bab ii landasan teori a. pembelajaran al-qur’anetheses.iainkediri.ac.id/1483/3/932109315_bab...
TRANSCRIPT
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Al-Qur’an
1. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar. Belajar memiliki pengertian
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu yang belum dimiliki
sebelumnya, sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami
dan mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.
Pembelajaran berdasarkan makna leksial dapat berarti proses, cara,
perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial pengajaan adalah pada tindak
ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sementara pada
pembelajaran guru diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan
terjadinya pembelajaran. Guru menyediakan fasilitas bagi peserta didik
untuk mempelajarinya. Pembeajaran tersebut berpusat pada peseta didik.
Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan,
pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana siswa
bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungutnya untuk
memperoleh pengetahuan.10
10
Suyono, Harianto, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 09.
8
9
Pembelajaran pada dasarnya menekankan pada penyediaan sumber
belajar, kegiatan pembelajaran juga bisa merangsang seseorang agar bisa
belajar dengan baik dan sesuai dengan tujuannya.11
Dari uraian diatass dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ialah
proses mentransfer pengetahuan kepada peserta didik dari seorang guru,
dan guru sebagai fasilitator terjadinya proses transfer.
2. Pengertian Belajar dan Menghafal Al-Qur’an
Belajar dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “baca” yang
secara sederhana dapat dirtikan sebagai ucapan lafadz bahasa lisan
menurut aturan-aturan tertentu. Pada dasarnya menghafal meliputi
beberapa aspek, yaitu:
a. Kegiatan visual yaitu yang melibatkan mata sebagai indera
b. Kegiatan yang terorganisir dan sistematis, yaitu tersusun dari bagian
awal sampai pada bagian akhir.
c. Sesuatu yang abstrak (teoritis), namun bermakna.
d. Sesuatu yang berkaitan dengan bahasa dan masyarakat tertentu.
Sebagaimana disebutkan diatas dalam proses menghafalpun juga
terdapat dua aspek pokok yang saling bearkaitan yaitu pembaca dan bahan
bacaan atau penghafal dan bahan yang dihafalkan. Ditinjau dari segi
pelakunya, menghafal merupakan salah satu dari kemampuan
(penguasaan) bahasa seseorang yang mana seseorang dapat mengingat
suatu hal diluar kepala. Adapun kemampuan lainnya dalam berbahasa
11
Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2012), 109-110.
10
yaitu, kemampuan menyimak (mendengarkan), berbicara, mendengar dan
menulis. Kemampuan mendengar dan berbicara dikelompokkan kepada
komunikasi lisan sedang kemampuan menghafal dan menulis termasuk
dalam komunikasi tulisan.
Dari beberapa pengertian diatas adalah bahwa pembelajaran atau
pembinaan Al-Qur‟an adalah kegiatan pembelajaran menghafal dan
menulis yang ditekankan pada upaya memahami informasi, tetapi ada pada
tahap menghafalkan (melesankan) dan mengadakan pembiasaan dalam
melaadzkannya serta cara menuliskannya. Adapun tujuan dari pembinaan
atau pembelajaran Al-Qur‟an ini adalah agar dapat menghafal kata-kata
dengan kalimat sederhana dengan lancar dan tertib serta dapat menulis
huruf dan lambang-lambang arab dengan rapi, lancar dan benar.12
3. Asas Kegiatan Pembelajaran Al-Qur’an
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Al-Qur‟an disekolah akan
memberikan banyak manfaat bagi siswa. Oleh karena itu dalam
pelaksanaan kegiatan perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kegiatan tersebut harus mampu meningkatklan pengayaan siswa
baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotor.
b. Kegiatan tersebut dilakukan guna membentuk manusia yang
berakhlakul karimah.
12
Sridjatun, Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, (Semarang: Jurnal Pendidikan
Islam, 2017) Vol. 11, 27-29.
11
c. Memberikan kesempatan menyalurkan bakat dan minat siswa
sehingga terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan yang positif.
d. Adanya perencanaan, persiapan serta pembiayaan yang telah
diperhitungkan sehingga program cepat mencapai tujuannya
e. Koordinasi antara kepala sekolah, dan guru, petugas BP dan pihak
lain yang terkait.13
4. Materi Kegiatan Pembelajaran Al-Qur’an
Untuk memberikan hasil yang baik dalam pendidikan maka materi
pembelajaran merupakan salah satu factor penting dalam mendukung
keberhasilan siswa. Dan sesuai dengan tujuannya maka materi
pembelajaran di bedakan menjadi dua yaitu materi pokok dan materi
tambahan.
a. Materi Pokok
Yang dimaksud materi pokok adalah materi yang harus
dikuasai benar oleh siswa. Siswa yang sudah memiliki kemampuan
dasar dalam menghafal dan menulis dapat mempergunakan Al-
Qur‟an sebagai materi pokoknya. Sedangkan siswa yang belum bisa
menghafal Al-Qur‟an maka mereka harus menggunakan buku
khusus sebagai materi pkoknya.
b. Materi tambahan
13
Abdul Mujib Ismail, Pedoman Ilmu Tajwid, (Surabaya: Karya Abditama, 1995), 03.
12
Yang dimaksud materi tambahan adalah materi yang penting
yang juga harus dikuasai oleh siswa. Materi tambahan itu antara
lain:
1) Ilmu tajwid
Yang dimaksud ilmu tajwid adalah ilmu pengetahuan yang
menjelaskan cara menghafal Al-Qur‟an dengan baik dan tertib
menurut makhrajnya, panjang pendeknya, tebal tipisnya,
berdengung atau tidaknya, irama dan nadanya serta titik
komanya sesuai dengan yang telah diajarkan oleh Rasulullah
SAW.14
2) Praktek shalat
Siswa disuruh mempraktikkan sholat fardhu dan sunnah.
Dalam mepraktikkan sholat ini siswa diharap hafal dan mampu
melafalkan bacaan sholat dengan benar
3) Hafalan
Materi hafalan ini meliputi hafalan surat pendek, ayat
pilihan dan doa yang digunakan sehari-hari. Dan materi ini
nantinya dapat digunakan dan diamalkan oleh siswa dalam
kehidupan sehari-hari.
4) Menulis Huruf Al-Qur‟an
Untuk menulis ini siswa perlu diperkenalkan terlebih
dahulu dengan huruf hijaiyah kemudian siswa diperintahkan
14
Pimpinan Pusat MABIN TPA An-Nahdliyah Tulungagung, Pedoman Pengelolaan TPA An-
Nahdliyah, (Tulungagung: MABIN An-Nahdliyah,2015).
13
untuk menulisnya. Bentuk-bentuk tulisan dalam Al-Qur‟an
dibagi menjadi :
a) Bentuk tunggal, tidak dapat bersambung dari kanan ke kiri.
b) Bentuk akhir, dapat bersambung kekiri saja, terletak diawal
rangkaian.
c) Bentuk awal, dapat bersambung kekiri saja, terletak diawal
rangkaian.
d) Bentuk tengah, dapat bersambung kekanan dan kekiri,
terletak ditengah rangkaian.
B. Konsep Tentang Metode menghafal Al-Qur’an An-Nahdliyah
1. Pengertian dan Sejarah Metode An-Nahdliyah
Metode adalah sebuah cara kerja atau trik untuk memahami persoalan-
persoalan yang akan dikaji. Metode An-Nahdliyah merupakan sebuah
kebangkitan.Istilah ini digunakan untuk sebuah metode cepat tanggap
menghafal Al-Qur‟an yang dikemas secara brjenjang satu sampai enam
jilid. Istilah Cepat Tanggap Belajar Al-Qur‟an An-Nahdliyah dikarenakan
memang metodologinya menggunakan system klasikal penuh. Cara
belajar dengan menggun hitungan ketukan secara berirama. Jadi dengan
metode ini anak-anak lebih cepat untuk menghafal Al-Qur‟an.15
Metode An-Nahdliyah adalah metode baca tulis Al-Qur‟an dan
Tahfidzul Qur‟an yang dibawah naungan lembaga pendidikan Ma‟arif
15
M. Ulfi Fahrul Fanani, “Penerapan Metode An-Nahdliyah Dalam Beajar Menghafal Al-Qur‟an
Di TPQ Baitul Qudus Bakalan Wonodadi Blitar” (Tulungagung: Skripsi, 2015), 09.
14
NU yang berpusat di Tulungagung, metode ini dirumuskan dengan para
kyai dan para ahli di bidang pengajaran al-qur‟an serta tokoh-tokoh
pendidikan di lingkungan NU (Nahdliyin), yang di beri nama “Metode
Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah”, yang di lakukan pada
khir tahun 1990, hal ini di lakukan dengan pertimbangan,
Pertama: kebutuhan terhadap metode yang cepat dapat diserap oleh anak
dalam belajar menghafal Al-Qur‟an sangat dibutuhkan karena padatnya
acra yang dimiliki oleh hampir setiap anak sekolah,
Kedua: kebutuhan pola pembelajaran yang berciri khas Nahdliyin
dengan menggabungkan nilai salaf dan metode pembelajran modern juga
menjadi kebutuhan yang sangat mendasar.16
Pada perkembangan selanjutnya metode an-nahdliyah pada tanggal
16 Pebruari 1993 mendapat rekomendasi dari PW LP Ma‟arif NU Jawa
Timur dan ijin hak cipta dari departemen kehakiman RI, dan metode ini
sangat berkembang pesat di wilayah jawa timur, jawa tengah, jawa barat
dan wilayah lainnya. Perkembangan metode An-Nahdliyah bukan hanya
di kalangan nahdliyin saja, tetapi lembaga lain juga banyak yang
menggunakan. Adapun visi dari metode ini adalah terbentuknya generasi
Qur‟ani, dan mempunyai misi untuk mengajarkan bacaan dan isi
kandungan Al-qur‟an, menanamkan nilai-nilai ajaran al-qur‟an, untuk
16
MABIN, Metode Pengelolaan Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-
Nahdliyah,(Tulungagung: Prees, 2015), 1-2
15
memberikan bekal lebih mendalam pada ajaran islam pada jenjang
selanjutnya.
Secara singkat tujuan utama pendirian dan pengembangan metode
an-nahdliyah ini adalah memberantas buta huruf Al-Qur‟an dan
mempersiapkan anak mampu menghafal Al-qur‟an dengan baik dan
benar, memupuk rasa cinta terhadap Al-Qur‟an yang pada akhirnya juga
mempersiapkan anak untuk menempuh jenjang pendidikan agama lebih
lanjut.17
Dari paparan sejarah diatas menunjukkan bahwa penanaman dan
kecintaan terhadap Al-Qur‟an dengan baik dan benar merupakan suatu
kebutuhan yang harus benar-benar terlaksana dan diterapkan dengan
metode yang sesuai, maka Lembaga Pendidikan Ma‟arif di tulungagung
mencoba merumuskan metode pengajaran yang sesuai dengan
perkembangan dan kemampuan anak yang berjiwa Ahlussunnah Wal
Jama‟ah, dan metode ini di populerkan dengan nama “Metode Cepat
Tanggap Belajar Al-Qur‟an An-Nahdliyah”.
2. Pedoman Pengajaran dan Ciri-ciri Khusus Metode An-Nahdliyah
Ketentuan umum dan cirri-ciri khusus metode An-Nahdliyah adalah:
a. Program buku paket, program awal yang dipandu dengan buku paket
Cepat Tanggap Belajar Al-Qur‟an sebanyak 6 jilid yang dapat
ditempuh kurang lebih enam bulan.
17
Mabin, Metode Pengelolaan Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-
Nahdliyah,(Tulungagung: Prees, 2015),1-3.
16
b. Program sorogan Al-Qur‟an, yaitu program lanjutan sebagai aplikasi
praktis untuk menghantar santri atau siswa mampu menghafal Al-
Qur‟an sampai khatam 30 juz.
c. Materi disusun secara berjenjang.
d. Pengenalan huruf sekaligus diawali dengan latihan dan pemantapan
makharijul huruf.
e. Penerapan qaidah tajwid.
f. Kegiatan disusun secara klasikal untuk tutorial dengan materi yang
sama agar terjadi proses musafahah.
g. Evaluasi dilaksanakan secarakontinyu dan berkelanjutan.
h. dalam kegiatan belajar mengajar dikelompokkan berdasarkan tingkat
kemampuannya.
3. Tenaga Edukatif dan Peserta Didik
a. Tenaga Edukatif
Tenaga edukatif sering disebut dengan istilah ustadz-ustadzah.
Menurut tugasnya dibagi menjadi 2, yaitu: Ustadz tutor, yang
memegang tugas untuk menyampaikan materi pelajaran. Ustadz
privat, bertugas membimbing dan mengevaluasi kemudian
menentukan tingkat prestasi.
b. Peserta Didik
Peserta didik disebut dengan istilah santri. Ditinjau dari tingkat usia
dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu :
1) Kategori usia anak : 5-13 tahun
17
2) Kategori usia remaja : 13-21 tahun
3) Kategori usia dewasa : 21 tahun keatas
4. Metode Penyampaian An-Nahdliyah
Metode penyampaian yang dipakai dalam proses belajar mengajar
metode An-Nahdliyah adalah :
1) Metode Demonstrasi, yaitu tutor memberikan contoh secara praktis
dalam melafalkan huruf dan cara menghafal hukum bacaan.
2) Metode Drill, yaitu santri disuruh berlatih melafalkan sesuai dengan
makhraj dan hukum bacaan sebagaimana yang dicontohkan ustadz.
3) Tanya Jawab, yaitu ustadz memberikan pertanyaan kepada santri dan
atau sebaliknya.
4) Metode ceramah, yaitu ustadz memberikan penjelasan sesuai dengan
pokok bahasan yang diajarkan.18
5. Pedoman Sorogan Al-Qur’an Metode An-Nahdliyah
Ketentuan umum dan sistem bacaan dalam menghafal Al-Qur‟an.
Setelah santri dinyatakan lulus EBTA buku paket 6 Jilid, maka sebagai
tindak lanjut pembinaan santri diarahkan untuk mengikuti Program
Sorogan mulai dari buku paket 6 Jilid sampai khatam Al-Qur‟an 30 juz.
Pada umumnya bacaan yang digunakan dalam Program Sorogan Al-
Qur‟an, antara lain :
1) Tartil
18
Ibid.,19-31.
18
Yang dimaksud sistem bacaan tartil adalah menghafal Al-Qur‟an
dengan pelan dan jelas sekira mampu diikuti oleh orang yang
menulis bersamaan dengan yang menghafal.
2) Tahqiq
Yang dimaksud sistem bacaan tahqiq adalah menghafal Al-Qur‟an
dengan menghafal Al-Qur‟an dengan menjaga agar supaya
bacaannya sampai kepada hakekat bacaan. Sehingga makharijul
huruf, shifatul huruf dan ahkamul huruf benar-benar tampak
dengan jelas. Gunanya bacaan tahqiq ini untuk menegakkan
bacaan Al-Qur‟an sampai sebenarnya tartil. Dengan demikian
setiap bacaan tahqiq mesti tartil.
3) Hadr
Yang dimaksud dengan bacaan ini adalah menghafal Al-Qur‟an
dengan cara yang cepat sepanjang tidak melanggar ketentuan ilmu
tajwid. Harus diingat bahwa dalam sistem bacaan ini jangan
sampai terdapat huruf terselip atau samar dalam menghafalnya.19
4) Tadwir
Yang dimaksud sistem bacaan tadwir adalah cara menghafal
dengan cara sedang yaitu antara cepatnya hadr dan pelannya tartil.
5) Taghoni
19
MABIN, Metode Pengelolaan Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-
Nahdliyah,(Tulungagung: Prees, 2015),31-32
19
Yang di maksud taghoni adalah menghafal Al-Qur‟an dengan
menggunakan lagu atau biasanya dilakukan dengan irama. Untuk
tahap belajar dalam metode An-Nahdliyah ini masih menggunakan
3 cara yaitu tartil, tahqiq dan tadarus. Mengapa demikian, apabila
siswa atau murid yang masih dalam tahap belajar langsung
menggunakan bacaan hadr dan tadwir akan dikhawatirkan kurang
hati-hati dalam menghafal ayat Al-Qur‟an.20
6. Strategi Pendirian dan Pengembangan
a. Tahap Persiapan
1). Pendekatan pada tokoh masyarakat dan guru mengaji yang sudah
ada.
2). Pembentukan pengurus
3). Pembentukan dewan pengasuh
b. Tahap Pelaksanaan
1). Pemantapan Kerja Pengurus, penanganan metode An-Nahdliyah
merupakan penanganan memerlukan tepat waktu dan terus
menerus, maka membutuhkan orang yang mempunyai idealisme
dan dedikasi yang tinggi terhadap organisasi dan masyarakat,
sehingga mampu dengan baik membantu dengan kontinyu di setiap
pekembangannya.
2). Pemantapan kerja dewan ustadz atau ustadzah, pemantapan dewan
pengasuh sangat diperlukan, sebab terleak pada dewan pegasuhlah
20
MABIN, Metode Pengelolaan Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-
Nahdliyah,(Tulungagung: Prees, 2015),31-32
20
kelancaran proses belajar mengajar dapat terlaksana baik,
pemantapan kerja ini meliputi motivasi Agamis yaitu mengajar Al-
Qur‟an merupakan ibadah dan mempertahankan ajaran Islam,
kemudian adanya motivasi ilmiah yakni penguasaan CBSA dan
kelanjutan madrasah, kemudian yang terakhir motivasi social
psychologis yakni, anak bisa menghafal Al-Qur‟an akan mampu
mengobati jiwanya sendiri, penyegaran dan peningkatan
kemampuan mengajar bagaimana usaha ustadz agar selalu segar
ilmunya dan meningkatkan kemampuannya.21
3). Pemantapan wali santri, wali santri dimantapkan tentang metode
An-Nahdliyah dan hasil-hasil yang dicapai. Sebab orang tua wali
juga berperan dalam metode ini, pemantapan antara lain meliputi
tanggungjawab, orang tua terhadap pendidikan anak, keutamaan
orang tua mempunyai anak yang dapat menghafal Al-Qur‟an,
kesadaran orang tua terhadap I‟anah Syahriyah, peran orang tua
dalam system CBSA.
c. Tahap Evaluasi meliputi evaluasi kerja pengurus, evaluasi kerja dewan
guru, evaluasi pendidikan, persiapan pendidikan lanjutan, kombinasi
pengajaran.22
7. Materi Pengajaran Metode An-Nahdliyah
21 Pedoman Pengelolaan TPQ An-Nahdliyah, Pimpinan Pusat Majelis Pimpinan TPQ An-
Nahdliyah, 20 Jjanuari 2015, 7-8 22
Pedoman Pengelolaan TPQ An-Nahdliyah, Pimpinan Pusat Majelis Pimpinan TPQ An-
Nahdliyah, 20 Jjanuari 2015, 7-8.
21
Materi pengajaran ini meliputi materi pokok yaitu menghafal Al-
Qur‟an dan ditambah dengan materi tambahan yakni:
1) Menulis huruf Al-Qur‟an.
2) Hafalan surat pendek.
3) Hafalan bacaan surat dan do‟a.
4) Praktek wudhu dan shalat.
5) Membentuk akhlak dan kepribadian yang baik.23
Dari beberapa serangkaian diatas bahwa selama 2 jam tutor
memberikan sedikit penjelasan mengeai tatacara belajar dalam program
sorogan surat-surat pendek Al-Qur‟an disertai dengan meggunakan kartu
bimbingan untuk mengevaluasi hasil bimbingan atau hasil hafalan-hafalan
surat pendek yang disetorkan kepada ustadz tutor.
Dalam kegiatan tersebut siswa maupun santri maju ke depan
bergiliran dan duduk di hadapan ustadz tutor, kemudian siswa maupun
santri yang lain menunggu giliran maju dengan saling simak-menyimak
antar teman sebangkunya.
23
Ibid.,33.
22
8. Program Sorogan Al-Qur’an Metode An-Nahdliyah
1. Pembagian alokasi waktu, waktu yang dibutuhkan santri khatam Al-
Qur‟an 30 Juz adalah selama 720 jam untuk 720 kali tatap muka,
sehingga program ini dapat diselesaikan kurang lebih 24 bulan tanpa
hari libur. Dalam waktu 60 menit setiap kali pertemuan, kegiatan yang
berlangsung adalah:
a). Untuk hari pertama Ustadz Tutor memberi penjelasan tentang tata
cara menghafal dalam Program Sorogan, dan memberikan materi
sorogan untuk pertama kalinya.24
b). Untuk hari kedua dan seterusnya kegiatan yang berlangsung dan
pembagian waktu yang dilaksanakan adalah 30 menit untuk
pelajaran yang telah disajikan kemarin, 15 menit untuk kegiatan
tutorial dengan memberikan materi lanjutan, 15 menit kedua
kegiatan yang berlangsung adalah santri disuruh menghafal
bersama-sama materi yang baru saja diberikan oleh tutor.
Perlu dijelaskan bahwa untuk mempermudah pengelolaan kelas,
dalam kegiatan privat ( 30 menit pertama) caranya adalah santri atau siswa
disuruh duduk berhadapan secara berkelompokdan bergilir menghafal
24
MABIN, Metode Pengelolaan Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-
Nahdliyah,(Tulungagung: Prees, 2015), 35-36.
23
pelajaran yang sudah disajikan hari kemarin, sedang kelompok
dihadapannya menyimak dan mengevaluasi serta memberikan nilai
prestasi. Hal ini dilakukan apabila santri dipandang sudah mampu
memberikan evaluasi terhadap temannya. Manfaat dari cara ini adalah
santri atau siswa lebih hati-hati, santri mampu meneliti bacaan yang benar
dan salah, santri memperoleh ketrampilan dalam memproses
pemahaman.25
2. Penyajian Materi Tambahan, secara garis besar materi tambahan dapat
dilakukan dengan cara:
a). Untuk materi yang bersifat hafalan, seperti hafalan surat pendek, do‟a –
do‟a mustajabah dan bacaan shalat dilakukan secara penugasan. Santri
atau siswa diberikan tugas menghafal dirumah dan sewaktu-waktu
santri dapat menyetorkan hafalannya kepada Ustadz Tutor.
b). Untuk materi yang bersifat praktik menulis, wudhu dan shalat sunnah.
c). Untuk materi yang bersifat cerita dapat diselipkan sewaktu-waktu oleh
Tutor.26
25
MABIN, Metode Pengelolaan Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-
Nahdliyah,(Tulungagung: Prees, 2015), 36-37. 26
Ibid.,37.
24
9. Pengelolaan Kelas Program Sorogan
Untuk alokasi waktu serta pengelolaan kelas metode An-Nahdliyah
ini memiliki uraian kegiatan sebagai berikut :
1. Membuka kegiatan dengan salam.
2. Membaca do‟a (do‟a kalamun).
3. Absensi siswa/santri.
4. Santri membaca bersama atau lalaran sebelum menyetorkan hafalan
individu.
5. Ustadz menyuruh membaca satu persatu.
6. Ustad menilai dalam kartu prestasi.
7. Ustadz memberikan bimbingan kepada santri yang kurang tepat
bacaannya.
8. Belajar materi tambahan.
9. Do‟a penutup serta salam.27
Di dalam pengelolaan kelas ini, tutor memberikan waktu kepada siswa
SMPN 1 Kedungpring untuk mengulang-ulang hafalan surat berikutnya
dengan teman sebangku sambil menunggu giliran setoran kepada tutor.
27
MABIN, Metode Pengelolaan Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-
Nahdliyah,(Tulungagung: Prees, 2015), 30.
25
10. Standart Evaluasi Metode An-Nahdliyah
NILAI PRESTASI KETERANGAN
86-100
70-85
60-69
50-59
0-49
A
B
C
D
E
LULUS
LULUS
LULUS
UJI ULANG
TIDAK LULUS
1. Evaluasi Harian
a). Evaluasi dilaksanakan oleh Ustadz/Tutor
b). Penilaian meliputi Makharijul Huruf, Ahkamul Mad wal
Qashar,Ahkamul Huruf dan Fashahah.
c). Fungsinya untuk melihat kemajuan santri pada setiap materi yang
diajarkan.
d). Penilaian dengan standar prestasi A, B, C sebagaimana
tercantum dalam blangko.
26
2. Evaluasi Materi Tambahan
a). Evaluasi dilakukan oleh Ustadz Tutor
b). Ustadz Tutor menuliskan nama surat/do‟a, tanggal saat santri
sudah hafal dan membubuhkan paraf.28
10. Kelebihan dan Kekurangan Metode An-Nahdliyah
1. Kelebihan
a). Metode ini mengacu pada pendekatan totalitas, hal ini dapat kita lihat
dari sifat pengajarannya yang sangat praktis yitu memasukkan bacaan
tajwid dalam pengajaran Al-Qur‟an sebelum tajwid itu nanti dipelajari
setelah santri menyelesaikan paket An-Nahdliyah.
b). Santri dapat berhasil dalam menghafal Al-Qur‟an dengan tartil.
c). Dalam teknik pelaksanaan, belajar dengan sistem klasikal tetapi lebih
ditekankan pada cara belajar privat, sehingga santri dapat kesempatan
yang lebih luas.
d). Metode ini dipandu dengan titian murottal.
2. Kekurangan
a). Santri mempunyai ketergantungan terhadap titian murottal.
b). Pendekatan sistem privat dapat menyebabkan persaingan yang kurang
sehat antar santri.
Adapun hal-hal yang harus dilakukan oleh dewan Ustadz/dzah
untuk menutupi kekurangan tersebut adalah: 28
MABIN, Metode Pengelolaan Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An- Nahdliyah,
(Tulungagung: Prees, 2015), 37.
27
1). Ustadz/Ustadzah berusaha untuk menetapkan (tidak memperlambat
dan mempercepat) ketukan, sehingga santri terbiasa dengan ketukan
yang semestinya.
2). Dalam sistem privat, hendaknya Ustadz/Ustadzah mengelompokkan
santri berdasarkan tingkat kemampuan. Dengan deikian persaingan
yang kurang sehat antar santri bisa sedikit diatasi.29
Belajar menghafal Al-Qur‟an dengan menggunakan metode An-
Nahdliyah ini cenderung menghasilkan santri serta siswa siswi lancar
dalam menghafal Al-Qur‟an, karena metode ini merupakan metode aktif
dan lebih banyak digunakan santri-santri belajar Al-Qur‟an lebih cepat.
C. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu
dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di
dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan
belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
29
Atik Inayatul Maknunah, Studi Tentang Metode An-Nahdliyah Sebagai Suatu Alternative
Metode Pengajaran Al-Qur’an Di TPQ Sabilun Najah Sumurjalak Plimpang Tuban. (IAIN,
Surabaya, 29 Juli 2000).
28
yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan
“keseluruhan” karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-
sama menggerakan siswa untuk belajar.
Seseorang siswa yang memiliki inteligensi cukup tinggi, mentak
(boleh jadi) gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar akan optimal
kalau ada motivasi yang tepat. Bergayut dengan ini maka kegagalan
belajar siswa jangan begitu saja mempersalahkan siswa, sebab mungkin
saja guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu
membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk berbuat atau
belajar.Jadi tugas guru bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya
tumbuh motivasi.30
2. Kebutuhan dan Teori Tentang Motivasi
Apa dorongan seseorang melakukan suatu aktivitas? Pertanyaan
ini cukup mendasar untuk mengkaji soal teori tentang motivasi. Dari
pertanyaan itu kemuudian memunculkan jawab dengan adanya “biogenic
theories” dan “sociogenic theories”. “Biogenic theories” yang menyangkut
proses biologis lebih menekankan pada mekanisme pembawaan biologis,
seperti insting dan kebutuhan-kebutuhan biologis. Sedang yang
“sociogenic theories” lebih menekankan adanya pengaruh kebudayaan
atau kehidupan masyarakat.
Dari kedua pandangan itu dalam perkembangannya akan
menyangkut persoalan-persoalan insting, fisiologis, psikologis dan pola-
30
Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Depok, PT. Rajagrafindo Persada, 2012),
73-76.
29
pola kebudayaan. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang melalukan
aktivitas karena didorong oleh adanya faktor-faktor,kebutuhan biologis,
insting dan mungkin unsur-unsur kejiawaan yang lain serta adanya
pengaruh perkembangan budaya manusia. Dalam persoalan ini Skiner
lebih cenderung merumuskan dalam bentuk mekanisme stimulus dan
respons. Mekanisme hubungan stimulus dan respons inilah akan
memunculkan suatu aktivitas. 31
Kemudian dalam hubungannya dalam kegiatan belajar, yang
penting bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang
mengarahkan si siswa itu melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini
sudah barang tentu peran guru sangat penting.Bagaimana guru melakukan
usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar
anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik. Untuk dapat
belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi yang baik pula. Itulah
maka para ahli psikologi pendidikan mulai memerhatikan soal motivasi
tidak pernah dikatakan baik, apabila tujuan yang diinginkan juga tidak
baik.32
3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi.
Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan
31
Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Depok, PT. Rajagrafindo Persada, 2012),
76. 32 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Depok, PT. Rajagrafindo Persada,
2012), 77.
30
menjadi optimal, kalau ada motivasi. Maka tepat motivasi yang diberikan
akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa
menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan
apayang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut. Seseorang siswa yang akan melakukan kegiatan belajar dan
tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau
menghafal komik,sebab tidak serasi dengan tujuan.
Di samping itu, ada juga fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi
sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan
suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam
belajar akanmenunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan usaha
yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang
belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi
31
seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi
belajarnya. 33
4. Macam-macam Motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang.Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang
aktif itu sangat bervariasi.
1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.
a. Motif-motif bawaan
Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa
sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh
misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum,
dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual.
Motif-motif ini seringkali disebut motif-motif yang disyaratkan
secara biologis. Relevan dengan ini, maka Arden N. Frand
memberi istilah jenis motif physiological drives.
b. Motif-motif yang dipelajari
Yaitu motif yang timbul karena di pelajari, sebagai contoh
dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan
untuk mengajar sesuatu di masyarakat.
2. Motivasi Intrinsik
a. Motivasi Intrinsik
33
Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Depok, PT. Rajagrafindo Persada, 2012),
, 86.
32
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsic adalah motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu di rangsang dari
luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu.34
Perlu di ketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi
intrinsic akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang
berpengetahuan, yng ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-
satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin di capai ialah
belajar, tanpa belajar tidak akan mungkin dapat pengetahuan.
Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu
kebutuhan yang berharuskan untuk menjadi orang yang terdidik
.jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri.
b. Motivasi Ekstrinsik
Yakni motivasi yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik juga dapat dikatakan
sebagai motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar di mulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu adanya penegasan
pula, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan
tidak penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu
dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen
lain dalam proses belajar ada yang kurang menarik bagi siswa,
34
Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Depok, PT. Rajagrafindo Persada, 2012),
88.
33
sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. 35 Sumadi Suryabrata
berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
terjadi karena adanya rangsangan dari luar.36
5. Bentuk-Bentuk Motivasi di sekolah
Di dalam KBM peranan motivasi baik intrinsic maupun ekstrinsik
sangat diperlukan.Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan
aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memeliharaa ketekunan
dalam melakukan kegiatan belajar.
Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis
menumbuhkan motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang juga
bisa kurang sesuai. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan
visi dalam kegiatan belajar di sekolah.
a. Memberi angka
b. Hadiah
c. Saingan/kompetisi
d. Ego-Involvement
e. Memberikan ulangan
f. Mengetahui hasil
g. Pujian
h. Hukuman
i. Hasrat untuk belajar
j. Minat
35
35 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Depok, PT. Rajagrafindo Persada,
2012), 88. 36 Suryadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 1993), 72.
34
k. Tujuan yang diakui.37
Disamping bentuk-bentuk motivasi sebagaimana diuraikan di atas,
sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan.
Hanya yang pentig bagi guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat
dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang
bermakna.Mungkin pada mulanya, karena ada seuatu (bentuk motivasi)
siswa itu rajin belajar, tetapi guru harus mampu melanjutkan dari tahap
rajin belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna
bagi perta didik itu sendiri.
6. Faktor-Faktor Kognitif yang Memengaruhi Motivasi Siswa
Menurut Eva Latipah, bahwa persistensi motivasi intrinsik akan
lebih tahan lama dibandingkan persistensi motivasi ekstrinsik. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantranya adalah minat, ekspektasi dan
nilai, tujuan, atribusi, serta ekspektasi dan atribusi guru.
a. Minat
Terdapat dua jenis minat yaitu minat situasional dan minat pribadi.
Minat situasional dipicu oleh situasi lingkungan sekitar, seperti hal-hal
yang baru, berbeda, dan terduga, demikian juga hal-hal yang
melibatkan tingkat aktivitas tinggi atau emosi yang kuat.
Di sisi lain, siswa juga cenderung memiliki pilihan pribadi
tentang topik-topik yang mereka cari dan aktivitas yang mereka ikuti.
37
Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Depok, PT. Rajagrafindo Persada, 2012),
95.
35
Pilihan pribadi yang disebut juga sebagai minat pribadi ini relatif
stabil sepanjang waktu dan menghasilkan pola yang konsisten dalam
pilihan yang dibuat siswa.38
b. Ekspektasi dan Nilai
Sejumlah pakar mengemukakan bahwa motivasi untuk melakukan
sebuah tugas tertentu tergantung pada dua variabel yang bersifat
subyektif. Variabel pertama, siswa harus memiliki harapan yang tinggi
(ekspektasi) bahwa mereka akan sukses. Variabel kedua adalah nilai,
yaitu keyakinan siswa bahwa ada manfaat langsung dan tidak langsung
dalam pengerjaan sebuah tugas.
38
Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Pedagogia, PT Pustaka Insan
Madani, 2012), 178-185
36
c. Tujuan
Sebagian besar perilaku manusia mengarah pada tujuan tertentu.
Beberapa tujuan merupakan sasaran jangka pendek dan temporer,
beberapa tujuan lainnya merupakan sasaran jangka panjang dan relatif
bertahan lama.
d. Atribusi
Atribusi adalah cara seseorang memandang penyebab dari suatu
hasil. Menurut Weiner, ketika seseorang mencoba menjelaskan suatu
kegagalan atau kesuksesan, ia sering mengatribusikannya pada salah
satu atau lebih dari empat penyebab yaitu: kemampuan, usaha, tingkat
kesulitan tugas, atau keberuntungan.39
D. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi Berasal dari evaluation. Kata tersebut diserap ke dalam
perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan
kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia “evaluasi”.
Evaluasi menurut istilah adalah suatu proses yang berkelanjutan
tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-
keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran. Evaluasi
juga bisa diartikan sebagai penilaian yang sistematik tantang manfaat atau
kegunaan suatu objek . dalam melakukan evaluasi terdapat judgement
39
Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Pedagogia, PT Pustaka Insan
Madani, 2012), 178-185.
37
untuk menentukan nilai suatu program, evaluasi memerlukan data hasil
pengukuran informasi hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang
memiliki banyak dimensi seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat,
ketrampilan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam kegiatan
evaluasi, alat ukur yang digunakan juga bervariasi bergantung pada jenis
data yang ingin diperoleh.40
2. Evaluasi Pembelajaran
Dalam system pembelajaran, evaluasi merupakan suatu sistem,
evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus
ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran.41 Hasil
yang diperoleh dapat dijadikan acuan bagi guru dalam memperbaiki dan
menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan apapun yang dilakukan, jika ingin memperoleh informasi
mengenai kinerjanya maka perlu dilakukan evaluasi. Hal ini bertujuan agar
mengetahui dengan jelas apakah tujuan pembelajaran di lembaga
pendidikan tersebut telah terlaksanakan dengan baik. Program pengajaran
dievaluasi untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan dapat dicapai. Apapun kegiatannya tanpa evaluasi maka sulit
untuk memperoleh informasi apakah program sudah berlangsung dengan
baik.42
40
Rohman, Pengembangan Instrument Evaluasi Dan Penelitian, (Yogyakarta: Kalimedia, 2017),
02. 41
Ibid.,05 42 Ibid.,06
38
3. Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Dalam tahap evaluasi, langkah pertama yang harus diperhatikan
adalah tujuan evaluasi. Penentuan tujuan evaluasi sangat bergantung pada
jenis evaluasi yang digunakan. Perlu diketahui bahwa evaluasi banyak
digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan, antara lain dalam kegiatan
bimbingan, dan penyuluhan, supervise dan seleksi, dan pembelajaran.43
Dalam kegiatan bimbingan, tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh
informasi secara menyeluruh mengenai karakteristik peserta didik,
sehingga dapat diberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya, begitu juga
dalam kegiatan supervisi, tujuan evaluasi adalah untuk menentukan
keadaan suatu situasi pendidikan atau pembelajaran, sehingga dapat
diusahakan langkah perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah. Dalam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui
tingkat pengethauan, ketrampilan, sikap dan nilai peserta didik.44
Sementara itu Chittenden (1994) mengemukakan tujuan penilaian
adalah Keeping track, Chekking-up, finding out, and summing up
a. Keeping Track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar
peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Untuk itu, guru harus mengumpulkan data dan
informasi dalam kurun waktu tertentu melalui berbagai jenis dan
teknik penilaian untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian
kemajuan belajar peserta didik.
43
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran,(Bandung: Remeja Rosdakarya, 2013),14. 44 Ibid.,14-15.
39
b. Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemempuan peserta
didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta
didik selama mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru
perlu melakukan penilaian untuk mengetahui baggian mana dari materi
yang sudah dikuasai peserta didik dan bagian mana dari materi yang
belum dikuasai.
c. Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi
kekurangan, kesalahan, atau kelemahan peserta didik dalam proses
pembelajaran sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternative
solusinya.
d. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta
didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penyimpulan
ini dapat digunakan guru untuk menyusun laporan kemajuan belajar ke
berbagai pihak yang berkepentingan.45
Adapun tujuan penilaian hasil belajar adalah :
a. Untuk mengetahuai tingkat penguasaan peserta didik terhadap
materi yang telah diberikan
b. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap
peserta didik terhadap program pembelajaran.
c. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar
peserta didik dengan standar kompetensi dasar yang telah
ditetapkan
45 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran,(Bandung: Remeja Rosdakarya, 2013),15.
40
d. Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keunggulan peserta didik
dapat dijadikan dasar bagi guru untuk memberikan pembinaan dan
pengembangan lebih lanjut, sedangkan kelemahannya dapat
dijadikan acuan untuk memberikan bimbingan atau bantuan.
e. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang
sesuai dengan jenis pendidikan kenaikan kelas.
f. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.46
4. Ciri-ciri evaluasi pembelajaran
sebagai suatu bidang kegiatan, evaluasi hasil belajar memiliki cirri
khas yang membedakannya dari bidang kegiatan yang lain. Di antara cirri-
ciri yang dimiliki oleh evaluasi hasil belajar adalah sebagaimana
dikemukakan pada uraian berikut ini :
a. Evaluasi dilaksanakan dalam rangka mengukur keberhasilan belajar
peserta didik itu, pengukurannya dilakukan secara tidak langsung,
melainkan melihat dari gejala atau fenomena yang tampak atau
memancar dari kepandaian yang dimiliki oleh para peserta didik yang
bersangkutan.
b. Bahwa pengukuran dalam rangka menilai keberhasilan belajar peserta
didik pada umumnya menggunakan ukuran menggunakan angka.
46 Ibid.,15
41
c. Evaluasi hasil belajar pada umumnya digunakan unit-unit atau satuan
yang tetap.
d. Prestasi belajar yang dicapai siswa dari waktu ke waktu bersifat
relative, dalam arti : bahwa hasil evaluasi terhadap keberhasilan belajar
peserta didik itu pada umumnya tidak selalu menunjukkan atau
kejegan.
e. Evaluasi hasil belajar, sulit untuk didhindari terjadinya kekeliruan
pengukuran. Seperti diketahuai, dalam usaha untuk menilai hasil
belajar peserta didik, pendidik mengadakan pengukuran terhadap
peserta didik dengan menggunakan alat pengukur berupa tes ujian,
baik tulis maupun lisan.47
Jadi seorang guru perlu mengetahui tingkat kemajuan peserta didik
sebab pengetahuan mengenai kemajuan peserta didik mempunyai macam-
macam kegunaan. Melalui pengetahuan itu dapat mengetahui kedudukan
peserta didik dalam kelompoknya, dan dapat memperkirakan apakah
seorang peserta didik dalam kelompoknya dapat dimasukkan ke dalam
golongan anak yang biasa atau luar biasa. Melalui pengetahuan ini dapat
mengadakan perencanaan masa depan siswa secara baik baik di
masyarakat maupun dalam dirinya sendiri. Kemudian dapat melihat usaha
serta kesungguhan siswa dalam menempuh program yang sudah
direncanakan sekolah untuk mencapai suatu kompetensi yang diharapkan.
47 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), 33-38.
42