bab ii landasan teori a. kajian teori 1. olahraga bola basket · 8 bab ii landasan teori a. kajian...

33
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Olahraga Bola Basket Bola basket merupakan olahraga permainan yang dimainkan oleh dua regu. Masing-masing regu terdiri dari lima pemain, dimana tiap regu berusaha memasukkan bola ke dalam keranjang dan mencegah lawan mencetak angka dan tim dengan poin terbanyak yang akan menjadi pemenangnya (Peraturan Perbasi, 2006:1). Bola basket adalah salah satu jenis permainan yang termasuk olahraga permainan. Permainan olahraga bola basket termasuk permainan yang menggunakan bola besar. Sampai saat ini permainan bola basket mulai berkembang kearah yang lebih baik, sebagai bukti belakangan ini geliat permainan dan olahraga bola basket sudah mulai terlihat dengan sering diadakan kompetisi oleh berbagai pihak dengan bantuan sponsor dan mempunyai tempat yang cukup tepat di hati masyarakat khususnya para remaja. Bola basket dimainkan oleh 2 (dua) tim yang masing-masing terdiri dari 5 (lima) pemain. Tujuan dari masing-masing tim adalah untuk mencetak angka ke keranjang lawan dan berusaha mencegah tim lawan mencetak angka atau disebut dengan bertahan atau deffense (Perbasi, 2010:1). Lapangan permainan harus rata, memiliki permukaan keras yang bebas dari sesuatu yang menghalangi pemain saat berada dilapangan, lapangan basket memiliki ukuran panjang 28 m dan lebar 15 m yang diukur dari sisi dalam garis batas (Perbasi, 2010:1). Berikut ini gambar lapangan bola basket: Gambar 1. Lapangan Bola Basket (Perbasi, 2010:3) 8

Upload: others

Post on 23-Oct-2019

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Olahraga Bola Basket

Bola basket merupakan olahraga permainan yang dimainkan oleh dua regu.

Masing-masing regu terdiri dari lima pemain, dimana tiap regu berusaha

memasukkan bola ke dalam keranjang dan mencegah lawan mencetak angka dan tim

dengan poin terbanyak yang akan menjadi pemenangnya (Peraturan Perbasi, 2006:1).

Bola basket adalah salah satu jenis permainan yang termasuk olahraga permainan.

Permainan olahraga bola basket termasuk permainan yang menggunakan bola besar.

Sampai saat ini permainan bola basket mulai berkembang kearah yang lebih baik,

sebagai bukti belakangan ini geliat permainan dan olahraga bola basket sudah mulai

terlihat dengan sering diadakan kompetisi oleh berbagai pihak dengan bantuan

sponsor dan mempunyai tempat yang cukup tepat di hati masyarakat khususnya para

remaja.

Bola basket dimainkan oleh 2 (dua) tim yang masing-masing terdiri dari 5

(lima) pemain. Tujuan dari masing-masing tim adalah untuk mencetak angka ke

keranjang lawan dan berusaha mencegah tim lawan mencetak angka atau disebut

dengan bertahan atau deffense (Perbasi, 2010:1). Lapangan permainan harus rata,

memiliki permukaan keras yang bebas dari sesuatu yang menghalangi pemain saat

berada dilapangan, lapangan basket memiliki ukuran panjang 28 m dan lebar 15 m

yang diukur dari sisi dalam garis batas (Perbasi, 2010:1). Berikut ini gambar

lapangan bola basket:

Gambar 1. Lapangan Bola Basket

(Perbasi, 2010:3)

8

1

9

Kedua papan pantul terbuat dari kayu keras atau bahan yang tembus

pandang (transparan) dengan tebal 3 cm sesuai dengan kekerasan kayu, lebarnya 1,80

m dan tingginya 1,20 m. permukaannya rata dan bila tidak tembus pandang harus

berwarna putih. Permukaan ini ditandai dengan: di belakang ring dibuat petak

persegi panjang dengan ukuran 59 cm dan tingginya 45 cm dengan lebar garis 5 cm.

Garis dasar berbentuk empat persegi panjang tersebut dibuat rata dengan ring (Imam

Sodikun, 1992:82). Berikut adalah gambar papan pantul tersebut :

Gambar 2. Papan Pantul Bola Basket

(Imam Sodikun, 1992:82)

Keranjang yang diserang oleh suatu tim adalah keranjang lawan dan

keranjang yang dipertahankan oleh suatu tim adalah keranjang sendiri (Perbasi,

2010:1). Keranjang atau basket terdiri dari ring atau simpai dan jala. Simpai terbuat

dari lingkaran besi yang keras, garis tengahnya 45 cm dan berwarna jingga. Garis

tengah besi simpai tersebut 20 mm dengan sedikit tambahan lengkungan besi kecil di

bawah simpai tempat memasang jala. Simpai harus dipasang kokoh pada papan

pantul dan terletak mendatar di atas lantai dan jarak tepi bawah simpai dengan lantai

setinggi 3,05 m.

Jarak terdekat dari bagian dalam tepi simpai 15 cm dari permukaan papan

pantul. Jala terbuat dari tambang putih teranyam dan tergantung sedemikian rupa

sehingga dapat menahan bola masuk keranjang/basket, kemudian terus jatuh ke

bawah. Panjang jala adalah 40 cm (Imam Sodikun, 1992:83). Berikut ini adalah

gambar dan ukuran ring dalam permainan bola basket :

10

Gambar 3. Keranjang/Ring Bola Basket

(Imam Sodikun, 1992:82)

Dalam permainan bola basket, bola yang digunakan adalah bola yang betul-betul

bundar terbuat dari kulit, karet atau bahan sintesis. Kelilingnya antar 75-78 cm dengan

berat antara 600-650 gram. Bola dipompa secukupnya sehingga kalau dijatuhkan dari

ketinggian 1,80 m, pantulannya antara 1,20-1,40 meter (Imam Sodikun, 1992:84). Ada

tiga ukuran bola basket menurut kelompok pemain, yaitu bola ukuran 5 untuk pemain

tingkat Sekolah Dasar baik laki-laki maupun perempuan. Bola ukuran 6 untuk pemain

tingkat Sekolah Menengah Pertama putera dan puteri, serta pemain putri senior. Bola 7

dipakai untuk kelompok pemain putera Sekolah Menengah Atas dan putera senior.

Pemain dalam bola basket dibolehkan pada posisi apapun, posisi yang paling

umum pada tim dengan 5 pemain adalah pemain 1 sebagai point guard (best ball

handler), pemain 2 sebagai shooting guard (best outsiders), pemain 3 sebagai small

forward (versatile inside dan outside player), pemain 4 sebagai power forward (strong

rebounding forward), dan pemain 5 sebagai pemain tengah (inside score, rebounder dan

shoot blocker) (Hall Wissel, 2000:2).

a. Teknik Olahraga Bola Basket

Teknik dasar atau fundamental merupakan suatu faktor yang sangat penting

dalam pencapaian suatu prestasi. Karena pemahaman teknik dasar yang baik,

dimungkinkan pemain dapat menampilkan suatu permainan yang bermutu sehingga

dapat menjadi suatu tontonan atau hiburan yang menarik. Teknik dasar yang baik

juga memudahkan pemain dalam menerima instruksi dari pelatih, karena dalam

permainan bola basket ini merupakan olahraga yang memiliki berbagai macam

teknik gerakan.

11

Bola basket merupakan permainan yang gerakannya kompleks yaitu

gabungan dari jalan, lari, lompat dan unsur kekuatan, kelincahan, kecepatan,

ketepatan, kelenturan dan lain-lain (Imam Sodikun, 1992:35). Dalam hal ini berarti,

gerakannya terdiri dari gabungan unsur gerak yang terkoordinasi dengan baik. Oleh

karena itu, penguasaan gerak yang baik harus dilakukan agar dapat menciptakan

suatu gerakan yang baik pula, sehingga penguasaan terhadap teknik dasar dalam

permainan bola basket harus didahulukan dan diutamakan. Setiap pemain basket

dituntut untuk dapat melakukan setiap unsur gerak yang terangkum dalam berbagai

teknik dasar yang benar. Jika setiap unsur gerak dapat dikuasai, maka setiap pemain

akan mudah mengkombinasikan dan mengembangkan berbagai macam gerakan

dasar.

Tripple threat position adalah bagian penting dalam permainan bola basket,

karenatripple threat position adalah bagian awal untuk melakukan shooting,

menerima passing, dan melakukan dribble. Posisi yang benar yaitu lutut agak

ditekuk atau agak jongkok, siku ditekuk dalam keadaan posisi shooting, posisi badan

harus balance, dan semua persendian harus lentur dan siap. Pemain yang ada pada

posisi tripple threat dengan keadaan seimbang dan benar akan mampu melakukan

offense dengan baik untuk memasukan bola ke ring basket. Latihan tripple threat

position harus dibiasakan, agar pemain merasa nyaman dengan latihan tersebut maka

perlu memberikan pengertian serta tujuan kegunaan latihan tersebut. Pada permainan

bola basket, untuk mendapatkan gerakan efektif dan efisien ini perlu didasarkan pada

penguasaan teknik dasar yang baik. Teknik dasar mencakup footwork (gerakan kaki),

shooting (menembak), passing (operan) dan menangkap, dribble, rebound, bergerak

dengan bola, bergerak tanpa bola dan bertahan (Hall Wissel, 2000:2). Sedangkan

menurut Danny Kosasih (2008:2), teknik dasar meliputi: body control (mengontrol

badan), moving without the ball (pergerakan tanpa bola), ball handling (penguasaan

bola), passing and catching (mengoper/melempar dan menangkap), dribbling

(menggiring bola), rebound (usaha mengambil bola sesaat setelah shooting tidak

masuk) dan shooting (menembak).

b. Dribble (Menggiring Bola)

Dribble adalah salah satu teknik dalam olahraga bola basket yang pertama

dikenalkan kepada pemain pemula (Jon Oliver, 2004:49). Dribble merupakan salah

12

satu teknik penting dalam olahraga bola basket karena berkaitan dengan penguasaan

bola, karena tanpa menguasai bola maka akan sulit untuk mencetak poin. Dribble

hendaknya diajarkan sejak awal, karena hal tersebut sangat penting untuk

membiasakan pemain dengan bola. Jadi latihan dribble sesuai untuk para pemula

(Keven, 2007:25). Berikut merupakan jenis-jenis menggiring bola menurut Imam

Sodikun:

1) Menggiring bola tinggi untuk kecepatan

2) Menggiring bola rendah untuk kontrol dan penguasaan

3) Menggiring campuran untuk merubah arah gerakan

Kemampuan kondisi fisik juga sangat penting dalam melakukan dribble.

Adapun kemampuan yang diperlukan untuk melakukan dribble adalah sebagai

berikut (M. Sajoto, 1995:8):

1) Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang

kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu

bekerja.

2) Kecepatan (speed) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan

berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya.

3) Daya Lentur (flexibility) efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk

segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas.

4) Kelincahan (agility) adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area

tertentu.

5) Koordinasi (coordination) adalah kemampuan seseorang mengintregasikan

bermacam-macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara

efektif.

Para pemain muda umumnya cenderung untuk melihat bola pada tahap

permulaan dari kemampuan dalam mengontrol bola. Mereka harus dilatih dan

dianjurkan menggunakan penglihatannya secara terbagi. Mereka harus berusaha

merasakan pantulan serta arah bola saat melakukan dribble, sehingga pergerakan

pergelangan tangan tetap lincah dan mendorong bola ke lantai dengan gerakan yang

terkontrol (Vic Amber, 2006:31). Kedua tangan juga harus dilatih untuk melakukan

dribble dan menjaga agar bola dapat dijauhkan dari lawan saat saling berhadapan.

13

Ketika berusaha menghindarkan diri dari hadangan lawan saat melakukan dribble,

bola dialihkan ke samping tubuh untuk melindungi bola (Hall Wissel, 2000:95).

Dribble dilakukan dengan memantulkan bola basket ke lantai. Setiap kali

bola memantul dan kembali ke tangan, gunakan ujung jari untuk memantulkan bola

kembali ke lantai dengan bantuan pergerakkan pergelangan tangan dan lengan bagian

bawah dan pertahankan posisi tangan tetap di atas bola. Ketika melakukan dribble,

sangat penting untuk tetap menjaga bola dalam kendali. Jaga pantulan bola tetap

rendah, karena semakin cepat dan rendah pantulan bola maka semakin sulit pemain

lawan untuk merebut bola. Salah satu cara untuk merendahkan pantulan bola adalah

pantulkan bola dekat dengan lantai. Karena posisi badan sudah rendahkan (menekuk

lutut dan merendahkan pinggang), seharusnya tidak akan sulit menjaga tinggi

pantulan bola agar tetap ada di antara lutut dan pinggang sehingga bola lebih mudah

dikontrol (Vic Amber, 2006:32).

Kesalahan yang biasa terjadi ketika melakukan dribble dijelaskan sebagai

berikut:

1) Melakukan dribble hanya gerakan poros atau gerakan pergelangan tangan saja

tanpa diikuti gerakan lengan secara keseluruhan, sehingga pantulan bolanya tidak

kuat dan sukar dikontrol (A. Sarumpet, 1992:30).

2) Saat bola bergerak ke atas tidak melekat pada telapak tangan, melainkan ditepuk-

tepuk sehingga berbunyi (A. Sarumpet, 1992:30).

3) Keadaan otot lengan dan tangan tegang (Abdul Rohmin 2008:19)

2. Ball Handling

Ball Handling merupakan dasar dalam permainan olahraga bola basket,

perlu di ketahui permainan bola basket bukan sekedar dribble dan menembak, juga

membutuhkan keterampilan dalam mengolah bola. Sebelum kita mendalami teknik-

teknik dalam bermain bola basket yang lain, kita harus mendalami dulu dasar-dasar

bermain bola basket yang benar atau belajar fundamental dari permainan bola basket.

Karena ball handling merupakan pendasaran atau fundamental movement dribbling,

dengan kata lain terdapat hubungan yang sangat erat antara ball handling dan dribble

(Ananda Dan Taufiq, 2015:2). Arti kata dari ball handling adalah kemampuan

seorang pemain untuk menguasai bola atau bagaimana pemain menyukai dan

menikmati suatu latihan yang akan menentukan seberapa baik teknik passing,

14

dribbling, catching, dan shooting dari seorang pemain (Danny Kosasih, 2008:18).

Apabila dikaitkan dengan pembelajaran bola basket, maka ball handling adalah

latihan dan pembelajaran penguasaan bola sebagai dasar atau fundamental untuk

melanjutkan ke teknik yang lebih kompleks pada permainan bola basket. menurut

Dre Baldwin (2013) ada beberapa tehnik ball handling, berikut jenis-jenis teknik

metode latihan ball handling:

a. Tap drill: memperpanjang tangan di atas kepala anda dan tekan bola dengan cepat

antara ujung-ujung jari anda. Pekerjaan anda sampai ke lantai dan kemudian

kembali ke atas kepala.

b. Neck circles: memindahkan bola di leher anda dalam gerakan melingkar.

c. Waist circles: memindahkan bola secepat anda dapat sekitar pinggang.

d. Leg circles: memindahkan bola di sekitar lutut kanan saat anda berdiri dengan

kaki selebar bahu terpisah. Kemudian melakukan hal yang sama di sekitar lutut

kiri. Anda juga dapat melakukan ini penanganan bola latihan dengan posisi kaki

anda berdekatan dan menggerakkan bola di sekitar kedua kaki.

e. Waist/leg circle combo: menggabungkan 2 penanganan latihan bola sebelumnya

menjadi satu. Berdirilah dengan kedua kaki bersama-sama. Mulai di pergelangan

kaki dan bekerja di sekitar bola kaki anda. Kemudian beralih ke lutut, kemudian

pinggang dan kemudian kembali ke pergelangan kaki lagi. Bekerja untuk

memperoleh cepat, gerakan fluida dari atas ke bawah.

f. Wall drill: pegang bola di atas kepala dengan kedua tangan berdiri sekitar tiga

meter dari dinding. Bola memantul dari dinding 10 kali dengan tangan kanan dan

kemudian 10 kali dengan tangan kiri menggunakan atas, daerah bantalan jari-jari

anda. Hal ini mungkin agak sulit ketika anda pertama kali mencoba, tetapi akan

membantu anda mengembangkan perasaan yang tepat untuk bola.

g. Ricochet: sementara berdiri tegak dengan kaki anda terbuka lebar, bola memantul

keras di antara kaki anda dan kemudian menangkapnya di belakang anda dengan

kedua tangan.

h. Pretzel: meletakkan satu tangan pada bola di depan kaki dan satu tangan pada

bola di belakang kaki sambil berdiri dengan kaki selebar bahu. Drop bola dan

membalik posisi tangan anda. Cobalah melakukan hal ini terus-menerus bola

latihan penanganan secepat mungkin.

15

i. Run in place: membungkuk sambil berlari di tempat. Memindahkan bola di

belakang kaki kanan anda dengan tangan kanan dan kemudian di belakang kaki

kiri dengan tangan kiri. Terus melakukan hal ini ketika sedang yakin untuk

menjaga kaki anda dalam garis lurus.

j. Straddle flip: pegang bola dengan kedua tangan di depan kaki anda sambil berdiri

dengan kaki selebar bahu. Menjatuhkan bola, ayunan tangan anda ke bagian

belakang kaki anda dan menangkap bola sebelum dapat mencapai lantai. Lalu

menjatuhkan bola sekali lagi, ayunkan tangan ke depan dan menangkap di sana.

Ulangi latihan penanganan bola ini berulang-ulang secepat mungkin.

k. Figure eight: berdirilah dengan lutut tentang selebar bahu dan membungkuk

sedikit. Dengan bola di tangan kanan, melewati di antara kaki anda dalam sebuah

angka delapan gerakan tangan kiri anda. Ayunan bola ke depan dan kemudian

lulus dari tangan kiri ke tangan kanan anda melalui kaki. Seperti penanganan

seluruh bola latihan, mulailah pelan pelan dan meningkatkan kecepatan ketika

anda mendapatkan lebih nyaman.

l. Figure eight: serupa dengan bola delapan penanganan. Berdirilah dengan lutut

tentang selebar bahu dan membungkuk sedikit. Dengan bola di tangan kanan,

menggiring bola di antara kaki anda dalam sebuah angka delapan gerakan tangan

kiri anda. Ayunan bola ke depan dan kemudian menggiring bola itu dari tangan

kiri ke tangan kanan anda di angka delapan pola yang sama melalui kaki.

Mulailah pelan pelan dan meningkatkan kecepatan ketika anda mendapatkan lebih

nyaman.

m. Bongo dribble: untuk penanganan bola bor, dapatkan di lutut dan mendribel bola

secepat anda bisa, bolak-balik tangan seolah-olah anda sedang memainkan bongo

drum set.

n. Leg circles: berdirilah dengan kaki selebar bahu terpisah. Mendribel bola di

sekitar kaki kanan anda menggunakan tangan kanan dan kiri. Kemudian ulangi

bola yang sama menangani bor di sekitar kaki kiri.

o. Two ball dribble: latihan dribble dengan memantulkan dua bola menggunakan

tangan kanan dan kiri.

p. Dribble crossover: latihan dribble dengan mengarahkan bola ke kanan dan ke kiri

dengan cara mengayunkan lengan di depan badan.

16

q. Draw the picture: berdiri di satu tempat dan mendribel bola dalam sebuah

lingkaran, salib, persegi dan berbeda abjad. Lakukan ini dengan baik kanan dan

tangan kiri.

r. Wall drill: bouncing bola secepat mungkin ke atas dan bawah dinding. Mulai

setinggi nyaman dapat mencapai, bekerja turun ke lantai dan kemudian kembali

lagi menggunakan tangan kanan dan kemudian kiri.

s. Seesaw: posisi diri dalam berbagai sikap dan mental bola di belakang kaki anda

bolak-balik antara tangan kiri dan kanan.

t. 360 degree dribble: dribble dalam lingkaran menggunakan kaki kanan sebagai

poros kaki. Menggiring bola dengan tangan kanan anda membuat kedua depan

dan sebaliknya pivot dan kemudian melakukan hal yang sama dengan

menggunakan tangan kiri anda untuk menggiring bola. Ulangi latihan ini

penanganan bola menggunakan kaki kiri sebagai poros.

u. Typewriter dribble: dapatkan pada lutut dan menggunakan satu jari pada satu

waktu untuk menggiring bola dengan. Ulangi latihan penanganan bola ini dengan

semua jari-jari anda, bahkan ibu jari anda.

v. Front and back: berdirilah dengan kaki selebar bahu dan mendribel bola bolak-

balik antara kaki anda dengan menggunakan tangan yang sama. Mengulangi

penanganan latihan bola ini dengan tangan yang lain.

Metode latihan ball handling dilakukan dengan tujuan untuk melakukan

kontrol bola dan olah bola sehingga terjadi adaptasi terhadap derakan dalam

mengolah bola, ini merupakan hal paling mendasar dari semua keterampilan dalam

olahraga bola basket. Kemampuan kontrol dan mengolah bola dapat dikuasai dengan

memperbanyak menyetuh bola dalam berbagai situasi dan kegiatan. Mampu

mengontrol bola sambil memeriksa hal sekitar adalah keterampilan yang penting,

seperti halnya mengontrol bola menggunakan tangan kidal. Sesungguhnya

mengontrol bola tidak hanya terbatas satu tangan saja melainkan melibatkan seluruh

tubuh. Beragam keterampilan kontrol dan olah bola dibutuhkan karena olahrga bola

basket adalah olahraga yang bersifat dinamis, dan selalu berubah. Perubahan

keterampilan tergantung pada unsur-unsur tertentu, seperti posisi bola terhadap posisi

badan, terhadap tim dan lawan, serta terhadap posisi pemain itu sendiri di lapangan.

Memainkan bola dalam posisi diam, kemudian menambah gerak, dan berlanjut

17

berinteraksi dengan pemain lain merupakan perkembangan yang penting untuk

membantu mempelajari keterampilan-keterampilan gerak yang selalu berubah sesuai

dengan kondisi di lapangan (Keven, 2007:25).

Latihan yang digunakan pada penelitian ini adalah dribble crossover dan

two ball dribble, berikut penjelasan mengenai dua jenis latihan ball handling yang

digunakan sebagai treatmen:

a. Dribble crossover

Salah satu teknik dribble yaitu dribble crossover. Crossover adalah teknik

dribble yang digunakan untuk mengecoh dan menipu pemain bertahan lawan

dengan mengubah arah pantulan bola. Dribble crossover juga merupakan bagian

dari ball handling sehingga dapat dijadikan sebagai suatu bentuk latihan. Gerakan

dribble crossover ini adalah teknik penguasaan bola yang bertujuan menghindari

lawan dengan mengubah arah bola dengan, pemain seakan-akan melaukan dribble

ke arah kiri lawan tetapi dengan tiba-tiba mengubah arah dribble ke kanan dengan

cepat (Ibrahim, 2008:70). Jadi agar keterampilan dribble dapat berkembang

sehingga dapat mengecoh lawan saat bertanding maka latihan dribble crossover

perlu dilatih. Menurut Hall Wissel (2000:04) tahapan pelaksanaan dribble

crossover dibagi menjadi fase persiapan dan fase pelaksanaan. Fase tersebut

terdiri dari:

1) Fase persiapan

a. Angkat kepala dan lihat ke depan

b. Kontrol dribble sebatas lutut

c. Badan dan tangan yang tidak men-dribble melindungi bola

2) Fase pelaksanaan

a. Angkat kepala dan lihat ke depan

b. Silangkan bola ke depan pada sudut belakang

c. Dribble bola dekat badan

d. Kontrol dribble sebatas lutut

e. Badan dan tangan yang tidak men-dribble melindungi bola

Pemain melakukan dribble di depan badannya, lalu memantulkan bola ke

tangan yang berlawanan dengan mengayunkan lengan menyilang di depan badan

ke arah dalam. Dengan memalsukan pergerakannya, pemain penyerang dapat

18

membuat pemain bertahan lawan bergerak menuju tangan yang memiliki bola,

lalu dengan cepat memindahkannya ke tangan satunya, membuat pemain dapat

melewati lawan atau mengoper bola ketika lawan kehilangan keseimbangan.

Ketika melakukan dribble crossover, sebaiknya badan tidak dalam posisi tegak

lurus. Karena dengan posisi ini, bola membutuhkan waktu yang lebih banyak

untuk memantul dari badan bagian atas ke lantai dan kembali lagi ke atas,

membuat bola lebih mudah dicuri pemain lawan. Sebelum melakukan dribble

crossover, ubah sikap badan menjadi lebih rendah, kemudian buka kaki selebar

bahu. Lutut ditekuk dan pinggul sedikit direndahkan (sama seperti ketika duduk di

kursi). Posisi kepala dan tubuh bagian atas dalam kondisi tegak. Ini adalah posisi

dasar yang baik dan stabil serta posisi ini melindungi bola dari penjagaan lawan

dan memberikan kemampuan gerak yang baik untuk melewati hadangan lawan

(Ibrahim, 2008:70).

Gambar 4. Dribble Crossover

(www.basketballtraininggrounds.com)

b. Two ball dribble

Two ball dribble merupakan salah satu bentuk dari latihan ball handling.

two ball dribble adalah gerakan men-dribble bola dengan menggunakan dua bola

secara bersamaan untuk melakukan latihan dribble, latihan ini merupakan variasi

dari push pull dribble (Ibrahim, 2008:66). Latihan two ball dribble dapat

dilakukan dengan tanpa berpindah tempat maupun sambil berjalan atau berlari.

Tentunya hal tersebut memiliki perbedaan tingkat kesulitan. Karena melakukan

dribble dengan dua bola membutuhkan konsentrasi yang lebih banyak dibanding

melakukan dribble menggunakan satu bola. Dribble bisa dilakukan dengan tangan

kanan dan kiri secara bergantian atau secara bersamaan (Keven, 2007:34).

Cara melakukan latihan two ball dribble memerlukan pengontrolan tenaga

dalam men-dribble bola, berikut cara melakukannya menurut Ibrahim (2007:66):

19

1) Posisikan kedua kaki dengan posisi kuda-kuda yang kokoh

2) Badan rileks dan pandangan lurus ke depan

3) Dengan kedua bola berada dikedua tangan, pantulkan bola dengan tenaga dan

tangkap kembali dengan meredam tenaga pantulan bola

4) Jangan melawan tenaga pantulan dengan tenaga berlebihan kerena akan

membuat bola hilang kontrol

5) Pantulkan bola dengan sekuat tenagakemudian ontrol dengan menggunakan

pergelangan tangan

Keterampilan dribble dapat berkembang apabila didukung dengan kekuatan,

kecepatan, kelincahan, fleksibilitas, dan kordinasi yang baik (Marta Dinata,

2008:35). Latihan two ball dribble merupakan latihan dengan mendribel dua bola

sekaligus yang tentunya membutuhkan koordinasi yang lebih baik dibanding

dribble menggunakan satu bola. Kekuatan kedua lengan juga akan lebih terlatih

otot-otonya dalam beradaptasi untuk menjaga bola agar tetap terpantul dengan

baik, hal tersebut menunjukan bahwa kekuatan tangan sangat dibutuhkan dalam

upaya memantulkan bola. Latihan ini pada saat dilakukan dengan posisi dribble di

tempat juga membutuhkan kekuatan kaki yang baik karena posisi dribble yang

benar adalah lutut ditekuk dengan mendorong bagian pantat ke belakang sehingga

lutut tidak melebihi ujung kaki serta posisi badan tegak dan condong ke depan.

Pada posisi tersebut otot-otot tungkai akan berkontraksi untuk menahan beban

berat badan, sehingga latihan ini juga dapat memperkuat otot-otot tungkai.

Latihan ini juga dapat dilakukan dengan menggiring dua bola ke segala arah

(motion dribble), sehingga pada variasi latihan ini juga bertujuan untuk melatih

kecepatan serta kelincahan pemain dalam menggiring bola sehingga koordinasi

yang dibutuhkan menjadi lebih tinggi (Nuril Ahmadi, 2007:17).

Gambar 5. Two Ball Dribble

(www.ehow.com)

20

c. Kecepatan dribble

Speed dribble atau pergerakan men-dribble bola dengan cepat sangatlah

berguna ketika pemain penyerang tidak dijaga ketat, ketika pemain harus cepat

membawa bola ke daerah yang kosong ketika di lapangan, dan ketika pemain

harus cepat mencapai ring (Hall Wissel, 2000:94). Speed dribble sering digunakan

dalam situasi permainan serangan balik cepat (fast break), yakni saat pemain

bertahan berada di belakang. Tahapan fase pelaksaannya perlu memperhatikan

kontrol bola saat dribble dan kecepatan bola (Hall Wissel, 2000:97), dengan

tahapannya sebagai berikut:

1) Angkat kepala dan lihat ke depan

2) Dribble bola dekat badan atau bisa juga lempar bola beberapa meter ke depan

lalu kejar

3) Dribble bola ke depan sebatas pinggang untuk kontrol bola dan untuk

memperoleh kecepantan driblle bola setinggi lutun atau lebih rendah

4) Bola lepas dari tangan sebelum mengayunkan kaki pivot

5) Dribble bola dengan ujung jari

6) Pergelangan yang kuat dan jari dibengkokkan

7) Badan dan tangan yang tidak men-dribble melindungi bola

Teknik ini dilakukan dengan dengan lari sprint melintas lapangan sambil

men-dribble bola cukup tinggi dan jauh di depan badan, sehingga dalam

melakukan teknik ini diperlukan kecepatan dalam berlari. Tetapi dalam kondisi

untuk melewati lawan kecepatan dribble yang digukan tidak seperti itu, tetapi

pemain akan melakukan dribble dengan bola selalu dekat dengannya dan dalam

penguasaan penuh. Kerena itu kecepetan dribble atau sering disebut dengan speed

dribble juga dapat digunakan untuk melakukan attacking dribble, yaitu teknik

dribble yang dilakukan dengan posisi lutut agak ditekuk dan badan tegak condong

ke depan sehingga posisi badan menjadi rendah kemudian kaki melakukan

dorongan ke depan dengan cepat dan kuat (Keven, 2007:27).

21

3. Pemain Tingkat Intermediet

Pengetahuan tentang teori pertumbuhan dan perkembangan gerak

merupakan sebagian landasan ilmiah yang sangat diperlukan oleh pelatih olahraga

agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Pemahaman mengenai sifat

pertumbuhan dan perkembangan pada setiap fase perkembangan akan memberikan

kemungkinan bagi pelatih untuk memberi perlakuan para atletnya dengan lebih baik,

sehingga peru pula memahami peristilahan dalam studi perkembangan (LANKOR,

2007:103), sebagai berikut:

a. Pertumbuhan (growth) adalah peningkatan ukuran tubuh, sebagai hasil

penyempurnaan bagian-bagian tubuh.

b. Perkembangan (development) adalah peningkatan kapasitas fungsi dan

kemampuan kerja organ-organ tubuh.

c. Kematangan (maturation) adalah peningkatan atau kemajuan yang bersifat

kualitatif dalam hal perkembangan biologis.

d. Penuaan (aging) adalah proses penurunan kualitas organik yang berakibatkan

karena bertambah usia.

Periodisasi perkembangan perkembangan berdasarkan kecenderungan sifat

perkembangan yang terjadi pada individu pada umumnya, sepanjang hidup manusia

dapat diidentifikasikan periodisasi fase-fase perkembangan yang disajikan dalam

tabel berikut:

Tabel. 1 Fase Perkembangan Manusia

(LANKOR, 2007:105)

Fase Perkembangan Batasan Usia

Fase sebelum lahir:

1. Awal

2. Embrio

3. Janin

Selama 9 bulan 10 hari

Saat pembuahan sampai 2 minggu

2 sampai 8 minggu

8 minggu sampai menjelang bayi lahir

Bayi Saat lahir sampai 1 atau 2 tahun

Neonatal Saat lahir sampai 4 minggu

Anak kecil 1 atau 2 sampai 6 tahun

Anak besar perempuan 6 sampai 10 tahun

Anak besar laki-laki 6 sampai 12 tahun

Adolesensi perempuan 10 sampai 18 tahun

Adolesensi laki-laki 12 sampai 20 tahun

Dewasa muda 18 atau 20 sampai 40 tahun

Dewasa madya 40 sampai 60 tahun

Dewasa tua (usia lanjut) Lebih dari 60 tahun

22

Tabel di atas menunjukan pada masa adolesensi merupakan masa transisi

atau peralihan dari anak menjadi dewasa. Masa adolesensi untuk perempuan 10

samapai 18 tahun, laki-laki usia 12 sampai 20 tahun (LANKOR, 2007:105). Usia

latihan berdasarkan teori perkembangan dan pertumbuhan tersebut sama halnya yang

disebutkan oleh Harsono (1998:111),”tahapan spesialisasi dimulai pada umur 11-13

tahun dan tahap prestasi top dimulai pada usia 18-24 tahun”. Menurut Sugiyanto

dalam LANKOR (2007:110) pertumbuhan dan perkembangan adolesensi dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Pertumbuhan fisik

Pertumbuhan ukuran tubuh pada awalnya mengalami percepatan, kemudian

melambat dan berhenti. Laki-laki cenderung menjadi relatif lebih tinggi dan lebih

besar. Togok laki-laki relatif tumbuh lebih cepat dibanding kaki dan tangan, bahu

melebar, dada makin bidang. Pinggul pada perempuan melebar dan membesar,

buah dada membesar. Tipe tubuh individu semakin jelas. Perkembangan jaringan

tubuh pada laki-laki semakin berotot, sedangkan perempuan semakin berlemak.

Perubahan fisiologis, penurunan denyut nadi bazal. Terjadi peningkatan

temperatur tubuh bazal. Tekanan darah sitolik meningkat. Peningkatan volume

pernapasan, kapasitas vital, dan kapasitas pernapasan maksimum.

b. Perkembangan kemampuan fisik

Perkembangan kemampuan fisik yang menonjol adalah kekuatan,

kecepatan, ketahanan kardiovaskular. Laki-laki peningkatannya lebih besar

dibandingkan perempuan.

c. Perkembangan kemampuan gerak

Laki-laki mengalami perkembangan lebih besar dibanding perempuan.

Selain itu laki-laki terus meningkat kemampuan gerak yang memerlukan

kekuatan, kecepatan, kelincahan, dan ketahanan.

d. Aktifitas fisik yang diperlukan

Masa adolesensi merupakan masa yang baik untuk meningkatkan

pertumbuhan ukuran tubuh, kemampuan fisik, dan penyempurnaan keterampilan

gerak melalui kegiatan olahraga. Olahraga yang dapat dilakukan dapat berupa

olahraga perorangan, berpasangan, dan beregu.

23

4. Sistem Energi Predominan Olahraga Bola Basket

Pemahaman sistem energi predominan pada cabang olahraga sangat penting

untuk menentukan secara tepat bentuk latihan yang sesuai agar dapat meningkatkan

prestasi atlet (Fox, dkk, 1988). Misalnya untuk cabang olahraga dengan energi

predominan anaerobik, bentuk latihan diprioritaskan untuk meningkatkan kapasitas

anaerobik. Untuk menentukan sistem energi predominan pada cabang olahraga

dapat diperkirakan dasarnya pada aktivitas fisik yang dominan dan lama waktu

yang dibutuhkan pada olahraga tersebut. Diketahuinya sistem energi predominan

pada cabang olahraga, akan memudahkan menyusun program latihan untuk

mencapai prestasi maksimal.

Tabel 2. Karakteristik Umum Sistem Energi (Davis, 1989:52)

Keterangan:

ATP: Adenosina trifosfat

PC: Phosphocreatine

Lactic acid system: Sistem asam laktat

Oxygen system: Sistem oksigen

Otot merupakan salah satu jaringan tubuh yang membutuhkan energi ATP.

Energi tersebut digunakan otot untuk kontraksi sehingga menimbulkan gerakan-

gerakan sebagai aktivitas fisik. Menurut Fox dan Bowers (1988) ATP paling banyak

ditimbun dalam sel otot dibandingkan dengan jaringan tubuh lainya, akan tetapi

ATP yang tertimbun di dalam sel otot jumlahnya sangat terbatas, yaitu sekitar 4 - 6

ATP-PC System Lactic acid system Oxygen system

anaerobic anaerobic Aerobic

Sangat cepat Cepat Lambat

Bahan bakar kimia: PC Bahan bakar

makanan: glycogen

Bahan bakar makanan:

glycogen, lemak, dan protein

Produksi ATP sangat

terbatas

Produksi ATP terbatas Produksi ATP tidak terbatas

Penyimpanan dalam

bentuk terbatas

Efek samping asam

laktat yang

menyebabkan otot

lelah

Efek samping tidak

menyebabkan otot lelah

Menggunakan aktifitas

lari cepat atau berbagai

power tinggi, lama

aktifitas pendek

Menggunakan

aktifitas antara 1 – 3

menit

Menggunakaan daya tahan

atau aktifitas dengan durasi

panjang

24

m M/kg otot. ATP yang tersedia ini hanya cukup untuk aktivitas cepat dan berat

selama 3-8 detik (Katch dan Mc Ardle, 1986). Karena gerakan dribble dilakukan

untuk aktivitas yang relatif lama dalam olahraga bola basket, perlu segera dibentuk

ATP kembali. Kapasitas anaerobic adalah banyaknya kerja yang dapat dilakukan

dengan menggunakan system kerja anaerobik (Pate,1984:220). Kegiatan tersebut

berlangsung dalam waktu yang pendek dan memerlukan energi segera (anaerobik).

Energi yang berperan dalam kondisi ini adalah sistem ATP dan Posphocreatin

(Bompa,1994:293). Proses pembentukan ATP dalam otot secara sederhana dapat

diperoleh melalui sistem energi anaerobik, yaitu sebagai berikut:

a. Sistem ATP - PC (Phosphagen System)

ATP ADP + Pi + Energi , merupakan ATP yang tersedia dapat digunakan untuk

aktivitas fisik selama 1-2 detik.

CP + ADP C + ATP, merupakan ATP yang terbentuk dapat digunakan untuk

aktivitas fisik selama 6-8 detik.

b. Sistem Glikolisis Anaerobik (Lactic Acid System)

Glikogen/glukosa + ADP + Pi ATP + Asam laktat , merupakanATP yang

terbentuk dan dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama 45 - 120 detik.

5. Prinsip-Prinsip Latihan

Prinsip latihan merupakan pedoman agar tujuan latihan dapat dicapai sesuai

dengan target yang telah ditentukan. Prinsip latihan berperan penting terhadap aspek

yaitu aspek fisiologis dan psikologis. Dengan menaati prinsip-prinsip latihan, akan

mendukung upaya untuk meningkatkan kualitas latihan, selain itu juga menghindari

cedera selama latihan (Giri Wiarto, 2013:153). Prinsip-prinsip latihan yang perlu

ditaati dalam pelaksanaan latihan, prinsip tersebut yaitu:

a. Prinsip Individual

Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Demikian juga

dalam merespon beban latihan untuk setiap atlet berbeda-beda. Beberapa faktor

yang dapat menyebabkan perbedaan terhadap kemampuan atlet dalam merespon

beban latihan adalah faktor keturunan (berkaitan dengan warisan biologis),

kematangan, gizi, waktu istirahat serta tidur, kebugaran, lingkungan, cedera, dan

motivasi.

25

b. Prinsip Beban Berlebih

Prinsip ini menggambarkan bahwa beban latihan harus diberikan secara

cukup berat, intensitas tinggi dan dilakukan secara berulang-ulang. Apabila

beban terlalu berat, akan mengakibatkan tubuh tidak mampu beradaptasi

sedangkan bila beban terlalu ringan tidak akan berpengaruh terhadap kualitas

latihan atlet. Beban yang diberikan dalam latihan harus bertambah secara

bertahap. Prinsip ini harus memperhatikan frekuensi latihan, intensitas latihan,

dan durasi latihan untuk setiap pelaksanaan latihan (M. Sajoto, 1995:30).

c. Prinsip Kekhususan

Setiap latihan yang dilakukan pasti memiliki tujuan. Materi latihan harus

dipilih sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga. Berikut adalah pertimbangan

dalam menerapkan prinsip kekhususan yaituspesifikasi kebutuhan energi,

spesifikasi bentuk model latihan, spesifikasi ciri gerakan dan kelompok otot, dan

waktu latihan.

d. Prinsip Beragam

Pelaksanaan latihan yang terus menerus pastilah menimbulkan kebosanan

apabila latihan yang diberikan monoton. Untuk menghindari kejenuhan dan

kebosanan, maka latihan harus disusun secara variatif.

e. Prinsip Latihan Beraturan

Latihan ada tahapannya yaitu pemanasan, inti, dan pendinginan. Latihan

hendaknya dimulai dari otot yang besar ke yang kecil.Pemanasan adalah hal

yang sangat penting dilakukan sebelum melakukan aktifitas fisik. Fungsi

pemanasan adalah untuk mempersiapkan otot untuk berkontraksi dan

mempermudah oksigen lepas dari hemoglobin dan menaikan pemakaian volume

oksigen. Pendinginan sama pentingnya dengan pemanasan. Aktifitas

pendinginan terjadi proses penurunan kondisi tubuh dari latihan yang berat

menuju keadaan normal. Pada saat pendinginan akan membantu memperlancar

peredaran darah, menurunkan ketegangan otot dan memperlancar pengangkutan

sisa metabolisme.

26

f. Prinsip Latihan Jangka Panjang

Prestasi tidak dapat diraih seperti membalikan telapak tangan. Untuk

memperoleh prestasi harus melalui proses latihan dalam jangka waktu lama dan

dengan latihan secara tertur.

g. Prinsip Multilateral

Prinsi ini mencakup keserasian semua organ dan sitem tubuh serta proses

fisiologis dan psikinya. Perkembagan fisik merupakan salah satu syarat untuk

memungkinkan teercapainya perkembangan fisik khusus dan keterampilan dapat

dikuasai secara sempurna.

h. Prinsip Partisipasi Aktif Berlatih

Selama latihan seorang atlet harus diberikan informasi mengenai tujuan-

tujuan latihan dan efek latihan yang dilakukannya. Selain itu seorang atlet harus

senantiasa menjaga kesehatannya, cukup istirahat dan tidak melakukan hal-hal

yang merugikan dirinya.

Prinsip pengaturan latihan, latihan hendaknya diatur sedemikian rupa,

sehingga kelompok otot-otot besar dulu yang dilatih, sebelum otot yang lebih kecil.

Hal ini dilaksanakan agar kelompok otot kecil tidak akan mengalami kelelahan lebih

dulu (Giri Wiarto, 2013:153).

6. Volume Dan Intensitas Latihan

Latihan merupakan suatu proses yang harus dilakukan secara kontinyu,

progresif dan berkelanjutan (Devi Tirtawirya, 2012:98). Latihan yang baik adalah

yang mampu mengkombinasikan antara volume dan intensitas dengan baik. Artinya

bahwa jika latihan tinggi maka intensitas rendah, begitu pula sebaliknya, jika

intensitas tinggi maka volume rendah. Jika penyesuaian volume dan intensitas bisa

diatur dengan tepat maka peningkatan atau perubahan positif pada hasil latihan akan

tercapai. Walaupun pengaruh prinsip-prinsip latihan yang lain juga harus

diperhatikan (Devi Tirta Wirya, 2012:99).

a. Volume Latihan

Volume merupakan prasyarat kuantitatif untuk prestasi teknis, taktis, dan

fisik yang tinggi. Volume adalah ukuran yang menunjukan kuantitas suatu

rangsang atau pembebanan (Bompa, dalam Devi Tirta Wirya, 2012:92). Volume

27

latihan, kadang-kadang tidak akurat disebut durasi pelatihan karena yang disebut

volume antara lain: waktu durasi latihan, jarak yang ditempuh atau berat angkatan

per unit waktu, dan pengulangan dari latihan atau elemen teknis atlet melakukan

dalam waktu tertentu. Volume dapat diartikan jumlah aktifitas total latihan.

Artinya bahwa jumlah total aktifitas yang dihitung dari durasi, jarak tempuh,

maupun pengulangan dalam latihan. Volume juga mengacu pada jumlah

pekerjaan yang dilakukan selama latihan atau fase latihan (Devi Tirta Wirya,

2012:92).

b. Intensitas Latihan

Intensitas adalah komponen kualitatif kerja atlet dalam waktu tertentu, juga

merupakan komponen penting dari latihan. Intensitas adalah ukuran yang

menunjukan kualitas suatu rangsang atau pembebanan. Semakin tinggi intensitas,

seorang atlet harus lebih melakukan kerja per satuan waktu (Bompa, dalam Devi

Tirta Wirya, 2012:92).

Tabel 3. Ukuran Intensitas Latihan Kecepatan Dan Kekuatan (Bompa, 2009:81)

Nomor Intensitas Prosentase Penampilan

Maksimal

Intensitas

1 30-50 % Rendah

2 50-70 % Sedang

3 70-80 % Menengah

4 80-90 % Submaksimal

5 90-100 % Maksimal

6 100-105 % Supermaksimal

7. Ergosistema

Susunan organisasi biologis manusia terdiri dari sel, jaringan, organ,

sistema, organisme (manusia). Dengan demikian maka jasmani atau raga (manusia)

tersusun dari sekumpulan struktur yang secara anatomis disebut sebagai sistema dan

terdiri dari:

1. Skelet – otot rangka

2. Muscular – otot

3. Nervorum – saraf

4. Hemo-hidro-limfatik – darah – cairan jaringan – getah bening

5. Respirasi – pernapasan

6. Kardiovaskular – jantung-pembuluh darah

28

7. Termoregulasi – tata suhu tubuh

8. Digestivus – pencernaan

9. Ekskresi – pembuangan

10. Endokrin – hormon

11. Sensoris – pengindraan

12. Reproduksi – pemulih generasi

Ergosistema merupakan satu sistema (untuk) kerja (SK) adalah fungsi

jasmani yang terdiri dari berbagai macam sistema yang berguna untuk: gerak, kerja,

mempertahankan hidup, mendapatkan kepuasan hidup lahir bahir dan batin

(Giriwijoyo & Sidik, 2012:109). Dalam menjalankan fungsinya sebagai satu

ergosistema, sistema-sistema anatomis tersebut secara fisiologis dikelompokan

menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Perangkat pelaksana gerak, disebut sebagai ergosistema primer (ES-I) atau

sistema kerja primer (SK-I) terdiri dari: sistem skelet, sistem muscular, sistema,

dan nervorum.

2. Perangkat pendukung gerak, disebut sebagai ergosistema sekunder (ES-II) atau

sistema kerja sekunder (SK-II) terdiri dari: sistem hemi-hidro-limfatik, sistem

respirasi, dan sistem kardiovaskular.

3. Perangkat pemulih/pemeliharaan, disebut sebagai ergosistema tersier (ES-III) atau

sistema kerja tersier (SK-III) terdiri dari: sistem digestivus, sistem termoregulasi,

sistema ekskresi, dan sistema reproduksi.

Sistem endokrin berfungsi sebagai regulator internal yang bersifat hormonal

(melalui cairan jaringan) dan fungsinya tersebar pada ketiga ergosistema tersebut di

atas, baik pada waktu istirahat maupun pada waktu aktif. Sedangkan sistema sensoris

berfungsi sebagai komunikator eksternal (exterocertor) maupun internal

(proprioceptor, endoreceptor). Ergosistema yang langsung berhubungan dengan

aktifitas fisik adalah ES-I dan ES-II. ES-I disebut juga ergosistema primer, oleh

karena ergosistema itulah yang pertama-tama mewujudkan gerak, selain itu ES-I

dapat bekerja tanpa harus didukung oleh ES-II, tetapi hanya untuk waktu yang

terbatas, dan harus berhenti bola sudah sampai batas maksimal kelelahan. ES-II

disebut juga sebagai ergosistema sekunder, karena tidak mungkin aktif tanpa

29

dirangsang ES-I. Funsi ES-II adalah mendukung kelangsungan fungsi ES-I, artinya

bila kemampuan fungsional ES-II baik, maka ES-I dapat berfungsi dalam waktu

yang lebih panjang, karena tidak mudah lelah, artinya diperlukan waktu yang lebih

panjang atau intensitas olahraga yang lebih tinggi untuk cepat sampai ke batas

maksimal kelelahannya (Giriwijoyo & Sidik, 2012:110).

Tabel. 4 Fungsi Dasar Dan Kualitas Penampilan Ergosistema I

Anatomis Fungsi Dasar (Fisiologis) Kualitas

Sistem skelet Pergerakan persendian Luas gerakan

Sistem muskular Kontraksi otot Kekuatan dan daya tahan

otot

Sistem nervorum Penghantar rangsang Koordinasi fungsi otot

Fungsi dasar sistem skelet dalam hubungan dengan aktivitas fisik terletak

pada persendiannya dalam bentuk luas pergerakan persendian (fleksibilitas =

kelentukan), yang merupakan kualitas pergerakan persendian. Flexibility merupakan

efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktifitas dengan

penguluran tubuh yang luas (M. Sajoto, 1995:8). Dari fungsi dasar tersebut dapat

dikembangkan gerakan-gerakan yang berupa: kelincahan (agility), kecepatan (speed),

dan power. Gerakan-gerakan tersebut di atas bersama-sama dengan fungsi dasar

lainnya merupakan penampilan dasar yang diperlukan pada berbagai cabang

olahraga, yang merupakan gabungan fungsi dasar sistema-sistema anatomis

penyusun ES-I (Giriwijoyo & Sidik, 2012:111).

8. Gerak Manipulasi

Manipulasi gerak dasar melibatkan hubungan seorang individu dengan

benda dan diciri-cirikan oleh pemberian gaya kepada benda tersebut dan menerima

gaya dari benda. Gerakan mendorong melibatkan kegiatan dimana sebuah benda

digerakkan menjauhi tubuh. Gerakan-gerakan dasar seperti melempar, menendang,

memukul, dan menggelindingkan bola adalah contohnya. Gerakan menyerap

meliputi kegiatan-kegiatan dimana tubuh atau anggota badan diposisikan pada

lintasan sebuah benda yang bergerak untuk tujuan menghentikan atau membelokkan

benda tersebut. Gerakan-gerakan dasar seperti menangkap dan memerangkap adalah

contohnya. Inti dari gerakan manipulasi adalah bahwa gerakan tersebut memadukan

dua gerakan atau lebih dan pada umumnya digunakan dalam kaitannya dengan

30

bentuk gerakan yang lain. Sebagai contoh, gerakan mendorong pada umumnya

merupakan sebuah gerakan gabungan antara melangkah, menengok, mengayun dan

merentang. Gerakan absorptive (menyerap) pada umumnya terdiri atas membungkuk

dan melangkah (David L Gallahue Dan John C Ozmur, 1997:234).

Melakukan dribble bola dengan satu tangan merupakan sebuah pola gerakan

dasar yang telah menerima perhatian dalam literatur tentang anak-anak. Men-dribble

adalah sebuah tugas rumit yang memerlukan penilaian yang seksama tentang jarak

suatu benda, gaya dan lintasan. Men-dribble didahului dengan melempar dan

menangkap bola. Persepsi dasar dan kedalaman yang baik juga dibutuhkan untuk

mendrible secara efisien. Urutan perkembangan yang dikemukakan berikut ini

didasarkan pada penelitian Wickstrom (1983) dan pada penilaian pengamatan

terhadap banyak anak (David L Gallahue Dan John C Ozmur, 1997:246). Berikut

tahapan gerak manipulasi men-dribble bola:

a. Tahap awal

1) Bola dipegang dengan kedua tangan

2) Tangan diletakkan pada sisi bola, dengan telapak tangan saling berhadapan

3) Gerakan mendorong ke bawah dengan kedua tangan

4) Bola menyentuh permukaan didekat tubuh, mungkin menyentuh kaki

5) Variasi yang besar pada ketinggian lambungan

b. Tahap Dasar

1) Bola dipegang dengan tangan satu, satu tangan dan yang lain di dekat bagian

bawah

2) Sedikit miring kedepan, dengan bola dibawa setinggi dada untuk memulai

gerakan

3) Dorongan kebawah dengan tangan atas dan lengan

4) Gaya dorong kebawah tidak sesuai

5) Tangan menepuk bola untuk lambungan berikutnya

6) Pergelangan kaki lentur dan menjulur dan telapak tangan menyentuh bola pada

masing-masing lambungan

7) Mengamati bola secara visual

8) Kontrol bola yang terbatas saat mendribel

31

c. Tahap Dewasa

1) Kaki yang diletakkan pada posisi mengangkang sempit, dengan kaki yang

berlawanan dengan tangan yang mendribel kedepan

2) Tubuh sedikit miring kedepan

3) Bola dipegang setinggi pinggang

4) Bola didorong ke tanah, dengan gerakan lengan, pergelangan tangan dan jari

5) Gaya dorong kebawah yang terkontrol

6) Kontak dan gerakan mendorong yang berulang-ulang yang dimulai dari ujung

jari

7) Pengamatan visual tidak diperlukan

8) Mengontrol arah dribel

Gambar 6. Stages Of The Dribbling Pattern

(David L Gallahue Dan John C Ozmur, 1997:261)

9. Keterampilan Gerak (Motor Skill)

Respon gerak merupakan prilaku gerak pada seseorang yang timbul sebagai

respon atau tanggapan yang berupa gerak tubuh atau stimulus baik yang berasal dari

dalam dirinya maupun yang berasal dari lingkungan yang mengarah kepadanya.

Respon gerak terdiri dari 3 tipe gerak, antara lain: gerak postural, gerakan transport,

dan gerakan manipulatif (Drowatzky, 1981). Motor ability secara singkat dijelaskan

sebagai kemampuan yang umum dari seseorang untuk bergerak (Nurhasan, 2000:63).

Respon gerak (motor ability) merupakan landasan bagi perkembangan keterampilan,

karena kemampuan motorik merupakan kapasitas dari seseorang yang berkaitan

dengan pelaksanaan dan peragaan dari suatu keterampilan yang relatif menetap

setelah masa kanak-kanak.

32

Kemampuan gerak yang baik dapat menunjang kecepatan proses belajar

keterampilan. Belajar keterampilan merupakan proses yang berisi aktifitas atau

kejadian untuk mempelajari atau menguasai suatu jenis gerakan keterampilan. Dalam

mempelajari suatu gerak keterampilan diperlukan jangka waktu tertentu. Lamanya

waktu yang diperlukandipengaruhi kompleksitas keterampilan gerakan yang

dipelajari dan kemampuan dasar anak. Keterampilan gerak menurut Sugiyanto

(2012:28) mengatakan “Keterampilan gerak (motor skills) adalah suatu tingkat

kualitas penguasaan dalam melakukan aktivitas gerak tubuh dimana koordinasi

beberapa bagian tubuh atau keseluruhan bagian tubuh dapat berfungsi dengan baik”.

Sedangkan menurut Schmidt (1991:5), dijelaskan bahwa “Keterampilan sebagai

kemampuan individu untuk mencapai tujuan dalam jangka waktu yang minimum”.

Sugiyanto (2012:28) mengemukakan “Keterampilan dapat diklasifikasikan

menjadi 4 jenis yaitu:

1. Klasifikasi berdasarkan keceramatan gerakan

2. Klasifikasi berdasarkan perbedaan titik awal dan akhir gerakan

3. Klasifikasi berdasarkan stabilitas lingkungan, dan

4. Klasifikasi berdasarkan kompleksitas rangkaian gerakan

Kecermatan pelaksanaan gerakan anatara lain ditentukan oleh keterlibatan

kelompok otot tertentu, keterampilan gerak dikategorikan menjadi 2 antara lain

keterampilan gerak agam/agal (gross motor skill) yang pelaksanaannya melibatkan

otot-otot besar sebagai basis utama gerakan, dan keterampilan gerak halus (fine

motor skills) keterampilan gerak yang pelaksanaannya melibatkan otot-otot halus

sebagai basis utama gerakan.

Motor ability merupakan dasar atau fundamental pembentukan keterampilan

gerak. Kemampuan dribble sangat dipengaruhi dengan keterampilan gerak yang

dimiliki oleh anak. Kemampuan motorik juga merupakan unsur fisik pendukung bagi

pelaksanaan keterampilan dribble pada olahraga bola basket. Belajar teknik dribble

bola basket dalam hal ini melakukan dribble bola basket secara konseptual fasenya

tidak berbeda dengan belajar gerak pada umumnya. Terdapat beberapa fase yang

dilalui dalam belajar gerak agar menjadi gerakan yang terampil. Fase dalam belajar

gerak agar dapat terampil menurut Singer (1982:9) mengatakan bahwa “(a) Cognitve

phase, (b) associative phase, (c) autonomus”. Fase-fase tersebut menggambarkan

33

proses penguasaan keterampilan tertentu dan tidak didasarkan pada tingkatan umur

melainkan pada tingkatan keterampilan seseorang dalam memecahkan atau

melaksanakan gerak yang dilakukan. Tahapan belajar gerak menurut Fitts dan Posner

yang dikutip dalam Richard A. Magill (1993:59-60) adalah sebagai berikut :

a. Tahapan belajar gerak yang pertama yaitu fase kognitif, pada tahap ini ditandai

dengan sejumlah besar kesalahan dalam prestasi dan kesalahan yang dilakukan

cenderung menjadi besar.

b. Tahap kedua yaitu fase asosiasi, pada tahap ini mengkarakterisasikan perubahan

tahap kognitif. Selama tahap asosiasi, banyak fundamental-fundamental dasar

atau mekanika dari keterampilan yang mempunyai banyak perluasan yang telah

dipelajari. Kesalahan-kesalahan lebih sedikit dan para pelajar berkonsentrasi

pada penghalusan keterampilannya. Pada tahap ini terjadi pengembangan sebuah

kemampuan untuk mendeteksi beberapa dari kesalahan dalam melaksanakan

tugas. Sementara kemampuan untuk melokalisir kesalahan-kesalahan terjadi

belum sempurna, sehingga perlu adanya bimbingan khusus tentang bagaimana

melanjutkan praktek. Pada tahap ini keberagaman prestasi dari satu usaha ke

usaha lain sudah mulai berkurang.

c. Tahap ketiga yaitu fase otonom, pada tahap ini terjadi sesudah banyak praktek

dan pengalaman dengan keterampilan. Tahap ini akan bergerak ke tahap akhir

dari belajar, tahap kemandirian. Pada tahap ini keterampilan hampir otomatis,

artinya individu tidak harus mengikuti keseluruhan produksi dari keterampilan

tetapi telah belajar melakukan kebanyakan dari keterampilan tanpa memikirkan

sama sekali. Dalam tahap kemandirian pelaku-pelaku yang terampil mampu

tidak hanya mendeteksi kesalahan-kesalahan mereka sendiri tetapi juga

membuat penyesuaian yang baik untuk mengkoreksinya. Dalam tahap ini

keberagaman prestasi dari hari ke hari telah menjadi sangat kecil. Tahap

kemandirian adalah hasil dari jumlah praktek yang hebat sekali, hal ini

menjadikan para pelaku menghasilkan respon tanpa berkonsentrasi pada seluruh

pergerakan. Oleh karena itu mereka dapat menghadirkan aspek-aspek lain yang

akan menjadikan prestasi yang optimal.

Gerakan dribble bola basket yang baik adalah gerakan yang efektif dan

efisien ketika melakukan kontrol serta penguasaan bola. Semakin baik pemain

34

olahraga bola basket dalam penguasaan gerak keterampilan dribble bola basket maka

pelaksanaannya makin efektif dan efisien. Pemain bola basket agar dapat menguasai

keterampilan dribble bola basket dengan baik harus melalui proses latihan

keterampilan yang terprogram dengan baik. Penjelasan yang telah dikemukakan

dapat menerangkan bahwa melakukan latihan yang dapat meningkatkan

keterampilan merupakan proses yang dilakukan untuk meningkatkan tingkat efisien

dan efektifitas dalam melakukan gerakan yang kompleks, serta dalam

pelaksanaannya memerlukan koordinasi beberapa bagian tubuh atau bagian-bagian

tubuh secara keseluruhan, sehingga diperoleh keberhasilan sesuai dengan kondisi

maupun situasi yang dibutuhkan.

10. Teori Belajar Aliran Behaviorlistik

Para penganut aliran teori belajar behaviorlistik mulai terkenal pada abad

20’an, dan berkembang dengan pandangan-pandangan belajar seperti disiplin

mental, developing inind matter, pelatihan, dll. Para penganut aliran behaviorlistik

mengartikan belajar sebagai perubahan tingkah laku, perubahan didalam hal

kemampuan dan kecakapan untuk berperilaku dalam cara-cara yang baru pada diri

pelaja, tidak menyertakan perubahan yang diakibatkan oleh kematangan,

kedewasaan dan pertumbuhan. Serta perubahan tingkah laku diakibatkan oleh

pengaruh lingkungan. Justru rangsangan lingkungan sebagai penyebab perubahan

kecakapan untuk menanggapinya. Belajar merupakan aktifitas perilaku yang rumit

mengenai pola hubungan rangsangan serta tanggapan (Ugi Suprayogi, 2007:140).

Tokoh teori ini meliputi: Thorndike, Pavlov, Watson dan Skinner. Adapun teori-

teori belajar menurut aliran behaviorlistik adalah sebagai berikut:

a. Teori Koneksionisme

Teori ini dikemukakan oleh Thorndike (1913) setelah mengadakan

eksperimen terhadap hewan. Ia berpendapat bahwa proses belajar pada hewan

dan manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-prinsip atau hukum-

humum yang sama. Proses belajar terjadi karena adanya hubungan (bond,

conection) antara kesan infera dan kecenderungan bertindak. Proses belajar

seperti ini disifatkan sebagai “learning by selection” atau lebih populer disebut

“trial and eror learning” (Ugi Suprayogi, 2007:140). Dari teori dasar ini

dikemukakan tiga hukum bejajar:

35

1) The law of exercise atau hukum latihan menyatakan bahwa mengulang-

ngulang respon tertentu sampai beberapa kali akan memperkuat koneksi

antara stimulus dan respon. Hukum latihan merupakan penguatan hunbungan

atar stimulus dan respon yang tercipta melalui latihan-latihan. Sehingga

tercipta transfer of training yang bermakna dan bermanfaat untuk

memecahkan hal-hal yang mirip atau ada kesamaan dengan yang pernah

dilatihkan. Karena kunci utama untuk penguasaan keterampilan terletak pada

kegiatan yang terus menerus dengan penuh ketekunan. Sehingga beberapa

faktor yang menjadi kendala dalam proses belajar atau latihan harus

diantisipasi seperti kebosanan, rasa sakit, cedera, dll, agar kemauan siswa

maupun pemain untuk terus berjuan melaksanakan tugas tidak terhalangi.

Semakin banyak frekuensi pengulangan yang dilakukan saat latihan, maka

semakin mendekati penguasaan gerak yang diinginkan atau akan menjamin

tercapainya tujuan proses belajar (Agus H dan Sapta Kunta P, 2014:50).

2) The law of effect atau hukum pengaruh menyatakan bahwa penguatan atau

melemahnya suatu koneksi merupakan hasil konsekuensi (Agus H dan Sapta

Kunta P, 2014:50). Hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila

akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak

memuaskan. Setiap orang cenderung mengulang atau mempelajari dengan

cepat reaksi-reaksi yang menmghasilkan rasa puas (tenang). Dan sebaliknya

ia tidak mempunyai gairah mengulan atau mempelajari reaksi-reaksi yang

menghasilkan perasaan tidak puas (tidak senang) (Ugi Suprayogi, 2007:140).

3) The law of readiness atau hukum kesiapan menyatakan bahwa belajar akan

berlangsung paling efektif apabila siswa yang bersangkutan telah siap untuk

menyesuaikan diri dengan stimulus dan telah disiapkan untuk memberikan

respon. Hukum tersebut dapat diartikan bahwa individu akan belajar dengan

cepat dan efektif apabila ia telah siaga atau siap, yakni telah matang dan telah

ada kebutuhan untuk itu. Belajar akan lancar jika matri yang disajikan cocok

dengan kebutuhan individu (Agus H dan Sapta Kunta P, 2014:49). Jika orang

telah siap untuk bertindak maka tindakannya akan menimbulkan kepuasan.

Sebaliknya, jika ia telah siap bertindak, tetapi tidak ada penyalurannya ia

akan mengalami kekecewaan. Dan kalau ia tidak siap bertindak lalu dipaksa

36

untuk bertindak maka ia akan mengalami kekecewaan pula. Hukum kesiapan:

mencakup tiga keadaan, yaitu: (1) seseoranga melakukan kegiatan karena

kegiatan tersebut dapat menimbulkan kepuasan. (2) seseorang akan

melakukan kegiatan lain sebagai upaya mentralisasi kepercayaannya

manakala tidak memperoleh kepuasan pada kegiatan belajar yang diikutinya.

(3) seseorang tidak bisa dipaksakan melakukan kegiatan belajar jika belum

memiliki kesiapan mental (Ugi Suprayogi, 2007:140).

b. Teori transfer of learning

Thorndike juga mengemukakan teori transfer of learning, yaitu dapat

digunakannya hal-hal yang sudah dipelajari untuk menghadapi atau

memecahkan masalah-masalah lain. Teori ini disebut juga dengan istilah “theory

ofidentical elements”, karena transfer of learning itu akan terjadi jika antara hal

yang telah dipelajari dengan hal-hal yang baru yang akan dipelajari terdapat

unsur-unsur yang sama. Transfer of learning adalah kesanggupan seseorang

untuk menggunakan suatu kecapan, pengertian, prinsip-prinsip dan lain-lain

yang diperoleh ke dalam situasi baru. Transfer of learning terbagi menjadi dua

hal pokok (Ugi Suprayogi, 2007:141), yaitu:

1. Transfer positif: apa yang dipelajari dalam suatu bidang membantu dan

mempelajari hal-hal lain.

2. Transfer negatif: apa yang dipelajari dalam suatu bidang mengganggu atau

mempersulit pelajaran dalam bidang lain.

37

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan

berikut:

Gambar 7. Kerangka Berpikir

Hasil kajian teori dan masalah yang telah diulas di atas, maka dapat

disusun kerangka pemikiran sebagai berikut:

1. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Ball Handling Dribble Crossover dan Two

Ball Dribble

Penguasaan bola sangat penting dalam permainan olahraga bola basket,

untuk itu perlu adanya latihan agar setiap pemain memiliki pengusaan bola yang

baik sehingga dapat tercipta kerjasama tim yang solid. Latihan yang diberikan

pada penelitian adalah metode latihan ball handling, yaitu latihan yang

bertujuan untuk melatih penguasaan bola. Metode latihan ini sesuai untuk

Latihan two ball dribble Latihan dribble

crossover

Keterampilan dribble lemah

Ball handling

Pemain tingkat intermediet:

1. Laki-laki

2. Perempuan

Pemain tingkat intermediet:

1. Laki-laki

2. Perempuan

Interaksi

Peningkatan

keterampilan dribble

Peningkatan

keterampilan dribble

38

pemain basket tingkat intermediet yang secara umum merupakan pemain

pemula. Latihan ball handling memiliki banyak jenis latihan, pada penelitian ini

yang digunakan adalah latihan dribble crossover dan two ball dribble. Latihan

tersebut dipilih berdasarkan latar belakang masalah pada penelitian ini yang

menyatakan bahwa keterampilan dribble bola basket pemain laki-laki dan

perempuan tingkat intermediet di kabupaten Boyolali masih lemah. Latihan

dribble diberikan karena secara teoritis sesuai dengan pemain basket intermediet

agar terbiasa dengan bola sehingga dapat beradaptasi untuk menguasai bola.

Latihan dribble crossover merupakan latihan menggunakan satu bola tetapi

menuntut keaktifan tangan kanan dan kiri untuk melakukan dribble. Karena bola

yang digunakan satu maka konsentrasi pemain akan lebih fokus sehingga sistem

muskular dan nervorum akan beradaptasi untuk menguasai satu bola tersebut.

Karena hanya menggunakan satu bola maka volume latihannya cenderung lebih

ringan sehingga prosesnya akan lebih lama. Selain itu secara fisiologis jumlah

ATP yang digunakan sebagai energi juga lebih sedikit. Contohnya dalam

melakukan dribble crossover di tempat selama 1 detik diperlukan 2 ATP maka

diperlukan ATP senjumlah 30 ATP untuk melakukan dribble crossover di

tempat selama 15 detik.

Latihan two ball dribble merupakan latihan yang menggunakan dua bola

sekaligus untuk melakukan dribble. Karena menggunakan dua bola sekaligus

maka dituntut keaktifan antanra tanagan kanan dan kiri secara bersamaan untuk

tetap menguasai bola sehingga sistem muskular dan nervorum akan terbiasa

dengan kerja yang lebih berat. Pada saat melakukan latihan two ball dribble

konsentrasi pemain akan terpecah pada tangan kanan dan kiri karena bekerja

untuk menguasai bola secara bersamaan, sehingga diperlukan ATP sebagai

energi dua kali lipat lebih besar dari pada melakukan dribble crossover. Melalui

pembenan latihan yang lebih berat tersebut tentunya proses adaptasi dalam

melakukan proses belajar gerak, yakni gerakan manipulatif akan menjadi lebih

cepat.

Latihan ball handling menggunakan latihan dribble crossover dan

latihan two ball dribble dipilih karena sama-sama menuntut tangan kanan dan

kiri aktif untuk melakukan dribble, tetapi memiliki perbedaan pada pembagian

39

konsentrasi dan kerja tangan yang bergantian pada latihan dribble crossover dan

kedua tangan yang selalu aktif melakukan dribble pada latihan two ball dribble.

Berdasarkan hal tersebut tentunya akan ada perbedaan waktu dalam proses

adaptasi gerakan manipulatif dribble bola basket.

2. Perbedaan Keterampilan Dribble Antara Laki-Laki Dan Perempuan

Laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik dan proporsi tubuh yang

berbeda. Pada laki-laki memiliki prosentasi masa otot yang lebih besar

dibanding perempuan, tetapi perempuan memiliki prosontase lemak yang lebih

besar dibanding laki-laki. Teknik dribble dapat menjadi lebih baik apabila

didukung kemampuan kondisi fisik berupa kekuatan, kecepatan, fleksibilitas,

dan kelincahan. Komponen kondisi fisik tersebut pada masa adolensensi

perkembangannya akan sangat terlihat perbedaannya antara laki-laki dan

perempuan, dan perkembangan komponen kondisi fisik tersebut pada laki-laki

dapat berkembang lebik baik. Hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan

motor ability, laki-laki mengalami perkembangan lebih besar dibanding

perempuan. Selain itu laki-laki terus meningkat kemampuan gerak yang

memerlukan kekuatan, kecepatan, kelincahan, dan ketahanan sehingga tingkat

fleksibilitas juga akan meningkat.

3. Interaksi antara Metode Latihan Ball Handling Dan Jenis Kelamin Terhadap

Keterampilan Dribble Bola Basket

Metode latihan ball handling yang terdiri dari latihan dribble crossover

dan two ball dribble dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan dribble

bola basket. Latihan dribble crossover dan two ball dribble memiliki perbedaan

tingkat kesulitan sehingga memiliki pengaruh yang berbeda terhadap

keterampilan dribble bola basket. Bagi pemain tingkat intermediet yang memiliki

kekuatan, kecepatan, dan fleksibilitas yang baik maka sesuai apabila

menggunakan latihan two ball dribble, tetapi apabila antara tangan kanan dan kiri

perbedaannya terlalu signifikan dapat menggunakan latihan dribble crossover.

Hal tersebut berlaku untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Karena adanya

perbedaan komposisi tubuh dan tingkat perkembangan gerak pada laki-laki dan

perempuan pada masa adolesensi maka akan terdapat perbedaan antanya

keduanya. Laki-laki memiliki kecenderungan perkembangan yang lebih besar

40

pada masa adolensensi dibandingkan dengan perempuan. Tetapi karena yang

diteliti adalah pemain tingkat intermediet yang secara umum berada pada masa

adolensensi maka latihan yang diberikan akan memberikan dampak terhadap

perkembangan gerak motoriknya yang diwujudkan dalam keterampilan dribble

sesuai dengan latihan yang diberikan. Selain itu perangkat pelaksana gerak

(ergosistema primer atau ES-I) yang terdiri dari: sistem skelet, sistem muscular,

sistema, dan nervorum serta perangkat pendukung gerak (ergosistema sekunder

atau ES-II) yang terdiri dari: sistem hemi-hidro-limfatik, sistem respirasi, dan

sistem kardiovaskular telah mengalami proses adaptasi saat latihan yang berupa

adaptasi yang bersifat respon kronik atau perubahan yang bersifat tetap. Faktor

yang tidak kalah penting adalah hukum koneksionisme dalam belajar yang

berkaitan dengan kesiapan pemain untuk menerima latihan tersebut.

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian dari kajian teori dan kerangka pemikiran, maka dalam

penelitian ini mengajukan beberapa hipotesis, yaitu:

1. Ada perbedaan pengaruh metode latihan ball handling menggunakan latihan dribble

crossover dan latihan two ball dribble terhadap keterampilan dribble bola basket.

2. Ada perbedaan keterampilan dribble bola basket antara laki-laki dan perempuan.

3. Ada interaksi antara metode latihan ball handling dan jenis kelamin terhadap

keterampilan dribble bola basket.