bab ii kajian teori, kerangka berpikir, dan …repository.ump.ac.id/6557/3/marti suyogi bab...

21
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh selama proses belajar. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari seberapa jauh pemahaman siswa dalam penguasaan materi pembelajaran selama jangka waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, dipahami dan diterapkan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Hamdu & Agustina (2011: 91-95) bahwa suatu keberhasilan dapat didapatkan dengan mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Siswa yang nilai rapornya tinggi prestasi belajarnya tinggi, sedangkan yang nilainya rendah prestasi belajarnya rendah. Semua pelaku pendidikan (siswa, orang tua atau wali dan guru) pasti menginginkan tercapainya sebuah prestasi belajar yang tinggi, karena prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator keberhasilan proses belajar. Beranjak dari pemikiran tersebut, kenyataannya tidak semua siswa mendapatkan prestasi belajar yang tinggi dan terdapat siswa yang mendapatkan prestasi belajar yang rendah. Tinggi dan rendahnya 9 Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Upload: truongmien

Post on 28-May-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

9

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh

selama proses belajar. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari seberapa

jauh pemahaman siswa dalam penguasaan materi pembelajaran selama

jangka waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari,

dipahami dan diterapkan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Hamdu

& Agustina (2011: 91-95) bahwa suatu keberhasilan dapat didapatkan

dengan mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai

atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar

mengajar.

Siswa yang nilai rapornya tinggi prestasi belajarnya tinggi,

sedangkan yang nilainya rendah prestasi belajarnya rendah. Semua

pelaku pendidikan (siswa, orang tua atau wali dan guru) pasti

menginginkan tercapainya sebuah prestasi belajar yang tinggi, karena

prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator keberhasilan

proses belajar. Beranjak dari pemikiran tersebut, kenyataannya tidak

semua siswa mendapatkan prestasi belajar yang tinggi dan terdapat siswa

yang mendapatkan prestasi belajar yang rendah. Tinggi dan rendahnya

9

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

10

prestasi belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi banyak faktor. Prestasi

belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa selama

proses belajarnya. Keberhasilan itu ditentukan oleh berbagai faktor yang

saling berkaitan. Menurut Mahmud (1989: 84-87), mengatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa mencakup,

sebagai berikut:

1) Faktor Internal

Faktor internal sebagai faktor yang berasal dari dalam diri

siswa itu sendiri, yang terdiri dari (Need for Achievement) Mc

Clelland (dalam Nasution, 2005: 31-38) yaitu kebutuhan, dorongan

dan motivasi untuk berprestasi. Siswa menyadari bahwa prestasi

menjadi dasar dalam diri bukan karena paksaan orang lain. Berbicara

mengenai kebutuhan, dorongan, dan motivasi, ketiga hal tersebut

muncul karena kesadaran yang ditumbuhkan oleh diri sendiri.

Kesadaran pada diri sendiri, dapat menampilkan kualitas pada diri

siswa bahwa prestasi tidak hanya mengharapkan prestasi yang tinggi,

namun memberi rasa kepuasaan pada diri sendiri cara mencapai

prestasi tersebut. Suatu keberhasilan dapat memberikan rasa

kepuasaan saat melakukan suatu usaha sendiri dan bukan unsur

paksaan melainkan prestasi diraih dari belajar yang sudah

ditanamkan pada diri bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan.

Prestasi belajar yang diraih menjadi suatu kepuasaan, bahwa prestasi

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

11

tersebut diraih dari usaha yang maksimal dan diciptakan sendiri

sebagai kebutuhan.

2) Faktor Eksternal

Salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran dalam

dunia pendidikan adalah lingkungan. Lingkungan menjadi faktor di

mana seseorang dapat tumbuh dan berkembang saling

mempengaruhi dan dipengaruhi. Pendidikan dengan berbagai konsep

yang diberikan dan penerapannya, jika seseorang bergaul di

lingkungan yang kurang baik, maka bukan mustahil dapat

terpengaruh. Dalam dunia pendidikan, lingkungan yang dimaksud

adalah tri-pusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat

(Mulyono, 2013: 58-59).

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar. Hal

ini dapat berupa sarana prasarana, situasi lingkungan baik yang ada

pada lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan

masyarakat. Prestasi belajar memerlukan dukungan yang menjadikan

siswa tergerak dan berkeinginan berubah menjadi lebih baik,

dukungan yang pertama dan utama berasal dalam keluarganya, yaitu

oleh ayah dan ibu. Orang tua atau wali menjadi sumber motivasi dan

keinginan menjadi lebih baik. Dalam fase ini siswa kelas 5 berada

pada tahap operasional konkrit lebih tergerak melihat yang ada pada

diri orang tua atau wali. Bicara mengenai orang tua atau wali, tidak

lepas dari kepribadian siswa yang terbentuk pula dari bagian

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

12

kepribadian orang tua atau wali. Orang tua atau wali menjadi faktor

pertama sumber motivasi dan keinginan siswa berubah menjadi lebih

baik, dari faktor orang tua atau wali tersebut faktor lingkungan

seperti lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat berpengaruh

pada diri siswa. Lingkungan sekolah dan masyarakat menjadi

lingkungan yang memberi pengaruh pada perkembangan siswa.

Keluarga dijadikan motivasi dalam diri siswa untuk suatu

kenyamanan dalam segala sesuatu yang berhubungan dengan kemauan

menyadarkan diri sendiri untuk melakukan hal yang sebelumnya kurang

baik menjadi lebih baik. Prestasi diciptakan tidak hanya dari dukungan

keluarga, tetapi juga diciptakan dari lingkungan sekolah dan masyarakat.

Dukungan keluarga, guru dan masyarakat mempengaruhi siswa

mengelola diri untuk dapat mengatur terciptanya suatu prestasi belajar

dengan suasana hati yang nyaman sehingga dapat fokus ketika

mendapatkan pembelajaran atau hal-hal yang baru yang dapat

menghantarkan diri terhadap suatu keberhasilan.

Faktor yang berasal dari prestasi belajar siswa di sekolah 30%

dipengaruhi oleh lingkungan dan 70% dipengaruhi oleh kemampuan

siswa (Sudjana dalam Mulyaningsih, 2014:442). Faktor lingkungan

diantaranya adalah lingkungan keluarga yang dapat dilihat dari interaksi

sosial antara anggota keluarga tersebut. Berdasarkan definisi di atas maka

definisi prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil maksimal yang

dapat dicapai seseorang setelah belajar, yaitu berusaha untuk menguasai

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

13

suatu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap sesuai dengan yang

diharapkan dari ukuran prestasi belajar pada umumnya.

Suatu prestasi mempunyai aspek-aspek tersendiri dalam

penentuan dan pencapaiannya. Menurut Azwar (Mulyaningsih, 2014:

443) prestasi belajar dapat dilihat dari suatu ranah kognitif meliputi:

1) Pengetahuan (knowledge), kemampuan mengingat materi pelajaran

yang sudah dipelajari sebelumnya.

2) Pemahaman (comprehention, understanding), seperti menafsirkan,

menjelaskan, atau meringkas.

3) Penerapan (application), yaitu kemampuan menafsirkan materi

pelajaran yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru atau konkret.

4) Analisis (analysis), yaitu kemampuan menguraikan sesuatu ke dalam

komponen-komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya dapat

dimengerti.

5) Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menghimpun bagian-bagian

ke dalam suatu keseluruhan.

6) Evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan

untuk membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria

tertentu.

Uraian prestasi belajar di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimal yang diperoleh siswa

setelah mengalami proses belajar di sekolah berupa perubahan atau

perkembangan aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan

penerapan (psikomotorik) yang dinyatakan dengan angka.

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

14

b. Karakteristik Siswa Kelas V SD

Kelas V tentunya berbeda dengan siswa yang duduk di bangku

kelas lain. Karakteristik tiap siswa berbeda, dalam satu kelas karakteristik

siswa dengan satu sama lain sudah berbeda, sedangkan dalam lingkup

kelas yang satu dengan yang lain banyak perbedaan. Guru harus

memahami karakteristik dalam diri tiap siswa, terutama yang duduk di

bangku Sekolah Dasar kelas V. Siswa pada tahapan ini masih senang

bermain. Guru merancang pembelajaran yang memungkinkan unsur

permainan di dalam pembelajaran.

Siswa memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan

beradaptasi dengan lingkungannya (Piaget dalam Sumirin, 2009:37).

Dalam teori ini, perkembangan kognitif menekankan bahwa setiap siswa

memiliki struktur kognitif yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran

sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya.

Berpijak dari pemikiran tersebut, fase perkembangan pada diri siswa di

kelas V berada pada fase operasinal konkret. Pada fase ini siswa

memperoleh kecakapan untuk menunjukan logika operasional dasar,

tetapi hanya melalui pengalaman konkret. Pada usia ini siswa telah

mampu berfikir secara logis, fleksibel, mengorganisasi dalam operasi

benda konkrit. Siswa belum mampu berfikir secara abstrak, sehingga

tidak bermanfaat memberikan pengalaman abstrak pada siswa usia

operasional konkret.

Sekolah memperhatikan keterampilan dan aktivitas seperti

menghitung, mengelompokkan, membentuk, dan sebagainya, maka

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

15

semua itu membantu perkembangan kognitif. Karyawisata ke objek-

objek sejarah, ilmu pengetahuan alam melalui percobaan dan melakukan

sendiri, menambah kesempatan perkembangan kognitif. Aktifitas siswa

pada fase ini dapat dibentuk dengan peraturan-peraturan sekaligus

menanamkan kedisiplinan pada siswa yang dibentuk dari kebiasaan.

Siswa prasekolah tunduk pada peraturan tanpa mengerti maknanya.

Siswa sekolah dasar menaati peraturan karena sudah memahami makna

dari peraturan yang dilakukan, karena peraturan mempunyai nilai

fungsional.

c. PKn

Prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang

meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (Bloom dalam Premana,

2011: 6). Untuk suatu pemikiran itu sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Rahmawati, Sudarma, dan Sulastri, 2014: 2) suatu

prestasi belajar dapat diasumsikan tidak dapat pernah dihasilkan selama

seseorang tidak melakukan suatu kegiatan yang menjurus dengan

perubahan tingkah laku.

Pendidikan Kewarganegaraan selain memberikan ilmu

pengetahuan, dapat mendorong siswa dalam melakukan sesuatu

menggunakan moral. Sehingga pada diri siswa tidak hanya muncul harus

mendapatkan prestasi baik, tetapi diharapkan mampu untuk mengontrol

diri sendiri dalam melakukan segala sesuatu.

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

16

Civic education sebagai "the foundational course work in school

designed to prepare young citizens for an active role in their

communities in their adult lives", pendapat tersebut dikemukakan oleh

(Cogan, 1999: 4), maksudnya adalah pendidikan kewarganegaraan

merupakan mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk

mempersiapkan kaum muda agar kelak pada masa dewasa dapat berperan

aktif dalam masyarakat. Definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa

Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup

proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung

jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus, peran pendidikan

termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran dan belajar, dalam

proses penyiapan warga negara tersebut.

Civic education dapat diterapkan dan ditanamkan dari siswa

tersebut mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh siswa

dapat menguasai diri dalam keadaan yang sedang dihadapi, terutama

pada kedisiplinan. Siswa sudah membiasakan diri untuk disiplin, maka

dengan sendiri sikap tersebut selalu ada. Sejalan dengan pemikiran

(Harun, 2013: 304) bahwa keluarga merupakan dasar untuk terbentuknya

karakter yang pertama dan utama bagi siswa-siswa. Orang tua atau wali

adalah guru dalam pendidikan karakter yang memunyai pengaruh sangat

besar dan bertahan lama karena hubungan orang tua atau wali dan siswa

berlangsung sepanjang hayat dan tidak dapat diputus.

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

17

2. Pola Asuh Keluarga

a. Pengertian Pola Asuh

Bentuk pola asuh orang tua atau wali dapat menampilkan

karakteristik kepribadian setiap siswa yang unik dan berbeda beda. Hal

ini disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhinya salah

satunya adalah keluarga. Keluarga merupakan ruang lingkup terkecil

namun memiliki peran yang sangat besar dalam mendidik dan

membentuk kepribadian seorang individu.

Pengasuhan orang tua atau wali merupakan cara orang tua atau

wali menanggapi kebutuhan dan tuntutan siswa, cara mendisiplinkan

siswa, dan dampak yang diberikan bagi perkembangan siswa selanjutnya

(Baumrind dalam Pertiwi & Juneman, 2012:5-6). Dalam penelitiannya,

Junaidi (2013: 1-5) memaparkan bahwa siswa yang memiliki prestasi

belajar yang baik rata-rata orang tua atau wali selalu memulai

pembicaraan atau komunikasi saat dirumah. Dari saling tegur sapa orang

tua atau wali dengan siswa, pada saat itu dapat terjadi komunikasi orang

tua atau wali menanydapat keadaan belajar siswa disekolah. Beberapa

siswa yang prestasi standar bahkan ada yang dibawah standar

mengatakan bahwa hasil prestasi rendah disebabkan kurangnya motivasi

atau dukungan dari orang tua atau wali sehingga semangat dan tanggung

jawab terhadap pendidikan semakin berkurang sehingga prestasi belajar

menurun. Pada saat siswa mengalami persaingan dalam prestasi belajar

dengan teman sehingga motivasi dan dorongan dari orang tua atau wali

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

18

dapat semakin dibutuhkan. Peranan keluarga dalam hal ini orang tua atau

wali sangatlah besar dalam mendidik siswa terutama dalam prestasi

belajarnya, oleh karena itu orang tua atau wali menyadari bahwa

pendidikan dimulai dari keluarga, sedangkan sekolah merupakan

pendidikan lanjutan. Perhatian orang tua atau wali dapat memberikan

dorongan dan motivasi sehingga siswa dapat belajar dengan tekun.

Karena siswa memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk

belajar.

Pola asuh orang tua atau wali ditanamkan pada diri siswa dengan

berperilaku yang sifatatnya relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola

perilaku ini dapat dirasdapat oleh siswa dari segi negatif maupun positif.

Menurut Baumrind (dalam Pertiwi & Juneman, 2012:6) berikut macam-

macam pola asuh yang orang tua atau wali lakukan pada siswa:

1) Pola asuh demokratis

Tipe orang tua atau wali dalam pengasuhan setiap siswa

berbeda. Pada pola asuh demokratis orang tua atau wali dalam

memberikan pengasuhan memprioritaskan kepentingan siswa dan

tidak segan dalam pemberian masukan untuk mengendalikan siswa.

Pengasuhan orang tua atau wali dengan pola asuh ini bersikap

rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-

pemikiran. Pemberian asuhan dari orang tua atau wali juga bersikap

realistis terhadap kemampuan siswa, tidak berharap yang berlebihan

atau melampaui kemampuan siswa dan memberikan kebebasan

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

19

kepada siswa untuk memilih, melakukan suatu tindakan, dan

pendekatannya kepada siswa bersifat hangat.

2) Pola asuh otoriter

Berbicara mengenai pola asuh ini berbeda dengan pola asuh

sebelumnya, pada pola asuh ini yang terjadi sebaliknya, orang tua

atau wali tipe ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus

dituruti dan diberikan ancaman. Orang tua atau wali tipe ini

cenderung memaksa, memerintah, dan menghukum. Apabila siswa

tidak mau melakukan yang dikatakan oleh orang tua atau wali, maka

orang tua atau wali tipe ini tidak segan menghukum siswa. Pada

segala hal orang tua atau wali tidak mengenal kompromi, dan saat

berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. Siswa tidak pernah

diharapkan umpan baliknya oleh orang tua atau wali untuk

mengetahui mengenai siswa.

3) Pola asuh permisif

Tipe pola asuh orang tua atau wali ini dalam pengasuhan

memberikan pengawasan yang sangat longgar dan cenderung tidak

menegur atau memperingatkan siswa dan sangat sedikit bimbingan

yang diberikan. Pola asuh ini dikatakan abai atau tidak peduli

(neglectful), suatu pola di mana orang tua tidak ikut campur dalam

kehidupan siswa, sehingga siswa memiliki masalah dengan

pengendalian diri dan tidak dapat menangani kebebasannya dengan

baik. Orang tua atau wali yang menerapkan pola asuh ini bahkan

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

20

tidak dapat menjawab pertanyaan mengenai keberadaan dan kegiatan

siswa (Santrock, 2003).

b. Pengertian Orang tua atau wali

Kualitas hubungan orang tua atau wali dan siswa membentuk sikap

otonom yang sehat, kompetensi, dan hubungan (relatedness) dengan

lingkungan sekitar pada diri siswa (Nurhidayah, 2008: 5-6). Peran orang

tua atau wali dalam pendidikan dapat dilihat dari dua model pendekatan,

yaitu:

1) Orang tua atau wali mendukung perkembangan intelektual dan

kesuksesan akademik siswa dengan memberi kesempatan dan akses

kesumber pendidikan, seperti jenis sekolah yang dimasuki siswa atau

akses ke sumber pendidikan lainnya, seperti perpustakaan, perangkat

audio-visual, dan sebagainya.

2) Orang tua atau wali dapat membantu perkembangan kecerdasan

kognitif, afektif, dan psikimotor yang berpengaruh pada pencapaian

prestasi akademik siswa dengan cara terlibat langsung dalam

aktivitas pendidikan .

Orang tua atau wali yang hendak mengetahui perkembangan

siswa disekolah perlu melakukan komunikasi dengan frekuensi yang

cukup dengan siswa (Junaidi, 2013: 7-12). Semakin sering orang tua atau

wali melakukan komunikasi dengan siswa maka orang tua atau wali

dapat semakin mengetahui kondisi siswa disekolah, bahwa orang tua atau

wali adalah sosok yang selalu diikuti siswa, dan dijadikan tempat

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

21

bersandar bagi siswa. Ketika siswa mengalami masalah, siswa sangat

memerlukan pendamping untuk berbagi cerita dan meringankan masalah

yang dihadapinya.

Pendapat yang dikemukakan di atas, bahwa orang tua atau wali

menjadi suatu komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu yang

merupakan prestasi dari sebuah ikatan perkawinan yang sah untuk

membentuk sebuah keluarga. Orang tua atau wali memiliki tanggung

jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing siswa, untuk

mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan siswa untuk siap dalam

kehidupan bermasyarakat. Pengertian orang tua atau wali diatas, tidak

terlepas dari pengertian keluarga. Orang tua atau wali menjadi sosok

yang selalu diikuti tindakannya, dan cara bicaranya. Kepribadian yang

nantinya melekat pada diri siswa, kepribadian itu diciptakan lebih besar

dari orang tua atau wali daripada muncul dari diri siswa sendiri.

c. Pengertian Pola Asuh Orang tua atau wali

Orang tua atau wali dalam keluarga sangat berperan dalam

meletakkan dasar-dasar kepribadian siswa. Orang tua atau wali harus

mampu menjadi pendidik, pembimbing, dan pelindung bagi siswa-siswa.

Keberhasilan orang tua atau wali dalam mendidik siswa untuk

membentuk tingkah lakunya secara tepat di masyarakat ditentukan oleh

peranan lingkungan, khususnya orang tua atau wali dalam mengarahkan

serta mengembangkan kemampuan membentuk tingkah lakunya. Sejalan

dengan pola pemikiran Tjandrasa yang dikemukakan pada (1978: 240-

241) bahwa dasar kepribadian dari kematangan merupakan ciri bawaan,

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

22

tetapi ciri ini dipengaruhi sebagian dari belajar melewati kontak sosial

langsung dan sebagian oleh pengkodisian. Mengenai nilai-nilai tingkah

laku serta kemampuan siswa untuk membentuk tingkah laku yang

dikembangkan di dalam lingkungan, keluarga menentukan

keberprestasian dalam membentuk penyesuaian di masyarakat pada masa

selanjutnya.

Pola asuh orang tua atau wali menjadi sikap orang tua atau wali

dalam berhubungan dengan siswa-siswa, dari segi komunikasi, perhatian,

peraturan dan hukuman menjadi titik tujuan yang diharapkan orang tua

atau wali dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari beberapa segi antara lain

dari cara orang tua atau wali memberikan reward atau bahkan

punishment dan cara orang tua atau wali memberikan perhatian atau

tanggung jawab terhadap keinginan siswa.

3. Disiplin Belajar

a. Pengertian Disiplin

Disiplin mendorong pertumbuhan tingkah laku dan kemampuan

kontrol diri secara eksternal (Lickona, 2013: 176-177). Bicara mengenai

tingkah laku dapat muncul ketika seorang siswa dapat mengontrol diri

sendiri melalui lingkungan yang ada disekitarnya dalam segala perbuatan

dan dapat menunjukkan kedisiplinan pada diri melalui kesadaran diri

sendiri.

Substansi esensial di era global untuk suatu kedisiplinan yang

dimiliki dan dikembangkan oleh siswa, dengan itu siswa dapat memiliki

kontrol internal untuk berperilaku yang senantiasa taat moral (Schocib,

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

23

2010:10-14). Kontrol diri secara internal dijadikan kesadaran dan

kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan peraturan-peraturan

yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang secara sukarela menaati

semua peraturan dan sadar dapat tugas dan tanggung jawabnya sehingga

dapat mematuhi atau mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan

atas paksaan. Peneliti dapat mengatakan bahwa disiplin dijadikan suatu

ukuran sikap seseorang yang mencerminkan suatu ketaatan, kepatuhan

kepada hukum dan peraturan yang berlaku sehingga dapat mematuhi dan

mengerjakan semua tugasnya dengan baik.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Disiplin

Faktor penyebab disiplin terbagi menjadi empat yaitu kesadaran

diri, mengikuti, menaati aturan, alat pendidikan dan hukuman (Tu‟u

dalam Erlinasari 2015: 6-7). Keempat faktor ini merupakan faktor

dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin. Setiap faktor

memiliki alasan untuk menciptakan tujuan yang hendak dicapai dan

diharapkan, diantaranya:

1) Diri sendiri adalah kunci dari arah yang dapat membawa ke dalam

hal kemajuan atau kemunduran, begitu juga dengan keberhasilan.

Suatu keberhasilan dicapai banyak faktor diantara kedisiplinan.

Disiplin sebagai hal penting untung mengarahkan dan menempatkan

diri untuk mampu melakukan sesuatu yang baik dan mengontrol diri

sendiri, serta kesadaran pada diri bukan faktor paksaan. Kesadaran

diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin sangat penting bagi

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

24

kebaikan dan keberhasilan diri. Selain itu, kesadaran diri menjadi

motif sangat kuat terwujudnya disiplin.

2) Ikut sertaan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas

peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini

sebagai kelanjutan dari kesadaran diri yang di hasilkan oleh

kemampuan dan kemauan diri yang kuat. Tekanan dari luar diri

sebagai upaya mendorong, menekan dan memaksa agar disiplin

diterapkan dalam diri seseorang sehingga peraturan-peraturan diikuti

dan dipraktikkan.

3) Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan

membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan

atau di ajarkan. Alat sebagai pengontrol dan pengarah hendak dapat

dituju dan apa yang dapat dihasilkan dari yang diprogramkan.

4) Hukuman menjadi suatu hal dalam membatasi. Hukuman sebagai

upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah,

sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.

Selain ke empat faktor tersebut, masih ada beberapa faktor yang

dapat berpengaruh pada pembentukan disiplin individu antara lain :

1) Teladan

Perbuatan dan tindakan kerap kali lebih besar pengaruhnya

dibandingkan dengan kata. Karena itu,contoh dan teladan disiplin

atasan, kepala sekolah dan guru-guru sangat berpengaruh terhadap

disiplin para siswa.

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

25

2) Lingkungan Berdisiplin

Seseorang juga dapat dipengaruhi lingkungan. Bila berada

dilingkungan disiplin, seseorang dapat terbawa lingkungan tersebut.

3) Latihan Berdisiplin

Disiplin dapat dicapai dan dibentuk melalui proses latihan

dan kebiasaan artinnya melakukan disiplin secara berulang-ulang

dan membiasakannya dalam praktik-praktik disiplin sehari-hari.

c. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kesadaran yang dimunculkan pada diri sendiri,

Tabrani & Yani (1994:5) mengemukdapat beberapa pengertian belajar:

1) Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui

interaksi dengan lingkungan. Mengenai belajar disini perubahan

tingkah laku individu terjadi ketika berinteraksi dengan lingkungan

keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Interaksi yang terjadi

dapat membentuk kepribadian individu, dalam bertindak dan

bertingkah laku sehari-hari. Kepribadian itu dapat melekat pada diri

individu ketika melihat, melakukan atau bahkan mengikuti yang

orang lain lakukan yang menjadikan suatu kebiasaan.

2) Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam

bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilian terhadap atau

mengenai sikap dan nilai-nilai. Pengetahuan, dan kecakapan dasar

dalam berbagai dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi,

dalam berbagai aspek kehidupan, atau pengalaman yang

terorganisasi.

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

26

Belajar selalu dimulai dengan suatu masalah dan berlangsung

sebagai usaha untuk memecahkan masalah itu. Dari hal tersebut, bahwa

suatu masalah yang dapat terselesaikan dijadikan suatu pembelajaran

pada diri siswa. Misalnya, pada materi pembelajaran yang sulit dipahami,

namun siswa dapat menyelesaikan ketika menemui soal dari materi itu

dengan logika yang dimiliki. Lebih bermakna belajar ketika menemui

masalah dan dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan logika yang

dimiliki pada diri siswa bukan mencontek hasil pekerjaan orang lain.

Proses belajar merupakan usaha untuk memecahkan suatu

masalah secara sungguh-sungguh. Suatu proses belajar siswa dapat lebih

menghargai dan tertanam pada diri bahwa ruang lingkup pendidikan

tidak hanya target prestasi akhir yang baik, namun proses pencapaian

prestasi yang baik yang penting untuk diterapkan. Suatu proses yang

baik, tidak dapat pernah mendapatkan hasil yang buruk. Proses dijadikan

suatu cara yang konsisten untuk menempuh keberhasilan. Misalnya,

siswa mendapatkan soal yang sulit saat ulangan sekolah. Soal sulit yang

didapatkan siswa dapat lebih untuk berusaha sendiri dalam menjawab

dan tidak bergantung atau bahkan mencontek jawaban temannya. Hasil

akhir yang diperoleh siswa dapat lebih dihargai oleh diri sendiri dan

orang lain atas keberhasilannya.

Berdasarkan hal tersebut, bahwa belajar dijadikan suatu proses

perubahan tingkah laku, tingkat pengetahuan serta keterampilan

seseorang akibat interaksi dengan sumber belajar. Keseluruhan aktifitas

pikiran, mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

27

menimbulkan perubahan pada achievement dan attitude pada diri yang

berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.

d. Pengertian Disiplin Belajar

Pengertian antara disiplin dan belajar, dapat diambil kesimpulan

bahwa yang dimaksud disiplin belajar dalam penelitian ini adalah suatu

sikap yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang

menunjukan nilai-nilai ketaatan dan keteraturan berdasarkan acuan nilai

moral individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang

mencakup perubahan berpikir, sikap dan tindakan yang sesuai dengan

ketentuan.

B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan arahan penalaran untuk sampai pada

penemuan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.

Kerangka berpikir dari proses penelitian ini adalah dalam proses

belajar terdapat faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor ini saling

berkaitan dan mendukung. Salah satu faktor eksternalnya adalah pola asuh

orang tua atau wali yang memicu prestasi belajar siswa. Pola asuh orang tua

Pola Asuh Orang Tua

Disiplin Belajar

Prestasi Belajar

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

28

atau wali yang berbeda antara orang tua atau wali yang satu dengan yang lain

merupakan sistem yang menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan

prestasi belajar kelas V, karena dengan pola asuh orang tua atau wali yang

baik, maka siswa dapat semangat dan termotivasi untuk mendapatkan prestasi

yang baik. Sedangkan faktor internal adalah disiplin untuk belajar. Belajar

merupakan tugas dan kewajiban seorang pelajar atau siswa. Untuk

mendapatkan pencapaian prestasi yang maksimal dan memuaskan seorang

siswa harus patuh dan taat terhadap peraturan dan norma yang berlaku agar

dapat menjadi siswa yang tertib dalam belajar serta memperoleh prestasi yang

optimal.

Oang tua tetap berpengaruh pada kedisiplinan siswa. Penciptaan

kedisiplinan dimulai dari kebiasaan, didasari oleh kepribadian orang tua atau

wali. Patokan yang menjadi kedisiplinan pada diri siswa dilihat dari

kesehariaan orang tua atau wali atau cara pemberian pengasuhan orang tua

atau wali.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah sebelumnya telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Hal ini dapat dikatakan sementara karena jawaban

yang diberikan sementara hanya pada teori yang relevan, belum didasarkan

pada fakta yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Penelitian yang merumuskan hipotesis sebagai jawaban adalah

penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif sedangkan pada

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.ump.ac.id/6557/3/MARTI SUYOGI BAB II.pdf · Sekolah memperhatikan keterampilan dan ... Siswa sudah membiasakan diri untuk

29

penelitian kualitatif tidak menggunakan rumusan hipotesis tetapi diharapkan

dapat menemukan suatu hipotesis yang dapat diujikan oleh peneliti dengan

menggunakan pendekatan kuantitatif.

Berdasarkan hal di atas, dapat diambil suatu rumusan hipotesis dalam

penelitian ini:

1. Pola asuh orang tua atau wali berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa

di sekolah.

2. Disiplin belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolah.

3. Pola asuh orang tua atau wali dan disiplin belajar berpengaruh terhadap

prestasi belajar siswa di sekolah.

Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016