bab ii landasan teori 2.1. konsep diri 2.1.1. pengertian...

15
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Fitts (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa konsep dri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Fitts menjelaskan konsep diri secara fenomenologis dan mengatakan bahwa ketika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, bearti individu menunjukan kesadaran diri dan kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti yang dilakukan terhadap dunia diluar dirinya. Jadi diri yang diamati, dialami dan dinilai oleh individu merupakan gambaran tentang diri atau konsep diri individu baik positif maupun negatif. Beck, Willian, dan Rawlin (dalam Anna, 1992) lebih menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh: fisikal, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Secara umum disepakati bahwa konsep diri belum ada sejak lahir. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Hurlock (1999) juga mengemukakan konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang

Upload: doanthu

Post on 27-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7371/2/T1_132009020_BAB II.pdf · seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Diri

2.1.1. Pengertian Konsep diri

Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya,

yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

dengan lingkungan. Fitts (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa konsep

dri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang

merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan

lingkungan. Fitts menjelaskan konsep diri secara fenomenologis dan mengatakan

bahwa ketika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, bearti

individu menunjukan kesadaran diri dan kemampuan untuk keluar dari dirinya

sendiri untuk melihat dirinya seperti yang dilakukan terhadap dunia diluar dirinya.

Jadi diri yang diamati, dialami dan dinilai oleh individu merupakan gambaran

tentang diri atau konsep diri individu baik positif maupun negatif.

Beck, Willian, dan Rawlin (dalam Anna, 1992) lebih menjelaskan bahwa

konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh: fisikal,

emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Secara umum disepakati bahwa

konsep diri belum ada sejak lahir. Konsep diri berkembang secara bertahap saat

bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Hurlock (1999)

juga mengemukakan konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang tentang

dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7371/2/T1_132009020_BAB II.pdf · seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

9

tentang diri mereka sendiri, karakteristik fisik, psikologis, sosial dan emosional,

aspirasi dan prestasi.

Tidak berbeda jauh dari apa yang dikemukakan Rogers dalam teorinya

(dalam Agustiani, 2006) konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki

seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang

diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor

bawaan melainkan berkembang terus menerus. Dasar dan konsep diri individu

ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang

mempengaruhi tingkah lakunya dikemudian hari.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah

cara pandang seseorang, baik secara fisik, psikis, spiritual, dan sikap yang

dipengaruhi oleh interaksi sosial dimana mereka berada.

2.1.2. Jenis Konsep Diri

Menurut Brooks (dalam Rakhmad, 1996) bahwa dalam menilai dirinya

seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif. Maksudnya

adalah bahwa setiap individu memiliki konsep diri yang berbeda-beda, yaitu

konsep diri positif dan konsep diri negatif.

Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang merasa

yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah, merasa setara dengan orang

lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai

berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui

oleh masyarakat, mampu memperbaiki karena Ia sanggup mengungkapkan aspek-

aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7371/2/T1_132009020_BAB II.pdf · seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

10

Individu yang mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah

mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi

masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percara bahwa setiap masalah

ada jalan keluarnya. Individu yang merasa setara dengan orang lain, Ia selalu

merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan orang lain, selalu

menghargai orang lain. Sedangkan individu yang meneriman pujian tanpa rasa

malu dan tanpa menghilangkan rasa merendah diri, maka meskipun Ia menerima

pujian Ia tidak akan membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.

Begitu pula orang yang peka terhadap perasaan orang lain akan menghargai

perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat. Dan

individu yang mampu mengungkapkan aspek-aspek kepribadian maka Ia mampu

mengintropeksi dirinya sendiri sebelum mengintropeksi orang lain.

Sebaliknya individu yang memiliki konsep diri negatif adalah individu

yang peka terhadap kritikan, responsif sekali terhadap pujian, cenderung bersifat

hiperkritis, cenderung merasa tidak disenangi orang lain, bersikap pesimis

terhadap kompetensi.

Individu yang tidak dapat menerima kritikan dari orang lain bearti individu

tidak dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap hal yang salah.

Orang yang responsif terhadap pujian, walaupun Ia berpura-pura menghindari

pujian, Ia Tidak dapat menyembunyikan antusiasme pada waktu menerima pujian.

Bersamaan dengan kesenangan terhadap pujian, merekapun aka selalu mengeluh,

mencela, atau meremehkan orang lain. Individu tidak sanggup menggungkapkan

penghargaan dan pengakuan pada kelebihan orang lain.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7371/2/T1_132009020_BAB II.pdf · seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

11

Selanjutnya individu yang merasa tidak disenangi orang lain maka ia

merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia beraksi pada orang lain sebagai musuh,

sehingga tidak dapat bersahabat dengan orang lain karena individu tersebut

merasa rendah diri atau bahkan berperilaku tidak disenangi. Begitu pula dengan

individu yang pesimis, Ia menjadi enggan untuk bersaing dengan orang lain dalam

membuat prestasi. Individu akan menganggap tidak berdaya melawan persaingan

yang akan merugikan dirinya.

Hurlock (1999) juga membedakan konsep diri menjadi dua yaitu konsep

Diri positif dan konsep diri negatif. Beberapa ciri orang yang memiliki konsep diri

positif dan negatif adalah sebagai berikut :

1. Konsep diri positif

Ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri positif adalah sebagai berikut :

a. Kemampuan berani bertindak spontan

b. Menerima orang lain dengan penuh hangat dan dan penuh penghargaan.

c. Mampu menyesuaikan diri.

d. Menyakini nilai-nilai dari prinsip tertentu serta bersedia

mempertahankannya.

e. Mampu bertindak berdasarkan moral yang baik.

f. Tidak menghabiskan waktu untuk mencemaskan apa yang akan terjadi

g. Memiliki keyakinan kepada kemampuan untuk mengatasi persoalan

h. Merasa sama dengan orang lain

i. Sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting bagi orang lain

j. Dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7371/2/T1_132009020_BAB II.pdf · seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

12

k. Mampu mengenali dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan

l. Peka terhadap orang lain

m. Kreatif dan tampil apa adanya

n. Menghargai diri sendiri dan orang lain

2. Konsep Diri Negatif

Ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif adalah sebagai

berikut :

a. Kecenderungan individu menjadi cemas

b. Sering merasa bingung pada diri sendiri

c. Harapan yang tidak realistis

d. Kurang mampu memahami informasi yang berkaitan dengan dirinya

e. Cenderung menggantungkan diri pada orang lain

f. Peka terhadap kritikan

g. Kritis terhadap orang lain

h. Bersikap pesimis terhadap kompetensi

i. Merasa dirinya tidak diterima

j. Kurang berani memenuhi tuntutan dirinya

k. Suka menyalahkan orang lain yang pada akhirnya membuat mereka

mengalami kegagalan dalam berhubungan dengan orang lain.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7371/2/T1_132009020_BAB II.pdf · seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

13

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Menurut Fitts (dalam Agustiani, 2006) konsep diri seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :

1. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan

positif dan perasaan beharga. Pengalaman yang diperoleh dalam kehidupan

karena konsep diri adalah hasil dari sebuah interaksi individu dengan

lingkungannya, maka pengalaman interpersonal merupakan faktor yang paling

penting bagi perkembangan konsep diri seseorang.

2. Kompetensi dalam area yang dihargai, mengenai kemampuan individu yang

ditampilkan sehingga mendapatkan penghargaan atau pengakuan dari orang

lain.

3. Aktualisasi diri dan realisasi diri potensi pribadi yang sebenarnya.

2.1.4. Dimensi-Dimensi dalam Konsep diri

Fitts (dalam Agustiani, 2006) membagi konsep diri dalam 2 dimensi

pokok, yaitu :

1. Dimensi Internal

Dimensi internal disebut juga dengan kerangka acuan internal yang

merupakan penilaian yang dilakukan individu yakni penilaian yang dilakukan

individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia didalam dirinya. Adapun

dimensi tersebut adalah:

a. Diri Identitas (Identity Self)

Diri sebagai identitas merupakan aspek dasar dari konsep diri. Dalam diri

identitas terkumpulah seluruh label dan simbol yang dipergunakan seseorang

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7371/2/T1_132009020_BAB II.pdf · seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

14

untuk menggambarkan dirinya yang didasarkan pada pernyataan : Siapakah

saya?”. Diri identitas dapat mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan

lingkungan dan juga dengan dirinya sendiri.

b. Diri Perilaku (Behavioral Self)

Diri pelaku merupakan persepsi seseorang terhadap tingkah lakunya atau

caranya bertindak yang terbentuk dari suatu tingkah laku yang biasanya diikuti

oleh konsekuensi dari luar diri, dari dalam diri maupun dari keduanya.

c. Diri penerima/penilai (Judging self)

Penilaian diberikan terhadap kemampuan yang ada dalam diri secara terpisah,

misalnya seseorang menggambarkan dirinya diri dan kuat (identitas diri),

selain itu gambaran diri juga disertai perasaan suka atau tidak suka terhadap

bentuk tubuhnya. Seseorang tegang dan letih (diri pelaku), Ia juga memikirkan

apakah perasaannya baik atau tidak. Penilaian juga dapat diberikan kepada

kedua macam bagian diri sekaligus. Misalnya, “Saya melakukan ini, tetapi

saya bukan orang yang biasa berbuat demikian”. Hal itu bearti bahwa orang

itu tidak setuju dengan tingkah lakunya.

2. Dimensi eksternal

Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan

aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain diluar dirinya.

Adapun dimensi tersebut adalah :

a. Diri Fisik (Phisical self)

Diri fisik merupakan persepsi seseorang terhadap keadaan fisik, kesehatan,

penampilan diri dan gerak motorik.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7371/2/T1_132009020_BAB II.pdf · seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

15

b. Diri Etik Moral (Moral Elhical self)

Diri Etik Moral merupakan persepsi seseorang tentang dirinya ditinjau dari

standar pertimbangan nilai-nilai moral dan etik. Seperti, bagaimana hubungan

orang tersebut dengan Tuhan dan dan nilai-nilai moral yang dianutnya.

c. Diri Pribadi (Personal self)

Diri pribadi merupakan perasaan individu terhadap nilai-nilai pribadi, terlepas

dari keadaan fisik dan hubungannya dengan orang lain dan sejauh mana ia

merasa dekat sebagai pribadi.

d. Diri keluarga (Family Self)

Diri keluarga merupakan perasaan dan harga diri seseorang sebagai anggota

keluarga dan teman-teman dekatnya. Sejauh mana mereka merasa dekat

sebagai anggota keluarga dan teman-temannya.

e. Diri sosial (Social self)

Diri sosial merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya dalam berinteraksi

dengan orang lain dalam lingkungan yang lebih luas.

2.2. Kemanfaatan Layanan dalam Bidang Bimbingan Pribadi

2.2.1. Pengertian Bimbingan Pribadi

Bimbingan pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu

dalam menyelesaikan masalah-masalah pribadi. Bimbingan pribadi diarahkan

untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu

dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan

yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7371/2/T1_132009020_BAB II.pdf · seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

16

keunikan karakteristik pribadi serta ragam masalah yang ditangani oleh individu

(dalam Juntika, 2006).

Nursalim & Suradi (2002) berpendapat bahwa bimbingan pribadi

bertujuan untuk membantu siswa mengenal, mengemukan, dan mengembangkan

pribadi yang beriman, bertaqwa terhadap Tuhan YME, mandiri serta sehat

jasmani. Bidang ini dirinci menjadi pokok-pokok berikut :

1. Pemantapan kebiasaan dan pengembangan sikap dalam beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Pemahaman kekuatan diri dan arah pengembangannya melalui kegiatan yang

kreatif dan produktif dalam kehidupan sehari-hari, dimasyarakat, maupun

untuk peranannya di masa depan.

3. Pemahaman bakat dan minat pribadi, serta penyalurannya dan

penegmbangannya, melalui kegiatan yang kreatif dan produktif

4. Pengenalan kelemahan diri dan upaya penanggulangannya.

5. Pemahaman dan pengalaman hidup sehat.

Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan

mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah

dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian

pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi

serta berbagai macam permasalahan yang dialami oleh individu.

Menurut Juntika (2005) layanan dasar bimbingan adalah layanan

bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh peserta didik

mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan hidupnya yang

mengacu pada tugas-tugas perkembangan peserta didik.

Dari pengertian bimbingan pribadi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

bimbingan pribadi merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik untuk

mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki, dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan sekitar, dan dapat bersosialisasi dengan orang lain.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7371/2/T1_132009020_BAB II.pdf · seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

17

2.2.2. Prinsip-Prinsip Bimbingan Pribadi

Menurut Juntika & Yusuf (2008) terdapat beberapa prinsip dasar yang

dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi layanan bimbingan. Prinsip-prinsip

tersebut adalah :

1. Bimbingan diperuntunkan bagi semua individu. Ini bearti bahwa bimbingan

diberikan kepada semua individu atau peserta didik; baik yang tidak

bermasalah; baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja, maupun

dewasa.

2. Bimbingan bersifat individualisasi. Prinsip ini bearti bahwa yang menjadi

fokus sasaran bantuan adalah individu.

3. Bimbingan menekankan hal yang positif. Merupakan cara untuk membangun

pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan

peluang untuk berkembang.

4. Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau

tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah.

5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan.

Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi

individu untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan

tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat.

6. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan.

Pemberian layanan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di

lingkungan keluarga, perusahaan atau industri, lembaga-lembaga

pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7371/2/T1_132009020_BAB II.pdf · seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

18

2.2.3. Tujuan Bimbingan Pribadi

Dalam dokumen Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan

Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (Ditjen PMPTK-Depdiknas, 2007)

dirumuskan tujuan bimbingan pribadi sebagai berikut :

1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan

ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi,

keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah/Madrasah, tempat kerja,

maupun masyarakat pada umumnya.

2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling

menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara

yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta

mampu meresponnya secara positif sesuai ajaran agama yang dianut.

4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif,

baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan ; baik fisik maupun

psikis.

5) Memiliki sikap positif dan respek terhadap diri sendiri maupun orang lain

6) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.

7) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang

lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

8) Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen

terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7371/2/T1_132009020_BAB II.pdf · seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

19

9) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk

hubungan persahabatan, persaudaraan, silaturahmi dengan sesama manusia.

10) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik internal

(dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.

11) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif

2.2.4. Jenis Layanan Bimbingan

Untuk memenuhi fungsi dan tujuan bimbingan perlu dilaksanakan

berbagai kegiatan layanan bantuan. Menurut Juntika dan Yusuf (2008) beberapa

jenis layanan bantuan bimbingan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Konseling

Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam program bimbingan.

Layanan ini memfasilitasi siswa untuk memperoleh bantuan pribadi secara

langsung yang meliputi pemahaman dan kemampuan untuk mengembangkan

kematangan dirinya (aspek potensi kemampuan, emosi, sosial, moral-

spiritual), menanggulangi masalah dan kesulitan yang dihadapi. Penyajian

informasi dalam arti menyajikan keterangan (informasi) tentang berbagai

aspek kehidupan yang diperlukan individu. Sedangkan layanan penempatan

adalah layanan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka

menyalurkan dirinya ke arah yang tepat sesuai dengan minat, kemampuan, dan

bakat.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7371/2/T1_132009020_BAB II.pdf · seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

20

2.2.5. Kemanfaatan Layanan dalam Bidang Bimbingan pribadi

Masa remaja merupakan masa peralihan dari kehidupan anak-anak dan

masa kehidupan orang dewasa. Dilihat dari fisiknya, remaja tidak seperti anak-

anak melainkan orang dewasa, tetapi jika diperlakukan seperti orang dewasa

sering kali remaja belum menunjukan sikap dewasa. Dalam masa ini, remaja

belajar tata nilai baru, cita-cita yang ingin diwujudkan, motivasi dan tujuan hidup.

Ditahap ini individu bermaksud mengeksplorasi area lingkungan guna

menanamkan identitas diri yang sebenarnya kemudian individu memusatkan

perhatian pada tugas utama mengembangkan rasa keintiman dan berkomitmen.

Beberapa ciri masa remaja seperti diatas maka perlu peran serta guru

pembimbing untuk mengarahkan anak didiknya dengan optimal sehingga

menghasilkan individu yang dapat diandalkan bukan hanya nilai akademis saja

tetap nilai moral dan spirituannya juga.

Kemanfaaatan bimbingan pribadi adalah manfaat yang dirasakan siswa

setelah mendapatkan layanan bimbingan pribadi agar siswa selalu berfikir positif

dalam dirinya. Kemanfaatan layanan bimbingan pribadi bagi siswa menurut

Juntika, (2005) adalah :

1. Siswa mempunyai pengenalan lebih jelas mengenai dirinya yaitu siswa dapat

melihat kemampuan, kelebihan, maupun kekurangan yang ada pada dirinya,

berkembang pemahaman diri serta mengaktualisasi diri.

2. Siswa mempunyai pengenalan yang lebih baik tentang lingkungan belajar,

sehingga mampu memilih dan mempertemukan pengetahuan diri dengan

informasi secara tepat dengan bertanggung jawab.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7371/2/T1_132009020_BAB II.pdf · seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

21

3. Siswa mampu mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan pemahaman diri,

pemahaman lingkungan sosial serta memecahkan masalah yang dihadapi.

Kemanfaatan layanan bimbingan pribadi bukan hanya dari motivasi siswa

sendiri tetapi ditentukan juga oleh tersediannya program bimbingan yang terarah

dan berkesinambungan, guru/petugas bimbingan yang terlatih dalam teknik

maupun pendekatan yang tepat dalam melakukan tugasnya menolong siswa dan

ada tujuan yang hendak dicapai bersama baik itu dari segi siswa maupun

guru/petugas bimbingan terlebih keberhasilan sekolah itu sendiri.

2.3. Temuan yang Relevan

Telah banyak dilakukan studi penelitian tentang layanan bimbingan

pribadi dengan konsep diri diantaranya hasil penelitian yang dilakukan oleh

Yulianto (2012) mengenai Program Bimbingan Pribadi-Sosial mengembangkan

konsep diri siswa kelas X SMA Negeri 24 Bandung tahun ajaran 2011-2012.

Berdasarkan hasil penelitian Yulianto (2012) ada hubungan yang signifikan antara

layanan bimbingan pribadi dan konsep diri.

Penelitian yang sama telah dilakukan oleh Fitriana (2011) mengenai

Pengaruh Layanan Informasi Dalam Bimbingan Pribadi terhadap Konsep Diri

Siswa Kelas XII di SMK Negeri 1 Rembang Kabupaten Rembang Tahun

Pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian Fitriana (2011) mengatakan terdapat

hubungan yang signifikan antara layanan bimbingan pribadi dengan konsep diri

siswa.

Penelitian Wijayanti (2010) yang berjudul Pengaruh Bimbingan Pribadi

terhadap Pengembangan Konsep Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Kabupaten

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7371/2/T1_132009020_BAB II.pdf · seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

22

Pemalang Tahun Pelajaran 2009/2010 juga menyatakan terdapat pengaruh yang

signifikan Bimbingan Pribadi terhadap Pengembangan Konsep Diri Siswa.

Kemudian pada tahun 2007 penelitian yang dilakukan Cherli Meyta

Ulintowe Sawiri tentang “Hubungan Antara Kemanfaaatan Layanan Bimbingan

Pribadi dengan Konsep Diri Siswa Kelas X SMA Theresiana Salatiga”

menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara kemanfaatan layanan

bimbingan pribadi dengan konsep diri siswa Kelas X SMA THeresiana dengan

hasil r=0,136 dengan nilai P=0,228 dengan p>0,05.

Dilihat dari hasil-hasil penelitian diatas dapat disimpulkan adanya

hubungan yang signifikan dan tidak signifikan maka penulis tertarik melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara kemanfaatan layanan bimbingan

pribadi dengan konsep diri.

2.4 Hipotesis

Ada hubungan yang signifikan antara kemanfaatan layanan bimbingan

pribadi dengan konsep diri pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Grobogan. Semakin

tinggi kemanfaatan layanan bimbingan pribadi, maka siswa akan memiliki konsep

diri positif.