya tingkat pertumbuhan produk domestik regional bruto suatu daerah

yang diukur atas dasar harga konstan. Bagi suatu daerah provinsi,

kabupaten/kota gambaran PDRB yang mencerminkan adanya laju

pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam data sector-sektor ekonomi yang

meliputi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan,

listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran,

pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan dan jasa perusahaan

dan jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari data

konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal bruto,

perubahan persediaan, ekspor dan impor. Sedangkan pertumbuhan ekonomi

daerah dirumuskan sebagai berikut:

𝑃𝐸𝐷 = 𝑃𝐷𝑅𝐵𝑡 − 𝑃𝐷𝑅𝐵𝑡−1

𝑃𝐷𝑅𝐵𝑡−1 × 100 %

Di mana:

PED = Pertumbuhan Ekonomi Daerah

PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto Periode Tertentu

PDRBt-1 = Produk Domestik Regional Bruto Periode

Sebelumnya.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

28

Menurut Todaro (2000) terdapat tiga faktor atau komponen

utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, ketiganya adalah:

Akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru

yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya

manusia, Pertumbuhan penduduk beberapa tahun selanjutnya yang akan

memperbanyak jumlah akumulasi kapital, kemajuan teknologi Model

pertumbuhan neoklasik dipelopori oleh Robert M. Solow pada tahun 1950-

an. Model pertumbuhan ini telah diterapkan dalam berbagai studi empiris di

banyak negara. Asumsi dasar yang dipakai dalam model ini antara lain,

keluaran dihasilkan dari penggunaan dua jenis masukan yaitu modal dan

tenaga kerja, perekonomian berada pada kondisi penggunaan tenaga kerja

penuh, perekonomian berada dalam kondisi persaingan sempurna. Ada dua

hal utama yang dibahas dalam model ini, yaitu peranan modal dan

perubahan teknologi dalam pertumbuhan ekonomi. Namun untuk sementara

perubahan teknologi dianggap konstan sehingga akan diketahui bagaimana

peran modal dalam proses pertumbuhan. Akumulasi modal dan kedalaman

modal terjadi pada saat pertumbuhan persediaan (stock) modal lebih cepat

daripada pertumbuhan tenaga kerja. Dalam kondisi tanpa perubahan

teknologi, akumulasi modal akan mendorong pertumbuhan keluaran per

tenaga kerja, meningkatkan marginal product tenaga kerja serta

meningkatkan upah. Namun akumulasi modal juga akan mendorong

berkurangnya pengembalian modal (return of capital) dan menurunkan

tingkat suku bunga riil

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

29

5. Hubungan Belanja Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Belanja daerah yang terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja

langsung merupakan bentuk dari pengeluaran Pemerintah. Apabila

pendapatan daerah yang terdiri dari PAD, Dana Perimbangan dan Lain-lain

pendapatan daerah yang sah meningkat maka belanja daerah yang terdiri

dari belanja tidak langsung dan belanja langsung akan meningkat. Hal ini

sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Wagner yang menyatakan

bahwa apabila dalam suatu perekonomian pendapatan perkapita meningkat

maka secara relative pengeluaran pemerintah akan meningkat.

Kenaikan belanja daerah yang terdiri dari belanja tidak langsung dan

belanja langsung akan berdampak pada kenaikan presentase PDRB. Nilai

pertumbuhan PDRB merupakan reprentase dari pertumbuhan ekonomi

suatu daerah. Penelitian yang dilakukan Wibisana (2014) membuktikan

bahwa belanja tak langsung dan belanja langsung memiliki pengaruh

positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya bahwa

setiap terjadi kenaikan pada belanja tidak langsung dan belanja langsung

akan berdampak kepada peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa dari

realisasi APBD pemerintah kabupaten/kota di provinsi Kalimantan barat

terdapat realisasi belanja daerah yang akan dianalisis perkembangan dan

pertumbuhanya dari tahun 2010 sampai dengan 2014. Dalam realisasi belanja

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

30

daerah terdiri dari kelompok belanja tidak langsung dan belanja langsung.

Belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai dan belanja non pegawai

termasuk di dalamnya yaitu : belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah,

belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan

belanja tidak terduga. Sedangkan belanja langsung terdiri dari belanja pegawai,

belanja barang/jasa dan belanja modal. Kedua jenis belanja tersebut kemudian

dianalis untuk diketahui berapa proporsinya terhadap belanja daerah dan

manakah yang memiliki proporsi lebih besar terhadap belanja daerah. Setelah

itu antara belanja tidak langsung dan belanja langsung kemudian diregresikan

untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di provinsi Kalimantan barat tahun

2010-2014. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.2. dibawah ini.

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Realisasi APBD

Belanja Daerah

Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung

Belanja Pegawai

Belanja Non

Pegawai

Belanja Pegawai

Belanja Barang

dan Jasa

Belanja Modal

Pertumbuhan Ekonomi

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46740/3/jiptummpp-gdl-teguhrahay-45749-3-babii.… · kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan

31

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai bukti melalui data terkumpul. Berdasarkan

kerangka pemikiran di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis dalam

penelitian ini sebagai berikut:

H1:Belanja tidak langsung diduga berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di provinsi Kalimantan Barat

selama tahun 2010-2014.

H2: Belanja langsung diduga berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi pada kabupaten/kota di provinsi Kalimantan Barat selama tahun

2010-2014.