bab ii landasan teori a. bahan ajar modul 1. bahan ajar

24
9 BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar Konsep bahan ajar dalam kajian ilmiah memiliki banyak pengertian. Menurut National center for Vocational Education research Ltd dalam buku Panduan Pengembangan Bahan Ajar oleh depdiknas (2008), bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksudkan dapat berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar. Adapula yang berpendapat bahwa bahan ajar adalah informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Sehubungan dengan hal ini Pannen juga berpendapat bahwa bahan ajar merupakan bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang dapat digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran, (Sadjati, 2003). Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai bahan ajar diatas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan, baik informasi, alat, maupun teks, yang disusun secara sistematis dan menampilkan secara utus dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam pembelajaran dengan tujuan untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Contoh bentuk bahan ajar diantaranya adalah : buku teks pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket, bahan ajar audio, dan bahan ajar interaktif. Seperti yang telah kita ketahui bahwa bahan ajar terdapat beberapa macam, salah satunya adalah bahan ajar dalam bentuk cetak. Bahan ajar cetak diantaranya adalah handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model atau maket. Bahan ajar cetak merupakan sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas dan dapat berfungsi untuk membantu keperluan pembelajaran atau penyampaian materi. Bahan ajar cetak memiliki keunggulan dan kelemahan dalam proses pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Ronald H. Anderson (1987) bahwa keunggulan bahan ajar cetak meliputi tujuh hal, yaitu sebagai berikut :

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bahan Ajar Modul

1. Bahan Ajar

Konsep bahan ajar dalam kajian ilmiah memiliki banyak pengertian. Menurut

National center for Vocational Education research Ltd dalam buku Panduan

Pengembangan Bahan Ajar oleh depdiknas (2008), bahan ajar merupakan segala

bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam

melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksudkan dapat

berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis.

Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik

tertulis maupun tidak, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang

memungkinkan peserta didik untuk belajar. Adapula yang berpendapat bahwa

bahan ajar adalah informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau instruktur

untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Sehubungan

dengan hal ini Pannen juga berpendapat bahwa bahan ajar merupakan bahan atau

materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang dapat digunakan guru dan

peserta didik dalam proses pembelajaran, (Sadjati, 2003).

Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai bahan ajar diatas dapat

disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan, baik informasi, alat,

maupun teks, yang disusun secara sistematis dan menampilkan secara utus dari

kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam pembelajaran

dengan tujuan untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Contoh bentuk bahan ajar diantaranya adalah : buku teks pelajaran, modul,

handout, LKS, model atau maket, bahan ajar audio, dan bahan ajar interaktif.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa bahan ajar terdapat beberapa macam,

salah satunya adalah bahan ajar dalam bentuk cetak. Bahan ajar cetak diantaranya

adalah handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart,

foto/gambar, model atau maket. Bahan ajar cetak merupakan sejumlah bahan yang

disiapkan dalam kertas dan dapat berfungsi untuk membantu keperluan

pembelajaran atau penyampaian materi. Bahan ajar cetak memiliki keunggulan dan

kelemahan dalam proses pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Ronald H.

Anderson (1987) bahwa keunggulan bahan ajar cetak meliputi tujuh hal, yaitu

sebagai berikut :

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

10

a. Siswa dapat berhenti sewaktu-waktu untuk melihat sumber lain.

b. Siswa dapat belajar sesusai dengan kecepatan masing-masing. Materi

pembelajaran dapat dirancang dengan berbagai cara sehingga memberi

kesempatan bagi siswa untuk berjalan sesuai dnegan kemauan dan kemampuan

masing-masing.

c. Bahan ajar cetak biasanya mudah dibawa, sehingga siswa dapat

menggunakannya sesuai keinginannya.

d. Guru dan siswa dapat dengan mudah dalam mengulang materi pembelajaran.

e. Gambar atau foto hitam putih mudah diadaptasikan ke halaman bahan ajar

cetak.

f. Isi pesan bahan ajar cetak sudah baku tetap, tetapi kesuksesannya dapat

dirangkai kembali, baik oleh siswa maupun oleh guru, atau instruktur dengan

jalan memperbaikinya.

g. Materi pelajaran dapat diproduksi dengan ekonomis, dapat didistribusikan,

dengan mudah, mudah dieprbaiki, juga dapat menyajikan gambar diam, dan

dapat dengan mudah untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain.

Adapun untuk kelemahan bahan ajar cetak adalah meliputi lima macam, yaitu

sebagai berikut :

a. Untuk mencetak bahan ajar cetak memerlukan waktu yang cukup lama.

b. Mencetak warna gambar atau berwarna memerlukan biaya yang cukup mahal.

c. Sulit menampilkan gambar bergerak pada bahan ajar.

d. Pelajaran yang terlalu banyak dalam bahan ajar biasanya dapat mematikan

minat dan menyebabkan kebosanan.

e. Jika tidak dirawat dengan baik, maka bahan ajar cetak akan cepat rusak, atau

hilang.

2. Modul

a. Pengertian Modul

Majid (2008), mengatakan bahwa modul adalah sebuah buku yang ditulis

dengan bertujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan

bimbingan guru. pendapat yang lain mengatakan bahwa modul diartikan sebagai

seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga penggunaannya

dapat belajar bersama seorang guru ataupun tidak. Dengan demikian, modul

seharusnya dapat dijadikan sebagai sebuah bahan ajar untuk menggantikan fungsi

guru ketika guru berhalangan hadir. Jika guru mempunyai fungsi menjelaskan

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

11

sesuatu maka modul harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah

diterima siswa sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya, (Depdiknas, 2008).

Modul dapat dirumuskan sebagai unit yang lengkap dan berdiri sendiri

dan terdiri atas suatu unit rangkaian kegiatan yang disusun membantu siswa

mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas, (Nasution,

2003). Pendapat lain mengatakan bahwa Modul ialah bahan belajar yang

dirancang secara sistematik berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam

bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara mandiri

dalam satuan waktu tertentu, (Purwanto dkk, 2007).

Sudjana dan Rifai (2002) makna modul menurut istilah asalnya, adalah alat

ukur yang lengkap, merupakan unit yang berfungsi secara mandiri, terpisah

tetapi juga dapat berfungsi sebagai kesatuan dari seluruh unit lainnya. Modul

merupakan jenis kesatuan kegiatan belajar yang terencana, dirancang untuk

membantu para siswa secara individual dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya.

Modul bisa dipandang sebagai paket program pengajaran yang terdiri dari

komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan ajar, metode belajar, alat

atau media, serta sumber belajar dan sistem evaluasinya.

Majid (2008) mengatakan bahwa pembelajaran dengan modul memungkinkan

siswa yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar maka akan lebih cepat

menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar dibandingkan dengan siswa yang

lainnya. Oleh sebab itu, modul harus menggambarkan kompetensi dasar yang akan

dicapai oleh siswa, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dan

dilengkapi dengan gambar atau ilustrasi.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa modul pada dasarnya

adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang

mudah dipahami oleh peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya

agar mereka dapat belajar secara mandiri dalam artian tanpa bantuan atau

bimbingan dari guru. Selain itu dengan menggunakan modul, siswa juga dapat

mengukur sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang dibahas pada setiap

satuan modul sehingga jika telah menguasainya, maka mereka dapat melanjutkan

pada satuan modul tingkat berikutnya. Begitupun sebaliknya, jika siswa belum

mampu maka mereka diminta untuk mengulangi dan mempelajarinya kembali.

Untuk menilai baik tidaknya atau bermakna tidaknya suatu modul dapat ditentukan

oleh mudah tidaknya modul digunakan oleh siswa dalam proses pembelajaran.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

12

b. Karakteristik modul

Terdapat beberapa karakteristik dalam bahan ajar cetak yang berupa modul.

Menurut Prastowo (2012), ada tujuh karakteristik modul, yaitu :

1) Modul dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri.

2) Modul merupakan program pembelajaran yang utuh dan sistematis.

3) Modul mengandung tujuan, bahan atau kegiatan dan evaluasi.

4) Modul disajikan secara komunikatif, dua arah.

5) Modul diupayakan agar dapat mengganti beberapa peran pengajar.

6) Modul memiliki cakupan bahasan terfokus dan terukur.

7) Modul mementingkan aktivitas belajar pemakai.

Sejalan dengan hal tersebut, Vembriarto (1985) menambahkan bahwa modul

memiliki lima macam ciri khas, yaitu sebagai berikut :

1) Modul merupakan unit pengajaran terkecil dan lengkap.

2) Modul memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematis.

3) Modul memuat tujuan belajar yang dirumuskan secara eksplisit dan spesifik.

4) Modul memungkinkan siswa belajar sendiri (independent), modul memuat

bahan yang bersifat self-instructional.

5) Modul merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual, merupakan salah

satu perwujudan pembelajaran individual. Oleh sebab itu, pembelajaran dengan

modul memungkinkan seorang siswa yang memiliki kecepatan tinggi dalam

belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar

dibandingkan siswa lainnya.

c. Fungsi, Tujuan dan Manfaat Modul

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, pada dasarnya modul adalah sebuah

bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang

mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya agar

dapat membantu mereka dalam belajar secara mandiri dengan bantuan atau tanpa

bimbingan yang minimal dari pendidik. Dengan demikian mengisyaratkan bahwa

dalam penyusunan modul memiliki arti penting bagi kegiatan pembelajaran. Arti

penting ini diantaranya adalah fungsi, tujuan, dan kegunaan modul bagi kegiatan

pembelajaran, (Prastowo, 2014).

Modul memiliki setidaknya empat fungsi, yaitu sebagai berikut :

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

13

1) Sebagai bahan ajar mandiri. Maksudnya penggunaan modul dalam proses

pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar

secara mandiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik.

2) Sebagai pengganti fungsi pendidik. Maksudnya modul adalah sebagai bahan

ajar yang harus mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan

mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya.

Sementara fungsi penjelas sesuatu itu juga melekat pada pendidik. Oleh sebab

itu, penggunaan modul dapat berfungsi sebagai pengganti fungsi atau peran

fasilitator atau pendidik.

3) Sebagai alat evaluasi. Maksudnya dengan modul siswa dituntut dapat

mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang

telah dipelajari. Dengan demikian, modul juga sebagai alat evaluasi.

4) Sebagai bahan rujukan bagi siswa. Maksudnya karena modul mengandung

berbagai materi yang harus dipelajari oleh siswa, maka modul juga memiliki

fungsi sebagai bahan rujukan bagi siswa.

Sementara itu, dalam pembuatan atau penyusunan modul untuk kegiatan

pembelajaran memiliki lima tujuan, yaitu sebagai berikut :

1) Agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan dari

pendidik.

2) Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan

pembelajaran.

3) Untuk melatih kejujuran siswa.

4) Untuk mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar siswa. Bagi

siswa yang memiliki kecepatan belajarnya tinggi, maka ia akan dapat belajar

lebih cepat dan menyelesaikan modul dengan lebih cepat pula. Dan sebaliknya

bagi siswa yang memiliki kecepatan belajarnya rendah maka dipersilahkan

untuk mengulanginya kembali.

5) Agar siswa mampu mengukur diri sendiri tingkat penguasaan materi yang telah

dipelajarinya, (Prastowo, 2012).

Dilihat dari sisi kegunaannya, modul memiliki empat macam kegunaan dalam

proses pembelajaran, sebagaimana yang diungkapkan Andriani dan Andi Prastowo,

yaitu sebagai berikut :

1) Modul sebagai penyedia informasi dasar. Karena dalam modul disajikan

berbagai materi pokok yang masih bisa dikembangkan lebih lanjut.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

14

2) Modul sebagai bahan instruksi atau petunjuk bagi siswa.

3) Modul sebagai bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto yang komunikatif.

4) Modul bisa menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik dan menjadi

bahan untuk berlatih siswa dalam melakukan penilaian sendiri (self-assesment),

(Belawati dan Sadjati, 2003).

d. Unsur-unsur Modul

Untuk dapat mebuat modul yang baik dan benar, salah satu hal terpenting yang

harus dimengrti adalah struktur bahan ajar. Seperti yang telah dijelaskan oleh Tim

Penyusun Direktorat pembinaan Sekolah Menengah Atas, (Depdiknas, 2008)

bahwa modul paling sedikitnya berisi tujuh komponen, diantaranya adalah sebagai

berikut : judul, petunjuk belajar (petunjuk siswa atau pendidik), kompetensi yang

akan dicapai, informasi pendukung, latihan, petunjuk kerja atau dapat pula berupa

lembar kerja (LK), dan evaluasi. Berdasarkan struktur ini dapat diketahui bahwa

komponen utama yang harus ada dalam sebuah modul meliputi ketujuh komponen

atau unsur tersebut. Melalui ketujuh komponen tersebut itulah kita dapat

membangun sebuah bahan ajar yang disebut modul.

Sementara itu, Andi Prastowo (2012) mengatakan bahwa secara teknis modul

tersusun dalam empat unsur, yaitu sebagai berikut :

1) Judul Modul. Judul ini berisi tentang nama modul dari suatu mata pelajaran

atau mata kuliah tertentu.

2) Petunjuk Umum, unsur ini memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang

akan ditempuh dalam pembelajaran, diantaranya adalah sebagai berikut :

kompetensi dasar, pokok bahasan, indikator pencapaian, referensi (diisi

petunjuk guru atau dosen tentang buku-buku referensi yang akan digunakan),

strategi pembelajaran, menjelaskan metode, langkah yang digunakan dalam

proses pembelajaran, lembar kegiatan pembelajaran, petunjuk bagi peserta

didik untuk memahami langkah-langkah pada materi perkuliahan atau

pelajaran, dan terkahir evaluasi.

3) Materi modul. Berisi penjelasan secara perinci tentang materi yang dikuliahkan

pada setiap pertemuan.

4) Evaluasi semester. Evaluasi ini terdiri dari tengah dan akhir semester dengan

tujuan untuk mengukur kompetensi mahasiswa sesuai materi kuliah yang

diberikan.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

15

Adapun Vembriarto (1985), memiliki pandangan lain pada modul yang

dikembangkan di Indonesia meliputi tujuh unsur, yakni sebagai berikut :

1) Rumusan Tujuan Pengajaran yang Eksplisit dan Spesifik. Tujuan pengajaran

dirumuskan dalam bentuk tingkah laku atau sikap siswa. Tiap-tiap rumusan

tujuan itu melukiskan tingkah laku mana yang diharapkan dari siswa setelah

menyelesaikan tugasnya dalam mempelajari suatu modul. Rumusan tujuan

pembelajaran ini tercantum dalam dua bagian, yaitu dalam lembar kegiatan

siswa, untuk memberitahukan kepada mereka sikap mana yang diharapkan dari

mereka setelah berhasil menyelesaikan modul. Dan dalam petunjuk guru, untuk

memberitahukan kepadanya tingkah laku atau pengetahuan siswa yang mana

yang seharusnya telah dimiliki oleh siswa setelah mereka menyelesaikan

modul yang bersangkutan.

2) Petunjuk untuk Guru. Petunjuk untuk guru ini berisi keterangan tentang

bagaimana pengajaran itu dapat diselenggarakan secara efisien. Petunjuk guru

juga berisi penjelasan tentang jenis-jenis kegiatan yang harus dilakukan oleh

siswa di kelas, waktu yang disediakan untuk menyelesaikan modul yang

bersangkutan, alat-alat pelajaran dan sumber yang harus digunakan, prosedur,

evaluasi, dan jenis alat evaluasi yang digunakan.

3) Lembaran Kegiatan Siswa. Lembaran ini memuat materi pelajaran yang harus

dikuasai oleh siswa. Materi dalam lembaran kegiatan siswa disusun secara

khusus sehingga dengan mempelajari materi tersebut, tujuan yang telah

dirumuskan dalam modul tersebut dapat tercapai. Dalam lembaran kegiatan ini

dicantumkan pula kegiatan pengamatan, percobaan, dan sebagainya yang harus

dilakukan oleh siswa.

4) Lembaran Kerja bagi Siswa. Materi pelajaran dalam lembar kegiatan tersebut

disusun sedemikian rupa sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Dalam lembaran kegiatan ini, dicantumkan pertanyaan dan masalah-masalah

yang harus dijawab dan dipecahkan oleh siswa. Sementara itu, lembaran kerja

yang menyertai kegiatan siswa digunakan untuk menjawab pertanyaan dan

memecahkan masalah tersebut. Pada lembaran kegiatan, siswa dilarang

membuat coretan dalam bentuk apapun, karena buku modul itu akan digunakan

oleh para siswa lain di waktu-waktu yang akan datang. Semua kegiatan siswa

dilakukan pada kertas lembaran kerja.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

16

5) Kunci Lembaran Kerja. Materi pada modul tidak saja disusun agar siswa

senantiasa aktif memecahkan masalah, melainkan juga dibuat agar siswa dapat

mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Oleh karena itu, pada tiap-tiap modul

selalu disertakan kunci lembaran kerja. Dengan adanya kunci lembaran kerja

ini, siswa dapat memeriksa ketepatan hasil pekerjaannya. Siswa berkesempatan

memeriksa dan mengoreksi kembali apabila ia membuat kesalahan dalam

pekerjaannya.

6) Lembaran Evaluasi. Lembaran evaluasi ini berupa test dan rating scale.

Evaluasi guru terhadap tercapai atau tidaknya tujuan yang dirumuskan pada

modul oleh siswa ditentukan oleh hasil tes akhir yang terdapat pada lembaran

evaluasi tersebut, dan bukannya oleh jawaban-jawaban siswa yang terdapat

pada lembar kerja. Para siswa yang malas hanya akan menyalin kunci jawaban

ke dalam lembaran kerjanya akan segera sadar, bahwa dengan cara belajar ia

tidak akan siap menghadapi tes akhir yang akan diberikan oleh guru. Landasan

evaluasi dan kuncinya ini senantiasa disimpan oleh guru.

7) Kunci Lembaran Evaluasi. Dalam hal ini test dan rating scale yang tercantum

pada lembaran evaluasi tersebut disusun oleh penulis modul dalam item tes.

Adapun item tes tersebut disusun dan dijabarkan dari rumusan tujuan pada

modul. Oleh sebab itu, dari hasil jawaban terhadap teks soal tersebut dapatlah

diketahui tercapai atau tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul yang

bersangkutan. Dan kunci jawaban test dan rating scale tersebut juga disusun

oleh penulis modul.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat kita ketahui bahwa struktur

modul terdapat beberapa variasi. Namun, setidaknya kita dapat menemukan bahwa

ada tiga macam variasi struktur modul seperti yang telah dijelaskan diatas. Jika kita

hendak membuat modul maka lebih baiknya kita memilih salah satu variasi struktur

modul tersebut secara konsisten, agar struktur modul yang kita buat terjaga sekuens

dan sistematikanya.

e. Langkah-langkah Pembuatan Modul

Modul yang baik adalah modul yang dapat digunakan dengan mudah dan

hasilnya dapat sesuai tujuan. Dalam menyusun sebuah modul, ada empat tahapan

yang harus dilalui, yaitu analisis kurikulum, penentuan judul-judul modul,

pemberian kode modul, dan penulisan modul (Depdiknas, 2004).

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

17

1) Analisis Kurikulum. Tahap perama ini bertujuan untuk menentukan materi-

materi mana yang memerlukan bahan ajar. Mulyasa (2013) berpendapat

bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan menganalisis kurikulum

tersebut, sedikitnya mencakup tiga langkah kegiatan, yaitu mengidentifikasi

kompetensi, mengembangkan struktur kurikulum, dan mendeskripsikan mata

pelajaran.

2) Menentukan Judul Modul. Untuk menentukan judul modul, kita harus mengacu

kepada kompetensi-kompetensi dasar atau materi pokok yang ada didalam

kurikulum. Satu kompetensi dapat dijadikan sebagai modul apabila kompetensi

itu tidak terlalu besar.

3) Pemberian Kode Modul. Dalam penyusunan modul, untuk memudahkan dalam

pengelolaan modul, maka sangat diperlukan adanya kode modul. Pada

umumnya, kode modul adalah angka-angka yang diberi makna. Contohnya,

digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, angka dua (2) berarti IPS, dan

lainnya.

4) Penulisan Modul. Penulisan modul hendaknya memperhatikan lima acuan

penting, yaitu : perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai, penentuan

alat evaluasi atau penilaian, penyusunan materi, urutan pengajaran, dan struktur

modul.

Sementara itu, Daryanto (2013) mengungkapkan ada lima langkah dalam

penyusunan sebuah modul, yaitu sebagai berikut :

1) Analisis kebutuhan modul. Kegiatan ini berupa analisis silabus dan RPP untuk

memperoleh informasi mengenai modul yang dibutuhkan. Tujuan analisis

kebutuhan modul adalah untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan

judul modul yang harus dikembangakan. Sadiman (2012) suatu program media

akan dianggap terlalu mudah bagi siswa bila siswa tersebut telah memiliki

sebagian besar pengetahuan/ keterampilan yang disajikan oleh program media

tersebut. Daryanto (2013) mengungkapkan bahwa tujuan pembelajaran umum

dapat menggambarkan tentang apa yang ingin disampaikan oleh pengajar/

modul. Tujuan adalah hasil akhir yang diinginkan oleh guru terhadap siswanya.

2) Desain modul. Desain penulisan modul yang dimaksud disini adalah rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru. Penyusunan

modul belajar diawali dengan manyusun buram atau draft/konsep modul.

Modul yang dihasilkan dinyatakan sebagai buram sampai dengan selsesainya

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

18

proses validasi dan uji coba .Bila hasil uji coba telah dinyatakan layak, barulah

sebuat modul dapat diimplementasikan secara real di lapangan.

3) Implementasi. Implementasi modul dalam kegiatan belajar dilaksanakan sesuai

dengna alur yang telah digariskan dalam modul. Bahan, alat, media dan

lingkungan belajar yang dibutuhkan dlaam kegiatan pembelajaran diupayakan

dapat dipenuhi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai . strategi pembelajaran

dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan skenario yang ditetapkan.

4) Penilaian. Penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

penguasan peserta didik setelah mempelajari seluruh materi yang ada dalam

modul.

5) Evaluasi dan validasi. Modul yang telah dan masih digunakan dalam kegiatan

pembelaajran, secara periodik harus dilakukan evaluasi dan validasi. Untuk

keperluan evaluasi dapat dikembangkan suatu instrumen evaluasi yang

didasarkan pada karakteristik modul tersebut. Validasi dapat dilakukan dengan

cara meminta bantuan ahli yang menguasai kompetensi yang dipelajari. Bila

tidak ada, maka dilakukan oleh sejumlah guru yang mengajar pada bidang atau

kompetensi tersebut. Validator membaca ulang dengan cermat isi modul.

Validator memeriksa, apakah tujuan belajar, uraian materi, bentuk kegiatan,

tugas dan laithan atau kegiatan lainnya yang ada diyakini dapat efektif untuk

digunakan sebagai media mengasai kompetensi yang menjadi terget belajar.

Bila hasil validasi ternyata menyatakan bahwa modul tidak valid, maka modul

tersebut perlu diperbaiki sehingga menjadi valid.

f. Kelebihan dan Kekurangan Modul

Modul mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagaimana yang dikemukakan

oleh Vembriarto (1985). Kelebihan menggunakan modul dalam proses belajar

mengajar antara lain:

1) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun

guru.

2) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan

motivasi atau gairah belajar, mengembangkan kamampuan dalam berinteraksi

langsung dengan lingkungan belajar.

3) Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil

belajarnya.

4) Siswa lebih aktif belajar.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

19

5) Guru dapat berperan sebagai pembimbing, bukan semata-mata sebagai

pengajar.

6) Membiasakan siswa untuk percaya pada diri sendiri.

7) Adanya kompetisi yang sehat antar siswa.

8) Dapat meringankan beban guru.

9) Belajar lebih efektif, dan evaluasi perbaikan yang cukup berarti.

10) Sistem ini dapat menyerap perhatian anak sehingga pelajaran menunjukkan

lebih berhasil apabila dibandingkan dengan ceramah.

Kelemahan penggunaan modul dalam proses pembelajaran sebagaimana yang

dikemukakan oleh Vembriarto antara lain:

1) Kesukaran pada siswa tidak segera dibatasi.

2) Tidak semua siswa dapat belajar sendiri, melainkan membutuhkan bantuan

guru.

3) Tidak semua bahan dapat dimodulkan dan tidak semua guru mengetahui cara

pelaksanaan pembelajaran menggunakan modul.

4) Kesukaran penyiapan bahan dan memerlukan banyak biaya dalam

pembuatan modul.

5) Adanya kecenderungan siswa untuk tidak mempelajari modul secara baik.

B. Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

PjBL menurut Rais (2010) merupakan kegiatan pembelajaran yang membuat

siswa bekerja di dalam tim, menemukan keterampilan, merencanakan,

mengorganisasi, bernegosiasi, bertanggung jawab terhadap tugas yang telah

ditetapkan, belajar dan mengumpulkan informasi dan mengkomunikasikannya secara

ilmiah dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan

kreativitas, inovasi, kerjasama tim, dan kemampuan berkomunikasi dengan baik.

Project Based Learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan

melibatkan kerja proyek. Proyek ini memuat tugas yang kompleks

berdasarkan pada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang, dan menuntut

siswa bekerja melalui serangkaian tahap metode ilmiah (Thomas dalam Wena 2010).

PjBL mengharuskan siswa untuk berpikir kritis, analitis, menggunakan kemampuan

berpikir yang tinggi, membutuhkan kolaborasi, komunikasi, pemecahan masalah dan

pembelajaran yang mandiri.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

20

Simkins dalam Yunus Abidin (2013) menyatakan bahwa Model Project Based

Learning sebuah model pembelajaran yang digunakan sebagai sarana bagi siswa

untuk beroleh seperangkat pengetahuan dan keterampilan belajar yang baru melalui

serangkaian aktivitas merancang, merencanakan, dan memproduksi produk tertentu.

Penerapan langkah-langkah PjBL dalam memecahkan masalah lingkungan yang

terkait dengan pencemaran lingkungan disebut tindakan kreatif. Kondisi yang

memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi

pribadi dan lingkungan yaitu sejauh mana keduanya mendorong seseorang untuk

melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) kreatif. Guru harus menghargai

produk kreativitas siswa dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya

dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya siswa. Ini akan lebih

menggugah minat siswa untuk berkreasi. Orang kreatif biasanya tidak banyak bicara

dalam hal bertindak. Apa yang menjadi keyakinannya akan segera dilakukan. Konsep

kreatif yang dimiliki akan segera ditindak lanjuti menjadi sebuah karya nyata. Karya

nyata tersebut berupa produk kreatif yang akan dibuat.

The George Lucas Educational Foundation (2005) mengemukakan langkah-

langkah PjBL sebagai berikut.

a. Start with the essential question, pembelajaran dimulai dengan pertanyaan yang

esensial yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan kepada siswa untuk

melakukan seuatu kegiatan. Topik yang diambil harus relevan, sesuai dengan

realitas dunia nyata dan dimulai dengan investigasi mendalam.

b. Design a plan for the project, perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru

dan siswa agar siswa merasa “memiliki” atas proyek yang direncanakan.

Perencanaan berisi aturan main, pemilihan aktivitas yang mendukung dalam

menjawab pertanyaan esensial, mengintegrasikan berbagai subyek yang mungkin

dan mengetahui alat serta bahan yang dapat diakses untuk membantu

penyelesaian proyek.

c. Create a schedule, aktivitas pada tahap ini antara lain (1) membuat timeline

penyelesaian proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa

siswa agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing siswa ketika mereka

membuat langkah yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa

untuk membuat penjelasan atau alasan tentang pemilihan suatu cara.

d. Monitor the students and the progress of the project, pengawasan dilakukan oleh

guru selama siswa menyelesaikan proyek. Pengawasan dapat dilakukan dengan cara

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

21

memfasilitasi siswa pada setiap proses dan berperan sebagai mentor bagi setiap

aktivitas siswa. Rubrik yang merekam seluruh aktivitas siswa yang penting dapat

disusun untuk mempermudah proses monitoring.

e. Assess the outcome, penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar,

mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tingkat

pemahaman siswa yang telah dicapai, dan membantu guru untuk menyusun strategi

pembelajaran berikutnya.

f. Evaluate the experience, pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa

melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang telah dijalankan.

Refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa

diminta mengungkapkan perasaan dan pengalaman selama kegiatan proyek. Guru

dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama

proses pembelajaran sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new

inquiry) untuk menjawab pertanyaan esensial yang diajukan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang diorientasikan untuk

mengembangkan kemampuan dan keterampilan belajar para siswa melalui

serangkaian kegiatan merencanakan, melaksanakan penelitian, dan menghasilkan

produk tertentu yang dibingkai dalam satu wadah berupa proyek pembelajaran. Model

ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri proyek yang akan

dikerjakannya baik dalam hal merumuskan pertanyaan yang akan dijawab, memilih

topik yang akan diteliti, maupun menentukan kegiatan penelitian yang akan dilakukan.

Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, menyediakan bahan dan

pengalaman bekerja, mendorong siswa berdiskusi dan memecahkan masalah, dan

memastikan siswa tetap bersemangat selama mereka melaksanakan proyek.

C. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang

baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa

yang telah ada. Kreativitas merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang

mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh

suksesi, diskontinuitas, diferensiasi, dan integrasi antara tahap perkembangan,

(Rachmawati dan Euis, 2005). Adapun Samiawan (1997) mengemukakan bahwa

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

22

kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan

menerapkannya dalam pemecahan masalah.

Kreativitas sebagai suatu proses yang menjadikan seseorang menjadi lebih

peka terhadap berbagai masalah, kekurangan, kurangnya wawasan, dan ketidak

selarasan, kemudian kesulitan dibatasi, mencari solusi, membuat taksiran,

menyusun hipotesis untuk diuji, dan akhirnya memberikan suatu hasil, (Torrance

dalam Abdussalam, 2005).

Stenberg (2006), jenis kreativitas dapat dikembangkan menjadi berbagai

macam dengan diawali ulangan kecil. Selain itu, sejauh ini tujuan seseorang adalah

memaksimalkan memori siswa dalam memperoleh informasi, mengajarkan siswa

untuk kreatif, analisis, dan praktis didasari keunggulan pemikirannya sehingga

memungkinkan siswa mendominankan kekuatan mereka, memperbaiki kelemahan

mereka serta mengkodekan materi dengan berbagai arahan yang unik.

Peningkatan pemahaman kreativitas akan meningkatkan kesadaran kreativitas.

Siswa biasanya itu lebih banyak aktif daripada pasif dan mereka memiliki kapasitas

untuk menghasilkan sesuatu. Sesuatu yang dihasilkan siswa bisa berupa ide,

pertanyaan ataupun suatu produk, (Zuchdi, 2009).

Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk

mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan

dalam kadar yang berbeda-beda. Yang terpenting bagi dunia pendidikan ialah

bahwa bakat tersebut dapat dan perlu dikembangkan dan ditingkatkan, (Munandar,

1995).

Laland (Abdussalam, 2005), fokus kreativitas ini pada prosesnya dalam

mengasilkan sesuatu yang baru meskipun unsur-unsurnya ada sebelumnya sebagai

pertanda adanya inovasi. Inovasi merupakan bagian dari kreativitas karena

menambahkan unsur-unsur baru dalam menghasilkan suatu produk. Produk

merupakan wujud dari kreativitas siswa, pengertian produk sendiri menurut Uno

dan Nurdin (2012) bahwa produk merupakan salah satu dimensi kreativitas yang

mana dimensi-dimensi lainnya yaitu person, proses, dan press atau dorongan.

Berdasaran penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan

suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun

produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, fleksibel, suksesi, dan

diskontinuitas, yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

23

masalah. Jadi kreativitas merupakan bagian dari usaha seseorang. Kreativitas akan

menjadi seni ketika seseorang melakulan kegiatan.

2. Aspek-aspek Kreativitas

Satiadarma dan Waruwu (2003) mendefinisikan kreativitas dalam empat

dimensi yang dikenal sebagai Four P’s of Creativity, yakni dimensi Person,

process, Press, dan Product. Dari segi pribadi (person) kreativitas menunjuk pada

potensi daya kreatif yang terdapat pada setiap pribadi seseorang. Dari segi proses

(process) dapat dirumuskan sebagai bentuk pemikiran dimana individu berusaha

menemukan hubungan-hubungan yang baru, mendapatkan jawaban, metode atau

cara-cara baru dalam menghadapi suatu masalah. Kreativitas juga sebagai

pendorong (press) yang datang dari diri sendiri (internal) dalam bentuk hasrat dan

motivasi yang kuat untuk selalu berkreasi. Seperti yang dikemukakan oleh Baron

(1976) dalam Satiadarma Waruwu (2003) bahwa kreatifitas dari segi hasil

(Product) adalah Creativity is the ability to bring something new into existence.

Yakni segala sesuatu yang dihasilkan oleh seseorang sebagai hasil dari keunikan

pribadinya dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Sejalan dengan Satiadarma, Utami munandar (2003) juga mengemukakan

bahwa sehubungan dengan pengembangan kreativitas siswa, kita perlu meninjau

empat aspek dari kreativitas, yaitu pribadi, pendorong, proses, dan produk (4P dari

kreativitas)

a. Pribadi

Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam interaksi

dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif ialah yang mencerminkan orisinilitas dari

individu tersebut. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan

timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Oleh karena itu pendidik

hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat siswanya (jangan

mengharapkan semua melakukan atau menghasilkan hal-hal yang sama, atau

mempunyai minat yang sama). Guru hendaknya membantu siswanya menemukan

bakat-bakatnya dan menghargainya.

b. Pendorong (press),

Bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari

lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri (motivasi

internal) untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam

lingkungan yang mendukung tetapi dapat pula terhambat dalam lingkungan yang

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

24

tidak menunjang. Di dalam keluarga, di sekolah, di dalam lingkungan pekerjaan

maupun di dalam masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan terhadap sikap

dan perilaku kreatif individu atau kelompok individu.

Press atau dorongan terdiri dari dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor

penghambat. Berikut ini penjelasan dari kedua faktor tersebut yang dipaparkan oleh

Uno dan Nurdin (2012), yaitu:

1) Faktor Pendorong, faktor pendorong timbulnya kreativitas meliputi peka

terhadap lingkungan, bebas dalam bertindak di lingkungannya, komitmen

untuk kuat dan pantang mundur, optimis dengan berani menghadapi

konsekuensi, tekun berlatih, mengganggap masalah sebagai tantangan, dan

lingkungan yang mendukung, tidak kaku maupun otoriter.

2) Faktor Penghambat, faktor penghambat kreativitas meliputi malas melakukan

sesuatu, berfikir, bertindak bahkan berusaha; meremehkan karya orang lain,

mudah putus asa, cepat bosan, dan tidak tahan uji; cepat puas; tidak berani

menanggung konsekuensi; tidak percaya diri; dan tidak disiplin.

c. Proses

Untuk mengembangkan kreatif, anak perlu diberi kesempatan untuk bersibuk

diri secara aktif. Pendidik hendaknya dapat merangsang untuk melibatkan dirinya

dalam kegiatan kreatif, dengan membantu mengusahakan sarana dan prasarana

yang diperlukan. Dalam hal ini yang penting ialah memberi kebebasan kepada

anak untuk mengekspresikan dirinya secara aktif, tentu saja dengan persyaratan

tidak merugikan orang lain atau lingkungan. Pertama-tama yang perlu ialah proses

bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu selalu atau terlalu cepat menuntut

dihasilkannya produk-produk kreatif yang bermakna. Hal itu akan datang dengan

sendirinya dalam iklim yang menunjang, menerima, dan menghargai. Perlu pula

diingat bahwa kurikulum sekolah yang terlalu padat sehingga tidak ada peluang

untuk kegiatan kreatif, dan jenis pekerjaan yang monoton, tidak menunjang siswa

untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif.

d. Produk

Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang

bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauh mana

keduanya mendorong (press) seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses

(kesibukan, kegiatan) kreatif. Dengan dimilikinya bakat dan ciri-ciri pribadi kreatif,

dan dengan dorongan (internal maupun eksternal) untuk bersibuk diri secara

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

25

kreatif, maka produk-produk kreatif yang bermakna dengan sendirinya akan timbul.

Hendaknya pendidik menghargai produk kreativitas anak dan

mengkomunikasikannya kepada yang lain. Misalnya dengan mempertunjukkan atau

memamerkan hasil karya anak. Ini akan lebih menggugah minat anak untuk

berkreasi.

Berdasarkan empat dimensi yang telah dipaparkan di atas, ada keterkaitan

antara kreativitas dengan kecerdasan. Siswa yang kreatif dapat dipastikan cerdas

tetapi siswa cerdas belum tentu kreatif. Sebab lahirnya kreatif membutuhkan lebih

dari sekedar intelligence. Setiap dihadapkan permasalahan ia mampu

memecahkannya melalui pola pikir divergen dimana dalam memecahkan masalah

ia dapat memperkaya pemecahan masalah dengan berbagai alternatif jawaban.

Kreativitas siswa bersifat divergen, keterampilan berfikir kreatif memiliki langkah-

langkah yang meliputi pengetahuan, berfikir dalam-dalam, menemukan ide,

verifikasi mana yang tidak melanggar norma. Artinya bahwa kreatif itu akan

memecahkan masalah

3. Indikator Kreativitas

Ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan non

kognitif. Ciri kognitif diantaranya orisinilitas, fleksibilitas, kelancaran, dan

elaborasi. Sedangkan ciri non kognitif diantaranya motivasi sikap dan kepribadian

kreatif. Kedua ciri ini sama pentingnnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan

kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan apapun. Kreativitas hanya dapat

dilahirkan dari orang cerdas yang memiliki kondisi psikologi yang sehat.

Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja namun variabel emosi dan kesehatan

mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya kreatif. Kecerdasan

tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif, (Slameto,

2003).

Munandar (2003) mengemukakan 9 pasang ciri-ciri kepribadian kreatif yang

seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis.

a. Pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka

dapat bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi mereka juga bias

tenang dan rileks, tergantung situasinya.

b. Pribadi kretaif cerdas dan cerdik tetapi pada saat yang sama mereka juga naïf.

Mereka nampak memilliki kebijaksanaan (wisdom) tetapi kelihatan seperti

anak-anak (child like). Insight mendalam nampak bersamaan dalam ketidak

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

26

matangan emosional dan mental. Mampu berfikir konvergen sekaligus

divergen.

c. Ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi sikap bermain dan disiplin.

d. Pribadi kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap

bertumpu pada realitas. Keduanya diperlukan untuk dapat melepaskan diri dari

kekinian tanpa kehilangan sentuhan masa lalu.

e. Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan baik introversi maupun

ekstroversi.

f. Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat

yang sama

g. Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan androgini psikologis, yaitu

mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender (maskulin-feminin)

h. Orang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang (passionate) bila

menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat obyektif dalam penilaian karya

mereka.

i. Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering menderita jika

mendapat banyak kritik dan serangan, tetapi pada saat yang sama ia merasa

gembira yang luar biasa

Proses kreativitas hanya akan terjadi ketika dibangkitkan melalui masalah yang

diapaparkan oleh Parnes sebagai berikut : fluency (kelancaran) yaitu kemampuan

mengemukakan ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah, flexibility

(keluwesan) kemampuan untuk memunculkan berbagai macam ide guna

memecahkan suatu masala di luar kategori yang biasa, originality (keaslian) yaitu

kemampuan memberikan respon yang unik atau luar biasa, elaboration

(keterperincian) yaitu kemampuan menyatakan ide secara terperinci untuk

mewujudkan ide menjadi kenyataan, dan sensitifity (kepekaan) yaitu kepekaan

menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi,

(Rachmawati dan Euis, 2005).

Kelima hal tersebut menjadi daftar lima sub skala beserta deskripsi setiap sub

skala dan menginformasikan tentang penskoran dan isi yang diukur, (Hee, 2010).

Munro (2001) bahwa indikator familiar yang digunakan oleh desainer tes untuk

menilai potensi kreativitas diantaranya: fluency, fleksibilty, orisinality dan

elaboration. Kreativitas siswa akan memberikan tantangan siswa dalam

memecahkan suatu permasalahan misalnya mengenai pencemaran lingkungan.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

27

Setidaknya mereka berfikir apa yang terjadi di lingkungannya, dimanakah sumber

terjadinya pencemaran lingkungan, mengapa hal tersebut terjadi, untuk apa

mengatasinya, dan bagaimanakah cara menanganinya.

Beberapa faktor tertentu akan ditemukan dalam kreativitas, termasuk kepekaan

terhadapmasalah (including sensitivity to problems), kelancaran ide (ideational

fluency), fleksibilitas (flexibility), ideasional baru (ideational novelty), kemampuan

mensintesis (synthesizing ability), kemampuan analisa (analyzing ability),

reorganisasi atau mendefinisikan kembali kemampuan (reorganizing or redefining

ability), rentang struktur ideasional (span of ideational structure), dan

mengevaluasi kemampuan (evaluating ability), (Guilford, 1950).

Berdasarkan penjabaran diatas maka peneliti mengambil 4 indikator kreativitas

dalam pembuatan instrumen tes dan observasi ativitas siswa yang disajikan dalam

table 2.1.

Tabel 2.1 Indikator Kreativitas

No Ciri-ciri Kreativitas

Kategori Kognitif Deskripsi Indikator Kreativitas

1. Fluency (Kelancaran

mengemukakan ide)

Mengemukakan ide yang serupa untuk

memecahkan suatu masalah

2. Flexibility (Keluwesan

menghasilkan ide-ide)

Menghasilkan berbagai macam ide yang

berguna dalam memecahkan suatu

permasalahan di luar kriteria yang ada.

3. Elaboration (Menyatakan

ide terperinci)

Menyatakan pengarahan ide secara

terperinci sehingga menjadi kenyataan.

4. Sensitivity (Menanggapi) Peka dalam menangkap dan menghasilkan

masalah sebagai tanggapan terhadap suatu

situasi.

D. Pencemaran Lingkungan

1. Pencemaran Lingkungan

Menurut undang-undang pokok pengelolaan lingungan hidup no. 4 tahun 1982,

polusi atau pencemaran linkungan adalah masuknya atau dimasukkannya mahkluk

hidup, zat energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya

tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas

menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang

atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Segala sesuatu yang dapat menimbulkan pencemaran disebut polutan atau

bahan pencemar. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1) jumlahnya melebihi

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

28

jumlah normal, 2) berada pada waktu yang tidak tepat, 3) berada di tempat yang

tidak tepat.

Berdasarkan sifatnya bahan pencemar dapat dibedakan menjadi dua yaitu

bahan pencemar yang dapat terdegradasi atau diuraikan (biodegradable) dan bahan

pencemar yang tidak dapat terdegradasi (nonbiodegradable). Bahan pencemar yang

terdegradasi memiliki struktur kimia yang sederhana sehingga dapat didegradasi,

didekomposisi, dihilangkan, atau dirombak, baik melalui proses alam maupun

sistem rekaya manusia sehingga bersifat tidak mencemari. Adapun bahan pencemar

yang tidak terdegradasi adalah senyawa yang tidak terpecah atau terdekomposisi

melalui proses alami, contohnya merkuri dan timbal serta senyawanya, alumunium,

dan plastik.

Menurut tempat terjadinya, pencemaran dapat dikelompokkan menjadi tiga,

yaitu pencemaran air, udara, dan tanah. Adapun tingkat kebisingan yang

mengganggu disebut pencemaran suara. Pencemaran atau polusi suara disebabkan

antara lain oleh suara bising kendaraan bermotor, pesawat terbang, kereta api,

mesin pabrik, dan radio yang berbunyi keras sehingga mengganggu pendengaran.

a. Pencemaran Air

Pencemaran air merupakan peristiwa masuknya bahan-bahan berbahaya,

merugian, atau tidak disukai ke dalam air dengan konsentrasi atau jumlah yang

cukup besar untuk merugikan atau mempengaruhi kegunaan atau kualitas

air.Air dikatakan tercemar apabila terjadi perubahan warna, bau, dan adanya

kematian biota air baik sebagian atau seluruhnya. Faktor penggunaan pupuk

dan pestisida secara berlebihan. Sehingga terjadi blooming tumbuhan air

berupa alga dan ganggang.

Cara pencegahan dan penanggulangannya meliputi pemakaian pestisida

sesuai dosis yang ada, sisa air buangan pabrik sebelum dibuang terlebih dahulu

dinetralkan lalu dibuang tidak di dekat pemukiman, dan setiap rumah memiliki

septitank, (Suwarno, 2002).

b. Pencemaran Udara

Seperti air, udara juga merupakan sumber daya alam yang sangat penting

bagi manusia kehidupan di muka bumi. Udara yang dibutuhkan oleh semua

makhluk hidup tersusun atas bermacam-macam gas, yaitu Nitrogen 78,08 %,

Oksigen 20,93%, Argon 0,93%, Karbon dioksida 0,03%, Neon 0,0018%,

helium 0,0005%, Ozon 2x10-6

%, dan lain-lain hingga 100%. Udara dikatakan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

29

murni jika komposisinya seperti yang telah disebutkan tadi. Beberapa

pencemar yang sering sekali mencemari udara antara lain asap, sulfur dioksida

dan oksida nitrogen, kabut asap, karbon monoksida, dan klorofluorokarbon.

c. Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah suatu dampak limbah rumah tangga, industri, dan

penggunaan pestisida yang berlebihan pada tanah. Bentuknya meliputi

menurunnya estetika tanah dan kegunaannya bagi pertanian serta

meningkatnya kandungan zat kimia beracun dan berbahaya di dalamnya.

Pencemaran tanah dapat terjadi karena adanya sampah-sampah organik atau

sampah-sampah anorganik, tertuangnya pestisida dalam dosis yang berlebihan,

tumpahan minyak, dan merembesnya zat-zat kimia berbahaya dari tempat

penampungan limbah industri ataupun rumah tangga ke lapisan permukaan

tanah.

Cara pencegahan pencemaran tanah meliputi sampah plastik dibakar dulu,

membuang sampah pada tempatnya, takaran pestisida tak berlebihan,

penggunaan pupuk anorganik tak berlebihan. Cara penanggulangannya yaitu:

a) daur ulang sampah,b) remediasi : Remediasi yaitu pembersihan permukaan

tanah, c) Remediasi onsite dan offsite, d) Bioremediasi. : Bioremediasi yaitu

pembersihan pencemaran tanah dengan bantuan jamur dan bakteri.

Parameter pencemaran digunakan sebagai indikator (petunjuk) terjadinya

pencemaran dan tingkat pencemaran yang telah terjadi. Parameter pencemaran

meliputi:

1) Parameter Fisik : pengkuran warna, rasa, bau suhu, kekeruhan, dan aktivitas.

2) Parameter Kimia : mengetahui kadar CO2, pH, kasaman, kadar garam, dan

logam berat. Yudo (2010:2) bahwa pencemaran limbah domestik biasanya

meliputi bahan pencemar BOD, COD, amonia, fosfat, detergen, dan tinja. BOD

(Biochemical Oxigen Demand) yaitu sejumlah O2 terlaut yang dibutuhkan oleh

bakteri pengurai bahan pencemar organik dalam air. COD (Chemical Oxigen

Demand) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi

bahan-bahan oganik secara kimia.

3) Parameter Biologi : sungai yang mengandung siput air dan planaria

menunjukkan sungai tersebut masih status aman.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

30

Namun, bila hanya ada Tubifex (cacing merah) tentu sungai tersebut tidak aman

karena cacing ini mampu bertahan hidup di lingkungan yang kaya bahan organik

meskipun hewan yang lain telah mati.

Upaya pencegahan pencemaran lingkungan yaitu:

1) Administratif , secara administratif misalnya undang-undang yang mengatur

tentang pengelolaan lingkungan hidup perlu adanya AMDAL sebelum suatu

proyek pembangunan pabrik dan proyek lainnya pada tanggal 11 maret 1982

oleh presiden RI. Upaya secara administratif lainnya sebagaimana peraturan

yang ada di kota kediri yaitu peraturan Nomor 03 Tahun 2009 tentang

pengelolaan lingkungan hidup serta Peraturan Pemeintah (PP) Nomor 20

Tahun 1990 dan PP nomor 22 Tahun 2001 tentang pengolahan air dan

pengendalian pencemaran air yang mewajibkan semua air limbah domestik

harus diolah sebelum dibuang.

2) Teknologis, secara teknologis misalnya suatu pabrik wajib memiliki unit

pengolahan limbah sehingga zat yang berbahaya terkurangi ataupun musnah.

Upaya perbaikan lahan yang tercemar limbah dengan bioremediasi dan

pemupukan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi

mikroranisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia

plutan tersebut, conohnya bakteri pemakan minyak bumi yaitu Pseudomonas

fluorescens.

3) Edukatif, sedangkan secara edukatif merupakan upaya yang mendidik

masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan sehingga terciptanya

kepedulian lingkungan. Misalnya melalui seminar, penyuluhan, musyawarah,

dan gotongroyong.

2. Limbah

Dalam suatu proses produksi pasti dihasilkan limbah. Limbah merupakan

sumber daya alam yang telah kehilangan fungsinya. Keberadaannya dalam

lingkungan dapat mengganggu keindahan, kenyamanan, dan kesehatan. Akumulasi

dari limbah berpotensi menjadi polutan penyebab pencemaran. Oleh karena itu,

limbah perlu mendapat perhatian seksama serta penanganan semaksimal mungkin

sebelum menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi masyarakat.

Bermacam-macam limbah dapat berada di sekitar kita, baik limbah padat

maupun cair, baik yang berasal dari kegiatan rumah tangga berupa limbah domestik

maupun dari aktivitas pembangunan, misalnya limbah pabrik, (Pratiwi, 2014).

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

31

Berdasarkan jenis bahan penyusunnya, limbah dapat dibedakan menjadi limbah

organik dan limbah anorganik.

1. Pemanfaatan Limbah Organik

Limbah organik merupakan sisa-sisa bahan hidup, seperti sampah daun,

kertas, sisa-sisa bahan pertanian (misalnya jerami serta sisa batang tebu), dan

kulit atau kotoran hewan. Karena tersusun atas bahan-bahan organiik, limbah

organik mudah diuraikan oleh organisme pengurai.

Meskipun pada akhirnya akan diuraikan oleh organisme pengurai, sebenarnya

limbah-limbah organik itu masih dapat kita manfaatkan kembali (reuse), baik

dengan cara daur ulang (recycle), maupun tanpa didaur ulang.

a. Dengan Daur Ulang

Limbah-limbah organik tertentu, seperti sampah sayuran, sampah daun, atau

ranting, dapat kita manfaatkan kembali dengan cara didaur ulang, misalnya

menjadi pupuk kompos. Kertas bekas merupakan limbah organik yang juga

dapat didaur ulang menjadi kertas pembungkus, kertas tisu, kertas koran, dan

kertas tulis.

b. Tanpa Daur Ulang

Tidak semua limbah organik padat harus didaur ulang lebih dahulu sebelum

dapat digunakan kembali. Beberapa limbah organik padat itu antara lain : ban

karet bekas dapat dijadikan tempat sampah, ember, sandal, meja atau kursi.

Serbuk gergaji kayu dapat digunakan sebagai media tanam jamur tiram. Selain

itu, kulit jagung dapat dijadikan bunga hiasan.

2. Pemanfaatan limbah Anorganik

Limbah anorganik merupakan sisa-sisa aktivitas yang berasal dari bahan-

bahan tak hidup atau bahan sintetis, seperti minyak bumi, sisa-sisa bahan kimia,

kaleng alumunium, kasa, dan besi. Limbah organik, terutama yang berupa bahan

sintesis, sangan sukar diuraikan kembali oleh organisme pengurai.

Tidak hanya limbah organik padat, limbah anorganik pun dapat dimanfaatkan

kembali, baik dengan cara daur ulang maupun tanpa daur ulang.

a. Dengan Daur Ulang

Beberapa limbah anorganik, seperti kaleng alumunium, besi baja, pecahan

boto dan toples kaca, serta botol, gelas, atau ember plastik, dapat dilebur dan

diolah berulang kali. Mendaur ulang alumunium dari kaleng-kaleng alumunium

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar

32

dapat menghemat energi dan sumber daya jika dibandingkan dengan membuat

alumunium baru.

Pecahan botol dan toples kaca dapat didaur ulang menjadi botol dan toples

baru. Demikian juga dengan botol, gelas, dan ember plastik. Botol dan gelas

plastik bekas kemasan air minum dapat didaur ulang menjadi serbuk plastik

(crumb), yaitu, bahan baku dakron (kapas sintesis untuk bantal atau guling).

b. Tanpa daur Ulang

Beberapa jenis limbah anorganik dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui

proses daur ulang, yaitu dijadikan bermacam-macam barang-barang yang

terkadang memiliki harga jual yang tinggi. Contohnya botol dan gelas plastik

bekas kemasan air mineral dijadikan mainan anak-anak, pot tanaman, atau

hiasan. Pecahan kaca dapat dijadikan hiasan dinding atau lukisan, (Pujiyanto,

2012).

E. Penelitian Terdahulu

Lahra, dkk (2017) melakukan pengembangan modul praktikum berbasis

pendekatan

open ended untuk meningkatkan kreativitas siswa kelas XI IPA 1 di SMAN I

Simeulue Tengah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan modul

praktikum berbasis open ended pada materi fluida dinamis dapat meningkatkan

kreativitas siswa secara signifikan.

Novianto (2016) juga melakukan pengembangan modul pembelajaran fisika

berbasis proyek (Project Based Learning) pada materi Fluida Statis untuk

meningkatkan kreativitas belajar siswa. Hasil penelitiannya diketahui bahwa

pengembangan modul tersebut dapat meningkatkan kreativitas siswa.

Penelitian Lindawati (2013) didapatkan hasil bahwa proses pembelajaran

Fisika dengan menggunakan model Project Based Learning terbukti dapat

meningkatkan kreativitas siswa kelas X.6 MAN 4 Kebumen.

Rini Astuti (2015) juga didapatkan bahwa pembelajaran di luar kelas berbasis

proyek (PjBL) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam

membuat proyek untuk menangani limbah yang ada di lingkungan sekolah.

Berdasarkan beberapa penelitian diatas, maka peneliti memiliki pandangan

yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yakni penelitian dengan

menerapkan bahan ajar modul berbasis PjBL di SMAN 1 Astanajapura dapat

meningkatkan kreativitas siswa.