bab ii landasan teori a. kewirausahaan 1. pengertian...

15
16 BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian Kewirausahaan Kata wirausaha dalam bahasa Indonesia merupakan gabungan dari kata “wira” yang artinya gagah berani, perkasa dan kata “usaha”, sehingga secara harfiah wirausahawan diartikan sebagai orang yang gagah berani atau perkasa dalam berusaha (Riyanti, 2003). Wirausaha atau wiraswasta menurut Priyono dan Soerata (2005) berasal dari kata “wira” yang berarti utama, gagah, luhur berani atau pejuang; “swa” berarti sendiri; dan kata ”sta” berarti berdiri. Dari asal katanya “swasta” berarti berdiri di atas kaki sendiri atau berdiri di atas kemampuan sendiri. Kemudian mereka menyimpulkan bahwa wirausahawan atau wiraswastawan berarti orang yang berjuang dengan gagah, berani, juga luhur dan pantas diteladani dalam bidang usaha, atau dengan kata lain wirausahawan adalah orang-orang yang mempunyai sifat-sifat kewirausahaan atau kewiraswastaan seperti: keberanian mengambil resiko, keutamaan dan keteladanan dalam menangani usaha dengan berpijak pada kemauan dan kemampuan sendiri. Drucker (1985) mengartikan kewirausahaan sebagai semangat, kemampuan, sikap dan perilaku individu dalam menangani usaha (kegiatan) yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Universitas Sumatera Utara

Upload: phungthuy

Post on 06-May-2018

257 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter II.pdf · 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kewirausahaan

1. Pengertian Kewirausahaan

Kata wirausaha dalam bahasa Indonesia merupakan gabungan dari kata “wira”

yang artinya gagah berani, perkasa dan kata “usaha”, sehingga secara harfiah

wirausahawan diartikan sebagai orang yang gagah berani atau perkasa dalam

berusaha (Riyanti, 2003). Wirausaha atau wiraswasta menurut Priyono dan

Soerata (2005) berasal dari kata “wira” yang berarti utama, gagah, luhur berani

atau pejuang; “swa” berarti sendiri; dan kata ”sta” berarti berdiri. Dari asal

katanya “swasta” berarti berdiri di atas kaki sendiri atau berdiri di atas

kemampuan sendiri. Kemudian mereka menyimpulkan bahwa wirausahawan atau

wiraswastawan berarti orang yang berjuang dengan gagah, berani, juga luhur dan

pantas diteladani dalam bidang usaha, atau dengan kata lain wirausahawan adalah

orang-orang yang mempunyai sifat-sifat kewirausahaan atau kewiraswastaan

seperti: keberanian mengambil resiko, keutamaan dan keteladanan dalam

menangani usaha dengan berpijak pada kemauan dan kemampuan sendiri.

Drucker (1985) mengartikan kewirausahaan sebagai semangat, kemampuan,

sikap dan perilaku individu dalam menangani usaha (kegiatan) yang mengarah

pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk

baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang

lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter II.pdf · 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian

17

Hisrich dan Brush (dalam Winardi, 2003) menyatakan bahwa kewirausahaan

adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan jalan

mengorbankan waktu dan upaya yang diperlukan untuk menanggung resiko

finansial, psikologikal serta sosial dan menerima hasil-hasil berupa imbalan

moneter dan kepuasan pribadi sebagai dampak dari kegiatan tersebut.

Kao (1997) mendefinisikan kewirausahaan sebagai suatu proses penciptaan

sesuatu yang baru (kreasi) dan/atau membuat sesuatu yang berbeda (inovasi),

yang tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi

masyarakat. Hal senada disampaikan oleh Schumpeter (dalam Winardi, 2003)

dengan menyatakan bahwa kewirausahaan merupakan sebuah proses dan para

wirausahawan adalah seorang inovator yang memanfaatkan proses tersebut.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kewirausahaan adalah semangat, kemampuan dan perilaku individu yang berani

menanggung resiko, baik itu resiko finansial, psikologikal, maupun sosial dalam

melakukan suatu proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat

sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi) dengan menerima hasil

berupa imbalan moneter dan kepuasan pribadi.

2. Ciri-Ciri Wirausahawan

Bygrave (dalam Ifham, 2002) mengemukakan beberapa ciri-ciri seorang

wirausahawan, yaitu:

a. Mimpi (dreams), yakni memiliki visi masa depan dan kemampuan

mencapai visi tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter II.pdf · 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian

18

b. Ketegasan (decisiveness), yakni tidak menangguhkan waktu dan membuat

keputusan dengan cepat.

c. Pelaku (doers), yakni melaksanakan secepat mungkin.

d. Ketetapan hati (determination), yakni komitmen total, pantang menyerah.

e. Dedikasi (dedication), yakni berdedikasi total, tidak kenal lelah.

f. Kesetiaan (devotion), yakni mencintai apa yang dikerjakan.

g. Terperinci (details), yakni menguasai rincian yang bersifat kritis.

h. Nasib (destiny), yakni bertanggungjawab atas nasib sendiri yang hendak

dicapainya.

i. Uang (dollars), yakni kaya bukan motivator utama, uang lebih berarti

sebagai ukuran sukses.

j. Distribusi (distributif), yakni mendistribusikan kepemilikan usahanya

kepada karyawan kunci yang merupakan faktor penting bagi kesuksesan

usahanya.

3. Aspek-Aspek Kewirausahaan

Drucker (1985) menguraikan aspek-aspek kewirausahaan, yaitu:

a. Kemampuan mengindera peluang usaha, yakni kemampuan melihat dan

memanfaatkan peluang untuk mengadakan langkah-langkah perubahan

menuju masa depan yang lebih baik.

b. Percaya diri dan mampu bersikap positif terhadap diri dan lingkungannya,

yakni berkeyakinan bahwa usaha yang dikelolanya akan berhasil.

c. Berperilaku memimpin, yaitu mampu mengarahkan, menggerakkan orang

lain, dan bertanggungjawab untuk meningkatkan usaha.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter II.pdf · 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian

19

d. Memiliki inisiatif untuk menjadi kreatif dan inovatif, yaitu mempunyai

prakarsa untuk menciptakan produk/metode baru yang lebih baik mutu

atau jumlahnya agar mampu bersaing.

e. Mampu bekerja keras, yaitu memiliki daya juang yang tinggi, bekerja

penuh energi, tekun, tabah, melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan

tanpa mengenal putus asa.

f. Berpandangan luas dengan visi ke depan yang baik, yaitu berorientasi

pada masa yang akan datang dan dapat memperkirakan hal-hal yang dapat

terjadi sehingga langkah yang diambil sudah dapat diperhitungkan.

g. Berani mengambil resiko, yaitu suka pada tantangan dan berani

mengambil resiko walau dalam situasi dan kondisi yang tidak menentu.

Resiko yang dipilih tentunya dengan perhitungan yang matang.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kewirausahaan

Menurut Hidayat (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi kewirausahaan,

yaitu:

a. Variabel situasional

1). Lama studi.

Lama studi didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan studi S1.

2). Status kerja

Status kerja adalah tingkat keterlibatan responden pada kegiatan-

kegiatan yang memberikan pendapatan bagi dirinya, baik dalam

status sebagai karyawan maupun pemilik modal.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter II.pdf · 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian

20

3). Status pernikahan

Status pernikahan adalah tingkat konsekuensi ekonomis status

pernikahan yang sedang dialami oleh responden.

b. Variabel latar belakang

1) Latar belakang orang tua

Latar belakang orang tua adalah tingkat keterlibatan lingkungan

keluarga dalam aktivitas kewirausahaan. Pengalaman berusaha

dapat diperoleh dari bimbingan sejak kecil yang diberikan oleh

orang tua yang berprofesi sebagai wirausahawan (Staw dalam

Riyanti, 2003).

2) Usia

Pengertian usia adalah usia kronologis dari subjek penelitian.

c. Variabel karakteristik kepribadian

1) Dorongan berprestasi

Dorongan berprestasi mengacu pada preferensi terhadap tingkat

kesulitan, standar pencapaian, dan persistensi dalam proses

pencapaian tujuan.

2) Kemandirian

Kemandirian mengacu pada dua faktor, yaitu kemandirian

emosional dan kemandirian ekonomis. Kemandirian emosional

adalah tingkat kecenderungan individu untuk memutuskan sendiri

hal-hal yang bersifat penting bagi dirinya. Kemandirian ekonomis

adalah kemampuan individu untuk mencukupi kebutuhan-

kebutuhan ekonomis dirinya sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter II.pdf · 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian

21

3) Toleransi pada perubahan

Toleransi pada perubahan mengacu kepada tingkat kemampuan

untuk menghadapi perubahan-perubahan pada situasi kerja dan

situasi hubungan sosial. Individu cenderung untuk mencari atau

membutuhkan situasi-situasi baru untuk menjaga vitalitas dirinya.

Menganggap perubahan bukan sesuatu yang menakutkan atau

mengancam, tetapi sesuatu yang menantang atau sebuah peluang.

4) Sikap terhadap uang

Uang adalah medium pertukaran (medium of exchange). Sikap

terhadap uang merupakan penerimaan individu terhadap uang

sebagai medium dalam aktivitas-aktivitas pertukaran, seperti

transaksi ekonomi, dan transaksi sosial.

d. Citra kewirausahaan

Citra kewirausahaan merupakan konstruksi kognitif tentang

kewirausahaan. Konstruksi ini meliputi faktor-faktor: persepsi tentang

sikap masyarakat terhadap wirausaha, persepsi tentang potensial payoff

dari dunia usaha dan konstruksi realitas kewirausahaan.

e. Conviction and career preference

Conviction dan career preference didefinisikan sebagai persepsi

individu tentang kemampuan dirinya untuk berhasil dalam bidang

kewirausahaan. Konstruk ini meliputi persepsi tentang tingkat

kesulitan dalam memulai sebuah usaha dan sumber yang potensial

yang dimiliki.

f. Lingkungan universitas

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter II.pdf · 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian

22

Konstruk lingkungan universitas maksudnya manifestasi dari konstruk

dukungan sosial terhadap kewirausahaan. Komponen dari dukungan

universitas terhadap kewirausahaan meliputi: dukungan informasional,

dukungan emosional, dukungan instrumental, dan dukungan evaluatif.

g. Niat menjadi wirausaha

Niat menjadi wirausaha merujuk pada rencana untuk membuka sebuah

usaha dalam jangka pendek (1 tahun) dan jangka panjang (5 tahun).

B. Motif Berprestasi

1. Pengertian Motif

Motif berasal dari bahasa Latin, yaitu movere yang berarti bergerak, karena itu

motif dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang

mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force (Branca dalam Walgito,

1997).

As’ad (1995) mengartikan motif dengan dorongan. Dorongan merupakan

gerakan jiwa dan jasmani untuk berbuat sehingga motif merupakan “driving

force” yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan di dalam

perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu.

Menurut Morgan et al (1986) setiap tingkah laku mempunyai dasar, yaitu

motif. Motif adalah suatu dorongan yang membuat individu bertingkah laku

secara menetap yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Senada dengan itu

Irwanto, dkk. (1996) mengatakan bahwa motif adalah seluruh aktivitas mental

yang didasarkan/dialami yang memberikan kondisi hingga terjadinya perilaku.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter II.pdf · 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian

23

Lebih lanjut Santrock (1998) menguraikan bahwa motif adalah alasan individu

berperilaku, berpikir dan merasa sesuai dengan cara mereka, yang secara khusus

mempertimbangkan pergerakan dan arah dari perilaku mereka tersebut.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa motif

adalah dorongan yang menggerakkan individu untuk bertingkah laku dan

diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Pengertian Motif Berprestasi

Konsep motif berprestasi pertama kali dikemukakan oleh Murray (dalam

Schultz, 1993) dengan menggunakan istilah kebutuhan berprestasi yang kemudian

dipopulerkan oleh Mc. Clelland dengan sebutan n-ach.

Mc. Clelland (1987) mendefinisikan motif berprestasi sebagai dorongan yang

ada pada diri individu untuk meraih sukses yang optimal, yang melebihi

prestasinya di masa lalu dan prestasi orang lain.

Heckhausen (dalam Djaali, 2000) mengatakan bahwa motif berprestasi adalah

suatu dorongan yang terdapat dalam diri individu sehingga individu selalu

berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya

setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar

keunggulan.

Atkinson seperti dikutip Houston (dalam Djaali, 2000) menyatakan dorongan

berprestasi sebagai suatu dorongan untuk mengatasi hambatan, melatih kekuatan,

dan berusaha melakukan suatu pekerjaan yang sulit dengan cara sebaik dan

secepat mungkin. Bahkan motif berprestasi bukan sekedar dorongan untuk

berbuat tetapi mengacu pada kesuksesan atas pekerjaan yang dilakukan. Chaplin

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter II.pdf · 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian

24

(1997) mengartikan motif berprestasi sebagai kecenderungan untuk

memperjuangkan kesuksesan atau memperoleh hasil yang sangat didambakan.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motif

berprestasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri individu yang membuat

individu berusaha mencapai kesuksesan, yang melebihi prestasinya di masa lalu

dan prestasi orang lain dengan cara meningkatkan atau memelihara

kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas.

3. Aspek-Aspek Motif Berprestasi

Menurut Mc. Clelland (1987) aspek-aspek motif berprestasi adalah sebagai

berikut:

1. Umpan balik, yaitu keinginan untuk mengetahui tentang seberapa baik

pekerjaan telah dilakukan dan seberapa baik individu dalam mengatasi

masalahnya yang dapat dilakukan dengan cara membandingkan

performansinya dengan orang lain atau suatu standarisasi tertentu.

2. Tanggung jawab, yaitu kemauan untuk menanggung konsekuensi atas

keputusan yang diambil atau hasil dari pekerjaan yang telah dilakukan

juga kinerja yang menunjukkan loyalitas. Tanggung jawab tidak hanya

ditunjukkan pada diri sendiri tetapi juga pada orang lain..

3. Perbaikan performansi, yaitu hasrat untuk melakukan sesuatu dengan lebih

baik dan lebih efisien daripada yang telah dilakukan sebelumnya, mencari

informasi baru untuk menemukan cara terbaik melakukan sesuatu.

4. Resiko moderat, yaitu realistis menilai tantangan dengan menyesuaikan

antara kemampuan dengan tuntutan (resiko) pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter II.pdf · 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian

25

4. Dampak Motif Berprestasi

Menurut Morgan et al. (1986) motif berprestasi merupakan salah satu motif

sosial karena motif ini dipelajari dalam lingkungan dan melibatkan orang lain,

serta merupakan komponen yang penting dalam kepribadian yang membuat

individu berbeda satu sama lain. Motif berprestasi merupakan suatu faktor

peramal kesuksesan seseorang, baik itu dalam lingkup pekerjaan dan pendidikan

Weiner (dalam Djiwandono, 2002) menyatakan bahwa individu yang

memiliki motif berprestasi ingin dan mengharapkan kesuksesan. Jika mereka

gagal, mereka akan berusaha lebih keras lagi sampai sukses. Individu yang

mempunyai motif berprestasi akan mendapat nilai yang baik, aktif di sekolah dan

masyarakat serta ulet dalam pekerjaan. Martaniah (dalam Uyun, 1998)

mengatakan bahwa motif berprestasi juga merupakan faktor yang membuat

individu mampu meraih sukses di perguruan tinggi.

C. Mahasiswa

Salim & Salim (2002) mendefinisikan mahasiswa sebagai orang yang terdaftar

dan menjalani pendidikan di perguruan tinggi.

Winkel (1997) menyatakan bahwa masa mahasiswa meliputi rentang umur

dari 18/19 tahun sampai 24/25 tahun. Rentang umur mahasiswa ini masih dapat

dibagi-bagi atas periode 18/19 tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa dari

semester I sampai dengan semester IV; dan periode waktu 21/22 tahun sampai

24/25 tahun, yaitu mahasiswa dari semester V sampai dengan semester VIII. Pada

rentang umur yang pertama pada umumnya tampak ciri-ciri sebagai berikut:

stabilitas dalam kepribadian mulai meningkat; pandangan yang lebih realistis

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter II.pdf · 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian

26

tentang diri sendiri dan lingkungan hidupnya; kemampuan untuk menghadapi

segala permasalahan secara lebih matang; gejolak-gejolak dalam alam perasaan

mulai berkurang. Meskipun demikian ciri khas dari masa remaja masih sering

muncul, tergantung dari laju perkembangan masing-masing mahasiswa. Pada

rentang umur yang kedua, pada umumnya tampak ada usaha untuk memantapkan

diri terhadap keahlian yang dipilih dan dalam membina hubungan percintaan;

memutarbalikkan pikiran untuk mengatasi beranekaragam masalah. Pada masa ini

terdapat kebutuhan-kebutuhan yang harus diperhatikan terutama yang bersifat

psikologis, seperti mendapat penghargaan dari teman, dosen, dana sesama anggota

keluarga yang lainnya; mempunyai pandangan spritual tentang makna kehidupan

manusia; memiliki rasa harga diri dengan mendapatkan tanggapan dari lawan

jenis dan menikmati rasa puas karena sukses dalam studi akademik.

D. Hubungan Antara Motif Berprestasi dengan Kecenderungan

Berwirausaha Pada Mahasiswa

Krisis ekonomi yang dialami Indonesia sejak tahun 1997, menimbulkan

berbagai masalah, di antaranya yaitu rendahnya pertumbuhan ekonomi, tingginya

inflasi, menurunnya pendapatan perkapita serta bertambahnya jumlah

pengangguran (Riyanti, 2003). Sampai saat ini, Indonesia masih belum mampu

secara maksimal untuk keluar dari krisis yang secara nasional terkesan semakin

memburuk ini (Nasution, dkk., 2001).

Menurut Hidayat (2000) dalam kondisi perekonomian yang sedang dilanda

krisis, dunia wirausaha adalah pilihan yang paling rasional. Keberadaan kelompok

wirausahawan berperan mendinamisasikan bahkan menjadi penopang

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter II.pdf · 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian

27

perekonomian pada masa resesi (Rachbini dalam Iwantono, 2002). Selain itu,

wirausahawan juga memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, yakni

mengurangi pengangguran, meningkatkan kesejahteraan serta perilakunya

menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat. Pembangunan akan lebih mantap

jika ditunjang oleh wirausahawan karena kemampuan pemerintah sangat terbatas.

Pemerintah tidak akan mampu menggarap semua aspek pembangunan yang

sangat membutuhkan anggaran belanja, personalia, dan pengawasan (Alma,

2002).

Holt (dalam Riyanti, 2003) menyebut wirausahawan sebagai agen perubahan

dari ekonomi yang progresif. Oleh karena itulah, Indonesia perlu menggerakkan

munculnya wirausahawan-wirausahawan baru. Gerakan itu dapat mulai

diwujudkan dalam suatu lingkungan yang kecil terlebih dahulu, misalnya dari

lingkungan rumah, perusahaan, pondok pesantren, dan tidak terkecuali perguruan

tinggi (Astamoen, 2005).an Bang

Menurut Suryana (2003) kewirausahaan dapat dikembangkan oleh mahasiswa

yang merupakan kaum intelektual bangsa. Hal ini dikarenakan jiwa dan sikap

wirausaha dimiliki setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif,

menyukai perubahan, kemajuan serta tantangan baik di kalangan usahawan

maupun masyarakat umum seperti petani, karyawan, pegawai pemerintahan, guru

dan termasuk di dalamnya mahasiswa.

Hal ini dipertegas oleh Baumassepe (dalam Ifham, 2002) yang menyatakan

bahwa adalah sangat masuk akal bagi mahasiswa untuk berpola pikir sebagai

seorang wirausahawan. Mahasiswa memiliki sikap berkorban dan berani

mengambil resiko terhadap cita-cita yang diperjuangkannya, juga berpengetahuan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter II.pdf · 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian

28

dan berpandangan luas. Dengan bekal pengetahuan dan ilmu yang dimiliki

setidaknya menjadi embrio untuk lahir menjadi wirausahawan sejati.

Namun untuk menjadi wirausahawan memang tidaklah mudah, karena penuh

tantangan dan mengandung resiko (Winardi, 2003). Menurut Drucker (1985)

seorang wirausahawan memiliki kepribadian dan sifat spesifik. Hidayat (2000)

menyebutkan ada beberapa karakteristik kepribadian yang mempengaruhi

seseorang untuk menjadi wirausahawan, yaitu motif (dorongan) berprestasi,

kemandirian, toleransi terhadap perubahan, dan sikap terhadap uang.

Mc. Clelland (1987) mengemukakan bahwa motif berprestasi adalah unsur

kepribadian yang menyebabkan seseorang ingin selalu berbuat lebih baik dan

terus maju, selalu berpikir untuk berbuat lebih baik dan memiliki tujuan yang

realistik. Individu dengan motif berprestasi yang tinggi adalah individu yang

mencari tantangan dan tidak menyukai keberhasilan yang diperoleh dengan sangat

mudah, menyukai situasi-situasi kerja yang memiliki tanggung jawab pribadi, dan

merasa bertanggung jawab secara pribadi atas keberhasilan maupun kegagalan

yang dialaminya.

Motif berprestasi juga biasanya dikaitkan dengan sikap positif dan keberanian

mengambil resiko yang diperhitungkan untuk mencapai suatu sasaran yang telah

ditentukan. Menurut Mc. Clelland (1987) karakteristik yang menonjol pada

individu dengan motif berprestasi yang tinggi adalah mereka bekerja dengan

memperhitungkan resiko. Mereka akan cenderung menetapkan tujuan menengah

(moderate) yang sebanding dengan kemampuannya sendiri. Pada mereka juga

tampak keinginan untuk selalu mengetahui hasil nyata dari tindakannya sebagai

umpan balik, sehingga dengan segera mereka dapat memperbaiki kesalahan serta

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter II.pdf · 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian

29

mendorong untuk bekerja lebih baik dengan menggunakan cara-cara baru yang

dia peroleh (As’ad, 1995).

Dengan demikian, maka motif berprestasi yang dimiliki individu dapat

menunjukkan potensi individu untuk menjadi seorang wirausahawan. Motif

berprestasi merupakan unsur kepribadian yang diperlukan seseorang, dalam hal

ini mahasiswa, untuk berani mengambil resiko menjadi wirausahawan.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini

adalah:

Gambar 1

Kerangka Berpikir Penelitian

Keterangan: diperlukan

berhubungan

Krisis Ekonomi: - Pengangguran - Kemiskinan

Pemerintah

Mahasiswa

Faktor Kepribadian: a. Motif (dorongan)

Berprestasi b. Kemandirian c. Sikap terhadap uang d. Toleransi terhadap

perubahan

Perguruan Tinggi

Masyarakat

Kecenderungan Berwirausaha

mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter II.pdf · 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan 1. Pengertian

30

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: ”Ada pengaruh positif motif

berprestasi terhadap kecenderungan berwirausaha pada mahasiswa”. Artinya,

semakin tinggi motif berprestasi yang dimiliki oleh mahasiswa maka akan

semakin tinggi pula kecenderungannya untuk berwirausaha, dan sebaliknya

semakin rendah motif berprestasi yang dimiliki oleh mahasiswa maka akan

semakin rendah pula kecenderungannya untuk berwirausaha.

Universitas Sumatera Utara