bab ii landasan teori 2.1 landasan teori a. pengertian belajarrepository.unj.ac.id/2161/7/bab...

26
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakikat Mengenai Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Menurut Slameto dalam (Hamdu & Agustina, 2011) Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu. Adapun menurut menurut Wina Sanjaya dalam (Primartadi, n.d.) bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman dan latihan. Proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang tidak dapat disaksikan tetapi hanya dapat melihat dari gejala- gejala perubahan yang tampak. Sehingga, ketika ingin mengetahui perkembangan belajar sesorang dapat melihat perubahan tingkah laku seseorang. Dipertegas Abdurrahman dan Mulyono dalam (Siagian, 2012) “belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan”. Terjadinya perubahan dalam situasi tertentu seiring isi ingatan yang membuat belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya.

Upload: vodung

Post on 10-Aug-2019

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Hakikat Mengenai Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Slameto dalam (Hamdu & Agustina, 2011) Belajar adalah

serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam

belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu.

Adapun menurut menurut Wina Sanjaya dalam (Primartadi, n.d.)

bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat

pengalaman dan latihan. Proses perubahan yang terjadi dalam diri

seseorang tidak dapat disaksikan tetapi hanya dapat melihat dari gejala-

gejala perubahan yang tampak. Sehingga, ketika ingin mengetahui

perkembangan belajar sesorang dapat melihat perubahan tingkah laku

seseorang.

Dipertegas Abdurrahman dan Mulyono dalam (Siagian, 2012)

“belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri

seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru

berkat pengalaman dan latihan”. Terjadinya perubahan dalam situasi

tertentu seiring isi ingatan yang membuat belajar itu senantiasa merupakan

perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan

misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan

sebagainya.

b. Ciri-ciri Belajar

Dari definisi para ahli dapat ditemukan mengenai ciri-ciri belajar.

Suryabrata (1995: 249) mengemukakan tentang ciri-ciri kegiatan belajar

sebagai berikut:

1) Belajar adalah aktivitas yang membawa perubahan pada diri individu

yang belajar dalam arti perubahan tingkah laku aktual maupun

potensial.

2) Perubahan tersebut pada intinya adalah didapatkannya kecakapan baru

yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

3) Perubahan tersebut terjadi karena usaha yang dilakukannya

c. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu hal yang dapat dilihat dan diukur. Hal

ini sesuai menurut Oemar Hamalik dalam (Suhendri, 2010) bahwa “Hasil

belajar nampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa

yang dapat diamati dan terukur dalam bentuk perubahan pengetahuan,

sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut diartikan sebagai terjadinya

peningkatan dan pengembangan yang lebih baik.”

Adapun pengertian hasil belajar menurut Sudijono dalam (Siswanto,

2016) mengungkapkan hasil belajar merupakan sebuah tindakan evaluasi

yang dapat mengungkap aspek proses berpikir (cognitive domain) juga

dapat mengungkap aspek kejiwaan lainnya, yaitu aspek nilai atau sikap

(affective domain) dan aspek keterampilan (psychomotor domain) yang

melekat pada diri setiap individu peserta didik. Ini artinya melalui hasil

belajar dapat terungkap secara holistik penggambaran pencapaian siswa

setelah melalui pembelajaran.

d. Faktor- Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Dalyono (1997: 55-60) berhasil tidaknya seseorang dalam

belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu:

a) Faktor Intern (yang berasal dari dalam diri orang yang belajar)

1. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak selalu sehat, sakit

kepala, demam, pilek batuk dan sebagainya dapat mengakibatkan tidak

bergairah untuk belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani

(jiwa) kurang baik.

2. Intelegensi dan Bakat

Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai intelegensi baik (IQ-

nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnyapun cenderung baik.

Bakat juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar.

Jika seseorang mempunyai intelegensi yang tinggi dan bakatnya ada

dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajar akan lebih mudah

dibandingkan orang yang hanya memiliki intelegansi tinggi saja atau

bakat saja.

3. Minat dan Motivasi

Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan juga

datang dari sanubari. Timbulnya minat belajar disebabkan beberapa

hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat

atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang atau

bahagia. Begitu pula seseorang yang belajar dengan motivasi yang

kuat, akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-

sungguh, penuh gairah dan semangat. Motivasi berbeda dengan minat.

Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong.

4. Cara belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil

belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis,

psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang.

b) Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri orang belajar)

1. Keluarga

Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan

anak dalam belajar, misalnya tinggi rendahnya pendidikan, besar

kecilnya penghasilan dan perhatian.

2. Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat

keberhasilan anak. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian

kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau 22

perlengkapan di sekolah dan sebagainya, semua ini mempengaruhi

keberhasilan belajar.

3. Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar. Bila sekitar

tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang

berpendidikan, terutama anak-anaknya, rata-rata bersekolah tinggi dan

moralnya baik, hal ini akan mendorong anak giat belajar.

4. Lingkungan sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat mempengaruhi

hasil belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar,

keadaan lalu lintas dan sebagainya semua ini akan mempengaruhi

kegairahan belajar.

2.1.2 Hakikat Mengenai Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi adalah dorongan, keinginan untuk melakukan suatu

kegiatan atau pekerjaan dengan memberikan yang terbaik pada dirinya

demi tercapainya tujuan yang diinginkan menurut Sri Suyati dalam

(Mappeasse, 2010).

Menurut Sardiman (2007: 73), “motif diartikan sebagai daya upaya

yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu

demi mencapai suatu tujuan”. Berawal dari kata motif maka motivasi

dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif

menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk

mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Selanjutnya, “motivasi

adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

tujuan”. Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan

yang memberikan arah pada kegiatan belajar.

Adapun fungsi motivasi dalam belajar menurut Sardiman (2007: 84)

yaitu:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumus tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut.

b. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar

Guna menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah,

terdapat beberapa bentuk dan cara yang disebutkan oleh Sardiman (2007:

92) antara lain:

1) Memberi angka, yaitu sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.

Banyak siswa yang belajar untuk mencapai angka/nilai yang baik.

Angka-angka yang baik itu bagi siswa merupakan motivasi yang sangat

kuat.

2) Hadiah, juga dapat dikatakan sebagai motivasi tetapi tidak selalu

demikian. Hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan

menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk

suatu pekerjaan tersebut.

3) Saingan/kompetisi, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk

mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual

maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4) Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran pada siswa agar

merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan

sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah

sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Siswa akan

belajar dengan sungguh-sungguh dapat disebabkan karena harga

dirinya.

5) Memberi ulangan, siswa akan menjadi giat belajar jika ada ulangan.

Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi

dengan catatan tidak terlalu sering dan diberitahukan siswa.

6) Mengetahui hasil, yaitu siswa akan lebih termotivasi jika mengetahui

hasil pekerjaannya terutama jika terjadi suatu kemajuan akan

mendorong siswa untuk lebih giat belajar.

7) Pujian, adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan

motivasi yang baik. Adanya pujian tepat akan memupuk suasana yang

menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan

membangkitkan harga diri.

8) Hukuman, sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan

secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi.

9) Hasrat untuk belajar, yaitu pada diri siswa ada motivasi untuk belajar

yang adanya unsur kesengajaan (ada maksud untuk belajar).

10) Minat, muncul karena ada suatu kebutuhan begitu pula dengan motivasi,

sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok.

Tujuan yang diakui, yaitu rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik

oleh siswa akan merupakan alat motivasi yang sangat penting.

c. Faktor - faktor Motivasi Belajar

Menurut (Muhibbin Syah, 2002), Faktor-faktor motivasi belajar terdiri dari :

1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri yang

berupa sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita.

2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri

yang terdiri dari:

a) Lingkungan sosial, yang meliputi lingkungan masyarakat, tetangga,

teman, orangtua/keluarga dan teman sekolah.

b) Lingkungan non sosial meliputi keadaan gedung sekolah, letak sekolah,

jarak tempat tinggal dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi

orangtua dan lain-lain.

d. Indikator Motivasi Belajar

Setidaknya terdapat 6 indikator motivasi belajar siswa menurut

Herminarto dan Hamzah dalam (Syarif, 2012) yaitu :

1. hasrat dan keinginan berhasil,

2. dorongan dan kebutuhan dalam belajar,

3. harapan dan cita-cita masa depan,

4. penghargaan dalam belajar,

5. kegiatan yang menarik dalam belajar, dan

6. lingkungan belajar yang kondusif.

2.1.3 Hakikat Mengenai Model Pembelajaran Koperatif Tipe Student

Teams Achievement Divisions (STAD)

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Salah satu ahli psikologi pendidikan terkemuka yaitu Slavin dalam

(Fachrurozi & Mahmudi, 2014) merumuskan pembelajaran kooperatif

mengacu kepada metode pembelajaran di mana siswa bekerja dalam

kelompok kecil untuk saling membantu mempelajari materi pelajaran.

Dalam kelas kooperatif siswa diharapkan untuk saling membantu,

berdiskusi, berdebat, saling menilai pengetahuan terbaru dan saling mengisi

kelemahan dalam pemahaman masing-masing.

Pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Model ini memiliki ciri pokok yaitu siswa belajar dalam

kelompok secara kooperatif yang dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Selain itu penghargaan lebih

diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. Tujuan dari

pembelajaran ini adalah hasil belajar akademik, penerimaan terhadap

keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Penjelasan lebih lanjut tentang tiga tujuan penting pembelajaran

kooperatif yaitu sebagai berikut:

1) Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli

yang berpendapat bahwa model kooperatif unggul dalam membantu

siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.

2) Penerimaan terhadap keragaman Model kooperatif bertujuan agar siswa

dapat menerima temantemannya yang mempunyai berbagai macam latar

belakang. Perbedaan tersebut antara lain: perbedaan suku, agama,

kemampuan akademik, dan tingkat sosial.

3) Pengembangan keterampilan sosial Keterampilan sosial yang dimaksud

dalam pembelajaran kooperatif antara lain: berbagi tugas, aktif

bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk

bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam

kelompok, dan sebagainya.

b. Ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Mohammad Nur (2005: 3) pembelajaran yang

menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki ciri-

ciri sebagai berikut :

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku,

dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

c. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memiliki prinsip-prinsip yang

membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari

belajar kooperatif menurut Slavin dalam (Trianto, 2009), adalah sebagai

berikut:

1) Penghargaaan kelompok, yang diberikan jika kelompok mencapai

kriteria yang ditentukan.

2) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok

tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung

jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan

memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi

tanpa bantuan yang lain.

3) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah

membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.

Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan

rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa

kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

d. Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif

Berikut ini perbandingan lima pendekatan dalam pembelajaran

kooperatif menurut Ibrahim, dkk (Trianto, 2009) yaitu:

1) Students Teams Achievement Divisions (STAD) Pembelajaran kooperatif

dengan setiap anggota kelompok yang heterogen saling bekerja sama dan

bertanggung jawab terhadap pemahaman suatu konsep atau informasi.

Informasi yang diberikan merupakan informasi akademik sederhana.

Pemilihan topik dilakukan oleh guru. Model ini menggunakan suatu kuis

untuk mengukur pemahaman konsep dari siswa.

2) Jigsaw Menggunakan dua kelompok yaitu kelompok ‘asal’ dan kelompok

‘ahli’. Siswa mempelajari materi dalam kelompok ‘ahli’, kemudian

membantu anggota kelompok ‘asal’ untuk mempelajari materi itu. Materi

atau konsep yang dipelajari berupa informasi akademik sederhana.

Pemilikan topik pelajaran dilakukan oleh guru. Pemahaman siswa

mengenai konsep yang dipelajari ini dapat diketahui dan diukur dengan

menggunakan tes mingguan.

3) Group Investigations (GI) Merupakan teknik cooperation learning di

mana para siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil untuk

menangani berbagai macam proyek kelas. Konsep yang dipelajari berupa

informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri. Pemilihan

topik pelajaran biasanya dilakukan oleh siswa. Dalam metode ini hadiah

atau point tidak diberikan. Penilaian dapat dilakukan dengan

menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat juga menggunakan tes

essay.

4) Think Pair and Share (TPS) Pembelajaran ini dilakukan dengan siswa

saling berdiskusi antar teman sebelahnya (2 siswa) atau lebih, mengenai

permasalahan/materi yang sampaikan oleh guru. Informasi yang

dipelajari berupa informasi akademik sederhana. Penugasan

pembelajaran ini yaitu siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan

secara sosial dan kognitif. Penilaian dapat dilakukan secara bervariasi

baik berupa tugas maupun tes individu.

5) Numbered Head Together (NHT) Pembelajaran tipe NHT hampir sama

dengan tipe TPS yang merupakan suatu pendekatan pembelajaran secara

struktural. Pembelajaran dilakukan secara berkelompok dengan anggota

yang heterogen untuk mendiskusikan permasalahan yang diberikan oleh

guru. Hanya yang membedakan NHT yaitu masing-masing siswa dalam

satu kelompok memiliki nomer yang berbeda. Ketika nomer

disebutkan/dipanggil oleh guru, siswa dari masing-masing kelompok

yang memiliki nomer tersebut berdiri dan menjelaskan hasil diskusi dari

kelompoknya. Informasi yang dipelajari berupa informasi akademik

sederhana. Penugasan pembelajaran ini yaitu siswa mengerjakan tugas-

tugas yang diberikan secara sosial dan kognitif. Penilaian dapat

dilakukan secara bervariasi baik berupa tugas maupun tes individu.

Tabel 2.1 Sintaksis Model Pembelajaran Kooperatif

e. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini memiliki ciri utama yaitu

memotivasi siswa dalam satu kelompok untuk saling memberi semangat,

saling bekerja sama dan saling membantu untuk menuntaskan informasi

atau keterampilan yang sedang dipelajari untuk menghadapi kuis individu.

Pembelajaran kooperatif ini juga menekankan adanya sebuah penghargaan

sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar. Adanya penghargaan

tersebut dapat memotivasi siswa untuk lebih baik dalam menghadapi kuis

individu yaitu memperoleh skor terbaik.

Terdapat lima komponen utama dalam pembelajaran STAD antara

lain sebagai berikut (Mohamad Nur, 2005:20):

1) Presentasi Kelas

Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari pengajaran biasa hanya pada

presentasi tersebut harus jelas-jelas memfokuskan pada unit STAD.

Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa mereka harus sungguh-sungguh

memperhatikan presentasi kelas tersebut, karena dengan begitu akan

membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik, dan skor kuis mereka

menentukan skor timnya.

2) Kerja Tim

Tim atau kelompok tersusun dari 4-5 siswa yang mewakili heterogenitas

dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku. Fungsi utama tim

adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil menghadapi kuis. Kerja tim

tersebut merupakan ciri terpenting STAD. Tim tersebut menyediakan

dukungan teman sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh

berarti pada pembelajaran, serta tim menunjukkan saling peduli dan

hormat, hal itulah yang memiliki pengaruh berarti pada hasil-hasil

belajar.

3) Kuis

Dalam mengerjakan kuis siswa tidak dibenarkan saling membantu

selama kuis berlangsung. Hal ini menjamin agar siswa secara individual

bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar tersebut.

4) Skor

Perbaikan Individual Setiap siswa dapat menyumbang poin maksimum

kepada timnya dalam sistem penskoran, namun tidak seorang siswa pun

dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja

masa lalu. Setiap siswa diberikan sebuah skor dasar, yang dihitung dari

kinerja rata-rata siswa pada kuis serupa sebelumnya. Kemudian siswa

memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa banyak skor kuis

mereka melampaui skor dasar mereka.

5) Penghargaan Tim

Tim dapat memperoleh penghargaan apabila skor rata-rata mereka

melampaui kriteria tertentu. Skor tim dihitung berdasarkan presentase

nilai tes mereka melebihi nilai tes sebelumnya.

f. Kelebihan dan Kelemahan Model STAD

Kelebihan dalam penggunaan pendekatan pembelajaran ini menurut

(Kuswadi, 2004) adalah sebagai berikut:

1) Setiap anggota kelompok mendapat tugas

2) Adanya interaksi langsung antar siswa dalam kelompok

3) Melatih siswa mengembangkan keterampilan sosial (social skill)

4) Membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain

5) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan berbuat, sehingga

kemampuan akademiknya meningkat

6) Memberi peluang kepada siswa untuk berani bertanya dan mengutarakan

pendapat

7) Memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan

8) Terlaksananya pembelajaan yang berpusat pada siswa, sehingga waktu

yang tersedia hampir seluruhnya digunakan oleh siswa untuk kegiatan

pembelajaran

9) Memberi peluang munculnya sikap-sikap positif siswa

Kelemahan penggunaan pendekatan pembelajaran ini adalah:

1) Dalam pelaksanaan di kelas, membutuhkan wakru yang relatif lebih lama

sehingga sulit mencapai target kurikulum

2) Dalam mempersiapkannya guru membutuhkan waktu yang lama

3) Membutuhkan kemampuan khusus guru, sehingga tidak semua guru

dapat melakukan dan menggunakan strategi belajar kooperatif

4) Menuntut sifat tertentu tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja

sama.

2.1.4 Hasil Belajar Pemeliharaan Chasis dan Pemindah Tenaga

2.1.4.1 Materi Roda dan Ban

a. Pengertian Ban

Kendaraan berjalan diatas ban yang terisi udara bertekanan. Ban

adalah bagian kendaraan yang bersentuhan langsung dengan permukaan

jalan, Ban-ban ini berputar pada permukaan jalan dan tenaga mesin

ditransfer melalui ban. Ban juga berfungsi sebagai peredam untuk

memperlembut kejutan dari permukaan jalan dan menambah

kenyamanan berkendaraan.

b. Fungsi Ban

1) Ban berfungsi menopang seluruh berat kendaraan.

2) Ban berfungsi mengontrol gerak awal, kecepatan tinggi atau rendah,

pengereman, dan belokan.

3) Ban berfungsi menyerap kejutan yang diterima dari permukaan jalan

yang tidak rata.

c. Bagian Ban

1) Carcass merupakan rangka ban yang keras, berfungsi untuk menahan

udara yang bertekanan tinggi, tetapi harus cukup flexibel untuk

meredam perubahan beban dan benturan.

2) Tread berfungsi untuk melindungi carcass terhadap keausan dan

kerusakan yang dsebabkan oleh permukaan jalan.

3) Sidewall adalah lapisan karet yang menutup bagian samping ban dan

melindungi carcass terhadap kerusakan dari luar.

4) Breaker terletak antara carcass dan tread yang memperkuat daya rekat

keduanya, dan meredam kejutan yang timbul dari permukaan jalan ke

carcass.

5) Bead berfungsi untuk mencegah robeknya ban dari rim oleh oleh

karena berbagai gaya yang bekerja.

d. Tipe Ban

1) Ban Bias (diagonal ply)

Ban bias atau ban diagonal secara umum sebagai ban biasa

selama bertahun-tahun. Ban ini disusun atas dua atau lebih tenunan

(cords) dari bahan tekstil yang diletakkan secara diagonal dari bead

ke bead.

Gambar 2.1 Ban Bias

Susunan yang saling menyilang dalam arah berlawanan ini,

memberikan bentuk casing ban yang stabil dan kuat. Dengan bentuk

casing yang kuat dan bias ban banyak digunakan pada kendaraan

penumpang ringan, maupun kendaraan industri. Namun dengan

susuan tenunan tenunan yang bias seperti itu menyebabkan dinding

sisi luar ban menjadi kaku. Sehingga mudah menjadi panas dan

pecah.

2) Ban Radial

Ban radial merupakan ban yang dibuat dari susunan atas dua

atau lebih lapisan tenunan. Lapisan-lapisan tenunan diatur dalam

bentuk sejajar satu dengan lainnya atau tegak lurus 90̊ terhadap bead.

Dinding silinder ban radial lebih fleksibel daripada ban bias. Hal ini

memungkinkan kendaraan berbelok dengan cepat dan mudah

tergelincir (slip).

Gambar 2.2 Ban Radial

e. Kode dan Ukuran Ban

Pada ban bagian luar biasanya terdapat kode. Diantaranya untuk

menunjukkan tentang ukuran lebar ban, diameter pelek, aspek rasio,

batas kecepatan maksimum.

Gambar 2.3 Kode dan Ukuran Ban

1. Lebar ban dalam inchi (Ban Bias) atau mili meter (Ban Radial).

2. Kecepatan maksimum yang diizinkan.

3. Diameter pelek dalam inchi.

4. Kapasitas maksimum membawa beban dalam satuan ply rating

(kekuatan ban A 4PR sama dengan kekuatan ban yang

menggunakan 4 lapis benang katun.

5. Aspect ratio (tinggi/lebar ban) dalam persen.

6. Ban radial.

7. Kapasitas mengangkut beban (load index).

Berikut adalah arti dari kode ban dibawah ini :

1. Lebar ban (dalam mm)

2. Aspek rasio (%) tinggi sidewall terhadap lebar ban

3. Diameter ban / velg (dalam inch)

4. Indeks beban / Load Index

5. Simbol kecepatan / Speed Index

Gambar 2.4 Contoh Kode pada Ban

2.1.4.2 Roda

a. Pengertian Roda

Ban tidak dapat dipasang langsung pada kendaraan, tetapi pada

roda-roda. Karena roda merupakan bagian penting yang menyangkut

keselamatan mengemudi, maka harus cukup kuat untuk menahan beban

vertical dan horizontal, beban pengendaraan dan pengereman dan

berbagai macam tenaga yang tertumpu pada ban.

Gambar 2.5 Pelek Roda

b. Tipe Pelek Roda

Menurut metode pembuatan dan bahannya tipe pelek roda terdiri

dari dua tipe yang umumnya digunakan sekarang yaitu baja pres dan

campuran besi tuang.

Pelek baja pres Pelek campuran besi tuang

Gambar2.6 Tipe Pelek Roda

c. Bentuk Dasar Pelek

Menurut Standar Industri Jepang (JIS), pelek dibagi menjadi enam

kategori dengan kodenya, yaitu:

Tabel 2.2 Bentuk Dasar Pelek

No Nama Kode

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Diveded Type Rim

Drop Centre Rim

Wide Drop Centre Rim

Semi Drop Centre Rim

Flat Base Rim

Interim Rim

D.T.

D.T.

W.D.C

S.D.C

F.B

I.R.

1) Diveded Type Rim

Pelek ini digunakan untuk mobil kecil, kendaraan pertanian, skuter,

dan kendaraan industri. Pelek yang dibuat menjadi dua bagian ini

sangat mudah dalam penggantian ban.

2) Drop Centre Rim

Pelek jenis ini digunakan untuk mobil sedan, dan truk-truk kecil.

Pelek yang dibuat menjadi satu, dengan bagian tengah dibuat

cekung. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dan memasang

dan melepas bead ban.

3) Wide Drop Centre Rim

Ban yang mempunyai profil rendah yaitu lebar ban yang lebih besar

dibanding ban biasa. Pelek jenis ini banyak digunakan pada mobil

sedan dan truk kecil.

4) Semi Drop Centre Rim

Pelek jenis ini terutama digunakan untuk ban truk kecil. Banyak

bagian tengah yang sedikit cekung memudahkan penggantian ban.

Kontak antara ban dan pelek diperbesar dengan adanya Taper.

5) Flat Base Rim

Pelek jenis ini biasa digunakan pada truk dan bis. Struktur pelek yang

rata dan kuat, terdiri dua bagian dapat menahan beban lebih berat.

6) Interium Rim

Pelek jenis ini merupakan penyempurnaan pelek jenis Flat Based

Rim yang lebih lebar (Wide Base Rim). Pelek ini mempunyai tempat

bead ban yang lebih lebar dan membentuk taper pada kedua sisinya.

2.1.4.3 Pemeriksaan Ban Luar

1) Kesesuaian ban terhadap pelek yang digunakan.

Pelek yang digunakan harus sesuai dengan ukuran ban. Pemeriksaan

dapat dilakukan dengan melihat ukuran ban yang tertera pada

sidewall dan dibandingkan dengan ukuran pelek yang digunakan.

Ukuran pelek biasanya tertera pada pelek tersebut. Pemakaian pelek

yang tidak sempurna akan mengakibatkan akibat seperti telah

diuraikan di atas. Memeriksa run out roda juga menjadi hal penting,

yaitu seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.7 Pemeriksaan Ban

2) Pemeriksaan keausan ban.

Keausan ban dapat dilihat dengan melihat indikator keausan ban

pada tread. Jika keausan tread mencapai indikator, hal ini

menunjukkan batas keausan ban dan saatnya ban harus diganti.

3) Tekanan angin.

Tekanan angin ban yang tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan

pada ban dan memperpendek umur ban, diantaranya : keausan tread

tidak rata, lepasnya ikatan ply-cord dari karet ban, dan keretakan

pada daerah sidewall.Oleh karena itu penting juga dilakukan

memeriksa keolengan roda, seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.8 Pemeriksaan Keolengan

4) Kerusakan luar.

Kerusakan yang dapat diamati dari luar biasanya terjadi pada bagian

luar ban. Seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.9 Kerusakan Luar Ban

2.1.4.4 Pemeriksaan Ban Dalam

Pemeriksaan ban dalam terdiri dari :

1).Kesesuaian dengan ban luar yang dipakai. Ban dalam dan luar harus

menggunakan ukuran dan jenis yang sama. Ban luar radial harus

menggunakan ban dalam radial juga.

2).Keliling penampang luar. Ban dalam yang keliling penampang luarnya

telah mengembang sampai 92% atau lebih, dibandingkan dengan

keliling penampang ban luar pada bagian dalam harus diganti baru.

3).Kondisi pentil. Pentil yang sudah tidak bekerja dengan baik (macet,

karatan, bocor) tidak layak pakai dan harus diganti baru. Batang pentil

yang rusak (karatan/bocor) menunjukkan ban dalam harus diganti.

Pastikan tutup pentil ada dan terpasang.

4).Karet ban. Jika terjadi kerusakan pada ban dalam yang sudah aus,

terlipat, ataupun sobek maka harus diganti. Ban dalam dengan

tambalan yang sudah terlalu banyak juga harus diganti baru.

Gambar 2.10 Pemeriksaan Ban Dalam

2.1.4.5 Balans

a. Pengertian Balans

Balancing roda adalah pekerjaan menyetimbangkan roda mobil

atau sepeda motor agar sebaran massa / bobot merata, sehingga roda

mobil atau sepeda motor dapat berputar pada sumbu putarnya dengan

tenang tanpa ada getaran. Balance dibagi menjadi dua jenis yaitu static

balance dan dynamic balance.

b. Pengertian tidak balans statis dan tidak balans dinamis

1) Balans statis

Balans statis adalah keadaan roda tidak bergetar pada arah

atas-bawah ( wheel tramp). Dalam arti bahwa sebuah roda yang

mempunyai balans statis akan berhenti di sebarang posisi.

Sedangkan pada roda yang tidak balans, maka bagian yang berat

dari roda akan selalu terletak pada bagian bawah.

Untuk mendapatkan balans statis, maka distribusi masa bobot

(balance weight) atau timah pemberat merata di sekeliling sumbu

putaran roda, sehingga roda dapat diam pada setiap posisinya.

2) Balans dinamis

Balans dinamis adalah keadaan roda yang tidak bergetar pada

arah samping kiri dan kanan. Syarat balans dinamis adalah bahwa

garis tengah masa bobot terletak satu bidang dengan garis tengah

roda.Sedangkan bila terjadi pada ban tidak balans dinamis dapat

diperbaiki dengan menempelkan bobot timah sejumlah tertentu

sehingga garis tengah masa bobot sebidang dengan garis tengah

roda.

Gambar 2.9 Perbedaan Balans Statis dan Dinamis

2.1.5 Kesimpulan Hasil Belajar PCPT

Kesimpulan hasil belajar PCPT pada penelitian ini ialah adanya

perubahan atau suatu hasil nyata yang dicapai oleh semua siswa setelah

menjawab 35 soal Post tes dan mendapatkan nilai diatas KKM yaitu 80.

2.2 Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yania Risdiawati (2012) dengan judul

“Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team

Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil

Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Imogiri Tahun

ajaran 2011/201. Hasil Penelitian model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Siswa. Persamaan

dengan penelitian diatas dengan skripsi penulis yaitu menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan motivasi dan hasil

belajar siswa. Perbedaannya adalah pada penelitian Yania Risdiawati

diterapkan pada siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Imogiri, sedangkan

penelitian ini diterapkan pada siswa kelas XI-TKR 4 SMK Teratai Putih

Jakarta.

2. Penelitian Mariana Purnawati (2011) dengan judul Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Teknik Student Team Achievement Division

(STAD) untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar

Akuntansi Pada Siswa Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

SMA Kristen 1 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011. Kesimpulan penelitian

ini adalah penerapan model pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan

Keaktifan dan hasil belajar Akuntansi siswa. Perbedaannya penelitian

Mariana Purnawati yaitu mengukur keaktifan belajar dan hasil belajar,

sedangkan pada penelitian ini mengukur motivasi dan hasil belajar.

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan observasi di SMK Teratai Putih pada kelas XI-TKR 4, guru

pada mata pelajaran PCPT hanya menerapkan pembelajaran konvensional. Hal

ini menyebabkan siswa merasa bosan sehingga motivasi dan hasil belajar

PCPT pun cenderung rendah.

Guru harus menerapkan metode pembelajaran yang dapat menciptakan

kegiatan pembelajaran yang menekankan adanya sebuah reward, salah satunya

dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Diharapkan dengan menerapkan metode pembelajaran tersebut siswa tidak

merasa bosan dan lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dikelas,

sehingga motivasi belajar siswa tinggi dan hasil belajar siswa dapat mencapai

nilai KKM.

2.4 Hipotesis

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

1.Implementasi metode pembelajaran kooperatif tipe student teams

achievement divisons (STAD) dapat meningkatkan motivasi belajar PCPT

siswa kelas XI-TKR 4 SMK Teratai Putih Jakarta.

2.Implementasi metode pembelajaran kooperatif tipe student teams

achievement divisons (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar PCPT siswa

kelas XI-TKR 4 SMK Teratai Putih Jakarta.