bab ii kompetensi guru dalam …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_bab-ii_sampai...18 bab ii...
TRANSCRIPT
18
BAB II
KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI
A. Anak Berkebutuhan Khusus dan Pendidikan Inklusi
1. Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (children with special needs) adalah
anak dengan karateristik khusus yang berbeda dengan anak pada
umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental,
emosi, atau fisik. Anak dengan berkebutuhan khusus (ABK)
merupakan anak yang mengalami kelainan/penyimpangan fisik,
mental, maupun karateristik perilaku sosialnya.18
Anak berkebutuhan
khusus (ABK) disebut juga dengan anak difabel yang merupakan
kependekan dari diference ability.
Anak-anak berkebutuhan khusus memiliki keunikan tersendiri
dalam jenis dan karakteristiknya. Keunikan tersebut menjadikan
mereka berbeda dari anak-anak normal pada umumnya. Karakteristik
dan hambatan yang dimilikinya membuat Anak Berkebutuhan Khusus
memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan
dengan kemampuan dan potensi mereka.
Secara garis besar yang tergolong Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) berdasarkan jenis kebutuhannya diantaranya adalah sebagai
18 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), hlm. 2
19
berikut:
a. Anak Tunanetra
Anak tunanetra adalah anak yang memiliki hambatan dalam
penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan dalam dua golongan
yaitu buta total (blind) dan kurang awas (low vision). Menurut
Mohammad Efendi dikutip dari Kustawan yang merujuk pada
pendapat Kaufman dan Hallahan mengatakan bahwa “Tunanetra
adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi
pengihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi
memiliki penglihatan.”19
b. Anak Tunarungu
Anak tunarungu adalah anak yang memiliki hambatan dalam
pendengaran sedemikian rupa. Wardani dalam bukunya
mengemukakan bahwa:
Tunarungu merupakan satu istilah umum yang menunjukkan
ketidakmampuan mendengar dari yang ringan sampai yang
berat sekali yang digolongkan kepada tuli (deaf) dan kurang
dengar (a hard of hearing).20
c. Anak Tunawicara
Anak tunawicara yaitu anak yang memiliki gangguan atau
kesulitan dalam bicara, yang biasa diakibatkan tidak/kurang
berfungsinya alat-alat bicara seperti rongga mulut, bibir, lidah,
langit-langit, pita suara, dan lainnya. Bisa juga diakibatkan
19 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik....., hlm.25 20 Wardani,dkk., Pengantar Pendidikan Luar Biasa, (Jakarta:Universitas
Terbuka, 2007, hlm.53
20
pada kerusakan lain seperti tidak/kurang berfungsinya indera
pendengaran, keterlambatan perkembangan bahasa, kerusakan
pada sistem syaraf dan struktur otot, juga ketidakmampuan dalam
kontrol gerak dapat mengakibatkan gangguan bicara.
d. Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki intelegensi yang
signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai dengan
ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa
perkembangan. Santrock mengemukakan bahwa:
Tunagrahita (mental retardation) adalah kondisi yang dimulai
sebelum usia 18 tahun yang meliputi rendahnya intelegensi
dan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan
sehari-hari. Anak tunagrahita mempunyai hambatan akademik
yang sedemikian rupa sehingga dalam layanan
pembelajarannya memerlukan modifikasi kurikulum yang
sesuai dengan kebutuhan khususnya.21
e. Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa adalah anak yang memiliki gangguan gerak
yang disebabkan oleh kelainan neoromuskular atau struktur tulang
bawaan, sakit atau akibat kecelakaan termasuk cerebral palsy,
amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa
adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan
aktifitas fisik tetapi masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang
yaitu memiliki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan
koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total
21 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan (education Psychology) Edisi ke-3
Buku 1 terj. Diana Angelica, ( Jakarta: Salemba Humanika, 2009), hlm.255
21
dalam gerak dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.22
f. Tunalaras
Tunalaras adalah anak yang mempunyai gangguan dalam
mengendalikan emosi dan perilaku atau kontrol sosial. Anak
tunalaras biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak
sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya. Anak
tunalaras mudah marah, mudah terangsang emosinya (emosional),
sering menentang perintah atau tugas, sering melanggar tata terib,
dan tidak suka dengan kegiatan yang rutin.
g. Anak Berkesulitan Belajar Spesifik (Learning Disability).
Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memilikii
gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang
mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara, dan
menulis.
h. Anak Lamban Belajar (Slow Learner).
Anak lamban belajar (Slow Learner) adalah anak yang
memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum
termasuk tunagrahita. Menurut Subini, “Slow learner adalah
anak yang lambat dalam proses belajar sehingga membutuhkan
waktu yang lebih banyak dengan anak lain.”23
i. Anak Autis
22
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Khusus
Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/ Inklusif Manajemen Sekolah, (Jakarta:
Depdiknas, 2004), hlm. 9 23 Nini Subini, Mengataasi Kesulitan Belajar Pada Anak, (Jakarta:Java Litera,
2011), hlm. 44
22
Anak autis (Autism Spectrum Disorder) merupakan kelainan–
kelainan yang memiliki karateristik gangguan dalam tiga area
dengan tingkatan yang berbeda-beda. Ketiga area tersebut adalah
kemampuan komunikasi, interaksi sosial, serta pola perilaku yang
repetitif dan stereotip.
j. Anak yang Memiliki Kelainan Lainnya
Masih banyak hambatan atau gangguan yang dialami oleh
anak- anak, seperti anak yang mempunyai tubuh sangat kecil
(kretin), Attention Deficit Disorder (ADD)/ Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD), dan sebagainya.
k. Anak yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.
Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa adalah anak yang memiliki kemampuan melebihi dari
kemampuan orang lain pada umumnya dan mampu untuk
menunjukkan hasil kerja yang sangat tinggi. Cerdas, istimewa,
berbakat istimewa ini dapat dilihat dari berbagai area seperti:
kemampuan intelektual secara umum, akademis yang khusus,
berfikir kreatif, kepemimpinan, seni, dan psikomotor.24
2. Pendidikan Inklusi
a. Pendidikan Inkusi
Inklusi adalah penyatuan anak-anak berkelainan ke dalam
program-program sekolah. Inklusi dapat juga berarti penerimaan
24 Ponijo, Modul Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: Pusat
Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (PP-PAUDNI)
Regional I, 2013), hlm. 14- 24
23
anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum,
lingkungan, interaksi sosial, dan konsep diri (visi-misi) sekolah.25
Pendidikan inklusif merupakan perkembangan baru dari
pendidikan terpadu. Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai
dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani
secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau
penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana-prasarana, tenaga
pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada
sistem penilaiannya.
Menurut Staub dan Peck sebagaimana dikemukakan oleh
Budiyanto bahwa “Pendidikan inklusi adalah penempatan anak
berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas
reguler.” Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan
tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan, apapun jenis
kelainannya dan bagaimanapun gradasinya.26
Dipertegas dalam Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009
yang dikeluarkan oleh Pemerintah tentang Pendidikan Inklusif
yang mengemukakan bahwa:
Peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti
pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan
25
David J. Smith. Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua, (Bandung: Nuansa,
2006), hlm. 45 26 Budiyanto, dkk. Modul Pelatihan Pendidikan Inklusi, (Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional, 2010), hlm. 04
24
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik
pada umumnya.27
Pelaksanaan pendidikan inklusi bertujuan untuk
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak
berkebutuhan khusus dan mewujudkan penyelenggaraan
pendidikan dan menghargai keanekaragaman, tidak diskriminatif
kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Inti dalam pendidikan inklusi yaitu sistem pemberian
layanan pendidikan dalam keberagaman, dan falsafahnya yaitu
menghargai perbedaan semua anak.28
Dengan demikian, layanan
pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan khusus anak
secara individual dalam konteks pembersamaan secara klasikal.
Pendidikan Inklusi ini tidak dilihat dari sudut ketidakmampuannya,
kecacatannya, dan tidak pula dari segi penyebab kecacatannya,
tetapi lebih kepada kebutuhan-kebutuhan khusus mereka yang jelas
berbeda satu sama lain.29
Dengan demikian, perlu diingat bahwa sekolah yang
menjalankan pendidikan inklusi bukan sebuah sekolah bagi siswa
27 Permendiknas No 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta
Didik yang Memiliki Kelainan dan/atau Bakat Istimewa pasal 1, hlm. 2 28 Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusf & Upaya Implementasinya, (Jakarta
Timur : PT Luxima Metro, 2012), hlm. 7 29 Bambang Dibyo Wiyono, Pendidikan Inklusif (Bunga Rampai Pemikiran
Educational for All), Jurnal Pendidikan Univ. Negeri Malang, 2011.
25
yang hanya memiliki kebutuhan khusus seperti Sekolah Luar Biasa
pada umumnya melainkan sekolah yang memberikan layanan
efektif bagi semua (education for all).
b. Model Pembelajaran Inklusi
Pendidikan inklusi memiliki beberapa model pembelajaran,
yaitu:
1) Kelas reguler (Inklusi Penuh)
Anak berkelainan belajar bersama dengan anak normal lain
sepanjang hari reguler dengan menggunakan kurikulum yang
sama.
2) Bentuk kelas reguler dengan cluster
Anak berkelainan belajar bersama anak normal lain dikelas
reguler dengan kelompok khusus.
3) Bentuk kelas reguler dengan pull out
Anak berkelainan belajar bersama anak normal lain di kelas
reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas
reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru
pembimbing khusus.
4) Bentuk kelas reguler dengan cluster dan pull out
Anak berkelainan belajar bersama anak normal lain di kelas
reguler dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu
tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar
bersama dengan guru pembimbing khusus.
26
5) Bentuk kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian
Anak berkelainan belajar di kelas khusus pada sekolah
reguler, namun dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar
bersama anak lain (normal) di kelas reguler.
6) Bentuk kelas khusus penuh di sekolah reguler
Anak berkelainan belajar di dalam kelas khusus pada
sekolah reguler.30
B. Proses Pembelajaran di Kelas Inklusi
Pembelajaran merupakan sebuah interaksi antara guru dan siswa
mengenai suatu materi yang terjadi di kelas maupun di luar kelas. Jadi, dua
komponen terpenting dalam pembelajaran adalah guru dan siswa. Guru
seharusnya memiliki berbagai kemampuan untuk mencapai tujuan
pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan dengan sukses.31
Guru
yang profesional harus mampu mewujudkan atau paling tidak mendekati
praktik pembelajaran yang ideal.32
Guru harus memiliki kecakapan sebagai designer of instruction
(perancang pembelajaran), manager of instruction (pengelola
pembelajaran) dan evaluator of student learning (penilai prestasi belajar
siswa) untuk mewujudkan praktik pembelajaran yang ideal. Pembelajaran
yang ideal bagi kelas inklusi harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta
30 www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu:profil&pro:42-64k-3k- diakses pada
Senin, 2 Mei 2016 pukul 04.45 31
Jamil Suprahatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi
(Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2013) hlm. 107 32 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya
2012), hlm. 209
27
didik normal maupun peserta didik yang berkebutuhan khusus yang ada
didalamnya. Rangkaian tahapan proses pembelajaran dikelas inklusi secara
umum sama dengan proses pembelajaran di kelas reguler lainnya yang
meliputi:33
a. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan dalam konteks pembelajaran dapat diartikan sebagai
proses penyusunan materi pembelajaran, penggunaan media
pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dan
penilaian suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa
tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan.34
PP RI no 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal
20 menjelaskan bahwa:
Perencanaan proses pembelajaran memiliki silabus, perencanaan
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya
tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar.35
Sebagai perencana, guru hendaknya dapat mendiagnosa kebutuhan
para peserta didik sebagai subyek belajar, merumuskan tujuan kegiatan
proses pembelajaran dan menetapkan strategi pengajaran yang
ditempuh untuk merealisasikan tujuan yang telah dirumuskan.36
Perencanaan itu dapat bermanfaat bagi guru sebagai kontrol
terhadap diri sendiri agar dapat memperbaiki cara pengajarannya. Agar
33 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar
Konpetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 17 34
Ibid...., hlm. 17 35 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan, hlm. 15 36 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran...., hlm. 91
28
dalam pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik, untuk itu guru
perlu menyusun komponen perangkat pembelajaran diantaranya
Program Tahunan, Program Semester, Silabus dan RPP yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dalam kelas inklusi.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses berlangsungnya
belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan di sekolah.
Pelaksanaan pembelajaran memuat kegiatan pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas adalah satu upaya memperdayakan potensi guru dan
peserta didik yang berada di kelas dalam mendukung proses interaksi
edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pelaksanaan proses
belajar mengajar meliputi pentahapan sebagai berikut:
1) Tahap pra instruksional
Tahap pra instruksional yaitu tahap yang ditempuh pada
saat memulai sesuatu proses belajar mengajar. Guru
menanyakan kehadiran siswa; Bertanya pada siswa sampai
dimana pembahasan sebelumnya; memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang
belum dikuasainya dari pelajaran yang sudah disampaikan;
mengulang bahan pelajaran yang lain secara singkat.
2) Tahap Instruksional
Tahap Instruksional yakni tahap pemeberian bahan
pelajaran yang dapat diidenntifikasikan beberapa kegiatan
29
sebagai berikut: menjelaskan pokok materi yang akan dibahas,
membahas pokok materi yang sudah dituliskan, pada setiap
pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh
yang konkret, pertanyaan, tugas, penggunaan alat bantu
pengajaran untuk memperjelas pembahasan pada setiap materi
pelajaran, menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok
materi.37
3) Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap
instruksional. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu:
mengajukan pertanyaan kepada peserta didik di kelas
mengenai semua aspek pokok materi yang telah dibahas pada
tahap instruksional. Apabila pertanyaan yang dajukan belum
dapat dijawab oleh peserta didik (kurang dari 70%), maka guru
harus mengulang pengajaran. Pengetahuan peserta didik
mengenai materi yang di bahas dapat diperkaya dengan PR
atau tugas; akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau
memberitahukan pokok meteri yang akan dibahas pada
pelajaran berikutnya.38
c. Evaluasi Pembelajaran
37
Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2009), Cet. II, hlm. 27 38 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif,
(Jakarta: Rineka Cipta 2000), hlm. 173
30
Pengertian evaluasi menurut Wand dan Gerald W. Brown yang
dikutip oleh Oemar Hamalik “Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.” Evaluasi merupakan suatu
upaya untuk mengetahui berapa banyak hal-hal yang telah dimiliki oleh
siswa dari hal-hal yang telah diajarkan oleh guru. 39
Evaluasi pembelajaran salah satunya mencakup evaluasi hasil
belajar. Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan
nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil
belajar, tujuan utma evaluasiuntuk mengetahui tingkat keberhasilan
yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran,
dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala
nilai berupa huruf, kata, atau simbol. Apabila tujuan utama kegiatan ini
sudah terealisasi maka hasilnya dapat difungsikan untuk berbagai
keperluan tertentu.40
Adapun langkah-langkah evaluasi hasil pembelajaran meliputi:
1) Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif diartikan sebagai kegiatan evaluasi yang
dilakukan pada akhir pembahasan.41
Evaluasi ini
diselenggarakan pada saat berlangsungnya proses belajar
mengajar, yang diselenggarakan secara periodik, isinya
mencakup semua unit pengajaran yang telah diajarkan.
39 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2008), hlm. 156 40 Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses 41 Indah Komsiyah, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm.
125
31
2) Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang diselenggarakan oleh
guru setelah jangka waktu tertentu pada akhir semester.
Penilaian sumatif berguna untuk memperoleh informasi tentang
keberhasilan belajar pada siswa yang dipakai sebagai masukan
utama untuk menentukan nilai rapor akhir semester.42
C. Kompetensi Guru dalam Pendidikan Inklusi
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan, “Kompetensi
(competence) diartikan dengan cakap atau kemampuan."43
Sedangkan
Nana Sudjana dalam buku yang berjudul “Kompetensi Guru Citra Guru
Profesional" karya Janawi, memahami “Kompetensi sebagai suatu
kemampuan yang disyaratkan untuk memangku profesi.” Senada dengan
Nana Sudjana, Sardiman mengartikan “Kompetensi adalah kemampuan
dasar yang harus dimiliki seseorang berkenaan dengan tugasnya.”44
Ketiga
definisi tersebut menjelaskan bahwa kompetensi adalah kemampuan dasar
yang harus dimiliki seseorang. Kompetensi mutlak dimiliki oleh seorang
guru sebagai suatu kemampuan dasar, keahlian, dan keterampilan dalam
proses belajar-mengajar.
Kompetensi menggambarkan kemampuan bertindak dilandasi ilmu
pengetahuan yang hasil dari tindakannya itu bermanfaat bagi dirinya dan
orang lain. SK Mendiknas RI 045/U/2002 menyatakan elemen kompetensi
42
Suryobroto, Proses Belajar...., hlm. 53 43 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Kemendikbud:2002), hlm. 584 44 Janawi, Kompetensi Guru Citra Guru Profesional, (Bandung, Alfabeta, 2012),
hlm.30
32
terdiri dari landasan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan,
kemampuan berkarya, sikap dan perilaku dalam berkarya, dan pemahaman
kaidah kehidupan masyarakat. Sedangkan UUSPN No. 20 Tahun 2003
dalam pasal 10 dan dijelaskan lebih lanjut pada PP No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa kompetensi diantaranya
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional.45
Pendidikan inklusi dirancang untuk pembelajaran yang efektif bagi
semua peserta didik termasuk peserta didik yang berkebutuhan khusus.
Guru harus mampu memberikan layanan pendidikan yang disesuaikan
dengan kebutuhan-kebutuhan khusus anak secara individual dalam
konteks pembersamaan secara klasikal. Oleh karena itu, guru
membutuhkan skill dan keterampilan yang profesional dalam melakukan
pembelajaran didalamnya. Adapun skill dan keterampilan dalam
mengelola pembelajaran yang dimaksud berkaitan dengan kompetensi
pedagogik dan profesional yang harus dimiliki oleh guru.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan salah satu dari empat
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi
pedagogik dijelaskan dalam penjelasan PP Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan terdapat pada pasal
28 ayat 3.b yang menyatakan bahwa:
45 Nurfuadi, Profesionalisme Guru, (Yogyakarta: Litera, 2012), hlm.71
33
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.46
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa
kompetensi pedagogik guru SD/MI merupakan kemampuan guru
dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik di SD/MI yang
sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,
moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yan dimiliki
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan samtun dengan
peserta didik
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar
i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi hasil penilaian
untuk kepentingan pembelajaran.
j. Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.47
2. Kompetensi Profesional
Kata profesional menunjukkan bahwa guru adalah profesi, yang
bagi guru, seharusnya menjalankan profesinya dengan baik.48
46
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, hlm. 160 47 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, hlm. 10-11
34
Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang
harus dimiliki seorang guru.49
Penjelasan mengenai kompetensi profesional diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Pasal 28 ayat 3.c dikemukakan bahwa:
Kompetensi profesional adalah kememapuan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing siswa memenuhi standar
kompetensi yang dijelaskan dalam Standar Nasional
Pendidikan.50
Kompetensi Profesional merupakan kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau
seni dan budaya yang diampunya sekurang-kurangnya meliputi:
a. Menguasai materi,struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara
kreatif.
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan melakukan tindakan reflektif.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.51
D. Kerangka Pikir
Kompetensi guru merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh
pendidik yaitu guru. Kompetensi guru inilah yang menjadi titik sentral
dalam peningkatan mutu pendidikan yang bertumpu pada kualitas proses
48 Nurfuadi, Profesionalisme guru, (Purwokerto:STAIN Press, 2012) hlm.98 49 Djam’an Satori, dkk, Profesi Keguruan Modul 1-6, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2010) hlm.2.24 50
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, hlm. 161 51 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru hlm. 15
35
belajar mengajar. Seorang guru seharusnya selalu mengembangkan
kompetensi yang dimilikinya. Kompetensi yang seharusnya dimiliki dan
dikembangkan oleh seorang guru diantaranya kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional. Akan tetapi, hal yang
paling pokok mendasari dalam kaitannya dalam proses pembelajaran
adalah kompetensi pedagogik dan profesional.
Kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru dapat membantu
dalam mengelola pembelajaran peserta didik untuk mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya secara maksimal. Sedangkan kompetensi
profesional merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan
penting dan utama dalam proses belajar mengajar di dalam kelas dan
penguasaan bahan bidang studi. Kompetensi seorang guru dalam
mempersiapkan dan mengembangkan materi yang sesuai dengan
kurikulum serta memilih metode dan strategi yang tepat dalam proses
pembelajaran merupakan kunci pokok dalam tercapainya tujuan
pembelajaran.
Sistem pendidikan saat ini mulai beralih dengan pendidikan
terpadu dan terintegrasi yang memberi kesempatan pada peserta didik
yang berkebutuhan khusus untuk mengekspresikan keunikannya bersama
dengan peserta didik normal yang lainnya. Hal inilah yang mendasari
sekolah-sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi.
Proses pembelajaran di kelas inklusi idealnya dirancang untuk
pembelajaran yang efektif bagi semua peserta didik termasuk peserta didik
36
yang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, guru harus dapat memahami
berbagai karakteristik peserta didik termasuk Anak yang Berkebutuhan
Khusus. Guru juga dituntut untuk selalu kreatif dalam mengelola
pembelajaran, menyesuaikan strategi, metode maupun media
pembelajaran, mengembangakan materi dan memberikan evaluasi
terhadap hasil belajar peserta didik yang ada dalam kelas inklusi.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai
berikut:
37
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian
Kajian Teoritik
Kompetensi Pedagogik dan
Profesional Guru dalam Proses
Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK)
Bagaimanakah kompetensi pedagogik dan profesional guru dalam
proses pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) kelas
inklusi SD INTIS School Yogyakarta?
Kajian Empirik
Guru SD INTIS School
Yogyakarta
Kompetensi Pedagogik dan
Profesional Guru dalam Proses
Pembelajaran Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK)
kelas Inklusi
1. Anak Berkebutuhan
Khusus
2. Proses Pembelajaran di
kelas Inklusi
3. Kompetensi Pedagogik
4. Kompetensi Profesional
Metode Kualitatif
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Analisis Data
Hasil Penelitian
Dokumentasi
Wawancara
Reduksi Data
Model Data
Penarikan Kesimpulan
38
BAB III
GAMBARAN SD INTIS SCHOOL YOGYAKARTA
A. Sejarah dan Letak Geografis
SD INTIS School Yogyakarta pertama kali didirikan di
Yogyakarta pada tahun 2008. SD INTIS School Yogyakarta sebelumnya
tidak memiliki gedung sehingga para kru menyewa rumah yang tidak
begitu luas. Pada tahun 2010 SD INTIS School mulai memiliki gedung
sendiri yang beralamat di JL. Retno Dumilah No. 54 Rejowinangun,
Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, DIY 55171.
Sejarah berdirinya SD INTIS School Yogyakarta tidak terlepas
dari SMART LC yang merupakan sebuah lembaga training yang
memberikan pelatihan baik bagi guru, mahasiswa, dan siswa di beberapa
kota di Indonesia. Fokus pelatihan yang didirikan oleh SMART LC lebih
banyak membahas mengenai cara membuat pembelajaran menjadi
mudah, anak senang dan tercapainya hasil yang memuaskan dengan
materi yang menumbuhkan motivasi belajar atau mengajar. Setelah sekian
lama memberikan training kepada guru-guru di berbagai kota di
Indonesia, guru-guru sangat merasakan manfaat dari training sehingga
merasa yakin dapat menerapkannya di sekolah masing-masing.
Suatu metode baru yang diterapkan memiliki tantangan tersendiri
sehingga metode dari SMART LC “belajar dengan bermain” banyak yang
bertentangan dengan arus utama sebuah lembaga pendidikan pada
umumnya. Permasalahan tersebut dihadapi oleh hampir semua alumni
39
training SMART LC sehingga membuat alumni training SMART LC
memiliki ide untuk mendirikan SD INTIS School. Pada awal berdirinya,
SD INTIS School Yogyakarta tidak serta merta dilirik oleh masyarakat
sehingga dengan 6 siswa saja SD INTIS School Yogyakarta tetap
dijalankan. Seiring berjalannya waktu, SD INTIS School Yogyakarta
semakin berkembang dan semakin banyak diminati dengan beberapa
keunggulan dan fasilitas yang ada. Dari segi akademik SD INTIS School
Yogyakarta di tahun 2015 mampu menembus peringkat 16 dari 170
sekolah yang ada di Kota Yogyakarta. 52
B. Identitas Sekolah
SD INTIS School Yogyakarta merupakan salah satu sekolah dasar
swasta bertaraf Internasional. SD INTIS School Yogyakarta beralamat di
Jl. Retno Dumilah No. 54 Rejowinangun, Kecamatan Kotagede, Kota
Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogtakarta 55171. Status sekolah
telah terakreditasi A dengan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN)
20409887 dan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 102046013027. 53
SD INTIS School Yogyakarta awalnya dari International Islamic
School yang memiliki tujuan untuk menciptakan generasi islam yang kuat
yang dapat bersaing di era global. Islamic and Billingual School adalah
slogan yang dimiliki SD INTIS School Yogyakarta yang diambil dari
delapan keunggulan yaitu: Islamic and Comfortable Learning
Environment, Certified ISO 9001: 2008, Billingual School, Small Class,
52 Website sekolah http://intisschoolyogyakarta.sch.id diakses pada 31 Januari
2017 pada pukul 08.13 53 Salinan dokumen SD INTIS School Yogyakarta, Identitas Sekolah, hlm.1
40
Brain Gym Therapy, Multiple Intelligence Aplication, Experintal and
Active Learning Methode and My City is My Class.
Fokus slogan SD INTIS School Yogyakarta adalah Islamic and
Billingual. Islamic, memfokuskan pada menciptakan lingkungan sekolah
yang bernuansa Islam sehingga anak-anak memiliki karakter sebagai
seorang muslim yang tangguh. Billingual, memberikan sebuah gambaran
mengenai komunitas lingkungan dengan dua bahasa, yaitu Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris. Inovasi kurikulum di SD INTIS School
Yogyakarta disesuaikan dengan potensi peserta didik agar peserta didik
menikmati semua kegiatan di sekolah sehigga visi, misi, dan tujuan
sekolah dapat tercapai.54
C. Visi dan Misi
SD INTIS School Yogyakarta merupakan lembaga pendidikan
dasar di bawah Yayasan Baituttanwir yang berupaya memfasilitasi setiap
potensi siswanya sehingga potensi tersebut akan terkelola dan
berkembang sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan, visi dan misi
yang telah ditetapkan sekolah. Adapun visi dan misi SD INTIS School
Yogyakarta yaitu:
1. Visi
Tercetaknya generasi yang Islami, kreatif, disiplin, berprestasi,
dan berakhlaq mulia serta berkompetensi pada ranah nasional dan
Internasional.
54 Website sekolah http://intisschoolyogyakarta.sch.id diakses pada 31 Januari
2017 pada pukul 08.15
41
2. Misi
a. Menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar yang
mengintegrasikan nilai-nilai islami pada setiap materi
pembelajaran.
b. Mendesain kegiatan belajar-mengajar seacar kreatif dan
menyenangkan, shingga dapat menumbuhkan minat dan kreativitas
siswa dalam belajar.
c. Menumbuhkan mental berprestasi sejak dini pada seluruh siswa.
d. Menyusun dan mengaplikasikan program harian sekolah yang
dapat menumbuhkan kesadaran dan mental disiplin siswa dan
seluruh warga sekolah.
e. Menyusun dan mengaplikasikan program pembiasaan rutin yang
dapat membentuk karakter dan akhlaq siswa dan seluruh warga
sekolah.
f. Mempersiapkan siswa untuk berpartisipasi dalam ajang
perlombaan yang diselenggarakan secara nasional maupun
internasional.
g. Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang dapat
menumbuhkan dan membiasakan seluruh siswa untuk
berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris.
h. Menyediakan sarana fisik dan program kerja yang memadai untuk
42
mencapai visi sekolah.55
D. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa
1. Keadaan Guru
Perekrutan guru di SD INTIS School Yogyakarta menggunakan tes
seleksi dan wawancara. Kualitas guru merupakan prioritas utama
sehingga rekruitmen dan pelatihan guru merupakan modal utama untuk
mencapai the best teacher (guru yang terbaik). Jumlah guru/educator
yang mengajar di SD INTIS School Yogyakarta berjumlah 29 orang.
Berdasarkan kualifikasi akademik guru/educator dari 29 orang, 28 orang
memiliki kualifikasi sarjana (S1) dari berbagai Universitas dan berbagai
jurusan dan 1 orang dengan kualifikasi Magister (S2). Guru/educator
yang ada di SD INTIS School Yogakarta tidak hanya lulusan dari jurusan
pendidikan akan tetapi juga ada dari sains murni, biologi murni,
perikanan, psikologi, olahraga, teknik, dan hukum islam.56
Adapun
kualifikasinya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Daftar Kualifikasi Akademik Educator SD INTIS School Yogyakarta
Kualifikasi Jumlah
Doktor (S-3) -
Magister (S-2) 1
Sarjana (S-1) 28
Sarjana Muda (D-III) -
Diploma II (D-II) -
Diploma I (D-I) -
Total 29
55
Website sekolah http://intisschoolyogyakarta.sch.id diakses pada 31 Januari
2017 pada pukul 08.13 56 Hasil Salinan Dokumentasi , “Profil Sekolah Bagian Data Sekolah SD INTIS
School Yogyakarta”, hlm.2-3
43
Berdasarkan status guru, SD INTIS School Yogyakarta telah
mengangkat 13 orang menjadi guru tetap yayasan sedangkan 16 yang
lainnya merupakan guru tidak tetap (Honorer).57
Secara lengkap, data
pendidik/educator yang mengajar di SD INTIS School Yogyakarta adalah
sebagai berikut:58
Tabel 2
Data Educator SD INTIS School Yogyakarta
No Nama L/P Jabatan Pendidi-
kan
Perguruan
Tinggi Jurusan
1 Moh. Muadin,
S.Pd.Si L Principal S1
UIN Sunan
Kalijaga
Pendidikan
Matematika
2 Ahmad Hasbi,
S.Sos.I L
Pengajar
Ummi S1 UIN Tarbiyah
3 Arina Nur
Antari, S.Si P
L4 Zaid
bin
Arqom,
Kesiswaan
S1 UNY Biologi
4
Asep
Setiawan,
S.Pd. I
L L4 Zaid
bin Tsabit S1 UIN
Pendidikan
Bahasa
Arab
5
Dini
Damayanti,
S.Pd.I
P L3 abu
Hurairah S1
UIN Sunan
Kalijaga PAI
6 Emi Widuri,
S.Pd P
L5 Umar
bin Abdul
Aziz
S1 UAD
Pendidikan
Bahasa
Inggris
7
Ervina
Mayasari,
S.Psi
P L3 abu
Bakar S1 UII Psikologi
8
Fajar
Fatmasari,
S.Pi
P L4 Zaid
bin Tsabit S1 UGM Perikanan
57
Website sekolah http://intisschoolyogyakarta.sch.id diakses pada 31 Januari
2017 pada pukul 08.13 58 Hasil Salinan Dokumentasi, “Data Guru/ Educator SD INTIS School
Yogyakarta TA 2016/2017”, hlm. 1
44
9 Larostina
Saputri, S.Pd P
L3 abu
Bakar S1 UNY
Pendidian
Geografi
10 Mawardi, Lc L L2 ibnu
Sina s1/s2
Al Azhar
Kairo/UIN
Syariah
Islamiyah/H
ukum Islam
11 Novi Restu
Saputri, S.Pd P
L3 abu
Hanifah S1 UAD
Pendidikan
Bahasa
Inggris
12
Octavia
Kurniasih,
S.Pd
P L6 S1 UAD Bahasa
Inggris
13
Permana
Octofezi,
S.Pd.I
L L2 ibnu
Rusyd S1
STAIM
Syuhada PAI
14 Rini Setiani,
S.Pd P
L4 Zaid
bin
Haritsah
S1 UAD
Pendidikan
Bahasa
Inggris
15 Rubianto,
S.Or L
Penjasorke
s, Sarana
Prasarana
S1 UNY Olah Raga
16
Siti
Khomsatum,
S.Pd
P
L5 Umar
bin
Khattab
S1 UAD Bahasa
Inggris
17 Siti Khotimah,
S.Pd P
L1 al
Biruni S1 UAD
Pendidikan
Bahasa
Inggris
18
Soviaturrokhi
mah Maula
Betaraya
P L2 ibnu
Sina S1
UST
Yogyakarta
Pendidikan
Bahasa
Inggris
19
Sri
Handayani,
S.Pd.Si
P
L5 Umar
bin
Khattab
S1 UIN Pendidikan
Fisika
20
Sulis
Ardiyanti,
S.Pd
P L1 al
Biruni S1 UST
Pendidikan
Bahasa dan
Sastra
Indonesia
21
Tyas Akbar
Gumilar,
S.Pd.I
L L3 abu
Hanifah S1
UIN Sunan
Kalijaga PAI
22 Umi Azizah,
ST P L6 S1
Universitas
Sebelas
Maret
Arsitektur
23 Wian Indriani,
S.Pd.Si P
L3 abu
Hurairah,
Kurikulum
S1 UIN Sunan
Kalijaga
Pendidikan
Fisika
45
24
Wisma
Nugraheni,
S.Pd.Jas
P Penjasorke
s S1 UNY
Pend.
Jasmani
Kesehatan
dan
Rekreasi
25
Zen
Muhammad
Alfaruq, S.Si
L L1 al
Farobi S1 UNY Biologi
26
Dian
Wulandari,
S.Sos.I
P L4 Zaid
bin Arqom S1
UIN Sunan
Kalijaga
Bimbingan
dan
Konseling
Islam
27
Nok Siti
Fatiyatul
Muharromah,
S.Pd.I
P L1 al
Farobi S1
STAIN
Salatiga
Tarbiyah
Bahasa
Inggris
28
Nur
Khasanah,
S.Pd.Si
P
L5 Umar
bin Abdul
Aziz
S1 UIN Sunan
Kalijaga
Pendidikan
Fisika
29 Nur Setiani,
S.Pd P
L4 Zaid
bin
Haritsah
S1
Universitas
Muhamma-
diyah
Purwokerto
Ilmu
Pendidikan/
Pendidikan
Biologi
30
Septa Eka
Wulandari,
S.Pd
P L2 ibnu
Rusyd S1
Universitas
Muhamma-
diyah
Palembang
Biologi
Berdasarkan data diatas, tiap kelas memiliki dua educator yang
mengampu secara team teaching. Semua kelas yang ada di SD INTIS
School Yogyakarta memiliki Anak Berkebutuhan Khusus sehingga semua
educator mengampu kelas inklusi. Semua educator SD INTIS School
Yogyakarta sebelumnya belum memiliki pengalaman mengajar kelas-
kelas inklusi. Pengalaman mengajar kelas inklusi didapatkannya setelah
mereka mengajar di SD INTIS School Yogyakarta.
Beberapa educator SD INTIS School Yogyakarta masih tergolong
baru diantaranya adalah Septa Eka Wulandari educator L2 ibnu Rusyd
46
yang baru 6 bulan mengajar di SD INTIS School Yogyakarta, Dian
Wulandari S. Sos I educator L4 Zaid bin Arqom dan Siti Khomsatum,
S.Pd educator L5 Umar bin Khattab yang baru 3 bulan mengajar di SD
INTIS School Yogyakarta. Meskipun terdapat educator yang tergolong
baru dan kebanyakan educator SD INTIS School Yogyakarta bukan dari
lulusan dari bidangnya untuk mengajar peserta didik usia sekolah dasar
kelas inklusi bukan berarti mereka tidak kompeten dalam mengelola
pembelajaran. SD INTIS School Yogyakarta dalam melakukan perekrutan
educator melalui beberapa rangkaian tes sehingga perekrutran educator
SD INTIS School Yogyakarta tetap melihat kualitas dari diri educator
tersebut.
Selain itu, pihak sekolah memberikan berbagai pelatihan sebagai
upaya untuk meningkatkan kompetensi guru atau educator. Pelatihan
tersebut wajib diikuti oleh semua educator. Pelatihan tersebut
diantaranya, English training dan Math training yang diadakan dua
minggu sekali hari Selasa dan Rabu, UMMI hafalan juz 30,
microteaching pada kelas inklusi yang diadakan dua minggu sekali,
pelatihan penanganan Anak Berkebutuhan Khusus dan workshop inklusi
yang diadakan selama satu tahun dua kali serta pelatihan-pelatihan
lainnya yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota/ Provinsi
DIY.59
59
Hasil Wawancara terhadap Larostina Saputri, S. Pd dan Ervina Mayasari, S.
Psi selaku Educator SD INTIS School Yogyakarta pada hari Jum’at, 10 Februari 2017
pukul 14.30-15.30.
47
2. Keadaan Karyawan
Lembaga pendidikan tidak akan terlepas dari Kepala Sekolah,
Guru, maupun Karyawan. Tugas Karyawan dalam sekolah adalah
membantu Kepala Sekolah dalam menyelasaikan tugas administrasi dan
pengelolaan sekolah. SD INTIS School Yogyakarta memiliki 10 karyawan
dengan tugasnya masing-masing. Dilihat dari kualifikasi akademik
karyawan yang ada di SD INTIS School Yogyakarta ini mulai dari
lulusan SMP sampai Perguruan Tinggi. Adapun datanya adalah sebagai
berikut:60
Tabel 3
Data Karyawan SD INTIS School Yogyakarta
No Nama Jabatan Pendidikan Perguruan
Tinggi Jurusan
1 Ahmad Fathoni,
SE
KTU,
Bag. Bag.
Administrasi,
Bag. Humas
S1 UII Ekonomi
2 Enny Purtiwiyati,
S.Hut
Bag.
Keuangan S1 INSTIPER Kehutanan
3 Kartidjo
Penjaga,
Tenaga
Kebersihan
(CS)
SMP SMP
4 Slamet Rahardjo
Pengemudi,
Technical
Support
(Pesuruh)
SMA SMEA
5 Noviari
Cahyaningsih
Bag.
Keuangan S1 UNY
Manajemen
Pendidikan
6 Bastomi, A.Md Perpustakaan S1 UIN
Perpustakaan
dan
Informasi
60 Hasil Salinan Dokumentasi , “Data Tenaga Kependidikan SD INTIS School
Yogyakarta TA 2016/2017”, hlm. 2
48
7 Atur Yuliadi
Tenaga
Kebersihan
(CS)
SMA
8 Suharjan Driver SMA
9 Ngadimin Endro
Sutrisno
Penjaga
Malam -
10 Afiati Nafiah,
A.Md Perpustakaan D3 UIN
Perpustakaan
dan
Informasi
3. Keadaan Peserta Didik
SD INTIS School Yogyakarta merupakan sekolah yang berbasis
pendidikan inklusi sehingga peserta didik di SD INTIS School Yogyakarta
ini memiliki keunikannya masing-masing. SD INTIS School Yogyakarta
memiliki 200 peserta didik, 16 diantaranya adalah siswa yang
berkebutuhan khusus, dan 14 diantaranya adalah siswa yang baru
terindikasi berkebutuhan khusus. Adapun datanya adalah sebagai
berikut:61
a. Jumlah Peserta Didik
Adapun jumlah didik SD INTIS School Yogyakarta secara
keseluruhan adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Data Peserta Didik SD INTIS School Yogyakarta
Jenis
Kelamin
Kelas Jumlah
I II III IV V VI
Laki-laki 25 18 32 28 17 7 127
Perempuan 13 13 12 16 12 7 73
Jumlah 38 31 44 44 29 15 200
61 Hasil Salinan Dokumentasi , “Data Anak Berkebutuhan Khusus SD INTIS
School Yogyakarta”, hlm. 1-4
49
b. Data Inklusi
1) Data Anak yang Berkebutuhan Khusus
Adapun Data Anak yang Berkebutuhan Khusus SD INTIS
School Yogyakarta secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Data Anak Berkebutuhan Khusus SD INTIS School
Yogyakarta
No Nama Siswa
berkebutuhan
khusus
Kel-
as
L
/P
Asesmen
(sudah/
belum)
Jenis
Ketunaan
Meng-
gunakan
Pseudo
(Ya/
tidak)
1 Abdurrahim
Malik
Wicaksono
6 L Sudah Kesulitan
belajar dan
gangguan
pemusatan
perhatian
Tidak
2 Aisha
Makkahlia
Chandra
Nurisa
6 P Sudah Lamban
Belajar
dan RM
Tidak
3 Kinasih
Adhiratna
Sigit
5 P Sudah Tuna
Rungu
Tidak
4 Wiam Akmal 4 L Sudah Tuna
Laras dan
kesulitan
belajar
(verbal)
Ya :
Mrs Pur
5 Maryam 4 P Sudah Autisma Ya :
Miss Isti
6 Siti Cahyani
Larasati
4 P Belum
Sejarah
Meningitis
Tidak
7 Khrisna
Dhipa
Wicaksana
3 L Sudah Kesulitan
Belajar
Ya :
Miss
Erna
8 Nadhif Cetta
Abhipraya
3 L Sudah Gangguan
Pemusatan
Perhatian
Ya :
Miss
Winda
50
9 Muhammad
Alif
Widyadana
Salipu
3 L Sudah Autisma Ya :
Miss
Anisa
10 Alezaro Al-
Ghazali
3 L Sudah Slow
Learner :
IQ 74
Tidak
11 Ahmad
Rasyid
Rodhiyyan
3 L Sudah Usia
mental di
bawah
usia
seharus-
nya
Tidak
12 Handhika
Azka
Aunnuha
3 L Sudah Autisma Ya :
Miss
Khayati
13 Nabihah
Athallah
Arifin
2 P Sudah Lambat
Belajar
Tidak
14 Nahel
Rayusdita
Ahmad
2 L Sudah Lambat
Belajar,
Tidak
15 Fachri Riza
Arra’uf
2 L Sudah Tuna
Rungu
Tidak
16 Dzikri
Muhammad
Azzam
2 L Belum Epilepsi
internal
Tidak
2) Data yang Terindikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Data yang Terindikasi Anak Berkebutuhan Khusus SD
INTIS School Yogyakarta secara keseluruhan adalah sebagai
berikut:
Tabel 6
Data Siswa yang Terindikasi Anak Berkebutuhan
Khusus SD INTIS School Yogyakarta
No
.
Nama Siswa
berkebutuhan
khusus
Kelas L/P Asesmen
(sudah/be-
lum *)
Kecenderunga
n Kekhususan/
Jenis Ketunaan
1 Kuni Faza
Adila
6 P Belum Disleksia
51
2 Ahmad
Rinofaros
Muchtar
5 L Belum
(sudah
observasi)
Cerdas
Istimewa
3 Hanan Abyan
Fallah
5 L Belum Gangguan
pemusatan
perhatian
4 Abdur
Rahman
5 L Belum Kesulitan
Belajar
5 Agnavalent
Hanif
Suheriyatno
4 L Belum Kesulitan
Belajar
6 Rohadatul
Aisy
4 P Belum Kesulitan
Belajar
7 Rasya Azkia
Naufal
4 L Belum Gangguan
emosi
8 Muhammad
Zain Akbar
4 L Belum Gangguan
emosi
9 Danica Erda
Afifah
4 P Belum Gangguan
pemusatan
perhatian
10 Raffi
Kurniaghani
Wicaksono
4 L Sudah Dislogia
11 Zahava
Odina
Mumtaz
4 P Belum Gangguan
pemusatan
perhatian
12 Gayatri Syifa
Maulida
3 P Belum
(sudah
observasi)
Lambat belajar
13 Adib Narang
Filiang
3 L Belum
(sudah
observasi)
Disleksia
14 Rajwa
Khairunnissa
Hakim
3 P Belum Disleksia
Berdasarkan data peserta didik diatas, dapat diketahui dari 200
peserta didik diantaranya terdapat peserta didik yang berkebutuhan khusus
seperti slow learner (lambat belajar), gangguan pemusatan perhatian,
disleksia, autisme, tuna rungu, tuna laras, gangguan emosi, dislogia,
epilepsi internal, dan cerdas istemewa. Peserta didik yang berkebutuhan
52
khusus disatukan dalam kelas reguler bersama peserta didik lainnya agar
tidak ada kesenjangan atau diskriminasi terhadap dirinya. Kelas reguler
yang dimiliki oleh SD INTIS School Yogyakarta sebanyak 13 kelas. Kelas
1, 2, dan 5 memiliki dua rombongan belajar. Kelas 3 dan 4 memiliki tiga
rombongan belajar. Kelas 6 memiliki satu rombongan belajar. Tiap
rombongan belajar dalam kelas reguler terdapat sebanyak 15-20 peserta
didik.
E. Sarana dan Prasarana Sekolah
Sarana dan prasarana merupakan salah satu bagian dari
manajemen yang ada di lembaga pendidikan. Sarana dan prasarana
mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu organisasi, institusi
ataupun lembaga pendidikan. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang
mendukung maka proses pendidikan tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Alasannya guru dalam sebuah lembaga pendidikan
membutuhkan sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan
pembelajaran. Semakin lengkap dan memadai sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh sebuah sekolah akan memudahkan guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidikan.
Sarana prasarana yang dimiliki oleh SD INTIS School Yogyakarta
telah sesuai dengan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 bahwa standar
sarana prasarana SD/MI sekurang-kurangnya meliputi ruang kelas, ruang
perpustakaan, laboratorium IPA, ruang pimpinan, ruang guru, tempat
beribadah, ruang uks, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat
53
bermain/olahraga.62
Ruang kelas yang dimiliki oleh SD INTIS School Yogyakarta
sebanyak 13 kelas dengan kondisi baik. Selain ruang kelas sarana dan
prasarana yang lain meliputi: ruang guru, ruang pimpinan, gudang, ruang
sirkulasi, jamban, laboratorium komputer, ruang uks, tempat
bermain/olahraga, ruang perpustakaan yang memiliki 1307 koleksi buku
terdiri dari buku sumber 81 buah dan buku bacaan 1226 buah dan ruang
terapi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).63
F. Struktur Organisasi Sekolah
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang didalamnya
terdapat kepala sekolah, wakil kurikulum, penanggungjawab kegiatan,
guru-guru, pegawai tata usaha, karyawan, dan peserta didik. Semua itu
memerlukan adanya organisasi sekolah yang baik agar tujuan sekolah
dapat berjalan dengan optimal. Organisasi dapat berjalan dengan baik
ketika hubungan antara atasan dan bawahan ataupun sesama partner
memiliki hubungan yang harmonis. Selain hubungan yang baik, agar
tujuan sekolah dapat berjalan dengan optimal tiap-tiap personal harus
memahami dan melaksanakan tugas serta tanggungjawabnya sesuai
dengan kedudukan yang ditempati dalam organisasi tersebut.
Adapun organisasi yang dimiliki oleh SD INTIS School
62 Peraturan Menteri Pendiidkan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2007 Tentang Standar Sarana Prasarana untuk SD/ MI, SMP/Mts, dan SMA/MA Pasal 1
Lampiran ke 16 63 Hasil Salinan Dokumentasi , “Profil Sekolah Bagian Sarana-Prasarana SD
INTIS School Yogyakarta”, hlm. 3-4
54
Ketua Yayasan
Agus Sultoni, S.E
Direkur
Masrifah, S.E
Wakil Manajemen Mutu
Moh. Muadin, S.Pd. Si
Kepala Sekolah
Moh. Muadin S.Pd. Si.
Waka Kurikulum
Wian Indriani,
S.Pd.Si.
Waka Kesiswaan
Arina Nur Antari,
S.Si
Waka Sarpras
Rubianto, S.Or
Waka Humas
Ahmad Fathoni, S.E
Guru Kelas 1
Guru Kelas 2
Guru Kelas 3
Guru Kelas 4
Guru Kelas
5
Guru Kelas 6
Guru Penjaskes
Koordinator Ummi
Tata Usaha
Ahmad Fathoni, S.E
Slamet Rahardjo (Bagian Umum)
Katidjo (Keamanan)
Atur Yuliadi (Kebersihan)
Bendahara Sekolah
Enny Purtiwiyati,
S.hut
Noviari Cahyaningsi
h, S.Pd.
Petugas Perpustak
aan
Bastomi, A.Md
Afiyati Nafiah, A.Md
Ketua Komite
Sandhy Hanjarnursiswanti
Yogyakarta 2016/2017 adalah sebagai berikut:64
STRUKTUR ORGANISASI SD INTIS SCHOOL YOGYAKARTA
TAHUN 2016/2017
Gambar 1. Struktur Organisasi SD INTIS School Yogyakarta Tahun 2016/2017
64 Hasil Salinan Dokumentasi, “Struktur Organisasi SD INTIS School
Yogyakarta”, file yang dikirim oleh Ahmad Fathoni, S.E pada 9 Februari 2017
55
BAB IV
KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU DALAM
PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
KELAS INKLUSI SD INTIS SCHOOL YOGYAKARTA
A. Proses Pembelajaran pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Kelas
Inklusi SD INTIS School Yogyakarta.
SD INTIS School Yogyakarta merupakan sekolah yang telah
menerapkan pendidikan inklusi selama delapan tahun. Penerapan
pendidikan inklusi tidak hanya memberikan pengalaman belajar bagi
peserta didik normal tetapi juga pada peserta didik yang memiliki
kebutuhan khusus. Proses pembelajaran bagi kelas inklusi menuntut
pendidik untuk memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal bila dalam prosesnya
direncanakan secara matang, dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
dievaluasi untuk mengetahui berapa banyak hal-hal yang telah dimiliki
oleh siswa dari hal-hal yang telah diajarkan. Usaha yang dilakukan
educator SD INTIS School Yogyakarta untuk mencapai tujuan
pembelajaran melakukan tahap-tahap proses pembelajaran seperti berikut:
1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah tahap awal yang dilakukan oleh
para educator yang ada di SD INTIS School Yogyakarta dari mulai
educator kelas satu sampai educator kelas enam serta educator mata
pelajaran yang lainnya.
56
Perencanaan pembelajaran dimulai dengan pembuatan Program
Tahunan yang memuat perhitungan alokasi waktu untuk jam pelajaran
efektif selama 1 tahun dan distribusi alokasi waktu yang memuat
kompetensi dasar yang harus dicapai dengan alokasi waktu yang
ditetapkan dari masing-masing mata pelajaran. Tahap selanjutnya
membuat program Semester yang memuat Kompetensi Dasar dan
Indikator yang dicapai selama satu semester dan waktu Ujian
Kompetensi Dasar (UKD), UTS, UAS, perbaikan dan pengayaan.65
Perencanaan pembelajaran selanjutnya adalah pembuatan silabus
yang dilakukan oleh guru kelas masing-masing. Silabus pada kelas
inklusi memiliki Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang sama
seperti silabus pada kelas-kelas reguler.66
Perumusan silabus dilakukan
pada awal tahun ajaran baru akan tetapi pada tahun ini masih
menggunakan silabus tahun sebelumnya yang belum terdapat
perbedaan untuk karakteristik peserta didik yang memiliki kebutuhan
khusus dengan peserta didik yang memiliki tingkat intelligensi normal.
Pembuatan silabus tahun ini terkendala karena adanya perubahan
silabus inklusi yang masih dirancang sesuai dengan karakteristik Anak
Berkebutuhan Khusus. Silabus inklusi baru akan digunakan pada tahun
depan. Hal ini dikemukakan oleh Mrs.Wian Indriani, S.Pd, S.I selaku
65 Hasil pengamatan dokumentasi Program Tahunan dan Program Semester SD
INTIS School Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 66 Hasil pengamatan dokumentasi Silabus SD INTIS School Yogyakarta tahun
ajaran 2015/2016
57
bagian Kurikulum dan Educator L3 Abu Hurairah yang mengatakan
bahwa:
“Kurikulum untuk ABK seharusnya memang ada kurikulum
sendiri tapi karena kita masih belajar untuk kearah itu, maka kami
mulai dari silabus tahun ini sebenarnya dibuat untuk inklusi tetapi
masih terkendala waktu jadi mungkin bisa digunakan untuk Tahun
Ajaran 2017/2018, kemudian untuk RPP/DLPnya sendiri sudah ada
RPP inklusi. Kalau untuk silabus inklusi, baru tertangani sampai
hitam diatas putih saja belum sampai ke penerapannya.”67
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil dari pencermatan dokumen
Silabus tahun ini masih menggunakan silabus reguler yang tidak ada
perbedaan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar maupun Indikator bagi
peserta didik normal maupun peserta didik yang berkebutuhan khusus.
Pengembangan Indikator bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) hanya
ditulisakan pada Daily Learning Proposal (DLP) walaupun hanya untuk
Anak Berkebutuhan Khusus yang tingkat inteligensinya di bawah normal.
Hal senada juga dikatakan oleh Novi Restu Saputri, S.Pd selaku
educator L3 Abu Hanifah sebagai berikut “Silabus pembuatannya 1 tahun
sekali sebelum ajaran baru akan tetapi tahun ini terkendala karena ada
perubahan silabus untuk inklusi.”68
Perlunya modifikasi Kompetensi Dasar dan Indikator yang
disesuaikan dengan karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) maka
seharusnya ada rancangan silabus yang disesuaikan untuk kebutuhan
67 Hasil wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd. Si bagian Kurikulum dan
educator L3 Abu Hurairah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Selasa, 31 Januari
2017 pukul 09.30- 09.45 di Drawing Room. 68
Hasil wawancara dengan Novi Restu Saputri, S.Pd selaku educator L3 Abu
Hanifah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 pukul 14.30-
15.15 di Drawing Room.
58
peserta didik dalam kelas inklusi. Silabus di SD INTIS School ini masih
dalam tahap perbaikan untuk disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik normal dan karakteristik peserta didik ABK dalam kelas inklusi.
Berdasarkan hal tersebut, maka rancangan silabus yang ada saat ini untuk
kelas inklusi di SD INTIS School Yogyakarta sebenarnya masih belum
optimal untuk digunakan dalam pelaksanan pembelajaran bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) di kelas inklusi.
Daily Learning Proposal (DLP) merupakan tahap akhir
perencanaan pembelajaran SD INTIS School Yogyakarta. Daily Learning
Proposal (DLP) ini dalam sekolah-sekolah negeri biasa disebut dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pembuatan Daily Learning
Proposal (DLP) dilakukan oleh educator kelas secara kelompok paralel
per kelas agar lebih efektif dan efisien. Modifikasi Daily Learning
Proposal (DLP) untuk peserta didik berkebutuhan khusus (ABK)
dilakukan oleh educator kelas menyesuaikan karakteristik ABK kelas
masing-masing.
Modifikasi dilakukan masih dalam satu Daily Learning Proposal
(DLP) hanya saja dengan kolom berbeda. Modifikasi dilakukan jika
tingkat intelligensi peserta didik ABK dibawah peserta didik normal
lainnya. Pembuatan Daily Learning Proposal (DLP) dilakukan per
minggu dan digunakan untuk pembelajaran selama satu minggu.
Penyerahan Daily Learning Proposal (DLP) dilakukan pada setiap hari
Jumat untuk mendapat persetujuan dari kepala sekolah sebelum
59
melakukan proses pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh
Mawardi Lc. selaku educator L2 Ibnu Syna yang mengatakan bahwa:
“Kita mempunyai DLP/RPP yang itu untuk khusus ABK sendiri
tetapi dalam pembuatannya masih kurang sekali masih kurang
pengalaman dan masih tahap belajar tetapi secara umum sama
dengan yang lainnya cuma bagi ABK lebih intens saja. Ada DLP
sendiri untuk ABK jadi pencapaian untuk mereka kita targetakan
beda dengan yang lain tetapi ada subject mata pelajaran yang kita
samakan dengan anak normal yang lainnya.”69
Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Wian Indriani, S.Pd, S.I
selaku bagian Kurikulum dan educator L3 Abu Hurairah :
“DLP dibuat seminggu sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Pembuatan DLP dilakukan secara paralel pada tiap-tiap kelas.
Untuk DLP ABK biasanya diberikan kolom kosong untuk
dituliskan sendiri modifikasi oleh educator yang berkolaborasi
dengan pendamping ABK (shadow). Modifikasi ini biasanya
dilakukan bagi ABK yang memiliki tingkat intelligensi yang lebih
rendah dari peserta didik normal yang lainnya. Jika dikelas ada
ABK tetapi mampu mengikuti proses pembelajaran maka kolom
ABK dikosongkan. DLP itu biasanya memuat program
pembelajaran selama satu minggu kedepannya. Sebelum digunakan
DLP harus diserahkan oleh kepala sekolah untuk disetujui dan
ditandatangani.”70
Berdasarkan dari hasil wawancara, pencermatan dokumen dan
hasil observasi kelas, Daily Learning Proposal (DLP) yang dibuat
secara paralel pada saat pelaksanaan tidak selalu sama dengan yang
dituliskan karena setiap kelas memiliki karakteristik peserta didik yang
berbeda. Sehingga, educator kelas tetap masih memodifikasi ulang
metode pembelajaran yang disesuaikan dengan karekteristik kelas
69 Hasil wawancara dengan Mawardi, Lc. selaku educator L2 Ibnu Syna SD
INTIS School Yogyakarta, pada hari Selasa, 17 Januari 2017 pukul 09.00-09.30 di Ruang
kelas L2 Ibnu Syna. 70
Hasil wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd. S.I selaku bagian kurikulum
dan educator L3 Abu Hurairah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Rabu, 1 Februari
2017 pukul 12.30-13.05 di Drawing Room.
60
masing-masing dan karakteristik ABK yang ada dikelas masing-
masing.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran merupakan tahap kedua dari proses
pembelajaran SD INTIS School Yogyakarta setelah tahap perencanaan.
Pelaksanaan pembelajaran di SD INTIS School dilakukan oleh 13 kelas
inklusi dengan karakteristik ABK yang berbeda-beda pada tiap
kelasnya. Tiap kelas memiliki 25-30 siswa diantaranya terdapat
peserta didik ABK, 2 educator dan pendamping ABK (shadow).
Peneliti dalam tesis ini hanya melakukan observasi pada 12 kelas yaitu
kelas 1 sampai kelas 5. Peneliti tidak diperkenankan mengobservasi
kelas 6 karena sedang dipersiapkan untuk menghadapi ujian nasional.
Hasil observasi proses pelaksanaan pembelajaran kelas inklusi adalah
sebagai berikut:
a. L1 al-Biruni
Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas
L1 al-Biruni dengan mata pelajaran tematik tema “Pengalaman”
sub tema “Belajar di Sekolah” yang diampu oleh Siti Khotimah,
S.Pd (Mrs. Imah) dan Sulis Ardiyanti, S.Pd (Mrs. Sulis) selaku
educator L1 al- Biruni. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada
61
hari Kamis, 12 Januari 2017 pukul 10.15-11.25 di ruang kelas L1
al-Biruni. Kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:71
Tahap awal, Mrs. Imah memberikan ice breaking untuk
memberikan semangat pada peserta didik dengan menyanyikan
lagu “main ayunan”. Setelah dirasa anak-anak sudah
berkonsentrasi maka Mrs. Imah mereview ulang mata pelajaran
sebelumnya tentang memperagakan cara menggerakkan benda.
Mrs. Imah menanyakan “bagaimana ayunan bisa bergerak?”,
“didorong” jawab salah satu peserta didik. “Kapan bola bisa
bergerak ?”, “ketika ditendang” jawab salah satu peserta didik.
Tahap inti, Mrs. Imah menjelaskan cara menulis tegak
bersambung dengan baik dan benar di papan tulis. Ia memberikan
contoh penulisan dengan tayangan slide di LCD. Mrs. Imah
memberikan tugas kepada peserta didik untuk menuliskan kembali
kalimat yang telah dicontohkan di slide sebanyak tiga nomor untuk
disalin oleh peserta didik. Peserta didik boleh mengerjakan
ditempat manapun yang mereka suka boleh dilantai ataupun di
meja.
Mrs. Imah dan Mrs. Sulis mendampingi peserta didik yang
membutuhkan pendampingan. Peserta didik seperti Mas Key
(autis) diberikan perlakuan khusus saat pembelajaran ia biasanya
71 Hasil observasi pada pembelajaran tematik di Ruang Kelas L1 al-Biruni
dengan Siti Khotimah, S.Pd (Mrs. Imah) dan Sulis Ardiyanti, S.Pd (Mrs. Sulis) selaku
educator L1 al- Biruni SD INTIS School Yogakarta pada hari Kamis, 12 Januari 2017
pukul 10.15-11.25.
62
selalu dibantu dan selalu didampingi dengan shadow, tetapi kali ini
shadow tidak masuk kemudian digantikan oleh Mrs. Sulis yang
mendampingi dalam mengerjakan tugas. Meskipun dia belum bisa
menulis tegak bersambung Mrs. Sulis membiarkan ia menulis
dengan huruf yang biasa ia tulis. Akan tetapi, Mrs Sulis tetap
membantu mencontohkan ia sedikit demi sedikit menulis dengan
huruf tegak bersambung. Begitupun dengan Mrs. Imah, ia
mendampingi dan membantu mengajari dengan memberikan
contoh dalam menuliskan huruf dengan tegak bersambung pada
siswa yang merasa kesulitan.
Tahap akhir, Mrs. Imah meminta siswa menyelesaikan
pekerjaannya dirumah. Mrs. Imah mengakhiri pembelajaran
dengan membaca hamdalah bersama-sama.
b. L1 al-Farabi
Kegiatan pembelajaran ini dengan mata pelajaran Bahasa
Jawa yang diampu oleh Nok Siti Fatiyatul Muharromah, S.Pd.I
(Mrs. Fafa) dan Zen Muhammad Alfaruq, S.Si (Mr. Zen) selaku
educator L1 Al-Farabi. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada
hari Kamis, 12 Januari 2017 pukul 08.45-10.15 di ruang kelas L1
Al-Farabi dengan tiga tahap yaitu tahap awal, tahap inti dan tahap
akhir. Adapun kegiatannya adalah sebagai berikut:
Tahap awal, Mrs. Fafa meminta peserta didik untuk berdoa
terlebih dahulu dengan membaca doa akan belajar. Setelah selesai
63
berdoa, Mrs. Fafa memberikan apersepsi dengan mengajak peserta
didik untuk kedepan kelas bermain sinonim dan tebak-tebakan.
Mrs. Fafa meminta semua peserta didik untuk membuat lingkaran
besar. Mrs Fafa memberikan petunjuk bila yang dikatakannya
sesuatu dengan ukuran kecil seperti semut peserta didik membuat
lingkaran besar sedangkan ketika menyebut gajah peserta didik
harus membuat lingkaran kecil. Selanjutnya, Mrs. Fafa meminta
peserta didik untuk mengangkat satu kaki kanannya, tangan kiri
kedepan dan tangan kanan dibelakang. Mrs. Fafa menghitung 1-10
untuk berlatih keseimbangan. Mrs. Fafa meminta peserta didik
untuk latihan pernafasan. Setelah selesai, Mrs. Fafa meminta
peserta didik untuk kembali ke tempat duduknya dan mereview
materi sebelumnya dengan memberikan pertanyaan kepada peserta
didik.
Tahap inti, Mrs. Fafa memancing peserta didik dengan
menjawab pertanyaan dan kemudian ia menjelaskan materinya di
akhir. Metode yang digunakan adalah ceramah. Pertanyaan yang ia
ajukan ada yang mengintegerasikan dengan mata pelajaran PAI
dan kehidupan sehari-hari seperti “sakdurunge mangkat sekolah
kudu berdo’a lan pamitan.” Kemudian ia menunjuk salah satu
peserta didik untuk membacakan do’a naik kendaraan.
Educator memberi reward “bintang point” jika mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Peserta didik
64
sangat antusias tak terkecuali Almair dan Praja dalam mengikuti
proses pembelajaran. Mrs. Fafa memberikan kesempatan kepada
Almair untuk menjawab seperti teman-teman yang lain meskipun
Almair dibantu oleh shadow. Mr. Zen membatu peserta didik yang
lain, ia mendampingi dan membantu peserta didik yang belum
paham.
Praja terlihat hilang fokus meskipun sudah didampingi
shadow, Mrs. Fafa pun meminta Praja untuk pindah tempat duduk
bergantian dengan temannya menjadi di depan agar ia lebih fokus.
Mrs. Fafa membacakan tentang materi “Rungokno dhawuhe
gurumu”. Peserta didik diminta untuk memperagakan apa yang
disuruh Mrs. Fafa seperti “benikno klambimu”, “tatanen bukumu”,
“jungkatono rambutmu”, “lungguh sing anteng”.
Mrs. Fafa melanjutakan materi yang selanjutnya yaitu
tembang dengan judul “Wiwit Isih Bayi” akan tetapi Mrs. Fafa
tidak tahu nada dari lagu tersebut. Mr. Zen membantu dengan
mencarikan di youtobe. Mrs. Fafa terlebih dahulu membacakan dan
menerangkan maknanya kepada peserta didik dengan Bahasa
Indonesia. Setelah Mrs Fafa selesai menjelaskan, Mr. Zen
memutarkan tembang “Wiwit Isih Bayi” dengan menggunakan
LCD. Peserta didik diajak untuk menyanyi bersama.
65
Tahap akhir, peserta didik diminta untuk membaca
hamdalah bersama-sama dan diminta untuk mengeluarkan buku
mata pelajaran selanjutnya.72
c. L2 Ibnu Syna
Observasi kegiatan pembelajaran dilakukan dikelas L2 Ibnu
Syna dengan mata pelajaran tematik tema “Acara Keluaraga” sub
tema “Menyiapkan Acara Keluarga” yang diampu oleh
Soviaturrokhimah Maula Betaraya (Mrs. Via) dan Mawaardi Lc
(Mr. Mawardi) selaku educator L2 Ibnu Syna. Kegiatan
pembelajaran ini dilakukan pada hari Jum’at, 13 Januari 2017
pukul 08.45-11.25 di ruang kelas L2 Ibnu Syna. Kegiatan
pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:73
Tahap awal, Mrs. Via meminta peserta didik untuk
merapikan tempat duduk. Atha (autis dan epilepsi internal) dan
Fahri (tuna rungu) menempati tempat duduk yang berada didepan.
Berdo’a sudah dilakukan pada jam pelajaran sebelumnya. Mrs. Via
meminta peserta didik untuk mengeluarkan buku tematik. Mr.
Mawardi meminta untuk peserta didik untuk tenang. Mrs. Via
mereview pelajaran sebelumnya dengan bertanya dengan menunjuk
72 Hasil observasi pada pembelajaran Bahasa Jawa di Ruang Kelas L1 Al-Farabi
dengan Nok Siti Fatiyatul Muharromah, S.Pd.I (Mrs. Fafa) dan Zen Muhammad Alfaruq,
S.Si (Mr. Zen) selaku educator L1 Al-Farabi SD INTIS School Yogakarta pada hari
Kamis, 12 Januari 2017 pukul 08.45-10.15. 73
Hasil observasi pada pembelajaran tematik di Ruang Kelas L2 Ibnu Syna
dengan Soviaturrokhimah Maula Betaraya (Mrs. Via) dan Mawaardi Lc (Mr. Mawardi)
selaku educator L2 Ibnu Syna SD INTIS School Yogakarta pada hari Jum’at, 13 Januari
2017 pukul 08.45-11.25.
66
satu-persatu peserta didik “Energi cahaya dihasilkan darimana?”
“Senter” jawab Hani. “Energi bunyi darimana?“ “Radio” jawab
Althaf. “Energi panas bisa dihasilkan darimana?” “Rice Cooker”
jawab Fatah. Pertanyaan tentang asal dari energi cahaya, bunyi,
dan panas diberikan kepada peserta didik yang lainnya secara
merata baik peserta didik normal maupun ABK. Mr. Mawardi
mendampingi Fahri dalam menjelaskan macam-macam energi dan
benda-benda yang dapat menghasilkan energi cahaya, bunyi, dan
panas.
Tahap inti, Mrs. Via membentuk peserta didik menjadi 4
kelompok. Kelompok 1 dan 2 diminta untuk mengambil LKS IPA
di loker masing-masing. Selanjutnya, dilanjutkan oleh kelompok 3
dan 4. Mrs. Via meminta peserta didik untu membuka halaman
sembilan dengan menggunakan bahasa Inggris. Pada halaman
sembilan mereka diminta untuk menuliskan nama benda-benda,
energi apa yang dihasilkan dari benda-benda yang ada di gambar,
dan apa kegunaan benda tersebut. Mrs. Via menjelaskan nama
benda yang belum dipahami oleh peserta didik. Mr. Mawardi
menjelaskan dan mendampingi Fahri dalam mengerjakan, sekali-
kali Mr. Mawardi menuliskan kalimat yang belum dipahami oleh
Fahri. Setelah semua peserta didik seleseai mengerjakan, Mrs. Via
meminta peserta didik untuk mau menuliskan di papan tulis di
kolom yang telah disediakan. Satu-persatu peserta didik maju
67
kedepan untuk menuliskan hasil dari pekerjaan mereka termasuk
Atha. Mrs. Via mengkonfirmasi dan menjelaskan masing-masing
dari jawaban peserta didik.
Tahap akhir, Mrs. Via meminta peserta didik untuk
mengembalikan LKS IPA di loker masing-masing dengan tertib
dan memperbolehkan peserta didik untuk beristirahat.
d. L2 Ibnu Rusyd
Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas
L2 Ibnu Rusyd dengan mata pelajaran tematik tema “Acara
Keluaraga” sub tema “Menyiapkan Acara Keluarga” yang diampu
oleh Septa Eka Wulandari, S.Pd (Mrs. Septa) dan Permana
Octofezi, S.Pd.I (Mr. Pram) selaku educator L2 Ibnu Rusyd.
Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada hari Senin, 22 Januari
2017 pukul 08.45-10.15 di ruang kelas L2 Ibnu Rusyd. Kegiatan
pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:74
Tahap awal, Mrs. Septa meminta peserta didik untuk duduk
secara tertib dengan menghitung satu sampai sepuluh. Mrs. Septa
menegur Nachel karena dia tidak menggunakan jas seragamnya.
Mrs. Septa meminta Nachel untuk memakai jas seragamnya.
Setelah semua peserta didik sudah tertib, Mrs. Septa mereview
74
Hasil observasi pada pembelajaran tematik di Ruang Kelas L2 Ibnu Rusyd
dengan Septa Eka Wulandari, S.Pd (Mrs. Septa) dan Permana Octofezi, S.Pd.I (Mr. Pram)
selaku educator L2 Ibnu Rusyd SD INTIS School Yogakarta pada hari Senin, 22 Januari
2017 pukul 08.45-10.15.
68
ulang materi pembelajaran yang telah diajarkan Mr. Pram
sebelumnya tentang energi panas, cahaya, dan bunyi. Mrs. Septa
menanyakan pada peserta didik, “Benda apa yang menghasilkan
energi cahaya?” “lampu”, “matahari”, “televisi” jawab beberapa
peserta didik. Mrs. Septa bertanya kembali pada peserta didik,
“Benda apa yang menghasilkan energi panas?” “microwave”, “rice
cooker”, “kompor” jawab beberapa peserta didik.” Mrs. Septa
melanjutkan pertanyaannya kembali, “Benda apa yang
menghasilkan energi bunyi?” “radio”, “gitar” jawab beberapa
peserta didik. Mrs. Septa menjelaskan bahwa alat musik juga
menghasilkan bunyi kemudian mengkaitkan dengan alat-alat musik
kesukaan peserta didik. Mrs. Septa menanyakan pada Fahri
“Apakah mobil dan motor dapat mengeluarkan energi bunyi ?”
“karena mengeluarkan suara dari knalpot” jawab Fahri.
Tahap inti, Mrs. Septa meminta peserta didik untuk
membuka buku halaman 62 sampai 63. Mrs Septa memberi
kesempatan untuk Nachel membacakan soal nomor 3 yaitu
mengidentifikasi benda-benda yang dapat menghasilkan energi
yang digunakan untuk merayakan tahun baru. Azam dan Fahri
tidak tertib dalam proses pembelajaran sehingga Mrs. Septa
menegur dan mengingatkan mereka. Jika diteguran ketiga mereka
masih tidak tertib hukumannya adalah mencuci piring temannya
sebanyak 4 orang. Mrs. Septa melanjutkan kembali pelajaran
69
dengan memberikan tugas kepada peserta didik untuk membawa 1
benda yang ada dirumah mereka yang menghasilkan energi panas,
cahaya, atau bunyi pada pelajaran tematik (IPA) dipertemuan
berikutnya. Mrs. Septa melanjutkan pelajaran dengan meminta
siswa untuk mengerjakan tugas pada buku tematik untuk
menuliskan benda-benda menghasilkan energi panas, cahaya, dan
bunyi di dalam tabel. Setiap soal ditanyakan dan dijelaskan kepada
peserta didik oleh Mrs. Septa. Mr. Pram mendampingi peserta
didik yang lainnya. Mr. Pram menjelaskan materi yang belum
dipahami oleh peserta didik. Ketika proses pembelajaran Azam,
Fahri dan Nachel tidak fokus dalam pembelajaran. Mrs. Septa
mengingatkan mereka untuk fokus dalam pembelajaran. Peserta
didik diberi kesempatan untuk menilai hasil dari pekerjaan mereka
sendiri. Mrs. Septa melanjutkan pembelajaran dengan meminta
peserta didik (Lulu, Nachel, Fahri) untuk membacakan tugas
rumah didepan kelas tentang “alat-alat yang menghasilkan energi
panas, cahaya, dan bunyi.” Nachel dibantu Mrs. Septa dalam
membacakan soal.
Tahap akhir, Mrs. Septa menjelaskan kembali materi yang
dipelajari hari ini. Pembelajaran ditutup dengan membaca
hamdalah dan mengingatkan peserta didik keluar kelas untuk
istirahat dengan tertib.
70
e. L3 Abu Hanifah
Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas
L3 Abu Hanifah dengan mata pelajaran tematik tema “Teknologi”
sub tema “Sumber Cahaya dan Panas” yang diampu oleh Novi
Restu Saputri, S.Pd (Mrs Novi) dan Tyas Akbar Gumilar, S.Pd.I
(Mr. Akbar) selaku educator L3 Abu Hanifah. Kegiatan
pembelajaran ini dilakukan pada hari Kamis, 19 Januari 2017
pukul 13.00-14.30 di ruang kelas L3 Abu Hanifah. Kegiatan
pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:75
Tahap awal, Mrs. Novi mengawali pembelajaran tematik
dengan permainan “aku berkata dan lakukanlah!” Semua peserta
didik melingkar memutari Mrs. Novi kecuali Dika, Dika jalan-jalan
sendiri di dalam kelas. Mrs. Novi meminta Nadhief untuk
menemani Mrs. Novi dalam lingkaran. Mrs. Novi memberi aturan
pada peserta didik yang lain untuk mengikuti apa yang dikatakan
oleh Nadhief. “Nadhief berkata, duduk!” semua peserta didik
duduk dan yang terakhir duduk ia menggantikan Nadhief didalam
lingkaran. Mr. Akbar mengawasi permainan dan semua peserta
didik menikmati permainan. Mrs. Novi mendekati Dika yang
sendiri, didekati dan dirangkul berjalan ke tempat duduk Dika. Saat
75
Hasil observasi pada pembelajaran tematik di Ruang Kelas L3 Abu Hanifah
dengan Novi Restu Saputri, S.Pd (Mrs Novi) dan Tyas Akbar Gumilar, S.Pd.I (Mr.
Akbar) selaku educator L3 Abu Hanifah SD INTIS School Yogakarta pada hari Kamis, 19
Januari 2017 pukul 13.00-14.30.
71
itu, permainan selesai dan Mr. Akbar meminta peserta didik untuk
kembali ketempat duduknya.
Tahap inti, Mrs. Novi meminta semua peserta didik untuk
membuka buku tematik halaman 86-89. Peserta didik diminta
untuk membaca materi tentang “Sumber Energi” selama 10 menit.
Setelah peserta didik selesai membaca Mrs. Novi memberikan
pertanyaan “Sumber energi di bumi ada 8 apa saja?” Peserta didik
yang lain menjawab macam-macam sumber energi. Terdapat
peserta didik yang tidak fokus (Rafa) kemudian Mrs. Novi
meminta ia untuk menyebutkan satu sumber energi yang ada di
bumi. Mrs. Novi kemudian meminta untuk semua peserta didik
untuk menulis dengan mendikte tentang ringkasan dari materi
“macam-macam sumber energi” dan menjelaskan satu persatu.
Dika, Nadhief, Alif, Krisna menulis apa yang disampaikan oleh
Mrs. Novi dibantu oleh shadow. Mr. Akbar mendampingi peserta
didik yang lain. Mrs Novi dan Mr Akbar sesekali memberi
perhatian ke Dika dengan cara mendekatinya. Setelah semua
peserta didik selesai menulis Mrs. Novi meminta peserta didik
untuk mengerjakan tugas yang ada dibuku halaman 89. Peserta
didik yang sudah selesai meminta nilai kepada Mrs. Novi.
Tahap akhir, Mrs. Novi meminta peserta didik untuk
berkemas-kemas dan menanyakan “Siapa yang piket hari ini?”
Setelah semua selesai berkemas peserta didik duduk secara
72
melingkar secara tertib Mrs. Novi dan Mr. Akbar mereview ulang
materi yang telah diajarkan hari ini dilanjutkan dengan do’a pulang
sekolah. Mrs. Novi dan Mr. Akbar menutup pelajaran dengan
salam. Mrs. Novi meminta salah satu peserta didik untuk memilih
temannya yang tertib untuk pulang terlebih dahulu.
f. L3 Abu Hurairah
Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas
L3 Abu Hurairah dengan mata pelajaran tematik tema “Hidup
Hemat” sub tema “Hemat Uang” yang diampu oleh Wian Indriani,
S.Pd.Si (Mrs. Yani) dan Dini Damayanti, S.Pd.I (Mrs. Dini) selaku
educator L3 Abu Hurairah. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan
pada hari Kamis, 2 Februari 2017 pukul 10.15-11.25 di ruang kelas
L3 Abu Hurairah. Kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai
berikut:76
Tahap awal, Mrs. Yani sebagi educator kelas meminta
siswa untuk kembali ke tempat duduk setelah pembelajaran
pertama selesai. Mrs. Yani menanyakan kepada peserta didik PR
untuk menuliskan laporan kegiatan outing class.
Tahap inti, Mrs. Yani meminta beberapa peserta didik
untuk ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil laporan dari
kegiatan outing class di Malioboro. Terdapat 4 peserta didik yang
76
Hasil observasi pada pembelajaran tematik di Ruang Kelas L3 Abu Hurairah
dengan Wian Indriani, S.Pd.Si (Mrs Yani) dan Dini Damayanti, S.Pd.I (Mrs. Dini) selaku
educator L3 Abu Hurairah SD INTIS School Yogakarta pada hari Kamis, 2 Februari 2017
pukul 08.45-10.15.
73
mempresentasikan hasil pekerjaannya. Setiap peserta didik selesai
mempresentasikan hasil laporannya Mrs. Yani memberikan
pertanyaan dari laporan yang dibacakan kepada peserta didik yang
lain. Mrs. Yani memberikan reward “bintang point” kepada peserta
didik yang mau mempresentasikan hasil pekerjaannya dan yang
bisa menjawab pertanyaan.
Mrs. Yani mengulas kembali tentang kegiatan wawancara
dan outing class tentang berbagai pekerjaan yang ada di
Malioboro. Mrs. Yani menjelaskan mengapa harus bekerja dan
menjelaskan berbagai pekerjaan yang menghasilkan barang dan
jasa. Peserta didik diminta untuk mengklasifikasikan berbagai
pekerjaan menghasilkan barang atau jasa dari pekerjaan yang
disebutkan oleh Mrs. Yani. Mrs. Yani kemudian menjelaskan
tentang sistem barter dan sejarah uang kemudian menanyakan
kepada peserta didik tentang kesulitan menggunakan uang barang.
Mrs. Dini mendampingi peserta didik yang lainnya dan
mentransfer kembali penjelasan dari Mrs. Yani kepada peserta
didik yang belum paham.
Mrs. Yani mengkaitkan dengan uang tabungan yang
dimiliki oleh peserta didik dan mengajak untuk hidup hemat.
Peserta didik diminta untuk membuka buku tematik dan
menyebutkan nilai mata uang yang ada di gambar. Mrs. Yani
memberikan contoh secara konkret uang kartal dan uang giral.
74
(ATM, kartu kredit, cek, giro, uang keras, dan uang logam). Mrs
Dini dan Mrs Yani mempraktekkan menjadi penjual dan pembeli
dengan menggunakan uang kartal dan uang giral dan meminta
siswa untuk menyimpulkan perbedaan uang kartal dan uang giral.
Mrs. Yani menjelaskan kelmabali perbedaan uang kartal dan uang
giral.
Mrs. Yani meminta peserta didik untuk membuka buku
tematiknya kembali “Open your tematic book!” Mrs. Yani
memperlihatkan gambar uang kertas dan uang logam yang ada di
buku tematik dan menanyakan kepada peserta didik “Kalian sudah
pernah melihat uang kertas dan uang logam dikehidupan sehari-
hari?” “Sudah”, jawab peserta didik. Mrs. Yani meminta siswa
untuk melihat media uang-uangan yang tadi digunakan, kemudian
Mrs. Yani bertanya kepada peserta didik bentuk uang kertas dan
uang logam, bahan pembuat uang kertas dan uang logam, tempat
penyimpanan uang kertas dan uang logam dan pecahan terkecil dan
terbesar uang kertas dan uang logam. Mrs. Yani meminta siswa
untuk menuliskan pertanyaan dan jawaban di buku tulis.
Tahap akhir, Mrs. Yani memberikan “yel-yel” yang
dijawab oleh peserta didik. Inti dari yel-yel tersebut ialah agar anak
duduk dengan tertib. Mrs. Yani mengingatkan kembali kegiatan -
outing class yang kemarin dilakukan di Malioboro. Mrs .Yani
menanyakan “di Malioboro kalian banyak melihat apa?” “Orang
75
yang bekerja”, jawab peserta didik secara bersama-sama. “Orang
yang bekerja untuk apa saja?” tanya Mrs. Yani. “Mencari uang”,
“mencari nafkah” jawab peserta didik. Mrs. Yani menjelaskan
selain mencari uang dan mencari nafkah bekerja juga untuk
meningkatkan harga diri dan untuk memenuhi kebutuhan. Mrs.
Yani mengakhiri dengan memberikan pertanyaan tentang
pengertian dan contoh uang kartal dan uang giral. Setelah bel
istirahat berbunyi, Mrs. Yani meminta peserta didik untuk keluar
dengan tertib.
g. L3 Abu Bakar
Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas
L3 Abu Bakar dengan mata pelajaran tematik tema “Teknologi”
sub tema “Matahari sebagai Sumber Cahaya dan Panas” yang
diampu oleh Larostina Saputri, S.Pd (Mrs. Laros) dan Ervina
Mayasari, S.Psi (Mrs. Vina) selaku educator L3 Abu Bakar.
Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada hari Selasa, 17 Januari
2017 pukul 10.15-11.25 di ruang kelas L3 Abu Bakar. Kegiatan
pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:77
Tahap awal, Mrs. Laros memberikan ice breaking kepada
peserta didik dengan bermain “kata bergaya.” Setelah semua
peserta didik sudah mulai fokus Mrs. Laros meminta mereka untuk
77 Hasil observasi pada pembelajaran tematik di Ruang Kelas L3 Abu Bakar
dengan Larostina Saputri, S.Pd (Mrs. Laros) dan Ervina Mayasari, S.Psi (Mrs. Vina) selaku educator L3 Abu Bakar SD INTIS School Yogakarta pada hari Selasa, 17 Januari
2017 pukul 10.15-11.25.
76
duduk secara tertib. Mrs. Laros menanyakan materi yang kemarin
telah dipelajari.
Tahap inti, Mrs. Laros meminta peserta didik untuk
membuka buku tematik materi hemat energi. Dua orang peserta
didik diminta untuk memainkan peran sebagai Bima dan Ibu Bima
sesuai dengan percakapan yang ada di buku paket. Peserta didik
yang lain diminta untuk mendengarkan peran yang dimainkan oleh
teman mereka. Alif merupakan ABK dengan karakteristik autis, ia
didampingi oleh shadow dalam proses pembelajaran. Sedangkan
Syfa adalah ABK dengan karakteristik suaha fokus dan peserta
didik yang lain yang membutuhkan pendampingan didampingi
oleh Mrs. Vina pada mata pelajaran kali ini.
Mrs. Laros memberikan pertanyaan kepada peserta didik
terkait percakapan yang telah diperankan. Mrs. Laros mulai
menjelaskan tentang pecahan dan melakukan tanya jawab dengan
peserta didik. Shadow dan Mrs. Vina mentransfer ulang materi
yang telah dijelaskan kepada peserta didik yang didampingi dengan
behasa yang lebih sederhana. Peserta didik diminta untuk
menjawab pertanyaan yang ada di buku paket secara lisan. Mrs.
Laros menunjuk 4 peserta didik termasuk Syfa. Mrs. Laros kembali
bertanya pada peserta didik tentang apa saja penggunaan energi
dirumah dan bagaimana cara menghematnya. Beberapa peserta
didik menjawab dari benda-benda yang ada dirumah yang dapat
77
menghasilkan energi dan menjelaskan cara menghematnya. Mrs.
Laros meminta dua peserta didik yang berbeda melanjutkan
percakapan tentang “Penggunaan Energi” dan meberikan
pertanyaan kepada semua peserta didik tentang isi percakapan.
Peserta didik kemudian diminta untuk memperhatikan
gambar dan membaca teks didalam buku paket tentang generator
dan cara penggunaanya. Mrs. Laros menanyakan kepada dua
peserta didik yang tidak memperhatikan pelajaran. Setelah semua
memperhatikan kembali, Mrs. Laros melanjutkan penjelasannya
dan bertanya kepada peserta didik “Apa yang terjadi jika turbin
bergerak cepat ?”, “Apa yang terjadi jika turbin bergerak lambat?”,
dan “Apa turbin bisa berhenti bergerak ?” Mrs. Laros kemudian
menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang sebelumnya telah
diajukan kepada peserta didik. Peserta didik diminta untuk
menuliskan soal dan jawaban di buku tulis. Alif menulisakan soal
dan jawaban dengan dibantu shadow.
Mrs. Laros menjelaskan kembali tentang pecahan dengan
menanamkan konsep pecahan sederhana dengan gambar kepada
peserta didik. Mrs. Laros kembali memberikan pertanyaan bagi
peserta didik yang tidak fokus. Mrs. Laros telah mengamati bahwa
peserta didik yang bernama Indra sudah tidak fokus pada
pembelajaran selama satu minggu. Peserta didik sudah mulai fokus
kembali, Mrs. Laros melanjutkan penjelasannya dan memberikan
78
kesempatan kepada peserta didik yang belum paham untuk
bertanya. Peserta didik sudah paham kecuali ABK dijelaskan
kembali oleh shadow dan Mrs. Vina. Mrs. Laros melanjutkan
kembali pelajaran dengan membacakan soal tentang pecahan yang
dikaitkan dengan makanan/ minuman yang disukai peserta didi.
Peserta didik diminta untuk memecahkan soal secara bersama-
sama. Peserta didik yang mampu menjawab dengan benar
diberikan “bintang point” oleh Mrs. Laros.
Tahap akhir, Mrs. Laros menanyakan kembali tentang
materi “Hemat Energi” yang telah dipelajari. Mrs. Laros dan
peserta didik bersama-sama menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
h. L4 Zaid bin Tsabit
Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas
L4 Zaid bin Tsabit dengan mata pelajaran matematika yang
diampu oleh Fajar Fatmasari, S.Pi (Mrs. Fatma) dan Asep
Setiawan, S.Pd. I (Mr. Asep) selaku educator L4 Zaid bin Tsabit.
Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada hari Rabu, 18 Januari
2017 pukul 07.35-08.45 di ruang kelas L4 Zaid bin Tsabit.
Kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:78
78
Hasil observasi pada pembelajaran Matematika di Ruang Kelas L4 Zaid bin
Tsabit dengan Fajar Fatmasari, S.Pi (Mrs. Fatma) dan Asep Setiawan, S.Pd. I (Mr. Asep)
selaku educator L4 Zaid bin Tsabit SD INTIS School Yogakarta pada hari Rabu, 18
Januari 2017 pukul 07.35- 08.45.
79
Tahap awal, peserta didik berkumpul diluar kelas secara
tertib, mereka diminta untuk menjawab pertanyaan dari Mrs. Fatma
dan Mr. Asep tentang materi perkalian untuk dapat masuk ke kelas.
Setelah semua peserta didik sudah berada di dalam kelas Mrs.
Fatma dan Mr. Asep meminta untuk duduk dengan tertib.
Mrs. Fatma membuka pelajaran dengan mengucap salam
dan menanyakan kabar peserta didik. Peserta didik menjawab
salam dan kembali menanyakan kabar Mrs. Fatma dan Mr. Asep.
Mrs Fatma menanyakan PR menanyakan siapa yang belum paham
tentang materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Beberapa peserta didik mengacungkan jari sehingga Mrs. Fatma
menjelaskan ulang materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan
cara memberikan soal dan penjelasan kepada peserta didik. Salah
satu peserta didik tidak konsentrasi karena bermain kertas lipat saat
dijelaskan sehingga Mrs. Fatma meminta peserta didik untuk
memasukkan kertas lipat dan barang-barang yang tidak digunakan
untuk dimasukkan di dalam tas. Mr. Asep mengingatkan peserta
didik yang masih kurang fokus dalam pembelajaran.
Mrs. Fatma menjelaskan kembali konsep penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat negatif dan positif kepada peserta didi
Beberapa kali Mrs. Fatma menanyakan kepada peserta didik
apakah sudah paham ataukah belum. Peserta didik yang belum
paham dijelaskan kembali hingga ia paham. Mr. Asep beberapa
80
kali mengingatkan Wiam dan peserta didik yang lain yang tidak
fokus untuk lebih fokus ke pelajaran.
Tahap inti, peserta didik diminta untuk mengeluarkan LKS
membuka PR yang kemarin diberikan. Mrs. Fatma dan peserta
didik membahas PR tentang “penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat” secara bersama-sama. Setiap nomor dibahas dan
dijelaskan kembali oleh Mrs. Fatma. Mr. Asep mendampingi
peserta didik yang lainnya dan sesekali mengecek pekerjaan
peserta didik. Beberapa anak yang masih belum paham tentang
penjelasan Mrs. Fatma bertanya kepada Mr. Asep. Mrs. Fatma
memberi kesempatan peserta didik untuk menilai pekerjaannya
sendiri sesuai instruksi yang diberikan.
Mrs. Fatma memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk belajar sungguh-sungguh karena raport bukan hanya
ditentukan oleh nilai UKD, UTS dan UAS melainkan juga dari
nilai tugas dan PR. Mrs. Fatma membacakan nilai tugas kepada
peserta didik.
Peserta didik diminta untuk membuka paket matematika
pada halaman yang ditentukan. Mrs. Fatma kemudian yang
menjelaskan contoh soal cerita mengenai “penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat.” Peserta didik dan Mr.s Fatma
mengerjakan soal tersebut secara bersama-sama. Peserta didik dan
81
Mrs. Fatma saling bertanya jawab. Peserta didik diminta untuk
menuliskan cara pengerjaannya di buku tulis masing-masing.
Mr. Asep mendampingi dan menjelaskan kepada peserta
didik yang belum paham. Mrs. Fatma membacakan dan
menjelaskan maksud soal cerita dengan mengkaitkan dengan
benda-benda yang pernah dilihat atau tempat-tempat yang pernah
dikunjungi oleh peserta didik atau dengan gambar yang dibuat di
papan tulis agar peserta didik dapat membayangkan secara konkret.
Peserta didik diminta untuk mengerjakan soal di buku tulis masing-
masing. Mrs. Fatma mengingatkan minggu depan UKD dan
memberikan kisi-kisinya.
Tahap akhir, Mrs. Fatma menanyakan apakah peserta didik
sudah memahami operasi bilangan bulat. Kemudian, peserta didik
diminta untuk membuat soal cerita yang menggunakan operasi
penjumlahan dan pengurangan.
i. L4 Zaid bin Arqom
Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas
L4 Zaid bin Arqom dengan mata pelajaran matematika yang
diampu oleh Arina Nur Antari, S.Si (Mrs. Arina) dan Dian
Wulandari, S.Sos.I (Mrs. Dian) selaku educator L4 Zaid bin
Arqom. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada hari Kamis, 19
82
Januari 2017 pukul 08.45-10.15 di ruang kelas L4 Zaid bin Arqom.
Kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:79
Tahap awal, peserta didik diminta untuk duduk secara tertib
dan semua tas ditaruh dibelakang kursi. Mrs. Arina meminta untuk
mengeluarkan buku tulis dan buku paket matematika. Mrs. Arina
mengucapkan salam sebelum memulai pelajaran dilanjutkan
bertanya kepada peserta didik siapa yang sudah belajar tentang
materi “penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat” dan siapa
yang belum paham tentang bilangan bulat. Peserta didik menjawab
pertanyaan Mrs. Arina dengan menyebutkan bilangan-bilangan
positif dan negatif. Mrs. Arina memberikan pretest menyelesaikan
soal penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang ditulis
dipapan tulis secara lisan. Peserta didik dirasa masih belum paham
tentang materi yang telah disampaikan di pertemuan sebelumnya,
Mrs. Arina menjelaskan kembali tentang konsep bilangan bulat.
Tahap inti, Mrs. Arina memberikan lagi soal-soal tentang
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat ke peserta didik dan
dikerjakan secara bersama-sama. Mrs. Arina bertanya jawab
dengan peserta didik dengan dilagukan. Mrs. Arina menjelaskan
kembali cara mengerjakan soal-soal tersebut. Mrs. Dian
mendampingi Maryam yang memiliki karakteritik ABK autis dan
79
Hasil observasi pada pembelajaran Matematika di Ruang Kelas L4 Zaid bin
Arqom dengan Arina Nur Antari, S.Si (Mrs. Arina) dan Dian Wulandari, S.Sos.I (Mrs.
Dian) selaku educator L4 Zaid bin Arqom SD INTIS School Yogakarta pada hari Kamis,
19 Januari 2017 pukul 08.45-10.15.
83
gagal fokus. Mrs. Dian mengingatkan Maryam untuk fokus
mendengarkan penjelasna dari Mrs. Arina. Sedangkan Lingga
adalah ABK dengan karakteristik tuna rungu akan tetapi ia
menggunakan alat bantu pendengaran meskipun kadang-kadang di
dekati oleh Mrs. Arina atau Mrs. Dian dan dijelaskan materi yang
belum ia paham dengan bahasa yang lebih sederhana.
Mrs. Arina menanyakan siapa yang belum paham untuk
mengacungkan jari. Salah satu peserta didik menanyakan kepada
Mrs. Arina bagian yang belum ia paham dan Mrs. Arina
menjelaskannya kembali. Mrs. Arina menanyakan kepada satu-
persatu peserta didik termasuk Lingga apakah sudah paham
terhadapa materi yang disampaikan. Peserta didik sudah paham
sehingga Mrs. Arina memberikan mereka tugas untuk mengerjakan
soal nomor 1-5 yang telah dibuat di kertas yang telah dibagikan.
Mrs. Dian mendampingi dan membantu Maryam dalam
mengerjakan soal secara privat agar ia tetap fokus. Beberapa kali ia
ngambek dan menangis karena tidak mau mengerjakan soal tetapi
Mrs. Dian tetap mendampingi dan membujuk agar ia tetap
mengerjakan soal yang diberikan Mrs. Arina. Sedangkan Mrs.
Arina mendampingi Lingga dan peserta didik yang lainnya yang
masih kebingungan dalam mengerjakan soal yang diberikan. Mrs.
Arina kembali menjelaskan kesemua peserta didik di depan kelas
cara mengerjakan soal nomor 1. Soal-soal nomor berikutnya
84
dikerjakan oleh peserta didik secara mandiri. Mrs. Arina melihat
satu persatu pekerjaan peserta didik dan menjelaskan cara
pengerjaan bagi peserta didik yang belum paham. Mariyam ketika
dijelaskan kadang hilang fokus dan tidak paham-paham sehingga
Mrs. Dian menjelaskan secara berulang-ulang kepada Maryam.
Mrs. Arina meminta peserta didik untuk tertib dengan lagu.
Mrs. Arina membahas soal yang telah dikerjakan secara bersama-
sama dengan peserta didik. Mrs. Dian masih mendapingi Maryam
agar fokus memperhatikan penjelasan Mrs. Arina karena
terkadang-kadang ia menggambar jika tidak didampingi. Mrs.
Arina kemudian meminta peserta didik untuk melanjutkan
mengerjakan soal nomor 6-10 dikertas yang telah diberikan.
Tahap akhir, Mrs. Arina menyimpulkan tentang materi
pembelajaran tentang “penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat” dan meminta worksheet yang telah dikerjakan tadi di tempel
di buku tulis masing-masing peserta didik untuk dibahas minggu
depan. Mrs. Arina juga meminta kepada peserta didik supaya
belajar kembali materi yang telah disampaikan hari ini dirumah.
j. L4 Zaid bin Haritsah
Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas
L4 Zaid bin Haritsah dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) yang diampu oleh Nur Setiani, S.Pd (Mrs. Ani) dan
Rini Setiani, S.Pd (Mrs. Rini) selaku educator L4 Zaid bin
85
Haritsah. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada hari Rabu, 18
Januari 2017 pukul 08.45-10.15 di ruang kelas L4 Zaid bin
Haritsah. Kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:80
Tahap awal, Mrs. Ani melakukan apersepsi dengan
menanyakan kepada siswa apakah peserta didik tahu tentang salah
satu pahlawan di Indonesia. Beberapa peserta didik mengacungkan
jari dan Mrs. Ani menunjuk satu-persatu dari mereka untuk
menyebutkan nama pahlawan. Peserta didik menyebutkan
pahlawan Ki Hadjar Dewantara, Cut Nyak Dien, Diponegoro, dan
Pattimura. Mrs. Ani menanyakan kepada peserta didik mengapa
mereka dapat disebut pahlawan. Beberapa peserta didik menjawab
“karena ikut perang”, “memperjuangkan Indonesia”, “tidak takut
mati”, “pantang menyerah mengusir penjajah.” Mrs. Ani
menjelaskan pengertian pahlawan yang sesungguhnya dengan
mengkaitkan dari jawaban peserta didik. Mrs. Ani juga memotivasi
peserta didik agar cinta terhadap tanah air.
Tahap Inti, Mrs. Ani dan Mrs. Rini menayangkan video
pahlawan yang ada di Indonesia. Peserta didik mengamati video
yang diputarkan yang membahas tentang pahlawan yang ada di
Indonesia. Peserta didik normal dan ABK bersama-sama
mengamati video yang ditayangkan. Mrs. Rini mendampingi Siti
80
Hasil observasi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Ruang
Kelas L4 Zaid bin Haritsah dengan Nur Setiani, S.Pd (Mrs. Ani) dan Rini Setiani, S.Pd
(Mrs. Rini) selaku educator L4 Zaid bin Haritsah SD INTIS School Yogakarta pada hari
Rabu, 18 Januari 2017 pukul 08.45-10.15.
86
yang memiliki sejarah mininitis sejak kecil sehingga tertinggal di
motoriknya. Mrs. Rini menjelaskan isi video tentang yang
ditanyangkan kepada Siti.
Mrs. Ani memberikan tugas kepada peserta didik selain
mengamati adalah mengidentifikasi sikap yang dimiliki oleh
pahlawan yang perlu kita teladani dalam video yang telah
ditayangkan. Mrs. Rini tetap mendampingi dan membantu Siti
dalam menuliskan dan mengidentifikasi sikap yang dimiliki oleh
pahlawan. Mrs. Ani memberikan informasi tambahan kepada
peserta didik L4 Zaid bin Haritsah tentang sikap pahlawan dan
patriotisme yang harus diteladani. Peserta didik kemudian diminta
untuk menjawab pertanyaan tentang sikap pahlawan dan
patriotisme dari Mrs. Ani secara lisan. Peserta didik dan Mrs. Ani
melakukan tanya jawab. Mrs. Ani menanyakan kepada peserta
didik apakah materi yang telah disampaikan tadi ada yang belum
paham. Peserta didik menjawab bahwa mereka sudah paham.
Tahap akhir, Mrs. Ani dan peserta didik bersama-sama
menyimpulkan materi yang telah dibahas tentang “pengertian dan
contoh sikap pahlawan dan patriotisme” dengan sedikit tanya
jawab. Mrs. Ani meminta agar peserta didik mempelajari tentang
jasa pahlawan yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
k. L5 Umar bin Abdul Aziz
87
Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas
L5 Umar bin Abdul Aziz dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) yang diampu oleh Emi Widuri, S.Pd (Mrs. Emi) dan
Nur Khasanah, S.Pd.Si (Mrs. Nur) selaku educator L5 Umar bin
Abdul Aziz. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada hari
Senin,16 Januari 2017 pukul 07.35-08.45 di ruang kelas L5 Umar
bin Abdul Aziz. Kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai
berikut:81
Tahap awal, Mrs. Emi mengawali pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa bersama-sama dengan Mrs. Nur
dan peserta didik. Mrs. Emi kemudian meminta peserta untuk
duduk secara tertib. Mrs. Emi mengecek kehadiran peserta didik.
Peserta didik melakukan “ice breaking” yang diminta oleh Mrs.
Emi. Setelah semua konsentrasi Mrs. Emi meriview kembali mata
pelajarana yang telah dipelajari sebelumnya. Mrs.Emi dan peserta
didik saling bertanya jawab dan memberi kesimpulan.
Tahap inti, Mrs. Emi menuliskan materi yang diringkas dari
buku paket IPS tentang “Peranan Tokoh Pejuang dan Masyarakat
dalam Mempersiapkan dan Mempertahankan Kemerdekaan
Indonesia.” Peserta didik diminta untuk menyalin tulisan di papan
tulis. Mrs. Emi menjelaskan kepada peserta didik sedangkan
81
Hasil observasi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Ruang
Kelas L5 Umar bin Abdul Aziz dengan Emi Widuri, S.Pd (Mrs. Emi) dan Nur Khasanah,
S.Pd.Si (Mrs. Nur) selaku educator L5 Umar bin Abdul Aziz SD INTIS School Yogakarta
pada hari Senin, 16 Januari 2017 pukul 07.35-08.45.
88
Kinkin diminta untuk membaca buku paket dengan materi yang
sama. Mrs. Emi menggunakan gerak mulut dalam berkomunikasi
dengan Kinkin. Mrs. Nur mendampingi dan terkadang menjelsakan
kepada Kinkin dan peserta didik yang lain yang dirasa belum
paham tentang materi yang dijelaskna oleh Mrs. Emi.
Mrs. Emi menceritakan sejarah tentang tokoh-tokoh yang
mempersiapakan dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
kepada peserta didik. Sesekali Mrs. Emi mendekati Kinkin untuk
membaca buku paketnya. Mrs. Emi menunjukkan tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik dengan menjelaskan nama dan asal
dari gambar tokoh-tokoh yang mempersiapakan dan
mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dari daerahnya masing-
masing. Mrs. Emi menjelaskan teknis penulisan nama orang dan
daerah.
Mrs. Nur mendampingi Kinkin dan membantu menjelaskan
perintah dan clue yang diberikan oleh Mrs. Emi. Kemudian, Mrs.
Emi mengecek satu-perasatu pekerjaan peserta didik. Peserta didik
dan Mrs. Emi membahas pekerjaan peserta didik secara bersama-
sama. Mrs. Emi melanjutkan pelajaran tenatang materi “perjuangan
para tokoh yang mempersiapakan dan mempertahankan
Kemerdekaan Indonesia.” Mrs. Emi menceritakan dan menjelaskan
perjuangan para tokoh seperti Ki Hadjar Dewantara, R.A Kartini,
Dewi Sartika, H. Samanhudi, Edward Douwes Dekker, M.H.
89
Thamrin. Mrs. Emi kemudian melanjutkan dengan
memperkenalkan tentang nama organisasi pada masa kemerdekaan
seperti Budi Utomo, Serikat Dagang Islam, Muhammadiyah,
Indische Partij sebelum dilanjutkan ke pertemuan setelah UKD.
Tahap akhir, Mrs. Emi dan peserta didik bersama-sama
menyimpulkan pembelajaran hari ini. Mrs. Emi memberikan tugas
mengisi tentang jasa-jasa gambar tokoh-tokoh yang
mempersiapakan dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
dan membaca buku paket sampai halaman 117.
l. L5 Umar bin Khattab
Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas
L5 Umar bin Khattab dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) yang diampu oleh Sri Handayani, S.Pd.Si (Mrs.
Handa) dan Siti Khomsatum, S.Pd (Mrs. Fety) selaku educator L5
Umar bin Khattab. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada hari
Jum’at, 20 Januari 2017 pukul 10.25-11.30 di ruang kelas L5 Umar
bin Khattab. Kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai
berikut:82
Tahap awal, Mrs. Handa meminta peserta didik untuk
mengeluarkan buku paket IPA dan buku tulisa masing-masing.
Peserta didik diminta untuk duduk secara tertib karena
82
Hasil observasi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Ruang
Kelas L5 Umar bin Khattab dengan Sri Handayani, S.Pd.Si (Mrs. Handa) dan Siti
Khomsatum, S.Pd (Mrs. Fety) selaku educator L5 Umar bin Khattab SD INTIS School
Yogakarta pada hari Jum’at, 20 Januari 2017 pukul 10.25-11.30.
90
pembelajaran akan segera dilanjutkan. Mrs. Handa memberikan
“ice breaking”. Setelah semua konsentrasi Mrs. Handa meminta
peserta didik untuk membuka PR yang telah dikerjakan dan
mencocokkan secara bersama-sama. Mrs. Handa menuliskan
jawaban di papan tulis, peserta didik mencocokkan jawaban milik
teman. Peserta didik diminta untuk menilai hasil pekerjaan
temannya stelah dicocokkan sesuai dengan instruksi Mrs. Handa.
Mrs. Handa memasukkan nilai tugas rumah ke buku nilai.
Mrs. Handa bertanya kepada peserta didik adakah materi
yang belum paham tentang materi yang telah disampaikan tentang
“tuas”. Mrs. Handa sedikit membahas dan menjelaskan materi
yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
Tahap inti, Mrs. Handa melanjutkan materi tentang pesawat
sederhana tentang “katrol”. Mrs. Handa bertanya kepada peserta
didik “siapa yang dirumah masih menggunakan sumur jaman
dahulu ang harus ditarik dengan tali atau siapa myang pernag
melihat sumur seperti itu?” Beberapa peserta didik
mengacungkan jarinya. Mrs. Handa menanyakan kembali kepada
peserta didik yang mengacungkan jari apakah kalian pernah
mencoba dan jika tidak ada katrol yang diberikan pada tali sumur
bagaimana menurut kalian?” Beberapa peserta didik mencoba
menjawab pertanyaan dari Mrs. Handa meskipun masih kurang
91
tepat. Mrs. Handa menjelaskan dan memberikan kesempatan
peserta didik untuk bertanya.
Mrs Handa menuliskan materi tentang “katrol” di papan
tulis. Peserta didik diminta untuk menyalin di buku tulis masing-
masing. Setiap sub bab materi yang ditulis dijelaskan kepada
peserta didik dan Mrs. Handa memberi pertanyaan setelah peserta
didik selesai menulis. Bagi peserta didik yang belum paham diberi
kesempatan untuk mengacungkan jari untuk bertanya dan
mendapat penjelasan dari Mrs. Handa. Mrs. Handa menjelaskan
mengenai katrol tetap, bebas dan rumit dengan memberikan
contoh-contoh yang pernah dilihat oleh peserta didik seperti
“sumur”, dan “permainan fliyingfoks.”
Mrs. Fetty mendampingi dan membantu mentransfer ulang
materi yang telah dijelaskan oleh Mrs. Handa kepada ABK secara
privat. Mrs. Handa berkeliling untuk melihat pekerjaan peserta
didik. Mrs. Handa melanjutkan menuliskan materi tentang “roda
berporos” di papan tulis. Peserta didik diminta untuk menuliskan
kembali materi yang telah dituliskan dipapan tulis. Mrs. Handa
menjelaskan kembali pengertian roda berporos dan memberikan
contoh yang pernah dilihat oleh peserta didik. Mrs. Handa
memberikan pertanyaan tentang “pesawat sederhana” kepada
peserta didik. Peserta didik diminta untuk mengklasifikasikan
92
macam dari pesawat sederhana. Mrs. Handa menayangkan video
tentang contoh pesawat sederhana.
Tahap akhir, Mrs. Handa dan peserta didik menyimpulkan
pembelajaran tentang materi“pesawat sederhana” yang telah
dipelajari. Mrs. Handa mengingatkan peserta didik bahwa minggu
depan pelaksanaan Ujian Kompetensi Dasar (UKD) tentang mata
pelajaran IPA dengan materi “pesawat sederhana.” Peserta didik
diminta untuk fokus belajar materi UKD agar nilai yang
didapatkan bagus. Mrs. Handa menutup pelajaran dengan meminta
peserta didik untuk membaca hamdalah bersama-sama. Peserta
didik laki-laki diminta langsung ke masjid untuk melakukan ibadah
solat Jum’at dan peserta didik yang perempuan tetap diminta untuk
melaksanaan solat dzuhur dikelas.
3. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran adalah tahap akhir dari proses
pembelajaran. Evaluasi pembelajaran di SD INTIS School Yogyakarta
dilihat pada tiga aspek yaitu: aspek kognitif, psikomotorik dan afektif.
Evaluasi pembelajaran pada aspek kognitif diambil dari nilai tugas,
nilai Ujian Kompetensi Dasar (UKD), nilai Ujian Tengah Semester
(UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), dan Ujian Kenaikan Kelas.
93
Nilai tugas diambil ketika educator memberikan tugas kepada
peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.83
Nilai Ujian
Kompetensi Dasar (UKD) diambil ketika peserta didik selesai
melaksanakan Ujian Kompetensi Dasar (UKD) yang pelaksanaannya
dilakukan setelah selesai satu Kompetensi Dasar tiap mata pelajaran.
Nilai Ujian Tengah Semester (UTS) diambil ketika ujian pertengahan
semester I dan semester II. Nilai Ujian Akhir Semester (UAS) diambil
ketika pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) I dan Ujian Kenaikan
Kelas (UKK). Penilaian raport di SD INTIS School Yogyakarta
menekankan pada nilai proses. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh
Fajar Fatmasari, S.Pi selaku educator kelas L4 Zaid bin Tsabit
sekaligus PJ Inklusi:
“Yang masuk raport nanti ada nilai tugas UKD UTS dan UKK.
Untuk bobotnya dari kebijakan sekolah karena kita
mengedapankan proses dan kita lihat untuk presentasi proses itu di
Tugas dan UKD. Untuk bobot nilainya nilai UKD dikalikan 3, nilai
tugas dikalikan 3, UTS dan UAS dikalikan 1 nanti dibagi 8.”84
Evaluasi pembelajaran bagi peserta didik normal dan ABK melalui
serangkaian proses yang sama. Perbedaan evaluasi pembelajaran pada
aspek kognitif adalah pada soal-soal yang diberikan untuk peserta
didik ABK dimodifikasi sesuai dengan karakteristik ABK. Modifikasi
83
Hasil observasi pada pembelajaran tematik di kelas L3 Abu Hanifah pada hari
Kamis, 19 Januari 2017 pukul 13.00-14.30, pembelajaran Matematika di kelas L4 Zaid
bin Arqom pada hari Kamis, 19 Januari 2017 pukul 08.45-10.15, pembelajaran
Matematika di kelas L4 Zaid bin Tsabit pada hari Rabu, 18 Januari 2017 pukul 07.35-
08.45, dan pada pembelajaran IPA di kelas L5 Umar bin Abdul Aziz pada hari Senin, 16
Januari 2017 pukul 08.45-10.15. 84
Hasil wawancara dengan Fajar Fatmasari, S.Pi selaku educator L4 Zaid bin
Tsabit sekaligus PJ Inklusi SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 19 Januari
2017 pukul 07.35-08.30 di Drawing Room.
94
dapat berupa penyederhanaan kalimat bagi peserta didik yang slow
learner, tuna rungu ataupun penggantian soal essay yang diganti
dengan pilihan ganda bagi peserta didik yang memiliki gangguan
mental, disleksia, maupun peserta didik autis. Seperti yang
dikemukakan oleh Rini Setiani, S.Pd educator L4 Zaid bin Haritsah
yang memiliki peserta didik ABK autis yang mengatakan:
“Penilaian untuk Siti sendiri juga kami bedakan dari teman-teman
yang lain dari soal yang diberikan berbeda dengan teman-teman
yang lain iamenggunakan soal pilihan ganda untuk tes tertulis,
kalaupun tes lisan dia tetap harus menggunakan alternatif jawaban,
bahasanya pun juga lebih disederhanakan. KKM untuk Siti ini
diturunkan dan untuk analisis nilai diraport memang tidak
dicampur dengan rata-rata kelas sehingga ditulisakan secara
terpisah di kolom tersendiri karena memang pencapaikan
kompetensinya pun berbeda.”85
Modifikasi soal ujian bagi peserta didik ABK dilakukan untuk
mempermudah peserta didik ABK untuk memahaminya. Akan tetapi,
modifikasi soal juga ditentukan oleh educator masing-kelas apakah
ingin memodifikasi soalnya atau tidak. Biasanya bagi peserta didik
ABK yang tingkat inteligensinya masih mampu mengikuti
pembelajaran dengan mudah maka tidak terdapat modifikasi soal atau
disamakan dengan peserta didik normal yang lainnya.86
Sedangkan
untuk penilaian pada aspek psikomotorik disamakan antara peserta
didik normal dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang diambil
dari nilai praktik, unjuk kerja dan praktikum.
85 Hasil wawancara dengan Rini Setiani, S.Pd selaku educator L4 Zaid bin
Haritsah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 09 Februari 2017 pukul 14.30-
15.30 di Drawing Room. 86 Hasil pengamatan salinan dokumentasi dari soal bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) dan soal bagi peserta didik reguler tahun 2016/2017
95
Evaluasi pada aspek afektif dilakukan oleh educator SD INTIS
School Yogyakarta dengan menggunakan observasi perilaku peserta
didik di sekolah. Observasi tersebut kemudian dituliskan dalam sebuah
jurnal yang berisi catatan khusus tentang kejadian-kejadian positif
maupun negatif peserta didik disekolah. Jurnal ini berisi kolom catatan
yang diisi dengan berbagai kejadian yang berhubungan dengan peserta
didik SD INTIS School Yogyakarta.87
Jurnal digunakan sebagai upaya
tindak lanjut dalam memberikan solusi pada setiap kejadian yang
menimpa peserta didik.
Selain menggunakan jurnal, penilaian sikap spiritual dan sosial
menggunakan pengamatan yang berpacu pada instrumen yang telah
dibuat oleh bagian Kurikulum. Penilaian ini diberikan dengan rentang
skor. Skor minimal yang diberikan 1 dan maksimal adalah 4. Penilaian
sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik ini dilakukan setiap
minggu sekali.88
Penilaian pada instrumen ini sebagai kontrol terhadap
sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik.
B. Kompetensi Pedagogik Guru dalam Proses Pembelajaran pada Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) Kelas Inklusi SD INTIS School Yogyakarta
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.
87
Hasil pengamatan salinan dokumentasi dari Jurnal Guru semester I dan
semester II tahun 2016/2017. 88 Hasil pengamatan salinan dokumentasi “Instrumen Penilaian Sikap Spiritual
dan Sosial” kelas 1-5 TA 2016/2017.
96
Pendidik dapat menguasai karakteristik peserta didik bila pendidik
tersebut telah mampu memahami karakteristik peserta didik dari aspek
fisik, intelektual, sosial emosional, moral, spiritual, dan latar belakang
budaya. Selain pemahaman terhadap karakteristik peserta didik
seorang pendidik seharusnya mampu dalam mengidentifikasi potensi
dan kemampuan awal yang dimiliki, serta kesulitan peserta didik
dalam usia Sekolah Dasar terhadap lima mata pelajaran.89
Lebih jauh,
hasil penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
a. Memahami karakteristik peserta didik ABK usia sekolah dasar
yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional,
dan latar belakang budaya.
SD INTIS School Yogyakarta merupakan sekolah inklusi
yang di dalamnya terdapat peserta didik normal dan Anak
Berkebutuhan Khusus. Educator SD INTIS School Yogyakarta
sangat memahami bahwa peserta didik dalam sekolah inklusi
khususnya Anak Berkebutuhan Khusus secara fisik, intelektual,
sosial, emosional, dan latar belakang budaya akan jauh berbeda
dengan peserta didik normal yang lainnya. Cara educator dalam
memahami Anak Berkebutuhan Khusus dalam kelas inklusi seperti
yang dikemukakan oleh Nok Siti Fatiyatul Muharromah, S.Pd.I
selaku educator L1 Al- Farabi yang mengatakan bahwa:
89
Salinan Lampiran Permendiknas No.16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Tabel 2 Standar Kompetensi Guru Kelas
SD/MI.
97
“Dalam memahami peserta didik cara yang pertama yang
kami lakukan adalah komunikasi dengan orang tua. Orang
tua siswa yang mengerti dan teliti tentang keadaan anaknya
yang memiliki kebutuhan khusus sebelumnya sudah
memberi tahu keadaan anak/ kondisi anak kepada sekolah
bahwa anaknya memiliki kondisi yang berbeda dengan
anak yang lainnya (Anak Berkebutuhan Khusus). Akan
tetapi, jika orang tua masih belum megetahui bahwa
ankanya memiliki kebutuhan yang istimewa maka tahap
yang dilakukan guru pertama kali adalah melakukan
pengamatan terhadap peserta didik. Tahap selanjutnya
adalah mengkomunikasikan pada orang tua dan psikolog
untuk diketahui kesulitan apa yang dihadapi anak dan
memberikan solusi belajar seperti apa yang sesuai dengan
karakteristik ABK.”90
Selain itu, pendapat dari Fajar Fatmasari, S.Pi selaku PJ
Inklusi dan educator L4 Zaid bin Tsabit beliau mengungkapkan
bahwa:
“Cara memahami peserta didik kalau saya sendiri baca dulu
riwayatnya memang karena saya Pj-nya maka saya punya
resumenya tetapi kalau misal tidak guru-guru biasanya
nanya ke guru-guru sebelumnya assesment-nya seperti apa
kemudian treatment apa yang sudah dan cocok untuk anak
ABK itu treatmentnya seperti apa kemudian kita biasanya
hanya melanjutkan itu untuk yang kelas-kelas atas. Tetapi
kalau untuk kelas 1 sendiri karena masih baru jadi belum
ada laporan dari guru sebelumnya maka kami mulai dari
meraba, kemudian mencari tahu, trial and error. Soalnya
kalau misal anak sejarah mininitas kemarin kami pernah
jadi gurunya juga jadi dibedakan dengan teman-temannya
jadi dia targetnya beda, caranya beda, semuanya beda, soal
juga dibedakan untuk dia pilihan ganda semua. Kalau
dikelas kami sendiri sekarang L4 Zaid bin Tsabit itu
ABKnya Tuna Laras jadi lebih ke gangguan perilakunya.
Cuma makin kesini dulu itu kan ada shadownya tapi kami
rasa perilakunya sudah semakin baik kemudian kami
persilakan untuk tidak menggunakan shadow. Sebenarnya
awalnya orang tua masih mengharapkan menggunakan
shadow cuma dia bermasalah di verbalnya karena dulu
90
Hasil wawancara dengan Nok Siti Fatiyatul Muharromah, S.Pd.I selaku
educator L1 Al- Farabi SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 12 Januari 2017
pukul 14.00-14.45 di Drawing Room.
98
sejarah masa lalunya ketika bundanya mengandung itu
bundanya stres kemudian anaknya lahir bundanya gag mau
sama anaknya kemudian anaknya dari kecil hanya
ditontonkan TV dan diurus oleh pembantu jadi verbalnya
sangat kurang. Terus untuk perkembangannya untuk Mas
wiam ini di kelas 4 sudah lumayan baik kalau dilihat dari
riwayat sebelumnya laporan-dari guru kelas yang
sebelumnya itu sering marah. Kalau dibilangin apa marah,
ngotot istilahnya ya walaupun pas kelas 4 ini beberapa kali
seperti itu namun intensitasnya tidak sering.”91
b. Mengidentifikasi potensi dan kemampuan awal peserta didik ABK
dalam usia Sekolah Dasar terhadap lima mata pelajaran.
Setiap potensi yang dimiliki oleh masing-masing peserta
didik berbeda-beda begitupun pada Anak Berkebutuhan Khusus,
meskipun ia memiliki keterbatasan akan tetapi ia juga memiliki
potensi yang dapat dikembangkan agar potensi yang dimiliki dapat
menutupi keterbatasan mereka. Adapun cara mengidentifikasi
potensi peserta didik khususnya pada Anak Berkebutuhan Khusus
seperti yang diungkapkan oleh Zen Muhammad Alfaruq, S.Si
selaku educator L1 Al Farabi yang mengatakan bahwa:
“Cara kami mengidentifikasi potensi peserta didik
khususnya pada Anak Berkebutuhan Khusus dalam lima
mapel pada ABK caranya jika ada kecenderungan ada
antusias tentang lebih pada mata pelajaran yang mereka
sukai. Contohnya, Almair ini menyukai pelajaran IPA, dia
sangat care pada lingkungan, hewan, ataupun tumbuhan.
Biasanya kami memberi kesempatan untuk belajar diluar
kelas seperti berkebun atau kegiatan yang lain
menyesuaikan tema pembelajaran saat itu. Ada kejadian
yang membuat kami merasa Almair ini cukup senang
dengan alam ketika semseter 1 ada kegiatan berenang tetapi
dibatalkan karena hujan. Teman-teman yang lain kecewa
91
Hasil wawancara dengan Fajar Fatmasari, S.Pi selaku PJ Inklusi dan educator
L4 Zaid bin Tsabit SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 19 Januari 2017 pukul
07.35-08.30 di Drawing Room.
99
dan menyalahkan hujan akan tetapi Almair dengan bijak
menjelaskan kepada teman-temannya seperti ini “teman-
teman hujan itu nikmat dari Allah harus kita syukuri,
bayangkan kalau tidak ada hujan ikan-ikan mati,
tumbuhan-tumbuhan layu.”92
Pendapat yang lain dari Wian Indriani, S.Pd.Si selaku
bagian kurikulum dan educator L3 Abu Hurairah yang
mengatakan bahwa:
“Identifikasi potensi, kalau potensi dilihat dari proses
pembelajaran juga misal anak itu kecenderungannya lebih
kearah mana, ke arah bercerita, ataukah ke arah berhitung
ataukah ke arah melukis menggambar atau keterampilan
seperti itu tapi untuk pengembangannya sendiri mungkin
hanya dari proses pembelajaran atau dari kegiatan
ekstrakulikuler. Toh kadang kami juga meminta pada orang
tua untuk diikutkan lomba-lomba yang dapat
mengaktualisasikan potensi mereka seperti itu.”93
c. Identifikasi kesulitan peserta didik ABK dalam usia Sekolah Dasar
terhadap lima mata pelajaran.
Berdasarkan wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd.Si
selaku bagian kurikulum dan educator L3 Abu Hurairah yang
mengatakan bahwa:
“Identifikasi kesulitan peserta didik khususnya ABK itu
terlihat dari proses belajar kalau dia berbeda dengan yang
lain misalkan menunjukan perilaku-perilaku yang tidak
pada umumnya biasanya ada kecurigaan selain kecurigaan
misalnya ketika PJ Inklusi bertanya nanti ada observasi dari
92 Hasil wawancara dengan Zen Muhammad Alfaruq, S.Si selaku educator L1
Al- Farabi SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 12 Januari 2017 pukul 14.00-
14.45 di Drawing Room. 93
Hasil wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd.Si selaku bagian kurikulum dan
educator L3 Abu Hurairah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Rabu, 1 Februari 2017
pukul 12.30-13.05 di Drawing Room.
100
PJ Inklusi nanti kami disitu menyatakan hasil identifikasi
kami terhadap anak tersebut.”94
Selain itu, dijelaskan oleh Permana Octofezi, S.Pd.I selaku
educator L2 Ibnu Rusyd beliau mengungkapkan bahwa:
“Identifikasi kesulitan kesulitan peserta didik dalam lima
mata pelajaran dilihat dari latihan itu sendiri. Kalau dikelas
kita ada anak yang slow learner jadi dia itu kalau membaca,
menulis, dan menagkap materi itu lama jadi kita bacakan
soal kemudian kita check jawaban dia. Selain slow learner
dia juga tidak bisa latihan terlalu banyak atau membaca
terlalu banyak karena dia cepat jenuh. Misal dikasih 10 soal
dia sudah jenuh ketika mengerjakan latian soal nomor 5,
ciri-ciri dia jenuh itu dia menguap atau tatapannya sudah
kemana-mana. Kalau sudah seperti itu kita kasih
kesempatan untuk break dulu nanti dilanjutkan kembali
karena kalau dipaksa dia tidak bisa.”95
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan
bahwa educator SD INTIS School Yogyakarta memahami peserta
didik khususnya Anak Berkebutuhan Khusus awalnya melalui
proses pengamatan dari psikolog yang tentunya dengan berawal
dari keluhan-keluhan yang dihadapi oleh educator kelas yang
dilihat dari perilaku dan kondisi peserta didik. Bagi educator kelas
L2, L3, L4, dan L5 biasanya memahami karakteristik Anak
Berkebutuhan Khusus berawal dari assesment yang telah diberikan
oleh educator yang mengajar di kelas sebelumnya. Setelah
educator mampu memahami karakteristik Anak Berkebutuhan
94 Hasil wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd.Si selaku bagian kurikulum dan
educator L3 Abu Hurairah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Rabu, 1 Februari 2017
pukul 12.30-13.05 di Drawing Room. 95
Hasil wawancara dengan Permana Octofezi, S.Pd.I selaku educator L2 Ibnu
Rusyd SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 02 Februari 2017 pukul 09.30-
10.15 di Drawing Room.
101
Khusus melalui assesment, kemudian educator dapat merancang
pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik Anak
Berkebutuhan Khusus di kelas masing-masing sesuai dengan
potensi dan kesulitan yang mereka miliki. Hal ini memastikan
bahwa semua peserta didik yang berkebutuhan khusus
mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pembelajaran bersama-sama dengan peserta didik
normal yang lain akan tetapi tetap sesuai dengan tingkat
kemampuan yang mereka miliki.
2. Menguasai Teori Belajar dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Indikator penguasaan teori belajar dan prinsip pembelajaran
meliputi pemahaman terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik terkait dengan lima mata pelajaran
SD/MI, penerapan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik secara kreatif, menerapkan pembelajaran
tematis khususnya di kelas-kelas awal SD/ MI. Berdasarkan wawancara
dengan Zen Muhammad Alfaruq, S.Si selaku educator L1 Al-Farabi
beliau mengemukakan bahwa:
“Pendekatan pembelajaran di kelas 1 sampai kelas 3 ini
menggunakan pembelajaran tematis maka dari itu sebisanya
tetap dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Biasanya metode
yang kami gunakan lebih dengan metode bercerita dengan
bahasa mereka maupun demonstrasi agar peserta didik lebih
102
paham terhadap materi yang disampaikan. Selain itu metode
mengajar teman sebaya juga kami terapkan.”96
Pendapat yang lain dari selaku educator L1 Al Biruni yang
mengatakan bahwa:
“Metode dalam pembelajaran yang biasa kami digunakan
ceramah, diskusi, demonstrasi. Untuk mas Irfan dan mas Alif
tetap diikutkan dalam diskusi meskipun kami sering
mengingatkan dan mendekati dia. Tapi kalau untuk ABK
seperti Mas Key di ikutkan tapi tetap harus didampingi oleh
shadow.”97
Selain itu, dijelaskan oleh Wian Indriani, S.Pd.Si selaku bagian
kurikulum dan educator L3 Abu Hurairah yang mengatakan bahwa:
“Metode pembelajaran untuk ABK kami umum. Jadi, untuk
metode pembelajaran biasanya kami metode pembelajaran
secara klasikal itu mulai dari ceramah biasa setelah itu ganti-
ganti ya mbak menyesuaikan dengan materi itu sendiri.
Biasanya kita juga menggunakan sistem bermain peran dan juga
diskusi. Jika ada latian soal biasanya kami lebih arahkan ke
diskusi jadi mereka mencari jawaban sendiri dan ketika diskusi
itu kami pasangkan, kalau tidak ya mereka cari pasangan
sendiri. Ketika diskusi itu kita samakan persepsi jadi ketika
diskusi itu tidak boleh bertanya dengan guru jadi hanya cukup
diskusi dengan teman dan untuk ABK-nya sendiri dileburkan
dengan yang lain tidak kami pisahkan dan tidak kami
bedakan.”98
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang penelit i
lakukan dalam proses pembelajaran maka peneliti sampaikan bahwa
educator SD INTIS School Yogyakarta mampu menerapkan berbagai
96 Hasil wawancara dengan Zen Muhammad Alfaruq, S.Si selaku educator L1
Al- Farabi SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 12 Januari 2017 pukul 14.00-
14.45 di Drawing Room. 97 Hasil wawancara dengan Sulis Ardiyanti, S.Pd selaku educator L1 Al Biruni
SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Jum’at, 13 Jnauari 2017 pukul 14.30-15.30 di
Drawing Room 98
Hasil wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd.Si selaku bagian kurikulum dan
educator L3 Abu Hurairah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Rabu, 1 Februari 2017
pukul 12.30-13.05 di Drawing Room.
103
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik
secara kreatif yang disesuaikan dengan materi dan karakteristik peserta
didik di kelas. Educator kelas L1, L2, dan L3 juga telah mampu
menerapkan pembelajaran tematis yang dikaitkan dengan tema-tema
yang mengintegrasikan dengan materi dari berbagai mata pelajaran.
Educator sering memberi kesempatan kepada Anak Berkebuuhan
Khusus (ABK) untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan
kemampuan belajarnya melalui berbagai aktivitas pembelajaran yang
dirancang secara bersama-sama dengan peserta didik normal yang
lainnya sehingga tidak terlihat lagi sekat antara peserta didik normal
dan Anak Berkebutuhan Khusus. 99
3. Mengembangkan Kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
dimpunya.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan di SD INTIS School
Yogyakarta masih menggunakan Kurikulum KTSP 2006 seperti yang
dikemukakan oleh Wian Indriani, S.Pd.Si selaku bagian kurikulum dan
educator L3 Abu Hurairah yang mengatakan bahwa:
“Kurikulum di SD INTIS Yogyakarta ini menggunakan KTSP
tetapi untuk yang kelas 1 sampai kelas 3 menggunakan
pembelajaran tematik meskipun tematiknya KTSP namun
tetap kita tekankan di konten per mata pelajarannya jadi kalau
tematiknya di prosesnya saja. Kurikulum ini yang membuat
dari sekolah dengan dikonsultasikan ke Dinas Pendidikan
Kota Yogyakarta.”100
99 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School
Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017 100
Hasil wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd.Si selaku bagian kurikulum dan
educator L3 Abu Hurairah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Rabu, 1 Februari 2017
pukul 12.30-13.05 di Drawing Room.
104
Pendapat yang lain dari Moh. Muaddin selaku Kepala Sekolah
SD INTIS School Yogyakarta yang mengatakan bahwa:
“Model kurikulum ABK di SD INTIS School Yogyakarta
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. SD INTIS
School memberi pembelajaran sesuai dengan kondisi anak.
Selama inteligensi siswa ABK masih bisa mengikuti maka
diberikan model kurikulum sama dengan anak yang lainnya
(duplikasi). Model modifikasi diterapkan ketika siswa ABK
tidak mampu mengikuti kurikulum pada umumnya. Model
modifikasi bagi ABK biasanya terletak pada modifikasi
indikator maupun dari Kompetensi Dasar yang digantikan
(substitusi). Sebagai contoh di SD INTIS ini memiliki siswa
kelas 4 yang seharusnya dalam pembelajaran harus
menggunakan materi kelas 4 dengan tingkat pemahaman yang
lebih tinggi akan tetapi tingkat inteligensinya belum mampu
mengikuti maka terdapat penggantian KD yang disesuaikan
dengan kondisi anak tersebut. Diambil contoh, pada mata
pelajaran matematika materi perkalian tetapi ia baru mampu
materi penjumlahan maka KD perkalian diganti dengan
penjumlahan. Hal ini tidak membuat sekolah memilh anak
tersebut tinggal kelas rendah sesuai tingkat intelligensinya
akan tetapi tetap ikut pada level 4. Tujuan pembelajaran untuk
ABK di SD INTIS School ini memang disesuaikan dengan
kondisi siswa jadi dalam SD INTIS tidak ada yang namanya
siswa yang tidak naik kelas.”101
Berdasarkan hasil wawancara, pencermatan dokumen, dan
observasi proses pembelajaran peneliti sampaikan bahwa benar
adanya bahwa SD INTIS School Yogyakarta menggunakan
Kurikulum KTSP 2006 dalam menjalankan proses pembelajaran.
Educator SD INTIS School Yogyakarta mengembangkan kurikulum
KTSP 2006 pada kelas L1, L2, dan L3 dengan mengkaitkan dengan
suatu tema yang mengintegrasikan dengan berbagai materi pelajaran.
Hasil observasi peneliti dikelas L1, L2, dan L3 educator sudah
101
Hasil wawancara dengan Emi Widuri, S.Pd selaku educator L5 Umar bin
Abdul Aziz SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Senin, 13 Februari 2017 pukul
14.30-15.30 di Ruang UKS.
105
mampu menata materi pelajaran yang diampu dengan
mengintegrasikan dari materi pada mata pelajaran yang lain.
Kurikulum bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
disamakan dengan peserta didik yang lain. Pengembangan kurikulum
bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan memodifikasi
indikator pada pencapaian kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Pengembangan indikator pada pencapaian kompetensi dan
Kompetensi Dasar diserahkan kepada educator masing-masing kelas
untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) di masing-masing kelas dengan model
duplikasi, substitusi modifikasi, maupun omisi.
Kurikulum yang dikembangkan sebaiknya dituliskan dalam
silabus sesuai dengan kebutuhan peserta didik sehingga proses
pembelajaran akan berjalan dengan baik. Selama ini pengembangan
Kompetensi Dasar maupun indikator bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) hanya dituliskan pada Daily Learning Proposal
(DLP). Akan tetapi, SD INTIS Shool Yogyakarta sedang
mengusahakan di tahun ini membuat silabus untuk tahun ajaran baru
2017/2018 bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Silabus yang
sekarang terdapat dilampiran tesis ini masih belum terdapat
pengembangan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).102
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
102 Hasil pengamatan salinan dokumen Silabus dan Daily Learning Proposal SD
INTIS School Yogyakarta kelas L1-L5
106
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran di kelas L1, L2, L3,
L4, dan L5 dan pencermatan dokumen educator SD INTIS School
Yogyakarta mampu memahami prinsip-prinsip perancangan
pembelajaran yang mendidik. Hal ini dibuktikan dengan pembuatan
Daily Learning Proposal yang memuat prinsip-prinsip yang ada pada
rancangan pembelajaran seperti Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar, Indikator, Kegiatan Belajar, Penilaiaan, dan Bahan Ajar yang
digunakan. Educator mampu mengembangkan rancangan
pembelajaran yang dibuktikan dengan pembuatan Daily Learning
Proposal yang dapat digunakan oleh peserta didik normal dan Anak
Berkebutuhan Khusus.
Pengembangan Daily Learning Proposal terdapat pada
indikator, tujuan pembelajaran, metode yang digunakan, media yang
digunakan, aktivitas pembelajaran dan penilaiaan yang disendirikan
dengan batasan kolom antara peserta didik normal maupun Anak
Berkebutuhan Khusus. Hal ini bertujuan jika terdapat perlakuan
khusus bagi Anak Berkebutuhan Khusus maka dapat dituliskan pada
kolom yang telah disediakan.103
Berdasarkan observasi pembelajaran di kelas L1, L2, L3, L4,
dan L5 peneliti sampaikan bahwa educator SD INTIS School
Yogyakarta ini juga telah mampu memberikan pembelajaran sesuai
dengan rancangan pembelajaran yang telah disusun dalam Daily
103 Hasil pengamatan salinan dokumen Daily Learning Proposal SD INTIS
School Yogyakarta kelas L1-L5.
107
Learning Proposal dengan didukung dengan media yang sesuai
dengan materi dan karakteristik peserta didik. Educator SD INTIS
School Yogyakarta selalu berusaha menggunakan media yang konkret
dalam memberi contoh pada materi yang telah disampaikannya.
Tujuannya, agar peserta didik lebih mudah dalam memahami materi
yang disampaikan.104
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini sangat
dirasakan kebutuhannya dalam proses kegiatan pembelajaran.
Educator SD INTIS School Yogyakarta secara keseluruhan
memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai
media pembelajaran dan sarana dalam memperoleh materi
pembelajaran dari berbagai referensi. Berdasarkan wawancara dengan
Septa Eka Wulandari, S.Pd selaku educator L2 Ibnu Syna beliau
mengemukakan bahwa:
“Untuk media yang digunakan dalam pembelajaran biasanya
kami menggunakan media yang konkret agar peserta didik
mudah paham selain itu ABK juga lebih dapat cepat dan
mudah paham contohnya dengan menggunakan metode
demonstrasi dengan benda yang nyata atau dengan gambar
dan LCD.”105
Selain itu, dijelaskan oleh Arina Nur Antari, S.Si selaku
educator L4 Zaid bin Arqom beliau mengungkapkan bahwa:
104 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School
Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017 105
Hasil wawancara dengan Septa Eka Wulandari, S.Pd selaku educator L2 Ibnu
Rusyd SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Rabu, 1 Februari 2017 pukul 14.30-15.45
di Ruang Kelas L2 Ibnu Rusyd.
108
“Kami sering menggunakan LCD dalam proses pembelajaran
tapi kami juga menyesuaikan mood peserta didi. Ketika
penggunaan LCD harus disesuaikan waktu dan materinya agar
peserta didik termotivasi mengikuti pembelajaran dan
pembelajaran menjadi lebih efektif. Bagi ABK yang
mengalami gangguan pendengaran ketika menggunakan LCD
ia diminta untuk melihat secara visual ketika selesai kami
jelaskan kembali dengan bahasa yang lebih sederhana.”106
Berdasarkan hasil observasi, secara kesuluruhan educator SD
INTIS School Yogyakarta memang telah memanfaatkan Teknologi
Informasi dan Komunikasi dalam aktivitas pembelajaran di SD INTIS
School Yogyakarta akan tetapi kendala yang dihadapi tidak semua
gedung terpasang LCD proyektor. Gedung yang belum terpasang
LCD proyektor ini adalah gedung baru sehingga LCD proyektor
masih dalam tahap persiapan. Maka dari itu, penggunaan LCD
proyektor untuk saat ini masih secara bergantian. Hal ini juga seperti
yang diungkapkan oleh Mawardi, Lc selaku educator L2 Ibnu Rusyd
yang mengatakan bahwa:
“Untuk pemanfaatan media berbasis TIK karena kami
menempati digedung baru ini belum terpasang LCD kami hanya
bisa bergantian menggunakan LCD jadi masih belum efektif
dalam pemanfaatan TIK di kelas kami. Kami menggunakan
LCD saat ini biasanya hanya untuk ice breaking contohnya
menonton film jadi untuk mas Fahri (tuna rungu) sendiri hanya
bisa melihat secara visual. Maka untuk menerangkan
pembelajaran dengan menggunakan LCD untuk Mas Fahri
sendiri masih perlu ada penjelasan ulang dari educator.”107
106 Hasil wawancara dengan Nur Antari, S.Si selaku educator L4 Zaid bin
Arqom SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 19 Januari 2017 pukul 14.45-
15.15 di Drawing Room. 107
Hasil wawancara dengan Mawardi, Lc selaku educator L2 Ibnu Syna SD
INTIS School Yogyakarta, pada hari 17 Januari 2017 pukul 08.45-09.00 di Ruang Kelas
L2 Ibnu Syna.
109
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan
dengan memanfaatkan TIK dalam proses pembelajaran educator
mampu membuat peserta didik semakin termotivasi dan merasa
antusias. Peserta didik khususnya Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) di SD INTIS School Yogyakarta rata-rata belum bisa berfikir
abstrak maka penggunaan media TIK dalam aktivitas pembelajaran
akan membantu mereka untuk memahami materi secara lebih mudah
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 108
Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan karakteristik
tuna rungu ketika menggunakan media TIK (LCD) pada aktivitas
pembelajaran hanya dapat dipahami secara visual sehingga educator
harus menjelaskan kembali materi tersebut dengan bahasa yang lebih
sederhana sesuai dengan kosa kata yang ABK tuna rungu miliki.
Meskipun aktivitas pembelajaran yang memanfaatkan TIK ini sangat
membantu peserta didik dalam memahami materi menjadi lebih
mudah akan tetapi kendala bagi kelas yang menempati gedung baru
adalah pemanfaatan TIK dalam aktivitas pembelajaran masih
terhalang oleh LCD proyektor yang belum terpasang di gedung yang
ditempati.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
Setiap anak memiliki keunikannya masing-masing begitu pula
dengan potensi yang dimiliki oleh setiap anak jelas berbeda-beda.
108
Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1 Al-Biruni, L1 Al Farabi, dan
L4 Zaid bin Haritsah SD INTIS School Yogyakarta pada Kamis, 12 Januari 2017 dan
Rabu, 18 Januari 2017
110
Konsep Multiple Intelligence ini diterapkan oleh SD INTIS School
Yogyakarta dalam memahami potensi yang ada pada diri peserta
didiknya. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Tyas Akbar Gumilar,
S.Pd.I selaku educator L3 Abu Hanifah yang mengatakan:
“Kita memiliki ciri multiple intelligence jadi dikelas itu
dengan banyak cara kita mengajar bisa melalui games, cerita,
atau bahkan menyanyi. Pendekatan seperti itu yang membuat
mereka juga nyaman dan tidak tegang. Saya pikir banyak
pendekatan untuk bisa dipakai dalam sebuah kelas jadi lebih
fleksibel.”
Pendapat yang lain dikemukakan oleh Septa Eka Wulandari,
S.Pd selaku educator L2 Ibnu Rusyd yang mengatakan bahwa:
“Penyediaan pembelajaran untuk mengaktualisasikan dan
kreativitas peserta didik khususnya ABK kalau aku lebih
menyampaikan kepada orang tua waktu pengambilan raport
kalau ada potensi lain di diri mas Azam ataupun Nachel, dan
Fahri nanti bisa dileskan karena saya rasa orangtua lebih tahu
potensi anaknya. Tapi kalau untuk mendukung potensinya
dalam proses pembelajaran sejauh ini belum optimal, lebih di
ekstrakulikulernya. Palingan seperti Nachel meskipun
akademiknya kurang tetapi dia ngajinya bagus, hafalannya
bagus disini ada Ummi untuk mengasah kemampuannya.”
Selain dari kedua pendapat diatas, Soviaturrokhimah Maula
Betaraya educator L2 Ibnu Syna mengatakan bahwa:
“Cara kami menyediakan kegiatan pembelajaran untuk
mengaktualisasikan potensi dan kreativitas peserta didik
khususnya ABK di kelas inklusi ya mereka malah harus sering
kerja kelompok dengan anak-anak yang normal dengan sering
kerja kelompok akan merasa menjadi seperti anak normal yang
lainnya. Dengan kerja kelompok kan percaya diri mereka
tumbuh dan mereka akan merasa oh aku ini sama seperti yang
lain gag ada yang berbeda satu sama lain. Ada juga
pembelajaran outing kelas juga biasanya ada kunjungan ke
museum atau perpustakaan. Kegiatan ini mewajibkan outing
class 2 minggu sekali akan tetapi karena keterbatsan kendaraan
maka biasanya 1 bulan dua kali. Selain itu juga ada cooking.
111
Untuk anak L1 dan L2 masak yang simple yang bisa dilakukan
sendiri seperti membuat sandwich. Kegiatan itu juga kami rasa
juga akan melatih kreativitas peserta didik juga.”
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dan
didukung dengan hasil pengamatan peneliti dilapangan menunjukkan
bahwa educator SD INTIS School Yogyakarta mampu menerapkan
konsep multiple intelligence dalam proses pembelajaran. Hal ini
ditunjukkan dalam aktivitas pembelajaran educator menggunakan
metode yang beraneka ragam seperti, bercerita yang mengasah
kemampuan verbal peserta didik. Dengan metode menyanyi yang
mengasah kemampuan musikal peserta didik dan ketika peneliti
observasi masuk kelas untuk observasi pembelajaran peneliti
mendengar iringan musik klasik dengan irama pelan yang menemani
peserta didik dalam belajar hal ini juga akan mengasah kemampuan
musikal peserta didik. Educator juga sering menggunakan media video
atau film yang akan mengasah kemampuan visual peserta didik,
membentuk kerja kelompok yang mengasah kemampuan interpersonal
peserta didik, dengan adanya kegiatan praktik seperti berenang yang
mengasah kemampuan badani-kinestetik peserta didik, cooking, outing
yang mengasah kemampuan dalam logis-matematis, naturalis, dan
badani-kinestetis, dan kegiatan-kegiatan yang lainnya yang akan
mengembangkan potensi dalam diri peserta didik.109
109 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School
Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017
112
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
Pendidik harus dapat berkomunikasi secara efektif, empatik,
dan santun dengan peserta didik agar penjelasan yang disampaikan
oleh educator dapat terserap oleh peserta didik dengan baik. Upaya
educator SD INTIS School Yogyakarta dalam berkomunikasi dengan
peserta didik khususnya Anak Berkebutuhan Khusus yang terdapat di
kelas inklusi seperti yang disampaikan oleh Sulis Ardiyanti, S.Pd
selaku educator L1 Al-Biruni mengemukakan bahwa:
“Strategi komunikasi yang dibangun pada ABK kita harus
bisa memposisisikan kapan kita jadi guru, kapan kita jadi
teman-teman mas Key, kapan kita menjadi mas Key.”110
Pendapat yang lain disampaikan oleh Fajar Fatmasari, S.Pi
selaku educator L4 Zaid bin Tsabit yang mengemukakan bahwa :
“Strategi komunikasi yang efektif bagi Mas Wiam kalau
dipelajaran ya itu tadi kalau ada materi yang tidak paham ya
kami pahamkan secara personal. Tapi kalau untuk secara
umum kadang dia sering teriak-teriak ya kami ingatkan
beberapa kali. Dia kan dari kelas 1 itu kan tidak mengenal
sopan santun ya mbak jadi misal prosotan di tangga itu ya
miss kadang saya ingatkan “Mas Wiam tidak boleh prosotan
ditangga!” Kenapa ? dirumahku boleh seperti jawabnya jadi
seperti dirumah itu tidak aturan bagi dia. Jadi memang yang
berat bagi kami adalah memahamkan bahwa kamu dirumah
boleh gag ada aturan tetapi kalau disekolah kita punya. Tapi
kelas 4 ini dia mulai mengerti bahwa ada aturan yang harus
ditaati meskipun bebrapa kali sama gurunya itu seenaknya
paling kami panggil dia membentak atau mengejek. Kemudian
kami tanya “Itu sopan?” Jawabnya “ga” nah dia mulai paham
110
Hasil wawancara dengan Sulis Ardiyanti, S.Pd selaku educator L1 Al Biruni
SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Juma’at, 13 Jnauari 2017 pukul 14.30-15.30 di
Drawing Room
113
dan mau minta maaf kalau dulu kan suruh minta maaf dia gag
akan mau.”111
Selain dari kedua pendapat tersebut, Ervina Mayasari, S.Psi
selaku educator L3 Abu Bakar juga menyampaikan pendapatnya
bahwa:
“Strategi komunikasi yang efektif agar peserta didik ABK
mampu memahami penjelasan ketika proses belajar mengajar
kalau alif secara pelajaran masih bisa mengikuti tapi kalau
sudah mulai gag fokus nanti kita ingatkan kan mas alif ini juga
ada shadownya jadi ya lebih membantu kami. Tapi kalau
shadow gag berangkat biasanya dipesenin dulu mas Alif hari
ini shadow gag berangkat mas Alif harus tertib ya ?” jadi
sebelum pembelajaran dimulai itu sudah dipesenin jadi dia
sudah lumayan terkontrol dan terkondisikan sih tapi kalau
untuk dia jalan kesana kemari itu dia masih saja krena kalau
disuruh duduk anteng dalam waktu yang lama dia itu masih
susah. Tapi kalau dipesenin dulu kalau shadow gag berangkat
dia bisa berusaha untuk tanggungjawab buat tertib. (Laros)
Alif ini termasuk dalam karakteristik ABK Autis. Kalau Syfa
strategi komunikasi yang efektif itu lebih ke pendampingan
karena kalau diingatkan dia malah susah, dia lebih susah fokus
karena Syfa tidak ada shadow jadi ya pendampingan dari kami
educator sendiri mbak.”112
Berdasarkan hasil wawancara di atas dan didukung dengan
hasil observasi pembelajaran di kelas L1, L2, L3, L4 dan L5 peneliti
sampaikan bahwa educator SD INTIS School Yogyakarta mampu
berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik khususnya pada Anak Berkebutuhan Khusus. Strategi
komunikasi yang dibangun oleh educator agar komunikasi itu efektif,
111 Hasil wawancara dengan Fajar Fatmasari, S.Pi selaku educator L4 Zaid bin
Tsabit sekaligus PJ Inklusi SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 19 Januari
2017 pukul 07.35-08.30 di Drawing Room. 112
Hasil wawancara dengan Ervina Mayasari, S.Si selaku educator L3 Abu
Bakar SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Jumat, 10 Februari 2017 pukul 14.30-
15.30 di Drawing Room
114
empatik, dan santun bagi Anak Berkebutuhan Khusus berbeda-beda
yakni dengan menyesuaikan karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
itu sendiri.
Strategi komunikasi yang efektif, empatik, dan santun secara
keseluruhan telah mampu ditunjukkan dalam proses pembelajaran
saat educator mampu menggunakan pertanyaan untuk mengetahui
pemahaman dan menjaga partisipasi pesrta didik agar peserta didik
dapat menjawab dengan ide dan pengetahuan yang mereka miliki.
Educator memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan
dan tanggapan peserta didik dan membantu dalam mengklarifikasi
pertanyaan atau tanggapan tersebut sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan isi kurikulum tanpa mempermalukannya. Educator
menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan
kerjasama yang baik antar peserta didik. Educator mendengarkan dan
memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik baik
yang benar maupun yang salah untuk mengukur tingkat pemahaman
mereka. Educator memberikan perhatian pertanyaan peserta didik dan
meresponnya secara lengkap dan relevan untuk menghilangkan
kebingungan pada peserta didik.113
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
a. Penyelenggaraan penilaian peserta didik.
113 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School
Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017
115
Educator SD INTIS School Yogyakarta melakukan
penilaian sebagai alat untuk mengukur ketercapaian kompetensi
peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran
dan sebagai alat untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil
belajar dan sikap peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Wian Indriani, S.Pd. Si selaku educator L3 Abu Hurairah
dan bagian kurikulum mengemukakan bahwa:
“Penilaian sejauh ini kita menggunakan praktik dan nilai
sikap. Instrumen penilaian dari kurikulum sudah
menyediakan form tapi kalau untuk nilai sikap dinilainya
seminggu sekali. Kita bisa lihat kalau anak itu bermasalah
pasti kami catat dijurnal jadi kami ada jurnal untuk
mencatat perilaku anak seperti anak terlambat, tidak ikut
sholat, atau mungkin berkelahi dengan temannya itu kita
catat dijurnal. Jurnal nanti bisa membantu selain untuk
mengisi nilai sikap juga untuk catatan kepada orang tua
ketika ada parenting. Kalau dalam penilaian proses
pembelajaran kita lebih ke proses dan penilaian akhir
untuk tes tertulis, praktik, tes lisan.”114
Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nok
Siti Fatiyatul Muharromah, S.Pd.I selaku educator L1 Al Farabi yang
mengatakan bahwa:
“Penilaian proses dan hasil belajar diperoleh dari aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif diperoleh dari nilai
tugas dan nilai ulangan. Aspek afektif diperoleh dari penilaian
sikap peserta didik yang dituangkan dalam jurnal, diperoleh dari
aktivitas peserta didik yang dilihat dari instrumen sikap sosial
dan religius peserta didik. Sedangkan untuk penilaian aspek
psikomotorik diperoleh dari nilai unjuk kerja, praktik dan tugas.
Analisis evaluasi proses dan hasil belajar menggunakan analisis
nilai UKD. Bagi peserta didik yang belum mencapai KKM
akan diberikan remidial.”
114
Hasil wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd. Si bagian Kurikulum dan
educator L3 Abu Hurairah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Selasa, 31 Januari
2017 pukul 09.30- 09.45 di Drawing Room.
116
b. Penyelenggaraan evaluasi proses dan hasil belajar
Berdasarkan hasil wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd.Si
selaku educator L3 Abu Hurairah dan bagian kurikulum
mengemukakan bahwa:
“Evaluasi bagi ABK di kelas kami belum sempat membuat soal
yang berbeda untuk ABK idealnya seharusnya memang berbeda
seperti disleksia mungkin harusnya soalnya lebih banyak yang
ada gambar karena kalau dengan kata-kata dia tetap harus
didampingi. Tapi sejauh ini di kelas kami lebih ke menurunkan
KKM dan hanya untuk ABK slow learner karena kami tidak
mengganti konten soalnya. Karena kami belum mampu untuk
membuat soal dengan berbagai karateristik ABK dan itu
memang sebaiknya dibantu dengan PPI tapi memang sejauh ini
baru kami terima sebagai teori dan kami memang belum mampu
untuk mempraktekkan. Mungkin kalau kita akan mengadakan
modifikasi pun nilai KKM juga harus dibedakan dan itu ketika
dianalisis mereka ABK yang dirasa tidak bisa mengikuti seperti
pada umumnya itu kami keluarkan dari nilai rata-rata. Jadi rata-
rata kelas itu diluar dari mereka (ABK).”
Sedangkan pendapat dari Sri Handayani, S.Pd.Si selaku L5
Umar bin Khattab mengemukakan bahwa:
“Untuk evaluasinya kami biasanya per mapel itu kan ada
Ulangan Kompetensi Dasar (UKD) tiap-tiap KD itu untuk
kognitif. Sedangkan untuk afektif di kesehariannya kami ada
jurnal, penilaian sikap, dan pelanggaran apa yang dilakukan
peserta didik nanti kami back up dalam catatan. Dalam raport
nanti nilai yang diberikan yaitu nilai tugas, UKD, UTS, UAS.
Sedangkan analisis proses dan evaluasi hasil belajar nanti disini
ada analisis nilai dan analisis soal. Analisis nilai bagi ABK nanti
kita sendirikan jadi tidak masuk ke rata-rata kelas karena
misalnya KKM sama seperti yang lain tapi soal untuk ABK di
kelas kami bedakan jadi untuk analisis soal hanya diberikan
pada soal yang diberikan pada peserta didik normal dengan
mengambil rata-ratanya.”
Berdasarkan wawancara dan observasi peneliti di lapangan
peneliti sampaikan bahwa educator mampu menyelenggarakan
117
penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan
berbagai instrumen penilaian. Penilaian proses dan hasil belajar tersebut
meliputi penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Educator dapat memodifikasi soal-soal untuk penilaian kognitif
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan disesuaikan karakteristik
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam kelas masing-masing.
Modifikasi soal ujian bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
dilakukan untuk mempermudah peserta didik Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) untuk memahaminya. Akan tetapi, modifikasi soal juga
ditentukan oleh educator masing-masing kelas apakah ingin
memodifikasi soalnya atau tidak. Biasanya bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) yang tingkat inteligensinya masih mampu mengikuti
pembelajaran dengan mudah maka tidak terdapat modifikasi soal atau
disamakan dengan peserta didik normal yang lainnya.115
Educator melakukan analisis soal dan analisis hasil penilaian
sebagai upaya untuk mengidentifikasi materi pokok/kompetensi dasar
yang sulit sehingga dapat dilihat kemampuan masing‐masing peserta
didik. Jika nilai yang diperoleh peserta didik pada tiap-tiap kompetensi
dasar belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka
tujuan pembelajaran pada Kompetensi Dasar tersebut belum tercapai
sehingga harus diperbaiki dengan diadakannya program remedial.116
115
Hasil pengamatan salinan dokumentasi dari soal bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) dan soal bagi peserta didik reguler tahun 2016/2017 116 Hasil pengamatan salinan dokumen penilaian kelas L1-L5 SD INTIS School
Yogyakarta
118
Untuk itulah, seorang educator yang mengajar dalam kelas inklusi harus
menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan
peserta didik normal maupun Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
sehingga peserta didik yang ada dalam kelas tersebut dapat menyerap
atau menangkap materi dengan baik. Evaluasi bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) sebaiknya juga dibantu dengan Program Pengajaran
Individual (PPI) sehingga sejauh mana kita akan menilai peserta didik
ABK sudah terencana dengan baik.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi hasil penilaian untuk
kepentingan pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan selaku Ervina Mayasari,
S.Si selaku educator L3 Abu Bakar mengemukakan bahwa:
“Pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi hasil belajar untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran ya itu tadi kami
menggunakan analisis nilai ya mana yang nanti kira-kira yang
masih peserta didik belum paham akan materi yang mana nanti
kami berikan review-review tentang materi itu. Selain itu untuk
mengadakan remidial yang dilaksanakan bagi anak-anak yang
kurang mencapai KKM dan pemberian pengayaan berupa tugas
untuk peserta didik yang sudah mencapai KKM.”117
Selain itu, dijelaskan oleh selaku Nur Khasanah, S.Pd.Si selaku
educator L5 Umar bin Abdul Aziz beliau mengungkapkan bahwa:
“Untuk memanfaatkan hasil penilaian biasanya kami umumkan
ke anak terlebih dahulu, kemudian kepala sekolah, kurikulum,
shadow kemuadian di akhir pembelajaran (UKD) kami buat
portofolio diserahkan ke wali murid. Selama 3 bulan sekali ada
news letter berita anak selama 3 bulan. Pada tiap bulan subject
117
Hasil wawancara dengan Ervina Mayasari, S.Si selaku educator L3 Abu
Bakar SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Jumat, 10 Februari 2017 pukul 14.30-
15.30 di Drawing Room
119
letter ada materi pokok dalam satu bulan kedepan. Kalo uda
tahu hasil penilaian mana yang kurang bisa ditingkatkan yang
bagus dipertahankan. Biasanya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan adanya tambahan latihan atau tugas
tambahan. Diusahakan nilai tugas itu bagus karena kami melihat
dari prosesnya.”118
Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan dokumen dan
observasi yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa educator SD
INTIS School Yogyakarta telah melakukan penilaian secara
berkesinambungan dengan berbagai instrumen dari aspek kognitif yang
diperoleh dari nilai tugas secara tertulis maupun lisan, Ujian
Kompetensi Dasar (UKD), Ulangan Tengah Semester (UTS), dan
Ulangan Akhir Semester (UAS). Instrumen penilaian aspek afektif yang
diperoleh melalui pengamatan langsung kepada peserta didik yang
dituliskan di jurnal, dan ceklist pada instrumen nilai sikap spiritual dan
nilai sikap sosial. Penilaian aspek psikomotorik diperoleh dari nilai
praktik, unjuk kerja, dan praktikum.119
Educator SD INTIS School Yogyakarta menggunakan informasi
hasil penilaian salah satunya untuk menentukan ketuntasan belajar
peserta didik di dalam kelas. Penentuan ketuntasan belajar diambil dari
rata-rata peserta didik di kelas oleh educator kemudian di konsultasikan
dengan pihak kurikulum. Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
118 Hasil wawancara dengan Nur Khasanah, S.Pd.Si selaku educator L5 Umar
bin Abdul Aziz SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Senin, 13 Februari 2017 pukul
14.30-15.30 di Ruang UKS 119 Hasil pengamatan dokumen penilaian kelas L1-L5 SD INTIS School
Yogyakarta
120
penentuan ketuntasan belajar dilihat dari tingkat inteligensi yang
mereka miliki.
Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang inteligensinya
masih dapat mengikuti peserta didik normal yang lain maka ketuntasan
belajar disamakan dengan ketuntasan belajar yang diambil dari nilai
rata-rata peserta didik dalam kelas tersebut. Akan tetapi, jika Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) yang intelligensinya dibawah peserta
didik normal yang lainnya maka educator berkonsultasi dengan pihak
kurikulum menyesuaikan ketuntasan belajar sesuai dengan tingkat
intelligensi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang ada dalam kelas
tersebut.
Perolehan nilai peserta didik pada tiap-tiap kompetensi dasar
oleh educator dimanfaatkan untuk merancang program remidial dan
pengayaan. Program remidial diberikan kepada peserta didik yang
belum mencapai tujuan dari kompetensi dasar atau kurang dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Sedangkan program pengayaan diberikan
kepada peserta didik yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Akan tetapi, tidak semua educator memberikan pengayaan bagi
peserta didik yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) dikarenakan keterbatasan waktu dalam mengejar materi.
Educator SD INTIS School Yogyakarta telah memanfaatkan
hasil penilaian dan evaluasi dengan baik. Hasil penilaian dan evaluasi
121
selalu di informasikan kepada pemangku kepentingan sebagai bahan
perbaikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
10. Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran
Refleksi pembelajaran merupakan tindakan yang dilakukan
educator untuk me-review dan introspeksi terhadap proses belajar
mengajar yang telah dilakukan meliputi, perencanaan, keterlaksanaan,
dan keberhasilan pembelajaran. Hasil refleksi yang dilakukan oleh
educator SD INTIS School Yogyakarta dimanfaatkan sebagai bahan
perbaikan dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Zen Muhammad
Alfaruq, S.Si selaku educator L1 Al- Farabi bahwa:
“Tindakan refleksi yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan cara mempertahankan model
pembelajaran atau metode yang disukai oleh peserta didik tetapi
jika model pembelajaran ataupun metode tidak disukai peserta
didik maka educator mengubah model pembelajaran dengan
memadukan metode atau teknik yang sesuai dengan materi dan
keinginan peserta didik. Selain itu kami biasanya sharing pada
saat ada perkumpulan KKG secara paralel per kelas untuk
membahas metode atau model atau bertanya pada psikolog
penanganan bagi ABK dengan karakteristik slow learner,
keterbelakangan mental, gangguan pendengaran, cerdas
istimewa, disleksia dan sebagainya itu yang cocok seperti apa
kalau tidak ya menayakan ke shadow apa yang kurang dari
pengajaran yang sudah kami lakukan.” 120
Selain itu, dijelaskan kembali oleh Rini Setiani, S.Pd selaku
educator L4 Zaid bin Haritsah yang mengemukakan bahwa:
120
Hasil wawancara dengan Zen Muhammad Alfaruq, S.Si selaku educator L1
Al- Farabi SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 12 Januari 2017 pukul 14.00-
14.45 di Drawing Room.
122
“Cara kami melakukan refleksi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran kami itu biasanya diakhir semester kemarin tanya
ke anak-anak “Mrs. Ani dan Mrs. Rini kemarin ngajarnya
bagaimana?” lalu kami minta mereka menuliskan selama satu
semester ini apa kekurangan kami dan apa yang harus kami
lakukan disemester depan. Kami juga koordinasi dengan kelas
lain secara paralel untuk membahas tentang penanganan ABK
atau masalah dikelas untuk mencari solusi kemudian nanti kami
terapkan masukan dari kelas lain untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.”121
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari
narasumber dan diperkuat dari hasil observasi di lapangan kegiatan
refleksi pembelajaran yang dilakukan oleh educator SD INTIS School
Yogyakarta merupakan upaya peningkatan kualitas pembelajaran.
Educator SD INTIS School Yogyakarta berusaha melaksanakan
aktivitas pembelajaran sesuai dengan Daily Learning Proposal yang
telah dibuat. Akan tetapi, ketika aktivitas pembelajaran berlangsung ada
kendala atau masalah yang harus dihadapi oleh educator. Kendala-
kendala tersebut misalnya penggunaan metode yang kurang tepat
dengan situasi kelas dalam menyampaikan materi kepada peserta didik
atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), peserta didik sulit memahami
materi yang telah disampaikan, hingga kendala ketika menghadapi
Anak Berkebutuhan Khusus dengan berbagai karakterisik. 122
Educator SD INTIS School Yogyakarta melakukan refleksi dari
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan cara
121 Hasil wawancara dengan Rini Setiani, S.Pd selaku educator L4 Zaid bin
Haritsah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari 9 Februari 2017 pukul 14.30-15.30 di
Drawing Room. 122 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School
Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017
123
menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dalam aktivitas
pembelajaran di kelas masing-masing. Educator mencari solusi dengan
melalui KKG (Kelompok Kerja Guru) secara paralel per kelas untuk
dapat berbagi informasi terkait proses belajar mengajar yang dialami
oleh masing-masing educator. Pertemuan ini membahas tentang proses
belajar mengajar yang telah dilakukan di kelas masing-masing, materi
pelajaran, perumusan indikator yang tepat bagi Anak Berkrbutuhan
Khusus (ABK) dengan karakteristik di masing-masing kelas,
penanganan bagi masing-masing Anak Berkebutuhan Khusus (ABK),
atau masalah lain yang dihadapi di setiap kelas paralel. Educator
masing-masing kelas paralel saling bertukar informasi dan saling
memberikan solusi bagi setiap masalah yang terdapat dikelas terkait
proses pembelajaran guna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
berikutnya.
C. Kompetensi Profesional Guru dalam Proses Pembelajaran pada Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) Kelas Inklusi SD INTIS School Yogyakarta
6. Penguasaan Materi, Struktur, Konsep, dan Pola Pikir Keilmuan.
Berdasarkan hasil pengamatan dokumen dan hasil observasi yang
peneliti lakukan menunjukkan bahwa sebagian besar guru telah
menguasai materi yang diajarkan dalam kelas sesuai dengan Standar
Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator yang telah
dituliskan pada silabus dan Daily Learning Proposal (DLP). Hal ini
124
terlihat adanya kesesuaian antara rancangan pembelajaran dangan
aktivitas pembelajaran yang dilakukan. 123
Proses pembelajaran yang dilakukan di SD INTIS School
Yogyakarta menggunakan kurikulum KTSP 2006, meskipun begitu
aktivitas pembelajaran yang dilakukan bagi kelas L1, L2, dan L3
dalam prosesnya tetap menggunakan pembelajaran tematik. Educator
SD INTIS School Yogyakarta yang mengampu kelas L1, L2, dan L3
telah mampu menata materi dengan baik yang disesuaikan dengan
tema-sub tema mata pelajaran dan menguasai materi mata pelajaran
yang ada dalam tema-tema mata pelajaran yang terkait.
Berbeda dengan kelas bawah (L1, L2, dan L3), bagi kelas atas
(L4 dan L5) dalam aktivitas pembelajaran mata pelajaran yang
diajarkan berdiri sendiri dan tidak terkait dengan tema seperti pada
pembelajaran tematik bagi kelas bawah. Meskipun begitu, educator
yang mengampu kelas L4 dan L5 mampu menguasai materi yang
diajarkan dan menanamkan konsep dari isi materi pelajaran sesuai
dengan usia perkembangan peserta didik.
Proses pelaksanaan pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan
Khusus secara umum sama dengan peserta didik yang lainnya hanya
saja terdapat pengembangan indikator yang disesuaikan dengan
tingkat inteligensinya. Selama peserta didik berkebutuhan khusus
123 Hasil pengamatan salinan dokumen Silabus dan Daily Learning Proposal
(DLP).
125
masih bisa menangkap materi pembelajaran yang disampaikan seperti
peserta didik yang lain maka indikator tetap disamakan.124
Berdasarkan hasil pengamatan dokumen dan hasil observasi
yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa sebagian besar educator
SD INTIS School Yogyakarta telah menguasai materi, struktur,
konsep, dan pola pikir keilmuan dengan baik dan menyampaikannya
sesuai dengan usia perkembangan dan tingkat intelligensi peserta
didik.
7. Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran.
Pengusaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat
dilihat dari informasi yang diperoleh dari educator, pencermatan
dokumen Silabus dan Daily Learning Proposal (DLP) serta observasi
terhadap proses pelaksanaan pembelajaran. Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, dan Indikator dapat mengetahui kemampuan,
keterampilan, sikap peserta didik sehingga secara spesifik dapat
dijadikan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran dan
dijadikan tolak ukur sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap
suatu pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu.
Educator SD INTIS School Yogyakarta selalu berupaya agar
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat tercapai secara
124 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School
Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017
126
maksimal seperti yang dikemukakan oleh Novi Restu Saputri, S.Pd
selaku educator L3 Abu Hanifah bahwa:
“Upaya agar standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal yang jelas DLP
atau RPP tadi dapat dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya
dan juga terdapat latian-latian soal untuk mengukur sejauh mana
materi yang dapat ditangkap oleh peserta didik. Secara umum
sama dengan sekolah-sekolah dasar yang lainnya.125
Pendapat di atas dikuatkan kembali oleh Septa Eka Wulandari,
S.Pd selaku educator L2 Ibnu Rusyd yang mengemukakan bahwa:
“Upaya agar standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan
pembelajaran tercapai secara maksimal educator selalu melakukan
pengamatan dari proses pembelajaran tiap harinya, evaluasi proses
pembelajaran, evaluasi per materi, dan pengembangan media
pembelajaran. Evaluasi nanti ada tugas tiap harinya karena untuk
melihat kompetensi dapat tercapai itu dari tugas, unjuk kerja,
kemudian dari UKD, UTS, dan UAS.”126
Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan dokumen dan
observasi yang peneliti lakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran
di kelas L1, L2, L3, L4, dan L5 seperti yang telah dibahas di
pembahasan sebelumnya menunjukkan secara keseluruhan educator
SD INTIS School Yogyakarta dalam menyampaikan materi pokok
telah sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
tertulis pada silabus dan Daily Learning Proposal (DLP). Educator
dapat mengukur standar kompetensi tersebut dengan cara mengamati
proses pembelajaran yang telah dilakukan, evaluasi proses
125 Hasil wawancara dengan Novi Restu Saputri, S.Pd selaku educator L3 Abu
Hanifah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 pukul 14.30-
15.15 di Drawing Room. 126
Hasil wawancara dengan Septa Eka Wulandari, S.Pd selaku educator L2 Ibnu
Rusyd SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Rabu, 1 Februari 2017 pukul 14.30-15.45
di Ruang Kelas L2 Ibnu Rusyd.
127
pembelajaran, evaluasi per materi, dan pengembangan media
pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik di
masing-masing kelas.127
8. Mengembangkan Materi Pembelajaran yang diampu secara Kreatif.
Tujuan pembelajaran dapat tercapai bila materi pelajaran yang
disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh peserta
didik. Tugas pendidik/educator ialah memilih materi lima pelajaran
yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan mengolah
materi lima pelajaran secara integratif dan kreatif sesuai dengan
perkembangan peserta didik. SD INTIS School Yogyakarta memiliki
peserta didik normal dan peserta didik berkebutuhan khusus yang
ditempatkan dalam kelas inklusi sehingga pengembangan materi
pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta
didik dalam kelas tersebut.
Hasil pengamatan dari salinan dokumen silabus dan DLP dan
diperkuat dengan observasi terhadap 12 kelas menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran SD INTIS School Yogyakarta masih
menggunakan kurikulum KTSP 2006. Materi pelajaran antar mata
pelajaran pada kurikulum KTSP 2006 diintegrasikan dalam sebuah
tema untuk kelas bawah L1 hingga L3. Sedangkan untuk L4 dan L5
mata pelajaran berdiri sendiri dan tidak diintegrasikan dalam sebuah
127 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School
Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017
128
tema karena materi pelajaran untuk L4 dan L5 pada kurikulum KTSP
2006 ini sangat luas.128
Hasil observasi dilapangan menunjukkan bahwa educator L1
sampai L5 SD INTIS School Yogyakarta sama-sama kreatif dalam
memilih dan mengolah materi pelajaran agar lebih mudah diterima oleh
peserta didik sesuai dengan kurikulum yang diterapkan. Hal ini
ditunjukkan ketika pelaksanaan pembelajaran educator menjelaskan
materi pelajaran dengan memberikan contoh-contoh secara konkret dan
mengkaitkannya dengan kehidupan keseharian peserta didik. Selain
memberikan contoh secara konkret educator menggunakan berbagai
metode, media, dan bahan ajar yang disesuaikan dengan materi mata
pelajaran yang diajarkan dan karakteristik peserta didik di kelas
masing-masing sehingga peserta didik lebih mudah memahami materi
yang disampaikan.129
Bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus terdapat
pengembangan indikator yang disesuaikan dengan tingkat
inteligensinya. Selama peserta didik berkebutuhan khusus masih bisa
menangkap materi pembelajaran yang disampaikan seperti peserta didik
yang lain maka indikator tetap disamakan. Tetapi ketika peserta didik
berkebutuhan khusus kesulitan dalam menangkap materi pelajaran,
maka tugas educator kelas adalah melakukan penggantian/pengurangan
128
Hasil pengamatan dari salinan dokumen Silabus dan DLP kelas L1- L5 SD
INTIS School Yogyakarta. 129 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School
Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017
129
terhadap indikator yang disesuaikan dengan tingkat intelligensi peserta
didik berkebutuhan khusus.130
Dengan adanya pengembangan indikator
yang disesuaikan dengan tingkat intelligensi peserta didik berkebutuhan
khusus dan didukung dengan penyampaian materi yang menggunakan
bahasa yang diolah menjadi lebih sederhana sesuai dengan kemampuan
daya tangkap mereka maka materi yang disampaikan akan dapat
diterima secara maksimal.
9. Mengembangkan Keprofesionalan secara Berkelanjutan dengan
Melakukan Tindakan Reflektif.
Pada kompetensi ini diharapkan guru melakukan refleksi terhadap
kinerja secara terus menerus dan memanfaatkan hasil refleksi untuk
meningkatkan keprofesionalan. Guru melakukan penelitian tindakan
kelas dan mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai
sumber.131
Usaha yang dilakukan oleh educator SD INTIS School
Yogyakarta dalam mencapai kompetensi ini seperti yang dikemukakan
oleh Nur Khasanah, S.Pd.Si educator L5 Umar bin Abdul Aziz bahwa:
“Sedangkan cara kami untuk refleksi kinerja, kami disini ada
penilaian dari Tim KKG, diskusi antar guru, sharing cara
penanganan peserta didik khususnya ABK, ada juga raport dari
kepala sekolah. Khusus penggunaan bahasa inggris dalam
mengajar ada penilaian antar educator. Selain itu dalam
pengembangan diri saya pernah mengikuti pelatihan tahun 2015
yaitu penilaian UAS UTS sampai ke UN terbaru Kurikulum 2013.
Intinya penilaian akhir agar guru melakukan penilaian setara se-
Jogja Timur sesuai dengan standarisasi yang diadakan oleh Dinas
130 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School
Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017 131
Salinan Lampiran Permendiknas No.16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Tabel 2 Standar Kompetensi Guru Kelas
SD/MI.
130
Pendidikan yang bertempat di SD Rejowinangun selama 10 hari.
Kalau pelatihan yang wajib diikuti oleh semua educator adalah
pelatihan yang diadakan oleh sekolah seperti pelatihan inklusi,
pelatihan bahasa inggris, pelatihan matematika secara berkala, ISO,
akreditasi, dan segala macam pelatihan administrasi yang
bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota/ Provinsi DIY.”132
Pendapat diatas dikuatkan oleh Moh. Muaddin selaku Kepala
Sekolah yang mengemukakan:
“Penilaian kompetensi guru di SD INTIS School tidaklah sama
dengan sekolah yang lain karena penilaian KKG tidak semua ikut
dari dinas tetapi dari segi kedisiplinan, penggunaan komunikasi
bahasa inggris, pengelolaan kelas selalu terkontrol langsung dari
kepala sekolah dengan menggunakan dokumen yang diceklis oleh
masing-masing guru pada tiap minggu. Ibaratnya menilai diri.
Kepentingannya untuk mengingatkan guru dalam hal permasalahan
yang dihadapi atau memperbaiki apa yang kurang dalam proses
pembelajaran. Harapannya guru-guru dapat memaksimalkan
pelaksanaan pembelajaran dikelas dengan tujuan sesuai dengan
kondisi anak-anak masing-masing dan target-target dari sekolah
dapat tercapai. Selain itu, dalam pengembangan diri educator dapat
menguasai materi dari pelatihan-pelatihan dan workshop diluar
sehingga bisa berbagi ke teman yang lain atau biasa menjadi
bahan untuk menciptakan konsep atau teknik baru untuk
menghadapi pendidikan inklusi.”133
Berdasarkan data wawancara diatas indikator kinerja guru sudah
langsung dikontrol oleh Kepala Sekolah dengan adanya penilaian diri dan
teman sejawat. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik di
kelas inklusi, memberikan pembelajaran yang dapat mengembangkan
132 Hasil wawancara dengan Nur Khasanah, S. Pd.Si selaku educator L5 Umar
bin Abdul Aziz SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Senin, 13 Februari 2017 pukul
14.30-15.30 di Ruang UKS. 133
Hasil wawancara dengan Moh. Muaddin selaku Kepala Sekolah SD INTIS
School Yogyakarta, pada hari Kamis, 02 Februari 2017 pukul 13.00- 13.35 di Ruang
Kepala Sekolah.
131
potensi peserta didik khususnya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan
tercapainya tujuan pembelajaran.
Sedangkan dalam indikator penelitian tindakan kelas educator SD
INTIS School Yogyakarta keseluruhan belum pernah membuat penelitian
secara tertulis hanya sekedar melakukan observasi, sharing dengan
psikolog dan teman sejawat, dan wali murid. Educator SD INTIS School
Yogyakarta mengikuti berbagai pelatihan-pelatihan sebagai bentuk
mengembangkan keprofesionalan. Pelatihan yang diikuti diharapkan dapat
mengembangkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) di kelas inklusi dan menumbuhkan inovasi
guru dalam membuat konsep atau teknik baru untuk menghadapi
pendidikan inklusi dengan berbagai karakteristik Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK)
10. Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk
Berkomunikasi dan Mengembangkan Diri.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini
sangat berperan penting bagi educator SD INTIS School Yogyakarta
sebagai alat berkomunikasi terhadap rekan kerja, peserta didik, maupun
orang tua peserta didik. Selain sebagai alat berkomunikasi, TIK
merupakan wadah untuk mengembangkan diri pendidik maupun peserta
didik di SD INTIS School Yogyakarta sendiri. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Tyas Akbar Gumilar, S.Pd.I educator L3 Abu Hanifah
bahwa:
132
“Pemanfaatan teknologi untuk mengembangkan diri disini kita ada
perpustakaan kita menambah referensi dari buku-buku, dari
internet untuk cari materi, dan media elektronik yang lain untuk
mencari referensi dalam menangani anak-anak inklusi. Selain itu
kita share tentang kisi-kisi, materi, administrasi kelas itu kita juga
memakai teknologi informasi. Kemudian untuk mengenal dan
memahami lebih jauh peserta didik kita juga menggunakan
whatsapp sebagai alat berkomunikasi orang tua siswa agar setiap
kejadian yang di sekolah kita bisa share dengan orang tua siswa
dan bersama-sama berdiskusi untuk mencari solusi terkait dengan
penanganannya.”134
Pendapat diatas dikuatkan kembali oleh Nur Setiani, S.Pd yang
mengemukakan:
“Pemanfaatan TIK biasanya kami gunakan untuk mencari
referensi-referensi dari jurnal-jurnal atau e-book tentang materi-
materi, kemudian juga mencari metode yang tepat digunakan untuk
pengajaran yang disesuaikan dengan materi, jika cocok diterapkan
dikelas kami nanti kami terapkan, selain itu untuk mencari media
pembelajaran bagi peserta didik. Kemudian kami searching misal
untuk membuat karya seperti SBK, pembuatan prakarya biasanya
kami cari dari youtobe kemudian kita terapkan kepada anak-anak.
Selain itu, kami kan bukan lulusan dari PGLB jadi kami sering
mencari materi tentang penanganan ABK dengan berbagai
karakteristik sebagai pengetahuan dan dasar kami untuk mengajar
dikelas inklusi.”135
Berdasarkan hasil wawancara terhadap kedua narasumber diatas
dan didukung dengan observasi pembelajaran di kelas L1 Al Biruni, L1 Al
Farabi, dan L4 Zaid bin Haritsah yang saat itu menggunakan LCD maka
peneliti menyimpulkan bahwa TIK sebagai media pembelajaran sangat
membantu educator dalam menyampaikan materi pembelajaran dan
134
Hasil wawancara dengan Tyas Akbar Gumilar, S.Pd.I selaku educator L3
Abu Hanifah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 pukul
14.30-15.15 di Drawing Room. 135
Hasil wawancara dengan Nur Setiani, S.Pd selaku educator L4 Zaid bin
Haritsah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 9 Februari 2017 pukul 14.30-
15.30 di Drawing Room.
133
memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang sedang
disampaikan.136
Selain sebagai media pembelajaran, TIK juga sebagai
tempat untuk mencari referensi bagi educator dalam menangani peserta
didik yang memiliki kebutuhan khusus di dalam kelas inklusi. Perbedaan
perlakuan yang diberikan terhadap ABK harus disesuaikan dengan
karakteristiknya, sedangkan educator yang mengajar di kelas inklusi ini
sebagian besar bukan lulusan PGSD/PGLB sehingga educator masih
banyak belajar tentang penanganan ABK dan pengelolaan kelas dari
berbagai sumber sebagai pengetahuan dan dasar untuk mengajar dikelas
inklusi.
136
Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1 Al-Biruni, L1 Al Farabi, dan
L4 Zaid bin Haritsah SD INTIS School Yogyakarta pada Kamis, 12 Januari 2017 dan
Rabu, 18 Januari 2017