bab ii konsep dasar pendidikan ar-rafi’ dalam membangun...

14
Bab II Konsep Dasar Pendidikan Ar-Rafi’ Dalam Membangun SDM Unggul 10 Bab II Konsep Dasar Pendidikan Ar-Rafi’ Dalam Membangun Generasi Unggul Bagaimana membangun manusia unggul, merupakan pertanyaan dari seorang filsuf Jerman yaitu Friedrich Nietzsche yang lahir pada tahun 1844. Pada era orde baru dan era reformasi banyak para penyelenggara pendidikan mempromosikan diri dalam usaha membangun manusia unggul melalui lembaga pendidikan unggulan seperti SD/SMP Plus dan SMP/SMA Islam Terpadu. Bagaimana menyelenggarakan proses pendidikan unggulan? Dan bagaimana sosok manusia yang disebut dengan manusia unggul? A. Siapa yang Dapat Disebut Sebagai Manusia Unggul? Sebenarnya tidak ada manusia unggul, yang ada adalah manusia yang diunggulkan oleh Allah Swt yaitu orangorang mukmin yang berilmu, seperti firmanNya dalam Al Qur‟an surat Al Mujadillah ayat 11 Secara garis besar artinya adalah:

Upload: doannhan

Post on 09-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Bab II Konsep Dasar Pendidikan Ar-Rafi’ Dalam Membangun SDM Unggul 10

Bab II Konsep Dasar Pendidikan Ar-Rafi’

Dalam Membangun Generasi Unggul

Bagaimana membangun manusia unggul, merupakan

pertanyaan dari seorang filsuf Jerman yaitu Friedrich Nietzsche yang lahir pada tahun 1844. Pada era orde baru

dan era reformasi banyak para penyelenggara pendidikan mempromosikan diri dalam usaha membangun manusia

unggul melalui lembaga pendidikan unggulan seperti SD/SMP

Plus dan SMP/SMA Islam Terpadu. Bagaimana menyelenggarakan proses pendidikan unggulan? Dan

bagaimana sosok manusia yang disebut dengan manusia unggul?

A. Siapa yang Dapat Disebut Sebagai Manusia Unggul?

Sebenarnya tidak ada manusia unggul, yang ada adalah

manusia yang diunggulkan oleh Allah Swt yaitu orang–orang

mukmin yang berilmu, seperti firmanNya dalam Al Qur‟an surat Al Mujadillah ayat 11

Secara garis besar artinya adalah:

Bab II Konsep Dasar Pendidikan Ar-Rafi’ Dalam Membangun SDM Unggul 11

… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. …. [Qs. Al Mujaadillah (58): 11]

Dalam ayat tersebut Allah Swt berjanji akan

meningkatkan derajat (mengunggulkan) orang-orang mukmin yang berilmu. Inilah landasan teologis konsep pendidikan Ar Rafi‟ (meningkatkan/meninggikan) dalam membangun manusia unggul (yang ditingkatkan derajatnya oleh Allah Swt)

Dengan kata lain sosok manusia unggul adalah sosok mukmin yang memiliki ilmu yang dijanjikan Allah Swt untuk

diunggulkan, karena manusia tidak akan menjadi sosok

manusia unggul, kecuali diunggulkan oleh Allah Swt.

Dengan demikian:

Konsep pendidikan Ar-Rafi‟ adalah pendidikan yang dapat memfasilitasi peserta didik untuk menjadi seorang mukmin

yang memiliki ilmu, sehingga dijanjikan Allah Swt untuk ditingkatkan derajatnya, atau diunggulkan diantara manusia.

Bagaimana profil manusia yang akan diunggulkan oleh

Allah Swt?

Pertama, ia adalah seorang mukmin. Bagaimana sosok

mukmin yang dikehendaki oleh Allah Swt? Ia harus masuk Islam secara keseluruhan menjadi muslim yang kaaffah, seperti firmanNya dalam Al Qur‟an surat Al Baqarah ayat 208:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. [Qs. Al-Baqarah (2): 208]

Bab II Konsep Dasar Pendidikan Ar-Rafi’ Dalam Membangun SDM Unggul 12

Dalam ayat tersebut Allah Swt memerintahkan agar

orang-orang mukmin masuk Islam secara menyeluruh, menjadi muslim yang kaaffah. Dengan demikian pendidikan

harus dapat memfasilitasi peserta didik untuk belajar mengaktualisasikan seluruh potensinya secara terintegrasi,

dan menghasilkan manusia seutuhnya, atau manusia yang

berpribadi integral, yang satu kesatuan antara ucapan (ilmu), tindakan (amal) dan nilai sikapnya (iman). Apa yang mereka

ucapkan berdasarkan ilmu yang mereka miliki, ditindak lanjuti dengan perbuatan yang konsisten dan bermanfaat sesuai

dengan nilai-nilai iman mereka.

B. Mengapa Pendidikan Harus Membangun Sosok Manusia Seutuhnya?

Bagaimana kalau pendidikan tidak membangun sosok manusia seutuhnya? Tidak membangun lulusan yang

berpribadi integral? Dengan lembut Allah Swt mengingatkan dalam Al Qur‟an:

“Dan janganlah engkau mengikuti langkah-langkah syetan”. [Qs. Al Baqarah (2): 208]

Dalam ayat tersebut Allah Swt memerintahkan para pakar dan praktisi pendidikan untuk membangun lulusan yang

berpribadi integral, yaitu integrasi dari kognitif (head), afektif (heart) dan motorik (hand), atau lulusan yang memiliki ilmu

dan dapat menggunakan ilmunya dalam iman sehingga

bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, bangsanya dan lingkungannya (rahmatan lil‟alamin). Kalau tidak demikian,

maka Allah Swt mengingatkan bahwa proses pendidikan tersebut mengikuti jalan syetan? Yang hanya akan

membangun lulusan dengan pribadi terpecah (split personality), sosok manusia munafik, pengikut syetan?

Bab II Konsep Dasar Pendidikan Ar-Rafi’ Dalam Membangun SDM Unggul 13

Dalam rangka membangun manusia yang diunggulkan

Allah Swt, maka:

Konsep pendidikan Ar-Rafi‟ memberdayakan manusia menjadi muslim yang kaaffah, sosok manusia yang berpribadi integral (integrated personality) yang satu kesatuan antara nilai dan

sikap, ucapan dan perbuatannya.

Kalau pendidikan hanya berorientasi pada ilmu pengetahuan atau kognitif saja, tanpa melatih peserta didik

menggunakan ilmu dalam kehidupan, hasilnya cenderung

verbalis, atau hanya bisa bicara tentang konsep ilmu tetapi tidak bisa memanfaatkannya dalam memecahkan masalah-

masalah yang dihadapinya dalam kehidupan, atau tidak memiliki kecakapan hidup (life skill). Bagaimana ia bisa hidup

dalam masyarakat Millenium III yang penuh dengan

ketidakpastian yang cenderung chaos?

Kalau pendidikan hanya berorientai pada kognitif dan motorik saja, atau pendidikan yang belum mengintegrasikan

nilai-nilai karakter (nilai-nilai moral), maka dikhawatirkan

pelaksanaan pendidikan tersebut, disebut Allah Swt sebagai pendidikan yang mengikuti jalan syetan? Naudzubillahi mindzalik.

C. Bagaimana Profil Manusia Unggul?

Bagaimana sosok muslim yang berilmu yang dikehendaki

oleh Allah Swt? Yaitu sosok ulil albab [Qs. Ali Imron (3): 190] yaitu sosok muslim, yang memikirkan alam semesta sehingga

memiliki ilmu, dan memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan, seperti yang di firmankan Allah Swt dalam Al Qur‟an:

Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya

Bab II Konsep Dasar Pendidikan Ar-Rafi’ Dalam Membangun SDM Unggul 14

berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. [Qs. Ali Imran (3) : 191]

Ayat tersebut dapat ditafsirkan bahwa karakteristik seorang mukmin yang akan diunggulkan Allah Swt adalah

sebagai berikut:

1. Beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt dengan selalu

mengingat Allah Swt baik dalam keadaan berdiri, duduk,

ataupun berbaring. 2. Memikirkan fenomena langit dan bumi sebagai ciptaan

Allah Swt sehingga memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Berdoa kepada Allah Swt, bahwasanya semua ciptaanNya

bermanfaat bagi makhlukNya, terutama bagi manusia. Oleh karena itu sosok mukmin berilmu (ulul albab), akan

memanfaatkan ilmunya dalam kehidupannya sehingga dapat menyebar rahmatan lil alamin.

4. Dalam kehidupannya, mereka yang berilmu dalam iman selalu berhati-hati, takut terjadi kesalahan yang akan

menyeretnya ke azab neraka. Oleh karena itu, mereka

selalu berusaha untuk berpegang pada firman Allah Swt yaitu Al-Qur‟an. Artinya, seorang ulul albab (manusia yang

diunggulkan Allah Swt) akan memiliki pertanggung jawaban sosial-spiritual.

Dari uraian tersebut dapat ditarik simpulan bahwa sosok

manusia yang diunggulkan Allah Swt adalah sosok ulul albab yaitu manusia yang integral, yang memiliki ilmu dan dapat

menggunakan ilmunya dalam kehidupan dengan nilai-nilai iman. Dengan demikian:

Konsep pendidikan Ar-Rafi‟ membangun sosok Ulil Albab yaitu

sosok muslim yang kaaffah, sebagai pemikir (peneliti) sehingga memiliki ilmu yang bermanfaat bagi dirinya,

keluarganya, bangsanya dan lingkungannya.

Bab II Konsep Dasar Pendidikan Ar-Rafi’ Dalam Membangun SDM Unggul 15

D. Manusia Unggul adalah Sosok yang Kompeten

Sosok ulul albab yang didefinisikan tersebut merupakan sosok manusia yang kompeten karena definisi kompetensi

dalam Kurikulum 2004 adalah: keseluruhan pengetahuan, nilai dan sikap, yang dapat direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Dengan kata lain definisi operasional dari kompetensi

adalah: penguasaan dan pemilikan ilmu pengetahuan (knowledge), yang dapat diterapkan dalam kehidupan (skill) dengan nilai-nilai ahlak mulia (attitude). Dalam bahasa yang umum digunakan di masyarakat, seorang yang memiliki

kompetensi adalah orang yang memiliki ilmu yang dapat

diamalkan dengan saleh. Dapat disimpulkan bahwa:

Konsep pendidikan Ar-Rafi‟ berbasis dan berorientasi pada kompetensi, baik kompetensi personal, kompetensi sosial,

kompetensi akademik maupun kompetensi vokasional-profesional.

Pendidikan berbasis kompetensi dalam payung Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, jika

dilaksanakan secara konsisten oleh sekolah, akan dapat

memecahkan masalah krisis integritas, krisis moral dan krisis kepemimpinan, khususnya bagi generasi mendatang.

Dengan demikian konsep pendidikan berbasis kompetensi yang ditetapkan dalam Kurikulum tahun 2004 dan Kurikulum

tahun 2006 berlandaskan konsep pendidikan Islam, yang insya Allah dapat menanggulangi 1001 krisis yang melanda

Indonesia saat ini, apabila dilaksanakan secara konsisten.

Safe our generation against Verbalism

Dogmatism, and Split personality

Bab II Konsep Dasar Pendidikan Ar-Rafi’ Dalam Membangun SDM Unggul 16

Pendidikan diharapkan dapat membangun generasi yang

tidak verbalis (hanya bisa bicara, tetapi tidak bisa mengerjakannya), tidak dogmatis (kepatuhan pada peraturan

tanpa reserve, karena tidak mengetahui tujuan dari peraturan tersebut, serta tidak mengetahui nilai-nilai yang

melandasinya), dan tidak berpribadi terpecah alias munafik.

E. Bagaimana Proses Pendidikan yang Membangun Manusia Kompeten?

Pendidikan adalah proses fasilitasi pengalaman belajar peserta didik, sehingga peserta didik dapat

mengaktualisasikan (self actualization) semua potensi yang dimilikinya menjadi kompetensi. Dalam hal ini proses

pembelajaran dapat disebut sebagai proses aktualisasi

potensi, sehingga potensi peserta didik menjadi berdaya guna, sehingga proses pembelajaran dapat juga disebut

sebagai pemberdayaan potensi peserta didik (student empowerment) menjadi kompetensi, yang sering disebut

sebagai kecakapan hidup (life skill).

Potensi apa sajakah, yang dimiliki oleh manusia?

Potensi dasar yang dimiliki manusia digambarkan dalam

Al Qur‟an sebagai berikut:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari rahim-rahim ibumu dalam keadaan tiada mengetahui suatu apapun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” [Qs. An Nahl (16): 78]

Artinya, bayi yang dilahirkan ke dunia dalam keadaan tidak berdaya secara fisik, dan tidak mampu berpikir. Akan

tetapi, Allah Swt memberinya potensi indrawi, dan potensi

hati yang terdiri dari potensi IQ, EQ, dan SQ agar disyukuri. Mensyukuri atas pemberian Allah Swt dapat diartikan bahwa

Bab II Konsep Dasar Pendidikan Ar-Rafi’ Dalam Membangun SDM Unggul 17

potensi pemberian Allah Swt tersebut perlu diberdayakan atau

diaktualisasikan agar menjadi kemampuan yang bermanfaat dalam kehidupannya di dunia dan ahirat.

Potensi pertama yang harus diaktualisasikan adalah

potensi pancaindra yang dalam ayat tersebut digambarkan

dengan pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata), tapi sebenarnya meliputi perabaan (tangan), penciuman (hidung),

dan rasa (mulut dan lidah). Proses belajar yang dilakukan bayi untuk pertama kalinya adalah belajar melihat,

mendengar, merasakan dengan mulutnya, mencium dengan

hidungnya, dan memegang dengan tangannya. Kemudian, barulah ia belajar berdiri dan berjalan serta berbicara.

Potensi hati yang menggambarkan kecerdasan intelektual (IQ) dan memori, kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan

spiritual (SQ), dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Hati yang Terdiri dari 3 (tiga) Lapis

Berdasarkan gambar 2.1 tersebut, potensi kedua yang harus diaktualisasikan adalah potensi intelektual (IQ) menjadi

kecakapan proses berpikir agar dapat menguasai dan memiliki

konsep-konsep keilmuan. Konsep dasar keilmuan dapat dikuasai dan dimiliki seseorang bila orang tersebut memiliki

kecakapan proses. Kecakapan akademik dimiliki seseorang bila orang tersebut melakukan suatu proses mengkonstruksi

data hasil pengindraan menjadi konsep-konsep kunci

Qalbu/nafs

- EQ

Fuad (hatinurani)

- SQ

Kesadaran (awareness)

- IQ - memori

Bab II Konsep Dasar Pendidikan Ar-Rafi’ Dalam Membangun SDM Unggul 18

keilmuan dan kemudian diorganisasikan dalam kerangka

konsep. Piaget menjelaskan bahwa pada usia bayi hingga dua

tahun ia sudah belajar melalui sensory motoric, ia mengumpulkan data dalam memorinya dari apa yang

diterimanya melalui pancaindranya.

Pengembangan potensi peserta didik SD (Sekolah Dasar) masih didominasi oleh aktualisasi potensi psikomotoriknya.

Suderadjat (2005) mengutip pendapat Piaget yang mengemukakan bahwa pengembangan berpikir peserta didik

SD masih dalam taraf berpikir konkrit. Oleh karena itu, pembelajaran di SD padat dengan pengembangan kecakapan

yang bersifat proses, yaitu kecakapan proses berpikir,

kecakapan proses bersikap, dan kecakapan proses bertindak. Aktualisasi potensi intelektual dalam bentuk kecakapan

proses berpikir adalah proses memanusiakan manusia, karena kecakapan berpikirlah yang membedakan manusia dengan

binatang.

Bagaimana pendidikan yang tidak mampu membangun kecakapan berpikir, atau mencerdaskan intelektual peserta

didik? Dapatkah diartikan bahwa pendidikan tersebut belum mampu memanusiakan manusia? Atau belum mampu

meningkatkan derajat manusia dari sifat-sifat kebinatangannya?

Potensi ketiga yang harus diaktualisasikan adalah

potensi emosional (EQ) - spiritual (SQ). Berdasarkan gambar 2.1, EQ berada pada lapis tengah

sehingga emosi bisa mengarah ke dalam yaitu ke SQ, sehingga EQ dipengaruhi oleh nilai-nilai ketuhanan, atau bisa

mengarah ke luar, yaitu ke lapis kesadaran (awareness) yang

memiliki sarana otak dengan akalnya (IQ) dan memori atau dunia pengetahuan (cognitive world).

Lapis tengah dari hati (EQ), sering disebut sebagai nafs, atau bisa juga disebut qalbu seseorang yang bersifat bolak-balik, bisa menghadap ke dalam lubuk hati sanubari sehingga

perilakunya sesuai dengan perintah Allah Swt, bisa juga

Bab II Konsep Dasar Pendidikan Ar-Rafi’ Dalam Membangun SDM Unggul 19

menghadap keluar, ke arah kesadaran yang dapat

dipengaruhi oleh syetan melalui jin dan manusia. Sebagaimana firman Allah Swt sebagai berikut:

“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia.“ [Qs. An-Nas (114): 5-6].

Manusia diciptakan dengan kesucianNya [Qs. Ar Rum

(30): 30], maka manusia memiliki potensi untuk selalu berbuat baik. Oleh karena itu dalam ilmu hukum dikenal

paradigma praduga tak bersalah (presumption of innocence). Potensi suci dalam SQ tidak akan membentuk kesucian pada

EQ apabila tidak dilatihkan dan tidak dibiasakan. Sistem nilai (value system) seseorang sulit terbentuk dalam EQ (nafs) apabila tidak dilatihkan sejak kecil.

Nilai-nilai agama yang suci hendaknya dapat di

internalisasi oleh peserta didik dalam sistem nilainya (value system) melalui belajar berpikir untuk dapat menetapkan

secara logik rasional tentang kebenaran, dan selanjutnya

melalui latihan pembiasaan norma-norma ahlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana firman Allah Swt sebagai

berikut:

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah." [Qs. Ar Ruum (30): 30]

Perintah menghadapkan wajah kepada agama, dapat ditafsirkan, pertama sebagai perintah membaca Al-Qur‟an,

memahaminya, meyakininya menjadi nilai-nilai keimanan dan kemudian mengamalkannya dalam kehidupan, sehingga

memperoleh pahala dan terhindar dari azab neraka. Yang

kedua adalah perintah untuk menghadapkan nafs (EQ) kepada kesucian (SQ), sesuai dengan sabda Rasulullah, bila

engkau merasa ragu, tanyakanlah kepada hati nuranimu

Bab II Konsep Dasar Pendidikan Ar-Rafi’ Dalam Membangun SDM Unggul 20

(SQ). Artinya apabila seseorang merasa ragu-ragu dalam

emosinya (EQ) maka hadapkanlah EQ nya kedalam hati nurani (SQ). Proses pensucian qalbu seperti yang

digambarkan dalam Al Qur‟an surat Asy-Syams merupakan proses pemilikan nilai-nilai agama yang harus diupayakan

dalam kegiatan pembelajaran.

“(9) Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, (10) Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.“ [Qs. Asy Syams (91): 9-10]

Aktualisasi potensi yang ketiga (EQ) inilah yang

merupakan pendidikan karakter, yaitu peserta didik berlatih mengaktualisasikan nilai-nilai spiritual (SQ) dalam kehidupan

mereka di sekolah dan juga dalam kehidupannya di rumah,

dan masyarakat lingkungan. Dari uraian tersebut, seorang anak belajar

mengaktualisasikan potensi indrawinya melalui kecakapan melihat, mendengar, penciuman, merasakan dengan mulut

dan lidah. Lalu, kecakapan mengukur dengan tangan,

berjalan dengan kaki, dan berbicara. Setelah itu, barulah ia belajar berpikir untuk menguasai dan memiliki konsep

keilmuan dalam arti kecakapan akademik serta menguasai dan memiliki nilai agama dalam arti kecakapan

mengendalikan diri dan kesalehan sosial. Semua kecakapan tersebut diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari

sebagai kecakapan hidup dengan ahlak mulia dan berdampak

rahmatan lil‟alamin (penyebar rahmat ke seluruh alam). Secara sederhana dapat ditarik simpulan bahwa Allah Swt

membekali manusia potensi intelektual, emosional-spiritual, dan fisik yang dapat diaktualisasikan menjadi kecakapan

intelektual, kecakapan emosional-spiritual, dan kecakapan

kinestetis yang secara keseluruhan terintegrasi menjadi kompetensi seseorang. Pendidikan karakter adalah proses

pembelajaran untuk membiasakan kebenaran, bukan membenarkan kebiasaan, yang mungkin tidak sesuai dengan

norma-norma agama.

Bab II Konsep Dasar Pendidikan Ar-Rafi’ Dalam Membangun SDM Unggul 21

F. Konsep Pendidikan Ar Rafi Membangun Khalifah yang Abdullah

Konsep dasar pendidikan Ar-Rafi‟ yang

mengaktualisasikan seluruh potensi manusia yang diberikan Allah Swt, membangun manusia yang diunggulkan Allah Swt,

merupakan konsep pendidikan yang mampu menyiapkan lulusan sebagai calon pemimpin yang kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, berani mengambil resiko dan mampu mengubah masalah menjadi peluang. Sekolah Dasar (SD)

harus mampu membangun kecakapan dasar lulusannya yaitu

kecakapan proses, baik proses berpikir maupun proses bersikap dan bertindak, sehingga memiliki kecakapan hidup

(life skill), sebagai “ruh” dari pendidikan.

Bagaimana profil pemimpin yang ditetapkan oleh Allah

Swt?

Mereka adalah muslim yang kaaffah [Qs. Al Baqarah (2): 208], sosok pemikir yang berilmu atau ulul albab [Qs. Ali

„Imron (3): 190-191] dan hamba Allah Swt, sesuai dengan

firmanNya.

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. [Qs. Adz Dzariyaat (51): 56]

Berdasarkan ayat ini tugas manusia adalah beribadah kepadaNya baik ibadah langsung maupun ibadah sosial.

Apapun yang dilakukan manusia di dunia ini harus dilandasi oleh nilai-nilai iman kepada Allah Swt Sang Pencipta sehingga

berdampak pada penyebaran rahmatan lil alamin.

Disamping itu Allah Swt juga berfirman bahwa manusia

ditugasi sebagai pemimpin dimuka bumi, sesuai firmanNya:

Bab II Konsep Dasar Pendidikan Ar-Rafi’ Dalam Membangun SDM Unggul 22

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." ....[Qs. Al Baqarah (2): 30]

Mengapa manusia ditugasi sebagai pemimpin?

Karena manusia dimuliakan Allah Swt di muka bumi

dengan akalNya yang hanya diberikan kepada manusia. Manusia yang berpikir dengan menggunakan akal yang

diberikan Allah Swt yang berhak menjadi pemimpin dimuka

bumi, karena manusia yang tidak mau berpikir derajatnya sama dengan binatang [Qs. Al A'raaf (7): 179]. Selanjutnya

Rasullulah bersabda bahwa semua manusia adalah pemimpin dan akan dimintakan pertanggung jawabannya kelak (Hadits

riwayat Ibnu Umar r.a)

Kepemimpinan dalam Islam dicontohkan oleh Rasulullah

Saw yang bersifat siddiq, tabligh, amanah dan fathonah, inilah landasan pendidikan Ar-Rafi‟ dalam membangun

pemimpin masa depan yang adil dan istiqomah dalam

mensejahterakan rakyat.

G. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Ar-Rafi’

Berdasarkan landasan teologis yang dikemukakan maka

Perguruan Ar-Rafi‟ menetapkan visi, misi dan tujuan

pendidikannya sbb:

Visi:

Lulusan sekolah Ar-Rafi‟ adalah calon pemimpin bangsa [Qs. 2: 30] di masa depan, sebagai ulul albab [Qs. 3: 190-291] yang kaaffah [Qs. 2: 208], berahlak mulia dan mampu menyebar “rahmatan lil „alamin”

Bab II Konsep Dasar Pendidikan Ar-Rafi’ Dalam Membangun SDM Unggul 23

Misi:

“Menyelenggarakan pendidikan berbasis luas (broad based education) yang berorientasi pada kecakapan hidup (life skill), kecakapan mempelajari (learning to learn), kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik serta pengembangan inovasi dan kreativitas melalui proses belajar mandiri dengan pola tematis, berbasis teknologi informatika dan komunikasi”.

Tujuan:

“Menyiapkan lulusan dengan kecakapan belajar; kecakapan personal dan sosial berintikan nilai Islam yang diperlukan mereka untuk dapat menguasai kecakapan akademik dan atau vokasional dalam spektrum luas sesuai dengan tuntutan masyarakat global berbasis teknologi informatika dan komunikasi”.