bab ii kompetensi guru dalam …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_bab-ii_sampai...18 bab ii...

116
18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak Berkebutuhan Khusus dan Pendidikan Inklusi 1. Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus (children with special needs) adalah anak dengan karateristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik. Anak dengan berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang mengalami kelainan/penyimpangan fisik, mental, maupun karateristik perilaku sosialnya. 18 Anak berkebutuhan khusus (ABK) disebut juga dengan anak difabel yang merupakan kependekan dari diference ability. Anak-anak berkebutuhan khusus memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya. Keunikan tersebut menjadikan mereka berbeda dari anak-anak normal pada umumnya. Karakteristik dan hambatan yang dimilikinya membuat Anak Berkebutuhan Khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka. Secara garis besar yang tergolong Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) berdasarkan jenis kebutuhannya diantaranya adalah sebagai 18 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 2

Upload: builiem

Post on 03-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

18

BAB II

KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI

A. Anak Berkebutuhan Khusus dan Pendidikan Inklusi

1. Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus (children with special needs) adalah

anak dengan karateristik khusus yang berbeda dengan anak pada

umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental,

emosi, atau fisik. Anak dengan berkebutuhan khusus (ABK)

merupakan anak yang mengalami kelainan/penyimpangan fisik,

mental, maupun karateristik perilaku sosialnya.18

Anak berkebutuhan

khusus (ABK) disebut juga dengan anak difabel yang merupakan

kependekan dari diference ability.

Anak-anak berkebutuhan khusus memiliki keunikan tersendiri

dalam jenis dan karakteristiknya. Keunikan tersebut menjadikan

mereka berbeda dari anak-anak normal pada umumnya. Karakteristik

dan hambatan yang dimilikinya membuat Anak Berkebutuhan Khusus

memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan

dengan kemampuan dan potensi mereka.

Secara garis besar yang tergolong Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK) berdasarkan jenis kebutuhannya diantaranya adalah sebagai

18 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2008), hlm. 2

Page 2: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

19

berikut:

a. Anak Tunanetra

Anak tunanetra adalah anak yang memiliki hambatan dalam

penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan dalam dua golongan

yaitu buta total (blind) dan kurang awas (low vision). Menurut

Mohammad Efendi dikutip dari Kustawan yang merujuk pada

pendapat Kaufman dan Hallahan mengatakan bahwa “Tunanetra

adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi

pengihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi

memiliki penglihatan.”19

b. Anak Tunarungu

Anak tunarungu adalah anak yang memiliki hambatan dalam

pendengaran sedemikian rupa. Wardani dalam bukunya

mengemukakan bahwa:

Tunarungu merupakan satu istilah umum yang menunjukkan

ketidakmampuan mendengar dari yang ringan sampai yang

berat sekali yang digolongkan kepada tuli (deaf) dan kurang

dengar (a hard of hearing).20

c. Anak Tunawicara

Anak tunawicara yaitu anak yang memiliki gangguan atau

kesulitan dalam bicara, yang biasa diakibatkan tidak/kurang

berfungsinya alat-alat bicara seperti rongga mulut, bibir, lidah,

langit-langit, pita suara, dan lainnya. Bisa juga diakibatkan

19 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik....., hlm.25 20 Wardani,dkk., Pengantar Pendidikan Luar Biasa, (Jakarta:Universitas

Terbuka, 2007, hlm.53

Page 3: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

20

pada kerusakan lain seperti tidak/kurang berfungsinya indera

pendengaran, keterlambatan perkembangan bahasa, kerusakan

pada sistem syaraf dan struktur otot, juga ketidakmampuan dalam

kontrol gerak dapat mengakibatkan gangguan bicara.

d. Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki intelegensi yang

signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai dengan

ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa

perkembangan. Santrock mengemukakan bahwa:

Tunagrahita (mental retardation) adalah kondisi yang dimulai

sebelum usia 18 tahun yang meliputi rendahnya intelegensi

dan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan

sehari-hari. Anak tunagrahita mempunyai hambatan akademik

yang sedemikian rupa sehingga dalam layanan

pembelajarannya memerlukan modifikasi kurikulum yang

sesuai dengan kebutuhan khususnya.21

e. Anak Tunadaksa

Anak tunadaksa adalah anak yang memiliki gangguan gerak

yang disebabkan oleh kelainan neoromuskular atau struktur tulang

bawaan, sakit atau akibat kecelakaan termasuk cerebral palsy,

amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa

adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan

aktifitas fisik tetapi masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang

yaitu memiliki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan

koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total

21 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan (education Psychology) Edisi ke-3

Buku 1 terj. Diana Angelica, ( Jakarta: Salemba Humanika, 2009), hlm.255

Page 4: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

21

dalam gerak dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.22

f. Tunalaras

Tunalaras adalah anak yang mempunyai gangguan dalam

mengendalikan emosi dan perilaku atau kontrol sosial. Anak

tunalaras biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak

sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya. Anak

tunalaras mudah marah, mudah terangsang emosinya (emosional),

sering menentang perintah atau tugas, sering melanggar tata terib,

dan tidak suka dengan kegiatan yang rutin.

g. Anak Berkesulitan Belajar Spesifik (Learning Disability).

Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memilikii

gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang

mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara, dan

menulis.

h. Anak Lamban Belajar (Slow Learner).

Anak lamban belajar (Slow Learner) adalah anak yang

memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum

termasuk tunagrahita. Menurut Subini, “Slow learner adalah

anak yang lambat dalam proses belajar sehingga membutuhkan

waktu yang lebih banyak dengan anak lain.”23

i. Anak Autis

22

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Khusus

Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/ Inklusif Manajemen Sekolah, (Jakarta:

Depdiknas, 2004), hlm. 9 23 Nini Subini, Mengataasi Kesulitan Belajar Pada Anak, (Jakarta:Java Litera,

2011), hlm. 44

Page 5: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

22

Anak autis (Autism Spectrum Disorder) merupakan kelainan–

kelainan yang memiliki karateristik gangguan dalam tiga area

dengan tingkatan yang berbeda-beda. Ketiga area tersebut adalah

kemampuan komunikasi, interaksi sosial, serta pola perilaku yang

repetitif dan stereotip.

j. Anak yang Memiliki Kelainan Lainnya

Masih banyak hambatan atau gangguan yang dialami oleh

anak- anak, seperti anak yang mempunyai tubuh sangat kecil

(kretin), Attention Deficit Disorder (ADD)/ Attention Deficit

Hyperactivity Disorder (ADHD), dan sebagainya.

k. Anak yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.

Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat

istimewa adalah anak yang memiliki kemampuan melebihi dari

kemampuan orang lain pada umumnya dan mampu untuk

menunjukkan hasil kerja yang sangat tinggi. Cerdas, istimewa,

berbakat istimewa ini dapat dilihat dari berbagai area seperti:

kemampuan intelektual secara umum, akademis yang khusus,

berfikir kreatif, kepemimpinan, seni, dan psikomotor.24

2. Pendidikan Inklusi

a. Pendidikan Inkusi

Inklusi adalah penyatuan anak-anak berkelainan ke dalam

program-program sekolah. Inklusi dapat juga berarti penerimaan

24 Ponijo, Modul Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: Pusat

Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (PP-PAUDNI)

Regional I, 2013), hlm. 14- 24

Page 6: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

23

anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum,

lingkungan, interaksi sosial, dan konsep diri (visi-misi) sekolah.25

Pendidikan inklusif merupakan perkembangan baru dari

pendidikan terpadu. Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai

dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani

secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau

penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana-prasarana, tenaga

pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada

sistem penilaiannya.

Menurut Staub dan Peck sebagaimana dikemukakan oleh

Budiyanto bahwa “Pendidikan inklusi adalah penempatan anak

berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas

reguler.” Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan

tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan, apapun jenis

kelainannya dan bagaimanapun gradasinya.26

Dipertegas dalam Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009

yang dikeluarkan oleh Pemerintah tentang Pendidikan Inklusif

yang mengemukakan bahwa:

Peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi

kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti

pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan

25

David J. Smith. Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua, (Bandung: Nuansa,

2006), hlm. 45 26 Budiyanto, dkk. Modul Pelatihan Pendidikan Inklusi, (Jakarta: Kementerian

Pendidikan Nasional, 2010), hlm. 04

Page 7: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

24

pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik

pada umumnya.27

Pelaksanaan pendidikan inklusi bertujuan untuk

memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak

berkebutuhan khusus dan mewujudkan penyelenggaraan

pendidikan dan menghargai keanekaragaman, tidak diskriminatif

kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik,

emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan

dan bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Inti dalam pendidikan inklusi yaitu sistem pemberian

layanan pendidikan dalam keberagaman, dan falsafahnya yaitu

menghargai perbedaan semua anak.28

Dengan demikian, layanan

pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan khusus anak

secara individual dalam konteks pembersamaan secara klasikal.

Pendidikan Inklusi ini tidak dilihat dari sudut ketidakmampuannya,

kecacatannya, dan tidak pula dari segi penyebab kecacatannya,

tetapi lebih kepada kebutuhan-kebutuhan khusus mereka yang jelas

berbeda satu sama lain.29

Dengan demikian, perlu diingat bahwa sekolah yang

menjalankan pendidikan inklusi bukan sebuah sekolah bagi siswa

27 Permendiknas No 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta

Didik yang Memiliki Kelainan dan/atau Bakat Istimewa pasal 1, hlm. 2 28 Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusf & Upaya Implementasinya, (Jakarta

Timur : PT Luxima Metro, 2012), hlm. 7 29 Bambang Dibyo Wiyono, Pendidikan Inklusif (Bunga Rampai Pemikiran

Educational for All), Jurnal Pendidikan Univ. Negeri Malang, 2011.

Page 8: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

25

yang hanya memiliki kebutuhan khusus seperti Sekolah Luar Biasa

pada umumnya melainkan sekolah yang memberikan layanan

efektif bagi semua (education for all).

b. Model Pembelajaran Inklusi

Pendidikan inklusi memiliki beberapa model pembelajaran,

yaitu:

1) Kelas reguler (Inklusi Penuh)

Anak berkelainan belajar bersama dengan anak normal lain

sepanjang hari reguler dengan menggunakan kurikulum yang

sama.

2) Bentuk kelas reguler dengan cluster

Anak berkelainan belajar bersama anak normal lain dikelas

reguler dengan kelompok khusus.

3) Bentuk kelas reguler dengan pull out

Anak berkelainan belajar bersama anak normal lain di kelas

reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas

reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru

pembimbing khusus.

4) Bentuk kelas reguler dengan cluster dan pull out

Anak berkelainan belajar bersama anak normal lain di kelas

reguler dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu

tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar

bersama dengan guru pembimbing khusus.

Page 9: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

26

5) Bentuk kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian

Anak berkelainan belajar di kelas khusus pada sekolah

reguler, namun dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar

bersama anak lain (normal) di kelas reguler.

6) Bentuk kelas khusus penuh di sekolah reguler

Anak berkelainan belajar di dalam kelas khusus pada

sekolah reguler.30

B. Proses Pembelajaran di Kelas Inklusi

Pembelajaran merupakan sebuah interaksi antara guru dan siswa

mengenai suatu materi yang terjadi di kelas maupun di luar kelas. Jadi, dua

komponen terpenting dalam pembelajaran adalah guru dan siswa. Guru

seharusnya memiliki berbagai kemampuan untuk mencapai tujuan

pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan dengan sukses.31

Guru

yang profesional harus mampu mewujudkan atau paling tidak mendekati

praktik pembelajaran yang ideal.32

Guru harus memiliki kecakapan sebagai designer of instruction

(perancang pembelajaran), manager of instruction (pengelola

pembelajaran) dan evaluator of student learning (penilai prestasi belajar

siswa) untuk mewujudkan praktik pembelajaran yang ideal. Pembelajaran

yang ideal bagi kelas inklusi harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta

30 www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu:profil&pro:42-64k-3k- diakses pada

Senin, 2 Mei 2016 pukul 04.45 31

Jamil Suprahatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi

(Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2013) hlm. 107 32 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya

2012), hlm. 209

Page 10: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

27

didik normal maupun peserta didik yang berkebutuhan khusus yang ada

didalamnya. Rangkaian tahapan proses pembelajaran dikelas inklusi secara

umum sama dengan proses pembelajaran di kelas reguler lainnya yang

meliputi:33

a. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan dalam konteks pembelajaran dapat diartikan sebagai

proses penyusunan materi pembelajaran, penggunaan media

pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dan

penilaian suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa

tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan.34

PP RI no 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal

20 menjelaskan bahwa:

Perencanaan proses pembelajaran memiliki silabus, perencanaan

pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya

tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber

belajar, dan penilaian hasil belajar.35

Sebagai perencana, guru hendaknya dapat mendiagnosa kebutuhan

para peserta didik sebagai subyek belajar, merumuskan tujuan kegiatan

proses pembelajaran dan menetapkan strategi pengajaran yang

ditempuh untuk merealisasikan tujuan yang telah dirumuskan.36

Perencanaan itu dapat bermanfaat bagi guru sebagai kontrol

terhadap diri sendiri agar dapat memperbaiki cara pengajarannya. Agar

33 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar

Konpetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 17 34

Ibid...., hlm. 17 35 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan, hlm. 15 36 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran...., hlm. 91

Page 11: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

28

dalam pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik, untuk itu guru

perlu menyusun komponen perangkat pembelajaran diantaranya

Program Tahunan, Program Semester, Silabus dan RPP yang

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dalam kelas inklusi.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses berlangsungnya

belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan di sekolah.

Pelaksanaan pembelajaran memuat kegiatan pengelolaan kelas.

Pengelolaan kelas adalah satu upaya memperdayakan potensi guru dan

peserta didik yang berada di kelas dalam mendukung proses interaksi

edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pelaksanaan proses

belajar mengajar meliputi pentahapan sebagai berikut:

1) Tahap pra instruksional

Tahap pra instruksional yaitu tahap yang ditempuh pada

saat memulai sesuatu proses belajar mengajar. Guru

menanyakan kehadiran siswa; Bertanya pada siswa sampai

dimana pembahasan sebelumnya; memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang

belum dikuasainya dari pelajaran yang sudah disampaikan;

mengulang bahan pelajaran yang lain secara singkat.

2) Tahap Instruksional

Tahap Instruksional yakni tahap pemeberian bahan

pelajaran yang dapat diidenntifikasikan beberapa kegiatan

Page 12: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

29

sebagai berikut: menjelaskan pokok materi yang akan dibahas,

membahas pokok materi yang sudah dituliskan, pada setiap

pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh

yang konkret, pertanyaan, tugas, penggunaan alat bantu

pengajaran untuk memperjelas pembahasan pada setiap materi

pelajaran, menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok

materi.37

3) Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut

Tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap

instruksional. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu:

mengajukan pertanyaan kepada peserta didik di kelas

mengenai semua aspek pokok materi yang telah dibahas pada

tahap instruksional. Apabila pertanyaan yang dajukan belum

dapat dijawab oleh peserta didik (kurang dari 70%), maka guru

harus mengulang pengajaran. Pengetahuan peserta didik

mengenai materi yang di bahas dapat diperkaya dengan PR

atau tugas; akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau

memberitahukan pokok meteri yang akan dibahas pada

pelajaran berikutnya.38

c. Evaluasi Pembelajaran

37

Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2009), Cet. II, hlm. 27 38 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif,

(Jakarta: Rineka Cipta 2000), hlm. 173

Page 13: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

30

Pengertian evaluasi menurut Wand dan Gerald W. Brown yang

dikutip oleh Oemar Hamalik “Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu

proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.” Evaluasi merupakan suatu

upaya untuk mengetahui berapa banyak hal-hal yang telah dimiliki oleh

siswa dari hal-hal yang telah diajarkan oleh guru. 39

Evaluasi pembelajaran salah satunya mencakup evaluasi hasil

belajar. Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan

nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil

belajar, tujuan utma evaluasiuntuk mengetahui tingkat keberhasilan

yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran,

dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala

nilai berupa huruf, kata, atau simbol. Apabila tujuan utama kegiatan ini

sudah terealisasi maka hasilnya dapat difungsikan untuk berbagai

keperluan tertentu.40

Adapun langkah-langkah evaluasi hasil pembelajaran meliputi:

1) Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif diartikan sebagai kegiatan evaluasi yang

dilakukan pada akhir pembahasan.41

Evaluasi ini

diselenggarakan pada saat berlangsungnya proses belajar

mengajar, yang diselenggarakan secara periodik, isinya

mencakup semua unit pengajaran yang telah diajarkan.

39 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2008), hlm. 156 40 Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses 41 Indah Komsiyah, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm.

125

Page 14: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

31

2) Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang diselenggarakan oleh

guru setelah jangka waktu tertentu pada akhir semester.

Penilaian sumatif berguna untuk memperoleh informasi tentang

keberhasilan belajar pada siswa yang dipakai sebagai masukan

utama untuk menentukan nilai rapor akhir semester.42

C. Kompetensi Guru dalam Pendidikan Inklusi

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan, “Kompetensi

(competence) diartikan dengan cakap atau kemampuan."43

Sedangkan

Nana Sudjana dalam buku yang berjudul “Kompetensi Guru Citra Guru

Profesional" karya Janawi, memahami “Kompetensi sebagai suatu

kemampuan yang disyaratkan untuk memangku profesi.” Senada dengan

Nana Sudjana, Sardiman mengartikan “Kompetensi adalah kemampuan

dasar yang harus dimiliki seseorang berkenaan dengan tugasnya.”44

Ketiga

definisi tersebut menjelaskan bahwa kompetensi adalah kemampuan dasar

yang harus dimiliki seseorang. Kompetensi mutlak dimiliki oleh seorang

guru sebagai suatu kemampuan dasar, keahlian, dan keterampilan dalam

proses belajar-mengajar.

Kompetensi menggambarkan kemampuan bertindak dilandasi ilmu

pengetahuan yang hasil dari tindakannya itu bermanfaat bagi dirinya dan

orang lain. SK Mendiknas RI 045/U/2002 menyatakan elemen kompetensi

42

Suryobroto, Proses Belajar...., hlm. 53 43 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Kemendikbud:2002), hlm. 584 44 Janawi, Kompetensi Guru Citra Guru Profesional, (Bandung, Alfabeta, 2012),

hlm.30

Page 15: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

32

terdiri dari landasan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan,

kemampuan berkarya, sikap dan perilaku dalam berkarya, dan pemahaman

kaidah kehidupan masyarakat. Sedangkan UUSPN No. 20 Tahun 2003

dalam pasal 10 dan dijelaskan lebih lanjut pada PP No. 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa kompetensi diantaranya

meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

sosial, dan kompetensi profesional.45

Pendidikan inklusi dirancang untuk pembelajaran yang efektif bagi

semua peserta didik termasuk peserta didik yang berkebutuhan khusus.

Guru harus mampu memberikan layanan pendidikan yang disesuaikan

dengan kebutuhan-kebutuhan khusus anak secara individual dalam

konteks pembersamaan secara klasikal. Oleh karena itu, guru

membutuhkan skill dan keterampilan yang profesional dalam melakukan

pembelajaran didalamnya. Adapun skill dan keterampilan dalam

mengelola pembelajaran yang dimaksud berkaitan dengan kompetensi

pedagogik dan profesional yang harus dimiliki oleh guru.

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan salah satu dari empat

kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi

pedagogik dijelaskan dalam penjelasan PP Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan terdapat pada pasal

28 ayat 3.b yang menyatakan bahwa:

45 Nurfuadi, Profesionalisme Guru, (Yogyakarta: Litera, 2012), hlm.71

Page 16: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

33

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap

peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.46

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa

kompetensi pedagogik guru SD/MI merupakan kemampuan guru

dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik di SD/MI yang

sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,

moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

yang mendidik

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata

pelajaran/bidang pengembangan yang diampu

d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

kepentingan pembelajaran

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yan dimiliki

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan samtun dengan

peserta didik

h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil

belajar

i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi hasil penilaian

untuk kepentingan pembelajaran.

j. Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran.47

2. Kompetensi Profesional

Kata profesional menunjukkan bahwa guru adalah profesi, yang

bagi guru, seharusnya menjalankan profesinya dengan baik.48

46

Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, hlm. 160 47 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007

tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, hlm. 10-11

Page 17: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

34

Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang

harus dimiliki seorang guru.49

Penjelasan mengenai kompetensi profesional diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, Pasal 28 ayat 3.c dikemukakan bahwa:

Kompetensi profesional adalah kememapuan penguasaan

materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkan membimbing siswa memenuhi standar

kompetensi yang dijelaskan dalam Standar Nasional

Pendidikan.50

Kompetensi Profesional merupakan kemampuan guru dalam

menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau

seni dan budaya yang diampunya sekurang-kurangnya meliputi:

a. Menguasai materi,struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan

yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara

kreatif.

d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan

dengan melakukan tindakan reflektif.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

berkomunikasi dan mengembangkan diri.51

D. Kerangka Pikir

Kompetensi guru merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh

pendidik yaitu guru. Kompetensi guru inilah yang menjadi titik sentral

dalam peningkatan mutu pendidikan yang bertumpu pada kualitas proses

48 Nurfuadi, Profesionalisme guru, (Purwokerto:STAIN Press, 2012) hlm.98 49 Djam’an Satori, dkk, Profesi Keguruan Modul 1-6, (Jakarta: Universitas

Terbuka, 2010) hlm.2.24 50

Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, hlm. 161 51 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007

tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru hlm. 15

Page 18: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

35

belajar mengajar. Seorang guru seharusnya selalu mengembangkan

kompetensi yang dimilikinya. Kompetensi yang seharusnya dimiliki dan

dikembangkan oleh seorang guru diantaranya kompetensi pedagogik,

kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional. Akan tetapi, hal yang

paling pokok mendasari dalam kaitannya dalam proses pembelajaran

adalah kompetensi pedagogik dan profesional.

Kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru dapat membantu

dalam mengelola pembelajaran peserta didik untuk mengembangkan

potensi-potensi yang dimilikinya secara maksimal. Sedangkan kompetensi

profesional merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan

penting dan utama dalam proses belajar mengajar di dalam kelas dan

penguasaan bahan bidang studi. Kompetensi seorang guru dalam

mempersiapkan dan mengembangkan materi yang sesuai dengan

kurikulum serta memilih metode dan strategi yang tepat dalam proses

pembelajaran merupakan kunci pokok dalam tercapainya tujuan

pembelajaran.

Sistem pendidikan saat ini mulai beralih dengan pendidikan

terpadu dan terintegrasi yang memberi kesempatan pada peserta didik

yang berkebutuhan khusus untuk mengekspresikan keunikannya bersama

dengan peserta didik normal yang lainnya. Hal inilah yang mendasari

sekolah-sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi.

Proses pembelajaran di kelas inklusi idealnya dirancang untuk

pembelajaran yang efektif bagi semua peserta didik termasuk peserta didik

Page 19: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

36

yang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, guru harus dapat memahami

berbagai karakteristik peserta didik termasuk Anak yang Berkebutuhan

Khusus. Guru juga dituntut untuk selalu kreatif dalam mengelola

pembelajaran, menyesuaikan strategi, metode maupun media

pembelajaran, mengembangakan materi dan memberikan evaluasi

terhadap hasil belajar peserta didik yang ada dalam kelas inklusi.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai

berikut:

Page 20: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

37

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian

Kajian Teoritik

Kompetensi Pedagogik dan

Profesional Guru dalam Proses

Pembelajaran Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK)

Bagaimanakah kompetensi pedagogik dan profesional guru dalam

proses pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) kelas

inklusi SD INTIS School Yogyakarta?

Kajian Empirik

Guru SD INTIS School

Yogyakarta

Kompetensi Pedagogik dan

Profesional Guru dalam Proses

Pembelajaran Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK)

kelas Inklusi

1. Anak Berkebutuhan

Khusus

2. Proses Pembelajaran di

kelas Inklusi

3. Kompetensi Pedagogik

4. Kompetensi Profesional

Metode Kualitatif

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

Hasil Penelitian

Dokumentasi

Wawancara

Reduksi Data

Model Data

Penarikan Kesimpulan

Page 21: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

38

BAB III

GAMBARAN SD INTIS SCHOOL YOGYAKARTA

A. Sejarah dan Letak Geografis

SD INTIS School Yogyakarta pertama kali didirikan di

Yogyakarta pada tahun 2008. SD INTIS School Yogyakarta sebelumnya

tidak memiliki gedung sehingga para kru menyewa rumah yang tidak

begitu luas. Pada tahun 2010 SD INTIS School mulai memiliki gedung

sendiri yang beralamat di JL. Retno Dumilah No. 54 Rejowinangun,

Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, DIY 55171.

Sejarah berdirinya SD INTIS School Yogyakarta tidak terlepas

dari SMART LC yang merupakan sebuah lembaga training yang

memberikan pelatihan baik bagi guru, mahasiswa, dan siswa di beberapa

kota di Indonesia. Fokus pelatihan yang didirikan oleh SMART LC lebih

banyak membahas mengenai cara membuat pembelajaran menjadi

mudah, anak senang dan tercapainya hasil yang memuaskan dengan

materi yang menumbuhkan motivasi belajar atau mengajar. Setelah sekian

lama memberikan training kepada guru-guru di berbagai kota di

Indonesia, guru-guru sangat merasakan manfaat dari training sehingga

merasa yakin dapat menerapkannya di sekolah masing-masing.

Suatu metode baru yang diterapkan memiliki tantangan tersendiri

sehingga metode dari SMART LC “belajar dengan bermain” banyak yang

bertentangan dengan arus utama sebuah lembaga pendidikan pada

umumnya. Permasalahan tersebut dihadapi oleh hampir semua alumni

Page 22: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

39

training SMART LC sehingga membuat alumni training SMART LC

memiliki ide untuk mendirikan SD INTIS School. Pada awal berdirinya,

SD INTIS School Yogyakarta tidak serta merta dilirik oleh masyarakat

sehingga dengan 6 siswa saja SD INTIS School Yogyakarta tetap

dijalankan. Seiring berjalannya waktu, SD INTIS School Yogyakarta

semakin berkembang dan semakin banyak diminati dengan beberapa

keunggulan dan fasilitas yang ada. Dari segi akademik SD INTIS School

Yogyakarta di tahun 2015 mampu menembus peringkat 16 dari 170

sekolah yang ada di Kota Yogyakarta. 52

B. Identitas Sekolah

SD INTIS School Yogyakarta merupakan salah satu sekolah dasar

swasta bertaraf Internasional. SD INTIS School Yogyakarta beralamat di

Jl. Retno Dumilah No. 54 Rejowinangun, Kecamatan Kotagede, Kota

Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogtakarta 55171. Status sekolah

telah terakreditasi A dengan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN)

20409887 dan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 102046013027. 53

SD INTIS School Yogyakarta awalnya dari International Islamic

School yang memiliki tujuan untuk menciptakan generasi islam yang kuat

yang dapat bersaing di era global. Islamic and Billingual School adalah

slogan yang dimiliki SD INTIS School Yogyakarta yang diambil dari

delapan keunggulan yaitu: Islamic and Comfortable Learning

Environment, Certified ISO 9001: 2008, Billingual School, Small Class,

52 Website sekolah http://intisschoolyogyakarta.sch.id diakses pada 31 Januari

2017 pada pukul 08.13 53 Salinan dokumen SD INTIS School Yogyakarta, Identitas Sekolah, hlm.1

Page 23: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

40

Brain Gym Therapy, Multiple Intelligence Aplication, Experintal and

Active Learning Methode and My City is My Class.

Fokus slogan SD INTIS School Yogyakarta adalah Islamic and

Billingual. Islamic, memfokuskan pada menciptakan lingkungan sekolah

yang bernuansa Islam sehingga anak-anak memiliki karakter sebagai

seorang muslim yang tangguh. Billingual, memberikan sebuah gambaran

mengenai komunitas lingkungan dengan dua bahasa, yaitu Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris. Inovasi kurikulum di SD INTIS School

Yogyakarta disesuaikan dengan potensi peserta didik agar peserta didik

menikmati semua kegiatan di sekolah sehigga visi, misi, dan tujuan

sekolah dapat tercapai.54

C. Visi dan Misi

SD INTIS School Yogyakarta merupakan lembaga pendidikan

dasar di bawah Yayasan Baituttanwir yang berupaya memfasilitasi setiap

potensi siswanya sehingga potensi tersebut akan terkelola dan

berkembang sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan, visi dan misi

yang telah ditetapkan sekolah. Adapun visi dan misi SD INTIS School

Yogyakarta yaitu:

1. Visi

Tercetaknya generasi yang Islami, kreatif, disiplin, berprestasi,

dan berakhlaq mulia serta berkompetensi pada ranah nasional dan

Internasional.

54 Website sekolah http://intisschoolyogyakarta.sch.id diakses pada 31 Januari

2017 pada pukul 08.15

Page 24: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

41

2. Misi

a. Menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar yang

mengintegrasikan nilai-nilai islami pada setiap materi

pembelajaran.

b. Mendesain kegiatan belajar-mengajar seacar kreatif dan

menyenangkan, shingga dapat menumbuhkan minat dan kreativitas

siswa dalam belajar.

c. Menumbuhkan mental berprestasi sejak dini pada seluruh siswa.

d. Menyusun dan mengaplikasikan program harian sekolah yang

dapat menumbuhkan kesadaran dan mental disiplin siswa dan

seluruh warga sekolah.

e. Menyusun dan mengaplikasikan program pembiasaan rutin yang

dapat membentuk karakter dan akhlaq siswa dan seluruh warga

sekolah.

f. Mempersiapkan siswa untuk berpartisipasi dalam ajang

perlombaan yang diselenggarakan secara nasional maupun

internasional.

g. Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang dapat

menumbuhkan dan membiasakan seluruh siswa untuk

berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris.

h. Menyediakan sarana fisik dan program kerja yang memadai untuk

Page 25: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

42

mencapai visi sekolah.55

D. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa

1. Keadaan Guru

Perekrutan guru di SD INTIS School Yogyakarta menggunakan tes

seleksi dan wawancara. Kualitas guru merupakan prioritas utama

sehingga rekruitmen dan pelatihan guru merupakan modal utama untuk

mencapai the best teacher (guru yang terbaik). Jumlah guru/educator

yang mengajar di SD INTIS School Yogyakarta berjumlah 29 orang.

Berdasarkan kualifikasi akademik guru/educator dari 29 orang, 28 orang

memiliki kualifikasi sarjana (S1) dari berbagai Universitas dan berbagai

jurusan dan 1 orang dengan kualifikasi Magister (S2). Guru/educator

yang ada di SD INTIS School Yogakarta tidak hanya lulusan dari jurusan

pendidikan akan tetapi juga ada dari sains murni, biologi murni,

perikanan, psikologi, olahraga, teknik, dan hukum islam.56

Adapun

kualifikasinya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Daftar Kualifikasi Akademik Educator SD INTIS School Yogyakarta

Kualifikasi Jumlah

Doktor (S-3) -

Magister (S-2) 1

Sarjana (S-1) 28

Sarjana Muda (D-III) -

Diploma II (D-II) -

Diploma I (D-I) -

Total 29

55

Website sekolah http://intisschoolyogyakarta.sch.id diakses pada 31 Januari

2017 pada pukul 08.13 56 Hasil Salinan Dokumentasi , “Profil Sekolah Bagian Data Sekolah SD INTIS

School Yogyakarta”, hlm.2-3

Page 26: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

43

Berdasarkan status guru, SD INTIS School Yogyakarta telah

mengangkat 13 orang menjadi guru tetap yayasan sedangkan 16 yang

lainnya merupakan guru tidak tetap (Honorer).57

Secara lengkap, data

pendidik/educator yang mengajar di SD INTIS School Yogyakarta adalah

sebagai berikut:58

Tabel 2

Data Educator SD INTIS School Yogyakarta

No Nama L/P Jabatan Pendidi-

kan

Perguruan

Tinggi Jurusan

1 Moh. Muadin,

S.Pd.Si L Principal S1

UIN Sunan

Kalijaga

Pendidikan

Matematika

2 Ahmad Hasbi,

S.Sos.I L

Pengajar

Ummi S1 UIN Tarbiyah

3 Arina Nur

Antari, S.Si P

L4 Zaid

bin

Arqom,

Kesiswaan

S1 UNY Biologi

4

Asep

Setiawan,

S.Pd. I

L L4 Zaid

bin Tsabit S1 UIN

Pendidikan

Bahasa

Arab

5

Dini

Damayanti,

S.Pd.I

P L3 abu

Hurairah S1

UIN Sunan

Kalijaga PAI

6 Emi Widuri,

S.Pd P

L5 Umar

bin Abdul

Aziz

S1 UAD

Pendidikan

Bahasa

Inggris

7

Ervina

Mayasari,

S.Psi

P L3 abu

Bakar S1 UII Psikologi

8

Fajar

Fatmasari,

S.Pi

P L4 Zaid

bin Tsabit S1 UGM Perikanan

57

Website sekolah http://intisschoolyogyakarta.sch.id diakses pada 31 Januari

2017 pada pukul 08.13 58 Hasil Salinan Dokumentasi, “Data Guru/ Educator SD INTIS School

Yogyakarta TA 2016/2017”, hlm. 1

Page 27: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

44

9 Larostina

Saputri, S.Pd P

L3 abu

Bakar S1 UNY

Pendidian

Geografi

10 Mawardi, Lc L L2 ibnu

Sina s1/s2

Al Azhar

Kairo/UIN

Syariah

Islamiyah/H

ukum Islam

11 Novi Restu

Saputri, S.Pd P

L3 abu

Hanifah S1 UAD

Pendidikan

Bahasa

Inggris

12

Octavia

Kurniasih,

S.Pd

P L6 S1 UAD Bahasa

Inggris

13

Permana

Octofezi,

S.Pd.I

L L2 ibnu

Rusyd S1

STAIM

Syuhada PAI

14 Rini Setiani,

S.Pd P

L4 Zaid

bin

Haritsah

S1 UAD

Pendidikan

Bahasa

Inggris

15 Rubianto,

S.Or L

Penjasorke

s, Sarana

Prasarana

S1 UNY Olah Raga

16

Siti

Khomsatum,

S.Pd

P

L5 Umar

bin

Khattab

S1 UAD Bahasa

Inggris

17 Siti Khotimah,

S.Pd P

L1 al

Biruni S1 UAD

Pendidikan

Bahasa

Inggris

18

Soviaturrokhi

mah Maula

Betaraya

P L2 ibnu

Sina S1

UST

Yogyakarta

Pendidikan

Bahasa

Inggris

19

Sri

Handayani,

S.Pd.Si

P

L5 Umar

bin

Khattab

S1 UIN Pendidikan

Fisika

20

Sulis

Ardiyanti,

S.Pd

P L1 al

Biruni S1 UST

Pendidikan

Bahasa dan

Sastra

Indonesia

21

Tyas Akbar

Gumilar,

S.Pd.I

L L3 abu

Hanifah S1

UIN Sunan

Kalijaga PAI

22 Umi Azizah,

ST P L6 S1

Universitas

Sebelas

Maret

Arsitektur

23 Wian Indriani,

S.Pd.Si P

L3 abu

Hurairah,

Kurikulum

S1 UIN Sunan

Kalijaga

Pendidikan

Fisika

Page 28: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

45

24

Wisma

Nugraheni,

S.Pd.Jas

P Penjasorke

s S1 UNY

Pend.

Jasmani

Kesehatan

dan

Rekreasi

25

Zen

Muhammad

Alfaruq, S.Si

L L1 al

Farobi S1 UNY Biologi

26

Dian

Wulandari,

S.Sos.I

P L4 Zaid

bin Arqom S1

UIN Sunan

Kalijaga

Bimbingan

dan

Konseling

Islam

27

Nok Siti

Fatiyatul

Muharromah,

S.Pd.I

P L1 al

Farobi S1

STAIN

Salatiga

Tarbiyah

Bahasa

Inggris

28

Nur

Khasanah,

S.Pd.Si

P

L5 Umar

bin Abdul

Aziz

S1 UIN Sunan

Kalijaga

Pendidikan

Fisika

29 Nur Setiani,

S.Pd P

L4 Zaid

bin

Haritsah

S1

Universitas

Muhamma-

diyah

Purwokerto

Ilmu

Pendidikan/

Pendidikan

Biologi

30

Septa Eka

Wulandari,

S.Pd

P L2 ibnu

Rusyd S1

Universitas

Muhamma-

diyah

Palembang

Biologi

Berdasarkan data diatas, tiap kelas memiliki dua educator yang

mengampu secara team teaching. Semua kelas yang ada di SD INTIS

School Yogyakarta memiliki Anak Berkebutuhan Khusus sehingga semua

educator mengampu kelas inklusi. Semua educator SD INTIS School

Yogyakarta sebelumnya belum memiliki pengalaman mengajar kelas-

kelas inklusi. Pengalaman mengajar kelas inklusi didapatkannya setelah

mereka mengajar di SD INTIS School Yogyakarta.

Beberapa educator SD INTIS School Yogyakarta masih tergolong

baru diantaranya adalah Septa Eka Wulandari educator L2 ibnu Rusyd

Page 29: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

46

yang baru 6 bulan mengajar di SD INTIS School Yogyakarta, Dian

Wulandari S. Sos I educator L4 Zaid bin Arqom dan Siti Khomsatum,

S.Pd educator L5 Umar bin Khattab yang baru 3 bulan mengajar di SD

INTIS School Yogyakarta. Meskipun terdapat educator yang tergolong

baru dan kebanyakan educator SD INTIS School Yogyakarta bukan dari

lulusan dari bidangnya untuk mengajar peserta didik usia sekolah dasar

kelas inklusi bukan berarti mereka tidak kompeten dalam mengelola

pembelajaran. SD INTIS School Yogyakarta dalam melakukan perekrutan

educator melalui beberapa rangkaian tes sehingga perekrutran educator

SD INTIS School Yogyakarta tetap melihat kualitas dari diri educator

tersebut.

Selain itu, pihak sekolah memberikan berbagai pelatihan sebagai

upaya untuk meningkatkan kompetensi guru atau educator. Pelatihan

tersebut wajib diikuti oleh semua educator. Pelatihan tersebut

diantaranya, English training dan Math training yang diadakan dua

minggu sekali hari Selasa dan Rabu, UMMI hafalan juz 30,

microteaching pada kelas inklusi yang diadakan dua minggu sekali,

pelatihan penanganan Anak Berkebutuhan Khusus dan workshop inklusi

yang diadakan selama satu tahun dua kali serta pelatihan-pelatihan

lainnya yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota/ Provinsi

DIY.59

59

Hasil Wawancara terhadap Larostina Saputri, S. Pd dan Ervina Mayasari, S.

Psi selaku Educator SD INTIS School Yogyakarta pada hari Jum’at, 10 Februari 2017

pukul 14.30-15.30.

Page 30: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

47

2. Keadaan Karyawan

Lembaga pendidikan tidak akan terlepas dari Kepala Sekolah,

Guru, maupun Karyawan. Tugas Karyawan dalam sekolah adalah

membantu Kepala Sekolah dalam menyelasaikan tugas administrasi dan

pengelolaan sekolah. SD INTIS School Yogyakarta memiliki 10 karyawan

dengan tugasnya masing-masing. Dilihat dari kualifikasi akademik

karyawan yang ada di SD INTIS School Yogyakarta ini mulai dari

lulusan SMP sampai Perguruan Tinggi. Adapun datanya adalah sebagai

berikut:60

Tabel 3

Data Karyawan SD INTIS School Yogyakarta

No Nama Jabatan Pendidikan Perguruan

Tinggi Jurusan

1 Ahmad Fathoni,

SE

KTU,

Bag. Bag.

Administrasi,

Bag. Humas

S1 UII Ekonomi

2 Enny Purtiwiyati,

S.Hut

Bag.

Keuangan S1 INSTIPER Kehutanan

3 Kartidjo

Penjaga,

Tenaga

Kebersihan

(CS)

SMP SMP

4 Slamet Rahardjo

Pengemudi,

Technical

Support

(Pesuruh)

SMA SMEA

5 Noviari

Cahyaningsih

Bag.

Keuangan S1 UNY

Manajemen

Pendidikan

6 Bastomi, A.Md Perpustakaan S1 UIN

Perpustakaan

dan

Informasi

60 Hasil Salinan Dokumentasi , “Data Tenaga Kependidikan SD INTIS School

Yogyakarta TA 2016/2017”, hlm. 2

Page 31: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

48

7 Atur Yuliadi

Tenaga

Kebersihan

(CS)

SMA

8 Suharjan Driver SMA

9 Ngadimin Endro

Sutrisno

Penjaga

Malam -

10 Afiati Nafiah,

A.Md Perpustakaan D3 UIN

Perpustakaan

dan

Informasi

3. Keadaan Peserta Didik

SD INTIS School Yogyakarta merupakan sekolah yang berbasis

pendidikan inklusi sehingga peserta didik di SD INTIS School Yogyakarta

ini memiliki keunikannya masing-masing. SD INTIS School Yogyakarta

memiliki 200 peserta didik, 16 diantaranya adalah siswa yang

berkebutuhan khusus, dan 14 diantaranya adalah siswa yang baru

terindikasi berkebutuhan khusus. Adapun datanya adalah sebagai

berikut:61

a. Jumlah Peserta Didik

Adapun jumlah didik SD INTIS School Yogyakarta secara

keseluruhan adalah sebagai berikut:

Tabel 4

Data Peserta Didik SD INTIS School Yogyakarta

Jenis

Kelamin

Kelas Jumlah

I II III IV V VI

Laki-laki 25 18 32 28 17 7 127

Perempuan 13 13 12 16 12 7 73

Jumlah 38 31 44 44 29 15 200

61 Hasil Salinan Dokumentasi , “Data Anak Berkebutuhan Khusus SD INTIS

School Yogyakarta”, hlm. 1-4

Page 32: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

49

b. Data Inklusi

1) Data Anak yang Berkebutuhan Khusus

Adapun Data Anak yang Berkebutuhan Khusus SD INTIS

School Yogyakarta secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

Tabel 5

Data Anak Berkebutuhan Khusus SD INTIS School

Yogyakarta

No Nama Siswa

berkebutuhan

khusus

Kel-

as

L

/P

Asesmen

(sudah/

belum)

Jenis

Ketunaan

Meng-

gunakan

Pseudo

(Ya/

tidak)

1 Abdurrahim

Malik

Wicaksono

6 L Sudah Kesulitan

belajar dan

gangguan

pemusatan

perhatian

Tidak

2 Aisha

Makkahlia

Chandra

Nurisa

6 P Sudah Lamban

Belajar

dan RM

Tidak

3 Kinasih

Adhiratna

Sigit

5 P Sudah Tuna

Rungu

Tidak

4 Wiam Akmal 4 L Sudah Tuna

Laras dan

kesulitan

belajar

(verbal)

Ya :

Mrs Pur

5 Maryam 4 P Sudah Autisma Ya :

Miss Isti

6 Siti Cahyani

Larasati

4 P Belum

Sejarah

Meningitis

Tidak

7 Khrisna

Dhipa

Wicaksana

3 L Sudah Kesulitan

Belajar

Ya :

Miss

Erna

8 Nadhif Cetta

Abhipraya

3 L Sudah Gangguan

Pemusatan

Perhatian

Ya :

Miss

Winda

Page 33: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

50

9 Muhammad

Alif

Widyadana

Salipu

3 L Sudah Autisma Ya :

Miss

Anisa

10 Alezaro Al-

Ghazali

3 L Sudah Slow

Learner :

IQ 74

Tidak

11 Ahmad

Rasyid

Rodhiyyan

3 L Sudah Usia

mental di

bawah

usia

seharus-

nya

Tidak

12 Handhika

Azka

Aunnuha

3 L Sudah Autisma Ya :

Miss

Khayati

13 Nabihah

Athallah

Arifin

2 P Sudah Lambat

Belajar

Tidak

14 Nahel

Rayusdita

Ahmad

2 L Sudah Lambat

Belajar,

Tidak

15 Fachri Riza

Arra’uf

2 L Sudah Tuna

Rungu

Tidak

16 Dzikri

Muhammad

Azzam

2 L Belum Epilepsi

internal

Tidak

2) Data yang Terindikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Data yang Terindikasi Anak Berkebutuhan Khusus SD

INTIS School Yogyakarta secara keseluruhan adalah sebagai

berikut:

Tabel 6

Data Siswa yang Terindikasi Anak Berkebutuhan

Khusus SD INTIS School Yogyakarta

No

.

Nama Siswa

berkebutuhan

khusus

Kelas L/P Asesmen

(sudah/be-

lum *)

Kecenderunga

n Kekhususan/

Jenis Ketunaan

1 Kuni Faza

Adila

6 P Belum Disleksia

Page 34: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

51

2 Ahmad

Rinofaros

Muchtar

5 L Belum

(sudah

observasi)

Cerdas

Istimewa

3 Hanan Abyan

Fallah

5 L Belum Gangguan

pemusatan

perhatian

4 Abdur

Rahman

5 L Belum Kesulitan

Belajar

5 Agnavalent

Hanif

Suheriyatno

4 L Belum Kesulitan

Belajar

6 Rohadatul

Aisy

4 P Belum Kesulitan

Belajar

7 Rasya Azkia

Naufal

4 L Belum Gangguan

emosi

8 Muhammad

Zain Akbar

4 L Belum Gangguan

emosi

9 Danica Erda

Afifah

4 P Belum Gangguan

pemusatan

perhatian

10 Raffi

Kurniaghani

Wicaksono

4 L Sudah Dislogia

11 Zahava

Odina

Mumtaz

4 P Belum Gangguan

pemusatan

perhatian

12 Gayatri Syifa

Maulida

3 P Belum

(sudah

observasi)

Lambat belajar

13 Adib Narang

Filiang

3 L Belum

(sudah

observasi)

Disleksia

14 Rajwa

Khairunnissa

Hakim

3 P Belum Disleksia

Berdasarkan data peserta didik diatas, dapat diketahui dari 200

peserta didik diantaranya terdapat peserta didik yang berkebutuhan khusus

seperti slow learner (lambat belajar), gangguan pemusatan perhatian,

disleksia, autisme, tuna rungu, tuna laras, gangguan emosi, dislogia,

epilepsi internal, dan cerdas istemewa. Peserta didik yang berkebutuhan

Page 35: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

52

khusus disatukan dalam kelas reguler bersama peserta didik lainnya agar

tidak ada kesenjangan atau diskriminasi terhadap dirinya. Kelas reguler

yang dimiliki oleh SD INTIS School Yogyakarta sebanyak 13 kelas. Kelas

1, 2, dan 5 memiliki dua rombongan belajar. Kelas 3 dan 4 memiliki tiga

rombongan belajar. Kelas 6 memiliki satu rombongan belajar. Tiap

rombongan belajar dalam kelas reguler terdapat sebanyak 15-20 peserta

didik.

E. Sarana dan Prasarana Sekolah

Sarana dan prasarana merupakan salah satu bagian dari

manajemen yang ada di lembaga pendidikan. Sarana dan prasarana

mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu organisasi, institusi

ataupun lembaga pendidikan. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang

mendukung maka proses pendidikan tidak berjalan sebagaimana

mestinya. Alasannya guru dalam sebuah lembaga pendidikan

membutuhkan sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan

pembelajaran. Semakin lengkap dan memadai sarana dan prasarana yang

dimiliki oleh sebuah sekolah akan memudahkan guru dalam

melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidikan.

Sarana prasarana yang dimiliki oleh SD INTIS School Yogyakarta

telah sesuai dengan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 bahwa standar

sarana prasarana SD/MI sekurang-kurangnya meliputi ruang kelas, ruang

perpustakaan, laboratorium IPA, ruang pimpinan, ruang guru, tempat

beribadah, ruang uks, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat

Page 36: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

53

bermain/olahraga.62

Ruang kelas yang dimiliki oleh SD INTIS School Yogyakarta

sebanyak 13 kelas dengan kondisi baik. Selain ruang kelas sarana dan

prasarana yang lain meliputi: ruang guru, ruang pimpinan, gudang, ruang

sirkulasi, jamban, laboratorium komputer, ruang uks, tempat

bermain/olahraga, ruang perpustakaan yang memiliki 1307 koleksi buku

terdiri dari buku sumber 81 buah dan buku bacaan 1226 buah dan ruang

terapi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).63

F. Struktur Organisasi Sekolah

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang didalamnya

terdapat kepala sekolah, wakil kurikulum, penanggungjawab kegiatan,

guru-guru, pegawai tata usaha, karyawan, dan peserta didik. Semua itu

memerlukan adanya organisasi sekolah yang baik agar tujuan sekolah

dapat berjalan dengan optimal. Organisasi dapat berjalan dengan baik

ketika hubungan antara atasan dan bawahan ataupun sesama partner

memiliki hubungan yang harmonis. Selain hubungan yang baik, agar

tujuan sekolah dapat berjalan dengan optimal tiap-tiap personal harus

memahami dan melaksanakan tugas serta tanggungjawabnya sesuai

dengan kedudukan yang ditempati dalam organisasi tersebut.

Adapun organisasi yang dimiliki oleh SD INTIS School

62 Peraturan Menteri Pendiidkan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun

2007 Tentang Standar Sarana Prasarana untuk SD/ MI, SMP/Mts, dan SMA/MA Pasal 1

Lampiran ke 16 63 Hasil Salinan Dokumentasi , “Profil Sekolah Bagian Sarana-Prasarana SD

INTIS School Yogyakarta”, hlm. 3-4

Page 37: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

54

Ketua Yayasan

Agus Sultoni, S.E

Direkur

Masrifah, S.E

Wakil Manajemen Mutu

Moh. Muadin, S.Pd. Si

Kepala Sekolah

Moh. Muadin S.Pd. Si.

Waka Kurikulum

Wian Indriani,

S.Pd.Si.

Waka Kesiswaan

Arina Nur Antari,

S.Si

Waka Sarpras

Rubianto, S.Or

Waka Humas

Ahmad Fathoni, S.E

Guru Kelas 1

Guru Kelas 2

Guru Kelas 3

Guru Kelas 4

Guru Kelas

5

Guru Kelas 6

Guru Penjaskes

Koordinator Ummi

Tata Usaha

Ahmad Fathoni, S.E

Slamet Rahardjo (Bagian Umum)

Katidjo (Keamanan)

Atur Yuliadi (Kebersihan)

Bendahara Sekolah

Enny Purtiwiyati,

S.hut

Noviari Cahyaningsi

h, S.Pd.

Petugas Perpustak

aan

Bastomi, A.Md

Afiyati Nafiah, A.Md

Ketua Komite

Sandhy Hanjarnursiswanti

Yogyakarta 2016/2017 adalah sebagai berikut:64

STRUKTUR ORGANISASI SD INTIS SCHOOL YOGYAKARTA

TAHUN 2016/2017

Gambar 1. Struktur Organisasi SD INTIS School Yogyakarta Tahun 2016/2017

64 Hasil Salinan Dokumentasi, “Struktur Organisasi SD INTIS School

Yogyakarta”, file yang dikirim oleh Ahmad Fathoni, S.E pada 9 Februari 2017

Page 38: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

55

BAB IV

KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU DALAM

PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

KELAS INKLUSI SD INTIS SCHOOL YOGYAKARTA

A. Proses Pembelajaran pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Kelas

Inklusi SD INTIS School Yogyakarta.

SD INTIS School Yogyakarta merupakan sekolah yang telah

menerapkan pendidikan inklusi selama delapan tahun. Penerapan

pendidikan inklusi tidak hanya memberikan pengalaman belajar bagi

peserta didik normal tetapi juga pada peserta didik yang memiliki

kebutuhan khusus. Proses pembelajaran bagi kelas inklusi menuntut

pendidik untuk memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan

karakteristik peserta didik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal bila dalam prosesnya

direncanakan secara matang, dilaksanakan sesuai dengan rencana dan

dievaluasi untuk mengetahui berapa banyak hal-hal yang telah dimiliki

oleh siswa dari hal-hal yang telah diajarkan. Usaha yang dilakukan

educator SD INTIS School Yogyakarta untuk mencapai tujuan

pembelajaran melakukan tahap-tahap proses pembelajaran seperti berikut:

1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran adalah tahap awal yang dilakukan oleh

para educator yang ada di SD INTIS School Yogyakarta dari mulai

educator kelas satu sampai educator kelas enam serta educator mata

pelajaran yang lainnya.

Page 39: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

56

Perencanaan pembelajaran dimulai dengan pembuatan Program

Tahunan yang memuat perhitungan alokasi waktu untuk jam pelajaran

efektif selama 1 tahun dan distribusi alokasi waktu yang memuat

kompetensi dasar yang harus dicapai dengan alokasi waktu yang

ditetapkan dari masing-masing mata pelajaran. Tahap selanjutnya

membuat program Semester yang memuat Kompetensi Dasar dan

Indikator yang dicapai selama satu semester dan waktu Ujian

Kompetensi Dasar (UKD), UTS, UAS, perbaikan dan pengayaan.65

Perencanaan pembelajaran selanjutnya adalah pembuatan silabus

yang dilakukan oleh guru kelas masing-masing. Silabus pada kelas

inklusi memiliki Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang sama

seperti silabus pada kelas-kelas reguler.66

Perumusan silabus dilakukan

pada awal tahun ajaran baru akan tetapi pada tahun ini masih

menggunakan silabus tahun sebelumnya yang belum terdapat

perbedaan untuk karakteristik peserta didik yang memiliki kebutuhan

khusus dengan peserta didik yang memiliki tingkat intelligensi normal.

Pembuatan silabus tahun ini terkendala karena adanya perubahan

silabus inklusi yang masih dirancang sesuai dengan karakteristik Anak

Berkebutuhan Khusus. Silabus inklusi baru akan digunakan pada tahun

depan. Hal ini dikemukakan oleh Mrs.Wian Indriani, S.Pd, S.I selaku

65 Hasil pengamatan dokumentasi Program Tahunan dan Program Semester SD

INTIS School Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 66 Hasil pengamatan dokumentasi Silabus SD INTIS School Yogyakarta tahun

ajaran 2015/2016

Page 40: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

57

bagian Kurikulum dan Educator L3 Abu Hurairah yang mengatakan

bahwa:

“Kurikulum untuk ABK seharusnya memang ada kurikulum

sendiri tapi karena kita masih belajar untuk kearah itu, maka kami

mulai dari silabus tahun ini sebenarnya dibuat untuk inklusi tetapi

masih terkendala waktu jadi mungkin bisa digunakan untuk Tahun

Ajaran 2017/2018, kemudian untuk RPP/DLPnya sendiri sudah ada

RPP inklusi. Kalau untuk silabus inklusi, baru tertangani sampai

hitam diatas putih saja belum sampai ke penerapannya.”67

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil dari pencermatan dokumen

Silabus tahun ini masih menggunakan silabus reguler yang tidak ada

perbedaan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar maupun Indikator bagi

peserta didik normal maupun peserta didik yang berkebutuhan khusus.

Pengembangan Indikator bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) hanya

ditulisakan pada Daily Learning Proposal (DLP) walaupun hanya untuk

Anak Berkebutuhan Khusus yang tingkat inteligensinya di bawah normal.

Hal senada juga dikatakan oleh Novi Restu Saputri, S.Pd selaku

educator L3 Abu Hanifah sebagai berikut “Silabus pembuatannya 1 tahun

sekali sebelum ajaran baru akan tetapi tahun ini terkendala karena ada

perubahan silabus untuk inklusi.”68

Perlunya modifikasi Kompetensi Dasar dan Indikator yang

disesuaikan dengan karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) maka

seharusnya ada rancangan silabus yang disesuaikan untuk kebutuhan

67 Hasil wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd. Si bagian Kurikulum dan

educator L3 Abu Hurairah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Selasa, 31 Januari

2017 pukul 09.30- 09.45 di Drawing Room. 68

Hasil wawancara dengan Novi Restu Saputri, S.Pd selaku educator L3 Abu

Hanifah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 pukul 14.30-

15.15 di Drawing Room.

Page 41: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

58

peserta didik dalam kelas inklusi. Silabus di SD INTIS School ini masih

dalam tahap perbaikan untuk disesuaikan dengan karakteristik peserta

didik normal dan karakteristik peserta didik ABK dalam kelas inklusi.

Berdasarkan hal tersebut, maka rancangan silabus yang ada saat ini untuk

kelas inklusi di SD INTIS School Yogyakarta sebenarnya masih belum

optimal untuk digunakan dalam pelaksanan pembelajaran bagi Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) di kelas inklusi.

Daily Learning Proposal (DLP) merupakan tahap akhir

perencanaan pembelajaran SD INTIS School Yogyakarta. Daily Learning

Proposal (DLP) ini dalam sekolah-sekolah negeri biasa disebut dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pembuatan Daily Learning

Proposal (DLP) dilakukan oleh educator kelas secara kelompok paralel

per kelas agar lebih efektif dan efisien. Modifikasi Daily Learning

Proposal (DLP) untuk peserta didik berkebutuhan khusus (ABK)

dilakukan oleh educator kelas menyesuaikan karakteristik ABK kelas

masing-masing.

Modifikasi dilakukan masih dalam satu Daily Learning Proposal

(DLP) hanya saja dengan kolom berbeda. Modifikasi dilakukan jika

tingkat intelligensi peserta didik ABK dibawah peserta didik normal

lainnya. Pembuatan Daily Learning Proposal (DLP) dilakukan per

minggu dan digunakan untuk pembelajaran selama satu minggu.

Penyerahan Daily Learning Proposal (DLP) dilakukan pada setiap hari

Jumat untuk mendapat persetujuan dari kepala sekolah sebelum

Page 42: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

59

melakukan proses pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh

Mawardi Lc. selaku educator L2 Ibnu Syna yang mengatakan bahwa:

“Kita mempunyai DLP/RPP yang itu untuk khusus ABK sendiri

tetapi dalam pembuatannya masih kurang sekali masih kurang

pengalaman dan masih tahap belajar tetapi secara umum sama

dengan yang lainnya cuma bagi ABK lebih intens saja. Ada DLP

sendiri untuk ABK jadi pencapaian untuk mereka kita targetakan

beda dengan yang lain tetapi ada subject mata pelajaran yang kita

samakan dengan anak normal yang lainnya.”69

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Wian Indriani, S.Pd, S.I

selaku bagian Kurikulum dan educator L3 Abu Hurairah :

“DLP dibuat seminggu sebelum proses pembelajaran berlangsung.

Pembuatan DLP dilakukan secara paralel pada tiap-tiap kelas.

Untuk DLP ABK biasanya diberikan kolom kosong untuk

dituliskan sendiri modifikasi oleh educator yang berkolaborasi

dengan pendamping ABK (shadow). Modifikasi ini biasanya

dilakukan bagi ABK yang memiliki tingkat intelligensi yang lebih

rendah dari peserta didik normal yang lainnya. Jika dikelas ada

ABK tetapi mampu mengikuti proses pembelajaran maka kolom

ABK dikosongkan. DLP itu biasanya memuat program

pembelajaran selama satu minggu kedepannya. Sebelum digunakan

DLP harus diserahkan oleh kepala sekolah untuk disetujui dan

ditandatangani.”70

Berdasarkan dari hasil wawancara, pencermatan dokumen dan

hasil observasi kelas, Daily Learning Proposal (DLP) yang dibuat

secara paralel pada saat pelaksanaan tidak selalu sama dengan yang

dituliskan karena setiap kelas memiliki karakteristik peserta didik yang

berbeda. Sehingga, educator kelas tetap masih memodifikasi ulang

metode pembelajaran yang disesuaikan dengan karekteristik kelas

69 Hasil wawancara dengan Mawardi, Lc. selaku educator L2 Ibnu Syna SD

INTIS School Yogyakarta, pada hari Selasa, 17 Januari 2017 pukul 09.00-09.30 di Ruang

kelas L2 Ibnu Syna. 70

Hasil wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd. S.I selaku bagian kurikulum

dan educator L3 Abu Hurairah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Rabu, 1 Februari

2017 pukul 12.30-13.05 di Drawing Room.

Page 43: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

60

masing-masing dan karakteristik ABK yang ada dikelas masing-

masing.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan Pembelajaran merupakan tahap kedua dari proses

pembelajaran SD INTIS School Yogyakarta setelah tahap perencanaan.

Pelaksanaan pembelajaran di SD INTIS School dilakukan oleh 13 kelas

inklusi dengan karakteristik ABK yang berbeda-beda pada tiap

kelasnya. Tiap kelas memiliki 25-30 siswa diantaranya terdapat

peserta didik ABK, 2 educator dan pendamping ABK (shadow).

Peneliti dalam tesis ini hanya melakukan observasi pada 12 kelas yaitu

kelas 1 sampai kelas 5. Peneliti tidak diperkenankan mengobservasi

kelas 6 karena sedang dipersiapkan untuk menghadapi ujian nasional.

Hasil observasi proses pelaksanaan pembelajaran kelas inklusi adalah

sebagai berikut:

a. L1 al-Biruni

Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas

L1 al-Biruni dengan mata pelajaran tematik tema “Pengalaman”

sub tema “Belajar di Sekolah” yang diampu oleh Siti Khotimah,

S.Pd (Mrs. Imah) dan Sulis Ardiyanti, S.Pd (Mrs. Sulis) selaku

educator L1 al- Biruni. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada

Page 44: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

61

hari Kamis, 12 Januari 2017 pukul 10.15-11.25 di ruang kelas L1

al-Biruni. Kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:71

Tahap awal, Mrs. Imah memberikan ice breaking untuk

memberikan semangat pada peserta didik dengan menyanyikan

lagu “main ayunan”. Setelah dirasa anak-anak sudah

berkonsentrasi maka Mrs. Imah mereview ulang mata pelajaran

sebelumnya tentang memperagakan cara menggerakkan benda.

Mrs. Imah menanyakan “bagaimana ayunan bisa bergerak?”,

“didorong” jawab salah satu peserta didik. “Kapan bola bisa

bergerak ?”, “ketika ditendang” jawab salah satu peserta didik.

Tahap inti, Mrs. Imah menjelaskan cara menulis tegak

bersambung dengan baik dan benar di papan tulis. Ia memberikan

contoh penulisan dengan tayangan slide di LCD. Mrs. Imah

memberikan tugas kepada peserta didik untuk menuliskan kembali

kalimat yang telah dicontohkan di slide sebanyak tiga nomor untuk

disalin oleh peserta didik. Peserta didik boleh mengerjakan

ditempat manapun yang mereka suka boleh dilantai ataupun di

meja.

Mrs. Imah dan Mrs. Sulis mendampingi peserta didik yang

membutuhkan pendampingan. Peserta didik seperti Mas Key

(autis) diberikan perlakuan khusus saat pembelajaran ia biasanya

71 Hasil observasi pada pembelajaran tematik di Ruang Kelas L1 al-Biruni

dengan Siti Khotimah, S.Pd (Mrs. Imah) dan Sulis Ardiyanti, S.Pd (Mrs. Sulis) selaku

educator L1 al- Biruni SD INTIS School Yogakarta pada hari Kamis, 12 Januari 2017

pukul 10.15-11.25.

Page 45: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

62

selalu dibantu dan selalu didampingi dengan shadow, tetapi kali ini

shadow tidak masuk kemudian digantikan oleh Mrs. Sulis yang

mendampingi dalam mengerjakan tugas. Meskipun dia belum bisa

menulis tegak bersambung Mrs. Sulis membiarkan ia menulis

dengan huruf yang biasa ia tulis. Akan tetapi, Mrs Sulis tetap

membantu mencontohkan ia sedikit demi sedikit menulis dengan

huruf tegak bersambung. Begitupun dengan Mrs. Imah, ia

mendampingi dan membantu mengajari dengan memberikan

contoh dalam menuliskan huruf dengan tegak bersambung pada

siswa yang merasa kesulitan.

Tahap akhir, Mrs. Imah meminta siswa menyelesaikan

pekerjaannya dirumah. Mrs. Imah mengakhiri pembelajaran

dengan membaca hamdalah bersama-sama.

b. L1 al-Farabi

Kegiatan pembelajaran ini dengan mata pelajaran Bahasa

Jawa yang diampu oleh Nok Siti Fatiyatul Muharromah, S.Pd.I

(Mrs. Fafa) dan Zen Muhammad Alfaruq, S.Si (Mr. Zen) selaku

educator L1 Al-Farabi. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada

hari Kamis, 12 Januari 2017 pukul 08.45-10.15 di ruang kelas L1

Al-Farabi dengan tiga tahap yaitu tahap awal, tahap inti dan tahap

akhir. Adapun kegiatannya adalah sebagai berikut:

Tahap awal, Mrs. Fafa meminta peserta didik untuk berdoa

terlebih dahulu dengan membaca doa akan belajar. Setelah selesai

Page 46: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

63

berdoa, Mrs. Fafa memberikan apersepsi dengan mengajak peserta

didik untuk kedepan kelas bermain sinonim dan tebak-tebakan.

Mrs. Fafa meminta semua peserta didik untuk membuat lingkaran

besar. Mrs Fafa memberikan petunjuk bila yang dikatakannya

sesuatu dengan ukuran kecil seperti semut peserta didik membuat

lingkaran besar sedangkan ketika menyebut gajah peserta didik

harus membuat lingkaran kecil. Selanjutnya, Mrs. Fafa meminta

peserta didik untuk mengangkat satu kaki kanannya, tangan kiri

kedepan dan tangan kanan dibelakang. Mrs. Fafa menghitung 1-10

untuk berlatih keseimbangan. Mrs. Fafa meminta peserta didik

untuk latihan pernafasan. Setelah selesai, Mrs. Fafa meminta

peserta didik untuk kembali ke tempat duduknya dan mereview

materi sebelumnya dengan memberikan pertanyaan kepada peserta

didik.

Tahap inti, Mrs. Fafa memancing peserta didik dengan

menjawab pertanyaan dan kemudian ia menjelaskan materinya di

akhir. Metode yang digunakan adalah ceramah. Pertanyaan yang ia

ajukan ada yang mengintegerasikan dengan mata pelajaran PAI

dan kehidupan sehari-hari seperti “sakdurunge mangkat sekolah

kudu berdo’a lan pamitan.” Kemudian ia menunjuk salah satu

peserta didik untuk membacakan do’a naik kendaraan.

Educator memberi reward “bintang point” jika mampu

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Peserta didik

Page 47: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

64

sangat antusias tak terkecuali Almair dan Praja dalam mengikuti

proses pembelajaran. Mrs. Fafa memberikan kesempatan kepada

Almair untuk menjawab seperti teman-teman yang lain meskipun

Almair dibantu oleh shadow. Mr. Zen membatu peserta didik yang

lain, ia mendampingi dan membantu peserta didik yang belum

paham.

Praja terlihat hilang fokus meskipun sudah didampingi

shadow, Mrs. Fafa pun meminta Praja untuk pindah tempat duduk

bergantian dengan temannya menjadi di depan agar ia lebih fokus.

Mrs. Fafa membacakan tentang materi “Rungokno dhawuhe

gurumu”. Peserta didik diminta untuk memperagakan apa yang

disuruh Mrs. Fafa seperti “benikno klambimu”, “tatanen bukumu”,

“jungkatono rambutmu”, “lungguh sing anteng”.

Mrs. Fafa melanjutakan materi yang selanjutnya yaitu

tembang dengan judul “Wiwit Isih Bayi” akan tetapi Mrs. Fafa

tidak tahu nada dari lagu tersebut. Mr. Zen membantu dengan

mencarikan di youtobe. Mrs. Fafa terlebih dahulu membacakan dan

menerangkan maknanya kepada peserta didik dengan Bahasa

Indonesia. Setelah Mrs Fafa selesai menjelaskan, Mr. Zen

memutarkan tembang “Wiwit Isih Bayi” dengan menggunakan

LCD. Peserta didik diajak untuk menyanyi bersama.

Page 48: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

65

Tahap akhir, peserta didik diminta untuk membaca

hamdalah bersama-sama dan diminta untuk mengeluarkan buku

mata pelajaran selanjutnya.72

c. L2 Ibnu Syna

Observasi kegiatan pembelajaran dilakukan dikelas L2 Ibnu

Syna dengan mata pelajaran tematik tema “Acara Keluaraga” sub

tema “Menyiapkan Acara Keluarga” yang diampu oleh

Soviaturrokhimah Maula Betaraya (Mrs. Via) dan Mawaardi Lc

(Mr. Mawardi) selaku educator L2 Ibnu Syna. Kegiatan

pembelajaran ini dilakukan pada hari Jum’at, 13 Januari 2017

pukul 08.45-11.25 di ruang kelas L2 Ibnu Syna. Kegiatan

pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:73

Tahap awal, Mrs. Via meminta peserta didik untuk

merapikan tempat duduk. Atha (autis dan epilepsi internal) dan

Fahri (tuna rungu) menempati tempat duduk yang berada didepan.

Berdo’a sudah dilakukan pada jam pelajaran sebelumnya. Mrs. Via

meminta peserta didik untuk mengeluarkan buku tematik. Mr.

Mawardi meminta untuk peserta didik untuk tenang. Mrs. Via

mereview pelajaran sebelumnya dengan bertanya dengan menunjuk

72 Hasil observasi pada pembelajaran Bahasa Jawa di Ruang Kelas L1 Al-Farabi

dengan Nok Siti Fatiyatul Muharromah, S.Pd.I (Mrs. Fafa) dan Zen Muhammad Alfaruq,

S.Si (Mr. Zen) selaku educator L1 Al-Farabi SD INTIS School Yogakarta pada hari

Kamis, 12 Januari 2017 pukul 08.45-10.15. 73

Hasil observasi pada pembelajaran tematik di Ruang Kelas L2 Ibnu Syna

dengan Soviaturrokhimah Maula Betaraya (Mrs. Via) dan Mawaardi Lc (Mr. Mawardi)

selaku educator L2 Ibnu Syna SD INTIS School Yogakarta pada hari Jum’at, 13 Januari

2017 pukul 08.45-11.25.

Page 49: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

66

satu-persatu peserta didik “Energi cahaya dihasilkan darimana?”

“Senter” jawab Hani. “Energi bunyi darimana?“ “Radio” jawab

Althaf. “Energi panas bisa dihasilkan darimana?” “Rice Cooker”

jawab Fatah. Pertanyaan tentang asal dari energi cahaya, bunyi,

dan panas diberikan kepada peserta didik yang lainnya secara

merata baik peserta didik normal maupun ABK. Mr. Mawardi

mendampingi Fahri dalam menjelaskan macam-macam energi dan

benda-benda yang dapat menghasilkan energi cahaya, bunyi, dan

panas.

Tahap inti, Mrs. Via membentuk peserta didik menjadi 4

kelompok. Kelompok 1 dan 2 diminta untuk mengambil LKS IPA

di loker masing-masing. Selanjutnya, dilanjutkan oleh kelompok 3

dan 4. Mrs. Via meminta peserta didik untu membuka halaman

sembilan dengan menggunakan bahasa Inggris. Pada halaman

sembilan mereka diminta untuk menuliskan nama benda-benda,

energi apa yang dihasilkan dari benda-benda yang ada di gambar,

dan apa kegunaan benda tersebut. Mrs. Via menjelaskan nama

benda yang belum dipahami oleh peserta didik. Mr. Mawardi

menjelaskan dan mendampingi Fahri dalam mengerjakan, sekali-

kali Mr. Mawardi menuliskan kalimat yang belum dipahami oleh

Fahri. Setelah semua peserta didik seleseai mengerjakan, Mrs. Via

meminta peserta didik untuk mau menuliskan di papan tulis di

kolom yang telah disediakan. Satu-persatu peserta didik maju

Page 50: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

67

kedepan untuk menuliskan hasil dari pekerjaan mereka termasuk

Atha. Mrs. Via mengkonfirmasi dan menjelaskan masing-masing

dari jawaban peserta didik.

Tahap akhir, Mrs. Via meminta peserta didik untuk

mengembalikan LKS IPA di loker masing-masing dengan tertib

dan memperbolehkan peserta didik untuk beristirahat.

d. L2 Ibnu Rusyd

Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas

L2 Ibnu Rusyd dengan mata pelajaran tematik tema “Acara

Keluaraga” sub tema “Menyiapkan Acara Keluarga” yang diampu

oleh Septa Eka Wulandari, S.Pd (Mrs. Septa) dan Permana

Octofezi, S.Pd.I (Mr. Pram) selaku educator L2 Ibnu Rusyd.

Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada hari Senin, 22 Januari

2017 pukul 08.45-10.15 di ruang kelas L2 Ibnu Rusyd. Kegiatan

pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:74

Tahap awal, Mrs. Septa meminta peserta didik untuk duduk

secara tertib dengan menghitung satu sampai sepuluh. Mrs. Septa

menegur Nachel karena dia tidak menggunakan jas seragamnya.

Mrs. Septa meminta Nachel untuk memakai jas seragamnya.

Setelah semua peserta didik sudah tertib, Mrs. Septa mereview

74

Hasil observasi pada pembelajaran tematik di Ruang Kelas L2 Ibnu Rusyd

dengan Septa Eka Wulandari, S.Pd (Mrs. Septa) dan Permana Octofezi, S.Pd.I (Mr. Pram)

selaku educator L2 Ibnu Rusyd SD INTIS School Yogakarta pada hari Senin, 22 Januari

2017 pukul 08.45-10.15.

Page 51: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

68

ulang materi pembelajaran yang telah diajarkan Mr. Pram

sebelumnya tentang energi panas, cahaya, dan bunyi. Mrs. Septa

menanyakan pada peserta didik, “Benda apa yang menghasilkan

energi cahaya?” “lampu”, “matahari”, “televisi” jawab beberapa

peserta didik. Mrs. Septa bertanya kembali pada peserta didik,

“Benda apa yang menghasilkan energi panas?” “microwave”, “rice

cooker”, “kompor” jawab beberapa peserta didik.” Mrs. Septa

melanjutkan pertanyaannya kembali, “Benda apa yang

menghasilkan energi bunyi?” “radio”, “gitar” jawab beberapa

peserta didik. Mrs. Septa menjelaskan bahwa alat musik juga

menghasilkan bunyi kemudian mengkaitkan dengan alat-alat musik

kesukaan peserta didik. Mrs. Septa menanyakan pada Fahri

“Apakah mobil dan motor dapat mengeluarkan energi bunyi ?”

“karena mengeluarkan suara dari knalpot” jawab Fahri.

Tahap inti, Mrs. Septa meminta peserta didik untuk

membuka buku halaman 62 sampai 63. Mrs Septa memberi

kesempatan untuk Nachel membacakan soal nomor 3 yaitu

mengidentifikasi benda-benda yang dapat menghasilkan energi

yang digunakan untuk merayakan tahun baru. Azam dan Fahri

tidak tertib dalam proses pembelajaran sehingga Mrs. Septa

menegur dan mengingatkan mereka. Jika diteguran ketiga mereka

masih tidak tertib hukumannya adalah mencuci piring temannya

sebanyak 4 orang. Mrs. Septa melanjutkan kembali pelajaran

Page 52: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

69

dengan memberikan tugas kepada peserta didik untuk membawa 1

benda yang ada dirumah mereka yang menghasilkan energi panas,

cahaya, atau bunyi pada pelajaran tematik (IPA) dipertemuan

berikutnya. Mrs. Septa melanjutkan pelajaran dengan meminta

siswa untuk mengerjakan tugas pada buku tematik untuk

menuliskan benda-benda menghasilkan energi panas, cahaya, dan

bunyi di dalam tabel. Setiap soal ditanyakan dan dijelaskan kepada

peserta didik oleh Mrs. Septa. Mr. Pram mendampingi peserta

didik yang lainnya. Mr. Pram menjelaskan materi yang belum

dipahami oleh peserta didik. Ketika proses pembelajaran Azam,

Fahri dan Nachel tidak fokus dalam pembelajaran. Mrs. Septa

mengingatkan mereka untuk fokus dalam pembelajaran. Peserta

didik diberi kesempatan untuk menilai hasil dari pekerjaan mereka

sendiri. Mrs. Septa melanjutkan pembelajaran dengan meminta

peserta didik (Lulu, Nachel, Fahri) untuk membacakan tugas

rumah didepan kelas tentang “alat-alat yang menghasilkan energi

panas, cahaya, dan bunyi.” Nachel dibantu Mrs. Septa dalam

membacakan soal.

Tahap akhir, Mrs. Septa menjelaskan kembali materi yang

dipelajari hari ini. Pembelajaran ditutup dengan membaca

hamdalah dan mengingatkan peserta didik keluar kelas untuk

istirahat dengan tertib.

Page 53: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

70

e. L3 Abu Hanifah

Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas

L3 Abu Hanifah dengan mata pelajaran tematik tema “Teknologi”

sub tema “Sumber Cahaya dan Panas” yang diampu oleh Novi

Restu Saputri, S.Pd (Mrs Novi) dan Tyas Akbar Gumilar, S.Pd.I

(Mr. Akbar) selaku educator L3 Abu Hanifah. Kegiatan

pembelajaran ini dilakukan pada hari Kamis, 19 Januari 2017

pukul 13.00-14.30 di ruang kelas L3 Abu Hanifah. Kegiatan

pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:75

Tahap awal, Mrs. Novi mengawali pembelajaran tematik

dengan permainan “aku berkata dan lakukanlah!” Semua peserta

didik melingkar memutari Mrs. Novi kecuali Dika, Dika jalan-jalan

sendiri di dalam kelas. Mrs. Novi meminta Nadhief untuk

menemani Mrs. Novi dalam lingkaran. Mrs. Novi memberi aturan

pada peserta didik yang lain untuk mengikuti apa yang dikatakan

oleh Nadhief. “Nadhief berkata, duduk!” semua peserta didik

duduk dan yang terakhir duduk ia menggantikan Nadhief didalam

lingkaran. Mr. Akbar mengawasi permainan dan semua peserta

didik menikmati permainan. Mrs. Novi mendekati Dika yang

sendiri, didekati dan dirangkul berjalan ke tempat duduk Dika. Saat

75

Hasil observasi pada pembelajaran tematik di Ruang Kelas L3 Abu Hanifah

dengan Novi Restu Saputri, S.Pd (Mrs Novi) dan Tyas Akbar Gumilar, S.Pd.I (Mr.

Akbar) selaku educator L3 Abu Hanifah SD INTIS School Yogakarta pada hari Kamis, 19

Januari 2017 pukul 13.00-14.30.

Page 54: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

71

itu, permainan selesai dan Mr. Akbar meminta peserta didik untuk

kembali ketempat duduknya.

Tahap inti, Mrs. Novi meminta semua peserta didik untuk

membuka buku tematik halaman 86-89. Peserta didik diminta

untuk membaca materi tentang “Sumber Energi” selama 10 menit.

Setelah peserta didik selesai membaca Mrs. Novi memberikan

pertanyaan “Sumber energi di bumi ada 8 apa saja?” Peserta didik

yang lain menjawab macam-macam sumber energi. Terdapat

peserta didik yang tidak fokus (Rafa) kemudian Mrs. Novi

meminta ia untuk menyebutkan satu sumber energi yang ada di

bumi. Mrs. Novi kemudian meminta untuk semua peserta didik

untuk menulis dengan mendikte tentang ringkasan dari materi

“macam-macam sumber energi” dan menjelaskan satu persatu.

Dika, Nadhief, Alif, Krisna menulis apa yang disampaikan oleh

Mrs. Novi dibantu oleh shadow. Mr. Akbar mendampingi peserta

didik yang lain. Mrs Novi dan Mr Akbar sesekali memberi

perhatian ke Dika dengan cara mendekatinya. Setelah semua

peserta didik selesai menulis Mrs. Novi meminta peserta didik

untuk mengerjakan tugas yang ada dibuku halaman 89. Peserta

didik yang sudah selesai meminta nilai kepada Mrs. Novi.

Tahap akhir, Mrs. Novi meminta peserta didik untuk

berkemas-kemas dan menanyakan “Siapa yang piket hari ini?”

Setelah semua selesai berkemas peserta didik duduk secara

Page 55: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

72

melingkar secara tertib Mrs. Novi dan Mr. Akbar mereview ulang

materi yang telah diajarkan hari ini dilanjutkan dengan do’a pulang

sekolah. Mrs. Novi dan Mr. Akbar menutup pelajaran dengan

salam. Mrs. Novi meminta salah satu peserta didik untuk memilih

temannya yang tertib untuk pulang terlebih dahulu.

f. L3 Abu Hurairah

Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas

L3 Abu Hurairah dengan mata pelajaran tematik tema “Hidup

Hemat” sub tema “Hemat Uang” yang diampu oleh Wian Indriani,

S.Pd.Si (Mrs. Yani) dan Dini Damayanti, S.Pd.I (Mrs. Dini) selaku

educator L3 Abu Hurairah. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan

pada hari Kamis, 2 Februari 2017 pukul 10.15-11.25 di ruang kelas

L3 Abu Hurairah. Kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai

berikut:76

Tahap awal, Mrs. Yani sebagi educator kelas meminta

siswa untuk kembali ke tempat duduk setelah pembelajaran

pertama selesai. Mrs. Yani menanyakan kepada peserta didik PR

untuk menuliskan laporan kegiatan outing class.

Tahap inti, Mrs. Yani meminta beberapa peserta didik

untuk ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil laporan dari

kegiatan outing class di Malioboro. Terdapat 4 peserta didik yang

76

Hasil observasi pada pembelajaran tematik di Ruang Kelas L3 Abu Hurairah

dengan Wian Indriani, S.Pd.Si (Mrs Yani) dan Dini Damayanti, S.Pd.I (Mrs. Dini) selaku

educator L3 Abu Hurairah SD INTIS School Yogakarta pada hari Kamis, 2 Februari 2017

pukul 08.45-10.15.

Page 56: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

73

mempresentasikan hasil pekerjaannya. Setiap peserta didik selesai

mempresentasikan hasil laporannya Mrs. Yani memberikan

pertanyaan dari laporan yang dibacakan kepada peserta didik yang

lain. Mrs. Yani memberikan reward “bintang point” kepada peserta

didik yang mau mempresentasikan hasil pekerjaannya dan yang

bisa menjawab pertanyaan.

Mrs. Yani mengulas kembali tentang kegiatan wawancara

dan outing class tentang berbagai pekerjaan yang ada di

Malioboro. Mrs. Yani menjelaskan mengapa harus bekerja dan

menjelaskan berbagai pekerjaan yang menghasilkan barang dan

jasa. Peserta didik diminta untuk mengklasifikasikan berbagai

pekerjaan menghasilkan barang atau jasa dari pekerjaan yang

disebutkan oleh Mrs. Yani. Mrs. Yani kemudian menjelaskan

tentang sistem barter dan sejarah uang kemudian menanyakan

kepada peserta didik tentang kesulitan menggunakan uang barang.

Mrs. Dini mendampingi peserta didik yang lainnya dan

mentransfer kembali penjelasan dari Mrs. Yani kepada peserta

didik yang belum paham.

Mrs. Yani mengkaitkan dengan uang tabungan yang

dimiliki oleh peserta didik dan mengajak untuk hidup hemat.

Peserta didik diminta untuk membuka buku tematik dan

menyebutkan nilai mata uang yang ada di gambar. Mrs. Yani

memberikan contoh secara konkret uang kartal dan uang giral.

Page 57: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

74

(ATM, kartu kredit, cek, giro, uang keras, dan uang logam). Mrs

Dini dan Mrs Yani mempraktekkan menjadi penjual dan pembeli

dengan menggunakan uang kartal dan uang giral dan meminta

siswa untuk menyimpulkan perbedaan uang kartal dan uang giral.

Mrs. Yani menjelaskan kelmabali perbedaan uang kartal dan uang

giral.

Mrs. Yani meminta peserta didik untuk membuka buku

tematiknya kembali “Open your tematic book!” Mrs. Yani

memperlihatkan gambar uang kertas dan uang logam yang ada di

buku tematik dan menanyakan kepada peserta didik “Kalian sudah

pernah melihat uang kertas dan uang logam dikehidupan sehari-

hari?” “Sudah”, jawab peserta didik. Mrs. Yani meminta siswa

untuk melihat media uang-uangan yang tadi digunakan, kemudian

Mrs. Yani bertanya kepada peserta didik bentuk uang kertas dan

uang logam, bahan pembuat uang kertas dan uang logam, tempat

penyimpanan uang kertas dan uang logam dan pecahan terkecil dan

terbesar uang kertas dan uang logam. Mrs. Yani meminta siswa

untuk menuliskan pertanyaan dan jawaban di buku tulis.

Tahap akhir, Mrs. Yani memberikan “yel-yel” yang

dijawab oleh peserta didik. Inti dari yel-yel tersebut ialah agar anak

duduk dengan tertib. Mrs. Yani mengingatkan kembali kegiatan -

outing class yang kemarin dilakukan di Malioboro. Mrs .Yani

menanyakan “di Malioboro kalian banyak melihat apa?” “Orang

Page 58: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

75

yang bekerja”, jawab peserta didik secara bersama-sama. “Orang

yang bekerja untuk apa saja?” tanya Mrs. Yani. “Mencari uang”,

“mencari nafkah” jawab peserta didik. Mrs. Yani menjelaskan

selain mencari uang dan mencari nafkah bekerja juga untuk

meningkatkan harga diri dan untuk memenuhi kebutuhan. Mrs.

Yani mengakhiri dengan memberikan pertanyaan tentang

pengertian dan contoh uang kartal dan uang giral. Setelah bel

istirahat berbunyi, Mrs. Yani meminta peserta didik untuk keluar

dengan tertib.

g. L3 Abu Bakar

Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas

L3 Abu Bakar dengan mata pelajaran tematik tema “Teknologi”

sub tema “Matahari sebagai Sumber Cahaya dan Panas” yang

diampu oleh Larostina Saputri, S.Pd (Mrs. Laros) dan Ervina

Mayasari, S.Psi (Mrs. Vina) selaku educator L3 Abu Bakar.

Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada hari Selasa, 17 Januari

2017 pukul 10.15-11.25 di ruang kelas L3 Abu Bakar. Kegiatan

pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:77

Tahap awal, Mrs. Laros memberikan ice breaking kepada

peserta didik dengan bermain “kata bergaya.” Setelah semua

peserta didik sudah mulai fokus Mrs. Laros meminta mereka untuk

77 Hasil observasi pada pembelajaran tematik di Ruang Kelas L3 Abu Bakar

dengan Larostina Saputri, S.Pd (Mrs. Laros) dan Ervina Mayasari, S.Psi (Mrs. Vina) selaku educator L3 Abu Bakar SD INTIS School Yogakarta pada hari Selasa, 17 Januari

2017 pukul 10.15-11.25.

Page 59: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

76

duduk secara tertib. Mrs. Laros menanyakan materi yang kemarin

telah dipelajari.

Tahap inti, Mrs. Laros meminta peserta didik untuk

membuka buku tematik materi hemat energi. Dua orang peserta

didik diminta untuk memainkan peran sebagai Bima dan Ibu Bima

sesuai dengan percakapan yang ada di buku paket. Peserta didik

yang lain diminta untuk mendengarkan peran yang dimainkan oleh

teman mereka. Alif merupakan ABK dengan karakteristik autis, ia

didampingi oleh shadow dalam proses pembelajaran. Sedangkan

Syfa adalah ABK dengan karakteristik suaha fokus dan peserta

didik yang lain yang membutuhkan pendampingan didampingi

oleh Mrs. Vina pada mata pelajaran kali ini.

Mrs. Laros memberikan pertanyaan kepada peserta didik

terkait percakapan yang telah diperankan. Mrs. Laros mulai

menjelaskan tentang pecahan dan melakukan tanya jawab dengan

peserta didik. Shadow dan Mrs. Vina mentransfer ulang materi

yang telah dijelaskan kepada peserta didik yang didampingi dengan

behasa yang lebih sederhana. Peserta didik diminta untuk

menjawab pertanyaan yang ada di buku paket secara lisan. Mrs.

Laros menunjuk 4 peserta didik termasuk Syfa. Mrs. Laros kembali

bertanya pada peserta didik tentang apa saja penggunaan energi

dirumah dan bagaimana cara menghematnya. Beberapa peserta

didik menjawab dari benda-benda yang ada dirumah yang dapat

Page 60: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

77

menghasilkan energi dan menjelaskan cara menghematnya. Mrs.

Laros meminta dua peserta didik yang berbeda melanjutkan

percakapan tentang “Penggunaan Energi” dan meberikan

pertanyaan kepada semua peserta didik tentang isi percakapan.

Peserta didik kemudian diminta untuk memperhatikan

gambar dan membaca teks didalam buku paket tentang generator

dan cara penggunaanya. Mrs. Laros menanyakan kepada dua

peserta didik yang tidak memperhatikan pelajaran. Setelah semua

memperhatikan kembali, Mrs. Laros melanjutkan penjelasannya

dan bertanya kepada peserta didik “Apa yang terjadi jika turbin

bergerak cepat ?”, “Apa yang terjadi jika turbin bergerak lambat?”,

dan “Apa turbin bisa berhenti bergerak ?” Mrs. Laros kemudian

menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang sebelumnya telah

diajukan kepada peserta didik. Peserta didik diminta untuk

menuliskan soal dan jawaban di buku tulis. Alif menulisakan soal

dan jawaban dengan dibantu shadow.

Mrs. Laros menjelaskan kembali tentang pecahan dengan

menanamkan konsep pecahan sederhana dengan gambar kepada

peserta didik. Mrs. Laros kembali memberikan pertanyaan bagi

peserta didik yang tidak fokus. Mrs. Laros telah mengamati bahwa

peserta didik yang bernama Indra sudah tidak fokus pada

pembelajaran selama satu minggu. Peserta didik sudah mulai fokus

kembali, Mrs. Laros melanjutkan penjelasannya dan memberikan

Page 61: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

78

kesempatan kepada peserta didik yang belum paham untuk

bertanya. Peserta didik sudah paham kecuali ABK dijelaskan

kembali oleh shadow dan Mrs. Vina. Mrs. Laros melanjutkan

kembali pelajaran dengan membacakan soal tentang pecahan yang

dikaitkan dengan makanan/ minuman yang disukai peserta didi.

Peserta didik diminta untuk memecahkan soal secara bersama-

sama. Peserta didik yang mampu menjawab dengan benar

diberikan “bintang point” oleh Mrs. Laros.

Tahap akhir, Mrs. Laros menanyakan kembali tentang

materi “Hemat Energi” yang telah dipelajari. Mrs. Laros dan

peserta didik bersama-sama menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

h. L4 Zaid bin Tsabit

Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas

L4 Zaid bin Tsabit dengan mata pelajaran matematika yang

diampu oleh Fajar Fatmasari, S.Pi (Mrs. Fatma) dan Asep

Setiawan, S.Pd. I (Mr. Asep) selaku educator L4 Zaid bin Tsabit.

Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada hari Rabu, 18 Januari

2017 pukul 07.35-08.45 di ruang kelas L4 Zaid bin Tsabit.

Kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:78

78

Hasil observasi pada pembelajaran Matematika di Ruang Kelas L4 Zaid bin

Tsabit dengan Fajar Fatmasari, S.Pi (Mrs. Fatma) dan Asep Setiawan, S.Pd. I (Mr. Asep)

selaku educator L4 Zaid bin Tsabit SD INTIS School Yogakarta pada hari Rabu, 18

Januari 2017 pukul 07.35- 08.45.

Page 62: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

79

Tahap awal, peserta didik berkumpul diluar kelas secara

tertib, mereka diminta untuk menjawab pertanyaan dari Mrs. Fatma

dan Mr. Asep tentang materi perkalian untuk dapat masuk ke kelas.

Setelah semua peserta didik sudah berada di dalam kelas Mrs.

Fatma dan Mr. Asep meminta untuk duduk dengan tertib.

Mrs. Fatma membuka pelajaran dengan mengucap salam

dan menanyakan kabar peserta didik. Peserta didik menjawab

salam dan kembali menanyakan kabar Mrs. Fatma dan Mr. Asep.

Mrs Fatma menanyakan PR menanyakan siapa yang belum paham

tentang materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

Beberapa peserta didik mengacungkan jari sehingga Mrs. Fatma

menjelaskan ulang materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan

cara memberikan soal dan penjelasan kepada peserta didik. Salah

satu peserta didik tidak konsentrasi karena bermain kertas lipat saat

dijelaskan sehingga Mrs. Fatma meminta peserta didik untuk

memasukkan kertas lipat dan barang-barang yang tidak digunakan

untuk dimasukkan di dalam tas. Mr. Asep mengingatkan peserta

didik yang masih kurang fokus dalam pembelajaran.

Mrs. Fatma menjelaskan kembali konsep penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat negatif dan positif kepada peserta didi

Beberapa kali Mrs. Fatma menanyakan kepada peserta didik

apakah sudah paham ataukah belum. Peserta didik yang belum

paham dijelaskan kembali hingga ia paham. Mr. Asep beberapa

Page 63: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

80

kali mengingatkan Wiam dan peserta didik yang lain yang tidak

fokus untuk lebih fokus ke pelajaran.

Tahap inti, peserta didik diminta untuk mengeluarkan LKS

membuka PR yang kemarin diberikan. Mrs. Fatma dan peserta

didik membahas PR tentang “penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat” secara bersama-sama. Setiap nomor dibahas dan

dijelaskan kembali oleh Mrs. Fatma. Mr. Asep mendampingi

peserta didik yang lainnya dan sesekali mengecek pekerjaan

peserta didik. Beberapa anak yang masih belum paham tentang

penjelasan Mrs. Fatma bertanya kepada Mr. Asep. Mrs. Fatma

memberi kesempatan peserta didik untuk menilai pekerjaannya

sendiri sesuai instruksi yang diberikan.

Mrs. Fatma memberikan motivasi kepada peserta didik

untuk belajar sungguh-sungguh karena raport bukan hanya

ditentukan oleh nilai UKD, UTS dan UAS melainkan juga dari

nilai tugas dan PR. Mrs. Fatma membacakan nilai tugas kepada

peserta didik.

Peserta didik diminta untuk membuka paket matematika

pada halaman yang ditentukan. Mrs. Fatma kemudian yang

menjelaskan contoh soal cerita mengenai “penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat.” Peserta didik dan Mr.s Fatma

mengerjakan soal tersebut secara bersama-sama. Peserta didik dan

Page 64: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

81

Mrs. Fatma saling bertanya jawab. Peserta didik diminta untuk

menuliskan cara pengerjaannya di buku tulis masing-masing.

Mr. Asep mendampingi dan menjelaskan kepada peserta

didik yang belum paham. Mrs. Fatma membacakan dan

menjelaskan maksud soal cerita dengan mengkaitkan dengan

benda-benda yang pernah dilihat atau tempat-tempat yang pernah

dikunjungi oleh peserta didik atau dengan gambar yang dibuat di

papan tulis agar peserta didik dapat membayangkan secara konkret.

Peserta didik diminta untuk mengerjakan soal di buku tulis masing-

masing. Mrs. Fatma mengingatkan minggu depan UKD dan

memberikan kisi-kisinya.

Tahap akhir, Mrs. Fatma menanyakan apakah peserta didik

sudah memahami operasi bilangan bulat. Kemudian, peserta didik

diminta untuk membuat soal cerita yang menggunakan operasi

penjumlahan dan pengurangan.

i. L4 Zaid bin Arqom

Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas

L4 Zaid bin Arqom dengan mata pelajaran matematika yang

diampu oleh Arina Nur Antari, S.Si (Mrs. Arina) dan Dian

Wulandari, S.Sos.I (Mrs. Dian) selaku educator L4 Zaid bin

Arqom. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada hari Kamis, 19

Page 65: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

82

Januari 2017 pukul 08.45-10.15 di ruang kelas L4 Zaid bin Arqom.

Kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:79

Tahap awal, peserta didik diminta untuk duduk secara tertib

dan semua tas ditaruh dibelakang kursi. Mrs. Arina meminta untuk

mengeluarkan buku tulis dan buku paket matematika. Mrs. Arina

mengucapkan salam sebelum memulai pelajaran dilanjutkan

bertanya kepada peserta didik siapa yang sudah belajar tentang

materi “penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat” dan siapa

yang belum paham tentang bilangan bulat. Peserta didik menjawab

pertanyaan Mrs. Arina dengan menyebutkan bilangan-bilangan

positif dan negatif. Mrs. Arina memberikan pretest menyelesaikan

soal penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang ditulis

dipapan tulis secara lisan. Peserta didik dirasa masih belum paham

tentang materi yang telah disampaikan di pertemuan sebelumnya,

Mrs. Arina menjelaskan kembali tentang konsep bilangan bulat.

Tahap inti, Mrs. Arina memberikan lagi soal-soal tentang

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat ke peserta didik dan

dikerjakan secara bersama-sama. Mrs. Arina bertanya jawab

dengan peserta didik dengan dilagukan. Mrs. Arina menjelaskan

kembali cara mengerjakan soal-soal tersebut. Mrs. Dian

mendampingi Maryam yang memiliki karakteritik ABK autis dan

79

Hasil observasi pada pembelajaran Matematika di Ruang Kelas L4 Zaid bin

Arqom dengan Arina Nur Antari, S.Si (Mrs. Arina) dan Dian Wulandari, S.Sos.I (Mrs.

Dian) selaku educator L4 Zaid bin Arqom SD INTIS School Yogakarta pada hari Kamis,

19 Januari 2017 pukul 08.45-10.15.

Page 66: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

83

gagal fokus. Mrs. Dian mengingatkan Maryam untuk fokus

mendengarkan penjelasna dari Mrs. Arina. Sedangkan Lingga

adalah ABK dengan karakteristik tuna rungu akan tetapi ia

menggunakan alat bantu pendengaran meskipun kadang-kadang di

dekati oleh Mrs. Arina atau Mrs. Dian dan dijelaskan materi yang

belum ia paham dengan bahasa yang lebih sederhana.

Mrs. Arina menanyakan siapa yang belum paham untuk

mengacungkan jari. Salah satu peserta didik menanyakan kepada

Mrs. Arina bagian yang belum ia paham dan Mrs. Arina

menjelaskannya kembali. Mrs. Arina menanyakan kepada satu-

persatu peserta didik termasuk Lingga apakah sudah paham

terhadapa materi yang disampaikan. Peserta didik sudah paham

sehingga Mrs. Arina memberikan mereka tugas untuk mengerjakan

soal nomor 1-5 yang telah dibuat di kertas yang telah dibagikan.

Mrs. Dian mendampingi dan membantu Maryam dalam

mengerjakan soal secara privat agar ia tetap fokus. Beberapa kali ia

ngambek dan menangis karena tidak mau mengerjakan soal tetapi

Mrs. Dian tetap mendampingi dan membujuk agar ia tetap

mengerjakan soal yang diberikan Mrs. Arina. Sedangkan Mrs.

Arina mendampingi Lingga dan peserta didik yang lainnya yang

masih kebingungan dalam mengerjakan soal yang diberikan. Mrs.

Arina kembali menjelaskan kesemua peserta didik di depan kelas

cara mengerjakan soal nomor 1. Soal-soal nomor berikutnya

Page 67: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

84

dikerjakan oleh peserta didik secara mandiri. Mrs. Arina melihat

satu persatu pekerjaan peserta didik dan menjelaskan cara

pengerjaan bagi peserta didik yang belum paham. Mariyam ketika

dijelaskan kadang hilang fokus dan tidak paham-paham sehingga

Mrs. Dian menjelaskan secara berulang-ulang kepada Maryam.

Mrs. Arina meminta peserta didik untuk tertib dengan lagu.

Mrs. Arina membahas soal yang telah dikerjakan secara bersama-

sama dengan peserta didik. Mrs. Dian masih mendapingi Maryam

agar fokus memperhatikan penjelasan Mrs. Arina karena

terkadang-kadang ia menggambar jika tidak didampingi. Mrs.

Arina kemudian meminta peserta didik untuk melanjutkan

mengerjakan soal nomor 6-10 dikertas yang telah diberikan.

Tahap akhir, Mrs. Arina menyimpulkan tentang materi

pembelajaran tentang “penjumlahan dan pengurangan bilangan

bulat” dan meminta worksheet yang telah dikerjakan tadi di tempel

di buku tulis masing-masing peserta didik untuk dibahas minggu

depan. Mrs. Arina juga meminta kepada peserta didik supaya

belajar kembali materi yang telah disampaikan hari ini dirumah.

j. L4 Zaid bin Haritsah

Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas

L4 Zaid bin Haritsah dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) yang diampu oleh Nur Setiani, S.Pd (Mrs. Ani) dan

Rini Setiani, S.Pd (Mrs. Rini) selaku educator L4 Zaid bin

Page 68: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

85

Haritsah. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada hari Rabu, 18

Januari 2017 pukul 08.45-10.15 di ruang kelas L4 Zaid bin

Haritsah. Kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:80

Tahap awal, Mrs. Ani melakukan apersepsi dengan

menanyakan kepada siswa apakah peserta didik tahu tentang salah

satu pahlawan di Indonesia. Beberapa peserta didik mengacungkan

jari dan Mrs. Ani menunjuk satu-persatu dari mereka untuk

menyebutkan nama pahlawan. Peserta didik menyebutkan

pahlawan Ki Hadjar Dewantara, Cut Nyak Dien, Diponegoro, dan

Pattimura. Mrs. Ani menanyakan kepada peserta didik mengapa

mereka dapat disebut pahlawan. Beberapa peserta didik menjawab

“karena ikut perang”, “memperjuangkan Indonesia”, “tidak takut

mati”, “pantang menyerah mengusir penjajah.” Mrs. Ani

menjelaskan pengertian pahlawan yang sesungguhnya dengan

mengkaitkan dari jawaban peserta didik. Mrs. Ani juga memotivasi

peserta didik agar cinta terhadap tanah air.

Tahap Inti, Mrs. Ani dan Mrs. Rini menayangkan video

pahlawan yang ada di Indonesia. Peserta didik mengamati video

yang diputarkan yang membahas tentang pahlawan yang ada di

Indonesia. Peserta didik normal dan ABK bersama-sama

mengamati video yang ditayangkan. Mrs. Rini mendampingi Siti

80

Hasil observasi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Ruang

Kelas L4 Zaid bin Haritsah dengan Nur Setiani, S.Pd (Mrs. Ani) dan Rini Setiani, S.Pd

(Mrs. Rini) selaku educator L4 Zaid bin Haritsah SD INTIS School Yogakarta pada hari

Rabu, 18 Januari 2017 pukul 08.45-10.15.

Page 69: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

86

yang memiliki sejarah mininitis sejak kecil sehingga tertinggal di

motoriknya. Mrs. Rini menjelaskan isi video tentang yang

ditanyangkan kepada Siti.

Mrs. Ani memberikan tugas kepada peserta didik selain

mengamati adalah mengidentifikasi sikap yang dimiliki oleh

pahlawan yang perlu kita teladani dalam video yang telah

ditayangkan. Mrs. Rini tetap mendampingi dan membantu Siti

dalam menuliskan dan mengidentifikasi sikap yang dimiliki oleh

pahlawan. Mrs. Ani memberikan informasi tambahan kepada

peserta didik L4 Zaid bin Haritsah tentang sikap pahlawan dan

patriotisme yang harus diteladani. Peserta didik kemudian diminta

untuk menjawab pertanyaan tentang sikap pahlawan dan

patriotisme dari Mrs. Ani secara lisan. Peserta didik dan Mrs. Ani

melakukan tanya jawab. Mrs. Ani menanyakan kepada peserta

didik apakah materi yang telah disampaikan tadi ada yang belum

paham. Peserta didik menjawab bahwa mereka sudah paham.

Tahap akhir, Mrs. Ani dan peserta didik bersama-sama

menyimpulkan materi yang telah dibahas tentang “pengertian dan

contoh sikap pahlawan dan patriotisme” dengan sedikit tanya

jawab. Mrs. Ani meminta agar peserta didik mempelajari tentang

jasa pahlawan yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.

k. L5 Umar bin Abdul Aziz

Page 70: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

87

Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas

L5 Umar bin Abdul Aziz dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) yang diampu oleh Emi Widuri, S.Pd (Mrs. Emi) dan

Nur Khasanah, S.Pd.Si (Mrs. Nur) selaku educator L5 Umar bin

Abdul Aziz. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada hari

Senin,16 Januari 2017 pukul 07.35-08.45 di ruang kelas L5 Umar

bin Abdul Aziz. Kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai

berikut:81

Tahap awal, Mrs. Emi mengawali pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdoa bersama-sama dengan Mrs. Nur

dan peserta didik. Mrs. Emi kemudian meminta peserta untuk

duduk secara tertib. Mrs. Emi mengecek kehadiran peserta didik.

Peserta didik melakukan “ice breaking” yang diminta oleh Mrs.

Emi. Setelah semua konsentrasi Mrs. Emi meriview kembali mata

pelajarana yang telah dipelajari sebelumnya. Mrs.Emi dan peserta

didik saling bertanya jawab dan memberi kesimpulan.

Tahap inti, Mrs. Emi menuliskan materi yang diringkas dari

buku paket IPS tentang “Peranan Tokoh Pejuang dan Masyarakat

dalam Mempersiapkan dan Mempertahankan Kemerdekaan

Indonesia.” Peserta didik diminta untuk menyalin tulisan di papan

tulis. Mrs. Emi menjelaskan kepada peserta didik sedangkan

81

Hasil observasi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Ruang

Kelas L5 Umar bin Abdul Aziz dengan Emi Widuri, S.Pd (Mrs. Emi) dan Nur Khasanah,

S.Pd.Si (Mrs. Nur) selaku educator L5 Umar bin Abdul Aziz SD INTIS School Yogakarta

pada hari Senin, 16 Januari 2017 pukul 07.35-08.45.

Page 71: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

88

Kinkin diminta untuk membaca buku paket dengan materi yang

sama. Mrs. Emi menggunakan gerak mulut dalam berkomunikasi

dengan Kinkin. Mrs. Nur mendampingi dan terkadang menjelsakan

kepada Kinkin dan peserta didik yang lain yang dirasa belum

paham tentang materi yang dijelaskna oleh Mrs. Emi.

Mrs. Emi menceritakan sejarah tentang tokoh-tokoh yang

mempersiapakan dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

kepada peserta didik. Sesekali Mrs. Emi mendekati Kinkin untuk

membaca buku paketnya. Mrs. Emi menunjukkan tugas yang harus

dikerjakan oleh peserta didik dengan menjelaskan nama dan asal

dari gambar tokoh-tokoh yang mempersiapakan dan

mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dari daerahnya masing-

masing. Mrs. Emi menjelaskan teknis penulisan nama orang dan

daerah.

Mrs. Nur mendampingi Kinkin dan membantu menjelaskan

perintah dan clue yang diberikan oleh Mrs. Emi. Kemudian, Mrs.

Emi mengecek satu-perasatu pekerjaan peserta didik. Peserta didik

dan Mrs. Emi membahas pekerjaan peserta didik secara bersama-

sama. Mrs. Emi melanjutkan pelajaran tenatang materi “perjuangan

para tokoh yang mempersiapakan dan mempertahankan

Kemerdekaan Indonesia.” Mrs. Emi menceritakan dan menjelaskan

perjuangan para tokoh seperti Ki Hadjar Dewantara, R.A Kartini,

Dewi Sartika, H. Samanhudi, Edward Douwes Dekker, M.H.

Page 72: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

89

Thamrin. Mrs. Emi kemudian melanjutkan dengan

memperkenalkan tentang nama organisasi pada masa kemerdekaan

seperti Budi Utomo, Serikat Dagang Islam, Muhammadiyah,

Indische Partij sebelum dilanjutkan ke pertemuan setelah UKD.

Tahap akhir, Mrs. Emi dan peserta didik bersama-sama

menyimpulkan pembelajaran hari ini. Mrs. Emi memberikan tugas

mengisi tentang jasa-jasa gambar tokoh-tokoh yang

mempersiapakan dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

dan membaca buku paket sampai halaman 117.

l. L5 Umar bin Khattab

Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas

L5 Umar bin Khattab dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) yang diampu oleh Sri Handayani, S.Pd.Si (Mrs.

Handa) dan Siti Khomsatum, S.Pd (Mrs. Fety) selaku educator L5

Umar bin Khattab. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada hari

Jum’at, 20 Januari 2017 pukul 10.25-11.30 di ruang kelas L5 Umar

bin Khattab. Kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai

berikut:82

Tahap awal, Mrs. Handa meminta peserta didik untuk

mengeluarkan buku paket IPA dan buku tulisa masing-masing.

Peserta didik diminta untuk duduk secara tertib karena

82

Hasil observasi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Ruang

Kelas L5 Umar bin Khattab dengan Sri Handayani, S.Pd.Si (Mrs. Handa) dan Siti

Khomsatum, S.Pd (Mrs. Fety) selaku educator L5 Umar bin Khattab SD INTIS School

Yogakarta pada hari Jum’at, 20 Januari 2017 pukul 10.25-11.30.

Page 73: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

90

pembelajaran akan segera dilanjutkan. Mrs. Handa memberikan

“ice breaking”. Setelah semua konsentrasi Mrs. Handa meminta

peserta didik untuk membuka PR yang telah dikerjakan dan

mencocokkan secara bersama-sama. Mrs. Handa menuliskan

jawaban di papan tulis, peserta didik mencocokkan jawaban milik

teman. Peserta didik diminta untuk menilai hasil pekerjaan

temannya stelah dicocokkan sesuai dengan instruksi Mrs. Handa.

Mrs. Handa memasukkan nilai tugas rumah ke buku nilai.

Mrs. Handa bertanya kepada peserta didik adakah materi

yang belum paham tentang materi yang telah disampaikan tentang

“tuas”. Mrs. Handa sedikit membahas dan menjelaskan materi

yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

Tahap inti, Mrs. Handa melanjutkan materi tentang pesawat

sederhana tentang “katrol”. Mrs. Handa bertanya kepada peserta

didik “siapa yang dirumah masih menggunakan sumur jaman

dahulu ang harus ditarik dengan tali atau siapa myang pernag

melihat sumur seperti itu?” Beberapa peserta didik

mengacungkan jarinya. Mrs. Handa menanyakan kembali kepada

peserta didik yang mengacungkan jari apakah kalian pernah

mencoba dan jika tidak ada katrol yang diberikan pada tali sumur

bagaimana menurut kalian?” Beberapa peserta didik mencoba

menjawab pertanyaan dari Mrs. Handa meskipun masih kurang

Page 74: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

91

tepat. Mrs. Handa menjelaskan dan memberikan kesempatan

peserta didik untuk bertanya.

Mrs Handa menuliskan materi tentang “katrol” di papan

tulis. Peserta didik diminta untuk menyalin di buku tulis masing-

masing. Setiap sub bab materi yang ditulis dijelaskan kepada

peserta didik dan Mrs. Handa memberi pertanyaan setelah peserta

didik selesai menulis. Bagi peserta didik yang belum paham diberi

kesempatan untuk mengacungkan jari untuk bertanya dan

mendapat penjelasan dari Mrs. Handa. Mrs. Handa menjelaskan

mengenai katrol tetap, bebas dan rumit dengan memberikan

contoh-contoh yang pernah dilihat oleh peserta didik seperti

“sumur”, dan “permainan fliyingfoks.”

Mrs. Fetty mendampingi dan membantu mentransfer ulang

materi yang telah dijelaskan oleh Mrs. Handa kepada ABK secara

privat. Mrs. Handa berkeliling untuk melihat pekerjaan peserta

didik. Mrs. Handa melanjutkan menuliskan materi tentang “roda

berporos” di papan tulis. Peserta didik diminta untuk menuliskan

kembali materi yang telah dituliskan dipapan tulis. Mrs. Handa

menjelaskan kembali pengertian roda berporos dan memberikan

contoh yang pernah dilihat oleh peserta didik. Mrs. Handa

memberikan pertanyaan tentang “pesawat sederhana” kepada

peserta didik. Peserta didik diminta untuk mengklasifikasikan

Page 75: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

92

macam dari pesawat sederhana. Mrs. Handa menayangkan video

tentang contoh pesawat sederhana.

Tahap akhir, Mrs. Handa dan peserta didik menyimpulkan

pembelajaran tentang materi“pesawat sederhana” yang telah

dipelajari. Mrs. Handa mengingatkan peserta didik bahwa minggu

depan pelaksanaan Ujian Kompetensi Dasar (UKD) tentang mata

pelajaran IPA dengan materi “pesawat sederhana.” Peserta didik

diminta untuk fokus belajar materi UKD agar nilai yang

didapatkan bagus. Mrs. Handa menutup pelajaran dengan meminta

peserta didik untuk membaca hamdalah bersama-sama. Peserta

didik laki-laki diminta langsung ke masjid untuk melakukan ibadah

solat Jum’at dan peserta didik yang perempuan tetap diminta untuk

melaksanaan solat dzuhur dikelas.

3. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah tahap akhir dari proses

pembelajaran. Evaluasi pembelajaran di SD INTIS School Yogyakarta

dilihat pada tiga aspek yaitu: aspek kognitif, psikomotorik dan afektif.

Evaluasi pembelajaran pada aspek kognitif diambil dari nilai tugas,

nilai Ujian Kompetensi Dasar (UKD), nilai Ujian Tengah Semester

(UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), dan Ujian Kenaikan Kelas.

Page 76: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

93

Nilai tugas diambil ketika educator memberikan tugas kepada

peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.83

Nilai Ujian

Kompetensi Dasar (UKD) diambil ketika peserta didik selesai

melaksanakan Ujian Kompetensi Dasar (UKD) yang pelaksanaannya

dilakukan setelah selesai satu Kompetensi Dasar tiap mata pelajaran.

Nilai Ujian Tengah Semester (UTS) diambil ketika ujian pertengahan

semester I dan semester II. Nilai Ujian Akhir Semester (UAS) diambil

ketika pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) I dan Ujian Kenaikan

Kelas (UKK). Penilaian raport di SD INTIS School Yogyakarta

menekankan pada nilai proses. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh

Fajar Fatmasari, S.Pi selaku educator kelas L4 Zaid bin Tsabit

sekaligus PJ Inklusi:

“Yang masuk raport nanti ada nilai tugas UKD UTS dan UKK.

Untuk bobotnya dari kebijakan sekolah karena kita

mengedapankan proses dan kita lihat untuk presentasi proses itu di

Tugas dan UKD. Untuk bobot nilainya nilai UKD dikalikan 3, nilai

tugas dikalikan 3, UTS dan UAS dikalikan 1 nanti dibagi 8.”84

Evaluasi pembelajaran bagi peserta didik normal dan ABK melalui

serangkaian proses yang sama. Perbedaan evaluasi pembelajaran pada

aspek kognitif adalah pada soal-soal yang diberikan untuk peserta

didik ABK dimodifikasi sesuai dengan karakteristik ABK. Modifikasi

83

Hasil observasi pada pembelajaran tematik di kelas L3 Abu Hanifah pada hari

Kamis, 19 Januari 2017 pukul 13.00-14.30, pembelajaran Matematika di kelas L4 Zaid

bin Arqom pada hari Kamis, 19 Januari 2017 pukul 08.45-10.15, pembelajaran

Matematika di kelas L4 Zaid bin Tsabit pada hari Rabu, 18 Januari 2017 pukul 07.35-

08.45, dan pada pembelajaran IPA di kelas L5 Umar bin Abdul Aziz pada hari Senin, 16

Januari 2017 pukul 08.45-10.15. 84

Hasil wawancara dengan Fajar Fatmasari, S.Pi selaku educator L4 Zaid bin

Tsabit sekaligus PJ Inklusi SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 19 Januari

2017 pukul 07.35-08.30 di Drawing Room.

Page 77: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

94

dapat berupa penyederhanaan kalimat bagi peserta didik yang slow

learner, tuna rungu ataupun penggantian soal essay yang diganti

dengan pilihan ganda bagi peserta didik yang memiliki gangguan

mental, disleksia, maupun peserta didik autis. Seperti yang

dikemukakan oleh Rini Setiani, S.Pd educator L4 Zaid bin Haritsah

yang memiliki peserta didik ABK autis yang mengatakan:

“Penilaian untuk Siti sendiri juga kami bedakan dari teman-teman

yang lain dari soal yang diberikan berbeda dengan teman-teman

yang lain iamenggunakan soal pilihan ganda untuk tes tertulis,

kalaupun tes lisan dia tetap harus menggunakan alternatif jawaban,

bahasanya pun juga lebih disederhanakan. KKM untuk Siti ini

diturunkan dan untuk analisis nilai diraport memang tidak

dicampur dengan rata-rata kelas sehingga ditulisakan secara

terpisah di kolom tersendiri karena memang pencapaikan

kompetensinya pun berbeda.”85

Modifikasi soal ujian bagi peserta didik ABK dilakukan untuk

mempermudah peserta didik ABK untuk memahaminya. Akan tetapi,

modifikasi soal juga ditentukan oleh educator masing-kelas apakah

ingin memodifikasi soalnya atau tidak. Biasanya bagi peserta didik

ABK yang tingkat inteligensinya masih mampu mengikuti

pembelajaran dengan mudah maka tidak terdapat modifikasi soal atau

disamakan dengan peserta didik normal yang lainnya.86

Sedangkan

untuk penilaian pada aspek psikomotorik disamakan antara peserta

didik normal dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang diambil

dari nilai praktik, unjuk kerja dan praktikum.

85 Hasil wawancara dengan Rini Setiani, S.Pd selaku educator L4 Zaid bin

Haritsah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 09 Februari 2017 pukul 14.30-

15.30 di Drawing Room. 86 Hasil pengamatan salinan dokumentasi dari soal bagi Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) dan soal bagi peserta didik reguler tahun 2016/2017

Page 78: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

95

Evaluasi pada aspek afektif dilakukan oleh educator SD INTIS

School Yogyakarta dengan menggunakan observasi perilaku peserta

didik di sekolah. Observasi tersebut kemudian dituliskan dalam sebuah

jurnal yang berisi catatan khusus tentang kejadian-kejadian positif

maupun negatif peserta didik disekolah. Jurnal ini berisi kolom catatan

yang diisi dengan berbagai kejadian yang berhubungan dengan peserta

didik SD INTIS School Yogyakarta.87

Jurnal digunakan sebagai upaya

tindak lanjut dalam memberikan solusi pada setiap kejadian yang

menimpa peserta didik.

Selain menggunakan jurnal, penilaian sikap spiritual dan sosial

menggunakan pengamatan yang berpacu pada instrumen yang telah

dibuat oleh bagian Kurikulum. Penilaian ini diberikan dengan rentang

skor. Skor minimal yang diberikan 1 dan maksimal adalah 4. Penilaian

sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik ini dilakukan setiap

minggu sekali.88

Penilaian pada instrumen ini sebagai kontrol terhadap

sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik.

B. Kompetensi Pedagogik Guru dalam Proses Pembelajaran pada Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) Kelas Inklusi SD INTIS School Yogyakarta

1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,

kultural, emosional, dan intelektual.

87

Hasil pengamatan salinan dokumentasi dari Jurnal Guru semester I dan

semester II tahun 2016/2017. 88 Hasil pengamatan salinan dokumentasi “Instrumen Penilaian Sikap Spiritual

dan Sosial” kelas 1-5 TA 2016/2017.

Page 79: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

96

Pendidik dapat menguasai karakteristik peserta didik bila pendidik

tersebut telah mampu memahami karakteristik peserta didik dari aspek

fisik, intelektual, sosial emosional, moral, spiritual, dan latar belakang

budaya. Selain pemahaman terhadap karakteristik peserta didik

seorang pendidik seharusnya mampu dalam mengidentifikasi potensi

dan kemampuan awal yang dimiliki, serta kesulitan peserta didik

dalam usia Sekolah Dasar terhadap lima mata pelajaran.89

Lebih jauh,

hasil penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

a. Memahami karakteristik peserta didik ABK usia sekolah dasar

yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional,

dan latar belakang budaya.

SD INTIS School Yogyakarta merupakan sekolah inklusi

yang di dalamnya terdapat peserta didik normal dan Anak

Berkebutuhan Khusus. Educator SD INTIS School Yogyakarta

sangat memahami bahwa peserta didik dalam sekolah inklusi

khususnya Anak Berkebutuhan Khusus secara fisik, intelektual,

sosial, emosional, dan latar belakang budaya akan jauh berbeda

dengan peserta didik normal yang lainnya. Cara educator dalam

memahami Anak Berkebutuhan Khusus dalam kelas inklusi seperti

yang dikemukakan oleh Nok Siti Fatiyatul Muharromah, S.Pd.I

selaku educator L1 Al- Farabi yang mengatakan bahwa:

89

Salinan Lampiran Permendiknas No.16 Tahun 2007 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Tabel 2 Standar Kompetensi Guru Kelas

SD/MI.

Page 80: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

97

“Dalam memahami peserta didik cara yang pertama yang

kami lakukan adalah komunikasi dengan orang tua. Orang

tua siswa yang mengerti dan teliti tentang keadaan anaknya

yang memiliki kebutuhan khusus sebelumnya sudah

memberi tahu keadaan anak/ kondisi anak kepada sekolah

bahwa anaknya memiliki kondisi yang berbeda dengan

anak yang lainnya (Anak Berkebutuhan Khusus). Akan

tetapi, jika orang tua masih belum megetahui bahwa

ankanya memiliki kebutuhan yang istimewa maka tahap

yang dilakukan guru pertama kali adalah melakukan

pengamatan terhadap peserta didik. Tahap selanjutnya

adalah mengkomunikasikan pada orang tua dan psikolog

untuk diketahui kesulitan apa yang dihadapi anak dan

memberikan solusi belajar seperti apa yang sesuai dengan

karakteristik ABK.”90

Selain itu, pendapat dari Fajar Fatmasari, S.Pi selaku PJ

Inklusi dan educator L4 Zaid bin Tsabit beliau mengungkapkan

bahwa:

“Cara memahami peserta didik kalau saya sendiri baca dulu

riwayatnya memang karena saya Pj-nya maka saya punya

resumenya tetapi kalau misal tidak guru-guru biasanya

nanya ke guru-guru sebelumnya assesment-nya seperti apa

kemudian treatment apa yang sudah dan cocok untuk anak

ABK itu treatmentnya seperti apa kemudian kita biasanya

hanya melanjutkan itu untuk yang kelas-kelas atas. Tetapi

kalau untuk kelas 1 sendiri karena masih baru jadi belum

ada laporan dari guru sebelumnya maka kami mulai dari

meraba, kemudian mencari tahu, trial and error. Soalnya

kalau misal anak sejarah mininitas kemarin kami pernah

jadi gurunya juga jadi dibedakan dengan teman-temannya

jadi dia targetnya beda, caranya beda, semuanya beda, soal

juga dibedakan untuk dia pilihan ganda semua. Kalau

dikelas kami sendiri sekarang L4 Zaid bin Tsabit itu

ABKnya Tuna Laras jadi lebih ke gangguan perilakunya.

Cuma makin kesini dulu itu kan ada shadownya tapi kami

rasa perilakunya sudah semakin baik kemudian kami

persilakan untuk tidak menggunakan shadow. Sebenarnya

awalnya orang tua masih mengharapkan menggunakan

shadow cuma dia bermasalah di verbalnya karena dulu

90

Hasil wawancara dengan Nok Siti Fatiyatul Muharromah, S.Pd.I selaku

educator L1 Al- Farabi SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 12 Januari 2017

pukul 14.00-14.45 di Drawing Room.

Page 81: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

98

sejarah masa lalunya ketika bundanya mengandung itu

bundanya stres kemudian anaknya lahir bundanya gag mau

sama anaknya kemudian anaknya dari kecil hanya

ditontonkan TV dan diurus oleh pembantu jadi verbalnya

sangat kurang. Terus untuk perkembangannya untuk Mas

wiam ini di kelas 4 sudah lumayan baik kalau dilihat dari

riwayat sebelumnya laporan-dari guru kelas yang

sebelumnya itu sering marah. Kalau dibilangin apa marah,

ngotot istilahnya ya walaupun pas kelas 4 ini beberapa kali

seperti itu namun intensitasnya tidak sering.”91

b. Mengidentifikasi potensi dan kemampuan awal peserta didik ABK

dalam usia Sekolah Dasar terhadap lima mata pelajaran.

Setiap potensi yang dimiliki oleh masing-masing peserta

didik berbeda-beda begitupun pada Anak Berkebutuhan Khusus,

meskipun ia memiliki keterbatasan akan tetapi ia juga memiliki

potensi yang dapat dikembangkan agar potensi yang dimiliki dapat

menutupi keterbatasan mereka. Adapun cara mengidentifikasi

potensi peserta didik khususnya pada Anak Berkebutuhan Khusus

seperti yang diungkapkan oleh Zen Muhammad Alfaruq, S.Si

selaku educator L1 Al Farabi yang mengatakan bahwa:

“Cara kami mengidentifikasi potensi peserta didik

khususnya pada Anak Berkebutuhan Khusus dalam lima

mapel pada ABK caranya jika ada kecenderungan ada

antusias tentang lebih pada mata pelajaran yang mereka

sukai. Contohnya, Almair ini menyukai pelajaran IPA, dia

sangat care pada lingkungan, hewan, ataupun tumbuhan.

Biasanya kami memberi kesempatan untuk belajar diluar

kelas seperti berkebun atau kegiatan yang lain

menyesuaikan tema pembelajaran saat itu. Ada kejadian

yang membuat kami merasa Almair ini cukup senang

dengan alam ketika semseter 1 ada kegiatan berenang tetapi

dibatalkan karena hujan. Teman-teman yang lain kecewa

91

Hasil wawancara dengan Fajar Fatmasari, S.Pi selaku PJ Inklusi dan educator

L4 Zaid bin Tsabit SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 19 Januari 2017 pukul

07.35-08.30 di Drawing Room.

Page 82: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

99

dan menyalahkan hujan akan tetapi Almair dengan bijak

menjelaskan kepada teman-temannya seperti ini “teman-

teman hujan itu nikmat dari Allah harus kita syukuri,

bayangkan kalau tidak ada hujan ikan-ikan mati,

tumbuhan-tumbuhan layu.”92

Pendapat yang lain dari Wian Indriani, S.Pd.Si selaku

bagian kurikulum dan educator L3 Abu Hurairah yang

mengatakan bahwa:

“Identifikasi potensi, kalau potensi dilihat dari proses

pembelajaran juga misal anak itu kecenderungannya lebih

kearah mana, ke arah bercerita, ataukah ke arah berhitung

ataukah ke arah melukis menggambar atau keterampilan

seperti itu tapi untuk pengembangannya sendiri mungkin

hanya dari proses pembelajaran atau dari kegiatan

ekstrakulikuler. Toh kadang kami juga meminta pada orang

tua untuk diikutkan lomba-lomba yang dapat

mengaktualisasikan potensi mereka seperti itu.”93

c. Identifikasi kesulitan peserta didik ABK dalam usia Sekolah Dasar

terhadap lima mata pelajaran.

Berdasarkan wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd.Si

selaku bagian kurikulum dan educator L3 Abu Hurairah yang

mengatakan bahwa:

“Identifikasi kesulitan peserta didik khususnya ABK itu

terlihat dari proses belajar kalau dia berbeda dengan yang

lain misalkan menunjukan perilaku-perilaku yang tidak

pada umumnya biasanya ada kecurigaan selain kecurigaan

misalnya ketika PJ Inklusi bertanya nanti ada observasi dari

92 Hasil wawancara dengan Zen Muhammad Alfaruq, S.Si selaku educator L1

Al- Farabi SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 12 Januari 2017 pukul 14.00-

14.45 di Drawing Room. 93

Hasil wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd.Si selaku bagian kurikulum dan

educator L3 Abu Hurairah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Rabu, 1 Februari 2017

pukul 12.30-13.05 di Drawing Room.

Page 83: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

100

PJ Inklusi nanti kami disitu menyatakan hasil identifikasi

kami terhadap anak tersebut.”94

Selain itu, dijelaskan oleh Permana Octofezi, S.Pd.I selaku

educator L2 Ibnu Rusyd beliau mengungkapkan bahwa:

“Identifikasi kesulitan kesulitan peserta didik dalam lima

mata pelajaran dilihat dari latihan itu sendiri. Kalau dikelas

kita ada anak yang slow learner jadi dia itu kalau membaca,

menulis, dan menagkap materi itu lama jadi kita bacakan

soal kemudian kita check jawaban dia. Selain slow learner

dia juga tidak bisa latihan terlalu banyak atau membaca

terlalu banyak karena dia cepat jenuh. Misal dikasih 10 soal

dia sudah jenuh ketika mengerjakan latian soal nomor 5,

ciri-ciri dia jenuh itu dia menguap atau tatapannya sudah

kemana-mana. Kalau sudah seperti itu kita kasih

kesempatan untuk break dulu nanti dilanjutkan kembali

karena kalau dipaksa dia tidak bisa.”95

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan

bahwa educator SD INTIS School Yogyakarta memahami peserta

didik khususnya Anak Berkebutuhan Khusus awalnya melalui

proses pengamatan dari psikolog yang tentunya dengan berawal

dari keluhan-keluhan yang dihadapi oleh educator kelas yang

dilihat dari perilaku dan kondisi peserta didik. Bagi educator kelas

L2, L3, L4, dan L5 biasanya memahami karakteristik Anak

Berkebutuhan Khusus berawal dari assesment yang telah diberikan

oleh educator yang mengajar di kelas sebelumnya. Setelah

educator mampu memahami karakteristik Anak Berkebutuhan

94 Hasil wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd.Si selaku bagian kurikulum dan

educator L3 Abu Hurairah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Rabu, 1 Februari 2017

pukul 12.30-13.05 di Drawing Room. 95

Hasil wawancara dengan Permana Octofezi, S.Pd.I selaku educator L2 Ibnu

Rusyd SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 02 Februari 2017 pukul 09.30-

10.15 di Drawing Room.

Page 84: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

101

Khusus melalui assesment, kemudian educator dapat merancang

pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik Anak

Berkebutuhan Khusus di kelas masing-masing sesuai dengan

potensi dan kesulitan yang mereka miliki. Hal ini memastikan

bahwa semua peserta didik yang berkebutuhan khusus

mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif

dalam kegiatan pembelajaran bersama-sama dengan peserta didik

normal yang lain akan tetapi tetap sesuai dengan tingkat

kemampuan yang mereka miliki.

2. Menguasai Teori Belajar dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Indikator penguasaan teori belajar dan prinsip pembelajaran

meliputi pemahaman terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik terkait dengan lima mata pelajaran

SD/MI, penerapan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik

pembelajaran yang mendidik secara kreatif, menerapkan pembelajaran

tematis khususnya di kelas-kelas awal SD/ MI. Berdasarkan wawancara

dengan Zen Muhammad Alfaruq, S.Si selaku educator L1 Al-Farabi

beliau mengemukakan bahwa:

“Pendekatan pembelajaran di kelas 1 sampai kelas 3 ini

menggunakan pembelajaran tematis maka dari itu sebisanya

tetap dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Biasanya metode

yang kami gunakan lebih dengan metode bercerita dengan

bahasa mereka maupun demonstrasi agar peserta didik lebih

Page 85: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

102

paham terhadap materi yang disampaikan. Selain itu metode

mengajar teman sebaya juga kami terapkan.”96

Pendapat yang lain dari selaku educator L1 Al Biruni yang

mengatakan bahwa:

“Metode dalam pembelajaran yang biasa kami digunakan

ceramah, diskusi, demonstrasi. Untuk mas Irfan dan mas Alif

tetap diikutkan dalam diskusi meskipun kami sering

mengingatkan dan mendekati dia. Tapi kalau untuk ABK

seperti Mas Key di ikutkan tapi tetap harus didampingi oleh

shadow.”97

Selain itu, dijelaskan oleh Wian Indriani, S.Pd.Si selaku bagian

kurikulum dan educator L3 Abu Hurairah yang mengatakan bahwa:

“Metode pembelajaran untuk ABK kami umum. Jadi, untuk

metode pembelajaran biasanya kami metode pembelajaran

secara klasikal itu mulai dari ceramah biasa setelah itu ganti-

ganti ya mbak menyesuaikan dengan materi itu sendiri.

Biasanya kita juga menggunakan sistem bermain peran dan juga

diskusi. Jika ada latian soal biasanya kami lebih arahkan ke

diskusi jadi mereka mencari jawaban sendiri dan ketika diskusi

itu kami pasangkan, kalau tidak ya mereka cari pasangan

sendiri. Ketika diskusi itu kita samakan persepsi jadi ketika

diskusi itu tidak boleh bertanya dengan guru jadi hanya cukup

diskusi dengan teman dan untuk ABK-nya sendiri dileburkan

dengan yang lain tidak kami pisahkan dan tidak kami

bedakan.”98

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang penelit i

lakukan dalam proses pembelajaran maka peneliti sampaikan bahwa

educator SD INTIS School Yogyakarta mampu menerapkan berbagai

96 Hasil wawancara dengan Zen Muhammad Alfaruq, S.Si selaku educator L1

Al- Farabi SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 12 Januari 2017 pukul 14.00-

14.45 di Drawing Room. 97 Hasil wawancara dengan Sulis Ardiyanti, S.Pd selaku educator L1 Al Biruni

SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Jum’at, 13 Jnauari 2017 pukul 14.30-15.30 di

Drawing Room 98

Hasil wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd.Si selaku bagian kurikulum dan

educator L3 Abu Hurairah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Rabu, 1 Februari 2017

pukul 12.30-13.05 di Drawing Room.

Page 86: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

103

pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik

secara kreatif yang disesuaikan dengan materi dan karakteristik peserta

didik di kelas. Educator kelas L1, L2, dan L3 juga telah mampu

menerapkan pembelajaran tematis yang dikaitkan dengan tema-tema

yang mengintegrasikan dengan materi dari berbagai mata pelajaran.

Educator sering memberi kesempatan kepada Anak Berkebuuhan

Khusus (ABK) untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan

kemampuan belajarnya melalui berbagai aktivitas pembelajaran yang

dirancang secara bersama-sama dengan peserta didik normal yang

lainnya sehingga tidak terlihat lagi sekat antara peserta didik normal

dan Anak Berkebutuhan Khusus. 99

3. Mengembangkan Kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang

dimpunya.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan di SD INTIS School

Yogyakarta masih menggunakan Kurikulum KTSP 2006 seperti yang

dikemukakan oleh Wian Indriani, S.Pd.Si selaku bagian kurikulum dan

educator L3 Abu Hurairah yang mengatakan bahwa:

“Kurikulum di SD INTIS Yogyakarta ini menggunakan KTSP

tetapi untuk yang kelas 1 sampai kelas 3 menggunakan

pembelajaran tematik meskipun tematiknya KTSP namun

tetap kita tekankan di konten per mata pelajarannya jadi kalau

tematiknya di prosesnya saja. Kurikulum ini yang membuat

dari sekolah dengan dikonsultasikan ke Dinas Pendidikan

Kota Yogyakarta.”100

99 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School

Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017 100

Hasil wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd.Si selaku bagian kurikulum dan

educator L3 Abu Hurairah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Rabu, 1 Februari 2017

pukul 12.30-13.05 di Drawing Room.

Page 87: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

104

Pendapat yang lain dari Moh. Muaddin selaku Kepala Sekolah

SD INTIS School Yogyakarta yang mengatakan bahwa:

“Model kurikulum ABK di SD INTIS School Yogyakarta

disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. SD INTIS

School memberi pembelajaran sesuai dengan kondisi anak.

Selama inteligensi siswa ABK masih bisa mengikuti maka

diberikan model kurikulum sama dengan anak yang lainnya

(duplikasi). Model modifikasi diterapkan ketika siswa ABK

tidak mampu mengikuti kurikulum pada umumnya. Model

modifikasi bagi ABK biasanya terletak pada modifikasi

indikator maupun dari Kompetensi Dasar yang digantikan

(substitusi). Sebagai contoh di SD INTIS ini memiliki siswa

kelas 4 yang seharusnya dalam pembelajaran harus

menggunakan materi kelas 4 dengan tingkat pemahaman yang

lebih tinggi akan tetapi tingkat inteligensinya belum mampu

mengikuti maka terdapat penggantian KD yang disesuaikan

dengan kondisi anak tersebut. Diambil contoh, pada mata

pelajaran matematika materi perkalian tetapi ia baru mampu

materi penjumlahan maka KD perkalian diganti dengan

penjumlahan. Hal ini tidak membuat sekolah memilh anak

tersebut tinggal kelas rendah sesuai tingkat intelligensinya

akan tetapi tetap ikut pada level 4. Tujuan pembelajaran untuk

ABK di SD INTIS School ini memang disesuaikan dengan

kondisi siswa jadi dalam SD INTIS tidak ada yang namanya

siswa yang tidak naik kelas.”101

Berdasarkan hasil wawancara, pencermatan dokumen, dan

observasi proses pembelajaran peneliti sampaikan bahwa benar

adanya bahwa SD INTIS School Yogyakarta menggunakan

Kurikulum KTSP 2006 dalam menjalankan proses pembelajaran.

Educator SD INTIS School Yogyakarta mengembangkan kurikulum

KTSP 2006 pada kelas L1, L2, dan L3 dengan mengkaitkan dengan

suatu tema yang mengintegrasikan dengan berbagai materi pelajaran.

Hasil observasi peneliti dikelas L1, L2, dan L3 educator sudah

101

Hasil wawancara dengan Emi Widuri, S.Pd selaku educator L5 Umar bin

Abdul Aziz SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Senin, 13 Februari 2017 pukul

14.30-15.30 di Ruang UKS.

Page 88: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

105

mampu menata materi pelajaran yang diampu dengan

mengintegrasikan dari materi pada mata pelajaran yang lain.

Kurikulum bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

disamakan dengan peserta didik yang lain. Pengembangan kurikulum

bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan memodifikasi

indikator pada pencapaian kompetensi dan Kompetensi Dasar.

Pengembangan indikator pada pencapaian kompetensi dan

Kompetensi Dasar diserahkan kepada educator masing-masing kelas

untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) di masing-masing kelas dengan model

duplikasi, substitusi modifikasi, maupun omisi.

Kurikulum yang dikembangkan sebaiknya dituliskan dalam

silabus sesuai dengan kebutuhan peserta didik sehingga proses

pembelajaran akan berjalan dengan baik. Selama ini pengembangan

Kompetensi Dasar maupun indikator bagi Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) hanya dituliskan pada Daily Learning Proposal

(DLP). Akan tetapi, SD INTIS Shool Yogyakarta sedang

mengusahakan di tahun ini membuat silabus untuk tahun ajaran baru

2017/2018 bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Silabus yang

sekarang terdapat dilampiran tesis ini masih belum terdapat

pengembangan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).102

4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

102 Hasil pengamatan salinan dokumen Silabus dan Daily Learning Proposal SD

INTIS School Yogyakarta kelas L1-L5

Page 89: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

106

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran di kelas L1, L2, L3,

L4, dan L5 dan pencermatan dokumen educator SD INTIS School

Yogyakarta mampu memahami prinsip-prinsip perancangan

pembelajaran yang mendidik. Hal ini dibuktikan dengan pembuatan

Daily Learning Proposal yang memuat prinsip-prinsip yang ada pada

rancangan pembelajaran seperti Standar Kompetensi, Kompetensi

Dasar, Indikator, Kegiatan Belajar, Penilaiaan, dan Bahan Ajar yang

digunakan. Educator mampu mengembangkan rancangan

pembelajaran yang dibuktikan dengan pembuatan Daily Learning

Proposal yang dapat digunakan oleh peserta didik normal dan Anak

Berkebutuhan Khusus.

Pengembangan Daily Learning Proposal terdapat pada

indikator, tujuan pembelajaran, metode yang digunakan, media yang

digunakan, aktivitas pembelajaran dan penilaiaan yang disendirikan

dengan batasan kolom antara peserta didik normal maupun Anak

Berkebutuhan Khusus. Hal ini bertujuan jika terdapat perlakuan

khusus bagi Anak Berkebutuhan Khusus maka dapat dituliskan pada

kolom yang telah disediakan.103

Berdasarkan observasi pembelajaran di kelas L1, L2, L3, L4,

dan L5 peneliti sampaikan bahwa educator SD INTIS School

Yogyakarta ini juga telah mampu memberikan pembelajaran sesuai

dengan rancangan pembelajaran yang telah disusun dalam Daily

103 Hasil pengamatan salinan dokumen Daily Learning Proposal SD INTIS

School Yogyakarta kelas L1-L5.

Page 90: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

107

Learning Proposal dengan didukung dengan media yang sesuai

dengan materi dan karakteristik peserta didik. Educator SD INTIS

School Yogyakarta selalu berusaha menggunakan media yang konkret

dalam memberi contoh pada materi yang telah disampaikannya.

Tujuannya, agar peserta didik lebih mudah dalam memahami materi

yang disampaikan.104

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini sangat

dirasakan kebutuhannya dalam proses kegiatan pembelajaran.

Educator SD INTIS School Yogyakarta secara keseluruhan

memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai

media pembelajaran dan sarana dalam memperoleh materi

pembelajaran dari berbagai referensi. Berdasarkan wawancara dengan

Septa Eka Wulandari, S.Pd selaku educator L2 Ibnu Syna beliau

mengemukakan bahwa:

“Untuk media yang digunakan dalam pembelajaran biasanya

kami menggunakan media yang konkret agar peserta didik

mudah paham selain itu ABK juga lebih dapat cepat dan

mudah paham contohnya dengan menggunakan metode

demonstrasi dengan benda yang nyata atau dengan gambar

dan LCD.”105

Selain itu, dijelaskan oleh Arina Nur Antari, S.Si selaku

educator L4 Zaid bin Arqom beliau mengungkapkan bahwa:

104 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School

Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017 105

Hasil wawancara dengan Septa Eka Wulandari, S.Pd selaku educator L2 Ibnu

Rusyd SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Rabu, 1 Februari 2017 pukul 14.30-15.45

di Ruang Kelas L2 Ibnu Rusyd.

Page 91: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

108

“Kami sering menggunakan LCD dalam proses pembelajaran

tapi kami juga menyesuaikan mood peserta didi. Ketika

penggunaan LCD harus disesuaikan waktu dan materinya agar

peserta didik termotivasi mengikuti pembelajaran dan

pembelajaran menjadi lebih efektif. Bagi ABK yang

mengalami gangguan pendengaran ketika menggunakan LCD

ia diminta untuk melihat secara visual ketika selesai kami

jelaskan kembali dengan bahasa yang lebih sederhana.”106

Berdasarkan hasil observasi, secara kesuluruhan educator SD

INTIS School Yogyakarta memang telah memanfaatkan Teknologi

Informasi dan Komunikasi dalam aktivitas pembelajaran di SD INTIS

School Yogyakarta akan tetapi kendala yang dihadapi tidak semua

gedung terpasang LCD proyektor. Gedung yang belum terpasang

LCD proyektor ini adalah gedung baru sehingga LCD proyektor

masih dalam tahap persiapan. Maka dari itu, penggunaan LCD

proyektor untuk saat ini masih secara bergantian. Hal ini juga seperti

yang diungkapkan oleh Mawardi, Lc selaku educator L2 Ibnu Rusyd

yang mengatakan bahwa:

“Untuk pemanfaatan media berbasis TIK karena kami

menempati digedung baru ini belum terpasang LCD kami hanya

bisa bergantian menggunakan LCD jadi masih belum efektif

dalam pemanfaatan TIK di kelas kami. Kami menggunakan

LCD saat ini biasanya hanya untuk ice breaking contohnya

menonton film jadi untuk mas Fahri (tuna rungu) sendiri hanya

bisa melihat secara visual. Maka untuk menerangkan

pembelajaran dengan menggunakan LCD untuk Mas Fahri

sendiri masih perlu ada penjelasan ulang dari educator.”107

106 Hasil wawancara dengan Nur Antari, S.Si selaku educator L4 Zaid bin

Arqom SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 19 Januari 2017 pukul 14.45-

15.15 di Drawing Room. 107

Hasil wawancara dengan Mawardi, Lc selaku educator L2 Ibnu Syna SD

INTIS School Yogyakarta, pada hari 17 Januari 2017 pukul 08.45-09.00 di Ruang Kelas

L2 Ibnu Syna.

Page 92: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

109

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan

dengan memanfaatkan TIK dalam proses pembelajaran educator

mampu membuat peserta didik semakin termotivasi dan merasa

antusias. Peserta didik khususnya Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK) di SD INTIS School Yogyakarta rata-rata belum bisa berfikir

abstrak maka penggunaan media TIK dalam aktivitas pembelajaran

akan membantu mereka untuk memahami materi secara lebih mudah

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 108

Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan karakteristik

tuna rungu ketika menggunakan media TIK (LCD) pada aktivitas

pembelajaran hanya dapat dipahami secara visual sehingga educator

harus menjelaskan kembali materi tersebut dengan bahasa yang lebih

sederhana sesuai dengan kosa kata yang ABK tuna rungu miliki.

Meskipun aktivitas pembelajaran yang memanfaatkan TIK ini sangat

membantu peserta didik dalam memahami materi menjadi lebih

mudah akan tetapi kendala bagi kelas yang menempati gedung baru

adalah pemanfaatan TIK dalam aktivitas pembelajaran masih

terhalang oleh LCD proyektor yang belum terpasang di gedung yang

ditempati.

6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.

Setiap anak memiliki keunikannya masing-masing begitu pula

dengan potensi yang dimiliki oleh setiap anak jelas berbeda-beda.

108

Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1 Al-Biruni, L1 Al Farabi, dan

L4 Zaid bin Haritsah SD INTIS School Yogyakarta pada Kamis, 12 Januari 2017 dan

Rabu, 18 Januari 2017

Page 93: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

110

Konsep Multiple Intelligence ini diterapkan oleh SD INTIS School

Yogyakarta dalam memahami potensi yang ada pada diri peserta

didiknya. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Tyas Akbar Gumilar,

S.Pd.I selaku educator L3 Abu Hanifah yang mengatakan:

“Kita memiliki ciri multiple intelligence jadi dikelas itu

dengan banyak cara kita mengajar bisa melalui games, cerita,

atau bahkan menyanyi. Pendekatan seperti itu yang membuat

mereka juga nyaman dan tidak tegang. Saya pikir banyak

pendekatan untuk bisa dipakai dalam sebuah kelas jadi lebih

fleksibel.”

Pendapat yang lain dikemukakan oleh Septa Eka Wulandari,

S.Pd selaku educator L2 Ibnu Rusyd yang mengatakan bahwa:

“Penyediaan pembelajaran untuk mengaktualisasikan dan

kreativitas peserta didik khususnya ABK kalau aku lebih

menyampaikan kepada orang tua waktu pengambilan raport

kalau ada potensi lain di diri mas Azam ataupun Nachel, dan

Fahri nanti bisa dileskan karena saya rasa orangtua lebih tahu

potensi anaknya. Tapi kalau untuk mendukung potensinya

dalam proses pembelajaran sejauh ini belum optimal, lebih di

ekstrakulikulernya. Palingan seperti Nachel meskipun

akademiknya kurang tetapi dia ngajinya bagus, hafalannya

bagus disini ada Ummi untuk mengasah kemampuannya.”

Selain dari kedua pendapat diatas, Soviaturrokhimah Maula

Betaraya educator L2 Ibnu Syna mengatakan bahwa:

“Cara kami menyediakan kegiatan pembelajaran untuk

mengaktualisasikan potensi dan kreativitas peserta didik

khususnya ABK di kelas inklusi ya mereka malah harus sering

kerja kelompok dengan anak-anak yang normal dengan sering

kerja kelompok akan merasa menjadi seperti anak normal yang

lainnya. Dengan kerja kelompok kan percaya diri mereka

tumbuh dan mereka akan merasa oh aku ini sama seperti yang

lain gag ada yang berbeda satu sama lain. Ada juga

pembelajaran outing kelas juga biasanya ada kunjungan ke

museum atau perpustakaan. Kegiatan ini mewajibkan outing

class 2 minggu sekali akan tetapi karena keterbatsan kendaraan

maka biasanya 1 bulan dua kali. Selain itu juga ada cooking.

Page 94: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

111

Untuk anak L1 dan L2 masak yang simple yang bisa dilakukan

sendiri seperti membuat sandwich. Kegiatan itu juga kami rasa

juga akan melatih kreativitas peserta didik juga.”

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dan

didukung dengan hasil pengamatan peneliti dilapangan menunjukkan

bahwa educator SD INTIS School Yogyakarta mampu menerapkan

konsep multiple intelligence dalam proses pembelajaran. Hal ini

ditunjukkan dalam aktivitas pembelajaran educator menggunakan

metode yang beraneka ragam seperti, bercerita yang mengasah

kemampuan verbal peserta didik. Dengan metode menyanyi yang

mengasah kemampuan musikal peserta didik dan ketika peneliti

observasi masuk kelas untuk observasi pembelajaran peneliti

mendengar iringan musik klasik dengan irama pelan yang menemani

peserta didik dalam belajar hal ini juga akan mengasah kemampuan

musikal peserta didik. Educator juga sering menggunakan media video

atau film yang akan mengasah kemampuan visual peserta didik,

membentuk kerja kelompok yang mengasah kemampuan interpersonal

peserta didik, dengan adanya kegiatan praktik seperti berenang yang

mengasah kemampuan badani-kinestetik peserta didik, cooking, outing

yang mengasah kemampuan dalam logis-matematis, naturalis, dan

badani-kinestetis, dan kegiatan-kegiatan yang lainnya yang akan

mengembangkan potensi dalam diri peserta didik.109

109 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School

Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017

Page 95: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

112

7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta

didik.

Pendidik harus dapat berkomunikasi secara efektif, empatik,

dan santun dengan peserta didik agar penjelasan yang disampaikan

oleh educator dapat terserap oleh peserta didik dengan baik. Upaya

educator SD INTIS School Yogyakarta dalam berkomunikasi dengan

peserta didik khususnya Anak Berkebutuhan Khusus yang terdapat di

kelas inklusi seperti yang disampaikan oleh Sulis Ardiyanti, S.Pd

selaku educator L1 Al-Biruni mengemukakan bahwa:

“Strategi komunikasi yang dibangun pada ABK kita harus

bisa memposisisikan kapan kita jadi guru, kapan kita jadi

teman-teman mas Key, kapan kita menjadi mas Key.”110

Pendapat yang lain disampaikan oleh Fajar Fatmasari, S.Pi

selaku educator L4 Zaid bin Tsabit yang mengemukakan bahwa :

“Strategi komunikasi yang efektif bagi Mas Wiam kalau

dipelajaran ya itu tadi kalau ada materi yang tidak paham ya

kami pahamkan secara personal. Tapi kalau untuk secara

umum kadang dia sering teriak-teriak ya kami ingatkan

beberapa kali. Dia kan dari kelas 1 itu kan tidak mengenal

sopan santun ya mbak jadi misal prosotan di tangga itu ya

miss kadang saya ingatkan “Mas Wiam tidak boleh prosotan

ditangga!” Kenapa ? dirumahku boleh seperti jawabnya jadi

seperti dirumah itu tidak aturan bagi dia. Jadi memang yang

berat bagi kami adalah memahamkan bahwa kamu dirumah

boleh gag ada aturan tetapi kalau disekolah kita punya. Tapi

kelas 4 ini dia mulai mengerti bahwa ada aturan yang harus

ditaati meskipun bebrapa kali sama gurunya itu seenaknya

paling kami panggil dia membentak atau mengejek. Kemudian

kami tanya “Itu sopan?” Jawabnya “ga” nah dia mulai paham

110

Hasil wawancara dengan Sulis Ardiyanti, S.Pd selaku educator L1 Al Biruni

SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Juma’at, 13 Jnauari 2017 pukul 14.30-15.30 di

Drawing Room

Page 96: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

113

dan mau minta maaf kalau dulu kan suruh minta maaf dia gag

akan mau.”111

Selain dari kedua pendapat tersebut, Ervina Mayasari, S.Psi

selaku educator L3 Abu Bakar juga menyampaikan pendapatnya

bahwa:

“Strategi komunikasi yang efektif agar peserta didik ABK

mampu memahami penjelasan ketika proses belajar mengajar

kalau alif secara pelajaran masih bisa mengikuti tapi kalau

sudah mulai gag fokus nanti kita ingatkan kan mas alif ini juga

ada shadownya jadi ya lebih membantu kami. Tapi kalau

shadow gag berangkat biasanya dipesenin dulu mas Alif hari

ini shadow gag berangkat mas Alif harus tertib ya ?” jadi

sebelum pembelajaran dimulai itu sudah dipesenin jadi dia

sudah lumayan terkontrol dan terkondisikan sih tapi kalau

untuk dia jalan kesana kemari itu dia masih saja krena kalau

disuruh duduk anteng dalam waktu yang lama dia itu masih

susah. Tapi kalau dipesenin dulu kalau shadow gag berangkat

dia bisa berusaha untuk tanggungjawab buat tertib. (Laros)

Alif ini termasuk dalam karakteristik ABK Autis. Kalau Syfa

strategi komunikasi yang efektif itu lebih ke pendampingan

karena kalau diingatkan dia malah susah, dia lebih susah fokus

karena Syfa tidak ada shadow jadi ya pendampingan dari kami

educator sendiri mbak.”112

Berdasarkan hasil wawancara di atas dan didukung dengan

hasil observasi pembelajaran di kelas L1, L2, L3, L4 dan L5 peneliti

sampaikan bahwa educator SD INTIS School Yogyakarta mampu

berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta

didik khususnya pada Anak Berkebutuhan Khusus. Strategi

komunikasi yang dibangun oleh educator agar komunikasi itu efektif,

111 Hasil wawancara dengan Fajar Fatmasari, S.Pi selaku educator L4 Zaid bin

Tsabit sekaligus PJ Inklusi SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 19 Januari

2017 pukul 07.35-08.30 di Drawing Room. 112

Hasil wawancara dengan Ervina Mayasari, S.Si selaku educator L3 Abu

Bakar SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Jumat, 10 Februari 2017 pukul 14.30-

15.30 di Drawing Room

Page 97: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

114

empatik, dan santun bagi Anak Berkebutuhan Khusus berbeda-beda

yakni dengan menyesuaikan karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus

itu sendiri.

Strategi komunikasi yang efektif, empatik, dan santun secara

keseluruhan telah mampu ditunjukkan dalam proses pembelajaran

saat educator mampu menggunakan pertanyaan untuk mengetahui

pemahaman dan menjaga partisipasi pesrta didik agar peserta didik

dapat menjawab dengan ide dan pengetahuan yang mereka miliki.

Educator memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan

dan tanggapan peserta didik dan membantu dalam mengklarifikasi

pertanyaan atau tanggapan tersebut sesuai dengan tujuan

pembelajaran dan isi kurikulum tanpa mempermalukannya. Educator

menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan

kerjasama yang baik antar peserta didik. Educator mendengarkan dan

memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik baik

yang benar maupun yang salah untuk mengukur tingkat pemahaman

mereka. Educator memberikan perhatian pertanyaan peserta didik dan

meresponnya secara lengkap dan relevan untuk menghilangkan

kebingungan pada peserta didik.113

8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

a. Penyelenggaraan penilaian peserta didik.

113 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School

Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017

Page 98: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

115

Educator SD INTIS School Yogyakarta melakukan

penilaian sebagai alat untuk mengukur ketercapaian kompetensi

peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran

dan sebagai alat untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil

belajar dan sikap peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara

dengan Wian Indriani, S.Pd. Si selaku educator L3 Abu Hurairah

dan bagian kurikulum mengemukakan bahwa:

“Penilaian sejauh ini kita menggunakan praktik dan nilai

sikap. Instrumen penilaian dari kurikulum sudah

menyediakan form tapi kalau untuk nilai sikap dinilainya

seminggu sekali. Kita bisa lihat kalau anak itu bermasalah

pasti kami catat dijurnal jadi kami ada jurnal untuk

mencatat perilaku anak seperti anak terlambat, tidak ikut

sholat, atau mungkin berkelahi dengan temannya itu kita

catat dijurnal. Jurnal nanti bisa membantu selain untuk

mengisi nilai sikap juga untuk catatan kepada orang tua

ketika ada parenting. Kalau dalam penilaian proses

pembelajaran kita lebih ke proses dan penilaian akhir

untuk tes tertulis, praktik, tes lisan.”114

Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nok

Siti Fatiyatul Muharromah, S.Pd.I selaku educator L1 Al Farabi yang

mengatakan bahwa:

“Penilaian proses dan hasil belajar diperoleh dari aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif diperoleh dari nilai

tugas dan nilai ulangan. Aspek afektif diperoleh dari penilaian

sikap peserta didik yang dituangkan dalam jurnal, diperoleh dari

aktivitas peserta didik yang dilihat dari instrumen sikap sosial

dan religius peserta didik. Sedangkan untuk penilaian aspek

psikomotorik diperoleh dari nilai unjuk kerja, praktik dan tugas.

Analisis evaluasi proses dan hasil belajar menggunakan analisis

nilai UKD. Bagi peserta didik yang belum mencapai KKM

akan diberikan remidial.”

114

Hasil wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd. Si bagian Kurikulum dan

educator L3 Abu Hurairah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Selasa, 31 Januari

2017 pukul 09.30- 09.45 di Drawing Room.

Page 99: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

116

b. Penyelenggaraan evaluasi proses dan hasil belajar

Berdasarkan hasil wawancara dengan Wian Indriani, S.Pd.Si

selaku educator L3 Abu Hurairah dan bagian kurikulum

mengemukakan bahwa:

“Evaluasi bagi ABK di kelas kami belum sempat membuat soal

yang berbeda untuk ABK idealnya seharusnya memang berbeda

seperti disleksia mungkin harusnya soalnya lebih banyak yang

ada gambar karena kalau dengan kata-kata dia tetap harus

didampingi. Tapi sejauh ini di kelas kami lebih ke menurunkan

KKM dan hanya untuk ABK slow learner karena kami tidak

mengganti konten soalnya. Karena kami belum mampu untuk

membuat soal dengan berbagai karateristik ABK dan itu

memang sebaiknya dibantu dengan PPI tapi memang sejauh ini

baru kami terima sebagai teori dan kami memang belum mampu

untuk mempraktekkan. Mungkin kalau kita akan mengadakan

modifikasi pun nilai KKM juga harus dibedakan dan itu ketika

dianalisis mereka ABK yang dirasa tidak bisa mengikuti seperti

pada umumnya itu kami keluarkan dari nilai rata-rata. Jadi rata-

rata kelas itu diluar dari mereka (ABK).”

Sedangkan pendapat dari Sri Handayani, S.Pd.Si selaku L5

Umar bin Khattab mengemukakan bahwa:

“Untuk evaluasinya kami biasanya per mapel itu kan ada

Ulangan Kompetensi Dasar (UKD) tiap-tiap KD itu untuk

kognitif. Sedangkan untuk afektif di kesehariannya kami ada

jurnal, penilaian sikap, dan pelanggaran apa yang dilakukan

peserta didik nanti kami back up dalam catatan. Dalam raport

nanti nilai yang diberikan yaitu nilai tugas, UKD, UTS, UAS.

Sedangkan analisis proses dan evaluasi hasil belajar nanti disini

ada analisis nilai dan analisis soal. Analisis nilai bagi ABK nanti

kita sendirikan jadi tidak masuk ke rata-rata kelas karena

misalnya KKM sama seperti yang lain tapi soal untuk ABK di

kelas kami bedakan jadi untuk analisis soal hanya diberikan

pada soal yang diberikan pada peserta didik normal dengan

mengambil rata-ratanya.”

Berdasarkan wawancara dan observasi peneliti di lapangan

peneliti sampaikan bahwa educator mampu menyelenggarakan

Page 100: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

117

penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan

berbagai instrumen penilaian. Penilaian proses dan hasil belajar tersebut

meliputi penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Educator dapat memodifikasi soal-soal untuk penilaian kognitif

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan disesuaikan karakteristik

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam kelas masing-masing.

Modifikasi soal ujian bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

dilakukan untuk mempermudah peserta didik Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) untuk memahaminya. Akan tetapi, modifikasi soal juga

ditentukan oleh educator masing-masing kelas apakah ingin

memodifikasi soalnya atau tidak. Biasanya bagi Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) yang tingkat inteligensinya masih mampu mengikuti

pembelajaran dengan mudah maka tidak terdapat modifikasi soal atau

disamakan dengan peserta didik normal yang lainnya.115

Educator melakukan analisis soal dan analisis hasil penilaian

sebagai upaya untuk mengidentifikasi materi pokok/kompetensi dasar

yang sulit sehingga dapat dilihat kemampuan masing‐masing peserta

didik. Jika nilai yang diperoleh peserta didik pada tiap-tiap kompetensi

dasar belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka

tujuan pembelajaran pada Kompetensi Dasar tersebut belum tercapai

sehingga harus diperbaiki dengan diadakannya program remedial.116

115

Hasil pengamatan salinan dokumentasi dari soal bagi Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) dan soal bagi peserta didik reguler tahun 2016/2017 116 Hasil pengamatan salinan dokumen penilaian kelas L1-L5 SD INTIS School

Yogyakarta

Page 101: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

118

Untuk itulah, seorang educator yang mengajar dalam kelas inklusi harus

menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan

peserta didik normal maupun Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

sehingga peserta didik yang ada dalam kelas tersebut dapat menyerap

atau menangkap materi dengan baik. Evaluasi bagi Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) sebaiknya juga dibantu dengan Program Pengajaran

Individual (PPI) sehingga sejauh mana kita akan menilai peserta didik

ABK sudah terencana dengan baik.

9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi hasil penilaian untuk

kepentingan pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan selaku Ervina Mayasari,

S.Si selaku educator L3 Abu Bakar mengemukakan bahwa:

“Pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi hasil belajar untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran ya itu tadi kami

menggunakan analisis nilai ya mana yang nanti kira-kira yang

masih peserta didik belum paham akan materi yang mana nanti

kami berikan review-review tentang materi itu. Selain itu untuk

mengadakan remidial yang dilaksanakan bagi anak-anak yang

kurang mencapai KKM dan pemberian pengayaan berupa tugas

untuk peserta didik yang sudah mencapai KKM.”117

Selain itu, dijelaskan oleh selaku Nur Khasanah, S.Pd.Si selaku

educator L5 Umar bin Abdul Aziz beliau mengungkapkan bahwa:

“Untuk memanfaatkan hasil penilaian biasanya kami umumkan

ke anak terlebih dahulu, kemudian kepala sekolah, kurikulum,

shadow kemuadian di akhir pembelajaran (UKD) kami buat

portofolio diserahkan ke wali murid. Selama 3 bulan sekali ada

news letter berita anak selama 3 bulan. Pada tiap bulan subject

117

Hasil wawancara dengan Ervina Mayasari, S.Si selaku educator L3 Abu

Bakar SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Jumat, 10 Februari 2017 pukul 14.30-

15.30 di Drawing Room

Page 102: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

119

letter ada materi pokok dalam satu bulan kedepan. Kalo uda

tahu hasil penilaian mana yang kurang bisa ditingkatkan yang

bagus dipertahankan. Biasanya untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran dengan adanya tambahan latihan atau tugas

tambahan. Diusahakan nilai tugas itu bagus karena kami melihat

dari prosesnya.”118

Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan dokumen dan

observasi yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa educator SD

INTIS School Yogyakarta telah melakukan penilaian secara

berkesinambungan dengan berbagai instrumen dari aspek kognitif yang

diperoleh dari nilai tugas secara tertulis maupun lisan, Ujian

Kompetensi Dasar (UKD), Ulangan Tengah Semester (UTS), dan

Ulangan Akhir Semester (UAS). Instrumen penilaian aspek afektif yang

diperoleh melalui pengamatan langsung kepada peserta didik yang

dituliskan di jurnal, dan ceklist pada instrumen nilai sikap spiritual dan

nilai sikap sosial. Penilaian aspek psikomotorik diperoleh dari nilai

praktik, unjuk kerja, dan praktikum.119

Educator SD INTIS School Yogyakarta menggunakan informasi

hasil penilaian salah satunya untuk menentukan ketuntasan belajar

peserta didik di dalam kelas. Penentuan ketuntasan belajar diambil dari

rata-rata peserta didik di kelas oleh educator kemudian di konsultasikan

dengan pihak kurikulum. Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

118 Hasil wawancara dengan Nur Khasanah, S.Pd.Si selaku educator L5 Umar

bin Abdul Aziz SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Senin, 13 Februari 2017 pukul

14.30-15.30 di Ruang UKS 119 Hasil pengamatan dokumen penilaian kelas L1-L5 SD INTIS School

Yogyakarta

Page 103: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

120

penentuan ketuntasan belajar dilihat dari tingkat inteligensi yang

mereka miliki.

Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang inteligensinya

masih dapat mengikuti peserta didik normal yang lain maka ketuntasan

belajar disamakan dengan ketuntasan belajar yang diambil dari nilai

rata-rata peserta didik dalam kelas tersebut. Akan tetapi, jika Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) yang intelligensinya dibawah peserta

didik normal yang lainnya maka educator berkonsultasi dengan pihak

kurikulum menyesuaikan ketuntasan belajar sesuai dengan tingkat

intelligensi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang ada dalam kelas

tersebut.

Perolehan nilai peserta didik pada tiap-tiap kompetensi dasar

oleh educator dimanfaatkan untuk merancang program remidial dan

pengayaan. Program remidial diberikan kepada peserta didik yang

belum mencapai tujuan dari kompetensi dasar atau kurang dari Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Sedangkan program pengayaan diberikan

kepada peserta didik yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM). Akan tetapi, tidak semua educator memberikan pengayaan bagi

peserta didik yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) dikarenakan keterbatasan waktu dalam mengejar materi.

Educator SD INTIS School Yogyakarta telah memanfaatkan

hasil penilaian dan evaluasi dengan baik. Hasil penilaian dan evaluasi

Page 104: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

121

selalu di informasikan kepada pemangku kepentingan sebagai bahan

perbaikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

10. Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran

Refleksi pembelajaran merupakan tindakan yang dilakukan

educator untuk me-review dan introspeksi terhadap proses belajar

mengajar yang telah dilakukan meliputi, perencanaan, keterlaksanaan,

dan keberhasilan pembelajaran. Hasil refleksi yang dilakukan oleh

educator SD INTIS School Yogyakarta dimanfaatkan sebagai bahan

perbaikan dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Zen Muhammad

Alfaruq, S.Si selaku educator L1 Al- Farabi bahwa:

“Tindakan refleksi yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran dengan cara mempertahankan model

pembelajaran atau metode yang disukai oleh peserta didik tetapi

jika model pembelajaran ataupun metode tidak disukai peserta

didik maka educator mengubah model pembelajaran dengan

memadukan metode atau teknik yang sesuai dengan materi dan

keinginan peserta didik. Selain itu kami biasanya sharing pada

saat ada perkumpulan KKG secara paralel per kelas untuk

membahas metode atau model atau bertanya pada psikolog

penanganan bagi ABK dengan karakteristik slow learner,

keterbelakangan mental, gangguan pendengaran, cerdas

istimewa, disleksia dan sebagainya itu yang cocok seperti apa

kalau tidak ya menayakan ke shadow apa yang kurang dari

pengajaran yang sudah kami lakukan.” 120

Selain itu, dijelaskan kembali oleh Rini Setiani, S.Pd selaku

educator L4 Zaid bin Haritsah yang mengemukakan bahwa:

120

Hasil wawancara dengan Zen Muhammad Alfaruq, S.Si selaku educator L1

Al- Farabi SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 12 Januari 2017 pukul 14.00-

14.45 di Drawing Room.

Page 105: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

122

“Cara kami melakukan refleksi untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran kami itu biasanya diakhir semester kemarin tanya

ke anak-anak “Mrs. Ani dan Mrs. Rini kemarin ngajarnya

bagaimana?” lalu kami minta mereka menuliskan selama satu

semester ini apa kekurangan kami dan apa yang harus kami

lakukan disemester depan. Kami juga koordinasi dengan kelas

lain secara paralel untuk membahas tentang penanganan ABK

atau masalah dikelas untuk mencari solusi kemudian nanti kami

terapkan masukan dari kelas lain untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran.”121

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari

narasumber dan diperkuat dari hasil observasi di lapangan kegiatan

refleksi pembelajaran yang dilakukan oleh educator SD INTIS School

Yogyakarta merupakan upaya peningkatan kualitas pembelajaran.

Educator SD INTIS School Yogyakarta berusaha melaksanakan

aktivitas pembelajaran sesuai dengan Daily Learning Proposal yang

telah dibuat. Akan tetapi, ketika aktivitas pembelajaran berlangsung ada

kendala atau masalah yang harus dihadapi oleh educator. Kendala-

kendala tersebut misalnya penggunaan metode yang kurang tepat

dengan situasi kelas dalam menyampaikan materi kepada peserta didik

atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), peserta didik sulit memahami

materi yang telah disampaikan, hingga kendala ketika menghadapi

Anak Berkebutuhan Khusus dengan berbagai karakterisik. 122

Educator SD INTIS School Yogyakarta melakukan refleksi dari

kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan cara

121 Hasil wawancara dengan Rini Setiani, S.Pd selaku educator L4 Zaid bin

Haritsah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari 9 Februari 2017 pukul 14.30-15.30 di

Drawing Room. 122 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School

Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017

Page 106: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

123

menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dalam aktivitas

pembelajaran di kelas masing-masing. Educator mencari solusi dengan

melalui KKG (Kelompok Kerja Guru) secara paralel per kelas untuk

dapat berbagi informasi terkait proses belajar mengajar yang dialami

oleh masing-masing educator. Pertemuan ini membahas tentang proses

belajar mengajar yang telah dilakukan di kelas masing-masing, materi

pelajaran, perumusan indikator yang tepat bagi Anak Berkrbutuhan

Khusus (ABK) dengan karakteristik di masing-masing kelas,

penanganan bagi masing-masing Anak Berkebutuhan Khusus (ABK),

atau masalah lain yang dihadapi di setiap kelas paralel. Educator

masing-masing kelas paralel saling bertukar informasi dan saling

memberikan solusi bagi setiap masalah yang terdapat dikelas terkait

proses pembelajaran guna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

berikutnya.

C. Kompetensi Profesional Guru dalam Proses Pembelajaran pada Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) Kelas Inklusi SD INTIS School Yogyakarta

6. Penguasaan Materi, Struktur, Konsep, dan Pola Pikir Keilmuan.

Berdasarkan hasil pengamatan dokumen dan hasil observasi yang

peneliti lakukan menunjukkan bahwa sebagian besar guru telah

menguasai materi yang diajarkan dalam kelas sesuai dengan Standar

Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator yang telah

dituliskan pada silabus dan Daily Learning Proposal (DLP). Hal ini

Page 107: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

124

terlihat adanya kesesuaian antara rancangan pembelajaran dangan

aktivitas pembelajaran yang dilakukan. 123

Proses pembelajaran yang dilakukan di SD INTIS School

Yogyakarta menggunakan kurikulum KTSP 2006, meskipun begitu

aktivitas pembelajaran yang dilakukan bagi kelas L1, L2, dan L3

dalam prosesnya tetap menggunakan pembelajaran tematik. Educator

SD INTIS School Yogyakarta yang mengampu kelas L1, L2, dan L3

telah mampu menata materi dengan baik yang disesuaikan dengan

tema-sub tema mata pelajaran dan menguasai materi mata pelajaran

yang ada dalam tema-tema mata pelajaran yang terkait.

Berbeda dengan kelas bawah (L1, L2, dan L3), bagi kelas atas

(L4 dan L5) dalam aktivitas pembelajaran mata pelajaran yang

diajarkan berdiri sendiri dan tidak terkait dengan tema seperti pada

pembelajaran tematik bagi kelas bawah. Meskipun begitu, educator

yang mengampu kelas L4 dan L5 mampu menguasai materi yang

diajarkan dan menanamkan konsep dari isi materi pelajaran sesuai

dengan usia perkembangan peserta didik.

Proses pelaksanaan pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan

Khusus secara umum sama dengan peserta didik yang lainnya hanya

saja terdapat pengembangan indikator yang disesuaikan dengan

tingkat inteligensinya. Selama peserta didik berkebutuhan khusus

123 Hasil pengamatan salinan dokumen Silabus dan Daily Learning Proposal

(DLP).

Page 108: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

125

masih bisa menangkap materi pembelajaran yang disampaikan seperti

peserta didik yang lain maka indikator tetap disamakan.124

Berdasarkan hasil pengamatan dokumen dan hasil observasi

yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa sebagian besar educator

SD INTIS School Yogyakarta telah menguasai materi, struktur,

konsep, dan pola pikir keilmuan dengan baik dan menyampaikannya

sesuai dengan usia perkembangan dan tingkat intelligensi peserta

didik.

7. Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran.

Pengusaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat

dilihat dari informasi yang diperoleh dari educator, pencermatan

dokumen Silabus dan Daily Learning Proposal (DLP) serta observasi

terhadap proses pelaksanaan pembelajaran. Standar Kompetensi,

Kompetensi Dasar, dan Indikator dapat mengetahui kemampuan,

keterampilan, sikap peserta didik sehingga secara spesifik dapat

dijadikan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran dan

dijadikan tolak ukur sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap

suatu pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu.

Educator SD INTIS School Yogyakarta selalu berupaya agar

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat tercapai secara

124 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School

Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017

Page 109: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

126

maksimal seperti yang dikemukakan oleh Novi Restu Saputri, S.Pd

selaku educator L3 Abu Hanifah bahwa:

“Upaya agar standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara maksimal yang jelas DLP

atau RPP tadi dapat dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya

dan juga terdapat latian-latian soal untuk mengukur sejauh mana

materi yang dapat ditangkap oleh peserta didik. Secara umum

sama dengan sekolah-sekolah dasar yang lainnya.125

Pendapat di atas dikuatkan kembali oleh Septa Eka Wulandari,

S.Pd selaku educator L2 Ibnu Rusyd yang mengemukakan bahwa:

“Upaya agar standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan

pembelajaran tercapai secara maksimal educator selalu melakukan

pengamatan dari proses pembelajaran tiap harinya, evaluasi proses

pembelajaran, evaluasi per materi, dan pengembangan media

pembelajaran. Evaluasi nanti ada tugas tiap harinya karena untuk

melihat kompetensi dapat tercapai itu dari tugas, unjuk kerja,

kemudian dari UKD, UTS, dan UAS.”126

Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan dokumen dan

observasi yang peneliti lakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran

di kelas L1, L2, L3, L4, dan L5 seperti yang telah dibahas di

pembahasan sebelumnya menunjukkan secara keseluruhan educator

SD INTIS School Yogyakarta dalam menyampaikan materi pokok

telah sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang

tertulis pada silabus dan Daily Learning Proposal (DLP). Educator

dapat mengukur standar kompetensi tersebut dengan cara mengamati

proses pembelajaran yang telah dilakukan, evaluasi proses

125 Hasil wawancara dengan Novi Restu Saputri, S.Pd selaku educator L3 Abu

Hanifah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 pukul 14.30-

15.15 di Drawing Room. 126

Hasil wawancara dengan Septa Eka Wulandari, S.Pd selaku educator L2 Ibnu

Rusyd SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Rabu, 1 Februari 2017 pukul 14.30-15.45

di Ruang Kelas L2 Ibnu Rusyd.

Page 110: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

127

pembelajaran, evaluasi per materi, dan pengembangan media

pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik di

masing-masing kelas.127

8. Mengembangkan Materi Pembelajaran yang diampu secara Kreatif.

Tujuan pembelajaran dapat tercapai bila materi pelajaran yang

disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh peserta

didik. Tugas pendidik/educator ialah memilih materi lima pelajaran

yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan mengolah

materi lima pelajaran secara integratif dan kreatif sesuai dengan

perkembangan peserta didik. SD INTIS School Yogyakarta memiliki

peserta didik normal dan peserta didik berkebutuhan khusus yang

ditempatkan dalam kelas inklusi sehingga pengembangan materi

pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta

didik dalam kelas tersebut.

Hasil pengamatan dari salinan dokumen silabus dan DLP dan

diperkuat dengan observasi terhadap 12 kelas menunjukkan bahwa

pelaksanaan pembelajaran SD INTIS School Yogyakarta masih

menggunakan kurikulum KTSP 2006. Materi pelajaran antar mata

pelajaran pada kurikulum KTSP 2006 diintegrasikan dalam sebuah

tema untuk kelas bawah L1 hingga L3. Sedangkan untuk L4 dan L5

mata pelajaran berdiri sendiri dan tidak diintegrasikan dalam sebuah

127 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School

Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017

Page 111: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

128

tema karena materi pelajaran untuk L4 dan L5 pada kurikulum KTSP

2006 ini sangat luas.128

Hasil observasi dilapangan menunjukkan bahwa educator L1

sampai L5 SD INTIS School Yogyakarta sama-sama kreatif dalam

memilih dan mengolah materi pelajaran agar lebih mudah diterima oleh

peserta didik sesuai dengan kurikulum yang diterapkan. Hal ini

ditunjukkan ketika pelaksanaan pembelajaran educator menjelaskan

materi pelajaran dengan memberikan contoh-contoh secara konkret dan

mengkaitkannya dengan kehidupan keseharian peserta didik. Selain

memberikan contoh secara konkret educator menggunakan berbagai

metode, media, dan bahan ajar yang disesuaikan dengan materi mata

pelajaran yang diajarkan dan karakteristik peserta didik di kelas

masing-masing sehingga peserta didik lebih mudah memahami materi

yang disampaikan.129

Bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus terdapat

pengembangan indikator yang disesuaikan dengan tingkat

inteligensinya. Selama peserta didik berkebutuhan khusus masih bisa

menangkap materi pembelajaran yang disampaikan seperti peserta didik

yang lain maka indikator tetap disamakan. Tetapi ketika peserta didik

berkebutuhan khusus kesulitan dalam menangkap materi pelajaran,

maka tugas educator kelas adalah melakukan penggantian/pengurangan

128

Hasil pengamatan dari salinan dokumen Silabus dan DLP kelas L1- L5 SD

INTIS School Yogyakarta. 129 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School

Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017

Page 112: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

129

terhadap indikator yang disesuaikan dengan tingkat intelligensi peserta

didik berkebutuhan khusus.130

Dengan adanya pengembangan indikator

yang disesuaikan dengan tingkat intelligensi peserta didik berkebutuhan

khusus dan didukung dengan penyampaian materi yang menggunakan

bahasa yang diolah menjadi lebih sederhana sesuai dengan kemampuan

daya tangkap mereka maka materi yang disampaikan akan dapat

diterima secara maksimal.

9. Mengembangkan Keprofesionalan secara Berkelanjutan dengan

Melakukan Tindakan Reflektif.

Pada kompetensi ini diharapkan guru melakukan refleksi terhadap

kinerja secara terus menerus dan memanfaatkan hasil refleksi untuk

meningkatkan keprofesionalan. Guru melakukan penelitian tindakan

kelas dan mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai

sumber.131

Usaha yang dilakukan oleh educator SD INTIS School

Yogyakarta dalam mencapai kompetensi ini seperti yang dikemukakan

oleh Nur Khasanah, S.Pd.Si educator L5 Umar bin Abdul Aziz bahwa:

“Sedangkan cara kami untuk refleksi kinerja, kami disini ada

penilaian dari Tim KKG, diskusi antar guru, sharing cara

penanganan peserta didik khususnya ABK, ada juga raport dari

kepala sekolah. Khusus penggunaan bahasa inggris dalam

mengajar ada penilaian antar educator. Selain itu dalam

pengembangan diri saya pernah mengikuti pelatihan tahun 2015

yaitu penilaian UAS UTS sampai ke UN terbaru Kurikulum 2013.

Intinya penilaian akhir agar guru melakukan penilaian setara se-

Jogja Timur sesuai dengan standarisasi yang diadakan oleh Dinas

130 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1-L5 SD INTIS School

Yogyakarta pada tanggal 17 Januari 2017- 2 Februari 2017 131

Salinan Lampiran Permendiknas No.16 Tahun 2007 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Tabel 2 Standar Kompetensi Guru Kelas

SD/MI.

Page 113: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

130

Pendidikan yang bertempat di SD Rejowinangun selama 10 hari.

Kalau pelatihan yang wajib diikuti oleh semua educator adalah

pelatihan yang diadakan oleh sekolah seperti pelatihan inklusi,

pelatihan bahasa inggris, pelatihan matematika secara berkala, ISO,

akreditasi, dan segala macam pelatihan administrasi yang

bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota/ Provinsi DIY.”132

Pendapat diatas dikuatkan oleh Moh. Muaddin selaku Kepala

Sekolah yang mengemukakan:

“Penilaian kompetensi guru di SD INTIS School tidaklah sama

dengan sekolah yang lain karena penilaian KKG tidak semua ikut

dari dinas tetapi dari segi kedisiplinan, penggunaan komunikasi

bahasa inggris, pengelolaan kelas selalu terkontrol langsung dari

kepala sekolah dengan menggunakan dokumen yang diceklis oleh

masing-masing guru pada tiap minggu. Ibaratnya menilai diri.

Kepentingannya untuk mengingatkan guru dalam hal permasalahan

yang dihadapi atau memperbaiki apa yang kurang dalam proses

pembelajaran. Harapannya guru-guru dapat memaksimalkan

pelaksanaan pembelajaran dikelas dengan tujuan sesuai dengan

kondisi anak-anak masing-masing dan target-target dari sekolah

dapat tercapai. Selain itu, dalam pengembangan diri educator dapat

menguasai materi dari pelatihan-pelatihan dan workshop diluar

sehingga bisa berbagi ke teman yang lain atau biasa menjadi

bahan untuk menciptakan konsep atau teknik baru untuk

menghadapi pendidikan inklusi.”133

Berdasarkan data wawancara diatas indikator kinerja guru sudah

langsung dikontrol oleh Kepala Sekolah dengan adanya penilaian diri dan

teman sejawat. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan

kualitas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik di

kelas inklusi, memberikan pembelajaran yang dapat mengembangkan

132 Hasil wawancara dengan Nur Khasanah, S. Pd.Si selaku educator L5 Umar

bin Abdul Aziz SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Senin, 13 Februari 2017 pukul

14.30-15.30 di Ruang UKS. 133

Hasil wawancara dengan Moh. Muaddin selaku Kepala Sekolah SD INTIS

School Yogyakarta, pada hari Kamis, 02 Februari 2017 pukul 13.00- 13.35 di Ruang

Kepala Sekolah.

Page 114: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

131

potensi peserta didik khususnya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan

tercapainya tujuan pembelajaran.

Sedangkan dalam indikator penelitian tindakan kelas educator SD

INTIS School Yogyakarta keseluruhan belum pernah membuat penelitian

secara tertulis hanya sekedar melakukan observasi, sharing dengan

psikolog dan teman sejawat, dan wali murid. Educator SD INTIS School

Yogyakarta mengikuti berbagai pelatihan-pelatihan sebagai bentuk

mengembangkan keprofesionalan. Pelatihan yang diikuti diharapkan dapat

mengembangkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran bagi Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) di kelas inklusi dan menumbuhkan inovasi

guru dalam membuat konsep atau teknik baru untuk menghadapi

pendidikan inklusi dengan berbagai karakteristik Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK)

10. Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk

Berkomunikasi dan Mengembangkan Diri.

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini

sangat berperan penting bagi educator SD INTIS School Yogyakarta

sebagai alat berkomunikasi terhadap rekan kerja, peserta didik, maupun

orang tua peserta didik. Selain sebagai alat berkomunikasi, TIK

merupakan wadah untuk mengembangkan diri pendidik maupun peserta

didik di SD INTIS School Yogyakarta sendiri. Hal ini seperti yang

dikemukakan oleh Tyas Akbar Gumilar, S.Pd.I educator L3 Abu Hanifah

bahwa:

Page 115: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

132

“Pemanfaatan teknologi untuk mengembangkan diri disini kita ada

perpustakaan kita menambah referensi dari buku-buku, dari

internet untuk cari materi, dan media elektronik yang lain untuk

mencari referensi dalam menangani anak-anak inklusi. Selain itu

kita share tentang kisi-kisi, materi, administrasi kelas itu kita juga

memakai teknologi informasi. Kemudian untuk mengenal dan

memahami lebih jauh peserta didik kita juga menggunakan

whatsapp sebagai alat berkomunikasi orang tua siswa agar setiap

kejadian yang di sekolah kita bisa share dengan orang tua siswa

dan bersama-sama berdiskusi untuk mencari solusi terkait dengan

penanganannya.”134

Pendapat diatas dikuatkan kembali oleh Nur Setiani, S.Pd yang

mengemukakan:

“Pemanfaatan TIK biasanya kami gunakan untuk mencari

referensi-referensi dari jurnal-jurnal atau e-book tentang materi-

materi, kemudian juga mencari metode yang tepat digunakan untuk

pengajaran yang disesuaikan dengan materi, jika cocok diterapkan

dikelas kami nanti kami terapkan, selain itu untuk mencari media

pembelajaran bagi peserta didik. Kemudian kami searching misal

untuk membuat karya seperti SBK, pembuatan prakarya biasanya

kami cari dari youtobe kemudian kita terapkan kepada anak-anak.

Selain itu, kami kan bukan lulusan dari PGLB jadi kami sering

mencari materi tentang penanganan ABK dengan berbagai

karakteristik sebagai pengetahuan dan dasar kami untuk mengajar

dikelas inklusi.”135

Berdasarkan hasil wawancara terhadap kedua narasumber diatas

dan didukung dengan observasi pembelajaran di kelas L1 Al Biruni, L1 Al

Farabi, dan L4 Zaid bin Haritsah yang saat itu menggunakan LCD maka

peneliti menyimpulkan bahwa TIK sebagai media pembelajaran sangat

membantu educator dalam menyampaikan materi pembelajaran dan

134

Hasil wawancara dengan Tyas Akbar Gumilar, S.Pd.I selaku educator L3

Abu Hanifah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 pukul

14.30-15.15 di Drawing Room. 135

Hasil wawancara dengan Nur Setiani, S.Pd selaku educator L4 Zaid bin

Haritsah SD INTIS School Yogyakarta, pada hari Kamis, 9 Februari 2017 pukul 14.30-

15.30 di Drawing Room.

Page 116: BAB II KOMPETENSI GURU DALAM …digilib.uin-suka.ac.id/27746/2/1520420026_BAB-II_sampai...18 BAB II KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS INKLUSI A. Anak

133

memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang sedang

disampaikan.136

Selain sebagai media pembelajaran, TIK juga sebagai

tempat untuk mencari referensi bagi educator dalam menangani peserta

didik yang memiliki kebutuhan khusus di dalam kelas inklusi. Perbedaan

perlakuan yang diberikan terhadap ABK harus disesuaikan dengan

karakteristiknya, sedangkan educator yang mengajar di kelas inklusi ini

sebagian besar bukan lulusan PGSD/PGLB sehingga educator masih

banyak belajar tentang penanganan ABK dan pengelolaan kelas dari

berbagai sumber sebagai pengetahuan dan dasar untuk mengajar dikelas

inklusi.

136

Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran L1 Al-Biruni, L1 Al Farabi, dan

L4 Zaid bin Haritsah SD INTIS School Yogyakarta pada Kamis, 12 Januari 2017 dan

Rabu, 18 Januari 2017