bab ii landasan teori - repository.bsi.ac.id · 9 bab ii landasan teori 2.1 logo menurut rustan...
TRANSCRIPT
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Logo
Menurut Rustan (2017) menjelaskan bahwa, “asal kata logo dari bahasa
Yunani logos, yang berarti kata, pikiran, pembicaraan, akal budi. Pada awalnya yang
lebih dahulu populer adalah istilah logotype, bukan logo”.
Pertama kali istilah logotype muncul pada tahun 1810 – 1840, diartikan se-
bagai: tulisan nama entitas yang didessain secara khusus dengan menggunakan
teknik lettering atau memakai jenis huruf tertentu. Jadi awalnya logotype adalah el-
emen tulisan saja.
Pada perkembangannya orang membuatnya makin unik/ berbeda satu sama
lain. Mereka mengolah huruf itu, menambahkan elemen gambar, bahkan tulisan dan
gambar berbaur jadi satu, dan semua itu masih banyak yang menyebutnya dengan
istilah logotype.
Istilah logo baru muncul pada tahun 1937 dan kini istilah logo lebih populer
daripada logotype. Logo bisa menggunakan elemen apa saja: tulisan, logogram,
gambar, ilustrasi, dan lain – lain.
10
2.2 Corporate Identity
Kartika dan Wijaya (2015) menjelaskan bahwa, “Corporate Identity adalah
karakter kepribadian perusahaan yang membedakannya dari perusahaan lain, baik
secara internal (budaya perusahaan) maupun eksternal (citra perusahaan) sehingga
menjadi sumber daya strategi membangun keunggulan kompetitif dan mencapai
sasaran objektif”.
Corporate Identity sangat berkaitan dengan nilai, filosofi, visi dan misi, bi-
dang industry, target pasar, dan sebagainya. Yang membentuk serta menentukan
kesuksesan perusahaan di masa depan.
2.3 Tujuan Corporate Identity
Rustan (2017) menjelaskan bahwa, “Identitas yang ditampilkan dengan kon-
sisten akan memberi gambaran pada public bahwa entitas tersebut konsekuen dan
professional. Dari situ diharapkan meningkatkan brand awareness dan brand image
positif di benak masyarakat. Inilah tujuan identitas”.
2.4 Jenis Logo
Rustan (2017), menjelaskan bahwa apapun bentuk dan cara pengkategorian
logo, untuk mudahnya kita hanya perlu mengetahui dua langkah sederhana dan
mendasar, yaitu :
1. Bahwa dilihat dari segi konstruksinya, logo pada umumnya terbagi menjadi tiga
jenis, yaitu:
11
a. Picture Mark dan Letter Mark (elemen gambar dan tulisan yang saling
terpisah)
Sumber: logodatabase.com
Gambar II.1 Logo Picture Mark dan Letter Mark
b. Penggabungan Picture Mark dan Letter Mark ( bisa disebut gambar, bisa ju-
ga disebut tulisan/ saling berbaur )
Sumber: brandsoftheworld.com
Gambar II.2 Penggabungan Picture Mark dan Letter Mark
c. Letter Mark
Yaitu berupa tulisan saja
Sumber: commons.wikipedia.org
Gambar II.3 Logo Letter Mark
12
2. Bahwa logo apapun, semua dibentuk dari basic shapes / primitive shapes atau
„bentuk- bentuk dasar‟ (Basic shapes sendiri dibentuk dari poin dan garis).
Kemudian beberapa basic shapes, apabila saling bergabung dapat membentuk
dua jenis objek yang lebih kompleks yang kita kenal dengan gambar dan huruf
(pada logo disebut picture mark dan letter mark).
Dari hal-hal sederhana dan mendasar di atas, kita dapat memahami hub-
ungan yang lebih kompleks antara jenis-jenis logo dengan:
a. Basic shapes – gambar – huruf
b. Hubungan antara bentuk dan makna (abstrak / simbolis maupun kongkrit /
literal) Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Sumber: Wordpress.com
Gambar II.4 Logo Identifikasi Bentuk
13
2.5 Fungsi dan Tujuan Logo
Menurut Veronica Napoles dalam Rustan (2017), mengemukakan bahwa:
Perusahaan itu bagaikan manusia. Mereka memiliki karakter pribadi, budaya
dan prinsip-prinsip. Namun bagi banyak orang, mereka terlihat dingin (kaku)
dan tidak berkepribadian. Tanpa tanda-tanda kehidupan. Identitas visual
membantu membuat mereka lebih manusiawi, dengan memberinya „wajah‟
dan kepribadian dalam bentuk sebuah logo.
Menurut Rustan (2017), logo berfungsi sebagai berikut :
1. Mencegah pembajakan/peniruan
2. Memberikan jaminan pada kualitas
3. Memberikan perbedaan identitas diri dengan identitas milik perusahaan lain
2.6 Kriteria Logo
Menurut Rustan (2017) menjelaskan bahwa, berdasarkan fungsi awal logo,
maka kriteria utama yang tidak dapat dipungkiri adalah:
1. Harus unik. Mencerminkan dan mengangkat citra entitasnya sekaligus mem-
bedakannya dengan yang lain.
2. Harus dapat mengakomodasi dinamika yang dialami entitasnya dalam jangka
waktu selama mungkin. Artinya logo harus fleksibel sekaligus tahan lama.
Sumber: Wordpress.com
Gambar II.5 Kriteria Logo
14
2.7 Karakteristik Bentuk
Menurut Anggraini (2014) mengemukakan bahwa “Secara visual, bentuk
logo dapat didesain dengan berbagai aturan berikut ini. Pertama logotype, ditulis
menggunakan olahan tipografi yang khas, unik dan juga konsisten. Kedua initials,
Mengubah huruf pertama dari nama brand dengan unik, menarik, tapi tetap bermak-
na dan sesuai. Ketiga pictoral visual, representasi objek untuk menggambarkan citra
perusahaan, jasa atau organisasi”.
1. Hubungan Arah Garis dan Sifatnya
Gambar II.6 Hubungan Arah Garis dan Sifatnya Garis
Rustan (2017) menjelaskan bahwa, “untuk menentukan bentuk logo yang
sesuai dengan konsep dan kepribadian entitasnya, desainer sangat dianjurkan
mempelajari hubungan antara bentuk-bentuk dasar dan sifat yang terkandung di da-
lamnya”. Berikut adalah penjelasannya:
15
2. Bentuk Dasar
Gambar II.7 Bentuk Dasar
a. Lingkaran Dinamis, bergerak, kecepatan, berulang, tak terputus, tak berawal
dan tak berakhir, abadi, kualitas, dapat diandalkan, sempurna, matahari, ke-
hidupan, semesta.
b. Segi Empat Stabil, diam, kokoh, rasional, keunggulan teknis, formal, sem-
purna dapat diandalkan, kejujuran, integritas.
c. Segitiga Stabil, diam, kokoh, megah, teguh, rasional, tritunggal, api,
kekuatan, gunung, harapan, terarah, progres, bernilai, suci, sukses, sejahtera,
keamanan.
2.8 Teori Warna
Menurut Anggraini (2014) menyimpulkan bahwa:
Warna merupakan Unsur penting dalam objek desain. Warna juga dapat
menampilkan identitas atau citra yang ingin disampaikan, baik dalam
menyampaikan pesan atau membedakan sifat secara jelas. Warna merupakan
salah satu elemen yang dapat menarik perhatian, meningkatkan mood, meng-
gambarkan citra perusahaan dan lainnya.
Makna warna berdasarkan lingkup yang universal menurut Anggraini (2014)
adalah sebagai berikut:
16
Gambar II.8 Filosofi Warna
2.9 Identitas Visual
Menurut Rustan (2017) menjelaskan bahwa, elemen-elemen yang termasuk
dalam identitas visual sebagai berikut:
1. Nama Semua atribut identitas lainnya seperti logo, tipografi, warna, images dan
lain-lain dibangun dengan berpijak pada nama. Oleh karena sangat pentingnya,
pencarian dan pemilihan nama membutuhkan proses yang tidak mudah.
2. Logo Jelas bahwa logo merupakan atribut paling utama yang terlihat secara fisik,
seperti layaknya wajah pada manusia. Melalui logo, tergambar semua atribut non
fisik lainnya seperti jiwa dari entitas tersebut, yaitu: visi dan misinya, corporate
value, corporate culture, dan seluruh kepribadiannya.
3. Warna Memilih warna yang tepat merupakan proses yang sangat penting dalam
mendesain identitas visual. Untuk itu dibutuhkan riset yang mendalam
menyangkut beberapa bidang, antara lain psikologi, budaya dan komunikasi.
17
4. Tipografi Pemilihan atau penciptaan jenis huruf perusahaan tidak berdasarkan
selera / kesukaan semata. Masing-masing jenis huruf, seperti identitas lainnya,
membawa sifat / kepribadiannya sendiri-sendiri.
5. Elemen Gambar Yang termasuk elemen gambar disini adalah foto, artworks, in-
fografis dan lain-lain yang memperkuat kesan terhadap kepribadian brand.
6. Penerapan Identitas Penerapan identitas pada berbagai media didasarkan pada
berbagai faktor, antara lain: (contoh sebuah perusahaan) besar kecilnya perus-
ahaan, besar kecilnya budget, sektor industri dan bidang usaha, brand architec-
ture, dan lain-lain.
2.10 Tahapan Membuat Logo
Rustan (2017) menjelaskan bahwa, tahapan-tahapan yang merupakan pola
umum dalam membuat sebuah logo, yaitu:
1. Riset dan Analisa
Yang pertama kali dilakukan adalah mencari fakta-fakta tentang entitas, ter-
masuk pesaingnya. Kemudian menanyakan alasan dan tujuan pembuatan logo. Lalu
mengadakan wawancara khusus untuk mendapatkan personality dari brand tersebut.
Dikumpulkan dalam bentuk keywords / kata-kata kunci. Keseluruhan hasil riset dan
analisa ini dirangkum dalam creative brief yang akan digunakan untuk tahap beri-
kutnya.
18
2. Thumbnails
Berdasarkan creative brief, kita membuat thumbnails yang merupakan visual
brainstorming atau cara pengembangan ide lewat visual, berupa sketsa-sketsa kasar
pensil atau bolpen yang dilakukan secara manual.
3. Komputer
Tahap berikutnya baru kita gunakan komputer. Beberapa thumbnails yang
berpotensi dipilih, lalu dipindahkan ke komputer. Entah dengan men-scan-nya lalu
diedit, atau digambar ulang menggunakan drawing software. Disarankan
menggunakan software yang berbasis vector seperti Adobe Illustrator atau Corel-
Draw.
4. Review
Setelah terkumpul alternatif desain yang sudah diedit dan dirapikan, tahap se-
lanjutnya adalah mengajukannya ke klien untuk dipilih. Di tahap ini keikutsertaan
klien harus intens, bahkan dari sejak tahap awal klien harus terus aktif menyediakan
data yang diperlukan.
5. Pendaftaran Merek
Logo yang sudah selesai kemudian didaftarkan ke Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual (Dirjen HAKI), Departemen Hukum dan HAM untuk
mendapat perlindungan hak dari penggunaan secara tidak sah oleh pihak lain. Proses
registrasi ini sebaiknya dimulai dari sejak saat pengajuan nama merek.
19
6. Sistem Identitas
Di dalam tahap ini desainer menentukan atribut lainnya seperti logo turunan,
sistem warna, sistem tipografi, sistem penerapan logo pada berbagai media, dan lain-
lain. Semua itu dirangkum dalam pedoman sistem identitas.
7. Produksi
Berdasarkan pedoman sistem identitas, berbagai media internal dan eksternal
mulai diproduksi dengan menggunakan identitas yang sudah didaftarkan /
dipatenkan.
2.11 Brand ( Merek )
Menurut Undang – undang Merek no 15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1 dalam
Fandy (2015) yaitu “merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf hu-
ruf, angka angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur unsuru tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau
jasa”
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli tentang merek, dapat disimpulkan
bahwa merek merupakan suatu bentuk identitas dari suatu produk yang ditawarkan
ke pelanggan yang dapat membedakan produk perusahaan dari produk pesaing yang
terbentuk suatu nama, kata, tanda, symbol atau disain, atau kombinasi dari semua hal
tersebut
Brand Image (citra merek) menurut Kotler dan Keller (2016) adalah persepsi
konsumen tentang suatu merek sebagai refleksi dari asosiasi yang ada pada pikiran
20
konsumen. Citra merek merupakan asosiasi yang muncul dalam benak konsumen
ketika mengingat suatu merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat
muncul dalam bentuk pemikiran dan citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu
merek. Citra merek tersusun dari asosiasi merek, bahwa asosiasi merek adalah apasa-
ja yang terkait dengan memori terhadap merek. Asosiasi merek memiliki tingkat
kekuatan tertentu dan akan semakin kuat seiring dengan bertambahnya pengalaman
konsumsi atau penggalian informasi dan akan bertambah kuat jika didukung oleh
jaringan lainnya. Sehingga citra merek ini penting bagi konsumen untuk menjatuh-
kan pilihannya dalam membeli sebuah produk.
2.12 Brand Awearness ( Kesadran Merek )
Menurut Ambadar dalam Melynda, Srikandi dan Edy (2014) “ brand awear-
ness (kesadaran merek) adalah ukuran kekuatan eksistensi suatu merek di benak
konsumen mencakup brand recognition (merek yang pernah diketahui konsumen),
brand recall (merek apa saja yang pernah diingat oleh pelanggan untuk kategori ter-
tentu), top of mind (merek pertama apa yang disebut pelanggan untuk satu produk
tertentu) dan dominant brand (satu-satunya merek yang diingat pelanggan)”.
Sedangkan menurut Durianto dkk. dalam Abdul dan Ubaidillah (2015)
“brand awearness (kesadaran merek) adalah kesanggupan seseorang calon pembeli
untuk mengenali atau mengingat kembali suatu merek yang merupakan bagian dari
suatu produk tertentu”.