bab ii kajian teori dan hipotesis a. kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. menurut saiful...

75
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Permainan Bulutangkis a. Karakteristik Permainan Bulutangkis Bulutangkis merupakan salah satu jenis olahraga yang termasuk dalam kategori permainan. bulutangkis sering pula dikenal dengan nama badminton. Permainan bulutangkis menggunakan raket sebagai alat pemukul dan shuttlecock sebagai obyek yang dipukul. Lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan daerah permainan lawan. Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock didaerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttlecocok dan menjatuhkannya didaerah permainan sendiri. Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang. Pada saat permainan berlangsung, masing-masing pemain berusaha agar shuttlecock tidak menyentuh lantai di daerah permainannya sendiri. Apabila shuttlecock jatuh dilantai atau menyangkut net, maka permainan berhenti dan dimulai dengan melakukan service. Dalam pelaksanaan permainan bulutangkis dibutuhkan keterampilan gerak yang baik. Permainan bulutangkis dilakukan dengan gerakan memukul menggunakan raket, gerakan berdiri, melangkah, berlari, gerakan menggeser, gerakan meloncat, gerakan badan ke 10

Upload: others

Post on 24-Dec-2019

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

10

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Permainan Bulutangkis

a. Karakteristik Permainan Bulutangkis

Bulutangkis merupakan salah satu jenis olahraga yang termasuk dalam

kategori permainan. bulutangkis sering pula dikenal dengan nama badminton.

Permainan bulutangkis menggunakan raket sebagai alat pemukul dan shuttlecock

sebagai obyek yang dipukul. Lapangan permainan berbentuk segi empat dan

dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan daerah

permainan lawan. Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk

menjatuhkan shuttlecock didaerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak

dapat memukul shuttlecocok dan menjatuhkannya didaerah permainan sendiri.

Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual

yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang

melawan dua orang. Pada saat permainan berlangsung, masing-masing pemain

berusaha agar shuttlecock tidak menyentuh lantai di daerah permainannya sendiri.

Apabila shuttlecock jatuh dilantai atau menyangkut net, maka permainan berhenti

dan dimulai dengan melakukan service. Dalam pelaksanaan permainan

bulutangkis dibutuhkan keterampilan gerak yang baik. Permainan bulutangkis

dilakukan dengan gerakan memukul menggunakan raket, gerakan berdiri,

melangkah, berlari, gerakan menggeser, gerakan meloncat, gerakan badan ke

10

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

11

berbagai arah dari posisi diam dan lain sebagainya. Dari kesemua gerakan itu

terangkai dalam satu pola gerak yang menghasilkan suatu kesatuan gerak pemain

bulutangkis untuk menyelesaikan tugas. Menurut Herman Subardjah

(1999/2000:14) bahwa, “Dilihat dari rumpun gerak dan jenis keterampilan

bulutangkis seluruh gerakan yang ada dalam bulutangkis bersumber pada tiga

keterampilan dasar yaitu lokomotor, non lokomotor dan manipultif”.

Gerak lokomotor ditandai dengan pergerakan seluruh tubuh dan anggta

badan, dalam proses perpindahan tempat atau titik berat badan dari satu bidang

kebidang lainnya. Gerakan lokomotor dalam permainan bulutangkis seperti

gerakan langkah pengambilan bola atau penempatan posisi bola tertentu, gerakan

melompat saat memukul bola tinggi.

Gerakan non lokomotor adalah gerakan yang dilakukan di tempat, dan hal

ini merupakan sikap dasar dalam permainan bulutangkis. Sikap dasar ini berupa

kuda-kuda yaitu kedua kaki sedikit dibengkokkan, namun kedua kaki dibuka

dengan jarak yang enak. Maksudnya gerakan tetap labil, meskipun pada saat

memukul sangat dianjurkan agar pemain benar-benar bertumpu pada bidang

tumpu. Permainan di depan net tampak nyata memerukan akurasi yang didukung

oleh sikap dasar yang baik karena ada kaitannya dengan posisi permukaan raket

yang diupayakan segera menyambut shuttlecock sebelum jatuh ke lantai.

Gerakan manipulatif dapat diaksanakan apabila seorang pemain mampu

menggunakan anggota badannya dengan kordinasi yang baik. Gerakan

manipulatif berupa gerakan memukul dengan menggunakan raket merupakan

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

12

keterampilan yang dominan dalam permainan bulutangkis. Antisipasi dan

koordinasi merupakan landasan kemampuan yang sangat penting dalam

permainan bulutangkis.

Karakteristik permainan bulutangkis ini sangat penting untuk dipahami

dan dimengerti oleh Pembina maupun pelatih. Hal ini karena tugas pembina atau

pelatih adalah merencanakan tugas-tugas ajar (tugas latihan) dengan

memperhatikan struktur gerak dan jenis keterampilan dasar. Tata urut tugas gerak

perlu diperhatikan, karena makin kuat dasar kemampuan gerak (ability) seseorang,

maka ia akan terampil untuk melaksanakan tugas-tugas gerak dalam suatu cabang

olahraga termasuk permainan bulutangkis.

b. Bentuk Gerak Dasar Permainan Bulutangkis

Menurut Herman Subardjah (2000: 17) bahwa, “Bentuk gerak dasar dalam

permainan bulutangkis mencakup dua aspek yaitu tuntutan kondisi fisik dan

keterampilan dasar”. Aspek-aspek gerak dasar dalam permainan bulutangkis

tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) Tuntutan Kondisi Fisik

Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang membutuhkan daya tahan

keseluruhan, di samping menunjukkan ciri sebagai aktivitas jasmani yang

memerlukan kemampuan anaerobik, jika disimak hanya dari aspek pelaksanaan

stroke satu persatu. Namun rangkaian kegiatan secara keseluruhan yang

dilaksanakan dalam satu permainan menunjukkan sifat sebagai cabang olahraga

anaerobik dan aerobik sangat dominan. Ciri ini disimpulkan dari sifat cabang

olahraga bulutangkis berdasarkan tuntutan kondisi fisik.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

13

Tidak dipungkiri bahwa permainan bulutangkis memerlukan kecepatan

dan mobilitas bergerak yang dikombinasikan dengan agilitas yang biasanya

dimanfaatkan untukk menutup lapangan atau untuk mengejar shuttlecock ke

segala arah. Pergerakannya cepat dan disusul dengan perubahan arah, baik ke

depan, ke belakang, ke samping kiri atau ke samping kanan.

Power juga dibutuhkan, terutama untuk melakukan pukulan terutama

pukulan smash dan pukulan lob. Demikian pula flexibilitas atau kelentukan

dibutuhkan dalam permainan bulutangkis terutama untuk mengambil bola yang

jauh yang memerlukan langkah lebar, sehingga pemain harus mampu melakukan

gerakan split. Demikian juga untuk unsur kondisi fisik lainnya seperti kekuatan,

keseimbangan reaksi, koordinasi juga dibutuhkan dalam permainan bulutangkis.

2) Keterampilan Dasar

Dalam belajar gerak, keterampilan termasuk dalam domain psikomotor

dan termasuk gerak dasar fundamental yaitu gerakan-gerakan dasar yang

berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan tubuh dan tingkat kematangan pada

anak-anak. Gerak dasar fundamental mula-mula bisa dilakukan pada masa bayi

dan masa anak-anak.,dan disempurnakan melalui proses berlatih yaitu dalam

bentuk melakukan berulang-ulang.

Menurut Herman Subardjah (2000: 18) bahwa, “Keterampilan dasar

bulutangkis berdasarkan pada beberapa dominan yaitu keterampilan manipulatif,

keterampilan lokomotor dan keterampilan non lokomotor”.

Keterampilan manipulatif hanya dapat dilaksanakan apabila seseorang

mampu menggunakan anggota badannya dengan koordinasi yang baik.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

14

Keterampilan manipulatif berupa gerakan memukul dengan menggunakan raket

yang merupakan keterampilan dominan dalam permainan bulutangkis. Antisipasi

dan koordinasi merupakan landasan kemampuan yang sangat peting.

Keterampilan lokomotor ditandai dengan pergerakan seluruh tubuh dan

anggota badan, dalam proses perpindahan atau titik berat badan dari suatu bidang

tumpu ke bidang tumpu lainnya. Gerakan lokomotor meliputi:

1. Langkah-langkah pengambilan bola atau penempatan posisi dalam pola

tertentu seperti gerakan dari belakang ke depan net, dari samping kiri

menyilang ke kanan, atau kombinasi dari pergerakan tersebut dengan

titik sentral adalah lapangan tengah.

2. Gerakan melompat sebagai kombinasi dari langkah untuk mengambil

posisi memukul shuttlecock, gerak dasar lokomotor juga berupa

melompat yang biasanya dilakukan pada waktu pemain memukul

shuttlecock tinggi untuk kepentingan penyerangan, misalnya smash

silang.

Gerakan dasar non lokomotor adalah gerakan yang dilakukan di tempat,

dan hal ini merupakan sikap dasar dalam permainan bulutangkis. Sikap dasar ini

berupa kuda-kuda dalam posisi kedua kaki sedikit dibengkokkan, namun kedua

kaki dibuka dengan jarak yang enak bagi pemain. Maksudnya, gerakan itu tetap

labil, meskipun pada saat memukul sangat dianjurkan agar pemain benar-benar

bertumpu pada bidang tumpu. Permainan di depan net tampak nyata memerlukan

akurasi yang didukung oleh sikap dasar yang baik karena ada kaitannya dengan

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

15

posisi permukaan raket yang diupayakan segera menyambut shuttlecock sebelum

jatuh ke lantai.

Seperti yang diungkapkan Dr. Sugiyanto dan Sudjarwo, M. Pd (1993: hal

22) dalam perkembangan dan belajar gerak bahwa “gerakan dikatakan efisien

apabila gerakan-gerakan yang terkoordinasi dengan baik dikombinasikan untuk

menghasilkan gerakan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu dan

memanfaatkannya dengan perolehan nilai yang tinggi dengan arah yang baik dan

menggunakan tenega sekecil mungkin”. Bisa dikatakan bahwa seseorang yang

mampu melakukan gerakan-gerakan secara efisien , orang tersebut bisa dikatakan

terampil.

c. Teknik Dasar Bulutangkis

Kemampuan untuk melakukan teknik sesuai dengan keadaan untuk tujuan

memenangkan permainan merupakan fundasi penting dalam permainan

bulutangkis. Keterampilan ini sering disebut dalam istilah keterampilan taktis.

Namun demikian, kemampuan tersebut hanya dapat dilaksanakan apabila pemain

mampu melaksanakan teknik dasar bulutangkis harus sempurna. Berkaitan

dengan teknik dasar bulutangkis Tohar (1992: 95) menyatakan, “teknik dasar

dalam permainan bulutangkis adalah penguasaan pokok yang harus dipahami dan

dikuasai oleh setiap pemain dalam melakukan kegiatan bermain bulutangkis”.

Menurut Saiful Arisanto (1990: 12) teknik bulutangkis adalah “suatu proses

gerakan dalam praktek untuk menyelesaikan tugas pegangan raket yang sesuai,

langkah kaki lincah, menerima bola dengan baik dan memukul bola dengan

terarah”.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

16

Permainan bulutangkis memerlukan teknik yang bersifat khusus, sesuai

karakteristiknya. Menurut Sarwono dalam Sumarno dkk. (1995: 489) teknik

dalam permainan bulutangkis dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu

“(1) Teknik memegang raket (grips), (2) teknik mengatur kerja kaki (footwork),

(3) Teknik menguasai pola-pola pukulan”. Hal senda dikemukakan Herman

Subardjah (1999/2000: 21) bahwa, “keterampilan dasar atau teknik dasar

permainan bulutangkis yang perlu dipelajari secara umum dapat dikelompokkan

ke dalam beberapa bagian yaitu (1) cara memegang raket (grips), (2) stance (sikap

berdiri), (3) footwork (gerakan kaki) dan, (4) pukulan (stroke)”. Untuk lebih

jelasnya berikut ini diuraikan secara singkat macam-macam teknik dasar

permainan bulutangkis sebagai berikut :

1) Teknik Memegang Raket

Teknik pegangan raket merupakan unsur yang penting dan harus

dikenalkan bagi pemain pemula. Hal ini karena, teknik pegangan raket ini akan

membentuk tipe permainan seseorang. Saiful Arisanto (1990: 12) menyatakan “

Pertama-tama yang perlu diperhatikan bagi pemain yang baru mulai bermain

bulutangkis dalah cara pegangan raket. Kesalahan didalam cara memegang raket

ini sangat sulit untuk diperbaiki. Disamping itu cara memegang raket akan

membentuk tipe permainan seseorang”.

Teknik memegang raket ini harus dipahami dan dimengerti oleh setiap

pemain terutama bagi pemain pemula. Ada beberapa macam cara memegang raket

atau grips yang dapat digunakan. Menurut Icuk Sugiarto (2002: 24) “macam-

macam tipe pegangan raket yaitu, pegangan gebuk kasur, pegangan forehand

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

17

(forehand grip), pegangan (backhand grip) dan pegangan campuran atau

kombinasi (combination grip)”.

a) Pegangan Gebuk Kasur

Teknik pegangan gebuk kasur merupakan istilah lain dari pegangan cara

Amerika (American Grip). Adapun teknik pelaksanaannya raket diletakkan

dilantai, ambil dan peganglah pada bagian ujung pegangan raket dengan cara ibu

jari dan jari telunjuk menempel paa bagian permukaan pegangn yang luas (yang

sejajar dengan permukaan kepala raket).

Pegangan gebuk kasur ini lebih efektif digunakan dalam melakukan smash

dan untuk mengambil bola diatas jarring dengan menekan bola ke bawah secara

tajam. Sebaliknya tipe pegangan ini kurang efektif dalam permainan di depan net,

karena kurang memiliki keleluasaan gerak. Oleh karena itu, teknik pegangan

gebuk kasur jarang digunakan.

Gambar 1. Pegangan Gebuk Kasur ( Sumber : Icuk Sugiarto. (2002 : 25)).

b) Pegangan forehand

Teknik dasar forehand dilakukan ibu jari dan jari telunjuk menempel pada

bagain permukaan pegangan yang sempit (sejajar dinding keala raket). Yang perlu

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

18

diperhatikan dalam teknik pegangan adalah letak ibu jari tidak melebihi dan tidak

kurang dari jari telunjuk.

Keuntungan memegang raket dengan teknik pegangan forehand, yaitu

memudahkan melakukan pukulan terhadap bola yang datangnya dari sebelah

kanan badan (forehand) . Karena raket dipegang dengan seluruh telapak tangan,

maka pegangan akan lebih kuat dan tidak mudah lepas. Tidak perlu memutar

pegangan yang disebabkan kesalahan menempatkan posisi kepala raket.

Gambar 2. Pegangan forehand ( Sumber : Icuk Sugiarto. (2002 : 26)).

c) Pegangan Backhand

Dari posisi pegangan forehand dapat dialikan ke pegangan backhand,

yakni dengan memutar raket seperempat putaran kearah kiri. Dari pegangan

backhan dapat dialihkan ke pegangan gebuk kasur dengan memutar setengah

putaran kea arah kiri.

Keuntungan pegangan backhand adalah pemain dengn leluasa dapat

mengembalikan bola yang datangnya dari sebelah kiri badan

sebaliknyakelemahan dari pegangan ini atlet akan sukar dalam mengmbalikan

smes yang mengarah ke sebelah kanan.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

19

Gambar 3. Pegangan Backhand (Sumber : Icuk Sugiarto. (2002 : 26 )).

d) Pegangan campuran atau kombinasi

Teknik pegangan kombinasi sering disebut dengan pegangan jabat tangan,

yaitu kombinasi antara teknik pegangan gebuk kasur dan teknik pegangan

forehand. Teknik pegangan kombinsi hampir sama dengan pegangan forehand,

yaiu posisi raket dimiringkan, dipegang seperti pada saat jabat tangan.

Teknik pegangan kombinasi ini merupakan salah satu cara pegangan yang

paling efektif, karena pegangan raket sesuai dengan berbagai jenis datangnya

bola. Oleh karena itu dengan teknik pegangan kombinsi ini atlet akan memiliki

pukulan yang lengkap dan sulit dinalisis.

Gambar 4. Pegangan Kombinasi ( Sumber : Icuk Sugiarto. (2002 : 27)).

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

20

2) Kerja kaki (footwork)

Kerja kaki memiliki peranan yang sangat penting dalam permainan

bulutangkis. James Poole (2004: 51) menyatakan, “tujuan dari footwork yang baik

adalah supaya pemain dapat bergerak seefisien mungkin kesegala bagian dari

lapangan”. Menurut Herman Subarjdah (1999: 27) “footwork adalah gerakan-

gerakan langkah kaki yang mengatur badan untuk menempatkan posisi badan

sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam melakukan gerakan memukul

shuttlecock sesuai dengan posisinya”. Untuk memperoleh footwork yang baik ada

beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26)

menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik melangkah

(footwork) dala permainan bulutangkis yaitu “(1) menentukan saat yang tepat

untuk bergerak mengejar bola dan menentukan saat-saat yang tepat kapan harus

berbuat dan memukul bola dengan tenang, (2) Tetap memiliki keseimbangan

badan pada saat melakukan pukulan”.

Untuk dasar footwork, setiap setelah melakukan pukulan, atlet harus segera

kembali ke posisi siap di tengah lapangan. Yang lebih penting adalah atlet

hendaknya tidak bergerak pada saat lawan sedang melakukan pukulan. Kerja kaki

sangat penting karena atlet tidak mungkin dapat memukul bola secara efisien atau

mengontrol lawan, bila tidak berada pada posisi yang tepat.

Pada dasar footwork bagi pemain yang menggunakan pegangan kanan

(right hended) adalah kaki kanan di ujung/akhir atau setiap melakukan langkah

selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai contoh, Jika hendak memukul

shuttlecock yang berada dilapangan depan atau samping badan, kaki kanan selalu

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

21

berada didepan. Demikian pula jika hendak memukul shuttlecock dibelakang,

posisi kaki kanan berada dibelakang.

Langkah kaki (footwork) merupakan dasar untuk bisa menghasilkan

pukulan baik.Untuk dapat memukul dengan baik harus diawali dengan posisi yang

baik . Posisi yang baik akan didapat bila memiliki ketrampilan langkah kaki

(footwork) yang baik. Langkah kaki (Footwork) dibedakan menjadi dua macam,

yaitu langkah berurutan dan langkah silang.

Keterangan :

1. KA : Kaki Kanan

2. KI : Kaki Kiri

Gambar 5. Langkah Kaki

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

22

3) Teknik Memukul Bola

Memukul bola (shuttlecock) merupakan cirri dalam permainan

bulutangkis. Prinsip teknik memukul bola dalam permainan bulutangkis adalah

untuk menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan. Tohar (1992: 67)

menyatakan “teknik pukulan adalah cara-cara melakukan pukulan pada permainan

bulutangkis dengan tujuan untuk menerbangkan shuttlecock ke bidang lawan”.

Dapat dikatakan bahwa seorang pebulutangkis yang terampil apabila

memiliki keteramplan melakukan pukulan yang baik. Hal yang mendasar dan

harus dikuasai agar terampil melakukan pukulan dalam permainan bulutangkis

adalah menguasai teknik memukul yang benar dan didukung kemampuan kondisi

fisik yang baik.

Berdasarkan jenisnya pukulan dalam permainan bulutangkis

dikelompokkan menjadi beberapa macam. Menurut Soemarno dkk (1995: 521)

bahwa, “macam-macam pukulan dalam permainan bulutangkis terutama adalah

service, lob, drive, smash, dropshot dan neeting”. Menurut Tohar (1992: 67) jenis-

jenis pukulan yang harus dikuasai oleh pemain bulutangkis antara lain “(1)

Pukulan service, (2) Pukulan lob, (2) Pukulan dropshot, (4) Pukulan smash, (5)

Pukulan drive, Pengambilan service”. Pendapat lain dikemukakan Icuk Sugiarto

(1993: 39), “macam-macam pukulan dalam permainan bulutangkis terutama

adalah service, lob, smash, dropshot, drive dan neeting”.

Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik pukulan

yang harus dikuasai dalam permainan bulutangkis meliputi, service, lob, drive,

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

23

dropshot, smash, neeting dan pengambilan servis. Jenis-jenis pukulan dapat

dilakukan dengan forehand maupun backhand, kecuali pukulan servis tinggi yang

sulit dilakukan dengan pukulan backhand.

a) Service

Pukulan service merupakan teknik pukulan yang digunakan pertama-tama

setiap dimulainya permainan bulutangkis. Tohar (1992:67) mengemukakan

bahwa,

“Pengertian Pukulan service adalah merupakan pukulan dengan raket yang

menerbangkan shuttlecock kebidang lapangan lain secara diagonal dan bertujuan

sebagai pembuka permainan dan merupakan suatu pukulan yang penting dalam

permainan bulutangkis.

Teknik pukulan service dapat dilakukan dengan beberapa jenis. Sarwono

dalam Soemarno (1995:521) mengemukakan bahwa, “jenis-jenis pukulan servis

pada dasarnya dapat dibagi menjadi : (a) servis pendek, (b) lob/servis panjang,

dan (c) servis drive”.

Gambar 6. Servis Pendek (Sumber: Sapta Kunta Purnama. 2010: 17)).

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

24

Gambar 7. Servis Panjang (Sumber: Sapta Kunta Purnama. 2010: 19)).

b) Lob

Pukulan lob merupakan pukulan yang dilakukan dengan arah pukulan bola

lurus, tinggi dan jauh ke belakang pertahanan lawan. Tohar (1992: 78)

mengemukakan pukulan lob adalah “suatu pukulan dalam permaian bulutangkis

yang dilakukan dengan tujuan untuk menerbangkan shuttlecock setinggi mungkin

mengarah jauh ke belakang garis lapangan’. Sedangkan Tony Grice (2004: 57)

berpendapat, “pukulan lob yang tinggi dan panjang biasanya digunakan agar

mendapatkan lebih banyak waktu untuk kembali ke posisi bagian tengah

lapangan”.

Pukulan lob penting peranannya dalam permainan bulutangkis. Icuk

Sugiarto (1993 : 54) menyatakan, “pukulan lob merupakan pukulan yang sangat

penting bagi bola pertahanan maupun penyerangan”. Sedangkan Tony Grice

(2004 : 57) berpendapat, “Kegunaan utama dari pukulan lob adalah untuk

membuat bola menjauh dari lawan anda dan membuatnya bergerak dengan cepat.

Dengan mengarahkan bola belakang lawan atau dengan membuat mereka

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

25

bergerak lebih cepat dari yang mereka inginkan, akan membuat mereka

kekurangan waktu dan menjadi lebih cepat lelah”. Hal ini artinya, lob yang cepat

dan jauh kebelakang dapat membuat lawan kewalahan dalam mengembalikan bola

atau membuat lawan lebih cepat lelah dan dalam pengembalian bola tidak

sempurna (tanggung), sehingga akan mudah dimatikan.

c) Drive

Pukulan drive ini jenis pukulan keras dan mendatar yang arah lambung

bolanya horizontal dengan net. Dalam hal ini Tony Grice (1996:97)

mengemukakan bahwa, “drive adalah pukulan datar yang mengarahkan bola

dengan lintasan horizontal melintasi net”. Hal senada dikemukkan Tohar

(1992:204) bahwa, “pukulan drive adalah pukulan yang dilakukan dengan

menerbangkan shuttlecock secara mendatar, ketinggiannya menyusur diatas net

dan penerbangannya sejajar dengan lantai”. Dari uraian tersebut dapat

dikemukakan bahwa, pukulan drive merupakan pukulan yang dilakukan dengan

arah mendatar, sejajar, dengan lantai.

Sapta Kunta Purnama dalam desertasinya mengemukakan “Pukulan drive

biasanya digunakan untuk menyerang atau mengembalikan bola dengan cepat

secara lurus maupun menyilang ke daerah lawan, baik dengan forehand maupun

backhand”.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

26

Gambar 8. Drive Backhand ( Sumber: Sapta kunta Purnama. 2010: 23 ).

d) Dropshot

Pukulan drop sering pula disebut sebagai pukulan netting. Pukulan drop

merupakan pukulan yang dilakukan dengan pelan ditujukan tepat di muka jarring

(net). Menurut James Poole (1986:33) bahwa, pukulan drop merupakan pukulan

yang lambat atau pelan yang jatuh tepat dimuka jarring, di lapangan muka lawan

anda, sebaiknya di depan garis serve pendek”. Pukulan ini dapat memaksa lawan

untuk bergerak ke depan, sehingga lapangan belakang kosong. Hal ini akan

memberikan kesempatan bagi pemain untuk mematikan lawan.

e) Smash

Kunci pokok untuk memperoleh kemenangan dalam permainan

bulutangkis adalah kemampuan melakukan serangan sehingga lawan sulit untuk

mengembalikan bola. Teknik serangan yang paling efektif dalam permainan

bulutangkis adalah teknik smash. Pukulan smash merupakan pukulan dari atas

kepala yang dilakukan dengan keras arah pukulan lurus, tajam, ke bawah di

bidang lapangan lawan. Menurut Sarwono dalam Soemarno (1995:530) bahwa, “

pukulan smash adalah pukulan yang dilakukan paling cepat dan sekeras-kerasnya,

kearah bawah lapangan lawan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tohar (1992:92)

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

27

yang menyatakan bahwa, “pukulan smash adalah suatu pukulan yang keras dan

curam ke bawah mengarah ke bidang lapangan fihak lawan”. Jadi, pukulan smash

merupakan usaha penyarangan yang dilakukan dengan pukulan bola yang keras

lurus ke bawah sehingga bola bergerak dengan cepat dan menikuk melewati atas

net menuju ke lapangan.

Pukulan smash merupakan suatu teknik yang mempunyai gerakan yang

kompleks. Untuk mempelajari teknik smash pemain harus mempelajari terlebih

dahulu dasr pokok dari gerakan smash. Menurut Tohar (1992:92) gambaran

mengenai smash adalah sebagai berikut:

“Pertama-tama tenaga yang dihasilkan dari rangkaian kekuatan otot kaki

dengan menggerakkan kaki, kemudian lutut, diteruskan memusatkan pada badan,

pundak atau bahu, lengan tangan dan terakhir pergelangan tangan. Gerakan ini

dillakukan secara beruntun dan berkesinambungan serta merupakan suatu

rangkaian gerakan yang teratur.

Gambar 9. Smash ( Sumber: Sapta Kunta Purnama. 2010: 21 ).

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

28

f) Netting

Netting adalah pukulan pendek yang dilakukan di depan net dengan tujuan

untuk mengarahkan bola setipis mungkin jarak-nya dengan net di daerah lawan.

Netting sangat menentukan akhir dari pertandingan bulutangkis, kualitas netting

yang baik memungkinkan pemain mendapatkan umpan dari lawan untuk di smes

atau diserang dengan pukulan mematikan yang lain. Karena mengembalikan

netting yang baik tidak banyak pilihan yang harus dilakukan oleh lawan, hanya

ada dua pilihan naik ke belakang daerah lawan atau di netting lagi.

Untuk menghasilkan pukulan net yang tipis pemain harus dapat

menempakan posisi badanya dengan baik sehingga saat memukul bola dapat

berkosentrasi dengan penuh, saat eksekusi memukul sedapat mungkin posisi bola

masih di atas atau jarak dengan bibir net masih tipis, konsentrasi harus tinggi

namun relaks, tidak takut diserobot lawan, memukul dengan lembut (feeling

sangat berperan), sedikit melibatkan otot besar atau mengurangi kontraksi otot

yang berlebihan (tidak kaku). Dapat dilakukan dengan forehand maupun

backhand.

Latihan untuk menguasai netting dengan cara forehand dan backhand,

berpedoman pembiasaan. Karena kualitas netting yang baik ditentukan oleh tipis

dan ketepatan sasaran, maka untuk dapat menguasai kualitas yang diharapkan

adalah dengan latihan sesering mungkin, karena netting tidak memerlukan tenaga

yang besar maka dosis latihan yang tepat adalah diulang-ulang dengan frekuensi

yang banyak. Selain itu perlu adanya variasi arah umpan, pelatih harus

menciptakan variasi drill agar suasana latihan sesuai dengan kondisi saat main,

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

29

variasi tersebut dapat dengan posisi pengumpan dari tempat yang berbeda (dekat

net, dari tengah, samping dan dari belakang).

Gambar 10. Netting ( Sumber: Sapta Kunta Purnama. 2010: 26 ).

4) Pola-Pola Pukulan

Pengusaan pola-pola pukulan penting untuk mengmbangkan permainan

dan memperoleh kemenangan pada permainan bulutangkis. Pemain perlu

mendapatkan pola latihan teknik pukulan secara sistematis, berulang-ulang dan

teratur. Icuk Sugiarto (2002: 81) mengemukakan, “Pola latihan teknik pukulan

adalah pukulan yang dilakukan secara berurutan dan berkesinambungan yang

dilakukan dengan cara berulang-ulang sehingga menadi bentuk/pola teknik

pukulan yang dapat dimainkan secar harmonis dan terpadu”.

Pola pukulan pada dasarnya merupakan rangkaian dari beberapa pukulan

yang dikombinasikan dan dilakukan secara terpadu. Untuk dapat mengalahkan

lawan dengan mudah, pemain harus memiliki kemampuan memukul bola yang

dengan baik dan ditunjang dengan penguasaan pola pukulan yang baik pula.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

30

Kemenangan dalam suatu pertandingan bulutangkis sangat sulit diperoleh

jika hanya mengandalkan kemampuan memukul bola yang baik, tanpa disertai

dngan penguasaan pola pukulan yang baik. Menurut Saiful Arisanto (1990: 30) “

Pola pukulan yang dpat dikembangkan dalam permainan bulutangkis diantaranya

yaitu,

1) Pola pukulan panjang-tajam-lurus ( lob-chop-lurus)

2) Pola pukulan panjang-pendek (lob-dropshot)

3) Pola pukulan panjang-smash (lob-smash)

4) Pola pukulan panjang-tajam-jaring (lob-chop-net)

5) Pola pukulan panjang-smash-jaring (lob-smash-net)

6) Pola pukulan panjang-pendek-jaring (lob-dropshot-net)

7) Pola pukulan panjang-tajam-smash (lob-chop-smash)

Pola-pola pukulan yang dpat dikembangkan oleh pemain banyak sekali

jenisnya dan bervariasi. Selain dengan pola-pola tersebut pemain dapat pula

mengembangkan dengan pola yang lain. Namun pola pukulan yang

dikembangkan harus memperhatikan efisiensi dan efektifitas gerakan.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik dasar permainan

bulutangkis merupakan faktor yang mendasar dan harus dipahami dan dikuasai

oleh setiap pemain agar mampu bermain bulutangkis dengan baik dan terampil.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

31

Keterangan :

1) Servis tinggi

2) Servis setengah tinggi

3) Servis pendek

4) Servis kedut

5) Lob serang

d. Belajar Gerak dalam Permainan Bulutangkis

1) Pengertian Belajar Gerak

Belajar gerak merupakan sebagian dan belajar secara umum. Sebagai

bagian dari belajar, belajar gerak mempunyai tujuan tertentu. Tujuannya adalah

untuk menguasai berbagai keterampilan gerak dan mengembangkannya agar

keterampilan gerak yang dikuasai bisa dilakukan untuk menyelesaikan tugas -

tugas gerak untuk mencapai sasaran tertentu. Misalnya didalam belajar gerak

6) Smes

7) Setengah smes

8) Pukulan tajam

9) Pukulan pendek

10) Pukulan net

Gambar 11. Jenis Pukulan dilihat dari trayektori bola

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

32

keolahragaan, atlet berusaha menguasai keterampilan gerak yang sesuai dengan

macam cabang olahraganya dan kemudian memanfaatkannya agar keterampilan

gerak tersebut bisa diterapkan dalam bermain, berlomba atau bertanding olahraga.

Singer, R. N. (1980:9) mengemukakan bahwa belajar gerak merupakan

perubahan yang relatif permanen dalam performa atau yang berhubungan dengan

perubahan perilaku akibat latihan atau pengalaman sebelumnya dengan situasi

tertentu. Dalam konteks yang hamper sama, Siedentop Daryl (1994:291)

menegaskan bahwa belajar gerak sebagai perubahan yang relatif permanen

(melekat) di dalam performa keterampilan gerak yang dihasilkan dari pengalaman

atau latihan.

Menurut Verducci (1980: 14) tingkat atau klasifikasi lain yang mencakup

perilaku dalam proses penguasaan keterampilan yang meliputi: “1. gerakan

umum, 2. gerak koordinasi dan 3. gerak kreatif.”

Gerakan umum adalah gerakan yang dilakukan dikuasai secara umum

oleh yang bersangkutan. Dari mencoba gerakan secara umum terkandung proses

kesadaran hubungan bagian-bagian tubuh secara terpadu, untuk melakuakan pola

garak tertentu.

Gerakan koordinasi adalah proses kemampuan gerak perseptual yang

dipadukan dengan tujuan pelaksanaan tugas gerakan tertentu. Proses koordinasi

ini terjadi proses gerakan pengadaptasian berupa modifikasi pola gerakan untuk

keperluan tugas garakan. Akhirnya menuju ke arah proses perbaikan dan

terbentuknya penguasan keterampilan gerakan.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

33

Gerakan kreatif adalah menciptakan gerakan untuk individual. Gerakan

terarah pada penemuan penyatuan keseluruhan dari bagian-bagian, melakukan

gerakan tanpa memikirkan gerakan itu sendiri, bergerak sesuai dengan

kemampuan untuk lawan dengan memadukan gerakan-gerakan. Pada gerakan

kreatif ini terjadi proses penemuan atau keputusan pilihan individu yang unik

dalam melakukan gerakan. Selanjutnya proses penciptaan secara spontan

menemukan gerakan baru, akhirnya proses mengkombinasikan gerakan yang

unik dengan dasar gerakan yang sudah dimilikinya terhadap situasi gerakan.

Selanjutnya ditambahkan, meskipun tekanan belajar gerak ialah

penguasaan keterampilan, tidaklah berarti aspek lain seperti peranan domain

kognitif diabaikan sebab penguasaan keterampilan baru diperoleh melalui

penerimaan dan pemilikan pengetahuan, perkembangan koordinasi dan kondisi

fisik sebagaimana halnya kepercayaan dan semangat juang (Rusli Lutan,

1988:101-102).

Annarino, Anthony, Charles, Cowell, C. dan W. Haselton (1980:8-11)

mengemukakan bahwa salah satu pertanda seseorang telah belajar gerak adalah

adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut

meliputi suatu kemampuan, baik yang bersifat pengetahuan (kognitif), sikap

(afektif), psikomotor ataupun fisik (physical). Perubahan tingkah laku kognitif itu

pada dasarnya terjadi pada aspek pikiran, atau intelektual yang meliputi

pengetahuan dan fakta, informasi, keterampilan dan kemampuan intelektual.

Perubahan perilaku afektif berhubungan dengan perkembangan emosi dan

tingkah sosial yang meliputi respon terhadap aktivitas jasmani perwujudan diri,

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

34

harga diri dan konsep diri. Perubahan perilaku psikomotorik yang dituju adalah

perubahan yang terjadi pada gerak, meliputi gerak perseptual, gerak dasar dan

keterampilan olahraga serta lari. Sedangkan perubahan perilaku, berhubungan

dengan perubahan pada aspek kemampuan fisik, meliputi kekuatan otot, daya

tahan otot, daya tahan umum dan kelentukan.

Proses belajar gerak terjadi karena adanya masukan yang diterima oleh

indera penglihatan, pendengaran, rasa dan indera kinestetik. Masukan tersebut

diteruskan ke system syaraf pusat untuk diproses yang kemudian ditafsirkan serta

disimpan. Pada akhirnya masukan tersebut diterjemahkan dalam bentuk gerakan

(hasil).

Masukan sensori berkaitan dengan penerimaan stimulus oleh organ-organ

sensori, yaitu stimulus dari luar tubuh dan yang terjadi di dalam tubuh. Masukan

sensori ini kemudian diproses dalam system ingatan yang selanjutnya diteruskan

ke penyimpanan jangka pendek (sementara). Informasi persepsi ini hanya dapat

bertahan dalam sistem penyimpanan untuk sementara, yang apabila tidak

digunakan dalam waktu yang singkat akan dilupakan atau hilang. Pada

penyimpanan jangka pendek ini masukan yang disimpan terbatas, sehingga

apabila ada informasi berikutnya maka masukan yang pertama akan hilang dengan

sendirinya apabila tidak ada penguatan untuk masukan tersebut.

Selanjutnya masukan yang telah diproses dalam sistem penyimpanan

jangka pendek diteruskan ke saluran konsentrrasi terbatas dan pada saluran

konsentarsi terbatas ini, proses informasi seseorang hanya dapat menyelesaikan

satu masalah saja dalam satu saat. Proses informasi yang telah diselesaikan dalam

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

35

saluran konsentrasi terbatas kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan hasil

belajar (penyimpanan jangka panjang). Semua proses informasi di atas adalah

merupakan proses kegiatan kognitif yang belum tentu informasi tersebut dapat

dilakukan atau diterjemahkan dalam bentuk gerakan.

Gambar 12. Model Dasar Pengolahan Informasi (Stallings M. Lorett. 1982:69 ).

Sesuatu yang telah disimpan dalam penyimpanan jangka panjang masih

merupakan masalah yang dipertentangkan lagi. Hal ini dapat dilihat pada anak

panah dan memori ke saringan persepsi. Sesuatu yang telah disimpan dalam

gudang penyimpanan jangka panjang akan mempengaruhi lagi persepsi dan

keputusan, serta pilihan yang diambil dalam saluran konsentrasi terbatas. Di

samping itu sebagian konsepsi dalam organisasi kontrol gerakan turut dipengaruhi

pula oleh sesuatu yang telah disimpan. Informasi yang berada pada sensori

tersebut masih berupa memori pengenalan persepsi yang mampu mengenal

informasi yang masuk.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

36

Memori pengenalan ini tidak dapat memuat semua informasi yang masuk,

tetapi masih merupakan sebuah symbol atau nama. Setelah informasi persepsi

diubah dalam bentuk rencana gerakan (motor plan) atau strategi., maka kontrol

motorik menyusun seperangkat perintah yang ditujukan kepada perototan untuk

menghasilkan gerakan yang sesuai dengan rencana tindakan. Kontrol motorik

dibagi menjadi dua, yakni kontrol jalur tertutup dan kontrol jalur terbuka. Pada

kontrol jalur tertutup gerakan dikontrol oleh pusat penyimpanan program-program

motorik yang telah direncanakan menjelang pelaksanaan gerakan dengan tidak

dibantu oleh balikan. Keluaran motorik adalah hasil akhir dan proses pengolahan

informasi.

Di dalam berusaha menguasai keterampilan gerak diperlukan suatu proses

belajar yaitu proses belajar gerak. Proses belajar gerak pada hakikatnya berbeda

dengam proses belajar yang lain. Proses belajar gerak berbeda dengan proses

belajar kognitif dan proses belajar afektif. Perbedaan yang ada bersumber dari

aspek - aspek yang dominan keterlibatannya dalam proses beiajar gerak adalah

aspek fisik dan psikomotor. Yang dominan keterlibatannya dalam belajar kognitif

adalah aspek pikir, sedangkan yang dominan keterlibatannya dalam belajar afektif

adalah aspek emosi dan perasaan. Dengan kata dominan di sini dimaksudkan

untuk menggambakan bahwa di situ ada keterlibatan yang lebih intensif dari salah

satu aspek fungsi dalam diri atlet, sementara aspek fungsi yang lain juga terlibat

namun dengan intensitas yang lebih rendah. Dengan kata lain bahwa dalam ketiga

macam belajar yang disebutkan di atas semua aspek fungsi yang ada pada diri

atlet terlibat di dalam proses belajar, namun intensitasnya berbeda beda. Di dalam

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

37

belaiar gerak aspek fisik dan psikomotor terlibat lebih besar dibanding aspek pikir

serta aspek emosi dan perasaan.

Dengan adanya salah satu aspek fungsi yang lebih dominan

keterlibatannya di dalam setiap macam belajar tersebut di atas, mengakibatkan

adanya perbedaan - perbedaan dalam hal apa yang terjadi dalam diri atlet selama

proses belajar berlangsung. Apa yang terjadi dalam diri atlet dan apa yang harus

diperbuatnya selama proses belajar gerak berbeda dengan apa yang terjadi di

dalam diri atlet, dan apa yang harus diperbuat dalam proses belajar kognitif atau

belajar afektif. Berdasarkan kepentingannya yang perlu dicakup dalam modul ini,

dari ketiga macam belajar yang telah dikemukakan hanya mengenai proses belajar

gerak yang dibahas lebih lanjut.

Mengenai proses belajar gerak ini akan dibahas dalam kaitannya dengan

apa yang terjadi pada diri atlet, apa yang diperbuat oleh atlet, serta tingkat

penguasaan yang dicapai pada setiap tahapan atau fase belajar. Mengenai hal ini

ada beberapa ahli yang telah berusaha mengemukakan teorinya.

Dalam teorinya, Fitts and Posner (1967) mengemukakan bahwa proses

belajar gerak keterampilan terjadi dalam tiga fase, yaitu:

a. Fase kognitif

b. Fase asosiatif

c. Fase otonom

Sugiyanto dalam Ria Lumintuarso (2007: 94) menjelaskan tiga fase dalam

belajar gerak sebagai berikut:

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

38

a. Fase kognitif atau Fase awal

Pada fase kognitif, pelajar berusaha memahami ide atau konsep gerakan

melalui mendengarkan penjelasan atau melihat contoh gerakan. Agar konsep

gerak yang dipahami pelajar adalah benar, perlu sajian model gerakan yang benar

dan dapat diamati dengan jelas oleh pelajar. Berdasarkan pemahaman konsep

gerakan yang diperoleh, pelajar kemudian berfikir dalam bentuk rencana gerak

dengan urutan rangkaian gerakan yang dilakukan.

Rencana gerak tersebut kemudian dilaksanakan dalam kegiatan

mempraktikkan gerakan. Saat awal mempraktikkan, aktivitas kognitif masih

mendominasi proses pelaksanaan gerak. Fikiran tentang konsep gerak masih lebih

dominan disbanding memikirkan pelaksanaan geraknya, sehingga respon

geraknya masih belum benar dan belum lancar.

b. Fase asosiatif atau fase menengah

Setelah pelajar mempraktikkan gerakan berulang-ulang, proses belajar

gerak akan memasuki fase asosiatif yaitu fase di mana dalam melaksanakan

keterampilan gerak, konsep gerak yang ada dalam fikiran sudah dilaksanakan

dalam respon geraknya, sehingga pelajar semakin mudah dan benar dalam

melaksanakan konsep gerakan. Pelajar semakin menguasai keterampilan gerak

yang dipelajari. Dengan mengulang-ulang praktik gerak, pelajar akan mencapai

fase otonom.

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

39

c. Fase otonom atau fase akhir

Fase otonom merupakan puncak pencapaian keterampilan gerak. Pelajar

mampu melakukan gerakan keterampilan secara otonom dan otomatis. Gerakan

yang otonom adalah gerakan dapat dilakukan walaupun pada saat bersamaan

pelaku melakukan aktivitas kognitif selain gerak yang dilakukan. Gerak yang

otonom dan otomatis dapat terbentuk melalui proses berlatih atau praktek yang

berulang-ulang.

Dalam belajar gerak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain

adalah kondisi belajar gerak itu sendiri. Sugiyanto dalam Ria Lumintuarso

(2007:95) mengemukakan kondisi dalam belajar gerak, yaitu:

a. Kondisi internal

Kondisi internal adalah persyaratan yang harus ada dalam diri pelajar.

Kondisi internal meliputi dua hal, yaitu:

1) Mengingat bagian-bagian gerakan.

2) Mengingat rangkaian gerakan.

b. Kondisi Eksternal

Kondisi eksternal adalah persyaratan yang merupakan stimulus dari luar

diri pelajar yang diperlukan agar terjadi proses belajar. Kondisi eksternal meliputi

empat hal, yaitu:

1) Pemberian penjelasan gerakan atau instruksi verbal

Instruksi ini diberikan oleh pelatih, disampaikan secara singkat dan jelas.

Kemudian dalam memberikan penjelasan pelatih menggunakan bahasa yang

mudah dimengerti, mengenai unsur-unsur pokok tentang gerakan, urutan gerakan

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

40

dan kunci-kunci cara melaksakan. Untuk gerakan yang berbahaya, disampaikan

faktor bahayanya dan cara menghindari.

2) Pemberian contoh gerakan atau instruksi visual

Pada instruksi ini, contoh gerakan dilakukan langsung oleh pelatih,

menggunakan model orang lain (model hidup), atau rekaman video kaset.

Instruksi dapa diatur agar mudah diamati pelajar, ditunjukkan unsur-unsur pokok

dan urutannya, serta dilakukan beberapa kali.

3) Instruksi mempraktikkan gerakan:

Pelatih memberikan kesempatan mempraktikkan gerakan sampai pelajar

menunjukkan peningkatan dan menguasai gerakan sampai pelajar menunjukkan

peningkatan dan menguasai gerakan. Dalam instruksi ini peningkatan penguasaan

gerakan dapat ditandai dengan indikator antara lain gerakan makin lancer, makin

halus, makin terkontrol, kesalahan berkurang, dan penampilan terbaik makin

konsisten. Pemberian kesempatan praktik dengan memperhatikan prinsip-prinsip

pengaturan giliran, pengaturan waktu aktif dan waktu istirahat, praktik bervariasi,

beban belajar meningkat, pemberian motivasi dan semangat.

4) Pemberian umpan balik

Umpan balik adalah informasi yang diperoleh pelajar setelah praktik

gerak, sudah benar atau masih salah. Umpan balik dapat dibedakan menjadi dua

yaitu umpan balik internal dan eksternal. Umpan balik internal berasal dari diri

pelajar yaitu umpan balik kinestetik yang berebentuk rasa gerak. Umpan balik

eksternal berasal dari luar diri pelajar, dari teman latihan, atau hasil pelaksanaan

gerakan yang direkam atau dapat dilihat langsung. Umpan balik yang diberikan

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

41

oleh pelatih dapat disampaikan secara klasikal dan secara individual di sela-sela

waktu praktik. Umpan balik secara klasikal diberikan bila kebanyakan pelajar

melakukan kesalahan yang sama sedangkan umpan balik secara individual

diberikan kepada pelajar yang melakukan kesalahan tertentu. Pemberian umpan

balik jangan terlalu banyak menyita waktu, karena dapat mengganggu kesempatan

praktik.

2) Belajar Gerak dalam Permainan Bulutangkis

Belajar gerak dalam permainan bulutangkis bukanlah hal yang mudah,

baik untuk tujuan prestasi maupun hanya sekedar hobi. Karena seseorang dituntut

untuk dapat menguasai gerakan dengan baik. Dengan penguasaan gerak yang baik

dan benar tentunya akan lebih menghemat tenaga. Setiap teknik gerakan dalam

permainan bulutangkis memerlukan koordinasi gerak yang baik, karena akan

memperkecil tingkat kelelahan. Teknik dasar seperti memegang raket, teknik

langkah atau footwork, teknik pukulan dapat menguasai apabila seseorang

mempraktkkannya secara rutin. Bulutangkis merupakan salah satu cabang

olahraga keterampilan, dan olahraga keterampilan apabila teknik gerakannya

dilakukan secara rutin akan terjadi otomatisasi gerak yang akan terkoordinasi

dengan baik.

Dengan mengamati karakteristik teknik gerak dasar dari permainan

bulutangkis, akan terlihat dengan jelas gerakan-gerakan seperti: lari cepat,

meloncat, melangkah, lari maju-mundur, bergerak ke samping kanan dan kiri,

gerak berputar, dan membuat langkah lebar (split). Semua gerak dan aktivitas itu

dibutuhkan agar pemain dapat memukul shutlecock dalam sikap dan posisi tubuh

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

42

yang tetap terkontrol baik. Maka dari itu kesiapan fisik seseorang sangat

dibutuhkan untuk dapat melakukan semua gerakan-gerakan tersebut dengan baik.

Menurut Herman Subardjah (2000: 18) bahwa, “Keterampilan dasar

bulutangkis berdasarkan pada beberapa dominan yaitu keterampilan manipulatif,

keterampilan lokomotor dan keterampilan non lokomotor”.

Keterampilan manipulatif hanya dapat dilaksanakan apabila seseorang

mampu menggunakan anggota badannya dengan koordinasi yang baik.

Keterampilan manipulatif berupa gerakan memukul dengan menggunakan raket

yang merupakan keterampilan dominan dalam permainan bulutangkis. Antisipasi

dan koordinasi merupakan landasan kemampuan yang sangat peting.

Keterampilan lokomotor ditandai dengan pergerakan seluruh tubuh dan

anggota badan, dalam proses perpindahan atau titik berat badan dari suatu bidang

tumpu ke bidang tumpu lainnya. Gerakan lokomotor meliputi:

a) Langkah-langkah pengambilan bola atau penempatan posisi dalam

pola tertentu seperti gerakan dari belakang ke depan net, dari samping

kiri menyilang ke kanan, atau kombinasi dari pergerakan tersebut

dengan titik sentral adalah lapangan tengah.

b) Gerakan melompat sebagai kombinasi dari langkah untuk mengambil

posisi memukul shuttlecock, gerak dasar lokomotor juga berupa

melompat yang biasanya dilakukan pada waktu pemain memukul

shuttlecock tinggi untuk kepentingan penyerangan, misalnya smash

silang.

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

43

Gerakan dasar non lokomotor adalah gerakan yang dilakukan di tempat,

dan hal ini merupakan sikap dasar dalam permainan bulutangkis. Sikap dasar ini

berupa kuda-kuda dalam posisi kedua kaki sedikit dibengkokkan, namun kedua

kaki dibuka dengan jarak yang enak bagi pemain. Maksudnya, gerakan itu tetap

labil, meskipun pada saat memukul sangat dianjurkan agar pemain benar-benar

bertumpu pada bidang tumpu. Permainan di depan net tampak nyata memerlukan

akurasi yang didukung oleh sikap dasar yang baik karena ada kaitannya dengan

posisi permukaan raket yang diupayakan segera menyambut shuttlecock sebelum

jatuh ke lantai.

Apabila ingin meningkatkan mutu prestasi permainan bulutangkis, maka

teknik dasar bulutangkis harus betul-betul sudah dikuasai terlebih dahulu. Teknik

dasar dalam permainan bulutangkis harus dilatihkan secara berulang-ulang agar

teknik tersebut menjadi suatu gerakan yang otomatis.

Dalam kaitannya dengan penguasaan gerak keterampilan bulutangkis,

hukum yang dikemukakan oleh Thorndike mempunyai makna yaitu; ”(1) law of

readiness atau hukum kesiapan, dalam bulutangkis membutuhkan kesiapan yaitu

kesiapan dalam hal kondisi fisik. Untuk menguasai teknik dasar dengan baik dan

benar dalam permainan bulutangkis, seseorang harus menyiapkan diri, terutama

kondisi fisiknya.(2) law of exerci-se atau hukum latihan, dalam permainan

bulutangkis seseorang dapat mengusai setiap teknik dasar keterampilan dengan

baik dan benar apabila orang tersebut melakukan latihan secara rutin atau gerakan

keterampilan tersebut dilakukan secara berulang-ulang, sehingga akan terjadi

otomasisasi gerakan.(3) law of effect.”. Penguasaan setiap gerakan dalam

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

44

permainan bulutangkis membutuhkan gerakan secara berulang-ulang atau latihan (

law of exarcise), hasil dari latihan ( law of efect )”.

Terkait dengan hal di atas, dapat diketahui bahwa mempelajari

keterampilan bermain bulutangkis adalah sebuah kegiatan belajar gerak di mana

kemampuan lob bulutangkis merupakan perwujudan dari belajar gerak.

2). Pengertian Sistem Energi

Energi didefinisikan sebagai kapasitas atau kemampuan untuk melakukan

pekerjaan.Kerja kita artikan sebagai penerapan tenaga sehingga tenaga dan kerja

tidak dapat dipisahkan (Foss & Keteyian. 1998).Energi diperoleh dari pemecahan

glukosa. Karbohidrat glukosa merupakan karbohidrat terpenting dalam kaitannya

dengan penyediaan energi di dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena semua jenis

karbohidrat baik monosakarida, disakarida maupun polisakarida yang dikonsumsi

oleh manusia akan terkonversi menjadi glukosa di dalam hati.

Banyak energi yang digunakan untuk kerja otot tergantung pada intensitas,

densitas, frekuensi, dam jenis latihan. Energi yang diperlukan untuk suatu

kegiatan atau kontraksi otot tidak dapat diserap langsung dari makanan yang kita

makan, akan tetapi melalui proses oksidasi yang terjadi di dalam sel-sel tubuh,

karbohidrat ataupun lemak kemudian akan digunakan untuk mensintesis molekul

ATP (adenosine triphosphate) yang merupakan molekul molekul dasar penghasil

energi di dalam tubuh.

ATP terdiri dari satu molekul adenosine dan tiga molekul phosphate.

Energi dibutuhkan untuk kontraksi otot diperoleh dari pembebasan dengan

merubah ATP menjadi ADP + Pi (Bompa, 1999:151)

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

45

Persediaan ATP dalam sel otot sangat terbatas, walaupun begitu suplai

ATP harus secara berkesinambungan diganti lagi untuk memudahkan aktivitas

fisik secara berkelanjutan.Untuk dapat menghasilkan energi, proses metabolisme

glukosa untuk menghasilkan ATP akan berlangsung melalui 2 mekanisme utama

yaitu melalui proses anaerobik dan proses aerobik.

ATP diperlukan untuk menyediakan energi kontraksi otot dan daur cross

bridge selama kontraksi. Pemecahan ATP yang disebabkan oleh enzim ATPase

akan menghasilkan sejumlah energi, dimana energi tersebut akan memberikan

kesempatan pada cross bridge yang merupakan kepala dari filamen miosin untuk

berputar dan membentuk sudut baru dimana sebelumnya pada fase eksitasi cross

bridge saling tertarik dengan filamen aktin, sehingga filamen aktin akan meluncur

melewati filamen miosin mengakibatkan kedua filamen tersebut saling tumpang-

tindih dan terjadilah kontraksi otot.

Tanpa ATP filamen aktin tidak akan bisa meluncur melewati filamen

miosin. Tetapi persedian ATP di dalam otot hanya sedikit, cukup untuk kotraksi

maksimal otot yang berlangsung dalam satu detik. Untungnya tubuh mampu

mengisi/melengkapi ATP hampir secepat waktu yang dibutuhkan untuk

memecahkannya. Pengisian ATP ini terjadi apabila cadangan molekul bahan

bakar seperti karbohidrat dan lemak dipecah untuk menyediakan energi bebas

yang dapat dipergunakan bersama-sama ADP dan Pi untuk membentuk ATP

(Hairy, Junusul, 1989: 71).

Page 37: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

46

EnergiPADPATP

ATP senantiasa digunakan setiap kali otot berkontraksi, oleh karena itu ATP harus

selalu tersedia. Untuk menyediakan ATP saja diperlukan energi. Untuk itu tiga

macam proses menghasilkan ATP (Hairy, Junusul, 1989: 71):

a) ATP-PC atau sistem fosfagen. Dalam sistem ini energi untuk resintesis

ATP berasal dari hanya satu persenyawaan creatin phospat (PC).

Creatin phospat akan dipecah yang akan menghasilkan energi untuk

mensintesis ADP + P menjadi ATP dan selanjutnya ATP akan dipecah

lagi menjadi ADP + P yang akan menyebabkan pelepasan energi yang

akan digunakan untuk kontraksi otot, sistem ini sangat penting untuk

ketika melakukan latihan yang berat, seperti lari sprint dan angkat

berat.

b) Glikolisis anaerobik atau sistem asam laktat (LA) penyediaan ATP

berasal dari glukosa atau glikogen. Sistem ini dilakukan dengan

memecahkan glukosa atau glikogen yang disimpan dalam sel otot dan

hati. Sistem ini akan melepaskan energi untuk meresintesi ADP + P

menjadi ATP. Selama glikolisis anaerobik hanya beberapa mol ATP

yang dapat diresintesis dari glikogen, jika dibandingkan dengan

adanya oksigen. Melalui proses glikolisis ini 4 buah molekul ATP

akan dihasilkan serta pada awal tahapan prosesnya akan

ATPnganEnergiCadaPiADP

Page 38: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

47

mengkonsumsi 2 buah molekul ATP sehingga total 2 buah ATP akan

dapat terbentuk.

c) Sistem aerobik (O2). Bila suplai oksigen berlimpah dan otot tidak

bekerja berat, maka pemecahan glikogen atau glukosa dimulai dengan

cara yang sama pada glikolisis anaerobik. Bagaimanapun juga, dalam

kondisi aerobik molekul asam piruvat tidak dikonversi menjadi asam

laktat, tetapi melewati sarkoplasma masuk ke mitokondria, tempat

rangkaian reaksi pemecahan. Di dalam mitokondria asam piruvat hasil

proses glikolisis akan teroksidasi menjadi produk akhir berupa H2O

dan CO2 di dalam tahapan proses yang dinamakan respirasi selular

(Cellular respiration). Proses respirasi selular ini terbagi menjadi 3

tahap utama yaitu produksi Acetyl-CoA, proses oksidasi Acetyl-CoA

dalam siklus asam sitrat (Citric-Acid Cycle) serta Rantai Transpor

Elektron (Electron Transfer Chain/Oxidative Phosphorylation).

Sistem aerobik memerlukan kira-kira dua menit untuk memulai

memproduksi energi dalam meresintesis ATP dari ADP + P. Sistem

aerobik memecahkan glikogen berdasarkan hadirnya oksigen, sehingga

denyut jantung dan pernapasan harus ditingkatkan secara memadai

untuk membawa sejumlah oksigen yang dibutuhkan sel otot. Sistem

aerobik merupakan sumber energi utama untuk aktivitas olahraga yang

berjangka waktu 2 menit sampai 2-3 jam. Aktivitas yang lebih dari 3

jam akan mengakibatkan pemecahan lemak dan protein untuk

menggantikan cadangan glikogen yang mendekati habis.

Page 39: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

48

Secara umum proses metabolisme secara aerobik akan mampu untuk

menghasilkan energi yang lebih besar dibandingkan dengan proses secara

anaerobik. Dalam proses metabolisme secara aerobik, ATP akan terbentuk

sebanyak 36 buah sedangkan proses anaerobik hanya akan menghasilkan 2 buah

ATP. Ikatan yang terdapat dalam molekul ATP ini akan mampu untuk

menghasilkan energi sebesar 7.3 kilokalor per molnya.

Secara rinci ATP yang ditimbulkan oleh energi yang dibebaskan dari satu

molekul glukosa-6-fosfat.

Glikolisis (gambar proses glikolisis, reaksi 1, 3, 6, 9: -1-1+2+2)……….2 ATP

Pada daur Kreb : 2 x 1 = 2 …………………………………………… 2 ATP

Sistem transport elektron (oksidasi fosforilasi)

Oksidasi FADH2 (reaksi E) 2 x 2 = 4………………………………….4 ATP

Oksidasi NADH menghasilkan 10 x 3 = 30 ………………………….30 ATP

Jadi jumlah total energi yang dihasilkan per glukosa – 6 – fosfat adalah 38 ATP

Kebanyakan cabang olahraga dalam kaitannya dengan penggunaan sistem

energi sering secara kombinasi. Kegiatan fisik dalam waktu singkat dan eksplosif

sebagian besar energi diperoleh dari sistem energi anaerobik (ATP-PC dan LA).

Sedangkan kegiatan fisik dalam jangka waktu yang lama, eneginya dicukupi dari

sistem aerobik. Secara ringkas karakteristik dari sistem energi yang telah

dikemukakan di atas dapat dirangkum sebagai berikut:

Page 40: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

49

Sistem ATP-PC Sistem Asam Laktat (LA) Sistem Oksigen (O2)

Anaerobik (tanpa

oksigen)

Anaerobik Aerobik

Sangat cepat Cepat Lambat

Bahan bakar dari :

PC

Bahan bakar dari:

glikogen

Bahan bakar dari:

glikogen

Produksi ATP

sangat terbatas

Produksi ATP

terbatas

Produksi ATP bukan

tak terbatas

Dengan simpanan

di otot yang terbatas

Dengan

memproduksi asam

laktat, menyebabkan

kelelahan otot

Dengan

memproduksi

kembali, tidak

melelahkan

Menggunakan

aktivitas lari cepat

atau berbagai power

yang tinggi dengan

aktivitas pendek

Menggunakan

aktivitas dengan

durasi antara 1-3

menit

Menggunakan daya

tahan atau aktivitas

dengan durasi yang

panjang

Tabel 1. Karakteristik sistem energy (Sumber: Fox, & Bowers, & Foss. (1993:

231)).

Page 41: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

50

Menurut Fox, & Bowers, & Foss, (1993:106-107), pedoman untuk latihan ditinjau

dari sistem energi adalah sebagai berikut;

Sistem

Energi

Waktu latihan Repetisi per set Set per

workout

Rasio

kerja/istirahat

ATP-PC 10 detik

15 detik

20 detik

25 detik

10

9

10

8

5

5

4

4

1:3

1:3

1:3

1:3

ATP-PC-

LA

30 detik

40-50 detik

60-70 detik

70 detik lebih

5

5

5

5

5

4

3

2

1:3

1:3

1:3

1:2

LA-O2 1.30-2.00 menit

2.10-2.40 menit

2.50-3.00menit

4

6

4

2

1

1

1:2

1:2

1:1

O2 3.00-4.00 menit

5.00-5.00 menit

4

3

1

1

1:1

1:1/2

Tabel: 2 Interval training pedoman waktu ( Sumber: Fox & Bowers & Foss.

(1993:106-107)).

Page 42: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

51

3) Sistem Energi dalam Permainan Bulutngkis

Banyak pakar berpendapat mengenai bulutangkis, Tahir Djide mengatakan

“bulutangkis adalah permainan yang menuntut power, kekuatan, ketahanan,

keberanian, penalaran, mental, dan kelincahan. Sejalan dengan pendapat tersebut

Downey menyatakan bahwa semua gerakan dalam bulutangkis tergantung pada

kontraksi otot, sehingga melibatkan dua faktor utama, yaitu: 1) Sumber energi

yang dibutuhkan otot untuk berkontraksi (akan melibatkan pemeriksaan sistem

energi); 2) Kualitas kontraksi otot yang dianggap mewakili kekuatan otot. Kedua

faktor tersebut harus diperhatikan untuk memahami sepenuhnya dasar fisiologis

pelatihan.

Selama beraktivitas bulutangkis penggunaan energi yang paling jelas

adalah untuk memelihara aktivitas otot. Aktivitas dapat melibatkan otot besar

seperti gerakan berlari dan lompatan, juga gerakan sangat lembut seperti

koordinasi dan keseimbangan. Energi tersebut sebagian besar datang karena

adanya reaksi kimia dari makanan dengan satu rangkaian kompleks

perubahannya, sebelum dipergunakan pada aktivitas otot. Tuntutan energi dalam

permainan bulutangkis sifatnya intermitent, artinya energi yang diperlukan silih

berganti antara energi dengan intensitas tinggi disusul dengan periode istirahat

dan pemulihan (Recovery).

Sistem energi diestimasikan dalam berbagai macam intensitas aktivitas

gerak. Sumber energi yang diperlukan dapat dianalisa berdasarkan atas waktu

yang diperlukan untuk aktivitas gerak yang dilakukan. Sumber energi yang

langsung untuk setiap kegiatan otot adalah Adenosine Triphosphate (ATP). Bahan

Page 43: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

52

(substansi) ini disimpan dalam jumlah terbatas dalam otot dan diisi kembali bila

diperlukan, dari bahan-bahan yang tersimpan dalam tubuh untuk penggunaan

energi selanjutnya.

ATP dapat diberikan kepada sel otot dalam tiga cara, dua diantaranya

secara anaerob (oksigen tidak mutlak diperlukan untuk menghasilkan ATP) dan

yang satu dengan aerob (memerlukan oksigen untuk menghasilkan ATP). Tiga

metode sumber energi yang tersedia untuk sel-sel otot dapat berkontraksi dan

menyebabkan gerakan, yaitu: 1) Sistem ATP-Phospho-creatine (ATP-PC), 2)

Sistem Lactid-Acid (LA), dan 3) Sistem Oksigen (O2).

Sistem ATP-PC adalah sumber energy yang diperlukan untuk ledakan

energi (gerakan singkat/mendadak, umpama 0,0 detik sampai 10,0 detik), ATP

selalu tersedia dengan segera dari PC, suatu bahan yang bisanya tersimpan di

dalam otot kerangka. Dari latihan dapat diharapkan peningkatan jumah ATP dan

PC untuk keperluan yang singkat dan berat, pengeluaran energi dalam cabang

olahraga bulutangkis. Kelemahan dari sistem ini adalah bahwa jumlah ATP dan

PC yang tersimpan selalu sangat kecil.

Sistem LA berlangsung jika sumber energi simpanan ATP dan PC

berkurang, tambahan energi jangka pendek dapat diperoleh dari anaerobe

metabolisme glycogen (pertukaran zat dari glycogen). Glycogen dipecahkan

menjadi Lactid-Acid (asam susu) dalam sistem anaerob. ATP untuk kegiatan

dengan intensitas tinggi (berat) yang berlangsung selama 3 menit dapat disuplai

oleh sistem LA ini.

Page 44: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

53

Sistem oksigen, ATP secara berkelanjutan dibentuk dari sari makanan

(terutama dari karbohidrat dan lemak) oleh suatu sistem yang memerlukan

oksigen (aerobik). Proses yang konsisten ini memungkinkan dilakukannya

kegiatan-kegiatan secara leluasa tanpa menimbulkan kelelahan dan ini adalah

dasar dari pada penyesuaian peningkatan energi dalam aktivitas yang berjangka

waktu lama.

Dari uraian sistem energi dapat disimpulkan bahwa, ATP merupakan

sumber energi yang sewaktu-waktu dapat digali tubuh, yang memungkinkan otot

menyediakannnya dalam tiga cara yaitu : 1) Dengan sistem ATP-PC untuk

kegiatan yang berat dan singkat; 2) Dengan sistem LA untuk kegiatan yang berat

berjangka sedang; dan 3) Dengan sistem Oksigen untuk kegiatan yang tidak

begitu berat berjangka panjang. Sumber energi tersebut dapat dianalisa

berdasarkan atas waktu yang diperlukan untuk aktivitas yang dilakukan, yaitu: 1)

Kurang dari 30 detik, ATP-PC; 2) 30 detik-1,5 menit, ATP-PC dan LA; 3) 1,5-3

menit, LA dan Oksigen; 4) Lebih dari 3 menit Oksigen.

Hasil tersebut memberikan indikasi yang lebih jelas dari permainan

bulutangkis, bahwa penggunaan tiga sistem energi tubuh saat bermain bulutangkis

adalah sebagai berikut:

Page 45: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

54

ATP-PC and LA ATP-PC; LA & O2 O2

% Aerobic 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

% Anaerobic 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

Waktu Mnt, dtk 0.5 0.20 0.60 1.30 2.15 3.30 10.0 12.0 14.0 28.0 180

reli reli Set Set pendek panjang pendek panjang

Gambar 13. Penggunaan Sistem Energi Bulutangkis (Sumber: Modifikasi Jack

Jake Downey dan David Brodie.1980: 4).

Gambar diatas menunjukkan angka-angka prosentase perkiraan sumber

energi aerobik dan anaerobik untuk memenuhi kebutuhan energi maksimum

dalam bulutangkis. Dari angka observasi menunjukkan bahwa reli terlama 37.62

detik berarti intensitas tersebut menunjukkan persentase dari energy anaerobic

sebesar ± 90 %, permainan bisa berlangsung hanya 6 menit dan akan membuat

tuntutan pada ketiga sistem energi, sedangkan pertandingan bisa bertahan hingga

satu jam atau lebih, sehingga memerlukan sistem oksigen.

Hal penting yang berkaitan dengan bulutangkis adalah karakteristik yang

melekat pada permainan tersebut, yaitu: permainan ini dapat berlangsung cepat

dan dapat juga berlangsung lama. Pemain harus mampu bergerak cepat

menjelajahi sudut-sudut lapangannya dengan gerakan cepat, explosive, mampu

menggunakan berbagai teknik memukul cock dengan berbagai gerakan yang

harmonis dan terarah (accuracy). Mencermati berbagai karakteristik gerak

Page 46: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

55

tersebut diatas, berarti pemain bulutangkis yang baik harus mempunyai kualitas

kemampuan kondisi fisik yang baik pula.

2. Kemampuan Lob Bulutangkis

a. Pengertian Pukulan Lob

Lob merupakan pukulan yang dilakukan dengan arah pukulan bola lurus,

tinggi dan jauh ke belakang pertahanan lawan. Tohar (1992: 78) mengemukakan

pukulan lob adalah “suatu pukulan dalam permaian bulutangkis yang dilakukan

dengan tujuan untuk menerbangkan shuttlecock setinggi mungkin mengarah jauh

ke belakang garis lapangan’. Sedangkan Tony Grice (2004: 57) berpendapat,

“pukulan lob yang tinggi dan panjang biasanya digunakan agar mendapatkan lebih

banyak waktu untuk kembali ke posisi bagian tengah lapangan”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, sasaran pukulan

lob adalah bidang lapangan permainan lawan bagian belakang. Agar dapat

mencapai sasaran didaerah belakang lawan, maka pukulan ini dilakukan

melambung tinggi dan panjang kearah belakang permainan lawan. Dengan

pukulan melambung tinggi dan jauh kebelakang permainan lawan, maka akan

mempunyai kesempatan untuk menstabilkan posisinya, sehingga akan lebih baik

untuk mengantisipasi permainan selanjutnya.

Pukulan lob penting peranannya dalam permainan bulutangkis. Icuk

Sugiarto (1993 : 54) menyatakan, “pukulan lob merupakan pukulan yang sangat

penting bagi bola pertahanan maupun penyerangan”. Sedangkan Tony Grice

Page 47: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

56

(2004 : 57) berpendapat, “Kegunaan utama dari pukulan lob adalah untuk

membuat bola menjauh dari lawan anda dan membuatnya bergerak dengan cepat.

Dengan mengarahkan bola belakang lawan atau dengan membuat mereka

bergerak lebih cepat dari yang mereka inginkan, akan membuat mereka

kekurangan waktu dan menjadi lebih cepat lelah”. Hal ini artinya, lob yang cepat

dan jauh kebelakang dapat membuat lawan kewalahan dalam mengembalikan bola

atau membuat lawan lebih cepat lelah dan dalam pengembalian bola tidak

sempurna (tanggung), sehingga akan mudah dimatikan.

b. Jenis-jenis Pukulan Lob

Pukulan lob bulutangkis dapat dilakukan dengan berbagai macam variasi.

Menurut Soemarno dkk., (1995: 524) ditinjau dari segi kegunaan dan tujuan yang

akan dicapai lob dapat dibagi menjadi 2 yaitu: ‘ lob serang (attack clear) dan lob

tangkisan (high defensive clear)”. Hal senada dikemukakan Saiful Arisanto (1990:

19) “pukulan lob dapat dilakukan dengan berbagai bentuk pukulan seperti: lob

serang dari bawah, lob tangkisan dari bawah, lob serang dari atas dan lob

tangkisan dari atas”.

Lob serang yaitu lob yang bertujuan untuk melakukan serangan terhadap

lawan. Lob ini dilakukan dengan bola dipukul lebih cepat dengan lambungan agak

rendah (lebih rendah dari lambungan bola lob tinggi) melewati lawan ke lapangan

bagian belakang. Lob serang ini dilakukan misalnya pada saat lawan sudah

kehilangan keseimbangan atau salah posisi, atau lawan terpaksa harus maju ke

depan jarring untuk mengejar suatu drop yang dilancarakan.

Page 48: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

57

Sedangkan yang dimaksud dengan lob tangkisan pertahanan adalah

pukulan lob yang dilakukan pemain untuk mempertahankan diri dari serangan

lawan. Pukulan lob pertahanan ini lintasan bolanya tinggi dan panjang. Dengan

pukulan yang tinggi dan panjang ini akan memberikan kesempatan pemain untuk

kembali ke posisi di tengah lapangan. Baik lob serang maupun lob pertahanan,

cara pelaksanaannya sama. Yang membedakan kedua jenis lob tersebut adalah

arah lintasan bola.

c. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan Pukulan Lob

Pukulan lob pada dasarnya memukul shuttlecock kearah bagian belakang

lapangan permainan lawan. Pukulan lob dilakukan melambung tinggi dan

diarahkan pada bagian belakang permainan lawan. Untuk membuat pukulan lob

yang baik dan benar perlu memperhatikan teknik memukul yang benar. Menurut

James Pool (2004: 32), memberi petunjuk melakukan pukulan lob sebagai berikut

1. Pukullah shuttlecock dengan arah layang keatas sehingga lebih tinggi

dari raket lawan.

2. Rentangkan lengan anda keatas dan sentuhlah bola pada saat dimuka

tubuh.

3. Bidang raket tegak lurus daerah sasaran.

4. Sentuhlah shuttlecock setinggi mungkin.

5. Lengan bawah dan pergelangan tangan harus berputar pada saat raket

menyentuh shuttlecock.

6. Shuttlecock harus dipukul dengan keras.

Page 49: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

58

Saat melakukan pukulan lob harus diingat agar bola dipukul dengan

permukaan raket menghadap keatas, karena shuttlecock akan meninggalkan raket

tegak lurus dengan permukaan raket. Jangan dibiarkan shuttlecock berada

dibelakang badan. Pukullah shuttlecock cukup tinggi sehingga melewati raket

lawan yang diangkat lurus diatas kepala dan bola jatuh tegak lurus ke lantai. Bola

harus dipukul setinggi mungkin. Sasaran pukulan lob adalah garis belakang

lapangan lawan.

d. Kajian Anatomi otot yang dilatih

Sesuai dengan gerak lob forehand yang harus dikuasai oleh para

pemain bulutangkis, maka otot-otot yang perlu dilatih yaitu:

1) Tubuh bagian atas (upper body). Yaitu otot-otot tubuh bagian atas

khususnya pada anggota gerak atas (extremitas superior)

batasannya mulai dari persendian bahu (arthculation humeri)

sampai dengan seluruh lengan atas dan lengan bawah hingga

tangan dan togok bagian atas

Page 50: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

59

Gambar 6. Anatomi Otot Dari Sisi Anterior

Sumber : Merieb E. (1998: 309)

Gambar 14. Otot manusi dilihat dari sisi anterior

Sumber : Marieb. E (1998: 310)

2) Tubuh bagian bawah (lower body). Yaitu otot-otot tubuh bagian bawah

khususnya pada anggota gerak bawah (extrentitas inferior) batasannya

mulai dari persendian panggul, tungkai atas dan bawah hingga kaki

dan togok bagian bawah. Otot-otot tersebut tampak dalam gambar

dibawah ini:

Page 51: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

60

Gambar 15. Otot manusia dilihat dari sisi posterior

Sumber : Marieb. E (1998: 311)

3. Pendekatan Belajar Pukulan Lob Forehand

a. Pendekatan Belajar Pukulan Lob dengan Menggunakan Umpan.

Belajar gerak merupakan sebagian dari belajar secara umum.

Sebagai bagian dari belajar, belajar gerak mempunyai tujuan untuk

menguasai berbagai keterampilan gerak dan mengembangkannya agar

keterampilan gerak yang dikuasai bisa digunakan untuk menyelesaikan

Page 52: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

61

tugas - tugas gerak untuk mencapai sasaran tertentu. Misalnya didalam

belajar gerak keolahragaan, atlet berusaha menguasai keterampilan gerak

yang sesuai dengan macam cabang olahraganya dan kemudian

memanfaatkannya agar keterampilan gerak tersebut bisa diterapkan dalam

bermain,berlomba atau bertanding olahraga.

Menurut Magil (1980: 40) belajar gerak adalah proses suatu

gerakan yang ditimbulkan dan rangsangan syaraf otot menjadikan suatu

gerakan dan pengertian tersebut jika dikaitkan dengan gerak maka

menujukkan adanya perubahan penampilan gerak yang dapat diamati

dan diukur.

Penguasaan gerak yang telah dikembangkan menjadikan seseorang

dapat memiliki keterampilan yang lebih baik dari sebelumnya. “Belajar

gerak adalah sebagai perubahan yang bersifat tetap dan sebagai hasil dari

latihan atau pengalaman” (Oxendine 1984: 8). Menurut Drowatzky (1981:

17) belajar gerak adalah proses perubahan atau modifikasi individu

sebagai hasil timbal balik antara latihan dan kondisi lingkungan. Menurut

Piaget dalam Brophy (1990: 134), menyatakan dalam pembelajaran gerak

disebut skema sensorimotor yaitu suatu pembelajaran lebih efisien bila

diberikan contoh sehingga dapat meniru.Dengan instruksi verbal dan

gambaran visual dapat menggunakanya sebagai penuntun terhadap

penampilandan menjadi tambahan kesempatan dalam praktek dengan

umpan balik yang korektif.

Page 53: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

62

Dari beberapa pengertian tersebut, menunjukkan adanya kesamaan

pengertian tentang proses perubahan perilaku, dan lebih jelasnya dengan

menunjukkan adanya perubahan penampilan gerak yang dapat diamati,

serta menyatakan bahwa belajar gerak adalah proses latihan dan

pengalaman. Dengan demikian belajar gerak adalah proses pembiasaan

yang dilakukan dengan latihan yang berulang-ulang yang akhirnya kalau

gerakan itu dilakukan dengan baik dan benar maka akan menjadi

otomatisasi gerak.

Belajar lob pada anak-anak dapat dilakukan dengan cara memberi

umpan terus menerus. Anak berdiri pada setengah lapangan bagian

samping, kemudian pelatih mengumpan bola dengan cara dipukul seperti

melakukan servis forehand. Diusahakan jatuhnya bola tepat di atas agak ke

depan dari anak tersebut, kemudian anak disuruh memukul kearah

pelatih/lapangan lawan dengan arah ke depan atas.Posisi badan ketika

memukul lob forehand adalah kaki kanan dibelakang kaki kiri, badan

sedikit condong ke belakang tangan kanan lurus ke atas agak ke belakang

sedangkan tangan kiri membuat keseimbangan dengan solah-olah

menunjuk bola yang akan dipukul. Kecondongan/kemiringan tangan kanan

ke belakang adalah untuk mendapatkan awalan untuk memukul bola selain

mendapatkan awalan dari lecutan tubuh yang juga sedikit condong ke

belakang. Karena yang dilatihkan adalah teknik dasar maka anak belum

boleh memukul bola sambil melompat. Untuk lebih meringankan tugas

pelatih, sebaiknya disediakan bola dalam jumlah yang banyak, sehingga

Page 54: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

63

pelatih tidak perlu sering - sering mengambil bola yang sudah dipukul oleh

anak. Tugaskan beberapa anak untuk mengambil dan mengumpulkan bola-

bola yang sudah selesai dipukul tadi.

Pendekatan belajar ini sudah mendekatkan anak pada keadaan bola

yang sebenarnya, walaupun arah bola masih tepat berada di depan atas

anak itu sendiri. Sehingga anak belum banyak mempergunakan langkah

kakinya (footwork) untuk mengejar bola. Target dari latihan ini adalah

anak bisa memukul bola dalam jumlah tertentu.

Kelebihan pendekatan belajar dengan menggunakan umpan adalah,

anak bisa langsung merasakan pukulan bola yang bergerak. Anak merasa

sudah bermain bulutangkis yang sebenarnya karena latihan pukulan

dilakukan di dalam lapangan yang sebenarnya. Tingkat kesulitan bisa

ditambah tanpa anak merasakan penambahan tingkat kesulitan itu,

misalnya dengan menambah satu langkah pada saat akan memukul.

Suasana kompetitif bisa diciptakan, misalnya dengan menghitung seberapa

banyak anak bisa memukul melewati jaring.

Sedangkan kelemahan pendekatan belajar dengan menggunakan

umpan adalah dibutuhkan pengumpan yang terlatih sehingga bisa

menempatkan bola tepat di depan atas anak, hingga tidak menyulitkan

anak untuk memukul. Dibutuhkan bola yang lebih banyak untuk

mempermudah pelatih/pengumpan memberi umpan dan mempercepat

frekuensi latihan memukul. Dibutuhkan lapangan yang lebih banyak untuk

melatih anak yang jumlahnya lebih banyak, karena satu lapangan

Page 55: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

64

bulutangkis idealnya digunakan untuk berlatih empat anak dengan dua

pengumpan(trainer). Dengan demikian semakin banyak lapangan semakin

banyak pula dibutuhkan pangumpan (trainer).

b. Pendekatan Belajar Pukulan Lob dengan Alat Bantu Bola Gantung.

Pendekatan belajar lob yang kedua adalah dengan bantuan alat

yang disebut Bola Gantung. Pada dasarnya alat ini adalah untuk menggantung

bola (shutlecock), yang ketinggiannya bisa disesuaikan dengan tinggi raihan

anak dengan menggunakan raket. Tujuan dari penggunaan alat bantu Bola

Gantung ini adalah untuk membantu anak belajar memukul bola yang tidak

bergerak. Hal ini dilakukan karena anak belum bisa memukul bola yang

bergerak(Jawa : Luput).

Cara penggunaan alat ini adalah :

1) Anak berdiri tepat di bawah bola gantung.

2) Dengan memegang raket julurkan tangan ke atas hingga kepala raket

tepat pada bola.

3) Apabila kepala raket belum tepat/pas pada bola, sesuaikan posisi bola

dengan menaikkan atau menurunkan posisi bola dengan cara memutar

tuas pengatur.

4) Bila sudah pas, lakukan pukulan terhadap bola berulang-ulang hingga

jumlah yang sudah ditentukan.

5) Kaki kanan berada di belakang kaki kiri.

6) Anak memukul bola dalam jumlah atau waktu tertentu.

7) Tidak diperkenankan memukul bola sambil melompat.

Page 56: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

65

Kelebihan belajar lob dengan alat bantu Bola Gantung adalah

mempermudah anak-anak memukul tepat sasaran terutama bagi anak-anak

yang masih sering tidak kena(jawa: luput).Anak-anak akan lebih tertarik

kerena punya pengalaman berhasil memukul bola,walaupun yang dipukul

adalah bola yang tidak bergerak. Dengan bola gantung, sekaligus bisa melatih

anak untuk selalu meluruskan lengan pada saat sebelum melakukan

pukulan,sehingga pada saat melakukan pukulan yang sebenarnya, anak sudah

terbiasa meluruskan lengan. Bola gantung relatif tidak memerlukan tempat

yang luas,bahkan biasanya hanya ditempatkan di tepi tembok samping

lapangan, sehingga anak-anak seakan-akan berlatih bersama dengan anak-

anak yang lain yang tidak menggunakan alat bantu Bola Gantung. Dengan

demikian anak tidak merasa dibedakan dengan anak yang lain yang sudah

bisa memukul dengan tepat.

Sedangkan kelemahan belajar lob dengan bantuan Bola Gantung ini

adalah diperlukan banyak alat bantu Bola Gantung untuk banyak anak, karena

satu alat bantu Bola Gantung hanya untuk satu anak. Pelatih harus selalu

mengawasi gerak memukul yang dilakukan oleh anak, sehingga satu pelatih

hanya mengawasi beberapa anak saja. Dengan demikian dibutuhkan lebih

banyak juga pelatih untuk mengawasi latihan tersebut. Kelemahan lain adalah

anak akan mudah bosan karena karena hanya memukul bola yang digantung.

Perasaan belum memukul bola yang sebenarnya(memukul bola di lapangan

bulutangkis) merupakan kendala tersendiri sehingga anak merasa belum

belajar bulutangkis yang sebenarnya.

Page 57: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

66

Dalam belajar pukulan lob forehand dengan alat bantu Bola Gantung,

bukan berarti anak-anak melulu hanya memukul bola yang digantung selama

latihan, tetapi anak-anak juga diajarkan memukul bola dengan menggunakan

umpan. Walaupun porsi latihan dengan menggunakan umpan hanya sedikit.

Dibawah ini adalah perbandingan antara pendekatan belajar lob

forehand dengan Umpan dan dengan alat Bantu Bola Gantung.

Pendekatan belajar dengan Umpan

Pendekatan belajar dengan Bola Gantung

Kelebihan Anak bisa langsung

merasakan bola

yang bergerak

Anak merasa

bermain bulutangkis

yang sesungguhnya

Tingkat kesulitan

bisa ditambah tanpa

dirasakan oleh anak.

Bisa diciptakan

suasana yang

kompetitif.

Mempermudah anak

memukul bola

Lebih menraik bagi

anak yang masih

sering tidak kena

ketika memukul (

jawa: luput)

Melatih anak untuk

selalu memukul

dengan

perkenaan(impact)

setinggi-tingginya,

Tidak memerlukan

tempat seluas

lapangan bulutangkis

Kelemahan Dibutuhkan

pengumpan yang

terlatih.

Dibutuhkan bola

Dibutuhkan banyak

alat bantu bola

gantung untuk

banyak anak ( satu

Page 58: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

67

yang lebih banyak.

Dibutuhkan

lapangan yang lebih

banyak.

alat hanya untuk satu

anak).

Dibutuhkan lebih

banyak pelatih yang

bertugas mengoreksi

pukulan.

Mudah bosan ketika

anak sudak mulai bisa

memukul.

4. Kecepatan Reaksi

a. Konsep Tentang Kecepatan Reaksi

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar pukulan

lob forehand bulutangkis adalah kecepatan individu menanggapi/merespon

setiap stimulus atau lebih dikenal dengan kecepatan reaksi, yang merupakan

terjemahan dari speed and reaction. Kecepatan reaksi ini masing-masing

individu adalah berbeda.

Kecepatan reaksi menurut Johnson dan Nelson (1970:227) adalah

interval waktu antara stimulus dan respon. Beberapa faktor yang

mempengaruhi waktu reaksi adalah organ perasa, intensitas stimulus,

kesiapan, ketegangan otot, motivasi, kelelahan, dan keadaan umum tentang

kesehatan seseorang.

Analisis tentang kecepatan gerak dan waktu reaksi ketika

digabungkan bersama-sama bahkan lebih komplek. Beberapa orang

mempunyai waktu reaksi yang baik tetapi mempunyai gerakan yang lemban,

Page 59: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

68

dan beberapa orang bereaksi lambat tapi dapat bergerak sangat cepat. Namun,

meskipun kecepatan gerakan dan kecepatan reaksi mungkin tidak

menunjukkan hubungan yang signifikan ketika karakter ini diukur secara

terpisah dan kemudian berkorelasi satu sama lain, mereka tidak dapat

dipisahkan dalam kerja aktual.

Menurut Claude Bouchard dkk (1975: 39), Kecepatan mereaksi

adalah kwalitas yang memungkinkan memulai suatu jawaban kinetis secepat

mungkin setelah menerima suatu rangsang.Kecepatan mereaksi adalah

kwalitas yang sangat spesifik yang terlihat melalui berbagai jalan.

Keanekaragaman manifestasi tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga

tingkat :

1) Pada tingkat rangsang

Dalam suatu situasi persepsi tanda bersifat penglihatan, pendengaran,

perabaan, proioseptif, vestibular,relasional ,dsb.

2) Pada tingkat pengambilan keputusan

Kerap kali perlu pilihan perseptif di dalam pemenuhan aneka ragam

tangan agar hanya mereaksi terhadap rangsang yang tepat.

3) Pada tingkat pengorganisasian reaksi kinetis

Diskriminasi atau pilihan perseptif biasanya disertai perlunya

menetapkan pilihan diantara berbagai respon kinetis yang dibuat setelah

itu.

Efisiensi dalam kecepatan mereaksi dipengaruhi oleh beberapa

unsur sebgai berikut:

Page 60: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

69

- Tingkat pengenalan terhadap situasi persepsi.

- Tingkat pengenalan terhadap jawaban kinetis yang harus dibuat.

- Mutu kondisi fisik umum, seperti yang disimpulkan dalam berbagai

penelitian.

Untuk mengukur waktu reaksi, biasanya lebih rumit dan

membutuhkan alat yang lebih mahal. Perangkat ini biasanya memiliki

mekanisme penyajian stimulus berupa cahaya, suara (bel), dan switch yang

menekan subyek dalam menanggapi stimulus. Sebuah timer tepat kemudian

mengukur interval waktu dari stimulus untuk respon. Telah dikembangkan

alat pengukuran yang lebih murah dan sederhana oleh Nelson. Waktu reaksi

Nelson didasarkan pada hukum percepatan konstan jatuh bebas yang terdiri

dari tongkat atau mistar yang diberi ukuran untuk tanda, yang dihitung

dengan rumus :

Waktu Reaksi = √2 X Jarak Jatuhnya Mistar

Grafitasi

Sebagai contoh, pada penelitian kecepatan reaksi tangan dari The

Nelson Hand Reaction Test anak dapat menangkap mistar pada jarak 25 cm,

dengan asumsi grafitasi bumi sebesar 10 m/dt, maka dengan menggunakan

rumus diatas anak tersebut memiliki kecepatan reaksi 0,22 detik. Itu artinya

anak tersebut membutuhkan waktu 0,22 detik untuk merespon (menangkap

mistar) ketika mistar itu mulai bergerak.

Page 61: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

70

Menurut David L. Gallahue (1997: 434) Waktu reaksi / Kecepatan

Reaksi merupakan komponen penting dalam banyak tugas kinerja motor.

Studi tentang waktu reaksi (Reaction Time) telah lama menjadi aspek penting

dalam memahami perilaku motorik pada manusia. Waktu reaksi merupakan

waktu tunda antara penyajian stimulus dan aktivasi awal dari kelompok otot

yang tepat untuk melaksanakan tugas itu.

Konsep Waktu Reaksi dapat dipisahkan menjadi komponen-

komponen yang berbeda, yang masing-masing dapat dipengaruhi oleh

berbagai perubahan yang berkaitan dengan usia.

Waktu reaksi dapat digambarkan dengan berbagai cara. Waktu Reaksi

diukur dengan mencatat waktu antara penyajian stimulus dan inisiasi pertama

gerakan. Kecepatan reaksi merupakan waktu antara timbulnya sinyal dan

indikasi pertama aktivitas listrik (yang diukur dengan electromyography) di

otot digunakan untuk melaksanakan tugas. Kecepata reaksi mengacu pada

waktu antara indikasi pertama aktivitas listrik dan inisiasi gerakan

(gambar 16).

Kecepatan reaksi selanjutnya dapat dibagi menjadi waktu

penerimaan, waktu integrasi motorik, dan waktu motorik overflow. Sebagai

sinyal perjalanan (melalui gelombang cahaya, gelombang suara, dll) dari

asalnya melalui lingkungan dan dijemput oleh satu atau lebih dari sistem

sensorik tubuh, mencapai bagian otak.

Page 62: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

71

1. Waktu Penerimaan

2. motor waktu integrasi

3. motor saat keluar

4. Gerakan Aktual

GAMBAR 16. Komponen kecepatan reaksi

Sumber : Johnson and Nelson (1970:84)

Gambar diatas menunjukkan proses seseorang merespon sebuah

stimulus. Terlihat seorang sopir melihat lampu hijau kemudian memproses

dalam otak dan otak memerintahkan otot kaki untuk bergerak menginjak

pedal gas.

Page 63: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

72

Waktu yang diperlukan untuk mengeksekusi fase ini merupakan

waktu penerimaan. Ini merupakan bagian dari proses integrasi motorik.

Perbedaan waktu antara kegiatan ini dan indikasi pertama dari aktivitas

listrik di otot digunakan untuk melaksanakan tugas ini disebut sebagai

waktu bermotor overflow. Proses yang terlibat dalam proses Kecepatan

reaksi umumnya kurang dari 1 detik.

Selain menyelidiki berbagai komponen kecepatan reaksi, peneliti

telah tergoda untuk mengubah kondisi lingkungan dimana kecepatan

reaksi diamati. Kecepatan reaksi dapat diperiksa dalam keadaan seperti

pilihan ganda tanggapan (yaitu, menanggapi salah satu cara untuk lampu

hijau dan cara yang berbeda untuk lampu merah), sistem sensorik yang

berbeda menerima.

Sedangkan menurut Margaret D. Robb, Waktu reaksi adalah

kemampuan manusia untuk membuat respon dibatasi oleh kecepatan di

mana ia dapat bereaksi terhadap rangsangan. Waktu yang dibutuhkan

untuk memulai atau memulai sebuah gerakan yang disebut waktu reaksi.

Ini adalah periode waktu yang dibutuhkan untuk memproses informasi

stimulus. Waktu gerakan mencerminkan jumlah waktu yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan respon yang sebenarnya setelah telah dimulai.

Gambar 17, menyajikan diagram yang menunjukkan berbagai jangka

waktu reaksi, waktu gerakan, dan waktu respon. Seperti terlihat pada

gambar, waktu reaksi terjadi setelah kesadaran stimulus, dan hanya

sebelum memulai tanggapan. Response time adalah total waktu yang

Page 64: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

73

dibutuhkan untuk memulai dan menyelesaikan jawaban, dan termasuk

waktu reaksi dan waktu gerakan.

Waktu reaksi dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel yang

berbeda-hal tidak selalu bersifat stabil. Belajar dan antisipasi dapat

mempengaruhi waktu reaksi. Variabel lain adalah: (1) probabilitas atau

kepastian stimulus terjadi, (2) ada atau tidak adanya sinyal peringatan

sebelum stimulus terjadi, (3) periode refrakter psikologis, (4)

kompatibilitas respon terhadap stimulus, (5) jenis tes waktu reaksi, (6)

panjang impuls saraf, dan (7) mengatur atau arah.

GAMBAR. 17. Waktu Reaksi,Waktu Gerakan, dan Response Time

Sumber : Johnson dan Nelson (1970:86)

Waktu reaksi sebagian besar merupakan hasil dari kegiatan

pengolahan terpusat. Oleh karena itu, semakin banyak informasi

seseorang harus memproses, semakin lama waktu reaksi. Jika seseorang

tahu kapan stimulus akan terjadi, waktu reaksi mungkin mendekati nol,

karena antisipasi. Jika seseorang tidak bisa mengantisipasi stimulus, waktu

reaksi akan lebih lama daripada jika stimulus muncul secara berkala.

Dalam keterampilan olahraga, mengetahui probabilitas dari suatu

peristiwa yang terjadi sangat penting untuk waktu reaksi cepat. Misalnya,

Page 65: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

74

seorang penjaga di basket tahu bahwa ke depan selalu palsu ke kanan, dan

kemudian mencoba tembakan di keranjang. Waktu reaksi penjaga (yaitu,

pertahanan terhadap maju) akan sangat ditingkatkan dengan pengetahuan

ini. Penjaga itu akan dapat ke waktu respon sehingga dia bisa bereaksi

pada saat yang tepat untuk membelokkan bola dari jalan ke keranjang.

Latihan sukses harus mensimulasikan situasi permainan. Meniup peluit

hanya tes waktu reaksi seseorang terhadap suara peluit. Ini tidak akan

selalu mentransfer ke situasi permainan kecuali probabilitas yang sama

terjadinya peluit juga dalam permainan. Sebuah sinyal peringatan

mengingatkan seseorang untuk stimulus mempengaruhi waktu reaksi

juga. Dalam tes waktu reaksi, lamanya waktu antara sinyal peringatan dan

stimulus disebut periode kedepan.

Pemula dalam balapan umumnya mencoba untuk menjadi sangat

konsisten dalam jeda antara "pada tanda Anda" (sinyal peringatan) dan

"pergi" (sinyal stimulus). Setiap varians dalam panjang periode kedepan

akan menyebabkan awal yang salah dan peluang yang tidak sama hadir

untuk para pemain.

Sebuah penyelidikan 'efek panjang periode kedepan pada waktu

reaksi dilakukan oleh Drazin (1961). Dalam penelitian ini periode kedepan

bervariasi dari dua detik hingga 0,125 detik. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa waktu reaksi lebih lambat untuk waktu kedepan

relatif singkat. Ketika kisaran periode kedepan melebihi lima persepuluh

detik, waktu reaksi cenderung menurun awalnya sebagai fungsi negatif

Page 66: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

75

dipercepat periode kedepan. Waktu reaksi juga bergantung pada panjang

interval antara dua presentasi dan reaksi, serta apakah atau tidak

rangsangan yang sama atau berbeda.

Ketika interval antara reaksi terhadap dua rangsangan yang

berbeda adalah 5 detik atau lebih pendek, periode refrakter psikologis

membatasi tingkat di mana manusia dapat menanggapi rangsangan

berturut-turut.

Penjelasan dari periode refraktori psikologis adalah bahwa

penundaan itu karena waktu pemrosesan. Davis (1957) dan Creamer

(1963) menyajikan bukti bahwa penundaan waktu reaksi terjadi ketika

salah satu sinyal visual dan pendengaran lainnya, serta ketika respon yang

berlawanan dengan tangan. Hal ini menunjukkan bahwa penundaan tidak

sepenuhnya karena panjang impuls saraf tetapi juga untuk kapasitas yang

terbatas dari sistem pengolahan pusat.

Kompatibilitas 'hubungan antara stimulus dan respon juga

mempengaruhi waktu reaksi seseorang. Menggunakan keyboard mesin tik

untuk kunci jawaban, cahaya 'panel diatur dalam pola yang sama akan

mempengaruhi waktu reaksi yang lebih cepat dari pada jika panel' tidak

kompatibel dengan tombol respon. Hal ini menunjukkan bahwa

pembelajaran atau pelatihan mempengaruhi waktu reaksi.

Kompatibilitas stimulus-respon hadir dalam gerakan stereotip.

Contoh gerakan stereotip adalah cara lampu dinding mengoperasikan dan

arah kran air panas dan dingin. Jika respon diubah sehingga tidak apa yang

Page 67: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

76

kita harapkan atau apa yang kita digunakan untuk, maka waktu reaksi akan

lebih lambat.

Sebagian besar perilaku kita dalam melakukan tugas motorik

sederhana diselenggarakan dari kiri ke kanan . Kita membaca dan menulis

dengan cara ini. Kami, dapat berhipotesis, kemudian, bahwa waktu reaksi

akan lebih cepat pada gerakan dari kiri ke kanan dari pada dari kanan ke

kiri. Dua klasifikasi yang berlaku umum adalah waktu reaksi sederhana

dan waktu reaksi pilihan.

Dalam waktu reaksi tes sederhana (tipe A), subjek diminta untuk

bereaksi terhadap rangsangan dengan membuat respon yang ditentukan.

Ada satu stimulus dan satu respons. Menekan tombol ketika cahaya datang

pada, atau menjentikkan saklar setelah suara tertentu adalah contoh dari tes

waktu reaksi sederhana. Perangkat waktu mencatat penundaan antara

terjadinya stimulus dan inisiasi respon.

Tes waktu reaksi pilihan dapat dari dua jenis yang berbeda. Pada

tipe B, subjek diminta untuk menanggapi beberapa rangsangan. Bereaksi

terhadap lampu yang ditampilkan pada panel dengan menekan tombol

respon yang tepat adalah contoh. Subjek harus mempelajari respon yang

tepat untuk setiap stimulus.

Tes Tipe C menyajikan beberapa rangsangan tetapi hanya

membutuhkan satu jawaban. Tugas subyek adalah belajar kapan harus

menanggapi stimulus tertentu.

Page 68: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

77

Gambar 2.16 menyajikan diagram yang menunjukkan berbagai

jenis tes waktu reaksi. Waktu reaksi dipengaruhi oleh jenis tes waktu

reaksi. Semakin banyak pilihan seseorang, semakin banyak informasi yang

ia harus mengolah, dan karenanya semakin lama waktu reaksi. Tipe B,

yang memiliki kemungkinan beberapa rangsangan, masing-masing yang

mungkin atau tidak mungkin terjadi, dan beberapa tanggapan, masing-

masing yang mungkin atau mungkin tidak respon yang tepat, akan

menghasilkan waktu reaksi paling lambat dibandingkan dengan jenis lain

tes. Tipe A, yang hanya memiliki satu stimulus dan satu respons, akan

menghasilkan waktu reaksi tercepat. Uji tipe C akan menghasilkan waktu

reaksi suatu tempat antara Tipe A dan Tipe B. Jadi waktu reaksi dari satu

orang akan bervariasi tergantung pada mana dari tiga jenis tes yang

digunakan.

Gambar 18. TYPE A, B, C dan Tes Waktu Reaksi

Sumber : Johnson dan Nelson (1970:89)

Meskipun sebagian besar penundaan waktu reaksi terjadi karena

adanya keterlambatan pengolahan pusat, perbedaan individu dalam waktu

Page 69: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

78

reaksi juga dipengaruhi oleh panjang jalur saraf. Dengan demikian, orang

yang pendek memiliki waktu reaksi kemungkinan lebih cepat dari orang

yang tinggi. Pada tahun 1850-an, Helmholtz menunjukkan bahwa jumlah

waktu yang dibutuhkan untuk dorongan untuk melakukan perjalanan

sepanjang saraf mempengaruhi waktu reaksi. Helmholtz didirikan

kecepatan impuls saraf pada 100 meter per detik untuk yang lebih besar

jalur sensorik dan motorik. Sejak satu meter sama dengan 39,37 inci atau

3,28 kaki, impuls di saraf yang lebih besar perjalanan pada tingkat sekitar

328 kaki per detik. Saraf yang lebih kecil memiliki tingkat Sejalan lambat

konduksi (3 kaki per detik). Proses fisiologis melakukan impuls saraf juga

memiliki periode refrakter absolut di mana tidak ada stimulus tampaknya

mampu membangkitkan dorongan. Periode ini mutlak refrakter

berlangsung 0,5-3 milidetik.

Petunjuk yang diberikan untuk mata pelajaran dalam percobaan

juga mempengaruhi waktu reaksi. Arah mengacu pada jumlah informasi

seseorang diberikan tentang menanggapi tugas. Jika seseorang menyadari

apa yang terjadi ia dapat merencanakan dan memodifikasi jawabannya.

Menceritakan seorang pemain basket untuk menonton palsu dengan

berkonsentrasi pada bagian tengah tubuh lawan bantu dia untuk

mengantisipasi palsu mungkin. Jika bagian tengah dari lawan bergerak,

maka lawan akan bergerak ke arah itu. Demikian pula mempelajari film

dari lawan masa depan dapat membantu pemain untuk mempersingkat

waktu reaksi sendiri karena ia "tahu apa yang harus dicari."

Page 70: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

79

Waktu gerakan adalah selang waktu setelah gerakan dimulai dan

sampai selesai. Waktu gerakan harus dipelajari untuk memisahkannya dari

waktu reaksi. Fitts (1954) menemukan bahwa waktu gerakan berkaitan

dengan jumlah informasi yang diminta, dan kondisi khusus ukuran

amplitudo dan sasaran. Jika gerakan memerlukan akurasi yang tepat pada

penghentian gerakan, maka waktu gerakan akan lebih lambat. Variabel

yang paling penting yang mempengaruhi waktu gerakan adalah kesulitan

atau akurasi yang diperlukan.

Jika akurasi sedikit yang terlibat, meningkatkan amplitudo atau

jarak dipindahkan tidak akan sangat terpengaruh. Jika jarak yang sama

untuk kedua gerakan dan akurasi yang diperlukan dalam satu gerakan,

tetapi tidak yang lain maka gerakan yang membutuhkan akurasi akan lebih

lambat dari gerakan yang tidak memerlukan akurasi.

Relay pembalap di event lintasan yang harus akurat dalam

melewati tongkat untuk pembalap berikutnya mungkin cenderung untuk

memperlambat gerakan terakhir mereka agar akurat dalam melewati

tongkat. Karena ini tidak diinginkan untuk pembalap efisien, alternatif lain

adalah untuk meletakkan tongkat selalu di tempat yang sama sehingga

pembalap bisa mengantisipasi dan merencanakan untuk transfer tongkat.

Keacakan penempatan tongkat akan memerlukan waktu yang lebih lambat

dari pelari.

Pada umumnya pendidik atau pelatih tidak mampu membeli

peralatan untuk mengukur kecepatan reaksi dan kecepatan gerak karena

Page 71: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

80

harganya yang relatif mahal. Oleh karena itu pendidik atau pelatih akan

kesulitan mengukur kecepatan gerak khususnya kecepatan reaksi. Namun

demikian berbekal stop watch dan imajinasi, pendidik atau pelatih dapat

melakukan langkah pengukuran kecepatan gerak yang cukup akurat.

Ada beberapa tes waktu reaksi :

1) The Nelson Hand Reaction Test, untuk mengukur kecepatan

reaksi tangan dalam menanggapi stimulus visual.

2) The Nelson Foot Reaction Test, unutuk mengukur kecepatan

reaksi kaki dalam menanggapi stimulus visual.

b. Peranan Kecepatan Reaksi dalam pukulan Lob Forehand Bulutangkis

Dilihat dari permainannya, olah raga bulutangkis merupakan olah raga

yang membutuhkan kecepatan reaksi yang lebih baik dibandingkan olah raga

yang lain. Karena dalam olah raga bulutangkis pemain harus memukul bola

(shutllecock) sebelum bola itu jatuh di lantai. Atau bahkan bola sebaiknya

dipukul di tempat yang setinggi-tingginya atau secepat-cepatnya. Bola dipukul

setinggi-tingginya agar dapat menempatkan pengembalian ke tempat yang kita

inginkan, karena mempunyai banyak pilihan pukulan. Bola juga harus dipukul

secepat-cepatnya agar lawan tidak memiliki kesempatan untuk melakukan

persiapan menghadapi pukulan.

Dengan demikian dalam olah raga bulutangkis, kecepatan gerak dan

kecepatan reaksi adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Menurut Johnson dan Nelson (1970:227) analisis tentang kecepatan gerak dan

Page 72: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

81

waktu reaksi ketika digabungkan bersama-sama bahkan lebih komplek.

Namun, meskipun kecepatan gerakan dan kecepatan reaksi mungkin tidak

menunjukkan hubungan yang signifikan ketika karakter ini diukur secara

terpisah dan kemudian berkolerasi satu sama lain, mereka tidak dapat

dipisahkan dalam kerja aktual.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitaian yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Setyo

Nugroho (1988). Hasil penelitian Setyo Nugroho antara lain : 1) Bagi siswa yang

mempunyai tingkat kelentukan persendian baik , ternyata program latihan

isometrik mempunyai pengaruh lebih unggul dibandingkan dengan program

latihan isotonik, terhadap prestasi belajar gerak bulutangkis, 2) Program latihan

isometrik mempunyai pengaruh lebih unggul dibandingkan dengan penggunaan

program latihan isotonik, bagi siswa yang mempunyai tingkat kelentukan baik dan

daya tahan kardiovaskuler baik, dalam permainan bulutangkis, 3) Terdapat

interaksi antara program latihan dengan kelentukan persendian, yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar gerak bulutangkis.

C. Kerangka Berpikir.

1. Perbedaan pengaruh pendekatan belajar dengan diberi umpan dan dengan

alat bantu Bola Gantung terhadap prestasi belajar lob forehand bulutangkis.

Dalam melatih tehnik dasar bulutangkis, pelatih / guru dapat

memilih pendekatan belajar yang akan digunakan sehingga proses belajar

akan berjalan baik dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Page 73: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

82

Untuk memilih pendekatan belajar, hal-hal yang perlu

dipertimbangkan adalah tingkat kesulitan dan kompleksitas dari materi

belajat itu sendiri. Berdasarkan kesulitan, maka latihan sebaiknya dimulai

yang mudah dan secara bertahap berpindah ke gerakan yang lebih sulit.

Sedangkan berdasarkan kompleksitas maka latiahan yang baik dimulai dari

yang sederhana selanjutnya ke gerakan yang lebih kompleks.

Ada beberapa pendekatan belajar pukulan lob forehand dalam

bulutangkis yaitu dengan menggunakan umpan dan dengan alat bantu Bola

Gantung. Pendekatan belajar dengan menggunakan umpan dimungkinkan

bagi anak-anak yang sudah bisa memukul bola yang diumpankan

kepadanya, atau dengan kata lain anak-anak ini sudah bisa memukul bola

yang bergerak. Sedangkan pendetan belajar lob forehand dengan alat bantu

Bola Gantung diperuntukkan bagi anak-anak yang belum bisa memukul

bola yang bergerak.

Persepsi anak untuk memukul bola yang bergerak ini kemungkinan

dipengaruhi oleh tingkat kecepatan reaksi dari anak tersebut. Untuk

mengetahui pengaruh tersebut maka penelitaian ini dilakukan.

2. Perbedaan pengaruh kecepatan reaksi terhadap hasil belajar lob forehand

bulutangkis.

Pukulan lob forehand bulutangkis memerlukan ketrampilan gerak yang

meliputi: kecepatan, kekuatan, kelentukan dan daya tahan. Selain

ketrampilan gerak tersebut yang tidak kalah penting adalah kecepatan

Page 74: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

83

reaksi. Dengan demikian anak yang memiliki kecepatan reaksi yang baik

akan dapat lebih mudah melakukan lob forehand bulutangkis dibandingkan

dengan anak yang memiliki kecepatan reaksi sedang atau kurang baik.Ketika

seorang anak akan memukul lob forehand, bagi anak yang memiliki

kecepatan rekasi baik akan dengan cepat bereaksi untuk bergerak

menempatkan diri di depan bola, sehingga anak tersebut bisa menyongsong

bola untuk mengarahkan bola sesuai dengan keinginannya. Sebaliknya bagi

anak yang memiliki kecepatan reaksi kurang baik ia akan terlambat

menyongsong datangnya bola, kalau bola lob maka ia akan (jawa:

kedengklak) sehingga akan kesulitan untuk mengembalikan bola. Sehingga

perlu diteliti seberapa besar pengaruh kecepatan reaksi ini terhadap prestasi

belajar lob forehand dalam bulutangkis.

3. Interaksi antara pendekatan belajar dan kecepatan reaksi terhadap

peningkatan hasil belajar lob forehand bulutangkis.

Dalam belajar pukulan lob forehand bulutangkis, beberapa pendekatan

belajar perlu dikenalkan pada anak, sehingga akan diketahui pendekatan

belajar yang mana yang sesuai dengan kecepatan reaksi masing-masing

anak. Dalam hal ini anak akan dikenalkan dengan pendekatan belajar

menggunakan umpan dan dengan alat bantu Bola Gantung.

Kecepatan reaksi yang baik akan mempermudah anak untuk

menguasai suatu ketrampilan. Dengan demikian anak yang mempunyai

Page 75: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian …beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

84

kecepatan reaksi baik akan lebih mudah menguasai pukulan lob forehand

bulutangkis dari pada anak yang mempunyai kecepatan reaksi yang sedang

atau kurang baik.

Pada akhirnya diduga ada interaksi antara pendekatan belajar dan

kecepatan reaksi terhadap hasil belajar lob forehand bulutangkis, sehingga

perlu dilakukan penelitaian.

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir dapat disusun hipotesis

sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh antara pendekatan belajar pukulan dengan

menggunakan umpan dan dengan alat bantu Bola Gantung terhadap hasil

belajar lob forehand bulutangkis.

2. Ada perbedaan peningkatan hasil belajar pukulan lob forehand antara siswa

yang mempunyai kecepatan reaksi baik, sedang dan kurang baik.

3. Ada pengaruh interaksi antara pendekatan belajar dan kecepatan reaksi

terhadap hasil belajar pukukan lob forehand bulutangkis.