bab ii landasan konseptual -...

22
16 BAB II LANDASAN KONSEPTUAL Membahas tentang Modal Sosial, tentu saja, ada banyak sekali definisi yang berbeda yang dikembangkan oleh para ahli. Definisi konsep Modal Sosial yang dibahas oleh para ahli akan dipaparkan dalam sub bab ini, namun yang terpenting dalam memahami Modal Sosial adalah bagaimana memahami norma yang melandasi tindakan sosial seseorang maupun komunitas, norma tersebut berhasil membentuk kepercayaan dan jejaring yang efektif akan menghasilkan hasil maksimal dalam pencapaian-pencapaian tujuan baik individu maupun kelompok. 2.1. Konsep Modal Sosial Field mengatakan dengan jelas demikian: teori Modal Sosial, tesis sentralnya dapat diringkas dalam dua kata, soal hubungan. Dengan membangun hubungan dengan sesama, dan menjaganya agar terus berlangsung sepanjang waktu, orang mampu bekerja bersama-sama untuk mencapai berbagai hal yang tidak dapat mereka lakukan sendirian, atau yang dapat mereka capai tetapi dengan susah payah. 1 Dalam konteks ekonomi, konsep Modal Sosial oleh para ahli ekonomi pada abad 19 yang lalu 2 . Dalam literatur sosiologi, konsep Modal Sosial telah dibahas oleh tiga tokoh utama sosiologi yaitu Durkheim, Marx dan Weber. Durkheim membahas tentang 1 John, Social Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana Yogyakarta 2011), 1 2 Catignilone, Dario., et.al, Social Capital‟s Fortune: An Introduction: The Handbook of Social Capital, (Oxford University Press, New York, 2008), 2

Upload: truonghanh

Post on 22-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

16

BAB II

LANDASAN KONSEPTUAL

Membahas tentang Modal Sosial, tentu saja, ada banyak sekali definisi yang

berbeda yang dikembangkan oleh para ahli. Definisi konsep Modal Sosial yang dibahas

oleh para ahli akan dipaparkan dalam sub bab ini, namun yang terpenting dalam memahami

Modal Sosial adalah bagaimana memahami norma yang melandasi tindakan sosial

seseorang maupun komunitas, norma tersebut berhasil membentuk kepercayaan dan

jejaring yang efektif akan menghasilkan hasil maksimal dalam pencapaian-pencapaian

tujuan baik individu maupun kelompok.

2.1. Konsep Modal Sosial

Field mengatakan dengan jelas demikian: teori Modal Sosial, tesis sentralnya

dapat diringkas dalam dua kata, soal hubungan. Dengan membangun hubungan dengan

sesama, dan menjaganya agar terus berlangsung sepanjang waktu, orang mampu bekerja

bersama-sama untuk mencapai berbagai hal yang tidak dapat mereka lakukan sendirian,

atau yang dapat mereka capai tetapi dengan susah payah.1

Dalam konteks ekonomi, konsep Modal Sosial oleh para ahli ekonomi pada

abad 19 yang lalu2. Dalam literatur sosiologi, konsep Modal Sosial telah dibahas oleh tiga

tokoh utama sosiologi yaitu Durkheim, Marx dan Weber. Durkheim membahas tentang

1John, Social Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana Yogyakarta

2011), 1 2Catignilone, Dario., et.al, Social Capital‟s Fortune: An Introduction: The Handbook of Social

Capital, (Oxford University Press, New York, 2008), 2

17

Modal Sosial dalam refleksinya atas transisi jangka panjang dari yang digambarkannya

sebagai solidaritas mekanik dunia feodal menuju solidaritas organic.3

Sebagai kajian keilmuan yang serius, istilah Modal Sosial baru pertama kali

muncul pada tahun 1916 ketika Lyda Hudson Hanifan menulis tentang The Rural School

Community Center.4 Kajian ini mengemuka karena para ahli menyadari bahwa dalam

menggerakan aktivitas-aktivitas yang bersifat ekonomi tidak semata hanya dengan modal-

modal seperti modal fisik, modal manusia (pengetahuan dan ketrampilan), namun ada

pelumas lain dalam melancarkan aktivitas itu, yang oleh Putnam disebut sebagai kehendak

untuk melakukan kerjasama demi mencapai tujuan-tujuan bersama.5

Sangat banyak definisi yang disampaikan oleh para ahli tentang Modal Sosial.

Definisi ini juga merujuk pada obyek riset mereka terkait konsep Modal Sosial ini. Putnam

misalnya memfokuskan kajiannya pada tradisi politik Italia dan Amerika, sementara

Bourdieu memfokuskan kajiannya pada kelas sosial serta ketidakadilan sosial pada

masyarakat Perancis.Fukuyama berfokus pada tradisi kultural masyarakat Asia dalam

konteks korporasi.Hampir serupa dengan Bourdieu, Coleman lebih melirik pada kelas

sosial individu dalam masyarakat, dengan kajian pada kehendak untuk berprestasi. Ragam

definisi tentang modal sosial ini, maka tak heran Lin, Fu, Sung berujar:

without clear conceptualization, social capital maybe soon become a catch-all

term broadly used in reference to anything that is “social”6.

3John Field, Social Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana Yogyakarta

2011), 1 4 Eko Handoyo, Eksistensi Pedagang Kaki Lima: Studi Tentang Kontribusi Modal Sosial Terhadap

Resistensi PKL di Semarang, Disertasi (Tisara Grafika, Salatiga, 2012), 63. 5Field, Social Capital Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana

Yogyakarta 2011), 20 6Julia Hauberer, Social Capital Theory: Towards a Methodological Foundation, 1

st Ed., (VS Verlag

fur Sozialwissenschaften, Germany, 2011), 35

18

Putnam7, teoritisi politik asal Amerika dalam meneliti tradisi politik di Italia,

memberikan definisi pertama kali tentang Modal Sosial yaitu

features of social organization, such as trust, norms and networks, than can

improve the efficiency of society by facilitating coordinate actions.

Tahun 1996 Putnam8 lebih mempertegas definisinya tentang konsep Modal

Sosial dengan berujar demikian:

social capital I mean features of social life networks – norm – and trust – that

enable participants to act together more effectively to pursue shared objectives.

Definsi Putnam tentang Modal Sosial sedikit berubah dari tahun 1990-an. Pada

tahun 1996, ia menyatakan bahwa:

yang saya maksud dengan Modal Sosial adalah bagian dari kehidupan Sosial –

Jaringan, Norma, dan Kepercayaan – yang mendorong partisipan bertindak bersama secara

lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama9.

Tiga ramuan utama dalam pembahasan ini belum berubah sejak tahun 1993;

yang baru adalah identifikasi partisipan ketimbang masyarakat sebagai penerima manfaat

dari Modal Sosial. Selanjutnya, dalam buku terkenalnya, Putnam berargumen bahwa:

Gagasan inti dari modal sosial adalah bahwa jaringan sosial memiliki

nilai…kontak sosial mempengaruhi produktivitas individu dan kelompok10

.

Istilah itu sendiri didefinisikannya merujuk pada:

Hubungan antar individu – jaringan sosial dan norma resiprositas dan

keterpercayaan yang tumbuh dari hubungan-hubungan tersebut11

.

Sebagai seorang Marxis, Pierre Bourdieu menekankan Konsep Modal Sosial

dalam kerangka pembagian kelas dan ketidakadilan struktural. Bourdieu, dalam memetakan

konsepnya, mengalami perubahan skala, dimana pada era 70 - 80an, Bourdieu membangun

konsep Modal Sosial dengan menenkankan lebih kepada kapasitas individu, dengan

ujarannya tentang Modal Sosial adalah berikut:

7 John Field, Social, 35

8 Robert Putnam, Democracies in Flux: The Evolution of Social Capital in Contemporary Society,

(Oxford University Press, Inc, New York, USA, 2002), 22. 9 Idem, Who Kill Civic America, Prospect, 7. 24, 66 - 72

10 Idem, Bowling Alone, The Collapse and Revival of American Community (Simon and Chuster,

New York, 2000), 18 – 19. 11

Idem, Bowling Alone, The Collapse and Revival of American Community (Simon and Chuster,

New York, 2000), 20

19

Social capital is capital social of relationship which will provide, if necessary

useful supports: a capital of honorability and respectability which its often indispensable in

one desire to attract client in social important position, and which may serve a currency,

for instance in a political career12

.

Sementara, di era 80-an, Bourdieu13

membuat definisi tentang Modal Sosial dan

menyebutnya sebagai atribut individu dalam konteks sosial:

Social capital is an attribute of an individual in social context. One can acquire

social capital through purposeful actions and can transform that capital into conventional

economics gain. The ability to do so, however, depends on the nature of social obligations,

connections, and networks available to you.

Selanjutnya, pada era 90-an, Bourdieu memberikan definisi konsep yang lebih

menyeluruh tentang Modal Sosial dengan menjelaskan konsep Modal Sosial menurutnya

sebagai berikut:

Social capital is the resources, actual or virtual, that accrue to an individual or

group by virtue of possessing a durable network of more or less institutionalized

relationships of mutual acquaintance and recognition14

.

Untuk memahami pemikiran Bourdieu tentang Modal Sosial, perlu kita ingat

bahwa pokok perhatiannya dahulu dan sekarang adalah pemahaman atas hierarki sosial.

Dalam banyak hal, ia membahas gagasan yang banyak dipengaruhi oleh sosiologi Marxis.

Menurutnya, modal ekonomi adalah akar dari semua jenis modal lain dan ia tertarik pada

bagaimana hal ini dapat dikombinasikan dengan bentuk modal lain untuk menciptakan dan

mereproduksi ketimpangan. Bagi Bourdieu, ketimpangan harus dijelaskan oleh produksi

dan reproduksi modal. Ia mengingatkan pembaca bahwa modal adalah akumulasi kerja

yang perlu waktu untuk diakumulasikan. Namun, melihat modal semata-mata dari aspek

ekonomi tidaklah cukup.Jelas bahwa pertukaran ekonomi digerakkan untuk mencari laba,

dan dengan demikian diarahkan untuk mengejar kepentingan diri.Namun Bourdieu

12

John Field, Social, 17 13

Rhonda Phillip and Robert H. Pittman, an Introduction to Community Development, (Routledge,

Canada USA, 2009), 50. 14

John, Field, Social, 17

20

menentang padangan konvensional bahwa pertukaran immaterialjagat seni, atau cinta dan

perkawinankarena alasan yang tidak diketahui dipandang sebagai sesuatu yang memiliki

daya tarik. Modal budaya dan Modal Sosial harus diperlakukan sebagai asset, yang

merepresentasikan produk akumulasi kerja.

Bourdieu berargumen, mustahil memahami dunia sosial tanpa mengetahui

peran modal dalam segala bentuknya dan tidak sekedar dalam satu bentuk yang diakui oleh

teori ekonomi.15

Pada awalnya ia mengadopsi modal budaya untuk menjelaskan

timpangnya prestasi akademik anak-anak dari kelas sosial yang berlainan dan dari

kelompok yang berbeda dalam kelas sosial. Dengan menjalankan strategi investasi budaya

di dalam keluarga, beberapa kelompok sosial mampu memastikan anak-anak mereka akan

mendapatkan hasil optimal dari pendidikan. Dalam beberapa hal, ia berargumen bahwa

transmisi modal budaya merepresentasikan bentuk paling efektif transmisi modal budaya

melalui warisan, karena sebagian besar hal tersembunyi dan dengan demikian tidak kurang

siap dikendalikan, sementara itu warisan kekayaan ekonomi dapat dikendalikan melalui

kebijakan pajak.

Bourdieu memasukkan beberapa pendekatan umum yang sama pada

pemaparannya tentang Modal Sosial. Dalam catatan-catatan sementara yang ditulisnya,

Bourdieu menyatakan bahwa istilah Modal Sosial adalah satu-satunya cara utnuk

menjabarkan prinsip-prinsip asset sosial yang menjadi kentara manakala Individu yang

berlainan memperoleh hasil yang sangat tidak setara dari modal yang kurang lebih

ekuivalen (ekonomi atau budaya) menurut sejauh mana mereka mampu memobilisasi

15

Bourdieu, P. The Form of Capital: Handbook Theory and Research in Sociology Foundation, J. G.

(edt). West (Port: Greenwood Press, 1992), 422

21

sekuat tenaga modal dari suatu kelompok (keluarga, mantan siswa sekolah elite, klub

pilihan, kebangsawanan, dan lain sebagainya).16

Jadi, dengan cara yang khas Modal Sosial mereproduksi ketimpangan, namun

hal ini dilakukan secara independen dari modal ekonomi atau modal budaya, yang menjadi

bagian tak terlepaskan darinya. Sejauh bentuk-bentuk modal yang berlainan tidak diubah,

atau lebih tepatnya tidak dapat direduksi menjadi modal ekonomi, itu semua karena

perbedaan mereka dalam mengungkapkan aspek ekonomi.Semakin transparan nilai

ekonomi, semakin besar konvertibilitasnya, namun makin rendah kesahihannya yang

menjadi sumber diferensiasi sosial.17

Daripada konveritibilitas Bourdieu lebih tertarik pada

bagaimana jenis-jenis modal yang berlainan secara bersama-sama membedakan kelas-kelas

utama berdasarkan kondisi eksistensi; dan dalam masing-masing kelas tersebut,

meningkatkan perbedaan-perbedan sekunder pada basis dari perbedaan distribusi modal

secara keseluruhan mereka antara jenis modal yang berlainan.18

Fukuyama menjelaskan Modal Sosial sebagai kemampuan individu dalam

beraktivitas secara tepat untuk mencapai tujuan bersama di dalam komunitas atau

organisasi.19

Kata modal manusia banyak digunakan dikalangan ekonom zaman sekarang

modal tidak selalu identik dengan tanah, peralatan, mesin, akan tetapi manusia karena

memiliki pengetahuan dan ketrampilan adalah termasuk di dalamnya maka Modal Sosial

ataupun kemampuan untuk beraktivitas dalam bagian saling terkait dengan orang lain

16

Idem, Arena Produksi Kultural Sebuah Kajian Sosiologi Budaya (Kreasi Wacana, Yogyakarta,

2011), 2 17

Bourdieu, P, The Form 253-254. 18

Bourdieu, P, The Form, 114. 19

Francis Fukuyama, Social Capital and Civil Society, IMF Working Paper, WP/00/74, April 2000,3

22

adalah ketrampilan terpenting manusia. Hal ini tidak akan berhasil jika tidak terdapat

kepercayaan diantara mereka.

Dalam ujarannya, Fukuyama20

mengatakan demikian:

While social capital has been given of different definitions, most of them refer

to manifestation of social capital rather than to social capital itself. The definition I use in

this paper is social capital is an instantiated informal norms that promotes cooperation

between two or more individuals. The norms that constitute social capital can range from a

norm of reciprocity between two friends, al the way to complex and elaborately articulated

doctrines like Christianity of Confusianism. These norms most be instantiated in an actual

human relationship: the norm of reciprocity exist in potential in my dealing with people,

but is actualized in my dealing with friends, at al epiphenomenal, arising because of social

capital but not constituting social capital itself..

2.2. Fungsi Modal Sosial dalam Kehidupan Kelompok

Sebagaimana Modal lainnya (fisik, finansial, dan manusia), Modal Sosial juga

merupakan sumber daya yang ada dalam suatu komunitas, yang dapat dimanfaatkan oleh

individu atau komunitas itu, untuk tujuan-tujuan yang spesifik. Meskipun begitu, para ahli

Modal Sosial, tidak serta-merta sepakat bahwa Modal Sosial itu dapat dimanfaatkan secara

maksimal oleh semua pihak, baik itu individu ataupun komunitas.Bourdieu, memandang

Modal Sosial hanya dapat diakses dan dimanfaatkan secara penuh oleh mereka yang

memiliki modal budaya yang kuat. Dengan kata lain, Modal Sosial hanya yang ada dalam

komunitas, hanya dapat berfungsi dan dimanfaatkan oleh individu ataupun komunitas yang

memiliki modal budaya yang kuat untuk melanggengkan kekuasaannya. Dalam bahasa

Bourdieu,Modal Sosial adalah sebuah arena pertarungan pertukaran modal-modal simbolik

para aktor yang memiliki modal kultural yang dapat mendominasi individu, komunitas

bahkan massa. Berkebalikan dengan Bourdieu, Coleman justru melihat dari sisi optimistik

20

Francis Fukuyama, Social Capital and Civil Society, IMF Working Paper, WP/00/74, April 2000, 4

23

kekuatan Modal Sosial. Menurut Coleman, Modal Sosial adalah kekuatan yang ada – akses

yang dapat dimanfaatkan bahkan oleh mereka yang memiliki modal yang lemah atau

kurang beruntung. Putnam, dalam meminjam catatannya de Tocqueville, memandang

bahwa Modal Sosial justru menjadi pilar bangkitnya demokrasi di Amerika melalui asosiasi

terbuka, meskipun kepercayaan (trust) tidak menjadi penekanannya, karena yang utama

ialah bagaimana kepentingan-kepentingan per individu dalam komunitas itu diakomodir,

dan selanjutnya diatur dalam konstitusi sebagai kepentingan umum. Dalam asosiasi

terbuka, pada akhirnya setiap orang diperlakukan setara, dan yang terutama ialah

penekanan pada rasionalitas tentang kepentingan bersama itu. Fukuyama melihat Modal

Sosial dalam fungsi sebagai upaya untuk mempertahankan kepemilikan, berbasis klan.

Dalam tesis Fukuyama, upaya untuk membangun imperium bisnis berbasis keluarga, maka

trust (kepercayaan) perlu dipelihara sebagai sebuah tradisi dalam keluarga. Sebagai

wujudnya, maka akses seluas-luasnya (trust) diberikan kepada setiap anggota untuk dapat

membangun korporasi.21

Fungsi yang berbeda-beda tentang modal sosial yang demikian, dalam

perspektif masing-masing ahli, kemudian membuat Woolcook, memetakan berbagai

pemikiran tentang Modal Sosial dan merangkum fungsi Modal Sosial dari berbagai

pemikiran itu dalam tiga fungsi utama, yaitu.22

a) Modal Sosial yang mengikat (bounding), berarti ikatan antara orang dalam

situasi yang sama, seperti keluarga dekat, teman akrab dan rukun tetangga

21

Bandingkan John Field, Sosial Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi

Wacana Yogyakarta 2011), 1-126 22

Woolcook, M,2001 “The Place of Social Capital in Understanding Social and Economics

Outcomes,” 11-17

24

b) Modal Sosial yang menjembatani (bridging), yaitu mencakup ikatan yang

lebih longgar dari beberapa orang, seperti teman jauh dan rekan sekerja dan

c) Modal Sosial yang menghubungkan (linking), yang menjangkau orang-

orang yang berada pada situasi yang berbeda, seperti mereka yang sepenuhnya

ada diluar komunitas, sehingga mendorong anggotanya memanfaatkan banyak

sumber daya.

2.3. Proses Pembentukan Modal Sosial

Bertanya tentang bagaimana proses pembentukan Modal Sosial, sama dengan

pertanyaan bagaimana komunitas terbentuk, atau dalam skala yang lebih besar, bagaimana

masyarakat itu terbentuk? Dasar pemikiran pembentukan Modal Sosial adalah kesadaran

bahwa tujuan baik itu tujuan yang bersifat individu maupun akhirnya tujuan-tujuan bersama

komunitas tidak dapat dicapai jika hanya dilakukan seorang diri.

Dalam Studinya tentang suku-suku di Aljazair selama tahun 1960-an, Bourdieu

menggambarkan perkembangan dinamis struktur nilai dan cara berpikir yang membentuk

apa yang disebutnya dengan „habitus‟, yang menjadi jembatan antara agensi subyektif

dengan posisi obyektif. Ketika mengembangkan gagasannya tentang habitus, Bourdieu

menengaskan bahwa kelompok yang mampu menggunakan simbol-simbol budaya sebagai

tanda pembeda, yang menandai dan membangun posisi mereka dalam struktrur sosial.Ia

memperkuat pandangannya dengan menggunakan metafora „modal budaya‟, yang

menunjuk pada cara kelompok memanfaatkan fakta bahwa beberapa jenis selera budaya

menikmati lebih banyak status daripada jenis selera budaya yang lain. Kemampuan untuk

menikmati Bach, misalnya, bukanlah tanda superioritas intrinsik melainkan koin dalam

mata uang budaya yang digunakan oleh kelompok sosial tertentu untuk mempertahankan

25

superioritas atas kelompok lain. Lebih jauh lagi, Bourdieu berulang kali menengaskan,

modal budaya yang dimiliki bukan sekedar mencerminkan sumber daya modal finansial

mereka.Dibangun oleh kondisi keluarga dan pendidikan di sekolah, modal budaya pada

batas-batas tertentu dapat beroperasi secara independen dari tekanan uang, dan bahkan

dapat memberikan kompensasi bagi kekurangan uang sebagai bagian dari strategi individu

atau kelompok untuk meraih kekuasaan.23

James Coleman, seorang sosiolog penting Amerika yang banyak memberikan

pengaruh pada studi pendidikan, sejauh ini memiliki pengaruh yang lebih besar

dibandingkan Bourdieu. Dalam serangkaian penelitian tentang prestasi pendidikan di

lingkungan kumuh Amerika, Coleman mampu menunjukkan bahwa Modal Sosial tidak

terbatas pada mereka yang kuat, namun juga mencakup manfaat riil bagi orang miskin dan

komunitas yang terpinggirkan. Modal Sosial menurut Coleman, merepresentasikan sumber

daya karena hal ini melibatkan harapan akan resiprositas, dan melampaui individu manapun

sehingga melibatkan jaringan yang lebih luas yang hubungan-hubungannya diatur oleh

tingginya tingkat kepercayaan dan nilai-nilai bersama.24

Lebih umum lagi, Coleman berusaha mengembangkan ilmu sosial inter-

disipliner yang bisa berasal dari ilmu ekonomi dan sosiologi.Coleman banyak dipengaruhi

oleh karya Gary Becker, yang sebagaimana dirinya, bekerja di Universitas Chicago. Karya

Becker tentang Modal manusia, yang menerapkan prinsip-prinsip ekonomi pada studi

pendidikan, keluarga, kesehatan dan diskriminasi, menggunakan kerangka kerja teori

23

Field, John, Sosial Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana

Yogyakarta 2011), 20-22 24

Field, John, Sosial Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana

Yogyakarta 2011), 23

26

pilihan rasional, dan dalam kerangka kerja intelektual inilah ia berusaha menempatkan

konsepsinya tentang Modal Sosial. Teori pilihan rasional (atau tindakan rasional) memiliki

keyakinan dengan ekonomi klasik bahwa semua perilaku berasal dari individu yang

berusaha mengejar kepentingan mereka sendiri dengan demikian interaksi sosial dipandang

sebagai bentuk pertukaran. Dari teori pilihan rasional Coleman berkembang pandangan

yang luas tentang masyarakat sebagai sekumpulan sistim sosial perilaku individu. Untuk

menguraikan prinsip-prinsip tatanan sosial, Coleman mengusulkan agar perilaku pada level

sistim harus dipilah-pilah lagi menjadi pemahaman atas preferensi individu dan tindakan-

tindakan mereka.25

Sosiologi pilihan rasional memiliki model perilaku individu yang sangat

individualistik, dengan setiap orang yang secara otomatis melakukan hal-hal yang akan

melayani kepentingan mereka sendiri, tanpa memperhitungkan nasib orang lain. Bagi

Coleman, konsep Modal Sosial adalah sarana untuk menjelaskan bagaimana orang

berusaha bekerja sama. Satu contoh dari bagaimana hal ini bekerja, yang banyak dipilih

oleh teoritisi pilihan rasional, berasal dari teori permainan.

Coleman mengelaborasi definisi Modal Sosial ini dalam satu makalah yang

banyak dikutip, yang keyakinan sentralnya – hubungan antara Modal Sosial dengan modal

manusiamerefleksikan perhatiannya terhadap sintesis antara sosiologi dan

ekonomi.Argumennya terpusat pada identifikasi kontribusi Modal Sosial bagi

pembangunan modal manusia.Coleman lebih sedikit memberikan perhatian pada evaluasi

kelebihan relatif Modal Sosial dan modal manusia sebagai konsep ketimbang membedakan

25

Field, John, Sosial Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana

Yogyakarta 2011), 24

27

keduanya dan mengeksplorasi kesalingterkaitannya. Seperti ditemukan kemudian daripada

menjadi konsep yang saling bersaing, keduanya menunjuk pada fenomena yang saling

terkait namun terpisah yang diyakininya seringkali bersifat saling melengkapi.26

Sejak diterbitkannya studi penting yang dilakukannya, yaitu Bowling Alone

pada tahun 2000, Robert Putnam terkenal sebagai pendukung Modal Sosial yang paling

banyak dikenal khalayak. Kalau Bourdieu dan Coleman dikenal dalam dunia sosiologi dan

teori sosial pada cakupan terbatas, kontribusi Putnam melampaui batas-batas bidang

profesionalnya, yaitu ilmu politik, dan menjangkau publik yang lebih luas.27

Bertolak belakang dengan sosiolog Coleman dan Bourdieu,Putnam berlatar

belakang ilmu politik.Setelah di bawah arahan Ron Inglehart meneliti hubungan nilai sosial

dengan sikap politik, studi utama Putnam pertama mengulas peran keterlibatan warga

dalam membangun stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi, yang didasarkan atas

penelitian lapangan di Italia.Selanjutnya, dengan cepat Putnam mengalihkan perhatiannya

ke Amerika Serikat, dan menerbitkan serangkaian makalah yang mengklaim telah

menunjukkan bahwa telah terjadi kemerosotan besar Modal Sosial sejak tahun 1940-an,

yang menjelaskan tidak terkendalikannya banyak kawasan urban diAmerika.Sebagaimana

tampak pada komentarnya tentang ketenaran yang diraihnya, tesis ini berbicara tradisi

panjang dan kepedulian terhadap kondisi demokrasi dan komunitas di Amerika

Serikat.Kepedulian ini dapat dilacak kembali pada pertama abad ke-19, dan terutama pada

26

Coleman, J. 1994. Social Capital in The Creation of Human Capital, Suplement, (American

Journal Sociology, 1994), 304. 27

Field, John, Social Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana

Yogyakarta 2011), 25

28

diterimanya tulisan-tulisan Alexis de Tocqueville, seorang penulis Perancis pada abad ke-19

di Amerika, yang tetap mewarnai analisis politik Amerika Utara sampai dengan hari ini.28

Bercermin pada perjalanannya ke seluruh Amerika Serikat pada tahun 1831,

pada awalanya de Tocqueville sedikit terkejut dengan apa yang dilihatnya sebagai

demokrasi besar pertama di dunia yang mendekati anarki. Berpandangan konservatif, de

Tocqueville percaya bahwa kesetaraan formal di hadapan hukum pasti cenderung

menghasilkan masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang teratomisasikan, yang

kemudian akan mengarah pada despotisme. Namun, ketika melakukan perjalanan, ia

mengubah pandangannya, ketika menemukan arena pembelajaran warga yang tidak selaras

di dalam kehidupan asosiasional Amerika.

Dalam asosiasi-asosiasi politik, bangsa Amerika, dengan segala kondisi,

pikiran, dan usia, sehari-hari merasakan nikmat umum dari asosiasi dan semakin terbiasa

dengan penggunaan hal ini. Disana mereka berkumpul dalam jumlah banyak, mereka

berbicara, mereka mendengar satu sama lain, dan secara timbal balik mereka tergerak untuk

berbuat. Pada akhirnya mereka memasukkan ke dalam kehidupan warga pemahaman-

pemahaman yang telah mereka peroleh dan menjadikannya melayani seribu tujuan.29

Bagi de Tocqueville, kehidupan asosiasional merupakan landasan penting

tatanan sosial dan satu sistim yang relatif terbuka, dan jelas-jelas pasca artistokratis.

Tingginya tingkat keterlibatan warga yang jauh dari mengajak ke arah despotisme,

mengajarkan orang bagaimana bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat; ini adalah

28

Field, John, Social Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana

Yogyakarta 2011), 26 29

Tocqueville, de, Alexis, Revolusi, Demokrasi dan Masyarakat, Terj (Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

1993), VII

29

tempat bagi tumbuhnya masyarakat demokrasi. Pesan Putnam mendapatkan banyak

audiens karena ia menyatakan bahwa batu landasan Tocquevillian bagi demokrasiAmerika

mulai rusak.30

Selanjutnya teori Modal Sosial yang dikemukakan Putnam menunjukkan

kesamaan menonjol dengan pandangan Durkhemian tentang solidaritas. Penggunaan kata

seperti produktivitas dan secara efektif berarti bahwa ia melihat Modal Sosial sebagai

sesuatu yang fungsional, namun konteksnya menjelaskan bahwa ia tidak sedang

menjelaskan aktor individu teori pilihan rasional yang melakukan kalkulasi.31

Dalam bukunya yang berjudul Guncangan Besar Kodrat Manusia dan Tata

Sosial Baru, Fukuyama menemukan adanya kemunduran hierarki birokratis dalam bidang

politik dan ekonomi seiring dengan berkembangnya teknologi informasiProduksi berbasis

industri pun mengalami transisi kearah bentuk produksi berbasis informasi. Sistim

kepemimpinan hierarkis mengalami erosi dan model jaringan yang bertandakan hubungan

informal dan persekutuan antar organisasi, sebagaimana dapat disaksikan pada sistim

keiretsu Jepang, persekutuan perusahan Italia, dan hubungan Boeing dengan pemasoknya,

dan menutup kelemahan dari sistim hierarki.32

Pertukaran dalam model jaringan, menurut Fukuyama, bersifat timbal balik,

tidak semata-mata berdasarkan prinsip untung rugi33

. Hal ini terjadi karena pertukaran

dalam jaringan berbasis norma bersama bersifat informal, tidak mengharapkan balasan

langsung, tetapi mendambakan manfaat jangka panjang. Jaringan ini merupakan bagian

30

Field, John, Social Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana

Yogyakarta 2011), 27 31

Field, John, Social Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana

Yogyakarta 2011), 29 32

Francis Fukuyama, Social Capital and Civil Society, IMF Working Paper, WP/00/74, April 2000, 8 33

Francis Fukuyama, Social Capital and Civil Society, IMF Working Paper, WP/00/74, April 2000,9

30

penting dari Modal Sosial. Jaringan atau Jejaring Sosial, dalam pandangan Christakis dan

Flowermemuat dua aspekpenting, yaitu: (1) ada hubungan yakni siapa yang tersambung

dengan siapa; (2) penularan (contagnion), yang merujuk pada apa saja yang mengalir

sepanjang ikatan.34

Pada level individu, anggota jaringan akan memperoleh keuntungan, misalnya

meningkatkan akses pada pertukaran informasi, penegakan kontrak dan fokus pada visi dan

tujuan kolektif. Dalam konteks demikian, Modal Sosial dipahami sebagai norma timbal

balik dan jaringan atau asosiasi yang dapat mempromosikan tindakan kerjasama dan yang

dapat digunakan sebagai sumber daya sosial untuk manfaat yang saling menguntungkan.35

Pentingnya kepercayaan dalam mencapai kesejahteraan ekonomi merupakan

sorotan utama dalam kajian yang dilakukan Francis Fukuyama. Dalam karyanya Trust: The

Social Virtues and the Creation of Prosperity,Fukuyama, seorang pakar sosiologi Amerika

keturunan Jepang kelahiran Chicago yang terkenal ini, mengatakan, konsolidasi

kesejahteraan dan demokrasi serta daya saing suatu masyarakat ditentukan oleh tingkat

kepercayaan antar sesam warga. Bertolak dari karya pakar sebelumnya, terutama James

Coleman, Fukuyama menggunakan konsep kepercayaan untuk mengukur tingkat Modal

Sosial.Ia berpendapat bahwa Modal Sosial akan menjadi semakin kuat apabila dalam suatu

masyarakat berlaku norma saling balas membantu (resiprositas) dan kerjasama yang

kompak melalui suatu ikatan jaringan hubungan kelembagaan sosial. Fukuyama

menganggap kepercayaan itu sangat berkaitan dengan akar budaya, terutama yang

berkaitan dengan etika dan moral yang berlaku. Karena itu, ia berkesimpulan bahwa tingkat

34

Christakis, N. A., & Flower, J, Connected. Dahsyatnya Kekuatan Jejaring Sosial Mengubah Hidup

Kita.(Jakarta: Kompas Media, 2001), 134. 35

Woolcook, The Place of Social Capital, 11-17.

31

saling percaya dalam suatu masyarakat tidak terlepas dari nilai-nilai budaya yang dimiliki

masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan penelitiannya di beberapa negara Asia, seperti

Cina, Jepang dan Korea Selatan, Fukuyama menemukan bahwa untuk mencapai

keberhasilan ekonomi diperlukan adanya organisasi-organisasi ekonomi berskala besar dan

koorporasi yang demokratis. Namun, menurut pendapatnya, kelembagaan itu dapat

berfungsi secara baik apabila terdapat cukup perhatian terhadap pentingnya peranan

kebiasaan-kebiasaan dalam budaya tradisional.Peraturan, kontrak, dan rasionalitas ekonomi

semata tidak cukup menjamin stabilitas dan kesejahteraan masyarakat secara

merata.Diperlukan adanya nilai-nilai resiprositas, tanggungjawab moral, kewajiban

terhadap masyarakat dan kepercayaan yang lebih didasarkan pada adat kebiasaan daridapa

perhitungan rasional.36

Selanjutnya, masih dalam bukunya tersebut, Fukuyama mengatakan bahwa

kepercayaan muncul apabila masyarakat bersama-sama memiliki seperangkat nilai-nilai

moral yang memadai untuk menumbuhkan perilaku jujur pada warga masyarakat.

Kelangsungan hidup organisasi dan kelembagaan besar ekonomi juga ditentukan oleh

masyarakat sipil (civil society) yang sehat dan dinamis, yang pada gilirannya tergantung

pula pada adat kebiasaan dan etika, sebagai hal-hal yang bisa terbentuk secara tidak

langsung dengan adanya kemauan baik untuk itu, serta adanya kesadaran yang semakin

besar dan penghargaan terhadap budaya.

Bertitik tolak dari keyakinan bahwa nilai-nilai budaya yang berkaitan dengan

kepercayaan suatu bangsa merupakan faktor penentu perkembangan ekonomi negara

bersangkutan, akhirnya Fukuyama sampai pada pembedaan bangsa-bangsa dalam dua

36

Syahra, R “Modal Sosial: Konsep dan Aplikasi” Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol 5 No 1, 2003, 1-22.

32

kategori.Kategori pertama adalah bangsa-bangsa yang memiliki tingkat kepercayaan yang

rendah (low-trust society) dalam nilai budayanya. Masyarakat seperti ini sulit untuk dapat

mengembangkan usaha-usaha berskala besar karena dalam nilai budayanya tingkat

kepercayaan terbatas pada lingkungan keluarga atau familistik. Di luar lingkungan keluarga

itu, kepercayaan sulit ditumbuhkan.Fukuyama menyebut Cina, Perancis dan Korea sebagai

contoh-contoh masyarakat yagn memiliki nilai budaya kepercyaan rendah. Sebaliknya,

bangsa-bangsa telah lebih dahulu berhasil membangun kekuatan ekonomi dunia, seperti

Amerika Serikat, Jepang dan Jerman, menurut Fukuyama adalah berkat masyarakatnya

memiliki nilai budaya kepercayaan yang tinggi.37

2.4. Unsur-Unsur Modal Sosial

Modal Sosial memiliki unsur-unsur yang jika semuanya berfungsi akan

memiliki manfaat besar dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial. Unsur-unsur modal

sosial meliputi kepercayaan (trust), norma (norm), dan jaringan (network), Kepercayaan

(trust) bisa sebagai kata benda dan kata kerja.38

Sebagai kata benda, trust berarti

kepercayaan, keyakinan, atau rasa percaya; sedangkan sebagai kata kerja, trust berarti

proses mempercayai sesuatu yang jelas sasarannya. Kepercayaan antara manusia memiliki

tiga memiliki tiga komponen penting, yaitu (1) hubungan sosial antara dua orang atau

lebih(2) harapan yang terkandung dalam hubungan tersebut, yang jika direalisasikan tidak

37

Syahra, R “Modal Sosial: Konsep dan Aplikasi” Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol 5 No 1, 2003,

23 38

Lawang, Robert. M.Z., Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologi: Suatu Penganta,(Depok: FISIP

UI Press, 2005), 45

33

akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak(3) interaksi sosial yang memungkinkan

hubungan dan harapan tersebut terwujud.39

Hubungan sosial berlangsung melalui struktur sosial, mulai dari yang paling

kecil (mikro) hingga yang paling besar (makro). Dalam hubungan sosial ini, harapan yang

ada pada seseorang bisa berupa yang kurang mengharapkan dan sangat mengharapkan atau

bisa berupa rumusan hipotetik, semakin kuat dan baik hubungan sosial, semakin tinggi

harapan yang ingin diperoleh.Harapan pada sesuatu yang masih akan terjadi di masa yang

akan datang, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.40

Bagi seseorang, harapan berkaitan dengan sesuatu yang menjadi cita-cita untuk

diwujudkan. A percaya kepada B dengan harapan ia akan memperoleh sesuatu yagn

berguna abgi dirinya dan mungkin juga bagi B. Jika harapan tersebut hanya berguna bagi A

saja, harapa tersebut bersifat unilateral. Contoh yang dapat diutarakan, misalnya, orangtua

(A) berharap agar anaknya (B) bisa menjadi orang yang berhasil ketika telah bertumbuh

menjadi dewasa.Apabila anaknya (B) mengetahui dan bersikap serta bertindak sesuai

dengan harapan orangtua, maka harapan tersebut berubah sifatnya menjadi bilateral atau

saling mengharapkan.41

2.4.1 Kepercayaan (Trust)

Kepercayaan adalah pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas yang

berperilaku normal, jujur dan kooperatif berdasarkan norma-norma yang dimiliki bersama,

demi kepentingan anggota yang lain dari komunitas itu. Saputro mengatakan bahwa trust

39

Lawang, Robert. M.Z., Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologi: Suatu Pengantar,(Depok: FISIP

UI Press, 2005, 45-46 40

Lawang, Robert. M.Z., Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologi: Suatu Pengantar,(Depok: FISIP

UI Press, 2005,),46 41

Eko, Handoyo. Eksistensi Pedagang Kaki Lima, 76

34

sebagai bagian dari Modal Sosial merupakan bagian tak terpisahkan yang menjadi

“roh”Modal Sosial.

Dalam kepercayaan, terdapat dua pihak, yaitu pihak yang mempercayai atau

trustor, dan pihak yang dipercayai atau trustee.Keduanya memiliki tujuan untuk memenuhi

kepentingan mereka.42

Seorang pemberi kepercayaan (trustor) harus memutuskan apakah ia

akan menaruh kepercayaan atau tidak dan juga trustee memiliki pilihan apakah akan

menjaga kepercayaan atau akan mengkhianati kepercayaan yang diberikan. Seorang

pemberi kepercayaan (trustor) umumnya adalah agen rasional. Biasanya ia akan

memberikan kepercayaan kepada penerima kepercayaan (trustee) ketika rasio peluang

perolehan dengan peluang kekalahannya lebih besar daripada rasio jumlah potensi kerugian

dengan jumlah potensi keuntungan.43

Trustee yang menerima kepercayaan akan mengubah relasi asimetris menjadi

relasi simetris, ketika ia merasakan ada keuntungan timbal balik yang diperoleh dan

diharapkan dari si trustor. Ketika penerima kepercayaan (trustee) melakukan tindakan yang

jauh lebih menguntungkan dari sekedar membalas kewajiban, maka penerima kepercayaan

(trustee) telah menunaikan kewajiban sekaligus menciptakan kewajiban bagi pemberi

kepercayaan (trustor).Kewajiban ini tercipta jika balasan kewajiban tersebut tidak hanya

bernilai dan menguntungkan si pemberi kepercayaan (trustor), tetapi juga menuntut

pengorbanan dari si penerima kepercayaan (trustee) melebihi nilai kebaikan awal yang

diterimanya44

.

42

Eko, Handoyo. Eksistensi Pedagang Kaki Lima, 77 43

Eko, Handoyo. Eksistensi Pedagang Kaki Lima, 78 44

Eko, Handoyo. Eksistensi Pedagang Kaki Lima, 79

35

Kepercayaan memiliki tiga aras yaitu: (a) pada aras individu, dimana

kepercayaan merupakan bagian dari moralitas yang selalu melekat pada karakter setiap

individu. Kepercayaan pada aras ini terbentuk apabila seorang dapat memenuhi harapa

orang lain sesui janji (keeping promise) sesuai yang telah disepakati; (b) kepercayaan pada

aras kelompok atau lembaga, yang menjadi karakter moral kelompok dan institusi.

Kepercayaan pada aras ini termasuk kepercayaan pada regulasi dan beragam bentuk

institutional agreement yang digunakan dalam rangka menjaga amanah di tingkat

kelompok sosial secara efektif; dan (c) kepercayaan pada sistim yang abstrak seperti

ideologi dan religi yang membantu setiap individu dalam mengopreasionalisasikan

kepercayan dalam hubungan bermasyarakat.45

2.4.2 Jaringan

Saputro mengatakan bahwa jaringan sosial merupakan sebuah hubungan sosial

yang terpola atau disebut juga sebagai pengorganisasian sosial.Jaringan sosial juga

menggambarkan hubungan antar perkumpulan orang yang saling terkait baik langsung

maupun tidak langsung46

.Calcoun menjelaskan bahwa jaringan sosial terbentuk tidak lepas

dari komunikasi yang dibangun dan terjalin antar individu. Komunikasi yang intensif ini

difokuskan pada pertukaran informasi dalam maksud untuk mencapai tujuan bersama,

kesepakatan bersama dan pengertian bersama.47

45

Lendesang, Yager. 2014. Analisis Modal Sosial Pada Komunitas Anak Jalanan di Pasar Pagi Kota

Samarinda Kalimantan Timur, ( Fisip UNMUL, 2014), 44. 46

Lendesang, Yager. 2014. Analisis Modal Sosial Pada Komunitas Anak Jalanan di Pasar Pagi Kota

Samarinda Kalimantan Timur, ( Fisip UNMUL, 2014), 45. 47

Lendesang, Yager. 2014. Analisis Modal Sosial Pada Komunitas Anak Jalanan di Pasar Pagi Kota

Samarinda Kalimantan Timur, ( Fisip UNMUL, 2014), 46.

36

2.4.3 Norma

Saputro menjelaskan bahwa norma merupakan elemen penting untuk menjaga

agar hubungan sosial (jejaring) dalam suatu sistim sosial (masyarakat) dapat terlaksana

sesuai dengan apa yang diharapkan. Gagasan tentang norma sosial sebagai salah satu

komponen dalam modal sosial di kemukakan oleh Homans dan Nee yang menyebutkan

bahwa norma sosial merupakan pertanda moral, khsususnya sebuah pertana dalam

mendukung keberadaan trust. Modal Sosial dibentuk dari norma-norma informal berupa

aturan-aturan yang sengaja dibuat untuk mendukung terjadinya kerjasama diantara dua atau

lebih individu.Norma yang membentuk modal sosial dapat bervariasi dari hubungan timbal

balik antara dua teman sampai pada hubungan kompleks dan kemudian terelaborasi

menjadi doktrin.Selain terbentuk oleh aturan-aturan tertulis, dalam sebuah interaksi sosial,

interaksi itu juga bisa bersandar pada norma-norma atau nilai-nilai yang mengakar dalam

kehidupan masyarakat, yang biasanya bentuknya lebih banyak tidak tertulis.Nilai-nilai yang

dimaksud misalnya adalah kejujuran, sikap menjaga komitmen, pemenuhan kewajiban, dan

ikatan timbal balik lainnya.

2.5. Kelompok Modal Sosial

Bourdieu, yang dalam pandangan beberapa ahli lebih melihat pada sisi suram

modal sosial, memandang bahwa Modal Sosial merupakan tindakan sengaja yang

diproduksi melalui budaya atau dalam bahasa Bourdieu modal simbolik, dengan tujuan

untuk mempertahankan status maupun posisi kelas sang produser itu. Sebagai seorang

penganut Marxis, Bourdieu percaya pada nilai komoditas produk, termasuk produk

37

budaya48

yang menjadi preferensi khalayak. Dengan memproduksi simbol-simbol tertentu,

massa digerakkan atau dimobilisasi untuk menggunakan preferensi “gaya hidup” kelompok

kelas tertentu.

Dalam konteks penelitian ini, ada dugaan bahwa Modal Sosial yang dimiliki

oleh penghuni Asrama Mansinam dengan cara terintegrasi lewat nilai-nilai keluarga yang

mendorong tentang saling membantu yang lain. Selain itu, ada dugaan kuat bahwa nilai lain

yang mendorong adalah kepentingan-kepentingan yang terkalkulasi menggunakan

terminologi Coleman, ada tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh para penghuni Asrama

Mansinam. Dalam rangka itu, membangun kepercayaan lewat hubungan resiprokal (timbal-

balik) dengan sesama penghuni Asrama Mansinam penting untuk dilakukan.

Disamping itu, ada dugaan bahwa tawaran nilai ekonomis untuk tinggal di

Asrama Mansinam membuat mereka harus terus menjadi penghuni demi kepentingan untuk

dapat melanjutkan studi, dan karena itu, maka untuk dapat terus menjadi penghuni Asrama

Mansinam dibentuklah suatu ikatan antara mereka yang didasarkan pada kepentingan-

kepentingan bersama, yakni kepentingan mendapatkan harga ekonomis ini.

48

Ritzer, G dan Goodman, D., Teori Sosiologi Modern.Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah.(Jakarta:

Pustaka Kecana, 2006), 223.