bab ii landasan teori a. pembelajaran al-qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_bab...

35
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’an 1. Pengertian pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar. Belajar memiliki pengertian berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu yang belum dimiliki sebelumnya, sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami dan mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Pembelajaran berdasarkan makna leksial dapat berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial pengajaan adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sementara pada pembelajaran guru diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru menyediakan fasilitas bagi peserta didik untuk mempelajarinya. Pembeajaran tersebut berpusat pada peseta didik. Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan, pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana siswa bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungutnya untuk memperoleh pengetahuan. 10 10 Suyono, Harianto, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 09. 8

Upload: others

Post on 01-Jun-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Al-Qur’an

1. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar. Belajar memiliki pengertian

berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu yang belum dimiliki

sebelumnya, sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami

dan mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.

Pembelajaran berdasarkan makna leksial dapat berarti proses, cara,

perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial pengajaan adalah pada tindak

ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sementara pada

pembelajaran guru diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan

terjadinya pembelajaran. Guru menyediakan fasilitas bagi peserta didik

untuk mempelajarinya. Pembeajaran tersebut berpusat pada peseta didik.

Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan,

pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana siswa

bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungutnya untuk

memperoleh pengetahuan.10

10

Suyono, Harianto, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 09.

8

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

9

Pembelajaran pada dasarnya menekankan pada penyediaan sumber

belajar, kegiatan pembelajaran juga bisa merangsang seseorang agar bisa

belajar dengan baik dan sesuai dengan tujuannya.11

Dari uraian diatass dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ialah

proses mentransfer pengetahuan kepada peserta didik dari seorang guru,

dan guru sebagai fasilitator terjadinya proses transfer.

2. Pengertian Belajar dan Menghafal Al-Qur’an

Belajar dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “baca” yang

secara sederhana dapat dirtikan sebagai ucapan lafadz bahasa lisan

menurut aturan-aturan tertentu. Pada dasarnya menghafal meliputi

beberapa aspek, yaitu:

a. Kegiatan visual yaitu yang melibatkan mata sebagai indera

b. Kegiatan yang terorganisir dan sistematis, yaitu tersusun dari bagian

awal sampai pada bagian akhir.

c. Sesuatu yang abstrak (teoritis), namun bermakna.

d. Sesuatu yang berkaitan dengan bahasa dan masyarakat tertentu.

Sebagaimana disebutkan diatas dalam proses menghafalpun juga

terdapat dua aspek pokok yang saling bearkaitan yaitu pembaca dan bahan

bacaan atau penghafal dan bahan yang dihafalkan. Ditinjau dari segi

pelakunya, menghafal merupakan salah satu dari kemampuan

(penguasaan) bahasa seseorang yang mana seseorang dapat mengingat

suatu hal diluar kepala. Adapun kemampuan lainnya dalam berbahasa

11

Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya,2012), 109-110.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

10

yaitu, kemampuan menyimak (mendengarkan), berbicara, mendengar dan

menulis. Kemampuan mendengar dan berbicara dikelompokkan kepada

komunikasi lisan sedang kemampuan menghafal dan menulis termasuk

dalam komunikasi tulisan.

Dari beberapa pengertian diatas adalah bahwa pembelajaran atau

pembinaan Al-Qur‟an adalah kegiatan pembelajaran menghafal dan

menulis yang ditekankan pada upaya memahami informasi, tetapi ada pada

tahap menghafalkan (melesankan) dan mengadakan pembiasaan dalam

melaadzkannya serta cara menuliskannya. Adapun tujuan dari pembinaan

atau pembelajaran Al-Qur‟an ini adalah agar dapat menghafal kata-kata

dengan kalimat sederhana dengan lancar dan tertib serta dapat menulis

huruf dan lambang-lambang arab dengan rapi, lancar dan benar.12

3. Asas Kegiatan Pembelajaran Al-Qur’an

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Al-Qur‟an disekolah akan

memberikan banyak manfaat bagi siswa. Oleh karena itu dalam

pelaksanaan kegiatan perlu memperhatikan hal-hal berikut:

a. Kegiatan tersebut harus mampu meningkatklan pengayaan siswa

baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotor.

b. Kegiatan tersebut dilakukan guna membentuk manusia yang

berakhlakul karimah.

12

Sridjatun, Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, (Semarang: Jurnal Pendidikan

Islam, 2017) Vol. 11, 27-29.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

11

c. Memberikan kesempatan menyalurkan bakat dan minat siswa

sehingga terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan yang positif.

d. Adanya perencanaan, persiapan serta pembiayaan yang telah

diperhitungkan sehingga program cepat mencapai tujuannya

e. Koordinasi antara kepala sekolah, dan guru, petugas BP dan pihak

lain yang terkait.13

4. Materi Kegiatan Pembelajaran Al-Qur’an

Untuk memberikan hasil yang baik dalam pendidikan maka materi

pembelajaran merupakan salah satu factor penting dalam mendukung

keberhasilan siswa. Dan sesuai dengan tujuannya maka materi

pembelajaran di bedakan menjadi dua yaitu materi pokok dan materi

tambahan.

a. Materi Pokok

Yang dimaksud materi pokok adalah materi yang harus

dikuasai benar oleh siswa. Siswa yang sudah memiliki kemampuan

dasar dalam menghafal dan menulis dapat mempergunakan Al-

Qur‟an sebagai materi pokoknya. Sedangkan siswa yang belum bisa

menghafal Al-Qur‟an maka mereka harus menggunakan buku

khusus sebagai materi pkoknya.

b. Materi tambahan

13

Abdul Mujib Ismail, Pedoman Ilmu Tajwid, (Surabaya: Karya Abditama, 1995), 03.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

12

Yang dimaksud materi tambahan adalah materi yang penting

yang juga harus dikuasai oleh siswa. Materi tambahan itu antara

lain:

1) Ilmu tajwid

Yang dimaksud ilmu tajwid adalah ilmu pengetahuan yang

menjelaskan cara menghafal Al-Qur‟an dengan baik dan tertib

menurut makhrajnya, panjang pendeknya, tebal tipisnya,

berdengung atau tidaknya, irama dan nadanya serta titik

komanya sesuai dengan yang telah diajarkan oleh Rasulullah

SAW.14

2) Praktek shalat

Siswa disuruh mempraktikkan sholat fardhu dan sunnah.

Dalam mepraktikkan sholat ini siswa diharap hafal dan mampu

melafalkan bacaan sholat dengan benar

3) Hafalan

Materi hafalan ini meliputi hafalan surat pendek, ayat

pilihan dan doa yang digunakan sehari-hari. Dan materi ini

nantinya dapat digunakan dan diamalkan oleh siswa dalam

kehidupan sehari-hari.

4) Menulis Huruf Al-Qur‟an

Untuk menulis ini siswa perlu diperkenalkan terlebih

dahulu dengan huruf hijaiyah kemudian siswa diperintahkan

14

Pimpinan Pusat MABIN TPA An-Nahdliyah Tulungagung, Pedoman Pengelolaan TPA An-

Nahdliyah, (Tulungagung: MABIN An-Nahdliyah,2015).

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

13

untuk menulisnya. Bentuk-bentuk tulisan dalam Al-Qur‟an

dibagi menjadi :

a) Bentuk tunggal, tidak dapat bersambung dari kanan ke kiri.

b) Bentuk akhir, dapat bersambung kekiri saja, terletak diawal

rangkaian.

c) Bentuk awal, dapat bersambung kekiri saja, terletak diawal

rangkaian.

d) Bentuk tengah, dapat bersambung kekanan dan kekiri,

terletak ditengah rangkaian.

B. Konsep Tentang Metode menghafal Al-Qur’an An-Nahdliyah

1. Pengertian dan Sejarah Metode An-Nahdliyah

Metode adalah sebuah cara kerja atau trik untuk memahami persoalan-

persoalan yang akan dikaji. Metode An-Nahdliyah merupakan sebuah

kebangkitan.Istilah ini digunakan untuk sebuah metode cepat tanggap

menghafal Al-Qur‟an yang dikemas secara brjenjang satu sampai enam

jilid. Istilah Cepat Tanggap Belajar Al-Qur‟an An-Nahdliyah dikarenakan

memang metodologinya menggunakan system klasikal penuh. Cara

belajar dengan menggun hitungan ketukan secara berirama. Jadi dengan

metode ini anak-anak lebih cepat untuk menghafal Al-Qur‟an.15

Metode An-Nahdliyah adalah metode baca tulis Al-Qur‟an dan

Tahfidzul Qur‟an yang dibawah naungan lembaga pendidikan Ma‟arif

15

M. Ulfi Fahrul Fanani, “Penerapan Metode An-Nahdliyah Dalam Beajar Menghafal Al-Qur‟an

Di TPQ Baitul Qudus Bakalan Wonodadi Blitar” (Tulungagung: Skripsi, 2015), 09.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

14

NU yang berpusat di Tulungagung, metode ini dirumuskan dengan para

kyai dan para ahli di bidang pengajaran al-qur‟an serta tokoh-tokoh

pendidikan di lingkungan NU (Nahdliyin), yang di beri nama “Metode

Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah”, yang di lakukan pada

khir tahun 1990, hal ini di lakukan dengan pertimbangan,

Pertama: kebutuhan terhadap metode yang cepat dapat diserap oleh anak

dalam belajar menghafal Al-Qur‟an sangat dibutuhkan karena padatnya

acra yang dimiliki oleh hampir setiap anak sekolah,

Kedua: kebutuhan pola pembelajaran yang berciri khas Nahdliyin

dengan menggabungkan nilai salaf dan metode pembelajran modern juga

menjadi kebutuhan yang sangat mendasar.16

Pada perkembangan selanjutnya metode an-nahdliyah pada tanggal

16 Pebruari 1993 mendapat rekomendasi dari PW LP Ma‟arif NU Jawa

Timur dan ijin hak cipta dari departemen kehakiman RI, dan metode ini

sangat berkembang pesat di wilayah jawa timur, jawa tengah, jawa barat

dan wilayah lainnya. Perkembangan metode An-Nahdliyah bukan hanya

di kalangan nahdliyin saja, tetapi lembaga lain juga banyak yang

menggunakan. Adapun visi dari metode ini adalah terbentuknya generasi

Qur‟ani, dan mempunyai misi untuk mengajarkan bacaan dan isi

kandungan Al-qur‟an, menanamkan nilai-nilai ajaran al-qur‟an, untuk

16

MABIN, Metode Pengelolaan Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-

Nahdliyah,(Tulungagung: Prees, 2015), 1-2

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

15

memberikan bekal lebih mendalam pada ajaran islam pada jenjang

selanjutnya.

Secara singkat tujuan utama pendirian dan pengembangan metode

an-nahdliyah ini adalah memberantas buta huruf Al-Qur‟an dan

mempersiapkan anak mampu menghafal Al-qur‟an dengan baik dan

benar, memupuk rasa cinta terhadap Al-Qur‟an yang pada akhirnya juga

mempersiapkan anak untuk menempuh jenjang pendidikan agama lebih

lanjut.17

Dari paparan sejarah diatas menunjukkan bahwa penanaman dan

kecintaan terhadap Al-Qur‟an dengan baik dan benar merupakan suatu

kebutuhan yang harus benar-benar terlaksana dan diterapkan dengan

metode yang sesuai, maka Lembaga Pendidikan Ma‟arif di tulungagung

mencoba merumuskan metode pengajaran yang sesuai dengan

perkembangan dan kemampuan anak yang berjiwa Ahlussunnah Wal

Jama‟ah, dan metode ini di populerkan dengan nama “Metode Cepat

Tanggap Belajar Al-Qur‟an An-Nahdliyah”.

2. Pedoman Pengajaran dan Ciri-ciri Khusus Metode An-Nahdliyah

Ketentuan umum dan cirri-ciri khusus metode An-Nahdliyah adalah:

a. Program buku paket, program awal yang dipandu dengan buku paket

Cepat Tanggap Belajar Al-Qur‟an sebanyak 6 jilid yang dapat

ditempuh kurang lebih enam bulan.

17

Mabin, Metode Pengelolaan Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-

Nahdliyah,(Tulungagung: Prees, 2015),1-3.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

16

b. Program sorogan Al-Qur‟an, yaitu program lanjutan sebagai aplikasi

praktis untuk menghantar santri atau siswa mampu menghafal Al-

Qur‟an sampai khatam 30 juz.

c. Materi disusun secara berjenjang.

d. Pengenalan huruf sekaligus diawali dengan latihan dan pemantapan

makharijul huruf.

e. Penerapan qaidah tajwid.

f. Kegiatan disusun secara klasikal untuk tutorial dengan materi yang

sama agar terjadi proses musafahah.

g. Evaluasi dilaksanakan secarakontinyu dan berkelanjutan.

h. dalam kegiatan belajar mengajar dikelompokkan berdasarkan tingkat

kemampuannya.

3. Tenaga Edukatif dan Peserta Didik

a. Tenaga Edukatif

Tenaga edukatif sering disebut dengan istilah ustadz-ustadzah.

Menurut tugasnya dibagi menjadi 2, yaitu: Ustadz tutor, yang

memegang tugas untuk menyampaikan materi pelajaran. Ustadz

privat, bertugas membimbing dan mengevaluasi kemudian

menentukan tingkat prestasi.

b. Peserta Didik

Peserta didik disebut dengan istilah santri. Ditinjau dari tingkat usia

dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu :

1) Kategori usia anak : 5-13 tahun

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

17

2) Kategori usia remaja : 13-21 tahun

3) Kategori usia dewasa : 21 tahun keatas

4. Metode Penyampaian An-Nahdliyah

Metode penyampaian yang dipakai dalam proses belajar mengajar

metode An-Nahdliyah adalah :

1) Metode Demonstrasi, yaitu tutor memberikan contoh secara praktis

dalam melafalkan huruf dan cara menghafal hukum bacaan.

2) Metode Drill, yaitu santri disuruh berlatih melafalkan sesuai dengan

makhraj dan hukum bacaan sebagaimana yang dicontohkan ustadz.

3) Tanya Jawab, yaitu ustadz memberikan pertanyaan kepada santri dan

atau sebaliknya.

4) Metode ceramah, yaitu ustadz memberikan penjelasan sesuai dengan

pokok bahasan yang diajarkan.18

5. Pedoman Sorogan Al-Qur’an Metode An-Nahdliyah

Ketentuan umum dan sistem bacaan dalam menghafal Al-Qur‟an.

Setelah santri dinyatakan lulus EBTA buku paket 6 Jilid, maka sebagai

tindak lanjut pembinaan santri diarahkan untuk mengikuti Program

Sorogan mulai dari buku paket 6 Jilid sampai khatam Al-Qur‟an 30 juz.

Pada umumnya bacaan yang digunakan dalam Program Sorogan Al-

Qur‟an, antara lain :

1) Tartil

18

Ibid.,19-31.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

18

Yang dimaksud sistem bacaan tartil adalah menghafal Al-Qur‟an

dengan pelan dan jelas sekira mampu diikuti oleh orang yang

menulis bersamaan dengan yang menghafal.

2) Tahqiq

Yang dimaksud sistem bacaan tahqiq adalah menghafal Al-Qur‟an

dengan menghafal Al-Qur‟an dengan menjaga agar supaya

bacaannya sampai kepada hakekat bacaan. Sehingga makharijul

huruf, shifatul huruf dan ahkamul huruf benar-benar tampak

dengan jelas. Gunanya bacaan tahqiq ini untuk menegakkan

bacaan Al-Qur‟an sampai sebenarnya tartil. Dengan demikian

setiap bacaan tahqiq mesti tartil.

3) Hadr

Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an

dengan cara yang cepat sepanjang tidak melanggar ketentuan ilmu

tajwid. Harus diingat bahwa dalam sistem bacaan ini jangan

sampai terdapat huruf terselip atau samar dalam menghafalnya.19

4) Tadwir

Yang dimaksud sistem bacaan tadwir adalah cara menghafal

dengan cara sedang yaitu antara cepatnya hadr dan pelannya tartil.

5) Taghoni

19

MABIN, Metode Pengelolaan Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-

Nahdliyah,(Tulungagung: Prees, 2015),31-32

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

19

Yang di maksud taghoni adalah menghafal Al-Qur‟an dengan

menggunakan lagu atau biasanya dilakukan dengan irama. Untuk

tahap belajar dalam metode An-Nahdliyah ini masih menggunakan

3 cara yaitu tartil, tahqiq dan tadarus. Mengapa demikian, apabila

siswa atau murid yang masih dalam tahap belajar langsung

menggunakan bacaan hadr dan tadwir akan dikhawatirkan kurang

hati-hati dalam menghafal ayat Al-Qur‟an.20

6. Strategi Pendirian dan Pengembangan

a. Tahap Persiapan

1). Pendekatan pada tokoh masyarakat dan guru mengaji yang sudah

ada.

2). Pembentukan pengurus

3). Pembentukan dewan pengasuh

b. Tahap Pelaksanaan

1). Pemantapan Kerja Pengurus, penanganan metode An-Nahdliyah

merupakan penanganan memerlukan tepat waktu dan terus

menerus, maka membutuhkan orang yang mempunyai idealisme

dan dedikasi yang tinggi terhadap organisasi dan masyarakat,

sehingga mampu dengan baik membantu dengan kontinyu di setiap

pekembangannya.

2). Pemantapan kerja dewan ustadz atau ustadzah, pemantapan dewan

pengasuh sangat diperlukan, sebab terleak pada dewan pegasuhlah

20

MABIN, Metode Pengelolaan Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-

Nahdliyah,(Tulungagung: Prees, 2015),31-32

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

20

kelancaran proses belajar mengajar dapat terlaksana baik,

pemantapan kerja ini meliputi motivasi Agamis yaitu mengajar Al-

Qur‟an merupakan ibadah dan mempertahankan ajaran Islam,

kemudian adanya motivasi ilmiah yakni penguasaan CBSA dan

kelanjutan madrasah, kemudian yang terakhir motivasi social

psychologis yakni, anak bisa menghafal Al-Qur‟an akan mampu

mengobati jiwanya sendiri, penyegaran dan peningkatan

kemampuan mengajar bagaimana usaha ustadz agar selalu segar

ilmunya dan meningkatkan kemampuannya.21

3). Pemantapan wali santri, wali santri dimantapkan tentang metode

An-Nahdliyah dan hasil-hasil yang dicapai. Sebab orang tua wali

juga berperan dalam metode ini, pemantapan antara lain meliputi

tanggungjawab, orang tua terhadap pendidikan anak, keutamaan

orang tua mempunyai anak yang dapat menghafal Al-Qur‟an,

kesadaran orang tua terhadap I‟anah Syahriyah, peran orang tua

dalam system CBSA.

c. Tahap Evaluasi meliputi evaluasi kerja pengurus, evaluasi kerja dewan

guru, evaluasi pendidikan, persiapan pendidikan lanjutan, kombinasi

pengajaran.22

7. Materi Pengajaran Metode An-Nahdliyah

21 Pedoman Pengelolaan TPQ An-Nahdliyah, Pimpinan Pusat Majelis Pimpinan TPQ An-

Nahdliyah, 20 Jjanuari 2015, 7-8 22

Pedoman Pengelolaan TPQ An-Nahdliyah, Pimpinan Pusat Majelis Pimpinan TPQ An-

Nahdliyah, 20 Jjanuari 2015, 7-8.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

21

Materi pengajaran ini meliputi materi pokok yaitu menghafal Al-

Qur‟an dan ditambah dengan materi tambahan yakni:

1) Menulis huruf Al-Qur‟an.

2) Hafalan surat pendek.

3) Hafalan bacaan surat dan do‟a.

4) Praktek wudhu dan shalat.

5) Membentuk akhlak dan kepribadian yang baik.23

Dari beberapa serangkaian diatas bahwa selama 2 jam tutor

memberikan sedikit penjelasan mengeai tatacara belajar dalam program

sorogan surat-surat pendek Al-Qur‟an disertai dengan meggunakan kartu

bimbingan untuk mengevaluasi hasil bimbingan atau hasil hafalan-hafalan

surat pendek yang disetorkan kepada ustadz tutor.

Dalam kegiatan tersebut siswa maupun santri maju ke depan

bergiliran dan duduk di hadapan ustadz tutor, kemudian siswa maupun

santri yang lain menunggu giliran maju dengan saling simak-menyimak

antar teman sebangkunya.

23

Ibid.,33.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

22

8. Program Sorogan Al-Qur’an Metode An-Nahdliyah

1. Pembagian alokasi waktu, waktu yang dibutuhkan santri khatam Al-

Qur‟an 30 Juz adalah selama 720 jam untuk 720 kali tatap muka,

sehingga program ini dapat diselesaikan kurang lebih 24 bulan tanpa

hari libur. Dalam waktu 60 menit setiap kali pertemuan, kegiatan yang

berlangsung adalah:

a). Untuk hari pertama Ustadz Tutor memberi penjelasan tentang tata

cara menghafal dalam Program Sorogan, dan memberikan materi

sorogan untuk pertama kalinya.24

b). Untuk hari kedua dan seterusnya kegiatan yang berlangsung dan

pembagian waktu yang dilaksanakan adalah 30 menit untuk

pelajaran yang telah disajikan kemarin, 15 menit untuk kegiatan

tutorial dengan memberikan materi lanjutan, 15 menit kedua

kegiatan yang berlangsung adalah santri disuruh menghafal

bersama-sama materi yang baru saja diberikan oleh tutor.

Perlu dijelaskan bahwa untuk mempermudah pengelolaan kelas,

dalam kegiatan privat ( 30 menit pertama) caranya adalah santri atau siswa

disuruh duduk berhadapan secara berkelompokdan bergilir menghafal

24

MABIN, Metode Pengelolaan Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-

Nahdliyah,(Tulungagung: Prees, 2015), 35-36.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

23

pelajaran yang sudah disajikan hari kemarin, sedang kelompok

dihadapannya menyimak dan mengevaluasi serta memberikan nilai

prestasi. Hal ini dilakukan apabila santri dipandang sudah mampu

memberikan evaluasi terhadap temannya. Manfaat dari cara ini adalah

santri atau siswa lebih hati-hati, santri mampu meneliti bacaan yang benar

dan salah, santri memperoleh ketrampilan dalam memproses

pemahaman.25

2. Penyajian Materi Tambahan, secara garis besar materi tambahan dapat

dilakukan dengan cara:

a). Untuk materi yang bersifat hafalan, seperti hafalan surat pendek, do‟a –

do‟a mustajabah dan bacaan shalat dilakukan secara penugasan. Santri

atau siswa diberikan tugas menghafal dirumah dan sewaktu-waktu

santri dapat menyetorkan hafalannya kepada Ustadz Tutor.

b). Untuk materi yang bersifat praktik menulis, wudhu dan shalat sunnah.

c). Untuk materi yang bersifat cerita dapat diselipkan sewaktu-waktu oleh

Tutor.26

25

MABIN, Metode Pengelolaan Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-

Nahdliyah,(Tulungagung: Prees, 2015), 36-37. 26

Ibid.,37.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

24

9. Pengelolaan Kelas Program Sorogan

Untuk alokasi waktu serta pengelolaan kelas metode An-Nahdliyah

ini memiliki uraian kegiatan sebagai berikut :

1. Membuka kegiatan dengan salam.

2. Membaca do‟a (do‟a kalamun).

3. Absensi siswa/santri.

4. Santri membaca bersama atau lalaran sebelum menyetorkan hafalan

individu.

5. Ustadz menyuruh membaca satu persatu.

6. Ustad menilai dalam kartu prestasi.

7. Ustadz memberikan bimbingan kepada santri yang kurang tepat

bacaannya.

8. Belajar materi tambahan.

9. Do‟a penutup serta salam.27

Di dalam pengelolaan kelas ini, tutor memberikan waktu kepada siswa

SMPN 1 Kedungpring untuk mengulang-ulang hafalan surat berikutnya

dengan teman sebangku sambil menunggu giliran setoran kepada tutor.

27

MABIN, Metode Pengelolaan Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-

Nahdliyah,(Tulungagung: Prees, 2015), 30.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

25

10. Standart Evaluasi Metode An-Nahdliyah

NILAI PRESTASI KETERANGAN

86-100

70-85

60-69

50-59

0-49

A

B

C

D

E

LULUS

LULUS

LULUS

UJI ULANG

TIDAK LULUS

1. Evaluasi Harian

a). Evaluasi dilaksanakan oleh Ustadz/Tutor

b). Penilaian meliputi Makharijul Huruf, Ahkamul Mad wal

Qashar,Ahkamul Huruf dan Fashahah.

c). Fungsinya untuk melihat kemajuan santri pada setiap materi yang

diajarkan.

d). Penilaian dengan standar prestasi A, B, C sebagaimana

tercantum dalam blangko.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

26

2. Evaluasi Materi Tambahan

a). Evaluasi dilakukan oleh Ustadz Tutor

b). Ustadz Tutor menuliskan nama surat/do‟a, tanggal saat santri

sudah hafal dan membubuhkan paraf.28

10. Kelebihan dan Kekurangan Metode An-Nahdliyah

1. Kelebihan

a). Metode ini mengacu pada pendekatan totalitas, hal ini dapat kita lihat

dari sifat pengajarannya yang sangat praktis yitu memasukkan bacaan

tajwid dalam pengajaran Al-Qur‟an sebelum tajwid itu nanti dipelajari

setelah santri menyelesaikan paket An-Nahdliyah.

b). Santri dapat berhasil dalam menghafal Al-Qur‟an dengan tartil.

c). Dalam teknik pelaksanaan, belajar dengan sistem klasikal tetapi lebih

ditekankan pada cara belajar privat, sehingga santri dapat kesempatan

yang lebih luas.

d). Metode ini dipandu dengan titian murottal.

2. Kekurangan

a). Santri mempunyai ketergantungan terhadap titian murottal.

b). Pendekatan sistem privat dapat menyebabkan persaingan yang kurang

sehat antar santri.

Adapun hal-hal yang harus dilakukan oleh dewan Ustadz/dzah

untuk menutupi kekurangan tersebut adalah: 28

MABIN, Metode Pengelolaan Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An- Nahdliyah,

(Tulungagung: Prees, 2015), 37.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

27

1). Ustadz/Ustadzah berusaha untuk menetapkan (tidak memperlambat

dan mempercepat) ketukan, sehingga santri terbiasa dengan ketukan

yang semestinya.

2). Dalam sistem privat, hendaknya Ustadz/Ustadzah mengelompokkan

santri berdasarkan tingkat kemampuan. Dengan deikian persaingan

yang kurang sehat antar santri bisa sedikit diatasi.29

Belajar menghafal Al-Qur‟an dengan menggunakan metode An-

Nahdliyah ini cenderung menghasilkan santri serta siswa siswi lancar

dalam menghafal Al-Qur‟an, karena metode ini merupakan metode aktif

dan lebih banyak digunakan santri-santri belajar Al-Qur‟an lebih cepat.

C. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk

menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin

melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk

meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu

dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di

dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan

sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan

belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan

29

Atik Inayatul Maknunah, Studi Tentang Metode An-Nahdliyah Sebagai Suatu Alternative

Metode Pengajaran Al-Qur’an Di TPQ Sabilun Najah Sumurjalak Plimpang Tuban. (IAIN,

Surabaya, 29 Juli 2000).

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

28

yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan

“keseluruhan” karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-

sama menggerakan siswa untuk belajar.

Seseorang siswa yang memiliki inteligensi cukup tinggi, mentak

(boleh jadi) gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar akan optimal

kalau ada motivasi yang tepat. Bergayut dengan ini maka kegagalan

belajar siswa jangan begitu saja mempersalahkan siswa, sebab mungkin

saja guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu

membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk berbuat atau

belajar.Jadi tugas guru bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya

tumbuh motivasi.30

2. Kebutuhan dan Teori Tentang Motivasi

Apa dorongan seseorang melakukan suatu aktivitas? Pertanyaan

ini cukup mendasar untuk mengkaji soal teori tentang motivasi. Dari

pertanyaan itu kemuudian memunculkan jawab dengan adanya “biogenic

theories” dan “sociogenic theories”. “Biogenic theories” yang menyangkut

proses biologis lebih menekankan pada mekanisme pembawaan biologis,

seperti insting dan kebutuhan-kebutuhan biologis. Sedang yang

“sociogenic theories” lebih menekankan adanya pengaruh kebudayaan

atau kehidupan masyarakat.

Dari kedua pandangan itu dalam perkembangannya akan

menyangkut persoalan-persoalan insting, fisiologis, psikologis dan pola-

30

Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Depok, PT. Rajagrafindo Persada, 2012),

73-76.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

29

pola kebudayaan. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang melalukan

aktivitas karena didorong oleh adanya faktor-faktor,kebutuhan biologis,

insting dan mungkin unsur-unsur kejiawaan yang lain serta adanya

pengaruh perkembangan budaya manusia. Dalam persoalan ini Skiner

lebih cenderung merumuskan dalam bentuk mekanisme stimulus dan

respons. Mekanisme hubungan stimulus dan respons inilah akan

memunculkan suatu aktivitas. 31

Kemudian dalam hubungannya dalam kegiatan belajar, yang

penting bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang

mengarahkan si siswa itu melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini

sudah barang tentu peran guru sangat penting.Bagaimana guru melakukan

usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar

anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik. Untuk dapat

belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi yang baik pula. Itulah

maka para ahli psikologi pendidikan mulai memerhatikan soal motivasi

tidak pernah dikatakan baik, apabila tujuan yang diinginkan juga tidak

baik.32

3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi.

Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan

31

Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Depok, PT. Rajagrafindo Persada, 2012),

76. 32 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Depok, PT. Rajagrafindo Persada,

2012), 77.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

30

menjadi optimal, kalau ada motivasi. Maka tepat motivasi yang diberikan

akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa

menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.

Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan

motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan

apayang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut. Seseorang siswa yang akan melakukan kegiatan belajar dan

tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau

menghafal komik,sebab tidak serasi dengan tujuan.

Di samping itu, ada juga fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi

sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan

suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam

belajar akanmenunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan usaha

yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang

belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

31

seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi

belajarnya. 33

4. Macam-macam Motivasi

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang.Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang

aktif itu sangat bervariasi.

1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.

a. Motif-motif bawaan

Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa

sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh

misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum,

dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual.

Motif-motif ini seringkali disebut motif-motif yang disyaratkan

secara biologis. Relevan dengan ini, maka Arden N. Frand

memberi istilah jenis motif physiological drives.

b. Motif-motif yang dipelajari

Yaitu motif yang timbul karena di pelajari, sebagai contoh

dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan

untuk mengajar sesuatu di masyarakat.

2. Motivasi Intrinsik

a. Motivasi Intrinsik

33

Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Depok, PT. Rajagrafindo Persada, 2012),

, 86.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

32

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsic adalah motif-motif

yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu di rangsang dari

luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu.34

Perlu di ketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi

intrinsic akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang

berpengetahuan, yng ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-

satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin di capai ialah

belajar, tanpa belajar tidak akan mungkin dapat pengetahuan.

Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu

kebutuhan yang berharuskan untuk menjadi orang yang terdidik

.jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri.

b. Motivasi Ekstrinsik

Yakni motivasi yang aktif dan berfungsi karena adanya

perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik juga dapat dikatakan

sebagai motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar di mulai dan

diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara

mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu adanya penegasan

pula, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan

tidak penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu

dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen

lain dalam proses belajar ada yang kurang menarik bagi siswa,

34

Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Depok, PT. Rajagrafindo Persada, 2012),

88.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

33

sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. 35 Sumadi Suryabrata

berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang

terjadi karena adanya rangsangan dari luar.36

5. Bentuk-Bentuk Motivasi di sekolah

Di dalam KBM peranan motivasi baik intrinsic maupun ekstrinsik

sangat diperlukan.Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan

aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memeliharaa ketekunan

dalam melakukan kegiatan belajar.

Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis

menumbuhkan motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang juga

bisa kurang sesuai. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan

visi dalam kegiatan belajar di sekolah.

a. Memberi angka

b. Hadiah

c. Saingan/kompetisi

d. Ego-Involvement

e. Memberikan ulangan

f. Mengetahui hasil

g. Pujian

h. Hukuman

i. Hasrat untuk belajar

j. Minat

35

35 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Depok, PT. Rajagrafindo Persada,

2012), 88. 36 Suryadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 1993), 72.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

34

k. Tujuan yang diakui.37

Disamping bentuk-bentuk motivasi sebagaimana diuraikan di atas,

sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan.

Hanya yang pentig bagi guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat

dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang

bermakna.Mungkin pada mulanya, karena ada seuatu (bentuk motivasi)

siswa itu rajin belajar, tetapi guru harus mampu melanjutkan dari tahap

rajin belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna

bagi perta didik itu sendiri.

6. Faktor-Faktor Kognitif yang Memengaruhi Motivasi Siswa

Menurut Eva Latipah, bahwa persistensi motivasi intrinsik akan

lebih tahan lama dibandingkan persistensi motivasi ekstrinsik. Hal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantranya adalah minat, ekspektasi dan

nilai, tujuan, atribusi, serta ekspektasi dan atribusi guru.

a. Minat

Terdapat dua jenis minat yaitu minat situasional dan minat pribadi.

Minat situasional dipicu oleh situasi lingkungan sekitar, seperti hal-hal

yang baru, berbeda, dan terduga, demikian juga hal-hal yang

melibatkan tingkat aktivitas tinggi atau emosi yang kuat.

Di sisi lain, siswa juga cenderung memiliki pilihan pribadi

tentang topik-topik yang mereka cari dan aktivitas yang mereka ikuti.

37

Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Depok, PT. Rajagrafindo Persada, 2012),

95.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

35

Pilihan pribadi yang disebut juga sebagai minat pribadi ini relatif

stabil sepanjang waktu dan menghasilkan pola yang konsisten dalam

pilihan yang dibuat siswa.38

b. Ekspektasi dan Nilai

Sejumlah pakar mengemukakan bahwa motivasi untuk melakukan

sebuah tugas tertentu tergantung pada dua variabel yang bersifat

subyektif. Variabel pertama, siswa harus memiliki harapan yang tinggi

(ekspektasi) bahwa mereka akan sukses. Variabel kedua adalah nilai,

yaitu keyakinan siswa bahwa ada manfaat langsung dan tidak langsung

dalam pengerjaan sebuah tugas.

38

Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Pedagogia, PT Pustaka Insan

Madani, 2012), 178-185

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

36

c. Tujuan

Sebagian besar perilaku manusia mengarah pada tujuan tertentu.

Beberapa tujuan merupakan sasaran jangka pendek dan temporer,

beberapa tujuan lainnya merupakan sasaran jangka panjang dan relatif

bertahan lama.

d. Atribusi

Atribusi adalah cara seseorang memandang penyebab dari suatu

hasil. Menurut Weiner, ketika seseorang mencoba menjelaskan suatu

kegagalan atau kesuksesan, ia sering mengatribusikannya pada salah

satu atau lebih dari empat penyebab yaitu: kemampuan, usaha, tingkat

kesulitan tugas, atau keberuntungan.39

D. Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi Berasal dari evaluation. Kata tersebut diserap ke dalam

perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan

kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia “evaluasi”.

Evaluasi menurut istilah adalah suatu proses yang berkelanjutan

tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-

keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran. Evaluasi

juga bisa diartikan sebagai penilaian yang sistematik tantang manfaat atau

kegunaan suatu objek . dalam melakukan evaluasi terdapat judgement

39

Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Pedagogia, PT Pustaka Insan

Madani, 2012), 178-185.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

37

untuk menentukan nilai suatu program, evaluasi memerlukan data hasil

pengukuran informasi hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang

memiliki banyak dimensi seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat,

ketrampilan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam kegiatan

evaluasi, alat ukur yang digunakan juga bervariasi bergantung pada jenis

data yang ingin diperoleh.40

2. Evaluasi Pembelajaran

Dalam system pembelajaran, evaluasi merupakan suatu sistem,

evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus

ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran.41 Hasil

yang diperoleh dapat dijadikan acuan bagi guru dalam memperbaiki dan

menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran.

Kegiatan apapun yang dilakukan, jika ingin memperoleh informasi

mengenai kinerjanya maka perlu dilakukan evaluasi. Hal ini bertujuan agar

mengetahui dengan jelas apakah tujuan pembelajaran di lembaga

pendidikan tersebut telah terlaksanakan dengan baik. Program pengajaran

dievaluasi untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang telah

direncanakan dapat dicapai. Apapun kegiatannya tanpa evaluasi maka sulit

untuk memperoleh informasi apakah program sudah berlangsung dengan

baik.42

40

Rohman, Pengembangan Instrument Evaluasi Dan Penelitian, (Yogyakarta: Kalimedia, 2017),

02. 41

Ibid.,05 42 Ibid.,06

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

38

3. Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Dalam tahap evaluasi, langkah pertama yang harus diperhatikan

adalah tujuan evaluasi. Penentuan tujuan evaluasi sangat bergantung pada

jenis evaluasi yang digunakan. Perlu diketahui bahwa evaluasi banyak

digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan, antara lain dalam kegiatan

bimbingan, dan penyuluhan, supervise dan seleksi, dan pembelajaran.43

Dalam kegiatan bimbingan, tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh

informasi secara menyeluruh mengenai karakteristik peserta didik,

sehingga dapat diberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya, begitu juga

dalam kegiatan supervisi, tujuan evaluasi adalah untuk menentukan

keadaan suatu situasi pendidikan atau pembelajaran, sehingga dapat

diusahakan langkah perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di

sekolah. Dalam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui

tingkat pengethauan, ketrampilan, sikap dan nilai peserta didik.44

Sementara itu Chittenden (1994) mengemukakan tujuan penilaian

adalah Keeping track, Chekking-up, finding out, and summing up

a. Keeping Track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar

peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang

telah ditetapkan. Untuk itu, guru harus mengumpulkan data dan

informasi dalam kurun waktu tertentu melalui berbagai jenis dan

teknik penilaian untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian

kemajuan belajar peserta didik.

43

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran,(Bandung: Remeja Rosdakarya, 2013),14. 44 Ibid.,14-15.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

39

b. Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemempuan peserta

didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta

didik selama mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru

perlu melakukan penilaian untuk mengetahui baggian mana dari materi

yang sudah dikuasai peserta didik dan bagian mana dari materi yang

belum dikuasai.

c. Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi

kekurangan, kesalahan, atau kelemahan peserta didik dalam proses

pembelajaran sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternative

solusinya.

d. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta

didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penyimpulan

ini dapat digunakan guru untuk menyusun laporan kemajuan belajar ke

berbagai pihak yang berkepentingan.45

Adapun tujuan penilaian hasil belajar adalah :

a. Untuk mengetahuai tingkat penguasaan peserta didik terhadap

materi yang telah diberikan

b. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap

peserta didik terhadap program pembelajaran.

c. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar

peserta didik dengan standar kompetensi dasar yang telah

ditetapkan

45 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran,(Bandung: Remeja Rosdakarya, 2013),15.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

40

d. Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keunggulan peserta didik

dapat dijadikan dasar bagi guru untuk memberikan pembinaan dan

pengembangan lebih lanjut, sedangkan kelemahannya dapat

dijadikan acuan untuk memberikan bimbingan atau bantuan.

e. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang

sesuai dengan jenis pendidikan kenaikan kelas.

f. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang

dimilikinya.46

4. Ciri-ciri evaluasi pembelajaran

sebagai suatu bidang kegiatan, evaluasi hasil belajar memiliki cirri

khas yang membedakannya dari bidang kegiatan yang lain. Di antara cirri-

ciri yang dimiliki oleh evaluasi hasil belajar adalah sebagaimana

dikemukakan pada uraian berikut ini :

a. Evaluasi dilaksanakan dalam rangka mengukur keberhasilan belajar

peserta didik itu, pengukurannya dilakukan secara tidak langsung,

melainkan melihat dari gejala atau fenomena yang tampak atau

memancar dari kepandaian yang dimiliki oleh para peserta didik yang

bersangkutan.

b. Bahwa pengukuran dalam rangka menilai keberhasilan belajar peserta

didik pada umumnya menggunakan ukuran menggunakan angka.

46 Ibid.,15

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

41

c. Evaluasi hasil belajar pada umumnya digunakan unit-unit atau satuan

yang tetap.

d. Prestasi belajar yang dicapai siswa dari waktu ke waktu bersifat

relative, dalam arti : bahwa hasil evaluasi terhadap keberhasilan belajar

peserta didik itu pada umumnya tidak selalu menunjukkan atau

kejegan.

e. Evaluasi hasil belajar, sulit untuk didhindari terjadinya kekeliruan

pengukuran. Seperti diketahuai, dalam usaha untuk menilai hasil

belajar peserta didik, pendidik mengadakan pengukuran terhadap

peserta didik dengan menggunakan alat pengukur berupa tes ujian,

baik tulis maupun lisan.47

Jadi seorang guru perlu mengetahui tingkat kemajuan peserta didik

sebab pengetahuan mengenai kemajuan peserta didik mempunyai macam-

macam kegunaan. Melalui pengetahuan itu dapat mengetahui kedudukan

peserta didik dalam kelompoknya, dan dapat memperkirakan apakah

seorang peserta didik dalam kelompoknya dapat dimasukkan ke dalam

golongan anak yang biasa atau luar biasa. Melalui pengetahuan ini dapat

mengadakan perencanaan masa depan siswa secara baik baik di

masyarakat maupun dalam dirinya sendiri. Kemudian dapat melihat usaha

serta kesungguhan siswa dalam menempuh program yang sudah

direncanakan sekolah untuk mencapai suatu kompetensi yang diharapkan.

47 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), 33-38.

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_BAB II.pdf3) Hadr Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara

42