permendiknas 20+41 2007

42
www.ditptksd.go.id

Upload: su-kardi

Post on 14-Jun-2015

377 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Permendiknas 20+41 2007

www.ditptksd.go.id

Page 2: Permendiknas 20+41 2007

PERATURAN

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

STANDAR PENILAIAN

PENDIDIKAN

(Peraturan Mendiknas No. 20 Tahun 2007)

STANDAR PROSES

(Peraturan Mendiknas No. 41 Tahun 2007)

BUKU

(Peraturan Mendiknas No. 2 Tahun 2008)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANDIKDASMEN DIREKTORAT PEMBINAAN TK DAN SD 2009

MILIK NEGARA

TIDAK DIPERDAGANGKAN

www.ditptksd.go.id

Page 3: Permendiknas 20+41 2007

ii

Digandakan oleh:

Kegiatan Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Sekolah Dasar

Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Departemen Pendidikan Nasional

Tahun 2009

www.ditptksd.go.id

Page 4: Permendiknas 20+41 2007

iii

PENGANTAR REVISI 2009

Model silabus untuk sekolah dasar sebagai pendukung pelaksanaan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dan diterbitkan pada

tahun 2007 oleh Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah

Dasar, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,

Departemen Pendidikan Nasional sebagai rangkaian dari tindak lanjut

pemberlakuan Standar Isi (Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006) dan

Standar Kompetensi Lulusan (Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006).

Review terhadap semua model pelaksanaan KTSP di SD dilakukan dalam

rangka meningkatkan kualitas model silabus agar menjadi lebih baik. Review

juga dilakukan untuk menyesuaikan 8 Standar Nasional Pendidikan yang

telah diterbitkan di antaranya Standar Pengelolaan Pendidikan (Peraturan

Mendiknas No. 19 Tahun 2007), Standar Penilaian (Peraturan Mendiknas No.

20 Tahun 2007), dan Standar Proses (Peraturan Mendiknas No. 41 Tahun

2007).

Pengadaan model silabus ini tidak dimaksudkan untuk membatasi

kreativitas sekolah dalam mengembangkan silabus, tetapi sekedar

memberikan contoh bagi sekolah untuk melaksanakan KTSP paling lambat

pada tahun ajaran 2009/2010 sebagaimana diatur dalam Peraturan

Mendiknas No. 24 Tahun 2006. Model atau contoh ini dapat dimodifikasi dan

dikembangkan oleh sekolah sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

Ucapan terima kasih serta penghargaan kami sampaikan kepada

semua pihak yang telah membantu penyusunan dan review terhadap model

ini. Semoga model ini dapat membantu dan menginspirasi sekolah dalam

menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Jakarta, 31 Maret 2009

www.ditptksd.go.id

Page 5: Permendiknas 20+41 2007

iv

KATA PENGANTAR

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum

yang berlaku di sekolah dasar perlu disempurnakan secara terus menerus

sejalan dengan dinamika perkembangan masyarakat, kemajuan ilmu

pengetahuan, teknologi, seni dan budaya.

Penyempurnaan kurikulum ini mengacu pada Undang-undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan

Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan serta

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang

Standar Isi dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006

tentang standar kompetensi lulusan.

Dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22

tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah, Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Nomor 24 Tahun 2006

tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan

23 tahun 2006 dan perubahannya yaitu nomor 6 tahun 2007, serta Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar

Penilaian diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan

dan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar.

Jakarta, 28 November 2007 Direktur Pembinaan TK dan SD,

Drs. Mudjito A.K., M.Si. NIP 131 112 700

www.ditptksd.go.id

Page 6: Permendiknas 20+41 2007

v

DAFTAR ISI

Peraturan Mendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan ............................................................................................................ 1

Lampiran Peraturan Mendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan ............................................................................................ 3

A. Pengertian ....................................................................................................... 3

B. Prinsip Penilaian .............................................................................................. 4

C. Teknik dan Instrumen Penilaian ...................................................................... 5

D. Mekanisme dan Prosedur Penilaian ................................................................ 5

E. Penilaian oleh Pendidik ................................................................................... 7

F. Penilaian oleh Satuan Pendidikan ................................................................... 7

G. Penilaian oleh Pemerintah .............................................................................. 9

Peraturan Mendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah ................................................. 10

Lampiran Peraturan Mendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah ..................................... 14

I. Pendahuluan ................................................................................................. 14

II. Perencanaan Proses Pembelajaran .............................................................. 15

III. Pelaksanaan Proses Pembelajaran .............................................................. 18

IV. Penilaian Hasil Pembelajaran ........................................................................ 22

V. Pengawasan Proses Pembelajaran .............................................................. 22

Glosarium ........................................................................................................... 24

Peraturan Mendiknas No. 2 Tahun 2008 tentang Standar Buku ......................... 28

www.ditptksd.go.id

Page 7: Permendiknas 20+41 2007

1

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 2007

TENTANG

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

Menimbang : bahwa dalam rangka mengendalikan mutu hasil pendidikan sesuai standar nasional pendidikan yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Standar Penilaian Pendidikan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional;

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);

2. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 31IP Tahun 2007;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN.

Pasal 1

(1) Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah dilaksanakan berdasarkan standar penilaian pendidikan yang berlaku secara nasional.

(2) Standar penilaian pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

www.ditptksd.go.id

Page 8: Permendiknas 20+41 2007

2

Pasal 2

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Juni 2007 MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, TTD. BAMBANG SUDIBYO

Saiinan sesuai dengan aslinya. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I, Muslikh, S.H. NIP 131479478

www.ditptksd.go.id

Page 9: Permendiknas 20+41 2007

3

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN A. Pengertian

1. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

2. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

3. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik.

4. Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.

5. Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.

6. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.

7. Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada semester tersebut.

8. Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan adalah mata pelajaran kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan dalam ujian nasional dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang akan diatur dalam POS Ujian Sekolah/Madrasah.

www.ditptksd.go.id

Page 10: Permendiknas 20+41 2007

4

9. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.

10. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi.

B. Prinsip Penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

2. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4. terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

6. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

7. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

8. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

9. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawab-kan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

www.ditptksd.go.id

Page 11: Permendiknas 20+41 2007

5

C. Teknik dan Instrumen Penilaian

1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

2. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja.

3. Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran.

4. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah dan/atau proyek.

5. Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan (a) substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.

6. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.

7. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan antartahun.

D. Mekanisme dan Prosedur Penilaian

1. Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah.

2. Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

3. Ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan pendidikan.

4. Penilaian hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada UN dan aspek kognitif dan/atau aspek psikomotorik untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan melalui ujian sekolah/madrasah untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan.

www.ditptksd.go.id

Page 12: Permendiknas 20+41 2007

6

5. Penilaian akhir hasil belajar oleh satuan pendidikan untuk mata pelajaran kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan ditentukan melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik.

6. Penilaian akhir hasil belajar peserta didik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik dengan mempertimbangkan hasil ujian sekolah/madrasah.

7. Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah: (a) menyusun kisi-kisi ujian, (b) mengembangkan instrumen, (c) melaksanakan ujian, (d) mengolah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah, dan (e) melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian.

8. Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dari kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, sebagai perwujudan sikap dan perilaku beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, dilakukan oleh guru agama dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.

9. Penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan kesadaran dan tanggung jawab sebagai warga masyarakat dan warganegara yang baik sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, adalah bagian dari penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian oleh guru pendidikan kewarganegaraan dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.

10. Penilaian mata pelajaran muatan lokal mengikuti penilaian kelompok mata pelajaran yang relevan.

11. Keikutsertaan dalam kegiatan pengembangan diri dibuktikan dengan surat keterangan yang ditandatangani oleh pembina kegiatan dan kepala sekolah/madrasah.

12. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remedi.

13. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan deskripsi kemajuan belajar.

14. Kegiatan penilaian oleh pemerintah dilakukan melalui UN dengan langkah-langkah yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS) UN.

15. UN diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bekerjasama dengan instansi terkait.

www.ditptksd.go.id

Page 13: Permendiknas 20+41 2007

7

16. Hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dan salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya.

17. Hasil analisis data UN disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk pemetaan mutu program dan/ atau satuan pendidikan serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

E. Penilaian oleh Pendidik

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut:

1. menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester.

2. mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran.

3. mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih.

4. melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan.

5. mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik.

6. mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar yang mendidik.

7. memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran.

8. melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh.

9. melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru Pendidikan Agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan kategori sangat baik, baik, atau kurang baik.

F. Penilaian oleh Satuan Pendidikan

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut:

www.ditptksd.go.id

Page 14: Permendiknas 20+41 2007

8

1. menentukan KKM setiap mata pelajaran dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik.

2. mengkoordinasikan ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.

3. menentukan kriteria kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket melalui rapat dewan pendidik.

4. menentukan kriteria program pembelajaran bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem kredit semester melalui rapat dewan pendidik.

5. menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik.

6. menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik dan nilai hasil ujian sekolah/madrasah.

7. menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan POS Ujian Sekolah/Madrasah bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.

8. melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku laporan pendidikan.

9. melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota.

10. menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik sesuai dengan kriteria:

a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran.

b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian; kelompok mata pelajaran estetika; dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

c. lulus ujian sekolah/madrasah.

d. lulus UN.

11. menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap peserta didik yang mengikuti Ujian Nasional bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.

www.ditptksd.go.id

Page 15: Permendiknas 20+41 2007

9

12. menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.

G. Penilaian oleh Pemerintah

1. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dalam bentuk UN yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. UN didukung oleh suatu sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta pelaksanaan yang aman, jujur, dan adil.

3. Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, Pemerintah menganalisis dan membuat peta daya serap berdasarkan hasil UN dan menyampaikan ke pihak yang berkepentingan.

4. Hasil UN menjadi salah satu pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

5. Hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan kelulusan peserta didik pada seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.

6. Hasil UN digunakan sebagai salah satu penentu kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan yang kriteria kelulusannya ditetapkan setiap tahun oleh Menteri berdasarkan rekomendasi BSNP.

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, TTD. BAMBANG SUDIBYO

Salinan sesuai dengan aslinya. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I, Muslikh, S.H. NIP. 131479478

www.ditptksd.go.id

Page 16: Permendiknas 20+41 2007

10

PERATURAN

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 41 TAHUN 2007

TENTANG

STANDAR PROSES

UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR

DAN MENENGAH

www.ditptksd.go.id

Page 17: Permendiknas 20+41 2007

11

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, taufiq, dan hidayahNya, sehingga Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menyelesaikan Standar Proses untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar ini dikembangkan oleh tim adhoc selama delapan bulan pada tahun 2006. Tim adhoc ini dibentuk oleh BSNP, dan anggota tim ini terdiri dari para ahli dan praktisi bidang pendidikan. Alhamdulillah standar proses ini telah menjadi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41 tahun 2007, tentang Standar Proses untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Pengembangan standar proses ini melalui perjalanan yang cukup panjang yaitu: temu awal, pengakajian bahan dasar, pengumpulan data lapangan, pengolahan data lapangan, penyusunan naskah akademik, penyusunan draf standar, reviu draf standar dan naskah akademik, validasi draf standar dan naskah akademik, lokakarya pembahasan draf standar dan naskah akademik, pembahasan draf standar dengan Unit

Utama Depdiknas, finalisasi draf standar dan naskah akademik untuk uji publik, uji publik yang melibatkan pihak-pihak terkait dalam skala yang lebih luas, finalisasi draf standar dan naskah akademik, dan terakhir rekomendasi draf final standar proses dan naskah akademik. BSNP juga membahas dalam setiap perkembangan draf standar dan naskah akdemik.

BSNP menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua anggota tim ad hoc yang telah bekerja giat dengan semangat yang tinggi serta kepada semua pihak yang telah memberi masukan pada draf standar proses dan naskah akademiknya. Semoga buku ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pendidikan di setiap tingkat dan jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Jakarta, November 2007, Ketua, TTD Prof. Djemari Mardapi, Ph.D www.ditptksd.go.id

Page 18: Permendiknas 20+41 2007

12

SALINAN PERATURAN

MENTERI PENDIDIKAN NAS10NAL REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG

STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN NAS10NAL,

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);

3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tatakerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;

4. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 31/P Tahun 2007;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.

Pasal 1

(1) Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

(2) Standar Proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran Peraturan Menteri ini.

www.ditptksd.go.id

Page 19: Permendiknas 20+41 2007

13

Pasal 2

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 23 November 2007

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

TTD. BAMBANG SUDIBYO

www.ditptksd.go.id

Page 20: Permendiknas 20+41 2007

14

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

NOMOR 41 TAHUN 2007 TANGGAL 23 NOVEMBER 2007

STANDAR PROSES

UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN

Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.

Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang

www.ditptksd.go.id

Page 21: Permendiknas 20+41 2007

15

pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem kredit semester. jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester.

Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

II. PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

A. Silabus

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (Sl) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk Ml, MTs, MA, dan MAK.

B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

www.ditptksd.go.id

Page 22: Permendiknas 20+41 2007

16

Komponen RPP adalah :

1. Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.

2. Standar kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.

3. Kompetensi dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

4. Indikator pencapaian kompetensi

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

5. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

6. Materi ajar

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

7. Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.

8. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap

www.ditptksd.go.id

Page 23: Permendiknas 20+41 2007

17

indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.

9. Kegiatan pembelajaran

a. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

b. Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

c. Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

10.Penilaian hasil belajar

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

11.Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

C. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP

1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik

RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik

www.ditptksd.go.id

Page 24: Permendiknas 20+41 2007

18

Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.

3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis

Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut

RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

5. Keterkaitan dan keterpaduan

RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

III. PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN

A. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran

1. Rombongan belajar

Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah: a. SD/MI : 28 peserta didik b. SMP/MT : 32 peserta didik c. SMA/MA : 32 peserta didik d. SMK/MAK : 32 peserta didik

2. Beban kerja minimal guru

a. beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan;

b. beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

3. Buku teks pelajaran

www.ditptksd.go.id

Page 25: Permendiknas 20+41 2007

19

a. buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih melalui rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari buku-buku teks pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri;

b. rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1:1 per mata pelajaran;

c. selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya;

d. guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah.

4. Pengelolaan kelas

a. guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, serta aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan;

b. volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik;

c. tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;

d. guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik;

e. guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan kepatuhan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran;

f. guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung;

g. guru menghargai peserta didik tanpa memandang latar belakang agama, suku, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi;

h. guru menghargai pendapat peserta didik;

i. guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;

j. pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya; dan

k. guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.

B. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan

www.ditptksd.go.id

Page 26: Permendiknas 20+41 2007

20

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;

d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;

3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan

5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;

2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

www.ditptksd.go.id

Page 27: Permendiknas 20+41 2007

21

3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menye-lesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;

5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;

6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;

7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;

8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;

9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,

3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,

4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

a) berfungsi sebagai nara-sumber dan fasilitator dalam menjawab pertanya-an peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;

b) membantu menyelesaikan masalah; c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan

pengecekan hasil eksplorasi; d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau

belum berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

www.ditptksd.go.id

Page 28: Permendiknas 20+41 2007

22

b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

e. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

IV. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.

V. PENGAWASAN PROSES PEMBELAJARAN

A. Pemantauan

1. Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.

2. Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.

3. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.

B. Supervisi

1. Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.

2. Supervisi pembelajaran diseleng-garakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi.

3. Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.

www.ditptksd.go.id

Page 29: Permendiknas 20+41 2007

23

C. Evaluasi

1. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.

2. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:

a. membandingkan proses pembe-lajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses,

b. mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru.

3. Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

D. Pelaporan

Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan.

E. Tindak lanjut

1. Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar.

2. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar.

3. Guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/ penataran lebih lanjut.

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

TTD. BAMBANG SUDIBYO

www.ditptksd.go.id

Page 30: Permendiknas 20+41 2007

24

GLOSARIUM

Afektif : Berkaitan dengan sikap, perasaan dan nilai.

Alam

takambang jadi

guru

:

Menjadikan alam dalam lingkungan sekitar sebagai sumber

belajar, tempat berguru.

beban kerja

guru

: 1. Sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dalam satu minggu,

mencakup kegiatan pokok merencanakan pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan

tugas tambahan (UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 35 ayat 1 dan 2).

2. Beban maksimal dalam mengorganisasikan proses belajar

dan pembelajaran yang bermutu : SD/MI/SDLB 27 jam @ 35

menit, SMP/MTs/SMPLB 18 jam @ 40 menit,

SAM/MA/SMK/MAK/SMALB 18 jam @ 45 menit (Standar

Proses).

Belajar : Perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi

seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang

diperolehnya dan praktik yang dilakukannya.

belajar aktif

: Kegiatan mengolah pengalaman dan atau praktik dengan cara

mendengar, membaca, menulis, mendiskusikan, merefleksi

rangsangan, dan memecahkan masalah.

belajar mandiri

: Kegiatan atas prakarsa sendiri dalam menginternalisasi

pengetahuan, sikap dan keterampilan, tanpa tergantung atau

mendapat bimbingan langsung dari orang lain.

Budaya

membaca

menulis

: Semua kegiatan yang berkenaan dengan kemampuan berbahasa

(mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis). Proses

penulisan dilakukan dengan keterlibatan peserta didik dengan

tahapan kegiatan: pra penulisan, buram 1, revisi, buram 2,

pengecekan tanda baca, dan terakhir publikasi di mana peserta

didik menentukan karyanya dimuat di buku kelas, mading,

majalah sekolah, atau majalah yang ada di daerah setempat.

Daya saing : Kemampuan untuk menunjukkan hasil lebih baik, lebih cepat

atau lebih bermakna.

Indikator

kompetensi

: Bukti yang menunjukkan telah dikuasainya kompetensi dasar

Klasikal : Cara mengelola kegiatan belajar dengan sejumlah peserta didik

dalam suatu kelas, yang memungkinkan belajar bersama,

berkelompok dan individual.

Kognitif : Berkaitan dengan atau meliputi proses rasional untuk

menguasai pengetahuan dan pemahaman konseptual. Periksa

taksonomi tujuan belajar kognitif.

www.ditptksd.go.id

Page 31: Permendiknas 20+41 2007

25

Kolaboratif : Kerjasama dalam pemecahan maalah dan atau penyelesaian

suatu tugas dimana tiap anggota

melaksanakan fungsi yang saling mengisi dan melengkapi.

Kolokium : Suatu kegiatan akademik dimana seseorang mempresentasikan

apa yang telah dipelajari kepada suatu kelompok atau kelas, dan

menjawab pertanyaan mengenai presentasinya dari anggota

kelompok atau kelas.

kompetensi : 1. Seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang

dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu

oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang

pekerjaan tertentu

2. Keseluruhan sikap, keterampilan, dan pengetehuan yang

dinyatakan dengan ciri yang dapat diukur.

Kompetensi

Dasar (KD)

: Kemampuan miminal yang diperlukan untuk melaksanakan

tugas atau pekerjaan dengan efektif

Kooperatif : Kegiatan yang dilakukan dalam kelompok demi untuk

kepentingan bersama (murtual benefit)

Metakognisi : Kognisi yang lebih komprehensif, meliputi pengetahuan

strategik (mampu membuat ringkasan, menyusun struktur

pengetahuan), pengetahuan tugas kognitif (mengetahui tuntutan

kognitif untuk berbagai keperluan), dan pengetahuan tentang

diri (Briggs menggunakan istilah ”prinsip”)

paradigma

: Cara pandang dan berpikir yang mendasar.

pembelajaran

: (1) Proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas);

(2) Usaha sengaja, terarah dan bertujuan oleh seseorang atau

sekelompok orang (termasuk guru dan penulis buku pelajaran)

agar orang lain (termasuk peserta didik), dapat

memperoleh pengalaman yang bermakna. Usaha ini merupakan

kegiatan yang berpusat pada kepentingan peserta didik.

Pembelajaran

berbasis

masalah

: Pengorganisasian proses belajar yang dikaitkan dengan masalah

konkret yang dapat ditinjau dari berbagai disiplin keilmuan atau

mata pelajaran. Misalnya masalah "bencana alam" yang ditinjau

dari pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan Agama.

Pembelajaran

berbasis proyek

Pengorganisasian proses belajar yang dikaitkan dengan suatu

objek konkret yang dapat ditinjau dari berbagai disiplin

keilmuan atau mata pelajaran. Misalnya objek "sepeda" yang

ditinjau dari pelajaran Bahasa, IPA, IPS, dan

Penjasorkes.

www.ditptksd.go.id

Page 32: Permendiknas 20+41 2007

26

Penilaian

otentik

: Usaha untuk mengukur atau memberikan penghargaan atas

kemampuan seseorang yang benar-benar menggambarkan apa

yang dikuasainya. Penilaian ini dilakukan dengan

berbagai cara seperti tes tertulis, kolokium, portofolio, unjuk

kerja, unjuk tindak (berdikusi, berargumentasi, dan lain-lain),

observasi dan lain-lain.

Portofolio : Suatu berkas karya yang disusun berdasarkan sistematika

tertentu, sebagai bukti penguasaan atas tujuan belajar.

Prakarsa

: Dayaatau kemampuan seseorang atau lembaga untuk memulai

sesuatu yang berdampak positif terhadap diri dan

lingkungannya.

reflektif

: Berkaitan dengan usaha untuk mengolah atau

mentransformasikan rangsangan dari penginderaan dengan

pengalaman, pengetahuan, dan kepercayaan yang telah dimiliki.

sistematik

: Usaha yang dilakukan secara berurutan agar tujuan dapat

dicapai dengan efektif dan efisien.

Sistemik : Holistik: cara memandang segala sesuatu sebagai bagian yang

tidak terpisahkan dengan bagian lain yang lebih luas

standar isi (Sl)

: Ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan

dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan

kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran

yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis

pendidikan tertentu (PP 19 Tahun 2005).

Standar

kompetensi

(SK)

: Ketentuan pokok untuk dijabarkan lebih lanjut dalam

serangkaian kemampuan untuk melaksanakan tugas atau

pekerjaan secara efektif.

Standar

kompetensi

lulusan (SKL)

: Ketentuan pokok untuk menunjukkan kemampuan

melaksanakan tugas atau pekerjaan setelah mengikuti

serangkaian program pembelajaran.

strategi

: Pendekatan menyeluruh yang berupa pedoman umum dan

kerangka kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dan biasanya

dijabarkan dari pandangan falsafah atau teori tertentu.

sumber belajar

: Segala sesuatu yang mengandung pesan, baik yang sengaja

dikembangkan atau yang dapat dimanfaatkan untuk

memberikan pengalaman dan atau praktik yang memungkinkan

terjadinya belajar. Sumber belajar dapat berupa narasumber,

buku, media non-buku, teknikdan lingkungan.

Taksonomi

tujuan belajar

kognitif

: (1) Meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis dan evaluasi (Benjamin Bloom dkk, 1956).

(2) Terdiri atas dua dimensi, yaitu dimensi pengetahuan yang

terdiri atas faktual, konseptual, prosedural, dan

www.ditptksd.go.id

Page 33: Permendiknas 20+41 2007

27

metakognisi, dan dimensi proses kognitif yang meliputi

mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,

mengevaluasi dan mencipta (Lorin W. Anderson dkk,

2001, sebagai revisi dari taksonomi Bloom dkk.).

tematik

: Berkaitan dengan suatu tema yang berupa subjek atau topik

yang dijadikan pokok pembahasan. Contoh: pembelajaran

tematik di kelas I SD dengan tema "Aku dan Keluargaku".

Tema tersebut dijadikan dasar untuk berbagai mata pelajaran,

termasuk Bahasa Indonesia, Agama, Matematika dan lain-lain.

www.ditptksd.go.id

Page 34: Permendiknas 20+41 2007

28

PERATURAN

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 2 TAHUN 2008

TENTANG

BUKU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

Menimbang : a. bahwa buku berperan penting dan strategis dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan, sehingga perlu ada kebijakan

pemerintah mengenai buku bagi peserta didik;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, perlu menetapkan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang buku;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3817);

2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 85,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4220);

3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 85,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4220);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor

78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 129,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4774);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4496);

www.ditptksd.go.id

Page 35: Permendiknas 20+41 2007

29

10.Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan

Tata Kerja Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;

11.Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Kabinet

Indonesia Bersatu sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Keputusan Presiden Nomor 31/P Tahun 2007;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG

BUKU

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ini yang dimaksud dengan:

1. Menteri Pendidikan Nasional yang selanjutnya disebut Menteri adalah menteri

yang menangani urusan pemerintahan di bidang pendidikan.

2. Departemen Pendidikan Nasional yang selanjutnya disebut Departemen adalah

Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang pendidikan.

3. Buku teks pelajaran pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi yang

selanjutnya disebut buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan

pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi

pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan

kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan

dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang

disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.

4. Buku panduan pendidik adalah buku yang memuat prinsip, prosedur, deskripsi

materi pokok, dan model pembelajaran untuk digunakan oleh para pendidik.

5. Buku pengayaan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya buku

teks pendidikan dasar,menengah dan perguruan tinggi.

6. Buku referensi adalah buku yang isi dan penyajiannya dapat digunakan untuk

memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya

secara dalam dan luas.

7. Penerbit buku yang selanjutnya disebut penerbit adalah orang-perseorangan,

kelompok orang, atau badan hukum yang menerbitkan buku.

8. Percetakan buku yang selanjutnya disebut percetakan adalah orang-perseorangan,

kelompok orang, atau badan hukum yang mencetak naskah atau buku.

9. Distributor buku yang selanjutnya disebut distributor adalah orang- perseorangan,

kelompok orang, atau badan hukum yang memperdagangkan buku dalam volume

www.ditptksd.go.id

Page 36: Permendiknas 20+41 2007

30

besar dengan cara membeli buku dari penerbit dan menjualnya kembali kepada

distributor eceran buku.

10. Distributor eceran buku yang selanjutnya disebut pengecer adalah orang-

perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang memperdagangkan buku

dengan cara membeli dari penerbit atau distributor dan menjualnya kembali secara

eceran kepada konsumen akhir.

BAB II

PENULISAN BUKU

Pasal 2

(1) Penulisan buku meliputi penulisan naskah, penerjemahan, penyaduran,

pengilustrasian, penyuntingan, dan/ atau perancangan yang menghasilkan produk

akhir berupa karangan asli, terjemahan, saduran, dan ciptaan lain berupa gambar,

sketsa, tabel, grafik, dan/atau peta.

(2) Penulisan buku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai

peraturan perundang-undangan dan etika akademik penulisan.

Pasal 3

(1) Departemen, Departemen yang menangani urusan agama, Pemerintah Daerah,

dan/atau masyarakat mengupayakan tersedianya buku yang bermutu dan sesuai

dengan standar nasional pendidikan serta mencukupi kebutuhan pendidik dan

peserta didik.

(2) Untuk mengupayakan tersedianya buku sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Departemen, Departemen Agama, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat dapat

memberikan bantuan dana bagi calon penulis buku dalam bentuk hibah.

(3) Penggunaan bantuan dana hibah oleh calon penulis buku sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dilaksanakan sesuai perjanjian hibah dan peraturan perundang-

undangan.

(4) Departemen, Departemen yang menangani urusan agama, dan/ atau pemerintah

daerah dapat membeli hak cipta buku dari pemiliknya untuk menfasilitasi

penyediaan buku bagi pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik dengan

harga yang terjangkau.

BAB III

PENILAIAN BUKU TEKS

Pasal 4

(1) Buku teks pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dinilai kelayakan-

pakainya terlebih dahulu oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebelum

digunakan oleh pendidik dan/ atau peserta didik sebagai sumber belajar di satuan

pendidikan.

(2) Kelayakan buku teks sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh

Menteri.

www.ditptksd.go.id

Page 37: Permendiknas 20+41 2007

31

(3) Buku teks muatan lokal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dinilai

kelayakan-pakainya terlebih dahulu oleh dinas pendidikan provinsi berdasarkan

standar nasional pendidikan sebelum digunakan oleh pendidik dan/atau peserta

didik sebagai sumber belajar di satuan pendidikan.

(4) Kelayakan buku teks sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh

Gubernur.

BAB IV

PEMILIHAN BUKU TEKS DI SATUAN PENDIDIKAN

Pasal 5

(1) Buku teks untuk setiap mata pelajaran yang digunakan pada satuan pendidikan

dasar dan menengah dipilih oleh rapat pendidik pada satuan pendidikan dari buku-

buku teks pelajaran yang telah ditetapkan kelayakan-pakainya oleh Menteri.

(2) Dalam hal Menteri belum menetapkan kelayakan pakai buku teks mata pelajaran

tertentu pada satuan pendidikan dasar dan menengah, maka rapat pendidik pada

satuan pendidikan dapat memilih buku teks yang tersedia di pasar buku dengan

mempertimbangkan mutu buku teks dan kesesuaiannya dengan standar nasional

pendidikan.

(3) Buku teks untuk mata pelajaran muatan lokal yang digunakan pada satuan

pendidikan dasar dan menengah dipilih oleh rapat pendidik pada satuan

pendidikan dari buku teks yang ditetapkan kelayakan-pakainnya oleh Gubernur.

(4) Dalam hal Gubernur belum menetapkan kelayakan pakai buku teks muatan lokal,

maka rapat pendidik pada satuan pendidikan dapat memilih buku teks muatan

lokal yang tersedia di pasar buku dengan mempertimbangkan mutu buku teks

muatan lokal dan kesesuaiannya dengan standar nasional pendidikan.

BAB V

PENGGUNAAN BUKU DI SATUAN PENDIDIKAN

Pasal 6

(1) Buku teks digunakan sebagai acuan wajib oleh pendidik dan peserta didik dalam

proses pembelajaran.

(2) Selain buku teks sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendidik dapat

menggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam

proses pembelajaran.

(3) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peserta didik, pendidik dapat

menganjurkan peserta didik untuk membaca buku pengayaan dan buku referensi.

(4) Buku-buku dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) yang digunakan dalam

satu satuan pendidikan berasal dari lebih dari dua penerbit.

Pasal 7

www.ditptksd.go.id

Page 38: Permendiknas 20+41 2007

32

(1) Pendidik dapat menganjurkan kepada peserta didik yang mampu untuk memiliki

buku.

(2) Anjuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat tidak memaksa atau tidak

mewajibkan.

(3) Untuk memiliki buku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), peserta

didik atau orangtua/walinya membelinya langsung kepada pengecer.

(4) Satuan pendidikan wajib menyediakan buku teks di perpustakaan dan pendidik

menganjurkan kepada semua peserta didik untuk meminjam buku teks pelajaran

diperpustakaan satuan pendidikan atau memilikinya.

BAB VI

PENGGANDAAN, PENERBITAN, DAN DISTRIBUSI BUKU

Pasal 8

(1) Departemen, departemen yang menangani urusan agama, dan/atau pemerintah

daerah dapat mengijinkan orang-perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan

hukum untuk menggandakan, mencetak, menfotokopi, mengalih-mediakan,

dan/atau memperdagangkan buku yang hak-ciptanya telah dibeli sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4).

(2) Harga eceran tertinggi buku yang diperdagangkan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditetapkan oleh Departemen, departemen yang menangani urusan agama,

dan/atau pemerintah daerah yang membeli hak cipta buku.

(3) Harga eceran tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah setinggi-

tingginya sebesar taksiran biaya wajar untuk mencetak dan mendistribusikan buku

sampai di tangan konsumen akhir ditambah keuntungan sebelum pajak

penghasilan setinggi-tingginya 15% dari taksiran biaya wajar.

Pasal 9

(1) Pada kulit sisi luar buku yang diperdagangkan wajib dicantumkan harga eceran.

(2) Pada kulit sisi luar buku yang digandakan, dicetak, difotokopi, dialih-mediakan

dari sumber sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dan kemudian

diperdagangkan kepada konsumen akhir, pengecer wajib mencantumkan label

harga eceran secara tercetak.

(3) Pada kulit sisi luar buku yang digandakan, dicetak, difotokopi, dialih-mediakan

dari sumber sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dan kemudian

dibagikan secara cuma-cuma kepada konsumen akhir, label harga tidak wajib

dicantumkan.

BAB VII

MASA PAKAI BUKU TEKS PELAJARAN

Pasal 10

www.ditptksd.go.id

Page 39: Permendiknas 20+41 2007

33

(1) Satuan pendidikan dasar dan menengah menetapkan masa pakai buku teks

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sesingkat-singkatnya 5 tahun.

(2) Penggunaan buku teks sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihentikan oleh

satuan pendidikan dasar dan menengah sebelum berakhirnya masa pakai apabila:

a. Ada perubahan substantif dalam standar isi dan/atau standar kompetensi

lulusan;

b. Buku teks yang bersangkutan dinyatakan tidak layak-pakai oleh Menteri;

c. Buku teks yang bersangkutan dilarang peredarannya oleh Kejaksaan Agung;

dan

d. Buku teks yang bersangkutan tidak termasuk yang dinyatakan layak-pakai

oleh Menteri dan Menteri telah menetapkan kelayakan-pakai buku teks lain

dari mata pelajaran yang sama.

Pasal 11

Pendidik, tenaga kependidikan, anggota komite sekolah/ madrasah, dinas pendidikan

pemerintah daerah, pegawai dinas pendidikan pemerintah daerah, dan/atau koperasi

yang beranggotakan pendidik dan/atau tenaga kependidikan satuan pendidikan, baik

secara langsung maupun bekerjasama dengan pihak lain, dilarang bertindak menjadi

distributor atau pengecer buku kepada peserta didik di satuan pendidikan yang

bersangkutan atau kepada satuan pendidikan yang bersangkutan, kecuali untuk buku-

buku yang hak ciptanya sudah dibeli oleh Departemen, departemen yang menangani

urusan agama, dan/atau Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat

(4) dan dinyatakan dapat diperdagangkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat

(1).

BAB VIII

PENDANAAN

Pasal 12

(1) Bantuan pendidikan dari Pemerintah dan/ atau Pemerintah Daerah untuk

memperkaya koleksi perpustakaan satuan pendidikan diberikan dalam bentuk

hibah sesuai peraturan perundang-undangan, kecuali untuk perguruan tinggi

negeri yang tidak berbadan hukum.

(2) Masyarakat dapat membantu memperkaya koleksi perpustakaan satuan

pendidikan, baik dalam bentuk dana hibah maupun barang.

(3) Pengadaan buku untuk memperkaya koleksi perpustakaan dalam rangka

penggunaan dana hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

dilaksanakan oleh satuan pendidikan sesuai peraturan perundang-undangan.

(4) Untuk daerah tertentu yang belum memiliki pengecer, pengadaan buku untuk

perpustakaan satuan pendidikan dasar dan menengah yang dananya bersumber

dari hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan oleh

pemerintah daerah yang bersangkutan sesuai peraturan perundang-undangan,

berdasarkan masukan dari satuan pendidikan dan setelah mendapat izin dari

Menteri.

www.ditptksd.go.id

Page 40: Permendiknas 20+41 2007

34

(5) Untuk mendorong keberadaan pengecer pada daerah tertentu sebagaimana

dimaksud pada ayat (4), Departemen, departemen yang menangani urusan agama,

dan/atau pemerintah daerah dapat memberikan insentif pendirian pengecer berupa

hibah modal kerja kepada orang-perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan

hukum sesuai peraturan perundang-undangan.

BAB IX

PENGAWASAN

Pasal 13

(1) Pengawasan terhadap pengadaan buku oleh satuan pendidikan dilakukan oleh

pengawas fungsional, komite sekolah/madrasah atau bentuk lain dari lembaga

perwakilan pemangku kepentingan satuan pendidikan, dewan audit pada satuan

pendidikan berbadan hukum pendidikan, dan/atau masyarakat.

(2) Pengawas fungsional, komite sekolah/madrasah atau bentuk lain dari lembaga

perwakilan pemangku kepentingan satuan pendidikan, dewan audit pada satuan

pendidikan berbadan hukum pendidikan, dan/atau masyarakat melaporkan kepada

pejabat yang berwenang apabila menemukan penyimpangan dalam pengawasan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Pengawasan dalam bentuk pemeriksaan hanya dapat dilakukan oleh lembaga yang

memiliki kompetensi dan kewenangan memeriksa.

BAB X

SANKSI

Pasal 14

(1) Pendidik, tenaga kependidikan, satuan pendidikan, anggota komite

sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah, dinas pendidikan pemerintah daerah,

pegawai dinas pendidikan pemerintah daerah, dan/atau koperasi yang

beranggotakan pendidik dan/ atau tenaga kependidikan satuan pendidikan yang

terbukti melanggar ketentuan Pasal 11 dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

(2) Penerbit, distributor, dan/ atau pengecer yang melanggar ketentuan yang diatur

dalam Peraturan Menteri ini, dikenakan sanksi sesuai peraturan perundangan.

Pasal 15

Penulis yang bukunya diterbitkan oleh penerbit yang dikenai sanksi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) dapat mengalihkan hak ciptanya kepada penerbit

lain sesuai peraturan perundang-undangan.

www.ditptksd.go.id

Page 41: Permendiknas 20+41 2007

35

BAB XI

PENUTUP

Pasal 16

Dengan berlakunya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ini, Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 17

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 4 Januari 2008

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

TTD

BAMBANG SUDIBYO

Salinan sesuai dengan aslinya

Biro Hukum dan Organisasi

Departemen Pendidikan Nasional,

Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan

Perundang-undangan dan Bantuan Hukum II,

TTD.

Bambang Haryadi, S.H.

NIP NIP. 131597936

www.ditptksd.go.id

Page 42: Permendiknas 20+41 2007

www.ditptksd.go.id