bab ii landasan teori a. keharmonisan keluarga 1. pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga)...

21
BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian Keharmonisan Keluarga Gunarsa (2000:31) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan keluarga harmonis adalah bilamana seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan dan menerima seluruh keadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi, aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental dan sosial. Keluarga adalah unit kelompok sosial terkecil dalam masyarakat. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan karena itu perlu ada kepala keluarga sebagai tokoh penting yang mengemudikan perjalanan hidup keluarga yang diasuh dan dibinanya. Karena keluarga sendiri terdiri dari beberapa orang, maka terjadi interaksi antar pribadi, dan itu berpengaruh terhadap keadaan harmonis dan tidak harmonisnya pada salah seorang anggota keluarga, yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam keluarga. Daradjad (2009:37) juga mengemukakan bahwa keharmonisan suatu keluarga merupakan suatu keadaan dimana anggota keluarga tersebut menjadi satu dan setiap anggota menjalankan hak dan kewajibannya masing-masing, terjalin kasih sayang, saling pengertian, dialog dan kerjasama yang baik antara anggota keluarga. Dengan demikian keharmonisan keluarga tersebut merasakan kesejahteraan lahir dan batin. 13

Upload: others

Post on 27-Feb-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Keharmonisan Keluarga

1. Pengertian Keharmonisan Keluarga

Gunarsa (2000:31) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan

keluarga harmonis adalah bilamana seluruh anggota keluarga merasa

bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan dan

menerima seluruh keadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi, aktualisasi

diri) yang meliputi aspek fisik, mental dan sosial.

Keluarga adalah unit kelompok sosial terkecil dalam masyarakat.

Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi

tersendiri dan karena itu perlu ada kepala keluarga sebagai tokoh penting

yang mengemudikan perjalanan hidup keluarga yang diasuh dan dibinanya.

Karena keluarga sendiri terdiri dari beberapa orang, maka terjadi interaksi

antar pribadi, dan itu berpengaruh terhadap keadaan harmonis dan tidak

harmonisnya pada salah seorang anggota keluarga, yang selanjutnya

berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam keluarga.

Daradjad (2009:37) juga mengemukakan bahwa keharmonisan suatu

keluarga merupakan suatu keadaan dimana anggota keluarga tersebut

menjadi satu dan setiap anggota menjalankan hak dan kewajibannya

masing-masing, terjalin kasih sayang, saling pengertian, dialog dan

kerjasama yang baik antara anggota keluarga. Dengan demikian

keharmonisan keluarga tersebut merasakan kesejahteraan lahir dan batin.

13

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

Menurut Mahali dalam Inggrid, (2004:44) keluarga yang harmonis

adalah keluarga yang dapat mengantarkan seseorang hidup lebih bahagia,

lebih layak dan lebih tentram. Keluarga merupakan tempat para

penghuninya beristirahat dari suatu kepenatan aktivitas, sehingga keluarga

haruslah menyenangkan.

Menurut Nick (2002:113) keluarga harmonis merupakan tempat yang

menyenangkan dan positif untuk hidup, karena anggotanya telah belajar

beberapa cara untuk saling memperlakukan dengan baik. Anggota keluarga

dapat saling mendapatkan dukungan, kasih sayang dan loyalitas. Mereka

dapat berbicara satu sama lain, mereka saling menghargai dan menikmati

keberadaan bersama.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka keharmonisan keluarga yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu situasi atau kondisi keluarga

dimana terjalinnya kasih sayang, saling pengertian, dukungan, mempunyai

waktu bersama, adanya kerjasama, kualitas komunikasi yang baik dan

minim terjadinya konflik, ketegangan dan kekecewaan dalam rumah tangga.

2. Aspek-Aspek Keharmonisan Keluarga

Kartono (2004:48) menjelaskan bahwa aspek-aspek keharmonisan di

dalam keluarga seperti adanya hubungan atau komunikasi yang hangat antar

sesama anggota keluarga, adanya kasih sayang yang tulus dan adanya saling

pengertian terhadap sesama anggota keluarga.

Sementara Menurut Gunarsa (2000:50) ada banyak aspek dari

keharmonisan keluarga diantaranya adalah:

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

a. Kasih sayang antara keluarga.

Kasih sayang merupakan kebutuhan manusia yang hakiki,

karena sejak lahir manusia sudah membutuhkan kasih sayang dari

sesama. Dalam suatu keluarga yang memang mempunyai hubungan

emosianal antara satu dengan yang lainnya sudah semestinya kasih

sayang yang terjalin diantara mereka mengalir dengan baik dan

harmonis.

b. Saling pengertian sesama anggota keluarga.

Selain kasih sayang, pada umumnya para remaja sangat

mengharapkan pengertian dari orangtuanya. Dengan adanya saling

pengertian maka tidak akan terjadi pertengkaran-pertengkaran antar

sesama anggota keluarga.

c. Dialog atau komunikasi efektif yang terjalin di dalam keluarga

Anggota keluarga mempunyai keterampilan berkomunikasi dan

banyak waktu digunakan untuk itu. Dalam keluarga harmonis ada

beberapa kaidah komunikasi yang baik, antara lain :

1) Menyediakan cukup waktu.

Anggota keluarga melakukan komunikasi yang bersifat spontan

maupun tidak spontan (direncanakan). Bersifat spontan,

misalnya berbicara sambil melakukan pekerjaan bersama,

biasanya yang dibicarakan hal-hal sepele. Bersifat tidak spontan,

misalnya merencanakan waktu yang tepat untuk berbicara,

biasanya yang dibicarakan adalah suatu konflik atau hal penting

lainnya. Mereka menyediakan waktu yang cukup untuk itu.

2) Mendengarkan

Anggota keluarga meningkatkan saling pengertian dengan

menjadi pendengar yang baik dan aktif. Mereka tidak

menghakimi, menilai, menyetujui, atau menolak pernyataan atau

pendapat pasangannya. Mereka menggunakan feedback,

menyatakan/menegaskan kembali, dan mengulangi pernyataan.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

3) Pertahankan kejujuran

Anggota keluarga mau mengatakan apa yang menjadi

kebutuhan, perasaan serta pikiran mereka, dan mengatakan apa

yang diharapkan dari anggota keluarga.

d. Mempunyai waktu bersama dan kerjasama dalam keluarga

Keluarga menghabiskan waktu (kualitas dan kuantitas waktu yang

besar) di antara mereka. Kebersamaan di antara mereka sangatlah

kuat, namun tidak mengekang. Selain itu, kerjasama yang baik antara

sesama anggota keluarga juga sangat dibutuhkan dalam kehidupan

sehari-hari. Saling membantu dan gotong royong akan mendorong

anak untuk bersifat toleransi jika kelak bersosialisasi dalam

masyarakat.

Selain aspek-aspek yang tersebut diatas, Nick (2002:115) juga

menambahkan beberapa aspek lain, yaitu :

a. Kesejahteraan spiritual

Keluarga mempunyai perasaan tentang adanya kekuasaan yang

lebih besar dalam hidup. Kepercayaan itu memberi makna dalam

hidup. Anggota keluarga meyakini Tuhan ada di tengah-tengah

mereka dan mengatur segalanya. Mereka memiliki cinta kasih dan

menerapkannya dalam kehidupan seharihari.

b. Minimalisasi konflik

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam menciptakan

keharmonisan keluarga adalah kualitas dan kuantitas konflik yang

minim, jika dalam keluarga sering terjadi perselisihan dan

pertengkaran maka suasana dalam keluarga tidak lagi menyenangkan..

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keharmonisan Keluarga

Keharmonisan dalam suatu keluarga dapat terjadi karena adanya

faktor-faktor yang memberikan pengaruhnya. Gunarsa (2000:57)

menyatakan bahwa suasana rumah dapat mempengaruhi keharmonisan

keluarga, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Suasana rumah adalah kesatuan yang serasi antara pribadi-pribadi,

kesatuan yang serasi antara orang-tua dan anak. Jadi suasan rumah

yang menyenangkan akan tercipta bagi anak bila terdapat kondisi:

1) Anak dapat merasakan bahwa ayah dan ibunya terdapat saling

pengertian dan kerjasama yang serasi serta saling mengasihi

antara satu dengan yang lainnya.

2) Anak dapat merasakan bahwa orangtuanya mau mengerti dan

dapat menghayati pola perilakunya, dapat mengerti apa yang

diinginkannya, dan memberi kasih sayang secara bijaksana.

3) Anak dapat merasakan bahwa saudara-saudaranya mau

memahami dan menghargai dirinya menurut kemauan,

kesenganan dan cita-citanya, dan anak dapat merasakan kasih

sayang yang diberikan saudara-saudaranya.

b. Kondisi ekonomi keluarga. Tingkat sosial ekonomi yang rendah

seringkali menjadi penyebab terjadinya permasalahan dalam sebuah

keluarga. Akibat banyaknya masalah yang ditemui karena kondisi

keuangan yang memprihatinkan ini menyebabkan kondisi keluarga

menjadi tidak harmonis.

Banyaknya masalah yang dihadapi keluarga ini akan berpengaruh

kepada perkembangan mental anak, sebab pengalaman-pengalaman yang

kurang menyenangkan yang diperoleh anak di rumah, tentu akan terbawa

pula ketika anak bergaul dengan lingkungan sosialnya.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

4. Pengukuran Keharmonisan Keluarga

Memiliki keluarga yang harmonis merupakan impian dari seluruh

anggota keluarga, baik ayah, ibu maupun anak-anak. Namun membangun

keluarga yang harmonis bukanlah suatu perkara yang mudah, banyak

rintangan yang dihadapi dalam menjalankan bahtera rumah tangga yang

dapat menghambat terciptanya keharmonisan keluarga. Tidak sedikit

keluarga yang tidak mempu atau gagal dalam usahanya untuk menjaga

keutuhan, keharmonisan dan kebahagiaan dalam keluarga tersebut.

Iwan (2014: http://antoniusiwansblog.blospot.co.id) mengatakan

bahwa adapun hal-hal yang dapat diperhatikan dalam melakukan

pengukuran terhadap keharmonisan keluarga antara lain sebagai berikut:

a. Fondasi agama

Keluarga yang kuat selalu menyadari bahwa agama sebagai

sesuatu yang penting dalam menunjang keharmonisan dan

kebahagiaan keluarga. Kedekatan dengan sang pencipta akan

membentuk kepribadian mereka sehingga akan memperoleh

ketenangan jiwa, emosi, cinta dan kasih sayang.

b. Saling mencintai

Rasa saling mencintai akan menyempurnakan kebahagiaan dan

membentuk suatu keharmonisan dalam suatu keluarga. Meski bukan

satu-satunya syarat, namun cinta tetap memiliki peran yang sangat

penting untuk membangun pernikahan yang kuat dan langgeng.

c. Memegang komitmen

Keluarga yang bahagia dan harmonis dibangun atas dasar

komitmen yang kuat dan teguh. Komitmen yang kuat dan teguh ini

akan menjauhkan campur tangan pihak ketiga dalam otoritas keluarga.

Dengan adanya komitmen ini, maka tujuan utama dari keluarga yang

dibangun dapat dicapai bersama anggota keluarga itu sendiri.

d. Bertindak realistis

Aspek ini dimaksudkan pada kenyataan-kenyataan yang terjadi

dalam membina hidup berkeluarga itu jauh dari apa yang dibayangkan

sebelumnya. Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang kuat serta

mampu menyesuaikan diri dengan bertindak realistis tanpa kehilangan

harapan untuk mencapai suatu tujuan dimasa depan.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

e. Memberi umpan balik (feedback) dan saling menasihati

Setiap manusia dapat berbuat kesalahan yang dapat merugikan

dirinya sendiri maupun keluarganya. Dalam sebuah keluarga,

mungkin saja hal itu menjadi pemicu awal keretakan rumah tangga.

Keluarga yang harmonis memiliki kebiasaan untuk saling memberi

umpan balik dan nasihat dengan tujuan menjaga orang-orang yang

dikasihinya dari kemungkinan mengambil keputusan yang merugikan.

f. Kerja sama

Keluarga yang harmonis memiliki kerja sama yang kuat dengan

masing-masing anggota keluarga yang lain. Mereka selalu

mengupayakan untuk melakukan berbagai kegiatan bersama-sama.

Hal ini akan menciptakan sense of belonging yang semakin

memperkuat ikatan keluarga.

g. Komunikasi

Komunikasi merupakan pilar utama dalam membina hubungan

berkeluarga. Terciptanya komunikasi efektif dalam keluarga semakin

memperkokoh ikatan batin di antara anggota keluarga tersebut.

Keluarga yang bahagia berusaha untuk mengedepankan komunikasi

dalam mengatasi permasalahan maupun pengambilan keputusan-

keputusan penting.

h. Mengelola ekonomi dengan baik

Hampir sebagian besar waktu dalam keluarga dewasa ini adalah

untuk mencari nafkah. Tidak bisa dipungkiri faktor ekonomi tidak bisa

dipandang remeh. Kemampuan mengatur dan mengelola ekonomi

keluarga secara bijak menjadi suatu keharusan agar bangunan

keluarga tetap kuat, kokoh dan mampu memenuhi kebutuhannya.

Iwan (2014: http://antoniusiwansblog.blospot.co.id) menyatakan

bahwa para ahli sosiologi menjelaskan bahwa pengukuran keharmonisan

keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial

yang berkaitann dengan aspek budaya dan lingkungan sosial.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

keharmonisan dalam suatu keluarga dapat diukur dan diketahui melalui data

yang diperoleh dari anggota keluarga tersebut. Data yang diperoleh berasal

dari instrumen penelitian (angket) yang pengembangannya disesuaikan

dengan aspek-aspek pembentuk dari keharmonisan keluarga itu sendiri.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

B. Percaya Diri

1. Pengertian Percaya Diri

Percaya diri berasal dari bahasa Inggris yakni self confidence yang

artinya percaya pada kemampuan, kekuatan dan penilaian diri sendiri.

Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting

dalam kehidupan manusia.

Arijati (2001:47) mengatakan bahwa percaya diri adalah kondisi

mental atau psikologis dari seseorang yang member keyakinan kuat pada

dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak

percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada

kemampuannya, karena itu sering menutup diri.

Maka percaya diri juga dapat diartikan suatu kepercayaan akan

kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang

dimiliki dapat dimanfaatkan secara tepat.

Arijati (2001:47) menambahkan bahwa percaya diri merupakan aspek

yang penting dalam kehidupan karena rasa percaya diri dapat memberi

keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu

tindakan.

Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang

percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri. Maka percaya

diri juga dapat diartikan suatu kepercayaan akan kemampuan sendiri yang

memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki sehingga dapat

dimanfaatkan secara tepat dan optimal.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

Pendapat yang diungkapan oleh Hakim (2012:http://illarezkiwanda.

blogspot.com), menyebutkan bahwa “Rasa percaya diri adalah suatu

keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan

keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai

berbagai tujuan dalam hidupnya”.

Menurut Rahman dalam Suwarjo dan Eliasa (2010:74) memberikan

pengertian bahwa kepercayaan diri sebagai keyakinan dalam diri seseorang

bilamana ia mampu mencapai kesuksesan dengan berpijak pada usahanya

sendiri. Mertodipura (2007:13) mengemukakan bahwa:

seseorang dikatakan percaya diri sendiri apabila Ia percaya dan yakin

kepada tenaganya, ia yakin kepada kemampuannya, ia yakin

kepribadiannya, ia yakin kepada keyakinan kehidupannya, kepada

kebenaran agamanya atau ideologinya. Ia pendeknya yakin kepada

tenaganya sendiri, sifat-sifatnya sendiri.

Menurut Fatimah, (2012:39) percaya diri adalah sikap positif seorang

individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian

positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi

yang dihadapinya.”

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa rasa percaya diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah

satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam diri individu, ditandai

dengan adanya keyakinan atas kemampuan diri sendiri serta memiliki

pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan tidak terwujud atau

mengalami kegagalan, individu tersebut mampu untuk tetap berpikiran

positif serta tidak mudah menyerah.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri yang dimiliki masing-masing oleh individu tentunya

berbeda tingkatannya antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini

disebabkan oleh faktor yang mempengaruhi pembentukan rasa percaya diri

dalam diri seorang individu tersebut.

Suwarjo dan Eliasa (2010:76) menjelaskan bahwa rasa percaya diri

dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti berikut:

a. Kesehatan

Untuk bisa menggunakan sebaik- baiknya kekuatan dan bakat

kita, kita butuhkan energi. Jika mereka dalam keadaan sehat, dalam

masyarakat bisa dipastikan biasanya mendapatkan lebih banyak

perhatian, dorongan moral, dan bahkan kesempatan.

Menurut Hakim (2012:http://illarezkiwanda. blogspot.com),

dengan adanya kondisi kesehatan yang lebih prima pada diri

seseorang, akan timbul keyakinan dan rasa percaya diri bahwa

dalam diri individu memiliki kekuatan yang cukup untuk

melakukan banyak hal sesuai dengan keperluan hidupnya..

b. Hubungan sosial.

Penyesuaian diri dengan lingkungan yang baru sesungguhnya

memerlukan keberanian dan kepercayaan diri. Hubungan sosial

pertama kali dalam kehidupan sese–orang dimulai dari waktu usia

anak-anak.

Pada masa itu diharapkan orang tua dapat membentuk

kepribadian seorang anak dengan memberi keleluasaan menentukan

pilihan serta menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

c. Pola asuh orang tua.

Pola asuh setiap orang tua selalu berbeda. Ada yang menerapkan

pola asuh secara demokratis maupun otoriter yang kedua pola asuh

tersebut akan berpengaruh terhadap rasa percaya diri setiap anak.

d. Dukungan

Individu membutuhkan dorongan dan pembinaan bagaimana

menggunakan sumber daya yang mereka miliki. Dukungan juga

merupakan faktor utama dalam membantu individu sembuh dari

pukulan terhadap rasa percaya diri yang disebabkan oleh trauma, luka

dan kekecewaan.

Sedangkan M.N. Ghufron, dan R. Risnawita (2010:37), berpendapat

bahwa kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah

sebagai berikut :

a. Konsep diri

Menurut Anthony dalam M.N. Ghufron, dan R. Risnawita (2010:37),

berpendapat bahwa terbentuknya kepercayaan diri seseorang diawali

dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dari pergaulannya.

Interaksi yang dilakukan akan menghasilkan konsep diri.

b. Harga diri

Konsep diri yang positif akan melahirkan harga diri yang positif pula.

Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri.

Santoso dalam M.N. Ghufron, dan R. Risnawita (2010:37),

berpendapat bahwa tingkat harga diri seseorang akan mempengaruhi

tingkat kepercayaan diri seseorang.

c. Pengalaman

Pengalaman dapat menjadi faltor munculnya rasa percaya diri. Namun

sebaliknya, pengalaman juga dapat menjadi faktor menurunnya

kepercayaan diri seseoranng.

d. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat

kepercayaan diri seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah akan

menjadikan orang tersebut akan dibawah berada kekuasaan orang lain

yang lebih pandai darinya.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

Sobur dalam Hakim (2012:http://illarezkiwandablogspot.com)

mengungkapkan pendapatnya berkaitan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi rasa percaya diri. Rasa percaya diri menurutnya dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor pertama adalah faktor yang berasal dari dalam diri

individu itu sendiri. Yang termasuk dalam faktor internal yaitu:

1) Konsep Diri

Terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang diawali

dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam

pergaulan suatu kelompok. Seseorang yang mempunyai rasa

percaya diri rendah biasanya mempunyai konsep diri negatif,

sebaliknya orang yang mempunyai rasa percaya diri tinggi akan

memiliki konsep diri positif.

2) Intelegensi / kecerdasan

Kecerdasan seseorang akan tampak setiap kali ia

menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat kita berada,

terutama pada saat kita mengadakan interaksi sosial dengan

orang lain melalui komunikasi lisan. Kecerdasan dan wawasan

serta kemampuan berbahasa yang kurang akan menyulitkan

seseorang untuk bisa berkomunikasi dengan baik dengan

sekelompok orang lain yang lebih intelek. Kesulitan tersebut

bisa juga menjadi salah satu sumber yang menyebabkan

seseorang merasa tidak percaya diri untuk bergabung di dalam

satu kelompok tertentu.

3) Keterampilan Komunikasi

Mungkin kita sering menemui beberapa orang yang tidak

bisa berbicara dengan lancar dengan gejala bicara yang tidak

teratur, terlalu cepat, tersendat-sendat, terpatah-patah,

mengulang-ulang suku kata tertentu dan sebagainya.

Ketidakmampuan untuk bisa berbicara dengan lancar dapat

menimbulkan rasa tidak percaya diri untuk bisa berkomunikasi

dengan orang lain.

4) Kepribadian

Kepribadian seseorang yang mudah cemas dan penakut,

tertanam sejak masa kecil merupakan bibit tidak percaya diri

yang sangat parah. Penyebab utama masalah ini adalah pola

pendidikan keluarga dimasa kecil yang terlalu keras atau terlalu

melindungi atau sering ditakuti oleh orang sekitarnya.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

5) Kondisi fisik

Kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri.

Kondisi fisik ini bisa digambarkan dengan cacat atau kelainan

fisik tertentu, seperti cacat anggota tubuh atau rusaknya salah

satu indera merupakan kekurangan yang jelas terlihat orang lain.

Selain itu, bagi seseorang yang memiliki kekurangan atau

bentuk tubuh tidak proporsional, terlalu kurus atau terlalu

gemuk, tinggi atau rendah, berjalan tidak tegak maka seseorang

itu pasti sering merasa tidak percaya diri ketika harus bertemu

dengan orang baru. Hal ini dapat menciptakan kesan diri

seseorang buruk dimata orang lain.

b. Faktor Eksternal

Faktor pertama adalah faktor yang berasal dari luar diri individu.

Yang termasuk dalam faktor eksternal yaitu:

1) Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang.

Anthony lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan

yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah

kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang

pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan

tidak perlu bergantung pada individu lain.

2) Pekerjaan

Bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan

kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut dikemukakan

bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan melakukan

pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa

bangga di dapat karena mampu mengembangkan kemampuan

diri.

3) Berasal dari keluarga yang ekonominya rendah / pas-pasan

Rasa tidak percaya diri ini biasanya dialami ketika kita

harus berada di lingkungan yang sama dengan orang-orang yang

ekonominya tinggi / menengah ke atas. Rasa tidak percaya diri

yang rasakan ini biasanya menyangkut komunikasi dan

pembauran. Jika memang harus berada di lingkungan tersebut

maka rasa tidak percaya diri akan muncul dan tidak mampu

berkomunikasi dan berbaur dengan orang-orang yang

ekonominya tinggi / menengah ke atas.

4) Sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan

Lingkungan disini maksudnya adalah lingkungan sekolah,

pekerjaan, tempat tinggal dan sebagainya. Ketika seseorang sulit

menyesuaikan diri dengan lingkungan maka rasa tidak percaya

diri itu otomatis muncul dari diri seseorang.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

5) Pengalaman hidup

Kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman yang

mengecewakan, yang paling sering menjadi sumber timbulnya

rasa rendah diri. Lebih-lebih jika pada dasarnya seseorang

memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang

perhatian.

6) Lingkungan

Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga dan

masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan

keluarga seperti anggota kelurga yang saling berinteraksi dengan

baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi.

Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa

memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka semakin

lancar harga diri berkembang. Sedangkan pembentukan

kepercayaan diri juga bersumber dari pengalaman pribadi yang

dialami seseorang dalam perjalanan hidupnya.

Hakim (2012:http://illarezkiwanda. blogspot.com) menambahkan

bahwa ada beberapa hal yang bisa dilakukan siswa di sekolah agar terhindar

dari perasaan minder sehingga mengembangkan rasa percaya diri dengan

baik yaitu, sebagai berikut :

a. Memupuk keberanian untuk bertanya

b. Peran guru yang aktif bertanya pada siswa/siswi

c. Melatih diskusi dan berdebat

d. Mengerjakan soal di depan kelas

e. Bersaing dalam mencapai prestasi belajar

f. Aktif dalam kegiatan pertandingan olahraga

g. Belajar berpidato

h. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

i. Mengikuti kegiatan seni vokal (suara)

j. Penerapan disiplin yang konsisten

k. Aktif dalam kegiatan bermain musik

l. Ikut serta di dalam organisasi sekolah

m. Manjadi ketua kelas

n. Menjadi pemimpin upacara

o. Ikut dalam kegiatan pencinta alam

p. Memperluas pergaulan yang sehat

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

3. Aspek-Aspek Percaya Diri

Kepercayaan diri dapat mengubah seseorang biasanya tidak berani

dalam menghadapi sesuatu, dengan adanya kepercayaan diri maka

seseorang tersebut menjadi lebih yakin dan merasa mampu untuk

mengahdapi atau melakukan sesuatu.

Lauster dalam M.N. Ghufron, dan R. Risnawita (2010:35)

mengungkapkan bahwa kepercayaan diri yang dimiliki seorang dindividu

jika berlebihan juga bukanlah sifat positif. Pada umumnya kepercayaan diri

yang berllebihan akan menjadikan orang tersebut kurang berhati-hati dan

berbuat sesukanya sendiri. Hal ini akan menjadi tingkah laku yang

menyebabkan konflik dengan orang lain.

Orang yang memiliki kepercayaan diri diri yang positif menurut

Lauster dalam M.N. Ghufron, dan R. Risnawita (2010:35), adalah:

a. Keyakinan kemampuan diri

Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang

dirinya. Ia mampu secara sungguh-sungguh mengerjakan apa yang

sedang dilakukannya.

b. Optimis

Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu

berpendangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan

kemampuannya.

c. Objektif

Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan

kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau

menurut dirinya sendiri.

d. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab adalah kesadaran dan kesdiaan individu untuk

menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensi dari

perbuatannya.

e. Rasional dan realistis

Rasional dan realistis adalah analisis terhadap suatu masalah,

sesuatu hal, dan sesuatu kejadian dengan menggunakan pemikiran

yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

4. Ciri-Ciri Individu Yang Percaya Diri

Thursan Hakim Hakim (2012:http://illarezkiwanda. blogspot.com),

menyatakan bahwa orang-orang yang mempunyai rasa percaya diri yang

tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu.

b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.

c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai

situasi.

d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.

e. Memilki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang

penampilannya.

f. Memiliki kecerdasan yang cukup.

g. Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang

kehidupannya.

h. Memiliki kemampuan bersosialisasi.

i. Memilki latar belakang pendidikan keluarga yang baik.

j. Memilki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat

dan tahan di dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.

k. Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah.

Sedangkan orang-orang yang kurang memiliki rasa percaya diri atau

individu yang rasa percaya dirinya tergolong rendah, menurut Hakim

memiliki ciri-ciri adalah sebagai berikut:

a. Mudah cemas dalam mengahadapi persoalan dengan tingkat kesulitan

tertentu.

b. Memiliki kelemahan atau kekurangan dari segi mental, fisik, sosial,

atau ekonomi.

c. Sulit menetraliasasi timbulnya ketegangan di dalam suatu situasi.

d. Gugup dan terkadang bicara gagap.

e. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga kurang baik.

f. Kurang memiliki kelebihan pada bidang tertentu dan tidak tahu

bagaimana mengembangkan diri untuk memiliki kelebihan tertentu.

g. Sering menyendiri dari kelompok karena merasa minder.

h. Mudah putus asa.

i. Cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah.

j. Pernah mengalami trauma.

k. Sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah, misalnya dengan

menghindari tanggung jawab atau mengisolasi diri, yang

menyebabkan rasa tidak percaya diri semakin buruk.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

5. Pengukuran Rasa Percaya Diri

Tingkat rasa kepercayaan diri yang dimiliki oleh seorang individu

dapat berubah tergantung pada waktu dan tempat, selain itu dapat pula

dipengaruhi oleh situasi. Pengukuran rasa percaya diri umumnya dilakukan

dengan mengajukan pertanyaan dan pemberian jawaban dengan metode

skala.

Salah satu aspek pengukuran rasa percaya diri yang sangat penting

adalah harga diri. Individu yang memiliki harga diri yang tinggi akan

memandang dirinya secara positif, serta memberi penghargaan yang tinggi

pada dirinya. Namun sikap ini bukan berarti tinggi hati atau sombong,

karena perwujudan sikap ini tidak membandingkan diri sendiri dengan

pribadi orang lain.

Aspek pengukuran rasa percaya diri seorang individu yang berikutnya

adalah seberapa mengenal dirinya sendiri. Seorang individu yang percaya

diri adalah orang yang telah mengenal tentang dirinya, baik segala kelebihan

serta kekurangan yang dimilikinya. Aspek inilah yang mendasari tinggi

rendahnya harga diri seseorang, dan dari sini juga muncul kepercayaan akan

diri sendiri.

Pengukuran rasa percaya diri seseorang dapat dilakukan dengan

mengedepankan karakteristik-karakteristik seperti yang diungkapkan oleh

Fatimah (2012:149) yaitu antara lain:

a. Keyakinan yang dimiliki seseorang akan kemampuan dirinya,

sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan

atau hormat dari orang lain.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

b. Tidak terdorong untuk melakukan atau menunjukan sikap

konfomis demi diterima diterima orang lain atau kelompok.

c. Berani menerima penolakan yang diberikan orang lain atau

berani untuk untuk menjadi diri sendiri.

d. Punya pengendalian diri yang baik.

e. Memiliki Internal Locus Of Control (memandang kegagalan

atau keberhasilan, berantung pada usaha sendiri, tidak mudah

menyerah pada nasib dan tida mudah untuk bergantung

mengharap bantuan orang lain).

f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri,

orang lain, dan situasi di luar dirinya.

g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan

mengedepankan aspek-aspek seperti yang telah disebutkan, maka kita dapat

melakukan pengukuran terhadap rasa percaya diri yang dimiliki seorang

individu. Pengembangan instrumen penelitian disesuaikan dengan indikator-

indikator kepercayaan diri dengan item angket atau pertanyaan yang sesuai,

sehingga dapat mengungkapkan kualitas dari rasa percaya diri itu sendiri.

Tentunya saja pengukuran rasa percaya diri dengan metode menuntut

kejujuran data yang diberikan oleh responden, sehingga data yang diperoleh

dan dianalisis dapat sesuai dengan keadaan seseungguhnya sehingga hasil

penelitian yang optimalpun dapat diperolah.

C. Keterkaitan Keharmonisan Keluarga Dengan Rasa Percaya Diri

Seseorang akan belajar bagaimana untuk mencintai, menyayangi,

menghargai, menghormati, dan berbagi di dalam keluarga. Perilaku orangtua

merupakan kunci bagi kesuksesan mereka dalam mendidik anak-anaknya. Secara

tidak langsung, apa yang orang tua katakan dan lakukan, akan menjadi contoh

bagi anaknya.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

Apabila dalam lingkungan keluarga harmonis orang tua memiliki emosi

yang stabil dalam membesarkan anaknya maka orangtua tersebut akan mampu

membesarkan anaknya dengan baik, maka anak tersebut akan memiliki rasa

percaya diri, kepribadian yang menyenangkan, ramah dan mampu menyesuaikan

diri dengan yang lingkungan disekitarnya.

Namun jika keluarga yang kurang harmonis, orang tua memiliki emosi yang

tidak stabil dalam membesarkan anaknya dengan perilaku kasar, senang

menghukum, sering bertengkar terhadap satu anggota keluarga dengan yang

lainnnya, maka secara tidak langsung perilaku orang tua tersebut akan membentuk

perilaku anak yang pemurung, pembenci dan sering bermusuhan.

Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek yang penting untuk dimiliki

oleh seorang siswa di sekolah, dengan adanya kepercayaan diri yang tinggi maka

siswa lebih berpotensi untuk dapat memaksimalkan usahanya untuk meraih tujuan

yang ingin dicapai. Rasa percaya diri pada seorang individu dapat dikembangkan,

Al-Ghifari (2003:27-28) mengemukakan bahwa:

kepercayaan diri bisa dibangun dengan sesering mungkin melatih diri

bersikap dan bertindak positif mengalahakan berbagai ketakuatan yang tidak

beralasan dan merugikan kreativitas.tidak banyak menunda atau

menangguhkan untuk berbuat baik yang bisa dilakukan waktu itu.

Selain itu, cara yang paling penting untuk dapat menumbuhkan rasa percaya

diri adalah dengan mengerti dan menerina diri seperti apa adanya, karena tak

seorang pun yang sempurna. Orang tua dalam keluarga memiliki peran penting

dalam proses pembentukan rasa percaya diri anak. Dengan pemberian pola asuh

orang tua kepada anak secara tepat, akan membuat anak memiliki pandangan

positif terhadap dirinya dan menjadi titik awal dari terbentuknya rasa percaya diri.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

D. Keharmonisan Keluarga dan Rasa Percaya diri Dalam Program BK

Keluarga dan sekolah merupakan dua sistem yang sangat penting dalam

kehidupan anak. Keluarga berperan utama dalam mempengaruhi anak-anak dalam

proses perkembangan dan sosialisasinya. Kemudian sekolah mempengaruhi

perkembangan perilaku emosional dan sosial, yang mana selanjutnya anak akan

dipengaruhi oleh dua sistem tersebut.

Banyak masalah yang dialami siswa di sekolah yang sebenarnya bersumber

dari keadaan keluarganya. Setiap keluarga pasti pernah mengalami konflik atau

msalah yang dapat menyebabkan ketidak-harmonisan dalam keluarga. Ketidak-

haromisan keluarga ini terjadi dapat disebabkan oleh kurang atau putusnya

komunikasi antar anggota keluarga, msalah ekonomi, kesibukan, pendidikan,

perselingkuhan dan agama.

Di sekolah, seorang guru pembimbing harus mampu untuk mengungkap

sumber dari masalah yang dialami oleh siswa, untuk dapat membantu siswa

mengentaskan permsalahan yang dialmi. Salah satu contoh masalah tersebut

seperti rasa percaya diri siswa yang kurang, dan ternyata masalah ini dilatar-

belakangi oleh keadaan keluarga siswa di rumah, maka guru pembimbing dapat

melakukan kunjungan rumah. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk upaya

bantuan yang diberikan untuk pengentasan masalah yang dialami siswa disekolah.

Rasa percaya diri sangat penting perannya dalam membantu siswa

mengikuti seluruh kegiatan belajar mengajar di sekolah. Bila dikaitkan dengan

pelaksanaan layanan bimbingan konseling di sekolah, maka guru pembimbing di

sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu siswa

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian ... · keluarga (kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang berkaitann dengan aspek budaya

meningkatkan rasa percaya diri yang dimilikinya. Guru pembimbing di sekolah

dapat membantu siswa yang mengalami masalah dengan rasa percaya diri, dengan

mengadakan salah satu layanan bimbingan konseling seperti konseling individual

kepada siswa tersebut. Selain itu, guru pembimbing di sekolah dapat memberikan

informasi kepada seluruh siswa tentang tips atau cara membangun rasa percaya

diri serta informasi pentingnya memiliki rasa percaya diri, baik di lingkungan

sekolah, pergaulan maupun masyarakat.

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang tepat di sekolah

diharapkan mampu untuk memberikan kesadaran dan keinginan bagi siswa untuk

meningkatkan rasa percaya diri yang dimiliki. Dengan adanya kesadaran dan

keinginan tersebut, maka siswa akan lebih mampu untuk menampilkan pribadinya

secara utuh dihadapan orang lain. Di lingkungan sekolah, hal ini tentunya dapat

membantu siswa dalam mengikuti dan memahami materi pembelajaran,

memudahkan siswa untuk menjalin hubungan persahabatan serta memberikan

keyakinan kepada siswa dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan

pendidikannya, seperti rasa percaya diri dalam memilih program lanjutan.