bab ii kriteria penyalahgunaan posisi dominan …repository.unair.ac.id/13755/12/12. bab 2.pdf ·...

43
14 BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN (ABUSE OF DOMINANT POSITION) DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2.1 Pengertian Posisi Dominan Dalam menjalankan kegiatan usahanya setiap pelaku usaha tentu memiliki tujuan untuk menjadi lebih unggul dari pelaku usaha pesaingnya di suatu pasar bersangkutan. Dengan menjadi lebih unggul (market leader) dari pelaku usaha lainnya di pasar bersangkutan tentu akan memberikan keuntungan yang lebih maksimal bagi pelaku usaha tersebut terutama dalam hal menarik konsumen. Dalam rangka mencapai suatu posisi dominan, penguasaan market power oleh pelaku usaha sangat penting. Market Power yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kekuatan pasar merupakan kemampuan dari pelaku untuk memperoleh laba sebesar-besarnya, dalam hal ini pelaku usaha mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi harga tanpa dapat dipengaruhi oleh pelaku usaha pesaingnya. 20 Dalam kata lain market power merupakan kemampuan pelaku usaha dalam mempengaruhi pasar. Pengukuran terhadap market power sangat penting dalam menentukan posisi dominan yang dimiliki pelaku usaha. Dalam perspektif ekonomi, perusahaan yang mempunyai market power mempunyai kemampuan untuk menaikkan harga diatas biaya marginal, biaya marginal sendiri merupakan keadaan naiknya biaya total yang disebabkan oleh 20 Karl E. Case and Ray. C Fair, Prinsip-Prinsip Ekonomi Edisi Kedelapan Jilid 1, (terjemahan Y.Andri Zaimur), Erlangga, Jakarta, 2007, h. 317. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA DINDA RAMADHANY

Upload: vunguyet

Post on 04-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

14

BAB II

KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN (ABUSE OF

DOMINANT POSITION) DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY

2.1 Pengertian Posisi Dominan

Dalam menjalankan kegiatan usahanya setiap pelaku usaha tentu memiliki

tujuan untuk menjadi lebih unggul dari pelaku usaha pesaingnya di suatu pasar

bersangkutan. Dengan menjadi lebih unggul (market leader) dari pelaku usaha

lainnya di pasar bersangkutan tentu akan memberikan keuntungan yang lebih

maksimal bagi pelaku usaha tersebut terutama dalam hal menarik konsumen.

Dalam rangka mencapai suatu posisi dominan, penguasaan market power

oleh pelaku usaha sangat penting. Market Power yang dalam bahasa Indonesia

dapat diartikan sebagai kekuatan pasar merupakan kemampuan dari pelaku untuk

memperoleh laba sebesar-besarnya, dalam hal ini pelaku usaha mempunyai

kemampuan untuk mempengaruhi harga tanpa dapat dipengaruhi oleh pelaku

usaha pesaingnya.20

Dalam kata lain market power merupakan kemampuan pelaku

usaha dalam mempengaruhi pasar. Pengukuran terhadap market power sangat

penting dalam menentukan posisi dominan yang dimiliki pelaku usaha.

Dalam perspektif ekonomi, perusahaan yang mempunyai market power

mempunyai kemampuan untuk menaikkan harga diatas biaya marginal, biaya

marginal sendiri merupakan keadaan naiknya biaya total yang disebabkan oleh

20

Karl E. Case and Ray. C Fair, Prinsip-Prinsip Ekonomi Edisi Kedelapan Jilid 1, (terjemahan

Y.Andri Zaimur), Erlangga, Jakarta, 2007, h. 317.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 2: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

15

produksi satu unit output.21

Semakin besar market power yang dimiliki oleh

perusahaan maka akan semakin besar selisih harga terhadap biaya marginal.

Sehingga semakin tinggi market power yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka

akan menyebabkan pasar semakin tidak efisien.22

Market Power tidak hanya terbentuk karena pelaku usaha memiliki

kemampuan dalam mempengaruhi pasar, namun dapat juga terbentuk karena

produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha tersebut lebih diminati oleh konsumen.

Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya harga yang terjangkau,

standar kualitas produk, pengaruh trend dan sebagainya.23

Penguasaan market power dan keunggulan dalam hal finansial, jangkauan

akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat membuat suatu pelaku usaha

memiliki posisi dominan di suatu pasar bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut

maka memiliki posisi dominan merupakan prestasi tersendiri bagi pelaku usaha.

Hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur tentang interaksi

perusahaan atau pelaku usaha di pasar.24

Dalam hukum persaingan usaha menjadi

lebih unggul (market leader) tidaklah dilarang, pelaku usaha tentu akan terpacu

untuk melakukan inovasi dan efisiensi dalam hal menghasilkan produk yang

berkualitas dengan harga yang kompetitif agar dapat memperoleh posisi yang

lebih unggul (market leader) dari pelaku usaha lainnya dalam suatu pasar

21

Andi Fahmi Lubis et al., Op.Cit., h.29.

22

Ayu Sitoresmi, “Strategi Brand Proliferation Sebagai Bentuk Penyalahgunaan Posisi Dominan

Dalam Konteks Persaingan Usaha”, Tesis, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2012,

h.20.

23

Vegitya Ramadhani Putri, Hukum Bisnis Konsep & Kajian Kasus; Kajian Perbandingan Hukum

Bisnis Indonesia, Uni Eropa, dan Amerika Serikat, Setara Press, Malang, 2013, h.2.

24

Andi Fahmi Lubis et al., Op.Cit., h. 21.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 3: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

16

bersangkutan. Persaingan inilah yang mendorong pelaku usaha menjadi pelaku

usaha yang dominan.

Namun dengan memiliki posisi dominan, pelaku usaha berpotensi untuk

melakukan tindakan anti persaingan dalam bentuk penyalahgunaan posisi

dominan (abuse of dominant position), hal ini disebabkan dengan posisi dominan

yang dimilikinya pelaku usaha tersebut dapat dengan mudah melakukan tindakan

yang mempengaruhi dinamika pasar (penawaran dan permintaan) secara luas

tanpa terpengaruh dengan pelaku usaha lainnya. Tindakan inilah yang pada

akhirnya berpotensi mengancam keberlangsungan persaingan usaha yang sehat

dan efektif di suatu pasar bersangkutan.

Posisi dominan dilihat dari perspektif ekonomi dapat diartikan sebagai

posisi yang ditempati oleh perusahaan yang memiliki pangsa pasar terbesar dan

dengan pangsa pasar yang besar itu perusahaan tersebut memiliki market power

sehingga dapat melakukan tindakan/strategi tanpa dapat dipengaruhi oleh

perusahaan pesaingnya.25

Kepemilikan posisi dominan menandakan bahwa pelaku usaha tersebut

memiliki market power yang lebih kuat dari pelaku usaha pesaingnya.

Penyalahgunaan posisi dominan oleh suatu pelaku usaha biasanya terlihat dari

perilaku strategis (strategic behaviour) pelaku usaha tersebut. Perilaku strategis

merupakan suatu konsep bagaimana suatu perusahaan dapat mengurangi tingkat

persaingan yang berasal dari pesaing yang sudah ada maupun pesaing yang

25

Ibid, h.166.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 4: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

17

potensial yang akan masuk di pasar bersangkutan.26

Perilaku strategis ini pada

dasarnya ditujukan untuk meningkatkan keuntungan pelaku usaha. Perilaku

strategis ini meliputi penetapan harga dan kuantitas, mengejar pangsa pasar,

memperlebar kapasitas hingga mempersempit ruang gerak pesaing.

Terdapat dua bentuk perilaku strategis yang digunakan oleh pelaku usaha

untuk meningkatkan keuntungan pelaku usaha yaitu:27

1. Perilaku strategis yang bersifat kooperatif

Perilaku strategis ini bertujuan untuk mengubah kondisi pasar sehingga

mempermudah koordinasi antar pelaku usaha yang sudah ada di pasar

bersangkutan dan mempersempit ruang gerak pelaku usaha pesaing mereka.

Dalam perilaku strategis ini terdapat kerjasama yang dilakukan diantara pelaku

usaha yang telah ada di pasar bersangkutan.

2. Perilaku strategis yang bersifat non kooperatif

Berbeda dengan perilaku strategis kooperatif, dalam perilaku strategis ini

tidak ada kerjasama yang dilakukan diantara pelaku usaha. Melalui perilaku

strategis ini pelaku usaha berupaya meningkatkan profit mereka dengan

meningkatkan posisi relatifnya terhadap pelaku usaha pesaing. Tujuan dari

penggunaan perilaku strategis ini adalah untuk meningkatkan keuntungan pelaku

usaha dan menurunkan keuntungan pelaku usaha pesaing.

Dengan posisi dominan yang dimilikinya pelaku usaha dapat menerapkan

perilaku strategis ini sehingga dapat mempengaruhi dinamika di suatu pasar

26

Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pasal 25 tentang Penyalahgunaan Posisi Dominan Berdasarkan Undang Undang No.5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, h.14.

27

Ibid.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 5: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

18

bersangkutan. Penerapan perilaku strategis yang bertujuan menghambat

persaingan oleh pelaku usaha dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap

persaingan maupun konsumen.

a. Dampak terhadap persaingan28

1.) Meminimalisir persaingan diantara pelaku usaha di pasar bersangkutan

Penerapan perilaku strategis yang bersifat kooperatif pada dasarnya

bertujuan untuk mempermudah koordinasi antar pelaku usaha yang telah ada di

pasar bersangkutan. Kerja sama ini biasanya dimotori oleh pelaku usaha

pemegang posisi dominan. Kerja sama diantara pelaku usaha ini tentu

menimbulkan manfaat bagi pelaku usaha karena kerjasama ini bertujuan untuk

melindungi kepentingan dari pelaku usaha namun disisi lain kerja sama diantara

pelaku usaha ini dapat meminimalisir persaingan dalam pasar bersangkutan yang

pada akhirnya akan menimbulkan kerugian bagi konsumen.

2.) Timbulnya hambatan masuk (barrier to entry) bagi pelaku usaha potensial

Dengan besarnya market power yang dimiliki oleh pelaku usaha pemegang

posisi dominan terhadap pesaingnya tentu akan memudahkan pelaku usaha

tersebut menciptakan hambatan masuk terhadap pelaku usaha pesaing yang

potensial masuk ke suatu pasar bersangkutan yang dikuasai oleh pemegang posisi

dominan. Dengan adanya hambatan masuk yang diciptakan pemegang posisi

dominan ini tentu akan meminimalkan tingkat persaingan yang terjadi di suatu

pasar bersangkutan.

3.) Timbulnya hambatan perdagangan (restraint trade) bagi pelaku usaha pesaing

28

Ibid, h.19.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 6: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

19

Dengan posisi dominan yang dimilikinya, pelaku usaha dapat mengeluarkan

kebijakan yang dapat mempengaruhi dinamika pasar secara mandiri tanpa dapat

dipengaruhi oleh pelaku usaha pesaingnya. Dengan kekuatan ini tentu pelaku

usaha dapat dengan mudah mengeluarkan kebijakan yang dapat menghambat

kinerja dari pelaku usaha pesaingnya seperti membatasi pasokan dan distribusi

produk bagi pesaingnya serta membatasi akses terhadap hal yang esensial bagi

pelaku usaha pesaing.

Dengan adanya hambatan perdagangan yang diberikan pelaku usaha

pemegang posisi dominan terhadap pelaku usaha pesaingnya ini dapat

menimbulkan dampak terhadap persaingan. Dengan hambatan perdagangan

tersebut pelaku usaha pesaing tidak akan optimal dalam menjalankan kegiatan

usahanya sehingga akan menyulitkan bagi pelaku usaha itu untuk bersaing

terutama dengan pemegang posisi dominan, yang pada akhirnya akan

menyebabkan persaingan antar pelaku usaha di suatu pasar bersangkutan tidak

berjalan secara efektif.

4.) Terciptanya kondisi pasar yang tidak efektif dan efisien

Besarnya market power yang dimiliki pelaku usaha ini dapat menyebabkan

pasar beroperasi secara tidak efektif dan efisien. Dengan market power yang

dimilikinya pelaku usaha dapat dengan mudah mengontrol harga suatu produk di

pasar bersangkutan selain itu pelaku usaha pemegang posisi dominan juga dapat

melakukan pengaturan terhadap pasokan maupun permintaan terhadap suatu

produk di pasar bersangkutan. Penyalahgunaan inilah yang dapat menyebabkan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 7: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

20

suatu pasar yang tidak beroperasi secara efektif dan efisien sehingga akan

menimbulkan dampak terhadap persaingan yang terjadi di pasar tersebut.

b. Dampak terhadap konsumen29

1.) Terbatasnya alternatif pilihan bagi konsumen

Tindakan kerjasama yang dilakukan diantara pelaku usaha ini dapat

meminimalisir persaingan dalam pasar bersangkutan, hal ini tentu akan

berdampak terhadap konsumen khususnya terkait dengan menjadi terbatasnya

pilihan bagi konsumen untuk mendapatkan produk yang lebih murah.

Salah satu bentuk kerja sama yang dapat membatasi alternatif pilihan bagi

konsumen untuk mendapatkan produk yang lebih murah adalah tindakan price

leadership pelaku usaha pemegang posisi dominan.

Penetapan harga tinggi oleh pelaku usaha pemegang posisi dominan sebagai

bentuk penggunaan market power yang optimal dapat menjadi pelindung dan

insentif bagi pelaku usaha pesaing untuk ikut menikmati harga tersebut.

Pemegang posisi dominan mempunyai kekuatan untuk bertindak sebagai price

setter (penentu harga) hal ini membuat pemegang posisi dominan berperan

sebagai price leadership dalam suatu pasar sehingga harga yang ditetapkan

pemegang posisi dominan itu akan diikuti oleh pelaku usaha pesaingnya sebagai

price taker.30

Kondisi inilah yang dapat menyebabkan pilihan konsumen untuk

dapat menikmati harga yang lebih murah menjadi terbatas.

2.) Ketidakstabilan harga dan pasokan suatu produk

29

Ibid.

30

Ibid, h.19.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 8: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

21

Salah satu unsur dari posisi dominan adalah kemampuan pelaku usaha

dalam melakukan penyesuaian terhadap pasokan penjualan atau permintaan.

Dengan besarnya market power yang dimiliki pelaku usaha pemegang posisi

dominan, tentu pelaku usaha tersebut dapat dengan mudah melakukan kontrol

terhadap harga maupun distribusi suatu produk di pasar bersangkutan. Bentuk

penyalahgunaan seperti inilah yang dapat menciptakan ketidakstabilan harga dan

pasokan di suatu pasar yang pada akhirnya akan merugikan konsumen.

3.) Deadweight loss

Salah satu dampak lain yang dirasakan oleh konsumen sebagai akibat dari

adanya penyalahgunaan posisi dominan oleh suatu pelaku usaha adalah

deadweight loss. Deadweight loss adalah jumlah biaya yang harus ditanggung

masyarakat jika pasar tidak beroperasi secara efisien.31

Besarnya market power yang dimiliki oleh pelaku usaha pemegang posisi

dominan ini membuat pelaku usaha tersebut memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi pasar. Besarnya pangsa pasar serta market power yang dimiliki

pemegang posisi dominan membuat pelaku usaha pemegang posisi dominan dapat

menyesuaikan pasokan dengan penjualan serta permintaan, dengan hal tersebut

pemegang posisi dominan dapat melakukan penyalahgunaan dengan menjauhkan

besarnya harga dan jumlah barang dari titik keseimbangan penawaran dan

permintaan.

Ketidakseimbangan antara harga dan jumlah barang dengan penawaran dan

permintaan inilah yang menyebabkan pasar tidak beroperasi secara efisien yang

31

N.Gregory Mankiw, Euston Quah dan Peter Wilson, Pengantar Ekonomi Mikro edisi Asia

(Principles of Economics An Asian Edition Volume 1), Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012,

h.187.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 9: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

22

akhirnya menimbulkan keadaan deadweight loss.32

Salah satu akibat adanya

deadweight loss bagi konsumen adalah berkurangnya kemampuan konsumen

untuk menabung yang disebabkan oleh tingginya biaya yang harus dikeluarkan

oleh konsumen untuk suatu produk.

4.) Berkurangnya tingkat kesejahteraan konsumen

Bentuk-bentuk penyalahgunaan yang dilakukan oleh pelaku usaha

pemegang posisi dominan seperti membatasi distribusi suatu produk, mengatur

jumlah pasokan dan pengontrolan harga terhadap suatu produk di suatu pasar

bersangkutan tentu akan menyebabkan pasar tidak beroperasi secara efektif dan

efisien yang akhirnya menimbulkan ketidakstabilan harga di suatu pasar.

Ketidakstabilan harga ini umumnya terwujud dengan tingginya harga suatu

produk yang harus dibayar oleh konsumen. Dengan tingginya biaya yang harus

dikeluarkan oleh konsumen terhadap suatu produk yang seharusnya dapat

dijangkau lebih murah ini menyebabkan tingkat kesejahteraan dari konsumen juga

akan berkurang.

Mengingat dampak negatif yang dapat ditimbulkan terhadap persaingan

maupun konsumen, maka tindakan penyalahgunaan posisi dominan merupakan

hal yang dilarang dalam hukum persaingan usaha.

Terdapat berbagai definisi terkait dengan posisi dominan salah satunya

adalah definisi dari The European Court of Justice (ECJ) yang mengartikan posisi

dominan berdasarkan putusannya terhadap kasus United Brands, yaitu:

“a position of economic strength enjoyed by an undertaking which

enable it to prevent effective competition being maintained on the

32

Ibid.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 10: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

23

relevant market by giving it power to behave to an appreciable extent

independently of its competitors, customers and ultimately of

consumers.”33

Konsep posisi dominan berdasarkan The European Court of Justice (ECJ)

pada intinya adalah sebuah posisi kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh pelaku

usaha yang memungkinkan pelaku usaha tersebut untuk mencegah persaingan

yang efektif pada pasar bersangkutan secara mandiri dari pelaku usaha

pesaingnya, pelanggan dan konsumennya.

Definisi lain terkait dengan posisi dominan juga dapat ditemui dalam UU

No.5/1999, yang mendefinisikan posisi dominan sebagai:

“keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di

pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai,

atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi diantara pesaingnya di

pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan,

kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk

menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu.”34

Penguasaan posisi dominan ini dapat dimiliki oleh satu pelaku usaha yang

disebut dengan monopolist yaitu jika ada satu pelaku usaha yang memiliki pangsa

pasar yang lebih tinggi dari pesaingnya.35

Dapat juga dimiliki oleh dua atau lebih

pelaku usaha yang disebut dengan oligopolist yaitu keadaan dimana suatu pasar

bersangkutan terdapat dua pelaku usaha atau lebih yang mempunyai kekuatan

33

Andi Fahmi Lubis et al., Loc.Cit., dikutip dari Valentine Korah, An Introductory Guide to EC

Competition Law and Practice (7th

ed.), Portland Oregon, Oxford, 2000, p.81.

34

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Op.Cit., Ps. 1 angka 4.

35

Ibid, Ps. 25 Ayat (2) huruf a.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 11: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

24

pasar yang hampir sama atau seimbang. Dalam posisi ini umumnya antar pelaku

usaha yang memiliki posisi dominan tersebut saling bergantung satu sama lain.36

2.1.1 Unsur-unsur posisi dominan

Berdasarkan definisi posisi dominan yang terdapat dalam pasal 1 angka 4

UU No.5/1999 terdapat empat unsur-unsur yang perlu diteliti untuk menentukan

apakah pelaku usaha tersebut mempunyai posisi dominan atau tidak.

1. Pangsa pasar

Definisi pangsa pasar dalam pasal 1 angka 13 UU No.5/1999 adalah

presentase nilai jual atau beli barang atau jasa tertentu yang dikuasai oleh pelaku

usaha pada pasar bersangkutan dalam tahun kalender tertentu. Pangsa pasar

merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan apakah pelaku usaha

tersebut memegang posisi dominan atau tidak. Dalam pasal 25 ayat (2) dijelaskan

bahwa satu pelaku usaha dikatakan memiliki posisi dominan apabila menguasai

50% atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu atau menguasai

lebih dari 75% atau lebih pangsa pasar atas satu jenis barang atau jasa tertentu

untuk dua atau lebih kelompok usaha.

2. Kemampuan keuangan

Salah satu unsur yang perlu diteliti dalam menentukan pelaku usaha

memiliki posisi dominan atau tidak adalah kemampuan keuangan. Pelaku usaha

dikatakan memiliki posisi dominan apabila memiliki kemampuan keuangan yang

lebih kuat dibanding pesaingnya. Salah satu tanda paling penting dalam

36

Ibid, Ps. 25 Ayat (2) huruf b.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 12: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

25

menganalisis kemampuan keuangan suatu pelaku usaha adalah cash flow yang

dimiliki pelaku usaha tersebut. Cash flow disini dapat diartikan sebagai jumlah

keuntungan pelaku usaha dalam suatu periode tertentu. Hal lain yang menentukan

besarnya kemampuan keuangan suatu pelaku usaha adalah dengan perbandingan

antara omset pelaku usaha dengan modal dasarnya.37

Dalam menilai apakah suatu

pelaku usaha mempunyai kemampuan keuangan yang kuat dapat dilihat dari

berbagai faktor yaitu:38

a.) Modal dasar;

b.) Cash flow;

c.) Omset;

d.) Keuntungan;

e.) Batas kredit; dan

f.) Akses ke pasar keuangan nasional dan internasional.

3. Kemampuan pada pasokan atau penjualan

Salah satu ciri pelaku usaha memegang posisi dominan adalah kemampuan

untuk mengatur pasokan atau penjualan. Kemampuan ini pada umumnya

diperoleh karena pelaku usaha tersebut mempunyai pangsa pasar yang lebih besar

dibandingkan dengan pelaku usaha pesaingnya.

4. Kemampuan menyesuaikan pasokan atau permintaan

Pada prinsipnya kemampuan pelaku usaha untuk menyesuaikan pasokan

atau permintaan memiliki kesamaan dengan kemampuan mengatur pasokan atau

penjualan. Pelaku usaha pemegang posisi dominan tentu akan dengan mudah

menyesuaikan pasokan atau permintaan dengan pangsa pasar yang mereka miliki.

37

Andi Fahmi Lubis et al., Op.Cit., h.172. dikutip dari Emmerich, Voelker, Kartellrecht, 8 Auflage,

(Muenchen: Verlag C.H Beck) p.189.

38

Ibid. dikutip dari Heermann, in Knud Hansen, Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat, 2002, Katalis-Publishing-Media Services, p.42.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 13: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

26

Penilaian terhadap keempat unsur diatas tersebut penting sebagai dasar

untuk menentukan kepemilikan posisi dominan suatu pelaku usaha di pasar

bersangkutan.

2.1.2 Penetapan posisi dominan

Berdasarkan UU No. 5/1999 sebelum menentukan apakah suatu pelaku

usaha memegang posisi dominan atau tidak, terlebih dahulu lembaga otoritas

persaingan melakukan investigasi terhadap pasar yang bersangkutan. Investigasi

tersebut dilakukan dengan cara melakukan pembatasan terhadap pasar

bersangkutan.

Definisi dari pasar bersangkutan dapat ditemui dalam UU No.5/1999 pasal 1

angka 10 yaitu pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah pemasaran

tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau

subtitusi dari barang dan atau jasa tersebut.39

Pasar bersangkutan merupakan suatu konsep untuk mendefinisikan ukuran

pasar dari sebuah produk.40

Pengukuran terhadap pasar bersangkutan ini sangat

penting untuk melihat ada tidaknya posisi dominan yang dimiliki oleh suatu

pelaku usaha dalam suatu pasar bersangkutan.Definisi dari pasar bersangkutan ini

berfungsi sebagai batasan dalam mengukur luasnya dampak dari tindakan anti

persaingan yang dilakukan oleh pelaku usaha.41

39

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Op.Cit., Ps.1 Angka 10.

40

Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman

Penerapan Pasal 1 Angka 10 tentang Pasar Bersangkutan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, h.9.

41

Ibid.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 14: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

27

Pasar bersangkutan (relevant market) terdiri atas pasar produk, pasar

geografis, dan pasar temporal. Secara umum pendekatan terhadap pasar

bersangkutan terdiri atas dua aspek yaitu pasar produk dan pasar geografis.

Terdapat dua metode pembatasan pasar bersangkutan dalam menentukan posisi

dominan suatu pelaku usaha yaitu:42

a.) Pembatasan pasar bersangkutan berdasarkan pasar produk (product market)

Pasar produk (product market) diartikan sebagai produk-produk persaing

dari produk tertentu ditambah dengan produk lain yang dapat menjadi subtitusi

dari produk tersebut.43

Pembatasan pasar bersangkutan berdasarkan produk atau secara objektif

adalah kondisi dimana terdapat barang dan atau jasa yang sama atau sejenis,

termasuk subtitusinya.44

Dalam rangka menentukan apakah suatu barang dengan

barang lain dapat dikategorikan sama atau dapat menjadi subtitusi terhadap barang

tertentu dapat dilihat dari empat aspek yaitu:

a. Bentuk dan sifat barang

Dalam menentukan apakah suatu produk berada dalam satu pasar

bersangkutan dapat dilihat dari bentuk dan fisik suatu barang. Apabila bentuk dan

sifat barang dari produk yang berbeda itu sama maka dapat dikatakan produk

tersebut berada dalam satu pasar bersangkutan.

b. Fungsi barang

42

Andi Fahmi Lubis et al., Op.Cit., h.175.

43

Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3 Tahun 2009, Op.Cit., h.10.

44

Andi Fahmi Lubis et al., Loc.Cit.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 15: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

28

Pengidentifikasian produk tersebut juga dapat dilihat dari fungsi barang,

apakah produk satu dengan produk yang lain mempunyai fungsi yang sama bagi

konsumen. Apabila produk yang berbeda tersebut mempunyai fungsi yang sama

maka produk tersebut berada dalam satu pasar bersangkutan.

c. Harga

Salah satu unsur penting dalam menentukan apakah produk tersebut

berada dalam pasar bersangkutan yang sama atau tidak adalah harga. Apabila

perbedaan harga antara produk yang berbeda tersebut tidak terlalu jauh maka

barang tersebut dapat dikatakan bersubtitusi satu sama lain dan berada di pasar

bersangkutan yang sama.

d. Fleksibilitas barang bagi konsumen (interchangeable)

Unsur terakhir dalam menentukan apakah suatu produk dapat dinyatakan

berada dalam satu pasar bersangkutan atau tidak adalah fleksibilitas kebutuhan

barang tersebut bagi konsumen. Hal ini disebut sebagai konsep kebutuhan

konsumen.45

Dalam konsep ini suatu barang dapat dikatakan berada dalam satu

pasar bersangkutan apabila ketika konsumen kehabisan produk tersebut,

konsumen secara otomatis mau beralih kepada produk yang berbeda. Produk

dikatakan berada dalam satu pasar bersangkutan apabila produk yang berbeda ini

dapat saling menggantikan satu sama lain (interchangeable). Dalam menentukan

hal ini aspek penilaian konsumen sangatlah penting karena konsumen membeli

suatu produk untuk kebutuhannya.

45

Ibid, h.176.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 16: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

29

Apabila suatu produk sudah dikategorikan berada dalam satu pasar

bersangkutan yang sama, maka konsekuensinya adalah pangsa pasar barang

sejenis dan barang subtitusi akan ikut dijumlahkan untuk menentukan apakah

pangsa pasar bersangkutan memiliki posisi dominan atau tidak.46

b. Pembatasan pasar bersangkutan secara geografis (relevant geographic market)

Pasar geografis (relevant geographic market) adalah wilayah dimana suatu

pelaku usaha dapat meningkatkan harganya tanpa menarik masuknya pelaku

usaha baru atau tanpa kehilangan konsumen yang signifikan, yang berpindah ke

pelaku usaha lain di luar wilayah tersebut.47

Pembatasan pasar bersangkutan ditentukan sejauh mana produsen

memasarkan produknya seluas itulah dihitung produsen yang memasarkan produk

di wilayah tersebut.48

Pembatasan pasar bersangkutan secara geografis ini

bertujuan untuk menghitung pangsa pasar bersangkutan secara objektif disekitar

wilayah barang tersebut dipasarkan. Pasar disini meliputi wilayah regional,

nasional, internasional dan pasar global.

Dalam pasar geografis faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan luas

dan cakupan wilayah suatu produk adalah49

:

a. Kebijakan perusahaan

Kebijakan perusahaan merupakan salah satu faktor utama dalam

menentukan luas dan cakupan wilayah suatu produk. Hal ini dikarenakan

46

Ibid, h.177.

47

Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3 Tahun 2009, Op.Cit., h.11.

48

Ibid.

49

Ibid, h.17.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 17: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

30

kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan akan sangat menentukan logistik

suatu produk terutama terkait dengan wilayah yang akan dijadikan target

pemasaran. Analisa terhadap kebijakan perusahan terkait logistik suatu produk

akan menunjukkan mengenai luas cakupan geografis dari produk tersebut.

b. Biaya transportasi dan lamanya perjalanan

Biaya serta waktu transporatsi juga merupakan faktor yang mempengaruhi

ketersediaan produk di wilayah tertentu. Semakin tinggi biaya yang harus

dikeluarkan serta lamanya perjalanan yang harus ditempuh tentu akan

menyulitkan pelaku usaha untuk memperluas wilayah pemasarannya sehingga

cakupan wilayah produk tersebut relatif terbatas untuk wilayah pemasaran yang

sudah ada. Sebaliknya apabila biaya serta waktu yang harus ditempuh tidak

signifikan maka akan mendorong pelaku usaha untuk melakukan ekspansi pasar

produk tersebut.

c. Tarif dan peraturan yang membatasi lalu lintas perdagangan antar kota/wilayah

Penentuan tarif disini juga menentukan luas jangkauan wilayah pemasaran

suatu produk. Kebijakan tarif suatu yang dapat menyebabkan peningkatan harga

produk sehingga menurunkan minat beli konsumen tentu akan membatasi lalu

lintas produk tersebut di wilayah tersebut. Dengan terbatasnya distribusi produk

dalam satu wilayah tentu akan mempersempit jangkauan wilayah geografis dari

produk tersebut.

Peraturan yang dapat membatasi peredaran suatu produk di suatu wilayah

juga merupakan faktor untuk menentukan cakupan geografis suatu produk.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 18: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

31

Dengan adanya peraturan yang menghambat distribusi suatu produk di suatu

wilayah tentu akan mempersempit cakupan geografis dari produk tersebut.

Berdasarkan pasar geografis ini pelaku usaha pemegang posisi dominan

ialah pelaku usaha yang menguasai pangsa pasar di wilayah tersebut.

2.2 Penyalahgunaan Posisi Dominan (Abuse of Dominant Position)

Kepemilikan posisi dominan oleh suatu pelaku usaha tidaklah dilarang

sepanjang pelaku usaha tersebut dalam mencapai posisi dominannya pada pasar

yang bersangkutan dilakukan atas kemampuannya sendiri dan dengan cara yang

dibenarkan. Fokus utama dalam hukum persaingan usaha adalah menjaga

persaingan usaha yang sehat tetap terjadi di pasar yang bersangkutan dan

mendorong pelaku usaha untuk menjadi pelaku usaha yang memiliki posisi

dominan melalui persaingan usaha yang sehat dan efektif.50

Kepemilikan posisi dominan oleh suatu pelaku usaha baru dilarang apabila

dengan posisi dominan yang dimilikinya, pelaku usaha tersebut melakukan

tindakan anti persaingan yang dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat di

suatu pasar yang bersangkutan. Dengan posisi dominan yang dimilikinya, suatu

pelaku usaha dapat melakukan tindakan anti persaingan pada suatu pasar

bersangkutan secara individu tanpa memperhitungkan pelaku usaha pesaingnya.

Dengan memegang posisi dominan suatu pelaku usaha mempunyai kemampuan

untuk mempengaruhi keadaan pasar secara mandiri dengan cara penentuan harga,

50

Ibid, h.166.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 19: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

32

mengontrol produksi atau pemasaran terhadap bagian penting dari produk-produk

yang diminta.51

2.2.1 Bentuk penyalahgunaan posisi dominan (Abuse of Dominant Position)

Dalam hukum persaingan usaha terdapat dua bentuk penyalahgunaan posisi

dominan, yaitu penyalahgunaan yang bersifat eksploitatif (exploitative abuse) dan

penyalahgunaan yang bersifat penyingkiran (exclutionary abuse).

a.) Penyalahgunaan yang bersifat eksploitatif (exploitative abuse)

Penyalahgunaan yang bersifat eksploitatif ini merupakan penyalahgunaan

yang berbentuk upaya maksimalisasi profit dengan cara mereduksi iuaran dan

menaikkan harga diatas level kompetitif.52

Tindakan penyalahgunaan ini akan

mengakibatkan terjadinya eksploitasi terhadap konsumen. Bentuk

penyalahgunaan yang bersifat eksploitatif ini terdiri atas:53

a. Excessive price yaitu membebankan suatu harga yang bersifat monopolistik;

b. Unfair condition yaitu penerapan syarat-syarat yang tidak adil kepada

konsumen sehingga konsumen tidak dapat membeli atau menjual kembali

secara bebas;

c. The quite life yaitu pelaku usaha yang memegang posisi dominan menolak

menggunakan teknologi tertentu dengan alasan-alasan yang tidak dapat

diterima.

b.) Penyalahgunaan yang bersifat penyingkiran (exclutionary abuse)

51

Ibid, h.167 dikutip dari Valentine Korah, Op.Cit., p.81.

52

Vegitya Ramadhani Putri, Op.Cit., h.115.

53

Ibid. dikutip dari Rodger, Barry & MacCulloch, Angus, 2009, Competition Law and Policy in the

EC and UK, London: Routledge, p. 119-121.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 20: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

33

Pelaku usaha yang memegang posisi dominan memiliki tanggung jawab

khusus (special responsibility) untuk mencegah tindakannya menyebabkan suatu

persaingan yang tidak sehat di dalam pasar bersangkutan. Penyalahgunaan bersifat

penyingkiran ini bertujuan untuk menutup pasar dari pesaing atau pelaku usaha

baru baik secara potensial maupun aktual. Bentuk penyalahgunaan yang bersifat

penyingkiran ini terdiri atas:

a. Melindungi market power dengan cara mempersulit pelaku usaha baru untuk

masuk ke dalam pasar bersangkutan (barrier to entry).

b. Export bans yaitu pelarangan terhadap ekspor.

c. Pricing strategies (strategi harga) yang berbentuk:

(1) Discount and rabates (diskon dan rabat)

Diskon dan rabat ini dapat diberikan oleh pelaku usaha pemegang posisi

dominan kepada pelaku usaha tertentu atau konsumen dengan tujuan untuk

menyingkirkan pelaku usaha pesaingnya dari pasar bersangkutan. Sebagai contoh

produsen kain A memberikan diskon kepada pengusaha konveksi B, C dan D

dengan kesepakatan bahwa para pengusaha konveksi tersebut tidak boleh

membeli kain dari produsen lain. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan

hambatan bagi pelaku usaha lain untuk bersaing di pasar bersangkutan.

(2) Predatory pricing (harga predator)

Harga predator ini merupakan kebijakan pelaku usaha untuk menurunkan

harga serendah-rendahnya sehingga pelaku usaha lain tidak bisa bersaing dengan

harga tersebut. Tujuan akhir dari predatory pricing ini untuk menyingkirkan

pelaku usaha pesaing dari pasar bersangkutan.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 21: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

34

d. Tying and Leverage yaitu pelaku usaha dominan memperluas market power-

nya dari pasar yang telah didominasinya ke pasar lain. Perilaku ini dapat

dilakukan dengan cara pemborongan sehingga dominasi pada pasar yang

produknya terikat akan meluas ke pasar produk ikatan tersebut.

e. Merger yang bertujuan untuk menciptakan posisi dominan.

f. Refusal to supply yaitu penolakan penyaluran kepada konsumen. Penolakan ini

dibagi menjadi dua jenis yaitu:

(1) Refusal to deal yaitu penolakan penyaluran kepada konsumen tertentu dengan

tujuan untuk menyingkirkan pelaku usaha pesaing.

(2) Refusal to allow consumers access to essential facility yaitu penolakan kepada

konsumen untuk mengakses fasilitas yang esensial.

2.2.2 Hubungan afiliasi dengan pelaku usaha yang lain

Salah satu penilaian posisi dominan yang dimiliki oleh pelaku usaha dapat

juga dinilai melalui afiliasi suatu pelaku usaha dengan pelaku usaha yang lain.

Hubungan terafiliasi antar pelaku usaha ini terbagi menjadi dua jenis yaitu:

a.) Jabatan rangkap

Dalam UU No.5/1999 terdapat pengaturan mengenai larangan jabatan

rangkap. Pasal 26 UU No.5/1999 menegaskan larangan adanya jabatan rangkap:

“Seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris dari

suatu perusahaan, pada waktu yang bersamaan dilarang merangkap

menjadi direksi atau komisaris pada perusahaan lain, apabila perusahaan-

perusahaan tersebut:

a. berada dalam pasar bersangkutan yang sama; atau

b. memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan atau jenis usaha;

atau

c. secara bersama dapat menguasai pangsa pasar barang dan atau jasa

tertentu,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 22: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

35

yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat.”54

Berdasarkan ketentuan pasal 26 ini jabatan rangkap baru dilarang apabila

dengan hal tersebut dapat mengakibatkan timbulnya praktek monopoli atau

persaingan usaha tidak sehat. Penilaian terhadap jabatan rangkap ini biasanya

dilakukan pada proses merger atau akuisisi saham, apabila perusahaan melakukan

pengambilalihan saham perusahaan lain dan akibat akuisisi tersebut ditempatkan

Komisaris atau Direksi, maka penempatan tersebut dapat dinilai apakah nantinya

akan mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat di pasar bersangkutan atau

tidak. Jabatan rangkap disini dapat dilakukan diantara perusahaan yang berada di

pasar bersangkutan yang sama55

maupun perusahaan yang tidak bergerak di

bidang usaha yang sama.56

Jabatan rangkap yang dilakukan diantara pelaku usaha yang bergerak di

bidang yang sama penilaiannya dilakukan melalui besarnya saham yang dimiliki

dan pangsa pasar yang dikuasai oleh pelaku usaha yang mengambilalih dan

pangsa pasar yang diambilalih (secara horizontal).

Jabatan rangkap juga dapat dilakukan diantara pelaku usaha yang tidak

bergerak dalam bidang usaha yang sama, diantara pelaku usaha tersebut

mempunyai keterkaitan usaha dalam proses produksi barang dari pasar hulu ke

pasar hilir. Dalam hal ini antar pelaku usaha tersebut mempunyai keterkaitan yang

erat dalam bidang dan/atau jenis usaha.

54

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Op.Cit., Ps.26.

55

Ibid, Ps. 26 huruf a.

56

Ibid, Ps. 26 huruf b.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 23: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

36

Jabatan rangkap juga dapat dinilai melalui pangsa pasar perusahaan-

perusahaan tempat dimana seseorang merangkap jabatan sebagai Direksi atau

Komisaris.57

Dua atau tiga pelaku usaha dikatakan memegang posisi dominan

apabila memiliki pangsa pasar lebih dari 75%. Jabatan rangkap Direksi atau

Komisaris yang dimiliki oleh seseorang dapat menimbulkan hambatan persaingan

bagi pelaku usaha pesaingnya, hal ini disebabkan kedua perusahaan tempat

dimana seseorang memegang jabatan rangkap tersebut akan menimbulkan

perilaku yang sama ke pasar yang mengakibatkan pelaku usaha tersebut dapat

bertindak sebagai satu pelaku usaha. Perilaku seperti inilah yang berpotensi

menghilangkan persaingan di suatu pasar yang bersangkutan.58

b.) Kepemilikan saham silang

Hubungan afiliasi antara satu pelaku usaha dengan pelaku usaha yang lain

dapat juga dilihat dari kepemilikan saham suatu pelaku usaha di dua atau lebih

perusahaan yang bergerak di bidang usaha yang sama atau dengan pelaku usaha

yang lain. Dalam UU No.5/1999 terdapat larangan memiliki saham mayoritas.59

Kepemilikan saham mayoritas ini bisa terjadi pada beberapa perusahaan

sejenis yang bergerak di bidang usaha yang sama di pasar bersangkutan yang

sama atau dapat berupa pendirian beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan

usaha yang sama pada pasar bersangkutan yang mengakibatkan: a.) satu pelaku

usaha menguasai lebih dari 50% pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu;

57

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Op.Cit., Ps. 26 huruf c.

58

Andi Fahmi Lubis et al., Op.Cit., h.185.

59

Lihat pasal 27 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 24: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

37

b.) dua atau tiga pelaku usaha menguasai lebih dari 75% pangsa pasar satu jenis

barang atau jasa tertentu.

Kepemilikan saham mayoritas oleh pelaku usaha di beberapa perusahaan

harus dibuktikan terlebih dahulu kemudian dibuktikan penguasaan pangsa pasar di

pasar yang bersangkutan60

setelah itu dibuktikan apakah posisi dominan yang

dimiliki oleh pemilik saham mayoritas tersebut disalahgunakan untuk

menciptakan suatu persaingan usaha yang tidak sehat di suatu pasar bersangkutan.

2.2.3 Kontrol terhadap merger

Kebijakan merger selain dapat menciptakan efisiensi bagi pelaku usaha

dapat juga menghilangkan persaingan yang ada antara pihak yang melakukan

merger. Hal ini tentu akan mengurangi jumlah pesaing yang berada di dalam pasar

dan dikhawatirkan dapat merusak iklim persaingan dalam suatu pasar

bersangkutan dan berpotensi menimbulkan tindakan anti persaingan seperti

penyalahgunaan posisi dominan. Bisa saja dengan merger yang dilakukan dua

atau lebih pelaku usaha ini mengakibatkan pelaku usaha tersebut memegang

posisi dominan di suatu pasar bersangkutan. Sebagai upaya untuk mencegah

adanya pemusatan konsentrasi pasar sehingga menimbulkan posisi dominan yang

dihasilkan dari tindakan merger tersebutmaka perlu dibentuk pengaturan kontrol

terhadap merger.

Dalam UU No. 5/1999 terdapat larangan terhadap penggabungan atau

peleburan badan usaha serta pengambilalihan saham perusahaan lain yang dapat

60

Andi Fahmi Lubis et al., Op.Cit., h.186 dikutip dari Hikmahanto Juwana, Prosiding Seminar

Eksaminasi Putusan No. 07/KPPU-L/2007 Kasus Posisi Dominan dan Kepemilikan Silang.

(Jakarta: CSIS, 2008), p.211.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 25: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

38

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat.61

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 201062

(untuk selanjutnya

disebut PP No. 57/2010) praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat

yang dilarang salah satunya adalah penyalahgunaan posisi dominan.63

Pengaturan mengenai batasan nilai aset atau penjualan yang ditetapkan

pemerintah terhadap merger diatur di PP No.57/2010, apabila nilai dari merger

yang dilakukan pelaku usaha melebihi batas nilai yang ditetapkan oleh pemerintah

maka pelaku usaha tersebut wajib melakukan pemberitahuan secara tertulis

kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha untuk kemudian dianalisa apakah

merger tersebut dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat di dalam pasar

bersangkutan.64

Batasan nilai aset atau nilai penjualan yang ditetapkan pemerintah

adalah nilai aset sebesar Rp. 2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus miliar

rupiah) dan/atau nilai penjualan sebesar Rp. 5.000.000.000.000,00 (lima triliun

rupiah)65

, sedangkan untuk pelaku usaha bidang perbankan batasan nilai aset

melebihi Rp. 20.000.000.000.000,00 (dua puluh triliun rupiah).66

Metode yang digunakan dalam melakukan penilaian terhadap merger ini

berdasarkan PP No.57/2010 dilakukan dengan metode ex post yaitu penilaian

61

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Op.Cit., Pasal 28.

62

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan

Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010

Nomor 89).

63

Ibid, Pasal 2 ayat (2).

64

Ibid, Pasal 5.

65

Ibid, Pasal 5 ayat (2).

66

Ibid, Pasal 5 ayat (3).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 26: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

39

terhadap merger baru dilakukan setelah merger diantara pelaku usaha tersebut

berlaku efektif secara yuridis.67

2.3 Pengaturan Posisi Dominan di Indonesia dan ASEAN

2.3.1 Pengaturan posisi dominan di Indonesia

Di Indonesia pengaturan mengenai posisi dominan dapat ditemui dalam UU

No.5/1999. Pasal yang mengatur mengenai posisi dominan terdapat dalam Bab V

yang terdiri dari empat bagian dan lima pasal, sedangkan pasal yang mengatur

secara khusus mengenai praktek posisi dominan terdapat di dalam pasal 25 UU

No.5/1999.

Dalam undang-undang ini pelaku usaha dikatakan memiliki posisi dominan

apabila menguasai 50% pangsa pasar atau lebih bagi pelaku usaha perorangan dan

75% atau lebih pangsa pasar di suatu pasar bersangkutan bagi kelompok pelaku

usaha.68

Penguasaan posisi dominan oleh suatu pelaku usaha tidaklah dilarang, yang

dilarang adalah apabila penguasaan posisi dominan itu disalahgunakan oleh suatu

pelaku usaha untuk melakukan tindakan anti kompetisi yang pada akhirnya

menciptakan suatu persaingan usaha yang tidak sehat di suatu pasar bersangkutan.

Hal ini dapat dilihat di dalam pasal 25 ayat (1) UU No.5/1999 yang secara tegas

mengatur bahwa:

“Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara

langsung maupun tidak langsung untuk:

67

Ibid, Pasal 3.

68

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Op.Cit., ps.25 ayat (2).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 27: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

40

a. menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah

dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang

bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas; atau

b. membatasi pasar dan pengembangan teknologi; atau

c. menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi untuk menjadi pesaing

untuk memasuki pasar bersangkutan.”69

Dalam UU No.5/1999 selain terdapat pengaturan mengenai kepemilikan

posisi dominan dan penyalahgunaannya, juga terdapat pengaturan yang terkait

dengan kepemilikan posisi dominan yaitu hubungan afiliasi dengan pihak lain

yang dibagi menjadi dua yaitu jabatan rangkap dan kepemilikan saham silang

serta terdapat juga pengaturan mengenai kontrol terhadap merger.

Dalam hukum persaingan usaha terdapat dua jenis pendekatan yang

digunakan untuk menentukan apakah pelaku usaha tersebut melanggar ketentuan

undang-undang yaitu pendekatan per se illegal dan pendekatan rule of reason.

Pendekatan per se illegal adalah menyatakan setiap perjanjian atau kegiatan usaha

tertentu sebagai ilegal tanpa disertai pembuktian lebih lanjut atas dampak yang

ditimbulkan dari perjanjian atau kegiatan usaha tersebut.70

Pendekatan lainnya

adalah rule of reason yaitu pendekatan yang digunakan lembaga otoritas

persaingan usaha untuk membuat evaluasi mengenai dampak yang ditimbulkan

dari perjanjian atau kegiatan usaha tertentu guna menentukan apakah perjanjian

atau kegiatan usaha tersebut bersifat menghambat atau mendukung persaingan.71

Berbeda dengan pendekatan per se illegal, dalam rule of reason diperlukan

69

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Op.Cit., ps.25 ayat (1).

70

Andi Fahmi Lubis et al., Op.Cit., h.55.

71

Ibid.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 28: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

41

analisis lebih lanjut mengenai akibat yang ditimbulkan dari suatu perjanjian atau

kegiatan usaha tertentu terhadap persaingan.

Pasal 25 UU No.5/1999 ini dilihat secara kontekstual menggunakan

pendekatan per se illegal namun dalam prakteknya pendekatan yang dilakukan

lembaga otoritas persaingan usaha dalam menentukan suatu pelaku usaha

melakukan penyalahgunaan posisi dominan atau tidak adalah pendekatan rule of

reason. Pendekatan rule of reason ini digunakan mengingat penguasaan posisi

dominan bukanlah suatu pelanggaran dalam hukum persaingan usaha. Penguasaan

posisi dominan yang dimiliki oleh pelaku usaha bisa jadi diperoleh karena

efisiensi dan inovasi-inovasi yang dilakukannya sehingga menghasilkan suatu

produk yang lebih berkualitas dibandingkan dengan produk dari pelaku usaha

pesaingnya. Perbuatan yang dilarang adalah ketika posisi dominan yang dimiliki

pelaku usaha tersebut disalahgunakan untuk menimbulkan praktek persaingan

tidak sehat di suatu pasar bersangkutan.

Di Indonesia, lembaga pengawas persaingan usaha yang berhak melakukan

penilaian serta penetapan penyalahgunaan posisi dominan adalah Komisi

Pengawas Persaingan Usaha (untuk selanjutnya disebut KPPU). KPPU sebelum

menentukan apakah suatu pelaku usaha pemegang posisi dominan melakukan

penyalahgunaan posisi dominan atau tidak, perlu melakukan analisis lebih lanjut

dari berbagai aspek terutama analisis ekonomi untuk menentukan apakah dengan

posisi dominan yang dimiliki pelaku usaha tersebut, pelaku usaha tersebut

melakukan tindakan-tindakan yang bersifat anti kompetisi dan menimbulkan

praktek persaingan usaha yang tidak sehat di suatu pasar bersangkutan. Hal ini

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 29: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

42

sebagai wujud dari pendekatan rule of reason yang digunakan di pasal 25 UU

No.5/1999.

2.3.2 Pengaturan posisi dominan di negara-negara ASEAN

Pengaturan mengenai posisi dominan diantara negara-negara anggota

ASEAN tidaklah sama. Tidak semua negara di kawasan ASEAN memiliki

instrumen hukum persaingan usaha di negaranya terutama yang mengatur

mengenai penyalahgunaan posisi dominan.

Bagian ini akan membahas mengenai pengaturan posisi dominan yang

terdapat di negara-negara kawasan ASEAN.

1. Brunei Darussalam

Di negara Brunei Darussalam tidak terdapat peraturan perundang-undangan

yang mengatur mengenai persaingan usaha secara umum, namun negara ini

menerapkan kebijakan yang terkait dengan persaingan secara sektoral.

Dalam hal ini, kebijakan terkait persaingan usaha diterapkan dalam sektor

telekomunikasi yang diatur dalam Authority for Info-communications Technology

Industry of Brunei Darussalam Order 2001 (the AITI Order) dan the

Telecommunications Order 2001 (the Telecommunications Order)72

yang berlaku

bagi seluruh pelaku usaha yang bergerak di bidang teknologi telekomunikasi.

Telecommunications Order 2001 merupakan kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah Brunei Darussalam yang berkaitan dengan sistem dan layanan

telekomunikasi di Brunei Darussalam.

72

ASEAN Secretariat, Handbook on Competition Policy and Law in ASEAN for Business 2013,

Jakarta, May 2013, h.14.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 30: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

43

Di dalam kebijakan ini tidak ditemui pengaturan yang secara spesifik

mengatur mengenai posisi dominan dan bentuk penyalahgunaannya.Dalam kedua

kebijakan ini hanya diatur mengenai larangan bagi the AiTi yang merupakan

lembaga yang dibentuk oleh pemerintah Brunei Darussalam sebagai pengatur dan

penyedia sistem dan layanan telekomunikasi di negara tersebutuntuk

mendominasi penggunaan hak ekslusif yang diberikan undang-undang kepadanya.

2. Filipina

Berbeda dengan Brunei Darussalam yang pengaturan mengenai persaingan

usahanya hanya bersifat sektoral, Filipina mempunyai beberapa peraturan yang

mengatur mengenai persaingan usaha diantaranya terdapat dalam

The 1987 Constitution of The Republic of The Philippines, Article XII

Sections 1, 6, 11, 19, 22; The Revised Penal Code of The Philippines Article 186

(amendment by Republic Act No.1956) Section 1 paragraph d (5) of Republic Act

No.7080; The New Civil Code of The Philippines (R.A. No.386) article 28; dan

The Act to Prohibit Monopolies and Combinations in Restraint of Trade Section

6. Selain beberapa aturan tersebut terdapat juga peraturan yang mengatur

persaingan usaha secara sektoral seperti Price Act (R.A. No.7581) Section 5; The

Cooperative Code (R.A. No. 6938) Article 8; The Downstream Oil Industry

Deregulation Act of 1988 (R.A. No.8479) Rule III Section 9 and Rule IV Section

15; dan The Corporation Code (Act No.68) yang mengatur mengenai kontrol

terhadap merger.73

73

Ibid, h.58.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 31: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

44

Dalam hukum persaingan usaha di negara ini tidak ditemui aturan yang

mengatur secara spesifik mengenai penguasaan posisi dominan. Aturan

persaingan usaha di negara ini lebih menekankan pada larangan terhadap praktek

monopoli dan segala tindakan yang dapat mengganggu persaingan sehat seperti

praktek monopoli, predatory pricing, dan kartel.

Selain itu pengaturan persaingan usaha di negara ini juga mengatur

mengenai kontrol terhadap merger. Kontrol terhadap merger ini dimaksudkan

untuk mencegah timbulnya posisi dominan sehingga menyebabkan berkurangnya

atau bahkan hilangnya persaingan yang dapat terjadi di suatu pasar bersangkutan

akibat tindakan merger tersebut.

3. Kamboja

Di negara Kamboja belum terdapat pengaturan yang komperhensif

mengatur mengenai persaingan usaha. Di negara ini terdapat rancangan undang-

undang yang mengatur mengenai persaingan usaha yang masih dalam tahap

pembahasan. Rancangan undang-undang ini nantinya akan berlaku untuk seluruh

kegiatan produksi dan distribusi barang serta penyediaan jasa baik oleh

perusahaan publik maupun swasta serta yang dilakukan oleh perseorangan

maupun badan hukum.

Praktek persaingan usaha tidak sehat yang diatur dalam rancangan undang-

undang ini meliputi penyalahgunaan posisi dominan, perjanjian yang

menimbulkan tindakan anti persaingan serta terdapat juga pengaturan kontrol

terhadap merger maupun akuisisi.

4. Laos

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 32: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

45

Di negara Laos, persaingan usaha diatur dalam Decree 15/PMO(4/2/2004)

on Trade Competition.

Dalam aturan ini dicantumkan mengenai definisi posisi dominan yang

terdapat dalam article 2 yaitu :“market dominance means sales volume or market

share of any goods or services of one or more business entities is above that

prescribed by the Trade Competition Commission.”74

Berdasarkan definisi diatas posisi dominan merupakan keadaan dimana

volume penjualan atau pangsa pasar suatu barang atau jasa satu atau lebih pelaku

usaha berada diatas yang ditetapkan oleh Trade Competition Commission (TCC).

Dalam undang-undang ini tidak ditemui pengaturan yang mengatur secara

spesifik mengenai penyalahgunaan posisi dominan, bentuk penyalahgunaan

dominasi pasar yang diatur dalam undang-undang ini adalah monopoli. Monopoli

disini diartikan sebagai dominasi pasar yang dilakukan oleh satu pelaku usaha

atau beberapa pelaku usaha.75

Berdasarkan analisis terhadap Decree No.15 PMO (4/2/2004) on Trade

Competition kepemilikan posisi dominan oleh pelaku usaha tidaklah dilarang,

posisi dominan ini baru dilarang apabila diperoleh akibat dari tindakan yang

dilarang dalam aturan ini dan posisi dominan tersebut tidak ditujukan untuk

menyingkirkan pelaku usaha lain atau untuk membatasi persaingan, hal ini dapat

dilihat dalam article 9 mengenai merger dan akuisisi.

74

Decree No. 15/PMO (4/2/2004) on Trade Competition, article 2.

75

Ibid.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 33: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

46

Dominasi pasar dalam peraturan ini juga dilarang apabila terjadi karena

penunjukan atau pemberian kewenangan terhadap satu pelaku usaha untuk

melakukan penjualan produk atau penyediaan jasa di satu pasar.76

5. Malaysia

Di Malaysia pengaturan mengenai persaingan usaha secara umum dapat

ditemui dalam The Competition Act 2010, selain peraturan tersebut terdapat

beberapa peraturan khusus yang mengatur persaingan usaha di beberapa sektor

tertentu yaitu The Communications and Multimedia Act 1998, The Energy

Commission Act 2001, The Electricity Supply Act 1990 dan The Gas Supply Act

1993, sedangkan pengaturan mengenai penegakan hukum persaingan usaha diatur

di dalam The Competition Commission Act 2010.

Dalam The Competition Act 2010 posisi dominan didefinisikan sebagai “a

situation in which one or more enterprises possess such significant power in a

market to adjust prices or outputs or trading terms, without effective constraint

from competitiors or potential competitors.”77

Berdasarkan definisi ini posisi dominan merupakan keadaan dimana satu

atau lebih pelaku usaha memiliki kekuatan yang signifikan di suatu pasar untuk

melakukan pengaturan terhadap harga, produk yang dihasilkan serta memberikan

persyaratan perdagangan tanpa menemui perlawanan efektif dari pelaku usaha

pesaingnya baik yang telah ada di pasar maupun pesaing potensial.

76

Ibid, article 10.

77

The Competition Act 2010, Part 1(2).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 34: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

47

Dalam undang-undang ini secara tegas melarang adanya penyalahgunaan

posisi dominan namun tidak mengatur mengenai pengaturan terkait dengan posisi

dominan seperti kontrol terhadap merger maupun hubungan afiliasi dengan pihak

lain. Bentuk penyalahgunaan posisi dominan yang dilarang dalam undang-undang

ini diantaranya adalah tindakan predator, refusal to supply dan pemberlakuan

unfair condition terhadap konsumen atau pelaku usaha pesaing. Bentuk-bentuk

penyalahgunaan posisi dominan diatur secara rinci dalam chapter 2 article 10 (2).

Dalam undang-undang ini tidak melarang pemegang posisi dominan untuk

mengambil kebijakan komersial yang wajar sebagai respon atas masuknya atau

perilaku pasar yang dilakukan oleh pelaku usaha pesaingnya.78

Berdasarkan

ketentuan ini dapat diartikan bahwa penguasaan posisi dominan oleh pelaku usaha

sebagai konsekuensi dari inovasi dan efisiensi yang dilakukannya dalam

menghasilkan produk tidaklah dilarang dalam undang-undang ini. Dalam undang-

undang ini penentuan mengenai posisi dominan dan penyalahgunaannya

dilakukan oleh The Competition Commision of Malaysia.

Di negara ini dalam menentukan posisi dominan dilakukan pendekatan rule

of reason dimana suatu komisi pengawas persaingan melakukan analisis terhadap

unsur-unsur posisi dominan diantaranya pasar bersangkutan, pangsa pasar serta

kemampuan dari pelaku usaha untuk mengambil kebijakan secara mandiri,

ketentuan tersebut terdapat dalam The Communications and Multimedia Act 1998.

6. Myanmar

78

Ibid, chapter 2 article 10(3).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 35: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

48

Di Myanmar belum ada pengaturan yang komperhensif mengenai

persaingan usaha khususnya yang mengatur mengenai posisi dominan. Namun

terdapat larangan monopoli atau tindakan manipulasi harga yang dapat

membahayakan persaingan sehat di dalam suatu kegiatan ekonomi. Hal tersebut

dapat ditemui dalam article 36b the New Constituton.

7. Singapura

Di Singapura pengaturan mengenai persaingan usaha dapat ditemui dalam

The Competition Act (Chapter 50B of Singapore Statutes). Pengaturan ini berlaku

untuk perbuatan baik yang dilakukan secara perseorangan maupun badan hukum

yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi tanpa memperhatikan status hukum

maupun sumber dana pelaku usaha tersebut, hal ini diatur dalam section 2 dan 33

dalam undang-undang ini.

Praktek penyalahgunaan posisi dominan termasuk tindakan yang dilarang

secara tegas dalam undang-undang ini. Pengaturan mengenai penyalahgunaan

posisi dominan diatur di section 47 The Competition Act. Posisi dominan yang

diperoleh pelaku usaha sebagai hasil atas inovasi dan efisiensi yang dilakukannya

dalam menghasilkan produk yang diminati konsumen tidaklah dilarang. Posisi

dominan tersebut merupakan prestasi tersendiri bagi pelaku usaha, namun ketika

pelaku usaha tersebut berusaha melindungi bahkan meningkatkan posisi dominan

di pasar dengan cara yang tidak kompetitif bahkan cenderung membatasi

persaingan dan pada akhirnya merugikan konsumen dan bisnis maka tindakan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 36: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

49

tersebut dapat dikategorikan ke dalam penyalahgunaan posisi dominan yang

dilarang dalam undang-undang ini.79

Penentuan penyalahgunaan posisi dominan dalam hal ini dilakukan oleh

Competition Commission Singapore (CCS). Terdapat 2 tes yang digunakan dalam

menentukan apakah terdapat penyalahgunaan posisi dominan oleh pelaku usaha,

yaitu apakah pelaku usaha tersebut memegang posisi dominan dalam pasar

bersangkutan yang terdiri dari pasar produk dan pasar geografis baik di Singapura

maupun di tempat lain serta apakah dengan posisi dominan yang dimilikinya

pelaku usaha melakukan tindakan-tindakan anti persaingan yang bertujuan untuk

menghalangi atau bahkan menutup akses pelaku usaha pesaingnya untuk masuk

ke dalam suatu pasar di Singapura.

Terdapat 4 kriteria untuk menentukan apakah pelaku usaha memegang

posisi dominan di pasar bersangkutan yaitu:80

a. Pelaku usaha tersebut memiliki pangsa pasar sebesar 60% atau lebih;

b. Hanya terdapat sedikit atau bahkan tidak ada pelaku usaha pesaing yang dapat

dituju oleh konsumen di pasar bersangkutan;

c. Konsumen tidak memiliki daya tawar yang signifikan;

d. Pelaku usaha baru merasa sulit untuk memasuki pasar diantaranya disebabkan

biaya modal yang tinggi atau hambatan teknologi.

79

”Anti Competitive Behaviour Abuse of Dominance”, www.ccs.gov.sg diakses pada tanggal 21

November 2014.

80

“How Do I Recognise Abuse of Dominance”, www.ccs.gov.sg diakses pada tanggal 21

November 2014.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 37: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

50

Langkah selanjutnya adalah menentukan apakah dengan posisi dominan

yang dimilikinya, pelaku usaha itu melakukan tindakan penyalahgunaan yang

dapat membatasi persaingan seperti exclusive dealing dan predatory pricing.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa pendekatan yang digunakan

oleh Singapura dalam menerapkan ketentuan mengenai penyalahgunaan posisi

dominan adalah rule of reason.

Dalam undang-undang ini juga ditemui pengaturan terkait posisi dominan

dalam hal ini kontrol terhadap merger.Singapura melarang tindakan merger yang

dapat menyebabkan berkurangnya tingkat persaingan di pasar bersangkutan baik

di bidang barang maupun jasa.Sehingga dalam undang-undang ini kontrol

terhadap merger dimaksudkan untuk mencegah adanya posisi dominan yang dapat

timbul akibat tindakan merger tersebut.

8. Thailand

Undang-undang yang mengatur mengenai persaingan usaha yang berlaku di

Thailand adalah Trade Competition Act B.E. 2542 (1999). Di undang-undang ini

mengatur mengenai penyalahgunaan posisi dominan serta pengaturan lain terkait

dengan posisi dominan yaitu kontrol terhadap merger.

Dalam undang-undang ini larangan terhadap penyalahgunaan posisi

dominan (abuse of dominant position) terdapat dalam section 25 Trade

Competition Act B.E. 2542 (1999).

Menurut undang-undang ini pelaku usaha dapat dikatakan memegang posisi

dominan apabila satu atau lebih pelaku usaha di pasar barang atau jasa memiliki

pangsa pasar dan volume penjualan diatas yang ditentukan oleh lembaga

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 38: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

51

pengawas yang berwenang.81

Nilai tersebut diatur secara rinci dalam Notification

by Trade Competition Commission, berdasarkan aturan ini suatu pelaku usaha

dikatakan memiliki posisi dominan apabila:

1.) Pelaku usaha tersebut pada tahun sebelumnya memiliki pangsa pasar lebih dari

50% dan memiliki omset paling sedikit 1.000 juta baht;

2.) Tiga besar pelaku usaha yang memiliki pangsa pasar gabungan lebih darin 75%

pada tahun sebelumnya dan memiliki omset sedikitnya 1.000 juta baht.82

Dalam section 25 Trade Competition Act B.E. 2542 (1999) ditegaskan

bahwa pelaku usaha pemegang posisi dominan di suatu pasar dilarang melakukan

tindakan anti persaingan diantaranya adalah: predatory pricing, exclusive dealing,

dan refusal to supply.

Selain mengatur mengenai penyalahgunaan posisi dominan, dalam Trade

Competition Act B.E. 2542 (1999) juga terdapat pengaturan kontrol terhadap

merger, hal ini untuk mencegah timbulnya pemusatan konsentrasi dalam suatu

pasar kepada pelaku usaha tertentu yang akan menimbulkan dampak terhadap

persaingan di pasar bersangkutan. Undang-undang ini melarang tindakan merger

yang dapat menimbulkan monopoli dan praktek persaingan usaha yang tidak sehat

di suatu pasar bersangkutan.

Kewenangan untuk menentukan penyalahgunaan posisi dominan oleh

pelaku usaha di negara ini berada pada Trade Competition Commission (TCC).

Dalam menentukan apakah tindakan pelaku usaha pemegang posisi dominan

81

Trade Competition Act B.E. 2542 (1999), Section 3. 82

“Thailand Antitrust Law Competition”, www.thailawforum.com,diakses pada tanggal 22

November 2014.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 39: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

52

dapat dikatakan sebagai tindakan penyalahgunaan posisi dominan terlebih dahulu

dilakukan analisis terhadap tindakan pelaku usaha tersebut83

, sehingga dapat

dikatakan bahwa penerapan ketentuan mengenai penyalahgunaan posisi dominan

dalam undang-undang ini menggunakan pendekatan rule of reason.

9. Vietnam

Di Vietnam pengaturan mengenai persaingan usaha terdapat di The

Competition Law No. 27/2004/QH11 dan beberapa ketentuan penunjuk yang

berkaitan dengan undang-undang ini. Undang-undang ini berlaku bagi seluruh

pelaku usaha baik di bidang penyediaan barang dan jasa bagi kepentingan umum

maupun di sektor lainnya, undang-undang ini juga berlaku bagi pelaku usaha

asing dan asosiasi profesional yang beroperasi di Vietnam. Dalam undang-undang

ini terdapat pengaturan yang mengatur secara spesifik mengenai posisi dominan

selain itu juga terdapat pengaturan yang terkait dengan kepemilikan posisi

dominan yaitu kontrol terhadap merger.

“Berdasarkan undang-undang yang berlaku di negara ini suatu pelaku

usaha dikatakan memegang posisi dominan apabila memiliki pangsa

pasar sebesar 30% atau lebih atau pelaku usaha tersebut mempunyai

kemampuan untuk melakukan tindakan yang membatasi persaingan,84

sedangkan untuk dua pelaku usaha atau lebih dikatakan memegang posisi

dominan di suatu pasar jika kelompok pelaku usaha tersebut mengambil

tindakan bersama untuk membatasi persaingan dan termasuk ke dalam

salah satu :

a. Dua pelaku usaha yang mempunyai jumlah pangsa pasar sebesar 50 %

atau lebih di pasar bersangkutan;

b. Tiga pelaku usaha yang mempunyai jumlah pangsa pasar sebesar 65

% atau lebih di pasar bersangkutan; dan

83

Ibid, diakses pada tanggal 22 November 2014.

84

The Competition Law No. 27/2004/QH11 Chapter II Section 2 article 11 (1).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 40: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

53

c. Empat pelaku usaha yang mempunyai jumlah pangsa pasar sebesar 75

% atau lebih di pasar bersangkutan.”85

Dalam undang-undang ini terdapat pengaturan mengenai kontrol terhadap

merger guna mencegah adanya pemusatan konsentrasi pasar di suatu pasar

bersangkutan yang dapat menimbulkan posisi dominan terhadap para pelaku

usaha yang melakukan merger.

Undang-undang ini dengan tegas melarang pelaku usaha pemegang posisi

dominan untuk melakukan praktek persaingan usaha yang tidak sehat, diantaranya

adalah predatory pricing dan exclusive dealing.

Vietnam dengan tegas melarang pemegang posisi dominan untuk

melakukan penyalahgunaan yang dapat memberikan dampak terhadap persaingan,

hal ini dapat dilihat dalam kalimat yang digunakan pada pasal penyalahgunaan

posisi dominan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan pendekatan yang

digunakan Vietnam dalam menerapkan pasal penyalahgunaan posisi dominan

adalah per se illegal.

Tidak semua negara-negara anggota ASEAN memiliki instrumen hukum

persaingan usaha yang komperhensif dan mengatur tentang kepemilikan posisi

dominan di negaranya. Diantara kesepuluh anggota ASEAN, negara yang telah

memiliki instrumen hukum persaingan usaha adalah Indonesia, Filipina, Laos,

Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Dari ketujuh negara yang mempunyai instrumen hukum persaingan usaha

tersebut hanya lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan

85

Ibid, chapter II section 2 article 11 (2).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 41: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

54

Vietnam yang mengatur secara spesifik mengenai penyalahgunaan posisi

dominan.

Dalam pengaturan mengenai posisi dominan yang terdapat di negara-negara

tersebut masih terdapat ketidakseragaman terkait dengan definisi pelaku usaha,

definisi pasar bersangkutan dan jumlah penguasaan pangsa pasar yang diperlukan

bagi pelaku usaha untuk dapat dikatakan sebagai posisi dominan.

Selain itu untuk pengaturan mengenai penyalahgunaan posisi dominan juga

masih terlihat adanya perbedaan terkait dengan bentuk penyalahgunaan yang

dilarang serta jenis pendekatan yang digunakan untuk menerapkan pasal

mengenai penyalahgunaan posisi dominan.

Berdasarkan analisis dari undang-undang persaingan usaha yang berlaku di

negara-negara ASEAN ketidakharmonisasian terlihat dalam pengaturan terkait

posisi dominan di kawasan ASEAN.

Tabel II.1

Pengaturan Posisi Dominan di ASEAN

No. Pengaturan

tentang Posisi

Dominan Indonesia Laos Malaysia Singapura Thailand Vietnam Filipina

1 Penyalahgunaan

Posisi Dominan √ × √ √ √ √ ×

2 Kepemilikan

Saham Silang √ × × × × × ×

3 Jabatan

Rangkap √ × × × × × ×

4 Kontrol

terhadap Merger √ √ × √ √ √ √

Sumber : diolah dari berbagai sumber

Keterangan : × = tidak diatur

√ = diatur

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 42: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

55

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat masih adanya ketidakseragaman

terkait dengan pengaturan tentang posisi dominan. Dalam kebijakan persaingan

usaha yang berlaku di negara ASEAN tidak semuanya terdapat pengaturan

tentang penyalahgunaan posisi dominan. Negara di ASEAN yang tidak mengatur

penyalahgunaan posisi dominan secara spesifik adalah Laos dan Filipina.

Selain mengenai penyalahgunaan posisi dominan, perbedaan juga dapat

dilihat dari pengaturan tentang posisi dominan yaitu hubungan afiliasi dengan

pihak lain dalam hal ini adalah jabatan rangkap dan kepemilikan saham silang.

Dari seluruh negara ASEAN yang telah mempunyai instrumen hukum persaingan

usaha yang komperhensif hanya Indonesia yang didapati mempunyai pengaturan

mengenai hubungan afiliasi dengan pihak lain dalam hal ini berupa jabatan

rangkap dan kepemilikan saham silang.

Perbedaan diantara negara-negara anggota ASEAN juga terlihat dari

pengaturan kontrol terhadap merger. Di kawasan ASEAN masih terdapat negara

yang belum mengatur secara spesifik mengenai kontrol terhadap merger, hal ini

dapat ditemui di Malaysia yang tidak mempunyai pengaturan mengenai kontrol

terhadap merger dalam hukum persaingan usahanya.

Melihat masih belum adanya keseragaman terkait dengan pengaturan

kepemilikan posisi dominan dalam hukum yang berlaku di negara-negara ASEAN

semakin menegaskan pentingnya suatu upaya harmonisasi pengaturan di kawasan

ASEAN terkait dengan kepemilikan posisi dominan. Harmonisasi pengaturan

tersebut penting untuk memberikan suatu aturan main yang jelas dan berlaku

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 43: BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN …repository.unair.ac.id/13755/12/12. Bab 2.pdf · 2.1 Pengertian Posisi Dominan . ... akses, efisiensi, teknologi dan sebagainya dapat

56

global bagi seluruh pelaku usaha di negara-negara ASEAN dalam rangka

menghadapi adanya AEC pada tahun 2015.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY