bab ii landasan teori 2.1.sertifikasi...

Download BAB II LANDASAN TEORI 2.1.SERTIFIKASI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4913/3/T1_162009034_BAB II… · Akademik dan Kompetensi Guru(2) permendiknas No.12/2007 tentang Standar

If you can't read please download the document

Upload: lydien

Post on 07-Feb-2018

236 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    Pada bab ini akan diuraikan tentang landasan teori yang sesuai dengan masalah yang

    terkait dengan penelitian tentang dampak sertifikasi dalam peningkatan mutu pembelajaran di

    SMK Diponegoro Salatiga. Landasan teori akan menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang akan

    diuraikan dalam penjelasan dibawah ini :

    2.1.SERTIFIKASI

    2.1.1.Pengertian Sertifikasi

    Proses sertifikasi dipandang sebagai bagian yang esensial dalam upaya

    memperoleh sertifikat pendidik. Pelaksanaan sertifikasi mencakupi adanya uji

    kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.Uji kompetensi yang dilakukan

    dalam sertifikasi bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai keprofesionalan guru

    yang diukur dari ketercapaian standar kompetensi guru.

    Menurut Mulyasa (2007:34) Sertifikasi merupakan proses uji kompetensi bagi

    calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau meningkatkan

    kompetensi sesuai yang dipilihnya.

    Mulyasa (2007:33) Pengertian sertifikasi dalam Undang Undang Republik

    Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, mengemukakan bahwa

    Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikat

    pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen

    sebagai tenaga professional.

    Sedangkan Kunandar (2009:79) mengemukakan sertisikasi guru sebagai upayah

    peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan mutu pembelajaran dan mutu

    pendidikan Indonesia secara berkelanjutan.

    Berdasarkan pengertian yang telah diungkapkan tersebut maka yang dimaksud

    dengan sertifikasi dalam penelitian ini adalah suatu proses pemberian pengakuan bahwa

    seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada

    satuan pendidikan tertentu,setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh

    lembaga sertifikasi yang dibuktikan dengan sertifikasi pendidik.

    2.1.2.Dasar Hukum,Tujuan dan Manfaat Sertifikasi guru

  • Dasar hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan sertifikasi guru menurut

    Dr.Marselus R.Payong,M.Pd (2011:84-85) dapat ditelusuri dari amanat Undang-Undang

    RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 42 ayat 1 yang

    berbunyi bahwa pendidikan guru harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi

    sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar,sehat jasmani dan rohani,serta memiliki

    kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

    Amanat ini kemudian dipertegas melalui Undang-Undang No.14 Tahun 2005

    tetang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan pada tanggal 30 Desember 2005. Pasal

    yang menyatakannya yaitu tercantum dalam pasal 8 yang berbunyi guru wajib memiliki

    kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta

    memiliki kemampuan untukmewujudkan tujuan pendidikan nasional selanjutnya Mentri

    Pendidikan Nasional meminta Fatwa kepada Mentri Hukum dan Ham dan dikeluarkanlah

    Fatwa No.IUM.01.02-253 tanggal 23 Maret 2007 tentang Fatwa hukum berdasarkan

    Fatwa hukum menteri Pendidikan Nasional menetapkan Peraturan mentri Pendidikan

    Nasional No.18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam jabatan, Pasal 2 ayat 1 dan 2

    berbunyiSertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk

    memperoleh serifikat pendidik dan pasal 2 ayat 4 dan 5 berbunyi bagi guru dalam jabatan

    yang lulus penilaian Portofolio maka langsung mendapatka sertifikasi pendidik,sementara

    guru yang belum lulus Portopolio diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi

    guru (PLPG) yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi penyelenggaraan sertifikasi guru.

    Tujuan sertifikasi guru menurut Dr.Marselus R.Payong M.Pd. (2011:76-77)

    adalah sebagai berikut:

    1.Sertifikasi dilakukan untuk menentukan kelayakkan guru dalam melaksanakan

    tugas sebagai agen pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan

    Pendidikan Nasional

    2.Sertifikasi juga dilakukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil

    pendidikan.

    3. Sertifikasi untuk meningkatkan martabat guru.

    4.Sertifikasi untuk meningkatkan profesionalisme guru.

    Tujuan sertifikasi yang telah diungkapkan pada dasarnya sertifikasi bertujuan

    untuk meningkatkan atau menstimuluskan agar kompetensi guru meningkat atau

  • mencapai standar yang telah ditetapkan sehingga dengan meningkatnya kompetensi guru

    maka akan berdampak terhadap kualitas pendidikan.

    Berkenaan dengan manfaat sertifikasi guru menurut Dr.Marselus R.Payong M.Pd.

    (2011:77) dalam Undang-Undang No.14 sebagai berikut:

    1.Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten yang dapat merusak

    citra guru.

    2.Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak

    profesional.

    3.Meningkatkan kesejahteraan guru.

    Selanjunya manfaat sertifikasi menurut Mulyasa (2007:35-36) mengungkapkan

    bahwa sertifikasi memiliki dua manfaat secara umum 1.Pengawasan Mutu

    a.Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan seperangkat

    kompetensi yang bersifat unik

    b.Untuk setiap jenis profesi dpat mengarahkan para praktisi untuk mengembangkan

    tingkat kompetensinya secara berkelanjutan.

    c.Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pad waktu awal

    masuk organisasi profesi maupun pengembangan karir selanjutnya.

    d.Proses seleksi yang baik program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha belajar

    secara memadai untuk mencapai peningkatan profesionalisme.

    2.Penjamin Mutu

    a.Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja praktisi

    akan menimbulkan presepsi masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap

    organisasi profesi beserta anggotanya.

    b.Sertifikasi jaminan informasi yang berharga bagi para pelanggan atau pengguna yang

    ingin memperkerjakan orang dalam bidang keahlian dan ketrampilan tertentu.

    2.2. Pelaksanaan Sertifikasi

    Berdasarkan pelaksanaanya sertifikasi menurut Dr.Marselus R.Payong M.Pd. (2011:95-

    101) dilaksanakan melalui Portofolio dan Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG).

    Adapun penjelasan kedua cara tersebut ialah sebagai berikut:

    a.Sertifikasi Melalui Penilaian Portofolio

  • Para guru dalam jabatan yang akan mengikuti sertifikasi diharuskan

    mengumpulkan dokumen-dokumen Portofolio yang mencakup

    pencapaian,prestasi,pengalaman kerja atau pendidikan dan pelatihan yang telah diikuti

    sebelumnya. Portofolio adalah dokumen atau bukti-bukti fisik yang memperlihatkan

    prestasi dan kemampuan serta pengalaman yang dimiliki guru dalam menjalankan tugas

    profesinya sebagai guru. Terdapat sepuluh komponen yang dinilai dalam rangka uji

    kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik melalui jalur portofolio yakni

    meliputi:(1) Kualifikasi akademik (2)Pendidikan dan pelatihan (3)Pengalaman Mengajar

    (4)Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (5)Penilaian dari atas dan pengawasan

    (6)Prestasi akademik (7)Karya pengembangan profesi (8) Keikutsertaan dalam forum

    ilmiah (9) Pengalaman organisasi dengan bidang pendidikan dan (10) Penghargaan yang

    relevan dengan bidang pendidikan.

    b.Sertifikasi Melalui Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG)

    Penyelenggaraan PLPG adalah LPTK penyelenggaraan sertifikasi guru dalam

    jabatan yang telah ditetapkan pemerintah. PLPG dilaksanakan selama sekurang-

    kurangnya 9 hari dengan bobot jam pertemuan (JP) 90 jam dengan alokasi 30 jam teori

    dan 60 jam praktik (satu jam setara dengan 50 menit). Sertifikasi melalui jalur pendidikan

    diorientasikan bagi guru yunior. Struktur kurikulum dibuat berdasarkan standar-standar

    kompetensi yang telah ditetapkan Ditjen Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan

    Nasional (2010:13-26) yaitu (1)Permendiknas No.16/2007 tentang Standr Kualifikasi

    Akademik dan Kompetensi Guru(2) permendiknas No.12/2007 tentang Standar

    Pengawasan Sekolah/Madrasah dan (3)Permendiknas No.27/2008 tentang Standar

    Kualifikasi Akademik dan Kompetensi konselor. Program sertifikasi guru melalui jalur

    PLPG dilaksanakan sekurang-kurangnya dua semester dan diakhiri dengan asesmen.

    Hasil assesmen digunakan untuk menentukan kelayakkan peserta mengikuti ujian

    kompetensi yang diselenggarakan oleh LPTK penyelenggara . Uji kompetensi terdiri dari

    uji tertulis dan uji kinerja.

    2.3.Standar Kompetensi

    Kompetensi yang yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru

    sebenarnya menurut Prof.Dr.Slameto (2013:3) menjelaskan tentang kompetensi diartikan

  • spesifikasi dari pengetahuan,ketrampilan dan sikap yang dimiliki seseorang serta

    penerapannya didalam pekerjaan, sesuai standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan.

    Guru yang berkompeten dapat menghasilkan lulusan yang berkompetan pula.

    Kompetensi dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 (2007:4) Tentang Guru dan

    Dosen ialah Seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki,

    dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya.

    Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2006:146) kompetensi ialah penampilan atau

    unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan (rasional) dalam upaya mencapai tujuan.

    Berdasarkan pengertian yang telah diungkapkan tersebut maka yang dimaksud

    dengan kompetensi dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas

    atau kerja dalam upaya mencapai suatu tujuan.

    Guru professional harus memahami standar kompetensi guru yang menjadi dasar

    pelaksanaan kompetensi dalam pembelajaran dan sertifikasi guru.Kompetensi merupakan

    komponen utama dari standar profesi disamping kode etik sebagai regulasi perilaku

    profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu.

    Kompetensi guru dapat di pahami dari penjelasan Mulyasa (2007:26) kompetensi

    guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial,

    dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang

    mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik pembelajaran yang

    mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.

    Kompetensi dasar harus memiliki standar standar kompetensi supaya pendidik

    semakin berkompeten. Prof.Dr.Slameto.M.Pd.(2013:3) menjelaskan standar kompetensi

    adalah suatu pernyataan tentang criteria yang dipersyaratkan,ditetapkan dan disepakati

    bersama dalam bentuk penguasaan,pengetahuan,ketrampilan dan sikap bagi seorang

    pendidik sehingga layak disebut kompeten.

    Pendidik semakin berkompeten maka secara tidak langsung akan mengakibatkan

    meningkatnya kualitas dalam pembelajaran dan akhirnya dapat meningkatkan mutu

    pembelajaran. Menurut Prof.Dr.Slameto,M.Pd (2013:3) tujuan standar kompetensi

    jaminan dikuasainya tingkat kompetensi minimal oleh guru sehingga yang bersangkutan

    dapat melakukan tugasnya secara profesional,dapat dibina secara efektif dan efisien serta

  • dapat melayani pihak yang berkepetingan terhadap proses pembelajaran dengan sebaik-

    baiknya sesuai bidang tugasnya.

    Standar kompetensi guru dimanfaatkan sebagai acuan pelaksanaan uji

    kompetensi, penyelenggaraan diklat dan pembinaan selain itu juga sebagai acuan bagi

    pihak yang berkepentingan untuk melakukan evaluasi, pengembangan bahan ajar bagi

    pendidik.

    2.4.1.Kompetensi Pedagogik

    Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan

    pembelajaran peserta didik. Menurut Mulyasa (2007:28) guru dikatakan telah

    menguasai kompetensi pedagogik jika guru menguasai (1)Kemampuan mengelola

    pembelajaran (2)Pemahaman terhadap peserta didik (3)Pengembangan kurikulum atau

    silabus (4)Perancangan pembelajaran (5)Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik

    dan dialogis (6)Pemanfaatan teknologi pembelajaran (7)Evaluasi pembelajaran (EHB)

    (8)Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

    dimilikinya.

    Penjabaran lebih lanjut tentang indikator- indikator standar kompetensi

    Pedagogik guru sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang No.14 tahun

    2005, tentang guru dan dosen diatur melalui peraturan Menteri Pendidikan Nasional

    (Permendiknas) No.16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru

    kemudian dikutip oleh Dr.Marselus R.Payong,M.Pd.(2011:28-43) terdapat 12

    indikator kompetensi pedagogik yaitu:

    1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,

    kultural, emosional dan intelektual

    2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.Tugas

    guru Menguasai teori belajar dan bagaimana teori tersebut diaplikasikan dalam

    pembelajaran .

    Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd.(2011:32-33) terdapat tiga teori

    belajar yang berpengaruh sampai sekarang yaitu teori behaviour, teori

    kongnitivisme dan teori humanistik-konstruktivis.

  • Teori pembelajaran behaviour adalah teori awal dalam pembelajaran yang

    menekankan pentingnya stimulus-stimulus dari luar untuk mempengaruhi siswa bisa

    belajar sehingga peserta didik adalah subyek pasif selanjutnya teori kongnitif

    merupakan proses pengelolahan informasi yang tidak dapat diamatiterjadi ketika

    mendapatkan informasi melalui panca indranya dan yang terakhir teori

    kongnitivisme menempatkan peserta didik menjadi subyek yang aktif.

    Menurut T.Raka Joni dalam yang dikutip Dr.Marselus R.Payong,M.Pd.

    (2011:33) menjelaskan pembelajaran yang mendidik adalah pembelajaran yang tidak

    hanya berupa penerusan informasi melainkan pembelajaran yang lebih banyak

    memberikan peluang bagi peserta didik untuk membentuk kecerdasan, pemerolehan

    pengetahuan dan ketrampilan.

    3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.Guru

    diberi peluang untuk mengembangkan silabus dan RPP secara mandiri baik

    individual maupun wadah Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru

    Mata Pelajaran ( MGMP) untuk menunjang proses pembelajaran yang optimal .

    4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.Pembelajaran yang mendidik

    adalah pembelajaran yang memotivasi peserta didik untuk belajar, tidak hanya

    belajar mentransfer pengetahuan dan ketrampilan karena itu kemasan pembelajaran

    yang dibuat guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip motivasional yang baik

    sehingga dapat mempengaruhi kemampuan belajar peserta didik.

    Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd.(2011:34) yang menjelaskan bahwa

    Salah satu pendekatan pembelajaran yang mendukung karakter pembelajaran yang

    mendidik adalah pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

    Menyenangkan).

    5.Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

    pembelajaran.

    Menurut Mulyasa (2007:106) pemanfaatan teknologi pembelajaran

    penggunaan Teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran (e-learning) dimaksud

    untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran.

    6.Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan

    berbagai potensi yang dimiliki artinya guru harus bisa memanfaatkan teknologi

  • informasi dan komunikasi untuk memudahkan pembelajaran atau mengemas

    pesan-pesan pembelajaran secara menarik sehingga dapat menggugah minat dan

    motivasi belajar peserta didik.

    7. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik artinya

    kegiatan pembelajaran adalah suatu bentuk komunikasi guru harus bisa

    berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik supaya pesan-pesan

    pembelajaran dapat dipahami diamalkan lalu guru harus berkomunikasi secara

    empatik maksudnya guru mampu memahami kebutuhan peserta didik sehingga

    dapat menyesuaikan pelayannya secara tepat.

    Menurut Thomas Gordon yang dikutip Dr.Marselus R.Payong,M.Pd. (2011:39)

    hubungan guru dan peserta didik yang baik ditandai dengan beberapa ciri berikut:

    (1)Adanya keterbukaan dan tranparan sehingga memungkinkan keterusterangan dan

    kejujuran satu sama lain (2)Adanya saling perhatian (3)Adanya saling

    ketergantungan satu sama lain (4)Adanya keterpisahan antara guru dan peserta didik

    untuk mengembangkan kreativitas dan individualitas masing-masing (5)Adanya

    pemenuhan kebutuhan bersama.

    8.Menyelenggarakan penilaian dan evakuasi proses dan hasil belajar. Dan

    memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.Guru

    harus bisa mengembangkan alat penilaian yang tepat dan sahih untuk dapat

    mengukur kemajuan belajar dan hasil belajar peserta didik.penilaian hasil dimaksud

    untuk mengukur tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran pada akhir dari satu unit

    pembelajaran tertentu.

    Dr.Marselus R.Payong,M.Pd. (2011:41) Hasil-hasil penilaian dimanfaatkan untuk

    melakukan perbaikkan,mendiagnosis kelemahan-kelemahan atau kesulitan yang

    dialami peserta didik atau menjadi bahan refleksi bagi guru atau sekolah untuk

    meningkatkan kinerja pelayanannya.

    Untuk melakukan penilaian yang baik guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip

    berikut:

    (1)Penilaian hendaknya dilakukan secara objektif yakni menilai apa yang seharusnya

    dinilai serta terfokus pada kompetensi atau tujuan-tujuan pembelajaran yang telah

    ditetapkan.

  • (2)Penilaian hendaknya dilakukan secara menyeluruh dan komprehensif yakni

    mencakup semua aspek kemampuan atau kompetensi peserta didik

    (kongnitif,afektif dan perilaku).

    (3)Penilaian hendaknya menggunakan alat-alat ukur yang tepat dengan

    mempertimbangkan validitas dan rentabilitasnya

    (4)Penilaian hendaknnya bersifat mendidik artinya menjadi alat motivasi bagi peserta

    didik untuk belajar.

    (5)Penilaian hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dan memperhatikan

    perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu

    5. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.Tindakkan

    reflektif untuk melihat kembali efektivitas penggunaan metode yang sudah

    diterapkannya sehingga mengetahui kekurangan dan kelebihannya.

    Dr.Marselus R.Payong,M.Pd. (2011:42-43) menjelaskan melakukan tindakan

    reflektif guru mencatat secara teratur pengalaman- pengalaman pembelajarannya

    seusainya pembelajaran secara terus menerus sehingga guru dapat memperoleh

    pemahaman yang luas, meningkatkan tanggung jawab dan menemukan kekurangan

    dan kelebihannya.

    Guru melalui kompetensi pedagogik diharapkan dapat membimbing dan

    mengarahkan pembelajaran secara efektif sehingga meningkatkan mutu pembelajaran.

    2.4.2.Kompetensi Kepribadian

    Kompetensi kepribadian guru adalah panutan dan contoh bagi siswa-siswanya,

    secara tidak langsung siswa akan mengikuti apa yang dilakukan oleh guru, maka

    berkepribadian baik adalah wajib bagi seorang guru.

    Menurut Mulyasa (2007:117) berdasarkan Standar Nasional Pendidikan,

    penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan

    kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,

    arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

    Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan

    perkembangan pribadi peserta didik.

    Pribadi guru juga berperan dalam keberhasilan pendidikan, khususnya dalam

    pembelajaran dan pribadi guru berperan membentuk kepribadian peserta didik karena

  • manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh termasuk mencontoh pribadi

    gurunya dalam membentuk pribadinya maka dari itu kompetensi kepribadian sangat

    dibutuhkan peserta didik.

    Penjabaran lebih lanjut tentang indikator- indikator standar kompetensi

    Kepribadian guru sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang No.14 tahun

    2005, tentang guru dan dosen diatur melalui peraturan Menteri Pendidikan Nasional

    (Permendiknas) No.16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru

    kemudian dikutip oleh Dr.Marselus R.Payong,M.Pd.(2011:51-61) terdapat 5

    indikator Kompetensi Kepribadian yaitu:

    1.Bertindak sesuai norma Agama,Hukum,Sosial dan Kebudayaan Nasional

    Indonesia.

    2.Pribadi yang jujur,Berakhlak Mulia dan teladan bagi peserta dan masyarakat.

    3.Pribadi yang mantap,Stabil,Dewasa,Arif dan Berwibawa.

    4.Menunjukan Etos kerja,Tanggung jawab,Rasa bangga menjadi gur dan rasa

    percaya diri

    5.Menjunjung Tinggi Kode etik guru

    Menurut Hermawan dalam buku Dr.Marselus R.Payong,M.Pd.(2011:59-60)

    menjelaskan bahwa, kode etik profesi apa saja pada umumnya memiliki beberapa

    tujuan yaitu (1) Untuk menjunjung tinggi martabat profesi (2)Untuk menjaga dan

    memelihara kesejahteraan para anggotanya (3)Untuk meningkatkan pengabdian

    para anggota profesinya (4)Untuk meningkatkan Mutu profesinya (5)Untuk

    meningkatkan mutu organisasi profesi.

    Guru profesional terikat dengan kode etik profesionalnya karena sudah

    menjadi kewajiban bagi guru untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan kode

    etik profesional itu secara konsisten

    Menurut Mulyasa (2007:119) kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan

    fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak guna menyiapkan

    dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) serta mansejahterakan

    masyarakat,kemajuan negara dan bangsa pada umumnya.

    Berkaitan dengan hal tersebut, guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang

    memadai,bahkan kompetensi ini akan melandasi atau Kompetensi kepribadian

  • akan menjadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya maka dari itu guru

    dituntut untuk memiliki kompetensi ini. Guru harus memiliki kompetensi

    kepribadian yang baik untuk memperkuat tiga kompetensi dasar lain yang harus

    dikuasai oleh guru.

    2.4.3. Kompetensi Sosial

    Menurut Mulyasa (2007:173) Berdasarkan standar nasional pendidikan,

    penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan

    kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk

    berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

    tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

    Sekolah merupakan kesatuan yang terdiri dari pengajar, pengurus sekolah dan

    siswa. Sekolah tidak dapat berjalan jika tidak ada peserta didik, demikian juga

    peserta didik tidak dapat belajar tanpa adanya guru, hal ini menjelaskan begitu

    pentingnya interaksi sosial antara guru dan murid.

    Penjabaran lebih lanjut tentang indikator- indikator standar kompetensi Sosial

    guru sebagaimana yang diterapkan oleh Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang

    guru dan dosen diatur melalui peraturan Menteri Pendidikan

    Nasional(Permendiknas) No.16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan

    kompetensi guru kemudian dikutip oleh Dr.Marselus R.Payong,M.Pd. (2011:61-65)

    terdapat 4 indikator kompetensi sosial yaitu:

    1.Guru harus memiliki standar kualitas terdapat tujuh kompetensi sosial agar dapat

    berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik disekolah maupun dimasyarakat .

    2. Berkomunikasi secara efektif,empatik dan santun.

    Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd (2011:63-64) menjelaskan pengetahuan

    multikulturalisme bagi guru sangatlah penting karena menjadi dasar bagi guru

    untuk memupuk kemampuan komunikasinya dengan oranglain yang berasal dari

    latar belakang yang berbeda-beda sehingga mutu pembelajaran tercapai dengan

    baik.

    Komunikasi secara efektif komunikasi yang menarik, membangkitkan minat dan

    dapat dipahami orang lain sedangkan komunikasi secara empatik

  • merupakankomunikasi yang memungkinkan komunitor dapat merasakan apa yang

    dirasakan oleh penerima pesan,berempati merupakan merasakan apa yang

    dirasakan seseorang dan kesesuaian dengan adat istiadat atau komunikasi secara

    santun

    3.Beradaptasi ditempat tugas diseluruh Wilayah RI

    4.Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain

    Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd.(2011:66) menjelaskan komunikasi

    dengan sejawat seprofesi maupun profesi lain,juga dapat dilakukan melalui

    penyajian hasil penelitian atau pemikiran dalam forum-forum ilmiah sebagai

    upayah untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

    Berkaitan dengan hal tersebut, guru dituntut untuk memiliki kompetensi

    yang memadai,bahkan kompetensi ini akan melandasi guru untuk berkomunikasi

    dan bergaul dimasyarakat.

    2.4.4. Kompetensi Professional

    Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas

    dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di

    sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya,serta penguasaan terhadap

    struktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki

    indikator esensial sebagai berikut:

    1) Menguasai substansi keilmuan memiliki indikator esensial: memahami materi

    ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan

    metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami

    hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan keilmuan

    dalam kehidupan sehari-hari.

    2) Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator

    esensial: menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk

    memperdalam pengetahuan / materi bidang studi.

    Menurut Mulyasa1(2007:35) berdasarkan Standar Nasional Pendidikan,

    penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan

    kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran

  • secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik

    memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional

    pendidikan.

    Kompetensi professional menurut Mulyasa (2007:136) secara umum dapat

    diidentifikasikan dan disarikan sebagai berikut:

    a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,

    psikologis, sosiologis, dan sebagainya.

    b) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan

    peserta didik.

    c) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung

    jawabnya.

    d) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi

    e) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber

    belajar yang relevan.

    f) Mampu mengoorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran

    g) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik

    h) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

    Penjabaran lebih lanjut tentang indikator- indikator standar kompetensi

    Profesional guru sebagaimana yang diterapkan oleh Undang-Undang No.14 tahun

    2005 tentang guru dan dosen diatur melalui peraturan Menteri Pendidikan

    Nasional(Permendiknas) No.16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan

    kompetensi guru kemudian dikutip oleh Dr.Marselus R.Payong,M.Pd.(2011:43-50)

    terdapat 12 indikator kompetensi profesional yaitu:

    1.Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata

    pelajaran yang diampu.Penguasaan terhadap materi menjadi salah satu prasyarat

    melaksanakan pembelajaran secara efektif .

    Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd. (2011:44) menjelaskan kesalahan

    atau ketidakmampuan menguasai konsep-konsep dalam mata pelajaran dapat

    berakibat fatal bagi para peserta didik,terlebih apabila konsep-konsep yang salah

    diajarkan kepada para peserta didik.

  • 2.Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang

    diampu.Penguasaan terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi

    prasyarat bagi guru untuk mengembangkan kurikulum ditingkat satuan

    pendidiknya.Melalui penguasaan tersebut guru dapat menjabarkan,menganalisis

    dan mengembangkan indikator-indikator pencapaian disesuaikan dengan situasi

    dan kondisi sekolah serta kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang

    dilayani.Kemampuan ini dapat dilihat pada bagaimana guru dapat

    mengembangkan rencana pembelajarannya (Silabus dan RPP).

    3.Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.Dalam

    pengembangan materi pembelajaran ,guru dapat menggunakan model-model

    pengembangan sebagaimana yang telah dikuasai dalam teori-teori pembelajaran.

    Menurut Mulyasa (2007:139-140) dalam mengembangkan materi,guru

    perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:(1)validitas artinya

    ketepatan materi terkait dengan konsep keilmuannya (2)keberartian artinya

    signifikansi dari materi tersebut terhadap kebutuhan peserta didik (3)Relevan

    artinya bahwa materi yang dikembangkan harus sesuai juga dengan kemampuan

    siswa untuk menerimanya. (4) Kemenarikkan artinya hendaknya materi juga

    dapat mendorong siswa untuk mendalami lebih jauh atau menimbulkan rasa

    ingin tahu. (5)Kepuasan artinya materi yang diberikan dapat menimbulkan

    perasaan senang dan puas dalam diri siswa karena kebutuhan atau keinginannya

    terpenuhi.

    4.Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan

    reflektif.

    Menurut Dr.Marselus R.Payong, M.Pd.(2011:48) kegiatan pengembangan

    profesional berkelanjutan dilakukan melalui kegiatan pelatihan dalam jabaran

    yang dilaksanakan sekolah/dalam wadah kelompok guru (KKG atau MGMP),

    penelitian kolaboratif, penelitian tindakkan kelas, mengikuti workshop atau

    pelatihan-pelatihan fungsional lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan mutu

    pembelajaran.

    Berkaitan dengan hal tersebut prinsip utama penguasaan kompetensi ini

    adalah agar materi pembelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik menjadi

  • bermakna bagi mereka sehingga tidak hanya diketahui tetapi dapat dihayati dan

    diamalkan oleh peserta didik.

    Menurut David Hustler dkk., yang dikutip Dr.Marselus R.Payong,

    M.Pd.(2011:47) menunjukkan bahwa (1)Pengembangan Profesional dilihat dari

    sebagai hal yang penting dan bermanfaat bagi sebagian besar guru karena sebagai

    alat untuk memperbaharui pengetahuan dan ketrampilan mereka demi siswa yang

    dilayani (2)Kegiatan pengembangan profesional berkelanjutan dapat memberikan

    manfaat yang lebih baik,jika dilaksanakan secara terstuktur dan terfokus serta

    kaitannya langsung dengan rencana pengembangan sekolah dan disajikan (3)

    Pengembangan profesional juga dapat dilihat sebagai faktor yang membatasi

    peluang-peluang guru untuk berkembang (4) Dukungan bagi guru dalam kegiatan

    pengemabangan profesional berkelanjutan dirasakan penting khususnya dalam hal

    dukungan pendanaan dan fasilitas yang dibutuhkan.

    Selanjutnya menurut Bolam yang dikuti Sugue kemudian dikutip oleh

    Dr.Marselus R.Payong,M.Pd. (2011:48) menjelaskan tujuan akhir dari

    pengembangan profesional berkelanjutan adalah disisi untuk meningkatkan

    kinerja belajar siswa dan disisi lain untuk meningkatkan mutu pelayanan sekolah

    secara menyeluruh.

    Berkaitan dengan hal tersebut guru dituntut untuk melakukan melakukan

    pengembangan tindakkan refleksi supaya tercapai tujuan meningkatkan mutu.

    5.Memanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

    Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd. (2011:48) pemanfaatan teknologi

    informasi bagi guru diperuntukkan bagi pengembangan diri atau berkomunikasi

    dengan kolega atau sejawat.

    Berkaitan hal tersebut membuat guru dapat mengembangkan dirinya melalui internet dan

    memudahkan untuk bertukar pikiran dengan kolega sehingga pemanfaatan teknologi dan informasi

    sehingga tercapai tujuan pembelajaran dengan baik.

    Standar kompetensi guru yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri

    Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 yang dikutip Dr.Marselus

    R.Payong,M.Pd. (2011:43-65) tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi

    Guru.

  • Tabel 2.1. Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs,

    SMA/MA dan SMK/MAK

    No. Kompetensi Kompetensi Inti Guru 1. Kompetensi

    Pedagogik 1.Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,

    moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual

    2.Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

    3.Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

    4.Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 5.Memanfaatkan teknilogi informasi dan komunikasi

    untuk kepentingan pembelajaran. 6.Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik

    untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

    7.Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik.

    8.Menyelenggarakan penilaian dan evakuasi proses dan hasil belajar.

    9.Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

    10.Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

    2. Kompetensi Kepribadian

    1.Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia.

    2.Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

    3.Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.

    4.Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri.

    5.Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

  • 3. Kompetensi Sosial

    1.Bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi.

    2.Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.

    3.Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

    4.Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

    4. Kompetensi Profesional

    1.Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

    2.Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

    3.Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif

    4.Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

    5.Memanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

    Dua puluh empat kompetensi inti guru ini merupakan penjabaran dari standar kompetensi

    guru. Penjabaran ini juga dipergunakan untuk mengarahkan guru dalam mengartikan standar

    kompetensi guru yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri.

    2.4.Mutu pembelajaran

    2.4.1.Konsep Mutu

    Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang

    menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan oleh

    pelanggan Mutu atau kualitas menitikberatkan fokusnya pada kepuasan pelanggan

    (konsumen). Barang atau jasa yang dihasilkan diupayakan agar sesuai dengan

    keinginan pelanggan.

    Engkoswara (2010:304) mengemukakan bahwa mutu bukanlah konsep yang

    mudah untuk didefinisikan apalagi untuk mutu jasa yang dapat dipersepsi secara

    beragam. Mutu dapat didefinisikan beragam berdasarkan kriterianya sendiri seperti:

  • 1) Melebihi dari yang dibayangkan dan diingnkan

    2) Kesesuaian antara keinginan dan keyataan

    3) Sangat cocok dengan pemakaian

    4) Selalu ada perbaikan dna penyempurnaan

    5) Dari awal tidak ada kesalahan

    6) Membahagiaan pelanggan

    7) Tidak ada cacat atau rusak

    Menurut Edward Deming yang dikutip Engkoswara (2010:306) menjelaskan

    meskipun mutu mencakup kesesuaian atribut produk dengan tuntutan konsumen,

    namun mutu harus lebih dari itu terdapat empatbelas poin penting yang dapat

    membawa/membantu manager mencapai perbaikan dalam kualitas yaitu :

    1) Menciptakan kepastian tujuan perbaikan produk dan jasa

    2) Mengadopsi filosofi baru dimana cacat tidak bisa diterima

    3) Berhenti tergantung pada inspeksi missal

    4) Berhenti melaksanakan bisnis atas dasar harga saja

    5) Tetap dan continue memperbaiki system produksi dan jasa

    6) Melembagakan metode pelatihan kerja modern

    7) Melembagakan kepemimpinan

    8) Menghilangkan rintangan antar departemen

    9) Hilangkan ketakutan

    10) Hilangkan/kurangi tujuan-tujuan jumlah pada pekerja

    11) Hilangkan managemen berdasarkan sasaran

    12) Hilangkan rintangan yang merendahkan pekerja jam-jaman

    13) Melembagakan program pendidikan dan pelatihan yang cermat

    14)Menciptakan struktur dalam managemen puncak yang dapat melaksanakan

    transformasi.

    2.4.2.Konsep Pembelajaran

    Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

    aktivitas yang paling utama ,menurut Surya (2003:7) memaparkan bahwa

  • pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh

    suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman

    individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

    Variasi model pembelajaran harus dikuasai oleh guru dan tentu saja disesuaikan

    dengan materi pelajarannya. Surya (2003:7-10) memaparkan prinsip-prinsip

    pembelajaran sebagai berikut:

    1)Pembelajaran sebagai usaha memeperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini

    mengandung makna bahwa ciri utama proses pemeblajaran ialah adanya

    perubahan perilaku dalam diri individu. Perubahan perilaku tersebut mempunyai

    ciri-ciri sebagai berikut:

    a) Perubahan yang disadari.

    b) Perubahan yang bersipat kontinu.

    c) Perubahan ynag bersipat fungsional.

    d) Perubahan yang bersipat positif.

    e) Perubahan yang bersipat aktif.

    f) Perubahan yang bersipat permanen.

    g) Perubahan yang bersipat terarah.

    2)Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secar keseluruhan.

    Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil

    pemeblajaran adlah meliputi semua aspek perilaku dna bukan hanya satu

    atau dua aspek saja. Perubahan ini meliputi aspek-aspek perilaku kogkitif,

    konatif, afektif, dan motorik.

    3)Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini mengandung makna

    bahwa pembelajaran merupakan aktivitas yang berkesinambungan. Di dlam

    aktivitas itu ada tahapan-tahapan aktivitas ynag sistematis dan terarah.

    Pembelajaran merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dinamis dna saling

    berkaitan. Pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari interaksi dengan

    lingungan, jadi selama proses pemeblajaran itu berlangsung , individu akan

    senantiasa berada dalm berbagai aktivitas yang tida terlepas drai

    lngkungannya.

  • 4) Proses pembelajaran terjadi karena danya sesuatu tujuan yang kan dicapai.

    Prinsip ini menandung makna bahwa aktivitas pembelajaran terjadi karena

    adanya kebutuhan yang harus dipuaskan, dan adanya tujuan yang hendak

    dicapai. Pembelajarna kan terjadi apabila individu merasakan adanya

    kebutuhan yang mendorong dan ada sesuatu yang peru dicapi untuk

    memenuhi kebutuhanya.

    5) Pembelajaran merupakan bentu pengalaman. Pengalaman pada dasranya

    adalah kehidupa melalu situasi ang nyata. Dengan tujuan tertentu.

    Pembelajran merupakn interaksi individidu dengan lingkungannya sehingga

    banyak memberikan pengalaman yang nyata. Perubaha perilaku dalam

    pembelajaran pada dasarnya merupkan pengalaman.

    Proses interaksi antara pendidik dan peserta didik menjadi sangat penting dalam

    pembelajaran karena tanpa adanya interaksi edukatif poses pembelajaran tidak akan

    efektif. Hal ini karena komunikasi yang dihasilkan hanya satu arah yaitu dari pendidik

    kepada peserta didik. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasonal

    Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

    belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20). Proses

    interaksi siswa dapat dibina dan merupakan bagian dari proses pembelajaran, seperti

    yang dikemukan oleh Corey dalam Syaiful Sagala (2003:61) dikatakan bahwa

    Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja

    dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam

    kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.

    Selanjutnya Syaiful Sagala (2003:63) menyatakan bahwa pembelajaran

    mempunyai dua karakteristik yaitu Pertama,dalam proses pembelajaran melibatkan

    proses berfikir.kedua,dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan

    proses Tanya jawab menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan

    kemampuan berfikir siswa,yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat

    membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

    Berkaitan dengan hal tersebut,proses pembelajaran yang baik dapat dilakukan

    oleh siswa baik didalam maupun diluar kelas dan dengan karakteristik yang dimiliki

  • oleh siswa diharapkan mereka mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-

    temannya secara baik dan bijak.

    Pembelajaran bukan hanya berati transfer informasi tetapi bagaimana membuat

    peserta didik agar bisa belajar secara maksimal. Peran guru tentu saja bukan hanya

    sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pembimbing dan pelayan siswa. Pembelajaran

    merupakan upaya guru untuk membangkitkan yang berarti menyebabkan atau

    mendorong seseorang (siswa) belajar.

    Sedangkan menurut Saud (2010:124) mengemukakan bahwa pembelajaran

    merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya

    proses belajar pada siswa.

    Pembelajaran sebagai suatu proses harus dirancang, dikembangkan dan dikelola

    secara kreatif, dinamis, dengan menerapkan pendekatan multi untuk menciptakan

    suasana dan proses pembelajaran yang kondusif bagi siswa. Dalam hal ini guru

    dituntut untuk kreatif dalam menyususn rencana pembelajaran yang akan

    diaplikasikannya dlam proses pembelajaran.

    2.4.3 Mutu Pembelajaran

    Mutu sekolah ditentukan oleh tiga variabel, yakni kultur sekolah, proses belajar

    mengajar, dan realitas sekolah. Kultur sekolah merupakan nilai-nilai, kebiasaan-

    kebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan berbagai perilaku yang telah lama

    terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, baik

    secara sadar maupun tidak. Kultur ini diyakini mempengaruhi perilaku seluruh

    komponen sekolah, yaitu guru, kepala sekolah, staf administrasi, siswa, dan juga orang

    tua siswa. Kultur yang kondusif bagi peningkatan mutu akan mendorong perilaku

    warga kearah peningkatan mutu sekolah, sebaliknya kultur yang tidak kondusif akan

    menghambat upaya menuju peningkatan mutu sekolah.

    Mutu pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai baik-buruknya

    hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan.

    Sekolah dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan

    peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan sebagai sistem

    selanjutnya tergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses

  • pembelajaran yang berlangsung hingga membuahkan hasil.Mutu pembelajaran

    merupakan hal pokok yang harus dibenahi dalam rangka peningkatan mutu pendidikan

    dalam hal ini guru menjadi titik fokusnya.

    Berkenaan dengan ini Suhadan (2010:67) mengemukakan pembelajaran pada

    dasarnya merupakan kegiatan akademik yang berupa interaksi komunikasi anatara

    pendidik dan peserta didik proses ini merupakan sebuah tindakan professional yang

    bertumpu pada kaidah-kaidah ilmiah. Aktivitas ini merupakan kegiatan guru dalam

    mengaktifkan proses belajar peserta didik dengan menggunakan berbagai metode

    belajar.

    Berkaitan dengan pembelajaran yang bermutu, Pudji Muljono (2006:29)

    menyebutkan bahwa konsep mutu pembelajaran mengandung lima rujukan, yaitu

    (1)Kesesuaian meliputi indikator sebagai berikut: sepadan dengan karakteristik peserta

    didik, serasi dengan aspirasi masyarakat maupun perorangan, cocok dengan kebutuhan

    masyarakat, sesuai dengan kondisi lingkungan, selaras dengan tuntutan zaman, dan

    sesuai dengan teori, prinsip, dan / atau nilai baru dalam pendidikan.(2)Pembelajaran

    yang bermutu juga harus mempunyai daya tarik yang kuat, indikatornya meliputi:

    kesempatan belajar yang tersebar dan karena itu mudah dicapai dan diikuti, isi

    pendidikan yang mudah dicerna karena telah diolah sedemikian rupa, kesempatan yang

    tersedia yang dapat diperoleh siapa saja pada setiap saat diperlukan, pesan yang

    diberikan pada saat dan peristiwa yang tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena

    kinerja lembaga clan lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber baik yang

    dengan sengaja dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta

    dimanfaatkan untuk kepentingan belajar, clan suasana yang akrab hangat dan

    merangsang pembentukan kepribadian peserta didik.(3)Efektivitas pembelajaran sering

    kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan

    dalam mengelola suatu situasi, atau doing the right things. Pengertian ini mengandung

    ciri: bersistem (sistematik), yaitu dilakukan secara teratur, konsisten atau berurutan

    melalui tahap perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan,

    sensitif terhadap kebutuhan akan tugas belajar dan kebutuhan pernbelajar, kejelasan

    akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk mencapainya, bertolak dari

    kemampuan atau kekuatan mereka yang bersangkutan (peserta didik, pendidik,

  • masyarakat dan pemerintah).(4)Efisiensi pembelajaran dapat diartikan sebagai

    kesepadanan antara waktu, biaya, dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang

    diperoleh atau dapat dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Ciri yang

    terkandung meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model mengacu

    pada kepentingan, kebutuhan kondisi peserta didik pengorganisasian kegiatan belajar

    dan pembelajaran yang rapi, misalnya lingkungan atau latar belakang diperhatikan,

    pemanfaatan berbagai sumber daya dengan pembagian tugas seimbang, serta

    pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber belajar sesuai keperluan, pemanfaatan

    sumber belajar bersama, usaha inovatif yang merupakan penghematan, seperti misalnya

    pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran terbuka yang tidak mengharuskan

    pembangunan gedung dan mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap. Inti

    dari efisiensi adalah mengembangkan berbagai faktor internal maupun eksternal

    (sistemik) untuk menyusun alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang

    paling menguntungkan.(5) Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang

    memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak. Produktivitas

    pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan proses pembelajaran (dari menghafal

    dan mengingat ke menganalisis dan mencipta), penambahan masukan dalam proses

    pembelajaran (dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar), peningkatan

    intensitas interaksi peserta didik dengan sumber belajar, atau gabungan ketiganya dalam

    kegiatan belajar-pembelajaran sehingga menghasilkan mutu yang lebih baik,

    keikutsertaan dalam pendidikan yang lebih luas, lulusan lebih banyak, lulusan yang

    lebih dihargai oleh masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah.

    Pembelajaran yang bermutu akan bermuara pada kemampuan guru dalam proses

    pembelajaran. Secara sederhana kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yaitu

    kemampuan merencanakan pembelajaran, Proses pembelajaran, serta evaluasi

    pembelajaran. Mutu pembelajaran adalah ukuran yang menunjukkan seberapa tinggi

    mutu interaksi guru dengan siswa dalam proses pembelajaran dalam rangka

    pencapaian tujuan tertentu. Proses interaksi ini dimungkinkan karena manusia

    merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehiduannya. Kegiatan

    belajar mengajar dilaksanakan dalam suasana tertentu dengan dukungan sarana

    dan prasarana pembelajaran tertentu tertentu pula oleh karena itu, keberhasilan

  • proses pembelajaran sangat tergantung pada: guru, siswa, sarana pembelajaran,

    lingkungan kelas, dan budaya kelas. Semua indikator tersebut harus saling

    mendukung dalam sebuah system kegiatan pembelajaran yang bermutu.

    Dalam proses pembelajaran yang bermutu terlibat berbagai input

    pembelajaran seperti: siswa (kognitif,afektif atau psikomotorik), bahan ajar,

    metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan

    administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan

    suasana yang kondusif. Mutu proses pembelajaran ditentukan dengan metode,

    input, suasana, dan kemampuan melaksan akan manajemen proses pembelaaran

    itu sendiri. Mutu proses pembelajaran akan ditentukan dengan seberapa besar

    mempuan memberdayakan sumberdaya yang ada untuk siswa belajar secara

    produktif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan

    berbagai input tersebut atau mensinergik an semua komponen dalam interaksi

    (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas

    maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik

    dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam

    suasana yang mendukung proses pembelajaran.

    Mengacu pada PP No. 19 tahun 2005, standar proses pembelajaran yang sedang

    dikembangkan, maka lingkup kegiatan untuk terlaksananya proses pembelajaran yang

    efektif dan efisien meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses

    pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

    Pembelajaran yang bermutu dihasilkan oleh guru yang bermutu pula. Kecakapan

    guru dalam mengelola proses pembelajaran menjadi inti persoalannya. Tahapan-

    tahapan dalam proses pembelajaran menurut W.Surakhmad (1986:45-46) sebagai

    berikut:

    1) Menetapkan tujuan pembelajaran yang kan dicapai.

    2) Memilih dan melaksanakan metode yang tepat dan sesuai materi pelajaran

    serta memperhitungkan kewajaran metode tersebut dengan metode-metode

    yang lain.

    3)Memilih dan mempergunakan alat bantu atau media guna membantu

    tercapainya tujuan.

  • GURU

    4)Melakukan penilaian atau evaluasi pembelajaran.

    Pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran yang efektif yang pada intinya

    adalah menyangkut kemampuan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Proses

    pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan sangat menentukan mutu hasil

    pembelajaran yang akan diperoleh siswa.

    Berdasarkan pengertian yang telah diungkapkan tersebut maka yang dimaksud

    dengan mutu pembelajaran dalam penelitian ini adalah baik-buruknya hasil yang dicapai

    oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Adanya sertifikasi

    guru sekolah seharusnya semakin meningkat mutu pembelajaran, Sekolah dianggap

    bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik

    dikaitkan dengan tujuan pendidikannya.

    2.5.Kerangka Pemikiran

    Kompetensi guru sesuai dengan standar kompetensi dalam undang-undang Nomor 14

    tahun 2005 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

    profesional dan kompetensi sosial.

    Pemerintah memotivasi guru untuk meningkatkan kompetensinya agar menjadi guru

    yang profesional dengan mengeluarkan kebijakkan sertifikasi guru. Kebijakkan ini

    dikeluarkan sesuai dengan amanat dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 pasal 6

    bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,kompetensi,sertifikat pendidik,sehat

    jasani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

    nasional.

    Dalam setiap kegiatan mempunyai urutan langkah-langkah dari awal dan sampai selesai,

    Penelitian ini memiliki urutan langkah-langkah penyelesaian.

    Guru Sertifikasi

    Kompetensi Pedagogik

    Kompetensi Kepribadia

    n

    Kompetensi Sosial

    Kompetensi Pedagogik

  • Penelitian ini pada mulanya guru harus memiliki empat kompetensi kemudian akan di uji

    kompetensi untuk mendapatkan sertifikasi guru. Sertifikasi itu sendiri merupakan suatu

    proses untuk memberikan penghargaan kepada guru dengan menyerahkan sertifikasi sebagai

    bukti fisik guru tersebut memenuhi kompetensi,sebagai tenaga ahli dan proses

    mensejahterahkan guru .

    Guru yang memiliki sertifikasi dimata masyarakat sudah dianggap ahli dan dapat

    dipercaya oleh teman, sesama pendidik atau tenaga kependidikan sebagai orang yang

    mampu mengemban tanggung jawab yang besar dalam hal pendidikan sehingga memicu

    guru untuk memperbaiki kompetensinya dan bertindak sesuai dengan profesi dan memacu

    guru untuk memperbaiki kompetensinya dan bertindak sesuai kode etik.

    Secara tidak langsung guru sertifikasi kualitas dalam mengajar akan semakin meningkat

    dan selanjutnya akan meningkatkan mutu pembelajaran secara keseluruhan dan

    berkelanjutan, jika hal ini tercapai maka tujuan dari sertifikasi guru terpenuhi.

    2.6.Penelitian Terdahulu

    Bachtiar Dwi Kurniawan (Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah

    Yogyakarta). 2011. Judul skripsi Implementasi kebijakan sertifikasi guru dalam rangka

    meningkatkan profesionalitas guru di kota Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan bertujuan

    (1) untuk mengetahui implementasi kebijakan sertifikasi guru dalam jabatan khususnya

    jalur portofolio dalam rangka meningkatkan profesionalime guru.(2) Penelitian ini

    dimaksud kan untuk melihat dampak dari kebijakan sertifikasi guru terhadap

    profesionalitas guru di dalam melakukan proses belajar mengajar. Penelitian ini dilakukan

    dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Berdasarkan dari

    analisa data yang ada, penelitian ini menemukan beberapa hal, diantaranya adalah: (1)

    Bagaimana pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru? (2) dampak kebijakan, sertifikasi

    belum ada peningkatan profesionalitas guru secara signifikan. Sikap para guru dalam

    menjalankan sertifikasi terlihat hanya mengejar kesejahteraan semata, sementara mutu

    pengajaran kurang mendapat perhatian.

    Meningkatkan Mutu Pembelajaran

  • Hasil penelitian ini (1) Pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru sertifikasi di Kota

    Yogyakarta menunjukkan performa yang sangat baik. Proses pelaksanaan berjalan

    dengan lancar dan bisa dikatakan sukses. Sejak 2006 sampai 2009 tingkat partisipasi guru

    mengikuti sertifikasisangat tinggi, tingkat kelulusan peserta sertifikasi guru melalui jalur

    portofolio SDN di Kota Yogyakarta sejak 2006 sampai dengan 2009 rata-rata mencapai

    98,65%. Sebuah capaian angka prosentase yang sangat tinggi sehingga dari segi ouput

    kebijakan bisa dikatakan berhasil.(2) Dari segi dampak (impact), kebijakan sertifikasi

    guru khususnya guru Sekolah Dasar Negeri di Kota Yogyakarta, terjadi perubahan

    peningkatan performa kinerja profesionalitas guru tetapi belum signifikan. Sertifikasi

    belum memberikan dorongan yang berarti terhadap perubahan profesionalisme para guru

    dalam proses belajar mengajar. Pelaksanaan sertifikasi yang terjadi pada fase awal ini

    adalah baru sebatas pada perubahan kesejahteraan yang dalam hal ini adalah peningkatan

    pendapatan para guru lantaran adanya tambahan 1 kali gaji pokok bagi guru yang sudah

    tersertifikasi.